Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Implementasi Kebijakan Pemerintah Daerah dalam Penempatan Guru Sekolah Dasar di Kabupaten Sumba Timur T2 942011070 BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan Nasional Indonesia yang berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945 berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan
bangsa.
Pendidikan
nasional
indonesia
bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara
yang demokratis
serta
bertanggung jawab.
Dalam UUD 1945 pasal 31 ayat (1) disebutkan bahwa
setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan.
Selanjutnya
pemerintah
satu
pada
ayat
mengusahakan
Sistem
Pendidikan
(3)
ditegaskan
dan
bahwa
menyelenggarakan
Nasional
(SPN)
yang
meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta ahlak
mulia, dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa
yang diatur dengan undang-undang.
Urusan pendidikan di Indonesia ditangani oleh
dua kementerian yaitu kementrian pendidikan dan
kementrian agama. Kementrian Pendidikan Nasional
(Kemendiknas) bertanggung jawab
atas
81 persen
sekolah, 87 persen anak didik, dan 81 persen guru,
1
sedangkan
Kementerian
Agama
(Kemag)
mengurus
sisanya termasuk pendidikan madrasah (Worldbank
Document, 2011). Sebagian besar madrasah adalah
milik swasta. Madrasah milik pemerintah hanya 6
persen dengan jumlah murid sekitar 18 persen dari
keseluruhan siswa dalam sistim pendidikan islam.
Pada sekolah yang diawasi Kemendiknas, 92 persen
dari seluruh
siswa
pendidikan
dasar
terdaftar
di
sekolah negeri. Namun persentase siswa sekolah negeri
semakin mengecil pada tingkat pendidikan selanjutnya,
yaitu 73 persen untuk sekolah menengah pertama, 63
persen untuk sekolah menengah atas umum, dan 33
persen untuk sekolah menengah kejuruan. Pengelolaan
pendidikan oleh kementrian agama (Kemag) bersifat
sentralistik,
sedangkan
kementrian
pendidikan
nasional (Kemdiknas) menerapkan sistem desentralistik
dimana
dinas
menjalankan
pendidikan
sebagian
besar
daerah
berwenang
fungsi
manajemen
(worldbank document, 2011)
Di era otonomi daerah saat ini pemerintah pusat
telah melibatkan pemerintah kabupaten/kota dalam
mengurus atau mengelolah pendidikan di daerahnya.
Salah satu kewenangan pemerintah kabupaten/kota
dalam pengelolaan pendidikan yaitu pada sektor tenaga
pendidik
serta
dalam UU
tenaga
No 20
kependidikan.
Sebagaimana
Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional pasal 41 ayat 3 disebutkan bahwa
2
“pemerintah dan pemerintah daerah wajib memfasilitasi
satuan
pendidikan
kependidikan
dengan
yang
pendidik
diperlukan
dan
untuk
tenaga
menjamin
terselenggaranya pendidikan yang bermutu”.
Untuk
menjamin
perluasan
dan
pemerataan
akses, peningkatan mutu dan relevansi, serta tata
pemerintahan yang baik dan akuntabilitas pendidikan
yang mampu menghadapi tantangan sesuai dengan
tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan
global perlu dilakukan pemberdayaan dan peningkatan
mutu
guru
secara
berkesinambungan;
terencana,
terarah,
dan
maka pemerintah mengeluarkan
UU No14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, yang
dalam
pasal
24
ayat
3
dinyatakan
“Pemerintah
kabupaten/kota wajib memenuhi kebutuhan guru, baik
dalam jumlah, kualifikasi akademik, maupun dalam
kompetensi
secara
merata
untuk
menjamin
keberlangsungan pendidikan dasar dan pendidikan
anak usia dini jalur pendidikan formal sesuai dengan
kewenangan”.
Pemerintah daerah Kabupaten Sumba Timur juga
memperoleh
kewenangan
keberlangsungan
dalam
pendidikan
dengan
menjamin
memenuhi
kebutuhan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan
serta
sarana
memadai.
prasarana
Sumba
pendidikan
Timur
merupakan
dasar
yang
salah
satu
kabupaten yang berada di Provinsi Nusa Tenggara
3
Timur.
Kabupaten
kecamatan
Sumba
dimana
Timur
pada
memiliki
22
kecematan-kecematan
tertentu ada desa yang masih sangat sulit dijangkau
dengan transportasi hal ini disebabkan oleh letak
wilayah dan akses jalan yang belum begitu baik. Begitu
pula dengan jumlah sekolah dasar yang masih belum
merata
dan
ironisnya
lagi
jumlah
guru
yang
ditempatkan pada sekolah-sekolah dasar di wilayah ini
masih
belum
sesuai
dengan
kebutuhan
tenaga
pendidik.
Data Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumba
Timur (BPS, 2012) menunjukkan jumlah sekolah dasar
yang tersebar di wilayah Kabupaten Sumba Timur
adalah sebanyak 167 SD Negeri dan 69 SD Swasta
dengan jumlah murid 40.033 orang serta
guru
sebanyak 2.902. Sekolah Dasar di atas tidak semuanya
mendapatkan tenaga pendidik/guru yang memadai,
dimana terdapat beberapa sekolah dasar
yang hanya
memiliki dua atau tiga orang guru bahkan ada sekolah
tertentu yang gurunya hanya satu orang.
Seperti
yang
terlihat
dalam
tabel
1.1
menunjukkan jumlah guru yang ditempatkan pada
setiap sekolah dasar baik negeri maupun swasta di
Kabupaten Sumba Timur sangatlah beragam.
4
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Tabel 1.1: Rekap guru PNS SD
dan data siswa tahun pelajaran
2012/2013 (diolah)
Nama Sekolah
Jumlah Jumlah
Murid
Guru
SDI Waingapu 2
697
26
SDI Umamapu
469
25
SDM Payeti 1
503
18
SDM Lumbu Menggit
330
9
SDI Kawangu 1
331
13
SDN Palindi
252
5
SDM Melolo
96
4
SDM Lewa Paku
319
10
SDN Waiwakihu
92
2
SDI Wunga
143
3
SDN Napu
89
2
SDI Tanaraing
137
7
SDN Kalala
64
2
SDI Katundu
34
2
SDN Paraipajurung
100
2
SDN Lahua
127
3
SDI Laimeta
60
3
SDN Marada Mundi
147
3
SDN Wahang
110
5
SDM Praingkareha
247
3
Sumber : Diolah dari data Dinas Pendidikan Pemuda dan
Olahraga (2013)
Data
pada
tabel
1.1
memperlihatkan
bahwa
keberadaan guru pada setiap sekolah dasar yang ada di
Kabupaten Sumba Timur belum merata secara baik
dalam penempatannya, yang terjadi di SDI Tanaraing
dimana jumlah siswa sebanyak 137 namun guru yang
ditempatkan sebanyak 7 orang guru, ini tentu berbeda
dengan salah satu sekolah yaitu SDM Praingkareha
dimana jumlah siswa 247 orang sedangkan guru yang
ditempatkan hanya 3 orang.
5
Jumlah guru terbanyak yaitu pada SDI Waingapu
2 dengan 26 guru dan siswa 697, sedangkan jumlah
guru yang sangat terbatas yaitu hanya terdapat 2 orang
guru dengan jumlah siswa 100 orang terdapat pada SD
Paraipajurung. Dalam
SKB 5 Menteri menjelaskan
kebutuhan guru kelas sekolah dasar, dimana Setiap
rombel 20-32 siswa, Setiap rombel diampu oleh 1 (satu)
orang guru kelas, setiap SD harus menyediakan guru
agama dan guru pendidikan jasmani dan kesehatan,
wajib mengajar bagi guru agama dan guru pendidikan
jasmani dan kesehatan (penjaskes) yang digunakan
dalam penghitungan 24 jam tatap muka perminggu,
setiap SD harus menyediakan guru agama sesuai
dengan ragam jenis agama yang dianut peserta didik.
Namun
jumlah guru yang ditempatkan pada
sekolah dasar di Kabupaten Sumba Timur masih
sangat minim dan belum merata serta tidak memenuhi
standar minimal sesuai dengan petunjuk teknis dalam
SKB 5 Menteri, dimana hal ini akan mempengaruhi
proses
pembelajaran
di
sekolah
sehingga
tingkat
perkembangan SDM anak akan berbeda antara sekolah
yang gurunya memadai dengan sekolah lainnya yang
jumlah guru terbatas atau belum memenuhi standar
minimal untuk jumlah pengajar di sekolah tersebut.
Penempatan guru yang tidak merata di Kabupaten
Sumba
Timur,
turut
mempengaruhi
rasio
murid
terhadap guru antar sekolah dasar, beberapa sekolah
6
mempunyai rasio yang tinggi sedangkan sekolah dasar
yang
lain
rosionya
mempengaruhi
rendah.
proses
Hal
ini
pembelajaran
juga
di
dapat
sekolah
terutama sekolah yang rasionya sangat tinggi. Seperti
yang ditunjukkan dalam tabel 1.2
Tabel 1.2 Rasio Murid Terhadap Guru SD(PNS) Menurut
Tingkat Tertinggi-terendah, Dirinci Per Sekolah Dasar di
Kabupaten Sumba Timur, 2012/2013 (diolah)
No
Sekolah Dasar
Jumlah
Rasio
Guru Murid
1
SDN Maumaru
2
197
1:98
2
SDM Praingkareha
3
247
1:82
3
SDM Kamanggih
3
212
1:71
4
SDI Lailanjang
1
70
1:70
5
SDN Pau
4
264
1:66
6
SDI Lahua
2
127
1:63
7
SDN Hudumburung
2
108
1:54
8
SDN Praipajurung
2
100
1:50
9
SDN Maradamundi
3
147
1:49
10 SDI Wunga
3
143
1:48
12 SDN Napu
2
89
1:45
13 SDI Waingapu 2
27
697
1:25
14 SDM Waingapu
9
220
1:24
15 SDN Wahang
5
110
1:22
16 SDI Tanaraing
7
137
1:20
17 SDN Umamapu
25
497
1:19
18 SDN Waingapu 1
19
243
1:13
Sumber : Dinas Pendidikan Pemuda Dan
Olahraga Kab. Sumba Timur (2013)
Tabel
penyebaran
1.2
menunjukkan
guru
mempengaruhi
rasio
yang
kurang
murid
bahwa
masalah
merata
terhadap
guru
turut
yang
berbeda antar sekolah dasar di Kabupaten Sumba
Timur. Secara keseluruhan rasio rata-rata guru sekolah
7
dasar terhadap murid di Kabupaten Sumba Timur
cukup ideal, dimana rasionya yaitu 1:30. Namun untuk
setiap sekolah rasio yang ada cukup berbeda, seperti
yang terlihat pada beberapa sekolah dimana rasionya
sangat tinggi, sebut saja yang terjadi di SD Maumaru,
SDN Praingkareha dan beberapa sekolah dasar lainnya,
dimana rasio murid terhadap guru melebihi standar
minimal
yang
Berbeda
dengan
Waingapu
telah
ditentukan
beberapa
oleh
sekolah
pemerintah.
seperti
SDN
1, SDN Umamapu, SDI Tanaraing dan
Sekolah dasar lainnya dimana rasionya sangat rendah.
Di dalam standar pelayanan minum (SPM) dijelaskan
untuk sekolah dengan jumlah murid lebih dari 168
siswa,
minimal
28
dan
maksimal
32
siswa
per
rombongan belajar.
Tampak
pedesaan
sementara
dan
pada
umumnya
daerah
sekolah-sekolah
terpencil kekurangan
sekolah-sekolah
di
perkotaan
di
guru,
memiliki
jumlah guru yang lebih banyak daripada ketentuan
standar kepegawaian nasional. Selain itu guru yang
lebih berkualitas dan lebih berpengalaman umumnya
terkonsentrasi di daerah perkotaan yang lebih makmur.
Misalnya, lebih dari setengah jumlah guru sekolah
dasar
dan
perkotaan
sekolah
bergelar
menengah
sarjana,
pertama
sedangkan
di daerah
hanya
20
persen guru di daerah pedesaan terpencil yang bergelar
sarjana. Menjadikan pendistribusian guru lebih merata
8
dengan
memastikan
memiliki
sekolah
persentase
guru
miskin
dan
terpencil
berkualifkasi
dan
berpengalaman yang seimbang dapat meningkatkan
hasil
pembelajaran
memperkecil
secara
kesenjangan
keseluruhan
hasil
dan
pembelajaran
(Worldbank Document, 2013).
Chan & Sam (2005), menjelaskan sampai saat ini
sekolah yang maju diperkotaan dapat terus bertahan
dengan
kemajuannya,
kekurangan
guru
di
sedangkan
sekolah
pedesaan/daerah
yang
terpencil
semakin terisolasi dan semakin terpuruk/menurun
kualitasnya.
Dengan penyebaran guru sekolah dasar yang
tidak merata pada setiap sekolah di Kabupaten Sumba
Timur, yang dapat mempengaruhi tingkat prestasi yang
dimiliki oleh sekolah serta turut berpengaruh pada
anak didik, dimana dengan jumlah guru yang terbatas
mereka akan terabaikan selama jam sekolah atau
proses belajar berlangsung, ditambah lagi dengan guru
yang tidak berkualitas dalam proses pembelajaran,
sehingga akan mengakibatkan anak didik tidak secara
maksimal mendapatkan pengetahuan dengan baik di
sekolah.
Saat ini pemerintah telah mengeluarkan kebijakan
melalui Surat Keputusan Bersama (SKB) 5 Menteri
mengenai penataan dan pemerataan guru pegawai
negeri sipil, dengan tujuan bahwa pemerintah daerah
9
dapat
melaksanakan
penempatan
maupun
pendistribusian guru yang merata.
Dengan
mengenai
masalah
masalah
yang
sudah
pendidikan
dipaparkan
yang
terjadi
di
Kabupaten Sumba Timur, maka peneliti tertarik untuk
melakukan
penelitian
dengan
judul
Implementasi
Kebijakan Pemerintah Daerah Dalam Penempatan
Guru Sekolah Dasar di Kabupaten Sumba Timur.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti
ingin merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana
kondisi
guru
sekolah
dasar
di
Kabupaten Sumba Timur?
2. Bagaimana
implementasi kebijakan
pemerintah
daerah dalam penempatan guru sekolah dasar di
Kabupaten Sumba Timur?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka
tujuan penelitian yang ingin diperoleh adalah sebagai
berikut:
1. Mendeskripsikan kondisi guru sekolah dasar di
Kabupaten Sumba Timur.
2. Mengetahui implementasi kebijakan pemerintah
daerah dalam penempatan guru sekolah dasar di
Kabupaten Sumba Timur.
10
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian
tentang
implementasi
kebijakan
pemerintah daerah dalam penempatan guru sekolah
dasar di Kabupaten Sumba Timur diharapkan dapat
memberikan manfaat,
baik manfaat teoritis maupun
manfaat praktis sebagai berikut:
1.4.1 Manfaat Teoritis
Dari
hasil
penelitian
tentang
implementasi
kebijakan pemerintah daerah dalam penempatan guru
sekolah dasar di Kabupaten Sumba Timur, diharapkan
dapat memberikan kontribusi pengkayaan khasanah
pengetahuan dalam bidang manajemen pendidikan
kususnya pengelolaan penyelenggaraan pendidikan di
daerah,
terutama
dalam
pengelolaan
penempatan
tenaga guru.
1.4.2 Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi yang valid bagi pemerintah daerah Kabupaten
Sumba Timur demi perbaikan dan perhatian secara
kusus
dalam penempatan guru sekolah dasar demi
pemerataan tenaga pendidik pada sekolah-sekolah yang
memiliki masalah kekurangan guru untuk mendukung
proses pendidikan yang bermutu demi tercapainya
sumber daya manusia (SDM) anak
dan berkualitas secara merata.
11
daerah yang baik
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan Nasional Indonesia yang berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945 berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan
bangsa.
Pendidikan
nasional
indonesia
bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara
yang demokratis
serta
bertanggung jawab.
Dalam UUD 1945 pasal 31 ayat (1) disebutkan bahwa
setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan.
Selanjutnya
pemerintah
satu
pada
ayat
mengusahakan
Sistem
Pendidikan
(3)
ditegaskan
dan
bahwa
menyelenggarakan
Nasional
(SPN)
yang
meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta ahlak
mulia, dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa
yang diatur dengan undang-undang.
Urusan pendidikan di Indonesia ditangani oleh
dua kementerian yaitu kementrian pendidikan dan
kementrian agama. Kementrian Pendidikan Nasional
(Kemendiknas) bertanggung jawab
atas
81 persen
sekolah, 87 persen anak didik, dan 81 persen guru,
1
sedangkan
Kementerian
Agama
(Kemag)
mengurus
sisanya termasuk pendidikan madrasah (Worldbank
Document, 2011). Sebagian besar madrasah adalah
milik swasta. Madrasah milik pemerintah hanya 6
persen dengan jumlah murid sekitar 18 persen dari
keseluruhan siswa dalam sistim pendidikan islam.
Pada sekolah yang diawasi Kemendiknas, 92 persen
dari seluruh
siswa
pendidikan
dasar
terdaftar
di
sekolah negeri. Namun persentase siswa sekolah negeri
semakin mengecil pada tingkat pendidikan selanjutnya,
yaitu 73 persen untuk sekolah menengah pertama, 63
persen untuk sekolah menengah atas umum, dan 33
persen untuk sekolah menengah kejuruan. Pengelolaan
pendidikan oleh kementrian agama (Kemag) bersifat
sentralistik,
sedangkan
kementrian
pendidikan
nasional (Kemdiknas) menerapkan sistem desentralistik
dimana
dinas
menjalankan
pendidikan
sebagian
besar
daerah
berwenang
fungsi
manajemen
(worldbank document, 2011)
Di era otonomi daerah saat ini pemerintah pusat
telah melibatkan pemerintah kabupaten/kota dalam
mengurus atau mengelolah pendidikan di daerahnya.
Salah satu kewenangan pemerintah kabupaten/kota
dalam pengelolaan pendidikan yaitu pada sektor tenaga
pendidik
serta
dalam UU
tenaga
No 20
kependidikan.
Sebagaimana
Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional pasal 41 ayat 3 disebutkan bahwa
2
“pemerintah dan pemerintah daerah wajib memfasilitasi
satuan
pendidikan
kependidikan
dengan
yang
pendidik
diperlukan
dan
untuk
tenaga
menjamin
terselenggaranya pendidikan yang bermutu”.
Untuk
menjamin
perluasan
dan
pemerataan
akses, peningkatan mutu dan relevansi, serta tata
pemerintahan yang baik dan akuntabilitas pendidikan
yang mampu menghadapi tantangan sesuai dengan
tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan
global perlu dilakukan pemberdayaan dan peningkatan
mutu
guru
secara
berkesinambungan;
terencana,
terarah,
dan
maka pemerintah mengeluarkan
UU No14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, yang
dalam
pasal
24
ayat
3
dinyatakan
“Pemerintah
kabupaten/kota wajib memenuhi kebutuhan guru, baik
dalam jumlah, kualifikasi akademik, maupun dalam
kompetensi
secara
merata
untuk
menjamin
keberlangsungan pendidikan dasar dan pendidikan
anak usia dini jalur pendidikan formal sesuai dengan
kewenangan”.
Pemerintah daerah Kabupaten Sumba Timur juga
memperoleh
kewenangan
keberlangsungan
dalam
pendidikan
dengan
menjamin
memenuhi
kebutuhan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan
serta
sarana
memadai.
prasarana
Sumba
pendidikan
Timur
merupakan
dasar
yang
salah
satu
kabupaten yang berada di Provinsi Nusa Tenggara
3
Timur.
Kabupaten
kecamatan
Sumba
dimana
Timur
pada
memiliki
22
kecematan-kecematan
tertentu ada desa yang masih sangat sulit dijangkau
dengan transportasi hal ini disebabkan oleh letak
wilayah dan akses jalan yang belum begitu baik. Begitu
pula dengan jumlah sekolah dasar yang masih belum
merata
dan
ironisnya
lagi
jumlah
guru
yang
ditempatkan pada sekolah-sekolah dasar di wilayah ini
masih
belum
sesuai
dengan
kebutuhan
tenaga
pendidik.
Data Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumba
Timur (BPS, 2012) menunjukkan jumlah sekolah dasar
yang tersebar di wilayah Kabupaten Sumba Timur
adalah sebanyak 167 SD Negeri dan 69 SD Swasta
dengan jumlah murid 40.033 orang serta
guru
sebanyak 2.902. Sekolah Dasar di atas tidak semuanya
mendapatkan tenaga pendidik/guru yang memadai,
dimana terdapat beberapa sekolah dasar
yang hanya
memiliki dua atau tiga orang guru bahkan ada sekolah
tertentu yang gurunya hanya satu orang.
Seperti
yang
terlihat
dalam
tabel
1.1
menunjukkan jumlah guru yang ditempatkan pada
setiap sekolah dasar baik negeri maupun swasta di
Kabupaten Sumba Timur sangatlah beragam.
4
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Tabel 1.1: Rekap guru PNS SD
dan data siswa tahun pelajaran
2012/2013 (diolah)
Nama Sekolah
Jumlah Jumlah
Murid
Guru
SDI Waingapu 2
697
26
SDI Umamapu
469
25
SDM Payeti 1
503
18
SDM Lumbu Menggit
330
9
SDI Kawangu 1
331
13
SDN Palindi
252
5
SDM Melolo
96
4
SDM Lewa Paku
319
10
SDN Waiwakihu
92
2
SDI Wunga
143
3
SDN Napu
89
2
SDI Tanaraing
137
7
SDN Kalala
64
2
SDI Katundu
34
2
SDN Paraipajurung
100
2
SDN Lahua
127
3
SDI Laimeta
60
3
SDN Marada Mundi
147
3
SDN Wahang
110
5
SDM Praingkareha
247
3
Sumber : Diolah dari data Dinas Pendidikan Pemuda dan
Olahraga (2013)
Data
pada
tabel
1.1
memperlihatkan
bahwa
keberadaan guru pada setiap sekolah dasar yang ada di
Kabupaten Sumba Timur belum merata secara baik
dalam penempatannya, yang terjadi di SDI Tanaraing
dimana jumlah siswa sebanyak 137 namun guru yang
ditempatkan sebanyak 7 orang guru, ini tentu berbeda
dengan salah satu sekolah yaitu SDM Praingkareha
dimana jumlah siswa 247 orang sedangkan guru yang
ditempatkan hanya 3 orang.
5
Jumlah guru terbanyak yaitu pada SDI Waingapu
2 dengan 26 guru dan siswa 697, sedangkan jumlah
guru yang sangat terbatas yaitu hanya terdapat 2 orang
guru dengan jumlah siswa 100 orang terdapat pada SD
Paraipajurung. Dalam
SKB 5 Menteri menjelaskan
kebutuhan guru kelas sekolah dasar, dimana Setiap
rombel 20-32 siswa, Setiap rombel diampu oleh 1 (satu)
orang guru kelas, setiap SD harus menyediakan guru
agama dan guru pendidikan jasmani dan kesehatan,
wajib mengajar bagi guru agama dan guru pendidikan
jasmani dan kesehatan (penjaskes) yang digunakan
dalam penghitungan 24 jam tatap muka perminggu,
setiap SD harus menyediakan guru agama sesuai
dengan ragam jenis agama yang dianut peserta didik.
Namun
jumlah guru yang ditempatkan pada
sekolah dasar di Kabupaten Sumba Timur masih
sangat minim dan belum merata serta tidak memenuhi
standar minimal sesuai dengan petunjuk teknis dalam
SKB 5 Menteri, dimana hal ini akan mempengaruhi
proses
pembelajaran
di
sekolah
sehingga
tingkat
perkembangan SDM anak akan berbeda antara sekolah
yang gurunya memadai dengan sekolah lainnya yang
jumlah guru terbatas atau belum memenuhi standar
minimal untuk jumlah pengajar di sekolah tersebut.
Penempatan guru yang tidak merata di Kabupaten
Sumba
Timur,
turut
mempengaruhi
rasio
murid
terhadap guru antar sekolah dasar, beberapa sekolah
6
mempunyai rasio yang tinggi sedangkan sekolah dasar
yang
lain
rosionya
mempengaruhi
rendah.
proses
Hal
ini
pembelajaran
juga
di
dapat
sekolah
terutama sekolah yang rasionya sangat tinggi. Seperti
yang ditunjukkan dalam tabel 1.2
Tabel 1.2 Rasio Murid Terhadap Guru SD(PNS) Menurut
Tingkat Tertinggi-terendah, Dirinci Per Sekolah Dasar di
Kabupaten Sumba Timur, 2012/2013 (diolah)
No
Sekolah Dasar
Jumlah
Rasio
Guru Murid
1
SDN Maumaru
2
197
1:98
2
SDM Praingkareha
3
247
1:82
3
SDM Kamanggih
3
212
1:71
4
SDI Lailanjang
1
70
1:70
5
SDN Pau
4
264
1:66
6
SDI Lahua
2
127
1:63
7
SDN Hudumburung
2
108
1:54
8
SDN Praipajurung
2
100
1:50
9
SDN Maradamundi
3
147
1:49
10 SDI Wunga
3
143
1:48
12 SDN Napu
2
89
1:45
13 SDI Waingapu 2
27
697
1:25
14 SDM Waingapu
9
220
1:24
15 SDN Wahang
5
110
1:22
16 SDI Tanaraing
7
137
1:20
17 SDN Umamapu
25
497
1:19
18 SDN Waingapu 1
19
243
1:13
Sumber : Dinas Pendidikan Pemuda Dan
Olahraga Kab. Sumba Timur (2013)
Tabel
penyebaran
1.2
menunjukkan
guru
mempengaruhi
rasio
yang
kurang
murid
bahwa
masalah
merata
terhadap
guru
turut
yang
berbeda antar sekolah dasar di Kabupaten Sumba
Timur. Secara keseluruhan rasio rata-rata guru sekolah
7
dasar terhadap murid di Kabupaten Sumba Timur
cukup ideal, dimana rasionya yaitu 1:30. Namun untuk
setiap sekolah rasio yang ada cukup berbeda, seperti
yang terlihat pada beberapa sekolah dimana rasionya
sangat tinggi, sebut saja yang terjadi di SD Maumaru,
SDN Praingkareha dan beberapa sekolah dasar lainnya,
dimana rasio murid terhadap guru melebihi standar
minimal
yang
Berbeda
dengan
Waingapu
telah
ditentukan
beberapa
oleh
sekolah
pemerintah.
seperti
SDN
1, SDN Umamapu, SDI Tanaraing dan
Sekolah dasar lainnya dimana rasionya sangat rendah.
Di dalam standar pelayanan minum (SPM) dijelaskan
untuk sekolah dengan jumlah murid lebih dari 168
siswa,
minimal
28
dan
maksimal
32
siswa
per
rombongan belajar.
Tampak
pedesaan
sementara
dan
pada
umumnya
daerah
sekolah-sekolah
terpencil kekurangan
sekolah-sekolah
di
perkotaan
di
guru,
memiliki
jumlah guru yang lebih banyak daripada ketentuan
standar kepegawaian nasional. Selain itu guru yang
lebih berkualitas dan lebih berpengalaman umumnya
terkonsentrasi di daerah perkotaan yang lebih makmur.
Misalnya, lebih dari setengah jumlah guru sekolah
dasar
dan
perkotaan
sekolah
bergelar
menengah
sarjana,
pertama
sedangkan
di daerah
hanya
20
persen guru di daerah pedesaan terpencil yang bergelar
sarjana. Menjadikan pendistribusian guru lebih merata
8
dengan
memastikan
memiliki
sekolah
persentase
guru
miskin
dan
terpencil
berkualifkasi
dan
berpengalaman yang seimbang dapat meningkatkan
hasil
pembelajaran
memperkecil
secara
kesenjangan
keseluruhan
hasil
dan
pembelajaran
(Worldbank Document, 2013).
Chan & Sam (2005), menjelaskan sampai saat ini
sekolah yang maju diperkotaan dapat terus bertahan
dengan
kemajuannya,
kekurangan
guru
di
sedangkan
sekolah
pedesaan/daerah
yang
terpencil
semakin terisolasi dan semakin terpuruk/menurun
kualitasnya.
Dengan penyebaran guru sekolah dasar yang
tidak merata pada setiap sekolah di Kabupaten Sumba
Timur, yang dapat mempengaruhi tingkat prestasi yang
dimiliki oleh sekolah serta turut berpengaruh pada
anak didik, dimana dengan jumlah guru yang terbatas
mereka akan terabaikan selama jam sekolah atau
proses belajar berlangsung, ditambah lagi dengan guru
yang tidak berkualitas dalam proses pembelajaran,
sehingga akan mengakibatkan anak didik tidak secara
maksimal mendapatkan pengetahuan dengan baik di
sekolah.
Saat ini pemerintah telah mengeluarkan kebijakan
melalui Surat Keputusan Bersama (SKB) 5 Menteri
mengenai penataan dan pemerataan guru pegawai
negeri sipil, dengan tujuan bahwa pemerintah daerah
9
dapat
melaksanakan
penempatan
maupun
pendistribusian guru yang merata.
Dengan
mengenai
masalah
masalah
yang
sudah
pendidikan
dipaparkan
yang
terjadi
di
Kabupaten Sumba Timur, maka peneliti tertarik untuk
melakukan
penelitian
dengan
judul
Implementasi
Kebijakan Pemerintah Daerah Dalam Penempatan
Guru Sekolah Dasar di Kabupaten Sumba Timur.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti
ingin merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana
kondisi
guru
sekolah
dasar
di
Kabupaten Sumba Timur?
2. Bagaimana
implementasi kebijakan
pemerintah
daerah dalam penempatan guru sekolah dasar di
Kabupaten Sumba Timur?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka
tujuan penelitian yang ingin diperoleh adalah sebagai
berikut:
1. Mendeskripsikan kondisi guru sekolah dasar di
Kabupaten Sumba Timur.
2. Mengetahui implementasi kebijakan pemerintah
daerah dalam penempatan guru sekolah dasar di
Kabupaten Sumba Timur.
10
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian
tentang
implementasi
kebijakan
pemerintah daerah dalam penempatan guru sekolah
dasar di Kabupaten Sumba Timur diharapkan dapat
memberikan manfaat,
baik manfaat teoritis maupun
manfaat praktis sebagai berikut:
1.4.1 Manfaat Teoritis
Dari
hasil
penelitian
tentang
implementasi
kebijakan pemerintah daerah dalam penempatan guru
sekolah dasar di Kabupaten Sumba Timur, diharapkan
dapat memberikan kontribusi pengkayaan khasanah
pengetahuan dalam bidang manajemen pendidikan
kususnya pengelolaan penyelenggaraan pendidikan di
daerah,
terutama
dalam
pengelolaan
penempatan
tenaga guru.
1.4.2 Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi yang valid bagi pemerintah daerah Kabupaten
Sumba Timur demi perbaikan dan perhatian secara
kusus
dalam penempatan guru sekolah dasar demi
pemerataan tenaga pendidik pada sekolah-sekolah yang
memiliki masalah kekurangan guru untuk mendukung
proses pendidikan yang bermutu demi tercapainya
sumber daya manusia (SDM) anak
dan berkualitas secara merata.
11
daerah yang baik