Pengaruh metode pembelajaran inkuiri-discovery learning terhadap hasil belajar siswa pada materi termokimia

(1)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

KURNIA 106016200599

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

(3)

(4)

i

Kurnia, Pengaruh Metode Inkuiri Discovery Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Termokimia” Skripsi, Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode inkuiri-discovery learning terhadap hasil belajar siswa pada meteri termokimia. Penelitian ini dilakukan di MAN Rengasdengklok-Karawang.tahun ajaran 2010/2011.

Metode penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen dan pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Sampel penelitian berjumlah 30 siswa kelas XI IPA A sebagai kelas eksperimen dan 30 siswa kelas XI IPA B sebagai kelas kontrol. Instrumen penelitian yang digunakan adalah instrumen hasil

belajar dan hasilnya diuji dengan menggunakan uji ―t‖. Dari hasil perhitungan uji t

diperoleh nilai thitungsebesar 6,6888 sedangkan nilai ttabel pada taraf signifikansi α = 0,05 sebesar 1,931 atau thitung > ttabel. Ini berarti Ho ditolak. Maka dapat disimpulkan bahwa Ha yang menyatakan terdapat pengaruh dalam penggunaan metode belajar inkuiri-discovery learning terhadap hasil belajar diterima. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan metode inkuiri-discovery learning dapat mneningkatkan hasil belajar siswa.


(5)

ii

ABSTRACS

Kurnia, Contribution of Inquiry-discovery learning Method Toward the Result of students of Materials Thermochemical. Skripsi, Chemistry Education Program, Natural Science Department, Faculty of Tarbiyah Teaching Syarif Hidayatullah Jakarta Islamic State University.

This research aims to know comparison the result of students chemistry between using cooperative learning model type NHT and TPS. The research has conducted in SMAN 3 Kota Tangerang Selatan, academic year 2010/2011. The research method used is a quasi experimental and sampling using a purposive sampling technique. Study sample amounted to 34 students a class XI IPA 6 as the first experimental class and 34 students a class XI IPA 7 as second experimental class. The instrument of research is instrument of learning achievement test, and result

tested using t-test. The research shows the result from the calculation of “t” test

(α = 0,05), obtained that score (5,74) > ttable (1,99). It’s means Ho refused.

Finally, It can be concluded that Ha have a difference between the results of students chemistry is taught with cooperative learning type NHT and TPS acceptable. This suggests that the use of cooperative learning model type NHT can improve student learning outcomes in comparison with the chemical using a model of cooperative learning type TPS.


(6)

iv

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, taufik, serta hidayah Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan karya ilmiah berupa skripsi dengan judul

“Pengaruh Metode Inkuiri-Discovery Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Termokimia”. Skripsi ini ditujukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana Strata I (S1) pada Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dengan segala daya dan upaya, penulis berusaha menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Namun, penulis tidak menutup diri untuk menerima kritik dan saran dari berbagai pihak demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini mungkin tidak terlaksana tanpa adanya bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada bapak/ibu:

1. Dra. Nurlena Rifa’i, M.A., Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Baiq Hana Susanti, M.Sc. selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Nengsih Juanengsih, M.Pd. selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Dedi Irwandi, M.Si selaku dosen penasehat sekaligus pembimbing I yang senantiasa membantu mahasiswanya.

5. Tonih Feronika, M.Pd, selaku pembimbing II yang telah memberikan waktu, tenaga, dan pikirannya dalam mengarahkan dan membimbing penulis dalam menyusun skripsi ini.

6. Drs. Kusnawan, M.P.Mat, selaku kepala sekolah MAN Rengasdengklok.

7. Orang tua saya yang mendukung lahir dan batin serta tak henti mendoakan saya. 8. Suami ku yang senantiasa mendukung.


(7)

iv

11.Dan untuk semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan namanya satu persatu namun tidak mengurangi rasa hormat dan terima kasih saya.

Besar harapan penulis agar penulisan laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca umumnya dan untuk penulis khususnya.

Jakarta, Januari 2014


(8)

v LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR

ABSTRAK………... i

DAFTAR ISI……… iii

DAFTAR TABEL……… v

DAFTAR GAMBAR……… vi

DAFTAR LAMPIRAN……… vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………. 1

B. Identifikasi Masalah………... 6

C. Pembatasan Masalah……….. 7

D. Perumusan Masalah……… 7

E. Tujuan Masalah……….. 7

F. Manfaat Masalah……… 7

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Landasan Teori………... 9

1. Metode Inkuiri-Discovery Learning……….. 9

2. Metode Ceramah dan Latihan (Drill) ………... 16

3. Belajar dan Hasil Belajar………... 21

B. Kerangka Berfikir………... 26

C. Hipotesis Penelitian……… 28

D. Hasil Penelitian Yang Relevan………... 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian………... 31

B. Populasi, Sampel Dan Teknik Pengumpulan Sampel... 31


(9)

v

F. Instrumen Penelitian……… 34

1. Tingkat Kesukaran……….... 35

2. Daya Beda………. 35

3. Validitas Instrumen……….... 36

4. RealibilitasInstrumen………. 37

G. Teknik Analisis Data……… 38

1. Uji Normalitas Data………... 38

2. Uji Homogen……….. 39

3. Pengujian Hipotesis………... 40

H. Hipotesis Statistik ………... 40

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi dan Analisis Data………. 42

1. Deskripsi Data……… 42

2. Analisis Data……….. 43

B. Pembahasan……….. 47

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ……….. 52

B. Saran………. 53

DAFTAR PUSTAKA………... 54


(10)

v

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Rancangan Penelitian

Tabel 3.2 Kisi-kisi instrumen penelitian Tabel 4.1 Hasil belajar kelas eksperimen Tabel 4.2 Hasil belajar kelas kontrol

Tabel 4.3 Hasil uji normalitas data hasil belajar kelas eksperimen

Tabel 4.4 Hasil uji normalitas data belajar kelas kelas kontrol

Tabel 4.5 Hasil uji homogenitas data hasil belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol

Tabel 4.6 Hasil uji hipotesis data hasil belajar (pretest) Tabel 4.7 Hasil uji hipotesis data hasil belajar (posttest)


(11)

v

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.2 ………... 27

Gambar 2.3 ……… 28


(12)

v

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana pelaksanaan pembelajaran kontrol……… 61

Lampiran 2 Rencana pelaksanaan pembelajaran kelas eksperimen……… 64

Lampiran 3 Kisi-kisi instrumen………... 78

Lampiran 4 Lembar kerja siswa………... 92

Lampiran 5 Nilai hasil ujian siswa………... 95

Lampiran 6 Distribusi frekuensi posttest ……… 96

Lampiran 7 Perhitungan uji normalitas posttest ………. 100

Lampiran 8 Perhitungan uji homogenitas ………... 102

Lampiran 9 Perhitungan uji hipotesis uji-t………... 103

Lampiran 10 Tabel nilai kritis uji liliefors……….... 104

Lampiran 11 Tabel nilai presentil distribusi F……… 105

Lampiran 12 Tabel distribusi t……… 108


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk membantu perkembangan dan kemampuan anak agar bermanfaat bagi kepentingan hidupnya sebagai individu dan sebagai warga negara.1 Pendidikan adalah usaha manusia untuk membina keperibadian sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat, kebudayaan dan agama.2

Adapun tujuan pendidikan dalam UU no. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa:

―Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggungjawab.‖3

Untuk mewujudkan tujuan pendidikan tersebut tentunya harus di tunjang dengan peningkatan mutu pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan nasional dalam arti dan lingkup yang seluas-luasnya merupakan titik berat pembangunan di bidang pendidikan. Dalam rangka upaya mewujudkan mutu yang setinggi-tingginya, pemerintah dan masyarakat yang berasal dalam jajaran pendayaguna sumber daya pendidikan tak henti-hentinya mengadakan pembenahan terhadap dimensi-dimensi penentu kemajuan pendidikan.4

Upaya pendidikan diaplikasikan melalui kegiatan pembelajaran. Pembelajaran adalah upaya untuk mengubah siswa yang belum terdidik

1

Hermalina Abarua, Pengaruh Penggunaan Metode Inkuiri Terhadap Hasil Belajar Biologi Pada Siswa SMUN III Ambon, (Jurnal Kependidikan, Vol. 1 No. 2, November, 2004), h. 1

2

Zulfikar Ali Buto, Implikasi Teori Pembelajaran Jerome Bruner DalamNuansa Pendidikan Modern, Millah Edisi Khusus Desember 2010 STAIN Malikussaleh Lhokseumawe Email: zaule_lsm@yahoo.com hal. 56

3

UU Republik Indonesia no. 20 tahun 2003, h. 3 4

Zulfa Amrina, Studi Tentang Hasil Belajar Matematika Siswa Yang Menggunakan Metode Penemuan dan Metode Ekspositori Dalam Kaitannya Dengan Taraf Intelegensi Siswa,


(14)

menjadi siswa yang terdidik, yang belum memiliki pengetahuan tentang sesuatu menjadi siswa yang memiliki pengetahuan.5 Untuk melaksanakan proses pembelajaran perlu adanya persiapan dari seorang guru diantaranya persiapan terhadap situasi, persiapan terhadap peserta didik yang akan menerima pelajaran, persiapan metode mengajar, persiapan alat bantu dan persiapan bahan pelajaran.

Dalam pembelajaran tersebut terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi. Diantaranya yaitu faktor guru, siswa, sarana, prasarana dan lingkungan. Guru adalah salah satu komponen yang sangat menentukan dalam kegiatan pembelajaran. Guru disini berperan sebagai penyalur ilmu, motivator, pembimbing dan banyak lagi peran guru dalam kegiatan pembelajaran. Guru sebagai pendidik tidak hanya sebagai sumber informasi tetapi juga sebagai fasilitator yang membelajarkan peserta didik. Sebagai fasilitator guru harus menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan dan membimbing peserta didik untuk aktif dalam proses pembelajaran, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan menghasilkan perubahan dalam diri peserta didik baik dalam pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotor). Selain peran guru yang sudah disebutkan di atas, peran penting guru lainnya yaitu menguasai dan memahami serta mengaplikasikan jenis-jenis/variasi metode pembelajaran sebagai usaha guru untuk menjadikan siswanya merasa nyaman untuk belajar, membuat siswa tertarik untuk mempelajari materi yang terkadang dianggap rumit, dan menciptakan suasana belajar yang tidak membosankan.

Faktor lain yang mempengaruhi kegiatan pembelajaran adalah faktor siswa yang perannya tidak kalah penting dengan guru. Selain sebagai penerima ilmu yang diberikan guru, siswa juga berperan dalam hal pemahaman materi yang diterimanya dari guru. Untuk itu peran aktif siswa haruslah diperhatikan. Jangan sampai siswa hanya duduk terdiam menerima materi dari guru saja. Sangat dianjurkan siswa ikut serta dalam membangun

5

Dr. Aunurrahman, M. Pd, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2011), hal. 34


(15)

pemaham agar ilmu yang didapat tidak mudah dilupakan. Artinya materi yang diberikan bertahan lama dalam ingatan siswa. Hal tersebut dapat terwujud jika guru bisa mengexploitasi potensi siswa dan mengajak terjun langsung menemukan masalah.

Faktor lain yang mempengaruhi kegiatan pembelajaran adalah faktor sarana dan prasarana. Dan dilihat dari dimensi lingkungan ada dua faktor yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran yaitu faktor organisasi kelas dan faktor iklim sosial-psikologi. Adapun faktor organisasi kelas diantaranya persiapan, pemeliharaan disiplin dan pemberian dorongan belajar, komunikasi pengajar, peserta didik serta bangunan tempat atau kelas.6

Kimia merupakan salah satu ilmu pengetahuan alam yang memberikan jawaban atas pertanyaan apa, mengapa dan bagaimana fenomena alam yang berkaitan dengan komposisi, struktur, dinamika dan energetik zat yang melibatkan keterampilan dan penalaran.7

Sudah menjadi rahasia umum, kimia merupakan salah satu mata pelajaran yang sulit dimengerti karena bersifat abstrak walaupun manfaat nyatanya banyak dan sangat berhubungan langsung dengan aplikasi kehidupan sehari-hari. Dengan karakteristik konsep kimia yang rumit dan abstrak seperti disebutkan di atas maka dibutuhkan metode yang dapat memudahkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep tersebut.

Kualitas proses pembelajaran kimia dewasa ini dapat dilihat dari kegiatan pembelajaran yang bersifat regular, artinya pemilihan pendekatan, strategi, metode kurang bervariasi atau bisa dikatakan masih bersifat konvensional. Proses belajar mengajar cenderung dimulai dengan orientasi dan penyajian informasi yang berkaitan dengan konsep yang akan dipelajari siswa, pemberian contoh soal, dilanjutkan dengan memberikan tes. Proses belajar yang demikian memungkinkan siswa tidak mengalami banyak hal yang seharusnya menjadi pengalaman yang dapat menunjang pengetahuannya. Dan

6

Bohar Suharto, Pendekatan dan Teknik Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Tarsito, 1996), h. 55

7


(16)

siswa pun akan merasa bosan karena tidak ada hal yang menarik yang disajikan guru. Apalagi materi kimia yang dianggap sulit.

Peningkatan mutu pembelajaran kimia secara khusus diperlukan perubahan dalam kegiatan proses belajar mengajar. Sebelumnya proses belajar mengajar untuk mata pelajaran kimia kurang fokus pada siswa. Artinya bahwa masih banyaknya pelaksanaan pembelajaran yang di dominasi oleh guru. Dari mulai pemberian materi, pemecahan masalah dan hal lain yang sebenarnya bisa dilakukan oleh siswa. Oleh karena itu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas siswa diperlukan model, strategi maupun metode belajar yang efektif, terutama untuk materi pelajaran atau pokok bahasan yang bersifat abstrak atau materi yang sifatnya tidak cukup hanya melalui pemberian materi secara verbal. Salah satu jalan keluarnya untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk terjun langsung dalam menemukan masalah dan memecahkannya baik secara mandiri maupun berkelompok.

Aunurrahman menjelaskan implikasi prinsip belajar dalam pembelajaran, salah satunya yakni prinsip keterlibatan langsung. Dimana siswa di dalam proses pembelajara memiliki intensitas keaktifan yang lebih tinggi. Siswa tidak hanya mendengar, mengamati dan mengikuti melainkan terlibat langsung dalam melaksanakan percobaan, peragaan atau mendemonstrasikan sesuatu.8

Jika dalam pembelajaran siswa merasa belum paham dan tidak mampu menemukan konsep utama dalam meteri yang diberikan mengenai kimia khususnya, maka ada kemungkinan materi kurang tersampaikan dengan jelas dan disinilah peran guru diperlukan. Dengan kata lain guru bertugas membuat siswanya memahami materi dengan menggunakan metode maupun stratetgi tertentu.

Ketuntasan belajar yang belum sepenuhnya tercapai, tujuan pembelajaran yang belum benar-benar fokus secara maksimal, kurangnya

8

Dr. Aunurrahman, M. Pd, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2011), hal.


(17)

variasi metode belajar yang digunakan guru dalam pembelajaran mengakibatkan siswa tidak bisa merasakan sensasi belajar dengan

menggunakan metode lain selain ceramah. Hal tersebut adalah faktor yang bmenjadikan kurangnya kemampuan siswa dalam berfikir kritis dan analis

ketika melakukan suatu percobaan dengan menggunakan konsep dan prinsip kimia yang dipelajari. Disinilah peran guru dalam menerapkan metode maupun strategi yang tepat untuk mensiasati permasalahan tersebut.

Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.9 Dengan metode yang baik dan bersifat efisien terhadap bahan ajar maka besar kemungkinan materi tersampaikan dengan baik dan dapat dipahami oleh siswa. Untuk itu guru perlu memiliki keterampilan dalam memilah dan memilih metode mana yang akan digunakan supaya mendapat ketuntasan dalam pembelajaran. Baik itu ketuntasan pada pemahaman siswa, ketercapaian nilai yang bagus serta kualitas kemampuan siswa menjadi lebih baik.

Terdapat banyak metode dalam dunia pembelajaran. Namun guru harus memperhatikan metode, strategi, pendekatan ataupun model pembelajaran mana yang sekiranya dapat menopang kemampuan siswa agar mudah dalam memahami materi yang diberikan. Salah satu metode yang berpusat pada siswa (student centre) yang mengajak siswa terjun langsung dalam identifikasi masalah, mengumpulkan data secara mandiri dan memprosesnya secara berkelompok dan membuktikan hasil identifikasi melalui percobaan serta melatih siswa untuk membuat kesimpulan dari data yang diperoleh adalah metode inkuiri-discovery learning.

Pengetahuan yang diperoleh melalui proses penemuan akan bertahan lama dan mempunyai efek transfer yang lebih baik. Belajar penemuan meningkatkan

9

Dra. Sutriari Astati, MM, Apa Perbedannya: Model, Metode, Strategi, Pendekatan Dan Teknik Pembelajaran, (LMPD D.I Yogyakarta ―The services for better education‖, 2011), h.1,


(18)

penalaran dan kemmapuan berfikir secara bebasdan melatih keterampilan-keterampilan kognitif untuk menemukan dan memecahkan masalah.10

Permasalahan dalam pembelajaran diharapkan dapat teratasi dengan penggunaan metode inkuiri-discovery learning yang sebelumnya belum pernah digunakan. Metode ini menekankan pada kemandirian, proses berfikir secara kritis dan analisis untuk mencari dan menemukan jawaban dari suatu masalah. Jadi pada dasarnya tujuan inkuiri adalah melatih siswa belajar menemukan sendiri pemecahan masalah yang sedang dihadapi. Juga memahami materi tersebut melalui pengalaman yang ditemukan melalui proses inkuiri. Dan melalui metode inkuiri-discovery learning ini pula diharapkan mampu mengasah kemampuan siswa dalam hal kognitif maupun afektif.

Peneliti terdahulu telah banyak meneliti terkait metode pembelajaran inkuiri. Nik Kar dan kawan-kawan dalam jurnalnya yang berjudul Kesan Pendekatan Inkuiri Penemuan Terhadap Pencapaian Pelajar Dalam Mata

Pelakaran Kimia dan Hermalina Abarua dalam jurnalnya yang berjudul

Pengaruh Penggunaan Metode Inkuiri Terhadap Hasil Belajar Biologi Pada

siswa SMUN III Ambon‖, keduanya menyatakan bahwa terdapat perubahan

hasil belajar yang signifikan sesudah menggunakan metode inukiri.

Berdasarkan latar belakang tersebutlah peneliti ingin mengetahui sejauh mana pengaruh metode pembelajaran inkuiri-discovery learning terhadap hasil belajar siswa pada materi termokimia.

B. Identifikasi Masalah

Dari hasil pembahsan latar belakang masalah, penulis menyimpulkan permasalahan yang ada diantaranya:

1. Pelaksanaan proses belajar mengajar yang masih terpusat pada guru

2. Karakteristik materi kimia yang rumit dan bersifat abstrak sehingga menghambat pemahaman siswa

10

Ato Illah, Penerapan Model Inkuiri Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa, Jurnal Tarbawi vol 1. No 2 Juni 2012, hal. 96


(19)

3. Aktifitas siswa dalam belajar kimia kurang menambah pengalaman siswa mengenai suasana belajar

4. Kurangnya variasi metode belajar yang digunakan guru

C. Pembatasan Masalah

Masalah dalam penelitian yang akan penulis kaji kali ini dibatasi dalam kajiannya yaitu:

1. Penelitain dilakukan pada siswa kelas XI MAN Rengasdengklok-Karawang.

2. Materi pelajaran yang diteliti peneliti adalah materi termokimia.

3. Adapun hasil belajar yang dimaksud adalah hasil belajar kimia siswa setelah proses pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaraan inkuiri-discovery learning pada kelas eksperimen kedua dilihat dari aspek kognitifnya.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah dikemukakan di atas maka masalah yang akan dicari jawabannya dalam

penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: ―adakah pengaruh metode pembelajaran inkuiri-discovery learning terhadap hasil belajar siswa pada materi termokimia?.

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh metode pembelajaran inkuiri-discovery learning terhadap hasil belajar kimia siswa.

F. Manfaat Penelitian

Dari penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memiliki manfaat sebagai berikut:


(20)

1. Dapat memberikan informasi kepada guru kimia tentang metode

inkuiri-discovery learning dan metode ceramah dan latihan (drill).

2. Dapat menjadi masukan bagi penulis dan calon guru kimia SMA/MA maupun SMK mengenai hal-hal yang baik mengenai metode

inkuiri-discovery learning dan metode ceramah dan latihan (drill).

3. Sebagai upaya meningkatkan kompetensi yang ada pada diri siswa dan meningkatkan aktivitas siswa selama proses pembelajaran di kelas.


(21)

BAB II

LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR

DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori

1. Metode Inkuiri-Discovery Learning

Inkuiri berasal dari bahasa Inggris yaitu inqury yang dapat diartikan sebagai proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang diajukan.1

Inkuiri memiliki tujuan membantu siswa mengembangkan disiplin dan mengembangkan keterampilan intelektual yang diperlukan untuk mengajukan pertanyaan dan menemukan jawabannya berdasarkan rasa ingin tahunya. 2

Inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berfikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.3

Metode iinkuiri menekankan pada permasalahan bagaimana siswa menggunakan sumber belajar.4 Dimana sumber belajar ini dipakai untuk mengidentifikasi masalah dan merumuskan masalah.

Dalam jurnal penyelidikan MPSAH 2003 oleh Thangaveli a/l Marimuthu, dkk menyebutkan bahwa pendekatan inkuiri penemuan menekankan pembelajaran melalui pengalaman.5

1

Prof. Dr. Muslimin Ibrahim, Pembelajaran Inkuiri, http://herfis.blogspot.com/2009/07/pembelajaran-inkuiri.html, h. 1

2

Dr. Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2011), hal. 161 3

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2008), h. 194

4

Aninomus, Karaktersistik Peserta Didik, Strategi dan Metode Pembelajaran, http: //www.t125.co.cc/2010/10/karakteristik-peserta–didik-strategi-htm, hal 8

5

Thangavelo a/l Marimuthu, dkk, Masalah Pelaksanaan Strategi Inkuiri Penemuan di Kalangan Guru Pelatih semasa Praktikum Satu Kajian Kes, 2003, hal. 36


(22)

Definisi lain dari inkuiri adalah suatu pembelajaran yang memberi keleluasaan pada siswa untuk membuat perkiraan, mengadakan percobaan dan mengajukan pendapat dalam memperoleh pengetahuan.6

Menurut Prof. Dr. Muslimin Ibrahim inkuiri memiliki siklus yang dimulai dari observasi, mengajukan pertanyaan, mengajukan dugaan, mengumpulkan databerkait dan merumuskan kesimpulan berdasarkan data. Pembelajaran dengan langkah demikian menekankan pada proses keterlibatan dan keaktifan siswa secara optimal. Hal tersebut dapat menciptakan kegiatan pembelajaran yang mengasah kemampuan siswa.

Menurut Aunurrahman dalam bukunya Belajar dan pembelajaran, inkuiri termasuk dalam kelompok model pengolahan informasi. Dimana model pembelajarn ini lebih menitikberatkan pada aktivitas-aktivitas yang terkait dengan kegiatan proses atau pengolahan informasi untuk meningkatkan kapabilitas siswa melalui proses pembelajaran.7

Teknik inkuiri bertujuan agar siswa terangsang oleh tugas dan aktif mencari dan meneliti sendiri pemecahan masalah itu. Mencari sumber sendiri dan mereka belajar bersama dalam kelompok serta dapat mengemukakan pendapatnya dan merumuskan kesimpulan.8

Adapun arti dari discovery adalah proses mental dimana siswa atau individu mengasimilasikan konsep dan prinsip-prinsip.9 Menurut Ruseffendi dalam Widiyastuti Akhmadan menyebutkan bahwa metode penemuan atau discovery adalah metode mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan artinya sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri.10 Discovery terjadi

6

Dianne Amor Kusuma, Meningkatkan Komunikasi Matematika Dengan Menggunakan Metode Inkuiri, (Jurusan Matematika FMIPA UNPAD), h. 2-3

7

Dr. Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2011), hal. 157

8

Roestiyah, N. K, Strategi belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hal 76 9

Roestiyah, N.K, Strategi belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hal. 20 10

Widyastuti Akhmadan, Metode Pembelajaran Ekspositori, latihan Praktik (Drill and practice), Penemuan dan Inkuiri, Universitas Sriwijaya, h. 4


(23)

bila siswa terlibat dalam menggunakan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep atau prinsip. Dalam pembelajaran penemuan siswa didorong untuk belajar sendiri melalui keterlibatan aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa mempunyai pengalaman dan melakukan eksperimen yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip bagi diri sendiri.

Pada discovery learning siswa didorong untuk belajar secara mandiri dan terlibat langsung untuk mendapatkan pengetahuan yang ditemukan melalui kegiatan tertentu.

Dari definisi-definisi di atas mengenai inkuiri-discovery learning maka dapat disimpulkan bahawa metode inkuiri-discovery learning adalah metode pembelajaran yang menekankan proses berfikir kritis untuk memecahkan masalah melalui percobaan guna mengasah keterampilan siswa untuk menemukan sendiri jawaban dari suatu konsep.

Adapun dalam pelaksanaan metode inkuiri-discovery learning dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:11

1) Simulation, guru memberikan masalah kepada siswa atau

menginstruksikan siswa untuk menemukan masalah dari bahan materi. Materi dapat berupa demonstrasi atau berupa materi bacaan. Pada tahap ini disajikan permaslahan yang dapat memacu keingintahuan peserta didik.12

Tahap ini bisa disebut juga sebagai tahap orientasi dimana guru menyajikan topik melalui simulasi atau ilustrasi yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari agar lebih menarik siswa dalam mempelajari materi tersebut. Pada tahap ini pula guru melakukan langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang kondusif. Hal yang

11

Syaiful Bahri Djamarah, Startegi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 19

12

Ai Mahmudatussa’adah, Pendekatan Inkuiri-Kontekstual Berbasis Teknologi Informasi Untuk Meningkatkan Keterampilan Berfikir Kritis Mahasiswa, Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga FPTK UPI (INVOTEC, Volume VII, No. 2, Agustus 2011: 115 – 130), hal. 118


(24)

dilakukan guru dalam tahap orientasi ini adalah:13 (a) Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa. (b) Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini dijelaskan langkah-langkah inkuiri serta tujuan setiap langkah-langkah, mulai dari langkah-langkah merumuskan masalah sampai dengan merumuskan kesimpulan. (c) Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar.

2) Problem statement, siswa mengidentifikasikan masalah yang hasilnya

akan dirumuskan menjadi hipotesis.

Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki untuk memecahkan masalah. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka-teki itu. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan masalah, diantaranya:14

(1) Masalah hendaknya dirumuskan sendiri oleh siswa.

(2) Masalah yang dikaji adalah masalah yang mengandung teka-teki yang jawabannya pasti.

(3) Konsep-konsep dalam masalah adalah konsep-konsep yang sudah diketahui terlebih dahulu oleh siswa.

Pada langkah ini pula siswa dilatih untuk mengembangkan potensinya untuk berfikir dan membuat hipotesis. Potensi berpikir itu dimulai dari kemampuan setiap individu untuk menebak atau mengira-ngira (berhipotesis) dari suatu permasalahan. Guru dapat membantu melalui memberikan pertanyaan yang mengarah pada jawaban sementara (hipotesis).

13

I Putu Mudalara, Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Bebas Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI IPA SMAN I Gianyar Ditinjau Dari Sikap Ilmiah, Undiksha, 2012, hal. 5

14

Rensus Silalahi, Kontribusi Model Pembelajaran Kontekstual Tipe Inkuiri Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan kewarganegaraan, Jurnal Edisi Khusus No. 2, Agustus 2011, hal 138


(25)

3) Data collection, siswa mengumpulkan data melalui referensi (studi pustaka) atau melalui media lain yang mendukung.

Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang dibutukhan untuk menguji hipotesis yang diajukan.15

Pada langkah ini siswa dilatih untuk mengumpulkan data yang merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses pengumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya.

4) Data processing, pengolahan data yang dihasilkan dari langkah ke 3.

Pada langkah ini siswa melakukan eksperimen guna membuktikan atau memproses data yang didapat dari langkah sebelumnya.

5) Verivication, siswa membuktikan hasil data terhadap hipotesis.

Langkah ini melatih siswa dalam hal keyakinan dalam menentukan jawaban yang telah dibuktikan pada langkah sebelumnya. Dalam hal ini siswa dilatih berfikir rasional. Artinya siswa harus mampu membuktikan kebenaran jawaban dengan argumentasi dan bukti yang dapat dipertanggungjawabkan.

6) Generalitation, membuat kesimpulan yang dihasilkan dari data yang

diperoleh.

Merumuskan kesimpulan adalah proses mendiskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Agar kesimpulan relevan dengan fokus permasalahan maka, guru hendaknya mampu menunjukkan kepada siswa, data mana yang relevan dan mana yang kurang relevan.16

15

I putu Mudalara, Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Bebas Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI IPA SMAN Gianyar Ditinjau Dari Sikap Ilmiah, (UNDIKSHA 2012), hal. 5

16

Rensus Silalahi, Kontribusi Model Pembelajaran Kontekstual Tipe Inkuiri Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan kewarganegaraan, Jurnal Edisi Khusus No. 2, Agustus 2011, hal 139


(26)

Inkuiri memiliki tujuan atau kegunaan tertentu diantaranya adalah (1) mengembangkan sikap, keterampilan siswa untuk mampu memecahkan masalah serta mengambil keputusan secara objektif dan mandiri; (2) mengembangkan kemampuan berfikir para siswa yang terdiri atas serentetan keterampilan-keterampilan yang memerlukan latihan dan pembiasaan; (3) melatih kemampuan berfikir melalui proses dalam situasi yang benar-benar dihayati; dan (4) mengembangkan sikap ingin tahu, berfikir objektif, mandiri, kritis, analitis, baik secara individual maupun kelompok.17

Untuk mendukung agar kegiatan siswa dalam pembelajaran inkuiri-discovery learning dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut:18

1) Membimbing kegiatan laboratorium 2) Modifikasi inkuiri

3) Kebebasan inkuiri 4) Taka-teki bergambar

Berusaha sendiri mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna. Namun jalannya metode pembelajaran inkuiri tak lepas dari peranan guru di dalamnya. Terdapat peranan guru dalam pelaksanaan metode pembelajaran inkuiri ini yakni sebagai motivator, fasilitator, penanya, administrator, pengarah, manager, dan sebagai rewarder (pemberi penghargaan). 19

Pengetahuan yang diperoleh melalui belajar penemuan menunjukkan beberapa kebaikan, diantaranya:

17

Niken Indraswati, Jurnal Pendidikan : Peningkatan Kemampuan Siswa dalam Menentukan Pokok Pikiran Bacaan melalui Metode Inkuiri, 2011, hal 4

18

Roestiyah, N.K, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hal. 77

19

Niken Indraswati, Jurnal Pendidikan : Peningkatan Kemampuan Siswa dalam Menentukan Pokok Pikiran Bacaan melalui Metode Inkuiri, 20011, hal 3-4


(27)

1) Pengetahuan itu bertahan lama atau lebih mudah diingat bila dibandingkan dengan pengetahuan yang diperoleh dengan cara-cara lain.

2) Pengajaran menjadi berpusat pada pelajar20

3) Meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berfikir secara bebas

4) Melatih keterampilan-keterampilan kognitif untuk menemukan dan memcahkan masalah tanpa pertolongan orang lain.

5) Membangkitkan keingintahuan siswa.

6) Memberi motivasi untuk bekerja terus sampai menemukan jawaban. 7) Mudah ditransfer 21

Sedangkan kelemahan dari metode ini adalah memakan waktu yang cukup banyak dan jika kurang terpimpin atau kurang terarah dapat menjurus kepada kekacauan dan kekaburan atas materi yang dipelajari.22

Adapun mengenai kekurangan metode inkuiri-discovery learning ini menurut Rensus Silalahi dalam jurnalnya adalah:23

1) Sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.

2) Sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar.

3) Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.

20

Sochibin, dkk, Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terpimpin Untuk Peningkatan Pemahaman Dan Keterampilan Berfikir Kritis Siswa SD, Jurnal Pendidikan Fisika, Juli 2009, hal. 97

21

Drs. A Tabrani, dkk, Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1992), h. 178

22

Syaiful Bahri Djamarah, Startegi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 20

23

Rensus Silalahi, Kontribusi Model Pembelajaran Kontekstual Tipe Inkuiri Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, Jurnal Edisi Khusus no 2, Agustus 2011, hal. 139-140


(28)

4) Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru.

2. Ceramah Dan Latihan (Drill) a. Metode Ceramah

Metode belajar yang sudah tidak asing bagi kita yaitu metode ceramah. Metode ini sangat sering digunakan oleh para pengajar karena dianggap siap pakai tanpa menyiapkan hal yang merepotkan dan meyita waktu. Metode ini biasanya digunakan agar siswa mendapat informasi tentang sustu informasi atau persoalan tertentu. Teknik ini juga biasanya digunakan ketika jumlah siswa banyak sehingga sulit untuk menggunakan teknik lain.

Metode ceramah menurut Tonih Feronika adalah metode mengajar yang menyampaikan materi pelajaran dengan cara lisan.24 Pengertian lain dari ceramah adalah metode penyampaian informasi oleh seseorang pembicara kepada sekelmpok pendengar.25

Metode ceramah adalah penuturan bahan pelajaran secara lisan. Metode ini senatiasa bagus bila penggunaannya betul-betul disiapkan dengan baik, didukung alat dan media serta memperhatikan batas-batas kemungkinan penggunaannya.26

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode ceramah adalah metode penyampaian materi secara lisan kepada sekelompok pendengar yang senantiasa bagus selam dipersiapkan dengan matang.

24

Tonih feronika, Buku Ajar Strategi Pembelajaran Kimia, UIN Syarif Hidayatullah, h. 36

25

Mulyati Arifin, Pengembangan program pengajaran bidang studi kimia, h. 108 26

Direktorat Tenaga Kependidikan Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Departemen Nasional, Strategi Pembelajarn Dan Pemilihannya, 2008, h. 13


(29)

Metode utama dalam penyampaian materi pelajaran itu adalah berbicara, yaitu guru menerangkan, sedangkan siswa mendengarkan penjelasan guru serta mencatat materi pelajaran yang hanya bisa

diterima siswa. Metode ini hany abersifat ―transfer of knowledge‖ , yang penting proses belajar mengajar dapat berlangsung. Proses belajar mengajar berpusat pada guru (teacher centered) belum berpusat pada siswa (student centered), siswa hany sebagai pendengar yang siap untuk menerima informasi yang disampaikan guru.

Metode ceramah ini baik digunakan ketikan bahan ajar yang akan disampaikan banyak dan waktu tersedia relative singkat, bahan ajar berupa instruksi, peserta didik yang akan diajar jumlahnya banyak dan guru memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik. Tak beda halnya dengan metode maupun strategi yang lainnya. Jika dipersiapkan dengan baik dan matang maka kemungkinan sukses dapat diraih.

Dalam pelaksanaan metode ceramah ada hal-hal yang dapat menunjang pelaksanaan teknik tersebut. Pertama, sekolah telah tersedia bahan bacaan atau buku-buku yang berisi bahan atau masalah yang akan dipelajari. Kedua, bila jumlah siswa tidak terlalu banyak sehingga memungkinkan guru dapat menggunakan teknik-teknik penyajian yang lain yang lebih efektif. Ketiga, jika guru bukan seorang pembicara yang baik, tidak mampu menarik perhatian siswa.27

Adapun langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan metode ceramah menurut Rista Linawati dalam Suciani adalah sebagaiberikut:28

1) Tahap persiapan : yang artinya tahap guru untuk menciptakan kondisi sebelum memulai mengajar.

27

Roestiyah, N.K, Strategi \Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hal. 137-138

28

Rista Linawati, Metode Ceramah dan Drill (latihan)Sebagai Pemilihan Pembelajaran Kosakata Bahasa China Di SMP Warga Surakarta, Universitas Sebelas Maret, 2009, hal 44


(30)

2) Tahap penyajian : yang artinya saat guru menyampaikan bahan ceramah.

3) Tahap asosiasi : yang artinya memberikan kesempatan pada siswa untuk menghubungkan dan membandingkan bahan ceramah yang telah diterimanya. Untuk itu pada tahap ini diberikan kesempatan untuk Tanya jawab dan diskusi.

4) Tahap generalisasi dan kesimpulan : yang artinya menyimpulkan hasil ceramah, umumnya siswa mencatat dari yang telah diceramahkan.

5) Tahap aplikasi atau evaluasi : yang artinya penilaian terhadap hasil siswa mengenai bahan yang telah diberikan guru, evalusi biasanya dalam bentuk lisan, tertulis, dan lain – lain.

Seperti halnya metode lain, metode ceramah dalam pelaksanaannya disini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya adalah: 1) Guru mudah menguasai kelas

2) Guru mudah menerangkan bahan pelajaran berjumlah besar 3) Dapat diikuti anak didik dalam jumlah besar

4) Hemat biaya

5) Organisasi kelas lebih sederhana, tidak perlu mengadakan pengelompokan murid-murid seperti pada metode yang lain.29 6) Susana kelas berjalan dengan tenang karena murid melakukan

aktivitas yang sama, sehingga guru dapat mengawasi murid sekaligus secara komprehensif.30

Sedangkan kekurangan dari metode ceramah adalah:

1) Guru tidak mampu mengontrol sejauh mana siswa telah memahami uraiannya31

29

Rista Linawati, Metode Ceramah dan Drill (latihan)Sebagai Pemilihan Pembelajaran Kosakata Bahasa China Di SMP Warga Surakarta, Universitas Sebelas Maret, 2009, hal 45

30

Dasuki, Perbandingan Penggunaan Metode Ceramah dan Diskusi Dalam Mamahami Pelajaran Aqidah Akhlak, (UIN Syarif Hidayatullah, 2006), h. 9

31


(31)

2) Kurang menarik

3) Sulit dipakai untuk anak-anak 4) Membatasi daya ingat

5) Pembicara tidak terlalu menilai reaksi orang yang belajar

b. Metode Latihan (Drill)

Metode latihan atau drill adalah suatu teknik yang dapat diartikan sebagai suatu cara mengajar dimana siswa melaksanakan kegiatan-kegiatan latihan agar siswa memiliki keterampilan yang lebih tinggi dari apa yang telah dipelajari.32 Definisi tersebut sejalan dengan definisi menurut Direktorat Tenaga Kependidikan Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Departemen Nasional yang meyebutkan bahwa metode latihan pada umumnya digunakan untuk memperoleh ketangkasan atau keterampilan dari apa yang telah dipelajari.33

Definisi lain dari metode latihan atau drill adalah suatu metode mengajar dimana siswa langsung diajak menuju ke tempat latihan keterampilan atau eksperimental, seperti untuk melihat bagaimana cara membuat sesuatu, bagaimana cara menggunakannya, untuk apa dibuat dan apa manfaatnya. Dan menurut Ahmad Muradi dalam Zuhairini metode drill atau latihan adalah suatu metode dalam pendidikan dan pengajaran dengan jalan mealtih anak-anak terhadap bahan pelajaran yang sudah diberikan.34 Metode drill atau latihan siap dimaksudkan untuk memperoleh ketangkasan atau keterampilan latihan terhadap apa yang dipelajari, karena hanya dengan melakukan secara praktis

32

Roestiyah N.K, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 125 33

Direktorat Tenaga Kependidikan Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Departemen Nasional, Strategi Pembelajaran Dan Pemilihannya, 2008, h. 29

34

Ahmad Muradi, PelaksanaanMetode Drill (Latihan Siap) Dalam Pembelajaran Bahasa Arab, Vol. 5 no. 1, januari-Juni 2006, h. 4


(32)

suatu pengetahuan dapat disempurnakan dan dapat lebih dipahami oleh siswa.

Dari beberapa pendapat di atas mengenai definisi metode drill atau latihan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa metode drill atau latihan adalah metode atau cara menyajikan bahan pelajaran dengan cara melihat secara langsung suatu kejadian atau suatu kegiatan eksperimen.

Teknik mengajar latihan ini biasanya digunakan untuk tujuan agar siswa:35

1) Memiliki keterampilan motorik seperti, menghafal, menulis, dan lain-lain.

2) Mengembangkan kecakapan intelek seperti, mengalikan, membagi, menjumlahkan dan lain sebagainya.

3) Memiliki kemampuan menghubungkan antara sesuatu keadaan dengan hal lain, seperti hubungan sebab akibat, penggunaan simbol dan lainnya.

Agar pelaksanaan metode latihan atau drill ini ada beberapa hal yang harus diperhatikan, diantaranya:36

1) Gunakan latihan ini hanya untuk pelajaran atau tindakan yang dilakukan secara otomatis yakni dilakukan siswa tanpa pemikiran dan pertimbangan yang mendalam.

2) Guru harus memilih latihan yang mempunyai arti luas yang dapat menanamkan pengertian pemahaman akan makna dan tujuan latihan sebelum mereka melakukan.

3) Guru memperhitungkan waktu latihan yang singkat saja agar tidak meletihkan dan membosankan.

4) Guru dan siswa perlu memperhatikan dan mengutamakan proses yang esensial.

35

Roestiyah, N. K, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hal. 125

36


(33)

Adapun kekurangan dan kelebihan dari metode tersebut adalah sebagai berikut. Kelebihan dari metode drill atau latihan menurut ahmad Muradi dalam Yusuf dan Syaiful anwar:37

1) Dalam waktu yang lama siswa dapat memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan

2) Siswa memperoleh pengetahuan praktis dan siap pakai, mahir dan lancar

3) Menumbuhkan kebiasaan belajar secara kontinu dan disiplin diri, melatih diri serta belajar mandiri

4) Menjadi terbiasa dan menumbuhkan semangat untuk beramal kepada Allah

5) Dapat menambah kesiapan siswa dan meningkatkan kemampuan respon yang cepat38

Sedangkan kekurangan dari metode ini adalah:39 1) Dapat membentuk kebiasaan yang kaku

2) Kurang mengembangkan bakat/inisiatif siswa untuk berpikir40 3) Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan 4) Menimbulkan kebosanan dan kejengkelan

3. Belajar Dan Hasil Belajar a. Belajar

Manusia dikatakan belajar ketika ia paham akan sesuatu hal dan berdampak bagi dirinya baik positif maupun negatif. Belajar adalah hal yang sadar ataupun tidak sadar dialalmi oleh setiap individu.

37

Ahmad Muradi, PelaksanaanMetode Drill (Latihan Siap) Dalam Pembelajaran Bahasa Arab, Vol. 5 no. 1, januari-Juni 2006, h. 5

38

Widyastuti Akhmadan, Metode Pembelajaran Ekspositori, LatihanPraktik (dril and pracicel), Penemuan dan Inkuiri, Universitas Sriwijaya, h. 3

39

Widyastuti Akhmadan, Metode Pembelajaran Ekspositori, LatihanPraktik (dril and pracicel), Penemuan dan Inkuiri, Universitas Sriwijaya, h. 3

40

Rosita, dkk, Peningkatan Aktivitas Belajar Melalui Metode Latihan Pelajaran Matematika Kelas II SDN 42 Kubu Raya, PGSD, FKIP Universitas Tanjungpura, PontianakEmail : rositaspd23@yahoo.com, hal. 3


(34)

Belajar adalah proses orang memperoleh berbagai kecakapan, keterampilan dan sikap.41 Belajar adalah aktivitas yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari apa yang telah dipelajari sebagai hasil dari interaksinya dengan lingkungan sekitarnya.42 Belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu.43

Aunurrahman dalam Burton menyebutkan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka mampu berintreaksi dengan lingkungannya.44

Keinginan belajar setiap individu berbeda tergantung ada tidaknya dorongan dalam dirinya. Kemampuan belajar seseorang adalah ciri yang membedakan jenisnya dari jenis makhluk lainnya. Kemampuan tersebut juga dapat memberikan manfaat bagi individu dan juga masyarakat. Belajar terjadi dalam interaksi dengan lingkungan dalam bergaul dengan orang dalam memegang benda dan dalam mengahadapi peristiwa.

Dikatakan belajar jika dapat menghasilkan perubahan, namun tidak semua perubahan merupakan akibat langsung dari usaha belajar. Belajar dalam prakteknya dapat dilakukan di sekolah atau diluar sekolah. Belajar di sekolah senantiasa diarahkan oleh guru kepada perubahan perilaku yang baik dan positif, sedangkan belajar di luar sekolah yang dilakukan sendiri oleh individu dapat menghasilkan perubahan perilaku yang positif ataupun negatif.

41

Margaret E. Bell-Gredler, Belajar dan Membelajarkan, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 1994), h. 1

42

Nadlir dkk, Psikologi Belajar, Pendidikan guru madrasah Ibtidaiyah, 2009

43

Rista Linawati, Metode Ceramah dan Drill (latihan)Sebagai Pemilihan Pembelajaran Kosakata Bahasa China Di SMP Warga Surakarta, Universitas Sebelas Maret, 2009, hal 33

44


(35)

Terjadinya proses belajar pada murid yang sedang berlangsung memang sulit untuk diketahui secara kasat mata, karena proses belajar berlangsung secara mental.45 Terdapat ciri-ciri yang menunjukkan bahwa seseorang melakukan kegiatan belajar:46

1) Perubahan tingkah laku aktual atau potensial

2) Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar bagi individu merupakan kemampuan baru dalam bidang kognitif atau afektif atau psikomotorik

3) Adanya usaha atau aktifitas yang sengaja dilakukan oleh orang yang belajar dari pengalaman (memperhatikan, mengamati, memikirkan, merasakan) atau dengan latihan.

Ciri-ciri belajar lainnya yang disebutkan oleh aunurrahman dalam bukunya yaitu, pertama belajar menunjukkan suatu aktivitas pada diri seseorang yang disadari atau disengaja. Kedua, belajar merupakan interaksi individu dengan lingkungan. Ketiga, hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku.47

Dapat disimpulkan bahwa dalam belajar diperoleh kemampuan-kemampuan yang bukan merupakan kemampuan yang dibawa sejak lahir, bahkan dari bawaan. Proses belajar mengajar merupakan suatu siklus yang digambarkan sebagai berikut:48

Gambar 2.1. Siklus belajar

45

Aninomus, Karaktersistik Peserta Didik, Strategi dan Metode Pembelajaran, http: //www.t125.co.cc/2010/10/karakteristik-peserta –didik-strategi-html. Hal. 6

46

Tonih Feronika, S. Pd, Buku Ajar Strategi Pembelajaran Kimia, 2008, h. 5-6

47

Dr. Aunurrahman, Belajar Dan Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2011), hal 35-37

48

Tonih Feronika, S. Pd, Buku Ajar Strategi Pembelajaran Kimia, 2008, h. 7 Planning

Observs


(36)

1) Planning atau perencanaan adalah kegiatan awal guru untuk dapat melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan baik

2) Experience (pengalaman belajar) merupakan kegiatan siswa yang

dibantu guru

3) Observs (observasi) merupakan kegiatan guru melihat proses

belajar siswa melalui catatan harian atau lembar observasi pembelajaran

4) Reflect (refleksi), dilakukan setelah kegiatan belajar mengajar yang

meliputi evaluasi proses belajar dan hasil belajar

b. Hasil Belajar

Hasil belajarperwujudan kemampuan akibat perubahan perilaku yang dilakukan oleh usaha pendidikan atau dapat diartikan perubahan dalam kemampuan kognitif, afektif dan psikornotorik, tergantung dari tujuan pengajarannya.49

Hasil belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku. Walaupun tidak semua perubahan tingkah laku dihasilkan dari belajar. Perubahan tingkah laku yang dihasilkan dari belajar adalah perubahan yang dapat diamati (observable) meskipun tidak secara mutlak. Perubahan yang dapat diamati baiasanya bersifat perubahan motorik.

Adapun perubahan lainnya yang dihasilkan dari belajar adalah perubahan afektif dan perubahan kemampuan berfikir.50

Dari proses belajar maka akan dihasilkan pula hasil perubahan kepandaian, kecakapan atau kemampuan.

49

Soeyono, dkk, Efektivitas Pembelajaran Melalui Metode Penemuan Terhadap

Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas III SDN I Plosorejo Randublatung Kab. Blora Tahun Pelajaran 2011/2012, (FIP IKIP PGRI Semarang), Volume 2, Nomor 1, Juli 2012, hal. 9

50


(37)

Gambar 2. Bagan hasil belajar

Dari bagan di atas menggambarkan bahwa belajar diakibatkan oleh adanya kegiatan evaluasi belajar (tes) dan evaluasi belajar dilakukan karena adanya kegiatan belajar. Baik buruknya hasil belajar tergantung dari pengetahuan dan perubahan perilaku dari individu yang bersangkutan terhadap apa yang dipelajari. Sementara proses belajar dan hasilnya dipengaruhi faktor internal yang mencangkup fisiologis dan psikologis, dan faktor eksternal berupa lingkungan dan instrumental.

Gambar 2.3.

Faktor yang mempengaruhi belajar dan hasil belajar

pengetahuan

perilaku

belajar tes Hasil belajar

nilai

Faktor yang mempengaruhi belajar

&hasil belajar

Internal

Eksternal

Fisiologis

Psikologis

Kondisi fisiologi umum Pancaindra

Intelegensi Perhatian Minat & bakat

Kognitif & daya nalar Motif & motivasi

Sarana & fasilitas Kurikulum Sosial

Guru Alam

Instrumental Lingkungan


(38)

B. Kerangka Berfikir

Dari penjelasan teori di atas diketahui bahwa belajar yang efektif, efisien dan kondusif adalah yang tepat menghasilkan perubahan yang lebih baik dalam hal kognitif, afektif maupun psikomotor.

Selain faktor internal yang dapat mempengaruhi kualitas belajar dan hasilnya, terdapat beberapa faktor eksternal yang juga memiliki peran penting dalam kegiatan belajar mengajar. Diantaranya adalah lingkungan atau suasana belajar. Ketika siswa merasakan kebosanan dalam kegiatan belajar yang disebabakan beberapa hal diantaranya monotonnya proses belajar, tidak menariknya penyajian materi oleh guru, komunikasi satu arah dan hal lainnya, maka permasalahan tersebut dapat menyebabkan hasil belajar yang tidak maksimal sehingga perlu dilakukan evaluasi dan beberapa perubahan pada kegiatan belajar. Diantaranya yakni mencari metode, strategi ataupun pendekatan yang sekiranya mampu membuat siswa merasa nyaman serta mendukung keberhasilan proses dan hasil belajar.

Belajar adalah aktivitas yang bertujuan. Tujuan tersebut erat kaitannya dengan perubahan atau pembentukkan tingkah laku tertentu. Namun terkadang tujuan tersebut sulit untuk dicapai siswa jika suasana belajar tidak mendukung.

Kurangnya perhatian siswa dalam proses belajar dapat disebabkan karena beberapa hal. Pertama, siswa sudah memahami informasi atau materi yang disampaikan guru, sehingga mereka menganggap materi tersebut tidak penting lagi. Kedua, dalam proses belajar mengajar guru tidak berusaha mengajak berpikir kepada siswa. Guru menganggap bahwa bagi siswa menguasai materi pelajaran lebih penting dibandingkan dengan mengembangkan kemampuan berfikir. Ketiga, guru menganggap bahwa ia adalah orang yang paling mampu dan menguasai materi pelajaran dibandingkan dengan siswa. Untuk menghindari hal–hal tersebut, sebagai guru


(39)

sudah seharusnya ia mencari solusi dari permasalahan tersebut. Bagaimana membuat siswa menjadi nyaman saat belajar. Bagaimana cara penyajian materi agar siswa ikut berpartisipasi dalam membangun pengetahuannya sendiri. Bagaimana pula mencari metode, pendekatan ataupun strategi yang sesuai agar dapat mencapai tujuan pembelajaran.

Metode, strategi, model maupun pendekatan yang bagus dapat membantu jalannya pemahaman materi siswa. Sehingga guru dituntut untuk memahami metode atau model atau strategi atau pendekatan manakah yang sekiranya bisa membantu siswa untuk mewujudkan pemahamannya tersebut.

Adapun kimia adalah mata pelajaran yang cukup rumit, khususnya di lokasi penelitian. Hal tersebut diketahui setelah penulis berdiskusi secara non formal dengan siswa dan guru. Masing-masing diskusi dilakukan secara terpisah.

Berangkat dari permasalahan tersebut maka penulis mencoba menyajikan metode inkuiri-discovery learning sebagai salah satu metode mengajar yang diharapkan dapat menjadi solusi dari permasalahan tersebut. Metode ini dapat membawa siswa merasakan langsung atau memahami secara personal dan kelompok jalannya proses pemecahan masalah melalui penemuan yang dilakukannya sendiri. Dan kegiatan dalam proses pembelajaran inkuiri-discovery learning ini dapat mengurangi kepasifan siswa dalam proses pembelajaran, menggali potensi berfikir kritis dan melatih kemandirian.

Atas dasar permasalahan tersebut maka peneliti mencoba mengangkat metode yang sebelumnya belum dilakukan oleh guru kimia di lokasi penelitian, agar dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan belajar siswa terhadap hasil belajar kimia ketika disajikan dengan cara yang berbeda dari biasanya dan diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.


(40)

Diatasi dengan menerapkan

Gambar 2.4 Bagan kerangka berfikir

C. Hipotesis Penelitian

Apakah ada pengaruh metode pembelajaran inkuiri-discovery learning terhadap hasil belajar siswa pada materi termokimia, atas dasar inilah maka penulis menyimpulkan hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Ho = tidak ada pengaruh dalam penggunaan metode pembelajaran inkuiri-

discovery learning terhadap hasil belajar siswa pada materi termokimia

Ha = ada pengaruh dalam penggunaan metode pembelajaran inkuiri- discovery

learning terhadap hasil belajar siswa pada materi termokimia

D. Hasil Penelitian Yang Relevan

1. Pelaksanaan proses belajar mengajar yang masih terpusat pada guru

2. Karakteristik materi kimia yang rumit dan bersifat abstrak sehingga menghambat pemahaman siswa

3. Aktifitas siswa dalam belajar kimia kurang menambah pengalaman siswa mengenai suasana belajar selain suasana belajar tradisional

4. Kurangnya variasi metode belajar yang digunakan guru

Metode inkuiri-discovery learning Metode ceramah dan latihan (drill)

Langkah-langkah: 1. Simulation 2. Problem statment 3. Data collection 4. Data prossesing 5. Verivication 6. Generalitation


(41)

1. Hermalina Abarua, Pengaruh Penggunaan Metode Inkuiri Terhadap Hasil Belajar Biologi Pada siswa SMUN III Ambon, Jurnal kependidikan vol. 1 no. 2 november 2004

Dalam penelitiannya menyatakan terdapat perubahan hasil belajar biologi yang lebih baik pada siswa kelas I sesudah menggunakan metode inukiri. 2. I Made Wirtha dan Ni Ketut Rapi, Pengaruh Model Pembelajaran Dan

Penalaran Formal Terhadap Penguasaan Konsep Fisika dan Sikap Ilmiah siswa SMAN 4 Singaraja, jurnal penelitian dan pengembangan pendidikan 1(2), 15-29, jurusan pendidikan fisika FMIPA Undiksha, 2008.

Hasil penelitiannya menyatakan terdapat perbedaan yang signifikan antara model pembelajaran inkuiri (MPI) dan model pembelajaran konvensional (MPK) dalam meningkatkan pemahaman konsep fisika.

3. Dainne Amor Kusuma, Jurnal penelitian jurusan matematika FMIPA UNPAD, Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematik Dengan Menggunakan Metode Inkuiri.

Hasil penelitiannya menyatakan kemempuan komunikasi matematik siswa yang memperoleh pembelajaran dengan metode inkuiri lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran secara konvensional.

4. Rensus Silalahi, jurnal penelitian edisi khusus No. 2, Agustus 2011, Kontribusi Model Pembelajaran Kontekstial Tipe Inkuiri Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran kontekstual berhasil meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa pada pelajaran PKn.

5. Niken Indraswati dalam penelitiannya yang berjudul Peningkatan Kemampuan Siswa dalam Menentukan Pokok Pikiran Bacaan melalui Metode Inkuiri. Penelitian ini membuktikan bahwa melalui metode inkuiri siswa dapat meningkatkan kemampuan dan penguasaan konsep materi menentukan pokok pikiran bacaan karena siswa dapat bertukar pikiran dan


(42)

terlibat langsung dalam pembelajaran sehingga proses belajar mengajar lebih menyenangkan.

6. I Putu Mudalara dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri BebasTerhadap Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI IPA SMAN 1 Gianyar Ditinjau Dari Sikap Ilmiah.

Pada penelitainnya dihasilkan hasil belajar kimia siswa yang belajar melalui model pembelajaran inkuiri bebas lebih tinggi dari hasil belajar kimia siswa yang belajar melalui model pembelajaran konvensional


(43)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian mengenai pengaruh metode inkuiri-discovery learning

terhadap hasil belajar siswa pada materi termokimia dilaksanakan di MAN

Rengasdengklok-Karawang, pada semester ganjil tepatnya pada tanggal 1-15 November 2010.

B. Populasi, Sampel Dan Teknik Pengumpulan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subyek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulan.1 Populasi adalah keseluruhan unit elementer yang parameternya akan diduga melalui statistika hasil analisis yang dialkukan terhadap sampel penelitian.2

Sedangkan sampel adalah bagian dari populasi (sebagian atau wakil populasi yang diteliti).3

Populasi penelitian adalah seluruh siswa MAN Rengasdengklok dan sampel yang diambil adalah siswa 30 kelas XIA, sebagai kelas kontrol dan 30 siswa kelas XIB sebagai kelas eksperimen.

Adapun teknik pengambilan sampel dilakukan melalui pemilihan sampel bertujuan (purposive sample) karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan dengan tujuan atau pertimbangan tertentu.4

1

Sugiyono, Metode Penellitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D< (Bandung: Alfabeta, 2007), h. 80

2

Abdurrahmat Fathoni, M. Si, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hal 103 3

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 131

4

Sugiyono, Metode Penellitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D< (Bandung: Alfabeta, 2007), h. 85


(44)

C. Metode Penelitian

Penelitian dilakukan dengan metode kuasi eksperimen. Dalam desain ini mempunyai kelompok kontrol tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.5

Adapun rancangan penelitian yang penulis gunakan adalah desain the

nonequivalent control group. Desain ini hamir sama dengan pretest-posttest

control group design,6 hanya dalam desain ini kelopmpok eksperimen maupun

kelompok kontrol tidak dipilih secara random. yang dapat digambarkan sebagai berikut:

Tabel 3.1. Rancangan Penelitian

O1 X O2

O3 X O4

Keterangan:

X = Perlakuan

O1 dan O3 = kelompok yang belum diberikan perlakuan (Pretes) O2 dan O4 = kelompok yang sudah diberikan perlakuan (Post-test)

D. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas (independent variable) : pengaruh metode

inkuiri-discovery learning

2. Variabel terikat (dependent variable) : hasil belajar siswa.

E. Teknik Pengumpulan Data

Pada pelaksanaan pengumpulan data, peneliti terlibat langsung, baik dalam mengambil, mengolah maupun menarik kesimpulan dari data yang diperoleh. Pada tahap awal penelitian, peneliti melakukan persiapan untuk

5

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 77

6

Sugiyono, Metode Penellitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D< (Bandung: Alfabeta, 2007), h. 79


(45)

proses pembelajaran. Kemudian peneliti melakukan pengajaran pada kelas eksperimen mengenai pokok bahasan termokimia dengan mengikuti langkah-langkah yang ada pada metode inkuiri-discovery learning sedangkan pada kelas pembelajaran dilakukan dengan metode yang biasa dilakukan oleh guru di lokasi yakni metode ceramah dan latihan.

Langkah pertama adalah simulation dimana peneliti sebagai pengajar melakukan pengenalan awal mengenai materi termokimia. Langkah kedua adalah problem statment dimana peneliti menugaskan para siswa membuat pertanyaan berdasarkan ilustrasi yang telah dilakukan pada langkah sebelumnya kemudian pertanyaan para siswa dijadikan sebagai dugaan awal atau hipotesis mengenai ilustrasi dari langkah awal pemberian materi. Selanjutnya dilakukan pengumpulan data (data collection) melalui percobaan, studi pustaka dan tanya jawab kepada nara sumber (guru kimia). Setelah data terkumpul kemudian diproses untuk disiapkan sebagai jawaban sementara dari pertanyaan yang diajukan siswa pada langkah sebelumnya dilakukan

verivication sebagai langkah untuk menentukan apakah data yang dihasilkan

dari langkah data collection dapat terbukti atau dapat dipertanggungjawabkan kebenaranannya. Langkah terakhir adalah menarik kesimpulan dari hasil olahan data yang telah di verifikasi.

Untuk pelaksanaan pembelajaran di kelas kontrol dilakukan dengan metode ceramah dan latihan (drill).

Adapun masing-masing kelas baik kelas kontrol maupun kelas eksperimen dilakukan proses pembelajaran sebanyak 8 kali pertemuan.

Setelah materi pokok bahasan termokimia selesai diberikan, kemudian peneliti memberikan tes objektif kepada kelas eksperimen maupun kelas kontrol yang berupa soal kimia mengenai pokok bahasan termokimia. Hasil tes dijadikan sebagai hasil belajar kimia siswa kemudian dikelompokkan menjadi dua bagian yakni hasil belajar kelas eksperimen dan hasil belajar kelas kontrol.

Data dalam penelitian yang digunakan untuk mengukur keberhasilan belajar siswa diperoleh dari post test mengenai materi termokimia. Post test


(46)

diberikan kepada masing-masing kelompok, yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Untuk selanjutnya dilakukan pegolahan data hasil belajar.

F. Instrumen penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian kali ini berupa tes. Tes hasil belajar adalah alat untuk mengukur sejauh mana siswa menguasai materi yang diberikan baik di kelas eksperimen maupun kelas kontrol.

Tes yang digunakan kali ini adalah berupa tes objektif sebanyak 20 soal yang terdiri dari aspek pengetahuan (C1), pemahaman (C2), aplikasi (C3) dan analisis (C4).

Tabel 3.2. Kisi-kisi instrumen penelitian

Indikator Tingkat kognitif dan No soal C1 C2 C3 C4

(Kompetensi dasar 2.1):

- Memahami hukum kekekalan energy 1,4 2, 5 3 - Menjelaskan perbedaan sistem dan

lingkungan

6, 7, 8, 10

9 11,

12

- Menjelaskan perbedaan reaksi yang melepaskan kalor (eksoterm) dengan reaksi yang menerima kalor (endoterm)

16, 14,

15, 17,

19

18 13

- Memahami macam-macam perubahan entalpi pada suatu reaksi

20, 21, 22, 25 23, 24, 26

(Kompetensi dasar 2.2) :

- Menghitung harga ΔH reaksi melalui percobaan 27, 31 28, 29, 30

- Menghitung harga ΔH reaksi dengan

menggunakan Data entalpi

pembentukkan standar (ΔHfo)

32, 33, 34 35, 36, 37, 38 - Menghitung harga ΔH reaksi dengan

menggunakan hukum Hess

39 40,

41,

42, 43,


(47)

Sebelum menentukan valid dan reliabel tidaknya suatu butir soal, terlebih dahulu dilakukan pengukuran tingkat kesukaran dan daya beda dari instrumen yng diujikan.

1. Tingkat kesukaran

Bilangan yang menunjukkan sukar tidaknya suatu soal disebut indeks kesukaran. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah ataupun terlalu susah. Tingkat kesukaran ini merupakan salah satu analisis kuantitatif konvensional paling sederhana dan mudah. Dan untuk perhitungannya dapat dengan menggunakan rumus sebagai berikut: 7

Keterangan:

P = proporsi (indeks kesukaran)

B = jumlah siswa yang menjawab benar N = jumlah total peserta tes

Dengan ketentuannya: P = 0 – 0,25 (sukar) P = 0,26 – 0,76 (sedang) P = 0,76 – 1 (mudah)

2. Daya Beda

7

Ahmad Sofyan , et. al, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN Jakarta, 2006), h.103

44 - Menghitung harga ΔH reaksi dengan

menggunakan energi ikatan

45 46,

47, 48,

49,


(48)

Daya beda digunakan untuk mengetahui kemampuan butir soal dalam membedakan kelompok siswa yang pandai dengan kelompok siswa yang kurang pandai. daya beda yang baik adalah jika nilai D > 0,30

Adapun untuk perhitungannya dapat menggunakan rumus sebagai berikut:

dengan: D = daya beda

Ba = jumlah siswa pada kelompok atas yang menjawab benar Bb = jumlah siswa pada kelompo bawah yang menjawab benar N = jumlah peserta tes

Klasifikasi harga daya pembeda:8 0,00 – 0,20 = Jelek

0,21 – 0,40 = Cukup 0,41 – 0,70 = Baik 0,71 – 1,00 = Baik sekali

Negatif = Semuanya tidak baik (soal bernilai daya pembeda negative sebaiknya tidak digunakan)

3. Validitas Instrumen

Validitas dapat diartikan tepat atau sahih, yakni sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya.9 Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi.10

Validitas dinyatakan dengan korelasi antara distribusi skor tes yang bersangkutan (X) dengan distribusi skor suatu kriteris yang relevan (Y), sehingga koefisien validitas diberi simbol rxy. Adapun perhitungan

8

Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara,2009), h. 218.

9

Ahmad Sofyan , et. al, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN Jakarta, 2006), h. 105

10

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), h. 168


(49)

q p t t i bis S X X

r  1

) (        

 1

2

1 st

q p k

k

rii i i

validitas untuk butir soal yang bersifat dikotomi (objektif) yakni dengan menggunakan rumus sebagai berikut:11

Keterangan:

rpbis = koefisien korelasi point biserial

1

X = mean skor tes yang mnejawab benar

t

X = mean skor yang menjawab salah St = mean skor total

p = populasi tes yang menjawab benar q = populasi yang menjawab salah

Untuk mengetahui valid tidaknya butir soal, maka hasil perhitungan rhitung dibandingkan dengan rtabel point biserial. Jika hasil perhitungan rhitung ≥ rtabel, maka soal tersebut valid. Jika hasil perhitungan rhitung≤ rtabel, maka soal tersebut tidak valid.

4. Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik.12 Reliabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan suatu instrumen.

Untuk perhitungan reliabilitas pada butir soal dikotomi atau soal objektif dapat digunakan rumus KR-20 yakni sebagai berikut:13

11

Ahmad Sofyan , et. al , Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN Jakarta, 2006), h.109

12

Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara,2009),

h. 178 13

Ahmad Sofyan , et. al , Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN Jakarta, 2006), h. 113


(50)

Keterangan:

rii = reliabilitas tes secara keseluruhan p = populasi tes yang menjawab benar q = populasi tes yang menjawab salah ∑pq = jumlah hasil kali antara p dan q

n = jumlah butir soal dalam perangkat instrument S = standar deviasi

Jika rhitung ≥ rtabel, maka instrumen hasil belajar pada pokok bahasan termokimia, adalah reliabel.

G. Teknik Analisis Data

Dalam analisis data dan rumus yang digunakan adalah uji-t. namun untuk menggunakan rumus tersebut terlebih dahulu dilakukan analisis persyaratan sebagai berikut:

1. Pengujian Prasyarat Analisis a. Uji normalitas data

Uji normalitas data ini dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan adalah uji liliefors dengan taraf signifikan α = 0.05. Pengujian normalitas dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Urutkan data sampel dari yang terkecil hingga terbesar Tentukan nilai

dengan: Zi = skor baku

X = nilai rata-rata Xi = skor rata-rata S = simpangan baku

S X X i

i


(51)

2) Tentukan besar peluang untuk masing-masing nilai Zi berdasarkan table Zi dan sebut dengan F(Zi) dengan aturan:

Jika Zi > 0, maka F(Zi) = 0.05 + nilai table Jika Zi < 0, maka F(Zi) = 1- (0.5 + nilai table)

3) Hitung proporsi Z1,Z2,…..,Zn yang lebih kecil atau sama dengan Zi, maka proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi), maka:

S(Zi) =banyaknya Z1, Z2, ….Zn yang ≤ Zi dibagi n

4) Hitung selisih F(Zi) – S(Zi), kemudian tentukan harga mutlaknya. Ambil nilai terbesar antara harga-harga mutlak selisih tersebut, nilai ini dinamakan Lo.

5) Memberikan interpretasi, Lo dengan membandingkan dengan Lt. Lt adalah harga yang diambil dari table harga kritis uji liliefors.

6) Mengambil kesimpulan berdasarkan harga Lo dan Lt, yang telah didapat. Apabila Lo < Lt, maka sampel berasal dari distribusi normal.

b. Uji homogenitas

Uji homogenitas dilakukan dengan melihat keadaan kehomogenan populasi. Uji homogenitas yang digunakan adalah uji Fisher, dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Tentukan hipotesis

Ho = data memiliki varians homogen

H1 = data tidak memiliki varians homogenya Bagi data menjadi 2 kelompok

2) Tentukan simpangan baku dari masing-masing kelompok. 3) Tentukan F hitung dengan

Fhitung =

terkecil terbesar

ians ians

var var

4) Tentukan taraf nyata yang digunakan.

5) Tentukan db pembilang (varians terbesar) dan db penyebut (varians terkecil).


(52)

6) Tentukan kriteria pengujian

Jika Fhitung ≤ Ftabel, maka Ho diterima, yang berarti varians kedua populasi homogen.

Jika Fhitung > Ftabel, maka Ho ditolak, yang berarti varains kedua populasi tidak homogen.

c. Pengujian Hipotesis

Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui pengaruh antara pembelajaran dengan menggunakan pendekatan

discovery learning dengan strategi inkuiri terhadap hasil belajar kimia

siswa pada pokok bahasan termokimia.

Pengujian hipotesis menggunakan ujit-t pada taraf signifikansi

α =0.05 dengan rumus sebagai berikut: 2 1 1 1 2 1 n n

dsg

X

X

t

dengan dsg =

 

2 1 1 2 1 2 2 1 1      n n v n v n Keterangan:  1

X rata-rata data kelompok eksperimen

2

X rata-rata data kelompok kontrol dsg = nilai deviasi standar gabungan

n1 = banyaknya data kelompok eksperimen n2 = banyaknya data kelompok kontrol v1 = varians data kelompok eksperimen v2 = varians data kelompok control

Dengan interpretasi jika to > tt maka Ho ditolak dan jika to < tt maka Ho diterima.

H. Hipotesis Statistik

Ho : µ1 = µ2 H1 : µ1 >µ2


(53)

Ho : tidak ada pengaruh dari penggunaan metode belajar inkuiri-discovery

learning terhadap hasil belajar siswa

H1 : ada pengaruh dari penggunaan metode belajar inkuiri-discovery learning terhadap hasil belajar siswa)

µ1 : rata-rata nilai hasil belajar kimia siswa menggunakan metode inkuiri- discovery learning

µ2 : rata-rata nilai hasil belajar kimia siswa tanpa menggunakan metode inkuiri-dsicovery learning


(54)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi dan Analisis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari hasil tes. Tes yang diberikan merupakan aspek kognitif dengan menggunakan instrumen berupa tes pilihan berganda sebanyak 20 soal yang diberikan sebelum perlakuan (pretest) dan setelah perlakuan (posttest). Data yang diperoleh meliputi data skor hasil belajar dari 60 siswa yang terdiri dari 30 siswa kelas eksperimen dan 30 siswa kelas kontrol.

Posttest bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh metode inkuiri–

discovery learning terhadap hasil belajar kimia siswa pada pokok bahasan

termokimia.

1. Deskripsi Data

Data yang didapat dalam penelitian ini terbagi menjadi dua bagian. Data pertama didapat dari hasil belajar kelas eksperimen yaitu kelas yang diberi perlakuan dengan metode inkuiri-discovery learning. Data yang kedua didapat dari hasil belajar kelas kontrol yaitu kelas yang diberi perlakuan dengan metode ceramah dan latihan (drill).

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, maka dilakukan perhitungan statistik terhadap hasil belajar kimia siswa kelas eksperimen dan kontrol. Data perhitungan statistik hasil belajar kelas eksperimen maupun kleas kontrol dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel. 4.1 Hasil Belajar Kelas Eksperimen

No Statistik Nilai


(1)

LAMPIRAN 9

PENGUJIAN UJI NORMALITAS PRETEST KELAS KONTROL

No

Xi

f

Zn

Zi

Zt

Fz

Sz

IFz-SzI

1

20

3

3

-1.577

0.441

0.058

0.100

0.041

2

25

2

5

-1.252

0.394

0.105

0.166 0.061

3

30

4

9

-0.928

0.321

0.178

0.300

0.121

4

35

3

12

-0.603

0.225

0.274

0.400

0.125

5

40

3

15

-0.279

0.106

0.393

0.500

0.106

6

45

2

17

0.045

0.016

0.516

0.566

0.050

7

50

3

20

0.370

0.144

0.644

0.666

0.022

8

55

3

23

0.694

0.254

0.754

0.766

0.011

9

60

4

27

1.019

0.343

0.843

0.900

0.056

10

65

1

28

1.343

0.409

0.909

0.933

0.023

11

70

1

29

1.668

0.451

0.951

0.966

0.015

12

75

1

30

1.992

0.476

0.976

1.000

0.023

Ltab = 0,161 (untuk N = 30)

Dari uji normalitas dengan uji Lielifors menunjukkan bahwa Lhit

< Ltab

(0,125 < 0,161),

maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut berdistribusi normal.


(2)

87

LAMPIRAN

PERHITUNGAN UJI HOMOGENITAS

1.

Varians kelas kontrol

Si

2

= 237,314

2.

Varians kelas eksperimen

Si

2

= 163,021

Fh

=

\

=

Dilakukan interpolarisasi untuk mendapatkan f

tab

df pembilang : 30

1 = 29

df penyebut : 30

1 = 29

F(30, 29) : 1,85

F

(30,30)

: 1,84

F

(29,29)

:

Berdasarkan perhitungan dari rumus di atas didapatkan Fhitung

≤ F

tabel dengan

taraf signifikansi α = 0,05 yaitu 1,455 ≤ 1,850 maka dapat disimpulkan bahwa data

homogen.


(3)

LAMPIRAN

PERHITUNGAN UJI HIPOTESIS

Uji-t dapat dihitung dengan cara :

t

=

=

=

=

=

Ho = µ (tidak berbeda nyata)

Ha

≠ µ (berbeda nyata)

df

= n1 + n2

2

= 30 + 30

2 = 58

Dilakukan interpolarisasi untuk mendapatkan ttab :

ttab(60,95%)

= 2,00

Selisih antara ttab dengan df adalah 2, jadi untuk df 58 adalah:

t(58,95%)

= 2,00 ─

(2,00)

= 2

0,034 x 2

= 2

0,0689

= 1,931


(4)

89

Dari uji-t

pretest

menunjukkan bahwa t

hit

< t

tab

(0.303 < 1,931) dengan df =

(30+30)

2 = 58 (melalui interpolarisasi) pada derajat signifikansi 95%, maka dapat

disimpulkan bahwa kedua kelas tidak berbeda nyata artinya Ho diterima dan Ha

ditolak.


(5)

Lampiran 13

REKAPITULASI INSTRUMEN PENELITIAN

No No soal Tingkat kognitif Indeks Daya Beda Kualifikasi Taraf kesukaran

Status soal Kualifikasi

1 1 C1 50 sedang Valid Dipakai

2 2 C2 16.67 sedang Tidak valid Tidak dipakai

3 3 C3 58.33 sedang Tidak Valid Tidak dipakai

4 4 C1 66.67 sukar Valid Dipakai

5 5 C2 66.67 sukar Valid Dipakai

6 6 C1 83.33 sukar Valid Dipakai

7 7 C1 -33.33 sangat mudah Tidak valid Tidak dipakai

8 8 C1 0 sedang Tidak valid Tidak dipakai

9 9 C2 50 sedang Valid Dipakai

10 10 C1 0 sedang Tidak valid Tidak dipakai

11 11 C4 16.67 sangat mudah Tidak Valid Tidak dipakai

12 12 C4 33.33 sedang Valid Dipakai

13 13 C4 33.33 sedang Valid Dipakai

14 14 C2 33.33 sedang Valid Dipakai

15 15 C2 33.33 sedang Tidak valid Tidak dipakai

16 16 C1 -16.67 mudah Valid Dipakai

17 17 C2 0 sedang Tidak valid Tidak dipakai

18 18 C3 50 sedang Tidak valid Tidak dipakai

19 19 C2 16.67 sedang Valid Dipakai

20 20 C1 16.67 sedang Tidak valid Tidak dipakai

21 21 C1 50 sedang Tidak valid Tidak dipakai

22 22 C1 16.67 sedang Valid Dipakai

23 23 C2 16.67 sukar Tidak valid Tidak dipakai

24 24 C2 50 sedang Valid Dipakai

25 25 C1 -33.33 sukar Valid Dipakai

26 26 C2 66.67 sedang Tidak valid Tidak dipakai

27 27 C3 33.33 sukar Tidak valid Tidak dipakai

28 28 C4 33.33 sukar Valid Dipakai

29 29 C4 16.67 sukar Tidak valid Tidak dipakai

30 30 C4 50 sedang Valid Dipakai

31 31 C3 0 sedang Tidak valid Tidak dipakai

32 32 C2 83.33 sedang Tidak valid Tidak dipakai

33 33 C2 16.67 sedang Tidak valid Tidak dipakai


(6)

35 35 C3 66.67 sedang Tidak valid Tidak dipakai

36 36 C3 0 sukar Tidak Valid Tidak dipakai

37 37 C3 66.67 sedang Valid Dipakai

38 38 C3 0 sedang Tidak valid Tidak dipakai

39 39 C1 33.33 sedang Valid Dipakai

40 40 C3 33.33 sukar Tidak valid Tidak dipakai

41 41 C3 33.33 sukar Tidak valid Tidak dipakai

42 42 C3 33.33 sedang valid Dipakai

43 43 C3 83.33 sedang Valid Dipakai

44 44 C3 50 sedang Tidak valid Tidak dipakai

45 45 C1 6.67 sedang Valid Dipakai

46 46 C3 16.67 sedang valid Dipakai

47 47 C3 33.33 sedang Tidak valid Tidak dipakai

48 48 C3 16.67 sedang Tidak valid Tidak dipakai

49 49 C3 33.33 sedang valid Dipakai