PENGARUH PENGGUNAAN POLA ARGUMENTASI TOULMIN PADA PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI METODE DISKUSI TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KUALITAS ARGUMENTASI SAINS SISWA SMA.

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Departemen

Pendidikan Fisika

Oleh:

Sigit Rahman Sugandi NIM. 1002533

DEPARTEMEN PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

Oleh

Sigit Rahman Sugandi

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Sigit Rahman Sugandi Universitas Pendidikan Indonesia

2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI METODE DISKUSI TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KUALITAS ARGUMENTASI

SAINS SISWA SMA Oleh :

Sigit Rahman Sugandi NIM. 2001533

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH :

Dosen Pembimbing I,

Dr. Andi Suhandi, M.Si.

NIP. 196908171994031003 Dosen Pembimbing II,

Dr. Muslim, M.Pd.

NIP. 19640606199031003 Megetahui,

Kuasa Ketua Departemen Pendidikan Fisika Sekretaris Departemen Pendidikan Fisika,

Dr. Winny Liliawati, M.Si.


(4)

(5)

Sigit Rahman Sugandi, 2015

PENGARUH PENGGUNAAN POLA ARGUMENTASI TOULMIN PADA PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI METODE DISKUSI TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KUALITAS ARGUMENTASI SAINS SISWA SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

iv

PENGARUH PENGGUNAAN POLA ARGUMENTASI TOULMIN PADA

PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI METODE DISKUSI TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KUALITAS ARGUMENTASI SAINS SISWA SMA

Sigit Rahman Sugandi, NIM. 1002533, Pembimbing I : Dr. Andi Suhandi, M.Si.; Pembimbing II : Dr. Muslim, M.Pd. Departemen Pendidikan Fisika FPMIPA UPI

Bandung 2015 Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan pola argumentasi Toulmin pada pembelajaran fisika melalui metode diskusi terhadap peningkatan pemahaman konsep dan peningkatan kualitas argumentasi sains siswa SMA. Metode penelitian yang digunakan adalah metode pre-experimental dengan desain one group

pre-test post-test design. Subjek penelitian adalah siswa kelas X di salah satu SMA

Negeri di Kota Bandung sebanyak 34 orang. Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu instrumen tes pemahaman konsep dan instrumen non-tes berupa rekaman video pembelajaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pola argumentasi Toulmin pada pembelajaran fisika menggunakan metode diskusi memiliki pengaruh yang besar terhadap peningkatan pemahaman konsep siswa dengan perolehan efek size sebesar 2,37. Pemahaman konsep siswa meningkat dalam kategori sedang dengan perolehan <g> sebesar 0,36. Penggunaan pola argumentasi Toulmin pada pembelajaran fisika melalui metode diskusi dapat meningkatkan kualitas argumentasi sains dari pertemuan ke pertemuan dalam kegiatan pembelajaran menjadi lebih baik. Persentase kualitas argumentasi sains mengalami penurunan pada level 1. Untuk level 2 sampai 4 persentase kualitas argumentasi sains mengalami kenaikan. Sedangkan untuk level 5 megalami kecenderungan yang konstan.


(6)

Sigit Rahman Sugandi, 2015

PENGARUH PENGGUNAAN POLA ARGUMENTASI TOULMIN PADA PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI METODE DISKUSI TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KUALITAS ARGUMENTASI SAINS SISWA SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

v

THE INFLUENCE OF THE USES TOULMIN’S ARGUMENTATION PATTERN ON LEARNING PHYSICS USING THE METHOD OF DISCUSSION TO INCREASED UNDERSTANDING AND IMPROVED THE QUALITY OF SAINS’S ARGUMENTATION

ON SENIOR HIGH SCHOOL STUDENTS.

Sigit Rahman Sugandi, NIM. 1002533, Adviser I : Dr. Andi Suhandi, M.Si.; Adviser II : Dr. Muslim, M.Pd. Departement of Physics Education FPMIPA UPI

Bandung 2015

ABSTRACT

This research aims to know the influence of the uses Toulmin’s Argumentation Pattern on learning physics using the method of discussion to increased understanding and improved the quality of sains’s argumentation on senior high school students. The research method used is pre-experimental method with one group pre test-post test

design. The subject is a student class X in one high school in Bandung’s city, as many

as 34 people. The instruments used in the data collection are the instrument of conceptual understanding and non-test instruments in the form of video recording. Result showed that the Toulmin’s argumentation pattern using discussion’s method at physic learning lesson has considerable influence on the improvement of student’s understanding concept with the acquisition amounted to 2,37. It increased in the medium category with the acquisition <g> 0,36. Toulmin’s argument that used on physic learning lesson using discussion’s method can improve the quality of sains’s argument at lesson activities from meeting to meeting be better. Quality percentage of sains’s argument had decreased on level 1. At level 2 to 4 the quality percentage of sains’s argument had increased. As for level 5 had constantly tendency.

Keywords: Toulmin’s Argumentation Pattern, Conceptual Understanding, Quality of Argumentation.


(7)

Sigit Rahman Sugandi, 2015

PENGARUH PENGGUNAAN POLA ARGUMENTASI TOULMIN PADA PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI METODE DISKUSI TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KUALITAS ARGUMENTASI SAINS SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu vii

DAFTAR ISI

Hal.

PERNYATAAN ... i

UCAPAN TERIMAKASIH ... ii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR GRAFIK ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Batasan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 9

G. Struktur Organisasi Skripsi ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Fisika ... 10

B. Hakikat Pembelajaran Fisika ... 12

C. Pola Argumentasi Toulmin ... 14

D. Kualitas Argumentasi Sains ... 18


(8)

Sigit Rahman Sugandi, 2015

PENGARUH PENGGUNAAN POLA ARGUMENTASI TOULMIN PADA PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI METODE DISKUSI TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KUALITAS ARGUMENTASI SAINS SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

F. Metode Diskusi ... 22

G. Hubungan Antara Metode Diskusi Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Dengan Pola Argumentasi Toulmin dan Pemahaman Konsep ... 24

H. Konsep Elastisitas ... 26

I. Hasil Penelitian yang Relevan ... 34

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 36

B. Desain Penelitian ... 36

C. Populasi Dan Sampel Penelitian ... 37

D. Variabel Penelitian Dan Defisini Operasional... 37

E. Prosedur Penelitian ... 38

F. Instrumen Penelitian ... 42

G. Teknik Pengolahan Data ... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 53

1. Pengaruh Penggunaan Pola Argumentasi Toulmin Terhadap Peningkatan Pemahaman Konsep Siswa SMA ... 56

2. Peningkatan Pemahaman Konsep ... 56

3. Peningkatan Kualitas Argumentasi Sains ... 58

B. Pembahasan ... 62

1. Pengaruh Penggunaan Pola Argumentasi Toulmin Terhadap Peningkatan Pemahaman Konsep Siswa SMA ... 62

2. Peningkatan Pemahaman Konsep ... 63


(9)

Sigit Rahman Sugandi, 2015

PENGARUH PENGGUNAAN POLA ARGUMENTASI TOULMIN PADA PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI METODE DISKUSI TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KUALITAS ARGUMENTASI SAINS SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ... 79

B. Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 81

LAMPIRAN ... 86


(10)

Sigit Rahman Sugandi, 2015

PENGARUH PENGGUNAAN POLA ARGUMENTASI TOULMIN PADA PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI METODE DISKUSI TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KUALITAS ARGUMENTASI SAINS SISWA SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ilmu pengetahuan terus mengalami perkembangan dari masa ke masa. Perkembangan ilmu pengetahuan tidak terlepas dari penelitian yang dilakukan dalam bidang ilmu pengetahuan. Pengetahuan dalam sains khususnya, membutuhkan waktu yang tidak sebentar agar dapat diakui oleh khalayak umum. Dalam sains, ilmu pengetahuan selalu diperbaharui, ketika ada penemuan baru yang menggugurkan teori atau hukum terdahulu maka pengetahuan tersebut menjadi dasar hukum baru dalam sains. Namun proses penemuan dan pembaharuan ilmu pengetahuan tidaklah mudah, seorang ilmuwan dalam hal ini harus mampu meyakinkan khalayak umum atas temuan barunya tersebut. Proses meyakinkan ini memerlukan kemampuan dan kualitas berargumentasi yang baik sehingga dapat dipercaya oleh khalayak umum. Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Erduran et al. (2004) bahwa ilmuwan menggunakan argumen untuk membuktikan suatu teori, model, dan penjelasan terkait fenomena di alam. Sikap berargumentasi para ilmuwan lah yang seharusnya menjadi dasar dalam pembelajaran sains di kelas.

Pembelajaran sains di kelas harus mengacu kepada apa yang dilakukan ilmuwan dalam proses menemukan ilmu pengetahuan khususnya kegiatan berargumentasi harus dilakukan di kelas dalam pembelajaran sains seperti para ilmuwan melakukan kegiatan berargumentasi dalam proses membangun pengetahuan. Roshayanti dan Rustaman (2013) mengungkapkan bahwa kegiatan pembelajaran di kelas yang tidak kalah pentingnya adalah bagaimana menerapkan kegiatan ilmuwan yang mampu mengomunikasikan dan mampu menyakinkan komunitas ilmiah tentang kualitas kebenaran suatu temuannya. Sehingga kegiatan berargumentasi menjadi penting dalam kegiatan pembelajaran sains di kelas.


(11)

Sigit Rahman Sugandi, 2015

PENGARUH PENGGUNAAN POLA ARGUMENTASI TOULMIN PADA PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI METODE DISKUSI TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KUALITAS ARGUMENTASI SAINS SISWA SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kegiatan berargumentasi erat kaitannya dengan kualitas argumentasi. Kualitas argumentasi didefinisikan sebagai kondisi hadirnya sanggahan secara alami yang dikeluarkan oleh siswa dalam pembelajaran di kelas (Erduran et al. 2004). Kualitas argumentasi dalam pembelajaran sains sangat penting sebagai proses dalam memahami pembelajaran dan membantu siswa (peserta didik) dalam mengembangkan keterampilan berpikirnya. Salah satu keterampilan berpikir yang dapat ditingkatkan melalui kegiatan berargumentasi di kelas ialah keterampilan berpikir kritis.

Seorang peserta didik dikatakan mampu berpikir kritis apabila mampu menganalisis, memahami, dan mengevaluasi argumentasi di dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini sejalan dengan pendapat Harrel (2004) bahwa berpikir kritis melibatkan kemampuan menganalisis, memahami, dan megevaluasi suatu argumen. Dalam berargumentasi, seorang peserta didik harus mampu memiliki kemampuan berpikir kritis karena peserta didik harus mampu mengaitkan ilmu pengetahuan satu dengan yang lainnya untuk membentuk suatu argumentasi dengan kualitas yang baik. Sehingga pembelajaran yang melibatkan kemampuan berargumentasi dapat berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik.

Kemampuan berpikir kritis erat kaitannya dengan kemampuan memahami. Kemampuan memahami masuk dalam kemampuan berpikir kritis. Pembelajaran yang melibatkan peserta didik dalam berargumentasi juga dapat meningkatkan pemahaman peserta didik mengenai konsep yang sedang diajarkan sehingga. Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Roshayanti dan Rustaman (2013) bahwa berargumentasi juga dapat meningkatkan hasil belajar dan kinerja. Hasil belajar yang dimaksud ialah peningkatan pemahaman konsep peserta didik.

Konsep pembelajaran sains di atas sesuai dengan konsep pembelajaran sains yang dikeluarkan oleh pemerintah Republik Indonesia. Pemerintah telah menetapkan mengenai tujuan pendidikan nasional seperti tertuang dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,


(12)

Sigit Rahman Sugandi, 2015

PENGARUH PENGGUNAAN POLA ARGUMENTASI TOULMIN PADA PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI METODE DISKUSI TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KUALITAS ARGUMENTASI SAINS SISWA SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Oleh sebab itu, diperlukan kualifikasi kemampuan lulusan seperti yang tertuang dalam Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Standar Kompetensi Lulusan merupakan kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan (Permendikbud Nomor 54 Tahun 2013).

Salah satu tujuan pembelajaran fisika di SMA (Depdiknas, 2006) yaitu fisika sebagai sarana untuk mengembangkan kemampuan berpikir analitis induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip fisika untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam dan menyelesaikan masalah baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Dengan demikian, kemampuan dan kualitas argumentasi sebagai hasil kualitatif sangat penting dalam pembelajaran fisika. Landasan teoritis yang menjadi alternatif pijakan dalam mengemas pembelajaran berbasis argumentasi ialah guru fisika dianjurkan untuk mengurangi bercerita dalam pembelajaran, tetapi lebih banyak mengajak para peserta didik untuk aktif dalam mengonstruksi pengetahuan (Wenning, 2006). Mengonstruksi pengetahuan dapat dibentuk dengan melatihkan kemampuan berargumentasi di kelas dalam pembelajaran sains. Kegiatan mengontruksi pengetahuan dapat meningkatkan pemahaman siswa (peserta didik) mengenai konsep yang diajarkan.

Dalam standar kompetensi lulusan pun peserta didik diharuskan agar memiliki kemampuan berpikir dan bertindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sebagai pengembangan dari yang dipelajari di sekolah secara mandiri (Permendikbud nomor 54 tahun 2013). Fisika adalah salah satu mata pelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir bagi peserta didik. Salah satu cara yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir peserta didik yaitu dengan melatih peserta didik dalam kemampuan berargumentasi sehingga muncul kualitas argumentasi yang baik.

Kenyataan di lapangan, berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di salah satu Sekolah Menengah Atas di Bandung melalui kegiatan observasi dan wawancara proses pembelajaran fisika di kelas X pada materi elastisitas dan hukum Hooke, teramati bahwa peserta didik belum difasilitasi pengalaman-pengalaman belajar seperti yang


(13)

Sigit Rahman Sugandi, 2015

PENGARUH PENGGUNAAN POLA ARGUMENTASI TOULMIN PADA PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI METODE DISKUSI TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KUALITAS ARGUMENTASI SAINS SISWA SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

diharapkan dalam pembelajaran sains. Pembelajaran yang dilakukan di kelas hanya berupa pembelajaran yang berfokus pada guru sebagai pemberi informasi. Peserta didik tidak dilatihkan dalam berargumentasi mengenai fenomena-fenomena fisika yang ada di lingkungan. Peserta didik tidak dilatihkan kemampuan berpikir kritisnya sehingga peserta didik kurang dilatihkan untuk meningkatkan pemahaman konsep dan berargumentasi di kelas. Permasalahan yang diajukan pada saat pembelajaran pun seringkali berbentuk permasalahan yang bersifat kuantitatif, yaitu peserta didik diberikan permasalahan yang menuntut peserta didik menyelesaikan permasalahan tersebut menggunakan rumus semata.

Kenyataan ini bertentangan dengan konsep ideal pembelajaran sains yang sesungguhnya. Pembelajaran fisika yang masuk ke dalam pembelajaran sains seharusnya mampu memberikan pengalaman-pengalaman pembelajaran seperti para ilmuwan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, yaitu kegiatan berargumentasi untuk mempertahankan pendapat dan bertukar pikiran mengenai fenomena-fenomena di alam. Pembelajaran fisika yang ideal pun seharusnya dianjurkan untuk mengurangi bercerita dalam pengetahuan, tetapi lebih banyak mengajak peserta didik untuk aktif dalam mengonstruksi pengetahuan. Hal ini juga bertentangan dengan tujuan pembelajaran fisika di SMA dimana seharusnya fisika sebagai sarana untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis analitis indkutif dan deduktif sehingga peserta didik mampu menyelesaikan permasalahan baik bersifat kualitatif maupun kuantitatif untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritisnya.

Dilihat dari hasil pembelajaran, guru mengungkapkan bahwa peserta didik belum terlalu memahami materi dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan perolehan nilai rata-rata tes pemahaman konsep peserta didik sebesar 57,23 dari nilai maksimal 100. Guru mengungkapkan bahwa ketika peserta didik diberikan permasalahan yang berbeda sedikit dengan soal yang diberikan, peserta didik kesulitan untuk menyelesaikannya. Hal ini membuktikan pemahaman konsep peserta didik masih lemah.

Berdasarkan paparan hasil studi pendahuluan di atas, tampak ada kaitan antara hasil pembelajaran dengan proses pembelajaran. Untuk meningkatkan pemahaman konsep serta melatih dan meningkatkan kualitas argumentasi sains peserta didik diperlukan suatu proses


(14)

Sigit Rahman Sugandi, 2015

PENGARUH PENGGUNAAN POLA ARGUMENTASI TOULMIN PADA PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI METODE DISKUSI TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KUALITAS ARGUMENTASI SAINS SISWA SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pembelajaran yang dapat memfasilitasi peserta didik untuk mendapatkan kedua kemampuan tersebut secara maksimal. Salah satu proses pembelajaran yang dipandang dapat membantu dan memfasilitasi peserta didik untuk meningkatkan pemahaman konsep serta melatih dan meningkatkan kualitas argumentasi sains yaitu dengan menerapkan pola argumentasi Toulmin pada pembelajaran fisika dengan menggunakan metode diskusi. Pola argumentasi Toulmin dipandang dapat mengembangkan kemampuan berpikir analitis induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip fisika untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam dan menyelesaikan masalah baik secara kualitatif maupun kuantitatif.

Kemampuan argumentasi digunakan sebagai dasar dalam mengukur kualitas argumentasi. Pola argumentasi Toulmin dipandang sesuai untuk melatihkan kemampuan berargumentasi sains. Dalam pola argumentasi Toulmin peserta didik diajarkan menggunakan komponen-komponen dalam pola argumentasi Toulmin sehingga peserta didik mampu membuat argumentasi sains. Argumentasi sains merupakan serangkaian pernyataan yang dibentuk oleh suatu klaim (claim) yang diharapkan memberikan dukungan menggunakan bukti-bukti (data, jaminan, maupun dukungan) dan alasan. Argumentasi juga merupakan suatu usaha untuk memengaruhi seseorang dalam konteks ketidaksetujuan (rebuttal) (Roshayanti dan Rustaman 2010). Komponen-komponen pola argumentasi Toulmin juga sangat cocok untuk meningkatkan kualitas berargumentasi peserta didik berdasarkan analisis data dan pembenaran dalam kerangka analisis Erduran et al. (2004).

Komponen-komponen pola argumentasi Toulmin juga dipandang cocok untuk meningkatkan pemahaman konsep peserta didik karena ada kaitan antara kegiatan berargumentasi dan pemahaman peserta didik. Kemampuan dan kualitas berargumentasi erat kaitannya dengan kemampuan berpikir kritis, dimana dalam berargumentasi seorang peserta didik harus memiliki kemampuan berpikir kritis karena peserta didik harus mampu mengaitkan ilmu pengetahuan satu dengan yang lainnya serta harus memiliki banyak pengetahuan. Seorang peserta didik dikatakan mampu berpikir kritis apabila peserta didik mampu menganalisis, memahami, dan mengevaluasi suatu argumen yang ada (Harrell,


(15)

Sigit Rahman Sugandi, 2015

PENGARUH PENGGUNAAN POLA ARGUMENTASI TOULMIN PADA PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI METODE DISKUSI TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KUALITAS ARGUMENTASI SAINS SISWA SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2004). Memahami yang dimaksud ialah peserta didik harus mampu memahami konsep dalam pelajaran sehingga kemampuan memahami mutlak dimiliki peserta didik dalam pembelajaran yang melibatkan kemampuan berargumentasi. Fakta di atas menimbulkan korelasi antara kemampuan berargumentasi dengan kemampuan memahami. Pembelajaran yang melibatkan kemampuan berargumentasi dapat juga meningkatkan kemampuan memahami. Sebaliknya, kemampuan memahami yang baik dapat memengaruhi kemampuan berargumentasi yang baik pula.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh beberapa ahli mendukung peneliti untuk melakukan penelitian mengenai pola argumentasi Toulmin. Roshayanti (2012) menemukan fakta bahwa wacana berargumentasi mahasiswa dalam perkuliahan fisiologi manusia belum berkembang. Berdasarkan kajian deskriptif, diketahui rendahnya perspektif sosiokultural berargumentasi mahasiswa ditunjukkan oleh rendahnya persentasi keterlibatan mahasiswa dalam diskusi dan merespon permasalahan.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Chen et al. (dalam Muslim, 2014) tentang kemampuan peserta didik Taiwan dalam mengelaborasi penjelasan yang menghubungkan data dan klaim menggunakan pola argumentasi menyimpulkan bahwa pembenaran (warrant) yang merupakan elemen kunci dari pola argumentasi maknanya tidak mudah dipahami oleh peserta didik, artinya kemampuan berargumentasi peserta didik masih rendah.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ginanjar (2014) menunjukkan terjadi pola kecenderungan atau tren peningkatan kemampuan argumentasi lisan siswa setelah diterapkannya model pembelajaran berbasis argumentasi, yaitu model pembelajaran Argument-Driven Inquiry. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Muslim dkk. (2012) menunjukkan terjadi peningkatan pemahaman konsep calon guru fisika. Peningkatan pemahaman konsep sebagai dampak dari penerapan pembelajaran berbasis argumentasi dimana dalam pembelajaran melibatkan pola argumentasi toulmin. Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Suminem dan Khaeriyah (2009) menunjukkan terjadi peningkatan pemahaman konsep dengan diterapkannya metode diskusi dan tanya jawab.


(16)

Sigit Rahman Sugandi, 2015

PENGARUH PENGGUNAAN POLA ARGUMENTASI TOULMIN PADA PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI METODE DISKUSI TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KUALITAS ARGUMENTASI SAINS SISWA SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka perlu dilakukan penelitian yang mencoba menerapkan kemampuan berargumentasi pada proses pembelajaran fisika di kelas menggunakan metode diskusi untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep dan kualitas argumentasi sains siswa SMA. Oleh karena itu, penulis berkeinginan untuk melakukan sebuah penelitian pengaruh penerapan pola argumentasi Toulmin menggunakan metode diskusi terhadap peningkatan pemahaman konsep dan kualitas argumentasi sains peserta didik. Dalam penelitian ini, penulis mengambil judul “PENGARUH PENGGUNAAN POLA ARGUMENTASI TOULMIN PADA PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI METODE DISKUSI TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KUALITAS ARGUMENTASI SAINS SISWA SMA ”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, ditemukan beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Proses pembelajaran fisika yang dilakukan di kelas belum memfasilitasi pemberian pengalaman belajar seperti yang diharapkan dalam pembelajaran sains, yaitu berorientasi pada kegiatan berargumentasi seperti yang dilakukan oleh para ilmuwan yang seharusnya menjadi dasar pembelajaran sains di kelas. Pembelajaran yang dilakukan di kelas hanya berupa pembelajaran yang berfokus kepada guru sebagai pemberi informasi. Peserta didik tidak dilatihkan kemampuan berpikir kritis termasuk kegiatan berargumentasi sehingga peserta didik kurang memahami konsep yang diajarkan di kelas.

2. Proses pembelajaran fisika yang dilakukan di kelas kurang mampu membuat peserta didik memahami konsep dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari soal-soal yang diberikan kepada peserta didik hanya sebatas melatihkan penggunaan rumus untuk menyelesaikan permasalahan. Hal ini berdampak pada kemampuan memahami peserta didik terhadap mata pelajaran fisika tidak berkembang dengan baik.


(17)

Sigit Rahman Sugandi, 2015

PENGARUH PENGGUNAAN POLA ARGUMENTASI TOULMIN PADA PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI METODE DISKUSI TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KUALITAS ARGUMENTASI SAINS SISWA SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah penggunaan pola argumentasi Toulmin pada pembelajaran fisika melalui metode diskusi memiliki pengaruh terhadap peningkatan pemahaman konsep dan kualitas argumentasi sains siswa SMA?”. Secara lebih rinci rumusan masalah tersebut dapat dijabarkan dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh penggunaan pola argumentasi Toulmin pada pembelajaran fisika melalui metode diskusi terhadap peningkatan pemahaman konsep siswa? 2. Bagaimana peningkatan pemahaman konsep peserta didik sebagai efek dari

penggunaan pola argumentasi Toulmin pada pembelajaran fisika melalui metode diskusi?.

3. Bagaimana peningkatan kualitas argumentasi sains peserta didik sebagai efek dari penggunaan pola argumentasi Toulmin pada pembelajaran fisika melalui metode diskusi?

D. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka perlu dibatasi permasalahan dalam penelitian ini. Secara lebih rinci batasan masalah tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Pengaruh penggunaan pola argumentasi Toulmin pada pembelajaran fisika melalui metode diskusi terhadap peningkatan pemahaman konsep siswa dihitung menggunakan effect size yang dikembangkan oleh Dunst et al. (2004).

2. Peningkatan pemahaman konsep peserta didik dihitung menggunakan rumus gain yang dinormalisasi (<g>) yang dikembangkan oleh Hake (1998)

3. Peningkatan kualitas argumentasi sains peserta didik dihitung pada tiap pertemuan dalam kegiatan pembelajaran untuk melihat kecenderungan setiap level argumentasi dalam kegiatan penelitian. Level kualitas argumentasi sains yang digunakan dalam


(18)

Sigit Rahman Sugandi, 2015

PENGARUH PENGGUNAAN POLA ARGUMENTASI TOULMIN PADA PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI METODE DISKUSI TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KUALITAS ARGUMENTASI SAINS SISWA SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penelitian ini menggunakan level kualitas argumentasi yang dikembangkan oleh Erduran et al. (2004)

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan penelitian di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui pengaruh penggunaan pola argumentasi Toulmin pada pembelajaran fisika melalui metode diskusi terhadap peningkatan pemahaman konsep peserta didik.

2. Mengetahui peningkatan pemahaman konsep peserta didik sebagai efek penggunaan pola argumentasi Toulmin pada pembelajaran fisika melalui metode diskusi.

3. Mengetahui peningkatan kualitas argumentasi sains peserta didik sebagai efek penggunaan pola argumentasi Toulmin pada pembelajaran fisika melalui metode diskusi.

F. Manfaat penelitian

Data hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bukti tentang pengaruh penggunaan pola argumentasi Toulmin pada pembelajaran fisika melalui metode diskusi untuk mengingkatkan pemahaman konsep dan kualitas argumentasi sains yang nantinya dapat memperkaya referensi tentang penelitian yang sejenis dan dapat dimanfaatkan oleh semua pihak yang berkepentingan sebagai peneliti, guru, mahasiswa dan LPTK.

G. Struktur Organisasi Skripsi

Bab I meliputi latar belakang penelitian, identifikasi masalah penelitian berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi. Bab II meliputi kajian teori mengenai hakikat fisika, hakikat pembelajaran fisika, pola argumentasi Toulmin, kualitas argumentasi sains, pemahaman konsep, hubungan metode diskusi menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dengan pola argumentasi Toulmin dan pemahaman konsep,


(19)

Sigit Rahman Sugandi, 2015

PENGARUH PENGGUNAAN POLA ARGUMENTASI TOULMIN PADA PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI METODE DISKUSI TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KUALITAS ARGUMENTASI SAINS SISWA SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

konsep elastisitas, dan penelitian terdahulu yang relevan. Bab III membahas tentang metode dan desain penelitian, populasi dan sampel penelitian, variabel penelitian dan definisi operasional, prosedur penelitian, instrumen penelitian, dan teknik pengolahan data. Bab IV membahas tentang data hasil penelitian, kemudian pembahasan data penelitian. Bab V membahas tentang kesimpulan penelitian berdasarkan hasil penelitian yang telah dianalisis pada bab sebelumnya, saran penelitian untuk perbaikan dalam penelitian selanjutnya.


(20)

Sigit Rahman Sugandi, 2015

PENGARUH PENGGUNAAN POLA ARGUMENTASI TOULMIN PADA PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI METODE DISKUSI TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KUALITAS ARGUMENTASI SAINS SISWA SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

36

BAB III

METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian

Metode dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian pre-experimental. Sugiyono (2013:109) mengemukakan bahwa dalam metode pre-experimental masih terdapat variabel luar yang berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen. Jadi hasil experimen yang merupakan variabel dependen itu bukan semata-mata dipengaruhi oleh variabel independen. Hal ini dapat terjadi karena tidak adanya variabel kontrol dan sampel yang dipilih seadanya dalam kegiatan penelitian.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah one group pretest-posttest design. Sugiyono (2013:110) menyatakan bahwa pada desain ini terdapat pre-test sebelum diberi perlakuan. Dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan. Pada desain penelitian ini hanya digunakan satu kelas berupa kelas ekperimen dan tidak menggunakan kelas kontrol sebagai pembanding. Setelah dilakukan pre-test kemudian diberikan perlakuan (treatment) dan diakhiri dengan pemberian post-test. Desain penelitian yang akan digunakan dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Pre-test Perlakuan Post-test

O

X

O

Gambar 3 .1 One-group Pretest-Posttest Design Keterangan :


(21)

Sigit Rahman Sugandi, 2015

PENGARUH PENGGUNAAN POLA ARGUMENTASI TOULMIN PADA PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI METODE DISKUSI TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KUALITAS ARGUMENTASI SAINS SISWA SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

X = Perlakukan (treatment) penggunaan pola argumentasi Toulmin pada pembelajaran

fisika melalui metode diskusi

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas X di salah satu Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri di kota Bandung tahun ajaran 2014/2015. Teknik samping yang digunakan dalam penelitian ini adalah convenience sampling karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan tanpa bisa memilih sampel sendiri. Penentuan sampel dilakukan seadanya berdasarkan kondisi di lapangan. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah kelas X MIA 1.

D. Variabel penelitian dan Definisi Operasional

Terdapat tiga variabel dalam penelitian yaitu pola argumentasi Toulmin, pemahaman konsep, dan kualitas argumentasi sains. Selanjutnya definisi operasional untuk setiap variabel tersebut antara lain:

1. Pola argumentasi Toulmin adalah kerangka argumentasi yang dikembangkan oleh Stephen Toulmin yang memiliki lima komponen yaitu claim (klaim), data, warrant (pembenaran), backing (dukungan), dan rebuttal (sanggahan).

2. Pemahaman konsep yang dimaksud ialah kemampuan peserta didik untuk mengonstruksi makna dari pesan-pesan pembelajaran, baik yang bersifat lisan, tertulis, atau grafis yang disampaikan melalui pengajaran, buku, atau layar komputer (Anderson et al., 2001). Peningkatan pemahaman konsep yang dimaksud dari penelitian ini ialah perubahan nilai gain yang dinormalisasi <g> dari skor pemahaman konsep sebelum (pre-test) dan sesudah (post-test) pemberian tindakan. Peningkatan pemahaman konsep dihitung dengan menggunakan instrumen tes berbentuk pilihan ganda dengan lima pilihan jawaban. Pemahaman konsep yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan taksonomi Bloom Revisi (Anderson et


(22)

Sigit Rahman Sugandi, 2015

PENGARUH PENGGUNAAN POLA ARGUMENTASI TOULMIN PADA PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI METODE DISKUSI TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KUALITAS ARGUMENTASI SAINS SISWA SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

al., 2001). Aspek yang diukur dalam penelitian ini ialah menginterpretasi, mencontohkan, menyimpulkan, membandingkan, dan menjelaskan.

3. Kualitas argumentasi sains yang dimaksud ialah kemampuan mengemukakan ide atau gagasan yang mampu menunjukkan hubungan yang baik dan mampu dipercaya orang lain. Kualitas argumentasi dalam penelitian ini didefinisikan sebagai munculnya sanggahan secara alami yang dikeluarkan peserta didik (Erduran et al., 2004). Pencapaian kualitas argumentasi dihitung dengan tingkatan/level argumentasi yang dikembangkan oleh Erduran et al. (2004) yang memiliki lima tingkatan/level argumentasi sains berdasarkan pola argumentasi Toulmin. Peningkatan kualitas argumentasi dilihat dari pola wacana argumentasi peserta didik yang diamati dari pertemuan kesatu sampai pertemuan ketiga.

E. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga tahap yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir penelitian. Secara lebih rinci dijabarkan sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan Penelitian

Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan adalah sebagai berikut :

a. Melakukan studi literatur dan studi pendahuluan terkait dengan masalah penelitian. Studi literatur yang dilakukan diantaranya meliputi pencarian informasi terkait pembelajaran yang menggunakan pola argumentasi Toulmin.

b. Melakukan studi kurikulum materi fisika yang dijadikan bahan penelitian yang meliputi pengakajian kompetensi inti dan kompetensi dasar.

c. Membuat perangkat pembelajaran yang meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaraan (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS).

d. Menyusun instrumen penelitian yaitu soal pemahaman konsep dan lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran.


(23)

Sigit Rahman Sugandi, 2015

PENGARUH PENGGUNAAN POLA ARGUMENTASI TOULMIN PADA PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI METODE DISKUSI TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KUALITAS ARGUMENTASI SAINS SISWA SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

e. Menentukan tempat pelaksanaan penelitian sesuai dengan kebutuhan penelitian serta membuat surat ijin penelitian.

f. Menentukan sampel penelitian.

g. Melakukan judgement instrumen penelitian kepada dosen ahli.

h. Melakukan uji coba instrumen soal pemahaman konsep yang telah disusun.

i. Melakukan analisis hasil uji instrumen pemahaman konsep yang meliputi reliabilitas, tingkat kesukaran, daya pembeda sehingga diperoleh instrumen yang layak sesuai dengan tujuan penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Kegiatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut: a. Melaksanakan pre-test untuk mengetahui kemampuan awal siswa mengenai

pemahaman konsep siswa.

b. Memberikan treatment dengan menggunakan pola argumentasi Toulmin pada pembelajaran fisika melalui metode diskusi.

c. Melakukan observasi keterlaksanaan pembelajaran (oleh observer).

d. Memberikan post-test terkait pemahaman konsep siswa dengan instrumen yang sama dengan pre-test.

3. Tahap Akhir Penelitian

Kegiatan yang dilakukan pada tahap akhir penelitian adalah sebagai berikut:

a. Mengolah data hasil pre-test dan post-test terkait dengan pemahaman konsep siswa, dan lembar hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran.

b. Melakukan analisis kualitas argumentasi siswa selama proses pemberian treatment. c. Menggolongkan tingkatan/level argumentasi siswa secara kelompok

d. Menelakukan perhitungan effect size terhadap peningkatan pemahaman konsep. e. Melakukan perhitungan peningkatan pemahaman konsep siswa.

f. Menganalisis dan membahas hasil temuan penelitian.

g. Menarik kesimpulan berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh untuk menjawab permasalahan penelitian.


(24)

Sigit Rahman Sugandi, 2015

PENGARUH PENGGUNAAN POLA ARGUMENTASI TOULMIN PADA PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI METODE DISKUSI TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KUALITAS ARGUMENTASI SAINS SISWA SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

h. Mengevaluasi hasil penelitian serta memberikan saran untuk penelitian yang lebih baik.


(25)

Sigit Rahman Sugandi, 2015

PENGARUH PENGGUNAAN POLA ARGUMENTASI TOULMIN PADA PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI METODE DISKUSI TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KUALITAS ARGUMENTASI SAINS SISWA SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.2. Alur Penelitian Perumusan Masalah

Menyusun Instrumen Penelitian (Tes Pemahaman Konsep), Lembar Observasi Perangkat Pembelajaran (RPP dan LKS)

Judgment Instrumen

Uji coba dan analisis instrumen (realibilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda)

Pelaksanaan pre-test

Penggunaan Pola Argumentasi Toulmin pada pembelajaran Fisika melalui metode diskusi

Pelaksanaan post-test

Pengolahan dan analisis data

Kesimpulan

Observasi Revisi


(26)

Sigit Rahman Sugandi, 2015

PENGARUH PENGGUNAAN POLA ARGUMENTASI TOULMIN PADA PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI METODE DISKUSI TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KUALITAS ARGUMENTASI SAINS SISWA SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik fenomena ini disebut variabel penelitian (Sugiyono, 2013 : 148). Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini meliputi instrumen tes dan non-tes. Instrumen tes digunakan untuk mengukur pemahaman konsep siswa. Sedangkan instrumen non-tes digunakan untuk mengetahui keterlaksanaan pembelajaran.

1. Instrumen Tes

Instrumen tes digunakan untuk mengukur pemahaman konsep siswa. Instrumen tes pemahaman konsep yang digunakan adalah soal pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban yang memuat indikator-indikator pemahaman konsep pada aspek kognitif berdasarkan taksonomi Bloom revisi yaitu menjelaskan, mencontohkan, membandingkan, menginterpretasi, dan menyimpulkan. Tes pemahaman konsep dilakukan dua kali yaitu pada pre-test dan post-test. Instrumen tes pemahaman konsep dapat dilihat di lampiran C.2.

Langkah-langkah untuk menyusun instrumen tes yaitu :

a. Menyusun kisi-kisi untuk penyusunan instrumen penelitian, dalam hal ini soal fisika materi elastisitas dan hukum Hooke kelas X.

b. Menyusun instrumen penelitian berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat.

c. Melakukan judgment terhadap instrumen penelitian yang telah dibuat kepada pakar. d. Melakukan revisi dan melakukan judgment ulang.

e. Melakukan uji coba instrumen untuk mengetahui reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda instrumen tes.

f. Menganalisis reliabilitas, validitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda instrumen tes.

Adapun teknik analisis instrumen tes yang meliputi validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda dilakukan dengan penjabaran sebagai berikut.


(27)

Sigit Rahman Sugandi, 2015

PENGARUH PENGGUNAAN POLA ARGUMENTASI TOULMIN PADA PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI METODE DISKUSI TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KUALITAS ARGUMENTASI SAINS SISWA SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a. Validitas

Pengujian validitas soal dilakukan dengan pengujian validitas konstruk (construct validity). Pengujian validitas konstruk, menurut Sugiyono (2013 : 177) dapat digunakan pendapat dari ahli (judgement experts). Dalam hal ini setelah instrumen dikonstruksi aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli. Para ahli diminta pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun itu. Pengujian validitas soal dilakukan dengan melihat kesesuaian antara indikator pemhaman konsep dengan isi instrumen. Pengujian validitas isi dilakukan dengan melihat kesesuaian antara isi instrumen dengan materi yang diajarkan.

b. Reliabilitas

Pengujian reliabilitas soal dilakukan dengan cara test-retest. Menurut Sugiyono (2013 : 184) instrumen penelitian yang reliabilitasnya diuji dengan test-retest dilakukan dengan cara mencobakan instrumen beberapa kali pada responden. Reliabilitas diukur dari koefisien korelasi antara percobaan pertama dengan yang berikutnya. Dengan demikian, minimal dibutuhkan dua kali pengetesan soal kepada siswa untuk mengetahui reliabilitas tersebut. Bila koefisien korelasi positif dan signifikan maka instrumen tersebut sudah dinyatakan reliabel. Nilai reliabilitas ditentukan dengan mencari koefisien reliabilitas. Untuk menghitung tingkat reliabilitas instrumen dapat dilakukan dengan menggunakan rumus KR-20, sebagai berikut:

r

xy

=

� ∑ − ∑ ∑ √{� ∑ 2 − ∑ 2} {� ∑ 2 − ∑ 2}

... 3.1

Keterangan :

rxy = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y


(28)

Sigit Rahman Sugandi, 2015

PENGARUH PENGGUNAAN POLA ARGUMENTASI TOULMIN PADA PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI METODE DISKUSI TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KUALITAS ARGUMENTASI SAINS SISWA SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Y = Skor total tiap siswa di uji instrumen ke-2 N = Jumlah subjek sampel uji

Untuk menginterpretasikan reliabilitas digunakan dengan kriteria sebagai berikut. Tabel 3.1. Kriteria Tingkat Reliabilitas

Nilai rxy Kriteria

0,81 – 1.00 Sangat tinggi 0,61 – 0,80 Tinggi 0,41 – 0,60 Cukup 0,21 – 0,40 Rendah 0,00 – 0,20 Sangat rendah

(Arikunto, 2010 : 75)

c. Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang berkemampuan rendah (Arikunto, 2010 : 211). Untuk menentukan daya pembeda soal digunakan rumus sebagai berikut.

� = � � −

� = � − �

... 3.2 Keterangan :

D : Daya pembeda

� : Banyaknya peserta kelompok atas � : Banyaknya peserta kelompok bawah

� : Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar � : Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar � : Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

� : Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Nilai DP kemudian diinterpretasikan berdasarkan kriteria daya pembeda soal pada Tabel 3.2.


(29)

Sigit Rahman Sugandi, 2015

PENGARUH PENGGUNAAN POLA ARGUMENTASI TOULMIN PADA PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI METODE DISKUSI TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KUALITAS ARGUMENTASI SAINS SISWA SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.2. Klasifikasi Daya Pembeda

Nilai DP Kriteria

0,00 – 0,20 Jelek 0,21 – 0,40 Cukup 0,41 – 0,70 Baik 0,71 – 1,00 Bak sekali

Negatif Semua tidak baik (Arikunto, 2010 : 218)

d. Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran adalah peluang untuk menjawab benar suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu yang biasa dinyatakan dalam proporsi yang besarnya antara 0,00 sampai dengan 1,00. Untuk menentukan tingkat kesukaran soal dapat digunakan rumus sebagai berikut.

� =

... 3.3 Keterangan :

P = indeks kesukaran

B = banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar �� = jumlah seluruh siswa peserta tes

Setelah menghitung indeks kesukaran, kemudian indeks kesukaran diinterpretasikan berdasarkan Tabel 3.3.

Tabel 3.3. Kriteria Tingkat Kesukaran Indeks kesukaran Kriteria

0,00 – 0,30 Sukar 0,31 – 0,70 Sedang 0,71 – 1,00 Mudah

(Arikunto, 2010 : 210)


(30)

Sigit Rahman Sugandi, 2015

PENGARUH PENGGUNAAN POLA ARGUMENTASI TOULMIN PADA PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI METODE DISKUSI TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KUALITAS ARGUMENTASI SAINS SISWA SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Setelah dilakukan analisis uji instrumen, didapatkan hasil seperti ditunjukkan pada Tabel 3.4. Pengolahan analisis instrumen dapat dilihat pada lampiran C.2.

Tabel 3.4. Hasil Uji Instrumen No.

Soa l

Uji Instrumen ke-1 Uji Instrumen ke-2

Kete-rangan

Reliabilitas Daya Pembeda Tingkat

Kesukaran Daya Pembeda

Tingkat

Kesukaran Nilai Kriteria

Nilai Kriteria Nilai Kriteria Nilai Kriteria Nilai Kriteria

1 0,59 Baik 0,52 Sedang 0,45 Baik 0,50 Sedang Dipakai

0,93 Sangat Tinggi

2 0,52 Baik 0,80 Mudah 0,32 Cukup 0,80 Mudah Dipakai

3 0,68 Baik 0,57 Sedang 0,36 Cukup 0,68 Sedang Dipakai 4 0,33 Cukup 0,43 Sedang 0,41 Baik 0,30 Sedang Dipakai 5 0,24 Cukup 0,77 Mudah 0,23 Cukup 0,84 Mudah Dipakai 6 0,66 Baik 0,52 Sedang 0,45 Baik 0,59 Sedang Dipakai 7 0,31 Cukup 0,61 Sedang 0,45 Baik 0,68 Sedang Dipakai 8 0,66 Baik 0,52 Sedang 0,41 Baik 0,57 Sedang Dipakai

9 0,63 Baik 0,77 Mudah 0,41 Baik 0,80 Mudah Dipakai

10 0,38 Cukup 0,95 Mudah -0,00 Jelek 0,93 Mudah Dibuang 11 0,71 Baik 0,55 Sedang 0,50 Baik 0,52 Sedang Dipakai 12 0,66 Baik 0,41 Sedang 0,50 Baik 0,48 Sedang Dipakai 13 0,29 Cukup 0,18 Sukar 0,36 Cukup 0,32 Sedang Dipakai 14 0,34 Cukup 0,70 Mudah 0,27 Cukup 0,73 Sedang Dipakai 15 0,78 Baik 0,66 Sedng 0,68 Baik 0,66 Sedang Dipakai 16 0,54 Baik 0,61 Sedang 0,32 Cukup 0,66 Sedang Dipakai 17 0,54 Baik 0,50 Sedang 0,36 Cukup 0,55 Sedang Dipakai 18 0,69 Baik 0,61 Sedang 0,59 Baik 0,61 Sedang Dipakai 19 0,70 Baik 0,66 Sedang 0,45 Baik 0,73 Sedang Dipakai 20 0,69 Baik 0,61 Sedang 0,55 Baik 0,59 Sedang Dipakai 21 0,71 Baik 0,55 Sedang 0,55 Baik 0,59 Sedang Dipakai 22 -0,10 Jelek 0,36 Sedang -0,30 Jelek 0,45 Sedang Dibuang

Tabel 3.5. Sebaran Soal

No Aspek Pemahaman Jumlah Soal No. Soal

1 Menerjemahkan 3 1, 6, 14

2 Mencontohkan 5 2, 7, 11, 15, 17

3 Membandingkan 4 3, 8, 12, 22

4 Menjelaskan 5 4, 9, 13, 16, 18, 21

5 Menyimpulkan 4 5, 10, 19, 20


(31)

Sigit Rahman Sugandi, 2015

PENGARUH PENGGUNAAN POLA ARGUMENTASI TOULMIN PADA PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI METODE DISKUSI TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KUALITAS ARGUMENTASI SAINS SISWA SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Instrumen non-tes yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk lembar observasi untuk mengetahui keterlaksanaan pembelajaran dalam penelitian.

a. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran

Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran digunakan untuk mengukur keterlaksanaan pembelajaran saat penelitian atau pemberian treatment. Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran berbentuk skala Guttman. Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran berisi aktivitas-aktivitas pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa yang disesuaikan dengan tahapan pembelajaran. Instrumen lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran dapat dilihat pada lampiran C.3.

b. Rekaman Video

Rekaman video digunakan sebagai alat untuk mengetahui dan mengkasifikasikan kualitas argumentasi sains peserta didik. Pengambilan data rekaman ini pada saat diberikan pembelajaran. Rekaman selanjutnya ditranskrip dan dianalisis berdasarkan tingkatan/level argumentasi Erduran et al. (2004). Rekaman difokuskan pada diskusi kelompok siswa saat menjawab permasalahan yang diberikan pada saat pembelajaran serta kegiatan diskusi dalam analisis dan evaluasi pemecahan masalah.

G. Teknik Pengolahan Data

a. Pengolahan Data Hasil Tes Pemahaman Konsep

Data hasil tes pemahaman konsep diperoleh dari hasil pre-test dan post-test soal pemahaman konsep. Pengolahan data-datanya dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Effect Size

Pengaruh dari penerapan pola argumentasi Toulmin pada pembelajaran fisika menggunakan metode diskusi dapat dilihat dari besar effect size (d) sebagaimana yang dikemukakan oleh Salkind (dalam Wahidah, 2014) mengemukakan bahwa “effect size


(32)

Sigit Rahman Sugandi, 2015

PENGARUH PENGGUNAAN POLA ARGUMENTASI TOULMIN PADA PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI METODE DISKUSI TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KUALITAS ARGUMENTASI SAINS SISWA SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penskoran dan menghitung nilai rata-rata pre-test dan post-test kemudian dihitung nilai d Cohen. Menggunakan persamaan effect size yang dirumuskan oleh Dunst et al. (2004) untuk penelitian yang menggunakan satu kelas sebagai kelas eksperimen sebagai berikut.

= �− /√��2− ���2/

... 3.4 Dimana :

: Nilai d Cohen effect size

: Rata-rata skor pada kegiatan post-test

: Rata-rata skor pada kegiatan pre-test �� : Standar deviasi pada kegiatan pre-test ��� : Standar deviasi pada kegiatan post-test

Nilai d Cohen yang didapatkan kemudian diinterpretasikan berdasarkan Tabel 3.6. Tabel 3. 6. Kriteria Effect Size

Effect Size (d) Kategori

, Besar

,5 < , Sedang

, < ,5 Kecil

, < , Tidak berpengaruh

(Cohen, 1992) 2. Pemberian Skor

Penskoran dilakukan pada hasil tes pemahaman konsep pada pre-test dan post-test. Penskoran yang dilakukan yaitu dengan memberikan skor 1 pada jawaban yang benar dan memberikan skor 0 pada jawaban yang salah. Skor maksimum ideal sama dengan jumlah soal yang diberikan.


(33)

Sigit Rahman Sugandi, 2015

PENGARUH PENGGUNAAN POLA ARGUMENTASI TOULMIN PADA PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI METODE DISKUSI TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KUALITAS ARGUMENTASI SAINS SISWA SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Rata-rata dari skor pre-test dan post-test dihitung dengan menggunakan rumus berikut:

�̅ =∑ �

... 3.5

Keterangan :

�̅ = skor rata-rata skor pre-test dan post-test � = skor yang diperoleh setiap siswa

= Jumlah siswa

4. Menghitung Skor Gain yang Dinormalisasi

Setelah dilakukan penskoran dan menghitung nilai rata-rata pre-test dan post-test kemudian dihitung skor gain yang dinormalisasi yang ditentukan dengan persamaan yang dirumuskan oleh Hake (1998), sebagai berikut:

< � > =

... 3.6 Nilai gain yang didapatkan kemudian diinterpretasikan berdasarkan tabel nilai gain dinormalisasi pada Tabel 3.7.

Tabel 3.7. Interpretasi Nilai Gain Dinormalisasi

Nilai Klasifikasi

� , Tinggi

, > � , Sedang

� < , Rendah

Hake (1998)

b. Pengolahan Data Hasil Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran

Pengolahan data hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran dilakukan dengan langkah sebagai berikut:


(34)

Sigit Rahman Sugandi, 2015

PENGARUH PENGGUNAAN POLA ARGUMENTASI TOULMIN PADA PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI METODE DISKUSI TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KUALITAS ARGUMENTASI SAINS SISWA SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a. Menghitung jumlah jawaban cheklist “ya” dan “tidak” yang diisi oleh observer pada format observasi.

b. Menghitung persentase keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan persamaan berikut:

% = ∑ � "� " × %

... 3.7 Untuk mengetahui kategori keterlaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru dan siswa dapat diinterpretasikan pada Tabel 3.8.

Tabel 3. 8. Kategori Keterlaksanaan Pembelajaran Interval Persentase

Keterlaksanaan Pembelajaran (%) Kriteria

KM = 0 Tak satu kegiatan pun terlaksana 0 < KM < 25 Sebagian kecil kegiatan terlaksana 25 < KM < 50 Hampir sebagian kegiatan terlaksana

KM = 50 Setengah kegiatan terlaksana 50 < KM < 75 Sebagian kegiatan terlaksana 75 < KM < 100 Hampir seluruh kegiatan terlaksana

KM = 100 Seluruh kegiatan terlaksana (Dalam Afifudin, 2009)

c. Pengolahan Data Hasil Rekaman Video

Analisis rekaman video yang merupakan alat yang digunakan untuk mengetahui kualitas argumentasi peserta didik selama penerapan treatment oleh peneliti. Data hasil percakapan siswa kemudian dianalisis dan dilkasifikasikan berdasarkan komponen argumentasinya.

a. Analisis Data

Analisis data diawali dengan membuat salinan atau transkrip percakapan setiap siswa hasil dari video-sound recording seluruh kegiatan penelitian. Salinan percakapan digunakan sebagai data argumentasi lisan siswa untuk dianalisis lebih lanjut. Analisis data argumentasi lisan siswa digunakan untuk menentukan tingkatan/level argumentasi yang teridentifikasi.


(35)

Sigit Rahman Sugandi, 2015

PENGARUH PENGGUNAAN POLA ARGUMENTASI TOULMIN PADA PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI METODE DISKUSI TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KUALITAS ARGUMENTASI SAINS SISWA SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Untuk melihat kecenderungan pola wacana yang berkembang dari keseluruhan tahapan pada setiap model, dilakukan analisis kualitatif data transkrip percakapan berdasarkan persentase frekuensi level argumentasi yang berkembang (Roshayanti dan Rustaman, 2013). Hal ini juga diungkapkan oleh Kind et al. (2011) bahwa “…quality of

argumentation units relate to low-qualitiy argument being ‘sparse’ with few backing or

rebutting elements and high-quality argument ‘rich’ in such elements”. Untuk mengukur

kualitas argumentasi peserta didik secara lisan digunakan pengembangan sistem klasifikasi argumentasi yaitu kerangka analisis untuk mengases kualitas argumentasi oleh Erduran et at. (2004) seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2.2.

Analisis kualitas argumentasi lisan dengan kerangka analisis Erduran et al. membedakan tingkatan/level argumentasi lisan ke dalam lima tingkatan. Kualias argumentasi pada level 1 mempunyai ciri hanya muncul satu klaim sederhana (simple claim) mengenai suatu permasalahan baik disertai dengan munculnya klaim dari siswa lainnya (counter claim) ataupun tidak. Berikut contoh-contoh argumentasi dengan topik kebun binatang menurut Erduran et al.(2004).

S1 : Saya setuju untuk “masalah” itu. S2 : Kita tidak setuju untuk “masalah” itu

T : Pertama, tulis disini, kemudian tulis pemikiran kalian mengenai masalah itu

S2 : Saya tidak setuju terhadap “masalah” itu

Gambar 3. 3. Contoh dari Argumentasi Level 1

Klaim di atas merupakan contoh klaim sederhana, klaim awal “saya setuju untuk

“masalah” itu” diikuti oleh counter klaim “Kita tidak setuju untuk “masalah” itu” yang diulang sebagai “Saya tidak setuju untuk “masalah” itu”. Klaim di atas termasuk ke dalam level 1 karena tidak didukung oleh data atau jaminan, dan tidak ada sanggahan dalam argumentasi di atas.

Contoh kedua, argumentasi yang lebih kompleks dengan ditemukannya data dalam wacana argumentasinya. Seperti contoh di bawah ini menurut Erduran et al. (2004).


(36)

Sigit Rahman Sugandi, 2015

PENGARUH PENGGUNAAN POLA ARGUMENTASI TOULMIN PADA PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI METODE DISKUSI TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KUALITAS ARGUMENTASI SAINS SISWA SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

binatang yang professional ini.

S2 : Tapi mereka mungkin menakut-nakuti hewan lain dengan melihat beberapa hewan yang dibius itu diseret.

Gambar 3.4. Contoh Argumentasi Level 2

Contoh ketiga, argumentasi dengan memunculkan sanggahan lemah (weakly

rebuttal) . Data pada argumen ini ialah “Beberapa hewan tidak akan bisa berkembang biak

di alam liar” dan jaminannya ialah karena “mereka mungkin tidak memiliki cukup

makanan”. Klaim ini memunculkan klaim berikutnya bahwa “Hewan-hewan membutuhkan

tempat tinggal dan data yang mendukung klaim tersebut adalah “mereka berada dalam

bahaya dari predator lain””. Klaim kedua memiliki sanggahan yang lemah dengan

memunculkan kata “alam itu”. Berikut cuplikan percakapan yang berada pada level 3.

S1 : Beberapa hewan tidak akan bisa berkembang biak di alam liar, karena mereka mungkin tidak memiliki cukup makanan

S2 : tidak, tidak, tidak, karena binatang….. S3 : Kepunahan

S1 :Hewan-hewan membutuhkan tempat tinggal karena mereka berada dalam bahaya dari predator lain

S2 : Apa yang kamu maksud itu tempat?

S1 : Sebuah tempat untuk hidup, atau mereka dalam bahaya dari predator lain.

S1 : Mereka mungkin tidak memiliki cukup makanan untuk dimakan S2 : Tapi maksudku, alam itu, kita harus….

S1 : Tapi kita setuju untuk itu.

Gambar 3. 5. Contoh Argumentasi Level 3

Contoh argumentasi pada level 4 ialah munculnya sanggahan yang bersifat kuat. Erduran et al.(2004) menyebutkan bahwa argumentasi memperlihatkan argumen dengan sebuah klaim disertai sanggahan yang teridentifikasi dengan jelas. Argumen tersebut mungkin memiliki serangkaian klaim dan counter klaim. Erduran et al.(2004) mencontohkan level 4 sebagai berikut.

T : ……A, Bulan itu berotasi, sehingga bagian dari bulan yang memberi cahaya tidak selalu kita hadapi. Jamal, A?


(37)

Sigit Rahman Sugandi, 2015

PENGARUH PENGGUNAAN POLA ARGUMENTASI TOULMIN PADA PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI METODE DISKUSI TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KUALITAS ARGUMENTASI SAINS SISWA SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

T : Benar, jadi itu sebabnya jawaban A salah. Itu benar. Bagaimana kamu tahu?

S1 : Karena cahaya yang datang dari bulan sebenarnya berasal dari matahari

T : Dia mengatakan cahaya yang kita lihat dari bulan sebenarnya adalah sebuah refleksi dari matahari. Bagaimana kita tahu itu, Mark?

S2 : Karena bulan dihalangi oleh….

Gambar 3. 6. Contoh Argumentasi Level 4

Pada cuplikan percakapan di atas, ketika siswa 1 mengeluarkan klaim yang menjelaskan bahwa “Bulan tidak mengeluarkan cahaya”. Kemudian muncul sanggahan yang disertai data bahwa “cahaya yang datang dari bulan sebenarnya berasal dari

matahari” dan memunculkan jaminan yang belum selesai.

Argumentasi level 5 menurut Eruduran et al.(2004) memiliki ciri argumentasi memperlihatkan argumen yang diperluas disertai dengan lebih dari satu sanggahan. Dimana pada level 5 ini memunculkan sanggahan yang lebih dari satu dengan argumentasi yang diperluas. Berikut contoh argumentasi level 5 menurut Ginanjar, WS (2014).

M : Ungunya lebih banyak.. M : Apa yang lebih banyak? M : Ungunya..

M : Oh iya.

M7 : gak ada biru loh.. M : Ada biru ga sih? M : Iya, gak ada birunya M : Hijau harus ada

M8 : Mungkin birunya diantara warna hijau dan ungu

M9 : Ini ada..dikit ( sambil menunjukkan warna biru sebagai hasil penguraian warna yang terlihat pada kertas)

Percakapan diatas meluas dari pernyataan siswa pertama mengenai warna ungu yang terlihat lebih banyak dari warna-warna lainnya hingga pernyataan selanjutnya yang membahas mengenai tidak melihat warna biru pada hasil penguraian warna pada prisma


(38)

Sigit Rahman Sugandi, 2015

PENGARUH PENGGUNAAN POLA ARGUMENTASI TOULMIN PADA PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI METODE DISKUSI TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KUALITAS ARGUMENTASI SAINS SISWA SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ga ada biru loh” (extended argument). Dari hasil pengamatan yang dilakukan. Siswa 8

memberikan sanggahan lemah dengan memberikan penjelasan “mungkin birunya di antara

warna hijau dan ungu” yang dilanjutkan oleh sanggahan yang teridentifikasi yang mampu

menjelaskan pembentukan warna biru pada penguraian warna dari siswa 9 “ini ada..dikit

(sambil menunjuk)” terhadap klaim siswa 7 mengenai tidak terbentuknya warna biru.

Ketika muncul lebih dari satu sanggahan, maka argumentasinya termasuk ke dalam argumentasi level 5 berdasarkan analisis argumentasi yang dibuat oleh Erduran et al. (2004).


(39)

Sigit Rahman Sugandi, 2015

PENGARUH PENGGUNAAN POLA ARGUMENTASI TOULMIN PADA PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI METODE DISKUSI TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KUALITAS ARGUMENTASI SAINS SISWA SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

79

BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di salah satu SMA Negeri di kota Bandung pada kelas X dengan menggunakan pola argumentasi Toulmin pada pembelajaran fisika melalui metode diskusi, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.

Penggunaan pola argumentasi Toulmin pada pembelajaran fisika melalui metode diskusi memiliki pengaruh terhadap peningkatan pemahaman konsep dan kualitas argumentasi, hal ini dibuktikan dengan semakin meningkatnya pemahaman konsep peserta didik dengan kriteria sedang dan semakin meningkatnya kualitas argumentasi sains peserta didik pada level yang lebih tinggi dari pertemuan ke pertemuan dalam kegiatan pembelajaran.

1. Penggunaan pola argumentasi Toulmin pada pembelajaran fisika melalui metode diskusi memiliki pengaruh yang besar terhadap peningkatan pemahaman konsep siswa, 2. Penggunaan pola argumentasi Toulmin pada pembelajaran fisika melalui metode

diskusi secara umum dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa dengan kriteria sedang. Setiap aspek pemahaman konsep terjadi peningkatan yang beragam. Aspek membandingkan mengalami peningkatan dengan kriteria sedang. Aspek menjelaskan mengalami peningkatan dengan kriteria sedang. Aspek interpretasi mengalami peningkatan dengan kriteria sedang. Aspek mencontohkan mengalami peningkatan dengan kriteria rendah. Dan aspek menyimpulkan mengalami peningkatan dengan kriteria rendah.

3. Penggunaan pola argumentasi Toulmin pada pembelajaran fisika melalui metode diskusi dapat meningkatkan kualitas argumentasi sains siswa dari pertemuan ke pertemuan dalam kegiatan pembelajaran menjadi lebih baik. Berdasarkan hasil


(40)

Sigit Rahman Sugandi, 2015

PENGARUH PENGGUNAAN POLA ARGUMENTASI TOULMIN PADA PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI METODE DISKUSI TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KUALITAS ARGUMENTASI SAINS SISWA SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penelitian ditemukan persentase kualitas argumentasi sains mengalami penurunan untuk level 1. Untuk level 2 sampai 4 persentase kualitas argumentasi sains mengalami kenaikan. Sedangkan untuk level 5 mengalami kecenderungan yang konstan pada kegiatan pembelajaran yang dilakukan peneliti.

B. Saran

Sebagai bahan perbaikan dalam pembelajaran fisika dengan penggunaan pola argumentasi Toulmin dalam pembelajaran fisika melalui metode diskusi, berikut beberapa hal yang menurut peneliti perlu diperhatikan agar pembelajaran dapat dilakukan dengan baik.

1. Peningkatan pemahaman konsep siswa yang dilakukan peneliti masih dalam klasifikasi sedang, yang diduga disebabkan oleh pelaksanaan metode diskusi yang dilakukan kurang maksimal terutama dalam tahap memonitor kegiatan diskusi siswa sehingga perlu dilakukan upaya untuk memperbaiki pelaksanaan metode diskusi untuk memperoleh hasil maksimal.

2. Perlu dilakukan pembagian kelompok diskusi kecil yang berjumlah 4-5 orang agar diskusi berjalan efektif, oleh karena itu alat-alat praktikum yang akan digunakan dipersiapkan lebih baik.

3. Perlu adanya alat rekam yang lebih baik dan lebih banyak, jika memungkinkan diadakannya alat rekam audio video untuk satu kelompok satu buah alat rekam sehingga dalam proses analisis argumentasi lebih mudah untuk menganalisisnya. 4. Format lembar argumentasi tentatif belum mampu menstimulus siswa untuk

mengeluarkan argumentasi pada level yang lebih kompleks, sehingga perlu adanya pembenahan pada format argumentasi tentatif agar mampu menstimulus siswa berdiskusi lebih aktif dan mampu memunculkan argumentasi pada level yang lebih kompleks.


(41)

Sigit Rahman Sugandi, 2015

PENGARUH PENGGUNAAN POLA ARGUMENTASI TOULMIN PADA PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI METODE DISKUSI TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KUALITAS ARGUMENTASI SAINS SISWA SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5. Untuk meneliti peningkatan kualitas berargumentasi siswa, sebaiknya siswa diberikan penguasaan materi agar siswa memahami betul konsep yang akan digunakan dalam penelitian, sehingga memunculkan argumentasi pada level yang lebih kompleks.


(42)

Sigit Rahman Sugandi, 2015

PENGARUH PENGGUNAAN POLA ARGUMENTASI TOULMIN PADA PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI METODE DISKUSI TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KUALITAS ARGUMENTASI SAINS SISWA SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

81

DAFTAR PUSTAKA

Afifudin. (2013). Penerapan Model Pembelajaran Fisika Berbasis Proyek Untuk Meningkatkan Pemahaman konsep dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa SMA. [Skripsi]. Jurusan Pendidikan Fisika, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Anderson, L.W., & Krathwohl, D.R. (2001). A Taxonomy for Learning, Teaching, and

Assesing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educatioanl Objectives. Edisi Revisi (2010). New York: Addison Wesley Longman, Inc.

Anggara, A. (2011). Pengaruh Model Pembelajaran Experiential Terhadap Konsep Diri Dan Pemahaman Konsep Fisika Siswa Kelas X SMA Negeri 4 Singaraja. [Online].

Tersedia di:

http://pasca.undiksha.ac.id/e-journal/index.php/jurnal_ipa/article/viewFile/405/197. Diakses 21 Januari 2015. Arikunto, S. (2010). Dasar- Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Asmara, Y. (2014). Pengaruh Penerapan Model Pembangkit Argumen Dengan Metode Investigasi Sains Terhadap Peningkatan Kemampuan Argumentasi Siswa Pada Materi Litrik Dinamis. [Skripsi]. Jurusan Pendidikan Fisika, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Bloom, B.S., Engelhart, M.D., Furst, E.J., Hill, W.H., & Krathwohl, D.R. (1956). The Taxonomy of Educational Objectives The Classification of Educational Goals, Handbook I: Cognitive Domain. New York: David McKay.

BSNP. (2006). Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah. Jakarta : Badan Standar Nasional Pendidikan.

Cohen, J. (1992). Quantitative Methods in Psychology. New York University.


(43)

Sigit Rahman Sugandi, 2015

PENGARUH PENGGUNAAN POLA ARGUMENTASI TOULMIN PADA PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI METODE DISKUSI TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KUALITAS ARGUMENTASI SAINS SISWA SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dunst, C.J., Hambly, D.W.,& Trivette, C.M. (2004). Guidelines for Calculating Effect Sizez for Practice-Based Research Syntheses. Centersope. Vol 3.

Erduran, S., Ardac, D., & Yakmacl-Guzel, B. (2006). Learning To Teach Argumentation: Case Studies Of Pre-Service Secondary Science Teachers. Eurasia Journal of Mathematics, Science and Technology Education.

Erduran, S., Simon., & Osborne, J. (2004). TAPin into Argumentation: Developments in the Aplication of Toulmin’s Argument Pattern for Studying Science Discourse. Paper in press by Science Education.

Ginanjar, W.S. (2014). Penerapan Model Argument-Driven Inquiry Dalam Pembelajaran IPA Untuk Meningkatkan Kemampuan Argumentasi Ilmiah Siswa SMP. [Skripsi]. Departemen Pendidikan Fisika, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Hake. R.R. (1999). Analyzing Change/Gain Scores. [Online]. Tersedia di: http://www.physics.indiana.edu/~sdi/AnalyzingChange-Gain.pdf Diakses 20 April 2014

Hake. R.R. (2010). Assesment of Physics Teaching Method. Indiana : Physics Indiana. Harrell, M. (2004). Using Argument Diagrams to Improve Critical Thingking Skills in

Introductory Philosphy. Carnegie Mellon University: Departement of Philosophy

Huda, F. N. (2014). Pengaruh Penerapan Model Pembangkit Argumen Dengan Metode Investigasi Sains Terhadap Peningkatan Kemampuan Argumentasi Siswa Pada Materi Fluida Statis. [Skripsi]. Jurusan Pendidikan Fisika, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Kind, P.M., Kind, V., Hofstein, A., & Wilson, J. (2011). Peer Argumentation in the School Science Laboratory-Exploring Effects of Task Features. International Journal of Science Education.


(44)

Sigit Rahman Sugandi, 2015

PENGARUH PENGGUNAAN POLA ARGUMENTASI TOULMIN PADA PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI METODE DISKUSI TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KUALITAS ARGUMENTASI SAINS SISWA SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Muslim, Suhandi, A., & Kaniawati, I. (2012). Implementasi Pembelajaran Fisika Sekolah Melalui Model Pembangkit Argumen Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Calon Guru Fisika. Jurnal Pendidikan MIPA. Vol. 13, No. 1, April 2012. hlm. 26-35 Muslim. (2014). Pengembangan Program Perkuliahan Fisika Sekolah Berorientasi

Kemampuan Berargumentasi Calon Guru Fisika. [Disertasi], Pendidikan IPA, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Permendikbud No. 54 Tahun 2013. tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar Dan Menengah [Online]. Tersedia di: www.depdiknas.go.id. Diakses 23 Februari 2015.

Permendiknas No 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan Untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah. [Online]. Tersedia di: www.depdiknas.go.id. Diakses 23 Februari 2015.

Permendiknas No.64 Tahun 2013. tentang Standar Isi Pendidikan Dasar Dan Menengah [Online]. Tersedia di: www.depdiknas.go.id. Diakses 23 Februari 2015.

Rahman, R. D. (2008). Penerapan Metode Diskusi Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Di SMPN 1 Prambon Sidoarjo. [Skripsi], Pendidikan Agama Islam, Universitas Islam Negeri Malang, Malang

Roshayanti, F. (2012). Pengembangan Model Assesmen Argumentatif Untuk Mengukur Keterampilan Argumentasi Mahasiswa Pada Konsep Fisiologi Manusia.[Disertasi]. Pendidikan IPA. Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Roshayanti, F., & Rustaman, NY. (2013). Pengembangan Assesmen Argumentatif Untuk Meningkatkan Pola Wacana Argumentasi Mahasiswa Pada Konsep Fisiologi Manusia. Bioma,Vol. 2, No. 1.

Rosyid, M.F., Firmansyah, E., Resmiyanto, R., & Yasrina, A. (2014). Kajian Konsep Fisika Untuk Kelas X SMA dan MA. Solo : Tiga Serangkai.


(1)

81

Sigit Rahman Sugandi, 2015

PENGARUH PENGGUNAAN POLA ARGUMENTASI TOULMIN PADA PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI METODE DISKUSI TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KUALITAS ARGUMENTASI SAINS SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5. Untuk meneliti peningkatan kualitas berargumentasi siswa, sebaiknya siswa diberikan penguasaan materi agar siswa memahami betul konsep yang akan digunakan dalam penelitian, sehingga memunculkan argumentasi pada level yang lebih kompleks.


(2)

Sigit Rahman Sugandi, 2015

PENGARUH PENGGUNAAN POLA ARGUMENTASI TOULMIN PADA PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI METODE DISKUSI TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KUALITAS ARGUMENTASI SAINS SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

81

DAFTAR PUSTAKA

Afifudin. (2013). Penerapan Model Pembelajaran Fisika Berbasis Proyek Untuk

Meningkatkan Pemahaman konsep dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa SMA.

[Skripsi]. Jurusan Pendidikan Fisika, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Anderson, L.W., & Krathwohl, D.R. (2001). A Taxonomy for Learning, Teaching, and

Assesing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educatioanl Objectives. Edisi Revisi (2010). New York: Addison Wesley Longman, Inc.

Anggara, A. (2011). Pengaruh Model Pembelajaran Experiential Terhadap Konsep Diri

Dan Pemahaman Konsep Fisika Siswa Kelas X SMA Negeri 4 Singaraja. [Online].

Tersedia di:

http://pasca.undiksha.ac.id/e-journal/index.php/jurnal_ipa/article/viewFile/405/197. Diakses 21 Januari 2015. Arikunto, S. (2010). Dasar- Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Asmara, Y. (2014). Pengaruh Penerapan Model Pembangkit Argumen Dengan Metode

Investigasi Sains Terhadap Peningkatan Kemampuan Argumentasi Siswa Pada Materi Litrik Dinamis. [Skripsi]. Jurusan Pendidikan Fisika, Universitas Pendidikan

Indonesia, Bandung.

Bloom, B.S., Engelhart, M.D., Furst, E.J., Hill, W.H., & Krathwohl, D.R. (1956). The

Taxonomy of Educational Objectives The Classification of Educational Goals, Handbook I: Cognitive Domain. New York: David McKay.

BSNP. (2006). Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah. Jakarta : Badan Standar Nasional Pendidikan.

Cohen, J. (1992). Quantitative Methods in Psychology. New York University.


(3)

82

Sigit Rahman Sugandi, 2015

PENGARUH PENGGUNAAN POLA ARGUMENTASI TOULMIN PADA PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI METODE DISKUSI TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KUALITAS ARGUMENTASI SAINS SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dunst, C.J., Hambly, D.W.,& Trivette, C.M. (2004). Guidelines for Calculating Effect Sizez

for Practice-Based Research Syntheses. Centersope. Vol 3.

Erduran, S., Ardac, D., & Yakmacl-Guzel, B. (2006). Learning To Teach Argumentation:

Case Studies Of Pre-Service Secondary Science Teachers. Eurasia Journal of

Mathematics, Science and Technology Education.

Erduran, S., Simon., & Osborne, J. (2004). TAPin into Argumentation: Developments in the Aplication of Toulmin’s Argument Pattern for Studying Science Discourse. Paper in press by Science Education.

Ginanjar, W.S. (2014). Penerapan Model Argument-Driven Inquiry Dalam Pembelajaran

IPA Untuk Meningkatkan Kemampuan Argumentasi Ilmiah Siswa SMP. [Skripsi].

Departemen Pendidikan Fisika, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Hake. R.R. (1999). Analyzing Change/Gain Scores. [Online]. Tersedia di:

http://www.physics.indiana.edu/~sdi/AnalyzingChange-Gain.pdf Diakses 20 April

2014

Hake. R.R. (2010). Assesment of Physics Teaching Method. Indiana : Physics Indiana. Harrell, M. (2004). Using Argument Diagrams to Improve Critical Thingking Skills in

Introductory Philosphy. Carnegie Mellon University: Departement of Philosophy

Huda, F. N. (2014). Pengaruh Penerapan Model Pembangkit Argumen Dengan Metode

Investigasi Sains Terhadap Peningkatan Kemampuan Argumentasi Siswa Pada Materi Fluida Statis. [Skripsi]. Jurusan Pendidikan Fisika, Universitas Pendidikan

Indonesia, Bandung.

Kind, P.M., Kind, V., Hofstein, A., & Wilson, J. (2011). Peer Argumentation in the School

Science Laboratory-Exploring Effects of Task Features. International Journal of


(4)

Sigit Rahman Sugandi, 2015

PENGARUH PENGGUNAAN POLA ARGUMENTASI TOULMIN PADA PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI METODE DISKUSI TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KUALITAS ARGUMENTASI SAINS SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Muslim, Suhandi, A., & Kaniawati, I. (2012). Implementasi Pembelajaran Fisika Sekolah

Melalui Model Pembangkit Argumen Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Calon Guru Fisika. Jurnal Pendidikan MIPA. Vol. 13, No. 1, April 2012. hlm. 26-35

Muslim. (2014). Pengembangan Program Perkuliahan Fisika Sekolah Berorientasi

Kemampuan Berargumentasi Calon Guru Fisika. [Disertasi], Pendidikan IPA,

Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Permendikbud No. 54 Tahun 2013. tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar Dan Menengah [Online]. Tersedia di: www.depdiknas.go.id. Diakses 23 Februari 2015.

Permendiknas No 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan Untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah. [Online]. Tersedia di: www.depdiknas.go.id. Diakses 23 Februari 2015.

Permendiknas No.64 Tahun 2013. tentang Standar Isi Pendidikan Dasar Dan Menengah [Online]. Tersedia di: www.depdiknas.go.id. Diakses 23 Februari 2015.

Rahman, R. D. (2008). Penerapan Metode Diskusi Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar

Siswa Pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Di SMPN 1 Prambon Sidoarjo. [Skripsi], Pendidikan Agama Islam, Universitas Islam Negeri Malang,

Malang

Roshayanti, F. (2012). Pengembangan Model Assesmen Argumentatif Untuk Mengukur

Keterampilan Argumentasi Mahasiswa Pada Konsep Fisiologi Manusia.[Disertasi].

Pendidikan IPA. Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Roshayanti, F., & Rustaman, NY. (2013). Pengembangan Assesmen Argumentatif Untuk

Meningkatkan Pola Wacana Argumentasi Mahasiswa Pada Konsep Fisiologi Manusia. Bioma,Vol. 2, No. 1.

Rosyid, M.F., Firmansyah, E., Resmiyanto, R., & Yasrina, A. (2014). Kajian Konsep Fisika Untuk Kelas X SMA dan MA. Solo : Tiga Serangkai.


(5)

84

Sigit Rahman Sugandi, 2015

PENGARUH PENGGUNAAN POLA ARGUMENTASI TOULMIN PADA PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI METODE DISKUSI TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KUALITAS ARGUMENTASI SAINS SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Salminen, T., Marttunen, M. & Laurinen, L. (2008). Argument Elaboration During

Structured And Unstructured Dyadic Chat Discussion In Secondary School. In: M. C.

Matteuchi, A. Omicini, E. Nardini & P. Gaffuri (eds.) Proceedings of the Conference on Knowledge Construction in Context: CSCL, ODL, ICT and SNA in education. [Online]. Tersedia di : http://CEUR-WS.org/Vol-398. CEUR Workshop Proceedings, Vol-398, 181–185. Diakses 23 Februari 2015.

Sampson, V. & Clark, D. B. (2008). Assesment Of The Ways Students Generate Arguments

In Science Education: Current Perspectives And Recommendations For Future Directions. Wiley Periodicals, Inc.

Schneidar, J., Groza, T., & Passant, A. (2011). A Review of Argumentation for the Social

Semantic Web. [online]. Tersedia di:

https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja

&uact=8&ved=0CCEQFjAA&url=http%3A%2F%2Fwww.semantic-web-journal.net%2Fsites%2Fdefault%2Ffiles%2Fswj138_2.pdf&ei=Ta2HVbX_LoKVuQ

Seu7jQCw&usg=AFQjCNElxCunJB5l4-rBYTPRRdzzIftDcw&sig2=zC6EkHonJjcTx560quhW3A&bvm=bv.96339352,d.c2E. Diakses 23 Februari 2015.

Simon, S., Erduran, S., & Osborne, J. (2006). Learning To Teach Argumentation: Research

And Development In The Science Classroom. International Journal of Science

Education.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta Sukardi. (2003). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Suminem & Khaeriyah, S. (2012). Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Melalui


(6)

Sigit Rahman Sugandi, 2015

PENGARUH PENGGUNAAN POLA ARGUMENTASI TOULMIN PADA PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI METODE DISKUSI TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KUALITAS ARGUMENTASI SAINS SISWA SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Jawab pada Siswa Kelas XI IPA MAN 2 Pontianak Tahun 2009. Jurnal Pendidikan

Matematika dan IPA. Vol. 3, NO. 1, Januari 2012.

Suryosubroto, B.(2009). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta Sutrisno. (2009). Fisika dan Pembelajarannya. Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI. Tipler, P.A. (1991). Physics for Scientist And Engineers, Third Edition. Terjemahan.

Erlangga.W

Vygotsky, L. (1978). Mind in Society. London: Harvard University Press.

Wahidah, R.S. (2014). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student

Team Achievement Division) Berbantuan Simulasi Komputer Untuk Meminimalisir Miskonsepsi Hukum Newton.[Skripsi] Jurusan pendidikan fisika, Universitas

Pendidikan Indonesia, Bandung.

Wenning. C.J. (2006) A Framework For Teaching The Nature Of Science. Journal Of Physics Teacher Education. [Online]. Tersedia di: http://www.phy.ilstu.edu/jpteo, Diakses 13 Oktober 2014.

Yuyun. (2014). Elastisitas. [Online]. Tersedia di:

http://yuyunandriani93.blogspot.com/2014_11_01_archive.html Diakses 24Oktober 2014.