PENGARUH TIME PRESSURE RISIKO AUDIT MATE

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Auditing adalah proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai pertanyaan-pertanyaan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan (Mulyadi, 2002 : 9).

A Statement Of Basic Auditing Concepts (ASOBAC) mendefinisikan audit sebagai suatu proses sistematik untuk menghimpun dan mengevalusai bukti-bukti secara obyektif mengenai asersi-asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi untuk menetukan tingkat kesesuaian asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditentukan dan menyampaikan hasilnya kepada para pemakai yang berkepentingan. Dari definisi tersebut dapat diuraikan menjadi 7 elemen yang harus diperhatikan dalam melaksanakan audit yaitu proses yang sistematik, menghimpun dan mengevaluasi bukti secara obyektif, asersi-asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi, menentukan tingkat kesesuaian, kriteria yang ditentukan, menyampaikan hasilnya, dan para pemakai yang berkepentingan (Halim, 1987 : 1).

Dari definisi-definisi yang telah dikemukakan diatas, dapat di simpulkan bahwa setidaknya ada tiga elemen fundamental dalam auditing, yaitu seorang auditor harus independen, auditor bekerja mengumpulkan bukti untuk mendukung pendapatnya, hasil pekerjaan auditor adalah laporan (Halim, 1987 : 3).

2 Ditinjau dari sudut profesi akuntan publik, auditing adalah pemeriksaan

(examination) secara obyektif atas laporan keuangan suatu perusahaan atau organisasi lain dengan tujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan tersebut menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha perushaan atau organisasi tersebut (Mulyadi, 2002 : 11).

Jasa audit akuntan publik dibutuhkan oleh pihak luar perusahaan, hal ini disebabkan karena pihak luar perusahaan memerlukan jasa audit akuntan publik untuk menentukan keandalan pertanggung jawaban keuangan yang disajikan oleh manajemen dalam laporan keuangan. Profesi ini merupakan profesi kepercayaan masyarakat, dari profesi akuntan publik inilah masyarakat mengharapkan penilaian bebas tidak memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam laporan keuangan (Mulyadi, 2002 : 4).

Jasa yang dihasilkan oleh profesi akuntan publik digolongkan ke dalam dua kelompok yaitu jasa assurance dan jasa nonassurance. Jasa assurance adalah jasa independen yang meningkatkan mutu informasi bagi pengambil keputusan, pengambil keputusan memerlukan informasi yang andal dan relevan sebagai basis untuk pengambilan keputusan. Jasa nonassurance adalah jasa yang dihasilkan oleh akuntan publik yang didalamnya tidak memberikan suatu pendapat, keyakinan negatif, ringkasan temuan, atau bentuk lain keyakinan (Mulyadi, 2002: 5).

Salah satu tipe jasa assurance yang disediakan oleh profesi akuntan publik adalah jasa atestasi, yaitu suatu pernyataan pendapat atau pertimbangan orang yang independen dan kompeten tentang apakah asersi suatu entitas sesuai dalam semua hal yang material, dengan kriteria yang di tetapkan. Salah satu jasa atestasi profesi akuntan publik adalah audit. Audit yaitu jasa audit yang mencakup pemerolehan dan penilaian bukti yang mendasari laporan keuangan historis suatu entitas yang berisi asersi yang di buat oleh manajemen entitas tersebut (Mulyadi, 2002:5).

3 Bukti audit diperoleh auditor melalui penerapan prosedur auditing,

pemilihan prosedur dilakukan saat tahap perencanaan audit. Pemilihan prosedur auditing mempertimbangkan efektivitas potensial prosedur dalam memenuhi tujuan spesifikasi audit, dan biaya untuk melaksanakan prosedur audit tersebut. Prosedur auditing yang dapat digunakan untuk memperoleh informasi penguat meliputi, inspeksi, observasi, konfirmasi, wawancara atau pengajuan pertanyaan, pengusutan, penelusuran, penghitungan kembali, perhitungan, pelaksanaan analisis (Halim, 1987 : 151).

Pendapat dari (Suryanita, 2007) Proses Audit merupakan bagian dari assurance service, pengauditan ini melibatkan usaha peningkatan kualitas informasi bagi pengambil keputusan serta independensi dan kompetensi dari pihak yang melakukan audit, sehingga kesalahan yang terjadi dalam proses pengauditan akan berakibat berkurangnya kualitas informasi yang diterima oleh pengambilan keputusan. Berkurangnya kualitas informasi yang dihasilkan dari proses audit dapat terjadi karena beberapa tindakan, seperti mengurangi jumlah sampel dalam audit, melakukan review dangkal terhadap dokumen klien, tidak memperluas pemerikasaan ketika terdapat pos yang dipertanyakan, memberi opini ketika prosedur audit belum dilaksanakan secara lengkap (Halim, 1987 : 151).

Meskipun dalam teori dinyatakan secara jelas bahwa audit yang baik adalah yang mampu meningkatkan kualitas informasi beserta konteksnya namun kenyataan di lapangan berbicara lain. Fenomena perilaku pengurangan kualitas audit (Reduced Audit Quality / RAQ behaviors) semakin banyak terjadi. Hal ini menimbulkan perhatian yang lebih terhadap cara auditor dalam melakukan audit. Pengurangan kualitas dalam audit diartikan sebagai “pengurangan mutu dalam pelaksanaan audit yang dilakukan secara sengaja oleh auditor” Reduced Audit Quality behaviors / perilaku pengurangan kualitas audit sebagai tindakan yang

4 dilakukan oleh auditor selama melakukan pekerjaan dimana tindakan ini dapat

mengurangi ketepatan dan keefektifan pengumpulan bukti audit. Perilaku ini munculkarena adanya dilema antara inherent cost (biaya yang melekat pada proses audit) dan kualitas, yangdihadapi oleh auditor dalam lingkungan auditnya. Di satu sisi, auditor harus memenuhi standar profesional yang mendorong mereka untuk mencapai kualitas audit pada level tinggi namun di sisi lain, auditor menghadapi hambatan cost / biaya yang membuat mereka memiliki kecenderungan untuk menurunkan kualitas auditSalah satu bentuk perilaku pengurangan kualitas audit (RAQ behaviors) adalah penghentian prematur atas prosedur audit, tindakan ini berkaitan dengan penghentian terhadap prosedur audit yang disyaratkan, tidak melakukan pekerjaan secara lengkap dan mengabaikan prosedur audit tetapi auditor berani mengungkapkan opini atas laporan keuangan yang diauditnya.

Menurut (Heriningsih, 2002) Adanya praktik penghentian prematur atas prosedur audit, tentu saja sangat berpengaruh secara langsung terhadap kualitas laporan audit yang dihasilkan auditor, sebab apabila salah satu langkah dalam prosedur audit dihilangkan, maka kemungkinan auditor membuat judgment yang salah akan semakin tinggi.Kesalahan pembuatan opini atau judgment yang disebabkan karena auditor tidak melakukan prosedur audit yang mencukupi dapat menyebabkan auditor dituntut secara hukum.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah faktor apakah yang dapat mempengaruhi penghentian prematur atas prosedur audit. Terdapat empat faktor yang dikaji dalam penelitian ini yaitu time pressure, materialitas, risiko audit, prosedur review dan kontrol kualitas.

Dari hasil penelitian (Kumalasari, 2013:38) bahwa time pressure berpengaruh positif signifikan terhadap penghentian prematur atas prosedur audit, risiko audit berpengaruh negatif signifikan terhadap penghentian prematur atas

5 prosedur audit, materialitas berpengaruh positif signifikan terhadap penghentian

prematur atas prosedur audit, prosedur review dan kontrol tidak berpengaruh terhadap penghentian prematur atas prosedur audit.

Terdapat dua variabel yang memiliki pengaruh secara parsial terhadap praktik penghentian prematur atas prosedur audit yaitu variabel risiko audit dan prosedur review, sedangkan variabel lainnya tidak mempunyai pengaruh secara parsial terhadap praktik penghentian prematur atas prosedur audit(Qurrahman, 2012: 31).

Menurut (Wibowo, 2011:138) dari lima variable bebas yang digunakan dalam memprediksi terjadinya praktik penghentian prematur atas prosedur audit hanya variable materialitas yang memiliki pengaruh, sedangkam time pressure, risiko audit, prosedur review dan control kualitas, komitmen professional tidak mempunyai pengaruh terhadap penghentian prematur atas prosedur audit.

Dari hasil penelitian (Indarto, 2011:208) variable time pressure, risiko audit berpengaruh positif dan signifikan terhadap penghetian prematur atas prosedur audit. Sebaliknya variabel review procedur dan quality control, komitmen organisasi, komitmen professional, dan kesadaran etis berpengaruh negatif secara signifikan terhadap penghentian prematur atas prosedur audit. Sedangkan pengalaman audit meski berpengaruh negatif terhadap penghentian prematur atas prosedur audit tapi secara statistik tidak signifikan.

Dari beberapa hasil penelitian di atas menunjukan hasil yang berbeda-beda. Makadari itu ingin diketehui lebih lanjut dengan mengadakan penelitian yang berjudul “ PENGARUH TIME PRESSURE, RISIKO AUDIT, MATERIALITAS, PROSEDUR REVIEW DAN KONTROL KUALITAS TERHADAP PENGHENTIAN PREMATUR ATAS PROSEDUR AUDIT (Studi Kasus di Kantor Akuntan Publik Kota Semarang Tahun 2014) ” .

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah, maka permasalahan dapat dirumuskan bentuk pertanyaan sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh time pressure terhadap terjadinya penghentian prematur atas prosedur audit di Kantor Akuntan Publik Semarang Tahun 2014?

2. Bagaimana pengaruh risiko audit terhadap terjadinya penghentian prematur atas prosedur audit di Kantor Akuntan Publik Semarang Tahun 2014?

3. Bagaimana pengaruh materialitas terhadap terjadinya penghentian prematur atas prosedur audit di Kantor Akuntan Publik Semarang Tahun 2014?

4. Bagaimana pengaruh prosedur review dan kontrol terhadap terjadinya penghentian prematur atas prosedur audit di Kantor Akuntan Publik Semarang Tahun 2014?

5. Bagaimana pengaruh time pressure, risiko audit, materialitas, prosedur review dan kontrol terhadap terjadinya penghentian prematur atas prosedur audit di Kantor Akuntan Publik Semarang Tahun 2014?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruhtime pressure, risiko audit, materialitas, prosedur review dan kontrol terhadap penghentian prematur atas prosedur audit pada auditor di Kantor Akuntan Publik Semarang.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengaruh time pressure terhadap penghentian prematur atas prosedur audit di Kantor Akuntan Publik Semarang Tahun 2014.

2. Untuk mengetahui pengaruh risiko audit terhadap penghentian prematur atas prosedur auditdi Kantor Akuntan Publik Semarang Tahun 2014.

3. Untuk mengetahui pengaruh materialitas terhadap penghentian prematur atas prosedur auditdi Kantor Akuntan Publik Semarang Tahun 2014.

4. Untuk mengetahui pengaruh prosedur review dan kontrol terhadap penghentian prematur atas prosedur audit di Kantor Akuntan Publik Semarang Tahun 2014.

1.4 Manfaat penelitian

Kegunaan yang hendak ditulis adalah sebagai berikut :

1. Manfaat teoritis Untuk memperkuat teori tentang Auditing (Pemeriksaan Akuntansi) khususnya dalam faktor-faktor yang mempengaruhi prosedur audit.

2. Bagi Kantor Akuntan Publik

a. Memberikan masukan bagi Kantor Akuntan Publik untuk mengevaluasi kebijakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi kemungkinanterjadinya praktik penghentian prematur prosedur audit.

b. Memberikan

Akuntan Publik untuk mengevalusiprosedur audit dan jangka waktu audit yang ditetapkan.

masukan bagi Kantor

3. Bagi penulis

a. Penelitian ini di gunakan untuk mengetahui prosedur audit yang sering dihentikan oleh auditor.

b. Memberikan bukti empiris mengenai ada tidaknya pengaruh antaravariabel time pressure, risiko audit, materialitas, prosedur review dankontrolauditor terhadap perilaku penghentian prematur prosedur audit.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Penghentian Prematur Atas Prosedur Audit

Prosedur audit adalah instruksi rinci untuk mengumpulkan tipe bukti audit tertentu yang harus diperoleh pada saat tertentu dalam audit. Prosedur audit yang disebutkan dalam standart tersebut meliputi (Mulyadi, 2002:86) :

1. Inspeksi Inspeksi merupakan pemeriksaan secara rinci terhadap dokumen atau kondisi fisik sesuatu. Prosedur audit ini banyak dilakukan oleh auditor.Dengan melakukan inspeksi terhadap sebuah dokumen, auditor akan dapatmenentukan keaslian dokumen tersebut.

2. Pengamatan Pengamatan merupakan prosedur audit yang digunakan oleh auditor untuk melihat atau menyaksikan pelaksanaan suatu kegiatan. Objek yang diamatiauditor adalah karyawan, prosedur, dan proses

3. Permintaan keterangan Permintaan keterangan merupakan prosedur audit yang dilakukan dengan meminta keterangan secara lisan. Bukti audit yang dihasilkan dari prosedur ini adalah bukti lisan dan bukti dokumenter.

4. Konfirmasi Konfirmasi merupakan bentuk penyelidikan yang memungkinkan auditor memperoleh informasi secara langsung dari pihak ketiga yang bebas.

5. Penelusuran Auditor melakukan penelusuran informasi sejak mula-mula data disebut di rekam pertama kali dalam dokumen, dilanjutkan pelacakan pengolahan data tersebut dalam proses akuntansi.

6. Pemeriksaan bukti pendukung - Inspeksi terhadap dokumen-dokumen yang mendukung suatu transaksi atau data keuangan untuk menentukan kewajaran dan kebenarannya.

- Pembnadingan dokumen tersebut dengan catatan akuntansi yang berkaitan.

7. Penghitungan - Perhitungan fisik terhadap sumber daya berwujud seperti kas atau persediaan. - Pertanggungjawaban semua formulir bernomor urut tercetak.

8. Scanning Review secara cepat terhadap dokumen, catatan, dan daftar untuk mendeteksi unsur-unsur yang tampak tidak biasa yang memerlukan penyelidikan lebih mendalam.

9. Pelaksanaan ulang Umumnya pelaksanaan ulang diterapkan pada perhitungan dan rekonsiliasi yang telah dilakukan oleh klien.

10. Teknik audit berbantuan komputer Bilamana catatan akuntansi klien diselenggarakan dalam media elektronik, auditor perlu menggunakan computer assisted audit techniques dalam menggunakan berbagai prosedur audit.

Pendapat dari (Kumalasari, dkk. 2013:29).Prosedur audit merupakan serangkain langkah-langkah yang harus dilaksanakan dalam melakukan audit. Namun, dalam prakteknya auditor mengurangi langkah-langkah dalam melakukan audit. Langkah-langkah dalam pengurangan audit dapat dicontoh dengan, mengurangi jumlah sampel dalam audit, melakukan review dangkal terhadap dokumen klien, tidak memperluas pemeriksaan ketika terdapat pos yang dipertanyakan, dan memberikan opini ketika semua prosedur audit belum dilaksanakan secara lengkap. Hal ini disebut dengan penghentianprematur.

Hasil dari penelitian (Mutia, dkk. 2010:5) mendefinisikan penghentian prematursebagai suatu keadaan yang menunjukkan auditor menghentikan satu atau beberapa langkah audit yang diperlukan dalam prosedur audit tanpa mengehentikan dengan langkah lain.

2.1.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penghentian Prematur Atas Prosedur Audit.

a. Time Pressure Dalam melaksanakan proses audit, auditor harus dapat mempertimbangkan biaya dan waktu yang tersedia. Pertimbangan tersebut menimbulkan time pressure / tekanan waktu. Jika waktu yang dialokasikan tidak cukup, auditor akan bekerja dengan cepat, sehingga hanya melaksanakan sebagian prosedur audit yang disyaratkan (Indarto, 2011:200).

b. Risiko Audit Dalam

auditor juga harus mempertimbangkan risiko audit. Auditor memberikan pendapat atas laporan keuangan secara keseluruhan berdasar bukti yang diperoleh melalui pemeriksaan atas asersi-asersi yang berhubungan dengan setiap saldo rekening atau kelompok transaksi (Indarto, 2011:199).

perencanaan

audit,

d. Materialitas Besarnya salah saji dari salah saji informasi akuntansi, yang mana dalam kondisi tertentu akan berpengaruh terhadap perubahan pengambilan keputusan yang diambil atas informasi yang mengandung salah saji tersebut (Wahyudi, 2011:131).

e. Review Procedur dan Quality Control Review procedure merupakan proses memeriksa atau meninjau ulang hal atau pekerjaan untuk mengatasi terjadinya indikasi ketika staf auditor telah menyelesaikan tugasnya, padahal tugas yang disyaratkan tersebut gagal dilakukan. Prosedur ini berperan dalam memastikan bahwa bukti pendukung telah lengkap dan juga melibatkan pertimbangan ketika terdapat sugesti bahwa penghentian premature atas prosedur audit telah terjadi. Fokus dari review procedure ini terutama pada permasalahan yang terkait pada pemberian opini, sedangkan quality control ebih berfokus pada pelaksanaan prosedur audit sesuai standar auditing (Indarto, 2011:200).

f. Komitmen Organisasi Komitmen organisasi adalah bagaimana seseorang memiliki dorongan dalam dirinya untuk berbuat sesuatu agar menunjang keberhasilan organisasi tempatnya bekerja sesuai dengan tujuan dan kepentingan organisasi.Komitmen organisasi yang tinggi menjadikan seorang individu merasa memiliki organisasi dan ingin selalu memajukan organisasi. Komitmen organisasi yang kuat akan mendorong individu berusaha keras mencapai tujuan organisasi (Indarto, 2011:201).

g. Komitmen Profesional Komitmen profesional dapat diartikan sebagai intensitas identifikasi dan keterlibatan individu dengan profesi tertentu. Identifikasi ini membutuhkan beberapa tingkat kesepakatan antara individu dengan tujuan dan nilai profesi termasuk nilai moral dan etika.Komitmen profesional digambarkan sebagai suatu format fokus karir pada komitmen pekerjaan yang menekankan pentingnya suatu profesi di masa hidup seseorang (Indarto, 2011:201).

h. Pengalaman Audit Pengalaman menciptakan struktur pengetahuan, yang terdiri atas suatu sistem dari pengetahuan yang sistematis dan abstrak. Pengetahuan ini tersimpan dalam memori jangka panjang dan dibentuk dari lingkungan pengalaman langsung masa lalu.Gibbins juga menjelaskan bahwa melalui pengalaman auditor dapat memperoleh pengetahuan dan mengembangkan struktur pengetahuannya. Auditor yang berpengalaman akan memiliki lebih banyak pengetahuan dan struktur memori lebih baik dibandingkan auditor yang belum berpengalaman (Indarto, 2011:201).

i. Kesadaran Etis Kesadaran etik adalah tanggapan atau penerimaan seseorang terhadap suatu peristiwa moral tertentu melalui suatu proses penentuan yang kompleks sehingga dia dapat memutuskan apa yang harus dia lakukan pada situasi tertentu (Indarto, 2011:201).

2.1.3 Time Pressure

Anggaran waktu merupakan hal yang sangat penting bagi Kantor Akuntan Publik (KAP) karena menyediakan dasar untuk mengurangi biaya audit, pengalokasian staf ke dalam pekerjaan audit dan sebagai dasar evaluasi kinerja staf auditor. Hal ini sangat diperlukan auditor untuk dapat memenuhi permintaan klien secara tepat waktu dan menjadi salah satu kunci keberhasilan karir auditor di masa depan. Dengan adanya tuntutan waktu untuk auditor dalam menyelesaikan audit, maka dapat menimbulkan time pressure.

Time Pressure memiliki dua dimensi yaitu time budget pressure adalah keadaan dimana auditor dituntut untuk melakukan efisiensi terhadap anggaran waktu yang telah disusun, atau terdapat pembatasan waktu dalam anggaran yang sangat ketat dan time deadline pressure adalah kondisi dimana auditor dituntut untuk menyelesaikan tugas audit tepat pada waktunya (Kumalasari, 2013:30).

2.1.4 Risiko Audit (X 2 )

Risiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari, tidak memodifikasi pendapatnya sebagai mana mestinya, atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji material.

Risiko audit, dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :

a. Risiko audit keseluruhan (Overall audit risk) Pada tahap perencanaan auditnya, auditor pertama kali harus menentukan risiko audit keseluruhan yang direncanakan. Yang merupakan besarnya risikoyang dapat ditanggung oleh auditor dalam menyatakan bahwa laporan keuangandisajikan secara wajar, padahal kenyataannya laporan keuangan tersebut berisisalah saji material.

b. Risiko audit individual Karena audit mencangkup pemeriksaan terhadap akun-akun secara individual, risiko audit keseluruhan harus dialokasikan kepada akun-akun yang berkaitan.

Sedangkan unsur-unsur dalam risiko audit adalah:

a. Risiko bawaan Adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi terhadap suatu salah saji material, dengan asumsi tidak terdapat kebijakan dan prosedurpengendalian intern yang terkait.

b. Risiko pengendalian Adalah risiko terjadinya salah saji material dalam suatu asersi yang tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh pengendalian intern suatuentitas. Risiko ini ditentukan oleh efektivitas kebijakan dan prosedur pengendalianintern untuk b. Risiko pengendalian Adalah risiko terjadinya salah saji material dalam suatu asersi yang tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh pengendalian intern suatuentitas. Risiko ini ditentukan oleh efektivitas kebijakan dan prosedur pengendalianintern untuk

c. Risiko deteksi Adalah risiko sebagai akibat auditor tidak dapat mendeteksi salah sajimaterial yang terdapat dalam suatu asersi. Risiko deteksi ditentukan olehefektivitas prosedur audit dan penerapannya oleh auditor. Risiko ini timbulsebagian karena ketidak paastian yang ada pada waktu auditor tidak memeriksa100% saldo akun atau golongan transaksi dan sebagian lagi karena ketidak pastianlain yang ada, walaupun saldo akun atau golongan transaksi tersebut diperiksa 100% (Kumalsari, 2013:31).

2.1.5 Materialitas (X 3 )

Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi, yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya, dapat mengakibatkan perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan terhadap informasi tersebut karena adanya penghilangan atau salah saji material.

Pertimbangan auditor mengenai materialitas merupakan pertimbangan profesional dan dipengaruhi oleh persepsi dari auditor sendiri. Saat auditor menetapkan bahwa materialitas yang melekat pada suatu prosedur audit rendah, maka terdapat kecendrungan bagi auditor untuk mengabaikan prosedur audit tersebut. Pengabaian ini Pertimbangan auditor mengenai materialitas merupakan pertimbangan profesional dan dipengaruhi oleh persepsi dari auditor sendiri. Saat auditor menetapkan bahwa materialitas yang melekat pada suatu prosedur audit rendah, maka terdapat kecendrungan bagi auditor untuk mengabaikan prosedur audit tersebut. Pengabaian ini

Pertimbangan auditor mengenai materialitas merupakan pertimbangan profesional dan dipengaruhi oleh persepsi dari auditor sendiri. Saat auditor menetapkan bahwa materialitas yang melekat pada suatu prosedur audit rendah, maka bagi auditor untuk mengabaikan prosedur audit. Pengabaian ini dilakukan karena auditor beranggapan jika ditemukan salah saji dari pelaksanaan suatu prosedur audit, nilainya tidaklah meterial sehingga tidak berpengaruh apapun pada opini audit (Kumalasari, 2013:31).

2.1.6 Prosedur Review dan Kontrol Kualitas (X 4 )

Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah suatu bentuk organisasi akuntan publik yang memperoleh izin sesuai dengan peraturan perundangan-undangan yang berusaha di bidangpemberian jasa profesional dalam praktik akuntan publik. KAP perlu melakukan prosedurreview atau prosedur pemeriksaan untuk mengontrol kemungkinan terjadinya penghentianprematur atas prosedur audit yang dilakukan oleh auditornya.

Prosedur review dan kontrol kualitas sangat berkaitan, sehingga tidak dapat berdiri sendiri. Prosedur review berfokus pada pemberian opini, sedangkan kontrol kualitas lebih berfokus pada pelaksanaan prosedur audit sesuai standar auditing. Sistem kontrol dan prosedur review akan membantu KAP untuk memastikan standart profesional telah dijalankan sesuai dengan praktiknya.

KAP harus memiliki kebijakan yang dapat memonitor praktik yang berjalan di KAP itu sendiri. Keberadaan suatu sistem kontrol kualitas akan membantu sebuah KAP untuk memastikan bahwa standar profesional telah dijalankan dengan semestinya di dalam praktik. Pelaksaan prosedur review dan kontrol kualitas yang baik akan meningkatkan kemungkinan terdeteksinya perilaku auditor yang menyimpang, seperti praktikpenghentian prematur atas prosedur audit (Kumalasari, 2013:32).

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu dari Qurrahman, Susfayetti, Mirdah (2012) yang berjudul “ Pengaruh Time Pressure, Risiko Audit, Materialitas, Prosedur Review dan Kontrol Kualitas. Locus Of Control Serta Komitmen Profesional Terhadap Penghentian Prematur Prosedur Audit (Studi Empiris pada KAP di Palembang)’ ’ . Hasil penelitian menunjukkan bahwa penghentian prematur proses audit secara simultandapat dipengaruhi oleh time pressure, risiko audit, materialitas, prosedur review dankontrol Penelitian terdahulu dari Qurrahman, Susfayetti, Mirdah (2012) yang berjudul “ Pengaruh Time Pressure, Risiko Audit, Materialitas, Prosedur Review dan Kontrol Kualitas. Locus Of Control Serta Komitmen Profesional Terhadap Penghentian Prematur Prosedur Audit (Studi Empiris pada KAP di Palembang)’ ’ . Hasil penelitian menunjukkan bahwa penghentian prematur proses audit secara simultandapat dipengaruhi oleh time pressure, risiko audit, materialitas, prosedur review dankontrol

Adapun gambar penelitian terdahulunya :

Time pressure(X 1 )

Risiko Audit (X 2 )

Penghentian Prematur Atas

Tingkat Materialitas

H 3 Prosedur Audit

(X 3)

(Y)

Prosedur Review dan

Kontrol Kualitas (X 4 )

Locus Of Control(X 5 )

Gambar 2.1 : Pengaruh Time Pressure, Risiko Audit, Materialitas, Prosedur Review dan Kontrol Kualitas, serta Locus Of Control Terhadap Penghentian Prematur Atas Prosedur Audit.

Sumber : Qurrahman, Susfayeti, Mirdah (2012)

Penelitian terdahulu Indarto (2011) yang berjudul “Analisis Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Penghentian Prematur Atas Prosedur Audit’ ’ . Darihasil pengujian regresi dapat disimpulkan bahwa variable time pressuredan risiko audit berpengaruh positif dan signifikan terhadap penghentianprematur atas prosedur audit.Sebaliknya variabel review procedure dan qualitycontrol oleh Kantor Akuntan Publik, komitmen pada organisasi auditor, komitmenprofesional auditor, prosedur dan kesadaran etis berpengaruh negatif secarasignifikan terhadap penghentian prematur atas prosedur audit.Sedangkanpengalaman dalam mengaudit meski berpengaruh negatif terhadap penghentianprematur atas prosedur audit tapi secara statistik tidak signifikan. Implikasi hasil penelitian ini adalah memberikan konfirmasi teoritis terhadapteori auditing bahwa penghentian prematur atas prosedur audit yang dilakukan olehauditor dapat berperan dalam meningkatkan mutu dan kualitas praktik audit dengancara mengadakan penelitian tentang cara-cara untuk mencegah terjadi praktikpenghentian prematur atas prosedur audit.

Adapun gambar penelitian terdahulunya :

Time Pressure(X 1 )

Risiko Audit (X 2 )

Review Procedure & Quality H 3

control(X 3 )

Penghentian Prosedur

Komitmen Organisasi (X 4 )

Audit (Y)

Komitmen Profesional (X 5 )

Pengalaman Audit (X 6 )

Kesadaran etis (X 7 )

Gambar 2.2 : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mempengaruhi Penghentian Prosedur Audit Sumber

: Indarto (2011)

Tabel 2.1 : Penelitian Terdahulu No Penelitian

Terdapat dua Susfayeti,

1 Qurrahman, Pengaruh Time - (X 1 ) Time pressure

variabel yang Mirdah

Pressure,

- (X 2 ) Risiko Audit

memiliki (2012)

Risiko Audit, - (X 3 ) Materialitas

Materialitas, - (X 4 ) Prosedur Review dan pengaruh Prosedur

secara Review

Kontrol Kualitas

parsialyaitu Kontrol

dan - (X 5 ) Locus Of Control

variabel Kualitas,

risiko audit Locus

dan prosedur Control Serta

Of

review, Komitmen

sedangkan Profesional

variabel Terhadap

lainnya tidak Penghentian

mempunyai Prematur Atas

pengaruh Prosedur Audit

secara parsial terhadap praktik penghentian prematur atas prosedur audit.

Variabel time (2011)

2 Indiarto Analisis

- (X 1 ) Time pressure

pressure dan Yang

Faktor-Faktor - (X 2 ) Risiko Audit

- (X 3 ) Review Procedure dan risiko audit Mempengaruhi Quality Control

berpengaruh Penghentian

- (X 4 ) Komitmen Organisasi positif Prematur Atas - (X 5 ) Komitmen Profesional sedangkan Prosedur Audit - (X 6 ) Pengalaman Audit

variabel

- (X 7 ) Kesadaran Etis

lainnya berpengaruh negatif terhadap penghentian prematur atas prosedur audit.

2.3 Kerangka Teoretis

Pendapat dari (Kumalasari, 2013: 29)adalah Prosedur audit merupakan serangkaian langkah-langkah yang harus dilaksanakan dalam melakukan audit. Namun, dalam prakteknya auditor mengurangi langkah-langkah dalammelakukan audit. Langkah-langkah dalam pengurangan audit dapat dicontoh dengan,mengurangi jumlah sampel dalam audit, melakukan review dangkal terhadap dokumen klien,tidak memperluas pemeriksaan ketika terdapat pos yang dipertanyakan, dan memberikanopini ketika semua prosedur audit belum dilaksanakan secara lengkap. Hal ini disebut dengan penghentian prematur.

Anggaran waktu merupakan hal yang sangat penting bagi Kantor Akuntan Publik(KAP) karena menyediakan dasar untuk mengurangi biaya audit, pengalokasian staf ke dalampekerjaan audit dan sebagai dasar evaluasi kinerja staf auditor. Hal ini sangat diperlukan auditor untuk dapat memenuhipermintaan klien secara tepat waktu dan menjadi salah satu kunci keberhasilan karir auditordi masa depan. Dengan adanya tuntutan waktu untuk auditor dalam menyelesaikan audit,maka dapat menimbulkan time pressure(Kumalasari, 2013 :30).

Dalam perencanaan audit, auditor harusmempertimbangkan risiko audit. Salah saji meterial dapat terjadi karena adanya kesalahan(error) atau kecurangan (fraud). Kesalahan merupakan kesalahan yang tidak disengajasedangkan kecurangan merupakan tindakan curang yang tidak Dalam perencanaan audit, auditor harusmempertimbangkan risiko audit. Salah saji meterial dapat terjadi karena adanya kesalahan(error) atau kecurangan (fraud). Kesalahan merupakan kesalahan yang tidak disengajasedangkan kecurangan merupakan tindakan curang yang tidak

Pertimbangan auditor mengenai materialitas merupakan pertimbangan profesional dandipengaruhi oleh persepsi dari auditor sendiri. Saat auditor menetapkan bahwa materialitasyang melekat pada suatu prosedur audit rendah, maka terdapat kecendrungan bagi auditoruntuk mengabaikan prosedur audit tersebut. Pengabaian ini dilakukan karena auditorberanggapan jika ditemukan salah saji dari pelaksanaan suatu prosedur audit, nilainya tidakmaterialitas sehingga tidak berpengaruh pada opini audit. Pengabain seperti ini yang menimbulkan praktik penghentian prematur (Kumalasari, 2013:31).

Prosedur review dan kontrol kualitas sangat berkaitan, sehingga tidak dapat berdirisendiri. Prosedur review berfokus pada pemberian opini, sedangkan kontrol kualitas lebihberfokus pada pelaksanaan prosedur audit sesuai standar auditing. Sistem kontrol dan prosedur review akan membantu KAP untuk memastikan standart profesional telahdijalankan sesuai dengan praktiknya (Kumalasari, 2013:32).

Adapun gambar kerangka teoretisnya :

Time Pressure (X 1 )

Risiko Audit (X 2 )

Pengaruh Penghentian

Prematur Atas

Materialitas (X 3 )

H 3 Prosedur Audit (Y)

Prosedur Review dan Kontrol (X 4 )

Gambar 2.3 : Kerangka teoretis Pengaruh Penghentian Prematur Atas

Prosedur Audit

Sumber : Kumalasari,Handayani, Wibisono (2013)

Hasil penelitian (Wahyudi, 2011:129)penghentian prematur prosedur audit diartikan sebagai suatu praktik ketika auditor mendokumentasikan prosedur audit secara lengkap tanpa benar-benar melakukannya atau mengabaikan atau tidak melakukan beberapa prosedur audit yang disyaratkan tetapi auditor dapat memberikan opini atas suatu laporan keuangan.

Tekanan waktu (time pressure) adalah suatu keadaan dimana auditor mendapat tekanan dari kantor akuntan publik tempat kerjanya, untuk menyelesaikan audit pada waktu dan anggaran biaya yang telah ditentukan sebelumnya (Wahyudi, 2011:129).

Risiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor tanpa disadari tidak memodifikasi pendapat sebagaimana mestinya, atas suatu saat laporan keuangan yang mengandung salah saji material (Wahyudi, 2011:130).

Materialitas adalah besarnya salah saji dari informasi akuntansi, yang mana dalam kondisi tertentu akan berpengaruh terhadap perubahan pengambilan keputusan yang diambil atas informasi yang mengandung salah saji tersebut (Wahyudi, 2011:131).

Prosedur review merupakan proses memeriksa atau meninjau ulang hal atau pekerjaan untuk mengatasi terjadinya indikasi ketika staf audior telah menyelesaikan tugasnya, padahal tugas yang disyaratkan gagal dilakukan (Wahyudi, 2011:132).

Komitmen profesional adalah tingkat loyalitas individu pada profesinya seperti yang dipersepsikan oleh individu tersebut (Wahyudi, 2011:132).

Adapun gambar kerangka teoretisnya :

Time Pressure (X 1 )

Risiko Audit (X 2 )

Praktik Penghentian

Materialitas (X 3 )

H 3 Prematur Atas Prosedur Audit Prosedur review dan Kontrol

(Y)

Kualitas (X 4 )

Komitmen Profesional (X 5 )

Gambar 2.4 : Praktik Penghentian Prematur Atas Prosedur Audit Sumber

: Wahyudi, Lucyanda, Suhud (2011)

Auditor dituntut berkerja secara profesional dalam melaksanakan tugasnya. Hal ini untuk memenuhi permintaan klien yang menginginkan kualitas audit yang tinggi. Namun kualitas audit dapat berkurang karena tindakan yang dilakukan oleh auditor. Dari dasar uraian diatas maka kerangka teoretis yang di acu didalam penelitian ini adalah penelitian dari (Kumalasri, 2013).

Gambar kerangka teoretisnya sebagai berikut :

H 1 Time Pressure (X 1 )

Risiko Audit (X 2 )

Pengaruh Penghentian Prematur Atas

Materialitas (X 3 )

Prosedur Audit

(Y)

Prosedur Review dan Kontrol (X 4 4 ) H

Gambar 2.5 : Pengaruh Penghentian Prematur Atas Prosedur Audit Sumber

: Kumalasari, Handayani, Wibisono (2013)

2.4 Hipotesis

Ha 1 : Time pressure berpengaruhpositif terhadap penghentian prematur atas prosedur audit di Kantor Akuntan Publik Semarang Tahun 2014.

Ha 2 : Risiko audit berpengaruh positif terhadap penghentian prematur atas prosedur auditdi Kantor Akuntan Publik Semarang Tahun 2014.

Ha 3 : Materialitas berpengaruh negatif atas penghentian prematur atas prosedur auditdi Kantor Akuntan Publik Semarang Tahun 2014.

Ha 4 : Prosedurreview dan kontrol kualitas berpengaruh negatif atas

penghentian prematur atas prosedur auditdi Kantor Akuntan Publik

Semarang Tahun 2014.

Ha 5 : Time pressure, risiko audit, materialitas, prosedur review dan

kontrol kualitas berpengaruh atas penghentian prematur atas

prosedur audit di Kantor Akuntan Publik Semarang Tahun 2014.

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi lokasi penelitian ini dilakukan di Kantor Akuntan Publik Kota Semarang. Subyek penelitian ini adalah para auditor yang bekerja apada Kantor Akuntan Publik di Kota Semarang.

3.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini dikategorikan kedalam penelitian kausal komparatif, yaitu merupakan tipe penelitian dengan karakteristik masalah berupa hubungan sebab akibat antara dua variabel atau lebih (Indriantoro dan Supomo, 1999 : 27)

3.3 Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang dapat diberi bermacam-macam nilai (Indriantoro dan Supomo, 1999 : 61). Sedangkan variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Variabel dependen (Y) adalah penghentian premature atas prosedur audit a. Variabel dependen (Y) adalah penghentian premature atas prosedur audit

1. Time pressure (X 1 )

2. Materialitas (X2)

3. Risiko audit (X 3 )

4. Prosedur review dan kontrol kualitas (X 4 )

3.4 Definisi Konseptual

Definisi konsep dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

3.4.1 Penghentian Prematur Prosedur Audit (Y)

Prosedur audit merupakan serangkain langkah-langkah yang harus dilaksanakan dalam melakukan audit. Namun, dalam prakteknya auditor mengurangi langkah-langkah dalam melakukan audit. Langkah-langkah dalam pengurangan audit dapat dicontoh dengan, mengurangi jumlah sampel dalam audit, melakukan review dangkal terhadap dokumen klien, tidak memperluas pemeriksaan ketika terdapat pos yang dipertanyakan, dan memberikan opini ketika semua prosedur audit belum dilaksanakan secara lengkap. Hal ini disebut dengan penghentian prematur (Kumalasari, 2013:29).

Penghentian prematur prosedur audit diartikan sebagai suatu praktik ketika auditor mendokumentasikan prosedur audit secara lengkap tanpa benar-benar melakukannya atau mengabaikan atau tidak melakukan beberapa prosedur audit yang disyaratkan Penghentian prematur prosedur audit diartikan sebagai suatu praktik ketika auditor mendokumentasikan prosedur audit secara lengkap tanpa benar-benar melakukannya atau mengabaikan atau tidak melakukan beberapa prosedur audit yang disyaratkan

Berdasarkan konsep-konsep diatas, maka definisi konseptual yang digunakan dari(Kumalasari, 2013:29) yaitu Prosedur audit merupakan serangkain langkah-langkah yang harus dilaksanakan dalam melakukan audit. Namun, dalam prakteknya auditor mengurangi langkah-langkah dalam melakukan audit. Langkah-langkah dalam pengurangan audit dapat dicontoh dengan, mengurangi jumlah sampel dalam audit, melakukan review dangkal terhadap dokumen klien, tidak memperluas pemeriksaan ketika terdapat pos yang dipertanyakan, dan memberikan opini ketika semua prosedur audit belum dilaksanakan secara lengkap. Hal ini disebut dengan penghentian prematur.

Berdasarkan jurnal dari (Qurrahman, 2012) pengehntian prematur atas prosedur audit diukur berdasarkan dimensi yaitu perilaku disfungsional.

3.4.2 Time pressure (X 1 )

Anggaran waktu merupakan hal yang sangat penting bagi Kantor Akuntan Publik (KAP) karena menyediakan dasar untuk mengurangi biaya audit, pengalokasian staf ke dalam pekerjaan audit dan sebagai dasar evaluasi kinerja staf auditor. Hal ini sangat diperlukan auditor untuk dapat memenuhi permintaan klien secara Anggaran waktu merupakan hal yang sangat penting bagi Kantor Akuntan Publik (KAP) karena menyediakan dasar untuk mengurangi biaya audit, pengalokasian staf ke dalam pekerjaan audit dan sebagai dasar evaluasi kinerja staf auditor. Hal ini sangat diperlukan auditor untuk dapat memenuhi permintaan klien secara

Tekanan waktu (time pressure) adalah suatu keadaan dimana auditor mendapat tekanan dari kantor akuntan publik tempat kerjanya, untuk menyelesaikan audit pada waktu dan anggaran biaya yang telah ditentukan sebelumnya (Wahyudi, 2011: 129).

Berdasarkan konsep-konsep diatas, maka definisi konseptual yang digunakan dari(Kumalasari, 2013:30) yaitu Anggaran waktu merupakan hal yang sangat penting bagi Kantor Akuntan Publik (KAP) karena menyediakan dasar untuk mengurangi biaya audit, pengalokasian staf ke dalam pekerjaan audit dan sebagai dasar evaluasi kinerja staf auditor. Hal ini sangat diperlukan auditor untuk dapat memenuhi permintaan klien secara tepat waktu dan menjadi salah satu kunci keberhasilan karir auditor di masa depan. Dengan adanya tuntutan waktu untuk auditor dalam menyelesaikan audit, maka dapat menimbulkan time pressure (Kumalasari, 2013:30).

Berdasarkan jurnal dari (Qurrahman, 2012) time pressure diukur berdasarkan dimensi sebagai berikut :

1. Time budget pressure yaitu keadaan dimana auditor di tuntut untuk melakukan efisiensi terhadap anggaran waktu yang telah disusun atau tedapat pembatasan waktu dalam anggaran yang sangat ketat.

2. Time deadline pressure yaitu kondisi dimana auditor dituntut untuk menyelesaikan tugas audit tepat waktunya.

3.4.3 Risiko audit (X 2 )

Risiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari, tidak memodifikasi pendapatnya sebagai mana mestinya, atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji material (Kumalasari, 2013:30).

Risiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor tanpa disadari tidak memodifikasi pendapat sebagaimana mestinya, atas suatu saat laporan keuangan yang mengandung salah saji material (Wahyudi, 2011:130).

Berdasarkan konsep-konsep diatas, maka definisi konseptual yang digunakan dari(Kumalasari, 2013:30) yaitu Risiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari, tidak memodifikasi pendapatnya sebagai mana mestinya, atas suatu Berdasarkan konsep-konsep diatas, maka definisi konseptual yang digunakan dari(Kumalasari, 2013:30) yaitu Risiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari, tidak memodifikasi pendapatnya sebagai mana mestinya, atas suatu

Berdasarkan jurnal dari (Qurrahman, 2012) risiko audit diukur berdasarkan dimensi sebagai berikut :

1. Risiko bawaan Kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi terhadap suatu salah saji material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat kebijakan dan prosedur pengendalian intern yang terkait.

2. Risiko pengendalian Risiko terjadinya salah saji material dalam suatu asersi yang tidak dapat di cegah atau di deteksi secara tepat waktu oleh pengendalian intern entitas.

3. Risiko deteksi Risiko sebagai akibat auditor tidak dapat mendeteksi salah saji material yang terdapat dalam suatu asersi dan di tentukan oleh efektifitas prosedur audit dalam penerapannya oleh auditor.

3.4.4 Materialitas (X 3 )

Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi, yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya, dapat mengakibatkan perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi, yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya, dapat mengakibatkan perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan

Materialitas adalah besarnya salah saji dari informasi akuntansi, yang mana dalam kondisi tertentu akan berpengaruh terhadap perubahan pengambilan keputusan yang diambil atas informasi yang mengandung salah saji tersebut (Wahyudi, 2011:31).

Berdasarkan konsep-konsep diatas, maka definisi konseptual yang digunakan dari(Kumalasari, 2013:31) yaitu Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi, yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya, dapat mengakibatkan perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan terhadap informasi tersebut karena adanya penghilangan atau salah saji material.

Berdasarkan jurnal dari (Qurrahman, 2012) materialitas diukur berdasarkan dimensi yaitu tingkat material kualitatif.

3.4.5 Prosedur review dan kontrol (X 4 )

Prosedur review dan kontrol kualitas sangat berkaitan, sehingga tidak dapat berdiri sendiri. Prosedur review berfokus pada pemberian opini, sedangkan kontrol kualitas lebih berfokus pada pelaksanaan prosedur audit sesuai standar auditing. Sistem kontrol Prosedur review dan kontrol kualitas sangat berkaitan, sehingga tidak dapat berdiri sendiri. Prosedur review berfokus pada pemberian opini, sedangkan kontrol kualitas lebih berfokus pada pelaksanaan prosedur audit sesuai standar auditing. Sistem kontrol

Prosedur review merupakan proses memeriksa atau meninjau ulang hal atau pekerjaan untuk mengatasi terjadinya indikasi ketika staf audior telah menyelesaikan tugasnya, padahal tugas yang disyaratkan gagal dilakukan (Wahyudi, 2011:132).

Berdasarkan konsep-konsep diatas, maka definisi konseptual yang digunakan dari(Kumalasari, 2013:32) yaitu Prosedur review dan kontrol kualitas sangat berkaitan, sehingga tidak dapat berdiri sendiri. Prosedur review berfokus pada pemberian opini, sedangkan kontrol kualitas lebih berfokus pada pelaksanaan prosedur audit sesuai standar auditing. Sistem kontrol dan prosedur review akan membantu KAP untuk memastikan standart profesional telah dijalankan sesuai dengan praktiknya.

Berdasarkan jurnal dari (Qurrahman, 2012) prosedur review dan kontrol berdasarkan dimensi:

1. Independensi

2. Integritas dan obyektivitas

3. Manajemen

4. Personalia

5. Penerimaan berkelanjutan serta perjanjian dengan klien

6. Performa yang menjanjikan serta monitoring

3.5 Definisi Operasional

1.5.1 Penghentian Prematur Prosedur Audit (Y)

Prosedur audit merupakan serangkain langkah-langkah yang harus dilaksanakan dalam melakukan audit. Namun, dalam prakteknya auditor mengurangi langkah-langkah dalam melakukan audit. Langkah-langkah dalam pengurangan audit dapat dicontoh dengan, mengurangi jumlah sampel dalam audit, melakukan review dangkal terhadap dokumen klien, tidak memperluas pemeriksaan ketika terdapat pos yang dipertanyakan, dan memberikan opini ketika semua prosedur audit belum dilaksanakan secara lengkap pada Kantor Akuntan Publik di Kota Semarang. Hal ini disebut dengan penghentian prematur.

Berdasarkan jurnal dari (Qurrahman, 2012) penghentian prematur atas prosedur audit diukur berdasarkan dimensiperilaku disfungsional. Indikator berdasarkan dari (Simposium Nasional Akuntansi IX, 2006) :

1. Merencanakan audit tidak memerlukan pemahaman bisnis klien.

2. Tidak menggunakan pertimbangan Sistem Pengendalian Intern dalam audit laporan keuangan.

3. Tidak menggunakan informasi asersi dalam merumuskan tujuan audit dan merancang pengujian subtantif.

4. Tidak menggunakan fungsi auditor internal dalam audit

5. Tidak melakukan prosedur analitis dalam perencanaan dan review audit.

6. Tidak melakukan konfirmasi dengan pihak ketiga dalam audit laporan keuangan.

7. Tidak menggunakan representasi manajemen dalam audit laporan keuangan.

8. Tidak melakukan uji kepatuhan terhadap pengendalian atas

transaksi dalam aplikasi computer on-line.

9. Tidak mengurangi jumlah sampel yang direncanakan dalam audit laporan keuangan.

10. Tidak melakukan perhitungan fisik terhadap kas dan persediaan.

1.5.2 Time Pressure (X 1 )

Anggaran waktu (time pressure) merupakan hal yang sangat penting bagi Kantor Akuntan Publik (KAP) karena menyediakan dasar untuk mengurangi biaya audit, pengalokasian staf ke dalam pekerjaan audit dan sebagai dasar evaluasi kinerja staf auditor. Hal ini sangat diperlukan auditor untuk dapat memenuhi permintaan klien secara tepat waktu dan menjadi salah satu kunci keberhasilan Anggaran waktu (time pressure) merupakan hal yang sangat penting bagi Kantor Akuntan Publik (KAP) karena menyediakan dasar untuk mengurangi biaya audit, pengalokasian staf ke dalam pekerjaan audit dan sebagai dasar evaluasi kinerja staf auditor. Hal ini sangat diperlukan auditor untuk dapat memenuhi permintaan klien secara tepat waktu dan menjadi salah satu kunci keberhasilan

Berdasarkan jurnal dari (Qurrahman, 2012) time pressure diukur berdasarkan dimensi sebagai berikut :

1. Time budget pressureyaitu keadaan dimana auditor di tuntut untuk melakukan efisiensi terhadap anggaran waktu yang telah disusun atau tedapat pembatasan waktu dalam anggaran yang sangat ketat.

2. Time deadline pressure yaitu kondisi dimana auditor dituntut

untuk menyelesaikan tugas audit tepat waktunya. Indikator berdasarkan dari (Simposium Nasional Akuntansi IX, 2006) :

1. Merasa anggaran waktu dalam melakukan audit kurang.

2. Mengaudit beberapa perusahaan dalam waktu bersamaan

3. Melanggar anggaran waktu yang telah direncanakan dalam melakukan audit.

4. Lembur dalam audit.

5. Menyediakan waktu cadangan untuk hal-hal yang tidak terduga dalam melakukan audit.

1.5.3 Risiko Audit (X 2 )

Risiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari, tidak memodifikasi pendapatnya sebagai mana mestinya, atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji material.

Berdasarkan jurnal dari (Qurrahman, 2012) risiko audit diukur berdasarkan dimensi sebagai berikut :

1. Risiko bawaan Kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi terhadap suatu salah saji material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat kebijakan dan prosedur pengendalian intern yang terkait.