Sistem Aplikasi Inverter Pada Panel Surya Sebagai Penggerak Pompa Air Untuk Penyiraman Kebun Salak

IDENTIFIKASI FAKTOR DOMINAN YANG BERPENGARUH TERHADAP KEBERHASILAN PEMBANGUNAN DINDING LUAR BETON PRACETAK PABRIKAN UNTUK BANGUNAN BERTINGKAT TINGGI STUDI PERBANDINGAN SIFAT KEKERASAN BAJA ASTM A36 HASIL PENGELASAN MIG DCRP DAN DCSP ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS KONDENSAT MURNI DENGAN METODE SIX SIGMA DI PT. ARUN NGL ANALISIS STATIK PADA DESAIN ATTACTMENT HEAVY EQUIPMENT BUCKET DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE ANSYS PENGUKURAN KINERJA TEKNOLOGI INFORMASI PADA SISTEM INFORMASI AKADEMIK JURUSAN DI UNIVERSITAS GUNADARMA DENGAN MENGGUNAKAN KERANGKA KERJA COBIT 4.1 SISTEM APLIKASI INVERTER PADA PANEL SURYA SEBAGAI PENGGERAK POMPA AIR UNTUK PENYIRAMAN KEBUN SALAK PENINGKATAN KUALITAS DAYA LISTRIK (EPQ) DALAM PENGATURAN KECEPATAN PADA MOTOR INDUKSI TIGA FASE

PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN TEKNIK BERBASIS RESIKO (RISK BASE INSPECTION) SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN EFISIENSI KERJA DAN MEMPERPANJANG SISA UMUR OPERASI (REMAINING LIFE TIME) PESAWAT BOILER

Jurnal Jakarta ISSN Vol. 29

TEKNIK Okt. 2016 1410-8216

No. 3

Hlm. 126-190

Volume 29 Nomor 3, Oktober 2016 ISSN 1410-8216

DAFTAR ISI

1. Identifikasi Faktor Dominan yang Berpengaruh Terhadap Keberhasilan 126

Pembangunan Dinding Luar Beton Pracetak Pabrikan untuk Bangunan Bertingkat Tinggi

Muhammad Ismail Akbar

2. Studi Perbandingan Sifat Kekerasan Baja ASTM A36 Hasil Pengelasan MIG 135

DCRP dam DCSP

Ferry Budhi Susetyo

3. Analisis Pengendalian Kualitas Kondensat Murni dengan Metode Six Sigma 140

di PT. Arun NGL

Muchtar Darmawan, Garizza Afianda

4. Analisis Statik Pada Desain Attactment Heavy Equipment Bucket dengan 150

Menggunakan Software Ansys

I Nyoman Artana

5. Pengukuran Kinerja Teknologi Informasi Pada Sistem Informasi Akademik

Jurusan di Universitas Gunadarma dengan Menggunakan Kerangka Kerja

Cobit 4.1 Nurul Adhayanti, Dina Agusten, Wahyu Supriyatin

6. Sistem Aplikasi Inverter Pada Panel Surya Sebagai Penggerak Pompa Air

Untuk Penyiraman Kebun Salak

Muhammad Suyanto

7. Peningkatan Kualitas Daya Listrik (EPQ) dalam Pengaturan Kecepatan Pada

Motor Induksi Tiga Fase

Wiwik Handajadi

8. Pemeriksaan dan Pengujian Teknik Berbasis Resiko (Risk Base Inspection) Sebagai Upaya Meningkatkan Efisiensi Kerja dan Memperpanjang Sisa Umur

Operasi (Remaining Life Time) Pesawat Boiler

Muh. Yudi M. Sholihin

Cover : Disain cover oleh Staf Redaksi

Dari Redaksi

Pemerintah Indonesia tengah berupaya untuk kembali menjadikan Indonesia sebagai negara yang berperan penting dalam pengeksporan minyak bumi dan gas (Migas) di dunia. PT. Arun NGL yang merupakan salah satu industri migas, saat ini sedang fokus dalam proses pemurnian kondensat. Hingga saat ini, perusahaan masih memiliki masalah dalam pencapaian nilai tekanan uap reid (Reid Vapor Pressure – RVP) kondensat murni dalam satuan Psi. Selama ini, nilai RVP yang tidak sesuai speifikasi (out of spec) akan diberikan perlakukan khusus (rework) supaya pada akhirnya produk akan tetap memenuhi spesifikasi. Namun, kegiatan perlakuan khusus tersebut memerlukan biaya, waktu, serta tenaga tambahan. Terkait hal tersebut, Muchtar Darmawan mengangkat tulisan ini untuk melakukan analisis bagaimana meningkatkan kualitas nilai RVP kondensat murni tersebut., halaman lain Perguruan tinggi merupakan salah satu instansi yang mempunyai tugas melayani terutama dalam bidang pendidikan. Nurul Adhayanti, Dina Agusten dan Wahyu Supriyatin membahas mengenai pengukuran kinerja teknologi informasi pada sistem informasi akademik, dan masih banyak lagi artikel lain yang menarik untuk dibaca. Selamat membaca.

ISSN 1410-8216

Pemimpin Umum / Penanggung Jawab Dekan Fakultas Teknik Universitas Pancasila

Anggota Wakil Dekan I, II, III Fakultas Teknik Universitas Pancasila

Ketua Jurusan : Arsitektur, Teknik Sipil, Teknik Mesin, Teknik Industri, Teknik Informatika,

Teknik Elektro & Ka. Program DIII

Staf Ahli Prof. Ir. Sidharta S. Kamarwan, Prof. Ir. Ferry J. Putuhena, M.Sc. Ph.D., Prof. Dr. Ir. Chandrasa Sukardi, M.Sc., Prof. Ir. Antonius Anton, M.Ed., Prof. Dr. I Made Kartika, M.Sc., Prof. Ir. Djoko W. Karmiadji, MSME. Ph.D., Prof. Dr. Ir. Yulianto Sumalyo, Ir. Suharso, M. Eng.

Redaksi : Pemimpin Redaksi / Ketua Penyunting

Ir. Budiady

Redaksi Pelaksana / anggota Ir. Atiek Tri Juniati, MT., Ir. Kiki K. Lestari, MT., Ir. Imam Hagni Puspito, MT. Ir. Eddy Djatmiko, MT., Adhi Mahendra, ST., MT. Ir. Rini Prasetyani, MT., Ir. Hasan Hariri, MT.

Sekretariat / Tata Usaha & Administrasi Yan Kurniawan, ST., Suparmo

Korespondensi :

Kepala Perpustakaan, Sekretariat Jurusan : Arsitektur, Teknik Sipil, Teknik Mesin, Teknik Industri, Teknik Informatika, Teknik Elektro dan Program Diploma III FTUP

Alamat Redaksi Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan 12640 Telp. 7864730 ext. 120 Fax. (021) 7270128

Jurnal TEKNIK, diterbitkan 3 kali dalam satu tahun masing-masing pada bulan : Pebruari, Juni, Oktober

Redaktur mengundang para penulis dan peneliti untuk mengirimkan artikel ilmiah maupun hasil penelitiannya ke Jurnal TEKNIK. Redaksi berhak menentukan dimuat atau tidaknya suatu naskah dan mengedit atau memperbaiki tulisan yang akan dimuat sepanjang tidak mengurangi maksud dan sub stansinya. Naskah yang tidak dimuat akan dikembalikan kepada penulisnya.

Percetakan ……………………………………………………… (isi diluar tanggung jawab percetakan)

Penerbit Pusat Pengabdian Kepada Masyarakat Fakultas Teknik Universitas Pancasila

IDENTIFIKASI FAKTOR DOMINAN YANG BERPENGARUH TERHADAP KEBERHASILAN PEMBANGUNAN DINDING LUAR BETON PRACETAK PABRIKAN UNTUK BANGUNAN BERTINGKAT TINGGI

Muhammad Ismail Akbar Fakultas Teknik Universitas Pancasila Jl. Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta Selatan 12640

Abstract

Generally, in building construction, several factors are considered to be the objectives barriers. In this case the barrier for the precash concrete wall could be happened in the planning phase, manufacturing phase, distribution phase, installation phase and many others. From several factors, is considered that there are dominant factors, there for a research is needed to be done.

LATAR BELAKANG

penggunaan

teknologi konstruksi pada

disamping perkembangan Didalam suatu kota, umumnya bila telah ada

bangunan,

teknologi lainnya seperti teknologi transportasi pembangunan dari gedung-gedung bertingkat

vertikal, yaitu dengan ditemukannya alat tinggi,

angkut barang dan orang secara vertikal, pertumbuhan dari kota tersebut. Fenomena ini

hal ini mengindikasi

adanya

Elevator oleh Elisha Graves Otis pada tahun mendominasi wajah-wajah kota diseluruh

1852, dan juga ditemukannya Konverter baja dunia, juga di Indonesia.

yang dirancang oleh Sir Henry Bessemer tahun 1856 sehingga berdampak pada adanya

Kelahiran dari gedung-gedung pencakar langit kemampuan manusia untuk berkreasi didalam tersebut,

disain dan pengolahan wujud dari bentuk – kebutuhan akan tempat dan ruang sebagai

bentuk bangunan.

sarana untuk beraktifitas di dalam kota, berupa

Penggunaan baja sebagai bahan struktur perumahan, rekreasi, komersial, dan lainnya,

bangunan ditahun 1830 cukup populer karena yang akhirnya terpaksa dibangun secara

dipergunakan juga sebagai bahan konstruksi, vertikal

hal ini ditandai untuk pertama kalinya terbatasinya lahan secara horizontal.

dilahan yang

sama

karena

dibangun jembatan rangka baja tahun 1777 oleh Abraham Darby, the Iron - bridge, Coal

brook dale, Seven River Shropshire di Inggris. merupakan suatu revolusi Arsitektur, dari segi

Kelahiran bangunan

bertingkat

tinggi

Sesuai perjalanan waktu dan zaman, serta pengolahan

terjadinya peningkatan kemajuan teknologi, bangunan, yang telah diupayakan sedemikian

maka kini pembangunan yang menggunakan rupa sehingga memenuhi syarat sesuai

bahan struktur dari beton bertulang, cara penggunaannya kelak, enak ditempati dan

kemudian dapat dipergunakan. Secara garis besar adanya

membangunnya

disederhanakan, tidak melulu harus dilakukan perkembangan peningkatan pembangunan

ditempat atau dilokasi proyek, namun dapat bangunan-bangunan yang bertingkat tinggi ini

juga dilakukan dengan cara dibuat lebih dapat dikelompokkan dalam 2 (dua) periode,

dahulu perbagian-bagiannya dari komponen menurut Ferial Rudy (2007), yang pertama

bangunan tersebut di tempat lain, dipabrik periode sebelum terjadinya perang dunia

atau workshop, yang kemudian komponen kedua dengan Stream Fungsionalism Style,

bangunan tersebut, diangkut ketempat lokasi gaya Ekletik, gaya Art Deco. Yang kedua

proyek untuk dipasang / dirakitkan bagian periode setelah terjadinya perang dunia

perbagian menjadi sebuah wujud bangunan kedua, dengan Stream the International Style,

sesuai dengan yang direncanakan, hal ini Post

pekerjaan sehingga didasarkan atas terjadinya perubahan yang

mempersingkat waktu penyelesaian. sangat

arsitekturnya maupun dalam penerapan dari

JURNAL TEKNIK FTUP, VOLUME 29 NOMOR 3 OKTOBER 2016

melakukan

penelitian, khususn

berkaitan

pembuatan dan pemasangan dinding beton pracetak pada bangunan bertingkat tinggi dikota - kota besar diIndonesia, khususnya Jakarta.

dengan

PEMBATASAN PERUMUSAN MASALAH

Penelitian

dilakukan

melalui survey

kepustakaan dan pengamatan lapangan di Saat ini beberapa bangunan bertingkat tinggi

pembangunan gedung dibeberapa

beberapa

lokasi

bertingkat tinggi, pengguna dari dinding beton Apartemen,

kota di

Indonesia,

seperti

pracetak pabrikan, peneliti membatasi lingkup menggunakan

penelitian sebagai berikut : bangunannya (facade) dari beton pracetak

a. Subjek penelitian adalah, Identifikasi faktor pabrikan. Bila diperhatikan, luasan dinding luar

yang mempengaruhi bangunan bertingkat tinggi tersebut, memiliki

dominan,

keberhasilan pembangunan dinding luar luasan bidang dinding bangunan yang relatif

(facade) beton pracetak pabrikan pada hampir sama dengan luas dari luasan lantai

bangunan bertingkat tinggi. bangunannya, bahkan kemungkinan bisa

b. Objek penelitian, beberapa bangunan dapat lebih luas lagi. Diperkirakan biaya

bertingkat tinggi di Jakarta pengguna pembuatannya tidak sedikit, dan berbiaya

dinding luar bangunan beton pracetak besar, karenanya perlu perhatian dengan

pabrikan, periode tahun 2000 - 2013 seksama agar pelaksanaan pembangunan

c. Ruang lingkup penelitian, hanya pada dapat berlangsung dengan baik, efektif,

dinding luar beton pracetak pabrikan efisien, dan juga dengan memperhatikan

d. Responden peneliti adalah, para Site faktor –faktor yang dapat mempengaruhi

Manajer, beberapa Perencana bangunan capaian keberhasilan pembangunannya.

Pengawas proyek pembangunan gedung dinding beton pracetak pabrikan.

Perumusan masalah, berdasarkan subjek penelitian yaitu :

Faktor dominan apa saja yang akan mempengaruhi

keberhasilan dari pembangunan dinding luar beton pracetak pabrikan

untuk

bangunan bertingkat

tinggi?

Pengertian keberhasilan menurut kamus Bahasa Indonesia, WJS Poerwadarminta (1976), bila tercapai apa yang diinginkan, sementara Kusumastuti, Tri Yuni (2011), dalam Pengantar Manajemen Konstruksi dan Soeharto, Imam (2000) dalam bukunya Manajemen Proyek, dari Konseptual sampai

memaknai deskripsi Penelitian

Operasional,

dalam

keberhasilan, adalah suatu daya upaya yang konstruksi beton pracetak, beberapa telah

faktor keberhasilan

pekerjaan

serangkaian proses dilakukan, seperti oleh Koncz Tihamer (1970),

dilakukan,

melalui

pekerjaan yang diawali dengan pekerjaan Freedman, S (1996) Sjafei Amri (2003), Ferial

dilanjutkan dengan Rudy (2007). Diperkirakan yang melakukan

termasuk tahap

127 JURNAL TEKNIK FTUP, VOLUME 29 NOMOR 3 OKTOBER 2016 127 JURNAL TEKNIK FTUP, VOLUME 29 NOMOR 3 OKTOBER 2016

dilakukan dengan cara pengisian daftar waktu

pertanyaan atau kuesioner yang telah penggunaan

dipersiapkan lebih dulu oleh peneliti yang efisien, hasil pekerjaan yang bermutu/ber

kemudian akan diisi berupa jawaban dari kualitas sesuai yang direncanakan.

para responden yang telah ditentukan sebelumnya

oleh

peneliti. Dalam

pembuatan

daftar

pertanyaan atau

METODE PENELITIAN

kuesioner diperlukan kehati - hatian agar tidak menimbulkan multi tafsir dari para

responden yang dapat berakibat jawaban Pilihan

3.1 Bentuk metode penelitian.

yang akan diperoleh tersebut menjadi bias pengumpulan data berkaitan dengan topik

bentuk metode

penelitian

dan

atau menyimpang dari yang diharapkan, penelitian, maka pilihan metode penelitiannya

sehingga tak terpakai dan terbuang karena dengan cara survey, pada para pelaku jasa

dipergunakan dalam konstruksi seperti site manajer, konsultan

tidak

dapat

pengolahan datanya.

pengawas, konsultan perencana, yang pernah

b. Data kedua atau data sekunder, berupa maupun yang sedang melaksanakan atau

sekumpulan informasi yang diperoleh mengerjakan pembangunan dari bangunan

melalui pencarian referensi, dari Jurnal bertingkat tinggi yang menggunakan dinding

studi literatur, dari beton pracetak pabrikan. Metode penelitian

penelitian,

juga

beberapa pusat data dan informasi yang yang dimaksud adalah Metode penelitian

ada, seperti perpustakaan dan internet. deskriptif, berasal dari istilah bahasa inggris,

Data dan informasi yang diperlukan to

tersebut berhubungan dengan apa yang menggambarkan

sedang diteliti, yang diperlukan untuk keadaan, kondisi, situasi, peristiwa, dan

menjawab, melengkapi kegiatan lainn, yang hasilnya kemudian

mendukung,

menerangkan dan seterusnya dari objek dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian

penelitian yang dimaksud. (Suharsimi

diperoleh tersebut, deskriptif adalah bentuk penelitian yang paling

untuk dilakukan sederhana apabila dibandingkan dengan

kemudian

perlu

agar dapat diketahui penelitian lain, penelitian ini seolah-olah

penganalisaan,

diantaranya serta untuk peneliti tidak melakukan apa-apa terhadap

hubungan

mendapatkan masukkan dan gambaran objek atau wilayah yang diteliti. Istilah dalam

yang jelas terhadap hasil tujuan dari penelitian,

penelitian ini.

menambah,atau mengadakan

manipulasi

terhadap objek atau wilayah penelitian.

3.2 Variabel Penelitian

Dalam kegiatan penelitian ini, peneliti hanya Sesuai pembahasan sebelumnya, maka di memotret apa yang terjadi pada diri objek atau

pengidentifikasian sistim wilayah yang diteliti kemudian memaparkan

tetapkan

cara

existing atau variabel yang berpengaruh apa yang terjadi dalam bentuk laporan

terhadap keberhasilan dari objek yang diteliti. penelilitian secara apa adanya. Penelitian

Pada uraian sebelumnya telah dijelaskan deskriptif bukan hanya satu jenis sekurang -

definisi yang dimaksudkan dengan pengertian kurangnya ada 5 (lima) jenis, sedang pada

keberhasilan. Secara teoritis ada 3 (tiga) hal penelitian ini digunakan salah satunya,

yang menjadi tujuan pencapaian keberhasilan Metode penelitian Deskriptif Murni atau

sebagai berikut :

mencapai pembangunan interpretasi yang tepat. Dan data umumnya

Survey, berupa pencarianfakta

dengan

1. Keberhasilan

yang berkualitas sesuai dengan yang di mengacu dari 2 (dua) sumber data :

rencanakan, sesuai dengan spesifikasi

teknik yang telah dibuat sebelumnya. Dan sekumpulan informasi yang diperoleh

a. Data pertama, data

primer,

berupa

agar mendapatkan pembangunan yang melalui peninjauan langsung ke objek,

berkualitas tentu harus didukung oleh tempat

beberapa faktor, diantaranya : informasi berupa pemikiran dan pendapat

yang diteliti,

mengumpulkan

a. Penyiapan dokumen dan berkas dari dari mereka yang terlibat maupun yang

perencanaan atau disain bangunan itu pernah

secara baik, lengkap dan benar. pembangunan proyek tersebut.

dilengkapi dengan gambar –gambar dan dokumen teknis

juga

JURNAL TEKNIK FTUP, VOLUME 29 NOMOR 3 OKTOBER 2016

tak terduga selama proses pembangunan terinci, secara detail, lengkap dengan

berlangsung.

keterangan –keterangan atau notasi Pada penelitian ini dibatasi hanya pada 5 gambar,

(lima) kelompok besar faktor dominan yang perhitungan strukturnya. Sebab itu dari

ukuran-ukurannya,

dan

mempengaruhi keberhasilan pihak

dapat

pembangunan dinding luar beton pracetak membuat pekerjaan tersebut harus

pada bangunan bertingkat tinggi. Yaitu, di yang berkualitas, berkemampuan, ahli

tahap pekerjaan profesional sesuai bidangnya, dan telah

kelompok

atau

tahap pembuatan memiliki pengalaman memadai sesuai

perencanaan,

dipabriknya, tahap pengiriman dari pabrik yang akan dikerjakan.

kelolasi

proyek,

tahap pemasangan,

erection di proyek dan faktor lain yang kontraktorpun harus yang berkualitas

b. Dalam Pelaksanaan

pembangunan

untuk mencapai keberhasilan. dan memiliki pengalaman kerja yang

Kelima kelompok faktor tersebut kemudian memadai sesuai dengan bidangnya,

dikembangkan menjadi 50 (lima puluh) sub. serta memiliki kelengkapan peralatan

yang diindentikkan untuk

Kelompok

faktor

sebagai hal yang dapat berpengaruh pada tenaga kerja yang cukup dan cakap

mengerjakannya,

mempunyai

keberhasilan, diidentikkan sebagai variabel dalam

difungsikan sebagai berpengalaman sesuai pekerjaan yang

bekerja,

berpendidikan dan

penelitian

dan

Format kuesioner disusun akan dikerjakannya, serta memiliki

kuesioner.

berbentuk check list, agar memudahkan sistim pelaksanaan pekerjaan yang baik

menjaring data dan informasi. Variabel sistimatis, mudah dipahami dan tidak

penelitian ini, ada 2 (dua) jenis variabel terlalu menyulitkan.

yaitu:

Terikat (Y), Dependent peralatan yang menunjang kebutuhan

c. Para Suplier material, bahan dan

a. Variabel

Variable, yaitu Variabel Keberhasilan pelaksanaan

yang merupakan akumulasi dari 3 (tiga) harus

pembangunan

proyek

tujuan keberhasilan. bahan, alat -alat sesuai yang diminta,

berkemampuan

mengadakan

(X), Independent dipesan, sesuai spesifikasi tekniknya

b. Variabel

Bebas

Variable yang terdiri dari 50 Variabel

d. Sedang dalam proses pelaksanaan faktor yang berpengaruh terhadap pembangunannya,

yang dalam kasus manajemen

diperlukan

keberhasilan,

penelitian ini terkelompok dalam 5 (lima) yang mengerti akan tugas dan tanggung

pengawasan

bangunan

kelompok Variabel yang berpengaruh. jawabnya, memiliki ketegasan, jujur dan tidak mudah dikelabui pihak kontraktor

3.3 Metode Analisa data

maupun suplier

Untuk pengolahan data dari kuisioner dibantu memotivasikan agar para pelaksana

serta

dapat

dengan perangkat lunak pengolah data dari pembangunan dapat bekerja sesuai

komputer SPSS 20 (Statistical Product and kesepakatan waktu kerja yang telah

Service Solution) yang kemudian diuji silang, direncanakan sebelumnya.

croos Check dengan metode persamaan dan

2. Keberhasil mencapai pembangunan yang perbedaan persepsi didalam beberapa proses cepat selesai, sesuai rencana dan waktu

yang dilalui sebagai berikut : yang

telah diprogram,

karenanya

1. Tabulasi data

diperlukan pengelola, manajer proyek yang Awal dimulainya proses analisis, data-data ahli, serta dapat mengkoordinir kerja sama

kuesioner responden, didalam pembangunan dengan semua

hasil

jawaban

dipindahkan kedalam form tabulasi, yang pihak

kemudian data-data tersebut diolah dengan pelaksanaan pembangunan. Menguasai

yang terlibat

aktif

didalam

program SPSS 20 untuk mendapatkan pengendalian waktu secara mikro dan

rangking identifikasi faktor berpengaruh pada makro (master schedul) dan seterusnya.

keberhasilan pembangunan dinding beton

form tersebut pembangunan yang efisien, ekonomis

3. keberhasilan dalam

adanya unsur-unsur sesuai pendanaan yang telah dialokasikan

mengexpresikan

komponen Variabel Dependen (Y) dan sebelumnya, sedikit menyisakan bahan

Variabel Independen (X). atau

material bangunan

yang

tidak

terpakai, terbuang

sia-sia.

Termasuk

129 JURNAL TEKNIK FTUP, VOLUME 29 NOMOR 3 OKTOBER 2016

2. Analisa Deskriptif.

5. Analisa lainnya

Analisis pertama dengan SPSS 20, adalah

regresi yang telah analisis

Selanjutnya

model

diperoleh, dilakukan beberapa uji model, untuk secara sistematik yang akan menyimpulkan

signifikansi dari hubungan ada atau tidaknya terjadi perataan data hasil

mengetahui

tersebut.

kuisioner, nilai maksimum, minimum, mean,

a. Uji Adjusted R Square (R 2 ), mengukur standar deviasi terdiri dari masing-masing 1

besarnya kontribusi variabel-variabel bebas (satu) Y sebagai variabel terikat atau

(X) terhadap variabel tidak bebas (Y) dependent keberhasilan, dari 50 (lima puluh)X

sebagai variabel bebas atau independen, yang

b. Uji Auto korelasi, untuk mendeteksi ada atau

autokorelasi dilakukan dapat mempengaruhi keberhasilan. pengujian Durbin Watson (DW).

tidaknya

c. Uji F, untuk mengetahui apakah model Berupa analisa korelasi, bertujuan untuk

3. Analisa Korelasi

benar, dengan mengetahui atau menemukan ada tidaknya

regresi

sudah

tabel Analisa Varian hubungan antara variabel (X) dan variabel (Y)

menggunakan

(Anova).

d. Uji t, untuk melihat signifikansi koefisien Kuat dan tidaknya hubungan antara variabel

yang dinyatakan dalam koefisien korelasi.

(X) terhadap model tersebut dinyatakan dengan fungsi linier,

pada

variabel

atau persamaan paling tidak mendekati dari yang diukur

dengan suatu nilai (koefisien korelasi) dengan

e. Metode kesamaan dan perbedaan persepsi nilai paling kecil -1, yang paling besar + 1.

dari Mann - Whitney. Untuk menguji Dengan

keakuratan hasil akhir SPSS 20, perlu Korelasi,maka nilai r dapat dinyatakan sebagai

dilakukan croos check, uji silang dengan berikut :

metode lain, dalam hal ini dipakai Metode

-1< r <+1

kesamaan dan perbedaan persepsi dari Man Whitney, yang kemudian hasilnya disetarakan dengan yang dihasilkan dari

Yang artinya : analisis SPSS 20. Hasil kesetaraan inilah * Jika r = +1, Hubungan X dan Y, sempurna

yang dipakai sebagai hasil akhirnya karena dan positif (mendekati 1, hubungan sangat

telah teruji dan minimal telah memenuhi kuat dan positif)

ketentuan dari 2 (dua) metode analisa * Jika r = -1, Hubungan X dan Y, sempurna

pengujian yang berbeda tersebut. dan negatif (mendekati -1 hubungan sangat kuat dan negatif)

6.Skala pengukuran, skala likert. * Jika r = 0, Hubungan X dan Y, lemah sekali,

Pada pengisian jawaban Kuisioner dan tidak ada hubungan.

tabulasi data, serta proses analisis metode SPSS 20, metode persamaan dan perbedaan

Dari hasil korelasi, dipilih variabel –variabel persepsi, dipergunakan Skala pengukuran penentu (X i ) yang akan mempunyai hubungan

Likert, sebagai :

kuat dengan variabel Y, untuk diproses lebih lanjut pada analisa lainnya

a. Skala Output Variabel yang mempengaruhi keberhasilan.

b. Skala Output dari hasil keberhasilan Pada tahap ini, variabel penentu (X i ), dianalisis

4. Analisa Regresi

pelaksanaan Pembangunan secara regresi, untuk mengukur hubungan statistik antara dua atau lebih variabel-variabel terpilih tersebut. Dari hasil pengolahan SPSS

HASIL ANALISIS PENELITIAN

20, dibuat persamaan linier berganda. y'= a + b 1 x 1 +b 2 x 2 + ....+ b n x n Hasil penelitian, metode SPSS 20 dan = nilai yang diukur,variabel dependent

rangkuman hasil analisis Mann-Whitney 50

a = konstanta / nilai y‟ bila x = 0 (lima puluh) kuesioner terhadap 40 (empat

b = koefisien regresi

puluh) responden,dengan hasilnya sebagai estimasi y‟/satuan perubahan nilai x)

x = nilai variabel

yang

dilakukan

(independent ). 4.1.Analisis Deskriptif menggunakan program SPSS 20, asilnya menunjukkan distribusi data

tabulasi normal, dengan prosentase nilai rata-

JURNAL TEKNIK FTUP, VOLUME 29 NOMOR 3 OKTOBER 2016

Model Summary dengan 1 (satu) nilai R = responden merata pada semua variabel –

0,580 yang > 0,410 (kuat) dari 6 enam 2 variabel pengukuran.

predictor. R = 0,580, hal ini menunjukkan bahwa prosentase pengaruh variabel A 1 , B 3 ,

B 6 , D 6 , E 5 , E 6 dari persamaan linier tersebut korelasi antara ariabel terikat (Y) dan 50 (lima

4.2 Hasil Analisis keeratan hubungan /

terhadap Y sebesar 76,2%, sedang sisanya puluh) Variabel bebas dari kelompok kuisioner

23,8 % secara teori dipengaruhi oleh variabel

A, B, C, D, E yang merupakan sekaligus lain, yang tidak masuk dalam model penelitian 2 sebagai faktor (X) dari 40 (empat puluh)

ini. Nilai tabel R menunjukan bahwa responden,

persamaan regresi linier ini mewakili 76,2 % variabel korelasi yang kuat > 0,410 dari 50

menghasilkan

10 (sepuluh)

dari variabel yang berpengaruh dominan (lima

puluh) variabel

Kesepuluh variabel kuat terpilih tersebut Untuk Adjusted R. Square didapatkan nilai adalah :

0,504 atau 50,4 % dan Standart Error of the

a. Variabel A1, Kelengkapan disain / gambar Estimate didapat nilai 0,056 = 5,6 %, artinya Perencanaan

kesalahan memprediksi nilai Y rendah atau

b. Variabel A2,Kelengkapan Perencanana M relatif kecil, sehingga hal ini memadai. dan E, Konstruksi, lainnya.

4.4. Hasil dicek terhadap Durbin Watson = 0 < Perencanaan lain, seperti RAB, Spek

c. Variabel A3, Kelengkapan

dokumen

2, tidak terjadi Autokorelasi.

d. Variabel B3, Kelengkapan alat cetak beton pracetak pabrikan

4.5. Dicek terhadap uji F, nilai Signifikan

menunjukkan model regresi yang berkemampuan /ahli

e. Variabel B4, Ketersediaan Tenaga Kerja

berganda sudah benar, hubungan linier

f. Variabel B6, Proses tahapan pencetakan antaraVariabel A 1 , B 3 , B 6 , D 6 , E 5 , E 6 dan yang komponen yang diproduksi

Variabel Y (Varibel / Faktor Keberhasilan)

g. Variabel D6, Pengaturan dan Koordinasi

kuat, erat.

kerja antar bagian

4.6. Besar hubungan linier tersebut diuji profesional

h. Variabel E4, Manajemen Konstruksi yang

dengan uji t, hasilnya :

a. Ada hubungan Signifikan variabel A 1 aktif

i. Variabel E5, Keterlibatan Pemilik secara

(Hubungan antara Kelengkapan Disain / j. Variabel E6, Pengaruh Keadaan cuaca dan

Perencanaan) terhadap Y iklim

Dokumen

(keberhasilan Pelaksanaan Pembangunan) besarnya pengaruh 72,73 %.

b. Namun tidak signifikan hubungan linier 5 terpilih tersebut dilakukan ujiregresi linier

4.3 Kemudian, ke 10 (sepuluh) variabel kuat

berpengaruh lainnya berganda, yang menghasilkan 1 (satu) model

(lima)

variabel

terhadap faktor Y (keberhasilan) dari persamaan regresi linier berganda, yang

persamaan linier tersebut hanya mengaitkan 6 (enam) variabel dalam sebuah persamaan linier =

4.7. Karena hasil uji regresi linier kurang

memuaskan (hanya diperoleh) 1 (satu) 0,320 D 6 + 0,019 E5 + 0,152E6, keenam

Y = 0,118 + 0,287 A 1 + 0,204 B 3 + 0,172 B 6 +

variabel dominan yang berpengaruh terhadap variabel tersebut =

pelaksanaan Pembangunan dinding beton pracetak pabrik bagunan bertingkat tinggi,

a. Variabel A 1 , Kelengkapan Disain atau maka dilakukan uji silang / banding dengan Dokumen Perencanaan.

metode lain, yaitu metode uji perbedaan dan

b. Variabel B 3 , Ketersediaan alat cetak beton persamaan persepsi atau sebaliknya sebagai pracetak pabrikan yang lengkap.

mana yang pernah dilakukan oleh Chandra

dan Yohanes LD. Adianto (2011) ketika pencetakan yang diproduksi.

c. Variabel B6,

Proses

pentahapan

melakukan pengkajian faktor-faktor yang

d. Variabel D6, Koordinasi, Perencanaan, mempengaruhi kualitas proyek pembangunan Produksi, Transportasi, Ereksi

gedung negara, khususnya yang berada di

e. Variabel E5, Keterlibatan Pemberi tugas Propinsi Sumatera Utara. Dengan demikian dalam artian positif

diharapkan dapat diperoleh variabel-variabel

f. Variabel E6, Pengaruh Keadaan cuaca dan berpengaruh dominan lainnya dari ke 50 (lima iklim.

131 JURNAL TEKNIK FTUP, VOLUME 29 NOMOR 3 OKTOBER 2016 131 JURNAL TEKNIK FTUP, VOLUME 29 NOMOR 3 OKTOBER 2016

5.0. Ke 8 (delapan) Variabel berpengaruh yang ada.

Dominan tersebut adalah :

1. Variabel A 1 , Kelengkapan Disain atau

Dokumen Perencanaan perbedaan persepsi responden, yang terdiri

4.8 Pada metode

2. Variabel A2, Kelengkapan Perencanaan dari 15 (lima belas) kelompok Responden

Ars, ME, Konstruksi, lainnya Pengawas (CM), 15 (lima belas) Kelompok

Kelengkapan Dokumen Responden Kontraktor (C) dan 10 (sepuluh)

3. Variabel

A3,

Perencanaan lain, RAB, Spek Ketiga Responden Kelompok Perencana (CS) yang

Varibel Dominan berpengaruh tersebut juga menggunakan Uji Mann – Whitney, tanpa

diatas, adalah merupakan pekerjaan utama faktor Y (variable dipenden) menghasilkan

yang dikerjakan Konsultan Perencanaan. variable-variabel yang dominan berpengaruh

Dan kesempurnaan pembuatan ketiga item terhadap

pekerjaan tersebut, sangat berpengaruh pembangunan dinding beton pracetak pada

keberhasilan

pelaksanaan

pada kesempurnaan penyelesaian proses- bangunan bertingkat tinggi yaitu Variabel A1,

pekerjaan pembangunan A2, A3, B4, D6, E4 ,E5, E6 sebagai berikut :

proses

selanjutnya, seperti tahap pelelangan pekerjaan, prediksi biaya pembagunan,

a. Variabel A1, Kelengkapan Disain atau Proses Produksi di Pabrik Pemasa-ngan Dokumen Perencanaan.

dilokasi

Pembangunan/ proyek, juga

b. Variabel A2, Kelengkapan Perencanaan merupakan acuan, pedoman Konsultan ME, dan Konstruksi lainnya.

Pengawas dalam mengevaluasi kebenaran

pekerjaan Pembangunan. Perencanaan lain, RAB, Spek

c. Variabel A3, Kelengkapan

Dokumen

pelaksanaan

Demikian juga sebaliknya, bila ketiga item

d. Variabel B4, Ketersediaan Tenaga Kerja pekerjaan tersebut kurang sempurna, maka yang berkemampuan / ahli

hal ini dapat menghambat keberhasilan

e. Variabel D6, Pengaturan dan Koordinasi pelaksanaan pembangunan, baik dari segi kerja antar bagian

kualitas, waktu dan efisiensi waktu dan

f. Variabel E4, Manajemen Konstruksi yang

biaya.

profesional

4. Variabel B4, Ketersediaan Tenaga kerja

berkemampuan dan ahli, aktif

g. Variabel E5, Keterlibatan Pemilik secara

yang

ketersediaan tenaga kerja yang berkualitas,

yang dibutuhkan iklim

h. Variabel E6, Pengaruh Keadaan cuaca dan

profesional

sesuai

jumlahnya, merupakan salah satu andalan utama

kesuksesan dalam setiap

pekerjaan khususnya metode perbedaan dan persamaan persepsi

4.9 Dari ke 2 (dua) metode SPSS 20 dan

pelaksanaan

pelaksanaan pembangunan. Sehingga hal tersebut sebelumnya, dan setelah dilakukan

ini memang pantas dikategorikansebagai kesetaraan dari kedua hasil uji tersebut

yang mempengaruhi didapatkan beberapa variabel dominan yang

faktor

dominan

keberhasilan pelaksanaan pembangunan berpengaruh terhadap keberhasilan, sebagai

5. Variabel D6, Koordinasi, pengaturan kerja berikut :

Perencanaan,Produksi, Transportasi dan

/pemasangan. Koordinasi dan A3, B3, B4, B6, D6, E4, E5, E6

a. Metode Korelasi versi SPSS 20 : A1, A2,

Ereksi

pengaturan kerja adalah merupakan salah

b. Metode perbedaan persamaan persepsi = satu alat didalam manajemen / pengelolaan A1, A2, A3, B4, D6, E4, E5, E6

kegiatan / pekerjaan, khususnya ketika ada

c. Variabel kesetaraan ke 2 (dua) metode serangkaian pekerjaan yang melibatkan menghasilkan variabel / faktor = A1, A2,

banyak orang/pekerja, dengan banyak alat A3, B4, D6, E4, E5, E6

atau beberapa alat bantu pekerjaan, serta dengan menggunakan beberapa metode

Dari kesetaraan kedua metode tersebut, kerja yang tidak sama, maka sangat dihasilkan 8 (delapan) variabel dominan yang

adanya koordinasi dan dicari,

diperlukan

pengaturan kerja yang baik, sehingga mempegaruhi

yaitu variabel

dominan

yang

pekerjaan dapat berhasil dilaksanakan dinding beton pracetak bangunan bertingkat

keberhasilan

pembangunan

sesuai dengan yang diharapkan tinggi, berdasarkan hasil jawaban masing-

6. Variabel E4, Manajemen Konstruksi yang masing 50 (lima puluh) kuisioner dari 40

profesional agar pembangunan berhasil, (empat puluh) responden sebagai mana

maka diperlukan manajemen konstruksi dimaksudkan.

yang berkemampuan / ahli / profesional.

JURNAL TEKNIK FTUP, VOLUME 29 NOMOR 3 OKTOBER 2016

Dengan demikian manajemen konstruksi

b. Pada pelaksanaan pekerjaan perencanaan, yang profesional, merupakan salah satu

angkutan, pemasangan faktor dominan berpengaruh terhadap

pabrikan,

hendaknya dapat dikelola/ dimanage oleh keberhasilan pelaksanaan pembangunan.

ahlinya,

sehingga

ketepatan waktu

7. Variabel E5, Keterlibatan Pemberi Tugas pelaksanaan dapat disesuaikan dengan dalam artian positif. Pemberi tugas / owner,

yang direncanakan sebelumnya. selaku pihak yang memiliki kewenangan

c. Keberhasilan dipengaruhi juga hal-hal yang besar dalam menentukan segala sesuatu

bersifat non teknis, hendaknya tidak perihal Perencanaan bangunan hingga

dapat berdampak/ penetapan pihak-pihak yang dilibatkan

diabaikan,

karena

mempengaruhi keberhasilan. didalam pelaksanaan pembangunan,maka hal ini menunjukkan bahwa peran /

Berdasarkan kesimpulan diatas maka hasil pengaruh

penelitian ini, selayaknya dapat menjadi bahan keberhasilan pelaksanaan pembangunan.

pertimbangan bagi para penyelenggara proyek

8. Variabel E6, Pengaruh Keadaan cuaca dan pembangunan gedung bertingkat tinggi, yang iklim, Pengaruh keadaan cuaca dan Iklim

menggunakan dinding beton pracetak (facade) yang extrem / tidak wajar dan tidak terduga

pabrikan, agar dapat lebih berhasil dalam yang

pekerjaannya sehingga keberhasilan pembangunan, seperti banjir,

kemungkinan terjadinya kemacetan, dan lain sebagainya.

mengurangi

kegagalan /

ketidak sempurnaan pada

9. Sedangkan Variabel B3 (Kelengkapan / pelaksanaan pembangunan dinding beton ketersediaan alat cetak beton pracetak

pracetak pabrikan.

pabrikan) dan B6 (Proses pentahapan Kedelapan Variabel atau Faktor berpengaruh pencetakan

terhadap keberhasilan tersebut, memperkuat signifikan sebagai variabel yang dominan

penelitian-penelitian berpengaruh terhadap keberhasilan, sebab

terhadap

hasil

telah dilakukan dan tidak terdapat kesetaraan menurut kedua

sebelumnya

yang

terdokumentasikan dalam Jurnal maupun metode analisis data tersebut diatas.

kepustakaan

penelitian diberbagai institusi / perguruan tinggi.

hasil

KESIMPULAN DAN SARAN

Saran

Terkait dengan hasil penelitian ini, disarankan

Kesimpulan

perlu dilakukan penelitian lebih lanjut, untuk Hasil analisis pengolahan data kuisioner dari

mengetahui :

perbedaan faktor-faktor konstruksi

40 (empat puluh) responden pelaku jasa

1. Apakah

ada

dominan yang mempengaruhi keberhasilan Pengawas) yang terlibat pada pembangunan

pembangunan dinding beton pracetak gedung bertingkat tinggi pengguna dinding

pabrikan dengan yang pracetak non luar beton pracetak pabrikan, telah di

pabrikan ?

dapatkan 8 (delapan) variabel atau faktor

perbedaan faktor-faktor dominan dari perkiraan sejumlah faktor yang

2. Apakah

ada

dominan yang mempengaruhi keberhasilan mempengaruhi

pembangunan dinding beton pracetak pembangunan dinding beton pracetak (facade)

keberhasilan

pelaksanaan

pabrikan dengan cast in situ / cast in Place/ pabrikan bangunan bertingkat tinggi.

cetak ditempat, dilokasi pembangunan Ke 8 (delapan) variabel / faktor dominan

proyek ?

tersebut diatas, intinya menekankan :

3. Apakah sama variabel / faktor dominan

mempengaruhi keberhasilan benar dan lengkap, tentu dikerjakan oleh

a. Perencanaan atau design bangunan harus

yang

pembangunan proyek konstruksi secara mereka yang me-miliki kemampuan /ahli /

umum dengan proyek pracetak? Apa saja profesional, bahkan telah berpengalaman

variabel / faktor pembeda / kesamaannya? sebelumnya.

pekerjaan pelaksanaan

Hal ini diperlukan sebagai kelanjutan informasi dipabrikannya,

pembuatan

bagi para pelaku jasa konstruksi dan pihak- pemasangannya

pengangkutan

dan

pihak yang bergerak dibidang jasa konstruksi pelaksanaan kerja baik ditingkat evaluasi

serta

pengawasan

menangani pembangunan gedung bertingkat perencanaan,

tinggi pengguna dinding beton pracetak dan maupun pemasangannya, semua harus

ahli/profesional dan berpengalaman.

133 JURNAL TEKNIK FTUP, VOLUME 29 NOMOR 3 OKTOBER 2016

DAFTAR PUSTAKA

[1] Andaryati, Data Irana, Tavio (2013), Pemodelan

Ringan Pracetak

Rumah

Tinggal

sederhana tahan Gempa, cepat bangun. [2] Chandra dan Yohanes LD. Adianto (2011),

Pembangunan Bangunan Ged. Negara [3] Charles L.Huston (1996): Management of Project Procure-Ment [4] Cutler, Laurence Stephan, et. al, (1974) Handbook

of Housing

System

for

Designers and Developers, Van Nostrand Reinhold Co, New York.

[5] Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah,

Teknologi Aplikatif Bidang Permukiman (2003), Pengembangan Sistem Struktur Panel PraCetak untuk Rumah Susun.

[6] Ferial, Rudy (2007), Desian Komponen Beton Pracetak untuk Fasade Bangunan Tinggi

[7] Freedman, S (1996), Load bearing Architectural

Precast Concrete

Wall

Panels [8] Hari NN dan JH Simanjutak (2012), The Experience of Low Cost Housing Using Precast Concrete Structures in Indonesia, makalah

Penggunaan Beton Pracetak Struktur Bangunan - Bangunan Industri

[10] Laporan Akhir Penelitian Dinas Tata Bangunan

Pengkajian Penggunaan

Bahan

Bangunan Prefabrikasi. [11] Muhamad Abduh, (2007), Inovasi dan teknologi Sistem Beton Pracetak di Indonesia; Sebuah Analisa Mata Rantai

[12] Sacks, R (2004). Evaluation of Economic Impact of three-Dimensional Modeling in Precast Concrete Engineering, Journal of Computing in Civil Engineering, ASCE

JURNAL TEKNIK FTUP, VOLUME 29 NOMOR 3 OKTOBER 2016

STUDI PERBANDINGAN SIFAT KEKERASAN BAJA ASTM A36 HASIL PENGELASAN MIG DCRP DAN DCSP

Ferry Budhi Susetyo Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Jakarta e-mail : fbudhi@ymail.com

Abstrak

Pengelasan MIG yaitu merupakan proses penyambungan dua material logam atau lebih menjadi satu melalui proses pencairan setempat, dengan menggunakan elektroda gulungan (rod) yang memiliki karakteristik yang sama dengan logam dasarnya serta menggunakan gas pelindung. Pengelasan MIG pada umumnya dilakukan tanpa menggunakan alat bantu pengelasan (secara manual). Dengan cara manual akan timbul masalah kecepatan yang tidak konstan pada saat pengelasan. Kecepatan yang tidak konstan ini akan menghasilkan hasil yang tidak tentu. Sehingga pada penelitian ini akan menggunakan alat bantu sehingga akan menghasilkan hasil pengelasan yang konstan. Penelitian pendahuluan telah dilakukan yaitu dengan menetapkan kecepatan pengelasan sebesar 350 mm/menit serta kecepatan wire feeder 9 m/menit. Pada penelitian itu didapatkan hasil kekerasan tertinggi pada daerah HAZ sebesar 228,16 HV untuk polaritas DCSP. Untuk itu akan dilakukan penelitian lagi dengan mengurangi kecepatan pengelasan menjadi 8 m/menit dan 7 m/menit dengan dua polaritas yaitu DCRP dan DCSP. Pengelasan menggunakan mesin las MIG EWM P 351. Material yang digunakan yaitu pelat baja ASTM A36 dengan tebal 8 mm dengan kampuh V tunggal. Diameter kawat las yang digunakan adalah 1 mm dan jenis kawat las yang digunakan yaitu AWS ER70S-6. Kecepatan alat bantu las yaitu 350 mm/menit. Kecepatan wire feeder yaitu 7 m/menit, 8 m/menit, dan 9 m/menit. Pengujian hasil pengelasan dilakukan dengan uji kekerasan dengan beban 5 kgf. Hasil pengujian kekerasan DCRP, kekerasan pada base metal, HAZ dan weld metal tertinggi pada kecepatan wire feeder 8 m/menit. Hasil pengujian kekerasan DCSP, kekerasan pada HAZ dan weld metal tertinggi pada kecepatan wire feeder 7 m/menit sedangkan untuk base metal tertinggi pada kecepatan wire feeder 9 m/menit. Hasil pengujian kekerasan menunjukkan bahwa pengelasan dengan polaritas DCSP menghasilkan kekerasan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan polaritas DCRP.

Kata kunci : MIG, DCRP, DCSP, A36, V tunggal, AWS ER70S-6

PENDAHULUAN

Penelitian pendahuluan telah dilakukan yaitu dengan menetapkan kecepatan pengelasan

Pengelasan MIG yaitu merupakan proses sebesar 350 mm/menit serta kecepatan wire penyambungan dua material logam atau lebih

feeder 9 m/menit. [susetyo, 2015]. Pada menjadi satu melalui proses pencairan

penelitian itu didapatkan hasil kekerasan setempat, dengan menggunakan elektroda

tertinggi pada daerah HAZ sebesar 228,16 gulungan (rod) yang memiliki karakteristik

HV untuk polaritas DCSP. Untuk itu akan yang sama dengan logam dasarnya serta

dilakukan penelitian lagi dengan mengurangi menggunakan gas pelindung.

kecepatan pengelasan menjadi 8 m/menit dan

7 m/menit dengan dua polaritas yaitu DCRP Pengelasan MIG pada umumnya dilakukan

dan DCSP.

tanpa menggunakan alat bantu pengelasan (secara manual). Dengan cara manual akan timbul masalah kecepatan yang tidak konstan

TEORI DASAR

pada saat pengelasan. Kecepatan yang tidak konstan ini akan menghasilkan hasil yang

a. Polaritas

tidak tentu. Sehingga pada penelitian ini akan Sistem pembangkit tenaga pada mesin menggunakan alat bantu [saleh, 2013]

GMAW (Gas Metal Arc Welding) dibagi sehingga

dalam 2 golongan, yaitu : Mesin las arus pengelasan yang konstan.

bolak balik (Alternating Current / AC

135 JURNAL TEKNIK FTUP, VOLUME 29 NOMOR 3 OKTOBER 2016

Welding Machine) dan Mesin las arus

3. Kekuatan yang diinginkan searah (Direct Current / DC Welding

4. Posisi pengelasan Machine). Umumnya mesin las arus searah (DC) mendapatkan sumber tenaga listrik dari trafo las (AC) yang kemudian diubah menjadi arus searah dengan tegangan yang konstan (constant-voltage).

Pemasangan kabel las (pengkutuban) Gambar 1. Kampuh persegi lurus (I) pada mesin las arus searah dapat diatur

[sunari, 2007] /dibolak-balik sesuai dengan keperluan

pengelasan, dengan cara : Pengkutuban langsung (Direct Current Straight Polarity/DCSP/DCEN) Dengan

pengkutuban langsung berarti kutub positif Gambar 2. Kampuh V tunggal [sunari, (+) mesin las dihubungkan dengan benda

2007] kerja dan kutub negatif (-) dihubungkan

dengan kabel elektroda.

Dengan

hubungan seperti ini panas pengelasan yang

memanaskan elektroda sedangkan 2/3

bagian memanaskan benda kerja. Gambar 3. Kampuh U tunggal [sunari, Pengkutuban terbalik

Polarity/DCRP/DCEP)

Pada

pengkutuban terbalik, kutub negatif (-)

c. Daerah Terpengaruh Panas (HAZ)

mesin las dihubungkan dengan benda Gambar dibawah menunjukkan bagian kerja, dan kutub positif (+) dihubungkan

mikroskopik dari daerah lasan dari baja dengan

karbon atau baja campuran rendah yang semacam ini panas pengelasan yang

mana membedakan logam las ke dalam terjadi 1/3 bagian panas memanaskan

bagian logam induk dan logam deposit benda kerja dan 2/3 bagian memanaskan

yang mencair dan membeku, daerah elektroda. [Ambiyar, 2008] terkena pengaruh panas dari logam induk

yang telah dipanaskan ke suhu yang lebih Tabel 1. Pembagian masukan panas

temperatur lebur dan [Daryanto, 2010]

rendah

dari

strukturnya telah berubah, dan bagian

Panas

Jenis polaritas

logam induk yang tidak terpengaruh oleh

yang

panas.

diterima DCRP

kerja Elektroda

Gambar 4. Nama-nama dari bagian- Untuk menghasilkan hasil Las Listrik yang

b. Kampuh Las

bagian sambungan las [Hery Sunaryo, mempunyai kualitas yang baik, sudah

seharusnya Tukang

Las

(Welder)

memperhatikan beberapa hal yang terkait

d. Uji Kekerasan

Yang dimaksud dengan kekerasan adalah berpengaruh dalam pengelasan Listrik

dengan Las Listrik

diantara

yang

untuk menahan adalah Kampuh Las. Kampuh Las ini

kepenyokan, luka gores, lecet atau berguna untuk fusi antara logam induk dan

rambatan. Khusus untuk pengelasan, logam las terjadi ikatan metalurgi yang

angka kekerasan ini dapat dibaca dan sempurna. Dengan demikian kekuatan las

diperbandingkan dengan memakai tabel. akan lebih terjamin. Sedangkan jenis

macam cara pengujian kampuh las yang dipakai pada tiap

Ada empat

kekerasan, yaitu secara brinell, rockwel, pengelasan tergantung pada : [Amstead,

vickers dan shore slerosco. [sunari, 2007]

1. Ketebalan benda kerja

2. Jenis benda kerja

JURNAL TEKNIK FTUP, VOLUME 29 NOMOR 3 OKTOBER 2016

Tabel 2. Berbagai Metode Uji Kekerasan

HASIL DAN PEMBAHASAN

[Hery Sunaryo, 2008]

Pengujian

kekerasan

dilakukan untuk

menunjukkan kekerasan maksimal pada hasil pengelasan yang diukur dengan uji Vickers

Penggolongan Lambang

Identor

dengan beban 5 kgf kemudian didapatkan (JIS Z 2213)

Uji Brinell

HB Bola baja yang

dikeraskan

hasil seperti dibawah ini.

Uji Rockwell HR

Bola baja yang

Skala B HRB

dikeraskan

Skala C

a. Polaritas Terbalik (DCRP)

(JIS X HRC

Hasil pengujian kekerasan DCRP dapat dilihat 2245)

Mata intan

pada tabel 3.

Uji Vickers (JIS Z 2244)

HV Mata intan

Tabel 3. Hasil Pengujian Kekerasan DCRP Uji Shore

Palu dengan

(JIS Z 2246) HS

intan di

Spesi

Rata- HAZ Rata- Rata-

Rata WM Rata

METODOLOGI PENELITIAN 83

83 223 217 169 171 dibentuk kampuh V tunggal kemudian dilas

Pelat ASTM A36 dengan tebal 8 mm yang

214 172 MIG dengan menggunakan polaritas DCSP

206 172 dan DCRP. Parameter kecepatan pengelasan

5 195 ditentukan tetap sebesar 350 mm/menit dan 164 kecepatan wire feeder divariasuiakan 7, 8,

menit

dan 9 m/menit. Filler metal menggunakan filler Dari Tabel 3. dapat dibuat grafik sebagai rod AWS ER70S-6 berdiameter 1 mm.

berikut.

Sampel pengelasan diuji kekerasan di Balai

Besar Teknologi Kekuatan Struktur (B2TKS) Puspiptek, Serpong untuk melihat kekerasan pada Base Metal (BM), HAZ dan Weld Metal (WM). Metodologi penelitian ini dapat dilihat lebih jelas pada diagram di bawah.

MULAI

IDENTIFIKASI MASALAH

STUDI LITERATUR

Gambar 5. Grafik Hasil Uji Kekerasan DCRP

PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN

Dari hasil pengujian kekerasan pada daerah Base Material (BM) didapatkan hasil, untuk tingkat kekerasan yang paling tinggi ada pada

PENGELASAN MIG DCRP DAN DCSP

spesimen dengan kecepatan wire feeder 8 m/menit dengan nilai kekerasan 201,83 HV, sedangkan untuk spesimen dengan tingkat

SPESIMEN

kekerasan terkecil ada pada spesimen dengan kecepatan wire feeder 7 m/menit dengan nilai kekerasan 184,83 HV.

ANALISIS HASIL

Dari hasil pengujian kekerasan pada daerah HAZ

didapatkan

hasil, untuk tingkat

KESIMPULAN

kekerasan yang paling tinggi ada pada spesimen dengan kecepatan wire feeder 8 m/menit dengan nilai kekerasan 217 HV,

sedangkan untuk spesimen dengan tingkat Gambar 4. Diagram Alur Penelitian

SELESAI

kekerasan terkecil ada pada spesimen

137 JURNAL TEKNIK FTUP, VOLUME 29 NOMOR 3 OKTOBER 2016 137 JURNAL TEKNIK FTUP, VOLUME 29 NOMOR 3 OKTOBER 2016

dengan kecepatan wire feeder 8 m/menit Dari hasil pengujian kekerasan pada daerah

dengan nilai kekerasan 183,66 HV. Welding Material (WM) didapatkan hasil, untuk tingkat kekerasan yang paling tinggi

Dari hasil pengujian kekerasan pada daerah ada pada spesimen dengan kecepatan wire

HAZ dengan beban 5 kgf didapatkan hasil, feeder 8 m/menit dengan nilai kekerasan 171

untuk tingkat kekerasan yang paling tinggi HV, sedangkan untuk spesimen dengan

ada pada spesimen dengan kecepatan wire tingkat kekerasan terkecil ada pada spesimen

feeder 7 m/menit dengan nilai kekerasan dengan kecepatan wire feeder 9 m/menit

238,83 HV, sedangkan untuk spesimen dengan nilai kekerasan 167 HV.

dengan tingkat kekerasan terkecil ada pada spesimen dengan kecepatan wire feeder 9

m/menit dengan nilai kekerasan 228,16 HV. Hasil pengujian kekerasan DCSP dapat dilihat pada tabel 4.

b. Polaritas Lurus (DCSP)

Dari hasil pengujian kekerasan pada daerah Welding Material (WM) dengan beban 5 kgf

Tabel 4. Hasil Pengujian Kekerasan DCSP didapatkan hasil, untuk tingkat kekerasan

Spesi HAZ men Rata- BM Rata- Rata Rata WM

Rata-

yang paling tinggi ada pada spesimen dengan

kecepatan wire feeder 7 m/menit dengan nilai 188

kekerasan 177,33 HV, sedangkan untuk

spesimen dengan tingkat kekerasan terendah menit 190

33 0 ada pada spesimen dengan kecepatan wire 185

feeder 9 m/menit dengan nilai kekerasan 185

c. Perbandingan

kekerasan Polaritas

menit ,66 243,5 ,66

16 Terbalik (DCRP) dan Polaritas Lurus

Secara umum berdasarkan hasil pengujian 190

0 kekerasan menunjukkan bahwa pengelasan

DCSP menghasilkan menit 190 ,33 223

0 50 kekerasan yang lebih tinggi jika dibandingkan 188