Antecedent Perilaku Adopsi E-Commerce (Studi pada UKM di Surakarta)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

II.1 Model Penelitian………………………………………………. IV.1 Model AMOS………………………………………………...

26 53

DAFTAR TABEL

Tabel II.1 Posisis Studi.................................................................................

III.1 Indikator Goodness-of-fit Model..................................................... IV.1 Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin.................... IV.2 Karakteristik Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan ……… IV.3 Karakteristik Responden berdasarkan Usia …………………… IV.4 Karakteristik Responden berdasarkan Lama Usaha …………… IV.5 Uji Validitas tahap 1.................................................................... IV.6 Uji Validitas tahap 2..................................................................... IV.7 Uji Reliabilitas…………………………………………………… IV.8 Hasil Uji Normalitas……………………………………………

IV.9 Hasil Jarak Mahalanobis Data…………………………………

IV.10 Hasil Goodness of Fit Model Struktural…………………… IV.11 Hasil Goodness of Fit Model Struktural setelah Modifikasi…… IV.12 Standardized Regression Weights……………………………… IV.13 Regression Weights..................................................................... IV.14 Nilai Kritis Z-tabel..................................................................... IV.15 Regression Weights Moderasi......................................................

Halaman 16 40 41 42 43 43 45 46 47 50 52 54 56

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Kuesioner Penelitian Lampiran 1 : Data Seluruh Variabel Lampiran 2 : Uji Reliabilitas Lampiran 3 : Uji Validitas Lampiran 4 : Frekuensi Lampiran 5 : Uji Asumsi Model Lampiran 6 : Uji Hipotesis

ABSTRAK

ANTECEDENT PERILAKU ADOPSI E-COMMERCE (Studi pada UKM di Surakarta)

DARWIN WARMANSYAH F0206039

Penelitian ini bertujuan mengungkapkan faktor-faktor yang mempengaruhi tindakan adopsi e-commerce, yang meliputi sikap terhadap penggunaan (attitude towards using ), norma subyektif (subjective norm), pengalaman (experience), kontrol perilaku (perceived behavioral control), niat menggunakan (intention to use ) dan tindakan nyata (actual usage).

Data diambil melalui survei 243 responden. Kriteria utama yang digunakan dalam pengambilan sampel penelitian ini adalah UKM di Surakarta yang menggunakan internet sebagai sarana usaha dan yang pernah menggunakan dalam batasan non aktif selama 3 bulan terakhir. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik convenience sampling. Teknik pengambilan sampel dari responden yang memiliki karakteristik khusus dan memenuhi kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti yang dapat memberikan informasi yang dibutuhkan. Teknik convenience sampling bertujuan untuk menjamin keakuratan dari data yang dikumpulkan

Kuesioner dalam penelitian ini diuji dengan uji validitas dan reliabilitas. Tujuan pengujian ini adalah untuk memastikan tingkat konsistensi dalam pengukuran dan memastikan bahwa data memenuhi kualifikasi kelayakan dalam pengujian hipotesis. Analisis data penelitian ini menggunakan AMOS versi 18 dengan menggunakan metode analisis Structural Equation Modelling (SEM) sebagai dasar dalam pengujian hipotesis. Analisis ini bertujuan untuk mengestimasi beberapa persamaan regresi terpisah akan tetapi masing-masing mempunyai hubungan simultan atau bersaman.

Hasil pengujian yang dilakukan mengindikasi terdapat pengaruh signifikan dan positif pada: attitude towards using dengan intention to use, perceived behavioral control dengan intention to use, serta intention to use dengan actual usage, dan

terdapat pengaruh tidak signifikan pada subjective norm dengan intention to use. Variabel pengalaman terbukti memoderasi hubungan antara subjective norm terhadap intention to use. Selanjutnya dalam pembahasannya juga didiskusikan implikasi secara lanjut, secara teoritis dan praktis

Kata kunci: actual usage, online marketing, Theory Planned Behavior

ABSTRACT

ANTECEDENT BEHAVIORAL E-COMMERCE ADOPTION (Study on Small Business in Surakarta)

DARWIN WARMANSYAH F0206039

This research aims to reveal the factors that influence the actions of adoption of e commerce, which includes attitude towards using, subjective norm, experience, perceived behavioral control, intentions to use and actual usage. Data retrieved through 243 survey respondents. The main criteria used in this research sample are Small Business in Surakarta who use the internet as a means business and is never used within the limits of non-active during the last 3 months. Sampling was done by convenience sampling technique. Sampling technique of respondents who have special characteristics and meet the criteria specified by the researchers who can provide the required information. Convenience sampling technique aims to ensure the accuracy of the data collected.

The questionnaire in this study tested the validity and reliability. The purpose of this test is to ensure a level of consistency in measurement and to ensure that the data meet the eligibility qualifications in hypothesis testing. This study data analysis using AMOS version 18 analysis using Structural Equation Modelling (SEM) as a basis for hypothesis testing. This analysis seeks to estimate a separate regression equations but each will have a simultaneous relationship or bersaman.

The test results do indicate that there are significant and positive influence on: Attitude Towards using the intention to use, perceived behavioral control with the intention to use, and intention to use with actual usage, and there is no significant influence on the subjective norm with intention to use. Proven experience variables moderate the relationship between subjective norm on intention to use. Further in his discussion also discussed the implications of the information, both theoretical and

practical.

Key words: actual usage, online marketing, Theory of Planned Behavior

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

E-commerce merupakan isu yang menarik untuk diteliti, karena studi ini memberikan pemahaman secara praktis atas upaya-upaya yang dilakukan untuk menerapkan secara nyata penggunaan e-commerce. Hal ini diperlukan, karena melalui cara ini praktisi dapat memberikan stimulus untuk membangun variabel amatan yang diharapkan mempengaruhi pemasar sehingga dapat membuat strategi penerapan e-commerce melalui Actual behavior. Actual behavior yang dimaksud menunjukkan kecenderungan perilaku nyata yang diaplikasi dalam sebuah tindakan. Secara teoritis, isu tersebut masih menjadi perdebatan hasil studi-studi terdahulu. Hal ini dikarenakan keragaman permasalahan, obyek amatan studi, metode riset serta variabel amatan yang menyebabkan konstruk yang beragam (Ajzen, 1985, 1991; Davis, 1989; Szajna, 1994; Chin dan Todd, 1995; Venkatesh dan Morris, 2000). Kondisi yang demikian ini, memberikan peluang untuk mengembangkan suatu model yang dapat menjelaskan fenomena mengenai niat menggunakan kembali dan tindakan nyata terhadap penggunaan e-commerce pada UKM yang terjadi di Indonesia. Namun, sebelum menjelaskan model yang dimaksud, terlebih dahulu dijelaskan hal–hal yang menjadi perdebatan studi terdahulu tersebut.

Beberapa model penelitian telah membahas tentang variabel psikologis yang mempengaruhi penggunaan teknologi. Model penelitian

Model tersebut adalah theory of planned behavior (TPB) (Ajzen, 1985, 1991) dan model penerimaan teknologi (TAM) (Davis, 1989; Davis dkk, 1989.). TPB berpendapat bahwa niat perilaku ditentukan oleh: 1) Attitude (sikap), 2) Perceived behavioral control, yang didefinisikan sebagai persepsi dari seberapa mudah atau sulitnya untuk melakukan perilaku, dan 3) Subjective norm , didefinisikan sebagai kepercayaan seseorang tentang apakah orang lain yang berhubungan berpikir bahwa seseorang harus terlibat dalam suatu kegiatan. Taylor dan Todd (1995) menyimpulkan bahwa TAM menjelaskan 52 persen dan TPB menjelaskan 57 persen dari varians dalam niat perilaku menggunakan komputer.

Beberapa studi terdahulu masih mengindikasikan terdapatnya keragaman variabel lain yang mempengaruhi pembentukan actual behavior (Davis dkk, 1989; Ajzen, 1991; Snook, 2005; Thompson, 2006). Pertama, studi yang mengungkap bahwa perceived usefulness, perceived ease of use mempengaruhi actual behavior yang pengaruhnya dimediasi oleh attitude dan intention to use (Davis dkk, 1989). Usefulness dan ease of use dipengaruhi oleh variable eksternal, attitude memediasi hubungan usefulness dan ease terhadap intention to use, dan intention to use berpengaruh terhadap actual behaviour.

Kedua, studi yang mengungkap tentang adanya pengaruh variabel Attitude towards using, subjective norm, perceived behavioral control sebagai variabel independen yang mempengaruhi actual behavior. Pengaruh terhadap

1991). Konstruk yang terbentuk dimoderasi pengaruhnya oleh variabel pengalaman yang memperkuat hubungan antar variabel independen dan dependennya (Venkatesh, 2006).

Ketiga, studi yang meneliti adanya pengaruh perceived usefulness, perceived ease of use terhadap actual behaviour. Pengaruh variabel independen tersebut dimediasi oleh intention to use yang mendahului terbentuknya actual behaviour (Snook, 2005). Thompson (2006) memasukkan variabel affect, self efficacy, social factor, personal innovativeness sebagai variabel yang mempengaruhi intention to use.

Selain keragaman variabel, studi terdahulu juga mengindikasi adanya keragaman obyek amatan studi. Berikut dijelaskan keragaman obyek amatan yang dimaksud. Pertama, studi yang memfokuskan pada psikologi. Dalam studi Ajzen (1985, 1991) yang menjadi fokus studinya adalah perilaku yang didasarkan pada aktifitas seseorang. Obyek studi tersebut memunculkan konstruk yang bertumpu pada pengaruh attitude towards using, subjective norm, perceived behavioral control, intention to use terhadap actual behavior. Kedua, studi yang memfokuskan pada perilaku penggunaan information technology (IT) (Davis dkk, 1989). Studi ini menghasilkan konstruk yang menjelaskan pengaruh antara perceived usefulness, perceived ease of use, intention to use terhadap actual behaviour.

Keragaman metode juga ditemui pada beberapa studi terdahulu. Hal ini terkait dengan permasalahan yang menjadi dasar studi yang menyebabkan

telah digunakan pada studi–studi sebelumnya. Pertama, studi yang menggunakan analisis regresi sebagai alat uji pada studinya (Davis dkk, 1989; Snook, 2005). Analisis regresi adalah alat uji yang digunakan untuk menguji pengaruh beberapa variable independen terhadap satu variabel dependen. Kedua, studi yang menggunakan SEM sebagai alat analisis datanya (Ajzen, 1985, 1991; Thompson, 2006). SEM merupakan alat uji yang digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen dalam sebuah hubungan struktural.

Berbagai keragaman yang ditemui pada kajian literature terdahulu memberikan peluang untuk membentuk konstruk alternative yang mampu menjelaskan fenomena mengenai actual behavior. Dengan demikian, model yang dibangun dalam penelitian ini bertumpu pada 6 variabel amatan, yaitu: (1) attitude towards using ; (2) subjective norm; (3) perceived behavioral control; (4) intention to (re) use; (5) actual behavior dan (6) pengalaman.

Variabel Attitude toward using merupakan variabel keputusan yang dianggap penting karena attitude toward using menunjukkan refleksi dari evaluasi suka atau tidak suka terhadap suatu objek. Sikap terhadap perilaku tertentu memang telah menjadi prediktor yang akurat bagi Actual behavior meskipun prediksi tersebut dilakukan melalui variabel intention to use (Fishbein dan Ajzen, 1975). Fenomena tersebut dapat menjelaskan pengaruh sikap terhadap niat menggunakan kembali.

dalam penelitia. Subjective norm dirumuskan sebagai norma yang didapatkan seseorang dari persepsi terhadap sejauh mana lingkungan sosial yang cukup berpengaruh akan mendukung atau tidak pelaksanaan tingkah laku tersebut (Ajzen, 1991; Thompson, 2006). Lingkungan budaya sosial yang tinggi dan sikap kurang individualistis, seperti yang dimiliki oleh lingkungan sosial Indonesia, faktor-faktor sosial mungkin merupakan pengaruh penting terhadap perilaku

Perceived Behavioral control adalah persepsi tentang kesulitan atau kemudahan dalam melaksanakan tingkah laku, berdasarkan pada pengalaman sebelumnya dan hambatan yang diantisipasi dalam melaksanakan tingkah laku tertentu (Ajzen, 1991). Hal tersebut dianggap penting dalam penelitian ini karena menunjukkan pengendalian diri seseorang untuk melakukan sebuah tindakan.

Intention to (re) use menunjukkan keputusan untuk menggunakan kembali berdasarkan pengaruh sikap, norma subyektif, dan pengendalian diri (Davis dkk, 1989; Ajzen, 1991, Thompson, 2006). Variabel intention to (re) use dianggap penting karena tingkat penggunaan e-commerce pada seseorang dapat diprediksi dari sikap niat menggunakan kembali terhadap teknologi tersebut.

Variabel Actual behavior merupakan variabel keputusan yang dianggap penting dalam penelitian ini karena menunjukkan tindakan nyata terhadap penerapan e-commerce. Seseorang akan puas menggunakan system jika mereka meyakini bahwa sistem tersebut mudah digunakan dan akan meningkatkan Variabel Actual behavior merupakan variabel keputusan yang dianggap penting dalam penelitian ini karena menunjukkan tindakan nyata terhadap penerapan e-commerce. Seseorang akan puas menggunakan system jika mereka meyakini bahwa sistem tersebut mudah digunakan dan akan meningkatkan

Hubungan antar variabel yang dimodelkan memunculkan masalah penelitian yang memerlukan pengujian lebih lanjut. Berdasarkan latar belakang tersebut maka penelitian ini bertujuan untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan tindakan nyata dari UKM untuk menggunakan e- commerce , yaitu niat menggunakan kembali, sikap menggunakan, norma subyektif, perilaku kontrol, dan pengalaman sebagai moderasi.

B. PERMASALAHAN

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka pokok permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah apakah terdapat pengaruh antara sikap untuk menggunakan (attitude toward using), norma subyektif (subjective norms ), pengendalian perilaku (perceived behavioral control), pengalaman (experience), kecenderungan niat menggunakan (intention to use) terhadap tindakan nyata (actual usage).

dengan intention to use. Intention to use didefinisikan sebagai kekuatan niat atau keinginan seseorang untuk menunjukkan perilaku secara lebih khusus terhadap sesuatu (Nysveen dkk, 2007). Kajian literatur terdahulu menjelaskan bahwa attitude towards using memiliki pengaruh secara signifikan terhadap intention to use (Ajzen, 1991; George, 2002; Thompson, 2006). Dalam studi ini, Attitude towards using digunakan sebagai cara untuk menjelaskan strategi UKM yang diperkirakan dapat mempengaruhi intention to use. Dengan demikian permasalahan pertama yang dirumuskan adalah:

Apakah Attitude towards using berpengaruh terhadap intention to use?

Permasalahan kedua terkait hubungan antara subjective norm dengan intention to use . Studi terdahulu menyatakan adanya hubungan yang signifikan antara subjective norm dan intention to use (Ajezen, 1991; Shih dan Venkatesh, 2003). Tekanan sosial yang dirasakan untuk melakukan atau tidak melakukan suatu tindakan. Berdasarkan hal tersebut, maka permasalahan kedua yang dapat dirumuskan adalah:

Apakah Subjective norm berpengaruh terhadap intention to use?

Permasalahan ketiga menjelaskan hubungan antara perceived behavioral control dengan intention to use. Model TPB oleh Ajzen (1991) menunjukkan adanya unsur perceived behavioral control dalam mempengaruhi Permasalahan ketiga menjelaskan hubungan antara perceived behavioral control dengan intention to use. Model TPB oleh Ajzen (1991) menunjukkan adanya unsur perceived behavioral control dalam mempengaruhi

Apakah perceived behavioral control mempengaruhi intention to use?

Permasalahan keempat terkait dengan hubungan intention to use dengan actual behavior . Kajian literatur terdahulu menyatakan bahwa intention to use berpengaruh secara signifikan pada pembentukan actual behavior (Davis, 1989; Ajzen, 1991; Thompson, 2006). Semakin tinggi niat menggunakan kembali yang terbentuk, maka akan semakin tinggi pula tindakan nyata terhadap penggunaan. Berdasar pendapat dan hasil studi tersebut, maka permasalahan keempat yang dapat dirumuskan adalah:

Apakah intention to use mempengaruhi actual behavior?

Permasalahan kelima terkait hubungan moderasi pengalaman terhadap model. Studi terdahulu juga menunjukkan bahwa pengalaman memoderasi hubungan antara model dan niat (Venkatesh dan Morris, 2000). Berdasarkan argumen tersebut, maka permasalahan kelima yang dapat dirumuskan adalah:

Apakah pengalaman memoderasi pengaruh Subjective norm pada proses terbentuknya intention to use?

Studi ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang signifikan antara attitude towards using, subjective norm dan perceived behavioral control, intention to use, dan pengalaman terhadap tindakan nyata dalam penggunaan teknologi informasi.

Secara spesifik, studi ini bertujuan untuk: (1) menjelaskan pengaruh attitude towards using pada intention to use, (2) menjelaskan pengaruh subjective norm pada intention to use, (3) menjelaskan pengaruh perceived behavioral control pada intention to use, (4) menjelaskan pengaruh intention to use pada actual behavior, dan (5) menjelaskan pengaruh moderasi pengalaman pada subjective norm terhadap intention to use.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Kemanfaatan Teoritis Latar belakang yang diangkat pada studi ini adalah penggunaan jasa perbankan di Indonesia. Dengan dibentuknya konstruk pengembangan berdasar studi literatur terdahulu, diharapkan mampu menjadi referensi dan untuk digeneralisasi dalam konteks yang lebih luas, melalui pengembangan obyek amatan maupun metode pengujiannya. Studi ini diharapkan mampu memberikan pemahaman bagi studi – studi mendatang, terkait dengan pengukuran variabel, prosedur pengujian maupun generalisasi metode risetnya.

2. Kemanfaatan Bagi Studi Lanjutan 2. Kemanfaatan Bagi Studi Lanjutan

3. Kemanfaatan Praktis

Model yang dikembangkan pada studi ini menjelaskan pengaruh relationship marketing pada customer loyalty. Melalui studi ini, diharapkan pemasar dapat memahami faktor – faktor apa saja yang berpotensi dan sebagai driving force dari customer loyalty. Dengan demikian, diharapkan pemasar mampu menyusun kebijakan dan strategi pemasaran yang sesuai sebagai upaya untuk meningkatkan customer loyalty.

4. Kemanfaatan Metodologis

Studi ini diharapkan dapat memberikan metode yang mempunyai keunikan yang berbeda dari studi – studi yang terdahulu terkait dengan kespesifikan obyek studi yang dipilih yaitu penggunaan jasa perbankan. Hal ini diharapkan dapat memberikan pemahaman pada studi mendatang terkait dengan pengukuran variabel yang dikembangkan dan prosedur pengujian yang dilakukan. Dengan demikian studi mendatang diharapkan dapat menggeneralisasi metode Studi ini diharapkan dapat memberikan metode yang mempunyai keunikan yang berbeda dari studi – studi yang terdahulu terkait dengan kespesifikan obyek studi yang dipilih yaitu penggunaan jasa perbankan. Hal ini diharapkan dapat memberikan pemahaman pada studi mendatang terkait dengan pengukuran variabel yang dikembangkan dan prosedur pengujian yang dilakukan. Dengan demikian studi mendatang diharapkan dapat menggeneralisasi metode

E. JUSTIFIKASI PENELITIAN

Ada beberapa bahasan yang dipergunakan sebagai dasar untuk menjustifikasi tentang pentingnya studi ini dilakukan. Bahasan tersebut antara lain: isu penelitian, obyek yang menjadi fokus studi dan prinsip generalisasi model. Berikut adalah pembahasan mengenai justifikasi penelitian.

1. Isu penelitian

Studi ini mengambil isu customer loyalty dan word-of-mouth. Isu ini menarik untuk menjadi fokus studi dikarenakan masih menjadi perdebatan yang mengisyaratkan adanya pendapat yang belum konklusif terhadap permasalahan, metode dan struktur pemodelannya. Penelitian ini bersifat applied research yang didesain untuk memberikan pertimbangan secara empiris terkait dengan permasalahan yang dihadapi penyedia jasa perbankan, secara spesifik terkait dengan upaya-upaya yang seharusnya dilakukan untuk meningkatkan customer loyalty dan word-of-mouth .

2. Pendekatan penelitian 2. Pendekatan penelitian

3. Obyek penelitian Studi ini mengambil obyek penelitian loyalitas dan word-of- mouth nasabah Bank Jateng. Pemilihan ini didasarkan pada pertimbangan bahwa loyalitas dan word-of-mouth nasabah merupakan obyek studi yang diperkirakan dapat mewakili fenomena riil untuk menjelaskan konsep customer loyalty dan word-of-mouth selain itu, alasan pemilihan obyek amatan pada Bank Jateng adalah untuk membatasi ruang lingkup penelitian dengan pertimbangan mengenai homogenitas sampel yang diuji, hal ini dimaksudkan agar model yang diuji dapat menjelaskan fenomena dengan baik (robust model).

4. Prinsip generalisasi model Studi ini bertumpu pada metode riset yang terbatas ruang lingkupnya, sehingga untuk menggeneralisasi model pada setting yang berbeda memerlukan suatu kehati-hatian dalam mencermati profil background factor yang melatarbelakangi penelitian. Hal yang perlu dicermati antara lain adalah profil demografis yang melekat pada pelanggan yang akan diteliti. Hal tersebut menjadi pertimbangan 4. Prinsip generalisasi model Studi ini bertumpu pada metode riset yang terbatas ruang lingkupnya, sehingga untuk menggeneralisasi model pada setting yang berbeda memerlukan suatu kehati-hatian dalam mencermati profil background factor yang melatarbelakangi penelitian. Hal yang perlu dicermati antara lain adalah profil demografis yang melekat pada pelanggan yang akan diteliti. Hal tersebut menjadi pertimbangan

BAB II

Bab ini menjelaskan empat sub bahasan yang digunakan untuk memberikan pemahaman tentang posisi studi ini dibanding studi-studi terdahulu serta melakukan kajian literatur sebagai landasan teori yang dapat menjelaskan Theory of Planned Behavior (TPB). Selanjutnya bab ini juga bertujuan untuk memberikan kerangka dasar dalam merumuskan hipotesis dan pengembangan model yang diusulkan.

Keempat sub bahasan yang dijelaskan antara lain: Pertama, pengertian Theory of Planned Behavior (TPB) sebagai variabel tujuan dalam penelitian ini. Kedua. posisi studi yang bertujuan untuk menjelaskan perbedaan variabel variabel yang menjadi fokus bahasan studi dengan penelitian penelitian sebelumnya. Ketiga, pembahasan teori dan hipotesis. Keempat, pengembangan model yang didasarkan pada rumusan hipotesis. Berikut ini adalah penjelasan terhadap masing-masing sub bahasan tersebut.

A. PENGERTIAN DAN PENDEKATAN PENELITIAN

Theory of Planned Behavior (TPB) merupakan perluasan dari Theory of Reasoned Action (TRA). Model Theory of Planned Behavior (TPB) merupakan model penelitian yang sering digunakan untuk mempelajari, memprediksi dan penjelasan perilaku konsumen dalam konteks spesifik (Ajzen, 1991). Model TPB merupakan perilaku yang direncanakan atau diprogram dalam pemanfaatan dan penggunaan Teknologi Sistem Informasi.

dalam mempengaruhi perilaku sebagai faktor tambahan yang mempengaruhi niat konsumen untuk menggunakan TSI. Dalam hal ini, perilaku individu bukan dibiarkan dalam pemanfaatan dan penggunaan TSI, tetapi dikendalikan dengan berbagai alat control terkait dengan perilaku individu tersebut. Menurut TPB, tindakan individu pada perilaku ditentukan oleh niat individu tersebut untuk melakukan perilaku. TPB berpendapat bahwa niat perilaku direncanakan untuk melakukan suatu kegiatan yang ditentukan oleh: 1) Attitude (sikap), 2) Perceived behavioral control, yang didefinisikan sebagai persepsi dari seberapa mudah atau sulitnya untuk melakukan perilaku, dan 3) Subjective norm, didefinisikan sebagai kepercayaan seseorang tentang apakah orang lain yang berhubungan berpikir bahwa seseorang harus terlibat dalam suatu kegiatan.

B. POSISI STUDI

Posisi studi ini dapat dijelaskan melalui tabel II.1. yang menyajikan variabel-variabel amatan dan alat analisis yang digunakan.

Tabel II.1. Posisi Studi

Statistik Davis et al

Actual system use

External variable

Perceived usefulness

Regression

Perceived ease of use Attitude

Behavioral intention to use

Ajzen (1991)

Actual behavior

attitude toward

intention to use

SEM

subejective norm perceived

behavioral control

Karahanna et al(1999)

Behavioral Intention

Behavioral belief

Attitude toward adopting IT

SEM

Normative belief

Subjective Norm toward adopting IT

Perceived about voluntariness adopting IT

Wang; Lin (2003)

Behavioral Intention

Computer Self Efficancy

Perceived usefulness

SEM

Perceived easy of use Perceived credibility

Hysvenn et all (2005)

Intention to use

Perceived usefulness

Attitude towards use

SEM

Perceived easy of use

Perceived enjoyment

Perceived Expressivenes

Normative pressure

Snook (2005)

Actual System Use

Perceived usefulness

Behavioral intention to use

Regression

Perceived easy of use

Sambungan Tabel II.1. …………………………………………………………...

Statistik Thompson

Future intention

Personal innovativeness

Perc, behavioral control

SEM

Computer self efficacy Ease of use Social factor Perceived usefulness Affect

Park dan Chen (2007)

Behavioral intention to use

Self efficancy

Perceived usefulness

Regression

Observability Perceived easy of use Triability

Attitude toward using smartphone

Compatibility Task Individual Organization Environment

Liao et al (2007)

Behavioral intention

Perceived easy of use

Attitude

SEM

Perceived usefulness

Perceived enjoyment

Huan dan Haughton (2008)

Usage intention

Perceived easy of use

Attitude toward using

SEM

Perceived usefulness

Perceived enjoyment

Compatibility

Social influence

Flow experience

Cui et al (2009) Intention to use Refusal Usefulness Regression

Delay easy of use

E. decision making

fun

Pretest Attitude Pretest Attitude

1. Sikap terhadap penggunaan

Attitude toward using dalam TPB dikonsepkan sebagai sikap terhadap penggunaan sistem yang berbentuk penerimaan atau penolakan sebagai dampak bila seseorang menggunakan suatu teknologi dalam pekerjaannya. Peneliti lain menyatakan bahwa faktor sikap (attitude) sebagai salah satu aspek yang mempengaruhi perilaku individual. Sikap seseorang terdiri atas unsur kognitif/cara pandang (cognitive), afektif (affective ), dan komponen-komponen yang berkaitan dengan perilaku (behavioral components).

Sikap merupakan pernyataan atau pertimbangan evaluatif mengenai obyek, orang, atau peristiwa (Robbins, 1998). Definisi lain menyebutkan sikap merupakan hasil dari faktor genetik dan proses belajar serta selalu berhubungan dengan suatu obyek. Sikap biasanya memberikan penilaian (menerima atau menolak) terhadap objek yang dihadapinya (Dharmmesta dan Handoko, 1997). Secara definitif, sikap berarati suatu keadaan jiwa (mental) dan keadaan pikiran (neural) yang dipersiapkan untuk memberikan tanggapan terhadap suatu objek, yang diorganisir melalui pengalaman serta mempengaruhi secara langsung dan atau secara dinamis pada perilaku (Engel dalam Dharmmesta dan Handoko, 1997).

juga dipandang sebagai keselurahan evaluasi (Engel dkk, 1995).

Sikap bukan merupakan perilaku tetapi refleksi dari evaluasi suka atau tidak suka terhadap suatu objek. Penelitian sudah banyak dilakukan untuk memperoleh kepastian apakah sikap itu dapat menjadi prekditor yang akurat terhadap perilaku. Aplikasi TRA sudah membuktikan bahwa sikap terhadap perilaku tertentu memang telah menjadi prediktor yang akurat bagi perilaku meskipun prediksi tersebut dilakukan melalui variabel niat (intention) dan peran variabel subjective norms dalam model.

Definisi sikap di atas, dapat diderivikasikan pengertian sikap terhadap use (penggunaan) yaitu pernyataan atau pertimbangan evaluatif mengenai penggunaan. Definisi lainnya mengartikan bahwa sikap berarti keadaan suatu keadaan jiwa dan keadaan pikiran yang dipersiapkan untuk memberikan tanggapan terhadap penggunaan, yang diorganisir melalui pengalaman serta mempengaruhi secara langsung dan atau secara dinamis pada use. Sikap menurut Fishbein dan Ajzen (1975), disebutkan bahwa sikap seseorang terhadap suatu perilaku dapat diperkirakan dengan mengalikan evaluasi dari masing-masing konsekuensi perilaku dengan probabilitas subjektif untuk melakukan perilaku yang akan menunjukkan konsekuensi tersebut dan kemudian menjumlahkan keseluruhan hasil perkalian yang diperoleh.

2. Norma subyektif

banyak menentukan bagaimana individu bertindak, namun sikap dan tindakan nyata seringkali jauh berbeda. Hal ini disebabkan oleh adanya faktor eksternal lain yang menentukan tindakan atau perilaku yang lebih bersifat umum atau sosial, sehingga perilaku lebih peka terhadap tekanan- tekanan sosial. Sikap sosial terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami oleh individu. Interaksi sosial yang terjadi akan menjadikan hubungan saling mempengaruhi di anatara individu yang satu dengan yang lainnya. Pengertian secara definitif, norma subyektif merupakan pengaruh “orang lain yang penting”. Faktor tersebut biasanya dipersepsikan sebagai sesuatu yang dipikirkan “orang lain yang penting” harus dilakukan oleh orang tersebut sehubungan dengan perilaku tertentu (Engel dkk, 1994). Sejalan dengan hal tersebut, Dharmesta (1998) menyatakan bahwa norma subyektif merupakan tekanan sosial yang dirasakan untuk melakukan atau tidak melakukan tindakan atau perilaku.

Subjektive norm menurut Ajzen (1991) terbentuk dari dua komponen, yaitu keyakinan mengenai refrensi atau orang penting yang beranggapan bahwa ia melakukan perilaku tertentu dan motivasi individu untuk menyesuaikan diri dan menuruti pengaruh dari refrensi tersebut sehubungan dengan perilaku tertentu.

3. Kontrol perilaku yang dapat diterima

menunjukkan kepercayaan diri individu bahwa mereka mampu melakukan kegiatan yang dilakukan. Sejumlah pernyataan berbeda telah digunakan untuk kepentingan tersebut, beberapa pernyataan diajukan untuk menjawab kesulitan dalam melakukan perilaku tersebut atau kemungkinan individu mampu menjalankan perilaku tersebut. Pernyataan lainnya digunakan untuk menilai kontrol perilaku yang merujuk kepada kemampuan mengendalikan (controllability). Pernyataan ini menilai keyakinan individu bahwa mereka memiliki kendali untuk memutuskan apakah mereka akan menjalankan atau tidak menjalankan perilaku yang diminta.

4. Pengalaman

Pengalaman merupakan pengetahuan yang ditambah dengan jam terbang/waktu sehingga seseorang dapat menerapkan sesuatu sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Venkatesh dan Davis (2000), menerangkan bahwa pengalaman pengguna mempengaruhi hubungan antara komponen model dan niat. Pengalaman yang mempunyai landasan kemampuan untuk menggunakan, dari pengertian tersebut mungkin menjadi pertimbangan penting dalam penerapan model perilaku khususnya minat menggunakan. Pengalaman juga menunjukkan bahwa kegunaan yang dirasakan berhubungan dengan waktu yang dihabiskan untuk melakukan kegiatan yang berhubungan dengan penerapan sesuatu (Venkatesh, 2003). Penelitian tambahan juga memeriksa berbagai Pengalaman merupakan pengetahuan yang ditambah dengan jam terbang/waktu sehingga seseorang dapat menerapkan sesuatu sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Venkatesh dan Davis (2000), menerangkan bahwa pengalaman pengguna mempengaruhi hubungan antara komponen model dan niat. Pengalaman yang mempunyai landasan kemampuan untuk menggunakan, dari pengertian tersebut mungkin menjadi pertimbangan penting dalam penerapan model perilaku khususnya minat menggunakan. Pengalaman juga menunjukkan bahwa kegunaan yang dirasakan berhubungan dengan waktu yang dihabiskan untuk melakukan kegiatan yang berhubungan dengan penerapan sesuatu (Venkatesh, 2003). Penelitian tambahan juga memeriksa berbagai

5. Niat menggunakan

Behavioral intention to use adalah kecenderungan perilaku untuk tetap menggunakan kembali (niat) suatu teknologi. Tingkat penggunaan sebuah teknologi pada seseorang dapat diprediksi dari sikap perhatiannya terhadap teknologi tersebut, misalnya keinginanan menambah peripheral pendukung, motivasi untuk tetap menggunakan, serta keinginan untuk memotivasi pengguna lain. Peneliti selanjutnya menyatakan bahwa sikap perhatian untuk menggunakan adalah prediksi yang baik untuk mengetahui actual usage.

6. Tindakan nyata

Actual behavior adalah kondisi nyata penggunaan sistem. Dikonsepkan dalam bentuk pengukuran terhadap frekuensi / intention dan sikap penggunaan teknologi. Seseorang akan puas menggunakan system jika mereka meyakini bahwa sistem tersebut mudah digunakan dan akan meningkatkan produktifitas mereka, yang tercermin dari kondisi nyata penggunaan (Davis,1989).

D. HIPOTESIS

Beberapa model telah dibangun untuk menganalisis dan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi diterimanya penggunaan teknologi komputer, diantaranya yang tercatat dalam berbagai literatur dan referensi Beberapa model telah dibangun untuk menganalisis dan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi diterimanya penggunaan teknologi komputer, diantaranya yang tercatat dalam berbagai literatur dan referensi

TPB yang dikembangkan oleh Ajzen (1991) menunjukkan bahwa sikap terhadap penggunan berpengaruh terhadap niat untuk menggunakan. Hal tersebut didukung oleh Tompson dkk (1991) yang menjelaskan tentang faktor sikap (attitude) sebagai salah satu aspek yang mempengaruhi prilaku individual. Sedangkan George (2002) meniliti tentang sikap yang terkait dengan niat penggunaan internet untuk pembelian suatu produk. Sehingga hipotesis yang pertama dalam penelitian ini adalah :

H1: Sikap terhadap penggunaan teknologi internet berpengaruh positif terhadap niat untuk tetap menggunakan kembali teknologi internet

Ajzen (1991) mengembankan model TPB dengan memasukkan variable subjective norm yang mempengaruhi niat. Faktor-faktor sosial mungkin merupakan pengaruh penting terhadap perilaku (Hofstede, 1991; Shih dan Venkatesh, 2003). Norma subyektif menunjukkan tekanan sosial yang dirasakan untuk melakukan atau tidak melakukan tindakan, Kontrol keperilakuan yang dirasakan menunjukkan mudahnya atau sulitnya seseorang melakukan tindakan dan dianggap sebagai cerminan pengalaman Ajzen (1991) mengembankan model TPB dengan memasukkan variable subjective norm yang mempengaruhi niat. Faktor-faktor sosial mungkin merupakan pengaruh penting terhadap perilaku (Hofstede, 1991; Shih dan Venkatesh, 2003). Norma subyektif menunjukkan tekanan sosial yang dirasakan untuk melakukan atau tidak melakukan tindakan, Kontrol keperilakuan yang dirasakan menunjukkan mudahnya atau sulitnya seseorang melakukan tindakan dan dianggap sebagai cerminan pengalaman

H2: Norma subyektif berpengaruh positif terhadap niat untuk tetap menggunakan kembali teknologi internet.

Model TPB oleh Ajzen (1991) menunjukkan adanya unsur kontrol perilaku yang dirasakan dalam mempengaruhi perilaku sebagai faktor tambahan yang mempengaruhi niat konsumen untuk menggunakan taknologi. Dalam hal ini, perilaku individu bukan dibiarkan dalam pemanfaatan dan penggunaan teknologi, tetapi dikendalikan dengan berbagai alat control terkait dengan perilaku individu tersebut. Kontrol keperilakuan yang dirasakan menunjukkan mudahnya atau sulitnya seseorang melakukan tindakan. TPB menetapkan bahwa perceived behavioral control dan niat mempengaruhi tindakan nyata. Sehingga hipotesis yang ketiga dalam penelitian ini adalah :

H3: Persepsi pengendalian perilaku berpengaruh positif terhadap niat untuk tetap menggunakan kembali teknologi internet.

Venkatesh dan Morris (2000), meneliti bahwa pengalaman pengguna mempengaruhi hubungan antara komponen model dan niat. Pengalaman diteliti karena kemungkinan hal tersebut menjadi pertimbangan penting dalam penerapan model. Penelitian selanjutnya memeriksa berbagai komponen model dalam kaitannya dengan sikap sistem informasi, niat, atau kriteria penggunaan. Sehingga hipotesis yang keempat dalam penelitian ini adalah : Venkatesh dan Morris (2000), meneliti bahwa pengalaman pengguna mempengaruhi hubungan antara komponen model dan niat. Pengalaman diteliti karena kemungkinan hal tersebut menjadi pertimbangan penting dalam penerapan model. Penelitian selanjutnya memeriksa berbagai komponen model dalam kaitannya dengan sikap sistem informasi, niat, atau kriteria penggunaan. Sehingga hipotesis yang keempat dalam penelitian ini adalah :

Davis dkk (1989) mengemukakan pentingnya aspek perilaku dalam penerapan penggunaan teknologi. Hal tersebut berdasarkan hasil penelitian empiris yang menguji pengaruh prilaku individual pengguna terhadap penggunaan. Sehingga hipotesis yang kelima dalam penelitian ini adalah :

H5: Niat untuk tetap menggunakan kembali teknologi internet berpengaruh positif terhadap perilaku sesungguhnya dalam menggunakan teknologi internet.

E. MODEL PENELITIAN

Berdasarkan hipotesis yang telah dirumuskan, hubungan antar variabel yag dikonsepkan dapat digambarkan dalam bentuk model yang menjelaskan hubungan variable attitude toward using, subjective norm, perceived behavioral control, eperience, dan intention to use terhadap actual behavior.

Attitude Towards Using

Subjective Norm Intention to (re) use Subjective Norm Intention to (re) use

Digunakannya model penelitian ini karena pada model penelitian yang digunakan Ajzen (1991), dimana variabel-variabel seperti attitude toward using, subjective norm, dan perceived behavioral control berpengaruh terhadap niat seseorang untuk melakukan serta mempengaruhi actual behavior . Variable moderasi berdasarkan model dari Venkatesh dan Morris (2003) dimana pengalaman memoderasi pengaruh social influence pada intention.

METODE PENELITIAN

Tujuan bab ini adalah untuk memberikan landasan yang valid dan reliabel agar hasil studi dapat diyakini kebenarannya. Bab ini berisi tentang ruang lingkup penelitian, metode pengambilan sampel dan teknik pengumpulan data, definisi operasional variabel dan pengukuran variabel, serta pengujian statistik.

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini berjenis penelitian dasar (basic research), yaitu penelitian yang meliputi pengembangan ilmu pengetahuan. Penelitian dasar biasanya dilakukan untuk menguji kebenaran teori tertentu, atau mengetahui konsep tertentu secara lebih mendalam (Lihat Kuncoro, 2003). Sedangkan menurut jenis hubungan antar variabelnya, penelitian ini bersifat kausal yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan sebab akibat dari variabel- variabel yang diteliti, penelitian ini menunjukkan arah hubungan antar variabel bebas sebagai variabel penyebab dengan variabel terikat sebagai akibat suatu fenomena, disamping mengukur arah hubungannya.

Berdasarkan waktu penelitiannya, studi ini bersifat cross sectional, karena studi ini hanya dilakukan dalam satu periode.

1. Populasi

Populasi adalah seluruh obyek yang ingin diketahui besaran karakteristiknya (Kustituanto, 1995). Menurut Sekaran (2006), populasi mengacu pada keseluruhan kelompok orang, kejadian, atau hal minat yang ingin diteliti. Populasi yang menjadi sasaran di penelitian adalah semua Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang berkecenderungan menggunakan fasilitas internet untuk menjalankan usahanya di kota Surakarta.

2. Sampel

Sampel yang menjadi sasaran di dalam penelitian adalah pemilik shoping online yang ada di kota Surakarta. Dalam penelitian ini banyaknya sampel yang diambil adalah sebanyak 243 responden, dengan alasan karena jumlah tersebut telah memenuhi batas minimal yang diisyaratkan, sehingga sampel dianggap mencukupi (Sekaran,1992). Berdasarkan pengambilan tempat dan penentuan sampel, penelitian mewakili pada karakteristik UKM di Surakarta. Responden akan diberi kuisioner yang berisi beberapa pernyataan mengenai faktor -faktor pembentuk niat untuk kembali menggunakan dan tindakan nyata dari pengguna e-commerce. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan metode convenience sampling , yaitu teknik pengambilan sampel dari responden yang memiliki karakteristik khusus dan memenuhi kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti yang dapat memberikan informasi yang dibutuhkan.

populasi tidak memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel atau pemilihan anggota sampel dilakukan dengan tidak acak dan bersifat subjektif (Sekaran, 1992). Sampel merupakan sebagian obyek populasi yang memiliki karakteristik sama dengan karakteristik populasi yang ingin diketahui besaran karakteristiknya (Kustituanto,1995).

3. Sampling Method

Kuesioner akan dibagikan kepada para responden yang memenuhi kriteria-kriteria yang telah ditetapkan dalam penelitian ini. Responden yang tidak memenuhi kriteria tidak akan dimasukkan kedalam sampel penelitian. Bertujuan mendapatkan sampel yang diinginkan, peneliti menyusun dan mengedarkan kuesioner yang berisi daftar pernyataan secara langsung kepada responden. Jawaban dari pernyataan kuesioner menggunakan skala likert (skala 1-5) dimana responden diminta untuk mengidentifikasi tingkat setuju atau tidak setuju atas berbagai pernyataan yang berhubungan dengan atribut objek yang akan diteliti.

Menurut Sekaran (1992), untuk menentukan besaran sampel penelitian, peneliti menggunakan berbagai pertimbangan, yaitu:

a. Bila ukuran sampel lebih dari 30 dan kurang dari 500 adalah telah mencukupi untuk digunakan dalam semua penelitian.

b. Jika sampel dibagi menjadi sub-sub sampel, maka ukuran sample minimum yang dibutuhkan untuk setiap kategori adalah 30.

(lebih baik 10 kali atau jumlah variabel yang digunakan).

d. Berdasarkan pertimbangan estimasi kemungkinan maksimum, jumlah sampel sebesar 50 sudah dapat memberikan hasil yang valid.

Metode pengumpulan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah non probability sampling dimana tidak setiap anggota memiliki kesempatan yang sama untuk dimasukkan kedalam sampel. Purposive sampling adalah metode sampling yang memiliki anggota sampel yang dipercaya dapat mewakili populasi atau memiliki pengetahuan mengenai topik penelitian, (Crask, Fox, Stout, 1995). Pengambilan sampel dengan menggunakan purposive sampling, terbatas pada jenis orang tertentu yang dapat memberikan informasi yang diinginkan atau memenuhi beberapa kriteria yang ditentukan oleh peneliti.

C. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Attitude Towards Using. Eagly dan Chaiken (1993) mendefinisikan Attitude towards using sebagai hasil evaluasi sebuah entitas dengan kadar setuju atau tidak setuju, yang diekspresikan dalam bentuk kognitif. Peneliti kemudian menyimpulkan sikap sebagai disposisi individu untuk berperilaku yang didasarkan pada belief beserta evaluasinya terhadap suatu obyek, orang atau kejadian, yang kemudian diekspresikan dalam bentuk kognitif, afektif dan konatif. Variabel ini dioperasikan dengan menggunakan empat item pengukuran terkait: (1) Penilaian tentang keputusan menggunakan teknologi Attitude Towards Using. Eagly dan Chaiken (1993) mendefinisikan Attitude towards using sebagai hasil evaluasi sebuah entitas dengan kadar setuju atau tidak setuju, yang diekspresikan dalam bentuk kognitif. Peneliti kemudian menyimpulkan sikap sebagai disposisi individu untuk berperilaku yang didasarkan pada belief beserta evaluasinya terhadap suatu obyek, orang atau kejadian, yang kemudian diekspresikan dalam bentuk kognitif, afektif dan konatif. Variabel ini dioperasikan dengan menggunakan empat item pengukuran terkait: (1) Penilaian tentang keputusan menggunakan teknologi

Subjective Norm Menurut Baron dan Byrne (2002), Subjective norm adalah persepsi individu tentang apakah orang lain akan mendukung atau tidak terwujudnya tendakan tersebut. Norma subyektif juga diartikan sebagai persepsi tentang tekanan sosial dalam melaksanakan perilaku tertentu (Feldman, 1995). Hogg dan Vaughan (2005) berpandangan bahwa norma subyektif adalah produk dari persepsi individu tentang beliefs yang dimiliki orang lain. Norma subyektif dirumuskan sebagai norma yang didapatkan seseorang dari persepsi terhadap sejauh mana lingkungan sosial yang cukup berpengaruh akan mendukung atau tidak pelaksanaan tingkah laku tersebut.Variabel ini dioperasikan dengan menggunakan lima item pengukuran terkait: (1) Orang lain akan menganggap bisnis yang dijalankan bermutu bila menggunakan media e-commerce, (2) merasa sebagai perintis dalam menggunakan e-commerce, (3) merasa e-commerce tidak akan mendatangkan pembeli baru, (4) merasa e-commerce tidak sesuai dengan budaya masyarakat, (5) memandang positif penerapan e-commerce untuk Subjective Norm Menurut Baron dan Byrne (2002), Subjective norm adalah persepsi individu tentang apakah orang lain akan mendukung atau tidak terwujudnya tendakan tersebut. Norma subyektif juga diartikan sebagai persepsi tentang tekanan sosial dalam melaksanakan perilaku tertentu (Feldman, 1995). Hogg dan Vaughan (2005) berpandangan bahwa norma subyektif adalah produk dari persepsi individu tentang beliefs yang dimiliki orang lain. Norma subyektif dirumuskan sebagai norma yang didapatkan seseorang dari persepsi terhadap sejauh mana lingkungan sosial yang cukup berpengaruh akan mendukung atau tidak pelaksanaan tingkah laku tersebut.Variabel ini dioperasikan dengan menggunakan lima item pengukuran terkait: (1) Orang lain akan menganggap bisnis yang dijalankan bermutu bila menggunakan media e-commerce, (2) merasa sebagai perintis dalam menggunakan e-commerce, (3) merasa e-commerce tidak akan mendatangkan pembeli baru, (4) merasa e-commerce tidak sesuai dengan budaya masyarakat, (5) memandang positif penerapan e-commerce untuk

Perceived Behavioral Control. Perceived behavioral control adalah ukuran sejauh mana individu percaya tentang mudah atau sulitnya menampilakn tingkah laku terntentu (Hogg dan Vaughan, 2005). Menurut Feldman (1995), PBC adalah persepsi tentang kesulitan atau kemudahan dalam melaksanakan tingkah laku, berdasarkan pada pengalaman sebelumnya dan hambatan yang diantisipasi dalam melaksanakan tingkah laku tertentu. Peneliti menyimpulkan PBC sebagai persepsi individu terhadap kadar kemudahan dan kesulitan suatu tingkah laku serta kontrol yang dimilki untuk melaksanakan tingkah laku tersebut.Variabel ini dioperasikan dengan menggunakan delapan item pengukuran terkait: (1) kecenderungan lebih terampil memasarkan produk/jasa dengan menggunakan e-commerce, (2) kecenderungan merasa mudah mempelajari e-commerce , (3) kecenderungan merasa kesulitan saat coba memahami cara kerja e-commerce, (4) kecenderungan bisa menggunakan e-commerce dengan lancar setelah terbiasa, (5) kecenderungan sulit menerapkan e- commerce karena tidak ahli computer, (6) kecenderungan merasa yakin untuk bisa menggunakan e-commerce, (7) kecenderungan bila memiliki keyakinan maka mampu menerapkan e-commerce, (8) kecenderungan untuk menerapkan e-commerce bagi bisnis yang dijalankan adalah sesuatu yang mungkin. Masing-masing item diukur dengan menggunakan 5 point skala Likert (1 = sangat tidak setuju sampai dengan 5 = sangat setuju