PEMILIHAN TABLOID NURANI SEBAGAI BACAAN BAGI MASYARAKAT DAERAH KETINTANG SURABAYA.
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Penyiaran Islam (S.Kom.I)
Oleh:
ANDINA FATMALA HADIYANTI
NIM: B71212061
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM JURUSAN KOMUNIKASI
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2016
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
I,EMBAR PEKNYATAAN PE.R-SH,TT{U;\-N I]UBLIKASI ICA.RYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADE&{IS
Sebagai sivitas akademika UIN Sunan Anrpel surabaya, yang bertanda tangan di bar,vah iai, saya:
Nama
NIM
I.'akultas/Jurusan
E*mail address
: 871212i161
: DaLwah dan Komunikasi
I
Komnnikasi dafl Penyiaran Islarn:
ardinahadilalti@gynail. comDemi pengembaflganilmupengetahrian, menye6jsi untuk memberikan kepartra Perpustairaan UIN Sunan Ampel Srxabaya,
Hak
Bebas Ro3r2fti Non-Ekshlusif atas karya ilmiah :Eripsi
fI 'J'esis [*I
Desertasi
f]
Lain-lain(. . ..
... ...)
,vang berjudui :
PEMIIIHAN T1ABLOID NURANi Sh]BAGAI BACAAN I]AGI h{ASYARAIC{T DAERAH
KETINTANG SUR-A.BAYA
beserta perangkat 1'ang diperlukan (bila ada). Dengan
l{ak
Bebas Royalti Ncn-Ekslusif iniPerpustaliaan
UIN
$unan Ampel Surabaya berhak menr.,impaa, mengalih-media/format-kan, mengelc{an,vadalam
trentuk, pangkala;:data
(database), metdistribusikannya, rianrrrecarnpilkaflfmempubiikasikannya di Internet atau media lain secara {ulltex*ma:k kepentiagan akademis tanpa perlu meminta ijin dari sala selama tetap mericantumkan
,u*u .n1;a
senagaipenulis/pencipta dan atau penerbit yang bersangkutan.
Saya bersedia untuh menansung secara pdbadi, tanpa melibatt<an pihak Perpustakaan UIN Sunan Ampel Surabaya" segala bentuk tr"urtutarl hukum yang timbul atas pelanggaran Hak Cipta
dalam kan'a ilmiah saya ini.
Dernikian peffiyataao ini yang saya buat dengan sebenarnlz.
Sutabaya, 22 Agustus 2016 Penulis
(Andina Fatmala Hadiyanti) n a m a te ra etgda tt la t r da la ega n
(7)
Andina Fatmala Hadiyanti, NIM. B71212061. Pemilihan tabloid NURANi sebagai bacaan masyarakat daerah Ketintang Surabaya.Skripsi Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Dakwah Dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya.
Kata Kunci: Pemilihan Tabloid NURANi oleh masyarakat Ketintang
Komunikasi Penyiaran Islam adalah program studi yang mengarahkan untuk
belajar pada bidang Rektorika/Da’i, RTV (Radio dan Televisi), serta Jurnalistik.
Salah satunya adalah Jurnalistik yang lebih fokus kepada pekerjaan sebagai pemburu berita. Majalah adalah sekumpulan artikel atau kisah yang diterbitkan teratur secara berskala. Tabloid NURANi merupakan salah satu tabloid yang ada di Indonesia, tepatnya di Surabaya dan telah mempunyai cabang di beberapa wilayah. Alasan memilih daerah Ketintang sebagai daerah pemilihan untuk pembaca tabloid NURANi adalah karena selain pusat tabloid NURANi sendiri yang bertempatkan disana juga peneliti ingin mengetahui bagaimana masyarakat Ketintang sendiri dalam mengkonsumsi tabloid NURANi sebagai bacaan yang rutin untuk dibaca.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar tingkat prosentase dalam pemilihan tabloid NURANipada masyarakat daerah Ketintang Surabaya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, metode pengumpulan datanya menggunakan angket.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat prosentase pemilihan tabloid NURANi pada masyarakat Ketintang Surabaya dikategorikan sangat rendah, dengan jumlah prosentase sebesar 0,656 %.
Masyarakat diharapkan mampu mengembangkan dan mengoptimalkan minat atau rasa ingin membaca serta mencari berbagai informasi – informasi pada media cetak termisalkan pada Tabliod NURANi disekitarnya dengan meningkatkan rasa ingin tahu dan ketertarikan pada media cetak yang masih beredar. Pimpinan dan para staff yang lainnya diharapkan untuk lebih memahami masyarakat disekitarnya yang kurang memiliki rasa minat membaca dan memberikan mereka beberapa layanan dalam setiap penerbitannya tabloidnya secara continue, baik itu berupa layanan bimbingan kelompok maupun konseling individu yang bisa membuat masyarakat lebih tertarik dan mengetahui dengan baik apa saja yang ditonjolkan oleh tabloid tersebut.
(8)
SAMPUL DALAM ... i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... iii
PENGESAHAN PENGUJI SKRIPSI ... iv
MOTTO ... v
PERSEMBAHAN ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 12
C. Tujuan Penelitian ... 12
D. Manfaat Penelitian ... 12
E. Konseptualisasi ... 13
F. Sistematika Pembahasan ... 17
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KONSEP MEDIA CETAK ... 19
1. Pengertian Media Cetak ... 19
a. Media Cetak ... 19
b. Sejarah Media Cetak ... 22
(9)
2. Kelemahan Media Cetak ... 24
a. Lambat dan Tidak Langsung ... 24
b. Jauh ... 25
c. Tidak Akrab ... 25
d. Tidak Fleksibel ... 25
C. MEDIA CETAK ISLAM ... 26
1. Funsi Media Massa dalam Dakwah ... 27
2. Majalah ... 27
a. Jenis-Jenis Majalah ... 29
b. Majalah Sebagai Media Dakwah ... 29
3. Struktur Industri Majalah ... 30
4. Majalah Sebagai Penyampai dan Penafsir Pesan ... 31
D. MINAT ... 33
1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Timbulnya Minat ... 35
2. Macam-Macam Minat ... 36
E. KONSUMSI MEDIA ... 44
F. KONSUMSI TERHADAP MEDIA CETAK... 45
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan JenisPenelitian... 46
B. Objek Penelitian ... 48
C. Teknik Sampling ... 48
D. Populasi dan Sampel ... 49
E. Variabel Penelitian ... 51
a. Variabel Independen ... 51
b. Variabel Dependen ... 51
F. Indikator Variabel ... 52
(10)
b. Angket ... 53
c. Dokumentasi ... 54
d. Studi Kepustakaan ... 56
e. Internet Searching ... 57
H. Jenis Data dan Instrumen Penelitian ... 58
1. Jenis Data ... 58
2. Instrumen Pengumpulan Data ... 58
I. Teknik Analisis Data ... 62
1. Pengolahan Data... 62
2. Analisis Data ... 63
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 66
1. Letak Geografis Daerah Ketintang Surabaya ... 66
2. Visi Misi dan Tujuan Ketintang Surabaya ... 66
3. Keadaan dan Jumlah Penduduk Daerah Ketintang Surabaya ... 67
4. Gambaran Umum Perusahaan Tabloid NURANi ... 68
a. Sejarah Tabloid NURANi ... 68
b. Visi dan Misi Tabloid NURANi ... 69
c. Data Teknis ... 69
d. Jangkauan Pasar ... 70
e. Struktur Organisasi dan Job Description ... 70
B. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian... 72
1. Persiapan Penelitian ... 72
2. Pelaksanaan Penelitian ... 73
C. Analisis Data ... 74
1. Deskripsi Hasil Angket ... 74
(11)
b. Analisis Data ... 77
1. Uji Validitas Angket Pemilihan Tabloid NURANi ... 77
2. Uji Validitas Angket Tabloid NURANi Sebagai Tabloid Islam ... 80
3. Uji Reabilitas Angket ... 84
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 126
B. Saran ... 126 DAFTAR PUSTAKA
(12)
Tabel 1.1: Jumlah Penduduk Masyarakat Ketintang Surabaya ... 50
Tabel 1.2: Sumber dan Teknik Pengumpulan Data ... 57
Tabel 1.3: Alternatif Jawaban Angket ... 59
Tabel 1.4: Blue Print Skala Pemilihan Tabloid NURANi ... 60
Tabel 1.5: Blue Print Skala Tabloid NURANi Sebagai Tabloid Islam ... 61
Tabel 1.6: Pedoman Untuk Memberikan Interprestasi Koefisien Korelasi ... 64
Tabel 2.1: Data Teknis Perusahaan Tabloid NURANi ... 69
Tabel 2.2: Jangkauan Pasar Tabloid NURANi ... 70
Tabel 2.3: Rangkuman Data Pemilihan Tabloid NURANi dan Tabloid NURANi Sebagai Tabloid Islam ... 75
Tabel 2.4: Uji Validitas Angket Pemilihan Tabloid NURANi ... 77
Tabel 2.5: Distribusi Butir Item Skala Pemilihan Tabloid NURANi yang Shahih Setelah Uji Item... 79
Tabel 2.6: Uji Validitas Angket Tabloid NURANi Sebagai Tabloid Islam ... 80
Tabel 2.7: Distribusi Butir Item Skala Tabloid NURANiSebagai Tabloid Islam yang ShahihSetelah Uji Item ... 83
Tabel 2.8: Reliability Pemilihan Tabloid NURANi ... 85
Tabel 2.9: Realibility Tabloid NURANi Sebagai Tabloid Islam ... 85
Tabel 2.10: Reabilitas Instrumen Uji Kedua Variabel ... 86
(13)
Tabel 3.3: Jawaban RespondenItem ke-3 Pemilihan Tabloid NURANi... 88
Tabel 3.4: Jawaban Responden Item ke-4 Pemilihan Tabloid NURANi ... 88
Tabel 3.5: Jawaban Responden Item ke-5 Pemilihan Tabloid NURANi ... 89
Tabel 3.6: Jawaban Responden Item ke-6 Pemilihan Tabloid NURANi ... 90
Tabel 3.7: Jawaban Responden Item ke-7 Pemilihan Tabloid NURANi ... 90
Tabel 3.8: Jawaban Responden Item ke-8 Pemilihan Tabloid NURANi ... 91
Tabel 3.9: Jawaban Responden Item ke-9 Pemilihan Tabloid NURANi ... 92
Tabel 3.10: Jawaban Responden Item ke-10 Pemilihan Tabloid NURANi ... 92
Tabel 3.11: Jawaban Responden Item ke-11 Pemilihan Tabloid NURANi ... 93
Tabel 3.12: Jawaban Responden Item ke-12 Pemilihan Tabloid NURANi ... 94
Tabel 3.13: Jawaban Responden Item ke-13 Pemilihan Tabloid NURANi ... 94
Tabel 3.14: Jawaban Responden Item ke-14 Pemilihan Tabloid NURANi ... 95
Tabel 3.15: Jawaban Responden Item ke-15 Pemilihan Tabloid NURANi ... 96
Tabel 3.16: Jawaban Responden Item ke-16 Pemilihan Tabloid NURANi ... 97
Tabel 3.17: Jawaban Responden Item ke-17 Pemilihan Tabloid NURANi ... 97
Tabel 3.18: Jawaban Responden Item ke-18 Pemilihan Tabloid NURANi ... 98
Tabel 3.19: Jawaban Responden Item ke-19 Pemilihan Tabloid NURANi ... 99
Tabel 3.20: Jawaban Responden Item ke-20 Pemilihan Tabloid NURANi ... 100
Tabel 3.21: Jawaban Responden Item ke-21 Pemilihan Tabloid NURANi ... 100
Tabel 3.22: Jawaban Responden Item ke-22 Pemilihan Tabloid NURANi ... 101
(14)
Tabel 3.25: Jawaban Responden Item ke-25 Pemilihan Tabloid NURANi ... 103
Tabel 3.26: Jawaban Responden Item ke-26 Pemilihan Tabloid NURANi ... 104
Tabel 3.27: Jawaban Responden Item ke-27Pemilihan Tabloid NURANi ... 104
Tabel 3.28: Jawaban Responden Itemke-28Pemilihan Tabloid NURANi ... 105
Tabel 3.29: Jawaban Responden Itemke-29Pemilihan Tabloid NURANi ... 106
Tabel 3.30: Jawaban Responden Item ke-1Tabloid NURANi Sebagai Tabloid Islam ... 107
Tabel 3.31: Jawaban Responden Item ke-2Tabloid NURANi Sebagai Tabloid Islam ... 107
Tabel 3.32 : Jawaban Responden Item ke-3Tabloid NURANi Sebagai Tabloid Islam ... 108
Tabel 3.33: Jawaban RespondenItem ke-4Tabloid NURANi Sebagai Tabloid Islam ... 109
Tabel 3.34: Jawaban Responden Item ke-5Tabloid NURANi Sebagai Tabloid Islam ... 110
Tabel 3.35: Jawaban Responden Item ke-6Tabloid NURANi Sebagai Tabloid Islam ... 111
Tabel 3.36: Jawaban Responden Item ke-7Tabloid NURANi Sebagai Tabloid Islam ... 111
Tabel 3.37: Jawaban Responden Item ke-8Tabloid NURANi Sebagai Tabloid Islam ... 112
Tabel 3.38: Jawaban Responden Item ke-9Tabloid NURANi Sebagai Tabloid Islam ... 113
Tabel 3.39: Jawaban Responden Item ke-10Tabloid NURANi Sebagai Tabloid Islam .... 114
Tabel 3.40: Jawaban Responden Item ke-11 Tabloid NURANi Sebagai Tabloid Islam ... 115
Tabel 3.41: Jawaban Responden Item ke-12Tabloid NURANi Sebagai Tabloid Islam .... 115
Tabel 3.42: Jawaban Responden Item ke-13Tabloid NURANi Sebagai Tabloid Islam .... 116
Tabel 3.43: Jawaban Responden Item ke-14Tabloid NURANi Sebagai Tabloid Islam .... 117
Tabel 3.44: Jawaban Responden Item ke-15Tabloid NURANi Sebagai Tabloid Islam .... 118
(15)
Tabel 3.47: Jawaban Responden Item ke-18Tabloid NURANi Sebagai Tabloid Islam .... 120 Tabel 3.48: Jawaban Responden Item ke-19Tabloid NURANi Sebagai Tabloid Islam .... 121 Tabel 3.49: Jawaban Responden Item ke-20Tabloid NURANi Sebagai Tabloid Islam .... 122 Tabel 3.50: Jawaban Responden Item ke-21Tabloid NURANi Sebagai Tabloid Islam .... 123 Tabel 3.51: Interpretasi Hasil Prosentase ... 124
(16)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tradisional dan modernisasi bukanlah suatu yang berlawanan atau bertentangan, melainkan keduanya dapat berjalan bersamaan dalam proses pembangunan. Hingga kini pengaruh dan dampak teori modernisasi yang dahulu dijalankan oleh pemerintahan Orde Baru masih sangat terasa, meskipun telah diganti dengan paradigma demokratisasi, sebagai bagian dari gerakan reformasi.
Dalam masyarakat informasi sebagai dampak dari revolusi komunikasi atau informasi terjadi perubahn dalam proses komunikasi yang meliputi (1) pengumpulan informasi; (2) penyimpanan informasi; (3) pengolahan informasi; (4) penyebaran informasi; dan (5) balikan informasi (umpan balik). Persaingan industri media yang semakin ketat mengharuskan media mencari kiat-kiat spesifik untuk dapat bertahan dan memenangkan persaingan. Segmentasi yang dikenal sebagai strategi untuk membidik kelompok pasar yang jelas, semakin dikenal dikalangan industri media.
Perkembangan komunikasi massa dimulai oleh pers, disusul oleh film, diikuti oleh radio, selanjutnya oleh televisi.1 Media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak. Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian dari sumber
1
(17)
kepada khalayak atau penerima pesan dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis.2
Meskipun dalam perkembangan awalnya, media masih bersifat umum. Dalam arti media tidak membidik pembaca tertentu namun pada perkembangan berikutnya ketika pilihan konsumen media semakin beragam dan spesifik, maka media dihadapkan pada pilihan segmen pasar tertentu. Hal ini akan cenderung pada pencari dan pembuat berita disegala macam media yang disebut dengan Pers. Ada pers yang untuk berita umum dan ada pula pers yang lebih mencondongkan keislaman. Pers Islam adalah pers dengan segmentasi religius yang tentu saja menetapkan segmenya umat Islam, yang merupakan populasi paling banyak di Indonesia. Namun pada kenyataannya pers Islam tidak menjadi pilihan utama bagi umat Islam sendiri.
Suatu fenomena ironis, kebanyakan pers Islam yang keberadaannya terjepit diantara pers non-Islam/universal ditengah-tengah masyarakat muslim di indonesia yang jumlahnya paling banyak. Terbatasnya modal, kurang profesional, minat baca umat yang rendah, dan kurang menarik bagi kalangan menengah ke atas, merupakan empat aspek keterbatasan pers Islam. Karena yang lebih diutamakan adalah dakwah, segi bisnis dari penerbitan Islam kurang mendapat perhatian. Kehadiran pers Islam yang acceptable dapat menyuarakan aspirasi Islam, memperjuangkan nilai-nilai Islam, atau membela kepentingan
2
(18)
agama dan umat Islam. Hal ini menjadi bagian integral dari kemusliman seseorang yang tidak hanya diukur secara individu tetapi juga secara sosial.
Sampai akhir abad 19, kegiatan komunikasi massa hanya dilakukan oleh surat kabar dan majalah. Media massa lainnya belum lahir, sekarang surat kabar dan majalah telah mengalami kemajuan yang pesat sesuai dengan perkembangan teknologi yang semkin canggih. Kalau pada mulanya surat kabar dan majalah hanya dicetak dengan tinta hitam, sekarang dicetak dengan banyak warna. Teknik percetakan yang sudah semakin maju telah mengantarkan bentuk surat kabar dan majalah semakin baik dan indah.3 Edisi perdana majalah yang dimunculkan di Amerika pada pertengahan 1930-an, memperoleh kesuksesan besar. Majalah telah memuat segmentasi dan membuat fenomena baru dalam dunia media massa cetak Amerika.4
Menyeimbangkan kepentingan idealisme dan kepentingan bisnis dalam menjalankan pers Islam, berarti dibutuhkan pengelolaan pers Islam secara profesional. Profesional berarti idealisme atau paham yang menilai tinggi kealian profesional khususnya, atau kemampuan pribadi umumnya, sebagai alat utama untuk meraih keberhasilan. Pers Islam adalah bagian dari komunikasi Islami. Komunikasi Islami adalah komunikasi yang berbasiskan pada nilai-nilai yang
bermaktub dalam al-Qur’an dan sunnah Rasululllah SAW.
3
Mafri Amir,Etika Komunikasi Massa Dalam Pandangan Islam(Jakarta: PT Logos,2009),h. 88
4
Elvinaro Ardianto,Komunikasi Massa Suatu Pengantar, (Bandung: Smibiosa Rekatama Media, 2007), h. 116
(19)
Adapun media massa Islam adalah produk dari suatu proses aktivitas jurnalistik yang umumnya berupa media dakwah atau himpunan karya jurnalistik dengan bahan baku konsep ajaran Islam yang belum tentu sesuai dengan nilai-nilai Islam. Dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud pers Islam adalah segala penerbitan yang pekerjaannya, kepemilikan, dan misinya berdasarkan para ajaran Islam dan tujuannya untuk kebaikan dan perbaikan umat Islam.5
Dengan mempertimbangkan bahwa media adalah pesan dan pesan adalah perpanjangan dari pikiran seseorang, maka dengan membaca media sebenarnya kita juga membaca arus kesadaran dan impian dalam ruang dan waktu tertentu pula. Dalam arti, kata lain media dapat membentuk opini publiknya. Kondisi masyarakat Islam di indonesia dalam mengkonsumsi media, kebanyakan lebih tertarik pada televisi. Hal ini berkaitan denga minat baca umat yang masih rendah. Kalangan masyarakat yang menjadi pelanggan pers Islam adalah masyarakatrural, kaum santri, dan aktivis organisasi.
Komunikasi menduduki suatu tempat yang utama karena susunan keluasan dan cakupan organisasi secara keseluruhan ditentukan oleh teknik komunikasi. Dari sudut pandang ini komunikasi adalah suatu proses sosial yang mempunyai relevansi terluas didalam memfungsikan setiap kelompok, organisasi, dan masyarakat. Proses komunikasi dalam struktur formal tersebut pada hakekatnya dapat dibedakan menjadi dimensi vertikal, horizontal luar organisasi. Dimensi
5
Deddy Mulyana,Anwar Arifin,Hafied Canggara, Ilmu Komunikasi Sekarang dan Tantangan Masa Depan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), h. 110
(20)
vertikal adalah dimensi komunikasi yang mengalir dari atas kebawah dan sebaliknya. Sedangkan dimensi horizontal luar organisasi adalah dimensi komunikasi yang timbul sebagai akibat dari suatu organisasi yang tidak bisa hidup sendirian, ia merupakan bagian dari lingkungannya.
Pengetahuan dan pembelajaran akan menjadi aset pembeda pada abad ke dua puluh satu. Suatu organisasi akan mengerti bagaimana menilai dengan cepat informasi dan lebih penting lagi bagaimana menyaringnya, mengevaluasi, meringkas, dan bagaimana menjadikannya kedalam suatu rencana kegiatan. Komunikator akan mempunyai tingkat fleksibilitas dan adaptasi yang tinggi dalam menghadapi kemajuan teknologi, serta akan meningkatkan kecakapan dalam berhubungan dengan orang lain. Dalam kehidupan organisasi, pencapaian tujuan dengan segala proses membutuhkan komunikasi yang efektif sehingga komunikator dalam menyampaikan informasi berupa perintah, secara tulisan maupun lisan sehingga mencapai sasaran dengan persepsi yang sama.
Marx yang melatarbelakangi pemikiran kritis menyatakan bahwa media adalah tempata dimana pertarungan ideologi terjadi. Sementara Habermas sebagai salah satu pemikir dari aliran ini menegaskan bahwa media merupakan sebuah realitas dimana ideologi dominan dalam hal ini kapitalisme disebarkan kepada khalayak dan membentk apa yang disebutnya sebagai kesadaran palsu (false consciousness).6
6
(21)
Selain itu, ada yang mengklasifikasi jenis media dakwah menjadi dua bagian, yaitu media tradisional (tanpa teknologi komunikasi) dan media modern (dengan teknologi komunikasi).7 Klasifikasi jenis media dakwah diatas tidak terlepas dari dua media penerimaan informasi yang dikemukakan oleh Al-Qur’an dalam surat An-Nahl ayat 78, yang berbunyi sebagai berikut :
َو
َُ
ﷲ
َا
ْﺧ
َﺮ
َﺟ
ُﻜ
ْﻢ
ِﻣ
ْﻦ
ُﺑ
ُﻄ
ْﻮ
ِن
ُا
ﱠﻣ
ِﺛﺎ
ُﻜ
ْﻢ
َ
ﻻ
َﺛ
ْﻌ
َﻠ
ُﻤ
ْﻮ
َن
َﺷ
ًﺌ
ﺎ
َو
َﺟ
َﻌ
َﻞ
َﻟ
ُﻜ
ُﻢ
ﱠﺴ ﻟا
ْﻤ
َﻊ
َو
ْﺑ
َﺼ
َر ﺎ
َو
ْﻓ
ِﺌ
ﱠﺪ
َة
َﻟ
َﻌ
ﱠﻠ
ُﻜ
ْﻢ
َﺗ
ْﺸ
ُﻜ
ُﺮ
َن و
)
٧ ٨
(
Artinya :“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur,”8
Dan ada pula dari surat as-Sajdah ayat 9, yang berbunyi sebagai berikut :
ُﺛ
ﱠﻢ
َﺳ
ﱠﻮ
ُها
َو
َﻧ
َﻔ
َﺦ
ِﻓ
ِﻣ
ْﻦ
ُر
ِﺣ و
َو
َﺟ
َﻌ
َﻞ
َﻟ
ُﻜ
ُﻢ
ﱠﺴ ﻟا
ْﻤ
َﻊ
َو
ْﺑ
َﺼ
َر ﺎ
َو
ْﻓ
ِﺌ
َﺪ
َة
َﻗ ِﻠ
ً
ﻼ
َﻣ
ﺎ
َﺗ
ْﺸ
ُﻜ
ُﺮ
َن و
)
٩
(
Artinya :“Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan kedalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; tetapi kamu sedikit sekali bersyukur,”
7
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, Edisi Revisi (Jakarta: Kencana Prenada Media Group), h. 407.
8
(22)
Kedua ayat ini menjelaskan bagaimana Allah SWT sudah memberikan kesempurnaan yang luar biasa kepada manusia agar dapat menggunakannya dengan sebaik mungkin. Dan memanfaatkan pemberian Allah ini, agar manusia dapat menambahkan wawasannya tidak hanya untuk dirinya sendiri tetapi juga untuk orang-orang yang berada disekitarnya.
Satu kategori keturunan unik, membahas tentang majalah. Majalah adalah sekumpulan artikel atau kisah yang diterbitkan teratur secara berskala. Fanzine
atau zine disebut sebagai hobi membaca pada satu topik tertentu. Didalam sebagian besar, majalah terdapat ilustrasi. Menampilkan beragam informasi, opini, dan hiburan konsumsi massa.
Beberapa majalah bertujuan untuk menghibur, dalam bentuk fiksi (cerpen, cerbung, dll) puisi, fotografi, kartun, artikel atau memberi informasi lainnya serta panduan. Majalah dirancang untuk disimpan dalam waktu yang lebih lama dibandingkan dengan surat kabar (koran). Sebagian besar majalah memiliki sampul yang menampilkan gambaran atau potret bukan berita umum.
Majalah telah menjadi motivator visual dan jurnalistik. Kebanyakan majalah yang dijual dirak-rak kios dan toko buku (newsrack) ditujukan untuk audien yang lebih sempit. Majalah yang disponsori dan jurnal dagang atau Industri (trade journal) jumlahnya melebihi majalah newsrack. Majalah terus mengalami demasifikasi. Majalah mungkin akan kehilangan pengaruhnya dalam membentuk masa depan.
(23)
Hanya sedikit majalah yang memenuhi standart kaum elite (excellent).9 Berbeda dengan koran, yang diorientasikan untuk kota tempat koran itu diterbitkan. Majalah pada masa awal ini menciptakan audien nasional. Literatus besar dan ide-ide besar lainnya masuk dalam format majalah yang berbeda dengan buku, dapat dijangkau oleh hampir semua orang. Para pengiklan memanfaatkan majalah untuk membangun pasar nasional. Media massa lainnya tidak dapat melakukan hal itu secara efektif. Hanya sedikit buku yang memuat iklan. Koran dengan sedikit perkecualian, hanya menyampaikan iklan untuk pembaca lokal.
Majalah custom adalah penciptaan majalah yang secara spesifik dirancang untuk suatu perusahaan yang berusaha menjangkau khalayak yang dibatasi secara sempit, seperti pelanggan yang diberi perhatian atau pembeli atau pelanggan potensial. Ada pula majalah online (webzines) telah muncul dan memungkinkan konvergensi antara majalah cetak dengan internet. Banyak majalah dengan edisi online yang menawarkan fitur interaktif khusus, dan tidak tersedia untuk pembacanya dalam versi cetak.10
Majalah umum, majalah industri, majalah konsumen, tiga tipe majalah yang sudah umum diketahui banyak orang bahkan dijadikan langganan. Majalah seringkali menjadi pelopor perubahan. Ketika perubahan sosial, ekonomi, atau teknologi mulai membentuk budaya, majalah sering menjadi media yang pertama
9
William L. Rivers, Theodore Peterson, Jay W. Jensen,Media Massa dan Masyarakat Modern, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008) h. 73.
10
(24)
sekali bergerak. Namun, terpusat pada peminatan dan pasar yang lebih kecil. Para penulisnya mencari tren baru.
Penerbit dapat lebih cepat dibandingkan dengan media yang lain, dalam menambahkan atau mengurangi judul yang ditujukan pada segemen atau minat khalayak yang spesifik. Majalah benar-benar merupakan medium massa nasional pertama di Amerika, dan seperti buku, majalah berfungsi sebagai suatu kekuatan penting dalam perubahan sosial terutama dalam era muckraking (mencari dan mempublikasikan informasi terbaru skandal tentang orang-orang terkenal).
Tabloid NURANi merupakan salah satu tabloid yang ada di Indonesia, tepatnya di Surabaya dan telah mempunyai cabang di beberapa wilayah, di antaranya adalah di Jakarta dan Jawa Tengah. Secara historis, pendirian Tabloid Nurani pertama kali dipelopori oleh H. Imaman Nasy Uri dan Hasri Aska di Surabaya pada tahun 2000. Secara umum Tabloid NURANi mempunyai tujuan untuk menambah pengetahuan dan wawasan masyarakat tentang agama. Tujuan ini kemudian diaplikasikan ke dalam visi misi yang dikembangkan oleh Tabloid NURANi, yakni memberikan pengetahuan dan wawasan tantang agama Islam yang benar kepada masyarakat, terutama dalam hal membina keluarga sakinah, menyelamatkan generasi muda dari arus globalisasi, menyiapkan pendidikan anak, masalah agama yang sedang aktual, dan lain sebagainya.11 Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa masyarakat sangat membutuhkan
11
(25)
pengetahuan dan wawasan tentang agama sebagai pedoman dan tuntunan dalam kehidupan sehari-hari, lebih-lebih di era sekarang yang sarat akan krisis moral.
Tabloid NURANi yang akan diteliti berada di daerah Ketintang baru III Surabaya. Peneliti mengambil Tabloid NURANi karena tabloid inilah yang selalu menarik perhatian orang banyak dan masyarakat sekitar dibandingkan dengan tabloid/majalah yang lainnya. Dan tabloid ini pula yang tetap berdiri dan tetap ada selama 15 tahun lamanya sebagai salah satu media cetak modern yang digemari oleh kalangan wanita pada umumnya.
Tabloid NURANi juga termasuk salah satu majalah di Jawa Timur yang tetap sukses bersaing hingga sampai saat ini. Jika dibandingkan dengan dengan tabloid/majalah lain yang bisa diketahui mulai memudar perkembangan untuk menjadi salah satu media cetak, mereka semua kebanyakan beralih menjadi media online. Dan bahkan ada beberapa yang gulung tikar akibat kemajuan teknologi yang sangat pesat. Membuat orang-orang lebih memilih media online yang bisa dicari mudah hanya bermodal gadget dan pulsa, dibandingkan harus membeli majalah terlebih dahulu.12
Tabloid ini akan dikaitkan dengan sebuah desa disekitar tabloid NURANi berada. Yaitu desa Ketintang Kelurahan Gayungan. Ketintang adalah sebuah kelurahan di wilayah Kecamatan Gayungan, Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur. Di wilayah Ketintang terdapat kampus Universitas Negeri Surabaya. Sebagian daerah Ketintang berada di sekitar bantaran Kali Mas. Di sini terdapat
12
(26)
banyak sekali toko-toko yang menyediakan berbagai macam kebutuhan. Nama Ketintang berasal dari thing dan thang, suatu onomatope untuk menyebut bunyi dentingan besi. Konon, di daerah ini pernah berdiam empu keris bernama Ki Wijil, yang mengerjakan aktivitas pembuatan keris di daerah ini.13
Alasan daerah Ketintang sebagai daerah pemilihan untuk pembaca tabloid NURANi adalah karena selain pusat tabloid NURANi sendiri yang bertempatkan disana juga peneliti ingin mengetahui bagaimana masyarakat Ketintang sendiri dalam mengkonsumsi tabloid NURANi sebagai bacaan yang rutin untuk dibaca.
Peneliti juga ingin lebih dalam mengetahui bagaimana tanggapan masyarakat Ketintang mengenai tabloid NURANi tersebut. Dan juga ingin mengetahui minat baca mereka seberapa besar terhadap media cetak khususnya pada tabloid NURANi.
Hubungan penelitian ini dengan komunikasi penyiaran Islam yakni dimana dalam dunia KPI ada yang lebih cenderung pada dunia jurnalistik. Dalam dunia jurnalistik, dituntun untuk mencari berita baik untuk disampaikan secara langsung maupun berupa tulisan yang dicetak pada koran, majalah, dan lainya. Jurnalistik sendiri tidak terlepas dari dunia media cetak. Dan tabloid NURANi menjadi salah satu media cetak yang terkenal dan lebih merujuk kepada informasi keIslaman di Indonesia. Inilah alasan peneliti memilih tabloid NURANi untuk dijadikan sebagai bahan penelitian.
13
(27)
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang sudah di jelaskan di atas, maka untuk membatasi penelitian agar penelitian fokus, maka penulis akan membatasi penelitiannya dengan menggunakan rumusan masalah sebagai berikut:
• Seberapa besar tingkat prosentase pemilihan tabloid NURANi sebagai
bacaan bagi masyarakat daerah Ketintang Surabaya?
C. Tujuan Penelitian
Dilihat dari rumusan masalah yang telah di paparkan di atas tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
• Untuk mengetahui jumlah seberapa besar tingkat prosentase pemilihan tabloid NURANi sebagai bacaan bagi masyarakat daerah Ketintang Surabaya.
D. Manfaat Penelitian
Setelah di jelaskan rumusan masalah dan tujuan masalah di atas, maka penulis berharap dari penelitian tersebut akan bermanfaat bagi penulis dan pembacanya. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut ialah:
1. Secara teoritis
Manfaat bagi para akademis, penelitian ini diharapkan akan berguna untuk masukan dan informasi bagi para akademisi.
(28)
Bagi pihak yang di teliti, di harapkan agar bisa mengetahui target yang akan diutamakan oleh tabloid ini dalam menguatkan minat pembaca yang saat ini hampir punah.
Bagi penulis, penelitian ini di harapkan berguna untuk pengetahuan dan juga sekaligus untuk mengetahui apakah rasa ingin membaca berbagai macam isi di tabloid pada masih sangat besar atau sudah redup.
2. Secara praktis
Dari penelitian ini, maka penulis berharap penelitian ini akan bermanfaat bagi pembaca atau pelanggan tabloid NURANi. Dengan adanya penelitian ini, maka diharapkan untuk lebih mengetahui seberapa besar pengaruh penerbitan majalah ini untuk menarik minat membaca di daerah Ketintang Surabaya.
Selain bermanfaat untuk para pembaca, di harapkan juga akan bermanfaat bagi semua kalangan khususnya kaum Muslim dan masyarakat Ketintang Surabaya itu sendiri.
E. Konseptualisasi
Pemilihan sesuatu ada beberapa yakni karena memilih dari faktor keadaan, menuruti apa yang seseorang katakan, dan keinginan yang berasal dari hati sendiri. Dalam menanggapi hal tentang pemilihan majalah Nurani sebagai bacaan masyarakat Ketintang, tentu akan ada kaitannya dengan rasa minat pada diri masing-masing. Rasa minat itulah yang membuat mereka mengkonsumsi
(29)
tabloid NURANi untuk dibaca sebagai referensi kehidupan pada suatu rubrik atau seluruh isi tabloid NURANi.
Tabloid NURANi merupakan sebuah media cetak yang sudah
berkembang sejak lama untuk melayani masyarakat. Memberikan berbagai macam informasi terbaru, gaya hidup, dan lain sebagainya. Dalam pemilihan ini, ada beberapa masyarakat yang lebih memilih untuk mengkonsumsi majalah Nurani dibandingkan dengan yang sudah modern yakni media online.
Berikut penjelasan mengenai pengertian sebuah minat, konsumsi media cetak, dan tabloid NURANi :
1. Pengertian Minat
Minat seseorang terhadap suatu objek akan lebih kelihatan apabila objek tersebut sesuai sasaran dan berkaitan dengan keinginan dan kebutuhan seseorang yang bersangkutan. Minat adalah suatu perpaduan keinginan dan kemauan yang dapat berkembang jika ada motivasi. Sedangkan menurut Djali bahwa minat pada dasarnya merupakan penerimaan akan sesuatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Minat sangat besar pangaruhnya dalam mencapai prestasi dalam suatu pekerjaan, jabatan, atau karir. Tidak akan mungkin orang yang tidak berminat terhadap suatu pekerjaan dapat menyelesaikan pekerjaan tersebut
(30)
dengan baik. Minat dapat diartikan sebagai rasa senang atau tidak senang dalam menghadapi suatu objek.14
Minat berkaitan dengan perasaan suka atau senang dari seseorang terhadap sesuatu objek. Hal ini seperti dikemukakan oleh Slameto yang menyatakan bahwa minat sebagai suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat. Menurut Kartini Kartono minat merupakan momen dan kecenderungan yang searah secara intensif kepada suatu obyek yang dianggap penting. Menurut Ana laila Soufia dan Zuchdi menjelaskan
bahwa minat merupakan kekuatan pendorong yang menyebabkan
seseorang menaruh perhatian pada orang lain, pada aktivitas atau objek lain. Sedangkan Slameto menjelaskan bahwa minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Lebih lanjut Slameto mengemukakan bahwa suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa seorang pembaca lebih menyukai suatu hal dari pada hal lainnya, dapat pula dimanifestasiakan melalui partisipasi dalam satu aktivitas. Pembaca yang memiliki minat terhadap subjek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subjek tersebut.
14
(31)
Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa Minat merupakan kecenderungan pada seseorang yang ditandai dengan rasa senang atau ketertarikan pada objek tertentu disertai dengan adanya pemusatan perhatian kepada objek tersebut dan keinginan untuk terlibat dalam aktivitas objek tertentu, sehingga mengakibatkan seseorang memiliki keinginan untuk terlibat secara langsung dalam suatu objek atau aktivitas tertentu, karena dirasakan bermakana bagi dirinya dan ada harapan yang dituju.
2. Konsumsi Media Cetak
Konsumsi disini maksudnya adalah seseorang atau bahkan beberapa orang yang masih memiliki rasa ingin membaca atau minat membacanya masih tinggi. Dalam artian bahwa pengkonsumsi masih berkeinginan membaca suatu berita dan informasi yang terdapat pada media cetak khususnya majalah. Karena dalam majalah biasanya hanya informasi-informasi yang penting untuk kehidupan sosial bukan berita aktual seperti koran pada umumnya.
3. Tabloid NURANi
Latar belakang munculnya tabloid NURANi disebabkan oleh adanya kegelisahan para ibu berkaitan dengan bermunculannya media massa tentang politik, hukum, dan hiburan yang menjamur pasca reformasi.
(32)
Kebebasan pers yang sempat terkekang di era Soeharto (Orde Baru), seolah-olah membuka kesempatan bagi pelaku media dalam menyajikan berita secara transparansi bahkan bisa disebut over expose, seiring dengan lengsernya Soeharto dan masuknya Indonesia dalam era reformasi.
F. Sistematika Pembahasan
Sistematika penulisan tidak cukup sekedar mengulang atau menuliskan kembali daftar isi. Tetapi merupakan penjelasan bagaimana sistematika penulisan yang dilakukan mulai dari bagian awal hingga bagian akhir, sehingga penulisan laporan penelitian benar-benar sistematis, jelas dan mudah dipahami. Adapun sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I : Pada Bab ini terdapat latar belakang, rumusan masalah, tujuan, manfaat penelitian, metode, obyek penelitian, teknik pengumpulan data, sistematika pembahasan, jadwal penelitian dan daftar pustaka. Pada latar belakang dijelaskan mengenai perkembangan teknologi canggih atau media-media modern yang ada saat ini. Mengenai peneliti fokus pada pemilihan sebuah media cetak serta masyarakat daerah Ketintang. Rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian dibuat dengan masalah apa yang akan diteliti oleh peneliti. BAB II : Bab ini berisi tinjauan pustaka. Dibagian bab ini dijelaskan mengenai permasalahan yang diambil peneliti dengan mencantumkan pengertian media cetak, media cetak Islam, pengertian majalah, pengertian minat dan konsumsi media cetak sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti.
(33)
BAB III : Bab ini terdapat metode penelitian. Dalam bagian ini peneliti menggunakan penelitian kuantitatif untuk meneliti permasalahan yang akan diteliti. Bab ini juga berisi tentang populasi dan sampel data dari Kelurahan Ketintang, isi angket yang disebarkan oleh peneliti, jenis data dan instrumen penelitian, skala blue print, serta analisis data.
BAB IV : Pada bab ini berisi tentang penyajian data, analisa data dan hasil temuan yang sudah dilakukan selama dilapangan oleh peneliti.
(34)
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
(PENGERTIAN MEDIA CETAK, MINAT, DAN KONSUMSI TERHADAP MEDIA CETAK)
A. Konsep Media Cetak
1. Pengertian Media Cetak a. Media Cetak
Media cetak merupakan media tertua yang ada dimuka bumi.
Media cetak berawal dari media yang disebut dengan Acta Diunadan
Acta Senatus dikerajaan romawi, kemudian berkembang pesat setelah Johanes Guttenberg menemukan mesin cetak hingga kini sudah beragam bentuknya, seperti surat kabar, tabloid, dan majalah.
Media cetak adalah segala barang cetak yang dipergunakan sebagai sarana penyampaian pesan seperti yang sudah disebutkan
sebelumnya macam-macam media cetak pada umumnya.6
Sejarah media modern berawal dari buku cetak. Meskipun pada awalnya upaya pencetakan buku hanyalah merupakan upaya penggunaan alat teknik untuk memproduksi teks yang sama atau hampir sama, yang telah disalin dalam jumlah yang besar, namun
6
(35)
upaya itu tentu saja masih dapat disebut semacam revolusi. Lambat
laun perkembangan buku cetak mengalami perubahan dalam segi isi –
semakin bersifat sekular dan praktis. Kemudian semakin banyak pula karya populer, khususnya dalam wujud brosur dan pamflet politik dan agama yang ditulis dalam bahasa daerah, yang ikut berperan dalam proses transformasi abad pertengahan. Jadi, pada masa terjadinya revolusi dalam masyarakat buku pun ikut memainkan peran yang tidak dapat dipisahkan dari proses revolusi itu sendiri.7
Hampir dua ratus tahun setelah ditemukannya percetakan barulah apa yang sekarang ini kita kenal sebagai surat kabar prototif dapat dibedakan dengan surat edaran, pamflet, dan buku berita akhir abad keenam belas dan abad ketujuh belas. Dalam kenyataannya terbukti bahwa suratlah yang merupakan bentuk awal dari surat kabar, bukannya lembaran yang berbentuk buku. Surat edaran diedarkan melalui pelayanan pos yang belum sempurna dan berperan terutama untuk menyebarluaskan berita menyangkut peristiwa yang ada hubungannya dengan perdagangan internasional. Jadi, munculnya surat kabar merupakan pengembangan suatu kegiatan yang sudah lama berlangsung dalam dunia diplomasi dan dilingkungan dunia usaha. Surat kabar pada masa awal ditandai oleh: wujud yang tetap; bersifat komersial (dijual secara bebas); bertujuan banyak (memberi informasi,
7
(36)
mencatat, menyajikan adpertensi, hiiburan, dan desas-desus); bersifat umum dan terbuka.8
Dalam konsep pengertian diatas, media cetak (surat kabar dan majalah) memiliki kadar inovasi yang lebih tinggi daripada buku cetak
– penemuan (invensi) bentuk karya tulis, sosial dan budaya yang baru
– meskipun pada masa itu pandangan yang muncul tidak demikian adanya. Kekhususan surat kabar, jika dibandingkan dengan sarana komunikasi budaya lainnya, terletak pada individualisme, orientasi pada kenyataan, kegunaan, sekularitas (nilai–nilai), dan kecocokannya dengan tuntutan kebutuhan kelas sosial baru, yakni kebutuhan para usahawan kota dan orang profesional. Kualitas kebaruannya bukan terletak pada unsur teknologi atau cara distribusinya, melainkan pada fungsinya yang tepat bagi kelas sosial tertentu yang berada dalam iklim kehidupan yang berubah dan suasana yang secara sosial dan politis lebih bersifat permisif (terbuka).
Sejarah perkembangan surat kabar serta majalah selanjutnya dapat dipaparkan sebagai serangkaian perjuangan, kemajuan dan pengulangan, yang mengarah ke iklim kebebasan, atau bisa juga dilihat sebagai kelanjutan dari sejarah kemajuan ekonomi dan teknologi. Unsur-unsur penting dalam sejarah pers yang mempengaruhi batasan surat kabar dan majalah modern akan disajikan pada paragraf
-8
(37)
paragraf selanjutnya. Memang sejarah perkembangan pers setiap bangsa tidak mungkin dipaparkan dalam satu pemaparan ringkas. Terlepas dari hal tersebut, patut dicatat bahwa unsur – unsur penting tersebut, yang sering kali berbaur dan berinteraksi satu sama lain, merupakan faktor penentu dalam perkembangan institusi pers. Tentu saja dengan kadar pengaruh yang berbeda–beda.9
b. Sejarah Media Cetak
Penemu pertama Media Cetak adalah Johannes Gutenberg pada tahun 1455 terutama di Negara Eropa. Perkembangan awal terlihat dari penggunaan daun atau tanah liat sebagai medium, bentuk media sampai percetakan. Gutenberg mulai mencetak Bible melalui teknologi cetak yang telah ditemukannya. Teknologi mesin cetak Gutenberg mendorong juga peningkatan produksi buku menjadi hitungan yang tidak sedikit. Teknologi percetakan sendiri menciptakan momentum yang justru menjadikan teknologi ini semakin mendorong dirinya untuk berkembang lebih jauh.
Lanjutan dari perkembangan awal media cetak adalah dimana perkembangan teknologi yang belum berkembang, yaitu media cetak dibuat memakai mesin tik untuk membuat suatu iklan produk sedangkan gambar-gambar atau animasi yang memperbagus iklan produk itu dibuat secara manual dengan menggunakan pena.
9
(38)
Tanda-tanda perkembangan media cetak adalah melek huruf ( kemampuan untuk baca-tulis ). Memang melek huruf adalah kondisi yang dipunyai oleh kaum elite. Bahasa yang berkembang pun hanya beberapa bahasa pokok, bahasa latin – misalnya. Perkembangan pendidikan pada abad 14 juga mendorong perkembangan orang yang melek huruf. Perkembangan media cetak sekarang yaitu didukungnya perkembangan teknologi yang sudah berkembang, sehingga dapat memudahkan orang untuk membuat suatu iklan yang lebih kreatif dan atraktif.
B. Kelebihan dan Kelemahan Media Cetak 1. Kelebihan Media Cetak
Setiap media memiliki kelebihan masing-masing, media cetak juga memiliki kelebihan dibanding media elektronik. Kelebihan media cetak
secara umum dibanding media elektronik terletak dari “daya tahan”
informasi. Dari berbagai jenis media massa, media cetak memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh media lain. hasil cetakan tersebut permanen dan bisa disimpan sehingga pembaca bisa mengulanginya sampai mengerti isi pesan yang disampaikan, tanpa biaya tambahan. Selain itu, halaman media cetak, menurut Mondry, bisa terus ditambah seandainya diperlukan.10
10
Mondry, Pemahaman Teori dan Praktik Jrnalistik, (Bogor Selatan: Ghalia Indonesia 2008), cet pertama, h. 21.
(39)
Surat kabar harian memiliki kelebihan lebih khusus lagi bila dibandingkan dengan media cetak lain. sesuai periodesasi terbitnya, informasi surat kabar harian diterima pembaca setiap hari sehingga informasi diperoleh terus secara berkesinambunga. Informasi yang disampaikan surat kabar lebih lengkap dibanding radio dan televisi. Dengan halaman yang cukup banyak, apalagi kini banyak surat kabar yang terbit dengan 32 halaman atau lebih, informasi tentang suatu peristiwa dapat diberitakan secara mendalam, dari berbagai sisi, sedangkan radio dan televisi butuh jam tayang khusus guna melakukan hal itu.
Tabloid dan majalah yang periodesasi terbitnya lebih lama dibanding surat kabar, berusaha menampilkan informasi yang lebih lengkap lagi, juga dengan gaya penulisan feature yang lebih memikat sehingga tetap disukai pembaca.11
2. Kelemahan Media Cetak
a. Lambat dan Tidak Langsung
Kelebihan media elektronik sebenarnya merupakan kelemahan media cetak. Informasi media cetak tidak bisa cepat dan langsung. Berita media cetak baru kaan diterima khalayak sesuai periodesasinya. Surat kabar harian terbit setiap hari, informasinya diterima publik
11
Mondry, Pemahaman Teori dan Praktik Jrnalistik, (Bogor Selatan: Ghalia Indonesia 2008), cet pertama, h. 22.
(40)
sehari hanya sekali, tabloid atau majalah mingguan berarti informasinya diterima masyarakat seminggu sekali. Hal ini membuat para pembaca media cetak mengalami sedikit penghambatan dalam informasi.
b. Jauh
Informasi yang disampaikan media cetak terkesan “jauh” karena
pembaca tidak dapat mengetahui secara langsung peristiwa seperti yang disampaikan media elektronik. Guna mengatasi kekurang itu, media cetak menampilkan foto-foto yang menarik guna mengimbangi tayangan televisi, juga memuat tulisan atau informasi yang lengkap, bahkan dengan penlisan feature guna mengimbangi informasi media elektronik.
c. Tidak Akrab
Pada media etak, tidak ada penyiar yang menyampaikan, tetapi harus disiarkan oleh diri sendri. Sebagai sumber informasinya, jajaran redaksi tidak ada yang akrab dengan pembaca, bahkan mungkin tidak kenal sama sekali. Berbeda dengan penyiar atau pembaca berita televisi atau radio, tentu banyak yang kenal (minimal suaranya), bahkan mengidolakan mereka.
d. Tidak Fleksibel
Membaca informasi media cetak tentu tidak bisa dilakukan sambil memasak atau mengendarai kendaraan sehingga bisa dikatakan
(41)
tidak fleksibel, sedangkan dengan radio bisa mendapatkan informasinya. Perbandingan kelemahan antara surat kabar, tabloid, dan majalah pada umumnya terkait periode terbit dan banyaknya halaman. Hal serupa juga terjadi antara tabloid yang umumnya terbit mingguan dengan majalah yang dua mingguan atau bulanan, isi majalah lengkap dan bahasanya lebih dalam.
C. Media Cetak Islam
Didalam sebuah media, selain menampilkan dan memberikan informasi umum kepada masyarakat luas. Ada beberapa media yang khusus memberikan informasi tentang keagamaan bagi orang-orang Islam yang dibalut dalam media cetak Islam. Hal ini tentu akan melibatkan arti keislaman yang sesungguhnya, dan bagaimana media tersebut dapat menjalankan amanat Allah SWT sebagai khalifah didunia untuk berdakwah secara Bil Qalam atau dakwah melalui tulisan.
Dakwah atau Ad-da’wat ila qadhiyat yang artinya menegaskannya atau
membelanya, baik yang hak ataupun yang batil, yang positif maupun yang negatif.12 Atas dasar itulah maka ada orang yang mengajak ke arah ketaatan dan berbuat kebajikan, ada pula orang yang mengajak ke arah kemaksiatan
12Jum’ah Amin Abdul Aziz, Fiqih Dakwah Studi atas Berbagai Prinsip dan Kaidah yang Harus
(42)
dan kemungkaran. Karenanya, Rasulullah SAW disebut sebagai seorang dai Allah SWT.
Dakwah adalah bagian penting dalam Islam, sehingga sering dikatakan bahwa Islam adalah agama dakwah. Melalui dakwah ajaran Islam berkembang dan tersebar luas keseluruh penjuru dunia. Melalui dakwah pula ajaran Islam diamalkan oleh para pemeluknya sehingga tercermin dalam kehidupan pribadi kelurga dan masyarakat.
1. Fungsi Media Massa dalam Dakwah
Selain sebagai media komunikasi yang melayani khalayak yang luas, pers, film, dan televisi, juga merupakan lembaga sosial. Media massa sebagai lembaga sosial, memiliki sifat-sifat kelembagaan institutional character. Media massa menyelenggarakan dan melayani informasi dengan cepat dan teratur secara melembaga. Informasi yang disalurkan dan disebarluskan oleh media massa kepada khalayak atau audience. Fungsi dakwah yang dapat diperankan oleh media massa adalah menjaga agar media massa sellau berpihak kepada kebaikan, kebenaran, dan keadilan universal sesuai dengan fitrah dan ke hanifaan manusia, dengan sellau taat kepada kode etiknya.13
2. Majalah
13
Anwar Arifin, “Dakwah Kontemporer sebuah Studi Komunikasi”, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), h. 94-95.
(43)
Salah satu bentuk media massa yang dikenal sejak dahulu adalah majalah, kehadirannya selain mengarah kepada pelayanan kebutuhan masyarakat maka majalah diarahkan juga kepada khalayak yang lebih khas
apakah gaya hidup mereka maupun perbedaan demografisnya.14Edisi perdana
majalah yangdiluncurkan di Amerika pada pertengahan 1039-an memperoleh kesuksesan besar. Majalah telah membuat segmentasi pasar tersendiri dan membuat fenomena baru dalam dunia media massa cetak di Amerika.15 Keberadaan majalah sebagai media massa terjadi tidak lama setelah surat kabar.
Sedangkan keberadaan majalah sebagai media massa di Indonesia dimulai menjelang dan pada awal kemerdekaan Indonesia. Di akarta pada tahun 1945 terbit majalah bulanan dengan nama Pantja Raja Pimpinan Markoem djojihadisoeparto (MD) dengan prakarta dari Ki Hajar Dewantoro selaku Menteri Pendidikan pertama RI. Fungsi majalah mengacu pada sasaran khalayaknya yang spesifik, maka fungsi utama media berbeda antara satu dan lainnya.
Tipe atau kategori suatu majalah ditentukan oleh sasaran khalayak yang dituju, artinya, sejak awal redaksi sudah menentukan siapa yang akan menjadi pembacanya, apakah anak-anak, remaja, wanita dewasa, pria dewasa, atau
14
Alo Liliweri, Memahami Komunikasi Massa dalam Masyarakat,(Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1991), h.11.
15
Elvinaro Ardianto,dkk, Komunikasi Massa Suatu Pengantar, (Bandung: Simibiosa Rekatama Media,2007), h.114.
(44)
untuk pembaca umum dari remaja sampai dewasa. Bisa juga sasaran pembaca yang dituju kalangan profesi tertentu, seperti pelaku bisnis atau pembaca dengan hobi tertentu, seperti bertani, berternak, dan memasak.16
a. Jenis-Jenis Majalah
Majalah umum, majalah industri, majalah konsumen, tiga tipe majalah yang sudah umum diketahui banyak orang bahkan dijadikan langganan. Majalah seringkali menjadi pelopor perubahan. Ketika perubahan sosial, ekonomi, atau teknologi mulai membentuk budaya, majalah sering menjadi media yang pertama sekali bergerak. Dan struktur industri ini merupakan salah satu alasan penyebab hal ini. Tidak seperti surat kabar, kebanyakan majalah tidak terlalu terikat pada area geografis yang spesifik. Namun, terpusat pada peminatan dan pasar yang lebih kecil. Para penulisnya mencari tren baru.
b. Majalah Sebagai Media Dakwah
Media dakwah merupakan unsur tambahan dlam kegiatan berdakwah. Menurut Mira Fauziyah, media dakwah adalah alat atau sarana yang digunakan untuk berdakwah dengan tujuan supaya
memudahkan penyampaian pesan dakwah kepada mad’u.17 Dakwah
memerlukan media massa, untuk menjangkau sebanyak-banyaknya khalayak. Majalah juga memiliki kekuatan pengaruh sebagaimana surat
16
Ibid, h.119.
17
(45)
kabar, majalah merupakan media yang paling simple organisasinya, relatif lebih mudah mengelolanya dibanding surat kabar. Saat ini telah banyak majalah yang secara khusus menyatakan sebagai majalah dakwah Islam. Menulis pesan dakwah di majalah juga tidak terlepas dari visi redakturnya.18
3. Struktur Industri Majalah
Majalah modern muncul sebagai medium massa terutama karena perannya sebaga penghubung sistem pemasaran. Seperti halnya koran, selama bertahun-tahun majalah mampu merangkum aneka selera dan kepentingan yang luas. Namun tidak seperti media lainnya, sebagian besar majalah yang ada terfokus pada khalayak homogen tertentu atau kelompok-kelompok yang kpentingannya sama. Tidak seperti koran, sirkulasi majalah umumnya berskala nasional. Dengan berfokus pada selera atau bidang tertentu, majalah bisa meraih khalayak dari berbagai kelas sosial, tingkat pendapatan atau pendidikan di seluruh penjuru negara.
Pada awalnya, sumber pendapatan utama majalah adalah hasil penjualan majalah itu sendiri. Sumber lainnya adalah dukungan keuangan dari asosiasi atau perusahaan tertentu yang berkepentingan dengan terbitnya majalah tersebut. Baru belakangan majalah mengandalkan pemasukkannya dari iklan, dan ini terkait dengan perannya dalam sistem pemasaran. Besarnya sirkulasi
18
(46)
dan cakupan nasionalnya menjadikan majalah sebagai media yang baik untuk beriklan. Kini, majalah acapkali diterbitkan khusus untuk kelompok konsumen tertentu. Isi editorial dan iklan-iklannya sengaja disesuaikan terhadapnya.
Karena majalah dapat menciptakan pasar sendiri untuk suatu produk, maka hubungan antara majalah dan khalayaknya juga agak berbeda. Isi majalah lebih diarahkan untuk kepentingan khalayak tersebut, karena para penerbitnya tidak mau beresiko dengan isi yang belum tentu diterima. Karenanya, majalah sengaja menyediakan diri untuk melayani khalayak itu saja.
a. Keberlangsungan Majalah
Dewasa ini, relatif sedikit majalah yang mendominasi pasar. Namun jenisnya cukup bervariasi sehingga masing-masing mewakili berbagai kepentingan atau selera pembaca. Meskipun kompetisinya sangat tajam, namun sirkulasi majalah yang terfokus pada kelompok tertentu menjadikannya tetap menarik bagi para investor. Apa yang paling penting adalah gagasan. Jika seorang penerbit punya gagasan segar untuk mencetak suatu majalah baru, ia takkan sulit memperoleh dukungan keuangan. Selalu terbuka kemungkinan berhasil, dan ancaman untuk ditelan oleh perusahaan media raksasa relatif kecil.19
19
William L. Rivers, Theodore Peterson, and Jay W. Jensen,Media Massa dan Masyarakat Modern, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group), Edisi Kedua , h. 193.
(47)
Mudahnya penerbit baru masuk ke industri majalah sangat kontras kalau dibandingkan dengan sulitnya penerbit baru masuk ke industri koran, media siaran atau film. Itu pula sebabnya mengapa tiap majalah biasanya hanya memiliki sedikit pegawai dengan perlengkapan kerja tidak terlalu hebat. Hal yang paling banyak menelan biaya memang bukan pegawai atau perelngkapan, melainkan kontrak cetak. Lagipula, majalah kecil atau baru takkan berniat menyaingi majalah lain, apalagi yang sudah besar. Modal majalah biasanya tidak terlalu besar. Majalah Rolling Stone mulai terbit dengan modal $20.000 dan awalnya hanya ditujukan untuk para pembaca di kawasan Teluk San Fransisco. Namun tantangan untuk bertahan jauh lebih berat. Mudahnya maalah baru terbit menjadikan setiap majalah yang sudah ada harus berusaha keras untuk mempertahankan pangsa pasarnya. Selera pembaca acapkali berubah sehingga pengelola majalah dituntut untuk selalu sigap terhadapnya.20
Secara umum, industri majalah dicirikan oleh banyaknya penerbit yang masing-masing berukuran kecil. Namun ada sejumlah majalah besar yang menguasai porsi pasar cukup besar, meskipun ini tidak berarti mereka yang paling banyak meraih keuntungan.
Pada tahun 1969, majalah Life yang sirkulasinya mencapai 8,5 juta eksemplar, meraih iklan senilai $153 juta. Time, terbitan kembarnya,
20
William L. Rivers, Theodore Peterson, and Jay W. Jensen,Media Massa dan Masyarakat Modern, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group), Edisi Kedua , h. 193.
(48)
menduduki urutan kedua dengan perolehan iklan sebesar $95 juta. Namun Life justru merugi hingga $10 juta akibat tingginya biaya produksi dan distribusi majalahnya yang mencapai jutaan eksemplar itu. majalah Look, urutan ketiga dengan $77 juta, pada tahun 1970 mengumumkan bahwa ia tidak mampu lagi bersaing dengan Life dalam soal ukuran sirkulasi. Para pengelolanya juga menyatakan bahwa mereka justru akan mengurangi sirkulasi untuk berkonsentrasi pada 60 daerah yang paling menguntungkan saja. Jumlah halaman berwarna juga ikurangi demi menekan biaya dari $55.000 menjadi $48.500. Life kemudian juga melakukan hal serupa, yakni mengurangi sirkulasinya.21
4. Majalah sebagai Penyampai dan Penafsir Pesan
Majalah lebih dahulu melakukan jurnalisme interpretatif ketimbang koran ataupun kantor-kantor berita. Bagi majalah, interprestasi justru menjadi sajian utama. Sejak lama, aneka majalah sengaja menyajikan tinjauan atau analisis terhadap suatu peristiwa secara mendalam, dan itulah hakikat interprestasi. Ecenderungan ini mengaut sejalan dengan spesialisasi majalah. Majalah-majalah khusus laku karena menyajikan analisis panjang lebar.
Sebagai terbitan berkala, majalah juga berfungsi sebagai ajang diskusi berkelanjutan. Dalam membahas suatu masalah, majalah bisa melakukannya
21
William L. Rivers, Theodore Peterson, and Jay W. Jensen,Media Massa dan Masyarakat Modern, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group), Edisi Kedua , h. 194.
(49)
dalam waktu lama, bahkan nyaris tak terbatas selama masih ada peminatnya. Dibandingkan koran, majalah lebih kuat mengingat emosi pembacanya. Majalah juga diakui menjalankan metode interprestasi yang terpuji sehingga
John Fischer, mantan editor majalah Harper’s, menyebut majalah sebagai
“medium bacaan utama dari generasi ke generasi.”
Namun menurut pengritiknya, majalah diliputi banyak kelemahan yang merendahnya mutunya sebagai penafsir berita. Sebagai contoh, kebanyakan majalah berhaluan konservatif sehingga apa yang disampaikannya tidak lepas dari perspektif itu. di samping itu, banyak majalah yang hanya menganalisis berita dari sumber lain, dan hampir tidak pernah mencari berita sendiri. Majalah juga cenderung eniru artikel apa saja yang populer. Namun yang
paling serius majalah dituding ikut menciptakan “dunia semu” dengan
menyajikan sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataan.22
Kritik itu layak dipertimbangkan, namun peran penting majalah sebagai penafsir berita hendaknya tidak diabaikan. Dalam kenyataannya, majalah ikut berpera dalam reformasi politik maupun sosial. Majalah, tidak seperti koran, biasanya memiliki perspektif nasional sehingga terbebas dari sentimen kedaerahan. Bahkan majalah juga berjasa ikut memelihara kesadaran tentang kesatuan bangsa, dan menyodorkan berbagai topik iskusi kepada semua orang.
22
William L. Rivers, Theodore Peterson, and Jay W. Jensen,Media Massa dan Masyarakat Modern, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group), Edisi Kedua , h. 212.
(50)
Bagi jutaan pembacanya, majalah merupakan sumber rujukan kehidupan sehari-hari yang murah. Majalah membahas berbagai masalah kehidupan-mulai dari nutrisi, pengasuhan anak, aneka masalah keluarga dan keuangan, penataan rumah hingga petunjuk-petunjuk redekorasi.
Yang paling penting, interprestasi berita oleh majalah bisa menjadi sumber pendidikan umum. Artikel-artikel sejarah yang enceritakan tentang masa lalu, artikel biografi yang mengisahkan tokoh-tokoh ternama yang ikut membentuk sejarah, serta laporan dari luar negeri tentang aneka keberhasilan, bisa menjadi sumber pengetahuan yang bermanfaat. Majalah pula yang memperkenalkan orang Amerika kebanyakan dengan arsitektur, lukisan, patung, dan pemikiran-pemikiran yang mengesankan. Majalah Life harus diakui sebagai penyebar utama seni-seni paling agung yang diciptakan manusia.23
Diatas semua itu, fungsi terpenting majalah adalah perannya sebagai penafsir berita. Tampaknya, majalah merupakan media penafsir terbaik.
D. Minat
Secara umum, pengertian minat adalah perhatian yang mengandung unsur-unsur perasaan. Minat merupakan dorongan atau keinginan dalam diri seseorang pada objek tertentu. Misalnya, minat terhadap pelajaran, olahraga,
23
William L. Rivers, Theodore Peterson, and Jay W. Jensen,Media Massa dan Masyarakat Modern, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group), Edisi Kedua , h. 213.
(51)
atau hobi. Minat bersifat pribadi (individual). Artinya, setiap orang memiliki minat yang bisa saja berbeda dengan minat orang lain. Minat berkaitan erat dengan motivasi seseorang, sesuatu yang dipelajari. serta dapat berubah-ubah tergantung pada kebutuhan, pengalaman, dan mode yang sedang trend, bukan bawaan sejak lahir. Faktor yang mempengaruhi munculnya minat seseorang tergantung pada kebutuhan fisik, sosial, emosi, dan pengalaman. Minat diawali oleh perasaaan senang dan sikap positif.
Dalam kehidupan ini kita akan selalu berkomunikasi atau berhubungan dengan orang lain, benda, situasi, dan aktivitas – aktivitas yang terdapat di sekitar kita. Dalam berhubungan tersebut kita mungkin bersikap menerima, membiarkan ataupun menolaknya. Apabila kita menaruh minat, itu berarti kita menyambut atau bersikap positif dalam berhubungan dengan objek atau lingkungan tersebut dengan demikian maka akan cenderung untuk memberi perhatian dan melakukan tindakan lebih lanjut.24 Secara sederhana minat dapat diartikan sebagai suatu kecenderungan untuk memberikan perhatian dan bertindak terhadap orang, aktivitas, atau situasi yang menjadi objek dari minat tersebut dengan disertai perasaan senang. Dalam batasan tersebut terkandung suatu pengertian bahwa didalam minat ada pemusatan perhatian subjek, ada usaha (untuk mendekati, mengetahui, memiliki, menguasai, berhubungan) dari subjek yang dilakukan dengan perasaan senang, ada daya penarik dari objek.
24
Abdul Rahman Shaleh, Muhbib Abdul Wahab,Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2004), Edisi Pertama , h. 262.
(52)
1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Timbulnya Minat
Cukup banyak faktor-faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya minat terhadp sesuatu, dimana secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu yang bersumber dari dalam diri individu yang bersangkutan (misal: bobot, umur, jenis kelamin, pengalaman, perasaan mampu, kepribadian), dan yang berasal dari luar mencakup lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Faktor lingkungan justru mempunyai pengaruh lebih besar terhadap timbul dan perkembangannya minat seseorang. Manakah dari ketiga macam lingkungan itu yang lebih berpengaruh, ini sangat sulit untuk menemukannya karena ada minat seseorang timbul dan berkembangnya lebih dipengaruhi oleh faktor keluarga, tetapi ada juga yang oleh lingkungan sekolah atau masyarakat., atau sebaliknya. Disamping itu juga karena objek dari minat itu sendiri sangat banyak sekali macamnya.25
Crow and crow (1973) berpendapat ada tiga faktor yang menjadi timbulnya minat, yaitu:
a. Dorongan dari dalam diri individu. Dorongan ingin tahu atau rasa ingin tahu akan membangkitkan minat untuk membaca, belajar, menuntut ilmu, melakukan penelitian, dan lain–lain.
25
Abdul Rahman Shaleh, Muhbib Abdul Wahab,Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2004), Edisi Pertama , h. 263.
(53)
b. Motif sosial, dapat menjadi faktor yang membangkitkan minat untuk melakukan suatu aktivitas tertentu. Minat untuk belajar atau menuntut ilmu pengetahuan dengan membaca timbul karena ingin mendapat penghargaan dari masyarakat, karena biasanya yang memiliki ilmu pengetahuan cukup luas (orang pandai) mendapat kedudukan yang tinggi dan terpandang dalam masyarakat.
c. Faktor emosional, minat mempunyai hubungan yang erat dengan emosi. Bila seseorang mendapatkan kesuksesan pada aktivitas akan menimbulkan perasaan senang, dan hal tersebut akan memperkuat minat terhadap aktivitas tersebut, sebaliknya suatu kegagalan akan menghilangkan minat terhadap hal tersebut.
Karena kepribadian manusia itu bersifat kompleks, maka sering ketiga faktor yang menjadi penyebab timbulnya minat tersebut tidak berdiri sendiri, melainkan merupakan suatu perpaduan dari ketiga faktor tersebut, akhirnya menjadi agak sulit bagi kita untuk menentukan faktor manakah yang menjadi awal penyebab timbulnya suatu minat.26
2. Macam–Macam Minat
Minat dapat digolongkan menjadi beberapa macam, ini sangat tergantung pada sudut pandang dan cara penggolongan misalnya
26
Abdul Rahman Shaleh, Muhbib Abdul Wahab,Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2004), Edisi Pertama , h. 265.
(54)
berdasarkan timbulnya minat, berdasarkan arahnya minat, dan berdasarkan cara mendapatkan atau mengungkapkan minat itu sendiri.
a. Berdasarkan timbulnya, minat dapat dibedakan menjadi minat
primitif dan minat kilturil. Minat primitif adalah minat yang timbul karena kebutuhan biologis atau jaringan - jaringan tubuh, misalnya kebutuhan akan makanan, perasaan enak atau nyaman, kebebasan beraktivitas. Minat kultural atau minat sosial, adalah minat yang timbulnya karena proses belajar, minat ini tidak secara langsung berhubungan dengan diri kita. Sebagai contoh: misalnya minat belajar, individu punya pengalaman bahwa masyarakat atau lingkungan akan lebih menghargai orang – orang terpelajar dan pendidikan tinggi, sehingga hal ini akan menimbulkan minat individu untuk belajar dan berprestasi agar mendapat penghargaan dari lingkungan, hal ini mempunyai arti yang sangat penting bagi harga dirinya.27
b. Berdasarkan arahnya, minat dapat dibedakan menjadi minat intrinsik
dan minat ekstrinsik. Minat intrinsik adalah minat yang langsung berhubungan dengan aktivitas itu sendiri, ini merupakan minat yang lebih mendasar atau minat asli. Sebagai contoh: seseorang belajar karena memang pada ilmu pengetahuan atau karena memeng senang
27
Abdul Rahman Shaleh, Muhbib Abdul Wahab,Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2004), Edisi Pertama , h. 266.
(55)
membaca, bukan karena ingin mendapatkan pujian atau penghargaan. Minatekstrinsikadalah minat yang berhubungan dengan tujuan akhir dari kegiatan tersebut, apabila tujuannya sudah tercapai ada kemungkinan minat tersebut hilang. Sebagai contoh: seseorang yang belajar dengan tujuan agar menjadi juara kelas atau lulus ujian saringan. Setelah menjadi juara kelas atau lulus ujian saringan minat belajarnya menjadi turun.
c. Berdasarkan cara mengungkapkan minat dapat dibedakan menjadi empat, yaitu: Expressed interest, Manifest interest, Tested interest, Inventoried interest.28
1. Expressed interest: adalah minat yang diungkapkan dengan cara meminta kepada subyek untuk menyatakan atau menuliskan
kegiatan–kegiatan baik yang berupa tugas maupun bukan tugas
yang disenangi dan paling tidak disenangi. Dari jawabannya dapatlah diketahui minatnya.
2. Manifest interest : adalah minat yang diungkapkan dengan cara mengobservasi atau melakukan pengamatan secara langsung terhadap aktivitas –aktivitas yang dilakukan subyek atau dengan mengetahui hobinya.
28
Abdul Rahman Shaleh, Muhbib Abdul Wahab,Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2004), Edisi Pertama , h. 267.
(56)
3. Tested interest : adalah minat yang diungkapkan cara menyimpulkan dari hasil jawaban tes objektif yang diberikan, nilai – nilai yang tinggi pada suatu objek atau masalah biasanya menunjukkan minat yang tinggi pula terhadap hal tersebut. 4. Inventoried interest : adalah minat yang diungkapkan dengan
menggunakan alat-alat yang sudah distandarisasikan, dimana biasanya berisi pertanyaan – pertanyaan yang ditujukan kepada subjek apakah ia senang atau tidak senang terhadap sejumlah aktivitas atau sesuatu objek yang ditanyakan.29
Perilaku benar didasari dengan apa yang paling diminatinya. Penalaran tahap dua kurang menunjukkan perhatian pada kebutuhan orang lain, hanya sampai tahap bila kebutuhan itu juga berpengaruh
terhadap kebutuhannya sendiri, seperti “kamu pukul tanganku, dan
akanku pukul juga tanganmu.” Dalam tahap dua perhatian kepada sesuatu hal tidak didasari oleh loyalitas atau faktor yang bersifat intrinsik (kehormatan yang dimiliki seseorang). Kekurangan perspektif (yang terlukiskan apa yang dilihat oleh mata) tentang masyarakat dalam tingkat
pra – kovensional (sebelum adanya kesepakatan). Berbeda dengan
kontrak sosial (tahap lima), sebab semua tindakan dilakukan untuk
29
Shaleh Abdul Rahman, Wahab Muhbib Abdul,Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Prenada Media, 2004), Edisi Pertama, hal. 262.
(57)
melayani kebutuhan diri sendiri saja. Bagi mereka dari tahap dua, perspektif dunia dilihat sebagai sesuatu yang bersifat relatif secara moral.30
Adapun minat sosial yang secara hakekat sudah ada didalam diri masing-masing seseorang untuk menanggapi suatu hal yang membuatnya mau berbuat. Minat sosial menjadi terjemahan yang kurang tepat dari
bahasa Jerman, Gemeinschafgefuhl. Terjemahan yang lebih tepat
mungkin “perasaan sosial” atau “perasaan komunitas.” Namun
Gemeinschafgefuhl mempunyai makna yang tidak dapat diekspresikan dalam kata-kata bahasa Inggris. Istilah itu mengandung makna suatu perasaan menyatu dengan kemanusiaan, menjadi anggota dari komunitas
umat manusia. Orang yang Gemeinschafgefuhl-nya berkembang baik,
berjuang bukan untuk superioritas pribadi tetapi untuk kesempurnaan semua orang dalam masyarakat luas. Jadi interes sosial adalah sikap keterikatan diri dengan kemanusiaan secara umum, serta empati kepada setiap anggota orang per-orang. Wujudnya adalah kerjasama dengan orang lain untuk memajukan sosial alih-alih untuk keuntungan pribadi.
Menurut Adler, interes sosial adalah bagian dari hakekat manusia dan dalam besaran yang berbeda muncul pada tingkahlaku setiap orang-kriminal, psikotik, atau orang yang sehat. Interes sosiallah yang membuat
30
Muhid Abdul, Fauziyah Nailatin, Balgies soffy, Mukhoyyaroh Tatik,Psikologi Umum, (Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press 2013), cet pertama, hal. 121.
(58)
orang mampu berjuang mengejar superiorita dengan cara yang sehat dan tidak tersesat. Semua kegagalan, neurotik, psikotik, kriminal, pemabuk, anak bermasalah, bunuh diri, menyeleweng, prostitusi –adalah kegagalan karena mereka kurang memiliki minat sosial. Mereka menyelesaikan masalah pekerjaan, persahabatan, dan seks tanpa keyakinan bahwa itu dapat dipecahkan dengan kerjasama. Makna yang diberikan kepada kehidupannya adalah nilai privat. Tidak ada orang lain yang mendapat keuntungan berkat tercapainya tujuan mereka. Tujuan keberhasilan mereka adalah superioritas personal, dan kejayaan/keberhasilan mereka hanya berarti bagi mereka sendiri.
Dari pengertian minat sosial tersebut, dibagi dua hal:
1. Perkembangan Minat Sosial
Walaupun minat sosial itu dilahirkan, menurut Adler terlalu lemah atau kecil–untuk dapat berkembang sendiri.31
2. Perlunya Minat Sosial
Kehidupan sosial dalam pandangan Adler merupakan sesuatu yang alami bagi manusia, dan minat sosial adalah perekat kehidupan sosial itu. perasaan interior dibutuhkan untuk menjadi bersama
membentuk masyarakat.32
31
Alwisol,Psikologi Kepribadian, (Malang: UMM Press 2009), edisi revisi, hal. 70.
32
(59)
Bias gender pada kebanyakan masanya, masyarakat kita memiliki bias gender yang kuat, suatu pendapat yang telah terbentuk sejak dahulu mengenai kemampuan perempuan dan laki-laki yang menghambat individu untuk mengejar minat dan mengembangkan potensinya masing.masing.
Pengertian minat juga dapat dihubungkan dengan rasa ingin atau
kemauan dalam diri masing–masing individu. Kemauan adalah dorongan
kehendak yang terarah pada tujuan–tujuan hidup tertentu, dan
dikendalikan oleh pertimbangan akal budi. Jadi pada kemauan itu ada kebijaksanaan akal dan wawasan, juga ada kontrol dan persetujuan dari pusat kepribadian. Oleh kemauan, timbullah dinamika dan aktivitas manusia yang diarahkan pada pencapaian tujuan final/akhir.
Kemauan merupakan dorongan keinginan pada setiap manusia untuk membentuk dan merealisasikan diri (Menjangkau atau menggapai sesuatu yang ada di dalam diri seseorang), dalam pengertian: mengembangkan segenap bakat dan kemampuannya, serta meningkatkan taraf kehidupan. Jelasnya, dengan kemauan kuat diri sendiri itu dijadikan
“proyek” untuk dibangun dan diselesaikan, sesuai dengan gambaran ideal tertentu.33
Dari kesimpulan pengertian minat tersebut, akan timbul salah satu minat seseorang yang menjadi pokok utamanya, yang berkaitan dengan
33
(60)
media cetak yakni minat membaca. Pada dasarnya, jika seseorang masih memiliki sebuah minat untuk membaca, maka proses media cetak itu sendiri juga akan terus berkembang dan berjalan untuk memuaskan hati masyarakat luas dalam memberikan serta menyampaikan sebuah informasi penting yang positif.
Pengertian minat baca menurut pendapat para ahli berikut ini : a. Liliawati mengartikan minat baca adalah suatu perhatian yang kuat dan
mendalam disertai dengan perasaan senang tarhadap kegiaan membaca sehingga dapat mengarakan seseorang untuk membaca dengan kemauannya sendiri.34
b. Sinambela mengartikan minat baca sebagai sikap positif dan adanya rasa keterikatan dalam diri terhadap aktivitas membaca dan tertarik terhadap buku bacaan.
c. Ginting mendefinisikan minat baca adalah bentuk-bentuk prilaku yang terarah guna melakukan kegiatan membaca sebagai tingkat kesenangan yang kuat dalam melakukan kegiatan membaca karena menyenangkan dan memberikan nilai.
Minat baca merupakan karakteristik tetap dari proses pembelajaran
sepanjang hayat yang berkontribusi pada perkembangan, seperti
34
(61)
memecahkan persoalan, memahami karakter orang lain, meenimbulkan rasa aman, hubungan interpersonal yang baik serta penghargaan yang bertambah terhadap aktivitas keseharian.
Dari berbagai definisi minat baca tersebut dapat disimpulkan, bahwa minat baca merupakan aktivitas yang dilakukan dengan penuh ketekunan dan cenderung menetap dalam rangka membangun pola komunikasi dengan diri sendiri agar pembaca dapat menemukan makna tulisan dan memperoleh infomasi sebagai proses transmisi pemikiran untuk mengembangkan intelektualitas dan pembelajaran sepanjang hayat.
E. Konsumsi Media
Media telah menjadi bagian dari kehidupan kita. Setiap harinya, kita mendapatkan informasi dan melakukan sebagian besar kegiatan kita dengan bantuan media. Contohnya, hal pertama yang dilakukan orang ketika baru bangun tidur. Kebanyakan orang zaman sekarang akan mengecek smartphonenya terlebih dahulu. Sumber berita sehari-hari kita lebih akurat jika didapat dari media dibanding lewat mulut ke mulut.
Media yang begitu besar pengaruhnya terhadap kehidupan manusia membuat orang tertarik untuk menelitinya. Dari hasil penelitian inilah, tercipta berbagai teori paparan media yang berhubungan dengan komunikasi dan penggunanya.
(62)
F. Konsumsi Terhadap Media Cetak
Begitu pula yang terjadi dengan konsumsi media cetak. Dimana masyarakat akan lebih berpihak kepada buku, koran, atau majalah untuk menjadi pegangannya sehari-hari untuk mendapatkan sebuah informasi penting setiap harinya dibandingkan dengan media elektronik seperti membaca secara online, melihat berita di televisi atau radio, dan lain sebagainya.
Kebanyakan yang mengkonsumsi media cetak saat ini adalah masyarakat dan warga yang sudah lanjut usia. Karena untuk menjaga kesehatan matanya dari sinar radiasi tidak baik yang dihasilkan oleh barang-barang atau benda-benda elektronik pada umumnya.
Tersebarnya surat kabar atau majalah, tentu akan melibatkan pembaca untuk mengkonsumsi bacaan yang ditawarkan oleh suatu perusahaan media cetak tersebut. Banyak hal yang ingin diberitahukan oleh majalah kepada para pembaca setianya. Jika hal yang disampaikan tersebut menarik, maka pembaca akan terus mengkonsumsi bahan bacaan tersebut setiap kali terbit.35 Karena bagi mereka itu sangat penting dan tak boleh terlewatkan. Selain itu juga menariknya suatu bacaan pada majalah, dapat menigkatkan minat membaca pada diri seseorang.
35
Rolnicki Tom E, Tate C. Dow and Taylor Sherri A., Pengantar Dasar Jurnalisme (Scholastic Journalism) , (Jakarta: Kencana Prenada Media Group), Edisi Kesebelas, h.204.
(63)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Dalam suatu penelitian karya ilmiah, terlebih dahulu dipahami metodologi peneilitian. Metodologi penelitian yang dimaksud merupakan seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah sistematik dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan masalah-masalah tertentu. Penelitian adalah suatu metode studi yang dilakukan seseorang melalui penyelidikan secara hati-hati dan sempurna terhadap suatu masalah, sehingga diperoleh pemecahan yang tepat pada masalah tersebut.1
Dalam melakukan penelitian untuk memperoleh fakta yang dipercaya kebenarannya, maka metode penelitian itu penting artinya karena sebuah penelitian dapat dinilai valid atau tidaknya itu berdasarkan ketetapan-ketetapan penggunaan metode penelitiannya. Dalam dunia penelitian, kita mengenal berbagai jenis penelitian antara lain: penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif dan penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif.2Kedua jenis penelitian inilah yang dijadikan metode untuk mendapatkan kebenaran yang dibangun atas dasar-dasar teori dan perkembangan dan penelitian yang sistematis atas dasar empiris
1
Imam Suprayogo,Metode Penelitian Sosial Agama(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), h. 6
2
(1)
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil analisis data diatas, maka dapat penulis simpulkan bahwa tingkat Pemilihan Tabloid NURANi bagi masyarakat daerah Ketintang Surabaya dikatagorikan sangat kurang dengan nilai persentase sebesar 0,656 %. Dari segi minat dalam memilih tabloid NURANi rata-rata masyarakat belum dapat memahami, mengetahui serta mengkonsumsi tabloid tersebut dengan baik.
B. Saran-saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka dapat diajukan saran-saran sebagai berikut :
1. Bagi Masyarakat Ketintang
Masyarakat diharapkan mampu mengembangkan dan mengoptimalkan minat atau rasa ingin membaca serta mencari berbagai informasi – informasi pada media cetak termisalkan pada Tabliod NURANi disekitarnya dengan meningkatkan rasa ingin tahu dan ketertarikan pada media cetak yang masih beredar, sebab rasa ingin tahu ini memiliki peran dalam keberhasilan sebuah media cetak untuk membuat masyarakat disekitarnya tidak hanya bergantung pada media elektronik saja. Baik untuk para pelajar atau yang sudah bekerja,
(2)
✂✄ ☎
maka disarankan kepada pihak – pihak tertentu agar memasukkan unsur-unsur minat membaca yang tinggi dalam menyampaikan materi. 2. Bagi Tabloid NURANi
Pimpinan dan para staff yang lainnya diharapkan untuk lebih memahami masyarakat disekitarnya yang kurang memiliki rasa minat membaca dan memberikan mereka beberapa layanan dalam setiap penerbitannya tabloidnya secara continue, baik itu berupa layanan bimbingan kelompok maupun konseling individu yang bisa membuat masyarakat lebih tertarik dan mengetahui dengan baik apa saja yang ditonjolkan oleh tabloid tersebut.
3. Bagi Peneliti lain
Bagi peneliti lain diharapkan agar menambah wawasan khususnya hubungan pemilihan media cetak di sebuah daerah tertentu dengan masyarakat disekitarnya. Serta dapat menambah teori-teori baru yang dapat memperbarui hasil penelitian skripsi ini, karena keterbatasan pengetahuan maka skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, kritik dan saran anda sangat saya harapkan untuk kesempurnaan skripsi ini.
Dengan selesainya penelitian skripsi ini, penulis menyadari bahwa penelitian ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun amatlah penulis harapkan. Dan semoga apa yang sudah penulis persembahkan ini nantinya akan menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
(3)
DAFTAR PUSTAKA
Alwisol, Psikologi Kepribadian,cetakan ketujuh, Malang: UMM Press
Aziz, Moh. Ali, Ilmu Dakwah, cetakan kedua, Jakarta: Kencana, Prenada Media Group
Azwar, Saifuddin, Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Baran, Stanley J, Pengantar Komunikasi Massa, Melek Media & Budaya, Jilid 1 Edisi 5, Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama
Bonan Stanley J, 2012, Pengantar Komunikasi Massa, Melek Media dan Budaya. Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama
Cangara, Hafied, Pengantar Ilmu Komunikasi, cetakan pertama, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada
Danesi Marcel, 2010, Pengantar Memahami Semiotika Media. Yogyakarta: Percetakan jalasutra
Danesi, marcel, Pengantar Memahami Semiotika Media, cetakan pertama, Yogyakarta: Jalasutra Anggota IKAPI
Effendy, Onong Uchjana, Dinamika Komunikasi, cetakan kedua, Bandung: PT Remaja Rosdakarya
eprints.uny.a.id/7637/3, BAB II Kajian Teori, Kajian Pustaka,Pengertian Minat. Hadi, Sutrisno, Metodologi Research, cetakan keduapuluh Jilid II, Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada
Hamid Farid dan Budianto Heri, 2011, Ilmu Komunikasi, Sekarang dan Tantangan Masa Depan. Jakarta: Kencana, Prenada Media Group
(4)
12✆
Hasil penelitian dengan mengambil data dan wawancara dengan kepala redaksi tabloid NURANi pada tanggal 14 April 2016
Hasil penelitian dengan mengambil data dari kelurahan Ketintang pada tanggal 14 April 2016
Hasil Penelitian terdahulu oleh Nurul Adhani, Makna Pesan Dakwah dalam Foto Busana Muslim Rubrik Modis Pada Majalah Aulia (Analisis Semiotik Melalui Pendekatan Model Roland Barthes), Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Idrus Muhammad, 2009, Metode Penelitian Ilmu sosial. Yogyakarta: Penerbit Erlangga
Idrus, Muhammad, Metode Penelitian Ilmu Sosial, Edisi Kedua, Yogyakarta: PT Gelora Aksara Pratama
Kartono, Kartini, Psikologi Umum,cetakan ketiga, Bandung: Mandar Maju Maryani Eni, 2011, Media dan Perubahan Sosial. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Mcquail, Denis, Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Edisi Kedua, Jakarta: PT Gelora Aksara
Moleong, Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif, cetakan keduapuluhenam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Muhid, Abdul, Nailatin Fauziyah, Soffy Balgies dan Tatik Mukhoyyaroh, Psikologi Umum, Surabaya: CV Mitra Media Nusantara
Mulyana, Deddy, Media dan Perubahan Sosial (Suara Perlawanan Melalui Radio Komunitas),cetakan pertama, Bandung: PT Remaja Rosdakarya
(5)
130
Mulyana, Deddy. Anwar Arifin and Hafied Cangara, Ilmu Komunikasi Sekarang dan Tantangan Masa Depan, cetakan pertama, Jakarta: Kencana, Prenada Media Group
Nazir Moh, 2011, Metode Penelitian. Bogor: Penerbit ghalia Indonesia, Cet. Ketujuh
Prof. Dr. Sugiyono, 2013, Metode Penelitian Pendidikan, (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: ALFABETA, cv
Rivai Veithzal, 2012, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Rivai, Veithzal. Deddy Mulyana, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi,
cetakan kesembilan, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada
Rivers, William L, Theodore Peterson & Jay W. Jensen, Media Massa dan Masyarakat Modern, Edisi Kedua, Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Rolnicki, Tom E. Dow Tate and Sherri A. Taylor, Pengantar Dasar Jurnalisme,
cetakan pertama, Jakarta: Kencana, Prenada Media Group
Santrock, John W, Life Span Development (Perkembangan Masa Hidup), edisi ketigabelas Jilid I, Jakarta: PT Gelora Aksara
Shaleh, Abdul Rahman, Muhbib Abdul Wahab, Suatu Pengantar Psikologi Dalam Perspektif Islam,Edisi Pertama, Jakarta: Kencana Prenada Media
Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian, cetakan kesembilanbelas, Bandung: Alfabeta
(6)
131
Suprayogo, Imam, Tobroni, Metodologi Penelitian Sosial-Agama, cetakan pertama, Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Suranto Aw, Komunikasi Sosial Budaya, cetakan pertama, Yogyakarta: Graha Ilmu
Vivian John, 2008, Teori Komunikasi Massa, edisi kedelapan. Jakarta: Kencana, Prenada Media Group