PENGARUH INFLASI, STRUKTUR MODAL, DAN KEBIJAKAN DEVIDEN TERHADAP REAKSI PASAR SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA

  

PENGARUH INFLASI, STRUKTUR MODAL, DAN KEBIJAKAN

DEVIDEN TERHADAP REAKSI PASAR SAHAM DI BURSA

EFEK INDONESIA

  

Indah Asri Fadwanisah, Tri Lestari, Nurul Qomari

  Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Bhayangkara Surabaya

  

ABSTRAK

  Variabel independen inflasi diukur dengan tingkat inflasi pertahun, struktur modal diukur dengan Debt to Equity Ratio (DER), dan kebijakan deviden diukur dengan Devidend payout Ratio (DPR). Sedangkan variable dependen reaksi pasar saham diproyeksikan dengan retur saham. Hasil pengujian koefisiensi regresi secara simultan diperoleh nilai f hitung sebesar 4.108 atau lebih besar dari f tabel sebesar 3.07, maka variabel bebas yang terdiri dari inflasi(X1), struktur modal (X2), dan kebijakan deviden (X3) memiliki pengaruh secara bersama-sama terhadap reaksi pasar saham. Pada pengujian koefisiensi regresi secara parsial diperoleh t hitung inflasi sebesar 2.179 dan kebijakan deviden 2.437 lebih besar dari f tabel 2.0796, artinya variabel bebas X1 dan X3 berpengaruh secara parsial terhadap variabel terikat. Kebijakan deviden merupakan faktor paling dominan dari hasil Koefisiensi Beta Standardized memiliki Beta paling tinggi sebesar 0.464 diantara variabel yang lainnya.

  

Kata Kunci: Inflasi, Struktur Modal, Kebijakan Deviden, dan Reaksi Pasar Saham

ABSTRACT

  Independent variable of inflation is measured by yearly inflation rate, capital

structure is measured by Debt to Equity Ratio (DER), and dividend policy is

measured by Devidend payout Ratio (DPR). While the dependent variable stock

market reaction is projected with stock returns.The result of regression coefficient

test simultaneously obtained the value of f count equal to 4,108 or bigger than f table

equal to 3,07, hence independent variable consist of inflation (X1), capital structure

(X2), and dividend policy (X3) have influence together Against stock market

reactions. In the regression coefficient test partially obtained t arithmetic inflation of

2.179 and dividend policy 2.437 greater than f table 2.0796, meaning free variables

X1 and X3 partially affect the dependent variable. Dividend policy is the most

dominant factor of Standardized Beta Coefficiency has Beta highest of 0.464 among

other variables.

  

Keywords: Inflation, Capital Structure, Dividend Policy, and Stock Market Reaction

  PENDAHULUAN

  Banyak orang tertarik untuk menginvestasikan sebagian uang mereka di pasar saham (stock market). Adapun tujuan mereka berinvestasi adalah untuk mendapatkan return yang optimal dengan risiko yang minimal. Para investor dapat menginvestasikan uang mereka dengan berinvestasi langsung maupun tidak langsung. Investasi langsung berarti investor melakukan pembelian langsung aktiva keuangan suatu perusahaan, sedangkan investasi tidak langsung berarti pembelian saham dari perusahaan investasi yang mempunyai portofolio aktiva-aktiva keuangan dari perusahaan-perusahaan lain. Pembeli dan penjual akan berpartisipasi jika pasar modal bersifat likuid dan efisien.

  Indonesia sering sekali mengalami inflasi, inflasi bukanlah saat harga-harga barang dikonsumsi naik. Kenaikan harga di pasar atau toko dan juga kenaikan harga listrik atau bensin, tidak bisa dikatakan sebagai inflasi. Kebutuhan bahan pokok dan juga bensin dipengaruhi oleh permintaan dan juga persediaan barang. Jika kenaikan bukan karena kelebihan suplai uang dipasaran tetapi lebih disebabkan oleh aturan yang buruk, contohnya seperti kenaikan harga bawang dan daging sapi saat ini, hal ini belum bisa dikatakan sebagai inflasi.

  Inflasi terjadi saat dipengaruhi oleh goncanganya sebuah perekonomian, termasuk didalamnya kenaikan harga yang terjadi berkesinambungan. Naiknya inflasi tentu akan mempengaruhi naiknya biaya hidup. Namun tidak semua inflasi buruk, dalam batasan tertentu inflasi dapat berdampak positif bagi perekonomian. Bank sentral di setiap negara, jika di Indonesia adalah Bank Indonesia biasanya menargetkan tingkat inflasi. Tingkat inflasi yang normal adalah antara 2% hingga 3%, tidak pernah 0%.

  Inflasi yang tinggi akan mengakibatkan penurunan harga saham, karena menyebabkan kenaikan harga barang secara umum. Kondisi ini mempengaruhi biaya produksi dan harga jual barang akan menjadi semakin tinggi. Harga jual yang tinggi akan menyebabkan menurunnya daya beli, hal ini akan mempengaruhi keuntungan perusahaan dan akhirnya berpengaruh terhadap harga saham yang mengalami penurunan .

  Struktur modal suatu perusahaan dijadikan sebagai salah satu bagian dari informasi laporan keuangan yang akan direspon oleh investor dalam kegiatan investasi yang akan dilakukan. Untuk itu, seorang investor harus bisa mengambil keputusan dalam memilih jenis sumber dana, baik yang diperoleh dalam perusahaan sendiri maupun dari luar perusahaan. Menurut Najmudin (2011:294) struktur modal berkaitan dengan penentuan tentang proporsi tertentu dari total modal yang dibutuhkan perusahaan yang akan didanai dengan utang dan ekuitas. Perusahaan harus bisa melakukan penentuan struktur modal secara optimal yang artinya dapat 4 meminimalkan biaya modal keseluruhan atau biaya rata-rata modal, sehingga tidak akan terjadi dampak yang buruk bagi perusahaan. Apabila perusahaan melakukan kesalahan dalam penentuan struktur modal, maka perusahaan akan mengalami kebangkrutan. Dalam hal ini, investor tidak akan berminat untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut karena dinilai kurang terhadap penentuan struktur modalnya.

  Rumusan Masalah

  a. Apakah inflasi berpengaruh secara parsial terhadap reaksi pasar saham?

  b. Apakah struktur modal berpengaruh secara parsial terhadap reaksi pasar saham?

  c. Apakah kebijakan deviden berpengaruh secara parsial terhadap reaksi pasar saham? d. Apakah inflasi, struktur modal dan kebijakan deviden berpengaruh secara simultan terhadap reaksi pasar saham? e. Variabel manakah yang memiliki pengaruh dominan terhadap reaksi pasar saham?

  TINJAUAN PUSTAKA 1. Inflasi

  Inflasi merupakan kenaikan harga barang-barang secara umum yang disebabkan oleh turunnya nilai mata uang pada suatu periode tertentu. Nopirin (2009:25) “mendefinisikan inflasi sebagai proses kenaikan harga-harga umum barang- barang secara terus- menerus”. Terdapat berbagai jenis Inflasi.

2. Struktur Modal

  Keown et. Al., (dalam Yulita, 2014:6) struktur modal (capital structure) adalah perbandingan atau imbangan pendanaan jangka panjang perusahaan yang ditujukan oleh perbandingan utang jangka panjang terhadap sumber modal sendiri. Pemenuhan kebutuhan dana perusahaan dari sumber modal berasal dari modal saham, laba ditahan, dan cadangan.

3. Kebijakan Deviden

  Martono dan Harjito (2013:270) “kebijakan dividen merupakan keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagi kepada pemegang saham dalam bentuk dividen atau akan ditahan untuk menambah modal guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang”.

  Kerangka Konseptual c

  Inflasi Reaksi Pasar Saham

  Struktur modal Kebijakan Deviden

  Kebijakan deviden

  Sumber: Peneliti (2017)

  Gambar 1 Kerangka Konseptual

  Hipotesis Penelitian

  S ugiyono (2009: 96) “hipotesis penelitian merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah atau sub masalah yang diajukan oleh peneliti, yang diajabarkan dari landasan teori atau kajian teori dan masi bersifat sementara”.

  Berdasarkan rumusan masalah di muka, hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

  1. Bahwa inflasi memiliki pengaruh secara parsial terhadap reaksi pasar saham

  2. Bahwa struktur modal memiliki pengaruh secara parsial terhadap reaksi pasar saham

  3. Bahwa kebijakan deviden memiliki pengaruh secara parsial terhadap reaksi pasar saham

  4. Bahwa variabel inflasi, struktur modal, dan kebijakan deviden berpengaruh secara simultan terhadap reaksi pasar saham.

  5. Diantara variabel inflasi, struktur modal, dan kebijakan deviden yang mempunyai pengaruh dominan adalah kebijakan deviden.

METODE PENELITIAN

  Variabel bebas yaitu variabel yang mempengaruhi variabel terikat, baik itu secara positif maupun negatif, serta sifatnya yang dapat berdiri sendiri. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah inflasi (sub variabel X1), struktur modal (sub variabel X2), dan kebijakan deviden (sub variabel X3).

  Metode pengambilan sampel dilakukan peneliti adalah dengan metode sensus data dari populasi yang dijadikan sampel adalah seluruh perusahaan pertambangan, energi, dan logam BUMN yang ada di Bursa Efek Indonesia (BEI). Penentuan kriteria-kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

  1. Perusahaan sampel adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

  2. Menyediakan laporan keuangan dari priode 2011-2015.

  3. Dalam penelitian yang akan saya buat , diperoleh data di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui web resmi

  Tabel 1 Daftar Sampel Penelitian

  No Kode Nama Perusahaan Jenis Perusahaan

  1 ANTM PT Aneka Tambang (persero) Tbk Pertambangan

  2 PTBA PT Bukit Asam (persero) Tbk Pertambangan

  3 TINS PT Timah (persero) Tbk Pertambangan

  4 PGAS PT Perusahaan Gas Negara (persero) Tbk Energi

  5 KRAS PT Krakatau Steel (persero) Tbk Logam

  Sumber : Peneliti (2017) ANALISIS DAN PEMBAHASAN Hasil Analisa dan Pembahasan

  Analisis statistik deskriptif memberikan informasi mengenai deskripsi dari variabel yang digunakan dalam penelitian. Informasi tersebut disajikan dari nilai minimum, nilai maksimum, nilai mean, dan nilai standar deviasi dari masing-masing variabel penelitian.

  Tabel 2 Deskriptif Variabel Penelitian

  

Descriptive Statistics

Std.

  N Minimum Maximum Mean Deviation Inflasi (X1)

  25

  3.35 8.38 5.6360 2.29892 Struktur Modal (X2) 25 .34 1.94 .8140 .36603 Kebijakan Deviden (X3) 25 .00 803.60 139.6804 215.61204 Reaksi Pasar Saham (Y)

  25

  1.36 2.38 1.8501 .24476 Valid N (listwise)

25 Sumber : Peneliti (2017) 1.

   Uji Asumsi Klasik Uji Asumsi Klasik yang meliputi: Uji Normalitas, Uji Autokorelasi, Uji Multikolinieritas, dan Uji Heteroskedastisitas.

a. Uji Normalitas

  Tabel 3 Hasil Uji Normalitas

  One -Sam ple Kolm ogorov-Smirnov Test

  25 .0000000 .19429780 .095

  .061

  ed Residual T est distribution is Normal.

  • .095 .475 .978 N Mean Std. Deviation Normal Parameters a,b Absolute Positive Negative Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) Unstandardiz

  a.

  Calculated from data.

  b.

  Sumber : Peneliti (2017)

  Berdasarkan nilai Asymp. Sig (2-tailed) diketahui bahwa nilai signifikansi sebesar 0.978 lebih besar dari 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data yang diuji berdistribusi normal. Hal tersebut diperkuat dihasil scatterplot pada gambar 2 dibawah ini yang sebaran data mengikut garis diagonal.

  1.0 0.8

0.6

0.4 0.2 0.0 Observed Cum Prob 1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0 Expected C um Pro b Dependent Variable: Reaksi Pasar Saham (Y) Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

  Sumber: Peneliti (2017) Gambar 2

  Scatterplot Normalitas b.

   Uji Multikolinieritas

  Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinieritas adalah melihat nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Hasil Uji Multikolinieritas, sebagai berikut:

  Tabel 4 Nilai Tolerance dan VIF

  No. Variabel Tolerance

  VIF

  1 Inflasi (X1) 0.912 1.096

  2 Struktur Modal (DER) (X2) 0.767 1.304

  3 Kebijakan Deviden (DPR) (X3) 0.828 1.207

  Sumber : SPSS (2017)

  Berdasarkan pada Tabel 4 dapat diketahui bahwa nilai toleransi dari masing- masing variabel Inflasi (X

  

1 ), Struktur Modal (DER) (X

2 ), dan Kebijakan Deviden

  (DPR) (X

  3 ), di atas 0.1 dan nilai VIF di bawah 10. Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak terjadi gejala multikolinearitas, sehingga asumsi regresi terpenuhi.

c. Uji Heteroskedastistas

  Uji Heterokedastisitas adalah varian residual, yang tidak sama pada semua pengamatan, dalam model regresi.

  Scatterplot 2 1 Dependent Variable: Reaksi Pasar Saham (Y) ed ntiz

  • -1 Residual -2 Regression Stude -3

    Regression Standardized Predicted Value

    -1
  • 1 2 Sumber : Peneliti (2017)

      Gambar 2 Grafik Pengujian Heteroskedaktisitas

      Berdasarkan Gambar 2, diketahui titik menyebar secara acak baik di atas maupun di bawah angka nol pada sumbu Y. Jadi, tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka dapat dikatakan bahwa tidak terjadi Heteroskedastistas.

    d. Uji Autokorelasi

      Uji autokorelasi adalah untuk melihat apakah antara anggota pengamatan dalam variabel-variabel bebas yang sama memiliki keterkaitan satu sama lainnya.

      Tabel 5 Nilai Durbin Watson b

      Model Summ ary Durbin- Model Watson a

      1

    1.994

    a. Predictors: (Constant), Kebijakan Deviden (X3), Inflasi (X1), Struktur Modal (X2)

    b. Dependent Variable: Reaksi Pasar Saham (Y)

      Sumber : Peneliti (2017)

      Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa hasil uji Durbin-Watson diperoleh nilai DW sebesar 1.994 (DW = 1.994) ; du = 1.654; 4 - du = 2.346. Karena nilai DW terletak pada range du

    • – (4-du) = 1.654 ≤ dw ≤ 2.346, maka dapat disimpulkan tidak ada autokorelasi. Jadi pengujian autokorelasi dalam penelitian ini adalah tidak ada autokorelasi.

      2. Uji Linier Berganda

      Analisis regresi linear berganda ini bertujuan untuk meneliti bagaimana pengaruh masing-masing variabel bebas Inflasi (X1), Struktur Modal (DER) (X

      2 ),

      3

      dan Kebijakan Deviden (DPR) (X ) terhadap variabel terikat Reaksi Pasar Saham (Y) pada penelitian ini.

      Tabel 6 Hasil Uji Koefisien Regresi Berganda

      Model Koefisien Regresi t hitung Sig

      Konstanta 1.534 10.582 0.000 Inflasi (X1 ) 0.042 2.179 0.041 Struktur Modal (DER) (X2) 0.007 0.050 0.961 Kebijakan Deviden (DPR) (X3 ) 0.001 2.437 0.024

      Sumber : Peneliti (2017)

      Dari data Tabel 5 persamaan regresi yang didapat adalah:

      1

      2

      3 Y = 1.534 + 0.042 (X ) + 0.007 (X ) + 0.001 (X )

      3. Koefisien Determasi (R Square)

      Hasil uji koefisien korelasi dan determinasi persamaan regresi linear berganda dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 6 sebagai berikut :

      Tabel 7 Koefisien Korelasi Dan Koefisien Determinasi

      Model Summary Adjusted Std. Error of Model R R Square R Square the Estimate a

      1 .608 .370 .280 .20771 a. Predictors: (Constant), Kebijakan Deviden (X3), Inflasi (X1), Struktur Modal (X2)

      Sumber : Peneliti (2017)

      

    2

    Nilai koefisien determinasi atau R digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel tak bebas (Y) yaitu 0.370.

      Hal ini berarti sebesar 37.0% Reaksi Pasar Saham (Y) dapat dijelaskan oleh variabel Inflasi (X1), Struktur Modal (DER) (X

      2 ), dan Kebijakan Deviden (DPR) (X 3 ).

      Sedangkan sisanya 63.0% dipengaruhi oleh variabel lain diluar model yang diteliti.

      4. Hasil Uji Simultan (Uji F)

      Tabel 8 Uji Simultan (Uji F)

      b ANOV A Sum of

    Model Squares df Mean Square F Sig.

    a

      1 Regression .532 3 .177 4.108 .019 Residual

      .906 21 .043 Total 1.438

      24 a. Predictors: (Constant), Kebijakan Deviden (X3), Inflasi (X1), Struktur Modal (X2) b. Dependent Variable: Reaksi Pasar Saham (Y)

      Sumber : SPSS (2017) hitung tabel

      Dari Tabel 8 diperoleh nilai F sebesar 4.108 atau lebih besar dari F sebesar 3.07 atau ditolak, sehingga dapat signifikan F ≤ 0,05 pada α = 0.05, maka H disimpulkan bahwa variabel bebas yang terdiri dari Inflasi (X1), Struktur Modal (DER) (X

      2 ), dan Kebijakan Deviden (DPR) (X3) memiliki pengaruh secara simultan terhadap variabel terikat yaitu Reaksi pasar saham (Y).

      5. Hasil Uji Parsial (Uji t)

      a. Uji Parsial Pengaruh Variabel Inflasi (X1) Terhadap Reaksi Pasar Saham (Y)

      hitung

      Berdasarkan tabel 9 besarnya nilai t variabel bebas Inflasi (X1) adalah 2.179, dengan nilai signifikan t sebesar 0.041, berarti nilai signifikansi t < 0,05.

      Hal ini menunjukan bahwa H ditolak dan H

      3

      Variabel kebijakan deviden menunjukan beta yang paling tinggi sebesar 0.464 diantara variabel yang lainnya sehingga peneliti bisa membuktikan sesuai dengan hipotesa bahwa variabel kebijakan deviden memiliki pengaruh yang dominan terhadap reaksi pasar saham.

      Sumber: Peneliti (2017)

      Dependent Variable: Reaksi Pasar Saham (Y) a.

      Standardized Coefficients t Sig.

      1 B Std. Error

    Unstandardized

    Coefficients

    Beta

      Model

      .007 .132 .010 .050 .961 .001 .000 .464 2.437 .024 (Constant) Inflasi (X1) Struktur Modal (X2) Kebijakan Deviden (X3)

      Coefficie nts a 1.534 .145 10.582 .000 .042 .019 .395 2.179 .041

      Tabel 8 Tabel Nilai Korelasi Parsial

      ) memiliki pengaruh signifikan secara parsial terhadap Reaksi pasar saham .

      sehingga variabel bebas Kebijakan Deviden (DPR) (X

      1 diterima sehingga variabel bebas

      1 diterima

      variabel bebas Kebijakan Deviden (DPR) (X3) adalah 2.437 dengan nilai signifikan t sebesar 0.024, berarti nilai signifikansi t ≤ 0,05. Hal ini menunjukan bahwa H ditolak dan H

      hitung

      Berdasarkan tabel 9 besarnya nilai t

      c. Uji Parsial Pengaruh Variabel Kebijakan Deviden (DPR) (X3) Terhadap Reaksi Pasar Saham (Y)

      sehingga variabel bebas Struktur Modal (DER) (X2) memiliki pengaruh tidak signifikan secara parsial terhadap Reaksi Pasar Saham (Y).

      1 ditolak

      variabel bebas Struktur Modal (DER) (X2) adalah 0.050 dengan nilai signifikan t sebesar 0.961, berarti nilai signifikansi t > 0,05. Hal ini menunjukan bahwa H diterima dan H

      

    hitung

      b. Uji Parsial Pengaruh Variabel Struktur Modal (DER) (X2) Terhadap Reaksi Pasar Saham (Y) Berdasarkan tabel 9 besarnya nilai t

      Inflasi (X1) memiliki pengaruh signifikan secara parsial terhadap Reaksi Pasar Saham (Y).

    6. Pembuktian Variabel Yang Dominan

      SIMPULAN

      Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya dapat ditarik beberapa kesimpulan guna menjawab rumusan masalah. Beberapa kesimpulan tersebut terdiri dari:

      1. Inflasi, Struktur Modal, dan Kebijakan Deviden berpengaruh secara simultan terhadap Reaksi Pasar Saham Perusahaan Manufaktur BUMN yang bergerak di bidang pertambangan, energi dan logam yang terdaftar di BEI selama periode 2011-2015. Dan Inflasi, dan Kebijakan Deviden berpengaruh secara parsial terhadap Reaksi Pasar Saham Perusahaan Manufaktur BUMN yang bergerak di bidang pertambangan, energi dan logam yang terdaftar di BEI selama periode 2011-2015. Sedangkan Struktur Modal tidak berpengaruh secara parsial terhadap Reaksi Pasar Saham Perusahaan Manufaktur BUMN yang bergerak di bidang pertambangan, energi dan logam yang terdaftar di BEI selama periode 2011- 2015.

      2. Variabel kebijakan deviden (DER) berpengaruh yang paling dominan terhadap Reaksi Pasar Saham daripada variabel struktrum modal dan kebijakan deviden pada Perusahaan Manufaktur BUMN yang bergerak di bidang pertambangan, energi dan logam yang terdaftar di BEI selama periode 2011-2015.

      SARAN

      Adapun beberapa saran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

      1. Bagi investor hasil penelitian ini yang menunjukkan bahwa inflasi berpengaruh positif signifikan terhadap reaksi pasar saham, sehingga tingkat inflasi diharapkan dapat memberikan informasi yang dijadikan pertimbangan oleh investor sebelum melakukan keputusan investasi sehingga memberikan tingkat pengembalian (return) secara optimal.

      2. Bagi investor hasil penelitian ini yang menunjukkan bahwa struktur modal (DER) tidak berpengaruh signifikan terhadap reaksi pasar saham diharapkan dapat menjadi evaluasi bagi investor sebelum melakukan keputusan investasi sehingga memberikan tingkat pengembalian (return) secara optimal.

      3. Bagi investor hasil penelitian ini yang menunjukkan bahwa kebijakan deviden (DPR) berpengaruh signifikan terhadap reaksi pasar saham diharapkan dapat menjadi inforrmasi sebelum melakukan keputusan investasi sehingga memberikan tingkat pengembalian (return) secara optimal.

      4. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi pasar saham, sehingga dapat menambah perbendaharaan ilmu pengetahuan di Universitas Bhayangkara Surabaya sebagai sumbangan pemikiran dibidang akuntansi yang nantinya dapat digunakan sebagai pertimbangan pembaca untuk menyelesaikan masalah serupa.

      

    DAFTAR PUSTAKA

    I Made Sudana 2011, Manajemen Keuangan Perusahaan, Erlangga, Jakarta.

      Martono, dan A. Harjito 2013, Manajemen Keuangan, Edisi Kedua, Ekonisia, Yogyakarta. Najmudin 2011,

      Manajemen Keuangan Syar’iyyah Modern, Andi Offset, Yogyakarta.

      Nopirin 2009. Ekonomi Moneter, Buku II, Edisi ke-1, Yogyakarta: BPFE.

      

      Yulita, N 2014, Pengaruh Struktur Modal, Kebijakan Deviden, Dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Nilai Perusahaan, Skripsi. Universitas Negeri Padang.

Dokumen yang terkait

ANALISIS PENGARUH PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONIBILITY DENGAN VARIABEL INTERVENING GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BEI Achmad Sambudianto, Syafi’i, Juliani Pudjowati

0 0 14

PENGARUH PENERIMAAN PAJAK HOTEL DAN RESTORAN, RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN, DAN PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP PAD KOTA MOJOKERTO

0 0 11

IMPLEMENTASI INTERNAL CONTROL SISTEM INFORMASI AKUNTANSI TERHADAP KINERJA MARKETING

0 0 10

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP PRAKTIK MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2013-2015

0 0 16

PENERAPAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERBANKAN SYARIAH DALAM SUDUT PANDANG SHARIAH ENTERPRISE THEORY PERIODE TAHUN 2014 STUDI PADA BANK MUAMALAT DAN BANK BNI SYARIAH

0 0 16

WUJUD KEPEMIMPINAN KEPALA DESA DALAM MENINGKATKAN KESADARAN DAN KEPATUHAN PEMBAYARAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

0 0 18

ANALISIS PENGARUH PERPUTARAN PERSEDIAAN DAN PERPUTARAN PIUTANG TERHADAP MODAL KERJA PADA PT UNILEVER INDONESIA, Tbk

1 1 9

PENGARUH PENGETAHUAN PERPAJAKAN, MODERNISASI SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN DAN KESADARAN WAJIB PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SURABAYA KARANG PILANG

0 3 14

ANALISIS PENERAPAN RASIO KEUANGAN DAN EVA SEBAGAI ALAT UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PT.ASAHIMAS FLAT GLASS.Tbk YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 1 13

ANALISIS PERILAKU KEPATUHAN, PEMAHAMAN, DAN KEMUDAHAN WAJIB PAJAK UMKM TERHADAP PERATURAN PEMERINTAH No. 46 TAHUN 2013 PADA KPP PRATAMA MULYOREJO

0 0 13