Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Implementasi Kebijakan Pemerintah Daerah dalam Penempatan Guru Sekolah Dasar di Kabupaten Sumba Timur T2 942011070 BAB IV

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi (Profil) Pendidik Sekolah Dasar
di Kabupaten Sumba Timur
Otonomi daerah menjadi peluang pemerintah
Kabupaten Sumba Timur dalam pemecahan masalah
pendidikan sesuai kebutuhan dan aspirasi masyarakat.
Kewenangan

dalam

bidang

pendidikan

menjadi

tanggung jawab pemerintah Kabupaten Sumba Timur
bersama
akan


masyarakat dalam

pendidikan

pendidikan

dan

meningkatkan

memenuhi

diantaranya
tenaga

sarana

kebutuhan
prasarana


pendidik

dalam

akses

pendidikan

pemerataan

rangka
serta

mutu sumber daya manusia yang berkualitas.
Sebagaimana

yang

telah


ditetapkan

dalam

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan

Nasional pasal 2 ayat 1

menyebutkan

Pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan
layanan

dan

kemudahan,

serta


menjamin

terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap
warga negara tanpa deskriminasi.
Dalam
jawabnya
Kabupaten

melaksanakan

dalam

bidang

Sumba

tugas

dan


pendidikan,

Timur

telah

tanggung
pemerintah
menjamin

terselenggaranya pendidikan dari satuan pendidikan
anak usia dini serta satuan pendidikan dasar dan
51

menengah hingga pada tingkat kecamatan, kelurahan
dan desa. untuk tingkat satuan pendidikan dasar
dalam hal ini sekolah dasar (SD) sampai pada tahun
2012 di Kabupaten Sumba

Timur


terdapat 167

Sekolah Dasar Negeri (SDN) dan Sekolah Dasar Swasta
sebanyak 69 unit. Adapun penyebaran sekolah dasar di
Kabupaten Sumba Timur dijabarkan dalam tabel 4.1
berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten
Sumba Timur tahun 2012.
Tabel 4.1 Banyak Sekolah Dasar Menurut Status Dirinci
Tiap Kecamatan (diolah)
No

Kecamatan

Sekolah Dasar
Jumlah
Negeri
Swasta
1
Lewa

8
5
13
2
Nggaha Ori Angu
8
3
11
3
Lewa Tidahu
4
2
6
4
Katala Hamu Lingu
4
1
5
5
Tabundung

5
5
10
6
Pinu Pahar
5
2
7
7
Paberiwai
6
4
10
8
Karera
7
2
9
9
Matawai Lapau

7
3
10
10 Kahaungu Eti
9
4
13
11 Mahu
5
2
7
12 Ngadu Ngala
6
2
8
13 Pahunga Lodu
11
2
13
14 Wula Waijelu

8
1
9
15 Rindi
11
1
12
16 Umalulu
8
7
15
17 Pandawai
15
2
17
18 KambataMapaMbuhang
9
9
19 Kota Waingapu
11

7
18
20 Kambera
8
10
18
21 Haharu
6
2
8
22 Kanatang
6
2
8
Sumba Timur
167
69
236
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumba Timur (2012)

52

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa di Kabupaten
Sumba Timur pada setiap kecamatan sudah memiliki
satuan pendidikan termasuk di dalamnya sekolah
dasar baik itu sekolah negeri maupun sekolah yang
didirikan oleh masyarakat atau swasta. Dimana dalam
sebaran sekolah dasar pada tiap kecamatan sangat
beragam, untuk kecamatan dengan jumlah sekolah
dasar paling sedikit yaitu di kecamatan Katala Hamu
Lingu dengan 5 unit sekolah dasar diantaranya 4
(empat) unit sekolah negeri dan 1 (satu) unit sekolah
swasta, sedangkan untuk kecamatan dengan jumlah
sekolah dasar terbanyak yaitu pada kecematan Kota
Waingapu dan kecamatan Kambera dengan masingmasing sebanyak 18 unit sekolah, dengan rincian 11
sekolah negeri dan 7 sekolah swasta yang berada di
Kecamatan

Kota

Waingapu,

sedangkan

untuk

Kecematan Kambera sekolah negeri sebanyak 8 unit
dan 10 unit sekolah swasta.
Dengan keberadaan Sekolah Dasar yang cukup
beragam pada setiap kecamatan di Kabupaten Sumba
Timur, serta letak sekolah dengan desa-desa atau
perkampungan yang belum mempunyai akses jalan
yang baik juga sangat beragam. Sehingga anak didik
yang hendak ke-sekolah harus menempuh jarak yang
jauh bahkan alat transportasi tidak ada. Terutama
kecematan-kecematan yang jumlah sekolah dasarnya
sedikit, dimana anak-anak didik membutuhkan waktu
53

yang banyak untuk mencapai sekolah mereka, untuk
berangkat kesekolah biasanya mereka mulai berangkat
dari rumah pukul 5 (lima) pagi dengan modal berjalan
kaki.
Selain persolaan jarak yang harus ditempuh oleh
anak didik pada saat hendak ke sekolah, ketersediaan
guru di sekolah yang akan mendidik dan mengajarkan
mereka suatu pengetahuan juga masih sangat kurang,
dengan jumlah guru yang kurang pada setiap sekolah
tentu akan mempengaruhi proses belajar anak didik
yang tidak maksimal. Berdasarkan hasil wawancara
dengan
Olahraga

pejabat

Dinas

Kabupaten

Pendidikan
Sumba

Timur

Pemuda

dan

mengatakan

bahwa:
Yang menjadi kendala dalam kekurangan
guru
di Kabupaten
Sumba
Timur
disebabkan karena selama tiga tahun
terakhir
tidak
adanya
pembukaan
penerimaan CPNS baru, dan juga adanya
pembukaan sekolah baru. Kendala lain
dimana
juga
kurangnya
animo
masyarakat untuk menjadi guru.
Dengan

tidak

adanya

penerimaan

CPNS

di

Kabupaten Sumba Timur dalam kurun waktu 3 (tiga)
tahun terakhir

dan juga adanya pembukaan sekolah

baru dengan disertai kurangnya animo masyarakat
untuk menjadi seorang guru, tentu
mengakibatkan

bertambahnya
54

jumlah

hal ini akan
kekurangan

tenaga pendidik kususnya guru sekolah dasar yang
cukup besar.
Sedangkan dilain pihak pertumbuhan anak usia
sekolah dari tahun ke tahun semakin bertambah.
Seperti yang ditunjukkan dalam tabel 4.2 tentang data
siswa

sekolah dasar kabupaten Sumba Timur dari

tahun 2006-2011 menunjukkan pertambahan siswa
dari tahun ke tahun cukup besar .

Tabel 4.2
Data Siswa Sekolah Dasar Tahun 2006-2011
No

Tahun Ajaran

1
2
3
4
5
6

2006/2007
2007/2008
2008/2009
2009/2010
2010/2011
2011/2012

Jumlah siswa
SD
Negeri Swasta
22908
11793
23758
12273
24596
12669
24752
13500
26350
11572
25812
12872

Sumber: Renstra Dinas Pendidikan
Olahraga Tahun 2011-2015

Jumlah

34701
36031
37265
38252
37922
38684

Pemuda

Dan

Dengan bertambahnya jumlah anak usia sekolah
dasar yang cukup bersar dari tahun ketahun tentu
diharapkan adanya penambahan ketersediaan guru
yang memadai, agar didalam proses pembelajaran anak
didik dapat maksimal dan tidak terabaikan. Sampai
pada tahun 2013 jumlah tenaga pendidik (guru PNS)
sekolah dasar di Kabupaten Sumba Timur sebanyak
1303 orang guru PNS, sedangkan berdasarkan data
55

Dinas

Pendidikan

Pemuda

dan

Olahraga

menggambarkan kebutuhan guru sekolah dasar di
Kabupaten Sumba Timur untuk mendukung proses
pendidikan yang bermutu memerlukan tenaga pendidik
sebanyak 2534 orang guru, melihat bahwa ketersedian
guru belum memenuhi kebutuhan yang diperlukan,
maka

kekurangan

guru

PNS

sekolah

dasar

di

Kabupaten Sumba Timur sampai saat ini sebanyak
1231

orang

menggambarkan

guru.

Berikut

kebutuhan

dalam
dan

tabel

kondisi

4.3

tenaga

pendidik pada jenjang satuan pendidikan Sekolah
Dasar di Kabupaten Sumba Timur.

56

Tabel 4.3
Data Guru PNS SD Kabupaten Sumba Timur,
Dirinci Tiap Kecamatan. (di ol ah)
No

Kecematan

Jumlah
siswa

Jumlah
Rombel

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

Kota Waingapu
5629
191
Kambera
4745
176
Pandawai
2903
138
Umalulu
2233
99
Rindi
1697
86
Pahunga Lodu
1831
87
Wulla Waijelu
1130
68
Ngadu Ngala
967
48
Karera
1026
59
Paberiwai
1283
65
Mahu
725
42
Matawai Lapau
1194
66
Kahaungu Eti
1442
80
Kabata
680
52
Mapabuhang
15 Nggaha
Ori
1477
85
Angu
16 Pinu Pahar
1152
55
17 Tabundung
1636
81
18 Haharu
1074
48
19 Kanatang
1368
63
20 Lewa
2802
92
21 Lewa Tidahu
921
38
22 Katala
Hamu
725
30
Lingu
23 SD Kecil
286
16
Total
38926
1765
SD Kecil: merupakan SD Paralel yang
kecamatan
Sumber: Dinas Pendidikan Pemuda Dan
03 Juni 2013

Keadaan guru
Kebu Yang Keku
tuha
ada
ranga
n
n
257
220
37
239
201
41
192
106
82
146
89
72
125
55
70
123
63
65
101
40
62
72
26
46
89
33
56
98
33
64
63
20
43
90
29
61
199
36
83
79
24
54
111

39

82

79
114
72
90
128
56
45

32
40
19
60
82
30
15

47
74
53
30
53
26
30

46
11
36
2534 1303 1231
tersebar di setiap
Olahraga, Keadaan

Dari tabel 4.3 menunjukkan bahwa kekurangan
jumlah guru yang tersebar pada tiap sekolah dasar di
57

Kabupaten

Sumba

Timur

sangatlah

besar

yaitu

sebanyak 1231 orang, bila dilakukan analisa dengan
perhitungan rasio guru terhadap murid sebenarnya
jumlah guru sekolah dasar di Kabupaten Sumba Timur
sangat ideal dimana dengan jumlah guru 1303 serta
jumlah siswa 38926 maka rasio guru terhadap siswa
yaitu 1:30, hal ini sangat ideal dengan petunjuk teknis
dalam SKB 5 Menteri yang menyebutkan rasio ideal
guru terhadap murid yaitu 20-30.
Namun

pada

pendistribusian

kenyataannya

guru

tidak

di

lapangan

sesuai dengan

jumlah

kebutuhan untuk memenuhi rombongan belajar yang
ada. Hanya pada kecamatan Kota Waingapu yang
jumlah gurunya dalam setiap sekolah dasar melebihi
rombongan

belajar

yang

ada,

dimana

guru

PNS

sebanyak 220 dengan robongan belajar sebanyak 191.
Sedangkan sekolah-sekolah di kecamatan yang
lain jumlah guru yang ada tidak memenuhi kebutuhan
rombongan

belajar

yang

ada,

sebagai

contoh

di

Kecamatan Kahaungu Eti dengan jumlah rombongan
belajar sebanyak 80, sedangkan guru yang ditempatkan
hanya sebanyak 36 orang dari 13 unit sekolah dasar.
Bila dilakukan perhitungan untuk kebutuhan
guru

berdasarkan

SKB

5

Menteri

yang

harus

ditempatkan pada sekolah dasar disesuaikan dengan
jumlah rombongan belajar, paling kurang jumlah guru
yang harus ditempatkan pada sekolah-sekolah dasar di
58

kecamatan Kahaungu Eti adalah sebanyak 80 orang
guru, maka sejauh ini masih kekurangan sebanyak 44
orang guru, bila di reratakan berarti selama ini guru
pada sekolah-sekolah dasar dalam kecamatan yang
mengalami kekurangan guru harus mengampu atau
mengajar lebih dari satu rombongan belajar.
Dengan jumlah guru sekolah dasar yang sangat
terbatas

di

Kabupaten

Sumba

Timur

serta

pendistribusiannya pada sekolah-sekolah dasar yang
kurang merata sesuai kebutuhan, maka ini akan
menjadi dasar masalah dalam kegiatan pendidikan
yang akan berlangsung di sekolah terutama

bagi

kualitas proses belajar anak didik.
Dalam proses belajar mengajar bagi sekolahsekolah yang kekurangan guru, tentu akan menjadi
kurang maksimal serta menjadi tidak efesien. sehingga
akan dapat menpengaruhi perkembangan sumber daya
manusia (SDM) anak didik, karena

dalam proses

belajarnya di sekolah tidak diperoleh secara maksimal
sesuai dengan jam belajar yang telah ditetapkan oleh
pemerintah. Seperti hasil wawancara dengan salah satu
guru

komite SDI Laimeta di Kecamatan Kambata

Mapabuhang mengatakan bahwa:
Dilakukan dengan cara merotasi
anak-anak didik pada saat kegiatan
belajar mengajar, dalam satu kelas
akan di gabung antara kelas 1 (satu)
dan kelas 2 (dua), kelas 3 (tiga) dan
59

kelas 4 (empat), kelas 5 (lima) dan
kelas 6 (enam), setelah mengajarkan
materi dikelas yang pertama baru
melanjutkan kegiatan mengajar untuk
kelas yang kedua.
Pola penggabungan kelas dalam melaksanakan
proses belajar mengajar yang terjadi di SDI Laimeta
merupakan cerminan dalam proses belajar mengajar
pada setiap sekolah-sekolah dasar yang masih memiliki
masalah kekurangan tenaga guru yang cukup besar di
Kabupaten Sumba Timur.
Dengan proses belajar mengajar yang seperti itu
tentu akan mempengaruhi hasil dari proses belajar
yang berlangsung, dimana anak-anak didik secara
tingkat pemahaman akan materi di kelas menjadi
kurang

dan

tidak

maksimal.

Bahkan

tingkat

pengetahuan mereka akan berbanding terbalik dengan
anak-anak yang bersekolah diperkotaan atau sekolah
yang secara jumlah tenaga pendidik cukup memadai.
Padahal dalam UU No 20
Sistem

Pendidikan

Tahun 2003 Tentang

Nasional,

pasal

41

ayat

3

disebutkan bahwa “pemerintah dan pemerintah daerah
wajib memfasilitasi satuan pendidikan dengan pendidik
dan

tenaga

kependidikan

yang

diperlukan

untuk

menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu”.
Mengacu

pada

kondisi

ril

tentang

keadaan

jumlah pendidik yang sangat minim pada beberapa
sekolah yang terjadi di Kabupaten Sumba Timur, ini
60

berarti pemerintah pusat maupun pemerintah setempat
belum secara baik memenuhi kewenangan yang telah
diberlakukan seperti yang disebutkan dalam pasal 41
ayat 3

UU

Pendidikan

No 20

Tahun

Nasional,

2003

untuk

Tentang

Sistem

memfasilitasi

serta

memenuhi kebutuhan tenaga pendidik yang memadai
guna

mewujudkan

pendidikan

yang

bermutu

di

Kabupaten Sumba Timur.
Selain

karena

masalah

kurangnya

tenaga

pendidik di sekolah-sekolah pendalaman yang dapat
mempengaruhi

proses

bermutu,

lain

hal

atau

yang

kegiatan

belajar

menyebabkan

yang

kurangnya

tingkat pemahaman anak didik akan suatu materi yang
menyebabkan sumber daya manusianya (SDM) kurang
baik, ini dikarenakan ketika anak pulang sekolah harus
membantu orang tuanya keladang dan ke padang,
sehingga

jam

membantu
mampu

belajar

orangtua

untuk

di

rumah

yang secara

memenuhi

terpakai

untuk

ekonomi kurang

kebutuhan

keluarga,

sehingga waktu anak untuk tetap belajar di rumah
sangat minim.
Serta

ditambah lagi dengan masalah tingkat

pengetahuan orang tua yang tidak tamat sekolah dasar
bahkan masih terdapat orang tua yang buta huruf atau
tidak

tahu

kurangnya

baca

tulis,

pengetahuan

sehingga
orang

61

dengan

tua

maka

masalah
secara

otomatis anak didik tidak mendapatkan bimbingan
belajar secara kusus dari orangtua di rumah.
Dalam tabel 4.4 menunjukkan indikator melek
huruf dan buta huruf dari angka persentase penduduk
10 tahun keatas yang memiliki kepandaian membaca
dan menulis di kabupaten Sumba Timur. Indikator ini
merupakan gambaran yang sangat mendasar dari
tingkat

pendidikan

persentase
menulis

penduduk

penduduk,
yang

karena

dapat

semakin besar maka

besar

apabila

membaca

dan

kemungkinan

menunjukkan bahwa anak didik ketika pulang sekolah
mendapatkan bimbigan belajar secara kusus atau
perhatian dari orang tua untuk menengembangkan
potensi yang dimiliki.

Tabel 4.4
Persentase penduduk yang berumur 10 tahun keatas
menurut Jenis kelamin dan kepandaian membaca
dan menulis (di ol ah)
Kepandaian
Tahun 2009
Tahun 2010
Tahun 2011
Membaca
LK
Pr
LK
Pr
LK
Pr
dan Menulis
84,66 90,65 89,49 83,37 87,68 85,54
Dapat
membaca
dan Menulis
Buta huruf
15,34 9,35 10,51 16,63 12,31 14,46
Sumba
100
100
100
100
100
100
Timur
Sumber: survey social ekonomi nasional 2008-2011 (dalam
RKPD 2013)

Hingga pada tahun 2011 penduduk yang masih
buta

huruf

di

Kabupaten
62

Sumba

Timur

masih

sangatlah besar, dalam tabel 4.4 mengambarkan bahwa
sebanyak

12,31

persen

penduduk

laki-laki

di

Kabupaten Sumba Timur masih buta huruf, serta
penduduk perempuan sebanyak 14,46 persen

juga

masih tergolong dalam penduduk buta huruf.
Hal ini imbasnya akan dialami oleh anak-anak
yang secara langsung orang tua mereka tergolong buta
huruf, dimana ketika pulang sekolah besar kemungkin
tidak akan adanya bimbingan kusus dari orangatua,
sehingga anak-anak ini hanya berharap dapat belajar
disekolah secara maksimal. Oleh karena itu pemerintah
selaku pembuat kebijakan perlu untuk mengkaji ulang
secara baik penempatan guru yang merata kususnya
pada daerah-daerah terpencil, sehingga proses belajar
anak dapat maksimal di sekolah.
Berbeda

dengan

anak-anak

yang

sekolah

diperkotaan atau dalam tanda kutip ekonomi serta
tingkat pendidikan orang tuanya lebih baik, dimana
selain di sekolah jam belajarnya maksimal karena
ketersedian guru yang memadai dan sarana prasarana
yang

lengkap,

juga

ketika

pulang

sekolah

ada

tambahan jam less atau belajar serta adanya perhatian
kusus

dari

orangtua

untuk

membimbing

dan

membantu mereka dalam belajar.
Dengan

fenomena

seperti

ini,

pemerintah

Kabupaten Sumba Timur penting untuk mengambil
sebuah langkah atau menetapkan kebijakan yang tepat
63

untuk memperhatikan anak-anak yang bersekolah di
pedalaman yang mana pada sekolah di tempat ini
jumlah gurunya sangat terbatas dan sarana prasarana
yang terbatas pula.
Di lain sisi dengan masalah jumlah guru yang
masih

sangat terbatas

yang dapat mempengaruhi

proses pembelajaran serta perkembangan anak didik,
juga secara kualifikasi akademik yang dimiliki oleh
guru-guru sekolah dasar di Kabupaten Sumba Timur
secara

keseluruhan

kualifikasi akademik

belum

memenuhi

standar

yang harus dimiliki seorang

tenaga pendidik/guru pada tingkat satuan pendidikan
dasar. Tabel 4.5 menunjukkan jenjang pendidikan yang
dimiliki oleh guru-guru sekolah dasar di Kabupaten
Sumba Timur:

64

Tabel 4.5 Kualifikasi Akademik Guru PNSD,
Tahun Pelajaran 2012/2013. Dirinci per kecamatan
N
Kecamatan
Jenjang Pendidikan
Juml
o
ah
S1 D3 D2 D1 SLTA
total
1 Kota Waingapu
40
83
3
94
220
2 Kambera
46
2
71
81
201
3 Pandawai
19
49
1
37
106
4 Umalulu
11
1
61
33
89
5 Rindi
8
26
21
55
6 Pahunga Lodu
10
31
1
21
63
7 Wula Waijelu
6
22
12
40
8 Ngadu Ngala
10
16
26
9 Karera
3
13
17
33
10 Paberwai
3
11
19
33
11 Mahu
1
10
9
20
12 Matawai Laupau
1
1
17
10
29
13 Kahaungu Eti
2
1
15
18
36
14 Kambata
3
1
4
16
24
Mapabuhang
15 Nggaha Ori Angu
7
18
15
40
16 Katala
Hamu
2
4
9
15
Lingu
17 Tabundung
1
19
1
19
40
18 Pinu Pahar
15
17
32
19 Lewa Tidahu
3
11
16
30
20 Lewa
8
32
42
82
21 Kanatang
7
33
20
60
22 Haharu
2
10
7
19
23 SD KECIL
1
9
12
22
184
6
552
6
555
1303
Total
Keterangan: SD KECIL adalah sekolah paralel yang tersebar di pada
daerah pedalaman
Sumber : Dinas Pendidikan Pemuda Dan Olahraga, Kab. Sumba Timur
(diolah)

Selain keadaan guru sekolah dasar yang belum
mencukupi kebutuhan secara kuantitas atau jumlah
minimum serta kurang meratanya dalam penempatan,
65

juga secara kualifikasi akademik guru sekolah dasar di
Kabupaten Sumba Timur belum memenuhi standar
kualifikasi akademik sesuai dengan standar tenaga
pendidik yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Dalam tabel 4.5 menggambarkan bahwa dari
1303 guru PNS yang berpedidikan S1 hanya sebanyak
184 orang, DIII 6 orang, DII 552 orang, DI 6 orang dan
SLTA sebanyak 555 orang. Dari data tersebut dapat
katakan bahwa sekitar 86% guru PNS sekolah dasar di
Kabupaten Sumba Timur belum memenuhi standar
minimum sebagai syarat seorang pengajar bila dilihat
dari kualifikasi akademik. Ironisnya lagi sebagian guru
yang belum memenuhi standar kualifikasi akademik,
mereka hanyalah lulusan SMA yaitu sebanyak 43 %,
sedangkan jumlah guru sekolah dasar yang memiliki
standar kualifikasi akademik S1 hanya sebesar 14 %
dari keseluruhan guru PNS yang ada di Kabupaten
Sumba Timur.
Padahal dalam Permendiknas Nomor 16 Tahun
2007

tentang

Standar

Kualifikasi

Akademik

Dan

Kompetensi Guru, disebutkan Guru pada SD/MI, atau
bentuk lain yang sederajat, harus memiliki kualifikasi
akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV)
atau sarjana (S1) dalam bidang pendidikan SD/MI (DIV/S1 PGSD/PGMI) atau psikologi yang diperoleh dari
program studi yang terakreditasi.

66

Dengan sebagian besar guru sekolah dasar belum
memenuhi

kualifikasi

akademik

sebagai

standar

minimal yang harus dimiliki oleh seorang pendidik,
merupakan masalah yang sangat mendasar dalam
meningkatkan

kualitas

berpengaruh

pula

pendidikan

dalam

sehingga

mewujudkan

turut
proses

pendidikan yang bermutu di Kabupaten Sumba Timur.
Berdasarkan

hasil

pejabat Dinas
Kabupaten

wawancara

Pendidikan

Sumba

dengan

Pemuda

Timur,

dan

bagian

salah

satu

Olaharaga
ketenagaan

mengatakan bahwa:
Banyak guru yang tidak memenuhi
kualifikasi akademik ini mereka
adalah guru-guru senior yang sejak
dulu masih menerima lulusan SPG
setara
SMA,
sebelum
aturan/standart kualifikasi tenaga
pendidik
yang
mengharuskan
sekurang-sekurangnya seorang guru
sekolah dasar (SD) harus memiliki
kualifikasi akademik DIV dan S1.
Secara

keseluruhan

guru

sekolah

dasar

di

Kabupaten Sumba Timur yang kualifikasi akademiknya
di bawah standart

terutama bagi guru-guru yang

hanya lulusan SPG setara SMA mereka adalah guruguru

senior

yang

pada

masa

penerimaan

dan

pengangkatan sebagai pegawai negeri sipil (PNS) belum
dikeluarkannya aturan yang mengaharus setiap tenaga

67

pendidik memiliki kualifikasi akademik minimal DIV
dan berpendidikan S1.
Sebagaimana dalam laporan worbakbank (2011)
mengemukakan kualitas guru adalah faktor terpenting
dalam

meningkatkan

didukung

oleh

kualitas

pendidikan.

berbagai penelitian

Yang

menunjukkan

bahwa apa yang guru ketahui dan apa yang bisa
mereka lakukan berpengaruh secara signifikan pada
pecapaian akademis siswa. Penelitian yang dilakukan
McKinsey (dalam Worldbank 2011) merangkum ide
tersebut: “Kualitas suatu sistem pendidikan tidak bisa
melampaui kualitas guru-gurunya”

(Barber dan

Mourshed

sekali

2007).

Meskipun

sulit

dan

kontroversial untuk menghitung besarnya dampak dari
berbagai faktor yang mempengaruhi kinerja siswa,
hampir

secara

universal

berbagai

penelitan

telah

menunjukkan pentingnya peran guru.
Oleh karena itu pemerintah Kabupaten Sumba
Timur memiliki tugas untuk meningkatkan kualitas
serta mengembangkan dan membina tenaga pendidikan
dalam rangka menciptakan proses pendidikan yang
bermutu, sebagaimana di dalam UU No 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 49 ayat 1
dinyatakan “pemerintah dan pemerintah daerah wajib
membina dan mengembangkan tenaga kependidikan
pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
pemerintah dan pemerintah daerah.
68

Maka penting bagi pemerintah Kabupaten Sumba
Timur untuk mengembangkan kemampuan mengajar
guru melalaui pelatihan-pelatihan pengajaran serta
perlu untuk meningkatkan kualifikasi akademik tenaga
pendidik
standar

bagi

guru-guru

minimal

yang

sebagaimana

belum
yang

memenuhi

dicantumkan

dalam Sistem Pendidikan Nasional, guna mewujudkan
proses pendidikan yang bermutu di dearah.

4.2 Kebijakan Pemenuhan Standar Tenaga
Pendidik Sekolah Dasar Di Kabupaten Sumba
Timur
Dalam upaya menangani masalah kekurangan
guru, sejauh ini pemerintah Kabupaten Sumba Timur
telah mengambil sebuah langkah kebijakan dengan
merekrut tenaga pendidik non PNS. Diantaranya tenaga
pendidik yang direkut oleh pemerintah daerah adalah
guru PTT (pegawai tidak tetap) dan juga guru honorer
atau guru komite yang direkrut oleh sekolah yang
bersangkutan sesuai kebutuhannya di sekolah untuk
mengisi kekurangan guru.
Kusus untuk guru PTT mereka adalah guru
honorer yang kemudian diangkat oleh pemerintah
daerah untuk menjadi pegawai tidak tetap yang digaji
oleh pemerintah daerah. Sedangkan guru honorer atau
guru komite digaji oleh sekolah dengan menggunakan
dana bantuan operasional sekolah (BOS). Hingga tahun
69

2013 jumlah tenaga pendidik non PNS

yang telah

diangkat pemeritah daerah maupun sekolah sebanyak
1257 orang diantaranya guru PTT sebanyak 56 orang
dan guru honorer atau komite sebanyak 1201 orang
yang tersebar diseluruh sekolah dasar di kabupaten
Sumba Timur.
Melihat bahwa secara kuantitas, jumlah tenaga
pendidik non PNS (baik guru komite maupun guru PTT)
sudah

mencukupi

dalam

rangka

memenuhi

kekurangan guru PNS yang terjadi pada sekolahsekolah dasar di Kabupaten Sumba Timur. Namun
dalam upaya mendukung pendidikan yang berkualitas
atau

bermutu

di Kabupaten Sumba

Timur dapat

berhasil atau terlaksana dengan baik tidak hanya
dengan memenuhi kebutuhan guru secara kuantitas,
perlu bagi pemerintah untuk melihat kualitas atau
kualifikasi akademik yang dimiliki oleh guru yang akan
direkrut,

oleh

karena

itu

pemerintah

harus

mengupayakan atau melakukan suatu program bagi
guru

yang

sudah

direkrut

untuk

meningkatkan

kualitas pengajaran melalui pelatihan-pelatihan dan
mewajibkan

untuk

memenuhi

standar

kualifikasi

akademik sebagai persyarat utama bagi seorang tenaga
pendidik.
Sejauh ini pemerintah daerah sudah melakukan
kebijakan dalam megusahakan pemenuhan kualifikasi
akademik

guru

sekolah

dasar
70

bagi

yang

belum

memenuhi kualifikasi akademik setara S1 maupun
DIV. Seperti hasil wawancara bersama pejabat Dinas
Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Sumba
Tmur, mengatakan bahwa:
Sudah berkerjasama dengan Universitas
Cendana Kupang dalam melakukan
program kuliah percepatan yang dikenal
dengan Penilain Prestasi Kerja dan Hasil
Belajar atau (PPKHB) bagi guru PNS.
Sedangkan kusus bagi guru-guru PTT
dan guru komite diberikan inisiatif untuk
mengikuti
kuliah
pada
PGSD
di
Universitas
Terbuka
yang
ada
di
Kabupaten Sumba Timur.
Program kerjasama yang telah dilakukan oleh
pemerintah daerah dengan perguruan-perguruan tinggi
merupakan

suatu

mendukung
akademik

gebrakan

tercapainya

tenaga

yang

tepat

pemenuhan

pendidikan

yang

guna

kualifikasi

berkualitas

di

kabupaten Sumba Timur.
Berdasarkan

hasil

wawancara

menjelaskan

bahwa kegiatan perkuliahan ini diperuntukkan bagi
guru-guru yang secara kualifikasi akademik belum
memenuhi

standar

minimal

baik

guru-guru

PNS

maupun guru-guru non PNS untuk meningkat kualitas
mengajar

serta

pemenuhan

standar

kualifikasi

akademik. Adapun kegiatan perkuliahan dilakukan
setiap hari minggu sehingga tidak mengganggu proses

71

mengajar

dan

kegiatan

kependidikan

lainnya

di

sekolah.
Dengan kebijakan pemerintah dalam merekrut
tenaga pendidik non PNS atau guru PTT maupun
kebijakan sekolah untuk menerima guru honorer dalam
rangka menangani masalah kekurangan guru secara
umum sudah tepat, namun dalam penataanya serta
penempatan belum terlaksana dengan baik, dimana
pada

kenyataannya

masih

terdapat

sekolah

yang

kekurangan guru dalam jumlah yang besar.
Oleh karena itu dalam penempatan guru-guru
PNS maupu non PNS perlu diatur oleh pemerintah
daerah yang didalamnya Dinas Pendidikan Pemuda dan
Olahraga bersama Badan Kepegawaian Daerah untuk
membuat produk hukum dalam mengatur dan menata
penempatan guru melalui perda atau perbup, sehingga
dalam penempatan guru benar-benar merata sesuai
kebutuhan di sekolah tanpa memandang status guru
maupun sekolah.

4.3 Implementasi Kebijakan
Tenaga
Pendidik
Sekolah
Kabupaten Sumba Timur

Penempatan
Dasar
Di

Dalam mendukung implementasi penempatan
guru yang merata sejauh ini pemerintah kabupaten
Sumba

Timur

belum

membuat

sebuah

kebijakan

secara tertulis melalui perda atau perbup mengenai
penempatan

guru

sekolah
72

dasar

baik

guru

PNS

maupun

guru

non

PNS,

dalam

surat keputusan

bersama (SKB) 5 Menteri pemerintah mewajibkan agar
setiap pemerintah daerah menyusun produk

hukum

dalam bentuk peraturan bupati/walikota atau produk
hukum lainnya terkait penataan dan pemerataan guru
PNS yang merujuk pada Peraturan Bersama.
Sejauh ini di Kabupaten Sumba Timur dalam hal
penataan guru PNS serta dalam penempatannya masih
mengacu pada PP No 9 Tahun 2003 Tentang Wewenang
Pengangkatan,

Pemindahan,

Dan

Pemberhentian

Pegawai Negeri Sipil.
Badan-badan yang bertanggung jawab dalam
pelaksanaan

penempatan

guru

adalah

Dinas

Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Sumba
Timur

yang

mempunyai

tugas

untuk

melakukan

analisis kebutuhan atau perencanaan dalam bentuk
konsep, beserta Badan Kepegawaian Daerah sebagai
pelaksana teknis yang mempunyai kewenangan dalam
hal mutasi dan penempatan pegawai negeri sipil dan
pemerintah

daerah

dalam

hal ini Bupati sebagai

pelaksana terakhir untuk mengeluarkan SK.
Dalam pelaksanaan implementasi penempatan
guru belum terlaksana secara baik dan tepat, dimana
pada kenyataannya penempatan guru belum merata
secara baik pada sekolah-sekolah dasar yang tersebar
di seluruh Kabupaten Sumba Timur. Beberapa sekolah
mengalami kekurangan guru dilain pihak ada sekolah
73

yang jumlah gurunya melebihi rombongan belajar yang
ada.
Bila dilihat dari jumlah secara keseluruhan baik
guru PNS maupun guru non PNS sebetulnya sudah
cukup untuk memenuhi setiap kekurangan guru yang
terjadi

pada

kekurangan

sekolah-sekolah

guru,

namun

dalam

yang

mengalami

implementasinya

penempatan guru masih kurang merata. Sepeti dalam
tabel 4.6 menunjukkan data guru secara keseluruhan
baik guru PNS maupun guru non PNS :

Tabel 4.6
Data guru PNS dan Non PNS Sekolah Dasar
Kabupaten Sumba Timur Keadaan 03 Juni 2013
No

Nama Sekolah

Jumlah
Murid

Jumlah
Rombel

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

SDI Waingapu 2
SDI Umamapu
SDM Payeti 1
SDM Praiwora
SDN Waingapu 4
SDI Kalu
SDM Melolo 2
SDI Waimarang
SDI Lailajang
SDN
Kondanamu
SDN Kabanda
SDN Laimahi
SDN Laihiru
SDN Lahua
SDI Maradadita

696
469
506
143
600
290
195
193
70
13

21
18
18
6
12
11
7
7
6
6

27
25
20
13
18
18
5
2
1
1

1
1
3
-

13
8
18
2
8
2

130
73
96
127
221

6
6
5
5
10

2
1
1
2
1

2
-

4
5
10

11
12
13
14
15

Jumlah Guru
Negeri
Non PNS
PTT KOMITE

Sumber : Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (diolah)
74

Tabel

4.6

menunjukkan

bahwa

dalam

implementasi penempatan guru baik guru PNS maupun
guru non PNS pada setiap sekolah masih belum tertata
dengan

baik

secara

merata

sesuai

kebutuhan

rombongan belajar yang ada pada sekolah. Sebagai
contoh yang terjadi pada sekolah dasar SDI Waingapu 2
Kecamatan Kota Waingapu memiliki kelebihan guru
dimana jumlah keseluruhan guru yang ditempatkan
pemerintah

maupun

yang

diangkat

oleh

sekolah

tersebut sebanyak 41 orang guru, dengan rincian guru
PNS sebanyak 27 orang, guru komite 13 orang dan
guru PTT 1 orang, sedangkan jumlah rombongan
belajarnya hanya sebanyak 21 rombel. Maka bila
dilakukan perhitungan di SDI Waingapu 2 memiliki
kelebihan

guru

sebanyak

20

orang

bila

dalam

perhitungannya menyesuaikan rombongan belajar yang
ada.
Sedangkan berbanding terbalik dengan sekolahsekolah lain yang masih kekurangan guru, dimana
ketersedian guru yang ada tidak memenuhi rombongan
belajar. Seperti halnya yang terjadi pada sekolah dasar
SDN Kabanda yang terletak di Kecamatan Ngadu Ngala
dengan

jumlah

rombongan

belajar

pada

sekolah

tersebut sebanyak 6 (rombel), tetapi pada kenyataannya
guru yang ditempatkan hanya sebanyak 2 orang guru
PNS.

Maka

mengalami

dapat dikatakan

pada

kekurang

sebanyak

guru
75

SDN

Kabanda
4

orang,

sedangkan dilain sekolah memeliki kelebihan guru yang
cukup besar seperti SDI Waingpu 2 terdapat kelebihan
guru sebanyak 20 orang baik itu guru pns maupun
guru honor.
Dengan kejadian seperti ini tentu pemerintah
Kabupaten

Sumba

Timur

dalam

hal

ini

Dinas

Pendidikan Pemuda dan Olahraga belum secara baik
melihat serta menata penempatan guru sekolah dasar
secara tepat dan merata. Perlu bagi pemerintah daerah
mengambil sebuah langkah kebijakan dengan membuat
peraturan

tentang

penataan

atau

pengelolaan

penempatan guru, sehingga mudah dalam mengurus
kelebihan guru-guru pada sekolah-sekolah tertentu
untuk selanjutnya dipindahkan atau di tempatkan ke
sekolah-sekolah yang masih mengalami kekurangan
guru.
Padahal dalam Permendiknas No 15 Tahun 2010
Tentang Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar
Di

Kabupaten/Kota

disebutkan

Di

setiap

SD/MI

tersedia 1 (satu) orang guru untuk setiap 32 peserta
didik dan 6 (enam) orang guru untuk setiap satuan
pendidikan, dan untuk daerah khusus 4 (empat) orang
guru setiap satuan pendidikan.
Pemerintah Kabupaten Sumba Timur perlu untuk
mengkaji implementasi kebijakan penempatan guru
yang

dimulai

dari

kondisi

ril

serta

faktor-faktor

pendukung dalam pemerataan guru pada sekolah dasar
76

yang secara keseluruhan masih mengalami kekurangan
guru.

Dalam

hal

ini

George

C.

Edwards

III

mengemukakan ada empat variabel atau factor yang
berpengaruh
yaitu

dalam implementasi kebijakan

Komunikasi,

Sumber

Daya,

publik

Kecedrungan-

kecendrungan (sikap), dan Struktur birokrasi

a. Komunikasi
Komunikasi merupakan persyaratan pertama bagi
implementasi kebijakan yang efektif adalah bahwa
mereka

yang

melaksanakan

keputusan

harus

mengetahui apa yang harus dilakukan. Keputusankeputusan

kebijakan

diteruskan

kepada

dan

perintah-perintah

personil

yang

tepat

harus

sebelum

keputusan tersebut diikuti. Komunikasi harus akurat
dan

harus

dimengerti

dengan

cermat

oleh

para

pelaksana.
Dalam

hal

implementasi

penempatan

guru

sekolah dasar di Kabupaten Sumba Timur akan efektif
apabila

personil

atau

birokrat

yang

mempunyai

kewenangan dapat menjalani komunikasi dengan baik.
Dinas

pendidikan

berkomunikasi

pemuda

dengan

dan

baik

olahraga
bersama

harus
badan

kepegawaian daerah yang mempunyai kewenangan
dalam urusan kepegawaian daerah termasuk guru PNS
sekolah

dasar

untuk

menyampaikan

penempatan guru.

77

kebutuhan

Urusan/problem

tenaga

pendidik,

Dinas

pendidikanlah yang seharusnya lebih berperan karena
dinas

tersebutlah

kebutuhan

yang

lebih

pendidikan

memahami

termasuk

seluruh

didalamnya

kebutuhan tenaga pendidik yang diperlukan untuk
mengelola serta menata sekolah-sekolah mana yang
memiliki kekurangan dan kelebihan guru.
Sejauh ini dalam hal mutasi serta penempatan
guru

sekolah

dasar

komunikasi antar
dijalankan

yaitu

di Kabupaten Sumba

Timur,

birokrasi yang berkaitan

sudah

Dinas

Pendidikan

Pemuda

dan

Olahraga menganalisis serta membuat perencanaan
kebutuhan guru yang masih dalam bentuk konsep
kemudian akan diajukan kepada Badan Kepegawaian
Daerah sebagai pelaksana teknis untuk memproses
yang

kemudian

Bupati.

hasilnya

selanjutnya

menginformasikan

dikeluarkan

dinas
kepada

melalui

SK

pendidikan

akan

guru-guru

yang

mendapatkan kebijakan mutasi.
Dalam

mewujudkan

pemerataan

guru,

Dinas

Pendidikan Pemuda dan Olahraga juga berkomunikas
secara informal bersama pemeritah kecamatan, sekolah
serta

masyarakat, dalam hal menyampaikan

atau

menginformasikan kebutuhan guru yang diperlukan di
sekolah.
Komunikasi sudah dilaksanakan dengan baik
dalam mendukung pemerataan guru sekolah dasar,
78

namun dalam kenyataannya masih terdapat sekolah
yang mengalami kekurangan guru, ini berarti bahwa
dinas pendidikan pemuda dan olahraga serta Badan
Kepegawaian Daerah tidak secara tepat menata serta
mengelola kebutuhan guru yang diperlukan untuk
dilakukan mutasi demi memenuhi kebutuhan guru
yang

terjadi

pada

sekolah

tertentu

yang

masih

kekurangan guru.
Bila dilihat dari segi jumlah baik guru PNS
maupun guru non PNS yang terdapat di Kabupaten
Sumba

Timur,

sebenarnya

sudah

cukup

untuk

mencukupi kekurangan akan guru yang masih terjadi
pada

beberapa

sekolah,

namun

dalam

pendistribusiannya masih jauh dari harapan dimana
guru-guru yang tersebar masih kurang merata.

b. Sumber daya
Penempatan guru sekolah dasar di Kabupaten
Sumba

Timur

dapat

terlaksana

apabila

dikomunikasikan secara cermat, jelas dan konsisten,
namun dalam pelaksanaannya kekurangan sumbersumber

yang

diperlukan

kebijakan-kebijakan

maka

untuk

melaksanakan

implementasi

inipun

cenderung tidak efektif.
Ketersediaan guru
dalam

keberhasilan

merupakan sumber utama
implementasi

kebijakan

penempatan yang merata pada setiap sekolah dasar.
Guru PNS sekolah dasar di Kabupaten Sumba Timur
79

sejauh ini hanya sebanyak 1303, dari segi jumlah
masih

sangat kurang

dari kebutuhan

guru

yang

diperlukan. Sampai pada tahun 2013 tenaga pendidik
yang dibutuhkan untuk sekolah dasar di Kabupaten
Sumba Timur sebanyak 2534 orang, maka kekurangan
sebanyak 1231 guru.
Dalam mengatasi masalah kekurangan sumber
daya

atau

dalam hal ini kekurangan

guru

yang

jumlahnya cukup besar, pemerintah selaku pembuat
kebijakan mengambil kebijakan dengan mengakat guru
PTT serta guru komite yang diangkat oleh sekolah
sebanyak 1257 orang demi pemenuhan kebutuhan
minimal tenaga pendidik di sekolah dasar.
Meskipun jumlah guru sudah dipenuhi melalui
pengangkatan

guru

kenyataannya

belum

non

PNS,

menjawab

namun

pada

kebutuhan

secara

keseluruhan, dimana masih terdapat sekolah-sekolah
yang kekurangan tenaga guru, ini dapat dikatakan
bahwa para pelaksana kebijakan atau birokrasi yang
mempunyai kewenangan dalam hal ini kurang memiliki
ketrampilan atau kualitas yang merupakan sumber
penting dalam mengatur serta mengelola manajemen
guru dengan baik.
Sumber daya tidak hanya mencangkup jumlah
secara kuatitas dari sumber yang ada yaitu guru,
namun untuk mewujudkan pendidikan yang bemutu
akan dapat terjadi di Kabupaten Sumba Timur hanya
80

didapatkan apabila sumber daya tersebut memiliki
kualitas yang baik.
Sumber daya atau guru di Kabupaten Sumba
Timur tidak secara keseluruhan memliki kualitas yang
baik bila dipandang dari kualifikasi akademik yang
dimiliki, sebagian besar guru pegawai negeri sipil untuk
sekolah dasar di Kabupaten Sumba Timur masih
berpendidikan D3, D2, D1 dan SMA atau 86% belum
memiliki kualifikasi akademik minimal, sedangkan
yang memenuhi kualifikasi yang baik hanya 14% dari
total guru sekolah dasar yang ada.
Untuk

mendukung

implementasi

penempatan

guru secara merata dapat dilakukan apabila pelaksana
kebijakan

dalam

hal

ini

dinas

pendidikan

perlu

memiliki informasi tentang keadaan serta kebutuhan
seperti

peta

guru

sekolah

dasar,

sehingga

dapat

mengetahui apa yang dapat dilakukan dan bagaimana
mereka harus melakukannya.
Winarno

(2012)

pengetahuan

mengemukakan

bagaimana

kurangnya

mengimplementasikan

kebijakan mempunyai beberapa konsekuensi secara
langsung. Pertama, beberapa tanggung jawab secara
sungguh-sungguh tidak akan dapat dipenuhi atau
tidak dapat dipenuhi tepat pada waktunya. Kedua,
ketidakefisienan.
Wewenang juga merupakan sumber penting dalam
implementasi

kebijakan

penempatan
81

guru,

Dinas

Pendidikan Pemuda dan Olahraga bersama Badan
Kepegawaian

Daerah

mempunyai wewenang dalam

proses mutasi serta penempatan guru. Agar dalam
penempatan guru dapat merata sesuai kebutuhan,
perlu bagi badan-badan yang mempunyai kewenangan
dalam hal ini Dinas Pedidikan Pemuda dan Olahraga
serta Badan Kepegawaian Daerah untuk berkerjasama
dengan

pelaksana-pelaksana

lain

seperti

sekolah

maupun masyarakat jika ingin melaksanakan program
penempatan guru dengan berhasil. Sehingga guru-guru
yang ditempatkan pada sekolah-sekolah yang secara
wilayah jauh dari perkotaan dapat terkontrol dengan
bantuan masyarakat setempat, dengan demikian tidak
ada lagi kejadian dimana guru jarang masuk sekolah.
Demikian

halnya

dalam

mendukung

implementasi, fasilitas fisik juga merupakan sumber
penting dalam implementasi penempatan guru. Guru
sekolah

dasar

boleh

memadai

untuk

memenuhi

kebutuhan proses pengajaran di sekolah, namun tanpa
fasilitas yang mendukung maka implementasi juga
akan terhambat. Sekolah dasar di Kabupaten Sumba
Timur

pada

umum masih

mengalami kekurangan

fasilitas terutama bagi sekolah-sekolah yang ada pada
pedesaan, seperti ruang kelas, ruang perpustakaan dan
juga rumah dinas bagi guru. Dengan fasilitas yang
serba kekurangan, hal ini yang menjadi alasan kuat
bagi guru-guru dalam menghindari penempatan pada
82

sekolah-sekolah

pedalaman

serta

berbagai

macam

alasan lainya.
Di Kabupaten Sumba Timur untuk mendukung
serta memudahkan setiap pelaksanaan kerja dinas
pendidikan

termasuk

pengelolaan

data

pendidikan

pada tingkat kecematan serta dalam mengkontrol kerja
guru, akan dibentuk suatu badan pembantu UPTD
(unit pelaksana teknis dinas) pada

setiap tingkat

kecematan, Badan ini baru dalam tahap pembahasan
pemerintah daerah.
Dengan adanya fasilitas dinas melalui UPTD pada
kecamatan-kecamatan diharapkan dapat memantau
serta

mengurus

berlangsung

setiap

pada

proses

tingkat

pendidikan

kecamatan

yang

termasuk

didalamnya pendataan serta penyampaian informasi
tentang keberadaan dan kebutuhan guru.

c. Kecendrungan-kecendrungan
Kecendrungan-kecendrungan
menimbulkan

pelaksana

hambatan-hambatan

yang

nyata

terhadap implementasi kebijakan. Kecendrungan guruguru di Kabupaten Sumba Timur, dimana mereka lebih
memilih untuk mengajar pada sekolah yang berada di
sekitar

perkotaan,

kecendrungan

ini

tidak

dapat

dipungkiri karena guru yang bersangkutan memiliki
banyak

alasan,

seperti

mengikuti

suami

dimana

tempatnya bekerja, ada juga yang beralasan karena
kesehatan

sehingga

lebih
83

dekat

dengan

fasilitas

kesehatan di perkotaan agar dapat melakukan kontrol
kesehatan. Dengan sikap guru yang seperti ini tentu
sangat

mempengaruhi

keberhasilan

imlpementasi

penempatan guru yang merata pada setiap sekolah
dasar di Kabupaten Sumba Timur.
Selain sikap guru yang lebih memilih untuk
ditempatkan

pada

sekolah

di

sepeturan

kota,

kecendrungan lain juga dapat terjadi dimana guru-guru
yang ditempatkan pada sekolah dasar yang jauh dari
perkotaan, sering ditemukan absen atau jarang masuk
sekolah.

Sehingga

sikap

seperti

ini

akan

sangat

berpengaruh terhadap kegiatan belajar anak didik di
sekolah.
kebijakan

Hal

ini

dapat

seperti

terjadi

pengawas

karena

sekolah

pelaksana
dari

dinas

pendidikan tidak secara baik mengawasi dan bahkan
pengawas

sekolahpun

jarang

untuk

melakukan

pemantaun lansung ke sekolah terutama sekolahsekolah yang jauh dari perkotaan.
Menurut

Edwards,

salah

satu

teknik

yang

disarankan untuk mengatasi masalah kecendrungan
para pelaksana dalam hal ini guru adalah dengan
memanupulasi

insentif-insentif.

Oleh

karena

pada

umumnya orang bertindak menurut kepentingannya
mereka sendiri, maka memanupulasi insentif-insentif
oleh para pembentuk kebijakan tingkat tinggi besar
kemungkinan mempengaruhi tindakan-tindakan para
pelaksana kebijakan.
84

Sejauh ini pemerintah pusat mewajibkan kepada
guru untuk memenuhi 24 jam mengajar dalam satu
minggu, dengan insentif seperti ini guru akan berusaha
memenuhi jam mengajarnya dengan menambah jam
mengajar di sekolah lain. Kebijakan lain yang telah
dilakukan

pemerintah

dimana

menambah

insentif

finansial bagi guru yang ditempatkan pada sekolahsekolah yang berada pada daerah terpencil.
Pemerintah
dengan

tegas

Kabupaten

Sumba

Timur

mengimplementasikan

perlu

kebijakan

penempatan guru tanpa memandang status guru serta
tanpa adanya faktor politik, sehingga guru yang akan
ditempatkan dapat merata dan benar-benar menjawab
kebutuhan dalam hal kekurangan guru. Dilain sisi
pemerintah

Sumba

Timur

perlu

menambahkan

insentif-insentif yang membuat guru termotivasi dan
siap untuk ditempatkan di sekolah mana saja baik di
perkotaan

maupun

di

daerah

terpencil,

sehingga

kecendrungan yang sering dilakukan guru tidak lagi
terjadi.

d. Struktur birokrasi
Birokrasi

merupakan salah satu badan yang

paling sering bahkan secara

keseluruhan menjadi

pelaksana

kebijakan.

mengetahui

birokrasi

merupakan

Maka
faktor

mengkaji implementasi kebijakan.

85

fundamental

struktur
untuk

Pada masa desentralisasi saat ini, pemerintah
pusat menetapkan kuota jumlah guru PNS yang bisa
diangkat

oleh

kabupaten/kota.

Kemudian

kabupaten/kota menyeleksi guru yang akan mereka
angkat.

Secara

teknis,

kabupaten/kota

yang

menyeleksi guru PNS. Tetapi, dana untuk gaji guru PNS
tersebut sebenarnya disalurkan oleh pemerintah pusat
ke pemerintah kabupaten/kota melalui dana anggaran
umum (DAU).
Proses pengangkatan guru melibatkan beberapa
birokrasi pemerintah pusat dan daerah. Oleh karena
itu pengangkatan guru PNS dilaksanakan seperti yang
terlihat dalam gambar struktur birokrasi ini:

86

Skema 4.1 Struktur birokrasi proses pengangakatan
guru PNS di Indonesia

Kemen
Keuangan

PMTK

DIKTI
Pasokan

Standar dan
persyaratan
profesi

Anggaran

MENPAN

BKN

Koordinasi

Permintaan
kuota dan
konsultasi

Provinsi

Permintaan

Permintaan,
kuota,
konsultasi, revisi kuota

BKD
Kab/kota

Dinas
Pendidikan

(Sumber: Worldbank 2011, digambar dari
MENPAN soal proses pengangkatan, 2008).

Sekolah

deskripsi

Dalam laporan Worldbank (2011) menjelaskan
proses

pengangkatan

guru

melibatkan

beberapa

lembaga pemerintah pusat dan daerah. Pengangkatan
guru PNS meliputi hal-hal sebagai berikut (lihat skema
4.1):
87

1. Dasar pengangkatan guru PNS adalah formasi
tahunan atau penetapan kebutuhan guru. Formasi
tahunan ini juga mempertimbangkan kesempatan
(lowongan) kerja baru yang disetujui oleh MENPAN.
2. Setiap tahun sekolah melaporkan kebutuhan akan
guru kepada Dinas Pendidikan kabupaten/kota,
yang bertanggung jawab memasok tenaga yang
dibutuhkan.

Metode

untuk

menentukan

kebutuhan guru sangat bervariasi, dan metode
yang

dipakai

satu

sekolah

seringkali

berbeda

dengan sekolah yang lain.
3. BKD kabupaten lalu meneruskan permintaan dari
Dinas Pendidikan kabupaten/kota, beserta dengan
data jumlah PNS yang dibutuhkan oleh institusi
pemerintah daerah lainnya di sana, ke pemerintah
provinsi yang berperan sebagai wakil pemerintah
pusat. Dengan demikian, guru dimasukkan sebagai
bagian

dari

keseluruhan

formasi

pemerintah

daerah.
4.

Pemerintah

provinsi

hanya

bertugas

untuk

mengumpulkan data kebutuhan PNS dari seluruh
kabupaten/kota
menurut

di

beberapa

kabupaten/kota

wilayahnya.
pejabat

bahkan

data kebutuhan ke mereka.

88

Sebenarnya,

MENPAN,

langsung

beberapa

mengirimkan

5. Begitu data formasi nasional terkumpul, termasuk
permintaan akan guru baru, MENPAN meminta
petunjuk

teknis

dari BKN

untuk

menentukan

berapa kuota untuk masing-masing daerah.
6. Persyaratan khusus bagi guru, termasuk standar
profesional, ditetapkan oleh PMPTK.
7.Yang

sering

terjadi

adalah

daerah

tidak

mendapatkan guru sejumlah yang mereka minta
karena terbatasnya anggaran nasional.
8. Pada akhirnya, kuota bagi masing-masing daerah
ditentukan oleh berapa anggaran yang disediakan
oleh

Kementerian

Keuangan

(Kemenkeu).

Kemenkeu menetapkan kuota nasional maksimal
dan menyerahkan ke MENPAN untuk menentukan
kuota bagi masing-masing daerah.
Dalam hal pengakatan guru PNS, pemerintah
daerah berkerja sama dengan pemerintah pusat dalam
menentukan besaran kuota jumlah guru yang akan
diangkat

berdasarkan

berbagai

pertimbangan

dari

lembaga-lembaga Negara yang secara langsung terlibat.
Selanjutnya

dalam

hal

penempatan

guru

pemerintah daerah mempunyai kewenangan untuk
menata

dan

mengelola

lembaga-lembaga

daerah

distribusi
yang

guru

bersama

terkait berdasarkan

ketentuan yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat
mengenai standar minimal tenaga pendidik pada setiap
tingkat satuan pendidikan.
89

Struktur

birokrasi

dalam

penempatan

guru

sekolah dasar di Kabupaten Sumba Timur, Dinas
Pendidikan Pemuda dan Olahraga melakukan analisis
kebutuhan dalam bentuk konsep perencanaan yang
akan

diperlukan

kemudian

diajukan

ke

Badan

Kepegawaian Daerah sebagai pelaksana teknis yang
mempunyai wewenang dalam penempatan dan mutasi
pegawai negeri sipil termasuk di dalamnya guru PNS,
kemudian

Badan

Kepegawaian

Daerah

meninjau

usulan dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga,
bila

selama

Kepegawaian

peninjauan
Daerah

yang

belum

dilakukan

tepat

maka

Badan
akan

di

kembalikan ke Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga
dan kemudian akan diadakan rapat bersama untuk
menganalisa kembali kebutuhan guru di lapangan,
yang selanjutnya badan kepegawaian daerah akan
mengurus mutasi guru melalui SK Bupati.
Berikut struktur birokrasi dalam penempatan
guru di kabupaten Sumba Timur, dapat dilihat pada
gambar dibawah ini:

90

Skema 4.2; strutur birokrasi proses penempatan
guru (PNS) di kabupaten Sumba Timur

Dinas
Pendidikan
Pemuda dan Olahraga

Badan
Daerah

Kepegawaian

Pemerintah
Daerah
melalui SK Bupati
Birokrasi-birokrasi di atas mempunyai pengaruh
yang

besar

kebijakan
Kabupaten

terhadap

penempatan
Sumba

keberhasilan
guru

Timur,

implementasi

sekolah
dimana

dasar

di

badan-badan

tersebut masing-masing memiliki tugas tersendiri yang
saling behubungan. Edwards menjelaskan hal ini akan
menimbulkan dua konsep pokok yang merugikan bagi
implementasi yang berhasil. Pertama, tidak ada orang
yang akan mengakhiri implementasi kebijakan dengan
melaksanakan fungsi-fungsi tertentu karena tanggung
jawab bagi suatu bidang kebijakan terpecah-pecah.
Kedua, pandangan-pandangan yang sempit dari badan-

badan mungkin juga akan menghambat perubahan.
Jika suatu badan mempunyai feksibilitas yang rendah
dalam

misinya,

maka

badan

itu

akan

berusaha

mempertahankan esensinya dan besar kemungkinan
91

akan

menentang

kebijakan-kebijakan

baru

yang

membutuhkan perubahan.
Pemerintah Sumba Timur perlu untuk meninjau
kembali kewenangan yang dimiliki oleh setiap badan
birokrasi, untuk dapat

berkoordinasi serta berkerja

sama secara bersinergi sehingga penempatan guru
benar-benar diimplementasikan secara tepat. Dan tidak
dihambat oleh kepentingan-kepintingan diluar bidang
kebijakan penempatan guru oleh salah satu badan
yang memiliki kewenangan.

92

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Implementasi Kebijakan Pemerintah Daerah dalam Penempatan Guru Sekolah Dasar di Kabupaten Sumba Timur

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Implementasi Kebijakan Pemerintah Daerah dalam Penempatan Guru Sekolah Dasar di Kabupaten Sumba Timur T2 942011070 BAB I

0 0 11

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Implementasi Kebijakan Pemerintah Daerah dalam Penempatan Guru Sekolah Dasar di Kabupaten Sumba Timur T2 942011070 BAB II

0 0 32

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Implementasi Kebijakan Pemerintah Daerah dalam Penempatan Guru Sekolah Dasar di Kabupaten Sumba Timur T2 942011070 BAB V

0 0 5

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Implementasi Kebijakan Pemerintah Daerah dalam Penempatan Guru Sekolah Dasar di Kabupaten Sumba Timur

0 1 23

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Implementasi Kebijakan Perluasan Akses Pendidikan di Kabupaten Sumba Timur Tahun 2010 s/d 2012 T2 942011036 BAB IV

0 0 43

T2__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kebijakan Transmigrasi Lokal Pemerintah Provinsi Papua T2 BAB IV

0 1 4

T2__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan pada Sekolah Dasar T2 BAB IV

0 0 49

T2__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Sekolah Di Sekolah Dasar Negeri Kedongori ecamatan Dempet Demak T2 BAB IV

0 0 42

T2__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Pelaksanaan Program Sertifikasi Guru Sekolah Dasar Kabupaten Wonosobo T2 BAB IV

0 0 23