PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWAPADA POKOK MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DI MTs NEGERI 1 PALEMBANG

SKRIPSI SARJANA S.I

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh NAZIRIN

NIM. 08221028

Program Studi Tadris Matematika

FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG 2013

Motto :

”Bacalah dengan menyebut nama Tuhan Yang Menciptakan” (QS, Al-Alaq:1). ”Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati,

padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya). Jika kamu orang-orang yang beriman” (QS, Ali-Imron:139). ”Kebajikan apa pun yang kamu peroleh, adalah dari sisi Allah, dan keburukan apa pun yang menimpamu, itu dari (kesalahan) dirimu sendiri” (QS, An-Nisa:79).

Skripsi ini kupersembahkan :

 Ayahanda dan Ibunda yang selalu mendo’akan

keberhasilan ananda  Kakakku yang tercinta  Ayukku Yang Tercinta  Ayukku dan Kakak Iparku tersayang  Keponakanku yang lucu dan imut-imut  Teman-teman seangkatan & almamaterku

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda-tangan di bawah ini : Nama

: Nazirin

Tempat dan tanggal lahir

: 24 Mei 1987

Program Studi

: Tadris Matematika

NIM

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa :

1. Seluruh data, informasi, interpretasi serta pernyataan dalam pembahasan dan kesimpulan yang disajikan dalam karya ilmiah ini, kecuali yang disebutkan sumbernya adalah merupakan hasil pengamatan, penelitian, pengolahan, serta pemikiran saya dengan pengarahan dari para pembimbing yang ditetapkan.

2. Karya ilmiah yang saya tulis ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapat gelar akademik, baik di IAIN Raden Fatah maupun perguruan tinggi lainnya.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya dan apabila dikemudian hari ditemukan adanya bukti ketidakbenaran dalam pernyataan tersebut di atas, maka saya bersedia menerima sangsi akademis berupa pembatalan gelar yang saya peroleh melalui pengajuan karya ilmiah ini.

Palembang, Juni 2013 Yang membuat pernyataan,

Nazirin

NIM. 08221028

ABSTRACT

The aim of this research is to know the influence of Indonesia Mathematic Realistic education (PMRI) toward the student comprehension of Mathematic concep system of linear equation in two variable MTS Negeri 1 Palembang. This

research used experimental method. Research population is whole of 8 th grades in academic year of 2011-2012. There were seven class, this research choose two

class with random sampling. Class of VIII.F and VIII.G as the sample. The tehnic of data for this research is using test. The result showed the analize of data is used α = 5%. Which means the application of Realistic Mathematic Education approach (RME) Indonesia toward the student comprehensions of Mathematic concept has significant influence in MTS Negeri 1 Palembang. Key Word: RME in Indonesia, Mathematic concept.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) terhadap pemahaman konsep matematika siswa pada pokok materi sistem persamaan linear dua variabel di MTsN 1 Palembang. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Populasi penelitian seluruh siswa kelas VIII tahun pelajaran 2011-2012. Terdiri dari 7 kelas, dipilih dua kelas secara acak (random sampling) dikarenakan tak adanya kelas unggulan. Siswa kelas VIII.F dan kelas VIII.G sebagai sampel yang merupakan kelas yang diajarkan satu guru yang rata-rata kemampuan pemahaman matematikanya tidak ada perbedaaan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes. Analisis data menggunakan uji t dan taraf signifikan 5%. Hasil analisis data menggunakan uji t diperoleh t hitung = 5, 43 dan t tabel pada taraf signifikan 5% =1,99. Diketahui t hitung >t tabel maka hipotesis yang berbunyi ada pengaruh yang signifikan penerapan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia terhadap pemahaman konsep matematika siswa pada pokok materi sistem persamaan linear dua variabel di MTsN I Palembang dapat diterima.

Kata Kunci: PMRI, Matematika Konsep.

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT karena akhirnya Skripsi ini bisa terselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. Skripsi yang Penulis buat dengan judul Pengaruh Penerapan

Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia Terhadap Pemahaman Konsep Matematika Siswa pada Pokok Materi Sistem

Persamaan Linear Dua Variabel di MTs N I Palembang dibuat sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Program Studi Tadris Matematika.

Dalam penyusunan skripsi ini banyak ditemukan kesulitan-kesulitan dan hambatan-hambatan, namun berkat inayah Allah SWT, serta bantuan dari berbagai pihak segala kesulitan dan hambatan tersebut dapat diatasi, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. H. Aflatun Muchtar, MA. selaku Rektor IAIN Raden Fatah Palembang.

2. Bapak Dr. Kasinyo Harto, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Raden Fatah Palembang.

3. Ibu Agustiani Dumeva Putri, M.Si. selaku Ketua Program Studi Tadris Matematika.

4. Ibu Dr. Nyayu Khodijah, M.Si. selaku Pembimbing I

5. Ibu Agustiani Dumeva Putri, M.Si. selaku Pembimbing II.

6. Bapak-bapak dan ibu-ibu dosen serta staf Fakultas Tarbiyah IAIN Raden Fatah Palembang.

7. Ibu Dra. Yeni Sufri Yani, M.Pd.I selaku Kepala Sekolah MTs Negeri

I Palembang.

8. Bapak-bapak dan ibu-ibu guru serta staf Sekolah MTs Negeri 1 Palembang.

9. Ayah, Ibu, dan saudara-saudaraku yang telah mendukung dan memberikan motivasi.

10. Rekan-rekan seperjuangan Angkatan 2008 di Tadris Matematika IAIN Raden Fatah Palembang.

11. Almamaterku. Penulis menyadari bahwa penyusunan Skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan, karenanya Penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun agar dapat digunakan demi perbaikan Skripsi ini nantinya. Penulis juga berharap agar Skripsi ini akan memberikan banyak manfaat bagi yang membacanya.

Palembang, Mei 2013 Penulis,

Nazirin

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran PMRI ........................... 24 Tabel 2.2 Kemungkinan Jawaban .................................................................... 31 Tabel 3.1 Rancangan Penelitian ...................................................................... 33 Tabel 3.2 Populasi Penelitian ........................................................................... 36 Tabel 3.3 Langkah-langkah Penelitian ............................................................. 36 Tabel 3.4 Kisi-Kisi Soal Tes Pemahaman Konsep Matematika Siswa

Pada Pokok Bahasan Sistem Persamaan Linear dua Variabel ........ 38 Tabel 4.1 Daftar Hasil Frekuensi Nilai Tes Pemahaman Konsep Siswa ......... 46 Tabel 4.2 Daftar Hasil Frekuensi Nilai Tes Pemahaman Konsep Siswa ......... 48

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Fotocopi SK Pembimbing Lampiran 2. Fotocopy Surat Pengantar Penelitian dari Fakultas Tarbiyah Lampiran 3. Fotocopy Surat Izin Penelitian dari Kementerian Agama Lampiran 4. Fotocopy Surat Izin keterangan Telah Melaksanakan penelitian dari

MTs Negeri I Palembang Lampiran 5. Surat Keterangan Perubahan Judul Lampiran 6. Silabus Lampiran 7. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Lampiran 8 RPP Kelas Eksperimen Lampiran 9. RPP Kelas Kontrol Lampiran 10. Daftar Nilai Kelas Eksperimen Lampiran 11. Daftar Nilai Kelas Kontrol Lampiran 12. Daftar Rekap Nilai Kelas Eksperimen Lampiran 13. Daftar Rekap Nilai Kelas Kontrol Lampiran 14. Daftar Distribusi Nilai Tes Pemahaman Konsep Lampiran 15. LKS PMRI Lampiran 16. Soal Tes Pemahaman Konsep Lampiran 17. Kunci Jawaban LKS PMRI Lampiran 18. Kunci Jawaban dan Nilai Skors Soal Tes Pemahaman Konsep Lampiran 19.Lembaran Jawaban LKS PMRI Lampiran 20. Lembaran Jawaban Soal Tes Pemahaman Konsep Lampiran 21. Kartu Bimbingan Skripsi Lampiran 22. Lembar Validasi Lampiran 23. Riwayat Hidup

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia diperintah untuk beribadah hanya kepada Allah SWT, karena tidak ada tuhan selain Dia. Sebagaimanadalam firman-Nya.

 Artinya : dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya

mereka mengabdi kepada-Ku (Adz-Drariyat:56). 

Artinya : “Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya lalu ia berkata: "Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selain-Nya." Sesungguhnya (kalau kamu tidak menyembah Allah), aku

takut kamu akan ditimpa azab hari yang besar (kiamat)” ( Al-A’raaf:59). Untuk membekali manusia dalam menjalankan tugasnya, Allah SWT

telah membekali dengan ilmu pengetahuan, sebagaimana dengan dalam firman- Nya didalam kitab suci Al-quran.

 Artinya :dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda)

seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang benar orang- orang yang benar!"( Al-Baqarah:31).

Ayat diatas merupakan proses pendidikan pertama kali pada manusia yang merupakan cikal bakalnya ilmu pengetahuan yang diajarkan oleh Allah SWT.Tuhan semesta alam pemilik ilmu pengetahuan kepada nabi Adam AS. Manusia diwajibkan untuk menuntut ilmu pengetahuan dan tidak boleh untuk mengabaikanya dalam rangka kelangsungan hidup manusia, melalui proses pendidikanlah manusia dapat mempertahankan eksistensinya sebagai manusia yang mulia, melalui pemberdayaan potensi dasar dan karunia yang telah diberikan Allah SWT.

Matematika merupakan mata pelajaran yang diberikan kepada semua peserta didik dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis,analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan bekerjasama.Dengan kemampuan itu peserta didik dapat bertahan hidup pada kondisi yang selalu berubah,tidak pasti dan kompetitif( Rahayu,dkk., 2008:17). Untuk itulah pelajaran matematika jumlah jam belajarnya paling banyak diantara pelajaran lainnya di sekolah.

Menurut anggapan masyarakat umum, bahwa pelajaran matematika dianggap sulit pada jenjang pendidikan dasar sampai menengah atas. Hal ini disebabkan pelajaran matematika berhubungan dengan ide-ide dan konsep-konsep yang abstrak. Sebagaimana pernyataan Hudoyo (dalamHerawati, 2010:2) bahwa matematika berkenaan dengan ide-ide dan konsep-konsep yang abstrak dan hierarki dan penalaranya deduktif.Karena penalaranya hierarki, maka dalam belajar matematika hendaknya tidak boleh ada langkah/tahapan konsep yang dilewati.Matematika dipelajari secara sistematis dan teratur serta harus disajikan Menurut anggapan masyarakat umum, bahwa pelajaran matematika dianggap sulit pada jenjang pendidikan dasar sampai menengah atas. Hal ini disebabkan pelajaran matematika berhubungan dengan ide-ide dan konsep-konsep yang abstrak. Sebagaimana pernyataan Hudoyo (dalamHerawati, 2010:2) bahwa matematika berkenaan dengan ide-ide dan konsep-konsep yang abstrak dan hierarki dan penalaranya deduktif.Karena penalaranya hierarki, maka dalam belajar matematika hendaknya tidak boleh ada langkah/tahapan konsep yang dilewati.Matematika dipelajari secara sistematis dan teratur serta harus disajikan

Karena konsep-konsep matematika memiliki keterkaitan antara yang satu dan lainnya, maka siswa harus lebih banyak diberikan kesempatan untuk memahami materi matematika secara mendalam. Misalnya jika siswa ingin memahami konsep sistem persaamaan linear dua variabel maka siswa terlebih dahulu harus memahami konsep persamaan liniear satu variabel.

Pentingya dalam memahami konsep terlihat pada tujuan pertama pelajaran matematika menurut Depdiknas (Pemendiknas no 22 tahun 2006)bahwa memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep,dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat,efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah. Sesuai dengan tujuan pelajaran matematika tersebut diharapkan siswa setelah melaui proses belajar dapat memahami konsep dan mengaplikasi konsep ke dalam pemecahan masalah.

Bahwa hasil studi pembelajaran matematika di SMP cenderung abstrak dan dengan metode ceramah sehingga konsep-konsep akademik kurang bisa atau sulit dipahami. Sementara itu kebanyakan guru dalam mengajar masih kurang memperhatikan kemampuan berpikir siswa,atau dengan kata lain tidak melakukan pembelajaran bermakna,metode yang digunakan kurang bervariasi, dan sebagai akibatnya motivasi belajar siswa sulit ditumbuhkan dan pola pembelajaran cenderung menghafal dan mekanistis(Direktorat PLP, dalamWiddiharto,2004:1). Senada yang dikatakan Tahmir (2007:2) bahwa pembelajaran matematika SMP cenderung text book oriented dan kurang terkait dengan kehidupan sehari-hari siswa.

Menurut penuturan guru matematika MTs Negeri I Palembang yang berinisial Drs. AN mengatakanproses pembelajaran matematika di MTs Negeri I Palembang pada pokok materi sistem persamaan linear dua variabel masih berpusat pada guru dan text book oriented dikarnakan keterbatasan waktu guru untuk menyusun dan menyediakan perangkat pembelajaran yang disebabkan sertifikasi guru yang mewajibkan mengajar 24 jam.Sama dengan guru matematika MTs Negeri I Palembang yang berinisial Dra. SU mengatakan proses pembelajaran matematika pada materi pokok sistem persamaan linear dua variabel belum menggunakan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia karena terbatasnya waktu dalam menyediakan perangkat pembelajaran yang mengaitkan kedalam kehidupan sehari-hari siswa.

Mulai tahun ajaran 2006/2007 diberlakukan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yang merupakan penyempurnaan dari kurikulum 2004 (KBK).Pada KTSP ditekankan dalam setiap kesempatan pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (Contextual Problem).Salah satu pembelajaran yang sesuai dengan KTSP dalam pembelajaran matematika adalah Pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) yang diadaptasi dari Realistic Mathematics Education (RME), adalah suatu pembelajaran yang bertitik tolak dari hal- hal yang „real‟ bagi siswa.

Menurut Zulkardi (dalam Winata,2010:6) bahwa pembelajaran matematika akan lebih bermakna dan menarik bagi siswa jika guru menghadirkan masalah kontekstual dan realistik, yaitu masalah-masalah yang sudah dikenal dan dekat dengan kehidupan real bagi siswa.Pembelajaran matematika yang Menurut Zulkardi (dalam Winata,2010:6) bahwa pembelajaran matematika akan lebih bermakna dan menarik bagi siswa jika guru menghadirkan masalah kontekstual dan realistik, yaitu masalah-masalah yang sudah dikenal dan dekat dengan kehidupan real bagi siswa.Pembelajaran matematika yang

Senada juga yang dikatakan Shadiq(2010:2) pentingya masalah kontekstual ini didasari akan pentingya paradigma pembelajaran yang berpusat pada siswa. Salah satunya pembelajaran yang berpusat pada siswa adalah Pembelajaran Pendidikan Matematika RealistikIndonesia.Pembelajaran yang menggunakan permasalah kontekstual akan memudahkan siswa dalam memahami serta akan menjadikan pembelajaran matematika lebih menyenangkan, karena pembelajaran matematika dalam Pendidikan Matematika RealistikIndonesia dilaksanakan dengan menempat realiatas siswa dan pengalaman siswa sebagai titik awal pembelajaran, sehingga pembelajaran seperti ini akan meningkatkan hasil belajar siswa.

Salah satu bukti pernyataan diatas beberapa penelitian tentang Pendidikan Matematika Realistik Indonesia telah dilaksanakan.Beberapa penelitian tersebut adalah Evin Winata (2010) danFitriyani (2010).Penelitian yang dilakukan Evin Winata (2010) dengan judul Pengaruh Pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik Indonesia Terhadap Pemahaman Konsep Matematika Siswa pada Pokok Bahasan Kesebangunan di Kelas IX SMP Raudhataul Ulum Sakatiga maka disimpulkan ada pengaruh yang signifikan Pendidikan Matematika Realistik Indonesiaterhadap pemahaman konsep matematika siswa pada pokok bahasan kesebangunan di SMP Raudhatul Ulum Sakatiga. Sedangkan Penelitian Fitriyani (2010) terhadap siswa-siswi SD Muhammadiyah Talang Balai Baru Palembang menunjukkan memiliki efek potensial terhadap hasil belajar siswa.

Dari uraian diatas maka peneliti bermaksud mengadakan penelitian

dengan judul “Pengaruh Penerapan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia Terhadap Pemahaman Konsep Matematika Siswa pada Pokok MateriSistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) diMTsN I Palembang”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalahnya apakah ada pengaruhpenerapan pendekatanPendidikan Matematika Realistik Indonesia terhadappemahaman konsepmatematika siswa pada pokok materisistem persamaan lineardua variabel di kelas VIII MTsNegeri I Palembang.

C.Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh penerapanpendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesiaterhadap pemahaman konsep matematika siswa pada pokok materisistem persamaan lineardua variabel di MTs Negeri I Palembang.

D.Manfaat Penelitian

1. Siswa, sebagai salah satu metode atau cara untuk memahami konsep sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV) dengan lebih baik dan dapat meningkatkan hasil belajar matematika.

2. Guru, sebagai tambahan pengetahuan tentang pembelajaranpendidikan matematika realistik indonesia dan penerapanya dalam kelas sebagai upaya peningkatan pemahaman konsep matematika siswa khususnya pada pokok materi sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV).

3. Peneliti, dapat menambah wawasan baru bagi peneliti yang akan digunakan pada jenjang pendidikan selanjutnya serta pendewasaan diri bagi calon guru.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A.Pengertian Belajardan Hasil Belajar

Seorang peserta didik yang diberi kesempatan untuk belajar akan menumbuh-kembangkan potensi manusia sebagai pemimpin. Sebagaimana dalam firman-Nya.

Artinya :ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui " (Al- Baqarah : 30).

Dari penjelasan ayat diatas kita sebagai manusia yang menjadi khalifah dibumi ini agar membekali diri dengan ilmu pengetahuan sehingga manusia dapat menumbuhkembangkan wawasannya yang dapat bermanfaat bagi orang banyak melalui belajar tanpa mengenal usia.

Belajar merupakan suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan didalam diri seorang, mencakup perubahan tingkah laku, Belajar merupakan suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan didalam diri seorang, mencakup perubahan tingkah laku,

Untuk dapat menentukan tercapai atau tidaknya tujuan dari proses belajar perlu dilakukan kegiatan evaluasi.Evaluasi merupakan pengukuran dan penilaian yang bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan sesuatu program pendidikan, pengajaran, ataupun pelatihan yang telah dilaksanakan (Setyaningsih, 2009:4).Pengukuran dan penilaian merupakan menunjukkan adanya hasil belajar yang dicapai siswa. Hasil belajar merupakan proses belajar dan mengajar yang telah dievaluasi untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang telah diberikan.

Penilaian hasil belajar siswa pada penelitian ini dari soal tes pemahaman konsep melalui indikator pemahaman konsep yang telah divalidasi oleh para pakar selanjutnya dievaluasi untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar pada materi pokok sistem persamaan linear dua variabel.

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar

Menurut Dalyono(2005:55) berhasil tidaknya seorang dalam belajar disebabkan beberapa faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar yaitu berasal dari dalam diri orang yang belajar danada pula yang dari luar dirinya.

1. Faktor Internal ( yang Berasal dari dalam Diri)

a) Kesehatan

Kesehatan jasmani dan rohani sangat besar pengaruhnya terhadap kemampuan belajar.Bila seorang selalu tidak sehat, sakit kepala, demam, pilek, batuk dan sebagainya, dapat mengakibatkan tidak bergairahnya untuk belajar.

b) Inteligensi dan bakat

Bila seseorang mempunyai inteligensi dan bakat dalam bidang yang dipelajari, maka proses belajarnya akanlancar dan sukses bila dibandingkan dengan orang yang memiliki bakat saja tetapi inteligensi rendah. Demikian pula, jika dibandingkan dengan orang yang inteligensinya tinggi tetapi bakatnya tida ada dalam bidang tersebut, orang yang berbakat lagi pintar (inteligensi tinggi) biasanya sukses dalam karirnya.

c) Minat dan Motivasi

Sebagaimana halnya dengan inteligensi dan bakat maka minat dan motivasi adalah dua aspek psikis yang juga besar pengaruhnya terhadap pencapai prestasi belajar.

d) Cara Belajar

Cara belajar seseorang juga mempengaruhi pencapaian hasil belajarnya. Belajar tanpa memperhatikan teknik dan faktor fisiologis, psikologis, dan ilmu kesehatan akan mempengaruhi hasil belajar yang kurang memuaskan.

2. Faktor Eksternal (yang Berasal dari Luar Diri)

a) Keluarga

Keluarga adalah ayah,ibu, dan anak-anak serta familiyang menjadi penghuni rumah.Faktor orang tua sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan Keluarga adalah ayah,ibu, dan anak-anak serta familiyang menjadi penghuni rumah.Faktor orang tua sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan

b) Sekolah

Keadaan sekolah tempat belajar turut mempengaruhi tingkat keberhasilan belajar. Kualitas guru, metode mengajarnya, kesesuaian kurikulum dengan kemampuan anak, keadaan fasilitas sekolah, keadaan ruangan, jumlah murid perkelas, pelaksanaan tata tertib sekolahan dan sebagainya, semua itu mempengaruhi keberhasilan belajar anak.

c) Masyarakat

Keadaan masyarakat juga menentukan prestasi belajar.Bila disekitar tempat tinggal keadaan masyarakatnya terdiri orang yang berpendidikan, terutama anak-anak yang berpendidikan tinggi dan moralnya, hal ini mendorong anak untuk giat belajar.

d) Lingkungan Sekitar

Keadaan lingkungan tempat tinggal, juga sangat penting dalam mempengaruhi hasil belajar.Keadaan lingkungan, bangunan rumah, suasanan sekitar, keadaan lalu lintas, iklim dan sebagainya. Misalnya keadaan rumah penduduk yang rapat,akan menggangu hasil belajar.

C.Pembelajaran Matematika

Wardhani (2008:2) pada standar isi (SI) mata pelajaran matematika untuk semua jenjang pendidikan dasar dan menengah dinyatakan bahwa tujuan mata pelajaran matematika disekolah adalah agar siswa mampu:

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antara konsep dan mengaplikasikan konsep, secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masalah.

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh

4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Jadi pembelajaran matematika adalah proses belajar yang dilakukan manusiauntuk memecahkan masalah dengan menggunakan penalaran pada pola dan sifat yang dikomunikasikan dengan gagasan simbol, tabel,diagram, atau media lainnya.

D. Hasil Belajar Matematika

Hasil belajar adalah perubahan pada diri seorang akibat belajar. Perubahan yang terjadi setelah melakukan proses belajar dapat berupah pengetahuan, sikap dan keterampilan. Hasil belajar mempunyai sifat :

1. Mencerminkan keluasan, kedalaman, dan kompleksitas kompetensi

2. Dinyatakan dengan kata kerja yang dapat diukur dengan berbagai teknik penilaian (dalamWinata, 2010:20) Setiap hasil belajar memiliki seperangkat indikator. Perumusan indikator adalah untuk menjawab pertanyaan,”bagaimana kitabisa mengetahui hasil belajar siswa yang kita harapkan?” indikator merupakan pernyataaan ketercapaian hasil belajar siswa, misalnya bila indikator menyatakan bahwa siswa mampu menjelaskan konsep atau gagasan tertentu, maka ini dapat ditunjukkan dengan kegiatan menulis, presentasi, atau melalui kinerja siswa ketika melakukan tugas (Winata,2010:20).

Pada tahap evaluasi pembelajaran terdapat ranah kognitf yang merupakan ranah yang mencakup kegiatan mental (otak).Menurut Bloom (setyaningsih, 2009:13)segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Pada ranah kognitif itu terdapat enam jenjang proses berpikir mulai dari yang terendah sampai dengan jenjang paling tinggi, namun pada penelitian ini hanya 4 jenjang saja yang diukur. Adapun jenjang yang dimaksud adalah :

1. Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge) Adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali (recall) atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, gejala, rumus-rumus dan sebagainya, tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunakannya. Pengetahuan atau ingatan ini adalah proses berpikir yang paling rendah.

Contohnya pada soal tes pemahaman konsep pada materi sistem persamaan linear dua variabel, siswa diminta untuk menentukan mana persamaan linear dua variabel dan bukan persamaan linear dua variabel dan siswa diminta Contohnya pada soal tes pemahaman konsep pada materi sistem persamaan linear dua variabel, siswa diminta untuk menentukan mana persamaan linear dua variabel dan bukan persamaan linear dua variabel dan siswa diminta

2. Pemahaman (comprehension) Adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Seorang peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberikan uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Pemahaman merupakan jenjang kemampuan berpikir yang setingkat lebih tinggi dari ingatan atau hafalan. Contohnya pada soal tes pemahaman konsep pada materi sistem persamaan linear dua variabel,siswa diminta untuk menyebutkan koefisien,variabel dan konstanta.

3. Penerapan atau aplikasi Adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip,rumus-rumus, terori-teori dan sebagainya, dalam situasi yang baru dan kongkret. Aplikasi atau penerapan merupakan proses berpikir setingkat lebih tinggi ketimbang pemahaman.

Contohnya pada soal tes pemahaman konsep pada materi sistem persamaan linear dua variabel,siswa diminta untuk menyatakan penyelesaian dari sistem persamaan linear dua variabel dan persamaan linear variabel, memberikan kesimpulan dari jawaban mereka.Kemudian siswa menjelaskan perbedaan antara sistem persamaan linear dua variabel dengan persamaan linear dua variabel.

4. Analisis Adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan diantara bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor lainnya. Jenjang analisis adalah setingkat lebih tinggi ketimbang jenjang aplikasi.

Contohnya pada soal tes pemahaman konsep pada materi sistem persamaan linear dua variabel.Siswa diminta untuk menyelesaikan suatu permasalah dengan mencari nilai a dan b dengan menggunakan metode grafik, metode substitusi, dan metode eliminasi.Dan siswa diminta untuk membuat model matematika serta menyelesaikan model matematika tersebut dan pengaplikasian model matematika tersebut pada kegiatan sehari-hari.

Penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika adalah kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan yang disusun sesuai dengan indikator pada kompetensi dasar pada materi pelajaran matematika yang ditunjukkan dengan aktivitas menulis, presentasi atau melakukan tugas.Begitupun pula untuk menilai hasil pemahaman konsep siswa melalui indikator pemahaman konsep yang telah dibuat dengan soal tes yang ditunjukkan dengan aktivitas menulis, presentasi atau melakukan tugas.

E.Pemahaman Konsep Dalam Pembelajaran Matematika

Menurut Wardhani (2008:10) konsep adalah ide (abstrak) yang dapat digunakan atau memungkinkan seseorang untuk mengelompokkan/ menggolongkan sesuatu objek.Sedangkan menurut Lerner (dalam Ayu, 2010:7 ) konsep menunjukkan pada pemahaman dasar. Siswa mengembangkan suatu Menurut Wardhani (2008:10) konsep adalah ide (abstrak) yang dapat digunakan atau memungkinkan seseorang untuk mengelompokkan/ menggolongkan sesuatu objek.Sedangkan menurut Lerner (dalam Ayu, 2010:7 ) konsep menunjukkan pada pemahaman dasar. Siswa mengembangkan suatu

Dirjen Dikdasmen Depdiknas Nomor 506/C/Kep/PP2004 tanggal 11 November2004 dan diperbarui dengan nomor 576/C/TU/2006 (Wardhani, 2008:9) tentang buku laporan hasil belajar(rapor) diuraikan bahwa indikator siswa memahami konsep adalah mampu:

1. Menyatakan Ulang Sebuah Konsep

Kemampuan siswa untuk mengungkapkan kembali apa yang telah dikomunikasikan kepadanya.Pada saat tes dilaksanakan siswa diberikan soal tes pemahaman konsep yang berisikan indikator dari materi pokok sistem persamaan linear dua variabel yaitu menyelesaikan sistem persamaan linear dua variabel dengan metode substitusi, elminasi dan grafik. Dari lembaran jawaban siswa akan dilihat apakah siswa dapat mengungkapkan kembali apa yang telah dikomunikasikan padanya melalui jawaban soal tes pemahaman konsep tersebut.

2. Mengklasifikasi Objek Menurut Sifat-sifat Tertentu Sesuai dengan Konsepnya

Kemampuan siswa mengelompokkan suatu objek menurut jenisnya berdasarkan sifat-sifatnya yang terdapat pada materi pelajaran. Pada soal tes pemahaman konsep pada soal tes materi pokok sistem persamaan linear dua variabel pada indikator menentukan variabel,koefisien dan konstantasiswa dituntut untuk mengklasifikasi mana objek variabel, koefisien dan konstanta.

3. Memberi Tahu Contoh dan Bukan Contoh

Kemampuan siswa dapat membedakan mana yang contoh dan bukan contoh pada materi pelajaran.Pada soal tes pemahaman konsep pada indikator pada materi pokok sistem persamaan linear dua variabel yaitu mengindentifikasi sistem persamaan linear dua variabel dan bukan sistem persamaan linear dua variabel, siswa akan memberi tahu mana contoh sistem persamaan linear dua variabel dan bukan sistem persamaan linear dua variabel.

4. Menyajikan dalam Bentuk Representasi Matematis

Kemampuan siswa memaparkan konsep materi secara berurutan yang bersifat matematis.Pada soal tes pemahaman konsep indikator materi pokok sistem persamaan linear dua variabel yaitu menyelesaikan model matematika dari permasalahan sehari-hari yang berkaitan dengan sistem persamaan linear, siswa akanmemamaparkan konsep dari membuat model matematika terlebih dahulu baru akan memilih prosesur mana yang akan menyelesaikan model matematika tersebut ke dalam permasalahan sehari-hari.

5. Mengembangkan Syarat Perlu atau Syarat Cukup dari Suatu Konsep

Kemampuan siswa mengkaji darimana syarat perlu dan mana syarat cukup yang terkait dengan suatu konsep materi pelajaran.Pada soal tes pemahaman konsep pada indikator sistem persamaan linear dua variabel yaitu membuat model matematika dari permasalahan sehari-hari yang berkaitan dengan sistem persamaan linear dua variabel, siswa akan menentukan apa saja syarat perlu yang akan dilakukan untuk menjawab soal ters tersebut.

6. Menggunakan Manfaat dan Memilih Prosedur Tertentu atau Operasi tertentu.

Kemampuan siswa menyelesaikan dengan tepat sesuai dengan prosedur.Pada soal tes pemahaman konsep pada indikator sistem persamaan linear dua variabel yaitu menyelesaikan model matematika dari permasalahan sehari- hari yang berkaitan dengan sistem persamaan linear dua variabel, siswa akan memilih prosedur dengan metode apa misalnya eliminasi, atau substitusi dan grafik sehingga siswa dapat menjawab secara tepat.

7. Mengaplikasikan Konsep ke Pemecahan Masalah

Kemampuan mengaplikasikan konsep SPLDV ke pemecahan masalah dalam yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.

F.Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)

Sejak tahun 1971, the FreudenthalInstitutememperkenalkan suatu model baru dalam pembelajaran matematika yang akhirnya dikenal dengan nama RME (Realistic Mathematics Education) yang dikenal di Indonesia dengan Pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI). Pembelajaran matematika realistik awalnya dikembangkan dinegara belanda. Menurut Freundenthal, matematika harus dikaitkan dengan realita dan matematika merupakan aktivitas manusia. Berarti matematika harus dekat dengan anak dan relevan dengan situasi sehari-hari.Selain itu siswa harus diberikan kesempatan untuk menemukan kembali ide dan konsep matematika.

Sejarah PMRI di Indonesia dimulai dari usaha mereformasi pendidikan matematika yang dilakukan oleh Tim PMRI yang dimotori oleh Prof. RK Sembiring, dkk., dilaksanakan secara resmi mulai tahun 1998, pada saat tim Sejarah PMRI di Indonesia dimulai dari usaha mereformasi pendidikan matematika yang dilakukan oleh Tim PMRI yang dimotori oleh Prof. RK Sembiring, dkk., dilaksanakan secara resmi mulai tahun 1998, pada saat tim

Selanjutnya ujicoba awal PMRI sudah dimulai sejak akhir 2001 di delapan sekolah dasar dan empat madrasah ibtidaiyah. Kemudian, PMRI mulai diterapkan secara serentak mulai kelas satu di Surabaya, Bandung dan Yogyakarta. Setelah berjalan delapan tahun, pada tahun 2009 terdapat 18 LPTK yang terlibat, yaitu 4 LPTK pertama ditambah UNJ (Jakarta), FKIP Unlam Banjarmasin, FKIP Unsri Palembang, FKIP Unsyiah (Banda Aceh), UNP (Padang), Unimed (Medan), UM (Malang), dan UNNES (Semarang), UM (Universitas Negeri Malang), dan Undiksa Singaraja, Bali, UNM Makassar, UIN Jakarta,Patimura Ambon, Unri Pekan Baru, dan Unima Manado. Selain itu juga ada Unismuh, Universitas Muhamadiyah Purwokerto dan STKIP PGRI Jombang.

Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) merupakan suatu pendekatan pembelajaran matematika yang mengungkapkan pengalaman dan kejadian yang dekat dengan siswa sebagai sarana untuk memahamkan persoalan matematika (Shadiq,2010:7).

1.Prinsip-prinsip PMRI

Menurut van den Heuvel-Pahnuize (dalam Shadiq, 2010:10) bahwa prinsip Pendidikan Matematika Realistik Indonesia yang dikembangkan dari RME adalah sebagai berikut:

a) Aktivitas

Matematika adalah aktivitas manusia.Pembelajaran harus aktif baik secara mental maupun fisik dalam pembelajaran matematika.

b) Realitas

Pembelajaran seyogyanya dimulai dengan masalah-masalah yang realistik atau dapat dibayangkan oleh siswa.

c) Berjenjang

Dalam belajar matematika siswa melewati berbagai jenjang pemahaman, yaitu dari mampu menemukan solusi masalah kontekstual atau realistik secara informal, melalui skematisisasi memperoleh pengetahuan tentang hal-hal yang mendasar sampai mampu menemukan solusi suatu masalah matematis secara formal.

d) Jalinan

Berbagai aspek atau topik dalam matematika jangan dipandang dan dipelajari sebagai bagian-bagian yang terpisah,tetapi terjalin satu sama lain sehingga siswa dapat melihat hubungan antara materi-materi itu secara lebih baik.

e) Interaksi

Matematika dipandang sebagai aktivitas sosial. Siswa perlu dan harus diberikan kesempatan menyampaikan strategi dalam menyelesaikan suatu masalah kepada yang lain untuk ditanggapi, dan menyimak apa yang ditemukan orang lain dan strategi menemukan itu serta menanggapinya.

f) Bimbingan

yaitu siswa perlu diberi kesempatan untuk menemukan (reinvention) pengetahuan matematika secara terbimbing.

2.KarakteristikPMRI

Karateristik PMRI merupakan karakteristik yang berasal dari RME.Dalam pelaksanaanya disesuaikan dengan lingkungan dan budaya Karateristik PMRI merupakan karakteristik yang berasal dari RME.Dalam pelaksanaanya disesuaikan dengan lingkungan dan budaya

a) Penggunaan Konteks dalam Ekspolarasi Fenomenologis

Titik awal pembelajaran sebaiknya nyata,sesuai dengan pengalaman siswa. Sehingga nantinya siswa dapat melibatkan dirinya dalam kegiatan belajar tersebut dan dunia dapat menjadi alat bantu untuk pembentukkan konsep.

b) Penggunaan Model untuk Mengonstruksi Konsep

Dikarenakan dimulai dengan suatu hal yang nyata dan dekat dengan siswa, maka siswa dapat mengembangkan sendiri model matematika.Dengan konstruksi model-model yang mereka kembangkan dapat menambah pemahamann mereka terhadap matematika.

c) Penggunaan Kreasi dan Kontribusi Siswa

Pembelajaran dilaksanakan dengan melibatkan siswa dalam berbagai aktivitas yang diharapkan memberikan kesempatan,atau membantu siswa, untuk menciptakan dan menjelaskan model simbolik dari kegiatan matematis informalnya.

d) Sifat Aktif dan Interaktif dalam Proses Pembelajaran

Dalam pelaksanaan ketiga prinsip tersebut,siswa harus terlibat secara interaktif, menjelaskan, dan memberikan alasan pekerjaanya memecahkan masalah kontekstual (solusi yang diperoleh), memahami pekerjaan (solusi) temannya,menjelaskan dalam diskusi kelas sikapnya setuju atau tidak setuju dengan solusi temannya,menanyakan alternatif pemecahan masalah, dan merefleksikan solusi-solusi itu. Interaksi antara siswa, antara siswa-guru serta Dalam pelaksanaan ketiga prinsip tersebut,siswa harus terlibat secara interaktif, menjelaskan, dan memberikan alasan pekerjaanya memecahkan masalah kontekstual (solusi yang diperoleh), memahami pekerjaan (solusi) temannya,menjelaskan dalam diskusi kelas sikapnya setuju atau tidak setuju dengan solusi temannya,menanyakan alternatif pemecahan masalah, dan merefleksikan solusi-solusi itu. Interaksi antara siswa, antara siswa-guru serta

e) Kesalingterkaitan (Intertwinement) antara Aspek-aspek atau Unit- unit Matematika

Struktur dan konsep-konsep matematis yang muncul dari pemecahan masalah realistik itu mengarah keintertwinement (pengaitan) antara bagian-bagian materi.Integrasi antara unit atau bagian matematika yang menggabungkan aplikasi menyatakan bahwa keseluruhan yang saling berkaitan dan dapat dipergunakan untuk memecahkan masalah di kehidupan nyata.

3. Langkah- Langkah Pembelajaran PMRI

Menurut Zulkardi (dalam Ningsih, 2005:11) langkah-langkah pembelajaran matematika menggunakan PMRIyaitu:

a) Bagaimana Menggunakan Materi PMRI

Persiapan yang baikbagi seorang guru adalah menyiapkan materi pelajaran dengan mengerjakan semua soal secara berurutan seperti seorang siswa. Ini dikatakan dengan konsep “guru sebagai siswa” (teacher is learner).

Catat semua solusi yang digunakan.Setelah itu, baca petunjuk guru yang biasanya berisi contoh solusi dan petunjuk.Dengan membandingkan solusi yang ada pada petunjuk guru. Guru akan mendapatkan pemahaman yang tinggi akan materi tersebut dan akan apa yang dialami siswa di dalam kelas. Dan mungkin juga guru akan menemukan strategi yang berbeda dan akan menambah pengetahuan sebagai guru.

b) Bagaimana Memulai Pelajaran PMRI (1)Memulai Pelajaran

Guru diharapkan tampak siap dan tenang sebelum memulai pelajaran. Kemudian guru terlebih dahulu memperkenalkan siswa tentang PMRI, guru memberikan apersepsi sebelum memulai pelajaran dan guru menyediakan buku siswa.

(2)Aktivitas pada saat pelajaran berlangsung

Guru membimbing siswa saat menemukan kembali konsep matematika pada pelajaran dengan model, seperti gambar, diagram, sebagai jembatan antara jawaban informal dan formal matematika. Setelah siswa berdiskusi dengan teman sebangku atau dalam kelompok kecil siswa diajak untuk menyajikan jawaban mereka didepan kelas mewakili kelompok masing masing.

Dengan adanya siswa menyajikan solusi yang beragam maka mereka akan mengkomunikasikan argumentasi mereka terhadap kelompok lain. Beberapa siswa akan mengkomunikasikan alasan atau bukti jawaban mereka.

(3)Akhir pelajaran

Setelah didapatkan satu solusi yang terbaik dari diskusi kelas beberapa orang siswa menarik kesimpulan dari pelajaran saat itu.Di akhir unit siswa mengerjakan assessment yang berisikan soal soal yang telah disajikan dalam bentuk formal matematika.

4. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran PMRI

Mengungkap berbagai kekurangan sama artinya mengemukakan berbagai kelemahan yang muncul di depan mata kita, sebagai suatu kenyataan apa adanya, hal ini bukan berarti bahwa pelajaran matematika yang telah berjalan pada kurun Mengungkap berbagai kekurangan sama artinya mengemukakan berbagai kelemahan yang muncul di depan mata kita, sebagai suatu kenyataan apa adanya, hal ini bukan berarti bahwa pelajaran matematika yang telah berjalan pada kurun

Tabel 2.1

Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran PMRI

Keunggulan Kelemahan

1. Karena siswa membangun sendiri 1. Karena sudah terbiasa diberi pengetahuanya maka siswa tidak

informasi terlebih dahulu maka siswa muda lupa dengan pengetahuanya.

kesulitan dalam menemukan sendiri 2. Suasana dalam proses pembelajaran

jawabanya.

menyenangkan karena realitas 2. Membutuhkan waktu yang lama kehidupan, sehingga siswa tidak

terutama bagi siswa yang lemah. cepat bosan untuk belajar

3. Siswa yang pandai kadan-kadang matematika.

tidak sabar untuk menanti temanya 3. Siswa merasa dihargai dan semakin

yang belum selesai. terbuka karena setiap jawaban siswa

4. Membutuhkan alat peraga yang sesuai ada nilainya.

dengan situasi pembelajaran saat itu. 4. Memupuk kerjasama dalam

5. Belum ada pedoman penilaian, kelompok.

sehingga guru merasa kesulitan dalam 5. Melatih keberanian siswa karena

evaluasi/memberi nilai. harus menjelaskan jawabannya. 6. Melatih siswa untuk terbiasa berpikir dan mengemukakan pendapat. 7. Pendidikan budi pekerti, misalnya : saling kerja sama dan menghormati teman yang sedang berbicara .

5. Syarat Materi Dalam Pengembangan PMRI

Menurut Zulkardi (dalam Khameni, 2009:10) bahwa untuk mengembangkan suatu model pembelajaran matematika yang mengacu pada pendekatan PMRI, idealnya mempersentasikan kelima karakteristik PMRI baik pada tujuan,materi,metode maupun evaluasi.

a) Tujuan (1)Tujuan Tingkat Rendah

Perhitungan sederhana dan definisi yang mengharapkan siswa melakukan perhitungan yang sangat mudah.

(2)Tujuan Tingkat Menengah

Koneksi dari integrasi untuk problem solving.

(3)Tujuan Tingkat Tinggi

Generalisasi yang membuat siswa harus menganalisis untuk mengindentifikasi, model matematika dalam suatu situasi. Adapun tujuan siswa yang ingin dicapai pada pembelajaran matematika materi sistem persamaan linear dua variabel dengan menggunakan PMRI adalah: (1)siswa dapat membedakan antara persamaan linear dua variabel dengan sistem persamaan linear dua variabel. (2)siswa dapat menggunakan metode subtitusi,metode eliminasi dan metode grafik dalam penyelesaian sistem persamaan linear dua variabel.

(3)siswa dapat memecahkan masalah sehari-hari yang berkaitan dengan sistem persamaanlineardua variabel.

b) Materi

Desain suatu materi yang disituasikan dengan realitas, berangkat dari konteks yang berarti, yang membutuhkan keterkaitan materi pelajaran terhadap unit atau topik pembelajaran lainnya. Kebanyakan soal-soal dapat diselesaikan dan dijelaskan lebih dari satu cara, tujuanya adalah untuk mendiskusikan perbedaan strategis dan kemudian menentukan yang terbaik. Dan dalam materi Desain suatu materi yang disituasikan dengan realitas, berangkat dari konteks yang berarti, yang membutuhkan keterkaitan materi pelajaran terhadap unit atau topik pembelajaran lainnya. Kebanyakan soal-soal dapat diselesaikan dan dijelaskan lebih dari satu cara, tujuanya adalah untuk mendiskusikan perbedaan strategis dan kemudian menentukan yang terbaik. Dan dalam materi

Pembuatan lembar kerja siswa (LKS) dengan menggunakan pendekatan PMRI yang dibuat peneliti yang disajikan dengan model gambar yang menampilkan permasalahan sehari-hari. Sehingga siswa dapat muda menyerap dan dapat menemukan sendiri konsep berdasarkan masalah realistik.

c) Metode

Siswa diberikan kesempatan melakukan aktivitas untuk berpikir sesuai dengan kemampuanya kemudian mendiskusikan jawabanya yang paling efektif dan efisien dengan teman sekelompoknya, tujuanya untuk mengatur aktivitas siswa sehingga mereka dapat berinteraksi sesamanya, diskusi, negoisasi dan berkolaborasi. Pada situasi ini siswa mempunyai kesempatan untuk menjelaskan pemikirannya dan mengerti pemikiran orang lain melalui bekerja,berpikir dan berkomunikasi tentang matematika. Dalam hal ini guru hanya sebagai fasilitator atau pembimbing.

d) Evaluasi

Untuk materi evaluasi formatif (penilaian proses) harus dibuat pertanyaan yang memancing siswa menjawab secara bebas dan menggunakan beragam strategi atau beragam jawaban. Sedangkan untuk melihat evaluasi sumatif (penilaian hasil) maka dibuat soal-soal tes yang bertujuan untuk melihat sejauh mana pemahaman dan penguasaan pada materi tersebut serta untuk melihat tingkat keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran.

Dari penjelasan tersebut, PMRI dapat digunakan pada materi yang bisa yang disituasikan dengan realitas, berangkat dari konteks yang berarti, yang Dari penjelasan tersebut, PMRI dapat digunakan pada materi yang bisa yang disituasikan dengan realitas, berangkat dari konteks yang berarti, yang

G.Pembelajaran Matematika Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)

Menurut Hendri (dalam Winata,2010:9) standar kompetensi matematika merupakan seperangkat kompetensi matematika yang dibakukan dan ditunjukkan oleh siswa pada hasil belajarnya dalam mata pelajaran matematika, standar ini dirinci dalam kompetensi dasar beserta hasil belajarnya, indikator,dan materi pokok,untuk setiap aspeknya.

Standar kompetensi untuk materi persamaan linear dua variabel adalah memahami sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV) dan menggunakannya dalam pemecahan masalah.Kompetensi dasarnya yaitu:

1. Menyelesaikan sistem persamaan linear dua variabel.

2. Membuat model matematika dari masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linear dua variabel.

3. Menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linear dua variabel beserta penafsirannya. Adapun indikator materi sistem persamaan linear dua variabel yaitu :

1. Mengindentifikasi persamaan linear dua variabel dan bukan persamaan linear dua variabel.

2. Menentukan variabel, koefisien dan konstanta pada persamaan linear dua variabel.

3. Mengindentifikasi sistem persamaan linear dua variabel dan bukan sistem persamaan linear dua variabel.

4. Membedakan sistem persamaan linear dua variabel dan bukan sistem persamaan linear dua variabel

5. Menyelesaikan sistem persamaan linear dua variabel dengan metode grafik, subtitusi dan eliminasi.

6. Membuat model matematika dari permasalahan sehari-hari yang berkaitan dengan sistem persamaan linear dua variabel.

7. Menyelesaikan model matematika dari permasalahan sehari-hari yang berkaitan dengan sistem persamaan linear dua variabel.

1.Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)

Sistem Persamaan Linear Dua Variabel adalah dua persamaan linear yang mempunyai hubungan antara keduanya dan mempunyai satu penyelesaian. Bentuk Umum SPLDV : ax + by = c

px + qy = r

Dengan x,y disebut variabel.a,b,p,q disebut koefisien. c,r disebut konstanta.Menurut Sumarna (2007:104) penyelesaian sistem persamaan lineardua variabel dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu:

a)Metode Substitusi

Suatu metode menyelesaikan sistem persamaan linear dua variabel menggantikan satu variabel dengan variabel dari persamaan yang lain.

b)Metode Eliminasi