ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS Ny. I P (1)

PRE EKLAMPSIA BERAT DI RSU ASSALAM GEMOLONG SRAGEN TAHUN 2013 KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Akhir Pendidikan D III Kebidanan

Disusun Oleh : NINING LESTARI

NIM. B10.156

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA 2013

" -(/3 ('*)# ;

# +' ;0

+ ""

+1

1 41 + 3

30 =

30 1

""

""

<3

3 %3

++

&3

4 " )3 0

9333333333333333333

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Ijin Pengambilan Kasus Lampiran 2. Surat Balasan Dari Lahan Lampiran 3. Surat Persetujuan Responden Lampiran 4. Satuan Acara Penyuluhan tentang ASI Eksklusif Lampiran 5. Satuan Acara Penyuluhan tentang Perawatan Payudara Lampiran 6. Satuan Acara Penyuluhan tentang Perawatan Genetalia Lampiran 7. Lembar Observasi Lampiran 8. Lembar Konsultasi Lampiran 9. Jadwal Studi Kasus

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Ijin Pengambilan Kasus Lampiran 2. Surat Balasan Dari Lahan Lampiran 3. Surat Persetujuan Responden Lampiran 4. Satuan Acara Penyuluhan tentang ASI Eksklusif Lampiran 5. Satuan Acara Penyuluhan tentang Perawatan Payudara Lampiran 6. Satuan Acara Penyuluhan tentang Perawatan Genetalia Lampiran 7. Lembar Observasi Lampiran 8. Lembar Konsultasi Lampiran 9. Jadwal Studi Kasus

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia tergolong masih cukup tinggi yaitu mencapai 228 per 100.000 kelahiran hidup. Target yang akan dicapai tahun 2015 adalah menjadi 102 orang per tahun. Penyebab terjadinya angka kematian ibu di Indonesia adalah perdarahan 60 – 70 %, infeksi 10 – 20 %, pre eklampsi dan eklampsi 20 – 30% (Manuaba, 2008).

Untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) Depkes sedang menggalakkan program Making Pregnancy Safer (MPS) dengan program (P4K) antara lain Program Perencanaan, Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (Depkes RI, 2010).

Kejadian pre eklamsia dan eklamsia sulit dicegah tetapi didiagnosis dini sangat menentukan prognosis janin. Pengawasan hamil sangat penting karena pre eklamsia dan eklamsia merupakan penyebab kematian yang cukup tinggi di Indonesia

(Wiknjosastro, 2006). Kejadian kematian ibu maternal paling banyak adalah waktu bersalin sebesar 49,55%, kemudian disusul waktu hamil (Wiknjosastro, 2006). Kejadian kematian ibu maternal paling banyak adalah waktu bersalin sebesar 49,55%, kemudian disusul waktu hamil

Pre Eklampsi merupakan salah satu sebab utama kematian ibu dan kematian perinatal yang tinggi, oleh karena itu diagnosa dini Pre Eklampsi dan penanganannya perlu segera dilaksanakan untuk menurunkan Angka Kematian Ibu dan anak (Depkes RI, 2005). Upaya bidan untuk menurunkan mortalitas dan morbiditas pada ibu nifas dengan pre eklamsia berat di RSU ASSALAM GEMOLONG diperlukan pelayanan kesehatan yang mengacu pada preventif, promotif, kuratif, rehabilitatif. Dimana dengan cara pemberian anti hipertensi, diet rendah garam dan tinggi protein serta pantau pemeriksaan urine dalam kasus pre eklapsia peran bidan dalam memberikan asuhan kebidanan sangat menentukan prognosa baik buruk keadaan penderita .

Data survey pendahuluan dari rekam medik di RSU ASSALAM GEMOLONG SRAGEN pada bulan Oktober 2011 sampai Oktober 2012 tercatat 564 (100%) ibu nifas yang dirawat, ibu nifas dengan pre eklamsia ringan sebanyak 33 (5,8%), ibu nifas dengan pre eklamsia berat sebanyak 41 (7,2%), partus lama sebanyak 52 (9,2%), partus normal sebanyak 285 (50,7%), ibu bersalin dengan ketuban pecah dini sebanyak 38 (6,7%), ibu bersalin dengan cesar sebanyak 115 (20,4%).

Berdasarkan data ibu nifas dengan pre eklamsia berat masih tinggi dan dapat mengakibatkan kematian, maka penulis tertarik untuk melaksanakan studi kasus “Asuhan Kebidanan Pada

Ibu Nifas Ny. I P 2 A 0 Dengan Pre Eklamsia Berat di RSU ASSALAM GEMOLONG SRAGEN”. Kasus diatas dapat memunculkan permasalahan komplek sehingga penulis menerapan kebidanan 7 langkah Varney.

B. Perumusan masalah

Dari uraian latar belakang di atas, maka perumusan masalah sebagai berikut “Bagaimana Penatalaksanaan Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Ny. I P 2 A 0 Dengan Pre Eklamsia Berat di RSU ASSALAM GEMOLONG SRAGEN TAHUN 2013 dengan menggunakan pendekatan Manajemen Kebidanan Menurut 7 langkah Varney?”.

C. Tujuan Studi Kasus

1. Tujuan Umum Penulis mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas

Ny. I P 2 A 0 dengan pre eklamsia berat di RSU Assalam Gemolong Sragen Tahun 2013 melalui menejemen kebidanan 7 langkah Varney.

2. Tujuan Khusus

a. Penulis mampu :

1) Melaksanakan pengkajian pada ibu nifas Ny. I P 2 A 0 dengan pre eklamsia berat.

2) Menginterpretasikan data, merumuskan diagnosa kebidanan, masalah dan kebutuhan pada ibu nifas Ny. I P 2 A 0 dengan pre eklamsia berat.

3) Menentukan diagnosa masalah potensial pada ibu nifas

Ny. I P 2 A 0 dengan pre eklamsia berat.

4) Mengidentifikasi tindakan segera pada ibu nifas Ny. I P 2 A 0 dengan pre eklamsia berat.

5) Merencanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas Ny. I P 2 A 0 dengan pre eklamsia berat.

6) Melaksanakan tindakan asuhan kebidanan pada ibu nifas

Ny. I P 2 A 0 dengan pre eklamsia berat.

7) Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan pada ibu nifas Ny. I P 2 A 0 dengan pre eklamsia berat.

b. Mampu mengetahui kesenjangan teori dan pratek pada ibu

nifas Ny. I P 2 A 0 dengan pre eklamsi berat.

c. Mampu memberikan alternatif pemecahan masalah yang

terjadi pada ibu nifas Ny. I P 2 A 0 dengan pre eklamsia berat.

D. Manfaat Studi Kasus

1. Bagi Diri Sendiri

Penulis dapat mengetahui penatalaksanaan dan penanganan masalah asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan pre eklamsia berat.

2. Bagi Profesi Hasil dari studi kasus ini diharapkan dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan pre eklamsia berat.

3. Bagi Institusi

a. Bagi Rumah Sakit Assalam Untuk meningkatkan pelayanan kebidanan khususnya pada penanganan asuhan ibu nifas dengan pre eklamsia berat.

b. Bagi Pendidikan Penulis mengharapkan agar apa yang ditulis dapat menjadi referensi yang bermanfaat bagi institusi pendidikan.

E. Keaslian Studi Kasus

Studi kasus ini pernah dilakukan oleh :

1. Asih Jamiarti (2007), dengan judul “Asuhan Kebidanan Pada

Ibu Nifas Ny. K Umur 28 tahun Dengan pre Eklamsia Berat di Bangsal Kenanga di RSUD Karanganyar”.

Dengan kriteria hasil diketahui dari asuhan kebidanan yang telah dilakukan selama kurang lebih 6 hari dengan pemberian terapi Cavapres 125 mg dan Diasepam 20 mg dalam infus D5% tetes per menit. Adanya perubahan perilaku adanya kemajuan kondisi klien menjadi lebih baik yaitu tekanan darah : 120/80 mmHg, Nadi : 80/menit, Suhu : 36,5 "c , respirasi : 20 x/menit dan timbulnya motivasi untuk menjaga kesehatan dan penambahan pengetahuan berhasil. Persamaan studi kasus adalah asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan pre eklamsia berat, jenis studi kasus dan pemberian terapi. Perbedaan studi kasus adalah lokasi studi kasus, waktu studi kasus, subyek studi kasus, lama perawatan.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam Karya Tulis Ilmiah ini terdiri dari lima BAB yaitu : BAB I

PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan studi kasus, manfaat studi kasus, keaslian studi kasus dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menyajikan teori medis nifas meliputi pengertian, periode nifas, perubahan fisiologi, kebutuhan dasar pasca persalinan gejala dan tanda, komplikasi serta pre eklamsia meliputi pengertian, etiologi, tingkatan, patofisiologi, gambaran klinis pre eklamsia, pencegahan penanganan pre eklamsia yang berhubungan dengan kasus yang diambil beserta teori manajemen kebidanan Varney yang digunakan adalah manajemen kebidanan menurut Hellen Varney yang meliputi pengumpulan data, interpretasi dalam diagnosa potensial, tindakan segera, rencana tindakan, implementasi, evaluasi, data perkembangan menggunakan SOAP pada kasus, landasan hukum.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menyajikan laporan jenis studi kasus, lokasi studi kasus, subyek studi kasus, waktu studi kasus, instrumen studi kasus, teknik pengumpulan data dan alat-alat yang dibutuhkan dalam pelaksanaan kasus ini.

BAB IV TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN Tinjauan kasus ini berisi tentang pengkajian, interprestasi data, diagnosa potensial, antisipasi, perencanaan, evaluasi dan data perkembangan dengan BAB IV TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN Tinjauan kasus ini berisi tentang pengkajian, interprestasi data, diagnosa potensial, antisipasi, perencanaan, evaluasi dan data perkembangan dengan

BAB V PENUTUP Berisi tentang kesimpulan dan saran, kesimpulan merupakan jawaban dari tujuan dan merupakan inti

dari pembahasan kasus ibu nifas Ny. I P 2 A 0 dengan pre eklamsia berat, sedangkan saran merupakan alternatif pemecahan dan tanggapan dari kesimpulan.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Medis

1. Teori Nifas

a. Pengertian Nifas Masa Nifas (puerperium) adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu (Saleha, 2009).

Masa Nifas (puerperium) di mulai setelah kelahiran plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu atau 42 hari (Sunarsih, 2011).

b. Periode Nifas Menurut Ambarwati dkk (2008), masa nifas dibagi menjadi 3 periode :

1) Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja selama 40 hari.

2) Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu.

3) Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan pulih sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi, waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan, tahunan.

c. Tahap Masa Nifas Menurut Salehah (2009), tahapan yang terjadi pada masa nifas adalah sebagai berikut.

1) Periode immediate postpartum Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini sering terdapat banyak masalah, misalnya pendarahan karena atonia uteri. Oleh karena itu, bidan dengan teratur harus melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lochea, tekanan darah, dan suhu.

2) Periode early post partum Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak ada perdarahan, lochea tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik.

3) Periode late postpartum Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari serta konseling KB.

d. Lochea Menurut Saleha (2009), lochea adalah cairan secret yang berasal dari cavum uteri dan vagina selama masa nifas. Lochea dimulai sebagai suatu pelepasan cairan dalam jumlah yang banyak yang khas, tidak seperti bau mentruasi, bau ini lebih terasa tercium pada lochea serosa, bau ini juga akan semakin lebih keras jika bercampur dengan keringat dan harus cermat membedakannya dengan bau busuk yang menandakan adanya infeksi. Pengeluaran lochea dapat dibagi berdasarkan waktu dan warnanya, yaitu :

1) Lochea Rubra Lochea rubra (cruenta) berwarna merah karena berisi darah segar dan sisa-sisa selaput kebutuhan, set-set desidua verniks caseoca, lanugo, dan mekoneum selama 2 hari pasca persalinan. Inilah lochea yang akan keluar selama 2-3 hari postpartum.

2) Lochea Sanguilenta Lochea sanguilenta berwarna merah kuning bersih darah dan lendir yang keluar pada hari ke-3 sampai ke-7 pasca persalinan.

3) Lochea Serosa Lochea serosa adalah cairan yang berbentuk serum dan berwarna merah jambu kemudian menjadi kuning. Cairan ini tidak berdarah lagi pada hari ke-7 samapai hari ke-14 pasca persalinan. Lochea serosa mengandung cairan serum, jaringan desidua, leokosit, dan eritrosit.

4) Lochea Alba Lochea alba dimulai dari hari ke-14 kemudian makin lama makin sedikit hingga sama sekali berhenti sampai 1 atau 2 minggu berikutnya. Bentuknya seperti cairan putih berbentuk krim serta terdiri atas leokosit dan sel-sel desidua.

5) Locea Purulenta Lochea purulenta adalah menandakan adanya infeksi, keluar cairan seperti nanah dan berbau busuk.

6) Lochiastasis Lochiastasis yaitu yang tidak lancar keluarnya.

e. Tanda Bahaya Pada Masa Nifas Tanda bahaya pada masa nifas menurut Saifuddin (2004), adalah sebagai berikut :

1) Perdarahan vagina yang luar biasa atau tiba-tiba bertambah banyak (lebih dari perdarahan haid biasa atau bila memerlukan penggantian pembalut 2x dalam 30 menit.

2) Pengeluaran vagina yang baunya busuk.

3) Rasa sakit di bagian bawah abdomen/punggung.

4) Sakit kepala yang terus menerus, nyeri ulu hati, atau masalah penglihatan.

5) Pembengkakan di wajah atau tangan.

6) Demam, muntah, rasa sakit waktu berkemih.

7) Payudara yang berubah menjadi merah, panas, dan sakit.

8) Rasa sakit, merah, lunak, dan pembengkakan dikaki.

9) Kehilangan nafsu makan dalam waktu lama.

10) Merasa sangat letih dan nafas terengah-engah.

2. Pre Eklampsia

a. Pengertian Pre Eklampsia Adalah kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin dan dalam masa nifas yang terdiri dari trias : hipertensi, protein urine dan oedema (Manuaba, 2009).

Eklampsi Adalah kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin dan dalam ibu nifas yang terdiri dari trias : hipertensi, protein urine, dan oedema yang kadang – kadang disertai konvulsi sampai koma (Wiknjosastro, 2006).

b. Tingkatan Pre eklampsia

Menurut Wiknjosastro (2006), tingkatan pre eklampsia adalah :

1) Pre Eklampsi Ringan Pre Eklampsi Ringan adalah timbulnya hipertensi disertai protein urin dan oedema setelah umur kehamilan 20 mingg/segera setelah persalinan. Tanda gejala Pre Eklampsi ringan :

a) Tekanan darah sistolik 140 mmHg/diastol 90 mmHg.

b) Kenaikan berat badan 1 kg/lebih dalam seminggu.

c) Protein urin 0,3 gram/lebih dengan tingkat kualitatif satu sampai dua pada urin kateter atau urin aliran pertengahan.

2) Pre Eklampsi Berat Pre Eklampsi berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai protein urin dan oedema pada kehamilan 20 minggu atau lebih.

Tanda gejala Pre Eklampsi berat:

a) Tekanan darah 160 mmHg/diastol 110 mmHg.

b) Protein urin + 5 gram.

c) Oligouria (< 400 cc/24 jam).

d) Oedema paru/sianosis.

e) Adanya gangguan penglihatan, nyeri kepala, nyeri epigastrium. Keluhan subyektif :

a) Nyeri Epigastrum

b) Gangguan penglihatan

c) Nyeri kepala

d) Oedema paru

e) Gangguan kesadaran Pemeriksaan :

a) Kadar Enzim hati meningkat disertai ikterus dengan pemeriksaan laboratorium a) Kadar Enzim hati meningkat disertai ikterus dengan pemeriksaan laboratorium

c) Trombosit kurang dari 100.000/mm pada pemeriksaan laboratorium

c. Komplikasi pre eklampsia menurut Duff et. al, (2005) adalah :

1) Pada ibu

a) Perdarahan otak

b) DIC (disseminated intravascular coagulation)

c) Perdarahan dihati

d) Kejang

e) Kematian

2) Pada janin

a) Abropsio plasenta

b) Kegawat daruratan janin

c) Kematian janin

d. Gambaran Klinis Pre Eklampsia Berat Biasanya tanda-tanda pre eklampsia timbul dalam urutan pertambahan berat badan yang berlebihan, diikuti oedema, hipertensi, dan akhirnya proteinuria. Pada pre eklampsia ringan tidak ditemukan gejala-gejala subyektif. Pada pre eklampsia berat didapatkan nyeri epigastrium, gangguan penglihatan, nyeri kepala, oedema paru, gangguan kesadaran. Gejala-gejala ini sering ditemukan pada pre eklampsia yang meningkat dan merupakan d. Gambaran Klinis Pre Eklampsia Berat Biasanya tanda-tanda pre eklampsia timbul dalam urutan pertambahan berat badan yang berlebihan, diikuti oedema, hipertensi, dan akhirnya proteinuria. Pada pre eklampsia ringan tidak ditemukan gejala-gejala subyektif. Pada pre eklampsia berat didapatkan nyeri epigastrium, gangguan penglihatan, nyeri kepala, oedema paru, gangguan kesadaran. Gejala-gejala ini sering ditemukan pada pre eklampsia yang meningkat dan merupakan

e. Patofisiologi Pada Pre eklampsia berat terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan air. Pada biobsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola glomerulus. Pada beberapa kasus lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat dilalui oleh satu sel darah merah. Jadi jika semua arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka tekanan darah akan naik dengan sendirinya, sebagai usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan perifer agar oksigenasi jaringan dapat dicukupi

(Wiknjosastro, 2006). Kenaikan berat badan dan oedema yang disebabkan oleh penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan interstisial belum diketahui sebabnya, mungkin karena retensi air dan garam. Proteinuria dapat disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi perubahan pada glomerulus (Wiknjosastro, 2006).

Pada pre eklampsia spasme pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan air, pada beberapa kasus lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat dilalui oleh satu sel darah merah (Wiknjosastro, 2006).

Pada Ibu nifas dengan pre eklampsia berat sebaiknya di anjurkan untuk banyak istirahat cukup, makan tinggi protein, tinggi karbohidrat, cukup vitamin, rendah lemak, dan diet rendah garam, pantau pemeriksaan urin, kolaborasi dengan dokter SpOG dalam memberikan terapi obat sedativa dan anti hipertensi. hal- hal tersebut apabila tidak ditangani akan terjadi eklampsia (Wiknjosastro, 2006).

f. Pencegahan pre eklampsia berat Pencegahan pre eklampsia berat menurut Wiknjosastro (2006), yaitu :

1) Pemeriksaan antenatal yang teratur dan bermutu serta teliti, mengenali tanda-tanda mungkin (pre eklampsia ringan), lalu diberikan pengobatan yang cukup supaya penyakit tidak menjadi lebih berat.

2) Harus selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya pre eklampsia kalau ada faktor-faktor predesposisi.

3) Berikan penerangan tentang manfaat istirahat dan tidur, ketenangan serta pentingnya mengatur diet rendah garam, lemak, serta karbohidrat dan tingginya protein, juga menjaga kenaikan berat badan yang berlebihan.

Menurut Wiknjosastro ( 2008 ), konseling yang diberikan untuk mencegah pre eklamsia berat adalah :

1) Diet makanan Makanan tinggi protein, tinggi karbohidrat, cukup vitamin, rendah lemak dan tidak perlu diet rendah garam.

2) Cukup istirahat Istirahat yang cukup pada hamil tua sangat penting lebih banyak duduk atau berbaring ke arah kiri sehingga aliran darah menuju plasenta tidak mengalami gangguan.

g. Penanganan Penanganan kasus pre eklampsia berat pasca persalinan menurut Varney (2004), yaitu :

1) Jelaskan pada ibu tentang kondisinya

2) Beri KIE tentang tanda-tanda bahaya pre eklampsia

3) Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital

4) Pantau tekanan darah, protein urin

5) Anjurkan pada ibu untuk banyak istirahat

6) Anjurkan pada ibu untuk diet rendah garam

7) Keseimbangan cairan dan pengganti elektrolit untuk memperbaiki hipovolemik, mencegah kelebihan sirkulasi dan pemeriksaan serum harian

8) Pemberian sedativa untuk mencegah timbulnya kejang-kejang

9) Memberikan MgSO 4 secara IV dan IM masing-masing dengan jarak 5 menit

10) Melakukan kolaborasi dengan Dokter SpOG

11) Melakukan rujukan kerumah sakit yang lebih tinggi (Wiknjosastro, 2006).

B. Teori Asuhan Kebidanan menurut Varney

1. Pengertian Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan oleh bidan dalam memecahkan klien. Penulis menerapkan manajemen kebidanan yang telah di kembangkan oleh Varney yang terdiri dari : pengkajian data, interpretasi data, diagnosa potensial, tindakan segera, rencana tindakan, pelaksanaan, evaluasi (Varney, 2007).

2. Menurut Varney (2007), manajemen kebidanan 7 langkah varney.

a. Langkah pertama : Pengkajian Data Dalam langkah pertama ini bidan mencari dan menggali data maupun fakta baik yang berasal dari pasien, keluarga maupun anggota tim lainnya, ditambah dengan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh bidan sendiri. Proses pengumpulan data dasar ini mencakup data subyektif dan obyektif.

1) Anamnesa / data subyektif Data subyektif adalah data yang didapatkan dari keluarga pasien suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian, informasi tersebut tidak dapat ditentukan oleh tim kesehatan 1) Anamnesa / data subyektif Data subyektif adalah data yang didapatkan dari keluarga pasien suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian, informasi tersebut tidak dapat ditentukan oleh tim kesehatan

a) Biodata pasien (Suami-Istri ) Menurut Nursalam (2008), pengkajian biodata antara lain: (1) Nama Untuk mengetahui nama klien agar mempermudah dalam komunikasi.

(2) Umur Untuk mengetahui adanya faktor resiko yaitu pada umur kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun. karena alat-alat reproduksi belum matang, mental, psikisnya belum siap dan mudah terkena resiko.

(3) Agama Untuk mengetahui agama yang dianut klien. (4) Suku bangsa Untuk mengetahui faktor bawaan atau Ras. (5) Pendidikan Untuk mengetahui latar belakang, tingkat pendidikan dan pengetahuan.

(6) Alamat Untuk mengetahui lingkungan, tempat tinggal dan karakteristik masyarakat.

(7) Pekerjaan Untuk mengetahui keadaan ekonomi.

b) Keluhan utama Untuk mengetahui keluhan yang dirasakan saat pemeriksaan serta berhubungan dengan masa nifas (Hidayat, 2006). Pada kasus ibu nifas dengan Pre Eklampsi berat keluhannya meliputi nyeri epigastrium, gangguan penglihatan, nyeri kepala, oedema paru, gangguan kesadaran (Wiknjosastro, 2008).

c) Riwayat menstruasi Untuk mengetahui menarche, siklus haid, lamanya haid, banyaknya darah, teratur/tidak, sifat darah, dismenorhea (Lawintono, 2004). Tanggal hari pertama haid terakhir/ hari perkiraan lahir, gerakan janin, obat yang dikonsumsi, keluhan selama hamil, ANC/ periksa ke tenaga kesehatan, penyuluhan yang pernah di dapat, Imunisasi TT, kekhawatiran khusus (Wiknjosastro, 2008).

d) Riwayat penyakit menurut Varney ( 2007 ), meliputi : (1) Riwayat kesehatan sekarang Untuk mengetahui keadaan pasien saat ini dan mengetahui adakah penyakit lain yang berasa memperberat keadaan klien seperti batuk, pilek, demam.

(2) Riwayat penyakit sistemik Untuk mengetahui apakah klien pernah menderita jantung, ginjal, asma/ TBC, hepatitis, DM, hipertensi TD 160/110 mmHg, epilepsi dan penyakit lainnya.

(3) Riwayat penyakit keluarga Untuk mengetahui apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit menurun seperti jantung, hipertensi TD 160/110, dan Diabetes Melitus dan penyakit menular seperti TBC, hepatitis, HIV/AIDS.

e) Riwayat keturunan kembar Untuk mengetahui apakah dalam keluarganya dan keluarga suami ada yang memiliki keturunan kembar.

f) Riwayat operasi Untuk mengetahui apakah klien sudah pernah mengalami operasi apapun.

g) Riwayat perkawinan Untuk mengetahui status perkawinan, berapa kali menikah, umur berapa menikah dengan suami, berapa lama sudah menikah dan apakah sudah memiliki anak belum (Wiknjosastro, 2008 ).

h) Riwayat keluarga berencana Untuk mengetahui klien pernah menggunakan KB/tidak, jika sudah berapa lama memakainya dan berhenti menggunakan KB apa dan apakah ada keluhan atau tidak selama memakai (Nursalam, 2009).

i) Menurut Varney (2007) riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu, meliputi :

(1) Kehamilan : Untuk mengetahui berapa umur kehamilan. (2) Persalinan : Spontan/ buatan, ditolong oleh siapa. (3) Nifas

: Keadaan klien baik/tidak, bagaimana proses laktasinya. (4) Anak

: Jenis kelamin, berat badan, panjang badan. (5) Keadaan anak sekarang : Hidup/tidak, sehat/ tidak. j) Pola kebiasaan sehari–hari (1) Pola Nutrisi Dikaji untuk mengetahui makanan yang biasa dikonsumsi dan porsi makan dalam sehari. Pada ibu nifas dengan Pre Eklampsi berat makanan diet biasanya (tinggi protein, tinggi karbohidrat) dan rendah garam (Wiknjosastro, 2006 ).

(2) Pola Eliminasi Pada BAB/BAK perlu dikaji, disebut normal bila dapat buang air kecil spontan setiap 3-4 jam. BAB biasanya

2-3 hari post partum masih sulit buang air besar (Ambarwati, 2008).

(3) Pola Aktifitas Dikaji untuk mengetahui apakah Pre Eklampsi berat disebabkan karena aktifitas fisik secara berlebihan (Hidayat, 2008).

(4) Pola Istirahat Dikaji untuk mengetahui kebiasaan istirahat klien siang berapa jam dan malam berapa jam (Varney, 2007).

(5) Pola Seksualitas Dikaji untuk mengetahui berapa kali klien melakukan hubungan seksualitas dengan suami dalam seminggu dan ada keluhan atau tidak (Wiknjosastro, 2008).

(6) Pola Psikososial Budaya Perlu dikaji adalah tanggapan ibu terhadap kondisi yang dialami waktu nifas ini, selain itu pasien juga memerlukan dukungan emosional dan psikologis dari suami maupun keluarga dalam berbagai hal (Perry, 2005).

(7) Pemakaian obat-obatan / perokok Dikaji untuk mengetahui pemakaian obat-obatan selain dari bidan atau tidak, klien merokok atau tidak, suami merokok atau tidak (Hidayat, 2006).

2) Pemeriksaan Fisik / Data Obyektif Data Obyektif adalah pencatatan yang dilakukan dari hasil pemeriksaan fisik, pemeriksaan khusus kebidanan dan data penunjang (Hidayat, 2008).

a) Status Generalis

(1) Keadaan umum : Untuk mengetahui keadaan umum

Ibu tampak tidak sehat atau lemas setelah persalinan (Wiknjosastro, 2004) (2) Kesadaran

: Untuk mengetahui tingkat kesadaran ibu. Contohnya somnolen (Wiknjosastro, 2004).

b) Pemeriksaan Fisik : Tanda – tanda vital meliputi : (1) Tekanan darah

Untuk mengetahui faktor resiko hipertensi. Tekanan darah normal 120/80 mmHg (Wiknjosastro, 2006). Dalam kasus ini tekanan darah ibu nifas dengan pre eklamsia berat 160/110 mmHg (Wiknjosastro, 2006).

(2) Suhu Untuk mengetahui ada peningkatan suhu tubuh/tidak, normalnya suhu tubuh 36,5 "C – 37,6 "C (Perry, 2005).

(3) Nadi Untuk mengetahui denyut nadi klien dengan menghitung dalam 1 menit normal 60–100 X/menit (Perry, 2005).

(4) Respirasi Untuk mengetahui frekuensi pernafasan yang dihitung dalam 1 menit, respirasi normal 16–20 X/menit (Perry, 2005).

(5) Tinggi Badan Untuk mengetahui tinggi badan klien kurang dari 145 cm/tidak resiko tinggi/tidak (Manuaba, 2008).

(6) LILA Untuk mengetahui lingkar lengan atas klien normal/tidak, normalnya 23,5 cm, termasuk resiko tinggi/tidak (Hidayat, 2006).

c) Pemeriksaan Sistematis (1) Kepala (a) Rambut : Untuk mengetahui rambut klien bersih/ tidak, ada ketombe/tidak, rontok/tidak (Manuaba, 2009).

(b) Muka : Untuk mengetahui ada oedema atau tidak, pucat atau tidak Pada kasus pre eklampsia berat pemeriksaan pada Ibu tardapat oedema(Wiknjosastro, 2008).

(c) Mata : Untuk mengetahui oedema/tidak, conjungtiva kemerahan atau tidak, sklera putih atau tidak (Manuaba, 2008 ).

(d) Hidung : Untuk mengetahui simetris/tidak, bersih/tidak, ada polip/tidak (Varney, 2007).

(e) Telinga : Untuk mengetahui simetris/tidak, ada

serumen/tidak, bersih/tidak (Hidayat, 2006).

(f) Mulut/gusi/gigi : Untuk mengetahui ada stomatitis/

tidak,

ada caries/tidak,

berdarah/tidak (Wiknjosastro, 2008).

(2) Leher Untuk mengetahui adakah pembesaran pada kelenjar gondok, tumor/tidak, kelenjar limfe/tidak

(Hidayat, 2008 ). (3) Dada dan Axilla (a) Mammae Menurut Varney (2004) :

1. Pembesaran : Ada pembesaran/tidak

2. Tumor : Ada benjolan tumor/tidak

3. Simetris : Simetris/tidak

4. Areola : Hyperpigmentasi/tidak

5. Puting susu : Menonjol/tidak

6. Kolostrum : Sudah keluar/belum (b) Axilla

: Adakah benjolan/tidak, nyeri tekan/tidak

(Varney, 2004).

(4) Ekstremitas

Atas/ tangan : Apakah ada oedema/tidak,

jari lengkap/tidak, ada kelainan/tidak. Bawah/ kaki : Apakah ada varices/tidak, oedema/tidak, jari lengkap/tidak, ada kelainan/tidak (Wiknjosastro, 2006).

3) Data Penunjang Data penunjang diperlukan untuk mengetahui pemeriksaan laboratorium (Varney, 2007). Hasil pemeriksaan laboratorium 3) Data Penunjang Data penunjang diperlukan untuk mengetahui pemeriksaan laboratorium (Varney, 2007). Hasil pemeriksaan laboratorium

b. Langkah Kedua : Intepretasi Data Interpretasi data dasar merupakan rangkaian, menghubungkan data yang diperoleh dengan konsep teori, prinsip relevan untuk mengetahui kesehatan pasien. Pada langkah ini data diinterpretasikan menjadi diagnosa, masalah (Varney, 2004).

1) Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan dalam lingkup praktek kebidanan (Varney, 2004). Diagnosa yang ditegakkan adalah “Ny. X P…A…umur...tahun post partum…jam dengan pre eklampsia berat. Data subyektif : Data Subyektif adalah data yang diperoleh dari keterangan klien atau keluarga (Varney, 2004). Ibu mengatakan nyeri epigastrium, gangguan penglihatan, nyeri kepala, oedema menjadi lebih umum, protein urin bertambah banyak, gangguan kesadaran (Wiknjosastro, 2006) Data obyektif : Tekanan darah 160/110 mmHg, oliguria urin berkurang dari 400 cc / 24 jam, protein urin lebih dari 5 gr/liter, oedema paru (Wiknjosastro, 2006).

2) Masalah adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien dari hasil pengkajian (Varney, 2004). Masalah pada klien adalah nyeri epigastrum, gangguan penglihatan, nyeri kepala, oedema paru, gangguan kesadaran (Wiknjosastro, 2006)

3) Kebutuhan merupakan hal-hal yang dibutuhkan pasien dan belum

teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah (Varney, 2004). Menurut Wiknjosastro (2006), kebutuhan ibu nifas dengan pre eklampsi berat adalah :

a) Pasang infus Ringer Laktat dengan jarum besar

b) Jangan tinggalkan pasien sendirian

c) Observasi tanda-tanda vital dan keadaan ibu

d) Anjurkan pada ibu untuk istirahat cukup

c. Langkah Ketiga : Diagnosa Potensial Mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial yang sudah diidentifiaksi (Vamey, 2004). Diagnosa potensial yang mungkin terjadi ibu nifas dengan pre eklampsia berat adalah terjadi Eklampsia (Wiknjosastro, 2006).

d. Langkah Keempat : Antisipasi Bidan mengidentifikasi tindakan untuk segera ditangani atau dikonsultasikan dengan dokter SpOG. Langkah ini mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Tindakan ini d. Langkah Keempat : Antisipasi Bidan mengidentifikasi tindakan untuk segera ditangani atau dikonsultasikan dengan dokter SpOG. Langkah ini mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Tindakan ini

1) Memberikan MgSO 4 secara IV dan IM masing-masing dengan jarak 5 menit.

2) Melakukan kolaborasi dengan Dokter SpOG.

3) Melakukan rujukan ke rumah sakit yang lebih tinggi.

e. Langkah Kelima : Rencana Tindakan Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh, ditentukan oleh langkah - langkah sebelumnya atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi data yang tidak lengkap dapat dilengkapi (Varney, 2004). Rencana asuhan pada ibu nifas dengan pre eklampsia berat antara lain :

1) Jelaskan pada ibu tentang kondisinya

2) Beri KIE tentang tanda-tanda bahaya Pre eklampsi

3) Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital

4) Pantau tekanan darah dan protein urin

5) Anjurkan pada ibu untuk banyak istirahat

6) Anjurkan pada ibu untuk diet rendah garam

7) Kolaborasi dengan dokter SpOG dalam pemberian terapi.

a) Sedativa : Phenobarbital 3 x 100 mg, Valium 3 x 2 0 mg a) Sedativa : Phenobarbital 3 x 100 mg, Valium 3 x 2 0 mg

(Wiknjosastro, 2006).

f. Langkah Keenam : Implementasi Langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan yang menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah kelima, dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini biasa dilakukan sepenuhnya oleh bidan sebagian dilakukan oleh klien atau tenaga kesehatan lainnya (varney, 2004). Pelaksanaan rencana asuhan pada ibu nifas dengan pre eklampsia berat antara lain :

1) Menjelaskan pada ibu tentang kondisinya

2) Memberikan KIE tentang tanda bahaya Pre eklampsi

3) Mengobservasi keadaan umum dan tanda-tanda vital

4) Memantau tekanan darah dan protein urin

5) Menganjurkan ibu untuk banyak istirahat.

6) Menganjurkan pada ibu untuk diet rendah garam.

7) Kolaborasi dengan dokter SpOG dalam pemberian obat.

a) Sedativa : Phenobarbital 3 x 100 mg, Valium 3 x 20 mg a) Sedativa : Phenobarbital 3 x 100 mg, Valium 3 x 20 mg

g. Langkah Ketujuh : Evaluasi Pada langkah ini dilakukan evauasi keefektifan dari asuhan kebidanan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasikan di dalam diagnosa dan masalah (Varney, 2004). Evaluasi pada ibu nifas dengan pre eklamsia berat adalah :

1) Kondisi ibu sudah baik

2) Ibu sudah diberi KIE tentang tanda bahaya pre eklampsia

3) Tekanan darah ibu normal

4) Protein urine menjadi negatif (-)

5) Ibu bersedia untuk istirahat cukup

6) Ibu besedia untuk diet rendah garam

7) Sudah dilakukan kolaborasi dengan dokter SpOG dalam pemberian terapi.

a. Sedativa : Phenobarbital 3 x 100 mg, Valium 3 x 20 mg, a. Sedativa : Phenobarbital 3 x 100 mg, Valium 3 x 20 mg,

C. Data Perkembangan

Dalam Karya Tulis Ilmiah ini penulis menggunakan data perkembangan berupa SOAP menurut Varney (2004), adalah sebagai berikut: S : Subyektif

Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui anamnesa.

O : Obyektif Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium dan test diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung Assesment.

A : Assesment Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa interpretasi data subyektif dan obyekif dalam suatu identifikasi : Diagnosa atau masalah Antisipasi diagnosa atau masalah potensial.

P : Planning Menggambarkan pendokumentasian tindakan dan evaluasi dari perencanaan, berdasarkan assessment.

D. Landasan Hukum

Dalam Permenkes Nomor HK.02.02/MENKES/1464/2010 pasal 10 tentang penyelenggaraan praktik. Bidan dalam menjalankan praktik, berwenang untuk memberikan pelayanan yang meliputi :

1. Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 huruf diberikan pada masa pra hamil, kehamilan, masa persalinan, masa nifas, masa menyusui dan masa antara dua kehamilan.

2. Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :

a. Pelayanan konseling pada masa pra hamil

b. Pelayanan antenatal pada kehamilan normal

c. Pelayanan persalinan normal

d. Pelayanan ibu nifas normal

e. Pelayanan ibu menyusui, dan

f. Pelayanan konseling antara dua masa kehamilan

3. Bidan dalam memberikan pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berwenang untuk :

a. Episiotomi

b. Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II

c. Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan

d. Pemberian tablet Fe pada ibu hamil

e. Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas

f. Fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusui dini dan promosi ASI eksklusif

g. Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala III dan post partum g. Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala III dan post partum

i. Bimbingan pada kelompok ibu hamil j. Pemberian surat keterangan kematian, dan k. Pemberian surat keterangan cuti bersalin (Kepmenkes, 2010).

BAB III METODOLOGI LAPORAN KASUS

A. Jenis Studi Kasus

Jenis Karya Tulis Ilmiah ini adalah studi kasus yang menggunakan asuhan kebidanan manajemen Varney yang terdiri dari

7 langkah. Laporan studi kasus adalah meneliti suatu permasalahan melalui suatu proses yang terdiri dari unit tunggal (Notoatmodjo, 2010). Jenis studi kasus pada kasus ini adalah laporan kasus pada ibu nifas Ny. I P 2 A 0 dengan pre eklamsia berat.

B. Lokasi Studi Kasus

Lokasi merupakan tempat dimana pengambilan kasus dilaksanakan (Notoatmojdo, 2010). Pada kasus ini lokasi pengambilan studi kasus dilakukan di RSU Assalam Gemolong Sragen.

C. Subyek Studi Kasus

Subyek adalah sumber utama data studi kasus yaitu yang memiliki data mengenai variabel-variabel yang diteliti (Azwar, 2005). Subyek kasus ini adalah asuhan kebidanan pada ibu nifas Ny. I P 2 A 0 dengan pre eklamsia berat.

D. Waktu Pelaksanaan Studi Kasus

Waktu merupakan batas dimana pengambilan kasus (Notoatmodjo, 2010). Pengambilan dan pelaksanaan Asuhan Kebidanan ini dilakukan pada tanggal 21 sampai 23 Maret 2013.

E. Instrumen yang Digunakan

Instrumen adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh penulis dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cepat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Arikunto, 2010). Dalam melakukan studi kasus ini instrumen yang digunakan adalah format asuhan

kebidanan pada ibu nifas Ny. I P 2 A 0 dengan pre eklamsia berat dengan 7 langkah varney dan SOAP untuk data perkembangan.

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Data Primer dengan cara

a. Wawancara Wawancara adalah suatu metode yang digunakan untuk mengumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari seseorang sasaran penelitian (responden), atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang tersebut atau face to face (Notoatmojo, 2010).

Pelaksanaan wawancara ini dilakukan pada ibu nifas Ny. I P 2 A 0 dengan pre eklampsia berat di RSU Assalam Gemolong Sragen.

b. Pengamatan Pengamatan (observasi) adalah prosedur yang berencana, antara lain meliputi: melihat, mencatat jumlah dan taraf aktifitas tertentu yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti (Notoatmojo, 2010).

Dalam kasus ini untuk memperoleh data obyektif yaitu dengan melakukan pengamatan langsung pada klien untuk mengetahui keadaan perkembangan dan perawatan yang telah dilakukan.

dilakukan dengan mengobservasi tekanan darah, protein urine pada ibu nifas Ny. I P 2 A 0 dengan pre eklampsia berat di RSU Assalam Gemolong Sragen.

c. Pemeriksaan Fisik Pengkajian kesehatan merupakan komponen kunci dalam pembuatan klinis. Keahlian dalam pembuatan keputusan klinis menopang pengembangan praktek kebidanan (Nursalam, 2004).

Empat ketrampilan dasar yang diutamakan selama pemeriksaan fisik menurut Nursalam, 2004 yaitu :

1) Inspeksi adalah suatu proses observasi yang dilakukan secara sistematis, observasi dilakukan dengan menggunakan indera inspeksi dilakukan untuk mengetahui keadaan ibu secara sistematis pucat atau tidak, keadaan umum baik atau tidak. Pada kasus ibu nifas dengan pre eklampsia berat dilakukan pemeriksaan protein urine, kepala, rambut, muka mata, hidung, telinga, mulut/gigi, leher, dada/axilla, perut, ekstremitas vulva vagina.

2) Palpasi

adalah suatu teknis yang menggunakan indera peraba, tangan dan jari-jari adalah suatu instrumen yang sensitive dan digunakan untuk mengumpulkan data. Pada kasus ibu

nifas Ny. I P 2 A 0 dengan pre eklampsia berat terdapat oedema.

3) Perkusi adalah suatu pemeriksaan dengan jalan mengetuk dengan alat reflek hummer atau membandingkan kiri kanan pada setiap daerah permukaan tubuh dengan tujuan menghasilkan suara. Pada kasus ibu nifas dengan pre eklampsia berat dilakukan pemeriksaan patella untuk mengetahui adanya pre eklampsia pada masa nifas.

4) Auskultasi adalah pemeriksaan dengan jalan mendengarkan suara yang dihasilkan oleh tubuh dengan menggunakan stetoskop. Auskultasi dilakukan untuk mengetahui

frekuensi jantung. Pada kasus ibu nifas Ny. I P 2 A 0 dengan pre eklampsia berat dilakukan pemeriksaan tekanan darah.

2. Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari lingkungan studi kasus, yang meliputi :

a. Studi Dokumen adalah semua bentuk sumber informasi yang berhubungan dengan dokumen, baik dokumen resmi maupun dokumen tidak resmi, misal laporan, catatan-catatan di dalam kartu klinik sedangkan tidak resmi adalah segala bentuk dokumen dibawah tanggung jawab instansi tidak resmi, seperti biografi, catatan harian (Notoatmodjo, 2010). Dokumen ini didapat dengan melihat catatttan rekam medis (RM) pasien di RSU Assalam Gemolong Sragen.

b. Studi Kepustakaan adalah memperoleh berbagai informasi baik berupa teori-teori, generalisasi maupun konsep yang dikembangkan oleh berbagai ahli dari buku-buku sumber yang ada (Notoatmodjo, 2010). Bahan pustaka dalam kasus ini penulis mengambil dari buku- b. Studi Kepustakaan adalah memperoleh berbagai informasi baik berupa teori-teori, generalisasi maupun konsep yang dikembangkan oleh berbagai ahli dari buku-buku sumber yang ada (Notoatmodjo, 2010). Bahan pustaka dalam kasus ini penulis mengambil dari buku-

G. Alat-alat yang Dibutuhkan

Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam pengambilan data antara lain :

1. Alat dan bahan dalam pengambilan data

a. Format pengkajian pada ibu nifas

b. Buku tulis

c. Bollpoint

2. Alat dan bahan dalam melakukan pemeriksaan fisik dan observasi

a. Timbangan berat badan

b. Alat pengukur tinggi badan

c. Pita pengukur lingkar lengan atas

d. Tensimeter

e. Thermometer

f. Stetoskop

g. Jam tangan

h. Refleks hammer

i. Alat untuk protein urine

1) Asam Asetat 5%

2) Tabung dan rak

3) Kertas saring + pipet + Penjepit

4) Bunsen + korek api

5) Urine

BAB IV TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

Ruang

: Nifas Tanggal masuk: 21 Maret 2013 No. Register : 058459

A. TINJAUAN KASUS

1. Pengkajian

a. Identitas Pasien Identitas Suami

4) Suku Bangsa

: Indonesia

Suku Bangsa : Indonesia

5) Pendidikan

: SMA

Pendidikan : SMA

6) Pekerjaan

: Swasta

Pekerjaan : Swasta

7) Alamat : Perum ngembat asri Blok C no. 31, Gemolong

b. Anamnesa (Data Subyektif)

Tanggal : 21 Maret 2013 Pukul 09.15 WIB

1. Alasan utama pada waktu masuk :Ibu mengatakan telah melahirkan bayinya yang kedua pada tanggal 21 Maret 2013 pukul 07.15 WIB.

2. Keluhan :Ibu mengatakan gangguan penglihatan, pernafasan, nyeri kepala, mual muntah, dan pusing.

3. Riwayat Penyakit

a. Riwayat Penyakit Sekarang :Ibu nifas mengatakan tekanan

darahnya tinggi 160/100 mulai kehamilan 6 bulan.

b. Riwayat Penyakit Sistemik

1) Jantung : Ibu mengatakan tidak merasa berdebar-debar dantidak meras tidak mudah lelah.

2) Ginjal : Ibu mengatakan tidak pernah merasa pegal pada

pinggang.

3) Asma : Ibu mengatakan tidak pernah sesak nafas.

4) TBC : Ibu mengatakan tidak pernah batuk dalam waktu yang lama dan tidak berkeringat pada malam hari (2 minggu).

5) Hepatitis : Ibu mengatakan pada mata, kuku, kulit tidak ber-

warna kuning.

6) DM : Ibu mengatakan tidak mudah haus, lapar dan tidak

sering BAK di malam hari.

7) Hipertensi : Ibu mengatakantekanan darahnya tinggi 160/100 mmHg mulai kehamilan 6 bulan.

8) Epilepsi : Ibu mengatakan tidak pernah kejang sampai mengeluarkan busa dari mulutnya.

9) Lain-lain : Ibu mengatakan tidak pernah mende- rita penyakit lain seperti gonoroe, sifilis, HIV AIDS.

c. Riwayat penyakit keluarga : Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit menular, seperti Hepatitis, TBC dan tidak ada yang menderita penyakit menurun, DM, Jantung, Hipertensi.

d. Riwayat keturunan kembar : Ibu mengatakan tidak ada keturunan riwayat kembar baik keluarga ibu itu sendiri maupun suaminya.

e. Riwayat operasi : Ibu mengatakan belum pernah operasi

apapun.

4. Riwayat Menstruasi

a. Menarche : Ibu mengatakan haid pertama usia 14 tahun

b. Siklus : Ibu mengatakan jarak haidnya tiap bulan + 28 hari

c. Lama

: Ibu mengatakan lama haidnya 7 hari

d. Banyaknya : Ibu mengatakan ganti pembalut 2 kali sehari

e. Sifat : Ibu mengatakan darah haid yang keluar merah, encer dan ada gumpalan darah.

f. Dismenorhoe : Ibu mengatakan pernah merasakan nyeri haid tapi tidak

sampai mengganggu aktifitas.

5. Riwayat KB Ibu mengatakan setelah kelahiran anak pertama, tidak menggunakan KB apapun karena ingin hamil lagi.

6. Riwayat Perkawinan

a. Status perkawinan : sah/ kawin 1 kali

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25