PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL.

(1)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ...………...………

ABSTRAK ……...………...………

KATA PENGANTAR ………....……….…..

UCAPAN TERIMA KASIH ……… DAFTAR ISI ……….…… DAFTAR TABEL ………..………… DAFTAR GAMBAR ……….…………

DAFTAR LAMPIRAN ………..………

i ii ivi v vii xi xiv xvi BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ………

B. Rumusan Masalah ..……….

C. Batasan Masalah …………...……… D. Tujuan Penelitian ……… . E. Manfaat Penelitian ……….

1 9 9 10 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Hakikat Motivasi Berprestasi ………... 1. Pengertian Motivasi Berprestasi ..……….. 2. Karakteristik Motivasi Berprestasi ……….... 3. Prinsip-prinsip Motivasi dan Implikasinya ...

12 12 14 17


(2)

4. Metode-Metode Motivasi ..………... 5. Peningkatan Motivasi Berprestasi Menggunakan Media Audio Visual 6. Pengukuran Motivasi Berprestasi ... B. Hakikat Hasil Belajar ... 1. Pengertian Hasil Belajar …... 2. Tes Hasil Belajar ... 3. Karakteristik hasil Belajar ……….. 4. Karakteristik Evaluasi Hasil Belajar ...………. 5. Pengolahan Data Hasil Penilaian …...…..…... 6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ...….… C. HakikatPenggunaan Media Audio Visual ...………..

1.. Pengertian Media Audio Visual …….………. 2.. Jenis-jenis Media Audio Visual ………...……. ... 3. Karakteristik Media Audio Visual ………... 4. Penggunaan media Audio visual (Video) dalam Pembelajaran... D. Membuat Pupuk Organik ………... 1. Pengertian Pupuk Organik ...………...… 2. Jenis-jenis Pupuk Organik …...………...…………... 3. Karakteristik Pupuk Organik ... 4. Cara Membuat Pupuk Organik ... E. Pembuatan Media Audio Visual (Video) Pupuk Organik..………...

1. Cara Membuat media Audio Visual (Video) Pupuk Organik Dengan Windows Movie Maker ...

18 18 23 25 25 28 31 30 32 33 34 34 35 36 38 39 39 39 43 441 50 51


(3)

2. Cara Menggabungkan Beberapa Video Menjadi Movie

dengan Movie Maker ... F. Penelitian Terdahulu yang Relevan ...………

62 68

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subyek Penelitian ………....………... B. Metode Penelitian Tindakan Kelas ...

1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas ... 2. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas ... 3. Model Penelitian Tindakan Kelas ... 4. Pengolahan Data Tindakan Kelas ... C. Desain Penelitian ...………..

1. Prosedur penelitian Siklus I………...………... 2. Prosedur Penelitian Siklus 2 ....…... 3. Prosedur penelitian Siklus 3 ..………... D. Definisi Operasional ...……… E. Instrumen Penelitian ...………...………... F. Proses Pengembangan Instrumen ………...…... G. Hasil Uji Coba Instrumen ...……….…...………... H. Indikator Keberhasilan ...………...………...…………. I. Teknik Pengumpulan Data ...………..……... J. Teknik Pengolahan Data ..………...…………..

70 70 70 71 74 75 75 76 79 82 84 85 86 93 95 95 97


(4)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ………

B. Pembahasan ………...….

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan ………...………

B. Rekomendasi. ……...……….

DAFTAR PUSTAKA ………

BIODATA PENULIS ... LAMPIRAN – LAMPIRAN ………….……….

103 107

132 140 134 137 138


(5)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kualitas sumber daya manusia merupakan salah satu aspek penting dalam upaya meningkatkan kualitas kehidupan bangsa. Sumber daya manusia adalah para pelaku kehidupan yang secara intens melaksanakan berbagai kegiatan hidup dengan mengedepankan potensi atau kemampuan yang ada dalam dirinya. Kemampuan ini bukan ada begitu saja, melainkan didapatkan dari proses panjang sebuah pendidikan. Undang-undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 pasal 1 menjelaskan bahwa:

pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Dalam standar kompetensi lulusan SMK pun salah satu butirnya menjelaskan bahwa lulusan SMK harus menguasai kompetensi program keahlian dan kewirausahaan baik untuk memenuhi tuntutan dunia kerja maupun untuk mengikuti pendidikan tinggi sesuai dengan kejuruannya. Harapan untuk menghasilkan lulusan atau sumber daya yang bermutu yang punya daya saing juga dituangkan dalam misi SMK Negeri 1 Losarang Indramayu yaitu :

1. Membentuk SDM yang bertakwa, mandiri, aktif, kreatif, inovatif dan mampu bersaing sesuai kompetensi yang dimiliki.


(6)

2. Menciptakan iklim organisasi sekolah kejuruan yang profesional mengacu pada SMM ISO 9001:2008.

3. Melaksanakan diklat kejuruan yang berkualitas untuk memenuhi kebutuhan DUDI di tingkat Nasional maupun Global.

4. Menghasilkan lulusan yang berjiwa enterpreneur dan berwawasan lingkungan Untuk menciptakan kondisi sebagaimana yang kita harapkan, dunia pendidikan mendapat tugas dan kewajiban melakukan proses pendidikan untuk sumber daya manusia yang ada, khususnya anak-anak usia belajar. Untuk melaksanakan hal tersebut, ditempuh dengan menyelenggarakan proses pendidikan yang berkualitas. Guru harus menata ulang setiap proses yang telah, sedang, dan akan kita lakukan terkait dengan proses pendidikan dan pembelajaran. Guru harus berani merombak setiap program yang selama ini belum pernah terlaksana atau dianggap gagal dalam aplikasinya dan digantikan dengan program-program baru yang mempunyai tingkat kemungkinan ketercapaian tinggi, jadi mengajar tidak hanya merupakan rutinitas didaktik tetapi mengajar bisa berbarengan dengan penelitian untuk perbaikan ( pembelajaran berbasis penelitian). Hal ini sesuai dengan pendapat Chaedar Alwasilah (2011:20):

“Lembaga pendidikan seyogianya menyadarai bahwa demi pengajaran yang berkualitas baik, lembaga itu dan individu guru mesti melakukan penelitian secara sinambung”.

Dalam proses kegiatan belajar mengajar tidak jarang guru menemukan berbagai kendala. Seperti yang dialami di SMK Negeri 1 Losarang Indramayu


(7)

khusunya program Agribisnis Produksi Tanaman. Permasalahan tersebut diantaranya :

Diantara lima program keahlian yang ada di SMK negeri 1 Losarang, Program keahlian agribisnis produksi tanaman merupakan program yang jarang dipilih. Kekurangan calon siswa ini berlangsung dari semenjak SMK negeri 1 Losarang berdiri (tahun 1999) sampai dengan sekarang. Hal ini bisa dilihat dari data terbaru pendaftar calon siswa SMK negeri 1 Losarang tahun ajaran 2011/2012.

Tabel 1. 1. Rekapitulasi Pendaftar Calon Siswa SMK N 1 Losarang tahun Ajaran 2011/2012

No .

Proram Keahlian Pendaftar Jumlah

Pendaftar

Jumlah Diterima

L P

1 Teknik Permesinan 151 6 157 64

2 Teknik Mekanik Otomotif 248 13 261 64

3 Agribisnis Produksi Tanaman

14 42 56 64

4 Teknik Elektronika Industri 45 63 108 64

5 Teknik Komputer dan Jaringan

87 217 304 64

Jumlah 545 341 886 320

Program Agribisnis produksi tanaman merupakan pilihan terakhir bagi sebagian besar calon siswa, mereka memilihnya apabila mereka diperkirakan tidak masuk ke program yang lainnya. Hal ini berimbas pada rendahnya kemampuan awal siswa agribisnis produksi tanaman di bandingkan program yang lainnya.


(8)

Tabel 1.2. Perolehan Nilai Test Masuk Calon Siswa SMK Negeri 1 Losarang Tahun Ajaran 2011/2012

No Program Keahlian Nilai

Rata-rata

1 Teknik Permesinan 63,97

2 Teknik Mekanik Otomotif 64,60

3 Agribisnis Produksi Tanaman 56,08

4 Teknik Elektronika Industri 61,17

5 Teknik Komputer dan Jaringan 68,15

Beberapa gejala yang diperlihatkan calon siswa Agribisnis Produksi tanaman setelah menjadi siswa SMK Negeri 1 Losarang adalah kurangnya rasa ingin berkompetisi untuk menjadikan program agribisnis produksi tanaman menjadi program yang terbaik diantara program yang ada di SMK negeri 1 Losarang.

Dalam proses kegiatan belajar mengajar di kelas misalnya kelas X agribisnis 2 masih kedapatan anak yang tidur tidak memperhatikan guru atau teman yang lagi berdiskusi di depan kelas ketika pelajaran teori membuat pupuk organik.

Gambar 1.1. Situasi Proses Belajar Mengajar (masih terdapat anak yang mengantuk/tertidur)


(9)

Dalam kegiatan praktek membuat pupuk organik terdapat beberapa masalah yang dilakukan oleh siswa yaitu:

1. Tidak semua siswa yang mengikuti praktek menggunakan pakaian kerja padahal mereka semuanya telah mempunyai pakaian kerja (wear pack). Dari 34 orang siswa hanya 15 orang yang menggunakan pakaian kerja (wear pack), sisanya 2 orang memakai wear pack hanya sampai pinggang (tidak dipakai sampai atas) dan 17 orang lainnya tidak memakai wear pack.

Gambar 1.2. Beberapa siswa tidak menggunakan pakaian kerja (wear pack) ketika praktek

2. Dalam proses perajangan rumput (gulma yang didapat dari lahan praktek budidaya tanaman) terdapat beberapa orang siswa yang tidak menggunakan alas kayu, padahal banyak kayu bekas yang bisa digunakan. Sehingga pedang yang digunakan langsung bersentuhan dengan lantai. Hal ini akan mempercepat kerusakan pedang (pedang cepat tumpul) dan lantai menjadi rusak.


(10)

Gambar 1.3. Proses perajangan rumput (gulma pertanian) yang tidak menggunakan alas kayu

3. Dalam penggunaan peralatan, beberapa siswa menggunakan peralatan yang bukan peruntukannya. Misalnya saja pecok yang seharusnya dipergunakan untuk menyiangi tanaman dipergunakan untuk merajang rumput. Atau sabit yang digunakan untuk memotong plastik penutup adonan pupuk organik (bokashi)

Gambar 1.4. Penggunaan peralatan praktek yang tidak sesuai peruntukannya


(11)

4. Dalam perajangan rumput tidak menggunakan alat keselamatan kerja (sarung tangan).

5. Tempat fermentasi bahan organik kurang terlindungi sehingga kalau hujan, bahan organik akan terkena air hujan.

6. Ada prosedur praktek yang terlewat (adonan bahan organik tidak diukur kelembaban airnya).

7. Ketika mengalami kegagalan atau pupuknya tidak jadi, mereka tidak berusaha untuk mengulang kembali sampai berhasil.

Gambar 1.5. Pupuk organik yang gagal dibuat, bahan masih belum terurai, berbau dan berair (tidak ada usaha untuk mengulang praktek)

SMK Negeri 1 losarang merupakan sekolah RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional) yang dari segi sarana prasarana relatif lebih lengkap bila di bandingkan dengan SMK-SMK lain yang ada di Indramayu. Bahkan SMK Negeri 1 Losarang menjadi pusat ICT Kabupaten Indramayu dan pusat sumber belajar (PSB). Tapi ternyata sarana prasarana yang relatif lengkap ini belum dimanfaatkan secara maksimal oleh warga sekolah termasuk guru dan siswa,. Hal ini bisa dilihat dari hasil survey kepuasan pelanggan (siswa) yang diadakan oleh team manajemen mutu SMK Negeri 1 Losarang. Angka ketidakpuasan tertinggi


(12)

ternyata pada aspek sarana prasarana yang memang belum termanfaatkan secara maksimal

Tabel 1.3.Tingkat kepuasan pelanggan eksternal (Siswa) tahun ajaran 2011/2012

No Aspek Puas Tidak Puas

Jumlah % Jumlah %

1 Guru 166 73 61 27

2 Kegiatan Belajar mengajar

77 34 150 66

3 Sarana Prasarana 57 25 170 75

4 Layana terhadap siswa 132 58 95 42

Overall 432 47,50 476 52,30

Tingginya angka ketidakpuasan siswa terhadap sarana prasana disusul dengan ketidakpuasan mereka terhadap kegiatan belajar mengajar memang saling berkaitan. Karena sarana prasarana yang ada di SMK Negeri 1 Losarang belum digunakan secara maksimal. Misalnya penggunaan sarana media audio visual dalam proses kegiatan belajar mengajar.

Penggunaan media audio visual dalam proses pembelajaran dilakukan untuk membantu guru dalam mengajarkan konsep-konsep yang abstrak yang tidak dapat diamati oleh siswa secara langsung serta memudahkan siswa untuk dapat memahami atau menguasai konsep yang disampaikan. Hal ini sesuai dengan salah satu fungsi dari media pembelajaran yaitu “mewujudkan pembelajaran konsep atau tema pelajaran yang abstrak ke dalam bentuk konkrit” (Sudjana dan Rivai,2001: 2).

Siswa dapat mengamati tahapan-tahapan suatu proses melalui penyajian materi pelajaran dengan menggunakan media audio visual. Penggunaan media audio visual dalam proses pembelajaran dapat menambah perhatian siswa untuk


(13)

memahami materi yang bersifat abstrak, karena siswa seolah-olah berhadapan dengan objek yang sebenarnya. Selain itu. tampilan dari audio visual ini bersifat dinamis sehingga tidak memberikan rasa bosan dan jenuh bagi siswa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah yang akan diungkap dalam penelitian ini adalah: "Bagaimanakah upaya peningkatan motivasi berprestasi dan hasil belajar siswa SMK Program Agribisnis Produksi Tanaman melalui penggunaan media audio visual pada standar kompetensi membuat pupuk organik? ".

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini dijabarkan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Seberapa besar peningkatan motivasi berprestasi pada standar kompetensi membuat pupuk organik dengan menggunakan media audio visual?

2. Seberapa besar peningkatan hasil belajar siswa pada standar kompetensi membuat pupuk organik dengan menggunakan media audio visual?

3. Bagaimanakah upaya guru bersama siswa dalam meningkatkan motivasi berprestasi siswa pada standar kompetensi membuat pupuk organik?

C. Batasan Masalah

Untuk menghindari meluasnya permasalahan, maka masalah pada penelitian ini dibatasi sebagai berikut:

1. Media audio visual yang yang digunakan dalam penelitian ini berupa video yang berhubungan dengan pembuatan pupuk organik


(14)

2. Standar kompetensi yang digunakan dalam penelitian ini adalah membuat pupuk organik

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pertanyaan penelitian yang telah dikemukakan di atas, yang menjadi tujuan diadakannya penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui seberapa besar peningkatan motivasi berprestasi pada standar kompetensi membuat pupuk organik dengan menggunakan media audio visual.

2. Untuk mengetahui seberapa besar peningkatan hasil belajar siswa pada standar kompetensi membuat pupuk organik dengan menggunakan media audio visual.

3. Untuk mengetahui upaya guru bersama siswa dalam meningkatkan motivasi berprestasi siswa pada standar kompetensi membuat pupuk organik.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat kepada pihak-pihak tertentu, diantaranya :

1. Bagi Siswa

a. Meningkatkan hasil belajar siswa pada standar kompetensi membuat pupuk organik

b. Memotivasi siswa dalam pembelajaran standar kompetensi membuat pupuk organik


(15)

c. Memberikan pengalaman belajar baru dengan menggunakan media audio visual

d. Memberikan suasana belajar yang baru bagi siswa agar tidak monoton dan diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Bagi Guru

a. Memberikan rujukan berkreasi dalam pembelajaran bagi guru dalam mengajarkan standar kompetensi membuat pupuk organik

b. Menjadi pertimbangan guru dalam memilih bahan pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan kepada siswa

c. Membantu guru mengatasi permasalahan dalam kelas pada pembelajaran membuat pupuk organik

d. Memotivasi guru untuk lebih menguasai teknologi dan dapat menerapkannya pembelajaran di dalam kelas

3. Bagi sekolah

a. Membantu sekolah dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran pertanian b. Meningkatkan pencitraan sekolah di masyarakat luas


(16)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Subyek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 1 Losarang Indramayu. Sementara subjek dalam penelitian ini adalah adalah siswa kelas X program agribisnis produksi tanaman tahun ajaran 2011/2012 semester genap. Jumlah siswa di kelas adalah 34. Siswa tersebutlah yang dijadikan subjek selama penelitian yang dilakukan tiga siklus yang setiap siklusnya dua kali pertemuan

B. Metode Penelitian Tindakan Kelas 1. Pengertian Penelitian Tindakan kelas

Menurut Uno (2011:41) penelititian tindakan kelas adalah

penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik, dan hasil belajar siswa meningkat.

Sedangkan menurut Abidin (2009:106) penelitian tindakan kelas pada dasarnya adalah “penelitian yang dilakukan untuk memecahkan masalah, mengkaji langkah pemecahan masalah itu sendiri, dan atau memperbaiki proses pembelajaran secara berulang atau bersiklus”.


(17)

2. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas

Menurut Uno (2011:41) karakteristik PTK dan yang membedakannya dengan jenis penelitian lain dapat dilihat pada ciri-ciri sebagai berikut:

a. Masalah dalam PTK dipicu oleh munculnya kesadaran pada diri guru bahwa praktik yang dilakukannya selama ini di kelas mempunyai masalah yang harus diselesaikan. Dengan perkataan lain, guru merasa ada sesuatu yang perlu diperbaiki dalam praktik pembelajaran yang dilakukannya selama ini, dan perbaikan tersebut diprakarsai dari dalam guru sendiri (an inquiry of pratice from within), bukan oleh orang dari luar. Tegasnya, kepedulian guru terhadap kualitas pembelajaran yang dikelolanya merupakan awal dari munculnya masalah yang perlu dicari jawabannya. Hal ini berbeda dengan penelitian biasa, yang secra umum adanya masalah ditandai oleh peneliti yang biasanya berasal dari luar lingkungan yang mempunyai masalah tersebut. Sebagai contoh, guru merasa risau karena hasil latihan menunjukkan hanya 40% dari jumlah siswa yang menguasai penggunaan rumus matematika yang sudah dijelaskan berkali-kali, sehingga guru ingin meneliti apa sebabnya dan kemudian bagaimana cara memperbaikinya?

b. Self reflective inquiry atau penelitian melalui refleksi diri, merupakan ciri PTK yang paling esensial. Berbeda dengan penelitian biasa yang mengumpulkan data dari lapangan atau objek atau tempat lain seperti responden, maka PTK mensyaratkan guru mengumpulkan data dari praktiknya sendiri melalui refleksi diri. Ini berarti guru mencoba mengingat kembali apa yang dikerjakannya di dalam kelas, apa dampak tindakan


(18)

tersebut bagi siswa? Dari hasil renungan tersebut, guru mencoba menemukan kelemahan dan kekuatan dari tindakan yang dilakukannya, dan mencoba memperbaiki kelemahan dan mengulangi bahkan menyempurnakan tindakan-tindakan yang dianggap sdah baik. Dengan demikian, data yang dikumpulkan dari praktik sendiri, bukan dari sumber data yang lain. Pengumpul data adalah guru yang telibat dalam kegiatan praktik sehingga dalam hal ini guru mempunyai fungsi ganda, yaitu sebagai guru dan sebagai peneliti. Metodologi yang digunakan agak longgar, namun data dikumpulkan secara sistematik, sesuai dengan kaidah-kaidah penelitian dan rencana yang dibuat. Sebagai contoh, guru yang menghadapi masalah dengan tingkat penguasaan siswa yang rendah dalam menerapkan rumus matematika mencoba melakukan refleksi terhadap apa yang sudah dikerjakannya. Untuk melakukan refleksi guru bertanya kepada diri sendiri, misalnya dengan mengajukan pertanyaan sebagai berikut:

1) Mengapa siswa tidak mengerti apa yang saya sudah jelaskan?

2) Mengapa siswa tidak mau bertanya tentang apa yang tidak jelas dari apa yang saya jelaskan?

3) Apakah penjelasan saya tentang materi itu terlampau cepat? 4) Apakah contoh yang saya berikan dimengerti siswa?

5) Apakah saya sudah memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya?? 6) Apakah saya telah memberi latihan yang memadai?

7) Apakah latihan siswa sudah saya komentari?


(19)

9) Apakah saya terlalu tegang memberikan penjelasan?

10)Mungkin kalau penjelasan saya disampaikan dengan humoris, siswa lebih fokus menerimanya?

Dari pertanyaan tersebut, guru akan dapat memperkirakan penyebab dari masalah yang dihadapi. Berdasarkan penyebab tersebut, guru akan mencoba mencari jalan keluar untuk memperbaiki/meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam hal ini tentu saja guru dapat meminta bantuan koleganya atau dosen LPTK untuk menemukan cara memecahkan masalah yang dihadapi.

c. Penelitian tindakan kelas dapat dilakukan di dalam kelas, sehingga fokus penelitian ini adalah kegiatan pembelajaran berupa perilaku guru dan siswa dalam melakukan interaksi belajar mengajar.

d. Penelitian tindakan kelas bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran. Perbaikan dilakukan secara bertahap dan terus menerus, selama kegiatan penelitian dilakukan. Oleh karena itu, dalam PTK dikenal adanya siklus pelaksanaan berupa pola: perencanaan – pelaksanaan – observasi – refleksi – revisi (perencanaan ulang). Ini tentu berbeda dengan penelitian biasa, yang biasanya tidak disertai dengan perlakuan yang berupa siklus. Ciri ini merupakan ciri khas penelitian tindakan, yaitu adanya tindakan yang berulang-ulang sampai didapat hasil yang terbaik.


(20)

.3. Model Penelitian Tindakan Kelas

Model penelitian kelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Kemmis & Mc Taggart. Model ini merupakan pengembangan dari konsep dasar yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin.. Hanya saja komponen action (tindakan) dengan Observing (pengamatan) dijadikan sebagai satu kesatuan. Disatukannya kedua komponen tersebut disebabkan oleh adanya kenyataan antara implementasi acting dan observing merupakan dua kegiatan yang tidak terpisahkan. Maksudnya, kedua kegiatan haruslah dilakukan dalam satu kesatuan waktu, begitu berlangsungnya suatu tindakan begitu juga observasi juga harus dilaksanakan. Untuk lebih tepatnya, berikut ini dikemukakan bentuk desainnya (Mulyasa: 2010)

Gambar 2.3

PLAN REFLEKTIVE

Action/ Observation

Received Plan REFLEKTIVE

Action/ Observation

REFLEKTIVE

Received Plan

Action/ Observation


(21)

4. Pengolahan data Penelitian Tindakan Kelas

Menurut abidin (2009:115) metode yang digunakan untuk menganalisis data sangat bergantung pada jenis data yang dikumpulkan.

Jika data yang dikumpulkan data kuantitatif, metode statistik atau quasistatistik dapat digunakan untuk memperoleh data penelitian. Sebaliknya, jika data yang dikumpulkan berupa data kualitatif, metode pengolahan data yang digunakan adalah metode kualitatif meliputi kegiatan segmentasi data, kategorisasi, klasifikasi, pengelompokan segmentasi kategori, dan penyimpulan hasil penelitian.

Sedangkan menurut Uno (2011: 120) dalam menganalisis data penelitian tindakan kelas harus ;

Menyajikan uraian masing-masing siklus dengan data lengkap, mulai dari perencanaan, pelaksanaan pengamatan, dan refleksi yang berisi tentang aspek keberhasilan dan kelemahan yang terjadi. Perlu ditambahkan hal yang mendasar , yaitu hasil perubahan (kemajuan) pada diri siswa, lingkungan, guru sendiri, motivasi, dan aktivitas belajar, situasi kelas, hasil belajar. Kemukakan grafik dan tabel secara optimal, hasil analisis data yang menunjukkan perubahan yang terjadi disertai pembahasan secara sistematik dan jelas.

Dalam penelitian ini dilakukan analisis hasil penelitian dengan cara membandingkan hasil motivasi dan hasil belajar masing-masing siklus. Keberhasilan dalam penelitian ini dilihat dari adanya peningkatan skor rata-rata, skor minimum, skor maksimum, serta peningkatan prosentase siswa yang termotivasi baik atau siswa yang memiliki hasil belajar kompeten dari siklus sebelumnya,

C. Desain Penelitian

Penelitian ini dibagi menjadi tiga siklus yang tiap siklusnya terdiri dari empat tahap, yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi dan tahap refleksi


(22)

1. Prosedur Penelitian Siklus I

Tabel 3.1 Prosedur penelitian Siklus I

Tahap Kegiatan Pelaksana Waktu

Perencanaan  Sebelum melakukan perencanaan tindakan pada siklus I, dilakukan analisis studi pustaka dan

pendahuluan dengan cara

mengadakan wawancara non formal kepada guru-guru produktif

agribisnis produksi tanaman untuk menemukan permasalahan termasuk mengamati kegiatan belajar

mengajar membuat pupuk organik  Menentukan kelas yang dijadikan

subjek penelitian.

 Merancang kegiatan Belajar mengajar (RPP) yang akan

digunakan pada sklus I dan terbagi atas dua kali pertemuan masing-masing 2 x 45 menit dan 4 x 45 menit. Pertemuan pertama digunakan untuk penjelasan teori

Peneliti dan guru produktif pertanian

21 April 2012 s.d. 4 Mei 2012


(23)

membuat pupuk organik. Media pembelajaran yang digunakan adalah media audio visual tentang manfaat dan cara pembuatan pupuk organik.. Pertemuan kedua praktek membuat pupuk organik

 Menyusun instrumen penelitian berupa rencana pembelajaran, soal postest, angket motivasi, serta format penilaian praktek bagi siswa siswa.

 Menentukan media audio

visual/video yang akan ditampilkan (video hasil karya guru bersama siswa berjumlah satu buah dan video hasil download internet berjumlah empat buah)

Pelaksanaan  Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah

dipersiapkan dengan menggunakan media audio visual. Media audio visual yang ditampilkan adalah:

Peneliti dan guru pengajar membuat pupuk organik

5 Mei 2012 dan 7 Mei 2012


(24)

-Video manfaat pupuk

organik/pengaplikasian pupuk organik di lapangan (Video hasil karya guru bersama siswa) -Video pembuatan pupuk

organik/kompos (Video hasil download internet)

-Video pengolahan sampah pasar menjadi kompos (Video hasil download internet)

-Video proses pombuatan pupuk organik basah(Video hasil download internet)

-Video Mengolah sampah organik secara mandiri (Video hasil download internet)

Observasi  Selama pembelajaran berlangsung, para observer melakukan observasi terhadap aktivitas yang dilakukan siswa

 Selama kegiatan praktek membuat pupuk organik, guru, observer dan peneliti bersama-sama menilai kinerja praktek anak

 Memberikan postest dan angket motivasi pada akhir pembelajaran untuk evaluasi

Peneliti dan guru pengajar membuat pupuk organik

5 Mei 2012 dan 7 Mei 2012


(25)

Refleksi  Melakukan analisis hasil kinerja praktek siswa dan jawaban siswa terhadap postest serta angket motivasi yang telah diberikan.  Melakukan refleksi terhadap hasil

yang diperoleh pada siklus I

termasuk mencatat kekurangan dan kelebihan yang dapat teramati  Berdasarkan hasil postest, nilai

kinerja praktek, dan angket

motivasi yang telah diberikan serta masukan dari para observer perlu penambahan video yang dibuat guru bersama-sama siswa (satu menjadi dua) serta pengurangan video hasil download internet. (empat menjadi tiga)

Peneliti dan guru produktif pertanian

8 Mei 2012 -9 Mei 2012

2. Prosedur Penelitian Sklus 2

Tabel 3.2 Prosedur penelitian Siklus 2

Tahap Kegiatan Pelaksana Waktu


(26)

untuk memperbaiki kekurangan pada siklus I sesuai hasil

pengamatan observer

 Menambah jumlah video hasil karya guru bersama siswa (satu menjadi dua) dan mengurangi video hasil download internet (empat menjadi tiga)

guru produktif pertanian

2012-11 Mei 2012

Pelaksanaan  Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran dengan

menggunakan media audio visual. Media audio visual yang

ditampilkan adalah: - Video manfaat pupuk

organik/pengaplikasian pupuk organik di lapangan (Video hasil karya guru bersama siswa)

- Video pembuatan pupuk organik dengan menggunakan EM4 (film hasil karya siswa)

- Video pembuatan pupuk organik/kompos (Video hasil download internet)

- Video pengolahan sampah

Peneliti dan guru pengajar membuat pupuk organik

12 Mei 2012 dan 14 Mei 2012


(27)

pasar menjadi kompos (Video hasil download internet)

- Video proses pembuatan pupuk organik basah (video hasil download internet) Observasi  Selama pembelajaran berlangsung

para observer melakukan observasi terhadap aktivitas yang dilakukan siswa

Memberikan post test dan angket motivasi pada akhir pembelajaran untuk evaluasi

Peneliti dan guru pengajar

membuat pupuk organik

12 Mei 2012 dan 14 Mei 2012

Refleksi Melakukan analisis hasil kinerja praktek siswa dan jawaban siswa terhadap postest serta angket motivasi yang telah diberikan. Melakukan refleksi terhadap hasil

yang diperoleh pada siklus dua termasuk mencatat kekurangan dan kelebihan yang dapat teramati Berdasarkan hasil post test, nilai

kinerja praktek, dan angket motivasi yang telah diberikan serta masukan dari para observer perlu penambahan

Peneliti dan guru produktif pertanian

15 Mei 2012 dan 16 Mei 2012


(28)

video yang dibuat guru bersama-sama siswa (dua menjadi tiga) serta pengurangan video hasil download internet (tiga menjadi dua).

3. Prosedur Penelitian Sklus 3

Tabel 3.3 Prosedur penelitian Siklus 3

Tahap Kegiatan Pelaksana Waktu

Perencanaan Membuat rencana pembelajaran untuk memperbaiki kekurangan pada siklus dua sesuai hasil pengamatan observer, guru dan peneliti

Menambah humlah video hasil karya guru bersama siswa (dua menjadi tiga) dan mengurangi jumlah video hasil download internet (tiga menjadi dua).

Peneliti dan guru produktif pertanian

18 Mei 2012

Pelaksanaan Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran dengan

menggunakan media audio visual. Media audio visual yang

Peneliti dan guru pengajar membuat pupuk organik

19 Mei 2012 dan 21 Mei 2012


(29)

ditampilkan adalah: -video manfaat pupuk

organik/pengaplikasian pupuk organik di lapangan (film hasil karya guru bersama siswa) -video pembuatan EM4 (film hasil

karya guru bersama siswa) -video pembuatan pupuk organik

dengan menggunakan EM4 (film hasil karya guru bersama siswa) -video pembuatan pupuk

organik/kompos (film hasil download internet)

-video proses pembuatan pupuk organik basah (film hasil download internet)

Observasi Selama pembelajaran berlangsung para observer melakukan observasi terhadap aktivitas yang dilakukan siswa

Memberikan postest dan angket motivasi pada akhir pembelajaran untuk evaluasi

Peneliti dan guru pengajar

membuat pupuk organik

19 Mei 2012 dan 21 Mei 2012

Refleksi Identifikasi kekurangan dan

kelebihan yang muncul pada siklus tiga.

Peneliti dan guru

22 Mei 2012 s.d. 26


(30)

Tahap ini mencakup analisis data hasil evaluasi belajar yang meliputi pengujian secara tertulis dan praktek dengan menghitung hasil postest dan nilai praktek siklus dua dan siklus tiga. Data-data yang diperoleh pada siklus tindakan ditabulasi dan diolah untuk mengetahui peningkatan pemahaman siswa setelah pembelajaran dengan

menggunakan audio visual. Anket motivasi berprestasi pada siklus dua dan tiga juga dianalisis untuk mengetahui peningkatan motivasi berprestasi siswa.

Mei 2012

D. Definisi Operasional

1. Motivasi berprestasi adalah keinginan untuk mencapai keberhasilan dengan cara mengatasi hambatan dan berusaha melakukan sesuatu dengan baik, yang dapat diukur melalui sensitif terhadap hal-hal yang berkaitan dengan peningkatan prestasi unggul, kegiatan pencapaian prestasi unggul, cermat melakukan target prestasi, usaha menanggulangi penghambat pencapaian


(31)

keberhasilan, menemukan suatu cara yang lebih mudah dan singkat, menyukai tantangan, kesempurnaan tugas, serta percaya diri dan tangguh menyelesaikan tugas.

2. Hasil Belajar, siswa merupakan produk dari proses pembelajaran yang sudah dilakukan. Hasil belajar siswa pada penelitian ini diperoleh setelah siswa mengikuti pembelajaran dengan menggunakan media audio visual yang diukur dengan tes. Hasil belajar siswa juga didapatkan dari kegiatan praktek siswa. Sehingga nilai akhir hasil belajar siswa didapatkan dari akumulasi nilai tes dan nilai praktek.

E. Instrumen Penelitian 1. Instrumen Pembelajaran

Perangkat pembelajaran terdiri atas RPP (rencana Pelaksanaan Pembelajaran), LKS (lembar Kerja Siswa) materi, dan sarana pembelajaran media audio visual

2. Instrumen Pengumpulan Data a. Lembar Observasi

Lembar observasi ini merupakan lembar observasi untuk melihat siswa selama kegiatan belajar mengajar (KBM). Lembar observasi ini ini diisi oleh observer (peneliti bertindak sebagai observer) dan guru pengajar berdasarkan hasil pengamatan

b. Tes tertulis


(32)

c. Angket motivasi

Instrumen ini terdiri dari 22 pertanyaan mengenai motivasi berprestasi siswa.

d. Pedoman Wawancara Guru

Pedoman wawancara ini digunakan untuk mengetahui respon guru terhadap penggunaan media audio visual pada standar kompetensi membuat pupuk organik. Hasil wawancara dengan guru ini digunakan sebagai data penunjang

e. Pedoman Wawancara Siswa

Pedoman wawancara ini digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap penggunaan media audio visual pada standar kompetensi membuat pupuk organik. Hasil wawancara dengan guru ini digunakan sebagai data penunjang

F. Proses Pengembangan Instrumen

Berdasarkan landasan teoritis dan definisi operasional yang telah diuraikan di atas maka dalam penelitian ini digunakan kuesioner/angket dan tes objektif.

1. Uji Coba Instrumen

Dalam penelitian menggunakan metode kuantitatif, kualitas pengumpulan datanya sangat ditentukan oleh kualitas instrumen atau alat pengumpulan data yang digunakan. Instrumen disebut berkualitas dan dapat dipertanggungjawabkan


(33)

instrumen penelitian yang baik adalah instrumen yang valid dan reliable. Valid mengandung arti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data itu dapat mengungkapkan data dari variabel yang akan diteliti secara tepat dan reliable berarti konsisten, dengan kata lain apabila intrumen digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama akan tetap menghasilkan data yang sama pula.

a. Uji Validitas Instrumen

Untuk menguji validitas butir pada angket dan tes pilihan ganda dilakukan dengan menggunakan persamaan korelasi product moment dari Karl Pearson (Riduwan,2007:217), yang berfungsi untuk mengetahui korelasi antara skor pada setiap butir angket atau soal dengan skor total, dengan persamaan sebagai berikut :

�ℎ� �� = �

. � � . �. 2− 2 ..

�2− � 2

Dimana : hitung

r

= koefisien korelasi,

X = jumlah skor item, i

Y = jumlah skor total (seluruh item), i

n = jumlah responden.

Kriteria yang dijadikan dasar untuk mengetahui valid tidaknya sebuah butir instrumen adalah dengan melihat besarnya nilai ”r” antara skor butir dengan skor total, dengan ketentuan, apabial rhitung bernilai positip dan lebih besar dari


(34)

bernilai negatif atau lebih kecil dari rtabel (rhitung < rtabel) maka butir tersebut di-nyatakan tidak valid (gugur) dan tidak bisa digunakan untuk instrumen.

Selanjutnya dihitung dengan Uji-t untuk mengetahui signifikansinya dengan rumus uji signifikansi korelasi :

1 2

2

r n r t

  

Harga t hitung tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga t Tabel. Untuk kesalahan 5% uji dua pihak dan dk = n – 2. Kaidah keputusannya: Jika thitung > ttabel berarti item valid, sebaliknya jika thitung < ttabel berarti item tidak

valid

Daya Pembeda (soal pilihan ganda)

Untuk soal pilihan ganda soal yang baik adalah soal yang dapat membedakan kelompok siswa yang berkemampuan tinggi dan berkemampuan rendah. Indeks yang dapat mengukur perbedaan itu adalah daya pembeda (item discrimination). Dengan demikian daya pembeda soal sama dengan validitas soal. Daya pembeda soal diperoleh melalui perhitungan :

��= 2( − ) atau

��= … Zulaiha (2008:4)

dimana :


(35)

KA = banyak siswa pada kelompok atas yang menjawab benar KB = banyak siswa pada kelompok bawah yang menjawab benar N = banyak siswa

nA = banyak siswa pada kelompok atas nB = banyak siswa pada kelompok atas

Menurut kriteria yang berlaku di Pusat Penilaian Pendidikan (Zulaiha, 2008:5) soal yang baik atau dapat diterima bila memiliki daya pembeda soal diatas 0,25, karena soal tersebut dapat membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dan berkemampuan rendah. Berikut kriteria daya pembeda soal menurut Pusat Penilaian Pendidikan :

Tabel 3.4. Kriteria Daya Pembeda

Kriteria Daya Pembeda Keterangan

DP > 0,25 Diterima

0 < DP ≥ 0,25 Diperbaiki

DP ≤ 0 Ditolak

(Zulaiha, 2008:5)

Tingkat Kesukaran. (untuk soal pilihan ganda)

Setelah daya pembeda soal diperoleh, langkah selanjutnya adalah menentukan tingkat kesukaran soal. Tingkat kesukaran adalah proporsi siswa yang menjawab benar. Tingkat kesukaran berkisar antara 0 sampai dengan 1. Makin besar tingkat kesukaran makin mudah soal tersebut, begitupula sebaliknya.

Tingkat kesukaran soal diperoleh melalui perhitungan dengan rumus :

� =


(36)

Dimana :

TK = Tingkat Kesukaran

JB = banyak siswa yang menjawab benar n = banyak siswa

dengan kriteria sebagai berikut :

Tabel 3.5. Kriteria Tingkat Kesukaran Kriteria Tingkat Kesukaran Keterangan

TK < 0,3 Sukar

0,3 ≤ TK ≤ 0,7 Sedang

TK > 0,7 Mudah

( Zulaiha, 2008:6)

Untuk mengetahui berfungsi tidaknya pengecoh dilihat dari tingkat kesukaran, maka harus dilakukan perhitungan penyebaran pilihan jawaban, yaitu proporsi siswa yang menjawab pilihan jawaban tertentu. Suatu pengecoh dikatakan berfungsi bila dipilih paling sedikit oleh 2,5% (≥ 0,025).

b. Uji Reliabilitas Instrumen

Keterandalan (reliabilitas) menyangkut ketepatan alat ukur, jika alat itu tepat dalam pengertian alat ukur itu stabil maka dapat diandalkan (dependability) dan dapat diramalkan (predicability). Suatu instrumen dikatakan reliabel jika instrumen itu memberikan hasil yang sama meskipun telah dipakai untuk mengukur berulang kali.


(37)

Untuk menguji reliabilitas instrumen digunakan rumus koefisien alpha yang dikemukakan oleh Cronbach (Arikunto, 2006).

1. Nilai reliabilitas dihitung dengan menggunakan rumus alpha seperti berikut :

2

11 1 2

1 n t k r k

       Keterangan :

r11 = reliabilitas instrumen

k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya item

n2 = jumlah varian butir

t2 = varians total

dengan : 2 2 2 ( ) n X X n n

    n 2

= varians butir tiap item

n = jumlah responden uji coba instrumen

X)2 = kuadrat jumlah skor seluruh responden dari setiap item

X2 = jumlah kuadrat jawaban responden dari setiap item

Varians total dihitung dengan rumus : 2 2 2 ( ) t Y Y n n

   


(38)

dengan ;

t 2

= varians total

n = jumlah responden uji coba instrumen

Y)2 = kuadrat jumlah skor seluruh responden dari setiap item

Y2 = jumlah kuadrat skor responden

Suatu kuesioner disebut reliabel/handal jika jawaban-jawaban responden konsisten. Reliabilitas dapat diukur dengan jalan mengulang pertanyaan yang mirip pada nomor-nomor berikutnya, atau dengan jalan melihat konsistensinya (diukur dengan korelasi) dengan pertanyaan lain.

Uji realibilitas instrumen dilakukan untuk menguji instrumen yang sudah valid. Cara pengujian yang digunakan pada penelitian ini adalah internal consistency yaitu mencobakan instrumen sekali saja, kemudian data dianalisis dengan teknik belah dua dari Spearman Brown (spilt half). Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :

1.Data item hasil uji coba instrumen yang sudah dinyatakan valid dibelah menjadi dua kelompok yaitu kelompok item instrumen ganjil (X) dan kelompok item instrumen genap (Y), sehingga menghasilkan total skor dari masing-masing kelompok.

2.Kemudian skor total antara kedua kelompok ganjil dan genap dicari korelasinya, dengan rumus :


(39)

3.Setelah didapat nilai atau harga koefisien korelasi kemudian dimasukkan dalam rumus Spearman Brown (Riduwan,2007:221)

Dimana :

r11 = koefisien reliabilitas internal

rb = koefisien korelasi Product Moment antara belahan ganjil dan genap

4.Menetapkan nilai rtabel dengan menggunakan koefisien Alpha (α) dari

Cronbach. pada taraf signifikansi α = 0,005 dan derajat kebebasan dk = N – 2

5.Membandingkan nilai r11 dengan rtabel dengan kaidah keputusan, jika r11

rtabel berarti reliabel dan jika r11 rtabel berarti tidak reliabel.

G. Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian

Hasil uji coba instrumen penelitian adalah sebagai berikut : 1. Hasil uji coba instrumen Motivasi berprestasi

Dari 24 item pernyataan dalam angket terdapat 2 item dinyatakan tidak valid atau tidak reliabel, yaitu item no 12,dan 23 sedangkan 22 butir item lainnya dinyatakan valid dan reliabel dan memenuhi syarat untuk menjadi item-item instrumen penelitian variable motivasi berprestasi

Setelah disusun ulang item-item pernyataan di atas, maka kisi-kisi instrumen penelitian menjadi :


(40)

Tabel 3.6 Kisi-kisi instrumen penelitian Variabel Motivasi berprestasi

Variabel Indikator Butir Pernyataan

Positif (+) Negatif (-) Motivasi

Berpestasi

Sensitif terhadap hal-hal yang berkaitan dengan peningkatan prestasi unggul

1,2 3

Kegiatan pencapaian prestasi unggul

4,5 6

Cermat menentukan target prestasi

7,8 9

Usaha menanggulangi penghambat pencapaian keberhasilan

10 11

Menemukan suatu cara yang lebih mudah dan singkat

12,14 13

Menyukai tantangan 15,17 16

Kesempurnaan penyelesaian tugas

18,20 19

Percaya diri dan tangguh menyelesaikan tugas

21 22

2. Hasil uji coba instrumen Hasil Belajar (tes tulis pilihan ganda)

Dari 16 item pernyataan dalam angket terdapat 1 butir item dinyatakan tidak valid atau tidak reliabel, yaitu item no 15 sedangkan 15 butir item lainnya dinyatakan valid dan reliable dan memenuhi syarat untuk menjadi item-item instrumen penelitian untuk variabel hasil belajar. Setelah disusun ulang dari item-item pernyataan diatas, maka kisi-kisi instrumen penelitian menjadi :

Tabel 3.7 Kisi-kisi instrumen penelitian Hasil belajar

Variabel Indikator Nomor Butir

Soal Hasil

Belajar

Prinsip-prinsip pembuatan pupuk oganik

diidentifikasi berdasarkan tujuan, fungsi, dan sifat pupuk organik

1,2,3,4,5,

Peralatan diidentifikasi berdasarkan fungsinya yang disesuaikan dengan prosedur kerja dalam tahapan pembuatan pupuk organik


(41)

Kegiatan proses pembuatan pupuk

memperhatikan prosedur keselamatan dan kesehatan kerja

9,10,11,12,1 3,14,15

H. Indikator Keberhasilan

Keberhasilan penelitian ini diperoleh dari akumulasi nilai yang didapat siswa hasil tes tertulis, nilai kegiatan praktek dan isian instrumen motivasi berprestasi siswa. Tes tulis pilihan ganda untuk mengukur kemempuan kognitif siswa, kegiatan praktek untuk mengukur kemampuan apektif dan psikomotor siswa. Sedangkan untuk mengukur peningkatan motivasi berprestasi siswa digunakan instrumen motivasi siswa. Perolehan hasil belajar diharapkan ada peningkatan hasil belajar siswa dibandingkan dengan data awal yang didapat dari nilai pos test membuat pupuk organik sebelum perlakuan (tindakan I). Untuk dapat melihat peningkatan hasil belajar siswa, menggunakan indikator sekurang-kurangnya 90 % dari jumlah seluruh siswa tuntas belajar /kompeten dengan kriteria ketuntasan minimum (KKM) 70. Sedangkan untuk melihat peningkatan motivasi berprestasi siswa menggunakan indikator minimal 70 % dari jumlah siswa termotivasi berprestasi dengan baik (motivasi kuat atau sangat kuat) melalui penggunaan media audio visual

I. Teknik Pengumpulan data

Untuk mengetahui peningkatan motivasi berprestasi siswa dan hasil belajar siswa pada standar kompetensi membuat pupuk organik dibutuhkan metode dan alat pengumpul data (instrmen penelitian). Dalam penelitian ini digunakan metode


(42)

kuesioner/angket untuk motivasi berrprestasi siswa. Sedangkan untuk hasil belajar digunakan metode tes.

1. Metode Kuesioner/Angket

Kuesioner dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data motivasi berprestasi siswa. Angket yang digunakan adalah angket dengan pola jawaban tertutup dengan skala pengukuran menggunakan skala Likert. Oleh karena itu angket ini dirancang menggunakan skala Likert dengan empat alternatif jawaban, maka responden hanya diminta memilih alternatif jawaban yang tersedia. Adapun pola penskorannya (scoring) adalah sebagai berikut :

Tabel 3.8. Skor opsi skala sikap

No OPSI SKOR

1. Sangat setuju 4

2. Setuju 3

3. Tidak setuju 2

4. Sangat tidak setuju 1

2. Metode Tes

Tes adalah cara atau prosedur dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan. Untuk mengukur seberapa jauh tujuan - tujuan pengajaran telah tercapai. Untuk mengukur hasil belajar pada ranah kognitif biasanya digunakan tes tertulis atau lisan. Sedangkan untuk mengukur hasil belajar ranah afektif dan psikomotor biasanya digunakan tes praktek.

Salah satu bentuk tes tertulis untuk mengukur hasil belajar ranah kognitif adalah tes pilihan ganda. Tes pilihan ganda adalah bentuk tes obyektif yang mempunyai ciri utama kunci jawaban jelas dan pasti sehingga hasilnya dapat


(43)

diskor secara obyektif. Hal ini disebabkan setiap jawaban diberi skor yang sudah pasti dan tidak mengenal jawaban di antara benar dan salah atau jawaban benar sebagian saja. Sedangkan bentuk tes untuk mengukur hasil belajar ranah afektif dan psikomotor adalah tes praktek. Pada tes praktek digunakan pedoman penilaian praktek.

J. Teknik Pengolahan data

Terdapat dua jenis data yaitu data kuantitatif dan kualitatif berikut di bawah ini:

1. Data Kuantitatif

Data ini diperoleh dari penilaian tes tulis maupun praktek. Selain itu data kuantitatif diperoleh dari hasil angket motivasi berprestasi siswa. Berikut adalah teknik pengolahan data kuantitatif :

a. Mengukur motivasi berprestasi siswa

Dalam pengukuran motivasi berprestasi siswa menggunakan skala likertyang ditunjukkan pada tabel 3.9

Tabel 3.9 Skala likert No Simbol Keterangan Skor item

positif

Skor item negatif

1 SS Sangat setuju 4 1

2 S Setuju 3 2

3 TS Tidak setuju 2 3

4 STS Sangat tidak setuju 1 4

Berdasarkan jawaban responden selanjutnya akan diperoleh suatu kecenderungan atas jawaban responden tersebut. Angket yang dibagikan dengan


(44)

menggunakan skala likert. Maka perhitungan skor skor skor atas jawaban responden dilakukan dengan rumus sebagai berikut :

Skor indeks =( (F1 x 1) + (F2 x 2) + (F3 x 3) + (F4 x 4) Dimana keterangan untuk pernyataan positif, yatu:

F1 = frekuensi jawaban responden yang menjawab 1 (sangat tidak setuju) F2 = frekuensi jawaban responden yang menjawab 2 (tidak setuju)

F3 = frekuensi jawaban responden yang menjawab (setuju)

F4 = frekuensi jawaban responden yang menjawab 4 (sangat setuju) Skor indeks =( (F1 x 1) + (F2 x 2) + (F3 x 3) + (F4 x 4) Dimana keterangan untuk pernyataan negatif, yatu:

F1 = frekuensi jawaban responden yang menjawab 1 (sangat setuju) F2 = frekuensi jawaban responden yang menjawab 2 (setuju) F3 = frekuensi jawaban responden yang menjawab (tidak setuju)

F4 = frekuensi jawaban responden yang menjawab 4 (sangat tidak setuju)

Pada angket ini , angka jawaban responden dimulai dari 1 hingga 4. Untuk melihat sikap responden secara keseluruhan dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Menentukan total skor maksimal, yaitu skor maksimal yang diperoleh tiap responden dikali banyak responden (4 x 22 = 88)

2. Menentukan total skor minimal, yaitu skor minimal yang diperoleh tiap responden dikali banyak responden (1 x 22 = 22)

3. Menentukan nilai median, yaitu hasil penjumlahan total skor maksimal dengan skor minimal dibagi dua (88 + 22 : 2 = 55)


(45)

4. Menentukan nilai kuartil 1, yaitu hasil penjumlahan total skor minimal dengan median dibagi dua (22 + 55 : 2 = 38,5)

5. Menentukan nilai kuartil 3, yaitu hasil penjumlahan total maksimal dengan median dibagi dua (88 + 55 : 2 = 71,5))

6. Membuat skala yang menggambarkan total skor minimal, nilai kuartil 1, nilai median. Nilai kuartil 3, dan total skor maksimal

22 38,5 55 71,5 88

Minimal kuartil 1 median kuartil3 maksimal Mencari batasan skor untik masing-masing kategori motivasi. Berdasarkan skala di atas, maka range keempat kategori adalah :

7. Motivasi positif : (kuartil 3 sampai skor maksimal ) = 71,5 – 88 8. Motivasi sangat positif : (median sampai kuartil 3 ) = 55 - 71,5 9. Motivasi negatif : (kuartil 1 sampai median ) = 38,5 - 55

10. Motivasi sangat negatif : (skor minimal sampai kuartil 1) = 22 – 55 11. Menentukan skor total yang diperoleh seluruh responden

12. Interpretasikan skor total responden dengan skala pada point

13. Memberikan kesimpulan tentang jumlah skor yang didapat dan skor yang telah diinterpretasikan.

Hasilnya dapat diprosentasekan ke dalam kriteria interpretasi skor pada tabel 3.10 di bawah ini


(46)

Tabel 3.10 Interpretasi skor skala likert Skor Interpretasi skor

22,00 – 35,20 Sangat lemah

35,25 – 48,40 Lemah

48,45 – 61,60 Cukup

61,65 – 74,80 Kuat

74,85 – 88,00 Sangat kuat

Sumber : Adaptasi Riduwan 2010 :88 b. Mengukur hasil belajar siswa

Data dari tes tertulis maupun praktek dianalisis untuk menentukan makna dari peningkatan yang terjadi. Peningkatan nilai tersebut menggunakan perhitungan nilai rata-rata, standar deviasi, nilai maksimum, nilai minimum. Serta perhitungan prosentase.

Perhitungan prosentase merupakan teknik statistik sederhana (perhitungan persentase dengan rumus :

F

P% = x 100 N

Ketererangan : P% = besarnya prosentase (%) hasil penelitian F = frekuensi jawaban

N = jumlah responden

Untuk mengetahui kecenderungan jawaban responden, maka peneliti menggunakan angka indeks. Angka indeks digunakan untuk membandingkan suatu objek atau data baik bersifat faktual ataupun perkembangan. Kriteria prosentase (%) seperti yang dikemukakan oleh Santoso dalam Anggraeni (2010:41) sebagai berikut :


(47)

Tabel 3.11 Kriteria Penilaian Skor

No Prosentase Skor Kriteria

1 100 Seluruhnya

2 75-99 Sebagian besar

3 51-74 Lebih dari setengahnya

4 50 Setengahnya

5 25-49 Kurang dari setengahnya

6 1-24 Sebagian kecil

7 0 Tidak ada

2. Data kualitatif

Penelitian ini juga menghasilkan data kualitatif yang perlu dideskripsikan dalam pengolahannya. Penjabaran data secara deskriftif dimana hasil tiap siklus dapat digunakan untuk perbaikan pada siklus berikutnya. Namun sebelum data tersebut dideskripsikan dalam bentuk uraian pembahasan, data tersebut diolah dengan beberapa langkah berikut ini (Mulyasa, 2010:69)

a. Reduksi data

Data yang tidak relevan tidak diikutsertakan dalam analisis data. Jika ada siswa yang tidak mengikuti siklus pembelajaran dengan lengkap, maka datanya akan direduksi, sehingga hanya siswa yang mengikuti siklus pembelajaran dari siklus pertama sampai siklus akhir yang akan diikutsertakan dalam analisis data.

b. Kategorisasi Data

Data dikelompokan berdasarkan fokus penelitian sebelum dianalisis, setiap siswa terlebih dahulu akan dikategorikan berdasarkan nilai membuat pupuk organik sebelum adanya tindakan1s ebelumnya menjadi kategori nilai tinggi, sedang dan rendah.


(48)

c. Pemberian Catatan

Catatan-catatan ini diberikan sebagai evaluasi dari penelitian ini di setiap pertemuan. Penambahan materi-materi pada lembar observer sehingga akan menarik perhatian untuk ditanggapi pada siklus berikutnya sebagai bahan untuk refleksi.

d. Pengolahan Data

Data yang diperoleh terdiri atas data kuatitatif dan kualitatif. Data yang bersifat kuantitatif yaitu data yang berasal dari tes tulis pilihan ganda dan tes praktek. Sedangkan data yang bersifat kualitatif diperoleh dari observasi dan angket motivasi siswa


(49)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka disimpulkan sebagai berikut:

1. Peningkatan motivasi berprestasi pada standar kompetensi membuat pupuk organik dengan mengunakan media audio visual terlihat dari adanya peningkatan skor rata-rata motivasi berprestasi sebesar 15,5, skor minimum 17,0, dan skor maksimum 31,0. Sedangkan peningkatan prosentase motivasi berprestasi baik sebesar 65 %

2. Peningkatan hasil belajar pada standar kompetensi membuat pupuk organik dengan mengunakan media audio visual terlihat dari adanya peningkatan skor rata-rata hasil belajar sebesar 20,9, skor minimum 23,9, dan skor maksimum 13,2. Sedangkan peningkatan prosentase siswa yang kompeten (nilai lebih besar atau sama dengan 70) dalam membuat pupuk organik sebesar 85%.. 3. Media audio visual (video) hasil karya guru bersama siswa tentang

pembuatan pupuk organik dan juga video hasil dari internet tentang pupuk organik yang digunakan dalam pemebelajaran bisa meningkatkan motivasi berprestasi siswa. Penggunaan video yan lebih baik adalah jumlah video hasil karya guru bersama siswa lebih besar dibanding video hasil download internet


(50)

Berdasarkan hasil penelitian terungkap siswa yang dalam proses pembelajaran diberi kepercayaan untuk berkreasii dalam pembuatan pupuk organik, akan memiliki motivasi dan hasil belajar yang lebih baik jika dibandingkan dengan siswa yang tidak diberi kesempatan untuk berkreasi. Maka akan lebih baik apabila guru dalam kegiatan belajarnya selalu memberikan kesempatan kepada siswanya untuk berberkreasi terutama dalam kegiatan pembuatan pupuk organik.

Dalam proses kegiatan belajar mengajar yang menggunakan media audio visual akan lebih baik apabila siswa diberi tugas membuat ringkasan prosedur kerja setiap kegiatan yang ditayangkan dalam media audio visual (video) untuk didiskusikan di depan kelas.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti dan berkolaborasi dengan guru-guru produktif (kejuruan) pertanian ada beberapa hal yang direkomendasikan:

1. Rekomendasi Bagi Guru

Agar guru dalam mengajar selalu melibatkan siswa untuk berkreasi dan mengeluarkan potensi yang ada pada diri siswa

2. Rekomendasi Bagi Sekolah

Pihak sekolah (Kepala Sekolah) mendorong guru menggunakan teknologi informasi dalam pembelajaran termasuk pembelajaran membuat pupuk organik.


(51)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Y. (2009). Guru dan Pembelajaran bermutu. Bandung. Rizqi Press. Anwar Prabu, M.A.A. (2009). Evaluasi Kinerja SDM. Bandung. PT Grafika

Aditama.

Arep, I. dan Tanjung, H. (2003). Manajemen Motivasi. Jakarta. PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Astuti. (2010). Motivasi Berprestasi. (Online).http://4stoety.wordpress. Com/2012/05/05/.motivasi berprestasi/. Diakses 7 Mei 2012

Beetlestone, F. (2011). Creative Learning Strategi Pembelajaran untuk Melesatkan Kreatifitas Siswa. Bandung. Nusa Media.

Chaedar Alwasilah, A. (2011). Pokoknya Action Research. Bandung. PT Kiblat Buku Utama.

Danim, S. (2010). Pengantar Pendidikan. Bandung. Alfabeta.

Darwanto. (2007). Televisi sebagai Media Pendidikan. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Daryanto. (200)8. Evaluasi Pendidikan. Jakarta. PT Rineka Cipta.

Dimyati dan Mudjiono. (2009). Belajar dan pembelajaran. Jakarta. Rineka Cipta. Friedman Howard, S. dan Schustack Mariam,W. (2006). Kepribadian Teori

Klasik dan Riset Modern. (alih bahasa Dian Ikarini,F. Hany, M. dan Provita Prima, A). Jakarta. Erlangga .

Gultom. (2011). Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar.,

http://gultomdokma.blogspot.com/2011/06/upaya meningkatkatkan-motivasi

belajar,html. diakses 7 Mei 2012

Habibi, L. (2008). Pupuk Kompos dari Limbah Rumah Tangga. Bandung. Percetakan Angkasa.

Hamalik, O. (2003). Proses Belajar mengajar. Jakarta Bumi Aksara. .

Harsanto, R. (2007). Pengelolaan kelas yang Dinamis Paradigma Baru Pembelajaran Menuju Kompetensi Siswa. Yogyakarta. Kanisius.


(52)

Ridwan. (2011). Cara Membuat Video dengan Movie Maker.,

http://ridwanaz.com/teknologi/komputer/cara-membuat-video

dengan-windows-movie-maker/., diakses 15 Mei 2012

Maslow, A. (1993). Motivasi dan kepribadian 1. Teori Motivasi dengan pendekatan Hierarki Kebutuhan Manusia (Alih bahasa Nurul Iman). Bandung. PT Remaja Rosda Karya.

Munadhi, Y. (2008). Media Pembelajaran : Sebuh Pendekatan Baru, Jakarta. Gaung Persada (GP) Press.

Parlagutan Hasibuan, M.S. (2007). Organisasi dan Motivasi . Dasar Peningkatan Produktivitas. Jakarta. PT Bumi Aksara.

Prayitno, E. (1989). Motivasi dalam Belajar, Departemen Pendidikan dan Direktorat Jenderal pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan lembaga pendidikan Tenaga Kependidikan

Ngalim Purwanto, M. (2007). Psikologi Pendidikan. Bandung. PT Remaja Rosdakarya.

Purwendro, S. dan Nurhidayat. (2009). Mengolah Sampah Untuk Pupuk dan Pestisida Oranik. Jakarta. Penebar Swadaya.

Putro Widoyoko, P. (2012). Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta Pustaka Belajar.

Riduwan. (2010). Metode dan Teknik Menyusunan Tesis. Bandung. Alfabeta. Rusman. (2011). Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme

Guru. Jakarta. PT Rajagrafindo Persada.

Rohani, A. (1997). Media Instruksional Edukatif. Jakarta. Rineka Cipta..

Salma Prawiradilaga, D. dan Siregar, E.. ((2008). Mozaik Teknologi Pendidikan, Jakarta. Kencana.

Sanjaya, Wina. (2010). Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta. Kharisma Putra Utama.

Samekto, R. (2006). Pupuk Kompos. Klaten. PT Intan Sejati.

Sardiman A.M. (2011). Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta. PT RajaGrafindo Persada.


(53)

Sardiman, dkkl, 2003, Media Pendidikan (Pengertian, Pengembangan dan Pemanfataannya), PT Raja Grafindo Persada, Jakarta

Siagian Sondang, P. (2004).Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta. PT. Rineka Cipta.

Sudijono, A. (2003). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta. PT RajaGrafindo Persada.

Sudirman, dkk. (1989). Ilmu Pendidikan. Bandung Remadja. Karya CV

Sudjana, N. (20090. .Penilaian hasil Belajar Proses Belajar Mengajar. Bandung. PT Remaja Rosdakarya.

Sudjana, N. Dan Ibrahim. (2010). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung. Sinar Baru. Algensindo.

Sukardi, M.S. (2009). Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya. Jakarta. PT Bumi Aksara

Suparman, Atwi,M. dan Zuhairi, A. (2004). Pendidikan jarak jauh Teori dan Praktek. Jakarta. Universitas Terbuka.

Suryonosubroto. (2002). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta. PT Rineka Cipta.

Suyitno, I. (2011). Memahami Tindakan Pembelajaran: Cara Mudah dalam Perencanaan Penelitian Tindakan Kelas. Bandung. PT Refika Aditama. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional (Sisdiknas)

Uno,H., Lamatenggo,N., dan Satria. (2011). Menjadi Peneliti PTK yang Profesional. Jakarta. Bumi Aksara.

Warsita, B. (2008). Teknologi Pembelajaran. Landasan & Aplikasinya. Jakarta. Rineka Cipta.

Wahyono,S. dkk. (2011). Membuat Pupuk Organik granular dari Aneka Limbah. Jakarta. PT AgroMedia Pustaka.

Winardi,J. 2011. Motivasi & Pemotivasian dalam Manajemen. Jakarta. PT RajaGrafindo Persada.

Zulaiha, R. (2008). Analisis Soal Secara Manual. Jakarta. Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat penilaian Pendidikan Depdiknas


(1)

Saban, 2012

Penggunaan Media Audio Visual Dan Pengaruhnya Terhadap Motivasi Berprestasi Dan Hasil Belajar Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

c. Pemberian Catatan

Catatan-catatan ini diberikan sebagai evaluasi dari penelitian ini di setiap pertemuan. Penambahan materi-materi pada lembar observer sehingga akan menarik perhatian untuk ditanggapi pada siklus berikutnya sebagai bahan untuk refleksi.

d. Pengolahan Data

Data yang diperoleh terdiri atas data kuatitatif dan kualitatif. Data yang bersifat kuantitatif yaitu data yang berasal dari tes tulis pilihan ganda dan tes praktek. Sedangkan data yang bersifat kualitatif diperoleh dari observasi dan angket motivasi siswa


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka disimpulkan sebagai berikut:

1. Peningkatan motivasi berprestasi pada standar kompetensi membuat pupuk organik dengan mengunakan media audio visual terlihat dari adanya peningkatan skor rata-rata motivasi berprestasi sebesar 15,5, skor minimum 17,0, dan skor maksimum 31,0. Sedangkan peningkatan prosentase motivasi berprestasi baik sebesar 65 %

2. Peningkatan hasil belajar pada standar kompetensi membuat pupuk organik dengan mengunakan media audio visual terlihat dari adanya peningkatan skor rata-rata hasil belajar sebesar 20,9, skor minimum 23,9, dan skor maksimum 13,2. Sedangkan peningkatan prosentase siswa yang kompeten (nilai lebih besar atau sama dengan 70) dalam membuat pupuk organik sebesar 85%.. 3. Media audio visual (video) hasil karya guru bersama siswa tentang

pembuatan pupuk organik dan juga video hasil dari internet tentang pupuk organik yang digunakan dalam pemebelajaran bisa meningkatkan motivasi berprestasi siswa. Penggunaan video yan lebih baik adalah jumlah video hasil karya guru bersama siswa lebih besar dibanding video hasil download internet


(3)

Berdasarkan hasil penelitian terungkap siswa yang dalam proses pembelajaran diberi kepercayaan untuk berkreasii dalam pembuatan pupuk organik, akan memiliki motivasi dan hasil belajar yang lebih baik jika dibandingkan dengan siswa yang tidak diberi kesempatan untuk berkreasi. Maka akan lebih baik apabila guru dalam kegiatan belajarnya selalu memberikan kesempatan kepada siswanya untuk berberkreasi terutama dalam kegiatan pembuatan pupuk organik.

Dalam proses kegiatan belajar mengajar yang menggunakan media audio visual akan lebih baik apabila siswa diberi tugas membuat ringkasan prosedur kerja setiap kegiatan yang ditayangkan dalam media audio visual (video) untuk didiskusikan di depan kelas.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti dan berkolaborasi dengan guru-guru produktif (kejuruan) pertanian ada beberapa hal yang direkomendasikan:

1. Rekomendasi Bagi Guru

Agar guru dalam mengajar selalu melibatkan siswa untuk berkreasi dan mengeluarkan potensi yang ada pada diri siswa

2. Rekomendasi Bagi Sekolah

Pihak sekolah (Kepala Sekolah) mendorong guru menggunakan teknologi informasi dalam pembelajaran termasuk pembelajaran membuat pupuk organik.


(4)

Saban, 2012

Penggunaan Media Audio Visual Dan Pengaruhnya Terhadap Motivasi Berprestasi Dan Hasil Belajar Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Y. (2009). Guru dan Pembelajaran bermutu. Bandung. Rizqi Press. Anwar Prabu, M.A.A. (2009). Evaluasi Kinerja SDM. Bandung. PT Grafika

Aditama.

Arep, I. dan Tanjung, H. (2003). Manajemen Motivasi. Jakarta. PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Astuti. (2010). Motivasi Berprestasi. (Online).http://4stoety.wordpress. Com/2012/05/05/.motivasi berprestasi/. Diakses 7 Mei 2012

Beetlestone, F. (2011). Creative Learning Strategi Pembelajaran untuk

Melesatkan Kreatifitas Siswa. Bandung. Nusa Media.

Chaedar Alwasilah, A. (2011). Pokoknya Action Research. Bandung. PT Kiblat Buku Utama.

Danim, S. (2010). Pengantar Pendidikan. Bandung. Alfabeta.

Darwanto. (2007). Televisi sebagai Media Pendidikan. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Daryanto. (200)8. Evaluasi Pendidikan. Jakarta. PT Rineka Cipta.

Dimyati dan Mudjiono. (2009). Belajar dan pembelajaran. Jakarta. Rineka Cipta. Friedman Howard, S. dan Schustack Mariam,W. (2006). Kepribadian Teori

Klasik dan Riset Modern. (alih bahasa Dian Ikarini,F. Hany, M. dan Provita

Prima, A). Jakarta. Erlangga .

Gultom. (2011). Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar.,

http://gultomdokma.blogspot.com/2011/06/upaya meningkatkatkan-motivasi

belajar,html. diakses 7 Mei 2012

Habibi, L. (2008). Pupuk Kompos dari Limbah Rumah Tangga. Bandung. Percetakan Angkasa.

Hamalik, O. (2003). Proses Belajar mengajar. Jakarta Bumi Aksara. .

Harsanto, R. (2007). Pengelolaan kelas yang Dinamis Paradigma Baru


(5)

Saban, 2012

Penggunaan Media Audio Visual Dan Pengaruhnya Terhadap Motivasi Berprestasi Dan Hasil Belajar Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

Ridwan. (2011). Cara Membuat Video dengan Movie Maker.,

http://ridwanaz.com/teknologi/komputer/cara-membuat-video

dengan-windows-movie-maker/., diakses 15 Mei 2012

Maslow, A. (1993). Motivasi dan kepribadian 1. Teori Motivasi dengan

pendekatan Hierarki Kebutuhan Manusia (Alih bahasa Nurul Iman).

Bandung. PT Remaja Rosda Karya.

Munadhi, Y. (2008). Media Pembelajaran : Sebuh Pendekatan Baru, Jakarta. Gaung Persada (GP) Press.

Parlagutan Hasibuan, M.S. (2007). Organisasi dan Motivasi . Dasar Peningkatan

Produktivitas. Jakarta. PT Bumi Aksara.

Prayitno, E. (1989). Motivasi dalam Belajar, Departemen Pendidikan dan Direktorat Jenderal pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan lembaga pendidikan Tenaga Kependidikan

Ngalim Purwanto, M. (2007). Psikologi Pendidikan. Bandung. PT Remaja Rosdakarya.

Purwendro, S. dan Nurhidayat. (2009). Mengolah Sampah Untuk Pupuk dan

Pestisida Oranik. Jakarta. Penebar Swadaya.

Putro Widoyoko, P. (2012). Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta Pustaka Belajar.

Riduwan. (2010). Metode dan Teknik Menyusunan Tesis. Bandung. Alfabeta. Rusman. (2011). Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme

Guru. Jakarta. PT Rajagrafindo Persada.

Rohani, A. (1997). Media Instruksional Edukatif. Jakarta. Rineka Cipta..

Salma Prawiradilaga, D. dan Siregar, E.. ((2008). Mozaik Teknologi Pendidikan, Jakarta. Kencana.

Sanjaya, Wina. (2010). Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik

Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta.

Kharisma Putra Utama.

Samekto, R. (2006). Pupuk Kompos. Klaten. PT Intan Sejati.

Sardiman A.M. (2011). Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta. PT RajaGrafindo Persada.


(6)

Saban, 2012

Penggunaan Media Audio Visual Dan Pengaruhnya Terhadap Motivasi Berprestasi Dan Hasil Belajar Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

Sardiman, dkkl, 2003, Media Pendidikan (Pengertian, Pengembangan dan Pemanfataannya), PT Raja Grafindo Persada, Jakarta

Siagian Sondang, P. (2004).Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta. PT. Rineka Cipta.

Sudijono, A. (2003). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta. PT RajaGrafindo Persada.

Sudirman, dkk. (1989). Ilmu Pendidikan. Bandung Remadja. Karya CV

Sudjana, N. (20090. .Penilaian hasil Belajar Proses Belajar Mengajar. Bandung. PT Remaja Rosdakarya.

Sudjana, N. Dan Ibrahim. (2010). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung. Sinar Baru. Algensindo.

Sukardi, M.S. (2009). Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya. Jakarta. PT Bumi Aksara

Suparman, Atwi,M. dan Zuhairi, A. (2004). Pendidikan jarak jauh Teori dan

Praktek. Jakarta. Universitas Terbuka.

Suryonosubroto. (2002). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta. PT Rineka Cipta.

Suyitno, I. (2011). Memahami Tindakan Pembelajaran: Cara Mudah dalam

Perencanaan Penelitian Tindakan Kelas. Bandung. PT Refika Aditama. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional (Sisdiknas)

Uno,H., Lamatenggo,N., dan Satria. (2011). Menjadi Peneliti PTK yang

Profesional. Jakarta. Bumi Aksara.

Warsita, B. (2008). Teknologi Pembelajaran. Landasan & Aplikasinya. Jakarta. Rineka Cipta.

Wahyono,S. dkk. (2011). Membuat Pupuk Organik granular dari Aneka Limbah. Jakarta. PT AgroMedia Pustaka.

Winardi,J. 2011. Motivasi & Pemotivasian dalam Manajemen. Jakarta. PT RajaGrafindo Persada.

Zulaiha, R. (2008). Analisis Soal Secara Manual. Jakarta. Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat penilaian Pendidikan Depdiknas