PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE CIRC DAN TIPE JIGSAW DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA PADA MATERI DINAMIKA ROTASI.

(1)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ……….. i

ABSTRAK ………... ii

KATA PENGANTAR ………... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ………... iv

DAFTAR ISI ………. .. vi

DAFTAR TABEL ………... .. viii

DAFTAR GAMBAR ………... ix

DAFTAR LAMPIRAN ……… x

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Manfaat Penelitian ... 9

1.5. Hipotesis ... 9

1.6. Definisi Operasional ... 10

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 13

2.1. Model Pembelajaran ... 13

2.2. Strategi Pembelajaran Kooperatif ... 14

2.3. Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC... 24

2.4. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ... 27

2.5. Keterampilan Berpikir Kreatif ... 32

2.6. Pemahaman Konsep Fisika ... 36

2.7. Dinamika Rotasi ... 38

BAB III. METODE PENELITIAN ... 46

3.1. Metode Penelitian ... 46

3.2. Desain Penelitian ... 46

3.3. Populasi dan Sampel ... 47

3.4. Instrumen Penelitian ... 47

3.5. Prosedur Penelitian ... 49

3.6. Teknik Pengolahan Data ... 51

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 60

4.1. Data Tes Pemahaman Konsep ... 60

4.2. Data Tes Keterampilan Berpikir Kreatif ... 64

4.3. Analisis Pemahaman Konsep Dinamika Rotasi ... 69

4.4. Analisis Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa ... 73

4.5. Aktivitas Guru dan Siswa Selama Proses Pembelajaran ... 77

4.6. Analisis Tanggapan Siswa Terhadap Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ... 86

4.7. Analisis Tanggapan Guru Terhadap Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ... 89


(2)

4.8. Analisis Tanggapan Siswa Terhadap Penggunaan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC ... 92

4.9. Analisis Tanggapan Guru Terhadap Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC ... 94

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 98

5.1. Kesimpulan ... 98

5.2. Saran ... 99

DAFTAR PUSTAKA ... 101


(3)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1. Fase/Tahapan Model-model Pembelajaran Kooperatif ... 20

2.2. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif ... 29

2.3. Prosedur Penskoran Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw... 31

2.4. Tingkat Penghargaan Kelompok ... 31

2.5. Model Keterampilan Berpikir: Proses Kompleks... 34

3.1. Bagan Desain Penelitian... 47

3.2. Instrumen Penelitian ... 49

3.3. Kategori Validitas Butir Soal ... 52

3.4. Kriteria Reliabilitas Tes ... 53

3.5. Indeks Tingkat Kemudahan ... . 55

3.6. Kategori Daya Pembeda ... 56

3.7. Nilai Gain yang Dinormalisasi dan Klasifikasinya ... 57

4.1. Rata-rata Gain Pemahaman Konsep Dinamika Rotasi ... 69

4.2. Rata-rata Gain Keterampilan Berpikir Kreatif ... 73

4.3. Hasil Pengamatan Keterlaksanaan Model Pembelajaran Jigsaw ... 78

4.4. Data Aktivitas Siswa Selama Model Pembelajaran Jigsaw... 80

4.5. Hasil Pengamatan Keterlaksanaan Model Pembelajaran CIRC .... 82

4.6. Data Aktivitas Siswa Selama Model Pembelajaran CIRC... 85

4.7. Tanggapan Siswa Terhadap Penggunaan Model Jigsaw ... 87

4.8. Tanggapan Guru Terhadap Penggunaan Model Jigsaw ... 90

4.9. Tanggapan Siswa Terhadap Penggunaan Model CIRC ... 92


(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1. Ilustrasi Kegiatan Kelompok Jigsaw ... 30

2.2. Memutar Baut Dengan Kunci Inggris ... 39

2.3. Momen Inersia Berbagai Benda Tegar ... 41

2.4. Gerak Menggelinding ... 43

2.5. Menentukan Arah Momentum Sudut ... 44

3.1. Diagram Alur Penelitian ... 50

4.1. Diagram Batang Pemahaman Konsep Dinamika Rotasi ... 60

4.2. Diagram Batang Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa SMA ... 65

4.3. Diagram Batang Perbandingan Rata-rata Gain yang Dinormalisasi Pemahaman Konsep Dinamika Rotasi ... 72

4.4. Diagram Batang Perbandingan Rata-rata Gain yang Dinormalisasi Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa SMA ... 76


(5)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman LAMPIRAN A : PERANGKAT PEMBELAJARAN

A1 : Peta Konsep Dinamika Rotasi ... 107

A2 : Analisis Konsep Dinamika Rotasi ... 108

A3 : Silabus ... 110

A4 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Model Jigsaw... 111

A5 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Model CIRC ... 112

LAMPIRAN B : INSTRUMEN PENELITIAN B1 : Kisi –kisi Soal Pemahaman Konsep... 128

B2 : Soal Pemahaman Konsep... 131

B3 : Kisi-kisi Soal Berpikir Kreatif... 138

B4 : Soal Berpikir Kreatif... 140

B5 : Contoh Wacana CIRC... 148

B6 : Contoh Lembar Kegiatan Siswa (LKS) Jigsaw ... 156

B7 : Kisi-kisi Angket dan Angket Tanggapan Siswa Terhadap Model Jigsaw... 163

B8 : Kisi-kisi Angket dan Angket Tanggapan Siswa Terhadap Model CIRC ... 166

B9 : Kisi-kisi Angket dan Angket Tanggapan Guru Terhadap Model Jigsaw ... 169

B10: Kisi-kisi Angket dan Angket Tanggapan Guru Terhadap Model CIRC ... 171

B11: Lembar Observasi Guru Dalam Pelaksanaan Model Jigsaw ... 174

B12: Lembar Observasi Guru Dalam Pelaksanaan Model CIRC ... 176

B13: Lembar Observasi Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran Model Jigsaw ... 177

B14: Lembar Observasi Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran Model CIRC ... 178

B15. Lembar Judgment Tes Pemahaman Konsep, Tes Berpikir Kreatif dan Angket ... 179

LAMPIRAN C : HASIL UJI COBA INSTRUMEN PENELITIAN C1 : Hasil Uji Coba Instrumen Soal Pemahaman Konsep... 189

C2 : Hasil Uji Coba Instrumen Soal Berpikir Kreatif ... 190

LAMPIRAN D : DATA PENELITIAN D1 : Data N-gain Pemahaman Konsep ... 192

D2 : Data N-gain Berpikir Kreatif... 194

D3 : Prosentase Skor Pemahaman Konsep... 196


(6)

LAMPIRAN E : PENGOLAHAN DATA

E1 : Uji Normalitas, Uji Homogenitas dan Uji-t Data Pre Tes ... 199 E2 : Uji Normalitas, Uji Homogenitas dan Uji-t Data Pos Tes ... 203 E3 : Uji Normalitas, Uji Homogenitas dan Uji-t Data N-gain ... 208 LAMPIRAN F : REKAPITULASI DATA ANGKET DAN OBSERVASI F1 : Rekapitulasi Angket Tanggapan Siswa Terhadap Penggunaan

Model Jigsaw ... 213 F2 : Rekapitulasi Angket Tanggapan Siswa Terhadap Penggunaan

Model CIRC ... 217 F3 : Rekapitulasi Angket Tanggapan Guru Terhadap Penggunaan

Model Jigsaw ... 221 F4 : Rekapitulasi Angket Tanggapan Guru Terhadap Penggunaan

Model CIRC ... 225 LAMPIRAN G : FOTO-FOTO PENELITIAN

LAMPIRAN H : IZIN PENELITIAN

LAMPIRAN I : SURAT KETERANGAN TELAH MELAKSANAKAN PENELITIAN


(7)

(8)

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang masalah

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA di sekolah menengah diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk “mencari tahu” dan “berbuat” sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pengalaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar (Subiyanto, 1998).

Fisika merupakan salah satu cabang IPA yang mendasari perkembangan teknologi maju dan konsep hidup harmonis dengan alam. Pada tingkat SMA, fisika dipandang penting untuk dibelajarkan sebagai wahana untuk menumbuhkan kemampuan berpikir yang akan sangat berguna untuk memecahkan masalah di dalam kehidupan sehari-hari dan membekali siswa dengan pengetahuan, pemahaman dan sejumlah kemampuan yang dipersyaratkan untuk mengembangkan ilmu dan teknologi. Tujuan penyelenggaraan mata pelajaran fisika di SMA dimaksudkan sebagai wahana untuk melatih dan mendidik para siswa agar dapat menguasai pengetahuan, konsep, dan prinsip fisika, memiliki


(9)

kecakapan ilmiah, kritis dan mampu bekerjasama dengan orang lain (Indrawati, 1999).

Dalam kegiatan belajar mengajar guru memegang peranan sebagai fasilitator dan motivator yang dapat membawa peserta didik pada keberhasilan proses belajar mengajar. Oleh karena itu seorang guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar diharapkan menjadi guru yang profesional dalam meningkatkan peranan dan kompetensinya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan seorang guru adalah dengan memilih model pembelajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah, latar belakang dan potensi siswa yang beragam. Sehubungan dengan hal tersebut, perlu dipikirkan penerapan model pembelajaran yang lebih melibatkan siswa dalam proses belajar mengajar, sehingga siswa dapat menguasai konsep dan memiliki keleluasaan dalam mengembangkan kemampuan berpikirnya.

Salah satu materi fisika yang harus dikuasai oleh siswa dalam pembelajaran di kelas XI SMA adalah dinamika rotasi. Materi ini dirasakan sangat akrab dengan kehidupan sehari-hari. Dengan demikian penting untuk dapat memahami dan menyadari kegunaannya. Namun pada kenyataannya siswa masih merasa kesulitan dalam memahami konsep dinamika rotasi. Siswa kurang mampu menganalisis dan menggambarkan diagram bebas gaya-gaya penyebab gerak rotasi sehingga siswa tidak mampu memahami konsep untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan dinamika rotasi. Hal ini disebabkan karena model pembelajaran yang dipergunakan dalam proses pembelajaran dinamika rotasi hanya menekankan pada penyampaian informasi oleh guru, siswa hanya diajarkan


(10)

menghafal konsep, prinsip atau hukum-hukum fisika saja. Keterbatasan alat-alat praktikum tentang materi dinamika rotasi serta kurangnya kemampuan guru dan penguasaan guru terhadap peralatan laboratorium fisika juga menjadi kendala dalam membelajarkan materi dinamika rotasi di laboratorium sehingga akibatnya tidak setiap siswa mendapat kesempatan atau pengalaman belajar untuk mengadakan eksperimen yang dapat memperkuat pemahaman konsep siswa terhadap materi dinamika rotasi.

Model pembelajaran adalah konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dengan mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran berfungsi sebagai pedoman bagi pengajar atau perancang pembelajaran dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar. Joyce dan Weil (1986) menemukan lebih dari dua puluh macam model mengajar yang dikelompokkan ke dalam empat kelompok besar. Salah satu kelompok tersebut adalah social model yang diperkirakan dapat meningkatkan keterampilan akademik siswa. Yang termasuk kelompok social model adalah model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran ini diduga dapat meningkatkan aktivitas siswa, kemampuan kerjasama antar siswa dan meningkatkan pemahaman konsep (Johnson, 1994).

Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah belajar secara bersama-sama, saling membantu antara satu dengan yang lainnya dalam belajar, dan memastikan bahwa setiap siswa dalam kelompok mencapai tujuan atau tugas yang telah ditentukan sebelumnya. Slavin (1995) mendefinisikan pembelajaran kooperatif sebagai sekumpulan kecil siswa yang bekerja secara bersama untuk


(11)

belajar dan bertanggung jawab atas kelompoknya. Keunggulan pembelajaran kooperatif diantaranya adalah memberi peluang pada siswa agar mau menggunakan dan membahas suatu pandangan, serta siswa memperoleh pengalaman kerjasama dalam merumuskan suatu pendapat kelompok.

Terdapat berbagai jenis atau tipe pembelajaran kooperatif yang telah dikembangkan, antara lain: 1) Tipe STAD (Student Teams-Achievement Divisions); 2) Tipe Teams-Games-Tournaments; 3) Tipe Learning together; 4) Tipe Group investigation; 5) Tipe Jigsaw; 6) Tipe Team-assisted individualized learning; dan 7) Tipe CIRC (Cooperative integrated reading and composition). Tipe CIRC (Cooperative integrated reading and composition) dikembangkan secara khusus untuk mengakomodasi rentang tingkat kemampuan siswa yang lebar dalam suatu kelas dengan menggunakan teknik pengelompokan siswa dalam kelas secara heterogen. Siswa mempelajari materi pelajaran dan mengerjakan tugas secara perorangan dalam kelompok kecil yang heterogen. Para siswa saling memeriksa pekerjaan dengan temannya dan membantu teman lainnya dalam mempelajari materi pelajaran dan mengerjakan tugas. Skor kelompok didasarkan pada jumlah satuan tugas yang dapat diselesaikan dan ketepatan pengerjaannya. Dalam sesi penggalian informasi, dalam tipe ini biasa digunakan media wacana atau kliping. Model ini memiliki keunggulan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kreatif (Juniarti, 2007). Namun model ini pun memiliki kelemahan diantaranya: (Juniarti, 2007) 1) Siswa sering kesulitan untuk menemukan sendiri ide-ide pokok dari wacana yang disajikan. Untuk memahami dan mengerti konsep melalui kegiatan


(12)

terpadu antara membaca wacana dan diskusi kelompok, siswa diharapkan dapat menemukan sendiri konsepnya berdasarkan pengalaman belajarnya. Proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Dengan demikian guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan siswa menemukan sendiri, apapun materi yang diajarkannya. Jika rancangannya tidak sesuai maka tidak akan berhasil. Keberagamanan kemampuan siswa juga dapat menjadi kendala; 2) Siswa tidak terbiasa dengan teknik pembelajaran kooperatif tipe CIRC; 3) Dalam kegiatan diskusi ada beberapa siswa yang mendominasi kegiatan diskusi sedangkan siswa lain hanya mendengarkan dan mencatat.Tidak semua siswa melaksanakan kewajibannya untuk menjelaskan hasil pekerjaannya

Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw memungkinkan terjadinya pemanduan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Kemampuan siswa dalam berpikir kritis dan kreatif dimungkinkan bila dalam proses pembelajaran terjadi komunikasi antara guru dengan siswa atau siswa dengan siswa, yang merangsang terciptanya partisipasi siswa. Siswa diberi peluang untuk lebih memahami suatu konsep fisika dan keterkaitannya dari hasil sharing ideas antar siswa. Dalam pembelajaran seperti itu, guru dapat mengajukan pertanyaan yang memancing siswa berpikir dalam memecahkan suatu permasalahan.

Dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dimungkinkan siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran, sehingga memberikan dampak positif terhadap kualitas interaksi dan komunikasi diantara siswa. Interaksi dan komunikasi yang


(13)

berkualitas ini dapat memotivasi belajar siswa sehingga dapat meningkatkan prestasi belajarnya. Meningkatnya prestasi belajar siswa juga dikarenakan pada pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw setiap kelompok dituntut untuk bertanggungjawab atas keberhasilan belajarnya baik secara individu maupun kelompok.

Ditemukan bahwa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, prestasi belajar fisika menjadi meningkat (Arianti, 2005; Wardani S, 2002). Namun dalam beberapa penelitian terungkap bahwa pada pelaksanaan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw di kelas terdapat beberapa kelemahan yaitu: (Nursalam, 2007) 1) Siswa tidak terbiasa dengan teknik pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw; 2) Alokasi waktu kurang mencukupi karena adanya perpindahan siswa dari kelompok asal ke kelompok ahli dan dari kelompok ahli ke kelompok asal serta ada tahap penjelasan ahli pada kelompok asal, diskusi kelompok ahli dan diskusi kelompok asal; 3) Pada waktu diskusi di kelompok ahli ada beberapa siswa yang mendominasi kegiatan diskusi sedangkan siswa lain hanya mendengarkan dan mencatat; 4) Tidak semua siswa melaksanakan kewajibannya untuk menjelaskan hasil pekerjaannya dalam kelompok ahli kepada anggota kelompok asal. Masih ada siswa yang kurang bertanggung jawab, khususnya saat diskusi kelompok asal.

Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif yang dikembangkan lebih awal (sekitar tahun 1978) dibandingkan dengan tipe CIRC ( sekitar tahun 1987). Tipe CIRC melengkapi tipe Jigsaw dalam keterpaduan seluruh kegiatan untuk menciptakan pembelajaran


(14)

yang bermakna bagi siswa berdasarkan permasalahan yang ditemukan di lapangan. Namun dalam suatu penelitian ditemukan peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw hanya sebesar 13% dan peningkatan kompetensi siswa hanya 29 %. Untuk pembelajaran tipe CIRC ditemukan bahwa peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan model ini hanya sebesar 18 % dan peningkatan kompetensi siswa hanya sebesar 18 % . Jika diurutkan dari keseluruhan model pembelajaran kooperatif yang telah dikembangkan ternyata penggunaan model Jigsaw dan CIRC untuk meningkatkan hasil belajar siswa menempati urutan terakhir (Johnson & Johnson, 2000).

Berdasarkan uraian di atas dapat terlihat bahwa model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dan tipe Jigsaw memiliki beberapa keunggulan untuk menanamkan konsep siswa dan melatih keterampilan berpikir kreatif. Namun demikian ditemukan pula beberapa kelemahan dari kedua model ini. Hal inilah yang melatarbelakangi penulis untuk meneliti penerapan kedua model pembelajaran ini dalam pembelajaran dinamika rotasi sehingga diperoleh gambaran mana yang lebih efektif diantara keduanya dalam meningkatkan pemahaman konsep siswa dan keterampilan berpikir kreatif siswa SMA.

1.2.Rumusan masalah

Permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut:


(15)

1. Bagaimanakah perbandingan peningkatan pemahaman konsep dinamika rotasi antara siswa yang mendapatkan pembelajaran kooperatif tipe CIRC dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw? 2. Bagaimanakah perbandingan peningkatan keterampilan berpikir kreatif

siswa SMA pada materi dinamika rotasi antara yang mendapatkan pembelajaran kooperatif tipe CIRC dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw?

3. Bagaimanakah tanggapan guru dan siswa terhadap penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC?

4. Bagaimanakah tanggapan guru dan siswa terhadap penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw?

1.3.Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini adalah

1. Menjajagi penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dan tipe Jigsaw dalam pembelajaran dinamika rotasi sehingga diperoleh gambaran perbandingan efektivitasnya dalam meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kreatif siswa SMA.

2. Mengetahui tanggapan guru dan siswa terhadap penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC

3. Mengetahui tanggapan guru dan siswa terhadap penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.


(16)

1.4. Manfaat penelitian

Proses dan hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bukti empiris tentang keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan tipe CIRC dalam meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kreatif yang nantinya dapat digunakan oleh berbagai pihak yang terkait atau yang berkepentingan dengan hasil-hasil penelitian ini.

1.5. Hipotesis

Hipotesis untuk peningkatan pemahaman konsep siswa adalah : 1. Hipotesis nol (H0)

Tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam peningkatan pemahaman konsep dinamika rotasi antara siswa yang mendapatkan pembelajaran kooperatif tipe CIRC dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

2. Hipotesis kerja (H1)

Terdapat perbedaan yang signifikan dalam peningkatan pemahaman konsep dinamika rotasi antara siswa yang mendapatkan pembelajaran kooperatif tipe CIRC dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

Hipotesis untuk peningkatan keterampilan berpikir kreatif siswa adalah: 1. Hipotesis nol (H0)

Tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam peningkatan keterampilan berpikir kreatif antara siswa yang mendapatkan pembelajaran kooperatif


(17)

tipe CIRC dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

2. Hipotesis kerja (H1)

Terdapat perbedaan yang signifikan dalam peningkatan keterampilan berpikir kreatif antara siswa yang mendapatkan pembelajaran kooperatif tipe CIRC dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

1.6 Definisi Operasional

Untuk menghindari adanya salah pemaknaan dari setiap istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka dirumuskan definisi operasional sebagai berikut :

1. Model pembelajaran kooperatif tipe CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) adalah model pembelajaran kooperatif yang memiliki ciri khas penggunaan wacana atau kliping untuk kegiatan penggalian informasi. Sintak model pembelajaran kooperatif tipe CIRC adalah pembentukan kelompok secara heterogen, pemberian wacana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran, kerjasama siswa dalam menemukan ide pokok dan memberikan tanggapan terhadap wacana/kliping, presentasi hasil kelompok, penguatan dari guru dan perumusan kesimpulan. Para siswa saling memeriksa pekerjaan dengan temannya dan membantu teman lainnya dalam mempelajari materi pelajaran dan mengerjakan tugas. Skor kelompok didasarkan pada jumlah


(18)

satuan tugas yang dapat diselesaikan dan ketepatan pengerjaannya. Keterlaksanaan model pembelajaran CIRC dalam penelitian ini diamati melalui lembar obervasi.

2. Model Pembelajaran Jigsaw didefinisikan adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang pembelajarannya dilakukan dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 siswa. Masing-masing anggota kelompok asal mendapat materi yang berbeda, kemudian siswa yang mendapat materi yang sama dikumpulkan dalam satu kelompok ahli untuk saling berdiskusi dan berinteraksi dengan sesamanya dalam menggali informasi, mengolah informasi, mengambil keputusan dan memecahkan masalah. Setelah itu setiap anggota kelompok ahli tersebut kembali ke kelompok asal untuk menjelaskan materi yang ditugaskan kepada temannya. Sintak model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw menurut Slavin adalah: pembentukan kelompok secara heterogen, membaca, diskusi kelompok ahli, laporan kelompok, kuis, perhitungan skor kelompok, dan menentukan penghargaan. Keterlaksanaan model pembelajaran Jigsaw dalam penelitian ini diamati melalui lembar observasi.

3. Pemahaman konsep didefinisikan sebagai hasil proses belajar mengajar yang diperoleh siswa dalam ranah kognitif dengan indikator siswa dapat menerjemahkan sesuatu dari bentuk abstrak ke bentuk yang lebih kongkret serta menerjemahkan suatu simbol kedalam bentuk lain seperti: menerjemahkan tabel, grafik, simbol matematik dan sebagainya


(19)

(pemahaman translasi), membedakan antara kesimpulan - kesimpulan yang diperlukan dengan yang tidak diperlukan serta memahami dan menafsirkan isi berbagai macam bacaan (pemahaman interpretasi) dan menyimpulkan secara eksplisit, serta memprediksi konsekuensi-konsekuensi dari tindakan yang digambarkan dari sebuah komunikasi (pemahaman ekstrapolasi). Hasil belajar yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah selisih perolehan nilai siswa pada tes awal (pre test) dan tes akhir (post test) dalam mempelajari konsep dinamika rotasi. 4. Keterampilan berpikir kreatif didefinisikan sebagai kemahiran atau

kecakapan siswa dalam menggunakan berbagai operasi mental yang mengandung enam unsur aktivitas, yaitu; bertanya, menerka sebab-sebab, menerka akibat-akibat suatu kejadian, memperbaiki hasil keluaran, kegunaan yang luar biasa, dan meramalkan yang akan terjadi. Peningkatan keterampilan berpikir kreatif siswa diukur dari selisih perolehan nilai siswa pada tes awal (pre test) dan tes akhir (post test) tentang keterampilan berpikir kreatif.

5. Materi dinamika rotasi dimaksudkan sebagai suatu kajian materi yang membahas tentang hubungan konsep torsi, momentum sudut dan momen inersia berdasarkan hukum II Newton serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.


(20)

(21)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode penelitian

Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dan tipe Jigsaw terhadap pemahaman konsep dan keterampilan berpikir keatif siswa digunakan metode penelitian eksperimen dengan dua perlakuan. Kelompok eksperimen 1 mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, sedangkan kelompok eksperimen 2 mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC. Untuk mendapatkan gambaran tentang tanggapan siswa dan guru terhadap penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dan tipe Jigsaw digunakan metode penelitian deskriptif.

3.2. Desain Penelitian

Pada dasarnya penelitian ini bersifat komparasi dengan menggunakan bantuan perhitungan statistik. Dalam penelitian ini digunakan desain penelitian randomized pretest-posttest comparison group design. Mula-mula dipilih secara acak anggota kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2, kemudian dilakukan tes awal terhadap kedua kelompok. Setelah itu kedua kelompok diberi perlakuan yang berbeda, dan diakhiri dengan pemberian tes akhir terhadap kedua kelompok. Untuk tes awal dan tes akhir digunakan perangkat tes yang sama.


(22)

Tabel 3.1. Bagan desain penelitian

Kelompok Pre-test Perlakuan Post-test Eksperimen 1

Eksperimen 2

T T

X1 X2

T T Keterangan :

T = Tes pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kreatif X1 = Perlakuan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

X2 = Perlakuan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC

3.3. Populasi dan sampel

Populasi penelitian adalah siswa kelas XI salah satu SMA negeri yang berada di kecamatan Darangdan kabupaten Purwakarta tahun pelajaran 2008/2009. Sampel dipilih secara acak dengan teknik cluster sampling. Dengan cara seperti itu terpilih dua kelas sebagai sampel penelitian dari empat kelas yang ada, kemudian dengan teknik pengundian ditentukan kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2. Jumlah sampel yang diambil dari populasi adalah 70 siswa yaitu 35 siswa sebagai kelompok eksperimen 1, dan 35 siswa sebagai kelompok eksperimen 2.

3.4. Instrumen penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ada empat jenis yaitu : 1. Tes pemahaman konsep, berupa tes obyektif dalam bentuk pilihan ganda. 2. Tes keterampilan berpikir kreatif, berupa tes obyektif dalam bentuk pilihan


(23)

3. Angket tanggapan guru dan siswa.

Jenis angket yang diberikan adalah skala sikap dengan menggunakan penskoran skala likert, dimana guru dan setiap siswa diminta untuk memberikan persetujuan terhadap setiap pernyataan yang diberikan sesuai dengan yang mereka alami, rasakan, dan lakukan, dengan cara memberi tanda cek list pada sikap sangat setuju (SS), Setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Penskoran sikap dilakukan dengan patokan untuk pernyataan positif diberikan penskoran seperti berikut; SS= 4, S = 3, TS = 2 dan STS = 1, dan sebaliknya.Pernyataan-pernyataan yang disajikan dalam angket adalah seputar model pembelajaran CIRC dan jigsaw, impelentasinya, peranannya dalam pelatihan pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kreatif, kelebihannya, dan kekurangannya. Pemberian angket dilakukan setelah proses pembahasan materi dinamika rotasi selesai dilakukan.

4. Lembar observasi untuk mengamati keterlaksanaan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dan tipe Jigsaw.


(24)

Tabel 3.2. Instrumen Penelitian

No Target Subyek Metode/teknik Bentuk instrumen 1. Pemahaman

konsep (penalaran)

Siswa Tes Obyektif Tes awal dan tes akhir soal pilihan ganda tentang pemahaman konsep dinamika rotasi. 2. Berpikir

kreatif (Penalaran)

Siswa Tes Obyektif Tes awal dan tes akhir soal pilihan ganda tentang keterampilan berfikir kreatif pada bahasan dinamika rotasi. 3. Tanggapan

terhadap penggunaan model CIRC dan model Jigsaw dalam pembelajaran fisika

Siswa Guru

Skala Sikap Angket dengan

menggunakan skala sikap Likert dengan pernyataan sikap sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS) 3. Keterlaksanaan

model

pembelajaran kooperatif tipe CIRC dan tipe Jigsaw

Siswa Guru

Observasi Lembar observasi pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dan tipe Jigsaw


(25)

KUESIONER

STUDI PENDAHULUAN DAN OBSERVASI PERUMUSAN MASALAH STUDI LITERATUR BAHAN KAJIAN

RANCANGAN PROSES PEMBELAJARAN RANCANGAN INSTRUMEN

PROSES PEMBELAJARAN DENGAN MODEL JIGSAW

PROSES PEMBELAJARAN DENGAN MODEL CIRC

TES AKHIR

ANALISIS DATA KESIMPULAN

OBSERVASI KUESIONER TES AWAL

UJI COBA INSTRUMEN

OBSERVASI KUESIONER

3.4. Prosedur dan alur penelitian

Diagram alur penelitian digambarkan pada gambar 3.1.


(26)

3.5. Teknik Pengolahan Data

A. Penskoran hasil-hasil tes pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kreatif dengan berpedoman pada standar penskoran yang telah ditetapkan. Untuk menguji kesahihan tes dilakukan uji coba instrumen. Data hasil uji coba instrumen dianalisis melalui:

1. Validitas butir soal

Validitas butir soal digunakan untuk mengetahui dukungan suatu butir soal terhadap skor total. Untuk menguji validitas setiap butir soal, skor-skor setiap butir soal dikorelasikan dengan skor total. Sebuah soal akan memiliki validitas yang tinggi jika skor soal tersebut memiliki dukungan yang besar terhadap skor total. Dukungan setiap butir soal dinyatakan dalam bentuk kesejajaran (korelasi), sehingga untuk mendapatkan validitas suatu butir soal digunakan rumus korelasi. Perhitungan korelasi dapat dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi product moment Pearson, sebagai berikut: (Arikunto, 2005)

{

2 2

}{

2 2

}

) ( ) ( ) )( ( Y Y N X X N Y X XY N rxy Σ − Σ Σ − Σ Σ Σ − Σ

= (3.1) keterangan

rxy: koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y. X : Skor tiap butir soal yang akan dicari validitasnya Y : Skor tes total

N : jumlah sampel

Untuk mengklasifikasi koefisien korelasi dapat digunakan pedoman klasifikasi seperti pada Tabel 3.3.


(27)

Tabel 3.3. Kategori Validitas Butir Soal

Batasan Kategori

0,80< rxy≤ 1,00 Sangat tinggi (sangat baik) 0,60< rxy≤ 0,80 tinggi (baik)

0,40< rxy≤ 0,60 cukup(sedang)

0,20< rxy≤ 0,40 rendah (kurang)

0,00< rxy≤ 0,20 sangat rendah (sangat kurang)

Dari uji coba soal tes pemahaman konsep yang terdiri dari 15 soal diperoleh nilai koefisien korelasi 0,36 yang berada dalam kategori rendah (kurang) sedangkan untuk soal tes keterampilan berpikir kreatif yang terdiri dari 15 soal diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,70 yang berada dalam kategori tinggi (baik).

2. Reliabilitas Tes

Reliabilitas suatu alat ukur (tes) dimaksudkan sebagai suatu alat yang memberikan hasil yang tetap sama (ajeg, konsisten) setiap kali dipakai. Hasil pengukuran itu harus tetap sama (relatif sama) jika pengukurannya diberikan pada subyek yang sama (identik) meskipun dilakukan oleh orang yang berbeda, waktu yang berbeda, dan tempat yang berbeda. Tidak terpengaruh oleh pelaku, situasi, dan kondisi. Untuk menghitung koefisien reliabilitas tes digunakan teknik belah dua dengan menggunakan rumus Spearman-Brown: (Arikunto, 2005)

      + = 2 1 2 1 2 1 2 1 11 1 2 r r

r (3.2)


(28)

2 1 2 1

r = koefisien korelasi antara skor-skor setiap belahan tes Harga

2 1 2 1

r adalah nilai koefisien korelasi antara dua belahan tes, yang dapat dihitung dengan menggunakan rumus korelasi product moment Pearson: (Arikunto, 2005) 2 1 2 1 r

{

2 2

}{

2 2

}

) ( ) ( ) )( ( Y Y N X X N Y X XY N Σ − Σ Σ − Σ Σ Σ − Σ

= (3.3) keterangan 2 1 2 1

r : koefisien korelasi antara skor item ganjil dengan skor item genap

X : Skor item ganjil Y : Skor item genap

N : jumlah sampel

Untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas (r11), digunakan tolok ukur yang dibuat oleh J. P. Guilford (Arikunto, 2005) seperti pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4. Kriteria reliabilitas tes Koefisien reliabilitas Kriteria

r11 ≤ 0,20 0,20 < r11 ≤ 0,40 0,40 < r11 ≤ 0,60 0,60 < r11 ≤ 0,80 0,80 < r11≤ 1,00

Reliabilitas sangat rendah Reliabilitas rendah Reliabilitas sedang Reliabilitas tinggi Reliabilitas sangat tinggi

Dari hasil uji coba soal tes pemahaman konsep diperoleh reliabilitas tes 0,58 yang artinya soal pemahaman konsep memiliki reliabiltas yang tinggi,


(29)

sedangkan untuk tes keterampilan berpikir kreatif diperoleh relibilitas tes 0,82 yang artinya soal keterampilan berpikir kreatif memiliki reliabilitas yang sangat tinggi.

3. Tingkat kemudahan butir soal

Tingkat kemudahan adalah bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal. Besarnya indeks kemudahan berkisar antara 0,00 sampai 1,0. Soal dengan indeks kemudahan 0,0 menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,0 menunjukkan bahwa soal tersebut terlalu mudah. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu sukar atau terlalu mudah. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk berusaha memecahkan masalah. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena diluar jangkauannya. Indeks kemudahan diberi simbol ‘P’ (proporsi) yang dapat dihitung dengan rumus: (Arikunto, 2005)

JS B

P= (3.4) Keterangan:

P : Indeks kemudahan

B : Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul JS : Jumlah seluruh siswa peserta tes

Untuk mengklasifikasi indeks kemudahan dapat digunakan pedoman kategori tingkat kemudahan seperti pada Tabel 3.5.


(30)

Tabel 3.5. Indeks Kemudahan

Indeks kemudahan Kategori

0,00 ≤ P < 0,30 soal sukar 0,30 ≤ P < 0,70 soal sedang

0,70 ≤ P < 1,00 soal mudah

Dari uji coba soal tes pemahaman konsep diperoleh hasil: 3 soal berada dalam kategori sangat mudah, 5 soal berada dalam kategori mudah, 3 soal berada dalam kategori sedang, 3 soal berada dalam kategori sukar dan 1 soal berada dalam karegori sangat sukar, sedangkan dari uji coba soal tes keterampilan berpikir kreatif diperoleh hasil: 3 soal berada dalam kategori mudah, 10 soal berada dalam kategori sedang, dan 2 soal berada dalam kategori sukar.

4. Daya Pembeda butir soal

Pengertian daya pembeda dari sebuah butir soal adalah seberapa jauh butir soal tersebut mampu membedakan antara testi yang memiliki kemampuan tinggi (pandai) dengan testi yang memiliki kemampuan rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi (D). Untuk menghitung indeks diskriminasi suatu tes dapat digunakan persamaan: (Arikunto, 2005)

A B

B B

A A

P P J B J B

D= − = − (3.5) Keterangan J : Jumlah peserta tes


(31)

JB : Banyaknya peserta kelompok bawah

BA: Banyaknya kelompok atas yang menjawab benar BB: Banyaknya kelompok bawah yang menjawab benar PA: proporsi kelompok atas yang menjawab benar PB : proporsi kelompok bawah yang menjawab benar

Untuk mengklasifikasi indeks daya pembeda dapat digunakan pedoman kategori daya pembeda seperti pada Tabel 3.6.

Tabel 3.6. Kategori Daya Pembeda (D)

Indeks daya pembeda Kategori

D ≤ 0,20 Jelek

0,20 < D ≤ 0,40 Cukup

0,40 < D ≤ 0,70 Baik

0,70 < D ≤ 1,00 Baik sekali

Dari uji coba soal tes pemahaman konsep diperoleh hasil: 12 soal berada dalam kategori daya pembeda cukup, dan 3 soal berada dalam kategori daya pembeda baik, sedangkan dari uji coba soal tes keterampilan berpikir kreatif diperoleh hasil : 4 soal berada dalam kategori daya pembeda cukup, 5 soal berada dalam kategori baik, dan 6 soal berada dalam kategori daya pembeda baik sekali.

B. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kreatif ditinjau dari perbandingan nilai gain yang dinormalisasi (normalized gain) yang diperoleh dari penggunaannya. Untuk perhitungan nilai gain yang dinormalisasi dan pengklasifikasiannya akan


(32)

digunakan persamaan yang dirumuskan oleh R. R. Hake sebagai berikut: (Hake, 1998)

g =

pre maks

pre post

S S

S S

− −

(3.6) Keterangan : Spost : skor postes

Spre : skor pretes

Smaks : skor maksimum ideal

Tinggi rendahnya gain yang dinormalisasi diklasifikasikan seperti pada Tabel 3.7.

Tabel 3.7. Nilai gain yang dinormalisasi dan klasifikasinya Gain yang dinormalisasi Klasifikasi

G ≥ 0,7 Tinggi

0,7 > g ≥ 0,3 Sedang

G < 0,3 Rendah

Dari nilai gain yang dinormalisasi dapat dilihat keefektifan suatu model pembelajaran jika dibandingkan dengan model pembelajaran yang lain. Model pembelajaran yang memiliki nilai rata-rata gain g lebih tinggi dapat dikatakan lebih efektif (Mergendoller, 2005).

C. Uji hipotesis akan dilakukan dengan menggunakan teknik uji stastistik yang cocok dengan distribusi data yang diperoleh. Proses pengujian hipotesis akan meliputi uji normalitas distribusi data, uji homogenitas, dan uji kesamaan dua rata-rata.


(33)

Uji normalitas distribusi data

Uji normalitas distribusi data pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kreatif untuk kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2 dilakukan dengan menggunakan persamaan: (Sugiyono, 2007)

e e

f f f0 2

2 ( )

)

(χ =∑ − (3.7) dimana f : Frekuensi observasi 0

f : Frekuensi ekspektasi e

data dikatakan berdistribusi normal jika:χ2hitung <χ2tabel

Uji Homogenitas varians data kedua kelompok

Uji homogenitas distribusi data dilakukan dengan menggunakan persamaan :

kecil besar

S S

F 2

2

= (3.8) Dengan S2 = varians

Data dikatakan homogen bila Fhitung < Ftabel.

Uji hipotesis dengan uji kesamaan dua rata-rata

Uji kesamaan dua rata digunakan untuk membandingkan dua nilai rata-rata, yaitu nilai rata-rata tes awal siswa pada kelompok eksperimen 1 dan siswa kelompok eksperimen 2 dengan keadaan nilai rata-rata tes akhir siswa pada kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2. Jika data


(34)

berdistribusi normal dan homogen maka digunakan persamaan: (Sudjana, 2002)       + − = 2 1 2 1 1 1 n n S x x

t (3.9)

dengan S2 =

2 ) 1 ( ) 1 ( 2 1 2 2 2 2 1 1 − + − + − n n S n S n (3.10)

dimana: x1 : rata-rata gain kelompok eksperimen 1

2

x : rata-rata gain kelompok eksperimen 2 n1 : Jumlah sampel kelompok eksperimen 1 n2 : Jumlah sampel kelompok eksperimen 2 S : jumlah subyek penelitian

Hipotesis nol (H0) diterima bila t hitung < ttabel dan sebaliknya H0 ditolak bila t hitung > ttabel.

D. Pengolahan data kuesioner dilakukan secara kuantitatif melalui perhitungan prosentase jumlah siswa dan guru atas tanggapan terhadap pernyataan-pernyataan yang terkait dengan model pembelajaran CIRC dan Jigsaw yang digunakan. Untuk penskoran tanggapan kuesioner digunakan skala Likert.


(35)

(36)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data seperti yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya dapat ditarik kesimpulan bahwa:

1. Tingkat perolehan (gain) hasil belajar siswa dalam hal pemahaman konsep siswa yang memperoleh pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah 0,45 yang tergolong kategori sedang dan tingkat perolehan (gain) hasil belajar siswa dalam hal pemahaman konsep siswa yang mendapat pembelajaran kooperatif tipe CIRC adalah 0,35 yang tergolong kategori sedang. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran kooeperatif tipe Jigsaw lebih efektif dalam meningkatkan pemahaman konsep dinamika rotasi jika dibandingkan dengan pembelajaran kooeperatif tipe CIRC.

2. Tingkat perolehan (gain) hasil belajar siswa dalam hal keterampilan berpikir kreatif yang memperoleh pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah 0,42 yang tergolong kategori sedang dan tingkat perolehan (gain) hasil belajar siswa dalam hal keterampilan berpikir kreatif yang memperoleh pembelajaran kooperatif tipe CIRC adalah 0,38 yang tergolong kategori sedang. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam hal peningkatan keterampilan berpikir kreatif antara siswa yang mendapatkan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran kooperatif tipe CIRC.


(37)

3. Tanggapan guru dan sebagian besar siswa terhadap penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan tipe CIRC adalah positif, dan berharap penggunaannya dalam materi fisika yang lain.

5.2. Saran-saran

Bertolak dari hasil-hasil penelitian dalam meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kreatif, penulis memberikan saran-saran sebagai berikut:

1. Kunci utama keberhasilan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah pada kegiatan diskusi kelompok ahli berlangsung. Untuk menjamin bahwa anggota kelompok ahli telah mampu menjadi seorang ahli dalam materi tertentu sebaiknya guru memberikan tes atau evaluasi terhadap anggota kelompok ahli sebelum mereka kembali ke kelompok asal. Peranan guru dalam membimbing kegiatan diskusi kelompok ahli sangat diperlukan. Oleh karena itu sebaiknya guru memberikan bantuan dan bimbingan kepada kelompok-kelompok yang mengalami kesulitan sehingga diharapkan siswa mampu meningkatkan penguasaan konsepnya.

2. Pada saat penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC sebaiknya guru merancang waca secara lengkap, detail, runut alur pembahasannya dan bersifat apikatif sehingga dari wacana tersebut siswa diharapkan siswa dapat menemukan konsep secara mandiri. Wacana dapat dikembangkan dan dimodifikasi dengan cara menyisipkan kegiatan demonstrasi atau kegiatan praktikum sederhana yang dapat membantu siswa dalam menemukan konsep


(38)

yang sedang diajarkan. Jika hal ini dilakukan diharapkan materi fisika yang diajarkan menjadi menarik.

3. Agar kegiatan diskusi berlangsung komunikatif peran guru diperlukan sebagai fasilitator dan motivator. Peran guru sebaiknya tidak terlalu dominan, namun guru pun diharapkan dapat membantu dan memberikan penguatan konsep pada saat penarikan kesimpulan.


(39)

(40)

DAFTAR PUSTAKA

Arends, Richard, I., (1997) Classroom Instruction and Management, New York; McGraw-Hill Gautreau R. and Novemsky, L., 1997, Concept First-A Small Group Approach To Physics Learning, Am. J. Phys. 65 (5) 418-428.

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, S., (2005). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta: PT Bumi Aksara.

Aronson, E., Baney, N., Sikes, J., Stephan, C., & Snapp, M., (1978). E History of the Jigsaw. [Online]. Tersedia: http://www.jigsaw.org/history.htm. Download: 20 Desember 2006.

Aronson, E., Baney, N., Sikes, J., Stephan, C., & Snapp, M., (1978). Doing CL- Jigsaw. [Online]. Tersedia: http://www.jigsaw.org/Doing CL.htm. Download: 20 Desember 2006.

Costa, A.L., (1985). Developing Minds: A Resources Book for Teaching Thinking, Alexandria: ACD.

Dahlan, M.D. (1990). Model-Model Mengajar. Bandung: Diponegoro. Dahar, R. W. ( 1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Depdiknas. (2003). Standar kompetensi, mata pelajaran Fisika, Sekolah menengah atas dan madrasah aliyah, Jakarta: Depdiknas.

Hake, R. R., (1998) Interactive-Engagement Versus Tradisional Methods : A Six-Thousand-Student Survey of Mechanics Tes Data For Introductory Physics Course, Am. J. Phys. 66 (1) 64-74.

Johnson, D.W., Johnson, R.T., & Stane, M.B., (2000) Cooperative Learning Methods: A Meta-Analysis. Minneapolis, Minnesota 55455 University of Minnesota.

http://www.ed.gov/pubs/EPTW/eptw4 /eptw4d. html.

Joyce, B., & Weil, M., (1980). Models of Teaching. Sixth Edition, Boston: Allyn and Bacon A Pearson Education Company.

Juniarti, (2007) Model Pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition Untuk Meningkatkan Penguaasaan Konsep dan Keterampilan Berfikir Kreatif Siswa SMU Pada Materi Suhu dan Kalor. Tesis. Perpustakaan UPI. Tidak diterbitkan.


(41)

Juremi, S., Ayob, A. ( 2000) Menentukan Kesahan Alat Ukur- Alat Ukur Kemahiran Berfikir Kritis, Kemahiran Berfikir Kreatif, Kemahiran Proses Sains dan Pencapaian Biologi, tersedia http://www.

geocities.com/drwanrani/ Sabaria_Juremi.html.

Kanginan, M., (2002). Fisika Untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.

Kagan, S., (1985). Cooperatif Learning Resources for Teachers. Riverside, CA: University of California at Riverside.

Lie, A. (2002). Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. Grasindo.

Liliasari, (2002) Pengembangan Model Pembelajaran Kimia Untuk Meningkatkan Strategi Kognitif Mahasiswa Calon Guru Dalam Menerapkan Berfikir Konseptual Tingkat Tinggi (studi pengembangan berpikir kritis dan kreatif), Laporan penelitian hibah bersaing IX, 2002.

Marie, Anna Farnish, (2006). CIRC, Center for Social Organization of Schools. The Johns Hopkins University, 3505 North Charles Street, Baltimore, MD 21218. (410) 516-8857, FAX (410) 516-8890.

Nursalam,L.O., (2007).Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Peningkatan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Berfikir Kritis Siswa SMA Pada Konsep Listrik Dinamis: Tesis. Perpustakaan UPI. Tidak diterbitkan.

Sadia, (1997). Pembelajaran Dengan Menggunakan CIRC Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa. Bandung: Tesis. Perpustakaan UPI. Tidak diterbitkan.

Slavin, R. E., (1995). Cooperative Learning : Theory, Research, and practice, (second ed.). Boston: Allyn and Bacon.

Slavin, Robert E., (1997). Effects Of Bilingual Cooperative Intergrated Reading and Composition On Students Transitioning From Spanish To English Reading New York: Hopkins University. Report No. 10. February 1997. http://www.ed.gov/pubs/EPTW/eptw4/eptw4d.html.

Sokoloff, D. R., Thomton R. K,. 1997, Using Interactive Lecture Demonstrations To Creat an Active Learning Environment, The Physics Teacher 35. 340-347.

Stevens, R., Madden, N., Slavin, R., & Farnish, A., (1987). Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)-Reading


(42)

Sudjana, N. (2005). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Sugiyono.(2007). Statistika Untuk Penelitian.Bandung: Alfabeta.

Supriadi, Dedi. (1999). Kreativitas, Kebudayaan, dan Perkembangan Iptek. Bandung: Alfabeta.

Tippler, (1991). Fisika Untuk Sain dan Teknik. Jakarta: Erlangga.

Torrance E. P., (1990). Thinking Creatively With Words Manual. Benevile, IL: Scholastic Testing Service, Inc.

Wardani, S, (2002). Pembelajaran Pemecahan Masalah Melalui Model Kooperatif Tipe Jigsaw. Tesis. Perpustakaan UPI. Tidak diterbitkan.


(43)

(1)

100 yang sedang diajarkan. Jika hal ini dilakukan diharapkan materi fisika yang diajarkan menjadi menarik.

3. Agar kegiatan diskusi berlangsung komunikatif peran guru diperlukan sebagai fasilitator dan motivator. Peran guru sebaiknya tidak terlalu dominan, namun guru pun diharapkan dapat membantu dan memberikan penguatan konsep pada saat penarikan kesimpulan.


(2)

(3)

101 DAFTAR PUSTAKA

Arends, Richard, I., (1997) Classroom Instruction and Management, New York; McGraw-Hill Gautreau R. and Novemsky, L., 1997, Concept First-A Small Group Approach To Physics Learning, Am. J. Phys. 65 (5) 418-428.

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, S., (2005). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta: PT Bumi Aksara.

Aronson, E., Baney, N., Sikes, J., Stephan, C., & Snapp, M., (1978). E History of the Jigsaw. [Online]. Tersedia: http://www.jigsaw.org/history.htm. Download: 20 Desember 2006.

Aronson, E., Baney, N., Sikes, J., Stephan, C., & Snapp, M., (1978). Doing CL- Jigsaw. [Online]. Tersedia: http://www.jigsaw.org/Doing CL.htm. Download: 20 Desember 2006.

Costa, A.L., (1985). Developing Minds: A Resources Book for Teaching Thinking, Alexandria: ACD.

Dahlan, M.D. (1990). Model-Model Mengajar. Bandung: Diponegoro. Dahar, R. W. ( 1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Depdiknas. (2003). Standar kompetensi, mata pelajaran Fisika, Sekolah menengah atas dan madrasah aliyah, Jakarta: Depdiknas.

Hake, R. R., (1998) Interactive-Engagement Versus Tradisional Methods : A Six-Thousand-Student Survey of Mechanics Tes Data For Introductory Physics Course, Am. J. Phys. 66 (1) 64-74.

Johnson, D.W., Johnson, R.T., & Stane, M.B., (2000) Cooperative Learning Methods: A Meta-Analysis. Minneapolis, Minnesota 55455 University of Minnesota.

http://www.ed.gov/pubs/EPTW/eptw4 /eptw4d. html.

Joyce, B., & Weil, M., (1980). Models of Teaching. Sixth Edition, Boston: Allyn and Bacon A Pearson Education Company.

Juniarti, (2007) Model Pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition Untuk Meningkatkan Penguaasaan Konsep dan Keterampilan Berfikir Kreatif Siswa SMU Pada Materi Suhu dan Kalor. Tesis. Perpustakaan UPI. Tidak diterbitkan.


(4)

Juremi, S., Ayob, A. ( 2000) Menentukan Kesahan Alat Ukur- Alat Ukur Kemahiran Berfikir Kritis, Kemahiran Berfikir Kreatif, Kemahiran Proses Sains dan Pencapaian Biologi, tersedia http://www. geocities.com/drwanrani/ Sabaria_Juremi.html.

Kanginan, M., (2002). Fisika Untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.

Kagan, S., (1985). Cooperatif Learning Resources for Teachers. Riverside, CA: University of California at Riverside.

Lie, A. (2002). Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. Grasindo.

Liliasari, (2002) Pengembangan Model Pembelajaran Kimia Untuk Meningkatkan Strategi Kognitif Mahasiswa Calon Guru Dalam Menerapkan Berfikir Konseptual Tingkat Tinggi (studi pengembangan berpikir kritis dan kreatif), Laporan penelitian hibah bersaing IX, 2002.

Marie, Anna Farnish, (2006). CIRC, Center for Social Organization of Schools. The Johns Hopkins University, 3505 North Charles Street, Baltimore, MD 21218. (410) 516-8857, FAX (410) 516-8890.

Nursalam,L.O., (2007).Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Peningkatan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Berfikir Kritis Siswa SMA Pada Konsep Listrik Dinamis: Tesis. Perpustakaan UPI. Tidak diterbitkan.

Sadia, (1997). Pembelajaran Dengan Menggunakan CIRC Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa. Bandung: Tesis. Perpustakaan UPI. Tidak diterbitkan.

Slavin, R. E., (1995). Cooperative Learning : Theory, Research, and practice, (second ed.). Boston: Allyn and Bacon.

Slavin, Robert E., (1997). Effects Of Bilingual Cooperative Intergrated Reading and Composition On Students Transitioning From Spanish To English Reading New York: Hopkins University. Report No. 10. February 1997. http://www.ed.gov/pubs/EPTW/eptw4/eptw4d.html.

Sokoloff, D. R., Thomton R. K,. 1997, Using Interactive Lecture Demonstrations To Creat an Active Learning Environment, The Physics Teacher 35. 340-347.

Stevens, R., Madden, N., Slavin, R., & Farnish, A., (1987). Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)-Reading


(5)

103 Sudjana, N. (2005). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT

Remaja Rosda Karya.

Sugiyono.(2007). Statistika Untuk Penelitian.Bandung: Alfabeta.

Supriadi, Dedi. (1999). Kreativitas, Kebudayaan, dan Perkembangan Iptek. Bandung: Alfabeta.

Tippler, (1991). Fisika Untuk Sain dan Teknik. Jakarta: Erlangga.

Torrance E. P., (1990). Thinking Creatively With Words Manual. Benevile, IL: Scholastic Testing Service, Inc.

Wardani, S, (2002). Pembelajaran Pemecahan Masalah Melalui Model Kooperatif Tipe Jigsaw. Tesis. Perpustakaan UPI. Tidak diterbitkan.


(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams-Games Tournament) terhadap pemahaman konsep matematika siswa

1 8 185

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe CIRC (cooperative integrated reading and composition) terhadap kemampuan menyesaikan soal cerita matematika (studi eksperimen di SMPN 238 Jakarta)

0 5 88

Pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe FSLC (Formulate-Share-Listen-Create) terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa

16 28 186

pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terhadap tingkat pemahaman siswa tentang materi zakat pada mata pelajaran pendidikan agama islam (Penelitian Quasi Eksperimen di Kelas VIII SMP Sulthan Bogor Tahun Ajaran 2015/2016)

1 10 154

Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematis Siswa.

1 3 25

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI ABDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA SMA PADA MATERI DINAMIKA.

0 4 36

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE INVESTIGASI KELOMPOK PADA MATERI KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP.

0 0 91

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE INVESTIGASI KELOMPOK PADA MATERI KALOR UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS DAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA SMA.

0 0 38

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DAN MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISTEM PEMERINTAHAN TINGKAT PUSAT DALAM PEMBELAJARAN PKn.

0 0 6

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION DIPADU PETA KONSEP TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA

0 0 17