PENGARUH PENERAPAN BLENDED E-LEARNING BERBASIS WEBSITE TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN BERPIKIR LOGIS MATEMATIS SISWA SMA : Studi Kuasi Eksperimen pada Salah Satu Sekolah di Kabupaten Bangka Tengah.

(1)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ……….. i

LEMBAR PERNYATAAN ………. ii

ABSTRAK………. iii

KATA PENGANTAR……….. iv

LEMBAR PENGESAHAN ………. v

UCAPAN TERIMA KASIH ……… vi

DAFTAR ISI ……… ix

DAFTAR TABEL ……… xii

DAFTAR GAMBAR ……… xv

DAFTAR LAMPIRAN ……… xvi BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ………..

B. Rumusan Masalah ………...

C. Tujuan Penelitian ……….

D. Manfaat Penelitian ………..

E. Definisi Operasional ………

1 10 11 12 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Perkembangan Komputer ………

B. E-learning ………

1. Pengertian e-learning ……….

2. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran e-learning …… 3. Blended e-learning ……….

4. Moodle ………

15 16 16 22 23 24


(2)

C. Kemampuan Pemahaman Matematis ………..

D. Kemampuan Berpikir Logis ………

E. Pembelajaran Berbasis Masalah ……….

F. Disposisi Matematis ………

G. Kemandirian Belajar ………..

H. Penelitian-penelitian terdahulu ………..

I. Hipotesis Penelitian ………

26 30 32 34 36 39 40

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian ………

B. Subyek Penelitian ………...

C. Variabel Penelitian ………

D. Instrumen Penelitian ………..

1. Tes Pemahaman dan Berpikir Logis Matematis …………

a. Tes Pemahaman Matematis ………..

b. Tes Berpikir Logis Matematis ………..

c. Analisis Validitas Tes ………

d. Analisis Realibitas ……….

e. Analisis Tingkat Kesukaran ………..

f. Analisis Daya Pembeda ……….

2. Skala Disposisi Matematis ……… 3. Skala Sikap terhadap Pembelajaran e-learning …………

4. Pengembangan Bahan Ajar ………...

E. Teknik Pengumpulan Data ……….

F. Teknik Analisa Data ………

1. Data Hasil Tes Pemahaman dan Berpikir Logis ………… 2. Data Skala Disposisi Matematis ……….

3. Data Skala Sikap Siswa ……….

41 42 42 43 43 43 44 46 49 51 52 54 56 56 57 58 58 61 62


(3)

G. Tahapan Penelitian ………. 63

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Data Penelitian ... 1. Kemampuan Pemahaman dan Berpikir Logis Matematis ... 2. Hubungan Pemahaman dengan Berpikir Logis

Matematis………..

3. Skala Disposisi Matematis ... 4. Sikap Siswa terhadap Pembelajaran Blended E-learning ... B. Pembahasan Hasil Penelitian ...

1. Pendekatan Pembelajaran ... 2. Skala Disposisi Matematis………...

3. Tanggapan Siswa ………

4. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran E-learning...

65 66

88 89 94 98 98 103 104 105

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ………

B. Saran ……….

106 107


(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini, tidak terlepas dari peran matematika sebagai ilmu dasar. Matematika juga memiliki nilai-nilai yang strategis dalam menumbuhkembangkan cara berfikir logis, bersikap kritis, kreatif dan inovatif serta mampu diterapkan dalam berbagai permasalahan baik yang terkait dengan kehidupan siswa sehari-hari maupun dengan pengetahuan lain. Ruseffendi (Darmayanti, 2010: 1) mengemukakan bahwa „… matematika

merupakan salah satu bagian yang penting dalam pengembangan bidang ilmu, sains, dan teknologi: dan bagi matematikawan merupakan bidang yang amat menarik dan penuh tantangan’. Dalam klasifikasi bidang ilmu pengetahuan, matematika termasuk ke dalam ilmu eksakta yang lebih banyak memerlukan pemahaman dan penalaran logis daripada hafalan.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia (Permendiknas) Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi (2006: 388) menyebutkan bahwa pembelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah.


(5)

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Berdasarkan tujuan pembelajaran di atas, bisa dikatakan bahwa kemampuan pemahaman, berpikir logis dan disposisi matematis mempunyai peranan yang strategis dalam pembelajaran matematika, sebagaimana ditunjukkan dalam tujuan pembelajaran matematika nomor 1, 2 dan 5. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Hariwijaya & Surya (2012: 20) bahwa “syarat anak bisa dikatakan mahir matematika bila memiliki beberapa potensi diantaranya: menguasai konsep matematika, memiliki penalaran yang logis dan mempunyai sikap disposisi matematis yang baik”.

Kemampuan pemahaman matematis merupakan kemampuan dasar yang akan menumbuhkembangkan kemampuan-kemampuan lainnya. Hal ini tersirat dalam tujuan pembelajaran matematika yang termuat dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan di mana kemampuan pemahaman matematis diletakkan sebagai


(6)

tujuan pertama yang harus dikuasai oleh siswa, dengan kata lain kemampuan matematis lain dapat tercapai dengan baik apabila kemampuan pemahamannya

baik. Beberapa penelitian tentang kemampuan pemahaman matematis (Ansari, 2003; Ahmad, 2005) mengemukakan bahwa kemampuan pemahaman

yang baik memberikan kontribusi terhadap peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematis, sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemahaman matematis diperlukan untuk menguasai kemampuan-kemampuan matematis lainnya di mana salah satunya adalah kemampuan-kemampuan berpikir logis.

Kemampuan berpikir logis juga memiliki peranan yang sangat penting dalam proses perkembangan fungsi otak kiri peserta didik, sehingga kemampuan ini juga harus dikembangkan selain kemampuan berpikir lainnya seperti berpikir kritis, kreatif, analisis dan sistematis. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Hendra (Hanum, 2010: 8) bahwa pada rasionalnya matematika diajarkan karena matematika tidak hanya mengasah fungsi otak kiri, yaitu berpikir logis, analitis, kritis, detail, runtut, berurutan dan sistematis, tetapi juga mengasah fungsi otak kanan, seperti berpikir alternatif, eksploratif dan kreatif, serta kemampuan desain dan optimasi. Selain itu, kemampuan berpikir logis sangat diperlukan siswa untuk memahami suatu permasalahan matematis, karena dalam pemecahan masalah matematis terdapat langkah-langkah yang terkadang hanya dapat dilakukan dengan logika.

Aktivitas kemampuan berpikir logis dapat dimunculkan pada masalah-masalah yang sifatnya menantang siswa, hal-hal yang baru maupun soal-soal tidak


(7)

rutin. Soal-soal atau permasalahan matematika yang sifatnya menantang dan tidak rutin memberikan kesempatan bagi siswa untuk memberdayakan segala kemampuan yang dimilikinya atau menggunakan keterampilan berpikir tingkat tinggi.

Kemampuan berpikir logis dalam pembelajaran matematika dapat membantu siswa meningkatkan kemampuan yang lain dalam matematika (Sumarmo, 1987; Mukhayat, 2004). Hal yang sama dikemukakan oleh Audiblox (2006), “logical thinking: helping children to become smarter”.

Peningkatan kemampuan berpikir logis dan pemahaman matematis siswa harus didukung oleh peran serta dan usaha guru karena peningkatan kemampuan tersebut tidak secara spontan dapat tumbuh pada tiap-tiap peserta didik. Siswa harus mempunyai kemandirian dalam berpikir dan harus banyak berlatih untuk dapat meningkatkan kemampuan tersebut.

Guru harus mengembangkan pembelajaran yang dapat membuat siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran sehingga dapat menggali potensi siswa dan meningkatkan kemampuan yang dimilikinya. Hal ini sejalan dengan prinsip dalam pengembangan kurikulum yang dijelaskan dalam Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang standar isi (2006: 4) yang menjelaskan bahwa salah satu prinsip pengembangan kurikulum adalah proses pembelajaran harus berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan dan kepentingan peserta didik dan lingkungan.

Namun secara faktual pembelajaran matematika yang mengarah kepada meningkatnya kedua kemampuan ini masih tergolong rendah. Marpaung (Qohar,


(8)

2010: 4) menyatakan bahwa paradigma mengajar saat ini mempunyai ciri antara lain:

1. Guru aktif, sementara siswa pasif.

2. Pembelajaran berpusat pada guru (konvensional). 3. Guru mentransfer pengetahuan kepada siswa. 4. Pembelajaran bersifat mekanistik.

Hasil laporan survey internasional berkaitan dengan kemampuan siswa SMP di Indonesia yaitu Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) dan Programme for International Student Assessment (PISA) menyebutkan bahwa kemampuan siswa Indonesia dalam menyelesaikan soal-soal tidak rutin (masalah matematis) sangat lemah, siswa belum mampu mengembangkan kemampuan berpikir logisnya secara optimum dalam mata pelajaran matematika di sekolah (Wardhani & Rumiati, 2011: 57). Priatna (Sujatmikowati, 2010) mengemukakan bahwa skor kemampuan pemahaman matematis siswa SMA berupa kemampuan pemahaman instrumental dan relasional masih rendah.

Fakta-fakta di atas masih relevan dengan keadaan pada tahun-tahun sebelumnya seperti yang diungkapkan oleh Sumarmo (1987) bahwa siswa masih banyak mengalami kesukaran dalam pemahaman relasional. Selain itu, menurut (Wahyudin, 1999) dalam penelitiannya menemukan bahwa lima kelemahan yang ada pada siswa diantaranya adalah siswa kurang memiliki kemampuan untuk memahami konsep-konsep dasar matematis dan kurang memiliki kemampuan bernalar yang logis dalam menyelesaikan persoalan atau soal-soal matematika.

Kelemahan-kelemahan yang dihasilkan dalam penelitian tadi, diduga salah satu penyebabnya karena proses pembelajaran yang dilakukan di kelas. Depdiknas


(9)

(Reziyustikha, 2011: 4) mengemukakan bahwa ada sesuatu yang kurang sesuai dengan proses pendidikan yang terjadi di sekolah, yaitu: 1) anak di paksa belajar dengan cara guru; 2) suasana tegang; 3) pembelajaran sering tidak bermakna; dan 4) seringkali siswa belajar tidak menarik perhatiannya. Selain itu Depdiknas (Reziyustikha, 2011: 4) menggambarkan kondisi empiris yang seringkali kita kecewa pada proses belajar mengajar di sekolah, apalagi dikaitkan dengan pemahaman siswa. Hal ini disebabkan oleh: 1) banyak siswa yang menyajikan tingkat hafalannya sangat baik terhadap materi yang diterimanya, tetapi pada kenyataannya mereka tidak memahami materi ajar tersebut; 2) sebagian besar siswa tidak mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan dipergunakan atau dimanfaatkan, misalnya mereka sedang belajar luas segitiga tetapi mereka tidak mengerti apa manfaat yang diambil dalam luas segitiga itu dalam kehidupan sehari-hari; 3) siswa memiliki kesulitan untuk memahami konsep akademik dikarenakan mereka terbiasa diajarkan dengan menggunakan metode ceramah dan sesuatu yang abstrak.

Berdasarkan hasil Video Study yang dilakukan oleh Shadiq (2007: 2) ditemukan bahwa ceramah merupakan metode yang paling banyak digunakan selama mengajar, waktu yang digunakan siswa untuk problem solving hanya 32% dari seluruh waktu di kelas, pembelajaran seperti ini cenderung menyulitkan siswa dalam memahami materi matematika dan mengembangkan kemampuan bernalar yang logis. Pembelajaran seperti ini juga cenderung berpusat pada guru (teacher-


(10)

centered), di mana siswa hanya mendengarkan guru menyampaikan materi

sehingga siswa bersifat pasif dan mencatat apa yang disampaikan oleh guru. Kaitan hasil pembelajaran terhadap kemampuan disposisi matematis, seperti siswa mampu menunjukkan gairah dalam belajar, menunjukkan rasa percaya diri dalam menyelesaikan soal, rasa ingin tahu, serta kemampuan berbagi dengan orang lain, ternyata pada umumnya hasil pembelajaran masih belum berkontribusi secara memuaskan terhadap kemampuan disposisi matematis siswa. Hasil penelitian Syaban (Kurniawan, 2010: 7) mengungkapkan bahwa siswa-siswa yang belajar matematika dengan pembelajaran konvensional ternyata kurang berkontribusi terhadap pencapaian kemampuan disposisi matematisnya, padahal kemampuan disposisi matematis tersebut akan dapat membuat siswa lebih aktif dalam belajar matematika, dan jika siswa sudah aktif belajar maka prestasi belajar matematika siswa akan meningkat. Sebagaimana National Council of Teachers of

Mathematics (NCTM, 2000) menyarankan bahwa salah satu penilaian hasil

belajar matematika siswa, dapat juga ditinjau dari kemampuan disposisi matematisnya.

Berdasarkan penjelasan di atas, perlu diupayakan suatu usaha yang sungguh-sungguh dari kita semua, baik praktisi pendidikan matematika, dosen, guru, dan semua yang berinteraksi dengan matematika, agar kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa pada umumnya dapat teratasi. Berbagai upaya harus terus dilakukan termasuk perbaikan dalam proses pembelajarannya yang salah satu diantaranya pemanfaatan teknologi yang dapat menyajikan matematika secara visual dan diharapkan dapat membantu meningkatkan kemampuan berpikir


(11)

matematika siswa „technology helps students to visualize certain math concepts better’ (Hohenwarter & Caricza, 2008: 2).

Kemajuan teknologi dan informasi ini memberikan dampak yang positif bagi kemajuan dunia pendidikan serta memberikan banyak tawaran dan pilihan bagi dunia pendidikan dalam menunjang pelaksanaan proses pembelajaran. Keunggulan yang ditawarkan bukan saja terletak pada faktor kecepatan untuk mendapatkan informasi namun juga fasilitas multimedia yang dapat membuat belajar lebih menarik, visual dan interaktif. Sebagaimana dikemukakan oleh Kusumah (2010) bahwa manfaat komputer dalam kegiatan pembelajaran adalah: 1) Melatih siswa dalam mengeksplorasi konsep; 2) Meningkatkan kemampuan

bernalar; 3) Mendorong siswa berpikir sistematis, logis dan analitis; dan 4) Meningkatkan minat siswa untuk belajar matematika.

Pemanfaatan komputer dalam pembelajaran matematika, dewasa ini sudah banyak beredar program aplikasi pendidikan, seperti software pembelajaran yang diperdagangkan, namun kesesuaian materi, perangkat teknologi yang dipakai dan bahasa masih merupakan kendala yang cukup menghambat. Selain itu untuk daerah-daerah yang berada di luar pulau Jawa, khususnya Kabupaten Bangka

Tengah agak susah mendapatkan software-software pendidikan yang dapat

membantu dalam pembelajaran matematika.

Guru-guru di sekolah juga masih sangat jarang memanfaatkan teknologi informasi dalam proses pembelajaran khususnya pembelajaran matematika. Dari studi pendahuluan yang saya lakukan di salah satu SMA di Kabupaten Bangka Tengah diperoleh bahwa guru-guru matematika di sekolah itu belum pernah


(12)

memanfaatkan teknologi komputer dalam proses pembelajaran matematika yang dilakukannya, padahal sarana dan prasarana multimedia yang ada di sekolah itu sudah sangat bagus sekali, seperti sudah tersedianya Lab Multimedia yang berisikan 35 unit komputer dan sudah tersedianya jaringan internet yang bisa diakses dari lingkungan sekolah (baik di kelas maupun luar kelas). Hal ini senada

dengan yang dikemukakan oleh Cuban (Hohenwarter, 2008: 2)

Although the potential benefits of technology use for teaching and learning are well known and extensively examined, the process of integrating technology into mathematics classrooms proved to be slower than initially expected’.

Salah satu pemanfaatan teknologi informasi dalam bidang pendidikan adalah e-learning. E-learning memiliki manfaat yang cukup besar terutama ketika dikaitkan dengan jarak dan keterbatasan waktu dalam belajar. Dengan menggunakan bahan ajar yang sesuai dan menarik, e-learning diharapkan dapat membantu meningkatkan kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi, salah satunya adalah menggunakan bahan ajar berbasis masalah karena Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berfikir tingkat tinggi. Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) melibatkan siswa dalam proses pembelajaran yang aktif, kolaboratif, berpusat kepada siswa, yang mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan belajar mandiri yang diperlukan untuk menghadapi tantangan dalam kehidupan yang bertambah kompleks sekarang ini. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Herman (2006) dan Sugandi (2010). Herman (2006) meneliti pengaruh PBM terbuka dan PBM terstruktur terhadap kemampuan berpikir tingkat tinggi. Hasil dari penelitian


(13)

ini menunjukkan bahwa PBM terbuka maupun PBM terstruktur dapat meningkatkan kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi siswa SMP. Sugandi (2010) meneliti pengaruh PBM dengan setting kooperatif tipe jigsaw terhadap pencapaian kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi dan kemandirian belajar siswa SMA. Hasil penelitian juga menunjukkan PBM dengan setting kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi dan kemandirian belajar siswa SMA.

Menurut Rohendi (2009: 140) pembelajaran e-learning yang cocok untuk kondisi sekolah di negara kita adalah blended e-learning, dimana salah satu masalah utama dari pembelajaran e-learning ini adalah koneksi internet yang sangat lambat. Untuk mengantisipasi masalah ini, pembelajaran e-learning digabung dengan sistem pembelajaran tatap muka yang dikenal dengan sistem

blended e-learning.

Berdasarkan permasalahan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian apakah penerapan pembelajaran blended e-learning berbasis website dengan menggunakan bahan ajar berbasis masalah dapat meningkatkan kemampuan pemahaman dan berpikir logis matematis dalam pembelajaran matematika SMA?.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah:


(14)

1. Apakah peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa yang memperoleh pembelajaran blended e-learning berbasis website dengan mengggunakan bahan ajar berbasis masalah lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional?

2. Apakah peningkatan kemampuan berpikir logis siswa yang memperoleh pembelajaran blended e-learning berbasis website dengan menggunakan bahan ajar berbasis masalah lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional?

3. Apakah terdapat perbedaan peningkatan disposisi matematis siswa antara siswa yang memperoleh pembelajaran blended e-learning berbasis website dengan menggunakan bahan ajar berbasis masalah dan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional?

4. Bagaimana hubungan antara kemampuan pemahaman matematis dan kemampuan berpikir logis matematis pada pembelajaran blended e-learning berbasis website?

5. Bagaimana sikap siswa terhadap penggunaan blended e-learning dalam pembelajaran matematika di SMA?

C.Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemahaman matematis antara


(15)

dengan menggunakan bahan ajar berbasis masalah dan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.

2. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir logis matematis antara siswa yang memperoleh pembelajaran blended e-learning berbasis website dengan menggunakan bahan ajar berbasis masalah dan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.

3. Untuk mengetahui peningkatan disposisi matematis antara siswa yang memperoleh pembelajaran blended e-learning berbasis website dengan menggunakan bahan ajar berbasis masalah dan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.

4. Untuk mengetahui hubungan antara kemampuan pemahaman matematis dan kemampuan berpikir logis matematis pada pembelajaran blended e-learning menggunakan bahan ajar berbasis masalah.

5. Untuk mengetahui sikap siswa terhadap penggunaan blended e-learning dalam pembelajaran matematika di SMA.

D.Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Bagi guru matematika: sebagai informasi dan memberikan kesempatan bagi

guru matematika untuk dapat mengenal dan mengembangkan pembelajaran

e-learning berbasis website.

2. Bagi sekolah: sebagai sumbangan pemikiran dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran matematika di SMA.


(16)

3. Bagi peneliti: sebagai sarana pembelajaran dan pengembangan diri peneliti. 4. Bagi peneliti lain: memberi kesempatan kepada peneliti lain, untuk meneliti

lebih lanjut yang berkaitan dengan pembelajaran e-learning atau lainnya.

E.Definisi Operasional

Agar tidak menimbulkan salah tafsir, istilah–istilah yang digunakan dalam penelitian ini didefinisikan sebagai berikut:

1. Kemampuan pemahaman matematis adalah kemampuan pemahaman relasional, yang mencakup kemampuan mengaitkan sesuatu dengan hal lainnya dan menyadari proses yang dilakukannya.

2. Kemampuan berpikir logis matematis adalah (a) Analogi: kesimpulan yang diperoleh dari suatu pernyataan yang singular (sama); (b) Probabilistic

reasoning yaitu kemampuan dalam menginterpretasikan data yang diperoleh

berupa besarnya kemungkinan terjadinya suatu kejadian; (c) Combinatorial

reasoning yaitu kemampuan dalam menentukan kombinasi dari sebuah

kejadian; (d) Controlling variabel yaitu kemampuan dalam merencanakan, mengimplementasikan dan menginterpretasikan suatu informasi.

3. Pembelajaran blended e-learning berbasis website adalah gabungan pembelajaran matematika menggunakan bahan ajar berbasis masalah yang dikemas dalam bentuk e-learning berbasis website yang dikembangkan menggunakan LMS berbasis Moodle yang memungkinkan siswa dapat belajar secara mandiri, mengunduh materi pelajaran, melihat, serta mengerjakan kuis


(17)

dengan sistem pembelajaran tatap muka. E-learning dapat diakses siswa pada saat jam pelajaran maupun di luar jam pelajaran.

4. Disposisi matematis adalah kecenderungan untuk berpikir dan berbuat dengan cara yang positif terhadap matematika yang meliputi:

a. Kepercayaan diri. b. Keingintahuan. c. Ketekunan. d. Fleksibilitas.

e. Reflektif dan rasa senang.

5. Sikap siswa dalam penelitian ini adalah sikap siswa setelah mengikuti pembelajaran e-learning berbasis website yang diberikan melalui skala sikap siswa berisi pernyataan-pernyataan yang akan diisi siswa dengan beberapa pilihan (Sangat Setuju, Setuju, Netral, Tidak Setuju, Sangat Tidak Setuju).


(18)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian quasi experiment atau eksperimen semu yang terdiri dari dua kelompok penelitian yaitu kelas eksperimen (kelas perlakuan) merupakan kelompok siswa yang pembelajarannya menggunakan

blended e-learning berbasis website dan kelompok kontrol (kelas pembanding)

adalah kelompok siswa yang pembelajarannya menggunakan kelas konvensional. Pertimbangan penggunaan desain penelitian ini adalah bahwa kelas yang ada sudah terbentuk sebelumnya, sehingga tidak dilakukan lagi pengelompokan secara acak. Apabila dilakukan pembentukan kelas baru dimungkinkan akan menyebabkan kekacauan jadwal pelajaran dan mengganggu efektivitas pembelajaran di sekolah.

Desain penelitian berbentuk desain kelompok kontrol non-ekivalen (Ruseffendi, 2005: 52). Pada desain ini, subjek tidak dikelompokkan secara acak, tetapi peneliti menerima keadaan subjek seadanya.

Kelas Eksperimen : O X O

Kelas Kontrol : O O

Keterangan:

O : Pretes atau Postes.

X : Pembelajaran blended e-learning berbasis website. : Subjek tidak dikelompokkan secara acak.


(19)

B. Subyek Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Negeri 1 Koba Bangka Tengah. Penelitian ini menggunakan dua kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Sampel penelitiannya adalah siswa kelas XI SMA Negeri 1 Koba Bangka Tengah.

Pengambilan sampel dilakukan secara acak dengan teknik purposive

sampling. Tujuan dilakukan pengambilan sampel seperti ini adalah agar penelitian

dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien terutama dalam hal pengawasan, kondisi subyek penelitian, waktu penelitian yang ditetapkan, kondisi tempat penelitian serta prosedur perijinan. Berdasarkan teknik tersebut diperoleh kelas XI IPA 1 sebagai kelas eksperimen sebanyak 30 orang dan kelas XI IPA 2 sebagai kelas kontrol sebanyak 30 siswa

C. Variabel Penelitian

Variabel penelitian merupakan suatu kondisi yang dimanipulasi, dikendalikan atau diobservasi oleh peneliti. Penelitian ini melibatkan dua jenis variabel: variabel bebas, yaitu pembelajaran blended e-learning berbasis website dan pembelajaran konvensional dan variabel terikat yaitu kemampuan pemahaman matematis, kemampuan berpikir logis matematis dan skala disposisi matematis siswa.


(20)

D. Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, digunakan dua jenis instrumen, yaitu tes dan non tes. Instrumen dalam bentuk tes terdiri dari seperangkat soal tes untuk mengukur kemampuan pemahaman matematis dan kemampuan berpikir logis, sedangkan instrumen dalam bentuk non tes yaitu skala disposisi matematis siswa, skala sikap dan bahan ajar. Berikut ini merupakan uraian dari masing-masing instrumen yang digunakan:

1. Tes Pemahaman dan Berpikir Logis Matematis a. Tes Pemahaman Matematis

Tes Pemahaman matematis yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes kemampuan pemahaman relasional. Tes ini dilakukan dua kali, yaitu pada saat sebelum proses pembelajaran (pretes), yang bertujuan untuk melihat kemampuan pemahaman matematis siswa sebelum perlakuan diberikan dan setelah proses pembelajaran dilaksanakan (postes), yang bertujuan mengukur pemahaman matematis siswa pada materi peluang setelah implementasi proses pembelajaran. Dari hasil pretes dan postes ini selanjutnya dapat ditentukan peningkatan pemahaman matematis siswa. Tes kemampuan pemahaman matematis disusun dalam bentuk uraian. Untuk mengevaluasi kemampuan pemahaman matematis siswa, digunakan sebuah panduan penskoran yang disebut holistic scale dari

North Carolina Department of Public Instruction tahun 1994 (Oktavien, 2012:57)


(21)

Tabel 3.1

Pedoman penskoran jawaban tes pemahaman matematis

Skor Kriteria jawaban dan alasan

4 Menunjukkan pemahaman konsep dan prinsip terhadap soal matematika secara lengkap, penggunaan istilah dan notasi matematika secara tepat, penggunaan algoritma secara lengkap dan benar.

3 Menunjukkan pemahaman konsep dan prinsip terhadap soal matematika hampir lengkap, penggunaan istilah dan notasi matematika hampir benar, penggunaan algoritma secara lengkap, perhitungan secara umum benar, namun mengandung sedikit kesalahan.

2 Menunjukkan pemahaman konsep dan prinsip terhadap soal matematika kurang lengkap, dan perhitungan masih terdapat sedikit kesalahan. 1 Menunjukkan pemahaman konsep dan prinsip terhadap soal matematika

sangat terbatas, dan sebagian besar jawaban masih mengandung perhitungan yang salah.

0 Tidak menunjukkan pemahaman konsep dan prinsip terhadap soal matematika.

b. Tes Kemampuan Berpikir Logis

Tes kemampuan berpikir logis yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes berpikir logis yang meliputi analogi, probabilistic reasoning, combinatorial

reasoning dan controlling variabel. Tes dilakukan dua kali, yaitu pretes, yang

bertujuan untuk melihat kemampuan berpikir logis awal siswa dan postes, yang bertujuan untuk mengukur kemampuan berpikir logis siswa setelah perlakuan diberikan. Adapun rincian indikator kemampuan berpikir logis yang akan diukur adalah sebagai berikut:


(22)

Tabel 3.2

Deskripsi Indikator Kemampuan Berpikir Logis Variabel Indikator Aspek yang diukur

Berpikir logis

Analogi

Menganalogikan antar topik matematika dalam pokok bahasan yang sama, disertai alasan keserupaannya.

Penalaran probabilitas

Menginterpretasikan data yang diperoleh berupa besarnya kemungkinan terjadinya suatu kejadian.

Penalaran kombinatorial

Menentukan besarnya kombinasi dari suatu kejadian.

Controlling Variabel kemampuan dalam menginterpretasikan suatu

informasi.

Untuk memperoleh data kemampuan berpikir logis matematis, dilakukan penskoran menggunakan pedoman penskoran yang dimodifikasi dari Saragih (2011) yang disajikan dalam tabel 3.3 berikut.

Tabel 3.3

Pedoman penskoran tes kemampuan berpikir logis Kriteria Jawaban Soal Skor

Jawaban benar dan alasan benar 4 Jawaban benar dan alasan salah 3 Jawaban salah dan alasan benar 2 Jawaban salah dan alasan salah 1

Tidak ada jawaban 0

Tes kemampuan pemahaman matematis dan kemampuan berpikir logis matematis sebelum digunakan dalam penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji coba dengan tujuan untuk mengetahui apakah soal tersebut sudah memenuhi persyaratan validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda. Soal tes kemampuan pemahaman dan berpikir logis matematis ini diujicobakan pada siswa


(23)

kelas XII IPA1 SMA 1 Koba sebanyak 32 orang yang telah menerima materi peluang. Tahapan yang dilakukan pada uji coba tes kemampuan pemahaman dan berpikir logis matematis sebagai berikut:

c. Analisis Validitas Tes

Menurut Arikunto (2006: 168), validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkatan kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Validitas instrumen diketahui dari hasil pemikiran dan hasil pengamatan. dari hasil tersebut akan diperoleh validitas teoritik dan validitas empirik.

1) Validitas Teoritik

Validitas teoritik untuk sebuah instrumen evaluasi menunjuk pada kondisi bagi sebuah instrumen yang memenuhi persyaratan valid berdasarkan teori dan aturan yang ada. Pertimbangan terhadap soal tes kemampuan berpikir logis yang berkenaan dengan validitas isi dan validitas muka diberikan oleh ahli.

Validitas isi suatu alat evaluasi artinya ketepatan alat tersebut ditinjau dari segi materi yang dievaluasikan (Suherman, 2001: 131). Validitas isi dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah diajarkan, apakah soal pada instrumen penelitian sesuai atau tidak dengan indikator.

Validitas muka dilakukan dengan melihat tampilan dari soal itu yaitu keabsahan susunan kalimat atau kata-kata dalam soal sehingga jelas pengertiannya dan tidak salah tafsir. Jadi suatu instrumen dikatakan memiliki validitas muka yang baik apabila instrumen tersebut mudah dipahami maksudnya sehingga testi tidak mengalami kesulitan ketika menjawab soal.


(24)

Sebelum tes tersebut digunakan, terlebih dahulu dilakukan validitas muka dan validitas isi instrumen oleh para ahli yang berkompeten. Uji coba validitas isi dan validitas muka untuk soal tes kemampuan berpikir logis matematis dilakukan oleh 3 orang penimbang. Untuk mengukur validitas isi, pertimbangan didasarkan pada kesesuaian soal dengan materi ajar matematika SMA kelas XI IPA, dan sesuai dengan tingkat kesulitan siswa kelas tersebut. Untuk mengukur validitas muka, pertimbangan didasarkan pada kejelasan soal tes dari segi bahasa dan redaksi.

Adapun hasil pertimbangan mengenai validitas isi dan validitas muka dari ketiga orang ahli dapat dilihat pada Lampiran B. Setelah instrumen dinyatakan sudah memenuhi validitas isi dan validitas muka, kemudian secara terbatas diujicobakan kepada lima orang siswa di luar sampel penelitian yang telah menerima materi yang diteskan. Tujuan dari uji coba terbatas ini adalah untuk mengetahui tingkat keterbacaan bahasa sekaligus memperoleh gambaran apakah butir-butir soal tersebut dapat dipahami dengan baik oleh siswa. Berdasarkan hasil uji coba terbatas, ternyata diperoleh gambaran bahwa semua soal tes dipahami dengan baik. Kisi-kisi soal, perangkat soal, dan kunci tes kemampuan pemahaman dan berpikir logis matematis tersebut, selengkapnya ada pada Lampiran A.

2) Validitas Empirik

Validitas empirik adalah validitas yang ditinjau dengan kriteria tertentu. Kriteria ini digunakan untuk menentukan tinggi rendahnya koefisien validitas alat evaluasi yang dibuat melalui perhitungan korelasi produk momen dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment Pearson (Suherman, 2003: 120).


(25)

=

�Σ − ΣX (ΣY)

(�Σ 2− Σ 2)(�Σ 2− Σ 2)

dengan

rxy : Koefisien validitas

X : Skor tiap butir soal yang diraih oleh tiap siswa Y : Skor total yang diraih tiap siswa dari seluruh siswa N : Jumlah siswa

Interpretasi besarnya koefisien validitas (Suherman, 2003: 113) dapat dilihat pada tabel 3.4 berikut ini:

Tabel 3.4

Interpretasi Koefisien Validitas

Koefisien Validitas Interpretasi

0,90 < rxy≤ 1,00 Sangat baik

0,60 < rxy≤ 0,90 baik

0,40 < rxy≤ 0,60 Cukup

0,20 < rxy≤ 0,40 Kurang

0,00 ≤ rxy≤ 0,20 Sangat rendah

Data hasil uji coba soal tes serta validitas butir soal selengkapnya ada pada Lampiran B. Perhitungan validitas butir soal menggunakan software Anates V.4

For Windows. Untuk validitas butir soal digunakan korelasi product moment dari Karl Pearson, yaitu korelasi setiap butir soal dengan skor total. Hasil validitas

butir soal kemampuan pemahaman dan berpikir logis matematis disajikan pada Tabel 3.5 berikut ini:


(26)

Tabel 3.5

Hasi Uji Validitas Butir Soal

No .Soal Koefisien (rxy) Kategori Keterangan

1 0,786 Tinggi

Soal kemampuan pemahaman matematis

2 0,879 Tinggi

3 0,887 Tinggi

4 0,875 Tinggi

5 0,774 Tinggi

Soal kemampuan Berpikir Logis

6 0,887 Tinggi

7 0,937 Sangat Tinggi

8 0,842 Tinggi

Catatan: rtabel(α = 5%) = 0,304 dengan dk = 30 d. Analisis Reliabilitas Butir Soal

Uji reliabilitas tes bertujuan untuk menguji tingkat keajegan/kekonsistenan instrumen tersebut bila diberikan kepada subjek yang sama meskipun oleh orang yang berbeda, waktu yang berbeda, atau tempat yang berbeda, maka akan memberikan hasil yang sama atau relatif sama. Rumus yang digunakan untuk menghitung reliabilitas tes digunakan rumus Alpha (Suherman, 2003: 154) yaitu:

11 =

1 1−

2

�2

dengan

11 : koefisien reliabilitas soal

: banyak butir soal

2 : Jumlah variansi skor tiap-tiap item

�2 : variansi total


(27)

Tabel 3.6

Klasifikasi Tingkat Reliabilitas

Koefisien Reliabilitas Keterangan

0,90 < r11≤ 1,00 Sangat tinggi

0,70 < r11≤ 0,90 Tinggi

0,40 < r11≤ 0,70 Sedang

0,20 < r11≤ 0,40 Rendah

0,00 ≤ r11≤ 0,20 Sangat rendah

Untuk mengetahui instrumen yang digunakan reliabel atau tidak maka dilakukan pengujian reliabilitas dengan rumus Alpha-Croncbach dengan bantuan program Anates V.4 for Windows. Pengambilan keputusan yang dilakukan adalah dengan membandingkan rhitung dan rtabel. Jika rhitung > rtabel maka soal reliabel,

sedangkan jika rhitung≤ rtabel maka soal tidak reliabel.

Maka untuk α = 5% dengan derajat kebebasan dk = 30 diperoleh harga rtabel

0,30. Hasil perhitungan reliabilitas dari uji coba instrumen diperoleh rhitung

= 0,95. Artinya soal tersebut reliabel karena 0,95 > 0,30 dan termasuk ke dalam kategori sangat tinggi. Hasil perhitungan selengkapnya ada pada Lampiran B. Berikut ini merupakan rekapitulasi hasil perhitungan reliabilitas:

Tabel 3.7 Reliabilitas Tes

Kemampuan Pemahaman Matematis dan Berpikir Logis

rhitung rtabel Kriteria Kategori

0,95 0,30 Reliabel Sangat Tinggi

Hasil analisis menunjukkan bahwa soal kemampuan pemahaman dan berpikir logis matematis telah memenuhi karakteristik yang memadai untuk digunakan dalam penelitian.


(28)

e. Analisis tingkat kesukaran soal

Uji tingkat kesukaran dilakukan untuk mengetahui apakah butir soal tergolong sukar, sedang atau mudah. Uji tingkat kesukaran menggunakan rumus

berikut ini (Suherman,2003:170):

IK

=

� +�

2��

atau IK

=

� +�

2��

Dimana:

IK = Indeks Kesukaran.

JBA = Jumlah siswa kelompok atas yang menjawab benar.

JBB = Jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab benar.

JSA = Jumlah siswa kelompok atas.

JSB = Jumlah siswa kelompok bawah.

Indeks kesukaran (Suherman, 2003: 170) diklasifikasikan seperti Tabel 3.8 berikut ini:

Tabel 3.8

Klasifikasi Indeks Kesukaran Soal Indeks Kesukaran (IK) Klasifikasi

IK = 0,00 Soal sangat sukar

0,00< IK < 0,30 Soal sukar

0,3≤ IK < 0,70 Soal sedang

0,70 ≤ IK < 1,00 Soal mudah

IK = 1,00 Soal sangat mudah

Hasil uji coba soal untuk tingkat kesukaran dengan menggunakan bantuan software Anates V.4 For Windows dapat dilihat pada Tabel 3.9.


(29)

Tabel 3.9

Tingkat Kesukaran Butir Soal

Kemampuan Pemahaman dan Berpikir Logis Matematis No.Soal Tingkat Kesukaran Interpretasi Keterangan

1 59,72 Sedang

Soal Pemahaman Matematis

2 56,94 Sedang

3 54,17 Sedang

4 47,22 Sedang

5 44,44 Sedang

Soal Berpikir Logis Matematis

6 52,78 Sedang

7 54,17 Sedang

8 56,94 Sedang

f. Analisis Daya Pembeda Soal

Uji daya pembeda, dilakukan untuk mengetahui sejauh mana tiap butir soal mampu membedakan antara siswa kelompok atas dengan siswa kelompok bawah. Daya pembeda butir soal dihitung dengan rumus berikut ini (Suherman, 2003 : 160):

DP = � � �−� atau DP = � −�

��

dengan:

DP : daya pembeda.

� : jumlah siswa kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar, atau jumlah benar kelompok atas.

� : jumlah siswa kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar, atau jumlah benar kelompok atas.

�� : jumlah siswa kelompok atas (higher group atau upper group).


(30)

Klasifikasi interpretasi daya pembeda soal (Suherman, 2003:161) dapat dilihat pada Tabel 3.10.

Tabel 3.10

Klasifikasi Daya Pembeda Soal

Daya Pembeda (DP) Klasifikasi

DP≤ 0,00 Sangat jelek

0,00< DP <0,20 Jelek

0,2≤DP <0,40 Cukup

0,40≤ DP <0,70 Baik

0,70< DP ≤1,00 Baik sekali

Adapun hasil rangkuman yang diperoleh dari uji coba instrumen untuk daya pembeda dengan menggunakan software Anates V.4 For Windows dapat dilihat pada Tabel 3.11 berikut.

Tabel 3.11 Daya Pembeda Soal

Kemampuan Pemahaman dan Berpikir Logis Matematis No.Soal Tingkat Kesukaran Interpretasi Keterangan

1 0,36 Cukup

Soal Pemahaman Matematis

2 0,58 Baik

3 0,47 Baik

4 0,61 Baik

5 0,39 Cukup

Soal Berpikir Logis Matematis

6 0,50 Baik

7 0,47 Baik


(31)

2. Skala Disposisi Matematis

Skala disposisi matematis siswa diberikan sebagai bahan evaluasi secara

kualitatif mengenai disposisi matematis siswa yang meliputi 1) kepercayaan diri, 2) keingintahuan, 3) ketekunan, 4) fleksibilitas, dan 5) reflektif dan rasa senang.

Butir pernyataan disposisi matematis terdiri atas 23 item yang diadaptasi dari Permana (2010: 154) dengan empat pilihan jawaban yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Pilihan jawaban netral (ragu-ragu) tidak digunakan untuk menghindari jawaban aman dan mendorong siswa untuk melakukan keberpihakan jawaban. Skala ini diberikan kepada siswa sesudah pelaksanaan pembelajaran.

Sebelum instrumen ini digunakan, dilakukan uji coba empiris dalam dua tahap. Tahap pertama dilakukan uji coba terbatas pada tiga orang siswa di luar sampel penelitian. Tujuan dari uji coba ini adalah untuk mengetahui tingkat keterbacaan bahasa dan sekaligus memperoleh gambaran apakah pernyataan-pernyataan dari skala disposisi matematis dapat dipahami oleh siswa. Dari hasil uji coba terbatas, ternyata diperoleh gambaran bahwa semua pernyataan dapat dipahami dengan baik oleh siswa.

Setelah instrumen skala disposisi matematis dinyatakan layak digunakan, kemudian dilakukan uji coba tahap kedua pada siswa kelas XII IPA 1 SMA 1 Koba sebanyak 60 orang. Kisi-kisi dan instrumen skala disposisi matematis disajikan pada Lampiran A. Tujuan uji coba untuk mengetahui validitas setiap item pernyataan dan sekaligus untuk menghitung bobot setiap pilihan (SS, S, TS, STS) dari setiap pernyataan. Pemberian skor setiap pilihan dari pernyataan skala


(32)

disposisi matematis siswa ditentukan secara aposteriori yaitu berdasarkan distribusi jawaban responden.

Dengan menggunakan metode ini bobot setiap pilihan (SS, S, TS, STS) dari setiap pernyataan dapat berbeda-beda tergantung pada sebaran respon siswa. Proses perhitungan menggunakan bantuan perangkat lunat MS Excel for Windows

2007.

Tabel 3.12

Uji Validitas Butir Skala Disposisi Matematis

korelasi antara Nilai Korelasi Probabilitas Korelasi Kesimpulan

Interpretasi (Pearson Correlation) [Sig. (2-tailed)]

P1 dengan Total 0,462 0,000 Valid Dipakai

P2 dengan Total 0,235 0,071 Tidak Valid Direvisi

P3 dengan Total 0,286 0,027 Valid Dipakai

P4 dengan Total 0,440 0,000 Valid Dipakai

P5 dengan Total 0,511 0,000 Valid Dipakai

P6 dengan Total 0,531 0,000 Valid Dipakai

P7 dengan Total 0,436 0,000 Valid Dipakai

P8 dengan Total 0,390 0,002 Valid Dipakai

P9 dengan Total -0,007 0,960 Tidak Valid Direvisi

P10 dengan Total 0,099 0,451 Tidak Valid Direvisi

P11 dengan Total 0,304 0,018 Valid Dipakai

P12 dengan Total 0,389 0,002 Valid Dipakai

P13 dengan Total 0,152 0,245 Tidak Valid Direvisi

P14 dengan Total 0,321 0,012 Valid Dipakai

P15 dengan Total 0,286 0,027 Valid Dipakai

P16 dengan Total 0,596 0,000 Valid Dipakai

P17 dengan Total 0,362 0,004 Valid Dipakai

P18 dengan Total 0,567 0,000 Valid Dipakai

P19 dengan Total 0,477 0,000 Valid Dipakai

P20 dengan Total 0,511 0,000 Valid Dipakai

P21 dengan Total 0,529 0,000 Valid Dipakai

P22 dengan Total 0,411 0,001 Valid Dipakai

P23 dengan Total 0,491 0,000 Valid Dipakai


(33)

3. Skala Sikap terhadap Pembelajaran E-learning Berbasis Website

Skala sikap dipersiapkan dan dibagikan kepada siswa-siswa di kelompok eksperimen setelah tes akhir selesai dilaksanakan. Skala sikap ini diberikan untuk mengetahui sikap siswa tentang pembelajaran e-learning berbasis website yang dilaksanakan. Skala sikap ini menggunakan skala Likert, setiap siswa diminta untuk menjawab pertanyaan dengan jawaban Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Netral (N), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Pemberian nilai akan dibedakan antara pernyataan yang bersifat negatif dengan pernyataan yang bersifat positif. Pemberian skor setiap pilihan dari pernyataan skala sikap siswa ditentukan secara aposteriori yaitu berdasarkan distribusi jawaban responden.

Dengan menggunakan metode ini bobot setiap pilihan (SS, S, N, TS, STS) dari setiap pernyataan dapat berbeda-beda tergantung pada sebaran respon siswa. Proses perhitungan menggunakan bantuan perangkat lunat MS Excel for Windows

2007.

4. Pengembangan Bahan Ajar

Bahan ajar dalam penelitian ini menggunakan pembelajaran berbasis masalah untuk kelompok-kelompok eksperimen. Bahan ajar disusun berdasarkan kurikulum yang berlaku di lapangan yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Isi bahan ajar memuat materi-materi peluang untuk kelas XI IPA semester I dengan langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah yang diarahkan untuk meningkatkan kemampuan pemahaman matematis dan kemampuan berpikir logis siswa. Selain itu, disiapkan soal-soal latihan dalam bentuk pilihan ganda yang nanti akan dikerjakan siswa dalam website.


(34)

Bahan ajar tersebut akan dipublikasikan dan disampaikan pada siswa melalui website. Dalam website inilah siswa dapat mengunduh, atau membuka modul e-learning, mengerjakan kuis, menanggapi permasalahan melalui forum diskusi, atau mengumpulkan tugas berupa file melalui email.

Langkah-langkah pembuatan website adalah:

1) Membeli / mengunduh gratis hosting account dan domain account yang akan digunakan sebagai alamat URL website. Adapun alamat e-learning adalah

www.matematikaku.com.

2) Melakukan instalasi Moodle pada hosting account melalui cpanel.

3) Melakukan editing tampilan dan fasilitas yang diinginkan dalam website sesuai dengan tujuan pembelajaran.

4) Meng-upload modul e-learning yang yang telah dibuat sebelumnya ke dalam

website.

5) E – learning siap diujicobakan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui tes pemahaman matematis, tes kemampuan berpikir logis, skala disposisi matematis dan skala sikap siswa terhadap pembelajaran e-learning berbasis website. Data yang berkaitan dengan pemahaman matematis dan kemampuan berpikir logis matematis siswa dikumpulkan melalui pretes dan postes, data yang berkaitan dengan disposisi matematis siswa dikumpulkan melalui penyebaran skala disposisi siswa setelah pembelajaran baik untuk kelas eksperimen maupun kelas kontrol sedangkan data


(35)

mengenai skala sikap sikap siswa terhadap pembelajaran e-learning berbasis

website dikumpulkan melalui penyebaran skala sikap untuk kelas eksperimen.

F. Teknik Analisa Data

Data yang diperoleh dari penelitian ini meliputi data kuantitatif berupa hasil tes kemampuan pemahaman matematis, kemampuan berpikir logis siswa, data

skala disposisi matematis siswa, dan data skala sikap terhadap pembelajaran

e-learning berbasis website.

Data-data kuantitatif diperoleh dalam bentuk hasil uji instrumen, data pretes, postes, N-gain, skala disposisi matematis siswa dan skala sikap terhadap pembelajaran e-learning berbasis website. Data hasil uji instrumen diolah dengan

software Anates Versi 4.1 untuk memperoleh validitas, reliabilitas, daya pembeda

serta derajat kesukaran soal. Data hasil pretes, postes, N-gain, skala disposisi matematis siswa dan skala sikap siswa terhadap pembelajaran e-learning berbasis

website diolah dengan bantuan program Microsoft Excel dan software SPSS Versi 17.0 for Windows.

a. Data Hasil Tes Kemampuan Pemahaman dan Berpikir Logis Matematis.

Hasil tes kemampuan pemahaman dan berpikir logis matematis siswa digunakan untuk menelaah peningkatan kemampuan pemahaman matematis dan

kemampuan berpikir logis matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran


(36)

Data yang diperoleh dari hasil tes kemampuan pemahaman dan berpikir logis matematis diolah melalui tahapan sebagai berikut:

1) Memberikan skor jawaban siswa sesuai dengan kunci jawaban dan pedoman penskoran yang digunakan.

2) Membuat tabel skor pretes dan postes siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.

3) Menentukan skor peningkatan kemampuan berpikir logis matematis dengan rumus N-gain ternormalisasi (Hake, 2002) yaitu:

� � � ��� = postes score− score

maximum possible score− score

Hasil perhitungan N-gain kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi sebagai berikut:

Tabel 3.13

Klasifikasi Gain Ternormalisasi Besarnya N-gain (g) Klasifikasi

g ≥ 0,70 Tinggi

0,30 ≤ g < 0,70 Sedang

g < 0,30 Rendah

4) Melakukan uji normalitas untuk mengetahui kenormalan data skor pretes, postes dan N-gain kemampuan berpikir logis matematis menggunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov.

Adapun rumusan hipotesisnya adalah: H0: Data berdistribusi normal

Ha: Data tidak berdistribusi normal

Dengan kriteria uji sebagai berikut:


(37)

Jika nilai Sig. (p-value) ≥ α (α =0,05), maka H0 diterima.

5) Menguji homogenitas varians skor pretes, postes dan N-gain kemampuan pemahaman dan berpikir logis matematis menggunakan uji Levene. Adapun hipotesis yang akan diuji adalah:

H0: Kedua data bervariansi homogen

Ha: Kedua data tidak bervariansi homogen

Dengan kriteria uji sebagai berikut:

Jika nilai Sig. (p-value) < α (α =0,05), maka H0 ditolak

Jika nilai Sig. (p-value) ≥ α (α =0,05), maka H0 diterima.

6) Setelah data memenuhi syarat normal dan homogen, selanjutnya dilakukan uji kesamaan rataan skor pretes dan uji perbedaan rataan skor postes dan N-gain menggunakan uji-t yaitu Independent Sample T-Test.

7) Melakukan uji korelasi untuk mengetahui hubungan antara kemampuana pemahaman matematis dan kemampuan berpikir logis siswa pada kelas eksperimen dengan uji korelasi Pearson.


(38)

Untuk memperjelas cara pengujian hipotesis, berikut digambarkan diagram alur pengujian hipotesis berikut ini:

tidak normal

normal

tidak homogen

homogen

Gambar 3.1.

Diagram Alur Pengujian Hipotesis

b. Data Skala Disposisi Matematis

Pemberian skor setiap pilihan dari pernyataan skala disposisi matematis siswa ditentukan secara aposteriori yaitu berdasarkan distribusi jawaban responden. Dengan menggunakan metode ini bobot setiap pilihan (SS, S, TS, STS) dari setiap pernyataan dapat berbeda-beda tergantung pada sebaran respon siswa. Data skor skala disposisi matematis siswa yang diperoleh diolah melalui tahap-tahap berikut:

1) Hasil jawaban untuk setiap pertanyaan dihitung frekuensi setiap pilihan jawaban.

Uji Homogenitas Uji t

Uji t

Uji normalitas Uji Mann-Whitney

Data


(39)

2) Frekuensi yang diperoleh setiap pertanyaan dihitung proporsi setiap pilihan jawaban.

3) Berdasarkan proporsi untuk setiap pertanyaan tersebut, dihitung proporsi kumulatif untuk setiap pertanyaan.

4) Kemudian ditentukan nilai batas untuk Z bagi setiap pilihan jawaban dan setiap pertanyaan.

5) Berdasarkan nilai Z, transformasikan masing-masing skor nilai pada setiap pilihan yang dijawab siswa.

6) Selanjutnya dilakukan Uji-t dengan independent sample t-test untuk melihat apakah ada perbedaan signifikan skor disposisi matematis siswa yang mendapat pembelajaran blended e-learning berbasis website dan siswa yang mendapat pembelajaran konvensional. Kriteria pengujian adalah terima H0

apabila Asymp. Sig. > taraf signifikansi (α = 0,05).

c. Data Skala Sikap Siswa

Pemberian skor setiap pilihan dari pernyataan skala sikap siswa ditentukan secara aposteriori yaitu berdasarkan distribusi jawaban responden. Dengan menggunakan metode ini bobot setiap pilihan (SS, S, N, TS, STS) dari setiap pernyataan dapat berbeda-beda tergantung pada sebaran respon siswa. Data skor skala sikap matematis siswa yang diperoleh diolah melalui tahap-tahap seperti skala disposisi matematis siswa. Kemudian dianalisis dengan melihat rata-rata


(40)

(2003: 191) seorang subyek dapat digolongkan pada kelompok responden yang memiliki sikap positif jika skor subyek lebih besar daripada skor netral.

G. Tahap Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan mulai bulan Juli 2012 tahun ajaran 2012/2013. Penelitian dibagi ke dalam beberapa tahapan sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan penelitian meliputi tahap-tahap penyusunan proposal, seminar proposal, studi pendahuluan, penyusunan instrumen penelitian, pengujian instrumen dan perbaikan instrumen.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Tahap pelaksanaan penelitian meliputi tahap implementasi instrumen, implementasi pembelajaran dengan pembelajaran blended e-learning berbasis website , serta tahap pengumpulan data.

3. Tahap Penulisan Laporan

Tahap penulisan laporan meliputi tahap pengolahan data, analisis data, dan penyusun laporan secara lengkap.


(41)

Prosedur tahapan penelitian secara garis besar ditunjukkan melalui diagram alur pada Gambar 3.2.

Gambar 3.2 Alur Penelitian

Judgment dan revisi Pembuatan E-learning

dan Website Penyusunan Instrumen

1.Soal tes pemahaman

matematis dan berpikir logis 2. Skala disposisi matematis 3. Skala sikap siswa

Penyusunan Rencana Pembelajaran

Validasi, Uji coba, Revisi

Skala disposisi matematis Tes awal

Analisis Data

Kesimpulan Masalah

Studi Pendahuluan

Kelas eksperimen (Implementasi e-learning berbasis

website)

Kelas kontrol (pembelajaran konvensional)

Skala sikap

Penyusunan Proposal


(42)

(43)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data dan temuan penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Secara keseluruhan penerapan pembelajaran blended e-learning berbasis website menggunakan bahan ajar berbasis masalah dapat meningkatkan kemampuan pemahaman dan kemampuan berpikir logis matematis siswa.

2. Peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa yang memperoleh pembelajaran blended e-learning berbasis website lebih baik dibandingkan dengan siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional.

3. Peningkatan kemampuan berpikir logis matematis siswa yang memperoleh pembelajaran blended e-learning berbasis website lebih baik dibandingkan dengan siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional.

4. Terdapat korelasi antara kemampuan pemahaman matematis dan kemampuan berpikir logis matematis setelah mendapatkan pembelajaran blended e-learning berbasis website. Dengan nilai koefisien korelasi 0,668 yang termasuk ke dalam kategori tinggi dan positif.

5. Tidak terdapat perbedaan antara skala disposisi matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran blended e-learning berbasis website dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional.


(44)

6. Secara umum, siswa memberikan tanggapan sangat baik terhadap pembelajaran

blended e-learning berbasis website. Siswa menunjukkan perasaan senang, aktif

mengikuti kuis online, dan menyukai bahan ajar e-learning dipelajari kapan saja sesuai dengan keinginan siswa.

B.SARAN

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut:

1. Pembelajaran menggunakan blended e-learning berbasis website hendaknya menjadi salah satu alternatif pembelajaran bagi guru SMA khususnya bagi sekolah–sekolah yang sudah mempunyai website sekolah, laboratorium komputer dan jaringan internet (wi-fi) di sekolah yang sudah memadai.

2. Hendaknya guru-guru matematika di sekolah membiasakan siswa-siswanya memanfaatkan internet dalam membantu proses pembelajaran di sekolah.

3. Kajian hubungan tentang kemampuan pemahaman matematis dan kemampuan berpikir logis matematis yang terungkap dalam penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh kemampuan pemahaman matematis dan kemampuan berpikir logis matematis.

4. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk bahan ajar yang menggunakan pendekatan lainnya sehingga dapat dikembangkan melalui e-learning berbasis


(45)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad. (2005). Kemampuan Pemahaman dan Pemecahan Masalah Matematika

Siswa SLTP dengan Model Pembelajaran Berbasis Masalah. Tesis SPs UPI

Bandung: Tidak diterbitkan.

Alfeld, P. (2004). Understanding Mathematics. [Online]. Tersedia: http:// www.

Math.utah.edu/-pa/ math. html. [5 Desember 2012].

Ansari, B. (2003). Menumbuhkembangkan Kemampuan Pemahaman dan

Komunikasi Matematik Siswa SMU Melalui Strategi Think–Talk–Write.

Disertasi SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Astuti, R. (2009). Studi Perbandingan Kemampuan Komunikasi Matematik dan

Kemandirian Belajar Siswa pada Kelompok Siswa yang Belajar Reciprocal Teaching dengan Pembelajaran Biasa. Tesis SPs UPI Bandung: Tidak

diterbitkan

Audiblox. (2006). Logical Thinking: Helping Children to Become Smarter.

[Online]. Tersedia: http://www.audiblox.com/math_problems.htm.

[16 Maret 2012].

Brown, I. (2002). Individual and Technology Factor Affecting Perceived Ease of Use of Web- Based Tecnologies in a Developing Country. Dalam Electronic

Journal of Information System in Developing Countries [Online], Vol 9, 15

halaman. Tersedia : http://www.ejisdc.org [9 Mei 2012].

Clark, R. (2002). Six Principles of Effective e-learning; What Works and Why. Dalam The e-learning Developers journal [online], 9 halaman. Tersedia: http://www.elearningGuild.com. [ 9 Mei 2012].

Dahar, R. (1996). Teori-Teori Belajar. Cetakan kedua. Jakarta: Erlangga.

Darmayanti, S. (2010). Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Penalaran

Matematis Siswa Dengan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik.

Tesis SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Darminto, B. & Setiawan, W. (2008). Studi Perbandingan Antara Model Pembelajaran Berbasis Komputer dalam Peningkatan Kemampuan Berpikir Matematis Tingkat Tinggi. Dalam Jurnal Pendidikan Teknologi Informasi

dan Komunikasi, Vol 1, No 2. [online]. Tersedia: file.upi.edu/Direktori/.../13._Studi_Perbandingan_PBK.pdf. [12 Desember 2012]

Depdiknas. (2006). Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik


(46)

Desmita. (2011). Psikologi Perkembangan Peserta Didik: Panduan bagi Orang

Tua dan Guru dalam Memahami Psikologi Anak Usia SD, SMP dan SMA.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Dwijanto. (2007). Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan

Komputer terhadap Pencapaian Kemampuan Pemecahan Masalah dan Berpikir Kreatif Matematik Mahasiswa. Disertasi UPI Bandung: Tidak

diterbitkan

Dzakiria, H., Mustafa, C.S. & Bakar, A. H. (2006). Moving Forward with Blended Learning (BL) as a Pedagogical Alternative to Traditional Classroom Learning. Dalam Malaysian Online Journal of Instructional

Technology (MOJIT) [online]. 8 halaman. Tersedia: http://ldms.oum.edu.my/oumlib/sites/default/files/file_attachments/odlresources/43 40/moving-forward.pdf .[3 Desember 2012].

Echols, J, M. & Shadily, H. (2005). An English–Indonesia Dictionary. Jakarta: PT

Gramedia Jakarta.

Gijselaers, W. H. (1996). Connecting Problem-Based Learning with Educational

Theory. New Direction for Teaching and Learning.

Groves, S. (1996). Good Use of Technology Changes the Nature of Classroom Mathematics. Dalam Conference Proceeding “Technology In Mathematics

Education”[Online].Tersedia:http://www.merga.net.au/documents/Keynote

_Groves_1996.pdf. [16 Oktober 2012].

Hake, R. (2002). Relationship of Individual Student Normalized Learning Gains in Mechanics with Gender, High-School Physics, and Pretest Scores on Mathematics and Spatial Visualization. Dalam the Physics Education

Research Conference [Online]. Tersedia: http://www.physics.indiana.edu/

hake/PERC2002h-Hake.pdf. [ 5 November 2012].

Hamidah. (2010). Pengaruh Model Pembelajaran Arias terhadap Kemampuan

Pemahaman Matematis Siswa SMP Ditinjau dari Tingkat Kecerdasan Emosional. Tesis SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan

Hanum, F. (2010). Implementasi Model Pembelajaran Sosiokultural di Sekolah

Dasar di Provinsi Jawa Tengah dan DIY. Artikel Laporan Hasil Hibah

Kompetitif Penelitian Strategis Nasional. Dirjen Dikti Kemdiknas. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta

Hariwijaya, M. & Surya, S. (2012). Adventure In Math : Tes IQ Matematika. Yogyakarta: ORYZA.

Herman, T. (2006). Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan

kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa SMP. Disertasi UPI Bandung:


(47)

Hidayat, E. (2009). Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematik dan

Kemandirian Belajar SMP dengan Menggunakan Pendekatan Matematika Realistik. Tesis SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Hohenwarter, J. & Lavicza, Z. (2008). Introducing Dynamic Mathematics Software to Secondary School Teachers: The Case of Geogebra. Dalam

Journal of Computer in Mathematics and Science Teaching [Online], Vol

28, 12 halaman. Tersedia: http://www.editlib.org/p/30304. [27 April 2012] Kachala, S. J. (1998). Report On The Effectiveness Of Technology in Schools.

[Online].Tersedia:http://www.eric.ed.gov/ERICWebPortal/search/detailmini

.jsp?_.[10 Desember 2012]

Kiat, B. & Chun, H. (2006). Use Web-Based Simulation To Learn Trigonometric Curves. Dalam International Journal For Mathematics And Learning. 14 halaman. Tersedia: [24 November 2011].

Kurniawan, R. (2009). Membangun Media Ajar Online Untuk Orang Awan. Palembang : Maxikom

Kusumah, Y. (2010). “Enhancing The Quality of Education Through Application

of Information and Communication Technology”. Makalah pada Workshop untuk Guru RSBI, Garut.

. (2011). “Aplikasi Teknologi Informasi Dan Komunikasi Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Matematis Siswa “. Makalah Seminar Aplikasi Teknologi dan Komunikasi dalam Pembelajaran Matematika., Bandung

Lestari, F. (2012). Pengaruh Pembelajaran Menggunakan Model Peta Pikiran

(Mind Mapping) Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa. Tesis SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Marzani. (2011). Penerapan e-learning Berbasis Moodle Untuk Meningkatkan

Penguasaan Konsep dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Konsep Cahaya SMP. Tesis SPs UPI Bandung : Tidak diterbitkan.

Mukhayat, T. (2004). Mengembangkan Metode Belajar yang Baik pada Anak. Yogyakarta: FMIPA Universitas Gadjah Mada.

National Council of Teacher of Mathematics. (2000). Principles and Standards

for School Mathematics. Reston,VA: NCTM.

Novaliyosi. (2011). Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis dan

Kemandirian Belajar dengan Pendekatan Investigasi. Tesis SPs UPI


(48)

Oktavien, Y. (2012). Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Pemecahan

Masalah Matematis Siswa Sekolah Menengah Atas Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw. Tesis SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Oliver, M. & Trigwell, K. (2005). Can „Blended Learning‟ Be Redeemeed. [Online]. Tersedia: www.wwwords.co.uk/rss/abstract.asp?j. [10 Desember 2012].

Otrina, M. (2010). Peningkatan Pemahaman Matematik dan Berpikir Logis

dengan Menggunakan Metode Improve Pada Siswa SMP. Tesis SPs UPI

Bandung: Tidak Diterbitkan

Permana, Y. (2010). Mengembangkan Kemampuan Pemahaman, Komunikasi dan

Disposisi Matematis Siswa SMA Melalui Model Eliciting Activities.

Disertasi SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Qohar, A. (2010). Mengembangkan Kemampuan Pemahaman, Koneksi Dan

Komunikasi Matematis Serta Kemandirian Belajar Siswa SMP Melalui Reciprocal Teaching. Disertasi UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Ratnaningsih, N. (2007). Pengaruh Pembelajaran Kontekstual terhadap

Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematik serta Kemandirian Belajar Siswa Sekolah Menengah Atas. Disertasi UPI Bandung: Tidak

diterbitkan

Reziyustikha, L. (2012). Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Koneksi

Matematis Siswa SMP Menggunakan Pendekatan Open-Ended dengan Pembelajaran Kooperatif tipe Co-op Co-op. Tesis SPs UPI Bandung: Tidak

diterbitkan.

Rohendi, D. (2009). Kemampuan Pemahaman, Koneksi dan Pemecahan Masalah

Matematik: Eksprimen terhadap Siswa SMA melalui Pembelajaran Elektronik (E-Learning). Disertasi SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Rusman, Kurniawan, D. & Riyana, C. (2011). Pembelajaran Berbasis Teknologi

Informasi dan Komunikasi. Bandung : Rajawali Press.

Ruseffendi, E.T. (2005). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non

Eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito.

Saragih, S. (2011). Penerapan Matematika Realistik dan Kelompok Kecil Untuk

Meningkatkan Kemampuan Keruangan, Berpikir Logis dan Sikap Positif Terhadap Matematika Siswa Kelas VIII. Disertasi SPS UPI Bandung: Tidak

Diterbitkan.

Schacter, J. (1999). The Impact of Education on Technology on student Achievement. What the most current Research Has to say. [Online]. Tersedia:www.mff.org/pubs/ME161.pdf. [3 Desember 2012]


(49)

Shadiq, F. (2004). Pemecahan Masalah, Penalaran dan Komunikasi. Yogyakarta: P4TK Matematika Yogyakarta.

Sugandi, I. (2010). Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Setting

Kooperatif Tipe Jigsaw terhadap Pencapaian Kemampuan Berpikir Matematis Tingkat Tinggi dan Kemandirian Belajar Siswa SMA. Disertasi

SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Suhendi. (2009). Implementasi E-learning Untuk Meningkatkan Penguasaan

Konsep dan Memperbaiki Sikap Belajar Mahasiswa Pada Materi Pencemaran Lingkungan. Tesis SPs UPI Bandung : Tidak Diterbitkan.

Suherman, E. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: UPI Bandung.

Sujatmikowati, A. (2010). Peningkatan Kemampuan Pemahaman dan

Generalisasi Siswa dalam Matematika melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Open-ended. Tesis SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Sumarmo. (1987). Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematika Siswa

SMA Dikaitkan Dengan Kemampuan Penalaran Logik Siswa Dan Beberapa Unsur Proses Belajar Mengajar. Disertasi PPS IKIP Bandung: Tidak

Diterbitkan.

. (2011). “Pembinaan Karakter, Berpikir Dan Disposisi Matematik, Kesulitan Guru Dan Siswa Serta Alternatif Solusinya”. Makalah pada

Seminar Pendidikan Matematika Di UNINUS, Bandung.

Thomas, J. (1996). Computers in the Mathematics Classroom: A Survey. Dalam

Conference Proceeding tahun 1996 „Technology In Mathematics Education‟ [Online].Tersedia:http://www.merga.net.au/documents/RP_Thomas_1996.pdf [16 Oktober 2012]

Wahyudin. (1999). Kemampuan Guru Matematika, Calon Guru Matematika dan

Siswa dalam Mata Pelajaran Matematika. Disertasi pada PPS IKIP

Bandung: Tidak diterbitkan.

Wardani, S. (2009). Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kreatif dan Disposisi

Matematis Siswa SMA melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Model Sylver. Disertasi pada PPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Wardhani, S. & Rumiati. (2011). Instrumen Penilaian Hasil Belajar Matematika

SMP; Belajar dari PISA dan TIMSS. Yogyakarta: P4TK Matematika.

Yushua, B. (2003). Creativity and Computer in Teaching and Learning of Mathematics. Saudi Arabia: King Fahd University of Petrolium & Mineral [online]. Tersedia: http://www.kfupm.edu.sa/math.htm. [ 3 oktober 2012 ].


(1)

6. Secara umum, siswa memberikan tanggapan sangat baik terhadap pembelajaran

blended e-learning berbasis website. Siswa menunjukkan perasaan senang, aktif

mengikuti kuis online, dan menyukai bahan ajar e-learning dipelajari kapan saja sesuai dengan keinginan siswa.

B.SARAN

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut:

1. Pembelajaran menggunakan blended e-learning berbasis website hendaknya menjadi salah satu alternatif pembelajaran bagi guru SMA khususnya bagi sekolah–sekolah yang sudah mempunyai website sekolah, laboratorium komputer dan jaringan internet (wi-fi) di sekolah yang sudah memadai.

2. Hendaknya guru-guru matematika di sekolah membiasakan siswa-siswanya memanfaatkan internet dalam membantu proses pembelajaran di sekolah.

3. Kajian hubungan tentang kemampuan pemahaman matematis dan kemampuan berpikir logis matematis yang terungkap dalam penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh kemampuan pemahaman matematis dan kemampuan berpikir logis matematis.

4. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk bahan ajar yang menggunakan pendekatan lainnya sehingga dapat dikembangkan melalui e-learning berbasis


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad. (2005). Kemampuan Pemahaman dan Pemecahan Masalah Matematika

Siswa SLTP dengan Model Pembelajaran Berbasis Masalah. Tesis SPs UPI

Bandung: Tidak diterbitkan.

Alfeld, P. (2004). Understanding Mathematics. [Online]. Tersedia: http:// www.

Math.utah.edu/-pa/ math. html. [5 Desember 2012].

Ansari, B. (2003). Menumbuhkembangkan Kemampuan Pemahaman dan

Komunikasi Matematik Siswa SMU Melalui Strategi Think–Talk–Write.

Disertasi SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Astuti, R. (2009). Studi Perbandingan Kemampuan Komunikasi Matematik dan

Kemandirian Belajar Siswa pada Kelompok Siswa yang Belajar Reciprocal Teaching dengan Pembelajaran Biasa. Tesis SPs UPI Bandung: Tidak

diterbitkan

Audiblox. (2006). Logical Thinking: Helping Children to Become Smarter.

[Online]. Tersedia: http://www.audiblox.com/math_problems.htm.

[16 Maret 2012].

Brown, I. (2002). Individual and Technology Factor Affecting Perceived Ease of Use of Web- Based Tecnologies in a Developing Country. Dalam Electronic

Journal of Information System in Developing Countries [Online], Vol 9, 15

halaman. Tersedia : http://www.ejisdc.org [9 Mei 2012].

Clark, R. (2002). Six Principles of Effective e-learning; What Works and Why. Dalam The e-learning Developers journal [online], 9 halaman. Tersedia: http://www.elearningGuild.com. [ 9 Mei 2012].

Dahar, R. (1996). Teori-Teori Belajar. Cetakan kedua. Jakarta: Erlangga.

Darmayanti, S. (2010). Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Penalaran

Matematis Siswa Dengan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik.

Tesis SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Darminto, B. & Setiawan, W. (2008). Studi Perbandingan Antara Model Pembelajaran Berbasis Komputer dalam Peningkatan Kemampuan Berpikir Matematis Tingkat Tinggi. Dalam Jurnal Pendidikan Teknologi Informasi

dan Komunikasi, Vol 1, No 2. [online]. Tersedia: file.upi.edu/Direktori/.../13._Studi_Perbandingan_PBK.pdf. [12 Desember 2012]

Depdiknas. (2006). Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik


(3)

Desmita. (2011). Psikologi Perkembangan Peserta Didik: Panduan bagi Orang

Tua dan Guru dalam Memahami Psikologi Anak Usia SD, SMP dan SMA.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Dwijanto. (2007). Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan

Komputer terhadap Pencapaian Kemampuan Pemecahan Masalah dan Berpikir Kreatif Matematik Mahasiswa. Disertasi UPI Bandung: Tidak

diterbitkan

Dzakiria, H., Mustafa, C.S. & Bakar, A. H. (2006). Moving Forward with Blended Learning (BL) as a Pedagogical Alternative to Traditional Classroom Learning. Dalam Malaysian Online Journal of Instructional

Technology (MOJIT) [online]. 8 halaman. Tersedia: http://ldms.oum.edu.my/oumlib/sites/default/files/file_attachments/odlresources/43 40/moving-forward.pdf .[3 Desember 2012].

Echols, J, M. & Shadily, H. (2005). An English–Indonesia Dictionary. Jakarta: PT

Gramedia Jakarta.

Gijselaers, W. H. (1996). Connecting Problem-Based Learning with Educational

Theory. New Direction for Teaching and Learning.

Groves, S. (1996). Good Use of Technology Changes the Nature of Classroom Mathematics. Dalam Conference Proceeding “Technology In Mathematics Education”[Online].Tersedia:http://www.merga.net.au/documents/Keynote _Groves_1996.pdf. [16 Oktober 2012].

Hake, R. (2002). Relationship of Individual Student Normalized Learning Gains in Mechanics with Gender, High-School Physics, and Pretest Scores on Mathematics and Spatial Visualization. Dalam the Physics Education

Research Conference [Online]. Tersedia: http://www.physics.indiana.edu/

hake/PERC2002h-Hake.pdf. [ 5 November 2012].

Hamidah. (2010). Pengaruh Model Pembelajaran Arias terhadap Kemampuan

Pemahaman Matematis Siswa SMP Ditinjau dari Tingkat Kecerdasan Emosional. Tesis SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan

Hanum, F. (2010). Implementasi Model Pembelajaran Sosiokultural di Sekolah

Dasar di Provinsi Jawa Tengah dan DIY. Artikel Laporan Hasil Hibah

Kompetitif Penelitian Strategis Nasional. Dirjen Dikti Kemdiknas. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta

Hariwijaya, M. & Surya, S. (2012). Adventure In Math : Tes IQ Matematika. Yogyakarta: ORYZA.

Herman, T. (2006). Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan

kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa SMP. Disertasi UPI Bandung:


(4)

Hidayat, E. (2009). Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematik dan

Kemandirian Belajar SMP dengan Menggunakan Pendekatan Matematika Realistik. Tesis SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Hohenwarter, J. & Lavicza, Z. (2008). Introducing Dynamic Mathematics Software to Secondary School Teachers: The Case of Geogebra. Dalam

Journal of Computer in Mathematics and Science Teaching [Online], Vol

28, 12 halaman. Tersedia: http://www.editlib.org/p/30304. [27 April 2012] Kachala, S. J. (1998). Report On The Effectiveness Of Technology in Schools.

[Online].Tersedia:http://www.eric.ed.gov/ERICWebPortal/search/detailmini

.jsp?_.[10 Desember 2012]

Kiat, B. & Chun, H. (2006). Use Web-Based Simulation To Learn Trigonometric Curves. Dalam International Journal For Mathematics And Learning. 14 halaman. Tersedia: [24 November 2011].

Kurniawan, R. (2009). Membangun Media Ajar Online Untuk Orang Awan. Palembang : Maxikom

Kusumah, Y. (2010). “Enhancing The Quality of Education Through Application of Information and Communication Technology”. Makalah pada Workshop untuk Guru RSBI, Garut.

. (2011). “Aplikasi Teknologi Informasi Dan Komunikasi Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Matematis

Siswa “. Makalah Seminar Aplikasi Teknologi dan Komunikasi dalam Pembelajaran Matematika., Bandung

Lestari, F. (2012). Pengaruh Pembelajaran Menggunakan Model Peta Pikiran

(Mind Mapping) Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa. Tesis SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Marzani. (2011). Penerapan e-learning Berbasis Moodle Untuk Meningkatkan

Penguasaan Konsep dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Konsep Cahaya SMP. Tesis SPs UPI Bandung : Tidak diterbitkan.

Mukhayat, T. (2004). Mengembangkan Metode Belajar yang Baik pada Anak. Yogyakarta: FMIPA Universitas Gadjah Mada.

National Council of Teacher of Mathematics. (2000). Principles and Standards

for School Mathematics. Reston,VA: NCTM.

Novaliyosi. (2011). Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis dan

Kemandirian Belajar dengan Pendekatan Investigasi. Tesis SPs UPI


(5)

Oktavien, Y. (2012). Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Pemecahan

Masalah Matematis Siswa Sekolah Menengah Atas Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw. Tesis SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Oliver, M. & Trigwell, K. (2005). Can „Blended Learning‟ Be Redeemeed. [Online]. Tersedia: www.wwwords.co.uk/rss/abstract.asp?j. [10 Desember 2012].

Otrina, M. (2010). Peningkatan Pemahaman Matematik dan Berpikir Logis

dengan Menggunakan Metode Improve Pada Siswa SMP. Tesis SPs UPI

Bandung: Tidak Diterbitkan

Permana, Y. (2010). Mengembangkan Kemampuan Pemahaman, Komunikasi dan

Disposisi Matematis Siswa SMA Melalui Model Eliciting Activities.

Disertasi SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Qohar, A. (2010). Mengembangkan Kemampuan Pemahaman, Koneksi Dan

Komunikasi Matematis Serta Kemandirian Belajar Siswa SMP Melalui Reciprocal Teaching. Disertasi UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Ratnaningsih, N. (2007). Pengaruh Pembelajaran Kontekstual terhadap

Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematik serta Kemandirian Belajar Siswa Sekolah Menengah Atas. Disertasi UPI Bandung: Tidak

diterbitkan

Reziyustikha, L. (2012). Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Koneksi

Matematis Siswa SMP Menggunakan Pendekatan Open-Ended dengan Pembelajaran Kooperatif tipe Co-op Co-op. Tesis SPs UPI Bandung: Tidak

diterbitkan.

Rohendi, D. (2009). Kemampuan Pemahaman, Koneksi dan Pemecahan Masalah

Matematik: Eksprimen terhadap Siswa SMA melalui Pembelajaran Elektronik (E-Learning). Disertasi SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Rusman, Kurniawan, D. & Riyana, C. (2011). Pembelajaran Berbasis Teknologi

Informasi dan Komunikasi. Bandung : Rajawali Press.

Ruseffendi, E.T. (2005). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non

Eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito.

Saragih, S. (2011). Penerapan Matematika Realistik dan Kelompok Kecil Untuk

Meningkatkan Kemampuan Keruangan, Berpikir Logis dan Sikap Positif Terhadap Matematika Siswa Kelas VIII. Disertasi SPS UPI Bandung: Tidak

Diterbitkan.

Schacter, J. (1999). The Impact of Education on Technology on student Achievement. What the most current Research Has to say. [Online]. Tersedia:www.mff.org/pubs/ME161.pdf. [3 Desember 2012]


(6)

Shadiq, F. (2004). Pemecahan Masalah, Penalaran dan Komunikasi. Yogyakarta: P4TK Matematika Yogyakarta.

Sugandi, I. (2010). Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Setting

Kooperatif Tipe Jigsaw terhadap Pencapaian Kemampuan Berpikir Matematis Tingkat Tinggi dan Kemandirian Belajar Siswa SMA. Disertasi

SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Suhendi. (2009). Implementasi E-learning Untuk Meningkatkan Penguasaan

Konsep dan Memperbaiki Sikap Belajar Mahasiswa Pada Materi Pencemaran Lingkungan. Tesis SPs UPI Bandung : Tidak Diterbitkan.

Suherman, E. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: UPI Bandung.

Sujatmikowati, A. (2010). Peningkatan Kemampuan Pemahaman dan

Generalisasi Siswa dalam Matematika melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Open-ended. Tesis SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Sumarmo. (1987). Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematika Siswa

SMA Dikaitkan Dengan Kemampuan Penalaran Logik Siswa Dan Beberapa Unsur Proses Belajar Mengajar. Disertasi PPS IKIP Bandung: Tidak

Diterbitkan.

. (2011). “Pembinaan Karakter, Berpikir Dan Disposisi Matematik, Kesulitan Guru Dan Siswa Serta Alternatif Solusinya”. Makalah pada

Seminar Pendidikan Matematika Di UNINUS, Bandung.

Thomas, J. (1996). Computers in the Mathematics Classroom: A Survey. Dalam

Conference Proceeding tahun 1996 „Technology In Mathematics Education‟ [Online].Tersedia:http://www.merga.net.au/documents/RP_Thomas_1996.pdf [16 Oktober 2012]

Wahyudin. (1999). Kemampuan Guru Matematika, Calon Guru Matematika dan

Siswa dalam Mata Pelajaran Matematika. Disertasi pada PPS IKIP

Bandung: Tidak diterbitkan.

Wardani, S. (2009). Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kreatif dan Disposisi

Matematis Siswa SMA melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Model Sylver. Disertasi pada PPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Wardhani, S. & Rumiati. (2011). Instrumen Penilaian Hasil Belajar Matematika

SMP; Belajar dari PISA dan TIMSS. Yogyakarta: P4TK Matematika.

Yushua, B. (2003). Creativity and Computer in Teaching and Learning of Mathematics. Saudi Arabia: King Fahd University of Petrolium & Mineral [online]. Tersedia: http://www.kfupm.edu.sa/math.htm. [ 3 oktober 2012 ].


Dokumen yang terkait

Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Teknik Scaffolding Terhadap Kemampuan Berpikir Logis Matematis Siswa

6 54 244

Pengaruh metode penemuan terbimbing (guided discovery) terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa : penelitian quasi eksperimen terhadap siswa Kelas VIII SMPI Ruhama.

2 21 217

Pengaruh model pembelajaran learning cycle 5e terhadap kemampuan berpikir kritis matematis siswa: penelitian quasi eksperimen di salah satu SMP di Tangerang.

6 24 248

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DAN SELF-EFFICACY SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH: Penelitian Kuasi Eksperimen di Kelas VIII Pada Salah Satu SMP di Bandung.

7 24 18

PENGARUH MODEL MISSOURI MATHEMATICS PROJECT (MMP) BERBASIS KONTEKSTUAL TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN KEMAMPUAN BERPIKIR REFLEKTIF MATEMATIS SISWA SMP : Studi Kuasi Eksperimen pada Salah Satu SMP Negeri di Kabupaten Subang.

2 3 45

PENGARUH PENDEKATAN DIFFERENTIATED INSTRUCTION (DI) TERHADAP KECEMASAN MATEMATIKA (MATH ANXIETY), PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN, DAN PENALARAN MATEMATIS SISWA SMK : Studi Kuasi Eksperimen pada Salah Satu SMK di Kabupaten Bangka Tengah.

0 0 49

PENGARUH ACCELERATED LEARNING CYCLE TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KONEKSI MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAM : Studi Kuasi-Eksperimen Pada Salah Satu Smp Negeri Di Pekanbaru.

19 47 56

PENGARUH PENERAPAN HYPNOTEACHING DALAM PROBLEM-BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN BERFIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA : Studi Kuasi-Eksperimen pada Siswa Salah Satu SMP Negeri di Bandung.

1 4 48

PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN PROSES BERPIKIR REFLEKTIF TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA : Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa salah satu SMP Negeri di Kota Banda Aceh.

0 1 65

PENGARUH PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN PROSES BERPIKIR REFLEKTIF TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA :Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa salah satu SMP Negeri di Sungailiat.

0 0 53