Tingkat kegiatan belajar mandiri para siswa kelas VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun 2009/2010 - USD Repository

  

TINGKAT KEGIATAN BELAJAR MANDIRI PARA SISWA KELAS VIII

SMP BOPKRI 2 YOGYAKARTA

TAHUN 2009/2010

Skripsi

  

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Bimbingan dan Konseling

         

   

  

OLEH:

Albertus Dhita Anggoro

NIM:061114009

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

  

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

  

TINGKAT KEGIATAN BELAJAR MANDIRI PARA SISWA KELAS VIII

SMP BOPKRI 2 YOGYAKARTA

TAHUN 2009/2010

Skripsi

  

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Bimbingan dan Konseling

         

   

  

OLEH:

Albertus Dhita Anggoro

NIM:061114009

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

  

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

         

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

  Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri (Matius 22:39) Skripsi ini kupersembahkan untuk: Ibu Hanna Sufefti Prihatini

  Orang tuaku yang selalu memberikan perhatian, dukungan dan semangat dalam menggapai cita-cita Bagi pembaca yang terkasih, semoga skripsi ini memberikan sumbangan terbaik dalam perkembangan diri

         

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 1 Oktober 2010 Penulis Albertus Dhita Anggoro

  

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK

  Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Albertus Dhita Anggoro Nomor Mahasiswa : 06 1114009

  Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

  

TINGKAT KEGIATAN BELAJAR MANDIRI PARA SISWA KELAS VIII

SMP BOPKRI 2 YOGYAKARTA

TAHUN 2009/2010

  Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin ataupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 8 Oktober 2010 Yang menyatakan Albertus Dhita Anggoro

  ABSTRAK TINGKAT KEGIATAN BELAJAR MANDIRI PARA SISWA KELAS VIII SMP BOPKRI 2 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010 Albertus Dhita Anggoro, 2010

  Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) tingkat kegiatan belajar mandiri para siswa kelas VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2009/2010, (2) butir-butir kegiatan belajar mandiri mana yang belum tercapai pada diri para siswa kelas VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2009/2010. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Instrumen penelitian yang dipakai adalah Kuesioner Kegiatan Belajar Mandiri para Siswa dengan jumlah item 70. Aspek-aspek belajar mandiri dalam skala ini adalah pemahaman terhadap strategi pencapaian tujuan belajar, menerapkan cara/strategi belajar efektif, mengatur diri dalam proses belajar mandiri, dan refleksi diri terhadap evaluasi hasil belajar secara pribadi. Validitas instrumen diperiksa dengan pendekatan pertimbangan pakar dan dilanjutkan dengan analisis korelasi Pearson Product Moment guna pemeriksaan konsistensi internal item dengan menggunakan program SPSS. Reliabilitas instrumen diperiksa dengan menggunakan pendekatan teknik belah dua gasal-genap (split-half). Penghitungan reliabilitas instrumen menggunakan program SPSS guna menghitung koefisien korelasi gasal genap dengan teknik Pearson Product Moment, dan hasilnya dikoreksi dengan formula Spearman-Brown. Hasil perhitungan reliabilitas 0,86, kemudian dikonsultasikan ke kriteria Guilford dan disimpulkan masuk dalam kategori tinggi. Subyek penelitian adalah para siswa kelas VIII SMP BOPKRI Yogyakarta tahun ajaran 2009/2010 sejumlah 47 siswa yang terdiri dari dua kelas yaitu, kelas

  VIIIA 25 siswa dan VIIIB 22 siswa. Hasil penelitian adalah (1) tingkat kegiatan belajar mandiri para siswa kelas

  VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2009/2010 bergradasi pada 89% dari siswa seluruhnya memiliki tingkat belajar mandiri kategori sedang, 11% masuk kategori tinggi, dan tidak ada siswa yang masuk dalam kategori rendah sehingga disimpulkan bahwa tingkat belajar mandiri para siswa kelas VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2009/2010 masuk dalam kategori sedang. (2) ada 10% butir kegiatan belajar mandiri yang tingkat pencapaiannya masih berada pada kategori rendah. Sebanyak 70% butir masuk dalam kategori sedang, dan 20% butir masuk dalam kategori tinggi, dengan demikian butir-butir yang masuk dalam kategori rendah dapat digunakan sebagai dasar pemberian topik-topik bimbingan dalam pelayanan bimbingan dan konseling belajar.

   

  ABSTRACT THE SELF-LEARNING INTENSITY OF EIGHT GRADERS

  IN SMP BOPKRI 2 YOGYAKARTA ON 2009/2010 Albertus Dhita Anggoro, 2010

  The purpose of this research is to identify (1) the self-learning intensity of eight graders in SMP BOPKRI 2 Yogyakarta on 2009/2010, (2) the self-learning which are not yet achieved in self of class VIII students in SMP BOPKRI 2 Yogyakarta on 2009/2010. This research is descriptive research .

  The research instrument used is the self-learning intensity Questionnaire with 70 items. The self learning aspect in this scale are the comprehension towards the strategies of study’s purpose, the application of the effective learning strategies, the self regulate in process self-learning, and the self reflection toward the evaluation result study on a personal scale. The validity instruments are checked with approach the expert judgment and to continue by the Pearson Product Moment correlation analysis to examination of internal consistency with using SPSS program. The reliability instrument is checked using to engineering approach two odd-even split (split-half). The calculation of reliability instrument using the SPSS program to calculate the correlation coefficients even-odd with Pearson Product Moment technique, and the results are corrected with the Spearman-Brown formula. The results calculation of reliability 0.86, afterword consulted to Guilford criteria and concluded in the high category.

  The subject research is eight graders in SMP BOPKRI 2 Yogyakarta on 2009/2010 the amount of 47 student consisted of two classes there are, 25 students from VIII A and 22 students from VIII B.

  The result from this research are (1) the self-learning intensity of eight graders in SMP BOPKRI 2 Yogyakarta on 2009/2010 graded at 89% of all students have a level self-learning medium category, the amounting to 11% into the high category and there are not students who into low categories so the conclusion the self-learning intensity of eight graders in SMP BOPKRI 2 Yogyakarta on 2009/2010, included in medium categories. (2) There are 10% items of self-learning activities are achievement level sill into low category. There are 70% of the items included in the medium category and 20% item into the high category; therefore the items included in the low category can be used as a basis for giving guidance topics in guidance and counseling service learning.

  KATA PENGANTAR Penulis mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan kasih karuniaNya, serta bimbinganNya selama proses penyelesaian skripsi ini.

  Skripsi ini berjudul “Tingkat Belajar Mandiri Para Siswa Kelas VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2009/2010”. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Penulis banyak mendapatkan pengalaman selama proses penyelesaian skripsi ini. Baik pengalaman menyenangkan ataupun kurang menyenangkan, namun semua penglaman itu merupakan pelajaran yang berharga bagi perkembangan diri penulis.

  Skripsi ini dapat terwujud berkat bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak yang telah bersedia membimbing, membantu dan selalu memberikan dorongan kepada penulis selama proses penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

  1. Dr. Gendon Barus, M.Si. Dosen pembimbing yang telah banyak menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing serta memotivasi penulis dalam proses penulisan skripsi ini sampai selesai.

  2. Dr. M.M. Sri Hastuti, M. Si. Ketua Program studi Bimbingan dan Konseling yang telah memberikan pengetahuan dan dorongan selama ini yang berguna bagi penulis.

  3. Br. Y. Triyono, S.J, S.S., M.S .   Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan semangat dan membantu panulis dalam pemeriksaan validitas kuesioner yang digunakan dalam skripsi ini.

  4. Bapak dan Ibu Dosen di Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu pengetahuan selama ini sehingga berguna bagi penulis.

  5. Pariyadi, S.Pd. Kepala Sekolah SMP BOPKRI 3 Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan uji coba instrumen penelitian.

  6. Yulius, S.Pd. Kepala Sekolah SMP BOPKRI 2 Yogyakarta yang telah memberikan ijin dan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian kepada para siswa kelas VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta.

  7. Dra. Siswinarni. Koordinator Bimbingan dan Konseling SMP BOPKRI 2 Yogyakarta yang telah membantu penulis dalam proses pengambilan data di sekolah terhadap para siswa kelas VIII.

  8. Para Siswa kelas VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta yang telah berpartisipasi dalam proses pengumpulan data.

  9. Ibu dan kakak-kakak saya yang selalu memberikan dukungan, perhatian dan selalau mendoakan.

  10. Teman-teman Program Studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2006 yang selalu memberikan semangat dan dorongan kepada penulis selama proses penulisan skripsi.

  11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam proses penulisan skripsi ini.

  Dengan segala segala kerendahan hati penulis mengucapkan terimaksih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini. Penulis memilki harapan yang besar semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

  Penulis

  DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................ ii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iii HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................ iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................ v LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ......................................................... vi ABSTARK ......................................................................................................... vii ABSTRACT ....................................................................................................... viii KATA PENGANTAR ....................................................................................... ix DAFTAR ISI ...................................................................................................... xii DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiv DAFTAR GRAFIK ............................................................................................ xv DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xvi

  BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1 A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .................................................................................. 4 C. Tujuan Penelitian ................................................................................... 4 D. Manfaat Penelitian ................................................................................. 5 E. Definisi Operasional .............................................................................. 6 BAB II KAJIAN TEORITIS .............................................................................. 7

  B.

  Belajar Mandiri ...................................................................................... 9 C. Layanan Bimbingan dan Konseling Belajar .......................................... 24

  BAB III METODE PENELITIAN ................................................................... ` 28 A. Jenis Penelitian ....................................................................................... 28 B. Subyek Penelitian ................................................................................... 28 C. Instrumen Penelitian .............................................................................. 29 D. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data ....................................... 42 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 46 A. Hasil Penelitian ...................................................................................... 46 B. Pembahasan ............................................................................................ 49 C. Usulan Topik-topik Bimbingan.............................................................. 53 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 56 A. Kesimpulan ............................................................................................ 56 B. Saran ....................................................................................................... 56 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 58 LAMPIRAN ....................................................................................................... 60

  DAFTAR TABEL Tabel 1 : Kisi-kisi Kuisioner Tingkat Kegiatan Belajar Mandiri ....................... 31 Tabel 2 : Kriteria Guilford ................................................................................. 34 Tabel 3 : Hasil Revisi Kuisioner Berdasarkan Telaah Ahli ............................... 39 Tabel 4 : Kategori Tingkat Belajar Mandiri Para Siswa .................................... 45 Tabel 5 : Capaian Skor Belajar Mandiri Para Siswa .......................................... 46 Tabel 6 : Butir-butir yang Belum Tercapai pada Diri Siswa ............................. 48 Tabel 7 : Usulan Topik-topik Bimbingan Berdasarkan Aspek yang Masuk dalam Butir Belajar Mandiri Terindikasi Rendah .......... 53

  DAFTAR GRAFIK Grafik 1 : Profil Capaian Skor Belajar Mandiri Pada Subyek ........................... 47 Grafik 2 : Profil Capaian Skor Tiap Item Belajar Mandiri ................................ 49

  DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Data Hasil Uji Konsistensi Internal Tiap Aspek .......................... 60 Lampiran 2 : Data Hasil Penghitungan Reliabilitas Kuesioner ......................... 67 Lampiran 3 : Kuesioner ...................................................................................... 69 Lampiran 4 : Data Hasil Capaian Skor Belajar Mandiri Pada Subyek .............. 77 Lampiran 5 : Data Hasil Capaian Skor Rata-rata Tiap Item Belajar Mandiri .... 78 Lampiran 6 : Garis-garis Besar Program Pelayanan Bimbingan dan Konseling 80 Lampiran 7 : Satuan Pelayanan Bimbingan ....................................................... 84 Lampiran 8 : Surat Pengantar Uji Coba Instrumen ............................................ 91 Lampiran 9 : Surat Pengantar Penelitian ............................................................ 92 Lampiran 10 ;Surat Pengesahan Penelaahan Oleh Ahli ..................................... 93

   

BAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini dibahas latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional. A. Latar Belakang Masalah Tempat pendidikan pertama kali yang dialami oleh seseorang dalam

  kehidupannnya adalah keluarga. Dalam keluarga sifat-sifat kepribadian terbentuk, namun seseorang tidak hanya berhenti di keluarga saja dalam menemukan dan memperoleh pendidikan. Sekolah merupakan tempat di luar keluarga yang memberikan dan membekali pendidikan demi masa depan.

  Sekolah adalah lembaga yang mempunyai tugas pokok yang terpusat pada perkembangan siswa yang mengarah pada perkembangan kemampuan- kemampuan dalam ilmu dan teknologi (Winkel, 1996:51).

  Pendidikan yang diberikan dari sekolah merupakan kegiatan pendidikan yang terencana dan terorganisir, karena sekolah merupakan lembaga pendidikan formal. Kegiatan guru dan siswa di sekolah meliputi belajar mengajar dan pembimbingan. Selama proses belajar di sekolah siswa memperoleh latihan-latihan dengan tuntunan guru, setelah itu latihan dilanjutkan di rumah yang disebut dengan PR (Pekerjaan Rumah). Dalam meningkatkan kompetensi yang dimiliki, siswa di rumah berlatih dengan koran, majalah, televisi dan internet. Latihan-latihan yang diberikan melalui PR, sekolah memiliki harapan agar siswa mampu belajar mandiri sehingga kompetensi yang dimiliki semakin meningkat dan siswa lebih mendalami materi-materi yang sedang dipelajari.

  Belajar mandiri bukan berarti belajar sendiri. Belajar mandiri adalah kegiatan belajar aktif, yang didorong oleh niat atau motif untuk menguasai suatu kompetensi guna mengatasi suatu masalah, dan dibangun dengan bekal pengetahuan atau kompetensi yang telah dimiliki (Mudjiman, 2007:7).

  Dalam belajar mandiri akan terlihat bagaimana hasil dari pemahaman dan pendalaman materi tanpa tuntunan guru, hasil akan baik bila belajar dilakukan dengan baik, hasil yang baik akan menumbuhkan kepercayaan diri pada siswa sehingga siswa yakin bisa mengerjakan latihan-latihan. Hasil akan kurang baik bila belajar tidak dilakukan dengan baik, hasilnya siswa kurang memiliki kepercayaan diri dalam mengerjakan latihan-latihan. Persiapan diri dalam belajar berkaitan dengan tuntutan pencapaian kompetensi bagi peserta didik dalam proses belajar mengajar agar siswa mampu bersaing di dunia global maka peningkatan kualitas siswa sungguh ditekankan dalam proses belajar mengajar (Zakaria, 2010).

  Pada kenyataannya ada kecenderungan bahwa siswa kurang melakukan belajar secara mandiri karena siswa kurang sadar akan tugas dan kewajibannya. Pihak sekolah mengharapkan siswa sebagai subjek pendidikan tidak hanya menunggu guru dan hanya mengandalkan pencurahan informasi, konsep-konsep serta fakta-fakta dari guru kepada siswa, namun sekolah mengharapkan keaktifan dari siswa melalui aktifitas belajar mandiri.

  Sekarang bukan jamannya lagi model pendidikan tradisional, yang menganggap bahwa pendidikan sebagai proses transmisi pengetahuan, fakta, atau kenyataan yang ditemukan di masa-masa sebelumnya dari guru kepada murid-muridnya sehingga akibatnya tanpa guru siswa tidak bisa belajar dan kompetensipun kurang (Mudjiman, 2007:24). Selama ini banyak siswa yang menikmati hal itu, mereka hanya mengharapkan dicurahi pengetahuan oleh guru. Akibatnya siswa banyak mengisi waktu luangnya dengan bermain dan pergi berkumpul dengan temannya sehingga waktunya terbuang habis dengan percuma. Hasilnya siswa mengalami kurang percaya diri dalam menghadapi dan mengerjakan latihan-latihan yang diberikan oleh guru di kelas maupun di luar kelas. Hal itu disebabkan kurangnya motivasi untuk melakukan aktifitas belajar mandiri dalam belajar sehingga kompetensi yang dimilki kurang.

  Penelitian dilakukan di SMP BOPKRI 2 Yogyakarta. Sekolah ini dipilih karena dari hasil pengamatan dan observasi peneliti, ditemukan bahwa sebagian besar siswa di SMP BOPKRI 2 Yogyakarta berangkat dari golongan keluarga yang kurang mampu dan belum tentu semua siswa yang lulus dari sekolah ini akan melanjutkan sekolahnya ke jenjang yang lebih tinggi. Sekolah mempunyai tugas membekali para siswa dengan segala pengetahuan, pengalaman dan ketrampilan agar para siswa semakin berkompetensi dan berkualitas dan tidak menggantungkan dirinya pada orang lain. Sekolah tanggung jawabnya, baik di sekolah maupun di luar sekolah, sesuai dengan motto sekolah yaitu “Membangun Komunitas Berpengharapan”. Siswa sungguh diarahkan kepada pribadi yang berkualitas dan dapat menjadi harapan baik di keluarga maupun di lingkungan masyarakat. Para siswa diharapkan mampu mengatasi permasalahan - permasalahan dalam kehidupannya dengan baik sehingga mereka bisa mendapatkan sebuah pengetahuan yang baru dan kemudian dijadikan sebuah bekal di masa mendatang, oleh karena itu peneliti ingin melihat seberapa jauh siswa melakukan belajar secara mandiri.

B. Rumusan Masalah

  Dalam penelitian ini secara spesifik masalah-masalah yang ingin dipecahkan adalah sebagai berikut :

1. Sejauh mana tingkat kegiatan belajar mandiri para siswa kelas VIII SMP

  BOPKRI 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2009/2010? 2. Butir-butir kegiatan belajar mandiri manakah yang belum tercapai pada diri para siswa kelas VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta Tahun Ajaran

  2009/2010? C.

   Tujuan Penelitian

  Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mendeskripsikan tingkat kegiatan belajar mandiri para siswa kelas VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2009/2010.

  2. Mengidentifikasi butir-butir kegiatan belajar mandiri yang belum tercapai pada diri para siswa kelas VIII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2009/2010 yang berdampak implikatif terhadap pemilihan topik-topik program bimbingan belajar mandiri.

D. Manfaat Penelitian

  1. Teoritis Hasil penelitian ini dapat digunakan bagi para pembaca khususnya mahasiswa Bimbingan dan Konseling untuk mengembangkan dan memperkaya pengetahuan yang dimiliki menyangkut teori-teori tentang belajar mandiri sebagai bekal seorang calon guru Bimbingan dan Konseling di sekolah.

  2. Praktis

  a. Bagi Guru Pembimbing Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh guru Bimbingan dan Konseling untuk pengembangan program Bimbingan Konseling Belajar, khususnya dalam rangka meningkatkan kemandirian siswa agar siswa semakin mampu melakukan belajar mandiri.

  b. Bagi Siswa Siswa semakin sadar untuk berefleksi sampai sejauh mana tingkat belajar mandirinya dan dapat memperoleh bantuan-bantuan yang sesuai untuk meningkatkan kegiatan belajar mandiri. c. Bagi Guru Mata Pelajaran Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh Guru Mata Pelajaran agar guru semakin mampu mengupayakan pembelajaran yang mengarah kepada kegiatan belajar mandiri.

E. Definisi Operasional

  Belajar mandiri adalah kegiatan belajar yang didorong oleh niat atau motif untuk menguasai suatu kompetensi guna mengatasi suatu masalah, dan dibangun dengan bekal pengetahuan atau kompetensi yang telah dimiliki. Adapun indikator dari kegiatan belajar mandiri yang diukur dalam penelitian ini antara lain: memahami dan mengatasi permasalahan secara baik dan relevan, mampu meningkatkan kompetensi dan kualitas diri melalui belajar, mendapat pengetahuan baru, mampu belajar dari sumber-sumber lain yang relevan untuk meningkatkan kompetensi, siswa mampu berpikir kritis serta mampu merefleksikan seberapa jauh kemampuan yang dimilki dalam diri sebagaimana dikonsep pada konstruk instrumen penelitian ini.

BAB II KAJIAN TEORITIS Dalam bab ini dibahas kajian teoritis yang berkaitan dengan masalah

  penelitian. Topik-topik dalam bab ini yaitu karakteristik perkembangan belajar siswa SMP, belajar mandiri, dan layanan bimbingan dan konseling belajar.

A. Karakteristik Perkembangan Belajar Siswa SMP

  Usia siswa SMP termasuk dalam usia masa remaja. Masa remaja merupakan proses dimana banyak mengalami perkembangan dan perubahan.

  Perkembangan dan perubahan yang dialami oleh remaja adalah perkembangan fisik dan psikis dalam diri remaja. Menurut Sarwono (2004:84) pada masa remaja hampir semua remaja masih menggantungkan diri kepada orang tua dalam hal belajarnya, karena hampir semua orang tua mengharapkan anaknya pandai di sekolah sehingga orang tua menginginkan anaknya menuruti kemauan orang tua.

  Mengharapkan prestasi sekolah yang tinggi dengan cara mendidik anak agar menuruti orang tua ternyata kurang tepat, karena anak-anak yang berprestasi tinggi di sekolah justru mendapat latihan untuk mandiri dan mengurus dirinya sendiri dari pada anak yang berprestasi rendah (Sarlito, 2004:85). Kepandaian sering diartikan dengan angka rapor yang tinggi, tetapi baik buruknya angka rapor tidak selalu disebabkan oleh kepandaian. Banyak

  Menurut Syah (2008:184) faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar siswa terdiri dari dua macam yaitu :

  1. Faktor Intern Siswa Faktor intern siswa meliputi gangguan psiko-fisik siswa, yaitu :

  a. Gangguan yang bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya kapasitas intelektual/intelegensi siswa.

  b. Gangguan yang bersifat afektif (ranah rasa), antara lain seperti labilnya emosi dan sikap.

  c. Gangguan yang bersifat psikomotor (ranah karsa), antara lain seperti terganggunya alat-alat indera penglihatan dan pendengar.

  2. Faktor Ekstern Siswa Faktor ekstern siswa meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar siswa, meliputi : a. Lingkungan keluarga, contohnya : ketidakharmonisan hubungan antara ayah dengan ibu dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga.

  b. Lingkungan masyarakat, contohnya : wilayah perkampungan kumuh dan teman sepermainan yang nakal.

  c. Lingkungan sekolah, contohnya : kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk seperti dekat pasar, kondisi guru dan alat-alat belajar yang kurang berkualitas. Selain faktor-faktor yang bersifat umum diatas, menurut Syah (2008:186) ada pula faktor lain yang menimbulkan kesulitan belajar siswa dan faktor lain itu dipandang sebagai faktor khusus yang disebut dengan sindrom psikologis berupa learning disability (ketidakmampuan belajar) yang terdiri atas :

  1. Disleksia (dyslexia), yakni ketidakmampuan belajar membaca

  2. Disgrafia (dysgraphia), yakni ketidakmampuan belajar menulis

  3. Diskalkulia (dyscaculia), yakni ketidakmampuan belajar matematika Namun demikian, siswa yang mengalami sindrom-sindrom diatas secara umum sebenarnya memiliki potensi IQ yang normal bahkan diantaranya ada yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Kesulitan-kesulitan pada diri siswa dapat dikurangi dengan memberikan latihan-latihan agar siswa dapat mandiri sedini mungkin, dengan demikian anak dapat memilih jalannya sendiri dan akan berkembang lebih mantab.

B. Belajar Mandiri 1. Pengertian Belajar Mandiri

  Belajar mandiri tidak berarti belajar sendiri. Belajar mandiri mempunyai pengertian tidak harus belajar sendiri, akan tetapi belajar mandiri merupakan upaya sistematis yang dilakukan oleh peserta didik dalam mengatur proses pembelajarannya dalam rangka mencapai penguasaan kompetensi secara utuh (Panen, dalam Zakaria, 2010).  

  Hal yang terpenting dalam proses belajar mandiri ialah peningkatan kemauan dan keterampilan siswa/peserta didik dalam proses belajar tanpa bantuan orang lain, sehingga pada akhirnya siswa/peserta didik tidak dalam belajar. Dalam belajar mandiri, siswa/peserta didik akan berusaha sendiri dahulu untuk memahami isi pelajaran yang dibaca atau dilihatnya.

  Apabila terdapat kesulitan, barulah bertanya atau mendiskusikannya dengan teman, guru/instruktur atau orang lain. Siswa/peserta didik yang mandiri akan mampu mencari sumber belajar yang dibutuhkannya.

  Belajar mandiri adalah kegiatan belajar aktif, yang didorong oleh niat atau motif untuk menguasai sesuatu kompetensi guna mengatasi sesuatu masalah, dan dibangun dengan bekal pengetahuan atau kompetensi yang telah dimiliki (Mudjiman, 2007:7). Penetapan kompetensi sebagai tujuan belajar, tempat belajar, dan cara pencapaiannya baik penetapan waktu belajar, tempat belajar, tempo belajar, cara belajar, maupun evaluasi hasil belajar ditetapkan oleh pembelajar sendiri.

  Menurut Mudjiman (2007:7) penjelasan untuk batasan tersebut di atas adalah sebagai berikut, a.

  Kegiatan belajar aktif merupakan kegiatan belajar yang memiliki ciri keaktifan pembelajar, persistensi, keterarahan dan kreatifitas untuk mencapai tujuan.

  b.

  Motif atau niat, untuk menguasai sesuatu kompetensi adalah kekuatan pendorong kegiatan belajar secara intensif, persisten, terarah dan kreatif.

  c.

  Kompetensi adalah pengetahuan atau ketrampilan, yang dapat digunakan untuk memcahkan masalah.

  d.

  Dengan pengetahuan yang telah dimiliki pembelajar mengolah informasi yang diperoleh dari sumber belajar, sehingga menjadi pengetahuan ataupun ketrampilan baru yang dibutuhkan.

  e.

  Tujuan belajar hingga evaluasi hasil belajar, ditetapkan sendiri oleh pembelajar, sehingga ia sepenuhnya menjadi pengendali kegiatan belajarnya.

  Dari batasan itu dapat diperoleh gambaran bahwa seseorang yang sedang menjalankan belajar mandiri lebih ditandai dan ditentukan oleh motif yang mendorongnya belajar.

2. Aspek-Aspek Belajar Mandiri

  Belajar mandiri pada dasarnya meliputi tiga aspek, yaitu penentuan tujuan belajar, cara belajar dan evaluasi (Moore, dalam Rahadi, 2010).

  Tiga aspek tersebut ditentukan oleh pembelajar sendiri.

  a.

  Tujuan Belajar Mandiri Pada dasarnya tujuan belajar mandiri adalah mencari kompetensi baru, baik yang berbentuk pengetahuan maupun ketrampilan, untuk mengatasi suatu masalah (Mudjiman, 2007:10). Dalam rangka mendapatkan kompetensi baru, pembelajar mencari informasi dari berbagai sumber secara aktif dan mengolahnya berdasar pengetahuan yang telah dimiliki. Dalam konteks lifelong learning, tujuan belajar mandiri dan cara pencapaiannya memang ditetapkan sendiri oleh pembelajar berdasarkan atas kelebihan dan kekurangan yang ada pada dirinya, yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan yang dirasa oleh pembelajar belum terpenuhi dengan kompetensi-kompetensi yang telah dimilki (Mudjiman, 2007:10). Penetapan tujuan disesuaikan dengan kemampuan untuk mencapainya, guna menghindari kemungkinan kecewa karena gagal, sehingga dapat diketahui bahwa kemajuan yang dicapai oleh seorang pembelajar mandiri banyak tergantung bagaimana b.

  Cara Belajar Menurut Mudjiman (2007:18), setiap orang memiliki cara belajar yang tepat untuk dirinya sendiri. Hal ini antara lain terkait dengan tipe pembelajar, apakah termasuk auditif, visual, kinestetik atau tipe campuran. Pembelajar mandiri perlu menemukan tipe dirinya serta cara belajar yang cocok dengan keadaan dan kemampuan sendiri.

  c.

  Evaluasi Hasil Belajar (Refleksi Diri) Evaluasi hasil belajar mandiri dilakukan oleh pembelajar sendiri.

  Pembelajar melakukan evaluasi belajar dengan membandingkan antara tujuan belajar dan hasil yang dicapainya. Pembelajar akan mengetahui sejauh mana keberhasilannya. Hasil evaluasi diri yang dilakukan berulang-ulang akan turut membentuk kekuatan motivasi belajar yang lebih lanjut (Mudjiman, 2007:18).

  Refleksi merupakan penilaian terhadap proses pembelajaran yang telah dijalani. Kemampuan refleksi merupakan salah satu kemampuan yang sangat diperlukan dalam belajar mandiri, sebab dari hasil refleksi pembelajar dapat menentukan langkah ke depan guna mencapai keberhasilan dan menghindari kegagalan.

3. Pengaturan Diri dalam Proses Belajar Mandiri (Self Regulated

  Learning)

  Pada bagian berikut akan dipaparkan mengenai ketrampilan pengaturan diri dalam rangka mencapai tujuan belajar. Ketrampilan ini sangat penting, karena menyangkut diri perorangan setiap siswa dalam proses belajar menuju kebiasaan belajar mandiri.

  Menurut The Liang Gie (1995:189), pengaturan diri dalam proses belajar (self regulated learning) berarti mendorong diri sendiri untuk maju, mengatur semua unsur potensi pribadi, mengendalikan kemauan untuk mencapai hal-hal yang baik dan mengembangkan berbagai segi dari pribadi agar lebih sempurna. Terdapat empat bentuk perbuatan yang mendasari kegiatan pengaturan diri dalam proses belajar (The Liang Gie, 1995:189), yaitu :

  a. Pendorongan Diri (self motivation) Syarat pertama bagi setiap siswa untuk mencapai tujuan belajar adalah pendorongan diri. Pendorongan diri termasuk salah satu dorongan psikologis dari dalam diri seseorang yang merangsang diri dalam mencapai tujuan yang didambakan. Pendorongan dari dalam diri akan melahirkan minat dan motivasi yang besar untuk belajar dengan sepenuh kemampuan. Seseorang dengan minat yang besar akan mendatangkan hasil belajar yang memuaskan, karena dapat melakukan konsentrasi sehingga perhatian tidak terganggu oleh hal lain maka akan mudah memahami bahan pelajaran, mampu belajar dalam jangka panjang dan bahkan memperoleh kesenangan batin dari belajar karena bertambahnya pengetahuan. b. Penataan Diri (self organization) Bentuk perbuatan yang kedua dalam pengaturan diri adalah penataan diri, yaitu mengatur dengan sebaik-baiknya pikiran, tenaga, waktu, tempat, benda dan semua sumber daya lainnya dalam kehidupan setiap siswa sehingga tercapai efisiensi pribadi. Efisiensi pribadi yaitu perbandingan terbaik antara setiap kegiatan hidup pribadi dengan hasil yang diinginkan. Dalam proses menuju kegiatan belajar mandiri penataan diri sangat diperlukan agar dapat mencapai tujuan belajar. Pada dasarnya penataan diri dalam proses belajar mandiri yaitu siswa dapat merencanakan, mengatur dan mengurus segala hal dalam diri sendiri agar proses belajar dapat berlangsung secara tertib, lancar dan mudah.

  c. Pengendalian Diri (self control) Pengendalian diri dalam proses belajar mandiri adalah perbuatan dalam membina tekad untuk mendisiplinkan kemauan, memacu semangat, mengikis keseganan dan mengerahkan energi untuk benar- benar melaksanakan apa yang harus dikerjakan dalam proses belajar.

  Seseorang memiliki tujuan dan rencana belajar yang baik tanpa didukung dengan pengendalian diri dalam proses belajar, maka hasil belajar yang diperoleh tidak akan memuaskan. Oleh sebab itu melatih kontrol diri harus sungguh-sungguh diusahakan dari waktu kewaktu oleh setiap siswa agar mencapai hasil belajar yang memuaskan. d. Pengembangan Diri (self development) Pengembangan diri dalam proses belajar mandiri merupakan bentuk pengaturan diri yang terakhir. Pengembangan diri adalah perbuatan yang menyempurnakan atau meningkatkan diri sendiri dalam berbagai hal mencakup segenap sumber daya pribadi dalam diri seorang siswa.

  Pengembangan diri dalam proses belajar mandiri meliputi pengembangan fisik untuk menjaga kesehatan, pengembangan sosial untuk meningkatkan berbagai ketrampilan hubungan antar perorangan, pengembangan emosional untuk membina kesadaran diri yang lebih besar dan kekokohan emosional, pengembangan intelektual untuk menambah kearifan serta pengetahuan, pengembangan karakter untuk membina perilaku moral dan etis, pengembangan spiritual untuk memupuk suatu kesadaran yang lebih besar terhadap makna kehidupan.

4. Komponen Konsep Belajar Mandiri

  Pada bagian berikut akan diuraikan secara singkat masing-masing komponen konsep belajar mandiri menurut Mudjiman (2007:23).

  a. Paradigma Konstruktivisme Paradigma konstruktivisme merupakan komponen pertama konsep belajar mandiri, sebab kelancaran kegiatan belajar mandiri sangat ditentukan oleh sejauh mana pembelajar telah memiliki pengetahuan yang relevan sebagai modal awal untuk menciptakan pengetahuan baru atas rangsangan baru dari informasi baru yang diperolehnya dalam konstruktivisme dilandasi penggunaan pengetahuan yang telah dimiliki untuk mengolah informasi yang masuk, sehingga terbentuk pengetahuan baru menuju ke pembentukan suatu kompetensi yang dikehendaki pembelajar (Mudjiman, 2007:23). Belajar adalah membangun pengetahuan untuk membentuk pengetahuan baru (Hazel and Papert, dalam Mudjiman, 2007:23).

  Pemikiran tentang pengetahuan baru itu menempatkan siswa sebagai komponen penting dalam proses pendidikan. Siswa tidak lagi dianggap sebagai pihak yang begitu saja menerima pengetahuan yang diberikan kepadanya, melainkan mengolahnya sebelum memahaminya.

  Penempatan siswa sebagai subjek pendidikan merupakan pandangan baru, yang berbeda dengan pandangan paradigma tradisional.

  Dalam pendidikan tradisional, pendidikan dianggap sebagai proses transmisi pengetahuan, fakta, atau kenyataan yang ditemukan di masa- masa sebelumnya dari guru kepada murid-muridnya. Model seperti ini disebut teacher centered learning model karena proses pengajaran dan pendidikan berpusat pada guru sedangkan siswa bersifat pasif, siswa harus menerima apa yang diajarkan guru.

  Lebih jauh Burton (dalam Martini, 2010) mengusulkan bahwa tanggung jawab guru dalam proses belajar adalah untuk menstimulasi dan memotivasi siswa, menyediakan pengalaman untuk menumbuhkan pemahaman, mendiagnosis dan mengatasi kesulitan siswa, serta

  Selain model pembelajaran tradisional, berkembang banyak model pembelajaran progresif yang bercirikan keaktifan siswa. Pembelajaran progresif identik dengan Active Learning atau pembelajaran aktif antara lain Active Learning sendiri, Integrated Learning, Problem Based

  Learning, Independent Learning atau belajar bebas, Selfmotivated Learning atau belajar mandiri, Progressive Learning dengan

  pendekatan ketrampilan proses, Pembelajaran PAMONG dan Quantum

  Learning . Model-model baru ini umumnya bersumber pada paradigma pembelajaran konstruktivistik (Mudjiman, 2007:25).

  Pembelajaran konstruktivistik adalah pembelajaran yang berbasis paradigma konstruktivisme. Dalam pembelajaran konstruktivistik penambahan pengetahuan dilakukan oleh siswa sendiri, karena belajar menurut paradigma konstruktivisme adalah proses membentuk kembali atau membentuk baru pengetahuan.

  b. Pengembangan Motivasi Belajar Motivasi belajar adalah komponen konsep belajar mandiri dan merupakan prasyarat bagi berjalannya belajar mandiri. Motivasi belajar adalah kekuatan pendorong dan pengarah perbuatan belajar (Mudjiman, 2007:37). Motivasi belajar dibedakan menjadi dua yaitu, motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi Intrinsik adalah dorongan dari dalam dalam diri untuk menguasai sesuatau kompetensi guna mengatasi masalah. Motivasi ekstrinsik adalah dorongan dari luar

  Motivasi dari siswa sangat mempengaruhi dirinya dalam proses belajar, baik itu motivasi instrinsik maupun ekstrinsik. Motivasi instrinsik merupakan kebutuhan psikologis dari dalam diri. Motivasi instrinsik mendorong untuk melakukan kegiatan dengan tujuan menguasai dan mendapat kompetensi baru, menikmati proses belajar serta merasakan kepuasan bila kegiatan belajar behasil. Motivasi instrinsik ada dalam kegiatan tanpa ‘iming-iming’ sebagai pendorong yang bersifat eksternal. Jadi bisa dikatakan bahwa motivasi instrinsik merupakan dorongan yang berasal secara alamiah dari dalam diri untuk mendapat pengetahuan serta kompetensi baru, seperti emosi, rasa senang dan minat. 1) Faktor-Faktor Pembentuk Motivasi Belajar

  Menurut Mudjiman (2007:43) dalam proses pembentukan motivasi belajar ada faktor-faktor yang mempengaruhi, antara lain : a) Faktor pengetahuan tentang kegunaan belajar

  Faktor pengetahuan ini mengenai pengetahuan pembelajar tentang detailnya perbuatan belajar yang sedang dipertimbangkan, misalnya pembelajar akan mengikuti les tambahan matematika dari hal itu apakah pembelajar memilki pengetahuan yang cukup tentang untung ruginya bila megikuti les tersebut seperti biayanya, kompetensi tutor dan sebagainya.

  Pengetahuan itu dapat diperoleh dari berbagai sumber di luar b) Faktor kebutuhan untuk belajar Faktor ini mengenai seberapa jauh pembelajar akan memenuhi kebutuhannya dalam proses belajar, misalnya secara umum apakah dengan belajar yang sedang dijalani akan menjanjikan kompetensi yang dibutuhkan atau malah untuk menghindari sesuatu yang tidak dikehendaki. Pertanyaan itu akan terjawab bila pengetahuan yang cukup detail dimiliki.

  c) Faktor kemampuan untuk melakukan kegiatan belajar Faktor ini mengenai seberapa jauh pengetahuan penbelajar tentang kemampuan dirinya dalam melakukan suatu proses belajar.

  d) Faktor kesenangan terhadap ide melakukan kegiatan belajar Faktor ini mengenai seberapa senang pembelajar akan menjalani proses belajar. Rasa senang akan timbul dari pengalamannya sendiri ataupun dari pengalaman orang lain yang pernah dilihat tentang belajar. Rasa senang juga akan timbul bila pembelajar meyakini bahwa pembelajar memilki kemampuan untuk melakukan kegiatan yang sedang dipertimbangkan.

  e) Faktor pelaksanaan kegiatan belajar Faktor ini mengenai kesiapan pembelajar untuk melaksanakan perbuatan belajar seperti sebarapa jauh pembelajar dapat membagi waktu dan seberapa mampu dapat melakukan f) Faktor hasil belajar Faktor ini mengenai seberapa jauh pengaruh hasil-hail belajar selama ini terhadap kemampuannya dalam mengahadapi proses belajar kedepan.

  g) Faktor kepuasan terhadap hasil belajar Faktor ini mengenai kepuasan pembelajar terhadap hasil-hasil belajarnya selama ini dan rasa puas akan memperkokoh motivasinya untuk terus belajar, sebab pembelajar akan semakin tahu apa keuntungan yang didapat dari belajar dan akan meneruskan belajarnya ketahap yang semakin tinggi. Sebaliknya bila hasil belajar tidak memuaskan dapat menyebabkan kekecewaan dan memutuskan untuk berhenti belajar.

  h) Faktor karakteristik pribadi dan lingkungan terhadap proses pembuatan keputusan Faktor ini merupakan pengendali dari semua faktor-faktor yang sebelumnya, karena kemampuan diri pembelajar untuk membuat perhitungan sungguh mempengaruhi hasil yang akan didapat baik bagi dirinya sendiri maupun lingkungan di sekitarnya. 2) Teknik Belajar untuk Menumbuhkan Motivasi Belajar

  Terdapat hubungan antara teknik belajar dengan motivasi belajar, yaitu bahwa teknik belajar yang tepat dapat meningkatkan belajar (Mudjiman, 2007:97). Teknik belajar yang akan dibicarakan adalah MASTER Plan (Rose and Nicholl, 1997:410-413) dan SQ3R (Robinson, 1946:28-31).

  a) MASTER Plan MASTER Plan juga disebut pembelajaran yang dipercepat (Accelerated Learning). MASTER adalah akronim yang mencerminkan langkah-langkah belajar sebagai berikut : (1) Motivate your mind (Tumbuhkan Motivasi)

  Menumbuhkan motivasi dalam diri agar tetap bersemangat dalam belajar. Menumbuhkan motivasi dalam diri hendaknya memperhatikan beberapa hal yaitu, pemenuhan kebutuhan yang harus terpenuhi, bertambahnya kemampuan dalam melakukan belajar, mengupayakan rasa senang melakukan kegiatan belajar, mengingat adanya manfaat dari belajar. (2) Acquiring the information (Kumpulkan Informasi)

  Pengumpulan informasi diarahkan oleh masalah yang hendak dijawab termasuk di dalamnya adalah kompetensi yang hendak dicapai; jalan pikir atau kerangka pikir untuk menjawab masalah; jenis informasi yang dibutuhkan dengan diarahkan oleh kerangka pikiran; identitas sumber-sumber informasi; pencarian informasi; analisis informasi; kepada pihak lain guna mengecek kebenaran penyimpulan sekaligus guna mengetes penguasaan bahan hasil belajar oleh pembelajar. (3) Searching out the meaning (Temukan Makna)

  Memahami setiap fakta atau informasi yang didapat bukan hanya sekedar mengerti, kemudian disimpan dalam memori guna dipanggil kembali untuk diperlukan. Upaya memahami fakta berarti mengaitkan fakta-fakta yang telah dimilki menjadi sebuah pengetahuan baru. (4) Triggering the memory (Kuncilah Fakta dalam Memori)

  Setelah fakta atau informasi dipahamai, kemudian dikunci dalam memori dengan berbagi cara misalnya, fakta dirangkai kedalam sebuah konsep kemudian dibuat mental map.

  (5) Exhibiting what you know (Tunjukkan Kepada Orang Lain) Untuk dapat meyakinkan pengetahuan telah menjadi milik pembelajar, hendaknya pembelajar harus mengetes dirinya dengan menunjukkan kepada orang lain pada kelompok belajar, di sana pembelajar bisa saling membantu dengan teman kelompok yang mengalami kesulitan belajar dengan pengetahuannya. Penggunaan pengetahuan seperti ini dapat membuat pengetahuan semakin solid dalam

  (6) Reflecting on how you’ve learned (Refleksi) Tahap refleksi merupakan tahap terakhir dalam proses pembelajaran, pada tahap ini pembelajar bertanya tentang bagaimana dan apa yang diperoleh selam a proses belajar yang sudah dijalani. Hal ini bertujuan untuk memecahkan sesuatu masalah atau menguasai suatu kompetensi.

  b) Metode Survey, Question, Read, Recite and Review (SQ3R) Metode Survey, Question, Read, Recite and Review (SQ3R) adalah metode untuk mempelajari buku, artikel pada jurnal atau bentuk-bentuk bahan pelajaran yang lain. Metode ini mengarah pada pemahaman terhadap bacaan secara menyeluruh dan detail.

  Langkah-langkahnya sebagai berikut : (1) Langkah Orientasi (Survey/S), yaitu tahap mengamati secara keseluruhan untuk memperoleh gambaran umum dari bahan pelajaran dengan cara memusatkan perhatian pada tiap bagian dari bahan tersebut yaitu membaca judul, daftar isi, pendahuluan, gambar-gambar dan grafik dengan penjelasannya.

  (2) Langkah Bertanya (Question/Q), yaitu tahap mengajukan pertanyaan dari hasil orientasi secara tertulis dari mata pelajaran yang telah dipelajari untuk mencari jawaban sendiri, yaitu dengan membuat pertanyaan-pertanyaan yang jawabannnya tersurat atau tersirat atau sama sekali tidak ada dalam teks tetapi relevan untuk ditanyakan.

Dokumen yang terkait

Tingkat kebiasaan belajar para siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta tahun pelajaran 2010/2011 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan belajar klasikal.

0 4 88

Kegunaan bimbingan dan konseling menurut para siswa kelas II SMA BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2006/2007 - USD Repository

0 0 71

Tingkat kebiasaan belajar siswa dalam pelajaran ekonomi para siswa Kelas XI Program IPS SMA BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008 - USD Repository

0 0 86

Tingkat disiplin diri para siswa kelas XI SMA BOPKRI II Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008 terhadap peraturan sekolah - USD Repository

0 0 96

Deskripsi kebiasaan belajar siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta tahun pelajaran 2008/2009 dan implikasinya terhadap usulan topik bimbingan belajar - USD Repository

0 0 100

Tingkat partisipasi dalam kegiatan bimbingan kelas para siswa putra dan putri kelas VIII di SMP Pangudi Luhur Timoho, Yogyakarta tahun pelajaran 2009/2010 - USD Repository

0 0 74

Tingkat kemandirian mempelajari bahan mata pelajaran para siswa tahun ke II SMP BOPKRI 3 Yogyakarta tahun ajaran 2008/2009 - USD Repository

0 1 76

Tingkat disiplin diri para siswa putra dan putri kelas VII SMP BOPKRI III Yogyakarta tahun pelajaran 2008/2009 - USD Repository

0 0 81

Tingkat kedisiplinan para siswa kelas VIII SMP Joanness Bosco Yogyakarta tahun pelajaran 2009/2010 dalam mengikuti kegiatan akademik di sekolah - USD Repository

0 1 92

Tingkat penyesuaian diri siswa kelas VII SMP Regina Pacis Jakarta dalam kegiatan pembelajaran tahun ajaran 2009/2010 - USD Repository

0 0 99