IMPLEMENTASI METODE TASMI’ DAN TAKRIR DALAM HAFALAN QUR’AN (STUDI KASUS SANTRIWATI ISLAMIC BOARDING SCHOOL OF DARUL BAWEN TAHUN 2018) SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
IMPLEMENTASI METODE
TASMI’ DAN TAKRIR
DALAM HAFALAN QUR’AN (STUDI KASUS
SANTRIWATI ISLAMIC BOARDING SCHOOL OF
DARUL BAWEN TAHUN 2018)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
Khusnadhya Hannif Iriyanti
NIM : 111-14-214
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2018
HALAMAN JUDUL ii
IMPLEMENTASI METODE
iii
TASMI’ DAN TAKRIR
DALAM HAFALAN QUR’AN (STUDI KASUS
SANTRIWATI ISLAMIC BOARDING SCHOOL OF
DARUL BAWEN TAHUN 2018)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
Khusnadhya Hannif Iriyanti
NIM : 111-14-214
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2018HALAMAN BERLOG
HA HALAMAN PENGESAHAN LAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING iv v
vi
MOTTO
.
الله ىلص- ِ هالله ُلوُسَر َلاَق ُلوُقَي هنع الله ىضر ٍدوُعْسَم َنْب ِ هالله دْبَع ْنَع
ِرْشَعِب ُةَنَسَحْلا َو ٌةَنَسَح ِهِب ُهَلَف ِ هالله ِباَتِك ْنِم اًفْرَح َأَرَق ْنَم « -ملسو هيلع
ٌف ْر َح ٌميِم َو ٌف ْرَح ٌمَلا َو ٌف ْرَح ٌفِلَأ ْنِكَل َو ٌف ْرح ملا ُلوُقَأ َلا اَهِلاَثْمَأ ».
“Barangsiapa yang membaca 1 huruf kitabullah, baginya 1
kebaikan. Satu kebaikan akan dilipatgandakan sepuluh. Aku
tidak mengatakan Alif Lam Mim itu satu huruf, akan tetapi,
Alif 1 huruf, Lam 1 huruf, dan Mim 1 huruf
”
(HR. Tirmidzi, no.2915)
vii
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas limpahan rahmat serta karuniaNya, skripsi ini penulis persembahkan untuk:
1. Bapak dan ibuku tersayang, Riyanto dan Kusnanik yang senantiasa memberikan dukungan baik materil maupun moril dan tak pernah berhenti memantau, memberikan do‟a, nasihat, kasih sayang, bimbingan, motivasi dan semangat untuk anak-anaknya.
2. Kakak dan adikku tercinta Tenggar Koko Wijiyanto dan Mafaza Sania yang selalu berpartisipasi menemani, memberikan dukungan, support, d an do‟anya untukku.
3. Akhsanul Haifa Tsani yang senantiasa menemani, memberikan dukungan, semangat, motivasi, do‟a dan cerita hidupnya yang setiap hari selalu berganti.
4. Dosen pembimbing skripsiku, Bp. Dr. M. Gufron, M.Ag. yang selalu memberikan pengarahan serta bimbingan dengan penuh kesabaran selama proses skripsi ini.
5. Segenap keluarga besar Mbah Kusnan besserta anak cucu dan keluarga besar Mbah Nur Hadi beserta anak cucu yang selalu membimbing dan memberikan motivasi, semangat yang tak henti-hentinya demi terselesaikan skripsi penelitian ini.
6. Sahabat seperjuangan satu dosbing Tatu Mafazah, Laili Nur Fitriyani, Muna, Muza, Fatin, Nur Khasanah, Kholiq, Rahmat dll yang selalu memberikan motivasi, semangat, dan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.
viii
7. Keluarga besar SMP IT Darul Fikri Bawen yang telah memberikan tempat untuk saya melakukan penelitian hingga skripsi ini jadi.
8. Keluarga besar SD IT Permata Bunda yang telah memberikan semangat serta do‟a yang tiada henti.
9. Tim PPL MTs Al-Manar, mb Zum, mb Puput, mb Nanda, Dwik, Jannah, Eva serta Fauzi yang selalu memberikan motivasi.
10. Tim KKN Posko 111 (Klitikan) yang selalu support.
11. Segenap keluarga besar PAI F Angkatan 2014.
12. Segenap keluarga besar PAI Angkatan 2014.
13. Segenap pendidik dan pembaca.
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur
alhamdulillahi robbil‟alamin, penulis panjatkan atas kehadirat
Allah SWT yang selalu memberikan nikmat, rahmat, karunia, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Implementasi Metode
Tasmi‟ dan Takrir Dalam Hafalan Qur‟an. Studi Kasus
Santriwati Islamic Boarding School Of Darul Fikri Bawen Tahun 2018 ini dengan baik dan lancar. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi agung Muhammad SAW, semoga kelak dapat berjumpa dan mendapat syafa
‟atnya di yaumul akhir. aamiin.
Penulisan skripsi ini tidak akan pernah terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.
Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada: 1. Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga.
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.
4. Bapak Dr. M. Gufron, M.Ag. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing dan mengarahkan dari awal hingga akhir dalam proses penyelesaian skripsi ini.
5. Ibu Dra.Djamiatul Islamiyah, M.Ag. selaku Pembimbing Akademik yang senantiasa membimbing dan mengarahkan dalam proses bimbingan akademik selama kuliah.
x
6. Bapak dan Ibu dosen yang telah membekali berbagai ilmu pengetahuan, serta karyawan IAIN Salatiga sehingga penulis dapat menyelesaikan jenjang pendidikan S1.
7. Ayah, ibu dan adikku yang selalu memberikan motivasi kepadaku,
8. Sahabat-sahabatku menyemangatiku dan membantu menyelesaikan skripsi ini.
9. Teman-teman KKN IAIN 2018 Dusun Klitikan, Desa Klitikan Posko 111.
10. Teman-teman PPL MTs Al-Manar Tengaran.
11. Keluarga besar PAI IAIN Salatiga angkatan 2014.
12. Seluruh pihak yang sudah mendukung dan memberikan semangat yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Terselesaikannya tulisan ini selain sebagai bentuk tanggung jawab pengenyam perguruan tinggi yang tentunya kelak akan menjadi salah satu referensi. Penulis sepenuhnya sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, serta para pembaca pada umumnya. Aamiin.
Salatiga, 3 Agustus 2018 Khusnadhya Hannif I NIM: 111-14-214
xi
ABSTRAK
Iriyanti, KH. 2018.Implementasi Metode Tasmi‟ dan Takrir dalam Hafalan Qur‟an. (Studi Kasus Santriwati Islamic Boarding School Of Darul Fikri Bawen Tahun 2018.) Prodi Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
Pembimbing: Dr. M. Gufron, M.Ag.
Kata Kunci: Implementasi Metode Tasmi‟ dan Takrir dalam menghafal qur‟an.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh banyaknya keluhan dari teman- teman yang sedang menghafalkan al- Qur‟an maupun yang sudah hatam al-Q ur‟an. Mereka sangat kesulitan dalam menambah hafalan serta kesulitan dalam menjaga hafalan. Oleh karena itu, perlu ada suatu metode untuk bisa menambah serta mempertahankan hafalan yang telah mereka hafalkan sebelumnya. Yakni dengan menggunakan metode tas
mi‟ dan
takrir . Agar hafalan yang mereka hafalkan itu masih tetap menetap pada
hati serta fikiran .
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diambil rumusan
masalah: (1) Bagaimana implementasi metode tasmi‟ dan takrir dalam
menghafal al- Qur‟an. (2) Apa saja faktor pendukung serta faktor penghambat dalam menghafalkan al- Qur‟an. Berpijak pada rumusanmasalah tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk (1) mendiskripsikan
implementasi metode tasmi‟ dan takrir dalam menghafal al-Qur‟an. (2)untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam
menghafalkan al-Qur‟an. Dalam hal ini peneliti menggunakan penelitian kualitatif
deskriptif. Teknik penggumpulan data menggunakan observasi,
wawancara serta dokumentasi.Hasil penelitian menunjukkan bahwa, (1) Proses implementasi metode tasmi‟ dan takrir dalam menghafalkan al-Qur‟an di IBS Darul
Fikri Bawen telah berjalan dengan sangat baik, hal ini berdasarkan adanya
realita bahwa proses menghafal al- Qur‟an menggunakan ke-dua metodetersebut, walaupun belum sempurna dan masih ada beberapa hambatan.
(2) Faktor pendukung dalam menghafal al- Qur‟an di IBS Darul Fikri
Bawen antara lain: adanya motivasi dari orang tua, adanya motivasi dari
guru, mempunyai target dalam menghafal al-Qur‟an, selalu berdo‟a agar dimudahkan dalam menghafal al- Qur‟an serta adanya lembar evaluasi.
Sedangkan faktor penghambat ialah: kurangnya kesungguhan dalam
menghafal al- Qur‟an, mengalami pubertas, lelah, tingkat kecerdasan berbeda-beda, serta adanya ayat-ayat mutasyabihat.
DAFTAR ISI
Nota Pembimbing ................................................................ Error! Bookmark not defined.
DEKLARASI ....................................................................... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara etimologi, lafazh al-Q
ur‟an merupakan bentuk mashdar dari
qara‟a yang berarti membaca. Kemudian, makna yang mashdariyah ini
dijadikan nama untuk firman Allah Swt dengan mengubahnya menjadi makna
maf‟ul, yakni maqru‟un, artinya yang dibaca. Lafazh al-Qur‟an,
juga bermakna al-qor i‟ah yang berarti bacaan ( Thanthawi, 2013:23).
Adapun secara terminologi, al- Qur‟an ialah firman Allah Swt yang
mu‟jiz (dapat melemahkan orang-orang yang menantangnya), diturunkan
kepada Rasulullah Saw., tertulis dalam mushaf, disampaikan secara mutawatir, dan membacanya dinilai ibadah (Thanthawi, 2013:24).
Dengan demikian, al- Qur‟an ialah bacaan yang diturunkan kepada
Rasulullah Saw yang tertulis dalam mushaf, diturunkan secara mutawatir, dan membacanya ialah suatu ibadah, diawali surat al-Fatihah dan diakhiri surat an-Nas.
Al-Q ur‟an merupakan mukjizat bagi Rasulullah Saw. Yang kekal dan abadi, serta menjadi bukti yang menguatkan dan membenarkan segala sesuatu yang disampaikan oleh beliau. Sebagai bukti atas kemukjizatan al- Qur‟an, kitab ini telah menentang orang-orang kafir untuk mendatangkan yang semisalnya jika mereka mampu.
Sebagai umat Islam kita diwajibkan untuk memperbanyak membaca al- Qur‟an. Sebab, membaca al-Qur‟an dapat mengangkat derajat, menghapus segala kejelekan, mendidik akhlak serta mencerahkan jiwa.
Tidak hanya untuk membaca, kita juga diperintahkan untuk menjaga al- Qur‟an. Baik secara tulisan maupun lisan. Para sahabat menuliskan ayat-ayat al-
Qur‟an pada bahan-bahan pada masa itu, seperti kulit-kulit dan tulang hewan, permukaan batu yang kasar dan halus, serta pelepah-pelepah kurma (Fatihuddin, 2015:23).
Menghafal al- Qur‟an ialah perbuatan yang sangat mulia. Menurut
Abdul Aziz Abdul Rauf definisi tahfidz atau menghafal adalah proses mengulang sesuatu, baik dengan membaca atau mendengar. Pekerjaan apapun jika sering diulang, pasti menjadi hafal (Asy- Syafi‟i, 2018:10).
Setelah melihat pengertin tahfidz dan al- Qur‟an di atas dapat disimpulkan bahwa menghafal al-
Qur‟an ialah suatu proses untuk memelihara, menjaga dan melestarikan kemuliaan al- Qur‟an yang diturunkan kepada Rasulullah Saw. Di luar kepala agar tidak terjadi perubahan dan pemalsuan serta dapat menjaga dari kelupaan baik secara keseluruhan maupun sebagiannya.
Nabi Muhammad Saw adalah seorang yang ummi, yakni tidak dapat membaca dan menulis, hal ini jelas dinyatakan Allah Swt dalam firman-Nya yaitu QS. Al- A‟raf : 157.
“ (yaitu) orang-orang yang mengikut rasul, Nabi yang ummi yang
(namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di
sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma'ruf dan
melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi
mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang
buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu
yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya.
memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang
diturunkan kepadanya (Al Quran), mereka Itulah orang-orang yang
beruntung”. (Kementrian Agama Republik Indonesia, 2014:170).Karena kondisi Nabi Muhammad yang ummi, maka mau tidak mau beliau menerima wahyu secara hafalan. Setelah beliau menerima satu ayat dengan cepat beliau menghafalnya dan setelah itu menyampaikannya kepada sahabat, sehingga para sahabat menguasainya lalu beliau memerintahkan para sahabat untuk menghafalnya.
Demikianlah al- Qur‟an diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw secara mutawatir atau berangsur-angsur selama kurang lebih 23 tahun lamanya. Prosesnya yang bertahap merupakan bantuan untuk menyempurnakan hafalan serta untuk memahami makna yang terkandung didalamnya.
Allah Swt berfirman dalam QS. Al-Qiyamah : 16-18
“ Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Quran Karena
hendak cepat-cepat (menguasai)nya(16). Sesungguhnya atas tanggungan
kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai)
membacanya(17). Apabila kami Telah selesai membacakannya Maka
ikutilah bacaannya itu(18).” (Kementrian Agama Republik Indonesia,
2014:577).
Al- Qur‟an diturunkan secara berangsur-angsur mengandung banyak sekali hikmah, yaitu ( Thanthawi, 2013:59-85) (1) Meneguhkan dan menguatkan hati Rasulullah Saw; (2) Sebagai bentuk tahapan untuk mendidik ummat; (3) Sebagai jawaban atas pertanyaan ummat; (4) Sebagai penetap hukum atas suatu perkara dan kejadian yang diperselisihkan oleh ummat; (5) Sebagai cermin bagi orang-orang mukmin atas semua kesalahan mereka, sehingga mereka tidak mengulanginya lagi; (6) Sebagai petunjuk untuk kembali kepada suber al-Qur
‟an dan menegaskan bahwasanya al- Qur‟an adalah kalam Allah Swt; (7) Agar al-Qur‟an mudah dihafal.
Al- Qur‟an merupakan kitab yang sungguh istimewa. Dari kitab-kitab yang diturunkan Allah Swt al-
Qur‟an paling mudah untuk dihafalkan. Dan begitu banyak hadist Nabi Muhammad Saw yang mendorong ummat Islam untuk membacanya maupun untuk menghafalnya di luar kepala, sehingga hati seorang muslim tidak hampa seperti rumah kosong tak berpenghuni.
Menghafal al- Qur‟an bukanlah pekerjaan yang mudah jika tidak diniatkan dalam hati, kesadaran diri, keinginan yang kuat serta keyakinan yang teguh. Segala sesuatu jika diniatkan untuk Alloh Swt maka Alloh Swt akan memudahkannya. Karena menghafal al-
Qur‟an bukan pekerjaan yang mudah maka, perlu adanya metode menghafal al- Qur‟an agar bisa cepat hafal dan tidak ada problematika. Berdasarkan observasi awal dan wawancara dengan mudzir IBS Darul Fikri Bawen, pada tanggal 7 Januari 2018 diperoleh informasi bahwasanya
Islamic Boarding School Of Darul Fikri merupakan suatu lembaga
pendi dkan Islam yang menerapkan program Tahfidzul Qur‟an. Yang sudah berdiri sejak tahun 2008. Dari sinilah banyak generasi penghafal al- Qur‟an, karena salah satu upaya untuk menjaga al-Qur‟an yaitu dengan hafalan.
IBS Darul Fikri Bawen menerapkan beberapa metode dalam memudahkan santriwatinya menghafal al- Qur‟an. Adapun metode yang diterapkan di IBS Darul Fikri ini ialah
tasmi‟ dan takrir. Karena menghafal
al-Q ur‟an bukan pekerjaan yang sulit maka, IBS menerapkan metode tersebut untuk memudahkan santriwatinya menghafal serta untuk mengejar tarjet hafalan dalam sehari.
Dalam pembagian waktu hafalan santriwati biasanya menyetorkan hafalannya di waktu pagi hari atau
ba‟da subuh untuk hafalan baru. Dan
untuk muraja‟ahnya santriwati menyetorkan hafalannya pada sore hari atau
ba‟da ashar. Saat penyetoran hafalan baru, para santriwati ditargetkan
untuk mengh afal 1 halaman dan untuk muraja‟ahnya setiap sore hari santriwati harus menyetorkan minimal 2 lembar.
Setelah mendapatkan 5 juz, maka para santriwati diminta untuk
tasmi‟
dihadapan para asatidz/asatidzah serta warga sekitar. 1 santriwati harus mentasmi‟kan 1 juz lalu bergilir ke santriwati lainnya hingga mencapai 5 juz tersebut.
Pada saat kajian ahad pagi, para santriwati men
tasmi‟ kan hafalannya
di depan jamaah kajian ahad pagi. Mereka telah mendapat giliran masing- masing. 1 juz mereka
tasmi‟ kan hafalan mereka.
Dengan menggunakan metode
tasmi‟ dan takrir, santriwati bisa
mengejar target hafalan dalam sehari. Hasilnya lumayan memuaskan. Bagi santriwati yang belum tuntas target dalam sehari maka di malam harinya mereka akan menyetorkan kembali hafalan mereka. Hingga hafalan mereka memenuhi target.
Berdasarkan urian di atas, penulis tertarik untuk mengaji dan mengadakan penelitian lebih lanjut tentang “Implementasi Metode
Tasmi’ dan Takrir dalam Hafalan Qur’an. (Studi Kasus Santriwati di Islamic Boarding School of Darul Fikri Bawen Tahun 2018) ” B. Fokus Penelitian
Fokus Penelitian pada penelitian ini ialah sebagai berikut :
1. Bagaimana Implementasi Metode Tasmi‟ dan Takrir dalam hafalan Qur‟an di Islamic Boarding School of Darul Fikri Bawen ?
2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam hafalan Qur‟an di
Islamic Boarding School of Darul Fikri Bawen ? C.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang dimaksud adalah sebagai berikut :
1. Mendiskripsikan implementasi metode tasmi‟ dan takrir dalam hafalan Qur‟an di Islamic Boarding School of Darul Fikri Bawen.
2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam hafalan Qur‟an di Islamic Boarding School of Darul Fikri Bawen.
D. Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini nantinya akan memberikan manfaat untuk berbagai pihak, yaitu :
1. Secara Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan bisa memperkaya khazanah keilmuan bidang agama Islam, khususnya pada hafalan al-
Qur‟an di
Islamic Boarding School of Darul Fikri Bawen dan tambahan pustaka pada perpustakaan IAIN Salatiga.
2. Secara Praktis a.
Bagi Mudzir
Hasil penelitian ini bisa menjadi tolak ukur kualitas hafalan santriwati terutama dilingkungan IBS Darul Fikri Bawen.
b.
Bagi Ustadz/Ustadzah
Hasil penelitian ini diharapkan bisa jadi masukan agar menemukan pendekatan bimbingan yang lebih baik untuk para calon huffadz sehingga hafalan Qur‟an lebih efektif dan efesien.
c. Bagi Santri Hasil penelitian ini diharapkan bisa meningkatkan hafalannya.
d. Bagi Peneliti Penelitian ini sangat memberikan manfaat untuk menambah pengetahuan tentang metode menghafal al-
Qur‟an.
E. Penegasan Istilah
1. Implementasi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Implementasi adalah pelaksanaan atau penerapan. Implementasi di sini ialah implementasi atau penerapan dalam menghafalkan al-
Qur‟an yang sedang berlangsung di IBS Darul Fikri Bawen.
2. Metode Tasmi‟ dan Takrir Cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai dan sesuai dengan yang dikehendaki (Mahfudon,
2017:104). Metode disini ialah metode dalam menghafal al- Qur‟an yang diterapkan di IBS Darul Fikri Bawen. Metode yang digunakan ialah metode tasmi‟ dan juga metode takrir.
Maksud metode
tasmi‟ ini adalah mendengarkan bacaan untuk
dihafalkan. Metode ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu : a. Mendengarkan langsung dari ustadz yang membimbingnya.
Dalam metode ini, ustadz yang berperan aktif, sabar, dan teliti dalam membimbing dan membacakan ayat. Karena, ia harus membacakan satu per satu ayat hingga semua santri memahami dan menghafalnya. Setelah semuanya lancar dalam menghafal maka akan dilanjutkan ke ayat berikutnya.
b. Merekam dahulu ayat-ayat yang akan dihafalkan.
Dalam hal ini, seorang penghafal merekam suara dari seorang qi ro‟ atau dari dirinya sendiri. Setelah itu penghafal itu mendengarkannya hingga beberapa kali sampai terbentuk pola hafalan dalam bayangannya dan juga lisannya (Al-Faruq, 2014:36).
Sedangkan metode tasmi‟ yang digunakan di IBS Darul Fikri ialah tasmi‟ yang diperdengarkan kepada warga sekitar. Saat hafalan mereka telah memenuhi tarjet. Sebelum di
tasmi‟ kan kepada warga
mereka men tasmi‟ kan kepada teman sebaya.
Maksudnya metode takrir ialah mengulang-ulang hafalannya bersama ustadz atau kaset seorang qori‟ yang menguasai ilmu tajwid, serta berulang-ulang mendengarkan kaset tersebut. Karena bagi kebanyakan orang mendengarkan ialah salah satu sarana dalam menghafal. Pendengaran itu akan melekat kuat di dalam ingatan (Baduwailan, 2017:134).
3. Pesantren
Secara etimo logi, pesantren berasal dari kata “santri” yang mendapat awalan „pe‟ dan akhiran „an‟ yang berarti tempat tinggal santri (Muthohar, 2007:11).
Mastuhu mendiskripsikan bahwa pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam tradisional untuk mempelajari, memahami dan mendalami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam dengan moral keagamaan sebagai pedoman berlaku sehari-hari (Muthohar, 2007:12).
Sebagai lembaga pendidikan Islam yang mengandung makna keaslian Indonesia (indigenous), posisi pesantren sebagai pendidikan Islam merupakan sub sistem pendidikan nasional. Karena itu pendidikan pesantren memiliki dasar yang cukup kuat, baik secara ideal, konstitusional maupun teologis (Muthohar, 2007:13).
Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwasannya pondok pesantren merupakan sebuah asrama atau tempat tinggal santri- santri yang sedang menuntut ilmu agama pada guru atau kyai. Disitulah para santri tinggal untuk beberapa kurun waktu untuk belajar langsung ilmu agama dengan kyai.
Dari keterangan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwasannya penelitian ini fokus terhadap pola atau ragam metode dalam menghafal al- Qur‟an yang dilaksanakan di IBS Darul Fikri Bawen.
IBS Darul Fikri Bawen berada di Desa Ngemplak Kec. Bawen. Berdiri sejak tahun 2008. IBS Darul Fikri Bawen merupakan yayasan swasta yang diketuai oleh H. Anwar Jufri, Lc. Meskipun kecil, namun banyak lulusan IBS Darul Fikri Bawen mampu menyaingi pondok- pondok tahfidz di sekelilingnya. Setiap 1 semester, wajib hukumnya bagi para santriwan dan santriwati menghatamkan 1 juz. Program 6 juz selama 6 semester berjalan dengan lancar bahkan para santriwati melebihi target tersebut.
F. Sistematika Penulisan
Agar dalam penulisan skripsi ini mengarah pada tujuan, maka penulis menyusun skripsi ini menjadi beberapa bab, dan setiap bab mempunyai sub bab yang terdiri :
Bab Pertama. Berisi pendahuluan, menguraikan tentang : latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, dan sistematika penulisan.
Bab Kedua. Berisi landasan teori, menguraikan tentang : keutamaan menghafal al- Qur‟an, metode - metode dalam menghafal al-
Qur‟an,kaidah-kaidah menghafalkan al-Qur‟an, faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam menghafal al- Qur‟an, implementasi metode tasmi‟ dalam menghafal al-
Qur‟an, implementasi metode takrir dalam menghafal al- Qur‟an serta peningkatan hafalan Qur‟an. Serta menguraikan kajian pustakan.
Bab Ketiga. Berisi metode penelitian, menguraikan tentang : jenis penelitian, sumber data, alat pengumpulan data dan metode analisis data.
Bab Keempat. Berisi laporan hasil penelitian, menguraikan tentang: bagian pertama: gambaran umum objek penelitian, sejarah singkat IBS Darul Fikri Bawen, struktur kepesantrenan, dasar pendidikan
IBS Darul Fikri Bawen, tujuan pendidikan IBS Darul Fikri Bawen, visi misi dan sistem pendidikan IBS Darul Fikri Bawen, keadaan Ustadz dan Ustadzah, keadaan santriwati dan sarana penunjang, bagian kedua: Proses penerapan metode tasmi‟ dan takrir di IBS Darul Fikri Bawen, Faktor- faktor pendukung dan penghambat menghafal al- Qur‟an.
Bab kelima. Berisi tentang penutup, menguraikan tentang : kesimpulan dan saran-saran yang diikuti daftar pustaka serta lampiran- lampirannya.
BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Pengertian Penghafal Al-Qur’an Penghafal al- Qur‟an biasanya disebut dengan sebutan hafizh (bagi
laki-laki) dan hafidzah (bagi perempuan). Kata ini berasal dari kata
haffadza yang artinya menghafal, berarti sebutan ini ditujukan bagi orang
yang sudah menghafalkan al- Qur‟an. Tata cara perilaku seseorang yang telah menetapkan diri menjadi penghafal selanjutnya dibimbing oleh pemahaman terhadap apa yang telah dipelajari dan dikuasainya yaitu al- Qur‟an dan Sunnah (Chairani, 2010:38).
2. Keutamaan Menghafal Al-Qur’an
Al- Qur‟an merupakan kitab suci yang diwahyukan kepada
Rasulullah Saw. Melalui malaikat Jibril As. Kitab suci ini disampaikan kepada Nabi secara berangsur-angsur. Al- Qur‟an merupakan kemuliaan paling tinggi, yang memberikan petunjuk kepada seluruh umat manusia agar berada di jalan yang lurus dan keluar dari kegelapan cahaya terang, dan tidak ada keburukan sekalipun di dalamnya. Oleh karena itu, sebaik- baik manusia ialah mereka yang mempelajari al-
Qur‟an dan mengajarkannya.
Selain mempelajari al- Qur‟an dan mengamalkannya, ummat manusia juga disarankan untuk menghafal al-
Qur‟an. Sebab, menghafal al- Qur‟an merupakan salah satu perbuatan yang sangat terpuji dan mulai. Sesungguhnya, orang-orang yang mempelajari, membaca, dan menghafal al- Qur‟an ialah mereka yang memang dipilih oleh Allah Swt. Untuk menerima warisan, yaitu berupa kitab suci al-
Qur‟an (Wahid, 2014:144). Nikmat al-
Qur‟an merupakan karunia dan anugerah paling agung yang diberikan Allah kepada hamba-hambaNya yang beriman. Manusia tidak mempunyai respon terhadap firman Allah, tidak pula memenuhi seruanNya, seolah makhluk yang belum pernah terlahir di muka bumi ini. pada dirinya tidak ada kehidupan.
“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah danseruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada apa yang memberi
kehidupan kepada kamu, dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah
membatasi manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepadaNya lah kamu
akan dikumpulkan.” (Al-Anfal:24) (Kementrian Agama Republik Indonesia, 2007:179).
Secara lebih khusus, nikmat yang sangat besar dikaruniakan kepada sekelompok hambaNya yang bukan saja beriman, namun juga menghafal al-
Qur‟an. Allah sangat meninggikan derajat serta melipat gandakan pahala mereka. Selain itu, Allah memerintahkan kaum beriman untuk memuliakan dan memprioritaskan mereka dibandingkan dengan yang lain.
Menurut Ahmad Baduwailan dalam bukunya (Menjadi Hafizh Tips Dan Motivasi Menghafal Al-
Qur‟an, 2017:17) memaparkan bahwasannya ada beberapa keutamaan orang yang menghafal al- Qur‟an, yaitu :
1. Meneladani tokoh panutan utama, Rasulullah Muhammad Sesungguhnya beliau telah menghafal dan mengulang-ulangnya bersama Jibril dan sebagian sahabatnya.
2. Meneladani generasi terbaik (salafus saleh).
Ibnu Abdil Barr mengatakan, “menuntut ilmu itu ada derajat dan urutannya yang tidak boleh terlewati. Barangsiapa yang melewatkannya, berarti dia telah melanggar jalannya para salaf
rahimahumullah. Adapun ilmu pertama ialah menghafal al-
Qur‟an dan memahaminya.” (Baduwailan, 2017:17).
3. Menghafal al-Qur‟an dimudahkan bagi seluruh umat manusia, tidak ada hubungannya dengan kecerdasan ataupun usia.
Banyak sekali contoh orang yang berhasil menghafalkannya meski usia mereka telah lanjut. Bahan al- Qur‟an juga bisa dihafal oleh orang-orang
„ajam (non-Arab) yang tidak bisa berbahasa Arab, begitu pula oleh kalangan anak-anak.
4. Menghafal al-Qur‟an adalah proyek yang tidak mengenal kata „rugi‟.
Seorang muslim mulai menghafal al- Qur‟an dengan kemauan yang kuat, kemudian dihinggapi rasa malas dan lemah sehingga dia berhenti menghafal, maka apa yang telah dihafalnya tetap bermanfaat dan tidak akan sia-sia. Bahkan, sekiranya dia belum hafal sedikit pun dari al- Qur‟an, maka ia tetap tidak terhalang dari memperoleh pahala dari membaca al-
Qur‟an. Sebab setiap huruf darinya diganjar dengan sepuluh kabaikan.
5. Orang yang menghafal al-Qur‟an akan bersama dengan malaikat As-
Safaratul Kiramul Bararah, seperti yang dijelaskan dalam Qur‟an surat „Abasa: 13-16 :
“ Di dalam kitab-kitab yang dimuliakan (13), Yang ditinggikan lagi
disucikan(14), Di tangan para penulis (malaikat) (15), Yang mulia lagi
berbakti (16).” (Kementrian Agama Republik Indonesia, 2014:585).
6. Orang yang menghafal al-Qur‟an dapat membaca al-Qur‟an dalam setiap kondisinya.
Dia bisa membaca al- Qur‟an ketika dia sedang bekerja, sedang mengendarai mobilnya, dalam kegelapan maupun terang, dan dia pun bisa membacanya sambil berjalan ataupun berbaring.
7. Orang yang hafal al-Qur‟an akan lebih mudah untuk berdakwah.
Para hafizh tidak akan kesulitan untuk mengutip ayat-ayat al- Qur‟an di dalam percakapan, khotbah, nasihat, ataupun mengajarnya.
Adapun orang yang tidak hafal al- Qur‟an, tentu mengalami kesulitan ketika mengutip ayat al-
Qur‟an, atau untuk mengetahui tema ayat tersebut.
8. Al-Qur‟an adalah pemberi syafaat pada hari kiamat bagi umat manusia yang membacanya, memahaminya serta mengamalkannya.
9. Para penghafal al-Qur‟an adalah orang pilihan Allah Swt., sebagaimana termaktub dalam firman-Nya berikut:
“ Kemudian Kitab itu kami wariskan kepada orang-orang yang kami pilih di antara hamba-hamba kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. yang demikian itu adalah karunia yang amat besar”. (QS. Faatir:32) (Kementrian Agama Republik
Indonesia, 2014:438).
10. Menghafalkan al-Qur‟an merupakan nikmat rabbani yang datang dari Allah yang diberikan kepada mereka. Sungguh, sangat beruntung bagi orang yang memiliki hafalan al-
Qur‟an dan menjaganya hingga akhir hayatnya. Sebab, menghafal al- Qur‟an ialah salah satu nikmat yang diberikan oleh Allah Swt. Nikmat tersebut sungguh luar biasa, bahkan
Allah membolehkan seseorang memiliki rasa iri terhadap para ahli al- Qur‟an (Wahid, 2014:150).
3. Hukum Menghafal Al-Qur’an
Para ulama‟ sepakat bahwasannya hukum menghafal al-Qur‟an adalah fardhu kifayah. Apabila di antara anggota masyarakat ada yang sudah melaksanakannya maka bebaslah beban anggota masyarakat yang lainnya, tetapi jika tidak ada sama sekali, maka berdosalah semuanya.
Prinsip fardhu kifayah ini dimaksudkan untuk menjaga al- Qur‟an dari pemalsuan, perubahan, dan pergantian seperti yang pernah terjadi terhadap kitab- kitab yang lain pada masa lalu (Sa‟dulloh, 2008:19).
Memang saat ini sudah banyak CD yang mampu menyimpan teks al- Qur‟an, begitu pula juga banyaknya al-Qur‟an yang sudah ditashhih oleh lembaga-lembaga yang kompeten, tetapi hal tersebut belumlah cukup untuk menyimpan atau menjaga kemurnian al- Qur‟an serta keasliannya.
Karena tidak ada yang bisa menjamin ketika ada kerusakan pada alat-alat canggih tersebut, jika tidak ada para penghafal dan ahli al- Qur‟an.
Orang yang telah selesai menghafal al- Qur‟an atau baru menyelesaikan sebagian, maka hendaklah ia selalu mengulangnya supaya tidak lupa. Buatlah jadwal tersendiri untuk menghafal ataupun mengulang hafalan, sebagaimana dijelaskan dalam al-
Qur‟an,
“ Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri
(sembahyang) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau
sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang
bersama kamu. dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah
mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas
waktu-waktu itu, Maka dia memberi keringanan kepadamu, Karena itu
Bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran. dia mengetahui bahwa
akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang
berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang
yang lain lagi berperang di jalan Allah, Maka Bacalah apa yang mudah
(bagimu) dari Al Quran dan Dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat
dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. dan kebaikan
apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh
(balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang
paling besar pahalanya. dan mohonlah ampunan kepada Allah;
Sesungguhnya Allah Maha Pe ngampun lagi Maha Penyayang”. (QS.al- Muzzammil:20). (Kementrian Agama Republik Indonesia, 2014:575).Mayoritas ahli tafsir berpendapat, firman Allah tersebut mengisyaratkan bahwa untuk membaca al- Qur‟an perlu ada waktu tersendiri, bukan waktu sholat saja. Ini dimaksudkan agar dalam mempelajari dan menghafal al-
Qur‟an itu selamat dari kekhilafan (Sa‟dulloh, 2008:19-20).
4. Metode-Metode dalam Menghafal Al-Qur’an
Metode-metode yang dapat digunakan sebagai referensi diantaranya ialah sebagai berikut :
1. Metode wahdah
Yang dimaksud dengan metode ini, yaitu menghafal satu per satu ayat yang hendak dihafalnya. Untuk mencapai hafalan awal ayat ini bisa dibaca sepuluh kali atau dua puluh kali atau lebih agar proses ini membentuk dalam bayangannya. Dengan demikian penghafal mampu mengkondisikan ayat-ayat yang dihafalkannya bukan saja hanya dibayangannya, akan tetapi hingga reflek di lisannya (Al-Hafidz, 2005:34).