Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Manajerial Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dengan Motivasi Kerja Sebagai Variabel Moderating pada Pemerintah Daerah Kabupaten Karo

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Kinerja pemerintah saat ini sering menjadi sorotan publik. Masyarakat yang
merima pelayanan dari instansi pemerintah mulai mempertanyakan kinerja
pemerintah dalam melaksanakan tugasnya sebagai pelayan publik. Pemerintah
dituntut untuk memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat dengan
meningkatkan kinerja, seiring dengan bertambahnya anggaran yang dikelola
pemerintah setiap tahunnya.
Saat ini pemerintah berupaya menerapkan tata laksana pemerintahan yang
baik (Good Governance) dengan tujuan agar penataan pemerintahan lebih baik
sehingga masyarakat bisa merasakan pelayanan yang lebih baik pula. Sejak
digulirkannya tuntutan reformasi disegala bidang pada tahun 1997, penerapan
Good Governance mulai menjadi tuntutan masyarakat Indonesia. Pemberantasan
korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) dan tuntutan otonomi daerah yang lebih
terdesentralisasi merupakan tuntutan reformasi pada masa itu.
Pelaksanaan otonomi daerah sudah mulai diberlakukan sejak tahun 1999 yang
diharapkan dapat membantu dan mempermudah dalam berbagai urusan

penyelenggaraan negara. Undang-undang No. 12 Tahun 2008 tentang perubahan
kedua atas Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
merupakan titik awal otonomi daerah. Dengan dikeluarkannya regulasi ini, daerah
memiliki hak untuk mengatur daerahnya sendiri termasuk pengelolaan keuangan
sepenuhnya dikelola oleh pemerintah daerah namun tetap dikontrol oleh
1

Universitas Sumatera Utara

2

pemerintah pusat dan Undang-Undang. Salah satu tujuan otonomi daerah adalah
peningkatan terhadap pelayanan masyarakat yang semakin baik.
Kinerja pemerintah daerah harus diukur sehingga diketahui bagaimana
pemerintah daerah tersebut melaksanakan apa yang menjadi tanggungjawabnya.
Tujuan pengukuran kinerja ini adalah untuk membantu memperbaiki kinerja
pemerintah, digunakan untuk pengalokasian sumber daya dan pembuatan
keputusan, serta mewujudkan pertanggungjawaban publik dan memperbaiki
komunikasi kelembagaan. Pengukuran kinerja dapat dilakukan dengan mengukur
kinerja keuangan atau kinerja non keuangan. Untuk mengukur kinerja keuangan

dapat dilakukan dengan melihat laporan keuangan pemerintah daerah yang buat
setiap akhir periode, sedangkan untuk mengukur kinerja nonkeuangan dapat
dilakukan dengan menilai sejauhmana pemerintah daerah dapat mencapai apa
yang telah ditargetkan dalam tugas pelayanan kepada masyarakat.
Peran Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) menjadi sangat penting saat ini
terutama sejak dikeluarkannya Undang-undang No. 17 tahun 2003 yang
mewajibkan bahwa APBD harus disusun berdasarkan prestasi kerja, sehingga
dalam mengajukan RKA-SKPD (Rencana Kerja Anggaran) , SKPD dituntut untuk
membuat RKA dengan baik, efektif, ekonomis, dan efisien. APBD dalam
pelaksanaanya mengalami perubahan yang cukup fundamental yang berorientasi
pada kinerja setelah dikeluarkannya Permendagri No. 13 tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah

yang sudah diubanh menjadi

Permendagri No. 21 tahun 2011 tentang perubahan kedua Permendagri No. 13
tahun 2006. Pemerintah daerah diwajibkan menyusun Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) berbasis kinerja yaitu APBD yang penyusunannya harus

Universitas Sumatera Utara


3

dengan model anggaran partisipatif. Dengan model APBD berbasis kinerja,
struktur kekuasaan (otoritas) penyusunan APBD tidak hanya bergantung pada
Kepala Daerah (model terdahulu tersentralisasi), bahkan harus didasarkan pada
kekuasaan (otoritas terdesentralisasi) yang lebih bawah, yaitu pimpinan Badan,
Dinas, Kantor, dan unit-unit lainnya.
Proses penganggaran daerah dengan pendekatan kinerja dalam Kepmendagri
memuat pedoman penyusunan rancangan APBD yang dilaksanakan oleh Tim
Anggaran Eksekutif bersama-sama Unit Organisasi Perangkat Daerah (unit kerja).
Rancangan anggaran unit kerja dimuat dalam suatu dokumen yang disebut dengan
Rancangan Kerja Anggaran (RKA). RKA ini menggambarkan kerangka logis
hubungan antara kebijakan anggaran (arah dan kebijakan umum APBD serta
strategi dan prioritas APBD) dengan operasional anggaran ( program dan kegiatan
anggaran) di setiap unit pelaksana anggaran daerah sesuai dengan visi, misi, tugas
pokok dan fungsi yang menjadi kewenangan unit kerja yang bersangkutan dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan masyarakat. RKA merupakan
dokumen pengganti dokumen daftar usulan kegiatan dan daftar usulan proyek
yang selama ini digunakan dalam penyusunan rancangan APBD dengan sistem

lama.
Mardiasmo (2002) meyebutkan bahwa pengukuran kinerja sektor publik
dilakukan untuk memenuhi tiga maksud yakni pertama, membantu perbaikan
kinerja pemerintah yang berfokus pada tujuan dan sasaran unit kerja, kedua,
pengalokasian sumber daya dan pembuatan keputusan dan
mewujudkan

pertanggungjawaban

publik

dan

memperbaiki

ketiga untuk
komunikasi

kelembagaan.


Universitas Sumatera Utara

4

Kinerja merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu
kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi
organisasi yang tertuang dalam rencana strategi suatu organisasi (Mardiasmo,
2002). Kinerja manajerial adalah seberapa efektif dan efesien manajer telah
bekerja untuk mencapai tujuan organisasi (Stoner, 1992). Kinerja manajerial
merupakan hasil dari proses aktivitas manajerial yang efektif, mulai dari proses
perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pertanggungjawaban pembinaan dan
pengawasan (Tarigan, 2014).
Partisipasi penyusunan anggaran merupakan pendekatan yang secara umum
dapat mempengaruhi kinerja manajerial. Dengan adanya partisipasi bawahan
dalam proses penyusunan anggaran maka bawahan merasa terlibat dan harus
bertanggungjawab dalam pelaksanaan anggaran, sehingga diharapkan bawahan
dapat melaksanakan anggaran lebih efisien dan efektif yang pada akhirnya
berpengaruh terhadap kinerja manajerialnya (Nurul dan Ria, 2012). Agar
pelaksanaan penyusunan anggaran berjalan efektif , para manajerial turut
berpartisipasi dalam merencanakan anggaran. Dengan adanya partisipasi dalam

proses penyusunan anggaran sehingga mereka terlibat dan bertanggungjawab
dalam pelaksanaan anggaran, sehingga diharapkan anggaran yang dikelola lebih
efisien dan efektif yang pada akhirnya berpengaruh terhadap kinerja
manajerialnya (Tarigan, 2014).
Agar dapat dipahami oleh orang yang berwenang dalam pencapaiannya,
sasaran anggaran harus ditetapkan secara spesifik dan jelas. Sasaran anggaran
yang kurang jelas dapat menimbulkan kebingungan dan ketidakpuasan para
pelaksana yang berakibat pada penuruna kinerja. Sasaran anggaran harus

Universitas Sumatera Utara

5

ditetapkan pada tingkat kesulitan yang masih dimungkinkan untuk dicapai, agar
manajer termotivasi merealisasikan anggaran serta bekerja lebih efisien (Nurul
dan Ria, 2012).
Matindas, (2003) menjelaskan sumber daya manusia merupakan kesatuan
tenaga manusia yang ada dalam suatu organisasi dan bukan sekedar penjumlahan
karyawan-karyawan yang ada. Sumber daya manusia yang berkualitas mampu
memberikan kontribusi yang optimal dalam upaya pencapaian tujuan organisasi.

Dalam rangka pengelolaan keuangan yang baik, SKPD harus memiliki kualitas
sumber daya manusia yang didukung dengan latar belakang pendidikan yang
sesuai dan adanya keikut sertaan dalam pendidikan dan pelatihan yang
mendukung tugas aparatur yang melaksanakannya (Ilmiha, 2013)
Komitmen organisasi merupakan perasaan yang kuat dan erat dari seseorang
terhadap tujuan dan nilai suatu organisasi dalam hubungannya dengan peran
mereka terhadap upaya pencapaian tujuan dan nilai-nilai tersebut (Zurnali, 2010).
Komitmen Organisasi merupakan suatu sikap keterlibatan seseorang terhadap
organisasi, dimana pegawai memihak organisasi tertentu dan memberikan
dukungan yang kuat demi pencapaian tujuan organisasi (Simanjuntak, 2005).
Dalam menjalankan organisasi di pemerintah daerah dibutuhkan komunikasi
yang baik dan efektif pada setiap jenjang jabatan di Satuan Kerja Perangkat
Daerah. Komunikasi adalah informasi megalir secara bebas dari atas ke bawah
atau sebaliknya (Arep dan Tanjung, 2004). Untuk tujuan menyamakan persepsi,
maka mulai dari perencanaan, penyusunan, perumusan dan pelaksanaan kerja
dibutuhkan komunikasi yang baik dan lancar antara atasan dengan bawahan dan
sebaliknya.

Universitas Sumatera Utara


6

Motivasi mempersoalkan bagaimana caranya mengarahkan daya dan potensi
bawahan agar mau bekerjasama secara produktif berhasil mencapai dan
mewujudkan tujuan yang telah ditentukan (Hasibuan, 2007). Pemberian motivasi
dari pemimpin organisasi kepada para pegawai merupakan proses pemberian
motivasi

kerja.

Kinerja

Manajerial

SKPD

dapat

ditingkatkan


dengan

meningkatkan motivasi kerja. Motivasi yang diberikan bisa bersifat materil
ataupun berbentuk non materil seperti promosi, penempatan kerja yang tepat dan
hal sejenisnya.
Sejumlah penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
sudah pernah diteliti oleh peneliti lain sebelumnya dan menunjukkan hasil yang
tidak konsisten.Pengaruh partisipasi dalam penganggaran terhadap kinerja sudah
pernah diteliti oleh Herminingsih (2009). Penelitian ini menyimpulkan bahwa
partisipasi dalam pengganggaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kinerja pemerintah daerah. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Karo-Karo
(2009) yang menemukan pengaruh negatif partisipasi anggaran terhadap kinerja
aparat SKPD. Penelitian yang dilakukan oleh Kusumaningrum (2010)
membuktikan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kejelasan tujuan
anggaran dengan kinerja instansi pemerintah. Berbeda dengan Bangun (2009),
yang menyatakan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kejelasan
sasaran anggaran terhadap Kinerja Manajerial. Siregar (2012) telah melakukan
penelitian tentang Pengaruh Kualitas Sumber Daya Manusia, Komitmen
Organisasi dan Motivasi Kerja terhadap Kinerja Auditor. Penelitian ini
menyimpulkan bahwa kualitas Sumber Daya Manusia, Komitmen Organisasi dan

Motivasi Kerja berpengaruh terhadap kinerja auditor.

Universitas Sumatera Utara

7

Penelitian mengenai hubungan antara komunikasi dengan kinerja pegawai
telah diteliti oleh Lubis (2012). Penelitiannya menyimpulkan bahwa komunikasi
mempunyai pengaruh yang positif terhadap kinerja pegawai. Hasil tersebut sejalan
dengan penelitian Wardah (2010) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan
yang positif antara komunikasi dengan kinerja kepala dinas. Berbeda dengan
penelitian Ilmiha (2013) yang menyatakan bahwa komunikasi, tidak mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap kinerja SKPD.
Fenomena yang terjadi

pada Pemerintah Kabupaten Karo dalam proses

perencanaan dan penganggaran APBD yakni sering mengalami keterlambatan
dalam pengesahaan Perda APBD, yaitu mengalami keterlambatan dari ketentuan
sebagaimana telah ditetapkan dalam pasal 116 ayat (2) Peraturan Menteri Dalam

Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
yang menyatakan bahwa Penetapan rancangan peraturan daerah tentang APBD
dan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD dilakukan paling lambat
tanggal 31 Desember tahun anggaran sebelumnya.
Disisi lain, dalam pelaksanaan dan penatausahaan APBD, Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) di Pemerintah Kabupaten Karo juga masih mengalami
kendala dalam hal kekurang lengkapan dokumen pertanggungjawaban maupun
keterlambatan penyampaian SPJ. Hal ini sesuai dengan temuan Inspektorat
Kabupaten Karo dimana masih banyak temuan yang menyangkut kekurang
lengkapan dokumen pertanggungjawaban dan ketidak patuhan terhadap ketentuan
yang berlaku. Dari sisi pemeriksaan BPK RI, Pemerintah Kabupaten karo
beberapa tahun terakhir ini masih menerima Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah dengan opini wajar dengan pengecualian.

Universitas Sumatera Utara

8

Tabel 1.1 Daftar Opini BPK-RI atas LKPD Kabupaten Karo Ta. 2010-2014
No.
Tahun
Opini
1
2010
WDP
2
2011
WDP
3
2012
WDP
4
2013
WDP
5
2014
WDP
Sumber: Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester II Tahun 2014 BPK-RI
Berdasarkan Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Karo tahun 2015 yang
memaparkan tingkat capaian performansi organisasi secara menyeluruh, yaitu
capaian kinerja setiap program kerja yang menggambarkan capaian kinerja, masih
terdapat beberapa program dimana tingkat pencapaiannya kurang berhasil.
Beberapa program yang dinyatakan kurang berhasil diantaranya adalah program
pengelolaan ruang terbuka hijau, program peningkatan kapasitas kelembagaan
perencanaan penmbangunan daerah, dan beberapa program lainnya. Ikhtisar
pencapaian masing-masing program tercantum dalam lampiran I.
Berdasarkan hasil penelitian dan fenomena diatas maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kinerja Manajerial Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dengan
Motivasi Kerja Sebagai Variabel Moderating Pada Pemerintah Daerah
Kabupaten Karo”.

Faktor-faktor yang akan digunakan dalam penelitian ini

adalah Partisipasi Penyusunan Anggaran, Kejelasan Sasaran Anggaran, Kualitas
Sumber Daya Manusia, Komitmen Organisasi, dan Komunikasi yang diduga akan
mendukung Kinerja Manajerial Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di
Pemerintah Daerah Kabupaten Karo dengan Motivasi Kerja sebagai variabel
moderating.

Universitas Sumatera Utara

9

1.2 Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan maka dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1.

Apakah Partisipasi

Penyusunan Anggaran,

Kejelasan Sasaran

Anggaran, Kualitas SDM, Komitmen Organisasi, dan Komunikasi
berpengaruh secara simultan maupun parsial terhadap Kinerja
Manajerial SKPD pada Pemerintah Daerah Kabupaten Karo?
2.

Apakah Motivasi Kerja dapat memoderasi pengaruh Partisipasi
Penyusunan Anggaran, Kejelasan Sasaran Anggaran, Kualitas SDM,
Komitmen Organisasi, dan Komunikasi terhadap Kinerja Manajerial
SKPD pada Pemerintah Daerah Kabupaten Karo?

1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka
tujuan penelitian ini adalah:
1.

Menganalisis pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran, Kejelasan
Sasaran Anggaran, Kualitas SDM, Komitmen Organisasi, dan
Komunikasi secara parsial dan simultan terhadap kinerja Manajerial
SKPD pada Pemerintah Daerah Kabupaten Karo.

2.

Menganalisis pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran, Kejelasan
Sasaran Anggaran, Kualitas SDM, Komitmen Organisasi, dan
Komunikasi terhadap kinerja Manajerial SKPD pada Pemerintah
Daerah Kabupaten Karo dengan Motivasi Kerja sebagai variabel
moderating.

Universitas Sumatera Utara

10

1.4

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:

1.

Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
pengetahuan peneliti khususnya faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
Manajerial SKPD pada Pemerintah Daerah Kabupaten Karo.

2.

Bagi Pemerintah Daerah, penelitian ini diharapkan sebagai sumbangan
pemikiran dan dijadikan masukan dalam meningkatkan kinerja Manajerial
SKPD pada Pemerintah Daerah Kabupaten Karo.

3.

Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini dapat menjadi bahan referensi
tambahan terutama pada bidang penelitian lain yang sama.

1.5

Originalitas Penelitian
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan Adrianto

(2008) dengan judul Analisis Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran
Penganggaran terhadap Kinerja Manajerial dengan Kepuasan Kerja, Job Relevant
Information dan Kepuasan Kerja Sebagai Variabel Moderating. Perbedaan
penelitian ini dengan penelitian Adrianto disajikan pada tabel 1.2 beikut ini:
Tabel 1.2 Originalitas Penelitian
No.

Keterangan

Peneliti Terdahulu

1

Variabel Independen

Partisipasi
Penyusunan Anggaran

2

Variabel Dependen

Kinerja Manajerial

3

Variabel Moderating

 Kepuasan kerja,
 Job relevant
information
 Motivasi Kerja

Peneliti Sekarang


Partisipasi Penyusunan
Anggaran
 Kejelasan Sasaran Anggaran
 Kualitas SDM
 Komitmen Organisasi
 Komunikasi
Kinerja Manajerial SKPD
Motivasi Kerja

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Dengan Motivasi Kerja Sebagai Variabel Moderating di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Asahan

3 65 110

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (SKPD) PADA PEMERINTAH KABUPATEN LABUHANBATU.

0 2 28

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Manajerial Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dengan Motivasi Kerja Sebagai Variabel Moderating pada Pemerintah Daerah Kabupaten Karo

0 0 16

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Manajerial Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dengan Motivasi Kerja Sebagai Variabel Moderating pada Pemerintah Daerah Kabupaten Karo

0 0 2

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Manajerial Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dengan Motivasi Kerja Sebagai Variabel Moderating pada Pemerintah Daerah Kabupaten Karo

0 0 17

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Manajerial Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dengan Motivasi Kerja Sebagai Variabel Moderating pada Pemerintah Daerah Kabupaten Karo

0 0 5

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Manajerial Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dengan Motivasi Kerja Sebagai Variabel Moderating pada Pemerintah Daerah Kabupaten Karo

0 0 27

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Samosir dengan Pengawasan Inspektorat sebagai Variabel Moderating

0 0 16

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Samosir dengan Pengawasan Inspektorat sebagai Variabel Moderating

0 0 2

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (SKPD) DENGAN MOTIVASI KERJA SEBAGAI VARIABEL MODERATING DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN TESIS

0 0 15