METODE PEMBELAJARAN TAHFIDZUL QUR’AN DI PONDOK PESANTREN BUSTANU USYSYAQIL QUR’AN DESA GADING KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 20152016 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

  METODE PEMBE LAJARAN TAHFIDZUL QUR’AN DI PONDOK

PESANTREN BUSTANU USYSYAQIL QUR’AN DESA GADING

KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN

  

2015/2016

SKRIPSI

  

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh :

MAGHFIROTUL MAFAKHIR

  

111- 12- 007

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2016

  

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO ساٌَّ ِل

  ل ْنُهُعَفًَْأ ِساٌَّلا ُرْيَخ

  Sebaik-baik manusia diantaramu adalah yang paling banyak memberi manfaat bagi orang lain. (HR. Bukhari Muslim)

  دجو ّدج يه

  Barang siapa yang bersungguh-sungguh maka akan berhasil

  PERSEMBAHAN Skripsi ini penulis persembahkan kepada:

  1. Bapak (Riyadlus Sholihin) Ibu (Ma’rufah) yang telah memberikan inspirasi dan sebagai wujud baktiku padanya, yang senantiasa mencurahkan kasih sayang dan doanya untuk penulis, semoga beliau diberikan panjang umur dan kesehatan.

  2. Seluruh keluarga tercinta yang telah mendukung penulis sepenuhnya untuk belajar di

  IAIN Salatiga 3. Ibu Nyai Hj. Zulaikhah yang penulis nanti-nantikan fatwa dan barakahnya.

  4. Kelurga besar BUQ Gading khususnya kepada Neng Mila dan gus Afnan yang banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

  5. Abi Syarof yang telah memberikan semangat, inspirasi dan do’a kepada penulis 6.

  Teman-teman PPTQ Al-Muntaha khususnya temen sekamar yang telah menemani dalam penyelesaian skripsi ini, teimakasih atas tawa yang kalian ciptakan.

KATA PENGANTAR

  Segenap rasa puji syukur senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang dengan rahmat, taufik, dan hidayahNya, skripsi dengan judul Metode

  

Pembelajaran Tahfidzul Qur’an Santri Bustanu Usysyaqil Qur’an Desa Gading,

Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang Tahun 2016 ini bisa terselesaikan.

  Shalawat serta salam penulis haturkan kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW, manusia inspiratif penuh keteladanan yang senantiasa dinantikan syafa’atnya di hari kiamat. Tidak lupa shalawat dan salam juga disampaikan kepada keluarga, sahabat, dan orang-orang yang senantiasa istiqamah di jalan kebaikan.

  Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan selesai tanpa motivasi, dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karenanya, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Secara khusus, penulis juga menyampaikan terima kasih kepada: 1.

  Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga yang senantiasa memberikan wejangan inspirasinya.

  2. Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga.

  3. Siti Rukhayati, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) IAIN Salatiga.

  4. H. Agus Ahmad Su’aidi, Lc, M.A., selaku pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk mengarahkan dan membimbing penulis dalam proses penulisan skripsi ini.

  5. Bahrudin, M.Pd., selaku dosen pembimbing akademik penulis yang dengan kesabarannya, membimbing penulis dari waktu ke waktu.

  6. Bapak dan Ibu dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah memberikan ilmu, semangat, dan inspirasinya kepada penulis.

  7. Ibu Nyai Hj. Siti Zulaicho beserta keluarga besar yang senantiasa penulis nantikan fatwa dan barakahnya.

  8. Sahabat perjuangan di PPTQ Al-Muntaha Salatiga yang memberikan semangat dan membersamai dalam setiap waktu.

  9. Keluarga besar dan Santri BUQ Gading yang telah memberikan semangat dan banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

  10. Keluarga besar PP Al-Rosyid Bojonegoro yang senantiasa penulis nantikan berkah do’a dan ilmunya.

  11. Sahabat perjuangan teman-teman PAI angkatan 2012, terkhususkan kelas A latansa. Terima kasih kawan dan tetaplah dalam semangat nafas perjuangan.

  12. Teman inspiratif di masa senang dan sedih yang senantiasa memberikan semangat disetiap waktu kepada penulis.

  13. Semua pihak yang yang tidak bisa disebutkan satu per satu oleh penulis.

  Terima kasih atas do’a, dorongan, semangat, motivasi, dan inspirasinya. Penulis hanya bisa berdo’a semoga Allah Swt membalas kebaikanterhadap shalih.

  Jazakumullahu bi ahsanil jaza’.

  Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan, baik secara substansil ataupun teknis.

  Oleh karenanya, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak agar bisa menjadi evaluasi dan perbaikan di masa-masa yang akan datang. Semoga skripsi ini bisa memberikan manfaat kepada pembaca semua khususnya kepada pribadi penulis.

  Salatiga, 10 Agustus 2016 Penulis

  

ABSTRAK

Mafakhir, Maghfirotul. 2016.

  Ragam Metode Pembelajaran Tahfidzul Qur’an Pondok Pesantren Bustanu Usysyaqil Qur’an Gading Tengaran Semarang Tahun 2016. Skripsi Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Salatiga. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Dosen Pembimbing H. Ahmad

  Agus Su’aidi, Lc, M.A. Kata kunci: Ragam, Metode,

  Tahfidzul Qur’an

  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1). Ragam metode pembelajaran tahfidzul Qur’an yang diterapkan di Pondok Pesantren Bustanu Usysyaqil Qur’an Tengaran Semarang. 2). Implementasi dari ragam metode tahfidzul Qur’an Santri di Pondok Pesantren Bustanu Usysyaqil Qur’an Tengaran Semarang.

  3). K elebihan dan kekurangan dari ragam metode pembelajaran tahfidzul Qur’an Bustan u Usysyaqil Qur’an Tengaran Semarang.

  Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2016 di Dusun Duren, Gading, Tengaran, Semarang Tahun 2016. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan observasi, dokumentasi dan wawancara. Kemudian data ditranskrip menjadi data yang lengkap.

  Transkrip data di analisis dengan metode deduktif, induktif.

  Hasil penelitian menunjukkan metode yang diterapkan dalam pembelajaran

  tahfidzul Qur’an adalah metode wahdah, metode tahsin, metode sima’i dan metode muraja’ah atau gabungan umum. Implementasi metode tersebut secara global dapat

  dibagi menjadi dua waktu yakni setelah qiyamullail dan diantara waktu Maghrib dan Isya’. Untuk kelebihan metodenya hafalan lebih terjaga dan bacaannya lebih fasih dan lancar sesuai dengan tajwid dan makharijul huruf. Kemudian kekurangan dari metode tersebut adalah membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menambah hafalan.

  DAFTAR ISI 1. HALAMAN SAMPUL....................................................................... i 2. HALAMAN JUDUL .......................................................................... ii 3. HALAMAN LOGO IAIN.................................................................. iii 4. PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................... iv 5. PENGESAHAN KELULUSAN ........................................................ v 6. PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ......................................... vi 7. MOTTO .............................................................................................. vii 8. PERSEMBAHAN .............................................................................. vii 9. KATA PENGANTAR ........................................................................ viii 10. ABSTRAK .......................................................................................... x 11. DAFTAR ISI....................................................................................... xiii 12. DAFTAR TABEL ............................................................................. xvi 13. DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................... xvii

  BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1 B. Fokus Penelitian ................................................................... 4 C. Tujuan Penelitian .................................................................. 5 D. Manfaat Penelitian ................................................................ 6 E. Penegasan Istilah .................................................................. 6 F. Metodo Penelitian ................................................................. 8 G. Sistematika Penulisan ........................................................... 19 BAB II. LANDASAN TEORI A. Karakteristik Santri .............................................................. 21

  1. Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan ................. 21 2.

  Fase Perkembangan Anak Usia SMP dan SMA ............. 22 3. Sistem Pendidikan Santri dalam Pondok Pesantren ....... 23 4. Karakter Anak Sebagai Santri dalam Pondok Pesantren 24 B. Tahfidzul Qur’an .................................................................. 24 1.

  Pengertian Tahfidz .......................................................... 24 2. Dasar dan Tujuan Pembelajaran Tahfidzul Qur’an ........ 25 3. Hukum dan Keutamaan Tahfidzul Qur’an ..................... 27 4. Kaidah-Kaidah Penting dalam Tahfidzul Qur’an ........... 28 5. Syarat-Syarat Tahfidzul Qur’an ...................................... 33 C. Ragam Metode Tahfidzul Qur’an ......................................... 38

  BAB III. PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Bustanu Usysyaqil Qur’an 1. Letak Geografis Pondok Pesantren ............................................ 47 2. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren ........................................ 48 3. Masa Perkembangan Pondok Pesantren ..................................... 49 4. Visi dan Misi ............................................................................. 51 5. Sistem Pendidikan ...................................................................... 51 6. Sistem Pembelajaran ................................................................. 53 Sistem Kegiatan ......................................................................... 55 8. Sarana dan Prasarana ................................................................. 61 9. Tenaga Edukatif Madrasah Diniah ............................................ 62 10. Keadaan Santri............................................................................ 63 11. Keberhasilan Santri .................................................................... 64 12. Struktur Organisasi ..................................................................... 65

  B.

  Temuan Penelitian 1.

  Metode Pembelajaran Tahfidzul Qur’an .................................... 67 2. Implementasi Metode Tahfidzul Qur’an .................................... 75 3. Evaluasi Pembelajaran................................................................ 78

  BAB IV. PEMBAHASAN 1. Metode Pembelajaran Tahfidzul Qur’an .................................... 80 2. Implementasi Metode Pembelajaran Tahfidzul Qur’an ............. 84 3. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran Tahfidzul Qur’an ........................................................................ 89 4. Keberhasilan Metode Tahfidzul Qur’an ..................................... 92 BAB V. PENUTUP 1. Kesimpulan ................................................................................. 93 2. Saran .......................................................................................... 95 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

  DAFTAR TABEL DAN BAGAN

TABEL 3.1 Jadwal Ke giatan Santri Pondok Pesantren Bustanu Usysyaqil Qur’anTABEL 3.2 Sarana dan PrasaranaTABEL 3.3 Data Tenaga Edukatif Madrasah DiniahTABEL 3.4 Struktur Organisasi Santri PutriTABEL 3.5 Struktur Organisasi Santri Putra

DAFTAR LAMPIRAN 1.

  Daftar Riwayat Hidup 2. Laporan SKK 3. Nota Dosen Pembimbing Skripsi 4. Lembar Konsultasi 5. Surat Izin Penelitian 6. Surat Pernyataan Telah Meneliti 7. Pedoman Wawancara 8. Hasil Wawancara 9. Data Pendapatan Menghafal Santri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Al-Qur

  ’an merupakan kitab yang berfungsi sebagai sumber hikmah, cahaya mata dan akal bagi siapa saja yang ingin memikirkan dan merenungkannya. Di samping itu al-

  Qur’an juga merupakan undang-undang Allah yang kokoh yang memberikan kebahagiaan bagi yang menjadikannya pegangan dalam kehidupan. al- Qur’an sendiri menyatakan dirinya sebagai petunjuk, peringatan, pelajaran, obat dan rahmat, pembeda antara yang hak dan yang batil, dan pemberi kabar gembira (Munjahid, 2007:9). Al-

  Qur’an adalah sumber hukum sekaligus bacaan yang diturunkan secara mutawatir dan al- Qur’an terbagi dalam 30 juz, 114 surah dan kurang lebih 6666 ayat (Amrullah, 2008:3).

  Salah satu keistemewaan al- Qur’an adalah mudah dihafal. Menurut Ahsin W. Al-

  Hafidz (2000:26), menghafal al- Qur’an merupakan suatu perbuatan yang sangat terpuji dan mulia. Banyak sekali hadist-hadist Rasulullah Saw yang mengungkapkan keagungan orang yang belajar membaca, atau menghafal al-

  Qur’an dan orang-orang yang mempelajarinya. Orang-orang yang membaca atau menghafal al- Qur’an merupakan orang-orang pilihan yang memang dipilih oleh Allah untuk menerima warisan kitab suci al-

  Qur’an. Menghafal al-Qur’an boleh dikatakan sebagai langkah awal dalam suatu proses penelitian yang dilakukan oleh para penghafal al- Qur’an terhadap kandungan ilmu-ilmu al-

  Qur’an, dan tentunya setelah proses dasar membaca al- Qur’an dilalui dengan baik dan benar.

  Dalam hal ini, proses penghafalan al- Qur’an pada garis besarnya dapat dilakukan dengan dua jalan: Pertama, mengahafal terlebih dahulu walaupun penghafal itu sendiri belum mengetahui tentang seluk beluk Ulumul Qur’an, gaya bahasa, atau makna yang terkandung. Kedua, terlebih dahulu mempelajari uslub bahasa dengan mendalami bahasa Arab dengan segala aspek sebelum menghafal.

  Dalam Nihayah Qaulil-Mufid Syeikh Muhammad Makki Nashr (Ahsin, 2000: 24) mengatakan:

  ٍتَي اَفِك ُضْرَف ٍةْلَق ِرْهَظ ْيَع ىآْرُقْلا َظْفِح َّىِا Artinya: sesunggunya menghafal al-Q ur’an di luar kepala hukumnya fardu kifayah.

  Dari ungkapan di atas sudah jelas bahwa menghafal al- Qur’an hukumnya adalah fardu kifayah, maka sudah seharusnya kaum muslim memperhatikan pentingnya menghafal al-

  Qur’an. Salah satu cara untuk mempelajari al-Qur’an adalah dengan memasukkan anak-anak mereka ke dalam pondok pesantren.

  Dalam buku karya Ahmad Tafsir (2008:191-194), dijelaskan bahwa pondok pesantren adalah suatu lembaga pendidikan Islam tradisional yang tertua di Indonesia setelah rumah tangga, yang di dalamnya memuat lima syarat yaitu adanya kiai, pondok atau asrama, masjid, santri dan kitab kuning atau kitab Islam klasik. Pondok pesantren bertujuan menyiapkan santri menghadapi masa globalisasi yang penuh dengan tantangan. Di samping itu, mengingat bahwa pondok pesantren selalu berada di tengah-tengah lingkungan sosial-kultural yang selalu berubah dan berkembang dengan berbagai tuntutan, maka pondok pesantren harus sesuai dengan kenyataan lingkungan dan tingkat kebutuhan yang dihadapinya, yaitu bukan hanya mendidik para santri mengenai pendidikan agama saja, tetapi juga mengusahakan agar dapat memahami, menguasai serta mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam sebagai sumber ajaran dan motivasi pembangunan di segala bidang kehidupan (Haryanto, 2012:47).

  Di antara sebab kebahagiaan keluarga muslim adalah jika anak-anak mereka termasuk penghafal al- Qur’an. Kita bersyukur karena memiliki banyak lembaga-lembaga pendidikan yang mempunyai program

  tahfidzul Qur’an di Indonesia, salah satunya

  adalah pondok pesantren Bustanu Usysy aqil Qur’an Kec.Tengaran Kab. Semarang. Pondok pesantren ini menempati lokasi yang strategis karena jauh dari pusat kota, mempunyai lokasi yang sangat luas sehingga untuk proses penghafalan al-

  Qur’an sangat mendukung, dilengkapi dengan kegiatan yang terprogram dengan rapi sehingga proses belajar mengajar lebih efektif.

  Pondok pesantren Bustanu Usysyaqil Qur’an ini tidak khusus untuk santri yang menghafal al- Qur’an tetapi ada juga pelajar setingkat SMP dan SMA. Oleh karena itu, pendidikan yang diutamakan di sana adalah

  tahfidzul Qur’an dan bin nadzor. Selain itu,

  disela-sela waktu tahfidzul Qur’an dan bin nadzor para santri juga diberi materi ilmu-ilmu agama seperti aqidah, akhlaq dan tauhid dan kegiatan lainnya selain hari aktif untuk menghafal al-

  Qur’an. Semua kegiatan yang dilakukan di pondok tersebut diharapkan membantu para santri mencapai keberhasilan santri untuk menghafal al- Qur’an.

  Harapan pondok Bu stanu Usysyaqil Qur’an ini adalah mampu mencetak kader-kader hafidz dan generasi penerus yang bermanfaat baik bagi masyarakat maupun bagi para santri sendiri. Maka dari itu, pondok pesantren tersebut memberikan jangka waktu 5-6 tahun untuk para santrinya dalam menyelesaikan 30 juz dengan fasih.

  Dari latar belakang di atas penulis tertarik untuk meneliti lebih mendalam tentang ragam metode yang digunakan dalam menghafal al- Qur’an di pondok pesantren Bustanu aqil Qur’an dengan judul “metode pembelajaran tahfidzul Qur’an di pondok

  pesantren Bustanu Usysyaqi l Qur’an Desa Gading, Kec. Tengaran, Kab. Semarang tahun 2015/ 2016”.

B. Fokus Penelitian

  Berdasarkan pemaparan di atas maka penelitian ini berfokus pada: 1. Apa saja metode pembelajaran tahfidzul Qur’an yang diterapkan di Pondok Pesantren

  Bustanu Usysyaqil Qu r’an Tengaran Semarang?

  2. Bagaimana implementasi dari metode tahfidzul Qur’an di Pondok Pesantren Bustanu Usysyaqil Qur’an Tengaran Semarang? 3.

  Apakah kelebihan dan kekurangan dari metode pembelajaran tahfidzul Qur’an di Pondok Pesantren

  Bustanu Usysyaqil Qur’an Tengaran Semarang? C.

   Tujuan Penelitian

  Tujuan diadakannya penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui metode pembelajaran tahfidzul Qur’an di Pondok Pesantren Bustanu Usysyaqil Qur’an Tengaran Semarang.

  2. Untuk mengetahui implementasi dari metode Pembelajaran tahfidzul Qur’an di Pondok Pesantren Bustanu Usysyaqil Qur’an Tengaran Semarang.

  3. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari metode Pembelajaran tahfidzul Qur’an di Pondok Pesantren Bustanu Usysyaqil Qur’an Tengaran Semarang.

D. Manfaat Penelitian

  Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Secara teoritik

  Qur’an, khususnya mengenai metode yang efektif dalam menghafal al- Qur’an. Dengan mengetahui metode pembelajaran tahfi

  dzul Qur’an di Pondok Pesantren Bustanu

  Usysyaqil Qur’an, dapat memberikan motivasi atau semangat dalam menghafal yang tidak hanya diterapkan dalam menghafal al- Qur’an saja, akan tetapi dapat diterapkan pada pembelajaran ilmu lainnya dan menyumbangkan informasi guna meningkatkan kualitas masa depan pondok pesantren yang lebih baik.

2. Secara praktis

  Hasil penelitian ini secara praktis, akan menjadi bahan masukan dan pertimbangan dalam mengembangkan dan meningkatkan kompetensi pengajaran al- Qur’an di pondok pesantren, khususnya pondok pesantren Bustanu Usysyaqil Qur’an Tengaran Semarang. Selain itu juga dapat menambah pengalaman dan pengetahuan bagi lembaga lain tentang metode yang efektif dalam menghafalkan al-

  Qur’an yang diterapkan di pondok pesantren Bustanu Usysy aqil Qur’an Tengaran Semarang.

E. Penegasan Istilah

  Sebelum penulis membahas lebih lanjut yang menjadi inti pembahasan, maka perlu penulis jelaskan istilah yang berkaitan dengan judul-judul di atas antara lain:

  1. Metode Metode adalah cara yang tersusun dan teratur untuk mencapai tujuan (Haryanto, 2003:267).

  2. Pembelajaran Menurut undang-undang no 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran secara sederhana diartikan sebagai sebuah kehendaknya sendiri (Fathurrohman, 2012:6).

  Menurut Abudin Nata sebagaimana dikutip Fathurrahman (2012:7), pembelajaran adalah usaha pendidik untuk membimbing peserta didik dan menciptakan lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar untuk belajar yang akhirnya terjadi perubahan perilaku.

  3. Istilah Tahfidzul Qur’an Istilah

  Tahfidzul Qur’an merupakan gabungan dari dua kata yang berasal dari

  bahasa Arab, yaitu tahfidz dan al- Qur’an. Kata tahfidz merupakan bentuk dari isim

  ) yang mengandung makna menghafal atau mashdar dari fi’il madhi ( - – ظيفحت ظفحي ظفح menjadikan seseorang hafal. Dengan demikian tah

  fidzul Qur’an dapat berarti

  menjadikan (seseorang) hafal al- Qur’an. Adapun al-Qur’an secara bahasa berarti

  “bacaan” atau yang dibaca. Kata al-Qur’an merupakan bentuk masdar dari kata kerjan (

  أرق). Jadi, tahfidzul Qur’an di sini adalah usaha yang ditujukan agar seseorang dapat menghafal al- Qur’an sekaligus menjaganya.

  4. Pondok Pesantren Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan Islam tertua yang menyediakan asrama atau pondok sebagai tempat tinggal bersama sekaligus sebagai tempat belajar para santri yang dibimbing oleh kiai (Tafsir, 2008:191). Sedangkan menurut Ridlwan Nasir (2005:80), pondok pesantren adalah lembaga keagamaan yang memberikan pendidikan dan pengajaran serta mengembangkan dan menyebarkan ilmu agama Islam.

  Istilah pesantren berasal dari kata pe-santri-an, di mana kata santri berasal dari bahasa Jawa, dan pondok berasal dari bahasa Arab funduuq yang berarti penginapan (Yunus, 2005:324).

F. Metode Penelitian

  penelitian merupakan teknik atau cara yang digunakan guna keberhasilan penelitian sesuai dengan hasil yang diinginkan. Metode yang penulis gunakan pada penelitian ini adalah:

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

  Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (field research) yang menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian ini dilakukan peneliti yang berada langsung dengan obyek, terutama dalam memperoleh data dan berbagai informasi. Dengan kata lain peneliti langsung berada di lingkungan yang hendak ditelitinya.

  Jenis penelitian ini deskriptif, yaitu dengan membuat gambaran secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai metode pembelajaran tahfidzul Qur’an di Pondok

  Pesantren Bustanu Usysyaaqil Qur’an agar dapat tercapai tujuan atau target yang diinginkan, yaitu santri mampu menghafal al- Qur’an dengan fasih dan jelas secara efektif 30 juz dalam jangka waktu selama 5-6 tahun seperti yang ditentukan dalam kurikulum pondok tersebut.

  2. Kehadiran Peneliti Untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian, maka peneliti hadir dan terlibat secara langsung dalam aktivitas santri di lokasi penelitian, terutama dalam memperoleh data-data dan berbagai informasi yang diperlukan. maka dalam penelitian kualitatif ini peneliti menjadi seorang pelajar yakni belajar dari orang yang dipelajarinya yang menjadi sumber data dengan membutuhkan waktu sekitar 2 bulan. Dimulai pada bulan awal mei sampai akhir juni.

  3. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini bertempat di Pondok Pesantren Bustanu Usysyaqil Qur’an yang terletak di Dusun Gading, Desa Duren, Kec. Tengaran, Kab. Semarang. Alasan peneliti memilih lokasi adalah karena letak pondok pesantren yang strategis, mudah 4.

  Sumber Data Menurut Lofland, sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan serta dokumen dan lain-lain (Moeleong,

  20011:157). Hal-hal itu dapat diuraikan sebagai berikut: a.

  Kata-kata dan tindakan Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai merupakan sumber data utama. Sumber data utama dicatat melalui catatan tertulis atau perekaman vidio/audio tapes, pengambilan foto, atau film. Untuk itu diperlukannya menentukan subyek penelitian. Subyek penelitian yang akan diteliti adalah para ustadzah, pengasuh pondok pesantren Bustanu Usysyaqil Qur’an Gading, Tengaran Semarang dan santriwati yang terlibat langsung untuk memberikan keterangan secara menyeluruh mengenai berbagai aktivitas dalam pelaksanaan metode pembelajaran tahfidzul Qur ’an.

  b.

  Sumber tertulis Sumber tertulis dapat dibagi atas sumber buku dan majalah ilmiah, sumber dari arsip, dokumen pribadi, dan dokumen resmi (Moeleong, 2011:159). Peneliti juga akan mencari informasi dan dokumen dari pondok pesantren Bustanu Usysyaqil Qur’an terkait sejarah berdirinya pondok perkembangan pendidikannya (dari aspek program pembelajarannya, pendidik, peserta didik) dan yang lebih khusus lagi tentang metode pembelajarannya.

  Selain subyek penelitian, dibutuhkan teknik sampling. Sampling berkaitan dengan pembatasan jumlah dan jenis sumber data yang akan digunakan dalam penelitian. Pemikiran mengenai sampling ini hampir tidak bisa dihindari oleh penelitian kualitatif, teknik sampling digunakan dalam rangka generalisi teoritik.

  Sampling yang diambil juga lebih selektif. Jenis teknik sampling yang digunakan adalah

  “purposive sampling”, dengan kecenderungan peneliti untuk memilih

  informan yang dianggap mengetahui informasi dan masalah yang mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap (Suprayogo, 2003:165).

  Dengan demikian, penulis akan menentukan sumber wawancara yaitu pimpinan pondok berjumlah 1 orang, Staf pengasuh santri bagian al- Qur’an berjumlah 2 orang, serta santri yang mengikuti program

  tahfidzul Qur’an berjumlah 11 orang.

  c.

  Foto Pentingnya foto bagi penelitian kualitatif baik foto yang dihasilkan oleh orang lain maupun foto yang dihasilkan oleh diri sendiri yaitu sebagai penguat data wawancara maupun tertulis. Maka setiap mendapatkan data sesuai kebutuhan, peneliti berusaha mengambil gambar atau foto sebagai lampiran bukti penelitian.

  d.

  Data statistik Penelitian kualitatif juga sering menggunakan data statistik yang telah tersedia sebagai sumber data tambahan bagi keperluannya. Statistik misalnya dapat membantu memberi gambaran tentang kecenderungan subjek pada latar penelitian (Moeleong, 2011:162). Dalam hal ini peneliti juga akan menggunakan data statistik bila dirasa perlu.

5. Metode Pengumpulan Data

  Sesuai dengan sumber data di atas, metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: a.

  Metode Dokumentasi Metode dekomentasi adalah metode yang digunakan untuk mencari data surat kabar, notulen rapat, agenda dan sebagainya (Arikunto, 1989:30). Metode ini digunakan untuk mengetahui pengembangan data jumlah santri, aktivitas santri setiap hari, sususan pengurus pesantren dan lain sebagainya.

  b.

  Metode Observasi

  Observasi merupakan suatu teknik atau cara pengumpulan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Dalam penggunaan teknik ini, bentuk observasi yang adalah observasi partisipatif yang berarti pengamatan ikut serta dalam kegiatan yang sedang berlangsung (Sukmadinata, 2005:220).

  Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode observasi secara langsung yang digunakan untuk pengumpulan data. Dalam hal ini peneliti akan langsung melakukan pengamatan terhadap metode pembelajaran

  tahfidzul Qur’an di Pondok

  Pesantren Bustanu Usysyaqil Qur’an tengaran semarang untuk mengetahui tentang syarat yang harus dipenuhi untuk mengikuti pembelajaran tahfidz. Selain itu untuk memperoleh gambaran umum tentang pondok tersebut.

  c.

  Metode Wawancara Metode wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moeleong, 2011:186). Wawancara ditujukan kepada pimpinan dan pengasuh pondok pesantren untuk memperoleh data yang berkaitan dengan sejarah berdirinya pondok pesantren serta perkembangannya, para guru atau ustadz, para santri dan masyarakat. Analisis Data

  Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil dokumentasi, catatan lapangan dan wawancara dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, menyusun sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain (Sugiyono, 2011:224).

  Data yang muncul berwujud rangkaian kata-kata dan bukan angka. Data ini dikumpulkan dalam berbagai cara, di antaranya; wawancara, observasi, intisari dokumen. Untuk itu analisis kualitatif menggunakan kata-kata yang biasanya disusun dalam teks yang diperluas (Huberman dan Matthew, 1992:16). Analisis data yang digunakan untuk penelitian sebagai berikut: a.

  Reduksi data Reduksi data merupakan pemilihan, pemusatan, perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakkan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Dalam penelitian ini reduksi data dapat dilakukan dengan cara menyusun ringkasan, membuang yang tidak perlu, memberi kode bagian yang penting dan sebagainya hingga laporan ini selesai. Ada beberapa hal yang menjadi klasifikasi data yang telah dikumpulkan, dipisah-pisah kemudian dikelompokkan menurut permasalahannya. Dilanjutkan dengan interpretasi data yang berfungsi untuk menganalisis data lebih lanjut, data dikelompokkan kemudian diasumsikan oleh peneliti dengan landasan tujuan penelitian.

  b.

  Penyajian data Sekumpulan informasi yang tersusun sehingga memberi kemungkinan adanya merupakan suatu cara utama bagi penyajian data yang benar.

  c.

  Penarikan kesimpulan dan vertifikasi Penarikan kesimpulan merupakan bagian dari satu kegiatan konfigurasi yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung.

  Verifikasi itu kemungkinan setingkat dengan pemikiran kembali yang melintas dalam menganalisis selama menulis, suatu tinjauan ulang pada catatan-catatan di lapangan serta tukar pikiran dan akhirnya berusaha menarik kesimpulan. Dengan demikian verifikasi yang pada mulanya mengambang atau kabur menjadi releven.

7. Pengecekan Keabsahan Data

  Menurut Moeleong (2011:324) untuk menetapkan keabsahan (trustworthiness) data, diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Ada empat kriteria yang digunakan yaitu: derajat kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability), kepastian (confirmability).

  Sedangkan yang berkaitan dengan penelitian ini hanya menggunakan tiga unsur, yaitu: a.

  Kepercayaan (credibility) Kredibilitas data dimaksudkan untuk membuktikan data yang berhasil dikumpulkan sesuai dengan sebenarnya. Ada beberapa teknik untuk mencapai kredibilitas ini antara lain: sumber, pengecekan anggota, perpanjangan kehadiran peneliti di lapangan, diskusi teman sejawat, dan pengecekan kecukupan referensi.

  b.

  Kebergantungan (dependability) Kriteria ini digunakan untuk menjaga kehati-hatian akan terjadinya

  Sehingga data dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Lebih jelasnya adalah karena keterbatasan pengalaman, waktu dan pengetahuan dari penulis maka cara untuk menetapkan bahwa proses penelitian dapat dipertanggungjawabkan melalui audit dependability oleh dosen pembimbing.

  c.

  Kepastian (confirmability)

  Kriteria ini digunakan untuk menilai hasil penelitian yang dilakukan dengan cara mengecek data dan informasi serta interprestasi hasil penelitian yang didukung oleh materi yang ada pada pelacakan audit.

8. Tahap-tahap Penelitian

  Pelaksanaan penelitian ada empat tahap yaitu: tahap sebelum ke lapangan, tahap pekerjaan lapangan, tahap analisis data, tahap penulisan laporan. Dalam penelitian ini tahap yang ditempuh adalah sebagai berikut: a.

  Tahap sebelum ke lapangan Dalam tahap ini peneliti harus menyusun rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian, pengurus perizinan, menjajaki dan menilai lapangan, memilih dan memanfaatkan informan, menyiapkan perlengkapan penelitian. Untuk penelitian di pondok Bustanu Usysyaqil Qur’an ini, maka peneliti menyusun rancangan penelitian berupa rangkaian kegiatan yang akan dilaksanakan dalam penelitian, memilih dan menentukan informan, serta menyiapkan hal-hal yang dibutuhkan dalam penelitian.

  b.

  Tahap pekerjaan lapangan Tahap ini dibagi atas tiga bagian, yaitu: (1) memahami latar penelitian dan persipan diri, (2) memasuki lapangan, (3) berperan sambil mengumpulkan data.

  c.

  Tahap analisis data lisan maupun secara tulisan yang diperoleh melalui observasi, dokumen maupun wawancara mendalam dengan pengasuh, ustadz, santri dan masyarakat yang berada di sekitar lingkunga pondok tersebut. Kemudian dilakukan penafsiran data sesuai dengan konteks permasalahan yang diteliti. Selanjutnya pengecekan keabsahan data dengan mengecek sumber data yang didapat dan metode perolehan data sehingga data benar-benar valid. Data yang valid adalah dasar dan bahan untuk memberikan makna data yang merupakan proses penentuan dalam memahami konteks penelitian yang sedang diteliti.

  d.

  Tahap penulisan laporan Tahap ini meliputi kegiatan hasil penelitian dari semua rangkaian kegiatan pengumpulan data sampai pemberian makna data. Setelah itu dilakukan konsultasi hasil penelitian dengan dosen pembimbing untuk mendapatkan perbaikan dan saran- saran demi kesempurnaan skripsi yang kemudian ditindak lanjuti hasil bimbingan tersebut dengan penulis skripsi yang sempurna. Langkah terakhir melakukan penyusunan kelengkapan persyaratan untuk ujian skripsi.

G. Sistematika Penulisan

  Skripsi ini akan penulis susun dengan sistematika sebagai berikut: 1. Bagian Awal

  Pada bagian awal meliputi: sampul, lembar berlogo, judul, persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan keaslian tulisan, motto dan persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, dan daftar lampiran.

2. Bagian Inti

  Pada bagian inti terdiri dari beberapa bab, yaitu: penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, penegasan istilah, metode penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.

  Bab II: Kajian pustaka. Pada bab ini akan diuraikan berbagai teori yang menjadi landasan teoritik penelitian, meliputi: pengertian metode pembelajan

  tahfidzul Qur’an, dasar, tujuan dan syaratnya. Bab III: Paparan data dan hasil penelitian. Berisi tentang gambaran umum pondok pesantren Bustanu Usysyaqil Qur’an Gading Tengaran Semarang yang meliputi: sejarah bendirinya, letak geografis, visi dan misi, struktur kelembagaan, sarana dan prasarana, keadaan guru/ustadz, keadaan santri, program pembelajaran dan kegiatan pembelajaran. Hasil wawancara tentang metode pembelajaran, implementasi metode pembelajaran, serta evaluasi metode pembelajaran

  tahfidzul Qur’an di pondok pesantren Bustanu Usysyaqil Qur’an gading tengaran semarang.

  Bab IV: Analisi Data. Pada bab ini berisikan tentang analisis metode pembelajaran

  tahfidzul Qur’an di pondok pesantren Bustanu Usysyaqil Qur’an Gading Tengaran Semarang dari segi penerapan, kelebihan dan kekurangannya.

Bab V: Penutup. Bab terakhir ini berisikan kesimpulan dan saran 3. Bagian Akhir Pada bagian akhir ini termuat: daftar rujukan, lampiran-lampiran, dan riwayat hidup penulis.

BAB II LANDASAN TEORI A. Karakteristik Santri Untuk mengetahui karakteristik santri di pondok Bustanu Usysyaqil Qur’an dapat dilihat dari anak usia SMP dan SMA yaitu dari segi pertumbuhan dan perkembangannya.

  1. Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan Perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan-perubahan yang alami oleh individu atau organisme menuju tingkat kedewasaan atau kematangan yang berlangsung secara sistematis (Hartati, 2004:13). Menurut Abu Ahmadi (2005:7), pertumbuhan adalah perubahan kuantitatif pada material sesuatu sebagai akibat dari adanya pengaruh lingkungan. Sedangkan menurut Desmita (2010:10), pertumbuhan adalah peningkatan dalam ukuran dan struktur, seperti pertumbuhan badan, kaki, kepala dan sebagainya.

  Dari definisi di atas penulis dapat menarik kesimpulan bahwa perkembangan adalah suatu proses perubahan menuju kesempurnaan psikologi. Sedangkan pertumbuhan adalah kenaikan atau bertambahnya perubahan dari bagian tubuh sebagai suatu keseluruhan tertentu.

  2. Fase Perkembangan Anak Usia SMP dan SMA Fase perkembangan dapat diartikan sebagai penahapan atau pembabakan rentang perjalanan kehidupan individu yang diwarnai ciri-ciri khusus atau pola-pola tingkah laku tertentu. Anak usia SMP dan SMA dalam psikologi perkembangan disebut dengan masa remaja dan masa dewasa. Untuk memudahkan pembicaraan, maka perkembangan anak usia SMP dan SMA dapat diuraikan sebagai berikut: a.

  Masa Prapubertas (Remaja Awal)

  Periode ini merupakan masa pertumbuhan dan perubahan yang pesat meskipun masa puber merupakan periode singkat yang bertumpang tindih dengan masa akhir kanak-kanak dan permulaan masa remaja. Kriteria pertama kali yang ditemui dalam masa ini adalah haid pada anak perempuan dan mimpi basah pada anak laki-laki terjadi pada usia 12-14 tahun (Ahmadi, 2005:121).

  b.

  Masa Remaja Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak, yang penuh dengan ketergantungan ke masa matang yang mandiri. Menurut Abu Ahmadi, anak pada masa ini mulai aktif mencapai kegiatan dalam rangka menemukan dirinya, serta mencari pedoman hidup untuk bekal kehidupannya mendatang terjadi pada usia 14-18 tahun.

  c.

  Masa Dewasa Masa dewasa dini adalah masa pencarian kemantapan dalam mencari jati diri

  (Hartini, 2005:43). Sedangkan menurut Abu Ahmadi, pada masa dewasa seseorang sudah dapat mengetahui kondisi dirinya, sudah mulai membuat rencana kehidupan serta sudah mulai memilih dan menentukan jalan hidup yang hendak ditemuinya yang terjadi pada usia18-21 tahun.

3. Sistem Pendidikan Santri dalam Pondok Pesantren

  Sistem pendidikan dan pengajaran yang digunakan santri dalam pondok pesantren Sugeng Haryanto (2012:43), Wahid Alawiyah menyebutkan tiga unsur pokok yang membangun pondok pesantren menjadi kultur yang unik, yaitu: a.

  Pola kepemimpinan yang berdiri sendiri dan berada di luar kepemimpinan pemerintah desa. b.

  Tradisi kitab-kitab kuning yang dipelihara dan diwariskan dari selama beberapa abad.

  c.

  Sistem nilai yang terpisah dari sistem nilai yang dianut oleh masyarakat di luar pesantren.

  d.

  Sistem pendidikan yang menawarkan program-program sekolah yang mengarah pada ijazah yang diakui pemerintah dan berada dalam pondok pesantren tanpa menghilangkan orientasi aslinya.

  Dari pendapat di atas dapat penulis tarik kesimpulan bahwa sistem pendidikan dalam pondok pesantren sangat berbeda dengan sistem pendidikan yang berada di dalam lembaga formal baik dari segi pelajaran maupun program-program sekolahnya.

4. Karakter Anak Sebagai Santri dalam pondok Pesantren

  Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang ciri-cirinya dipengaruhi dan ditentukan oleh pribadi para pendiri dan kepemimpinannya serta keunikan karakter santri yang tidak dimiliki oleh anak dalam pendidikan selain di luar lembaga pondok pesantren. Beberapa karakter yang dimiliki santri dalam pondok pesantre

  25 Mei pukul 14.00)antara lain: a.

  Sifat tawadu’ yang dimiliki Santri menjadi ciri khas dengan lebih hormat kepada b.

  Santri senior tidak melakukan tindak kekerasan pada yuniornya. Hukuman atau sanksi yang dilakukan lebih yang bersifat non-fisikal.

  c.

  Dalam keseharian memakai sarung sebagai ciri khas yang menonjol dalam berpenampilan. d.

  Pemakaian madzab yang berfokus pada madzhab Imam Syafi’i yang berbasis pada kultural Nadlatul Ulama (NU).

  e.

  Sistem penerimaan tanpa seleksi dan penempatan kelas sesuai dengan keilmuan yang dimiliki sebelumnya.

B. Tahfidzul Qur’an 1.

  Pengertian Tahfidzul Qur’an Istilah

  tahfidzul Qur’an merupakan gabungan dari dua bahasa yang berasal dari

  bahasa Arab, yaitu tahfidz dan al-

  Qur’an. Kata tahfidz merupakan bentuk dari isim mashdar dari ) yang mengandung makna menghafalkan fi’il madhi (

  ظيفحت ظفح ظفحي - - atau menjadikan seseorang hafal (Yunus, 2005:324). Sedangkan menghafal merupakan bahasa Indonesia yang berarti menerima, mengingat, menyimpan dan memproduksi kembali tanggapan-tanggapan yang diperolehnya melalui pengamatan (Munjahid, 2007:73).

  Sedangkan al- Qur’an secara bahasa yang berarti “bacaan”. Menurut Muhammad

  Ali Ash-Shobuny, al- Qur’an secara istilah adalah kalam Allah atau wahyu Allah yang melemahkan tantangan musuh (mu’jizat) yang diturunkan kepada Nabi atau Rasul yang terakhir dengan perantaraan Malaikat Jibril yang tertulis dalam beberapa mushaf yang dipindahkan (dinukil) kepada kita secara mutawatir, yang dianggap ibadah dengan membacanya dan dihukumi kafir dengan mengingkarinya yang dimulai dari surat al-

  Dengan demikian, yang dimaksud dengan

  tahfidzul Qur’an adalah menghafal al-

  Qur’an sesuai dengan urutan yang terdapat dalam mushaf Utsmani mulai dari surat al- Fatihah hingga surat an-Nas dengan maksud beribadah, menjaga dan memelihara kalam Allah.

2. Dasar dan Tujuan Pembelajaran Tahfidzul Qur’an

  Pembelajaran al- Qur’an adalah anugrah Allah SWT kepada seorang guru dan para pelajar. Seperti di dalam ayat-ayat di bawah ini: a.

  Surat al-Isra:9 

                   Artinya: Sesungguhnya al-Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih Lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar” (QS.Al-Isra:9).

  b.

  Surat al-Alaq: 1-4

Dokumen yang terkait

PEMAHAMAN TAUBAT DALAM AYAT AYAT AL QUR’AN PADA PIMPINAN JAMAAH TARIQOH QODIRIYYAH NAQSYABANDIYAH DI DUSUN WEKAS DESA KAPONAN KECAMATAN PAKIS SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 1 71

PEMAHAMAN TAUBAT DALAM AYAT AYAT AL QUR’AN PADA PIMPINAN JAMAAH TARIQOH QODIRIYYAH NAQSYABANDIYAH DI DUSUN WEKAS DESA KAPONAN KECAMATAN PAKIS SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 0 70

PENGARUH KEWIBAWAAN PENGASUH TERHADAP INTERAKSI SOSIAL SANTRI DI PONDOK PESANTREN EDI MANCORO DESA GEDANGAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2014 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 1 103

NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI SEDEKAH DESA DI KEDUNGRINGIN KECAMATAN SURUH KABUPATEN SEMARANG 2014 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 0 99

KEHIDUPAN SOSIAL KEAGAMAAN MASYARAKAT PERINDUSTRIAN DESA KLEPU KECAMATAN PRINGAPUS KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2014 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 0 98

PERAN PONDOK PESANTREN MODERN BINA INSANI TERHADAP KEBERAGAMAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DUSUN BARAN DESA KETAPANG KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN SEMARANG SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 0 117

EFEKTIVITAS METODE BERDZIKIR DALAM PENANGANAN PROBLEM PSIKOLOGIS SANTRI DI PONDOK PESANTREN SURYABUANA DESA BALAK KECAMATAN PAKIS KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 2 187

IMPLEMENTASI DAN IMPLIKASI PENDIDIKAN HUMANISME RELIGIUS PADA PONDOK PESANTREN BAGI MASYARAKAT (STUDI DI PONDOK PESANTREN EDI MANCORO, GEDANGAN, KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2014) SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 2 134

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DEMOKRATIS DENGAN KEMANDIRIAN ANAK DI DUSUN KETAPANG KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2016 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

0 0 96

MANAJEMEN PEMBELAJARAN PONDOK PESANTREN TAHFIDZUL QUR’AN AL MUNTAHA KELURAHAN CEBONGAN KECAMATAN ARGOMULYO KOTA SALATIGA TAHUN 2016 SKRIPSI

0 0 136