TESIS PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENUMBUHKEMBANGKAN KONSEP CERIA (CERDAS, ENERGIK, RELIGIUS, ILMIAH, AMALIYAH) PADA PESERTA DIDIK DI MAN SURUH KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2016-2017

  

TESIS

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DALAM MENUMBUHKEMBANGKAN KONSEP CERIA

(CERDAS, ENERGIK, RELIGIUS, ILMIAH, AMALIYAH)

PADA PESERTA DIDIK DI MAN SURUH

  

KABUPATEN SEMARANG

TAHUN PELAJARAN 2016-2017

Oleh :

Nama : NOR MUNFARIDA

  NIM : M1.14.011 Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan untuk gelar Magister Pendidikan PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2017

  

ABSTRAK

Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Menumbuhkembangkan Konsep

Ceria (Cerdas, Energik, Religius, Ilmiah, Amaliyah)

Pada Peserta Didik Di MAN Suruh Kabupaten Semarang

  

Tahun Pelajaran 2016/2017

  MAN Suruh Kabupaten Semarang mempunyai visi Ceria (Cerdas, Energik, Religius, Ilmiah, Amaliyah). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran guru PAI dalam menunmbuhkembangkan konsep Ceria dan mengetahui bagaimana implementasi konsep Ceria pada peserta didik.

  Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data ada tiga metode utama yang dipakai yaitu, observasi, dokumentasi, dan wawancara. Peneliti mengambil peran sebagai instrumen untuk menggali data yang lebih lengkap melalui indepth interview. Adapun analisis data melalui tiga tahapan yaitu : reduksi data, penyajian data (display), dan verifikasi. Sebagai responden yang menjadi sumber informasi adalah kepala madrasah, guru PAI, guru BK, dan siswa.

  Berdasarkan penelitian yang berlangsung selama dua bulan dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai berikut: (1) Guru mengambil peran sangat positif dalam mewujudkan konsep Ceria (Cerdas, Energik, Religius, Ilmiah, Amaliyah). Peran guru sebagai inisiator, pengelola kelas, motivator, fasilitator, dan evaluator. (2) Implementasi konsep Ceria pada peserta didik di MAN Suruh dalam wujud kebijakan madrasah yang mendukung dalam pembentukan lingkungan yang kondusif untuk pembelajaran siswa. Beragam kegiatan akademik dan non akademik yang berfungsi mengembangkan potensi peserta didik. Tumbuhnya karakter utama yang dibutuhkan untuk menciptakan pergaulan yang harmonis dan persaudaraan (ukhuwah) antar peserta didik.

  Kata Kunci : Peran Guru PAI, Ceria (cerdas, energik, religius, ilmiah, amaliyah)

  

ABSTRACT

The Role of The Islamic Education’s Teacher in Devoloping

“Ceria” Concept (Cerdas, Energik, Religious, Ilmiah, Amaliyah)

at The Students at MAN Suruh Kabupaten Semarang

  

In The Academic Year of 2016-2017

  MAN Suruh Semarang Regency has “Ceria” vision (cerdas, energik, religious, ilmiah, amaliyah). This research wants to know the role of Islamic education’s teacher in developing “Ceria” concept and how the “Ceria” concept implemented by the students.

  This research used qualitative approach. There are three technique in collecting data. They are : observation, documentation, and interview. The researcher as instrument take data by indepth interview. There are three steps in analyzing data: data reduction, display data, and data verification. The respondent who become the source of informatio n are the headmaster, Islamic education’s teacher, guidance and counseling’s teacher, and students.

  Based on the observation which lasted for two months, the researcher can conclude: (1) Teacher plays an important role in creating “Ceria” concept (cerdas, energik, religius, ilmiah, amaliyah). Teacher as an inisiator, class manager, motivator, fasilitator, and evaluator. (2) “Ceria” concept implementation by the students of MAN Suruh in the form of madrasah policy which encourage the comfortable and conducive environment for the students learning. Various academic and non academic to develop students potential. The growth of main character to creat the harmony of the students friendship.

  Key Word

  : The Role of Islamic Education’s Teacher, Ceria (cerdas, energik, religius, ilmiah, amaliyah)

  

PRAKATA

Bismillahirrhmanirrahim Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh

  Alhamdulillahirobbil “Alamin Puji dan Syukur kita panjatkan ke hadirat Allah

  SWT atas limpahan rahmat, taufik, hidayah serta inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Peran Guru PAI dalam Menumbuhkembangkan Konsep Ceria (Cerdas, Ernergik, Religius, Ilmiah, Amaliyah) pada Peserta Didik di MAN Suruh Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2016-

  2017”. Yang menjadi pelengkap persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Agama Islam.

  Tersajikannya tesis ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak sehingga tesis ini dapat terselesaikan dengan lancar. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada : 1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.

  2. Bapak Dr. H. Zakiyuddin, M.Ag., selaku Direktur Pascasarjana IAIN Salatiga.

  3. Bapak Dr. Phil. Widiyanto, M.A., selaku Ka. Prodi PAI yang telah memberi arahan kepada penulis.

  4. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag., yang telah membimbing serta mengarahkan penulis dengan sabar sehingga tesis ini dapat terselesaikan.

  5. Bapak Ibu dosen Pascasarjana IAIN Salatiga yang telah memberikan kepada penulis dengan ilmu pengetahuan dan pencerahan.

  6. Ibu, Bapak, Suami, Anak-anak tercinta dan keluarga besar penulis yang selalu mendukung, mendo’akan serta memberikan semangat kepada penulis.

  7. Teman-teman Pascasarjana angkatan 2014 IAIN Salatiga yang selalu mmemberikan support dan kebersamaannya.

  8. Keluarga besar MAN Suruh Kab. Semarang atas bantuannya serta dukungannya kepada penulis sehingga tesis ini dapat terselesaikan dan berjalan dengan lancar. Semoga apa yang telah Bapak dan Ibu berikan kepada penulis menjadi barokah serta bermanfaat bagi semua pihak. Penulis berdo’a semoga dukungan serta kebaikan semuanya diganti dan dihitung amal ibadah oleh Allah SWT.

  Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh

  Salatiga, 20 Maret 2017 Nor Munfarida

DAFTAR ISI

  F. Sistematika Penulisan ………………………………………………… 19

  C. Kritik Terhadap MAN Suruh …………………………………………. 40

  B. Keunggulan dan Kekurangan MAN Suruh ………………………….. 39

  A. Implementasi Konsep Ceria pada Peserta Didik di MAN Suruh …….. 33

  BAB IV IMPLEMENTASI KONSEP CERIA PADA PESERTA DIDIK ……….. 33

  B. Peran Guru PAI Dalam Konsep Ceria ……………………………..... 29

  A. Peran Guru PAI Dalam Pembelajaran di Kelas …………………………27

  BAB III PERAN GURU PAI DALAM KONSEP CERIA ……………………… 27

  B. Visi dan Misi MAN Suruh …………………………………………….. 25

  Gambaran Umum MAN Suruh………………………………………… 21

  BAB II DESKRIPSI MAN SURUH KABUPATEN SEMARANG ………………. 21 A.

  HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………….. i HALAMAN PENGESAHAN

  ………………………………………………………. ii HALAMAN PERNYATAAN

  D. Kajian Pustaka ………………………………………………………… 3

  C. Signifikansi Penelitian ………………………………………………… 2

  B. Rumusan Masalah dan Batasan Masalah ……………………………… 2

  A. Latar Belakang Masalah ……………………………………………… 1

  BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………. 1

  ………………………………………………………………………. x

  …………………………………………………………………. ix LAMPIRAN

  ………………………………………………………………………. vii DAFTAR TABEL

  ……………………………………………………………………….. v DAFTAR ISI

  …………………………………………………. iii ABSTRAK ……………………………………………………………………….. iv PRAKATA

  E. Metode Penelitian …………………………………………………….. 18 BAB V PENUTUP ……………………………………………………………….. 42

  A. Kesimpulan ………………………………………………………….. 42

  B. Saran …………………………………………………………………. 42

  DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………… 44 LAMPIRAN BIOGRAFI PENULIS

  

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

  3.1. Rekapitulasi Siswa MAN Suruh ……………………………………………24`

  3.2. Lulusan siswa Kelas XII yang diterima di PTN/PTAIN ……………………. 25

DAFTAR LAMPIRAN-LAMPIRAN

  Lampiran Halaman

  1. Pedoman Wawancara …………………………………………………………. 47

  2. Wawancara dengan Kepala Madrasah dan Guru PAI ………………………… 48

  3. Dokumentasi …………………………………………………………………. 56

  4. Surat Ijin Penelitian …………………………………………………………… 65

  5. Surat Bukti Telah Melaksanakan Penelitian …………………………………. 66

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan akan pendidikan merupakan hak semua warga negara,

  berkenaan dengan ini, di dalam UUD’45 Pasal 31 ayat (1) secara tegas disebutkan bahwa “Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran.” UU RI Nomor 20 Tahun 2003 menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

  1 Aspek rohaniah psikologis yang dicoba didewasakan dan di-insan kamil- kan melalui pendidikan sebagai elemen yang menjadikan positif dalam pembangunan kehidupan yang berkeadaban.

  2 Penyelenggaraan pendidikan yang dicita-citakan oleh lembaga Madrasah

  Aliyah Negeri Suruh Kabupaten Semarang adalah cerdas, energik, religius, ilmiah dan amaliah (CERIA). Konsep CERIA bukan hanya semata-mata untuk siswa- siswinya, akan tetapi berlaku bagi semua komponen yang ada didalamnya. 1 Undang-undang Nomor 20/2003, Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), Jakarta: Sinar

  

Grafika, 2003, 1. Selain itu pendidikan, memiliki peran strategis sebagai sarana human resources dan

human investment. Selain bertujuan menumbuhkembangkan kehidupan yang lebih baik, pendidikan

juga telah nyata-nyata ikut mewamai dan mencari landasan moral dan etik dalam proses pemberdayaan

jati diri bangsa. Lihat dalam Kamadi Hasan, “Konsep Pendidikan Jawa”, dalam ]urnal Dinamika Islam

dan Budaya Jawa, No 3 tahun 2000, 29. 2 Baca Pengantar Malik Fadjar dalam Imam Tholkah, Membuka Jendela Pendidikan, Jakarta,

  

Raja Grafindo Persada, 2004, v. Dari pemikiran ini, maka pendidikan merupakan tindakan sadar

dengan tujuan memelihara dan mengembangkan fitrah serta potensi (sumber daya) insani menuju

terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil). Lihat dalam kutipan Achmadi, Islam Paradigma Ilmu

  Berangkat dari permasalahan yang ada maka penulis tertarik untuk meneliti tentang: “Peran Guru PAI dalam Menumbuhkembangkan Konsep Cerdas, Energik, Religius, Ilmiah Amaliah (CERIA) pada Peserta Didik di MAN Suruh.

  ” B.

   Rumusan Masalah

  Untuk mempermudah kajian dan pembahasan penelitian ini, maka peneliti di sini merumuskan beberapa rumusan masalah berikut:

  1. Bagaimana peran guru PAI dalam menumbuhkembangkan konsep CERIA pada peserta didik di MAN Suruh tahun pelajaran 2016-2017 ?

  2. Bagaimana implementasi konsep CERIA pada peserta didik di MAN Suruh tahun pelajaran 2016-2017?

C. Signifikansi Penelitian 1. Tujuan Penelitian

  Berdasarkan rumusan masalah di atas maka dapat dirumuskan tujuan penelitian ini seagai berikut: a.

  Untuk mengetahui implementasi konsep CERIA pada peserta didik di MAN Suruh tahun pelajaran 2016-2017.

  b.

  Untuk mengetahui peran guru PAI dalam menumbuhkembangkan konsep CERIA pada peserta didik di MAN Suruh tahun pelajaran 2016-2017.

2. Manfaat Penelitian

  Penelitian ini diharapkan dapat membawa manfaat: a. Bagi Sekolah

  Di lembaga pendidikan seperti madrasah maupun sekolah-sekolah keagamaan, disamping pemberian pengetahuan, pendidikan keterampilan serta pengembangan bakat dan minat, dalam pendidikan Islam konsep CERIA.

  3 b.

  Bagi Peneliti Menambah pengetahuan yang lebih matang dalam bidang pengajaran dan menambah pengalaman dan wawasan dalam bidang penelitian.

4 D.

   Kajian Pustaka 1. Kajian Penelitian Terdahulu

  Setelah melakukan telaah terhadap beberapa penelitian yang ada, peneliti menemukan beberapa hasil penelitian yang terkait dengan tema yang peneliti angkat, di antaranya adalah:

  Penelitian yang dilaksanakan oleh Subiyantoro,

  5

  hasil disertasinya tersebut adalah aktualisasi nilai humanis-religius, para siswa Madrasah Aliyah Negeri Wates Kulonprogo masih rendah.

  Berikutnya penelitian yang dilakukan oleh Bairus Salim,

  6

  menjelaskan bahwa: metode pembelajaran multiple intelligences memiliki relevansi yang 3 Artinya pendidikan agama disuguhkan untuk: memupuk sikap positif terhadap kehidupan,

  

memahami kenyataan sosial dan kontradiksi yang ada dalam masyarakat dan merangsang siswa

untuk mengamalkan iman dalam seluruh dimensi kehidupan. 4 Hal yang diutamakan terutama masalah: peran guru PAI dalam menumbuhkembangkan Konsep Cerdas, Energik, Religius, Ilmiah Amaliah (CERIA) pada Peserta Didik. 5 Subiyantoro, “Pengembangan Pola Pendidikan Nilai Humanis-Religius pada Diri Siswa berbasis Kultur M adrasah di MAN Wates Kulonprogo Yogyakarta”, Disertasi Program Pascasarjana

  erat dengan metode pendidikan Islam, hanya saja konsep dasar teori multiple

  intelligences tidak seutuh pendidikan Islam. Kendati demikian, metode multiple intelligences berkembang pesat sehingga tampak lebih inovatif dan

  kreatif, tidak seperti metode pendidikan Islam yang terkesan lambat dan konservatif.

  7 Selanjutnya penelitian Muhammad Mufidin yaitu ingin mengetahui

  bagaimana aktivitas belajar peserta didik selama dilakukan pembelajaran berwawasan SETS sehingga peserta didik mempunyai pemahaman yang memadai tentang sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat.

  Perbedaan peneliti terdahulu oleh Subiyantoro Menitikberatkan pada pelaksanaan sholat, sedang-kan penelitian sekarang tidak hanya ibadah, tetapi juga akhlak. Sedangkan tesis Bairus Salim menitikberatkan teori Multiple

  Intelligences tampak lebih inovatif dan kreatif dalam pengembangan metode

  pembelajaran. Untuk tesis Muhammad Mufidin menitikberaatkan pada peserta didik mempunyai pemahaman yang memadai tentang sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat. Arah yang dituju penulis adalah Peran Guru PAI dalam Menumbuhkembangkan Konsep Cerdas, Energik, Religius, Ilmiah Amaliah (CERIA) Pada Peserta Didik di MAN Suruh.

  6 Bairus Salim, “Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences (Telaah Dari Sudut Pandang Pendidikan Islam)”, Tesis, IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2008. 7 Muhammad Mufidin, “Strategi Berwawasan SETS (Science, Environment, Technology and

Society ) dalam Menumbuhkembangkan Aktivitas Belajar Mata Pelajaran Fiqih pada Peserta Didik MA

NU Nurul Huda Mangkang Kulon Semarang Tahun Pelajaran 2008/2009”, Tesis IAIN Walisongo

2. Kerangka Teori a. Peran Guru PAI

  Undang-Undang RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dijelaskan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada usia dini jalur pendidikan formal, 8 pendidikan dasar dan pendidikan menengah.

  Menurut Muhaimin, guru adalah orang yang berwenang dan bertanggung jawab terhadap pendidikan murid-murid, baik secara individual ataupun klasikal. Baik di sekolah maupun di luar sekolah. Dalam pandangan Islam secara umum guru adalah mengupayakan perkembangan seluruh potensi/ aspek anak didik, baik aspek kognitif, afektif dan 9 psikomotorik.

  Jadi peran guru PAI di atas dapat disimpulkan bahwa guru adalah orang yang memberikan pendidikan atau ilmu pengetahuan kepada peserta didik dengan tujuan agar peserta didik mampu memahami dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

  Guru adalah sosok yang berperan besar dalam ilmu pengetahuan, keterampilan, budi pekerti dan iman taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

  Guru juga berarti sebagai pendidik professional, karena secara implisit ia

8 Undang-Undang Guru dan Dosen (UU RI No. 14 Th. 2005), Jakarta: Redaksi Sinar Grafika, 2006, cet. 1, 2.

  9 telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawab

  10 pendidikan yang terpikul dipundak orang tua.

  Pengertian ini sejalan dengan pendapat Slameto, “Guru yang bertanggung jawab dalam proses belajar mengajar dengan menyampaikan mata pelajaran sesuai dengan bidangnya masing-masing untuk pendewasaan

  11

  anak didiknya.” Guru memiliki banyak tugas, baik yang terikat oleh dinas maupun di

  12

  luar dinas, dalam bentuk pengabdian. Apabila dikelompokkan terdapat tiga jenis tugas guru, yakni : a.

  Tugas dalam bidang profesi Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar, dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan pada siswa.

  10 Zakiyah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta:Bumi Aksara, 2000, 39. Jadi guru

pendidikan agama Islam adalah seorang guru yang berusaha untuk membimbing perkembangan

kepribadian peserta didik yang bersumber kepada nilai-nilai agama. Tugas ini dilakukan oleh para guru

pendidikan agama Islam disamping tugas utama yang harus dilakukan. 11 Slameto, Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bina Aksara, 2003, 99. Maksudnya adalah guru

sebagai pembimbing dan pemimpin harus mendalami pendidikan Agama Islam sejak kecil. Sebab

pendidikan pada masa kanak-kanak merupakan dasar yang menentukan untuk pendidikan selanjutnya.

Pada umumnya pendidikan Agama Islam seseorang ditentukan oleh pengalaman, pendidikan, dan

latihan yang dilalui sejak kecil. Jadi guru berperan sangat penting dalam perkembangan perilaku siswa-

siswinya di lingkungan sekolah baik perilaku menyimpang atau perilaku yang lebih baik. 12 Moh.Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2006, 6.

  

Pengabdian Guru disini adalah dalam menjalankan tugasnya perlu dilandasi dengan niat yang benar

serta ikhlas. Niat yang benar akan mencapai suatu keberhasilan yang tentunya sesuai dengan harapan

orang tua terkhusus bagi anak didiknya. Di sisi lain dengan adanya niat serta keikhlasan juga akan b.

  Tugas guru dalam bidang kemanusiaan Tugas guru dalam bidang kemanusiaan di sekolah harus dapat menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua. Ia hurus mampu menarik simpati sehingga ia menjadi idola para siswanya.

  c.

  Tugas guru dalam bidang kemasyarakatan Guru tidak hanya diperlukan oleh para murid di ruang kelas, tetapi juga diperlukan oleh masyarakat lingkungannya dalam menyelesaikan aneka ragam permasalahan yang dihadapi masyarakat. Tampaknya masyarakat mendudukkan guru pada tempat yang terhormat dalam kehidupan masyarakat, yakni di depan memberi suri teladan dan memberikan dorongan motivasi.

  Ahmad Tafsir menyebutkan bahwa guru dalam Islam sebaiknya memiliki sifat-sifat : a.

  Zuhud, yaitu tidak mengutamakan materi dan mengajar dilakukan karena mencari keridhaan Allah.

  b.

  Kebersihan guru, bersih tubuhnya dengan demikian penampilan (performance) menyenangkan bagi yang melihatnya.

  c.

  Ikhlas dalam pekerjaan, keikhlasan dan kejujuran seorang guru didalam pekerjaannya merupakan jalan terbaik kearah suksesnya di dalam tugas dan sukses murid-muridnya.

  d.

  Suka pemaaf, seorang guru bersifat pemaaf terhadap muridnya, ia sanggup menahan diri, menahan kemarahan, lapang hati banyak sabar dan jangan marah karena sebab-sebab yang kecil. e.

  Seorang guru merupakan bapak sebelum ia seorang guru, karena seeorang guru harus mencintai murid-muridnya seperti cintanya terhadap anak-anaknya.

  f.

  Harus mengetahui tabi’at (watak) murid. Guru harus mengetahui tabiat pembawaan, adat kebiasaan, rasa dan pemikiran murid agar ia tidak kesasar di dalam mendidik anak-anak.

  g.

  Harus menguasai mata pelajaran, seorang guru harus sanggup menguasai

  

13

mata pelajaran yang diberikan.

b. Konsep CERIA (Cerdas, Energik, Religius, Ilmiah, dan Amaliyah)

  Konsep cerdas adalah kecerdasan konvensional IQ (Intelligent

  Quotient ), EQ (Emotional Quotient), hingga mengklaim diri sebagai model

  SQ (Spiritual Quotient) seluruhnya masih menjelaskan kesadaran manusia dengan aspek-aspeknya sebagai proses secara esensial berlangsung pada

  14 jaringan syaraf.

  Model kecerdasan tersebut jauh sebelum dikenal sejak peradaban Islam yaitu 15 abad yang lalu telah dipraktikkan oleh Nabi Muhammad SAW, bertafakur, mengasah nurani, menajamkan hati dan mengolah emosi serta mengendalikan nafsu, sebagaimana mengguna-kan potensi akal, qolbu

  15 13 dan ruhiyah.

  Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007, 82. 14 Sukring, Pendidik dan Peserta Didik dalam Pendidikan Islam, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013, 9. 15 Hal ini juga sesuai dengan Q.S. Al- A’raf ayat 179. Jadi jika kekuatan yang mendorong

kecerdasan dalam abad ke-20 adalah IQ, maka berdasar bukti-bukti yang makin banyak di akhir abad

ke-21, akan lebih berperan kecerdasan EQ, SQ dan bentuk kecerdasan praktis serta kreatif. Lihat

pendapat Perkins, D. Outsmarting, dalam bukunya yang berjudul IQ: The Emerging Science Of

  Selanjutnya Daniel Goleman menyatakan bahwa:

  Means of emotional intelligence is abilities such as being able to motivate one self and persist in the face frustration to control impulse and delay gratification, to regulate, to one’s mood and keep distress from swarming the ability to think, to empathize and to

  16 hope.

17 Martha Kaudfelt, arti kecerdasan adalah kemampuan untuk

  memecahkan masalah-masalah atau menciptakan produk-produk yang penuh arti di dalam suatu pengaturan tertentu.

  Pada dasarnya manusia diberikan karunia yang berupa kemampuan intelektual (IQ), emosional (EQ), dan spiritual (SQ) sehingga manusia memiliki logika yang rasional, perasaan sebagai pengindai atau radar, dan

  

18

suara hati sebagai pembimbing.

19 Sumadi Suryabrata, mengemukakan bahwa yang dapat

  menentukan kecerdasan intelektual ada tujuh untuk ebilitas-ebilitas mental: faktor ingatan yaitu kecakapan untuk mengingat, faktor verbal yaitu kecakapan untuk menggunakan bahasa, faktor bilangan yaitu kemampuan untuk bekerja dengan kecakapan berhitung, faktor kelancaran yaitu lancar menggunakan kata-kata yang sukar diucapkan, faktor penalaran yaitu 16 kecakapan untuk berfikir logis, faktor persepsi yaitu kemampuan untuk

  Daniel Goleman, Emotional Intelligence, New York: Bantam Books, 1996, 76. Artinya

Kecerdasan emosi adalah seperti kemampuan memotivasi diri dan bertahan dalam menghadapi frustasi,

mengendalikan dorongan hati dan tidak berlebihan, mengatur suasana hati dan menjaga agar tetap

berpikir jernih, berempati dan optimis. Walaupun dalam beberapa hal terdapat perubahan-perubahan ke

arah yang lebih baik, akan tetapi karena gerak perubahannya masih sangat lamban, sementara gerak

perubahan masyarakat berjalan cepat, bahkan bisa dikatakan sangat revolusioner, maka disini

pendekatan Islam terlihat selalu tertinggal dan arahnya semakin terbaca tidak jelas. Lihat dalam

bukunya Azyumardi Azra, Pendidikan Islam dan Moderanitas, Jakarta: Logos, 1999, 90.

  17 18 Kaufeldt Martha, Wahai Guru Ubahlah Cara Mengajarmu!. Jakarta : PT. Indeks, 2008, 25. 19 Ary Ginanjar, Rahasia Sukses Membangun ESQ Power, Jakarta:Arg, 2003, 98.

  Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004, 129- mengamati dengan cepat dan cermat, faktor ruang yaitu kemampuan untuk mengadakan orientasi dalam ruang.

  Ciri di atas dapat dipahami kecerdasan intelektual meliputi berfikir, memperhatikan, menganalisa, mengamati, interpretasi, memprediksi, menganalogi, mengingat, menghitung dan memecahkan masalah dengan logika rasional.

  20 Sementara itu Goleman, mendeskripsikan lima kecerdasan

  emosional yaitu: (a) kecakapan pribadi: kecakapan ini menentukan bagaimana kita mengelola diri sendiri, (2) pengaturan diri meliputi mengolah kondisi, dan sumber daya diri sendiri, (3) motivasi: kecenderungan emosi yang mengantar atau memudahkan dalam meraih suatu sasaran, (4) kecakapan sosial: menangani sesuatu yang berhubungan dengan empati, kesadaran terhadap perasaan, kebutuhan dan kepentingan orang lain, (5) keterampilan sosial: kepintaran dalam mengunggah tanggapan yang dikehendaki pada orang lain.

  Jadi kecerdasan emosional merujuk kepada kemampuan mengenali perasaan kita sendiri dan orang lain, kemampuan untuk memotivasi diri dan mengelola emosi dengan baik pada diri dan membina hubungan dengan orang lain.

  Sedangkan kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan makna dan nilai, dalam menempatkan

20 Danil Goleman, Kecerdasan Emosional Untuk Mencapai Puncak Prestasi, terj. Alex Tri

  21

  perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang luas. Kecerdasan ini untuk menilai tindakan bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih

  22 bermakna dalam mengarungi sebuah kehidupan.

  Sementara itu yang dimaksud dengan energik menurut Kamus Bahasa Indonesia (Tim Prima Pena) adalah bersemangat, berkemampu-an 23 penuh.

  Konsep energik yang dimiliki oleh guru adalah kedudukan guru sebagai tenaga profesional, sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai fasilitator, motivator, pemacu dan pemberi inspirasi belajar bagi peserta didik dalam pembelajaran yang berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan

  24 nasional.

  Kompetensi guru yang dimaksud dalam pasal 8 Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 meliputi: kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional

  25 yang diperoleh melalui pendidikan profesi.

  21 Danah Zohar dan Ian Marshall, SQ: Spiritual Intelligence the Ultimate Intelligence, terj.

  Rahmani Astuti, Ahmad Nadjib Burhani dan Ahmad Baiquni, Bandung: Mizan, Cet. XI. 2007, 4. 22 Artinya Kecerdasan ini diperoleh manusia sejak lahir, dan sejak itulah potensi

kecerdasan ini mulai berfungsi mempengaruhi tempo dan kualitas perkembangan individu, dan

manakala sudah berkembang, maka fungsinya akan semakin berarti lagi bagi manusia yaitu akan

mempengaruhi kualitas penyesuaian dirinya dengan lingkungannya. 23 24 Alwi, Hasan, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2007, 46.

  Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Republik Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen , Yogyakarta: Pustaka Mahardika, 2015, 6. 25

  Keempat kompetensi di atas bersifat holistik dan integratif dalam

  26

  kinerja guru. Oleh karena itu secara utuh sosok kompetensi guru meliputi: (1) pengenalan peserta didik secara mendalam, (2) penguasaan bidang studi baik disiplin ilmu maupun bahan ajar dalam kurikulum di sekolah, (3) penyelenggaraan pembelajaran yang mendidik yang meliputi perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi proses dan hasil belajar, serta tindak lanjut untuk perbaikan dan pengayaan, (4) perkembangan kepribadian dan profesionalitas seorang guru dalam kegiatan belajar mengajar. 27 Religius adalah sikap dan perilaku yang patuh dalam pelaksanaan ibadah. Untuk konsep religiusitas, kepala sekolah dan guru perlu membuat sebuah standar pelaksanaan dan tahapan penerapan budaya religius di sekolah. Sehingga keberhasilan pengembangan budaya religius bisa dievaluasi.

28 Muhaimin, memberikan contoh standar dan tahapan yang

  berkelanjutan dalam pengembangan budaya religius misalnya; dilaksanakan sholat berjamaah dengan tertib dan disiplin di masjid madrasah, tidak terlibat dalam perkelahian antar-peserta didik, sopan santun berbicara antara peserta didik, peserta didik dengan guru dan tenaga 26 kependidikan, antara guru dengan guru, anatara guru dan tenaga

  Lif Khoiru Ahmadi, Sofan Amri dan Tatik Elisah, Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu, Jakarta: Tim Prestasi Pustaka, 2011, 239. 27 Loeloek Endah Purwati, Panduan Memahami Kurikulum 2013, Jakarta: PT. Prestasi Pusakaraya, 2013, 88. 28 Muhaimin,.Rekonstruksi Pendidikan Islam; Dari Paradigma Pengembangan, Manajemen kependidikan dan lainnya, cara berpakaian peserta didik dan guru yang Islami, cara pergaulan peserta didik dan guru sesuai dengan norma Islam, terciptanya budaya senyum, salam dan sapa dan lain sebagainya.

  Pembelajaran Ilmiah adalah merupakan pembelajaran yang mengadopsi langkah-langkah saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah. Inti dari model penelitian ilmiah (scientific inquiry 29 model ).

  Hal ini relevan dengan definisi metode inquiri learning yang dinyatakan oleh Felletti: “Inquiry based learning is an orientation towards learning that is

  flex inquiry based learning and open and draws upon the varied skills and resource. This includes an inter-disciplinary approach to learning and problem-solving, critical thinking and assumption of 30 responsibility by students for their own learning.

  Hal yang dimaksud pembelajaran berbasis inquiri adalah sebuah orientasi terhadap pembelajaran yang melibatkan pembelajaran berdasarkan inkuiri secara fleksibel, membuka dan menarik kesimpulan berdasarkan beragam keterampilan dan sumber. Termasuk didalamnya adalah pendekatan pembelajaran secara interdisiplin dan pemecahan masalah, berfikir kritis dan asumsi mengenai tanggung jawab siswa terhadap pembelajaran mereka sendiri.

29 Miftahul Huda, Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran (Isu-Isu Metodis dan Pragmatis), Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013, 90.

  30 Felletti, Grahamme I, Inquiry- Based and Problem Based Learning: How Similar are These

Approaches to Nursing and Medical Education? Higher Education Research and Development, 12 (2),

1993, 146. Seperti definisi metode inquiri learning yang dinyatakan oleh Kuhlthau, Carol C. et al,

dalam bukunya berjudul Guided Inquiry, London: Libraries Unlimited, 2007, 2. Menyatakan bahwa

inquiry is an approach to learning whereby students find and use a variety of sources of information

and ideas to encrease their understanding of a problem, topic or issue. ” Artinya inkuiri adalah sebuah

pendekatan pembelajaran di mana siswa menemukan dan menggunakan beragam sumber informasi dan

  31 Inti dari model penelitian ilmiah Mac Donell, menyatakan

  sejumlah karakteristik inquiry learning terbagi menjadi lima yaitu: arahan pada siswa berkaitan dengan dunia nyata, hasil penelitian berdasarkan informasi dari berbagai sumber, berkaitan dengan pengetahuan dan ketrampilan, dilaksanakan sepanjang waktu, disimpulkan dengan sebuah produk akhir.

  Amaliyah adalah meliputi pendidikan tingkah laku sehari-hari, yang berkaitan dengan pendidikan yang berkaitan dengan hubungan manusia dengan Tuhan-Nya seperti sholat, zakat, puasa haji serta pendidikan

  32 Sama halnya dengan lingkungan mu’amalah dalam kehidupan sehari-hari.

  pendidikan (sekolah), tinggal dalam lingkungan sekolah dan berhubungan

  guru yang menunjukkan sikap dan perilaku

  dengan para teman dan simpatisan.

  Nilai pendidikan amaliyah merupakan nilai yang berkaitan dengan

  33

  tingkah laku. Nilai pendidikan amaliyah diantaranya: a. Pendidikan Ibadah merupakan salah satu aspek pendidikan Islam yang perlu diperhatikan semua ibadah dalam Islam yang bertujuan membawa manusia agar selalu ingat kepada Allah SWT.

  b.

  Pendidikan muamalah merupakan pendidikan yang memuat hubungan antara manusia baik secara individu maupun kelompok.

  31 MacDonell Colleen, Project-Based Inquiry Units for Young Children, Ohio: Linworth Books, 2007, 6. 32 Sukring, 33 Pendidik …,. 22.

  Akan tetapi yang dimaksud adalah ilmu yang amaliyah. Artinya, seorang yang memperoleh suatu ilmu akan dianggap berarti apabila ia mau

  34

  mengamalkan ilmunya. Terkait dengan hal ini, al-Ghazali, mengatakan, “Manusia seluruhnya akan hancur, kecuali orang-orang yang berilmu.

  Semua orang yang berilmu akan hancur, kecuali orang-orang yang beramal. Semua orang yang beramal pun akan hancur, kecuali orang-orang yang ikhlas dan jujur”.

  Al-Ghazali memandang pendidikan sebagai teknik atau skill, bahkan sebagai sebuah ilmu yang bertujuan untuk memberi manusia pengetahuan dan watak (disposition) yang dibutuhkan untuk mengikuti petunjuk Tuhan sehingga dapat beribadah kepada Tuhan dan mencapai keselamatan dan

  35 kebahagiaan hidup.

  Konsep CERIA (Cerdas, Energik, Religius, Ilmiah Amaliyah) ini sesuai dengan visi Madrasah Aliyah Negeri Suruh dengan indikator sebagai

  36

  berikut : Cerdas: mampu menerima dan menyerap materi pelajaran secara baik, mampu menguasai ilmu pengetahuan dengan baik, mampu mentransfer ilmu, teknologi dan keterampilan dari guru dan sumber lain, mampu mengoptimalkan kecerdasan spiritual dan emosional, mampu 34 meraih nilai yang tinggi dan mampu bersaing di berbagai kompetisi, dan

  Pendapat Imam Ghazali dalam kutipan Al-Abrasyi, M. Athiyah, al-Tarbiyyah al-

Islamiyyah - Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam. Terj. oleh H. Bustami A.Ghani. dan Djohar Bahry.

Jakarta: Bulan Bintang, 1987, 46. 35 Alavi Hamed Reza, “Al-Ghazali on Moral Education”. Dalam Jurnal of Moral Education.

  Vol. 36, No. 3, September 2007, 36 ISSN 1465-3877 London: Routledge Publisher, 2007, 312.

  Tim Pengembang Kurikulum Madrasah Aliyah Negeri Suruh Tahun 2016/2017 Berbasis mampu melanjutkan jenjang pendidikan selanjutnya sesuai dengan jurusan yang diinginkan.

  Energik: sehat jasmani, disiplin dan bersemangat dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, menjadi semangat bagi orang di sekitarnya (lingkungan Madrasah Aliyah Negeri Suruh), mampu menerapkan kecerdasan spiritual, emosional dan ilmu pengetahuan yang telah didapat dari proses pembelajaran, mampu menerapkan ilmu pengetahuan dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup.

  Religius: mengucap salam dan berjabat tangan dengan guru/ karyawan dan peserta didik serta orang lain, bertutur kata dan bertingkah laku yang baik menurut Islam, m elaksanakan sholat berjama’ah di waktu zuhur dan melaksanakan sholat dhuha, membaca Asmaul Husna sebelum kegiatan belajar mengajar dilaksanakan,

  Ilmiah: mampu membedakan fakta dan bukan fakta, berani dan santun dalam bertanya dan berargumen, selalu introspeksi diri dan mengembangkan keingintahuan, peduli terhadap lingkungan, sosial, budaya dan fisik, mampu mempertanggungjawabkan setiap keputusan yang diambil berdasarkan teori/ fakta, mampu menciptakan karya yang dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan.

  Amaliyah: gemar berinfaq setiap hari atau saat dibutuhkan, menyantuni anak yatim dan fakir miskin, memiliki rasa empati terhadap sesama.

  Gambar 1.1. Bagan Peran Guru PAI dalam Menumbuhkembangkan Konsep Cerdas, Energik, Religius, Ilmiah Amaliyah (CERIA) Pada Peserta Didik.

  Guru Pendidikan Konsep Ceria (Cerdas, Energik, Religius, Agama Islam Ilmiah, Amaliyah) Peserta Didik

  Dalam menumbuhkembangkan konsep CERIA guru beserta peserta didik bersama-sama menjalankan perannya masing-masing untuk mewujudkan visi madrasah (cerdas, energik, religius, ilmiah dan amaliah).

E. Metode Penelitian

  Jenis penelitian dalam tesis ini adalah pendekatan kualitatif, yaitu metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat post positivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiyah, di mana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif dan hasil penelitian kualitatif

  37 lebih menekankan makna daripada generalisasi.

  37

  Dalam penelitian ini hal yang dikaji adalah Peran Guru PAI dalam Menumbuhkembangkan Konsep Cerdas, Energik, Religius, Ilmiah Amaliah (CERIA) Pada Peserta Didik di MAN Suruh.

  Untuk menentukan subyek, penulis menggunakan tehnik purposive

  38 sampling . Menurut Sugiyono, Purposive sampling adalah teknik pengambilan

  sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu yakni sumber data dianggap paling tahu tentang apa yang diharapkan, sehingga mempermudah peneliti menjelajahi obyek atau situasi sosial yang diteliti, yang menjadi kepedulian dalam pengambilan sampel penelitian kualitatif adalah tuntasnya pemerolehan informasi dengan keragaman variasi yang ada bukan pada banyak sampel sumber data.

  Sedangkan metode yang digunakan penulis dalam pengumpulan data

  39 adalah metode observasi, dokumentasi dan interview.

  Metode pengumpulan data ini dimaksudkan untuk mendapatkan informasi mengenai peran guru PAI dalam menumbuhkembangkan konsep cerdas, energik, religius, ilmiah amaliyah (CERIA) pada peserta didik di MAN Suruh.

  Setelah data dikumpulkan di lapangan, maka analisis yang digunakan adalah analisis kualitatif interaktif, yang terdiri dari tiga alur kegiatan, yaitu

  40 reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Dokumen yang terkait

PERAN GURU DALAM PEMBENTUKAN PERILAKU BERTANGGUNG JAWAB PESERTA DIDIK DI SMA NEGERI 15 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2015/2016

0 6 52

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENCEGAH RADIKALISME ISLAM DI SMA SEJAHTERA 0I DEPOK

1 1 36

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Guru - PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENINGKATKAN PERKEMBANGAN EMOSIONAL PESERTA DIDIK DI SMK ISLAM 1 DURENAN - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

1 1 49

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BERIBADAH SISWA TAHUN PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERILAKU SISWADI SD NEGERI KALIBENING SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2014/2015 PERILAKU KALIBENING SALATIGA - Test Repository

0 2 118

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENUMBUHKAN KARAKTER ANTI KORUPSI PESERTA DIDIK SMK NEGERI 1 SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2014/2015 - Test Repository

0 2 145

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PEMBINAAN AKHLAK SISWA DI SMP ISLAM NGADIREJO TAHUN PELAJARAN 20142015 SKRIPSI

0 0 116

HUBUNGAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA KELAS IV, V, VI SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2013-2014 DI MADRASAH IBTIDAIYAH WONOYOSO KECAMATAN PRINGAPUS KABUPATEN SEMARANG

0 1 88

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK PRIBADI MUSLIM SISWA SMP AL-MAS’UDIYYAH BANDUNGAN, KAB. SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 - Test Repository

0 1 110

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM BERSINERGI MELAKSANAKAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMAN 1 SURUH TAHUN AJARAN 20162017 SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar

0 0 159

KONSEP PENDIDIKAN ANTI KEKERASAN DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PENDIDIKAN ISLAM DI MAN SALATIGA DAN MAN 2 SEMARANG TAHUN 2017

0 0 149