Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Nurani Suku Buna' Spiritual Capital dalam Pembangunan

Universitas Kristen Satya Wacana

nurani suku Buna’
SPIRITUAL CAPITAL DALAM
PEMBANGUNAN

Promotor:
Prof. Daniel D. Kameo, SE, MA, Ph.D
Ko-Promotor:
Marthen L. Ndoen, SE, MA, Ph.D
Dr. Soegeng Hardiyanto

Oleh:
Bele Antonius
NIM: 902006009

Program Pasca Sarjana Doktor Studi Pembangunan
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
2011


i

Penguji:

ii

KATA
PENGANTAR

Ada satu kelompok masyarakat di pedalaman Pulau Timor
Propinsi Nusa Tenggara Timur, Kabupaten Belu yang jarang dibicarakan
dalam forum ilmiah. Mereka kurang dikenal. Kelompok masyarakat itu
adalah masyarakat suku Buna’ yang berbahasa Buna’. Tulisan tentang
mereka masih sangat sedikit. Kelompok suku Buna’ ini jumlah
anggotanya sekitar enam puluhan ribu orang, tiga puluhan ribu
menempati wilayah pedalaman di Timor Leste dan tiga puluhan ribu
menempati wilayah Timor bahagian Indonesia. Masyarakat suku Buna’
ini unik karena adat istiadatnya dan bahasanya. Bahasa Buna’ itu sangat
sederhana. Sebagai contoh, setiap huruf hidup itu merupakan satu kata.
Ini ada satu kalimat dalam bahasa Buna’: O i u a o e a. Kalimat ini terdiri

dari tujuh kata dan tiap kata itu terdiri dari satu huruf hidup. Kalimat
ini artinya: Kita yang hidup ini makan nasi dan garam. Sudah seratus
tahun lebih leluhur mereka berkenalan dengan agama Kristen Katolik
sehingga sekarang mereka secara statistik seratus persen menjadi
pemeluk agama Kristen Katolik. Biar pun sudah katolik, mereka tetap
menjalankan ritus-ritus agama asli mereka, agama Hot Esen dengan
alasan, ritus agama asli itu adat warisan leluhur jadi tidak bisa
ditinggalkan. Ada keunikan-keunikan dalam kehidupan masyarakat
suku Buna’ ini.
Penulis sendiri lahir dan menjalani masa kanak-kanak sebagai
anggota suku Buna’, dari tahun 1947 sampai 1959. Dua belas tahun
penulis menyerap adat istiadat dan bahasa Buna’. Tetapi sejak tahun
1959, penulis bersekolah di luar daerah ini dan tidak lagi mengalami
kehidupan sebagai orang Buna’. Ada hal yang menarik bahwa suku
Buna’ sampai tahun dua ribuan ini masih tetap bertahan dalam adat
istiadat dan bahasa mereka. Hal apa yang menjadi dasar ketahanan
mereka dalam era globalisasi ini? Mereka tidak terisolir lagi. Tetapi
bahasa dan kebiasaan mereka dalam sistem kekerabatan dan sistem
religi tetap mereka pertahankan. Di mana letaknya dasar ketahanan


iii

mereka? Ada satu hal yang sangat mendasar yang tidak berubah yaitu
nurani masyarakat suku Buna’ di Desa Henes dan Lakmaras (DHL). Atas
dasar itulah penulis memberikan judul untuk tulisan ini, Nurani Suku
Buna’ sebagai harta paling luhur yang mereka miliki dan tetap
menuntun mereka untuk mengarungi arus perubahan zaman.
Pada tahun 2006, penulis sebagai mahasiswa program
pascasarjana studi permbangunan di Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga, mempelajari bermacam-macam capital, modal dalam
pembangunan. Di antara begitu banyak capital, mulai social capital,
human capital, sampai religious capital, ada satu yang menarik, spiritual
capital. Ada beberapa tulisan yang diundu dari internet oleh Pak
Soegeng Hardiyanto, dosen Pascasarjana, tentang spiritual capital. Minat
penulis untuk mempelajari spiritual capital dipacu dengan tulisantulisan itu maka penulis mengajukan proposal untuk membuat
penelitian tentang spiritual capital dengan subyek dan locus penelitian,
suku Buna’ di pedalaman Pulau Timor.
Tiga dosen bersedia menjadi promotor dan ko-promotor. Prof.
Daniel Daud Kameo, SE., MA., Ph.D. sebagai promotor, Pak Marthen L.
Ndoen, SE., MA., Ph.D. dan Pak Dr. Soegeng Hardiyanto sebagai koPromotor. Pak Daniel Kameo dengan keahliannya di bidang ekonomi

sangat membantu untuk melihat aspek spiritual capital yang melatarbelakangi kegiatan pembangunan di bidang ekonomi di kalangan suku
Buna’. Pak Marthen Ndoen sebagai seorang yang ahli di bidang
entrepreneurship membantu penulis untuk melihat segi-segi kewirausahaan orang-orang suku Buna’ dan keterkaitannya dengan spiritual
capital. Pak Soegeng Hardiyanto dengan perbendaharaannya yang luas
di bidang filsafat membantu penulis untuk menjelajahi bidang-bidang
filsafat yang berkaitan dengan spiritual capital.
Niat penulis untuk memperkenalkan suku Buna’ mulai terkabul
dan yang paling utama, penulis berkeinginan untuk mengadakan
penelitian khusus tentang spiritual capital. Pertama penulis bertanya
pada diri, apakah suku Buna’ ini mempunyai spiritual capital? Ini satu
pertanyaan yang naif tetapi sebagai titik tolak, penulis mulai dengan
pertanyaan itu. Ketiga promotor dan ko-promotor memberikan arahan
dan semangat kepada penulis untuk membuat penelitian dan penulis
mempresentasikan hasil penelitian itu bahagian demi bahagian dalam
seminar-seminar di kampus Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga,
di Bali dan di Kupang. Hasil penelitian dikembangkan terus dan
iv

akhirnya ditemukan benang merah pemikiran tentang spiritual capital
itu sebagai dasar dari ketahanan orang suku Buna’ dalam terpaan arus

perubahan zaman.
Di Kupang, penulis berdiskusi intensif dengan Dr.Gregor
Neonbasu, seorang anthropolog tentang topik yang sama. Pikiran dan
pendapat dari berbagai pihak penulis serap melalui pembicaraan dan
diskusi. Penulis mengadakan kunjungan ke lokasi penelitian di
Kecamatan Lamaknen, khususnya Desa Henes dan Lakmaras sebagai
satu kesatuan kelompok yang mewakili suku Buna’. Hasil dari semua
upaya itulah yang dirampungkan dan disajikan dalam tulisan ini.
Syukur berlimpah kepada Tuhan penulis haturkan karena
berkat bimbinganNya seluruh proses studi di Universitas Kristen Satya
Wacana ini telah penulis tempuh sampai selesai. Khususnya dalam
menyelesaikan program doktoral ini penulis sangat merasakan rahmat
Tuhan tercurah pada saat-saat yang sangat sulit dan hal itu terjadi hanya
karena penyelenggaraan ilahi. Selesainya penulisan disertasi ini
merupakan hasil dari bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak.
Kepada semua pihak itu penulis merasa patut untuk menghaturkan
limpah terimakasih.
Pada kesempatan ini kepada Alma Mater Universitas Kristen
Satya Wacana dalam hal ini Bapak Rektor Pendeta Prof. Drs. John A.
Titaley, Th.D., segenap pimpinan, para Dosen, karyawan-karyawati dan

seluruh civitas academica di UKSW penulis haturkan limpah
terimakasih. Sejak penulis belajar sebagai peserta program pascasarjana
Magister studi Pembangunan, penulis sudah menimba banyak
pengalaman berharga di Lembaga Perguruan Tinggi ini dan penulis
merasa sangat berbahagia.
Kepada para Dosen Program S-3 Studi Pembangunan dan para
rekan sesama mahasiswa program S-3 di Universitas Kristen Satya
Wacana, penulis haturkan terimakasih berlimpah. Khususnya kepada
Promotor, Prof. Daniel Daud Kameo, SE., MA., Ph.D., dan Ko-Promotor
Bapak Marthen L. Ndoen, SE., MA., Ph.D. dan Bapak Dr. Soegeng
Hardiyanto, penulis menghaturkan terimakasih berlimpah. Beliau
bertiga meluangkan begitu banyak waktu dan tenaga untuk membantu
penulis dalam penyelesaian tulisan ini. Kesabaran Prof. Kameo dan
ketekunan Pak Marthen serta kejelian Pak Soegeng merupakan satu
perpaduan yang menjadi dorongan begitu kuat bagi penulis untuk
menulis dan terus menulis sambil terus mengolah setiap pemikiran
v

untuk dirumuskan dalam tulisan ini. Atas dasar itulah ketiga beliau ini
tercatat dalam hidup saya sebagai pribadi-pribadi yang memperkaya

kepribadian penulis.
Kepada Yang Mulia Bapak Uskup Agung Kupang, Mgr. Petrus
Turang, penulis menghaturkan limpah terimakasih karena beliau
dengan caranya sendiri turut membantu penulis dalam penyelesaian
studi ini. Kepada Gubernur Nusa Tenggara Timur, Bapak Drs. Frans
Lebu Raya dan Ibu Lusia penulis patut mengucapkan terimakasih
karena sebagai suami-isteri anggota Marriage Encounter, beliau berdua
pun turut membantu penulis baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Bapak Dirjen Bimas Katolik, Drs. Anton Semara Duran beserta
semua rekan di Direktorat Bimbingan Masyarakat Katolik pada
Kementrian Agama Republik Indonesia sangat berjasa dalam
mendukung penulis untuk menempuh studi di UKSW. Bapak Drs. Stef
Agus, mantan Dirjen Bimas Katolik juga sangat membantu penulis
dengan dorongan yang beliau berikan kepada penulis semasa beliau
menjabat sebagai Direktur Jenderal Bimas Katolik. Bapak Kakanwil
Kementrian Agama RI Propinsi NTT beserta kawan-kawan pejabat pada
Kantor Kementrian Agama Kota Kupang dan Kabupaten Kupang juga
sangat berjasa karena turut memberikan semangat kepada penulis. Atas
dasar itulah penulis patut ucapkan limpah terimakasih kepada semua

beliau yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Kepada Ketua Sekolah Tinggi Pastoral (STIPAS) Keuskupan
Agung Kupang Romo Kanis Pr, penulis haturkan limpah terimakasih
karena beliau bersama rekan-rekan pembantu Ketua, Bapak Drs.
Lazarus Anin, M.Hum., dan Bapak Herman Utang Lic.Fil., serta semua
dosen dan para karyawan-karyawati di STIPAS sangat membantu
penulis dalam seluruh proses studi ini. Semua mahasiswa-mahasiswi di
STIPAS juga sangat membantu penulis atas berbagai cara dan untuk itu
kepada mereka penulis haturkan limpah terimakasih.
Secara sangat khusus, limpah terimakasih kusampaikan kepada:
isteri terkasih, Yudith Yasintha Salassa, S.Ag., dan ketiga anak
tersayang, Graciana Amanda Bele, ST., dan suaminya John Kehitos,
S.Sos., dengan kedua anak mereka Heince dan Carlo, Agrippina Agnes
Bele, STP; M., dan Mario Trio Purwanto, SIP., Kristoforus Amadeus
Bele dan Puspita Adriana Sunut, S.Sos., dengan anak mereka Jessica

vi

Bele. Kepada Opa tersayang Petrus Salassa dan semua kakak-adik serta
para ponakan dan cucu-cucu, penulis haturkan limpah terimakasih.

Kepada Bapak-bapak dan Ibu-ibu yang telah membantu dalam
keterlibatan mereka sebagai pihak yang diwawancara, penulis haturkan
limpah terimakasih untuk semua budi baik dan kerelaan yang diberikan
kepada penulis.
Kepada semua pihak yang telah membantu, khususnya keluarga
dan kelompok masyarakat Desa Henes dan Lakmaras, penulis juga
menghaturkan limpah terimakasih. Dalam ruang yang terbatas ini
penulis tidak dapat lagi menuliskan satu per satu nama-nama semua
sahabat yang telah membantu penulis atas berbagai cara, termasuk para
Suster yang begitu sering mendoakan penulis selama ini. Untuk itu
penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya kepada kalian yang
begitu banyak berjasa tetapi tidak sempat disapa dalam tulisan ini secara
khusus.
Akhirnya, semua yang telah berjasa untuk penulis, hanya satu
ini yang dapat penulis ungkapkan, terimakasih berlimpah dan penulis
memohon agar Tuhanlah yang menjadi Pemberi berkat untuk kita
semua.

Salatiga, Agustus 2011
Anton Bele


vii

DAFTAR ISI

Halaman Judul
Halaman Pengesahan
Halaman Pernyataan
Prakata
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar
Daftar Lampiran
BAB 1 Pendahuluan
Siapa itu Suku Buna’
Lolo goni’on tal: tig kampung hancur
Bakar Aitos (totem kayu: lambang leluhur)
Manepou: Laki-laki yang malang
Ma’as (paceklik) rutin
Kesimpulan

BAB 2 SPIRITUAL CAPITAL
Pengertian istilah ‘Spiritual capital’
Pemahaman tentang ‘spiritual capital’
Peranan ‘Spiritual capital’ dalam Pembangunan
Perbandingan pengertian ‘Spiritual capital’ dengan kearifan
lokal di Pulau Timor
Kesimpulan
Bab 3 Metodologi
Tujuan Penelitian
Metode Penelitian
Metode dan alasan menggunakan Metode
Tempat Penelitian
Instrumen Penelitian
Sample Sumber data
Teknik Pengumpulan Data
Teknis analisis data
Pengujian Keabsahan Data
Organisasi penelitian
Jadwal Penelitian
Sistematika Pemaparan

viii

Bab 4 ORANG HENES-LAKMARAS DALAM KESEHARIAN
Suku Buna’ di Kabupaten Belu
Molo a (makan sirih)
Hoto tuka (melahirkan)
Ton (kawin)
En heser (orang mati)
Kesimpulan
Bab 5 MENATA KEKERABATAN MELALUI PERKAWINAN
Kekerabatan berdasarkan sistim suku: malu-ai
Kekerabatan berdasakan perjanjian pemerintahan: dasa’ rak
Kekerabatan berdasarkan perjanjian: hulo lep
Kekerabatan berdasarkan persamaan bahasa: Buna’
Kesmpulan
Bab 6 KEPEMIMPINAN LOKAL DAN PEREKONOMIAN DESA
Struktur kepemimpinan lokal
Kepala Desa
Perekonomian Desa: kepemilikan tanah
Mar hone : kerja kebun
Mar gosan : hasil kebun
Upacara adat berkaitan dengan pertanian
Pemukiman: tas mil
Kesimpulan
Bab 7 KESENIAN DAN HIBURAN RAKYAT
Harta Kesenian
Tenunan
Seni Anyama dan pintal
Seni Ukir dan pahat
Alat Dapur
Alat Kerja
Senjata
Lukisan
Hatais (Busana )
Teberai’ (Likurai, Tarian dengan genderang) dan Tei (tandak)
Kon titil (Gong dan Genderang)
Diol Gogo (lagu)
Sastra
Permainan Rakyat
Cie ti (adu ayam)
ix

Kute’ gete (main gasing)
Bon gete (main balam)
Barut gete (main kemiri)
Mukat go’on (main tali di tangan)
Hol go’gumi
Kerok
Akan doli’
Hol oko’ go’on
He tayi
Tumi sagal
Kesimpulan
Bab 8

HOT ESEN: ESENSI RELIGI ORANG BUNA
Subyek kepercayaan asli suku Buna’
Tempat pemujaan: Mot
Kesimpulan175

BAB 9 Sintese
BAB 10 Kesimpulan

x

DAFTAR GAMBAR
Peta
1.
Peta 2.
Gambar 1.
Gambar 2.
Peta 3.
Gambar 4
Gambar 5
Gambar 6
Gambar 7
Gambar 8

Wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timu
Wilayah Suku Buna’ dan Desa Henes dan Lakmaras
Ai tos (Patung Leluhur)
Kearifan lokal masyarakat Dawan: Lopo simbol
pembangunan holistik
Peta Kabupaten Belu
Awal terjadinya deu (suku) ai-ba’a
Terjadinya deu malu dan deu ai-ba’a
Seorang laluhur laki-laki (Bei Mone)
Berdirinya Deu Bere gatal
Struktur Kepemimpinan

xi

DAFTAR TABEL
Tabel 1

xii

Luas Wilayah dan kepadatan penduduk