PENGARUH PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH-MASALAH SOSIAL SISWA: Studi Eksperimen Kuasi Pada Pembelajaran IPS Kelas VIII di SMPN 8 Sumedang.
Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT)
Terhadap kemampuan Memecahkan Masalah-
Masalah Sosial Siswa” (Studi Eksperimen
Kuasi Siswa Kelas VIII di SMPN 8 Sumedang). dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya.
Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan dan ketulusan hati perkenankanlah
penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1.
Ibu Prof. Dr. Hj. Enok Maryani, MS. selaku Ketua Prodi PIPS yang telah memberikan
perhatian, bantuan, petunjuk dan pengarahan yang berharga selama proses penyusunan
tesis ini.
2.
Bapak Prof. Dr. H. Dadang Supardan, MPd selaku pembimbing I yang telah bersedia
meluangkan waktu, tenaga serta pemikiran untuk memberikan bimbingan kepada penulis
selama proses bimbingan berlangsung.
3.
Ibu Dr. Kokom Komalasari, M.Pd Selaku pembimbing II yang telah meluangkan
waktu,tenaga serta pemikiran untuk memberikan arahan kepada penulis selama proses
bimbingan berlangsung
4.
Bapak Prof. Dr. H. Suryana, M.Si selaku pembimbing akademik yang banyak
memberikan arahan selama penulis menjadi mahasiswi Program Pendidikan IPS SPs.
5.
Seluruh Staf Dosen SPs UPI yang telah memberikan ilmu dan motivasi selama
menempuh pendidikan di Jurusan PIPS.
6.
Bapak Kepala ekolah, bapak-bapak, dan ibu-ibu guru serta staf TU SMPN 8 Sumedang
yang telah membantu selama penelitian.
7.
Rekan-rekan SPs IPS UPI 2010 yang telah berjuang bersama menyelesaikan perkuliahan
dan saling menyemangati dalam penulisan tesis.
(2)
9.
Kakak-kakakku, adik-adikku serta keponakan dan seluhur keluarga yang selalu
menyemangati
, mendukung, menasehati serta tak pernah henti mendo’akan
10.
Suamiku tercinta, H. M.Kemal Mashery,ST.SH yang selalu mendoakan, memberikan
perhatian, memotivasi serta dukungan yang tiada henti. Dua bidadariku kecilku, Najwa
Kemal Iranikova dan Syahla Kemal Dementieva serta pangeran kecilku, Muhammad
Dimitri Chernomyrdin yang selalu menjadi semangat dalam hidupku. I Love You So
much.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan baik moril maupun materiil dalam penyelesaian tesis ini, namun tidak
dapat disebutkan satu per satu. Semoga apa yang telah kita lakukan mendapat balasan dari
Allah SWT. Aamiin
Bandung, Agustus 2012
Penulis,
(3)
PERNYATAAN ... iii
ABSTRAK... iv
KATA PENGANTAR... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR BAGAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 10
C. Tujuan Penelitian ... 12
D. Manfaat Penelitian ... 12
E. Struktur Organisasi ... 13
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN
HIPOTASIS PENELITIAN
A. Pembelajaran Kooperatif ... 15
B. Keterampilan-Keterampilan dalam Pembelajaran Kooperatif ... 28
C. Karakteristik Strategi Pembelajaran Kooperatif ... 31
D. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Kooperatif ... 34
E. Metode Pembelajaran Kooperatif TipeNumbered Head
Together (NHT) ... 36
F. Problem Solving ... 41
G. Masalah Sosial ... 46
H. Karakteristik Masalah Sosial ... 53
I. Penerapan Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT)
Terhadap Kemampuan Memecahkan Masalah ... 55
J. Penelitian Terdahulu ... 57
K. Kerangka Pemikiran ... 61
(4)
C. Populasi dan Sampel ... 64
D. Alur Penelitian ... 65
E. Definisi Operasional ... 67
F. Instrumen Penelitian ... 68
G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 71
H. Prosedur Penelitian ... 74
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum dan Lokasi Penelitian ... 76
B. Hasil Penelitian ... 79
C. Hasil Observasi ... 91
D. Hasil Angket dan Wawancara...95
E. Pembahasan Hasil Penelitian...98
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan ... 106
B. Rekomendasi ... 107
DAFTAR PUSTAKA 109
LAMPIRAN...113
(5)
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
2.1 Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif ... 24
2.2 Peran-Peran dalam Kelompok-Kelompok
Pembelajaran Kooperatif ... 25
2.3 Pertimbangan dalam Merencanakan dan Melaksanakan
Pembelajaran Kooperatif ... 26
2.4 Tahap-Tahap Pembelajaran Kooperatif Tipe
Numbered Head Together (NHT) ... 37
2.5 Tahapan Penyelesaian Masalah ... 44
3.1 Desain Penelitian ... 64
3.2 Variabel Penelitian ... 67
3.3 Pedoman Penskoran Kemampuan Pemecahan Masalah ... 69
3.4 Hasil Uji Validitas ... 71
3.5 Hasil Uji Reabilitas ... 72
3.6 Hasil Uji Korelasi,Tingkat Kesukaran,dan Daya Pembeda ... 73
3.7 Katagori Tingkat Gain... 74
4.1 Uji Normalitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 80
4.2 Uji Homogenitas Varians ... 81
4.3 Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Kelas Eksperimen ... 83
4.4 Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Kelas Kontrol ... 85
4.5 Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol... 87
(6)
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
4.1
Rata-Rata Skor Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen ... 85
4.2 Rata-Rata Skor Pretest dan Posttest kelas Kontrol ... 86
4.3 Rata-Rata skor Posttest Kelas Kontrol dan
Kelas Eksperimen ... 89
4.4 Perbandingan N-Gain Kelas Kontrol dan Kelas
(7)
DAFTAR BAGAN
Bagan
Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran ... 61
3.1 Alur Penelitian ... 66
(8)
LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
A. Instrumen Penelitian ... 113
B. Data Penelitian ... 126
C. Gambar Kegiatan Penelitian ... 144
(9)
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Menghadapi era globalisasi saat ini diperlukan sumber daya manusia yang
memiliki kemampuan berpikir, yaitu yang mencakup kemampuan penalaran logis,
berpikir sistematis, kritis, cermat, dan kreatif, serta mampu mengkomunikasikan
gagasan terutama dalam memecahkan masalah. Menurut Krulik dan Rudnick
(1995:4) “
pemecahan masalah adalah suatu cara yang dilakukan seseorang dengan
menggunakan pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman untuk memenuhi
tuntutan dari situasi yang
tidak biasa”. Kemampuan memecahkan masalah
merupakan bagian penting dalam kehidupan, karena setiap individu pasti memiliki
masalah.
Kemampuan memecahkan masalah tersebut seyogyanya dikembangkan
melalui proses pembelajaran karena pada hakekatnya siswa adalah bagian dari
masyarakat yang tentunya siswa akan selalu menemukan berbagai masalah dalam
kehidupannya, baik masalah yang sederhana, kompleks, masalah pribadi dan
masalah sosial yang harus dihadapi dan dipecahkannya. Oleh karena itu,
diperlukan usaha sejak dini untuk melatih dan mengembangkan kemampuan anak
dalam memecahkan masalah. Ketidakmampuan siswa di dalam memecahkan
masalah yang dihadapinya akan berpengaruh kepada kehidupannya. Siswa akan
merasa kesulitan dalam menemukan solusi pada permasalahan yang sedang
dihadapinya. Sehingga jika siswa merasa tidak kuat dan merasa tidak ada solusi
(10)
yang tepat, dikhawatirkan mereka akan mencari cara pemecahan masalah yang
negatif, seperti mengkonsumsi narkoba, meminum minuman keras,
keributan-keributan dan lain sebagainya yang akan merugikan mereka sendiri.
Menurut Sanjaya (2006:100
) “
Pembelajaran merupakan suatu proses
pengaturan lingkungan yang diarahkan untuk mengubah perilaku siswa ke arah
yang positif dan lebih baik sesuai dengan potensi dan perbedaan yang dimiliki
siswa”.
Pengaturan lingkungan dapat diartikan sebagai proses menciptakan iklim
yang baik seperti penataan lingkungan, penyediaan alat dan sumber pembelajaran
dan hal-hal lain yang memungkinkan siswa betah dan merasa senang belajar
sehingga mereka dapat berkembang secara optimal sesuai dengan bakat, minat
dan potensi yang dimiliki.
“Peran utama pendidikan adalah untuk mempersiapkan
warga negara yang akan mengembangkan tingkah laku demokratis yang terpadu,
baik dalam tataran pribadi maupun sosial serta meningkatkan taraf kehidupan
yang berbasis demokrasi sosial yang produktif”. (Joice, Weil & Calhoun,
2009:295).
Joice,Weil & Calhoun (2009:29) mendefinisikan
“
pembelajaran sebagai
kegiatan merancang dan menciptakan lingkungan-lingkungan. Siswa belajar
dengan cara berinteraksi dengan lingkungan mereka dan belajar bagaimana cara
belajar (learn how to learn
) dengan baik”.
Melalui model pembelajaran guru
dapat membantu siswa mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berpikir
dan mengekspresikan ide.
“Salah satu pengolahan kognitif yang penting selama
(11)
Menurut Dahar (1996:201) bahwa “pemecahan masalah adalah suatu proses
bagi siswa menemukan panduan aturan yang sebelumnya dipelajari, kemudian
diterapkan untuk memperoleh pemecahan masalah pada situasi baru”. Dengan
mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, siswa akan terlatih dan
mampu mengaplikasikan ilmu yang dipelajari dalam kelas untuk memecahkan
masalah yang terjadi di masyarakat secara mandiri. Syamsudin (2007:24)
berpendapat “bahwa pola
-pola perilaku itu dapat dibentuk melalui proses
pembiasaan dan pengukuhan (reinforcment) dengan mengkondisikan stimulus
(conditioning) dalam lingkungan (environmentalistik
)”.
Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial memegang peran yang lebih besar
dalam mengatasi atau mengurangi masalah dan perilaku penyimpangan sosial dan
pribadi. Kemampuan pribadi dan sosial berkenaan dengan penguasaan
karakteristik, nilai-nilai sebagai pribadi dan sebagai warga masyarakat serta
kemampuan untuk hidup bermasyarakat.
Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial menurut NCSS (dalam Maryani 2011:10)
adalah”...
is to prepare young people to be humane, rational, participating
citizens in a world that is becoming increasingly interdependent
”
. Dari uraian
tersebut tampak bahwa tujuan IPS bersifat terpadu dan transdisipliner dari
ilmu-ilmu sosial, bertujuan menganalisis dan menyintesis (mengambil kesimpulan atau
makna) secara kritis dan setiap fakta, peristiwa, kejadian baik masa lau maupun
sekarang agar dapat mengantisipasi kehidupan di masa datang. Selain itu melalui
IPS diharapkan peserta didik dapat bersikap dan bertindak sesuai dengan norma
dan etika yang ada di masyarakat sehingga dapat beradaptasi, beradaptasi dalam
(12)
kehidupan sosial, dan dapat memberikan sumbangan yang positif terhadap
kemajuan suatu masyarakat dan negara, serta dunia yang saling ketergantungan.
Tujuan IPS yang dirumuskan NCSS tersebut dapat dirinci sebagai berikut:
(1) Menjadi warga negara yang partisipatif dan bertanggungjawab, (2)
Memberikan pengetahuan dan pengalaman hidup karena mereka adalah
bagian dari petualangan hidup manusia dalam perspektif ruang dan waktu, (3)
Mengembangkan berfikir kritis dari pemahaman sejarah, geografi, ekonomi,
politik dan lembaga sosial, tradisi dan nilai-nilai masyarakat dan negara
sebagai ekspresi kesatuan dari keberagaman, (4) Meningkatkan pemahaman
tentang hidup bersama sebagai satu kesatuan dan keberagaman sejarah
kehidupan manusia di dunia (5) Mengembangkan sikap kritis dan analitis
dalam mengkaji kondisi manusia (Maryani,2011:13).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa rincian dari tujuan Ilmu
Pendidikan Sosial diharapkan peduli terhadap lingkungan melalui pemahaman
terhadap nilai-nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat, mengetahui dan
memahami konsep dasar dan mampu menggunakan metode yang diadaptasi dari
ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat digunakan untuk memecahkan
masalah-masalah sosial, menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah-masalah-masalah sosial,
serta mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil
tindakan yang tepat, pengembangan keterampilan pembuatan keputusan, dan
mengembangkan kemampuan siswa mengunakan penalaran dalam mengambil
keputusan pada setiap persoalan yang dihadapinya.
Pola pembelajaran pendidikan IPS menekankan pada unsur pendidikan dan
pembekalan pada siswa. Penekanan pembelajarannya bukan sebatas pada upaya
mencecoki atau menjejali peserta didik dengan sejumlah konsep yang bersifat
hapalan belaka, melainkan terletak pada upaya agar mereka mampu menjadikan
apa yang telah dipelajarinya sebagai bekal dalam memahami dan ikut serta dalam
melakoni kehidupan masyarakat lingkungannya, serta sebagai bekal bagi dirinya
(13)
untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Di sinilah sebenarnya
penekanan misi dari pendidikan IPS. Oleh karena itu,
“
rancangan pembelajaran
guru hendaknya diarahkan dan difokuskan sesuai dengan kondisi dan
perkembangan potensi peserta didik agar pembelajaran yang dilakukan
benar-benar berguna dan berman
faat bagi siswa” (
Hasan, 1996:102).
Berdasarkan hasil pra penelitian di SMP Negeri 8 Sumedang masih banyak
penyimpangan perilaku sosial siswa yang sering terjadi, seperti kurangnya
disiplin, kurang bertanggungjawab terhadap tugas-tugas yang diberikan guru,
pemalakan, tawuran, kurang peka terhadap masalah-masalah sosial yang terjadi di
disekitarnya, dan kurangnya rasa kebersamaan antar teman. Selain itu juga
diperoleh fakta dan informasi bahwa pembelajaran IPS khususnya di SMP Negeri
8 Sumedang selama ini (1) lebih menekankan pada hapalan, (2) lebih
mementingkan isi daripada proses, (3) kurang diarahkan pada pembelajaran yang
bermakna dan berfungsi bagi kehidupan siswa (meaningful learning and
functional knowledge), (4) pembelajaran lebih berpusat pada guru sehingga siswa
kurang kreatif, (5) materi dan sumber belajar masih kurang, dan (6) metode
mengajar konvensional. Pembelajaran IPS di SMP Negeri 8 Sumedang masih
bersifat mengembangkan kemampuan berpikir konvergen dan belum tercipta
suasana belajar yang memberikan kebebasan kepada siswa untuk belajar aktif
dalam mengkontruksi pemikirannya dan kurang memberikan stimulus kepada
siswa untuk berperilaku kreatif, sehingga perilaku kreatif siswa dalam
memecahkan masalah sangat rendah.
(14)
Untuk menghadapi kondisi tersebut maka perlu usaha untuk mengembangkan
keterampilan memecahkan masalah-masalah sosial dalam proses pembelajaran
sehingga nantinya mampu mengarahkan peserta didik menjadi manusia yang
mampu mengambil keputusan, berfikir, dan menyeleksi informasi melalui
pemikirannya serta dapat menyelesaikan permasalahan-permasalahan sosial yang
dihadapi dengan benar.
Strategi pembelajaran dengan pemecahan masalah dapat diterapkan manakala
guru menginginkan agar siswa tidak hanya sekedar dapat mengingat materi
pelajaran, akan tetapi menguasai dan memahaminya secara utuh, apabila guru
bermaksud untuk mengembangkan keterampilan berpikir rasional siswa, yaitu
kemampuan menganalisa situasi, menerapkan pengetahuan yang mereka miliki
dalam situasi baru, mengenal adanya perbedaan antara fakta dan pendapat, serta
mengembangkan kemampuan dalam membuat judgment secara objektif,
manakala guru menginginkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah
serta membuat tantangan intelektual siswa, jika guru ingin mendorong siswa
untuk lebih tanggungjawab dalam belajarnya, jika guru ingin agar siswa
memahami hubungan antara apa yang dipelajari dengan kenyataan dalam
kehidupannya (hubungan anatara teori dengan kenyataan).
Metode pembelajaran merupakan cara yang dipergunakan guru dalam
mengadakan hubungan dengan peserta didik pada saat berlangsungnya
pembelajaran. Metode pembelajaran sangat diharapkan dapat membangun
interaksi antara guru dengan peserta didik dan mempertajam lingkungan/suasana
saat proses pembelajaran, sehingga beberapa praktek dalam penerapan metode
(15)
pembelajaran menjadi sasaran kajian formal, diteliti dan dimanipulasi/dipoles
sehingga menjadi metode yang dapat digunakan dalam mengembangkan
keterampilan-keterampilan profesional untuk tugas pembelajaran.
Vygotsky (dalam komalasari, 2008:97) mengemukakan konsepnya tentang
zona perkembangan proksimal (zone of proximal development) menurutnya,
“perkembangan seseorang dapat dibedakan ke dalam dua tingkat, yaitu tingkat
perkembangan aktual dan tingkat perkembangan potensial.”
Tingkat
perkembangan aktual tampak dari kemampuan seseorang untuk menyelesaikan
tugas-tugas dan memecahkan masalah secara mandiri. Ini disebut sebagai
kemampuan intramental. Sedangkan tingkat perkembangan potensial tampak dari
kemampuan seseorang untuk menyelesaikan tugas-tugas dan memecahkan
masalah ketika dibimbing orang dewasa atau ketika berkolaborasi dengan teman
sebaya yang lebih kompeten. Ini disebut kemampuan intermental. Jarak antara
tingkat perkembangan aktual dengan tingkat perkembangan potensial disebut zona
perkembangan proksimal, yang diartikan sebagai fungsi-fungsi atau
kemampuan-kemampuan yang belum matang yang masih berada pada proses pematangan.
Untuk menafsirkan konsep zona perkembangan ini digunakan scaffolding
interpretation, yaitu memandang zona perkembangan proksimal sebagai
perancah, sejenis wilayah penyangga atau batu loncatan untuk mencapai taraf
perkembangan yang makin tinggi.
Metode cooperative learning
beranjak dari dasar pemikiran ”
getting
better togethe
r”, yang menekankan pad
a pemberian kesempatan belajar yang lebih
luas dan suasana yang kondusif kepada siswa untuk memperoleh dan
(16)
mengembangkan pengetahuan, sikap, nilai, serta keterampilan-keterampilan sosial
yang bermanfaat bagi kehidupannya di masyarakat. Melalui pembelajaran
kooperatif, siswa bukan hanya belajar menerima apa yang disajikan oleh guru
dalam pembelajaran, melainkan bisa juga belajar dari siswa lainnya, dan sekaligus
mempunyai kesempatan untuk pembelajaran siswa lain. Dalam pembelajaran
kooperatif siswa belajar secara bersama-sama atau bergotong royong untuk tujuan
bersama. Kerjasama atau gotongroyong tersebut merupakan nilai budaya bangsa
kita yang sudah ada sejak zaman dulu yang patut kita hidupkan kembali dalam
kehidupan bermasyarakat karena menurut Koentjarani
ngrat (1994:56) “ gotong
royong kini frekuensi kemunculannya sudah tidak lagi sebesar waktu dulu”.
Menurut Johnson & Johnson (dalam Isjoni, 2009:17) “pembelajaran
kooperatif yaitu mengelompokkan siswa di dalam kelas dalam suatu kelompok
kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal yang mereka
miliki dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut”.
Eggen and
Kauchak (1996:279) berpendapat bahwa “pembelajaran kooperatif merupakan
sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekarja secara
berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama”. Pembelajaran kooperatif disusun
dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa
dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam
kelompok, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan
belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya. Jadi dalam
pembelajaran kooperatif siswa berperan ganda yaitu sebagai siswa atau sebagai
guru. Dengan bekerja secara kolaboratif untuk mencapai sebuah tujuan bersama,
(17)
maka siswa akan mengembangkan keterampilan berhubungan dengan sesama
manusia yang akan sangat bermanfaat bagi kehidupan di luar sekolah.
“
Model pembelajaran kooperatif terdiri dari empat pendekatan yaitu: STAD
(Student Teams Achievement Division), Jigsaw, IK (Investigasi Kelompok), dan
pendekatan struktural. Pendekatan struktural terdiri dari dua tipe yaitu tipe Think
Pair Share dan tipe Numbered Heads Together
(NHT)” (Trianto,2007:49).
Melihat penguasaan siswa terhadap materi IPS, maka dalam penelitian ini
metode pembelajaran yang dipilih adalah metode pembelajaran kooperatif tipe
NHT (Numbered Heads Together), karena pada metode ini peserta didik
menempati posisi sangat dominan dalam proses pembelajaran dan terjadinya kerja
sama dalam kelompok dengan ciri utamanya adanya penomoran sehingga setiap
siswa berusaha untuk memahami materi yang diajarkan dan bertanggung jawab
atas nomor anggotanya masing-masing. Dengan pemilihan metode ini, diharapkan
pembelajaran yang terjadi dapat lebih bermakna dan memberi kesan yang kuat
kepada peserta didik karena adanya penghargaan terhadap posisi peserta didik
sebagai individu dan anggota kelompok.
Dalam pembelajaraan kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT)
setiap siswa dituntut untuk perperan aktif dalam bekerja sama untuk mencapai
tujuan bersama dan mempunyai rasa tanggungjawab masing-masing.
“Manusia kodratnya sebagai makhluk sosial dan diimbangi dengan
pengembangan kodratnya sebagai makhluk individual yang memiliki hak
mengatur diri melalui wadah self-regulated learning yaitu kemandirian,
percaya akan kemampuan diri, dan memiliki kebebasan untuk berkreasi dan
(18)
Sehubungan dengan permasalahan di atas, maka dapat ditegaskan bahwa
usaha perbaikan proses pembelajaran melalui upaya pemilihan metode
pembelajaran yang tepat dan inovatif dalam pembelajaran IPS di sekolah
merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting untuk dilaksanakan dan harus
menjadi perhatian guru dalam pembelajaran IPS, melatih siswa untuk terampil
dalam memecahkan masalah, saling bekerjasama, menerima perbedaan, tanggung
jawab, kemandirian, peka dalam menghadapi berbagai permasalahan sosial.
Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian tentang: Pengaruh Penggunaan Metode Kooperatif Tipe Numbered
Heads Together (NHT) Untuk meningkatkan Kemampuan Memecahkan
Masalah-Masalah sosial Siswa.
B.
Identifikasi dan Rumusan Masalah
1.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan, maka dapat
diidentifikasikan beberapa masalah yang di temui dalam proses pembelajaran
sebagai berikut :
a.
Masih banyak ditemui siswa yang kurang terampil dalam memecahkan
masalah-masalah sosial pada dirinya sehingga tercermin dari kurangnya
disiplin dalam pembelajaran di kelas, tidak ada tanggung jawab dalam
menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan guru, tidak adanya semangat untuk
belajar sehingga hasil belajar yang kurang memuaskan.
(19)
b.
Kegiatan pembelajaran di kelas yang dilakukan guru kurang untuk
merangsang siswa dalam memecahkan masalah-masalah dan kurangnya
memotivasi siswa untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran.
2.
Rumusan Masalah
Sesuai dengan uraian yang telah dikemukakan tersebut di atas, penulis
berkenyakinan bahwa penggunaan metode kooperatif tipe Numbered Heads
Together (NHT) dalam pembelajaran IPS akan meningkatkan kemampuan peserta
didik dalam memahami masalah sosial. Permasalahan yang ingin dikaji dalam
penelitian ini adalah “Apakah metode kooperatif tipe
Numbered Heads Together
(NHT) berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan siswa dalam memecahkan
masalah-masalah sosial pada mata pelajaran IPS?
Pertanyaan Penelitian:
1)
Apakah terdapat perbedaan yang signifikan dalam peningkatan kemampuan
memecahkan masalah-masalah sosial sebelum (pretest) dilaksanakannya
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dengan
setelah (posttest) dilaksanakannya pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Heads Together (NHT)?
2)
Apakah terdapat perbedaan yang signifikan dalam peningkatan kemampuan
memecahkan masalah-masalah sosial sebelum (pretest) dengan sesudah
(posttest) di kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional?
3)
Apakah terdapat perbedaan yang signifikan hasil posttest antara kelas kontrol
yang menggunakan pembelajaran konvensional dan kelas eksperimen yang
menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads
(20)
Together (NHT) terhadap peningkatan kemampuan pemecahan
masalah-masalah sosial?
C.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan
penelitian ini adalah :
1.
Untuk mengetahui adanya perbedaan yang signifikan dalam peningkatan
kemampuan memecahkan masalah-masalah sosial sebelum (pretest)
dilaksanakan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT)
dengan setelah (posttest) dilaksanakan pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Heads Together (NHT) di kelas eksperimen.
2.
Untuk mengetahui adanya perbedaan yang signifikan dalam peningkatan
kemampuan memecahkan masalah-masalah sosial sebelum (pretest) dengan
sesudah (posttes) di kelas kontrol.
3.
Untuk mengetahui adanya perbedaan yang signifikan hasil posttest antara
kelas kontrol dan kelas eksperimen yang menerapkan metode kooperatif tipe
Numbered Heads Together (NHT) terhadap kemampuan memecahkan
masalah sosial.
D.
Manfaat Penelitian
Manfaat Teoritis
Kegunaan untuk mengembangkan khasanah ilmu pengetahuan serta
mengetahui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads
(21)
Together (NHT) dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dapat
meningkatkan kemampuan memecahkan masala-masalah sosial.
Manfaat Praktis
a.
Bagi peserta didik yang memperoleh pembelajaran dengan metode
kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT), dapat memperoleh
pengalaman baru dalam belajar, dan diharapkan memperoleh peningkatan
dalam
hasil
belajar
khususnya
peningkatan
dalam
kemampuan
memecahkan masalah-masalah sosial.
b.
Bagi guru pemerhati diharapkan dapat memperluas wawasannya dalam
melaksanakan pembelajaran IPS.
c.
Bagi Sekolah, pembelajaran ini merupakan informasi yang berguna dalam
dunia pendidikan dalam usaha menyelidiki potensi peserta didik.
d.
Bagi Universitas Pendidikan Indonesia, sampai sejauhmana teori-teori yang
didapat mahasiswa selama mendapat pendidikan di UPI kemudian
teori-teori tersebut dapat diaplikasikan dalam dunia pendidikan.
E.
Struktur Organisasi
Pada bab I terdiri dari latar belakang penelitian, identifitasi masalah dan
rumusan masalah, tujuan penelitian untuk menjawab rumusan permasalahan yang
ada. Manfaat penelitian terdiri dari manfaat secara teoritis dilihat dari teori-teori
keilmuan dan manfaat secara praktis ditujuan kepada para siswa, guru, sekolah
dan universitaas, dan struktur organisasi.
(22)
Bab II membahas mengenai teori-teori yang berhubungan pengan penelitian
ini, yaitu pembelajaran kooperatif, Problem Solving, masalah sosial, penelitian ini
di dasarkan pada peneliti-peneliti terdahulu, kerangka pemikiran, asumsi dan
hipotesis.
Bab III menerangkan lokasi yang dijadikan penelitian, metodelogi penelitian
yang digunakan dalam penelitian, berapa populasi dan sampel yang digunakan,
alur penelitian dari mulai penelitian dilakukan sampai dengan berakhirnya
penelitian, definisi operasional yang gunakan dalam penelitian, instrumen
penelitian, hasil-hasil analisis data dan prosedur penelitian.
Bab IV terdiri dari gambaran umun lokasi penelitian, hasil-hasil penelitian
terdiri dari implementasi metode kooperatif, tanggapan siswa terhadap
pembelajaran kooperatif tipe NHT, tanggapan guru terhadap pembelajaran
kooperatif tipe NHT, deskripsi kemunculan dan kemudian pembahasan
penelitian,pengujian hipotesis, peningkatan N-Gain kemampuan memecahkan
masalah dan pembahasan hasil penelitian.
(23)
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 8 Sumedang, Jawa Barat. Pemilihan
lokasi penelitian ini dilakukan setelah peneliti melakukan studi awal penelitian
dan telah mendapat persetujuan dari pihak sekolah untuk dilaksanakannya
kegiatan penelitian.
B.
Metode Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji coba penerapan metodel pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dan melihat pengaruh pada
kemampuan memecahkan masalah-masalah sosial di kalangan pelajar di SMP .
Metode yang digunakan adalah metode eksperimen dengan menggunakan dua
kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok
eksperimen menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads
Together (NHT) dan kelompok kontrol menggunakan pembelajaran konvensional
yaitu dengan metode ceramah. Data penelitian berupa data kuantitatif, yaitu skor
pre-test dan post-test kemampuan memecahkan masala-masalah sosial siswa
sebelum dan setelah pembelajaran. Desain eksperimen yang digunakan adalah
Quasy Experimental Design dengan bentuk Nonequivalent Control Group Design
dimana kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara
random (Sugiyono, 2010: 77). Bagan rancangannya adalah sebagai berikut :
(24)
Tabel 3.1
Desain Penelitian
Kelompok Pre Test Treatment Post Test
Eksperimen 01 X1 02
Kontrol 01 X2 02
Keterangan :
X
1: Perlakuan pembelajaran dengan metode Kooperatif tipe Numbered
Heads Together (NHT)
X
2: Perlakuan pembelajaran dengan metode ceramah
0
1: Tes kemampuan memecahkan masala-masalah sosial siswa sebelum
dilakukan pelakuan
02
: Temampuan memecahkan masalah-masalah sosial siswa setelah
dilakukan perlakuan
C.
Populasi Dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII semester 2 di SMP
Negeri 8 Sumedang tahun ajaran 2011/2012 dengan jumlah kelas sebanyak 6 dan
masing-masing siswa tiap kelas berjumlah 35-38 orang dan jumlah keseluruhan
siswa kelas VIII sebanyak 219 orang. Sebagai sampel penelitian dipilih dua kelas
dari enam kelas yang memililiki kemampuan akademik yang setara. Maka
berdasarkan hasil pengundian, dipilih kelas VIII-F sebagai kelas kontrol dan
kelas VIII-A sebagai kelas eksperimen. Kelas eksperimen adalah kelas yang
mendapatkan pembelajaran dengan metode kooperatif tipe Numbered Heads
(25)
Together (NHT), sedangkan kelas kontrol adalah kelas yang mendapatkan
pembelajaran konvensional dengan metode ceramah.
Dalam penelitian ini pelaksanaan pembelajaran dilakukan oleh guru bidang
studi IPS yang sama baik untuk kelas eksperimen maupun kelas kontrol dengan
tanpa mengacak siswa. Sebelum melakukan penelitian, terdapat kesepakatan
antara guru yang memberikan materi dengan peneliti,dimana peneliti memberikan
pengarahan kepada guru tersebut tentang model pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Heads Together (NHT) dan kemampuan memecahkan masalah.
Pembelajaran dilaksanakan oleh guru yang bersangkutan, peneliti bertugas
sebagai obsever dan partner bagi guru. Pengarahan ini ditujukan agar ketika
dilaksanakan penelitian, guru yang melaksanakan model pembelajran kooperatif
tipe Numbered Head Together (NHT) tidak menumui kesulitan.
D.
Alur Penelitian
(26)
Bagan 3.1
Alur Penelitian
Studi Pendahuluan
Perumusan masalah
Studi liter, Model pembelajaran Kooperatif tipe NHT,
Kemampuan Memecahkan Masalah
Penyusunan Instrumen
1.
Soal Uraian kemampuan
Memecahkan Masalah
2.
Pedoman observasi
Penyusunan Rencana
Pembelajaran Model
Pembelajaran Kooperatif tipe
NHT
Validitas, Uji Coba, Revisi
Kelompok kontrol
Tes Awal
(Pretest)
Kelompok
eksperimen
Pembelajaran
konvensional
Tes Akhir
(Posttest)
Pembelajaran
Kooperatif tipe NHT
Pengolahan
dan analisis
data
Observasi
keterlaksanaan
metode
Pembahasan
(27)
E.
Definisi Operasional
Penelitian ini menggunakan desain eksperimen dengan melibatkan dua
variabel yaitu variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat
(dependent variable). Variabel bebas (X) dalam penelitian ini adalah metode
Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT), sedangkan
varibel terikatnya (Y) adalah kemampuan memecahkan masalah-masalah sosial.
Berikut adalah penjelasan varibel beserta indikatornya :
Tabel 3.2.
Variabel Penelitian
No.
VARIABEL DIMENSI INDIKATOR
1.
2.
Metode Kooperatif tipe NHT
Kemampuan
memecahkan masalah sosial
1.Bekerja sama
2. Menerima perbedaan 3. Mengerjakan tugas-tugas guru 1. Merumuskan Masalah 2. Menelaah masalah 3. Merumuskan hipotesis 4.Mengumpulkan dan mengelompokka n data sebagai bahan
pembuktian
1. Melalui proses pembelajaran ini akan diperoleh kerja sama antar siswa yang heterogen
2. Memahami aturan dalam kelompok yang beragam
3. Menggunakan kemampuan yang dimiliki secara efektif.
1.Menjalin hubungan yang akrab dengan sesama anggota kelompok
2.Menjalin hubungan yang akrab dengan anggota kelompok lain
1.Siswa dapat mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru dalam kelompok
2.Siswa bertindak secara individu dengan rasa tanggung jawab dalam mengerjakan tugas-tugas guru
1. Mengetahui dan merumuskan masalah secara jelas
2. Menggunakan pengetahuan untuk memperinci, menganalisis masalah dari berbagai sudut 3. Berimajinasi dan menghanyati ruang lingkup,
sebab akibat dan alternatif penyelesaian 4. Kecakapan mencari dan menyusun data.
(28)
hipotesis 5.Pembuktian
hipotesis 6.Menentukan
pilihan penyelesaian
5. Pembuktian hipotesis
6. Kecakapan membuat alternatif
penyelesaian.Kecakapan menilai pilihan dengan memperhitungkan akibat yang akan terjadi pada setiap pilihan
F.
Intrumen Penelitian
Untuk mendapatkan data yang mendukung penelitian ini, peneliti menyususn
dan menyiapkan beberapa instrumen untuk menjawab pertanyaan penelitian yaitu
tes uraian kemampuan memecahkan masalah sosial sebagai alat tes dan lembar
observasi aktivitas keterlaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT,
pedoman wawancara dengan guru dan angket tanggapan siswa terhadap model
pembelajaran kooperatif tipe NHT sebagai instrumen peneliti. Berikut ini uraian
secara rinci masing-masing alat tes dan instrumen penelitian tersebut :
1.
Tes kemampuan Memecahkan Masalah-masalah Sosial
Tes ini digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam memecahkan
masalah-masalah sosial dengan memberikan pretest untuk melihat kemampuan
siswa sebelum mereka mendapatkan perlakuan pembelajaran kooperatif tipe NHT
dan pembelajaran konvensional sedangkan posttest untuk melihat hasil yang
dicapai siswa setah mendapatkan perlakuan. Tes kemampuan memecahkan
masalah berbentuk soal uraian. Pemberian skor tes kemampuan pemecahan
masalah lebih difokuskan pada prosesnya, kemudian hasil yang diperoleh siswa
atau dengan perkataan lain langkah-langkah pengerjaan siswa dalam penyelesaian
soal harus dinilai secara objektif berdaasarkan ketentuan setiap aspek. Kemudian
(29)
dalam memberikan alternatif skor untuk setiap langkah pemecahan masalah
adalah didasarkan model Schoen dan Oehmke (Sumarmo dalam Anita (2007))
dapat dibuat secara kuantitatif berupa angka 0, 1, 2, 3, dan 4. Tiap skor mewakili
tingkat operasi yang dilakukan pada setiap langkah pemecahan. Untuk lebih
jelasnya model Schoen dan Oehmke, tergambar pada tabel 2.2 berikut ini.
Tabel 3.3
Pedoman Penskoran Kemampuan Pemecahan Masalah
Skor Mengenal adanya
masalah
Mempertimbangkan pendekatan-pendekatan
untuk pemecahan
masalah
Memilih dan
menerapkan
pendekatan-pendekatan pemecahan masalah
Mencapai solusi
yang dapat
dipertanggung-jawabkan
0 Salah
menginterpretasi/ salah sama sekali
Tidak ada
pertimbangan, membuat
pertimbangan yang
tidak relevan
Tidak memilih dan menerapkan pendekatan
Tidak ada solusi
yang dapat
dipertanggung jawabkan
1 Salah
menginterpretasi
sebagian soal
permasalahan, mengabaikan
kondisi sosial
permasalahan
Membuat pertimbangan pendekatan pemecahan masalah yang tidak dapat dilaksanakan karena tidak memiliki
hubungan dengan
konsep-konsep yang diperlukan
Melaksanakan prosedur yang benar mungkin menghasilkan jawaban yang benar tetapi salah
dalam pelaksanaan
rencana
Ada solusi, tetapi tidak lengkap
2 Memahami masalah
selengkapnya
Mempertimbangkan pendekatan yang benar tetapi salah dalam hasil/tidak ada hasil
Melakukan proses yang benar dan mendapatkan hasil yang benar
Ada solusi yang bisa dipertanggug jawabkan
3 Mempertimbangkan
pendekatan yang benar, tetapi belum lengkap
4 Membuat pertimbangan
pendekatan sesuai
dengan prosedur dan mengarah pada solusi yang benar
Skor minimal 2 Skor maksimal 4 Skor maksimal 2 Skor maksimal 2
(30)
2.
Lembar Observasi
Lembar observasi ini bertujuan untuk mengamati keterlaksanaan metode
pembelajaran kooperatif tipe NHT yang diterapkan pada kelas eksperimen.
Skenario pembelajaran kooperatif tipe NHT mencakup lima tahap utama
yaitu tahap orientasi siswa kepada masalah, tahap mengorganisasikan siswa
untuk belajar, tahap membimbing penyelidikan individual maupun kelompok,
tahap mengembangkan dan menyajikan hasil karya, tahap menganalisis dan
mengevaluasi proses pemecahan masalah. Adapun observasi yang dilakukan
adalah pada satu orang guru IPS yang mengajar di kelas VIII SMP untuk tiga
kali pertemuan pada materi Pranata sosial dan Penyimpangan sosial.
3.
Pedoman wawancara
Pedoman wawancara ini bertujuan untuk mengetahui pandangan guru yang
mengajar pelajaran IPS SMP materi pranata sosial dan penyimpangan sosial
dengan metode pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together
(NHT).
4.
Angket tanggapan siswa terhadap metode pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Heads Together (NHT)
Angket tanggapan siswa ini bertujuan untuk mengetahui
pandangan-pandangan siswa yang mempelajari mata pelajara IPS dengan materi Pranata
sosial dan Penyimpangan sosial dengan metode pembelajaran kooperatif tipe
NHT. Angket ini menggunakan , Brown Habitual action (dikhotomus) setiap
(31)
siswa diminta menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan jawaban iya dan
tidak
G.
Hasil-Hasil Analisa Data
Pengujian hipotesis mengenai pengaruh penggunaan metode pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) terhadap peningkatan
kemampuan memecahkan masalah-masalah sosial siswa akan dihitung
menggunakan bantuan software SPSS versi 16.0 for windows, bahwa sebelum
mengadakan pengujian hipotesis, perlu dilakukan uji validitas dan reabilitas untuk
mengetahui apakah alat tes yang akan digunakan dapat dijadikan parameter untuk
mengukur kemampuan memecahkan masalah siswa atau tidak. Berikut ini akan
dijelaskan melalui tabel uji validitas dan reabilitas instrumen.
Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Squared Multiple Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
Soal.No.1 15.7100 8.067 .029 .029 .691
Soal.No.2 16.5000 5.646 .304 .123 .669
Soal.No.3 16.2900 5.380 .520 .359 .566
Soal.No.4 16.5900 5.093 .604 .388 .529
Soal.No.5 17.1700 5.718 .494 .265 .580
Soal.No.6 15.9900 6.535 .352 .142 .632
Sumber data : diolah dengan SPSS
Sebagimana yang dikatakan oleh Saefudin Azwar (2003) dalam Kusnendi
(2009:9) jika koefisien korelasi item total memberikan nilai signifikasi positif ≤
0.05 atau jika koefisien korelasi item total dikoreksi (corrected item-total)
memberikan nilai positif ≥ 0.25 atau 0.3
0 maka item tersebut dikatakan memiliki
(32)
uji validitas di atas, dapat dilihat nilai koefisien korelasi item total dikoreksi
(corrected item-total) untuk semua item memberikan nila
i signifikansi positif ≥
0.25, hal tersebut menunjukkan bahwa seluruh item instrumen tersebut memiliki
validitas yang memadai untuk mengukur kemampuan memecahkan
masala-masalah sosial.
Setelah uji validitas, selanjutnya dilakukan uji reabilitas data. Berdasarkan
hasil perhitungan menggunakan bantuan software SPSS versi 16.0 for windows.
Berdasarkan hasil uji coba instrumen
pada 100 responden di SMPN 8 Sumedang
untuk mengukur reliabilitas alat tes diperoleh koefisien Cronbach Alpha sebesar
0,661. Artinya instrumen ini valid dan reliabel, sesuai dengan langkah-langkah
yang telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya maka diperoleh hasil sebagai
berikut :
Tabel 3.5
Hasil Uji Reabilitas
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on
Standardized
Items N of Items
.661 .629 6
Nilai Cronbach's Alpha > 0.05, diindikasikan instrumen pengukuran
memiliki reabilitas internal yang memadai dalam mengukur konstruk yang diteliti.
Dari tabel hasil uji reabilitas di atas maka dapat disimpulkan bahwa instrumen
tersebut memiliki reabilitas internal yang memadai untuk mengukur kemampuan
memecahkan masalah-masalah sosial. Berikut dapat di paparkan pula hasil
pengujian validitas, reabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran soal
instrumen menggunakan bantuan Anatest.
(33)
Tabel 3.6
Hasil Uji Korelasi, Tingkat Kesukaran, dan Daya Pembeda
Sumber data : diolah menggunakan Anatest
Berdasarkan perolehan hasil uji validitas dan reabilitas menggunakan
Anatest di atas, nilai yang diperoleh tidak jauh berbeda dengan pengolahan data
dengan menggunakan SPSS. Dari hasil perolehan kedua alat pengolahan data
tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa instrumen memiliki tingkat validitas dan
reabilitas yang memadai, sehingga dinyatakan layak digunakan sebagai alat ukur
selanjutnya.
Perhitungan gain digunakan untuk mengetahui besar peningkatan
kemampuan siswa dalam memecahkan masalah-masalah sosial pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol, dimana analisisnya melalui tes awal (Pretest) dan
hasil tes akhir (Posttest). Analisis dilakukan dengan menggunakan rumusan gain
ternormalisasi rata-rata (avarege normalized gain) yang dikemukakan oleh Hake
(1999) dianggap lebih efektif. Adapun rumus tersebut adalah sebagai berikut :
g = Skor Posttest
–
Skor Pretest
Skor Ideal
–
Skor Pretest
Keterangan :
g
= Gain
Skor Pretest
= Persentase skor pretest rata-rata
Skor Posttest
= Persentase skor posttest rata-rata
Skor ideal
= skor ideal seluruh item soal
No Item Korelasi Tingkat Kesukaran Daya Pembeda (%)
1 0.188 Sangat Mudah 2.78
2 0.608 Mudah 36.11
3 0.725 Mudah 39.81
4 0.777 Mudah 38.89
5 0.688 Sedang 34.26
6 0.550 Sangat Mudah 19.44
Jumlah Subjek (n) = 100 Rata-Rata = 19.65 Korelasi XY = 0.53
(34)
Selanjutnya hasil gain akan dianalisis melalui kriteria tingkat gain sebagai
berikut:
Tabel 3.7
Kategori Tingkat Gain
Batasan Kategori
g > 0,7 Tinggi
0,3 < g ≤ Sedang
g ≤ 0,3 Rendah
Untuk lebih jelaskan perhitungan gain ini akan di bahas pada bab
selanjutnya.
H.
Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dalam 3 pertemuan dengan mengambil waktu
pada semester genap tahun ajaran 2011/2012. Setiap pertemuan menggunakan 2 X
40 Menit. Pretes dilakukan sebelum pembelajaran berlangsung dan posttest
dilakukan setelah pembelajaran selesai.
Prosedur yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1.
Mengadakan pra penelitian sebagai penjajakan awal di SMPN 8 Sumedang
diantaranya memohon ijin kepada kepala sekolah untuk melaksanakan
penelitian dan berdiskusi dengan guru IPS kelas VIII untuk memperoleh
gambaran
mengenai
kemampuan
memecahkan
masalah
khususnya
kemampuan memecahkan masalah-masalah sosial dan penerapan metode
kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT)
2.
Melakukan studi dokumentasi dan penentuan kelas eksperimen dan kelas
kontrol dengan cara diundi.
(35)
3.
Melaksanakan uji coba instrumen penelitian pada responden sebanyak 100
orang dan dilanjutkan dengan menganalisis data hasil uji coba instrument.
4.
Melakukan tes awal (pretest) pada siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol
untuk mendapatkan gambaran mengenai kemampuan memecahkan masalah
sebelum diberikan perlakuan.
5.
Melaksanakan pembelajaran baik pada kelas eksperimen maupun kelas
kontrol. Pelaksanaan pembelajaran dilakukan oleh guru IPS SMPN 8
Sumedang dan peneliti sendiri sebagai observer. Penelitian dilaksanakan
sesuai dengan jadwal mata pelajaran yang ditetapkan sekolah, sehingga tidak
mengganggu suasana pembelajaran di sekolah
6.
Mengadakan tes akhir (Posttes) untuk mengetahui kemampuan memecahkan
masalah-masalah sosial setelah mengikuti kegiatan pembelajaran, baik pada
siswa kelompok eksperimen maupun siswa kelompok kontrol.
(36)
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A.
Kesimpulan
Secara umum dapat disimpulkan bahwa metode Kooperatif tipe Numbered
Head Together (NHT) merupakan metode yang efektif untuk meningkatkan
kemampuan memecahkan masalah-masalah sosial. Hal tersebut terbukti dari
beberapa hasil pengujian hipotesis bahwa terdapat peningkatan perolehan nilai
rata-rata sebelum (pretest) dan setelah (posttest) penerapan metode pembelajaran
NHT, dari keseluruhan peningkatan kemampuan memecahkan masala-masalah
sosial setelah diterapkan metode NHT yang telah ditawarkan ternyata indikator
merumuskan masalah mendapatkan nilai tertinggi dibanding dengan
indikator-indikator lainnya, baik kelas kontrol maupun kelas eksperimen.
Secara khusus, kesimpulan yang berkenaan dengan rumusan masalah dan
hipotesis penelitian dapat di paparkan sebagai berikut :
1.
Terdapat perbedaan kemampuan memecahkan msalah-masalah sosial kelas
eksperimen pada pengukuran awal (pretset) dan pengukuran akhir (posttest)
setelah diterapkannya metode pembelajran kooperatrif tipe Numbered Head
Together (NHT). Hal ini terjadi karena didalam pembelajaran NHT siswa
aktif bekerja sama antar anggota kelompoknya dengan rasa tanggung jawab
untuk memecahkan masalah-masalah sosial.
2.
Terdapat perbedaan kemampuan memecahkan masalah-masalah sosial pada
penilaian pretest dan postest pada kelas kontrol. Hasil perolehan tersebut
(37)
dapat menggambarkan bahwa metode pembelajaran konvensional dapat
memberikan kontribusi dalam peningkatan kemampuan memecahkan
masalah-masalah sosial.
3.
Terdapat perbedaan kemampuan memecahkan masalah-masalah sosial antara
kelas eksperimen yang menerapkan metode kooperatif tipe Numbered Head
Together (NHT) pada pengukuran akhir (posttest) dengan kelas kontrol
setelah
dilaksanakannya
pemebelajaran
konvensional.
Hal
tersebut
mengindikasikan bahwa metode kooperatif tipe Numbered Head Together
(NHT) merupakan salah satu metode yang efektif untuk meningkatkan
kemampuan
memecahankan
masalah-masalah
sosial
karena
dalam
pembelajaran NHT siswa dapat bekerja secara bersama-sama untuk
memecahkan masalah-masalah sosial dengan rasa tanggung jawab untuk
dirinya sendiri maupun kelompoknya.
B.
Rekomendasi
Beberapa rekomendasi yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1.
Guru dapat menggunakan kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT)
sebagai salah satu metode pembelajaran di kelas-kelas lainnya untuk
meningkatkan kemampuan memecahkan masala-masalah sosial dengan cara
bekerja sama.
2.
Kemampuan memecahkan masalah dalam kehidupan seseorang sangat penting
sehingga, diharapkan kepada seluruh guru untuk dapat membantu siswa agar
terus meningkatkan kemampuan memecahkan masalah-masalah sosial dengan
(38)
menggunakan metode-metode pembelajaran yang inovasi dalam proses
pembelajaran.
3.
Guru diharapkan tidak lagi menerapkan metode pembelajaran yang hanya
bersifat “mentrasfer” pengetahuan, melainkan membiasakan diri untuk mencari
informasi mengenai metode-metode pembelajaran dimana siswa dapat
“membangun” pengetahuan mereka sendiri di dalam otaknya.
4.
Untuk dapat membantu siswa meningkatkan kemampuan memecahkan
masalah-masalah sosial, diperlukan guru yang kreatif pula. Oleh karena itu
diharapkan kepada seluruh guru untuk dapat terus mengasah dan meningkatkan
potensi kreatif yang dimilikinya dengan cara mengikuti pendidikan dan
pelatihan-pelatihan.
5.
Kepala sekolah diharapkan dapat mendukung segala aktivitas guru maupun
siswa dalam melatih kemampuan memecahkan masalah-masalah sosial dengan
cara menyediakan sarana dan prasarana yang menunjang.
(39)
DAFTAR PUSTAKA
Arifin. (2000). Stategi Belajar Mengajar Kimia. Bandung. Jurusan pendidikan
kimia UPI bandung
Cartono. (2007). Metode & Pendekatan dalam Pembelajaran Sains. Bandung :
Program Doktor Pendidikan IPA
Dahar. (1996). Model-Model Mengajar. Bandung : Diponegoro
Gulo,W. (2005) Stategi Belajar Mengajar. Jakarta : Gramedia
Hasan, Hamid.(1996). Pendidikan Ilmu sosial. Jakarta. Departemen Pendidikan
Dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan
tenaga akademik.
Ibrahim,M, dkk.(2000). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Universitas negeri
Surabaya University Press
Isjoni.(2009). Cooperative Learning. Bandung : A;lfabeta
Joyce, B., Weil, M., dan Calhoun,(2009). Models Of Teaching.Yogyakarta;
pustaka Pelajar
Kagan, Spencer. (2002). Cooperative Learning.San Juan Capistrano; Kagan
Cooperative Learning
Kartono,Kartini.(2011). Patologi Sosial. Jakarta: PT.Rajagrafindo Persada
Kusnendi.(2008). Model-Model Persamaan Struktural. Bandung: Alfabeta
Komolasari,K. (2010). Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung:
PT. Refika Aditama
Komalasari, K. (2008). Cooperative Learning dan Self Regulated Learning:
Esensi Pembelajaran Kontekstual dalam Pendidikan Kewarganegaraan di
SMP Jawa Barat. Civicus Vol 1 No. 11, Juni 2008,478-489
Krulik, Stephen & Rudnick, Jesse A. (1995). The New Sourcebook for Teaching
Reasoning and Problem Solving in Elementary School. Needham Heights:
Allyn & Bacon
(40)
Ira Ichtiara, 2012
Kupper,Adam., Kupper Jessica. (1996). Ensiklopedia Ilmu-Ilmu Sosial.
Penerjmah Haris Munandar. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada
Lie,A (2002). Cooperative learning: Mempraktekkan Cooperative Learning di
Ruang- Ruang Kelas.Jakarta: Grasindo.
Lie, Anita. (2008). Cooperative Learning : Mempraktikkan Cooperative Learning
di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.
Lie,Anita. (2010). Cooperative Learning. Jakarta: Rosdakarya
Maryani,E.(2011).
Pengembangan
Program
Pembelajaran
IPS
untuk
Peningkatan Keterampilan Sosial. Bandung; Alfabeta.
Maryani,E. Dan syamsuddin, Helius. (2008). Laporan Penilitian: Pengembangan
Program Pembelajaran IPS untuk Meningkatkan kompetensi Keterampilan
Sosial.Universitas Pendidikan Indonesia-tidak diterbitkan.
Munandar, S.C. Utami. (2003). Kreativitas & Keberbakatan. Strategi
Mewujudkan potensi kreatif & Bakat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Parillo,Vincent,N,etal. (1987). Contemporary Social Problem ,John Wiley and
sons, New York
Rubington,Earl., Weinberg,Martin. (2003). The Study of Social Problems.New
York. Oxford University Press
Ruseffendi,E.T. (1991). Pengantar kepada Membantu guru Mengembangkan
Kopetensinya dalam mengajar Matematika untuk Meningkatkan CBSA.
Bandung.Tarsito
Russefendi,
E.T.
(1988).
Pengantar
Kepada
Guru
Mengembangkan
Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika dan Meningkatkan CBSA.
Bandung: Tarsito
Sanjaya, W.(2006). Strategi Pembelajaran.Jakarta: Kencana
Sanjaya. (2009). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sanjaya Wina. (2007). Stategi pembelajaran berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana Predana Media Group
(41)
Slavin,R.E. (1995). Cooperative Learning: Theory and Practice, second Edition.
Massachusett: allyn and Bacon Publisher.
Slavin,R.E. (2009). Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung:
Nusa media
Silver, Edward A. (1997). Fostering Creativity through Instruction Rich in
Mathematical Problem Solving and Thinking in Problem Posing.
http://www.fiz.karlsruhe.de/fiz/publications/zdm ZDM Volum 29 (June
1997) Number 3. Electronic Edition ISSN 1615-679X. Download 6 Januari
2012.
Soelaeman , M. Munandar. (2001). Ilmu Sosial dasar teori dan Konsep Ilmu
sosial. Bandung: PT. Refika Aditama
Soetomo. (2010). Masalah Sosial dan Upaya pemecahannya.Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Sudjana. (2010). Strategi Pembelajaran. Bandung:Falah
Sugiyono.(2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:Alfabeta
Suharto, Edi (1997), Pembangunan, Kebijakan Sosial dan Pekerjaan Sosial:
Spektrum Pemikiran, Bandung: LPS Press
Sumaatmadja, N. (1997). Metodologi Pengajaran Geografi. Jakarta: Bumi Aksara
Sukmadinata & As’ari.(2006).
Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi di PT
.
Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak diterbitkan.
Trianto.(2007). Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktifistik.
Jakarta.Prestasi Pustaka Piblisher.
Vygotsky, L.S. (1978). Mind in Society. Cambridge : Harvard University Press
Woolfolk,Anita.
(2009).
Educational
Psychology
Active
Learning
Edition.Yogyakarta : Pustaka Pelajar
(42)
Ira Ichtiara, 2012
Nisa, Jakiatin (2010). Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Square
Dan Tipe Numbered Heads Together Terhadap Keterampilan Sosial
Peserta Didik Pada Mata Pelajaran IPS.
Tesis Pada SPs UPI Bandung :
diterbitkan.
Poniman (2010).Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Numbered
Head Together untuk meningkatkan Nilai-nilai Demokrasi Siswa Pada
Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) SMP di Kota Serang.
Tesis Pada SPs UPI Bandung : tidak diterbitkan.
Purba,Janulis,P. (2003) Pengembangan dan Implementasi Model Pembelajaran
Fisika Menggunakan Pendekatan Pemecahan Masalah. Disertasi. PPs UPI
Bandung: Tidak diterbitkan
Sugalayudha, Hadyan. (2006). Model Pembelajaran Berbasis Masalah pada topik
Koloid Untuk meningkatkan keterampilan Berpikir kritis, Penguasaan
Konsep dan keterampilan Proses sains Siswa SMA. Tesis magister. PPs UPI
Bandung: tidak diterbitkan
Sumartini,Eti.(2006). Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Terhadap Hasil Belajar
Siswa Pada Mata Pelajaran IPS (Perbandingan Antara Tipe Numbered
Head Together dan Jigsaw pada Materi Pokok tematik di SMP Negeri 5
Bandung). Tesis Pada SPs UPI Bandung : tidak diterbitkan
Komalasari, K (2008). Pengaruh Pembelajaran Kontekstual Dalam Pendidikan
Kewarganegaraan Terhadap Kompetensi Kewarganegaraan Siswa SPM.
Desertasi Doktor pada Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan
Indonesia: Tidak diterbitkan
Sumber Data Internet
http://syaifulhijrah.blogspot.com/
diunduh pada tanggal 12-1-2012
Hake, R. R. (1999). Analyzing Change/Gain Scores. [Online]. Tersedia:
http://lists.asu.edu/cgi-bin/wa?A2=ind9903&L=aera-d&P=R6855
(1)
107
Ira Ichtiara, 2012
Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (Nht) Terhadap Peningkatan Kemampuan Memecahkan Masalah-Masalah Sosial Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
dapat menggambarkan bahwa metode pembelajaran konvensional dapat
memberikan kontribusi dalam peningkatan kemampuan memecahkan
masalah-masalah sosial.
3.
Terdapat perbedaan kemampuan memecahkan masalah-masalah sosial antara
kelas eksperimen yang menerapkan metode kooperatif tipe Numbered Head
Together (NHT) pada pengukuran akhir (posttest) dengan kelas kontrol
setelah
dilaksanakannya
pemebelajaran
konvensional.
Hal
tersebut
mengindikasikan bahwa metode kooperatif tipe Numbered Head Together
(NHT) merupakan salah satu metode yang efektif untuk meningkatkan
kemampuan
memecahankan
masalah-masalah
sosial
karena
dalam
pembelajaran NHT siswa dapat bekerja secara bersama-sama untuk
memecahkan masalah-masalah sosial dengan rasa tanggung jawab untuk
dirinya sendiri maupun kelompoknya.
B.
Rekomendasi
Beberapa rekomendasi yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1.
Guru dapat menggunakan kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT)
sebagai salah satu metode pembelajaran di kelas-kelas lainnya untuk
meningkatkan kemampuan memecahkan masala-masalah sosial dengan cara
bekerja sama.
2.
Kemampuan memecahkan masalah dalam kehidupan seseorang sangat penting
sehingga, diharapkan kepada seluruh guru untuk dapat membantu siswa agar
terus meningkatkan kemampuan memecahkan masalah-masalah sosial dengan
(2)
108
Ira Ichtiara, 2012
Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (Nht) Terhadap Peningkatan Kemampuan Memecahkan Masalah-Masalah Sosial Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
menggunakan metode-metode pembelajaran yang inovasi dalam proses
pembelajaran.
3.
Guru diharapkan tidak lagi menerapkan metode pembelajaran yang hanya
bersifat “mentrasfer” pengetahuan, melainkan membiasakan diri untuk mencari
informasi mengenai metode-metode pembelajaran dimana siswa dapat
“membangun” pengetahuan mereka sendiri di dalam otaknya.
4.
Untuk dapat membantu siswa meningkatkan kemampuan memecahkan
masalah-masalah sosial, diperlukan guru yang kreatif pula. Oleh karena itu
diharapkan kepada seluruh guru untuk dapat terus mengasah dan meningkatkan
potensi kreatif yang dimilikinya dengan cara mengikuti pendidikan dan
pelatihan-pelatihan.
5.
Kepala sekolah diharapkan dapat mendukung segala aktivitas guru maupun
siswa dalam melatih kemampuan memecahkan masalah-masalah sosial dengan
cara menyediakan sarana dan prasarana yang menunjang.
(3)
Ira Ichtiara, 2012
Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (Nht) Terhadap Peningkatan Kemampuan Memecahkan Masalah-Masalah Sosial Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Arifin. (2000). Stategi Belajar Mengajar Kimia. Bandung. Jurusan pendidikan
kimia UPI bandung
Cartono. (2007). Metode & Pendekatan dalam Pembelajaran Sains. Bandung :
Program Doktor Pendidikan IPA
Dahar. (1996). Model-Model Mengajar. Bandung : Diponegoro
Gulo,W. (2005) Stategi Belajar Mengajar. Jakarta : Gramedia
Hasan, Hamid.(1996). Pendidikan Ilmu sosial. Jakarta. Departemen Pendidikan
Dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan
tenaga akademik.
Ibrahim,M, dkk.(2000). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Universitas negeri
Surabaya University Press
Isjoni.(2009). Cooperative Learning. Bandung : A;lfabeta
Joyce, B., Weil, M., dan Calhoun,(2009). Models Of Teaching.Yogyakarta;
pustaka Pelajar
Kagan, Spencer. (2002). Cooperative Learning.San Juan Capistrano; Kagan
Cooperative Learning
Kartono,Kartini.(2011). Patologi Sosial. Jakarta: PT.Rajagrafindo Persada
Kusnendi.(2008). Model-Model Persamaan Struktural. Bandung: Alfabeta
Komolasari,K. (2010). Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung:
PT. Refika Aditama
Komalasari, K. (2008). Cooperative Learning dan Self Regulated Learning:
Esensi Pembelajaran Kontekstual dalam Pendidikan Kewarganegaraan di
SMP Jawa Barat. Civicus Vol 1 No. 11, Juni 2008,478-489
Krulik, Stephen & Rudnick, Jesse A. (1995). The New Sourcebook for Teaching
Reasoning and Problem Solving in Elementary School. Needham Heights:
Allyn & Bacon
(4)
Ira Ichtiara, 2012
Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (Nht) Terhadap Peningkatan Kemampuan Memecahkan Masalah-Masalah Sosial Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Kupper,Adam., Kupper Jessica. (1996). Ensiklopedia Ilmu-Ilmu Sosial.
Penerjmah Haris Munandar. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada
Lie,A (2002). Cooperative learning: Mempraktekkan Cooperative Learning di
Ruang- Ruang Kelas.Jakarta: Grasindo.
Lie, Anita. (2008). Cooperative Learning : Mempraktikkan Cooperative Learning
di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.
Lie,Anita. (2010). Cooperative Learning. Jakarta: Rosdakarya
Maryani,E.(2011).
Pengembangan
Program
Pembelajaran
IPS
untuk
Peningkatan Keterampilan Sosial. Bandung; Alfabeta.
Maryani,E. Dan syamsuddin, Helius. (2008). Laporan Penilitian: Pengembangan
Program Pembelajaran IPS untuk Meningkatkan kompetensi Keterampilan
Sosial.Universitas Pendidikan Indonesia-tidak diterbitkan.
Munandar, S.C. Utami. (2003). Kreativitas & Keberbakatan. Strategi
Mewujudkan potensi kreatif & Bakat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Parillo,Vincent,N,etal. (1987). Contemporary Social Problem ,John Wiley and
sons, New York
Rubington,Earl., Weinberg,Martin. (2003). The Study of Social Problems.New
York. Oxford University Press
Ruseffendi,E.T. (1991). Pengantar kepada Membantu guru Mengembangkan
Kopetensinya dalam mengajar Matematika untuk Meningkatkan CBSA.
Bandung.Tarsito
Russefendi,
E.T.
(1988).
Pengantar
Kepada
Guru
Mengembangkan
Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika dan Meningkatkan CBSA.
Bandung: Tarsito
Sanjaya, W.(2006). Strategi Pembelajaran.Jakarta: Kencana
Sanjaya. (2009). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sanjaya Wina. (2007). Stategi pembelajaran berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana Predana Media Group
(5)
Ira Ichtiara, 2012
Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (Nht) Terhadap Peningkatan Kemampuan Memecahkan Masalah-Masalah Sosial Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Slavin,R.E. (1995). Cooperative Learning: Theory and Practice, second Edition.
Massachusett: allyn and Bacon Publisher.
Slavin,R.E. (2009). Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung:
Nusa media
Silver, Edward A. (1997). Fostering Creativity through Instruction Rich in
Mathematical Problem Solving and Thinking in Problem Posing.
http://www.fiz.karlsruhe.de/fiz/publications/zdm ZDM Volum 29 (June
1997) Number 3. Electronic Edition ISSN 1615-679X. Download 6 Januari
2012.
Soelaeman , M. Munandar. (2001). Ilmu Sosial dasar teori dan Konsep Ilmu
sosial. Bandung: PT. Refika Aditama
Soetomo. (2010). Masalah Sosial dan Upaya pemecahannya.Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Sudjana. (2010). Strategi Pembelajaran. Bandung:Falah
Sugiyono.(2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:Alfabeta
Suharto, Edi (1997), Pembangunan, Kebijakan Sosial dan Pekerjaan Sosial:
Spektrum Pemikiran, Bandung: LPS Press
Sumaatmadja, N. (1997). Metodologi Pengajaran Geografi. Jakarta: Bumi Aksara
Sukmadinata & As’ari.(2006).
Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi di PT
.
Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak diterbitkan.
Trianto.(2007). Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktifistik.
Jakarta.Prestasi Pustaka Piblisher.
Vygotsky, L.S. (1978). Mind in Society. Cambridge : Harvard University Press
Woolfolk,Anita.
(2009).
Educational
Psychology
Active
Learning
Edition.Yogyakarta : Pustaka Pelajar
(6)
Ira Ichtiara, 2012
Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (Nht) Terhadap Peningkatan Kemampuan Memecahkan Masalah-Masalah Sosial Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu