Persepsi Siswa SMA N 1 Bangli Terhadap Gambar Peringatan Bahaya Merokok Pada Bungkus Rokok.
UNIVERSITAS UDAYANA
Persepsi Siswa SMA N 1 Bangli Terhadap Gambar Peringatan
Bahaya Merokok Pada Bungkus Rokok
I WAYAN EKA TRESNA WIDYA DHARMA 1220025093
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2016
(2)
UNIVERSITAS UDAYANA
Persepsi Siswa SMA N 1 Bangli Terhadap Gambar Peringatan
Bahaya Merokok Pada Bungkus Rokok
I WAYAN EKA TRESNA WIDYA DHARMA
1220025093
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2016
(3)
ii
UNIVERSITAS UDAYANA
Persepsi Siswa SMA N 1 Bangli Terhadap Gambar Peringatan
Bahaya Merokok Pada Bungkus Rokok
I WAYAN EKA TRESNA WIDYA DHARMA
1220025093
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2016
(4)
UNIVERSITAS UDAYANA
Persepsi Siswa SMA N 1 Bangli Terhadap Gambar Peringatan
Bahaya Merokok Pada Bungkus Rokok
Skripsi ini diajukan sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT
I WAYAN EKA TRESNA WIDYA DHARMA 1220025093
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2016
(5)
iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul Persepsi Siswa SMA N 1 Bangli Terhadap Gambar Peringatan Bahaya Merokok Pada Bungkus Rokok
telah dipresentasikan dan diuji dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
(6)
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul Persepsi Siswa SMA N 1 Bangli Terhadap Gambar Peringatan Bahaya Merokok Pada Bungkus Rokok
telah dipresentasikan dan diuji dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
(7)
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Persepsi Siswa SMA N 1 Bangli Terhadap Gambar Peringatan Bahaya Merokok Pada Bungkus
Rokok” ini tepat pada waktunya. Skripsi ini merupakan tugas akhir sebagai syarat kelulusan mata kuliah Skripsi di Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana (PS.KM, FK UNUD).
Dalam pembuatan dan penyusunan Skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan, kerjasama, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak sehingga penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. dr. I Made Ady Wirawan, MPH., PhD, selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
2. dr. Desak Putu Yuli Kurniati, M.K.M, selaku Kepala Bagian Promosi Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
3. Ni Komang Ekawati, S.Psi, Psi, MPH sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, arahan, motivasi dan saran-sarannya dalam pembuatan dan penyelesaian Skripsi ini.
4. Kepala Sekolah dan Guru BK SMA N 1 Bangli yang telah memberikan ijin dalam melaksanakan penelitian ini dan membantu dalam memberikan informasi.
5. Imforman penelitian yang sudah ikut serta dalam penelitian ini dan juga bersedia direkam dan di foto untuk keperluan dokumentasi.
(8)
6. Seluruh dosen, staf dan pegawai PS. KM, FK UNUD atas dukungan dan kerjasama dalam penyelesaian Skripsi ini.
7. Keluarga, pacar, sahabat, dan teman-teman penulis di PS. KM, FK UNUD yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas bantuan dan dukungannya dalam membuat dan menyelesaikan Skripsi ini.
Demikian Skripsi ini disusun semoga dapat memberikan manfaat bagi diri kami sendiri dan pihak lain yang menggunakan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan Skripsi ini.
Denpasar, Juni 2016 Penulis,
(9)
viii
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
PEMINATAN PROMOSI KESEHATAN Skripsi S1, Juli 2016
I Wayan Eka Tresna Widya Dharma
Persepsi Siswa SMA N 1 Bangli Terhadap Gambar Peringatan Bahaya Merokok Pada Bungkus Rokok
ABSTRAK
Semakin meningkatnya jumlah perokok saat ini khususnya pada usia remaja, membuat pemerintah melakukan berbagai macam upaya untuk menekan jumlah perokok di Indonesia. Salah satu upaya tersebut dengan membuat suatu peraturan mengenai pencantuman gamabar peringatan bahaya merokok pada bungkus rokok. Sehingga penelitian ini ingin melihat sejauh mana stimulus dalam hal ini adalah gambar peringatan bahaya merokok mempengaruhi persepsi siswa SMA terhadap gambar peringatan bahaya merokok yang ada pada bungkus rokok.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Dalam pengumpulan data menggunakan teknik Focus Group Discussion (FGD) pada siswa laki-laki dari kelas XI, XII dan XIII dan wawancara mendalam dengan key informan yaitu guru BK dan Kepala Sekolah.
Hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar persepsi informan mengenai keseriusan penyakit yang disebabkan oleh rokok sangat serius dan menyebabkan berbagai macam penyakit pada diri sendiri maupun orang lain terutama perokok pasif. Informan juga merasakan rentan terkena penyakit akibat merokok terutama saat beraktivitas. Dimana dari pemasangan gambar peringatan bahaya merokok memiliki manfaat untuk membuat seseorang mengurangi ataupun berhenti merokok. Dibantu oleh faktor pencetus tindakan dari diri sendiri dan lingkungan terdekat seperti keluarga dan sekolah.
Pemerintah perlu mengkaji lebih dalam agar media yang digunakan lebih menyeramkan, jelas dan memiliki tingkat informasi yang baik lebih dari segi pesan tulisan yang lebih ditekankan dan design gambarnya mampu membuat orang takut untuk membeli ataupun mengkonsumsi rokok.
(10)
PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM FACULTY OF MEDICINE
UDAYANA UNIVERSITY
MAJOR CONCENTRATION IN HEALTH PROMOTION S1 Thesis, July 2016
I Wayan Eka Tresna Widya Dharma
The Perceptions of The Students SMAN 1 Bangli Against The Picture Warning On Cigarette Packs
ABSTRACT
Increasing number of current smokers, especially in adolescence, making the government made various efforts to reduce the number of smokers in Indonesia. One such effort made by creating a rule regarding the inclusion the picture warnings on cigarette packs. Thus this study wanted to see the extent of the stimulus in this case was a warning image dangers of smoking affects the perception of high school students against the dangers of smoking images existing warnings on cigarette packs.
This research used descriptive method with qualitative approach. The data collected using Focus Group Discussion (FGD) techniques on male students of class XI, XII and XIII and in-depth interviews with key informants counseling teachers and principals.
The results of this study showed that the majority of informants’ perception about the seriousness of the diseases caused by smoking was a very serious and cause various diseases to themselves and others, especially the passive smokers. Informants also felt vulnerable to diseases caused by smoking, especially when they were on the move. The picture of the dangers of smoking had benefits for someone to reduce or quit smoking. It was also assisted by precipitating the actions of oneself and the immediate environment such as family and school.
The government needs to examine more deeply so that the media used more sinister, vivid and has a good level of information is more deeply in terms of written messages were more accentuated, and the design picture can make people afraid to buy or consume cigarettes.
(11)
x DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ... i
HALAMAN JUDUL ... ii
HALAMAN JUDUL DENGAN SPESIFIKASI ... iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN ... iv
KATA PENGANTAR ... v
ABSTRAK ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
DAFTAR SINGKATAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 6
1.3 Pertanyaan Penelitian ... 6
1.4 Tujuan ... 6
1.4.1 Tujuan Umum ... 6
1.4.2 Tujuan Khusus ... 7
1.5 Manfaat Penelitian ... 7
1.5.1 Manfaat Teoritis ... 7
1.5.2 Manfaat Praktis ... 7
1.6 Ruang Lingkup Penelitian ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9
2.1 Rokok ... 9
(12)
2.1.2 Gambar Peringatan Bahaya Merokok ... 10
2.1.3 Penyakit Akibat Rokok ... 11
2.1.4 Perilaku Merokok ... 13
2.2 Penelitian Sebelumnya ... 14
2.3 Kerangka Teori ... 16
2.4 Pengetahuan ... 18
2.5 Persepsi ... 19
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 20
3.1 Kerangka Konsep ... 20
3.2 Definisi Operasional ... 21
BAB IV METODELOGI PENELITIAN ... 22
4.1 Karakteristik Penelitian ... 22
4.2 Strategi Pengumpulan Data ... 22
4.2.1 Tahapan Penelitian ... 22
4.2.2 Metode ... 23
4.2.3 Sampling ... 25
4.3 Analisis Data ... 25
4.4 Strategi Validasi Data ... 27
BAB V HASIL PENELITIAN ... 28
5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 28
5.2 Karakteristik Informan dan Key Informan ... 28
5.3 Perilaku Merokok Siswa ... 30
5.4 Pengetahuan Siswa Terhadap Gambar Peringatan Bahaya Merokok Pada Bungkus Rokok ... 32
5.5 Persepsi Siswa Terhadap Gambar Peringatan Bahaya Merokok Pada Bungkus Rokok ... 34
(13)
xii
5.5.1 Persepsi Keseriusan Penyakit Dari Gambar Peringatan Bahaya
Merokok Yang Ada Pada Bungkus Rokok ... 37
5.5.2 Persepsi Kerentanan Terkena Penyakit Akibat Rokok ... 38
5.5.3 Manfaat Pemasangan Gambar Peringatan Bahya Merokok ... 39
5.5.4 Aksi (Faktor Pencetus Tindakan ) ... 42
5.6 Kebijakan Pihak Sekolah Terhadap Perilaku Merokok Siswa ... 45
BAB VI PEMBAHASAN ... 49
6.1 Perilaku Merokok Siswa ... 49
6.2 Pengetahuan Siswa Terhadap Gambar Peringatan Bahaya Merokok Pada Bungkus Rokok ... 52
6.3 Persepsi Siswa Terhadap Gambar Peringatan Bahaya Merokok Pada Bungkus Rokok ... 55
6.3.1 Persepsi Keseriusan Penyakit Dari Gambar Peringatan Bahaya Merokok Yang Ada Pada Bungkus Rokok ... 57
6.3.2 Persepsi Kerentanan Terkena Penyakit Akibat Rokok ... 59
6.3.3 Manfaat Pemasangan Gambar Peringatan Bahya Merokok ... 60
6.3.4 Aksi (Faktor Pencetus Tindakan ) ... 61
6.4 Kebijakan Pihak Sekolah Terhadap Perilaku Merokok Siswa ... 63
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ... 66
7.1 Simpulan ... 66
7.2 Saran ... 68
DAFTAR PUSTAKA ... 69
(14)
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Definisi Operasional…...21
(15)
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Lima Gambar Peringatan Bahaya Merokok...10
Gambar 2.2 Skematik Health Belief Model...18
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Berdasarkan Teori Health Belief Model...20
Gambar 6.1 Bagan Perilaku Merokok Siswa SMA...51
Gambar 6.2 Bagan Pengetahuan Siswa Terhadap Gambar Peringatan Bahaya Merokok Pada Bungkus Rokok...55
Gambar 6.3 Bagan Persepsi Siswa Terhadap Gambar Peringatan Bahaya Merokok Pada Bungkus Rokok...63
(16)
DAFTAR LAMPIRAN
1. Jadwal Penelitian.
2. Lembar Persetujuan Sebagai Informan.
3. Panduan Focus Group Discussion (FGD) pada siswa laki-laki SMA N 1 Bangli.
4. Panduan Wawancara Mendalam pada Guru BK SMA N 1 Bangli.
5. Panduan Wawancara Mendalam pada Kepala Sekolah SMA N 1 Bangli.
6. Surat Keterangan Kelaiakan Etik
(17)
xvi
DAFTAR SINGKATAN
1. BK : Bimbingan Konseling
2. BPOM : Badan Pengawas Obat dan Makanan
3. FCTC : Conference of the Parties Framework Convention on Tobacco Control 4. FGD : Focus Group Discussion
5. HBM : Health Belief Model 6. Kepsek : Kepala Sekolah 7. KTR : Kawasan Tanpa Rokok
8. LPA Prov. Bali : Lembaga Perlindungan Anak Provinsi Bali 9. LSM : Lembaga Swadaya Masyarakat
10.PHE: Public Health England 11.PERDA : Peraturan Daerah 12.PHW : Pictorial Health Warning
13.Prodi PGSD FKIP : Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
14.PSKM FK UNUD : Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
15.Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar 16.SMA : Sekolah Menengah Atas 17.SMP : Sekolah Menengah Pertama 18.Wakasek :Wakil Kepala Sekolah 19.WC : Water Closet
(18)
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesadaran masyarakat akan bahaya merokok umumnya masih rendah. Sebagian besar perokok mengetahui dampaknya terhadap kesehatan, namun masih banyak masyarakat tetap melakukan perilaku yang tidak baik untuk kesehatannya. Perilaku merokok telah menjadi suatu kebiasaan yang bersifat adiktif dimana dalam sebatang rokok terkandung sekitar 4.000 senyawa kimia, diantaranya terdapat nikotin, tar dan karbonmonoksida. Rokok sudah merupakan faktor risiko tertinggi berbagai penyakit yang tidak menular, bahkan sampai saat ini telah diketahui lebih dari 15 penyakit berbahaya yang disebabkan oleh rokok. (Wikipedia, 2016)
World Health Organization (2012) memperkirakan bahwa pada tahun
2020 penyakit yang berkaitan dengan tembakau menjadi masalah kesehatan tertinggi di dunia yang menyebabkan 8,4 juta kematian setiap tahunnya dan separuhnya terjadi di Asia. WHO juga telah menyusun strategi pengendalian dalam mengatasi masalah terkait rokok. Akan tetapi, dalam kenyataannya sekarang penduduk yang merokok semakin meningkat dari tahun ketahun. Dimana konsumsi rokok di Indonesia menempati peringkat 4 di dunia setelah Cina, Amerika Serikat, dan Rusia. (Eriksen, 2012)
Permasalahan tentang rokok merupakan sesuatu yang perlu ditanggulangi bersama baik dari individu, masyarakat dan pemerintah. Berdasarkan dampak
(19)
2
dilakukan, bahkan yang menjadi bahan perbincangan saat ini yaitu tertera gambar bahaya penyakit-penyakit akibat merokok yang mengerikan pada bungkus rokok.Namun gambar mengerikan tersebut belum mempunyai dampak signifikan dalam menurunkan perilaku merokok seseorang. (Anggreni, 2016)
Desain bungkus rokok adalah perangkat komunikasi yang penting bagi merek rokok dan bertindak sebagai media iklan. Menurut Public Health England (PHE) di Australia dalam 20 tahun terakhir terjadi penurunan jumlah perokok. Australia menjadi negara pertama di dunia yang melarang penggunaan logo, merek, simbol, gambar, warna dan teks promosi lainnya pada bungkus rokok. Bungkus rokok yang polos tanpa simbol atau merek namun diberikan gambar-gambar seram bahaya merokok lebih efektif untuk mengurangi jumlah perokok dalam jangka panjang. (Grafiyana, 2015)
Pada bungkus rokok sebelumnya, peringatan tentang bahaya merokok hanya berupa tulisan di belakang bungkus rokok namun sedikit orang yang menghiraukan tulisan tersebut. Karena tidak terlihat secara signifikan dibandingkan dengan logo produk rokok di depan kemasan yang didesain secara rapi untuk menarik perhatian pembelinya, orang cenderung lebih tertarik untuk memperhatikan dan logo atau merek rokok ketimbang peringatan bahaya merokok yang ada di bagian belakang bungkus rokok. Sehingga hanya sedikit orang yang mau melihat ataupun memperhatikan tulisan tersebut. Peringatan bahaya merokok bergambar pada kemasan rokok yang baru ini mencoba untuk menarik perhatian perokok ketika membelinya dengan menaruh pesan bergambar yang mengajak konsumennya benar-benar waspada akan bahaya
(20)
3
yang ditimbulkan oleh rokok tersebut. Pesan bergambar itu bertujuan untuk mempengaruhi pengetahuan, persepsi dan perilaku seseorang baik secara verbal maupun non verbal. (Grafiyana, 2015)
Pembatasan perilaku merokok sangat sulit dilakukan meskipun beberapa upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia diantaranya mulai tahun 2013 dengan menetapkan kebijakan yang melindungi masyarakat dari ancaman bahaya merokok, menjadi anggota Conference of the Parties Framework
Convention on Tobacco Control (FCTC), melaksanakan proses legislasi PERDA
atau kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di seluruh wilayah di Indonesia (Tukiman, dkk. 2014). Sedangkan mulai 24 Juni 2014 telah ditetapkan Peraturan Pemerintah tentang Tembakau No. 109 Tahun 2012. Dimana seluruh rokok yang beredar di Indonesia sudah harus menyertakan peringatan bergambar bahaya merokok pada bungkus rokok. (Hamdan, 2015)
Pemerintah mewajibkan semua bungkus rokok yang beredar mencantumkan peringatan kesehatan berupa gambar kondisi organ tubuh yang rusak untuk menekan jumlah perokok aktif di Indonesia yang mencapai 66 juta jiwa. Jenis peringatan kesehatan terdiri dari gambar paru-paru yang rusak akibat rokok, gambar asap rokok berbentuk tengkorak, gambar kanker mulut dan tenggorokan. Dengan melihat gambar ini, diharapkan perokok takut dan bisa menekan jumlah perokok di Indonesia yang semakin meningkat. (Puspitasari, 2015)
(21)
4
umur kurang dari 15 tahun cenderung meningkat, dimana data dalam Riskesdas tahun 2007 menunjukkan proporsi sebesar 34,2%, sedangkan Riskesdas tahun 2010 menunjukkan sebesar 34,7% dan Riskesdas 2013 sebesar 36,3%. Proporsi tertinggi pada tahun 2013 terdapat di Nusa Tenggara Timur yaitu sebesar 55,6%. (Riskesdas, 2013)
Sedangkan perilaku merokok pada remaja di Provinsi Bali cukup tinggi dari hasil survei yang dilakukan oleh Program Studi Kesehatan Masyarakat dan bekerjasama dengan Lembaga Perlindungan Anak Provinsi Bali tahun 2014 menunjukkan 68,3% responden berumur 11-15 tahun dan sisanya 31,7% berumur 16-20 tahun. Survei yang dilakukan pada 9 kabupaten di Provinsi Bali untuk melihat status merokok remaja berdasarkan jenis kelamin pada tahun 2014, menunjukkan proporsi remaja yang merokok yaitu sebanyak 15,4% merupakan remaja laki-laki dan 2,1% remaja perempuan. Apabila diihat pada setiap kabupaten, perilaku merokok remaja yang paling tinggi berada di Kabupaten Bangli yaitu sebanyak 18% serta Kabupaten Buleleng sebanyak 11,4%. Perilaku merokok yang paling rendah berada di Kabupaten Tabanan yaitu 4,5%. (Survei PSKM FK UNUD dan LPA Prov. Bali 2014)
Penelitian ini dilakukan di SMA N 1 Bangli sebagai tempat penelitian. Dimana SMA N 1 Bangli dipilih karena sekolah ini merupakan SMA favorit di Kabupaten Bangli. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan sebelumnya dengan beberapa informan bahwa perilaku merokok siswa SMA memang banyak di beberapa sekolah di Bangli. Selain melihat SMA N 1 Bangli sebagai sekolah unggulan, dilihat dari perilaku siswa dan tata terib yang berlaku
(22)
5
disekolah terkait masalah rokok membuat peneliti ingin melakukan penelitian di SMA N 1 Bangli, apakah siswa disana memang memiliki pengetahuan dan pandangan yang baik terkait bahaya merokok yang ada pada gambar bungkus rokok saat ini. Dalam melihat permasalahan rokok yang semakin sulit dikendalikan sehingga masih terlahirnya perokok-perokok muda seperti saat ini. Seperti saat ini bahaya merokok saat di gambarkan dalam bungkus rokok, yang belum mempunyai dampak yang signifikan dalam menurunkan kebiasaan merokok. (Permatasari, 2015)
Berdasarkan uraian diatas dikaitkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Anggreni, dkk. (2016) dimana selama ini masih banyak masyarakat khususnya pada usia remaja sudah kecanduan dengan rokok. Selain itu beberapa orang mengatakan tidak peduli dengan peringatan bahaya rokok yang ada di kemasan rokok saat ini baik dengan tulisan maupun gambar penyakit akibat rokok. Tetapi ada sebagian orang menganggap gambar peringatan bahaya merokok yang ada di dalam bungkus rokok, sebagai gambarnya ada yang lucu dan tidak menakutkan.
Maka dari itu dalam penelitian hanya melihat persepsi informan terhadap stimulus dalam hal ini berupa gambar peringatan bahaya merokok yang akan mempengaruhi perilaku merokok seseorang. Dilihat dari keseriusan penyakit dari gambar peringatan bahaya merokok yang ada pada bungkus rokok dan kerentanan terkena penyakit akibat merokok, dalam upaya penurunan perilaku merokok saat ini.
(23)
6
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan yaitu semakin meningkatnya jumlah perokok saat ini khususnya pada usia remaja, berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah dalam penurunan perilaku merokok. Salah satu upaya tersebut dengan membuat suatu peraturan mengenai pencantuman gamabar peringatan bahaya merokok pada bungkus rokok. Sehingga penelitian ini ingin melihat sejauh mana stimulus dalam hal ini adalah gambar peringatan bahaya merokok mempengaruhi persepsi siswa SMA terhadap bahaya merokok yang ada pada gambar bungkus rokok, dilihat dari keseriusan penyakit pada gambar peringatan bahaya merokok dan seberapa rentan orang merasakan sakit akibat rokok.
1.3 Pertanyaan Penelitian
A. Bagaimana persepsi siswa SMA terhadap keseriusan penyakit dari gambar peringatan bahaya merokok yang ada pada bungkus rokok?
B. Bagaimana persepsi siswa SMA terhadap kerentanan terkena penyakit akibat merokok?
1.4 Tujuan
1.4.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini untuk mengetahui persepsi siswa SMA terhadap gambar bahaya merokok pada gambar bungkus rokok dalam upaya penurunan perilaku merokok.
(24)
7
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Mendeskripsikan persepsi siswa SMA terhadap keseriusan penyakit dari gambar peringatan bahaya merokok yang ada pada bungkus rokok. 2. Untuk mendeskripsikan persepsi siswa SMA terhadap kerentanan terkena
penyakit akibat merokok.
3. Mendeskripsikan persepsi siswa SMA terhadap manfaat pemasangan gambar peringatan bahaya merokok
4. Untuk mendeskripsikan persepsi siswa SMA terhadap faktor pencetus tindakan untuk berhenti merokok
5. Mendeskripsikan pandangan pihak sekolah terhadap kebijakan terkait perilaku merokok siswa disekolah.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menggali informasi terkait persepsi siswa SMA mengenai keseriusan penyakit dari gambar peringatan bahaya merokok yang ada pada bungkus rokok dan kerentanan terkena penyakit yang diakibatkan oleh rokok.
1.5.2 Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi bagi Dinas Kesehatan dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang bergerak dalam bidang kesehatan terutama bahaya tembakau untuk meningkatkan upaya
(25)
8
promosi kesehatan dalam penanggulangan masalah rokok dan memberikan masukan bagi Kementerian Kesehatan mengenai media yang digunakan agar lebih efektif nantinya sehingga mampu merubah persepsi maupun perilaku masyarakat yang merokok.
1.6 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian di bidang promosi kesehatan terkait media yang digunakan yaitu gambar bahaya merokok pada bungkus rokok. Dimana informan dalam penelitian ini merupakan siswa SMA yang berumur 15-19 tahun. Penelitian ini dilaksanakan di lingkungan sekolah SMA N 1 Bangli pada bulan April 2016 yang bertujuan untuk mencari informasi dan pandangan siswa terhadap bahaya merokok yang ada pada gambar bungkus rokok.
(26)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Permasalahan Akibat Rokok
1.1.1 Rokok
Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lainnya yang tidak terbakar. Cara menikmati rokok dengan dihisap oleh mulut kemudian dihirup oleh hidung ataupun dimasukannya kedalam mulut sehingga mengalirkan hingga tenggorokan dan kembali dikeluarkan melalui lubang hidung atau mulut. (Wikipedia, 2016)
Rokok biasanya dijual dalam bungkus berbentuk kotak atau kemasan kertas yang dapat dimasukkan dengan mudah ke dalam kantong. Sejak beberapa tahun terakhir, bungkus rokok juga umumnya disertai pesan kesehatan yang memperingatkan perokok akan bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan dari merokok, seperti kanker paru-paru atau serangan jantung. Namun pada kenyataannya bagi perokok hal tersebut tidak dihiraukan dan masih merokok. (Wikipedia, 2016)
(27)
10
1.1.2 Gambar Peringatan Bahaya Merokok
Peringatan Kesehatan Bergambar atau Pictorial Health Warning (PHW) pada bungkus rokok telah digulirkan sejak 24 Juni 2014. Peringatan Kesehatan Bergambar tersebut sudah diamanatkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2013 Tentang Pencantuman Peringatan Kesehatan dan Informasi Kesehatan pada Kemasan Produk Tembakau. Pemerintah terus berupaya menekan jumlah perokok aktif di Indonesia agar tidak terus bertambah. Ada lima gambar yang telah disusun pemerintah dan wajib dicantumkan di bagian bungkus rokok. Kelima gambar wajib terdiri dari, Merokok Menyebabkan Kanker Mulut, Merokok Membunuhmu, Merokok Sebabkan Kanker Tenggorokan, Merokok Dekat Anak Berbahaya bagi Mereka, serta Merokok Sebabkan Kanker Paru-Paru dan Bronkitis Kronis. Kalimat tersebut disertai gambar yang dinilai efektif untuk menekan angka perokok di Indonesia. (Hamdan, 2015)
(28)
11
Pencantuman lima gambar PHW tersebut, seluas 40% pada bagian depan dan belakang kemasan rokok, masing-masing gambar diterapkan sebanyak 20% dari setiap jenisnya. Sedangkan, sanksi bagi produsen yang tidak mencantumkan PHW sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan, maka Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) akan memberikan teguran tertulis sebagai sanksi awal. Selanjutnya, sanksi bisa berupa peringatan keras, penghentian sementara, hingga penutupan jika produsen tetap tidak taat pada peraturan yang sudah dicanangkan. Selain itu, produk-produk tanpa PHW yang telah beredar akan dikembalikan ke pihak produsen dan wajib ditukar dengan produk yang telah mencantumkan gambar-gambar seram tersebut. (Setiawan, 2015)
1.1.3 Penyakit Akibat Merokok
Rokok dan asapnya diketahui dapat menyebabkan berbagai macam penyakit yang dapat mematikan. Pada umumnya semua organ di dalam tubuh terpengaruh oleh paparan asap rokok, karenanya hampir semua bagian tubuh dan organ didalamnya bisa rusak diakibatkan oleh rokok. Hal ini dibuktikan dalam satu batang rokok mengandung sebanyak 4.000 senyawa kimia yang 40 diantaranya termasuk racun atau karsinogenik yang bisa menyebabkan kanker (Setiawan, 2015). Penyakit yang disebabkan oleh rokok diantaranya, yaitu :
(29)
12
1. Kanker paru
Asap rokok yang masuk secara inhalasi ke dalam paru-paru sehingga akan merangsang sel di paru-paru menjadi tumbuh abnormal. Paparan asap rokok juga bisa menyebabkan kanker paru-paru pada perokok pasif. Semakin sering seseorang terpapar asap rokok, maka berisiko terkena kanker paru.
2. Kanker tenggorokan
Kanker tenggorokan merupakan kanker yang terdapat pada bagian tenggorokan atau pita suara. Dimana asap rokok yang terhirup sebelum masuk ke dalam paru-paru terlebih dahulu melewati tenggorokan, sehingga kanker ini akan berkaitan dengan rokok.
3. Kanker mulut
Tembakau adalah penyebab utama kanker mulut. Kanker di dalam rongga mulut biasanya dimulai dengan adanya iritasi dari produk-produk rokok yang dibakar dan dihisap.
4. Gangguan medis lainnya
Beberapa gangguan medis juga bisa disebabkan oleh rokok seperti tekanan darah tinggi (hipertensi), impotensi, serangan jantung, gangguan kesuburan/kehamilan, memperburuk asma dan radang saluran napas, menjadi lebih sering sakit-sakitan/mudah lelah, menimbulkan noda di gigi dan gusi.
(30)
13
Dari semua penyakit diatas pada akhirnya menyebabkan kematian jika terus-menerus mengonsumsi rokok. Selain itu penyakit yang disebabkan oleh rokok akan berdampak pada perokok pasif terutama anak kecil yang menghirup atau terpapar oleh asap rokok tersebut. sehingga akan dapat menggagu pertumbuhan dan merusak organ pada anak.
1.1.4 Perilaku Merokok
Pada awalnya, seorang yang baru ingin merokok akan mengalami tahap persiapan. Dimana seseorang mendapat gambaran mengenai merokok melalui melihat dan mendengar yang menimbulkan minat untuk merokok. Kemudian selanjutnya terjadi tahap inisiasi, dimana seseorang mecoba merokok. Saat sudah menyentuh angka empat batang dengan kecenderungan untuk merokok, jika merokok telah menjadi saat merokok dilakukan untuk memperoleh rasa yang menyenangkan. Setelah memasuki tahapan akhir, maka perokok cenderung mengalami kesulitan untuk berhenti merokok. (Hamdan, 2015) Perilaku merokok dan pengambilan keputusan seseorang untuk merokok dipengaruhi oleh empat faktor yang memberi pengaruh utama kebiasaan merokok, (Nasution, 2007) yaitu:
1. Pengaruh Keluarga
Pada faktor ini pengaruh keluarga khususnya orang tua dan saudara dekat dikaitkan sebagai faktor utama kehidupan seorang, termasuk kebiasaan merokok yang dimilikinya. Dimana merokok dianggap sebuah kebiasaan normal yang wajar dilakukan oleh semua orang.
(31)
14
2. Pengaruh Teman
Hal ini menjadi faktor utama pada usia remaja ke atas, saat seorang anak mulai bergabung pada suatu kelompok sebaya. Kebutuhan untuk diterima seringkali membuat remaja berbuat apa saja agar dapat diterima, dan terbebas dari ledekan teman sebayanya.
3. Faktor kepribadian
Orang yang ingin mencoba untuk merokok di karenakan rasa ingin tahu terhadap sesuatu yang baru mereka lihat atau kenal tanpa melihat dampaknya yang bisa terjadi, juga untuk membebaskan diri dari kebosanan.
4. Pengaruh iklan
Kemasan sering kali tidak mencantumkan informasi maupun memberi tanda-tanda lain yang menyesatkan yang memberikan kesan yang salah tentang karakteristik, bahaya dan efek kesehatan.
1.2 Penelitian Sebelumnya
Berbagai penelitian mengenai gambar peringatan bahaya merokok sudah banyak dilakukan oleh semua pihak. Penelitian dari Permatasari, (2015) tentang Persepsi Mahasiswa Perokok Mengenai Gambar Peringatan Bahaya Merokok Pada Kemasan Rokok Bagi Mahasiswa Prodi PGSD FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta menunjukkan bahwa persepsi mahasiswa menanggapi pencantuman gambar bahaya merokok pada kemasan rokok
(32)
15
tersebut dapat menurunkan jumlah perokok aktif di Indonesia, dapat membuat perokok yang tergolong pemula bisa berhenti merokok dan dapat mencegah masyararakat umum khususnya pelajar dan mahasiswa yang belum mencoba atau mengkonsumsi rokok. Selain itu informan juga mengaku memiliki perasaan jijik dan takut saat melihat gambar bahaya merokok dan menyeramkan tersebut.
Selain itu Penelitian yang dilakukan oleh Lakhmudien, (2015) tentang Persepsi Mahasiswa Udinus Terhadap Lima Tipe Gambar Peringatan Kesehatan Pada Kemasan Rokok menunjukkan bahwa lebih dari 50% responden menyatakan merokok dapat menyebabkan dampak yang serius terhadap kesehatan seperti pada dampak lima tipe gambar peringatan. Lebih dari 50,6% responden menyatakan gambar kanker tenggorokan mendorong niat untuk mengurangi merokok dan 47,4% mendorong niat untuk berhenti merokok. Sehingga dari gambar kanker tenggorokan, paru-paru dan mulut dapat merubah persepsi seseorang untuk mengurangi dan berhenti merokok.
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Rian Surya, dkk., (2014) tentang Analisis Deskriptif Persepsi Perokok Terhadap Gambar Peringatan Bahaya Merokok Pada Kemasan Bungkus Rokok Di Kalangan Mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta menunjukkan bahwa persepsi individu terhadap gambar peringatan bahaya merokok cenderung negatif atau bisa dikatakan sesuatu yang dianggap berlebihan oleh narasumber dan hanya menakut-nakuti para perokok. Dimana persepsi terjadi melalui proses yang dilewati individu, setelah melalui proses tersebut baru sebuah persepsi akan keluar. Tidak adanya
(33)
16
persepsi yang objektif dalam penelitian ini karena semua berdasarkan pengalaman masing-masing hidup seseorang.
1.3 Kerangka Teori
Health Belief Model atau Model Kepercayaan Kesehatan oleh Rosenstock
(1982) adalah suatu bentuk penjabaran dari sebuah model sosio psikologis. Adanya model ini berdasarkan kenyataan mengenai permasalahan kesehatan ditandai oleh kegagalan individu atau kelompok. Untuk menerima suatu usaha sama dengan melakukan pencegahan dan penyembuhan penyakit yang diselenggarakan oleh provider. Dalam kegagalan tersebut akhirnya menumbuhkan sebuah pemikiran baru mengenai tentang perilaku pencegahan penyakit atau preventif behavior oleh Becker tahun 1974 berdasarkam perkembangan dari field theory (teori lapangan) oleh Lewin tahun 1954 menjadi health belief model (model kepercayaan kesehatan). (Notoadmodjo, 2010)
Jika individu bertindak untuk mengobati penyakitnya ada empat variabel yang terlibat di dalam tindakan tersebut, yaitu keseriusan yang dirasakan, kerentanan terhadap penyakit yang dirasakan, manfaat/hambatan yang dirasakan dan syarat untuk aksi yang memotivasi tindakan tersebut. (Notoadmodjo, 2010)
(34)
17
1. Kerentanan terhadap yang dirasakan (perceived susceptibility) Kepercayaan seseorang mengenai kesempatan untuk mengkondisikan sesuatu.
2. Keseriusan yang dirasakan (perceived seriousness) tindakan untuk mencari pengobatan dan pencegahan penyakit di akibatkan oleh persepsi keseriusan penyakit tersebut.
3. Manfaat dan rintangan yang dialami (perceived benefits dan perceived
barriers) Kepercayaan seseorang terhadap suatu nasehat, untuk mengurangi
dampak yang serius dan akan melakukan tindakan tertentu.
4. Isyarat atau tanda-tanda (cues to action) Strategi-strategi untuk memacu keadaan siap seseorang untuk mendapat tingkat penerimaan yang benar terhadap kerentanan.
Teori dari HBM tersebut yaitu untuk menggambarkan, membandingkan, dan menganalisa dengan menggunakan sebuah aturan yang luas dari beraneka ragam teknik analitik. Banyak penelitian yang menggunakan dalam penetapan ukuran dari kepercayaan seseorang yang bersangkutan mengenai kondisi kesehatan dan hubungannya dengan kepercayaan ini. (Sarwono, 2007 dalam Rahayu, 2012) Berikut merupakan gambar skematik dari HBM yang dikemukakan oleh (Rosenstock dalam Notoatmodjo, 2012) dapat dilihat dalam bagan berikut:
(35)
18
Gambar 2.2 Skematik Health Belief Model.
1.4 Pengetahuan
Menurut (Notoatmodjo, 2010) pengetahuan merupakan kemampuan seseorang dalam melakukan penginderaan suatu objek yang diketahuinya dalam bentuk penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Selain itu pengetahuan seseorang berbeda-beda, adapun tingkatan pengetahuan di dalam domain kognitif yaitu tahu dalam arti mengingat sesuatu yang pernah dipelajari dan didapatkannya, memahami dalam arti kemampuan untuk menjelaskan sesuatu yang telah diketahui, aplikasi merupakan kemampuan dalam menggunakan sesuatu yang telah dipelajari, analisis merupakan kemampuan dalam menjelaskan suatu objek yang berkaitan satu sama lain dan yang terakhir evaluasi yaitu kemampuan dalam menilai suatu objek hasil dari materi yang telah dipelajari. Kecendrungan yang dilihat mengenai gejala/penyakit. Syaratnya yang dilihat mengenai gejala dan penyakit. Variabel demografis dan sosio-psiko Besarnya ancaman penyakit Faktor pencetus tindakan Besarnya manfaat dikurangi besarnya kerugian tindakan yang dianjurkan Dilakukannya tindakan yang dianjurkan
(36)
19
1.5 Persepsi
Menurut Walgito, (2010) menyebutkan bahwa proses terjadinya persepsi ada tiga yaitu proses fisik (kealaman), proses fisiologis dan proses psikologis. Pada proses fisik dimana saat stimulus mengenai alat indera. Sedangkan proses fisiologis saat stimulus diterima alat indera yang diteruskan syaraf sensoris yaitu otak. Selanjutnya proses psikologis yang terjadi dalam otak atau pusat kesadaran sehingga individu meyadari tentang apa yang dilihat, diraba dan didengar. Adapun 3 faktor yang mempengaruhi persepsi menurut Walgito (2010) antara lain:
1. Objek yang dipersepsi
Objek menimbulkan stimulus yang mengani reseptor yang berupa alat indera dan stimulus dapat datang baik dari dalam atau luar diri individu. 2. Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf
Penerimaan stimulus dipengaruhi oleh alat indera, selain itu syaraf sensoris untuk meneruskan stimulus yang diterima oleh alat indera ke pusat susunan syaraf yaitu otak.
3. Perhatian
Merupakan langkah pertama dalam mengadakan persepsi dimana pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada suatu objek.
(1)
2. Pengaruh Teman
Hal ini menjadi faktor utama pada usia remaja ke atas, saat seorang anak
mulai bergabung pada suatu kelompok sebaya. Kebutuhan untuk diterima
seringkali membuat remaja berbuat apa saja agar dapat diterima, dan
terbebas dari ledekan teman sebayanya.
3. Faktor kepribadian
Orang yang ingin mencoba untuk merokok di karenakan rasa ingin tahu
terhadap sesuatu yang baru mereka lihat atau kenal tanpa melihat
dampaknya yang bisa terjadi, juga untuk membebaskan diri dari
kebosanan.
4. Pengaruh iklan
Kemasan sering kali tidak mencantumkan informasi maupun memberi
tanda-tanda lain yang menyesatkan yang memberikan kesan yang salah
tentang karakteristik, bahaya dan efek kesehatan.
1.2 Penelitian Sebelumnya
Berbagai penelitian mengenai gambar peringatan bahaya merokok sudah
banyak dilakukan oleh semua pihak. Penelitian dari Permatasari, (2015) tentang
Persepsi Mahasiswa Perokok Mengenai Gambar Peringatan Bahaya Merokok
Pada Kemasan Rokok Bagi Mahasiswa Prodi PGSD FKIP Universitas
Muhammadiyah Surakarta menunjukkan bahwa persepsi mahasiswa
(2)
tersebut dapat menurunkan jumlah perokok aktif di Indonesia, dapat membuat
perokok yang tergolong pemula bisa berhenti merokok dan dapat mencegah
masyararakat umum khususnya pelajar dan mahasiswa yang belum mencoba
atau mengkonsumsi rokok. Selain itu informan juga mengaku memiliki perasaan
jijik dan takut saat melihat gambar bahaya merokok dan menyeramkan tersebut.
Selain itu Penelitian yang dilakukan oleh Lakhmudien, (2015) tentang
Persepsi Mahasiswa Udinus Terhadap Lima Tipe Gambar Peringatan Kesehatan
Pada Kemasan Rokok menunjukkan bahwa lebih dari 50% responden
menyatakan merokok dapat menyebabkan dampak yang serius terhadap
kesehatan seperti pada dampak lima tipe gambar peringatan. Lebih dari 50,6%
responden menyatakan gambar kanker tenggorokan mendorong niat untuk
mengurangi merokok dan 47,4% mendorong niat untuk berhenti merokok.
Sehingga dari gambar kanker tenggorokan, paru-paru dan mulut dapat merubah
persepsi seseorang untuk mengurangi dan berhenti merokok.
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Rian Surya, dkk., (2014)
tentang Analisis Deskriptif Persepsi Perokok Terhadap Gambar Peringatan
Bahaya Merokok Pada Kemasan Bungkus Rokok Di Kalangan Mahasiswa
Universitas Negeri Yogyakarta menunjukkan bahwa persepsi individu terhadap
gambar peringatan bahaya merokok cenderung negatif atau bisa dikatakan
sesuatu yang dianggap berlebihan oleh narasumber dan hanya menakut-nakuti
para perokok. Dimana persepsi terjadi melalui proses yang dilewati individu,
(3)
persepsi yang objektif dalam penelitian ini karena semua berdasarkan
pengalaman masing-masing hidup seseorang.
1.3 Kerangka Teori
Health Belief Model atau Model Kepercayaan Kesehatan oleh Rosenstock
(1982) adalah suatu bentuk penjabaran dari sebuah model sosio psikologis.
Adanya model ini berdasarkan kenyataan mengenai permasalahan kesehatan
ditandai oleh kegagalan individu atau kelompok. Untuk menerima suatu usaha
sama dengan melakukan pencegahan dan penyembuhan penyakit yang
diselenggarakan oleh provider. Dalam kegagalan tersebut akhirnya
menumbuhkan sebuah pemikiran baru mengenai tentang perilaku pencegahan
penyakit atau preventif behavior oleh Becker tahun 1974 berdasarkam
perkembangan dari field theory (teori lapangan) oleh Lewin tahun 1954 menjadi
health belief model (model kepercayaan kesehatan). (Notoadmodjo, 2010)
Jika individu bertindak untuk mengobati penyakitnya ada empat variabel
yang terlibat di dalam tindakan tersebut, yaitu keseriusan yang dirasakan,
kerentanan terhadap penyakit yang dirasakan, manfaat/hambatan yang dirasakan
(4)
1. Kerentanan terhadap yang dirasakan (perceived susceptibility) Kepercayaan
seseorang mengenai kesempatan untuk mengkondisikan sesuatu.
2. Keseriusan yang dirasakan (perceived seriousness) tindakan untuk mencari
pengobatan dan pencegahan penyakit di akibatkan oleh persepsi keseriusan
penyakit tersebut.
3. Manfaat dan rintangan yang dialami (perceived benefits dan perceived
barriers) Kepercayaan seseorang terhadap suatu nasehat, untuk mengurangi
dampak yang serius dan akan melakukan tindakan tertentu.
4. Isyarat atau tanda-tanda (cues to action) Strategi-strategi untuk memacu
keadaan siap seseorang untuk mendapat tingkat penerimaan yang benar
terhadap kerentanan.
Teori dari HBM tersebut yaitu untuk menggambarkan, membandingkan,
dan menganalisa dengan menggunakan sebuah aturan yang luas dari beraneka
ragam teknik analitik. Banyak penelitian yang menggunakan dalam penetapan
ukuran dari kepercayaan seseorang yang bersangkutan mengenai kondisi
kesehatan dan hubungannya dengan kepercayaan ini. (Sarwono, 2007 dalam
Rahayu, 2012) Berikut merupakan gambar skematik dari HBM yang
dikemukakan oleh (Rosenstock dalam Notoatmodjo, 2012) dapat dilihat dalam
(5)
Gambar 2.2 Skematik Health Belief Model.
1.4 Pengetahuan
Menurut (Notoatmodjo, 2010) pengetahuan merupakan kemampuan
seseorang dalam melakukan penginderaan suatu objek yang diketahuinya dalam
bentuk penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Selain itu
pengetahuan seseorang berbeda-beda, adapun tingkatan pengetahuan di dalam
domain kognitif yaitu tahu dalam arti mengingat sesuatu yang pernah dipelajari
dan didapatkannya, memahami dalam arti kemampuan untuk menjelaskan
sesuatu yang telah diketahui, aplikasi merupakan kemampuan dalam
menggunakan sesuatu yang telah dipelajari, analisis merupakan kemampuan
dalam menjelaskan suatu objek yang berkaitan satu sama lain dan yang terakhir
evaluasi yaitu kemampuan dalam menilai suatu objek hasil dari materi yang telah
dipelajari. Kecendrungan yang dilihat mengenai gejala/penyakit. Syaratnya yang dilihat mengenai gejala dan penyakit. Variabel demografis dan sosio-psiko Besarnya ancaman penyakit Faktor pencetus tindakan Besarnya manfaat dikurangi besarnya kerugian tindakan yang dianjurkan Dilakukannya tindakan yang dianjurkan
(6)
1.5 Persepsi
Menurut Walgito, (2010) menyebutkan bahwa proses terjadinya persepsi
ada tiga yaitu proses fisik (kealaman), proses fisiologis dan proses psikologis.
Pada proses fisik dimana saat stimulus mengenai alat indera. Sedangkan proses
fisiologis saat stimulus diterima alat indera yang diteruskan syaraf sensoris yaitu
otak. Selanjutnya proses psikologis yang terjadi dalam otak atau pusat kesadaran
sehingga individu meyadari tentang apa yang dilihat, diraba dan didengar.
Adapun 3 faktor yang mempengaruhi persepsi menurut Walgito (2010) antara
lain:
1. Objek yang dipersepsi
Objek menimbulkan stimulus yang mengani reseptor yang berupa alat
indera dan stimulus dapat datang baik dari dalam atau luar diri individu.
2. Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf
Penerimaan stimulus dipengaruhi oleh alat indera, selain itu syaraf sensoris
untuk meneruskan stimulus yang diterima oleh alat indera ke pusat susunan
syaraf yaitu otak.
3. Perhatian
Merupakan langkah pertama dalam mengadakan persepsi dimana
pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan