this PDF file PROSES PEMAKNAAN ORANGTUA PADA PESAN YANG DISAMPAIKAN OLEH ANAK TUNARUNGU | Ikramullah | SOCIAL HUMANITY 1 SM

Social Humanity:Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Volume 1 Nomor 1 (Desember 2017) 32-37

http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/JH/index
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK | UNIVERSITAS TADULAKO
PROSES PEMAKNAAN ORANGTUA PADA PESAN YANG DISAMPAIKAN OLEH ANAK
TUNARUNGU
Muhammad Ikramullah 1,
1

Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Tadulako

INFO ARTIKEL
* Corresponding author.
HP: 082271351915
E-mail:
Muhammadikrasultan27@gmail
.com
Alamat: Program Studi Ilmu
Komunikasi FISIP Universitas
Tadulako Jln. Soekarno Hatta
Km. 9 Kota Palu Sulawesi

Tengah

Keywords : Proses Pemaknaan,
Anak Tunarungu dan Orangtua

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pemaknaan orangtua pada pesan yang
disampaikan oleh anak tunarungu, menggunakan metode penelitian deskriptif. Teori yang digunakan
dalam penelitian yaitu teori makna, yang memiliki beberapa poin yang dibutuhkan dalam proses
pemaknaan pesan yaitu inferensial (Lambang), Significance (Arti), intensional (Tujuan). Lokasi
penelitian bertempat di Kel. Tanamodindi. Jumlah informan dalam penelitian ini adalah 7 orang yang
terdiri dari 3 orang tua anak penyandang tuna rungu, 1 nenek Hidra,1 Paman Randy,1 saudara Randy,
dan 1 orang tua asuh di Rumah Singgah Difabel. Dengan teknik penarikan sample purpose sampling
dengan menentukan kriteria kriteria yang ditentukan peneliti. Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah observasi dan wawancara mendalam. Teknik analisis data yang digunakan adalah
deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam proses pemaknaan orang tua pada
pesan yang disampaikan oleh anak tunarungu mengacu pada tiga indikator yaitu inferensial (lambang),
significant (arti), intentional (tujuan). Tahap dimana anak tunarungu sebagai komunikator dan
orangtua sebagai komunikan yang berusaha memaknai pesan-pesan yang disampaikan oleh anak
tunarungu melalui gerakan-gerakan lambang menggunakan bahasa tubuhnya yang diterapkan dengan

bahasa isyarat melalui tangan, dan gerakan tubuh lainnya, hingga penyampaian melalui tulisan.
Kemudian mengartikan apa maksud dari penyampaian pesan anak tunarungu. Orangtua mengartikan
gerakan anak tunarungu, yaitu arti dari gerakan tersebut yang mengandung makna. Lalu mengacu pada
hasil, apa yang akan terjadi setelah pemaknaan itu berhasil dilakukan atau apa tujuan dari
penyampaian yang dilakukan oleh anak tunarungu. Bentuk penyampaian yang menyatakan tujuan
komunikator atau pembuat lambang, dimana anak tunarungu yang melakukan suatu gerakan dengan
cara orangtua yang memaknai apa maksud dan tujuan yang akan dilakukan oleh anak tunarungu
tersebut.
dimilikinya. Salah satunya adalah kemampuan berbahasa anak,
yang pertama kali didapat dari keluarga, khususnya pengasuh
utama (Tubbs & Moss, 2008:219).
Orang tua merupakan guru dirumah, yang memberikan
pengarahan dan bahasa-bahasa awal sejak mereka masih balita
hingga tumbuh menjadi orang dewasa. Orang tua adalah guru
yang pertama kali memberikan pendidikan, pengarahan dan lain
sebagainya. Apasaja yang disampaikan oleh guru disekolah pasti
nya akan ditindak lanjuti oleh para orang tua dirumah.
Pada pra observasi yang telah dilakukan, seperti yang
diungkapkan oleh salah satu orang tua anak tunarungu, bapak
Yasin selaku ketua yayasan RUMAH SINGGAH DIFABEL,

sekaligus orang tua anak tunarungu mengatakan bahwa “hamper
semua anak tunarungu mempunyai beberapa sifat atau perilaku
yang sangat sulit ditebak yang terkadang ada kesulitan bagi
orangtua dalam mengasuh anak tunarungu”. Sering kali ketika
orangtua mengasuh anak tunarungu terdapat beberapa kendala
yang dihadapi oleh para orangtua, seperti cara berkomunikasi
anak tunarungu yang kurang jelas, kurangnya pendengaran karena
mempunyai gangguan pendengaran, sehingga terdapat pula
gangguan dalam menangkap proses komunikasi. Kendala yang
terdapat pada anak tunarungu berbeda antara anak tunarungu satu
dan anak tunarungu lainnya.
Hasil wawancara lainnya orang tua Hidra yang
diketahui bahwa anak tunarungu pada umum nya memiliki
masalah pada tekanan emosi, namun pada masalah ini mereka
selalu tertutup dengan keadaan mereka yang sedang marah
dikarenakan mereka sulit mengungkapkan. Anak tunarungu
mengalami kelambatan untuk menyatakan sesuatu karena

PENDAHULUAN
Berkomunikasi merupakan suatu hal yang mendasar

bagi semua orang.Banyak orang yang menganggap bahwa
berkomunikasi itu suatu hal yang mudah untuk dilakukan.Namun,
seseorang akan tersadar bahwa komunikasi tidak akan menjadi
mudah apabila terjadi gangguan komunikasi (noise), baik noise
tersebut terjadi pada komunikator, medium atau pun komunikan
nya itu sendiri. Situasi tersebut dapat mengakibatkan proses
komunikasi yang berjalan tidak efektif. Proses komunikasi yang
terhambat seringkali ditemukan pada interaksi komunikasi yang
melibatkan anak-anak berkebutuhan khusus seperti tunarungu.
Hal ini disebabkan karena terhambatnya bahasa yang seharusnya
mereka dapatkan melalui pendengaran.
Tunarungu adalah mereka yang mengalami gangguan
pada indra pendengaran sehingga pendengarannya rendah sekali
bahkan sama sekali tidak bisa mendengar apa yang dibicarakan
atau apa yang disampaikan kepadanya .Selain itu, mereka umum
nya mempunyai kesulitan melakukan komunikasi secara lisan
dengan orang lain, sehingga proses komunikasi yang dilakukan
oleh penyandang tunarungu sulit dipahami oleh lawan bicaranya.
(Efendy ,2006:56). Panca indera memiliki peranan penting dalam
jalinan komunikasi antarmanusia. Apabila salah satu indera tidak

ada, manusia akan sulit menjalin komunikasi, misal nya
tunarungu. Tunarungu adalah keadaan kehilangan pendengaran
yang mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap berbagai
rangsangan, sehingga mengalami hambatan dalam perkembangan
bahasa. Perlu adanya penanaman sikap positif pada orang tua agar
anak tunarungu dapat berkembang dan mencapai potensi yang
32

Social Humanity:Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Volume 1 Nomor 1 (Desember 2017) 32-37

melancarkan komunikasi. Dalam prasangka, emosi
memaksa kita untuk menarik kesimpulan atas dasar
prasangka tanpa menggunakan pikiran yang rasional.
Sesuatu yang objektif pun akan dinilai negative .(Effendy,
2005:45-49)
Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa,
gangguan komunikasi terjadi jika terdapat intervensi yang
mengganggu salah satu elemen komunikasi, sehingga proses
komunikasi tidak biasa berjalan secara efektif, selain itu
hambatan komunikasi terjadi karena adanya gangguan yang

membuat proses komunikasi tidak dapat berlangsung sesuai
dengan harapan komunikator dan komunikan .
Komunikasi Interpersonal
Komunikasi antar pribadi meliputi komunikasi yang
terjadi antar pramuniaga dengan pelanggan, anak dengan ayah,
dua orang dalam satu wawancara, termasuk antara pengamen
jalanan baik dijalanan tempat mereka menjalankan profesinya
maupun di tempat-tempat lain (Devito, 1997:231).
Komunikasi antarpribadi melibatkan paling sedikit dua
orang yang mempunyai sifat, nilai-nilai pendapat, sikap, pikiran
dan perilaku yang khas dan berbeda-beda. Selain itu komunikasi
antarpribadi juga menuntut adanya tindakan saling memberi dan
menerima diantara pelaku yang terlibat dalam komunikasi.
Dengan kata lain, para pelaku komunikasi saling bertukar
informasi, pikiran dan gagasan, dan sebagainya. Komunikasi
interpersonal adalah sebuah bentuk khusus dari komunikasi
manusia yang terjadi bila kita berinteraksi secara simultan dengan
orang lain dan saling mempengaruhi secara mutual satu sama lain,
interaksi yang simultan berarti bahwa para pelaku komunikasi
mempunyai tindakan yang sama terhadap suatu informasi pada

waktu yang sama pula. Pengaruh mutual berarti bahwa para
pelaku komunikasi saling terpengaruh akibat adanya interaksi di
antara mereka. Interaksi mempengaruhi pemikiran, perasaan dan
cara mereka menginterpretasikan sebuah informasi. (Beebe &
Beebe, 1996:6).
Komunikasi interpersonal pada hakikatnya merupakan
salah satu bentuk dari komunikasi antarpribadi. Komunikasi
interpersonal adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap
muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi
orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun nonverbal.
Komunikasi interpersonal sangat potensial untuk menjalankan
fungsi instrumental sebagai alat untuk mempengaruhi atau
membujuk orang lain, karena kita dapat menggunakan kelimat
alat indera kita untuk mempertinggi daya bujuk pesan yang kita
komunikasikan kepada komunikan kita.Sebagai komunikasi yang
paling lengkap dan palingsempurna, komunikasi antarpribadi
berperan penting hingga kapanpun, selama manusia masih
mempunyai emosi. Kenyataannya komunikasi tatap-muka ini
membuat manusia merasa lebih akrab dengan sesamanya,berbeda
dengan komunikasi lewat media massa seperti surat kabar,

televisi, ataupun lewat teknologi tercanggihpun. (Mulyana,
2007:73).
Tujuan Komunikasi Interpersonal
Komunikasi Interpersonal merupakan action oriented,
ialah suatu tindakan yang berorientasi pada tujuan tertentu.
Tujuan komunikasi interpersonal itu bermacam-macam, beberapa
di antaranya dipaparkan berikut ini. Arni Muhammad (2005:155)
a.
Mengungkapkan perhatian kepada orang lain
Salah satu tujuan komunikasi interpersonal adalah untuk
mengungkapkan perhatian kepada orang lain.

kesulitan pemakaian simbol-simbol dalam bahasa, sehingga Anak
tunarungu mengalami kelambatan motoric yang pada akhirnya
mempengaruhi indera keseimbangan. Kemudian masalah
pengawasan yang jauh lebih ditingkatkan dari pada anak normal
Karena anak tunarungu mempunyai tingkat emosi yang berbedabeda dan terkadang melewati batas (PraObservasiAwal 16
November 2016)
Faktor penyebab terhambatnya komunikasi orangtua
terhadap anak yang tunarungu menurut peneliti adanya faktor

internal dan factor eksternal. Faktor internal yaitu berasal dari
dalam diri anak tunarungu dan dapat mempengaruhi hasil
belajarnya. Adanya factor psikologi satu kejiwaan anak yang
terkadang berubah-ubah, mudah diatur, namun terkadang tidak
biasa diatur Karena sedang sibuk dengan sesuatu. Dan tingkat
emosi anak tunarungu yang sulit mereka ungkapkan Karena
keterbatasan bahasa yang mereka miliki. Faktor eksternal yaitu
factor lingkungan keluarga seperti pola asuh orangtua, setiap
orangtua memiliki pola asuh atau cara yang berbeda dalam
mendidik anak. Gaya asuh orang tua yang kurang mampu
mengartikan gerakan maupun Bahasa anak tunarungu akan
membuat anak tunarungu sulit mengungkapkan apa yang mereka
ingin sampaikan, keterbatasan orang tua yang hanya mengetahui
bahasa-bahasa tertentu saja.
Hambatan Komunikasi
Pada hakikatnya, komunikasi merupakan suatu sistem,
maka gangguan komunikasi dapat terjadi pada semua elemen atau
unsur-unsur yang mendukungnya, termasuk lingkungan di mana
komunikasi terjadi. Menurut Effendy (2005:55) menyatakan
hambatan komunikasi dibagi menjadi empat, yaitu:

1. Gangguan
Ada dua jenis gangguan terhadap jalannya komunikasi
yang menurut sifatnya dapat diklasifikasikan sebagai
gangguan mekanik dan gangguan semantik.
a. Gangguan mekanik (mechanical, channel noise)
adalah yang disebabkan saluran komunikasi atau
kegaduhan yang bersifat fisik.
b. Gangguan semantik (semantic noise) gangguan ini
bersangkutan dengan pesan komunikasi yang
pengertiannya menjadi rusak. Gangguan semantik
tersaring ke dalam pesan melalui penggunaan bahasa.
Gangguan semantic terjadi dalam salah pengertian.
2. Kepentingan, Interest atau kepentingan membuat orang
selektif dalam menanggapi pesan. Orang hanya
memperhatikan perangsang yang ada hubungannya
dengan kepentingan nya. Kepentingan bukan hanya
mempengaruhi perhatian kita saja tetapi juga menentukan
daya tanggap, persasaan, pikiran dan tingkah laku kita
akan merupakan sifat reaktif terhadap segala perangsang
yang tidak sesuai atau bertentangan dengan suatu

kepentingan.
3. Motivasi terpendam, motivasi akan mendorong seseorang
berbuat sesuatu yang sesuai benar dengan keinginan,
kebutuhan dan kekurangannya. Semakin sesuai
komunikasi dengan motivasi seseorang semakin besar
kemungkinan komunikasi itu dapat diterima dengan baik
oleh pihak yang bersangkutan.
4. Prasangka, merupakan salah satu rintangan atau hambatan
berat suatu kegiatan komunikasi oleh karena orang yang
mempunyai prasangka belum apa-apa sudah bersikap
curiga dan menentang komunikator yang hendak

33

Social Humanity:Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Volume 1 Nomor 1 (Desember 2017) 32-37

b.

c.

d.

e.

f.

g.

h.

3.

Makna yang ketiga adalah makna intentional, yakni
makna yang dimaksud oleh seorang pemakai lambang.
Harimukti Kridalaksana (Sobur, 2013:262) menyebutnya
sebagai makna yang menekankan maksud pembicara
(misalnya: saya minta roti; saya mau menyimpan roti;
saya akan memberi roti).
Pada dasarnya makna sebenarnya ada pada kepala kita,
bukan terletak pada suatu lambang. Kalaupun ada orang yang
mengatakan bahwa kata-kata itu mempunyai makna, yang
dimaksudkan sebenarnya kata-kata itu mendorong orang untuk
memberi makna (yang telah disetujui bersama) terhadap kata-kata
itu. Makna itu sendiri timbul juga dikarenakan pengalaman hidup
yang berbeda. Orang mempunyai makna masing-masing untuk
kata-kata tertentu, inilah yang disebut sebagai makna perorangan.
Tetapi bila semua makna itu bersifat perorangan, tentu tidak
terjadi komunikasi dengan orang lain. Ini berarti ada makna yang
dimiliki bersama (shared meaning ).
Komunikasi yang sering dihubungkan dengan kata lain
communis, yang artinya sama. Komunikasi hanya terjadi bila kita
memiliki makna yang sama. Pada gilirannya makna yang sama
hanya terbentuk bila kita memiliki pengalaman yang sama. Oleh
karena itu timbul pertanyaan apakah makna dari makna,
pertanyaan itu merupakan problem besar bagi filsafat. R. Brown
mendefinisikan makna sebagai kecenderungan total untuk
menggunakan atau beraksi terhadap suatu bentuk bahasa. Konsep
makna itu sendiri memiliki berbagai makna tanpa ada satu makna
pun lebih betul dari makna lainnya. Seperti kata-kata lainnya,
makna mempunyai beberapa definisi. Ada satu alasan terdapatnya
berbagai makna dari makna adalah masalah lokasi: “Dimana
lokasi makna?”. Makna dapat digolongkan kedalam makna
denotatif dan konotatif. Makna denotatif adalah makna yang
sebenarnya (factual), seperti yang kita temukan dalam kamus.
Makna denotatif bersifat publik, terdapat sejumlah kata yang
bermakna denotatif namun ada juga yang bermakna konotatif,
lebih bersifat pribadi yakni makna diluar rujukan objektifnya.
Dengan kata lain makna konotatif lebih bersifat subyektik
daripada makna denotatif (Sobur, 2013:263).
1. Makna Pesan
Rangkaian lambang komunikasi sebagai satu kesatuan
sistem yang bermakna itulah yang kita sebut bahasa, sehingga
kita mengenali bahasa tubuh (mimik,gerak-gerik), parabahasa
(suara), bahasa lisan, dan bahasa tulisan, “Matahari” adalah
bentuk pesan dan bahasa indonesia untuk menunjukkan obyek
yang menjadi “pusat tata surya kita”. Dalam bahasa Inggris
disebut “sun”, Perancis “soleil” , dan Jerman “sonne”. Keempat
lambang tersebut merujuk ke makna yang sama. (Vardiansyah,
2002: 70)
Lambang dengan demikian, adalah sesuatu yang secara
sengaja digunakan untuk merujuk pada sebuah obyek (lihat
Blake, 1979). Obyek yang ditunjuk oleh lambang itu adalah apa
yang dimaksud oleh kelompok sosial itu penggunanya, melekat
pada budaya setempat. Tidak harus ada hubungannya yang
penting antara obyek yang ditunjuk dengan lambang yang
menunjuknya. Sehingga dapat dinyatakan bahwa lambang
komunikasi sebagai bentuk pesan bersifat sembarang,
manuasialah yang mmeberi makna terhadap lambang komunikasi
yang digunakan.
Makna muncul ketika suatu lambang komunikasi yang
mengacu pada suatu obyek , dipakai secara konsisten oleh para
penggunanya. Saat itulah terjadi proses pembentukan makna di
akal budi para pemakainya. Makna pada dasarnya terbentuk

Menemukan diri sendiri
Artinya, seorang melakukan komunikasi interpersonal
karena ingin mengetahui dan mengenali karakteristik diri
pribadi berdasarkan informasi dari orang lain.
Menemukan dunia luar
Dengan komunikasi interpersonal diperoleh kesempatan
untuk mendapatkan berbagai informasi dari orang lain,
termasuk informasi penting dan actual.
Membangun dan memelihara hubungan yang harmonis
Sebagai makhluk sosial, salah satu kebutuhan setiap
orang yang paling besar adalah membentuk dan
memelihara hubungan baik dengan orang lain.
Mempengaruhi sikap dan tingkah laku
Komunikasi interpersonal ialah proses penyampaian
suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk
memberitahu atau mengubah sikap, pendapat, atau
perilaku baik secara langsung maupun tidak langsung
(dengan menggunakan media).
Mencari kesenangan atau sekedar menghabiskan waktu
Ada kalanya, seseorang melakukan komunikasi
interpersonal sekedar mencari kesenangan atau hiburan.
Menghilangkan kerugian akibat salah komunikasi
Komunikasi interpersonal dapat menghilangkan kerugian
akibat salah komunikasi (miscommunication ) dan salah
interpretasi (mis interpretation) yang terjadi antara
sumber dan penerima pesan.
Memberikan bantuan (konseling)
Ahli-ahli kejiwaan, ahli psikologi klinis dan terapi
menggunakkan komunikasi interpersonal dalam kegiatan
profesional mereka untuk mengarahkan kliennya.

Teori Makna
Upaya memahami makna, sesungguhnya merupakan salah
satu masalah filsafat yang tertua dalam umur manusia. Konsep
makna telah menarik perhatian disiplin komunikasi, psikologi,
sosiologi, antropologi, dan linguistik. Itu sebabnya beberapa
pakar komunikasi sering menyebut kata makna ketika mereka
mendefinisi komunikasi. Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss
(2008:6) misalnya menyatakan “Komunikasi adalah proses
pembentukan makna diantara dua orang atau lebih” (Sobur,
2013:255).Para ahli mengakui istilah makna (meaning) memang
merupakan kata dan istilah yang membingungkan. Dalam
bukunya The Meaning Of Meaning , Ogden dan Richards (1972,
186-187) telah mengumpulkan tidak kurang dari 22 batasan
mengenai makna. Bentuk makna diperhitungkan sebagai istilah,
sebab bentuk ini mempunyai konsep dalam bidang tertentu,yakni
dalam bidang linguistic (Sobur,2013:255).
Brodbeck juga menyajikan teori makna dengan cara yang
cukup sederhana (Sobur, 2013:262)
1. Makna yang pertama adalah makna inferensial, yakni
makna satu kata (lambang) adalah objek, pikiran,
gagasan, konsep, yang dirujuk oleh kata tersebut. Dalam
uraian Orgen dan Richard (Sobur, 2013:262), proses
pemberian makna (references proses) terjadi ketika kita
menghubungkan lambang dengan yang ditunjukkan
lambang (disebut rujukan atau referen). Satu lambang
dapat menunjukkan banyak rujukan.
2. Makna yang kedua adalah makna yang menunjukkan arti
(significance) atau istilah sejauh yang dihubungkan
dengan konsep-konsep yang lain.

34

Social Humanity:Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Volume 1 Nomor 1 (Desember 2017) 32-37

mengenai perseorangan (riwayat hidup). Pada metode studi kasus
ini diperlukan banyak informasi guna mendapatkan bahan-bahan
yang agak luasDasar penelitian yang digunakan oleh peneliti
adalah studi kasus. Bimo Walgito (2010:92) studi kasus
merupakan suatu metode untuk menyelidiki atau mempelajari
suatu kejadian mengenai perseorangan (riwayat hidup). Pada
metode studi kasus ini diperlukan banyak informasi guna
mendapatkan bahan-bahan yang agak luas.
Lokasi penelitian dilakukan di jalan Nuri no. 19
Kelurahan Tanamodindi Kecamatan Palu Selatan dan jalan
Veteran atas no. 109 Kelurahan Tanamodindi Kecamatan Palu
Selatan, jalan Ahmad Yani, Bundaran Katamso Taman Bumi
Nyiur RUMAH SINGGAH DIFABEL . dengan pertimbangan
pada lokasi tersebut tersedia data yang mendukung tulisan ini .
Subjek penelitian adalah orang-orang yang diharapkan
dapat mewakili dalam menjawab permasalah-permasalahan
penelitian. Penarikan subjek penelitian ini dilakukan dengan
metode purpose sampling yaitu kriteria sampel yang diperoleh
benar-benar sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan
(Eriyanto, 2007:52). Dalam buku metode penelitian oleh
Sugiyono (2013:126) menjelaskan bahwa purpose sampling
teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Dalam
hal ini peneliti mengambil sampel berdasarkan pengamatan
dilapangan. Dimana jumlah informan dalam penelitian ini
berjumlah 7 orang. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan
cara peneliti melakukan wawancara pada orangtua anak
tunarungu.
Analisis data yang digunakan adalah analisis data
kualitatif. Dalam pengertian bahwa upaya analisis berdasarkan
kata-kata yang disusun dalam bentuk teks yang diperluas. (Miles
dan Huberman,1992). Data yang terkumpul dari hasil pengamatan
dan wawancara lapangan selanjutnya dianalisis dan bukan dalam
bentuk angka-angka tapi berupa kata-kata atau narasi.
Berdasarkan dengan tujuan penelitian yang disebutkan
sebelumnya maka analisis data yang digunakan analisis deskriptif
.
Data yang telah dikumpulkan kemudian direduksi (data
reduction). Menurut Bungin (2003:25) reduksi dalam penelitian
kualitatif dapat disejajarkan maknanya dengan istilah pengolahan
data, mencakup kegiatan mengupayakan pengumpulan data
selengkap mungkin dan memilah-milah kedalam suatu konsep,
kategori atau tema tertentu

berdasrkan hubungan antara lambang komunikasi (simbol), akal
budi manusia penggunanya (pikiran pemakainya), dan apa yang
dilambangkan (obyek) hubungan ketiganya membentuk segitiga.
(Vardiansyah, 2002: 71)
Teori segitiga makna, lambang komunikasi mengacu
kepada sesuatu diluar dirinya, yaitu obyek dan ini akan
mempunyai pengaruh pada pikiran pemakainya. Hal ini terjadi
karena adanya hubungan timbal balik antara ketiga elemen itu.
Hasil dari hubungan ini mengahsilkan makna suatu obyek, yang
kemudian disimbolkan sebagai lambang komunikasi oleh
pemakainya, misalnya, anda adalah “batu mulia yang indah” ,
sedangkan akal Anda menyatakan bahwa itu adalah perhiasan
yang mahal harganya. Kata “intan” adalah lambang komunikasi,
“batu mulia indah dan mahal” adalah obyek rujukan, sedangkan
pemikiran pemakai adalah diri sendiri. Makna yang muncul dari
hubungan ketiga elemen tadi adalah kesimpulan yang memaknai
intan sebagai “batu mulia berupa perhiasan indah yang mahal
harganya” ahli yang mengajukan teori ini antar lain Charles S.
Pierce atau Ogden & Richard (sendjaja 1999)
Pengertian Tuna Rungu
Secara normal, orang mampu menangkap rangsangan atau
stimulus yang berbentuk suara secara luas baik dari segi kuatnya
atau panjang pendeknya serta frekuensinya. Namun, mengalami
masalah pada indra pendengarannya berarti kemampuan dalam
hal ini akan menurun, berkurang atau hilang sama sekali. Tuna
rungu dapat diartikan sebagai suatu keadaan kehilangan
pendengaran baik sebagian (hard of hearing) maupun seluruhnya
(deaf) yang mengakibatkan seseorang tidak mampu menangkap
berbagai rangsangan, terutama melalui indra pendengarannya
(Somantri, 2007:94). Selain itu, Wall menjelaskan bahwa
“ketunarunguan adalah kondisi dimana individu tidak mampu
mendengar dan hal ini tampak dala wicara atau bunyibunyian,baik dengan derajat frekuensi dan intensitas”. (Wall,
1993:36)
Ciri-ciri yang biasa dimiliki oleh anak tuna rungu adalah sebagai
berikut :
1. Sering tampak bengong atau melamun
2. Sering bersikap tak acuh
3. Kadang bersifat agresif
4. Perkembangan sosialnya terbelakang
5. Keseimbangannya kurang
6. Kepalanya sering miring
7. Sering meminta agar orang mau mengulangi kalimat yang
diucapkannya
8. Jika bicara sering membuat suara-suara tertentu dan jika
berbicara sering menggunakan tangan.
Jika bicara artikulasi bahasa yang diucapkan tidak
jelas, sangat monoton tidak tepat. (Nur’aeni, 1997:119).

HASIL & PEMBAHASAN
Proses pemaknaan orangtua pada pesan yang disampaikan
oleh anak tunarungu
Perolehan data hasil penelitian ini berasal dari observasi
dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan 7
narasumber selama periode Mei hingga juli 2017 di kesempatan
yang berbeda-beda, ke tujuh narasumber tersebut terlihat aktif
dalam mengembangkan pemahaman tentang makna pesan yang
disampaikan oleh anak tunarungu. Secara umum dapat dikatakan
bahwa prosesa penyampaian makna pesan yang dilakukan anak
tunarungu meliputi 3 tahapan yaitu : Inferensial (Lambang),
Significant (Arti), dan Intentional (Tujuan). Berikut proses
pemaknaan orang tua pada pesan yang disampaikan oleh anak
tunarungu
Inferensial (Lambang), Orangtua secara umum telah
mengetahui dan memahami bagaimana bentuk-bentuk lambang
yang disampaikan oleh anak tunarungu, melalui proses

METODE PENELITIAN
Tipe penelitian yang akan digunakan dalam peneliti ini
adalah deskriptif kualitatif, yakni penelitian yang bertujuan untuk
membuat deskripsi secara sistematis, factual dan akurat yang
menggambarkan kejadian yang terjadi di lapangan, terkait dengan
proses interpretasi orang tua pada pesan yang disampaikan oleh
anak tunarungu dengan cara mengkonstruksi wawancarawawancara mendalam terhadap subjek penelitian
Dasar penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah
studi kasus. Bimo Walgito (2010:92) studi kasus merupakan suatu
metode untuk menyelidiki atau mempelajari suatu kejadian
35

Social Humanity:Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Volume 1 Nomor 1 (Desember 2017) 32-37

pemaknaan yang dilakukan orangtua dirumah setiap hari dari
semasa anaknya masih kecil. Akan tetapi hanya bahasa tertentu
saja, Perlu adanya pengetahuan yang lebih bagi orangtua.
Penggunaan lambang dalam kehidupan sehari-hari anak
tunarungu itu sudah menjadi hal biasa, karena kekurangan yang
mereka miliki utamanya dalam masalah pendengaran dan bicara.
Gaya gerakan keseharian anak tunarungu menjadi tindakan
orangtua untuk memahami segala apa makna dari setiap lambang
yang anak tunarungu lakukan. dalam hal ini ada banyak hal yang
harus dipahami oleh orangtua untuk memahami makna
penyampaian anak tunarungu.
Significant (Arti), orangtua mengartikan gerakan anak
tunarungu, yaitu arti dari gerakan tersebut yang mengandung
makna. Tahap signifikan adalah suatu arti dari pemaknaan
lambang atau konsep. yang dimaksud pada proses pertama
inferensial yang berarti lambang atau konsep dan lanjut pada
significant berarti yang menunjukkan arti dari suatu lambang.
Intentional
(Tujuan), penyampaian pesan pasti
mempunyai penyelesaian atau hasil yang diinginkan oleh
komunikator maupun komunikan. Tahap ini adalah bentuk
penyampaian yang menyatakan tujuan komunikator atau pembuat
lambang, dimana anak tunarungu yang melakukan suatu gerakan
atau tindakan dengan cara orangtua yang memaknai sendiri apa
maksud dan tujuan yang akan dilakukan oleh anak tunarungu
tersebut. Anak tunarungu tidak lepas dari sebuah tindakan yang
selalu mereka lakukan dengan maksud agar orangtua atau orang
lain memaknai apa maksud gerakan yang iya lakukan.
Setelah sering berkomunikasi memang benar ada
beberapa arti gerakan anak penyandang tuna rungu yang sulit
dipahami orang tua. Dengan hal tersebut membuat orang tua lebih
banyak belajar gerakan atau ketika orang tua tidak paham, mereka
menggunakan alat bantu seperti menulis. Anak tuna rungu
menyampaikan pesan mempunyai tujuan untuk dipahami apa
yang mereka inginkan sehingga orang tua lebih berseikeras untuk
memahami apa tujuan pesan yang disampaikan anaknya.

Arni,Muhammad.2005
Komunikasi
Intrapersonal
dan
Interpersonal. Jakarta: Kanisus
Ashman,A.and Elkins,J. 1994. Educating Children With Special
Needs. New York: Prentice Hall
Beebeb,S.A&Beebe,S.J& Redmond, M.V.1996. Interpersonal
Communication-Relating To Others, 2nd ed). USA:Allyn
and Bacon
Cangara, Hafied. 2005. Pengantar ilmu komunikasi. PT Raja
GrafindoPersada, Jakarta
Devito, Joseph. 1997. Komunikasi Antar Manusia. Jakarta:
Profesional Book.
Efendi, Muhammad. 2006. Pengantar psikopendagogik anak
berkelainan. Jakarta: PT. BumiAksara.
Effendy ,Onong Uchjana. 2005,Ilmu teori dan filsafat
komunikasi, Bandung, Citra AdityaBakti
Effendy ,Onong Uchjana. 2007. Ilmu komunikasi teori dan
praktek, Bandung, PT RemajaRosdakarya.
Eriyanto.2007.
Teknik
Sampling
Analisis
Opini
Public.Yogyakata: LKiSpelangiaksara.
Jorge J. E. Gracia, 1995. A Theory OfTextuality: The Logic And
Epistemology Albany: State University Of New York
Press.
Kaelan,
M.S.,
Drs.
1998.
Filsafat
Masalah
dan
Perkembangannya. Jogjakarta: Pradigma Offset
Keesing, Roger M. 1992. Antropologi Budaya. Suatu Perspektif
Kontemporer Edisi Kedua .Jakarta.Erlangga.
Kriyantono, Rachmat. 2006. Teknik praktik riset komunikasi.
Jakarta : Kencana.
Little John, Stephen W, 2009. Teori Komunikasi Theories of
Human Communication. Jakarta: Salemba Humanika
Miles, B. Mathew dan Michael Huberman. 1992. Analisis Data
Kualitatif Buku Sumber Tentang Metode-metode
Baru.Jakarta: UIP
Moleong, L. (2007). Metode Penelitian Kualitatif (EdisiRevisi).
Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Mulyana, Deddy, 2007. Metodologi penelitian kualitatif. Jakarta:
Raja Grafindo.
Mulyana,
Deddy.
2007.
Ilmu
komunikasi
suatu
pengantar.Bandung: Remaja
Nur’aeni 1997. Intervensi dini bagi anak bermasalah.Jakarta:
PT.RinekaCiptas
Rahardjo, Susilo & Gudnanto. 2011. Pemahaman Individu Teknik
Non Teks. Kudus: Nora Media Enterprise
Ruslan, Rosady. 2003. Metode penelitian public relations
&komunikasi. Jakarta. PT. Raja Grafindo.
Ruslan, Rosady. 2008. Manajemen Public Relations and Media
Komunikasi, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Sobur, Alex. 2013. Semiotika komunikasi. Cetakan Ke 5.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Somantri,T.S . 2007. Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung. PT
RefikaAditama
Sugionon. 2013. MetodePenelitianKuantitatif, Kualitatif, dan
R&D . Cetakan ke-19. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono, 2008.Metode penelitan pendidikan, pendekatan
kuantitatif dan kualitatif, dan R&D: Bandung. Alfabet.s.
Sutjihati Sumantri. (1996). Psikologi Anak Luar Biasa, Jakarta :
Depdikbud.
Tubbs, Stewart L. dan Sylvia Moss. 2008.Human Communcation
:Prinsip-prinsip Dasar..Bandung .PT. RemajaRosdakarya.
Vardiansyah Dani, 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi.
Bojongkerta: Ghalia Indonesia

KESIMPULAN
Proses pemaknaan orang tua pada pesan yang
disampaikan oleh anak tunarungu mengacu pada tiga indikator
yaitu inferensial (lambang), significant (arti), intentional (tujuan).
Tahap dimana anak tunarungu sebagai komunikator dan orangtua
sebagai komunikan yang berusaha memaknai pesan-pesan yang
disampaikan oleh anak tunarungu melalui gerakan-gerakan
lambang menggunakan bahasa tubuhnya yang diterapkan dengan
bahasa isyarat melalui tangan, dan gerakan tubuh lainnya, hingga
penyampaian melalui tulisan. Kemudian mengartikan apa maksud
dari penyampaian pesan anak tunarungu. Orangtua mengartikan
gerakan anak tunarungu, yaitu arti dari gerakan tersebut yang
mengandung makna. Lalu mengacu pada hasil, apa yang akan
terjadi setelah pemaknaan itu berhasil dilakukan atau apa tujuan
dari penyampaian yang dilakukan oleh anak tunarungu. Bentuk
penyampaian yang menyatakan tujuan komunikator atau pembuat
lambang, dimana anak tunarungu yang melakukan suatu gerakan
dengan cara orangtua yang memaknai apa maksud dan tujuan
yang akan dilakukan oleh anak tunarungu tersebut..
REFERENSI
Alwasilah, A.Chaedar.1990.
Bandung .Angkasa.

Linguistik.

Suatu

Pengantar .

36

Social Humanity:Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Volume 1 Nomor 1 (Desember 2017) 32-37

Walgito, Bimo. (2010). Bimbingan Dan KonselingStudi&Karir .
Yogyakarta: Andi
Wall, 1993.Pendidikan Konstruktif Bagi Kelompok-Kelompok
Khusus Anak-Anak Cacat Dan Yang menyimpan. Jakarta:
BalaiPustaka.

37