ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA SMP DALAM PEMBELAJARAN IPA TERPADU PADA TEMA CUACA EKSTRIM.

(1)

ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA SMP DALAM

PEMBELAJARAN IPA TERPADU PADA TEMA CUACA EKSTRIM

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Fisika

Oleh Julia Artati NIM. 0808732

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU

PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2013


(2)

ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA SMP DALAM

PEMBELAJARAN IPA TERPADU PADA TEMA CUACA EKSTRIM

Oleh Julia Artati

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Julia Artati 2013

Universitas Pendidikan Indonesia Mei 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA SMP DALAM PEMBELAJARAN IPA TERPADU PADA TEMA CUACA EKSTRIM

oleh JULIA ARTATI

0808732

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH Pembimbing I

Winny Liliawati, S.Pd, M.Si NIP: 197812182001122001

Pembimbing II

Drs. Agus Danawan, M.Si NIP: 196302221987031001

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Fisika

Dr. Ida Kaniawati, M.Si NIP. 196807031992032001


(4)

ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA SMP DALAM PEMBELAJARAN IPA TERPADU PADA TEMA CUACA EKSTRIM

J. Artati1,*, W. Liliawati2, A. Danawan2 1

Mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI 2

Dosen Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI e-mail: [email protected]

ABSTRAK

Literasi sains siswa SMP sangat dibutuhkan pada era globalisasi ini. Pentingnya literasi sains khususnya bagi siswa SMP adalah untuk mempersiapkan siswa menghadapi kehidupan yang modern dengan perkembangan sains dan teknologi yang begitu cepat. Literasi sains yang cukup tinggi dapat digunakan untuk menghadapi persoalan di kehidupan nyata. Literasi sains diperoleh siswa SMP melalui pembelajaran IPA Terpadu di sekolah. Namun berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan ternyata pembelajaran IPA terpadu di sekolah belum terlalu memperhatikan literasi sains siswa. Pembelajaran IPA Terpadu di sekolah masih berorientasi hafalan dan terdapat beberapa kendala dalam pembelajaran IPA Terpadu yaitu kesulitan dalam penentuan tema. Penelitian ini bertujuan menganalisis literasi sains siswa dalam pembelajaran IPA Terpadu pada tema cuaca ekstrim. Metoda penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan desain penelitian adalah one-shot case study selama dua kali pertemuan. Aspek literasi sains (berdasarkan PISA 2006) yang dianalisis pada penelitian ini terdiri dari aspek konteks, pengetahuan, kompetensi dan sikap . Instrumen penelitian yang digunakan untuk menganalisis literasi sains siswa adalah tes pelihan ganda, tes berbentuk uraian dan kuisioner tertutup. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase rata-rata pada aspek kompetensi diatas 50%, persentase rata-rata aspek pengetahuan juga diatas 50%, aspek konteks rata-rata diatas 50% dan aspek sikap diatas 70%. Berdasarkan hasil analisis rendahnya beberapa sub-aspek literasi sains siswa dapat disebabkan oleh siswa kurang mengingat sepenuhnya pembelajaran yang pernah dipelajari sebelumnya.

Kata kunci:Literasi Sains, Pembelajaran IPA Terpadu, PISA 2006

ABSTRACT

Junior high school students' science literacy is needed in this era of globalization. The importance of scientific literacy, especially for junior high school students is to prepare students to face life with the development of modern science and technology are so fast. Students with scientific literacy is high enough to use the ability in dealing with problems in real life. Acquired scientific literacy through science teaching junior high school students in the Integrated school. But based on the results of preliminary studies that have been done in school turns learning science not pay much attention to students' scientific literacy. Integrated science teaching in schools is still oriented rote and there are some constraints in integrated science teaching is the difficulty in determining the theme. This study aims to analyze the scientific literacy of students in learning science Built on the theme of extreme weather. The method used is descriptive analytic study design is a one-shot case study during the two meetings. Aspect of scientific literacy (based on PISA 2006) analyzed in this study consists of aspects of the context, knowledge, competencies and attitudes. The research instrument used to analyze the scientific literacy of students is multiplechoice tests and questionnaires closed form description. The results showed that the average percentage of the competency aspect above 50%, the average percentage aspects of knowledge are also above 50%, the aspect of the context of average above 50% and above 70% attitude aspects. Based on the analysis of the low number of sub-aspects of students' scientific literacy can be caused by a lack of student learning fully remember ever learned before.


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI... ...v

DAFTAR TABEL...vii

DAFTAR GAMBAR...viii

DAFTAR LAMPIRAN………....ix

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah ... 1

1. 2 Rumusan Masalah ... 3

1. 3 Batasan Masalah ... 4

1. 4 Tujuan Penelitian ... 5

1. 5 Manfaat Penelitian ... 5

1. 6 Variabel Penelitian ... 6

1. 7 Definisi Operasional ... 6

BAB II PEMBELAJARAN IPA TERPADU DAN LITERASI SAINS 2.1 Literasi Sains ... 8

2.2 IPA Terpadu...14

2.3 Pembelajaran IPA Terpadu dan Analisis Literasi Sains...26

2.4 Proses penentuan Tema Cuaca Ekstrim Pada Pembelajaran IPA Terpadu...31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode dan Desain Penelitian ... 32

3.2 Subjek Penelitian ... 33


(6)

3.4 Teknik Analisis Instrumen ... 34

3.5 Hasil Analisis Uji Coba Instrumen Penelitian ... 38

3.6 Teknik Pengolahan Data ... 39

3.7 Prosedur penelitian ... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 45

4.2 Pembahasan ... 51

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 61

5.2 Saran ... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 63


(7)

DAFTAR TABEL Tabel

2.1. Konteks Penilaian Literasi Sains PISA 2006 ... 11

2.2. Aspek Penilaian Sikap (Attitudes) Pada PISA 2006 ... 12

2.3. Pengetahuan (Knowledges) Yang Harus Dimiliki Siswa ... 13

2.4. Keterkaitan Kompetensi Dasar Dalam Pembelajaran IPA Terpadu Dengan Tema Cuaca Ekstrim ... 31

3.1. Desain Penelitian One Shot Case Study ... 32

3.2. Interpretasi Besarnya Koefisien Korelasi ... 35

3.3. Interpretasi Reliabilitas Tes... 36

3.3. Interpretasi Tingkat Kesukaran Butir Soal ... 37

3.4. Interpretasi Daya Pembeda Butir Soal ... 38


(8)

DAFTAR GAMBAR Gambar

2.1. Diagram Aspek Literasi Sains ... 11

2.2. Model Fragmented ... 16

2.3. Model Connected ... 17

2.4. Model Nested ... 17

2.5. Model Sequence ... 18

2.6 Model Shared ... 19

2.7. Model Webbed ... 20

2.8. Model Threated ... 20

2.9. Model Terpadu ... 21

2.10. Model Immerse... 22

2.11. Model Networked ... 22

2.12. Perencanaan Pembelajaran IPA Terpadu ... 23

2.13 Cuaca Ekstrim Dan Subtema ... 30

3.1. Gambar Alur Penelitian... 44

4.1. Gambar Persentase Kompetensi Siswa ... 47

4.2. Gambar Persentase Ketercapaian Aspek Pengetahuan ... 48

4.3. Gambar Persentase Konteks ... 49

4.4. Gambar Persentase Sikap ... 50

4.5. Gambar Persentase Kompetensi Siswa (Sub-Aspek) ... 52


(9)

DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN

Lampiran A ... 65

Lampiran B... 82

Lampiran C...103

Lampiran D...109


(10)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pada era pesatnya arus informasi dewasa ini, pendidikan sains berpotensi besar dan berperan penting dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas yang cakap dalam bidangnya, mampu menumbuhkan kemampuan berpikir logis dan kreatif, kemampuan memecahkan masalah, bersifat kritis, menguasai teknologi, adaptif terhadap perubahan dan perkembangan zaman (Mudzakir, 2005). Dalam lingkup yang lebih kecil tinjauan terhadap prestasi siswa-siswi Indonesia dapat dijadikan acuan. Namun berdasarkan hasil studi komparatif yang dilakukan oleh Organization for Economic Co-operation and

Development (OECD) melalui program PISA (Programme for International Student Assessment) untuk anak usia 15 tahun, Indonesia memperoleh hasil yang

tidak memuaskan. Selama ini Indonesia telah empat kali berpartisipasi dalam penelitian tersebut. Namun belum pernah memperoleh hasil yang memuaskan.

Berdasarkan hasil penelitian PISA nilai rata-rata literasi sains di Indonesia masih tergolong rendah. Nilai rata-rata sains tersebut yaitu 371 pada tahun 2000, 382 pada tahun 2003, dan 393 pada tahun 2006. Hasil ini menunjukkan perbedaan yang sangat signifikan dengan rerata internasional yang mencapai skor 500. Penyebab rendahnya literasi sains siswa Indonesia disebabkan beberapa hal lain yaitu: pembelajaran yang bersifat terpusat pada guru (teacher centered), rendahnya sikap positif siswa dalam mempelajari sains, terdapat beberapa kompetensi dasar yang tidak disukai oleh responden (siswa) terkain konten, proses dan konteks (Sumartati, 2010). Terkait beberapa penyebab rendahnya literasi sains siswa SMP dapat dilakukan berbagai upaya untuk mengatasi masalah ini. Seperti halnya yang pernah diungkapkan Ekohariadi dalam Jurnal Pendidikan Dasar vol: 10 no 1 tahun 2009 yang berjudul Faktor-faktor yang mempengaruhi

literasi sains siswa Indonesia berusia 15 tahun menyatakan salah satu cara untuk


(11)

2

efisien. Guru harus bisa merancang pembelajaran yang menyenangkan dan dapat menyajikan tema yang menarik perhatian siswa. Selain itu berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yeni Hendriyani dalam makalah penelitian yang berjudul Pengaruh pembelajaran IPA terpadu terhadap pengembangan literasi

sains siswa SMPN 3 Cimahi dan SMPN 1 Lembang menyatakan bahwa

pembelajaran IPA terpadu sangat berpengaruh pada hasil literasi sains siswa. Hal ini didasarkan pada hasil penelitian mengenai beberapa aspek dalam literasi sains siswa serta sikap siswa dalam pembelajaran IPA Terpadu. Siswa memberikan respon positif 96,45 % mengenai kemudahan dalam mengidentifikasi pertanyaan yang di ajukan guru maupun teman jika pembelajaran dilakukan secara terpadu.

Pembelajaran IPA terpadu ditujukan agar pengetahuan yang diterima siswa tidak terpisah-pisah. IPA terpadu terdiri dari fisika, kimia, biologi dan ilmu pengetahuan bumi dan antariksa (earth and space science). Pengetahuan yang terpisah-pisah mengakibatkan siswa sulit untuk menghubungkan fenomena dalam kehidupan dengan konsep yang mereka pelajari. Manfaat lain yang didapat melalui pembelajaran terpadu ialah dengan menggabungkan berbagai bidang kajian akan terjadi penghematan waktu, karena ketiga bidang tersebut (energi dan perubahannya, materi dan sifatnya, makhluk hidup dan proses kehidupan) dapat dibelajarkan sekaligus. Tumpang tindih materi juga dapat dikurangi bahkan dihilangkan.

Fakta yang diperoleh di lapangan sangat berbeda dengan pembelajaran IPA yang semestinya dilaksanakan di sekolah. Berdasarkan hasil wawancara dengan tiga orang guru mata pelajaran IPA di dua sekolah yang berbeda di peroleh informasi bahwa guru mengalami kesulitan dalam menentukan tema pembelajaran IPA terpadu. Hal yang sama juga dialami ketika peneliti sedang melaksanakan PLP (Program Latihan Profesi) di salah satu SMP swasta di Bandung. Sangat sulit untuk menerapkan IPA terpadu dengan kendala yang sama yaitu penentuan tema. Tema yang diambil haruslah tema yang kontekstual dan dapat menarik minat siswa untuk belajar. Pembelajaran IPA di sekolah hanya berorientasikan hafalan saja. Guru lebih banyak fokus mengejar penyelesaian materi ajar sehingga tidak memperhatikan literasi sains siswa. Selain itu minat siswa untuk membaca juga


(12)

3

sangat kurang. Hal ini terbukti dari keterangan guru matapelajaran IPA yang diwawancarai.

Penentuan tema pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan salah satu model terpadu yang dikembangkan oleh Fogarty yaitu model webbed. Tema yang digunakan dalam penelitian ini adalah cuaca ekstrim. Tema cuaca ekstrim dapat menghubungkan beberapa kompetensi dasar beberapa mata pelajaran IPA.

Cuaca ekstrim yang akhir-akhir ini melanda beberapa wilayah di belahan dunia dan di Indonesia secara khususnya dapat dijadikan tema dalam pembelajaran IPA terpadu. Tema cuaca ekstrim merupakan tema yang faktual. Selain itu dampak cuaca ekstrim yang di alami manusia menjadi salah satu materi yang banyak dibahas seperti penyakit yang muncul akibat cuaca ekstrim. Bencana banjir yang terjadi di beberapa wilayah di Indonesia sangat erat kaitannya dengan cuaca ekstrim. Pengambilan tema ini didasarkan pertimbangan bahwa fenomena-fenomena yang terjadi selama cuaca ekstrim dapat menarik minat siswa dalam pembelajaran. Analisis literasi sains siswa SMP dibutuhkan untuk melihat bagaimana keadaan literasi sains siswa saat ini. Oleh karena itu peneliti melakukan penelitian yang berjudul “Analisis kemampuan literasi sains siswa SMP dalam pembelajaran IPA terpadu pada tema cuaca ekstrim”.

1.2Rumusan Masalah

Rendahnya literasi sains siswa SMP di Indonesia dapat disebabkan beberapa faktor. Gambaran literasi sains siswa SMP dibutuhkan untuk melihat sejauh mana literasi sins siswa SMP di Indonesia saat ini. Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka yang menjadi rumusan masalah secara umum adalah:

“Bagaimana analisis kemampuan literasi sains siswa SMP dalam pembelajaran IPA terpadu pada tema cuaca ekstrim ?”

Untuk lebih mengarahkan penelitian maka rumusan masalah diatas dijabarkan menjadi beberapa pertanyaan penelitian berikut ini:

1. Bagaimana analisis kemampuan literasi sains siswa SMP pada aspek kompetensi (competencies) ?


(13)

4

2. Bagaimana analisis kemampuan literasi sains siswa SMP pada aspek sikap (attitude) ?

3. Bagaimana analisis kemampuan literasi sains siswa SMP pada aspek konteks (context) ?

4. Bagaimana analisis kemampuan literasi sains siswa SMP pada aspek pengetahuan (knowledge) ?

1.3Batasan Masalah

Untuk memperjelas ruang lingkup masalah yang akan diteliti maka perlu dijelaskan batasan masalah dalam penelitian ini. Batasan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Pembelajaran IPA terpadu yang digunakan dalam penelitian ini adalah model jaring laba-laba atau Webbed.

2. PISA yang menjadi acuan adalah PISA 2006, yang menitik beratkan penelitiannya pada literasi sains. Tema cuaca ekstrim yang diambil berkaitan dengan cuaca ekstrim yang terjadi di Indonesia.

Penggunaan konteks (context) berdasarkan PISA 2006 yang diteliti dalam penelitian ini hanya meliputi konteks berikut ini: Lapisan ozon, ikan asin, kebakaran hutan, penyakit, dan awan.

Aspek pengetahuan ( knowledge) berdasarkan PISA 2006 yang digunakan meliputi pengetahuan siswa mengenai: perubahan wujud zat (physics

system), atmosfer bumi (earth and space system), biosfer (living system ),

penyakit (living system), populasi (living system), biodiversiti (living

system).

Aspek kompetensi (competencies) yang digunakan yaitu:

a) Mengidentifikasi kata kunci untuk mencari informasi ilmiah; b) Menerapkan pengetahuan sains pada situasi-situasi yang diberikan; c) Mendeskripsikan atau menafsirkan fenomena secara ilmiah dan memprediksi perubahan; d) Mengidentifikasi deskripsi, penjelasan dan prediksi yang tepat; e) Menafsirkan bukti ilmiah dan mengomunikasikan simpulan; f) Mengidentifikasi asumsi, bukti dan alasan dibalik


(14)

5

kesimpulan; g) Menanggapi implikasi (dampak) sosial dalam perkembangan sains dan teknologi.

Aspek sikap (attitude) yang digunakan terdiri dari:

a)Menunjukkan rasa keingintahuan terhadap sains dan isu-isu yang berkaitan dengan sains; b) Menunjukkan kemauan untuk mendapatkan tambahan pengetahuan ilmiah dan kemampuan menggunakan sejumlah sumber dan metode; c) Mendukung penggunaan informasi faktual dan eksplanasi; d) Menyatakan kebutuhan kebutuhan logika dan proses yang yang hati-hati dalam menyimpulkan; e) Menunjukkan rasa bertanggng jawab secara personal untuk memelihara lingkungan; f) Menunjukkan kepedulian pada dampak lingkungan akibat perilaku manusia; g) Menunjukkan kemauan untuk mengambil sikap menjaga sumber daya alam.

3. Tema cuaca ekstrim yang diangkat dalam penelitian ini antara lain musim dingin yang ekstrim di eropa utara pada awal tahun 2012, hujan es, banjir, kebakaran hutan, suhu udara yang sangat tinggi di beberapa daerah di Indonesia.

4. Kemampuan literasi sains yang dianalisis diperoleh melalui tes tertulis berbentuk pilihan ganda dan uraian.

1.4Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan maka tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kemampuan literasi sains siswa SMP dalam pembelajaran IPA terpadu pada tema cuaca ekstrim.

1.5Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, diantaranya adalah: 1. Memberikan gambaran literasi sains siswa SMP saat ini.

2. Menjadi bahan referensi untuk memudahkan peneliti selanjutnya yang ingin membahas mengenai literasi sains.


(15)

6

3. Memberikan pengalaman belajar IPA terpadu kepada siswa mengenai cuaca ekstrim.

4. Menjadi bahan pertimbangan guru mata pelajaran IPA dalam pelaksanaan pembelajaran IPA terpadu di kelas.

1.6Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah literasi sains siswa SMP dan pembelajaran IPA terpadu.

1.7Definisi Operasional

1. Pembelajaran IPA terpadu

Pembelajaran IPA terpadu merupakan pembelajaran dengan menghubungkan suatu mata pembelajaran dengan beberapa mata pelajaran lain. Untuk menghubungkan suatu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya digunakan suatu tema yang berhubungan dengan materi belajar pada mata pelajaran lain.

Untuk mengukur keterlaksanaan pembelajaran IPA terpadu dengan tema cuaca ekstrim, selama proses pembelajaran berlangsung observer menilai keterlaksanaan pembelajaran melalui lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran.

2. Literasi Sains

Literasi sains adalah kemampuan menggunakan pengetahuan sains untuk mengidentifikasi permasalahan dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti dalam rangka memahami serta membuat keputusan tentang alam dan perubahan yang dilakukan terhadap alam melalui aktivitas manusia.

Konteks (Context)

Konteks merupakan area aplikasi konsep-konsep sains. Untuk menganalisis konteks digunakan soal pilihan ganda dan uraian sebanyak 19 soal. Persentase keberhasilan setiap konteks diperoleh dari banyaknya siswa yang


(16)

7

menjawab benar pada setiap konteks. Konteks yang terdapat dalam soal-soal literasi sains yang digunakan adalah lapisan ozon, ikan asin, kebakaran hutan, penyakit dan awan.

Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan merupakan pemahaman dasar sains yang dimiliki siswa untuk menyelesaikan permasalahan sains. Untuk menganalisis pengetahuan yang dimiliki siswa digunakan soal yang sama seperti halnya pada aspek konteks. Berjumlah 19 soal yang terdiri dari soal pilihan ganda dan uraian. Persentase yang diperoleh merupakan persentase banyaknya siswa yang menjawab benar pada sub-pengetahuan yang di gunakan pada tiap soal. Pengetahuan yang terdapat pada soal literasi sains adalah perubahan wujud zat (physics system), atmosfer bumi (earth and space system), biosfer (living system ), penyakit (living

system), populasi (living system), biodiversiti (living system).

Kompetensi (Competencies)

Kompetensi merupakan aspek utama dalam literasi sains. Untuk menganalisis kompetensi siswa digunakan soal yang berjumlah 19 dengan rincian 11 soal uraian dan 8 soal pilihan ganda. Kompetensi yang dianalisis meliputi mengidentifikasi isu-isu ilmiah, menjelaskan fenomena-fenomena ilmiah dan membuat kesimpulan berdasarkan bukti ilmiah.

Sikap (Attitudes)

Sikap merupakan aspek literasi sains yang mendukung untuk menganalisis bagaimana ketertarikan siswa terhadap sains, mendukung sains serta motivasi siswa dalam bertanggung jawab terhadap sumberdaya alam dan lingkungan sekitar. Untuk menganalisis sikap siswa digunakan kuisioner tertutup dengan empat pilihan “sangat tertarik”, “tertarik”, “kurang tertarik”, “tidak tertarik”.


(17)

32

BAB III

METODA PENELITIAN

3.1Metoda Dan Disain Penelitian

Metoda yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitik. Metode ini digunakan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yakni untuk menggambarkan keadaan literasi sains siswa. Penelitian ini tidak bermaksud menguji hipotesis namun hanya menggambarkan keadaan literasi sains siswa. Untuk memperoleh data penelitian digunakan instrumen yang diolah secara statistik lalu menganalisis hasil statistik.

Desain penelitian yang digunakan adalah One-Shot Case Study. Penelitian dilakukan dengan memberikan perlakuan kepada kelompok yang diteliti berupa pembelajaran IPA terpadu sebanyak dua kali pertemuan. Setelah diberikan perlakuan, kelompok tersebut diberikan post-test berupa soal literasi sains dan angket sikap sains kemudian data dari hasil post-test dianalisis. Secara bagan desain penelitian yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut :

Tabel 3.1. Desain Penelitian One-Shot Case Study

Treatment Test

X O

(Sugiyono, 2011: 110) Keterangan :

X : perlakuan (treatment) berupa pembelajaran IPA Terpadu O : tes literasi sains setelah diberikan perlakuan


(18)

33

3.2Subjek penelitian

Subjek penelitian yang digunakan adalah siswa kelas IXH di SMPN 1 Parongpong.

3.3Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh data yang dibutuhkan maka digunakan alat pengumpul data (instrumen). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

1. Wawancara

Wawancara dilaksanakan pada saat peneliti melakukan studi pendahuluan. Wawancara digunakan untuk mengetahui keadaaan nyata penggunaan instrumen penilaian yang biasa digunakan di sekolah. Serta untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran IPA terpadu di sekolah. Termasuk kesulitan yang dialami ketika proses belajar mengajar berlangsung. 2. Observasi

Sutrisno Hadi (dalam Sugiyono, 2011: 203) mengemukakan bahwa observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis, dua diantara yang penting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.

Dalam penelitian ini metode observasi digunakan untuk mengetahui kesesuaian keterlaksanaan pembelajaran dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat. Lembar observasi yang digunakan berupa tahapan kegiatan guru dan siswa saat pembelajaran serta tingkatan kriteria yang menggambarkan berlangsungnya tahapan tersebut. Observer kemudian menentukan tahapan pembelajaran terlaksana atau tidak.

3. Angket atau Kuesioner

Angket atau kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2011: 199). Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu


(19)

34

dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden.

Angket atau kuesioner digunakan untuk menganalisis sikap (attitudes) siswa terhadap sains. Jenis kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup. Kuesioner tertutup adalah kuesioner yang disusun dengan menyediakan pilihan jawaban lengkap sehingga pengisi hanya memberi tanda pada jawaban yang dipilih (Arikunto, 2010: 28). Pernyataan untuk menganalisis tingkat ketertarikan siswa terhadap sains berjumlah 15 pernyataan. Pilihan yang disediakan yaitu “sangat tertarik”, “tertarik”,

“kurang tertarik”, dan “tidak tertarik”. Berdasarkan PISA 2006 terdapat

sembilan sub-aspek sikap (attitudes). Rincian sub-aspek sikap yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada lampiran C1.

4. Tes tertulis

Tes tertulis digunakan untuk menganalisis literasi sains siswa SMP. Tes tertulis yang digunakan adalah tes tertulis yang mirip dengan yang digunakan PISA dalam melihat literasi sains anak sekolah usia 15 tahun. Tes tertulis terdiri dari soal berbentuk pilihan ganda berjumlah 8 butir soal dan soal berbentuk uraian berjumlah 11 butir soal. Rincian soal literasi sains yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada lampiran C2.

3.4Teknik Analisis Instrumen

Instrumen berbentuk tes pilihan ganda dan uraian yang diujucobakan sebelum melakukan penelitian kemudian dianalisis dengan beberapa analisis berikut ini:

1. Validitas butir soal atau validitas item.

“Agar dapat diperoleh data yang valid, instrumen atau alat yang

digunakan untuk evaluasinya harus valid” (Arikunto, 2010: 65). Anderson et.all (Arikunto, 2010: 65) “A test is valid if it measures


(20)

35

what it purpose to measures”, sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur.

Untuk mengukur validitas butir soal digunakan program ANATES dengan interpretasi yang tertera pada Tabel 3.2 berikut ini:

Tabel 3.2

Interpretasi besarnya koefisien korelasi

Sumber: Arikunto, 2010: 75

2. Reliabilitas

Untuk memperoleh nilai reliabilitas digunakan program ANATES seperti halnya memperoleh validitas butir soal. Interpretasi nilai koefisien reliabilitas dapat dilihat pada Tabel 3.3 berikut ini :

Koefisien Korelasi Kriteria Validitas

0,80 < rxy 1,00 Sangat Tinggi

0,60 < rxy 0,80 Tinggi

0,40 < rxy 0,60 Cukup

0,20 < rxy 0,40 Rendah


(21)

36

Tabel 3.3 Interpretasi Reliabilitas Tes

Sumber:Arikunto, 2010:75 3. Analisis Tingkat Kesukaran Butir Soal

Tingkat Kesukaran suatu butir soal merupakan gambaran mengenai sukar atau tidaknya suatu butir soal. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar (Arikunto, 2010: 207). Tingkat kesukaran dihitung dengan menggunakan perumusan:

B P

JS

...( 1) Keterangan:

P = Indeks Kesukaran

B= Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar JS= Jumlah seluruh siswa peserta tes

Interpretasi nilap P dapat dilihat pada Tabel 3.4 berikut ini: Koefisien Korelasi Kriteria

0,80 <r11  1,00 Sangat Tinggi 0,60 <r11  0,80 Tinggi

0,40 <r11  0,60 Cukup 0,20 <r11  0,40 Rendah


(22)

37

Tabel 3.4. Interpretasi Tingkat Kesukaran Butir Soal

Sumber: Arikunto, 2010: 210

4. Daya Pembeda Soal

Daya pembeda butir soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang tidak pandai (berkemampuan rendah) (Arikunto, 2010: 211) .

Daya pembeda butir soal dihitung dengan menggunakan perumusan:

Keterangan :

DP = Daya pembeda butir soal A

J = Banyaknya peserta kelompok atas B

J = Banyaknya peserta kelompok bawah A

B = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan

benar B

B = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal

itu dengan benar

Nilai Kriteria

0,00 Terlalu Sukar

0,00 <P 0,30 Sukar 0,31 P 0,70 Sedang 0,71 P< 1,00 Mudah


(23)

38

A

P = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

B

P = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Nilai DP yang diperoleh dapat diinterpretasikan untuk menentukan daya pembeda butir soal dengan menggunakan kriteria pada tabel 3.5:

Tabel 3.5.Interpretasi Daya Pembeda Butir Soal Nilai DP Kriteria

Negatif Soal Dibuang

0,00 – 0,20 Jelek 0,21 – 0,40 Cukup 0,41 – 0,70 Baik 0,71 – 1,00 Baik Sekali

Sumber: Arikunto, 2010: 218

3.5Hasil Analisis Uji Coba Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang telah dibuat oleh peneliti kemudian dinilai (judgemen) oleh 2 orang dosen. Selama proses penilaian dilakukan beberapa revisi terhadap instrumen ssesuai dengan saran dari penjudgement. Kemudian instrumen diuji coba di kelas IX di sekolah tempat penelitian akan dilakukan. Uji coba dilakukan untuk mengetahui apakah instrumen tersebut telah layak digunakan untuk mengukur literasi sains siswa SMP. Data hasil coba instrumen kemudian dianalisis. Analisis tes meliputi validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda. Berikut merupakan hasil analisis uji coba instrumen tes. Uji coba soal pilihan ganda dan uraian dapat dilihat pada Lampiran D5.

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil uji coba instrumen terdapat beberapa soal yang memiliki validitas rendah, daya pembeda negatif. Soal-soal ini


(24)

39

seharusnya tidak digunakan selama penelitian, namun peneliti berdiskusi dengan guru mata pelajaran IPA terpaadu di sekolah tempat melakukan penelitian. Guru mata pelajaran IPA terpadu meminta peneliti tetap menggunakan soal-soal tersebut karena beliau mengganggap soal-soal tersebut variatif.

Siswa yang menjadi sampel penelitian belum pernah mengerjakan soal seperti soal-soal yang telah disusun oleh peneliti. Guru tersebut ingin melihat bagaimana hasil yang nantinya diperoleh setelah penelitian selesai. Hal ini juga dikarenakan guru tersebut akan melaksanakan PTK mengenai kemampuan siswa menjawab soal terkait artikel fenomena-fenomena ilmiah. Dengan adanya pertimbangan dari guru IPA terpadu ditempat penelitian dilaksanakan maka soal-soal yang seharusnya tidak digunakan akan tetap digunakan selama penelitian. 3.6Teknik Pengolahan Data

1. Penskoran (soal pilihan ganda dan uraian)

Test tertulis yang dilakukan untuk mengukur literasi sains siswa berbentuk soal pilihan ganda dan uraian. Pada soal pilihan ganda jika jawaban benar maka diberi skor 1 dan jika salah diberi skor 0. Data yang diperoleh berupa skor tiap anak pada tiap soal. Data yang berbentuk kuantitatif ini selanjutnya di analisis untuk melihat literasi sains siswa. Sedangkan untuk soal uraian penskoran diberikan berdasarkan skala penilaian yang telah ditentukan peneliti. Skor yang diberikan pada soal uraian terdiri dari 0, 1, 2, dan skor maksimal 3.

Soal pilihan ganda dan uraian menggunakan rumus berikut ini untuk menentukan total skor tiap siswa.

Keterangan :

S = Skor total siswa yang benar R = Jawaban siswa yang benar


(25)

40

Total skor siswa diperoleh dari pembobotan skor siswa pada soal pilihan ganda dan uraian. Bobot untuk soal pilihan ganda adalah 60% dan soal uraian adalah 40%.

Pilihan ganda :

Keterangan:

P = skor akhir pilihan ganda S = skor total siswa

SM = skor maksimal pilihan ganda Uraian :

Keterangan:

P = skor akhir uraian S = rata-ratatotal skor siswa SM = skor maksimal uraian

Untuk menganalisis tiap sub-kompetensi literasi sains maka hasil skor siswa tiap sub-kompetensi dipersentasekan menggunakan rumus berikut ini:

100% x

Sm R Np

...( 6 ) Keterangan:

Np = Nilai persen yang dicari

R = Jumlah siswa yang menjawab benar pada soal pilihan ganda atau rata-rata skor uraian

SM = Total jumlah siswa 100 = Bilangan tetap

Menghitung rata-rata nilai kelas dengan menggunakan rumus:

n x x

i

...( 7) Keterangan:


(26)

41

x = jumlah nilai seluruh siswa i n = banyaksiswa

Menghitung Standar Deviasi nilai kelas dengan menggunakan bentuk rumus:

1 2   

n x x s i ...( 8) Keterangan:

s = standar deviasi i

x = perolehan nilai tiap siswa

x

= rata-rata nilai kelas n = banyak siswa

2. Lembar observasi

Selama proses belajar mengajar berlangsung observer menilai keterlaksanaan tahapan pembelajaran. Data yang diperoleh dari lembar observasi aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran bertujuan untuk mengetahui keterlaksanaan pembelajaran di kelas. Pada lembar observasi aktivitas guru dan siswa terdapat beberapa kriteria yang menggambarkan tahapan pembelajaran yang terjadi di kelas. Adapun persentase data hasil observasi aktivitas guru dan siswa dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

...(9) 3.7Prosedur Penelitian

1. Tahap persiapan

Tahap persiapan yang dilakukan untuk melaksanakan penelitian adalah sebagai berikut:

a. Mengaji teori-teori yang berkaitan dengan literasi sains b. Menentukan sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian c. Menentukan tema yang akan dipelajari


(27)

42

d. Mempelajari standar kompetensi dan kompetensi dasar dan menghubungkan dengan mata pelajaran IPA / Sains (fisika, kimia, biologi dan IPBA).

e. Membuat matriks pembelajaran Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA Terpadu.

f. Diskusi dan konsultasi dengan guru mata pelajaran fisika yang terkait untuk menentukan populasi dan sampel.

g. Menyusun perangkat pembelajaran yakni bahan ajar cuaca ekstrim, menuls dan mencari artikel dari internet mengenai cuaca ekstrim, membuat alat peraga pembentukan awan, serta LKS, dan menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk dua pertemuan pembelajaran. h. Membuat instrumen penelitian berupa tes literasi sains berbentuk pilihan

ganda, uraian dan kuesioner sikap.

i. Melakukan judgment instrumen penelitian kepada dua orang dosen ahli. j. Merevisi instrumen penelitian setelah mendapat judgment dari dua dosen

ahli.

k. Membuat surat izin penelitian ke lembaga yang berwenang untuk mengeluarkan surat izin penelitian.

l. Melakukan uji coba instrumen penelitian.

m. Melakukan analisis butir soal instrumen penelitian secara statistik yakni meliputi, validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran

2. Tahap pelaksanaan

Pelaksanaan Penelitian ini dilakukan dengan tahapan sebagai berikut : a. Memberikan pembelajaran IPA terpadu dengan tema “cuaca ekstrim“

sebanyak dua kali pertemuan.

b. Melakukan test diakhir pembelajaran, untuk memperoleh gambaran literasi sains siswa setelah melakukan pembelajaran IPA terpadu dengan tema


(28)

43

c. Pengisian format observasi dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Observer dalam penelitian adalah rekan-rekan mahasiswa yang telah diberikan pengarahan mengenai penelitian ini.

3. Tahap akhir

Tahapan akhir penelitian adalah sebagai berikut: a. Mengolah data hasil penelitian

b. Menganalisis dan membahas hasil temuan penelitian.

c. Menarik kesimpulan berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengolahan data untuk menjawab permasalahan penelitian.


(29)

44

Alur penelitian

Studi literatur

Menentukan sekolah dan Wawancara dengan guru mata pelajaran

Studi pendahuluan

Mengaji teori-teori mengenai literasi sains

Menentukan tema pembelajaran

Menyusun perangkat pembelajaran

Mempelajari kompetensi dasar dan menghubungkan kompetensi dasar

Instrumen penelitian

Menyusun RPP dan LKS

Tes tertulis (pilihan ganda dan uraian), kuesioner sikap, lembar keterlaksanaan pembelajaran Revisi instrumen Judgement instrumen Uji coba instrumen Pembelajaran IPA Terpadu pada tema cuaca ekstrim

Analsis uji coba instrumen

Pengolahan data Tes literasi sains

Menganalisis tes literasi sains Menarik kesimpulan P E L A K S A N A A

N A

K H I R P E R S I A P A

N Menyusun


(30)

61

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil analisis dan pengolahan data hasil tes literasi sains dan jawaban angket sikap siswa terhadap sains yang telah dilakukan di salah satu SMP di kota Bandung, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Literasi sains siswa pada aspek kompetensi (competencies) cukup tinggi. Aspek mengidentifikasi isu ilmiah memiliki persentase keberhasilan 60,49%. Aspek menjelaskan fenomena secara ilmiah memiliki persentase 94,44% pada soal pilihan ganda dan 58,2% pada soal uraian. Aspek menggunakan bukti ilmiah memiliki persentase 88,89% dan 63,40%. Secara keseluruhan hasil literasi sains siswa pada aspek kompetensi tergolong tinggi.

2. Literasi sains siswa pada aspek pengetahuan (knowledge) memiliki persentase 58,35% pada pengetahuan mengenai perubahan wujud zat, 63,59% pada pengetahuan mengenai atmosfer bumi, 100% pada pengetahuan mengenai biosfer, 69,73% pada pengetahuan mengenai penyakit, 96,30% pada pengetahuan mengenai populasi dan 76,56% pada pengetahuan mengenai biodiversiti. Secara keseluruhan hasil literasi sains pada aspek pengetahuan tergolong tinggi.

3. Literasi sains siswa pada aspek konteks memiliki persentase ketercapaian yang cukup tinggi. Pada konteks lapisan ozon persentase ketercapaian siswa menjawab soal sebesar 64,66%, konteks ikan asin 50,03, kebakaran hutan 92,61%, penyakit sebesar 92,56% dan 42,70% pada konteks awan.

4. Pada aspek sikap (attitude) siswa memberikan respon positif pada setiap aspek sikap pada literasi sains. Respon positif siswa sebesar 80% pada ketertarikan terhadap sains. Pada sikap mendukung inkuiri sains siswa merespon positif sebesar 84%. Aspek terakhir yaitu aspek tanggung jawab terhadap sumber daya alam dan lingkungan sebesar 90%.


(31)

62

5.2Saran

Dari penelitian yang telah dilakukan dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut:

1. Tema yang digunakan dalam penelitian sebaiknya disesuaikan dengan tempat melakukan penelitian.

2. Media pembelajaran bisa menggunakan media virtual, tidak harus selalu demonstrasi langsung di kelas.

3. Dalam penelitian ini aspek pengetahuan yang diteliti hanya pengetahuan ilmiah saja (scientific knowledge), jika dilakukan penelitian lanjutan sebaiknya melibatkan pengetahuan tentang sains (knowledge about science) sebagai bagian aspek yang diteliti juga.


(32)

63

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2012). Hujan asam [online]. Tersedia:

http://gooooocir.blogspot.com/2012/08/hujan-asam.html. [september 2012].

Arikunto, S.(2010).Dasar-dasar evaluasi pendidikan.revisi.Jakarta:Bumi Aksara

Depdiknas. (2006). Kurikulum tingkat satuan pendidikan SMP

Depdiknas, Puskur Balitbang. (2007). Naskah Akademik Kajian Kebijakan

Kurikulum Mata Pelajaran IPA.

Ekohariadi. (2009). “Faktor-faktor yang mempengaruhi literasi sains siswa Indonesia berusia 15 tahun”. Jurnal Pendidikan Dasar. 10, (1), 28-41

Fogarty, R. (1991). The Mindful School- How To Integrate The Curricula. Illinois: Skylight Publishing.

Garcia, R. (2011). Jenis-jenis awan [online]. Tersedia: http://infokapal.wordpress.com/2011/01/15/634. [september 2012]

Hendriani, Y. (2006). Pengaruh Pembelajaran IPA Terpadu terhadap

Pengembangan Literasi Sains Siswa SMPN 3 Cimahi dan SMPN 1 Lembang.PPPG IPA .

Kurniawan, D. (2011). Pembelajaran Terpadu: Teori, Praktik dan Penilaian. Bandung: Pustaka Cendikia utama.

OECD. (2006). “Assessing Scientific Literacy, Reading and Mathematical Literacy: A Framework for PISA 2006”.


(33)

64

Program for International Student Assesment. (2003). The PISA 2003 Assessment

Framework. Organisation For Economic Co Operation And

Development.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta

Sumartati, L. (2010). Pembelajaran IPA Berbasis Scientific And Technological

Literacy (STL). Jurnal Balai Diklat Keagamaan Bandung. IV, (9)

Toharudin,U., et al. (2011).Membangun Literasi Sains Peserta Didik. Bandung: Humaniora

Wariyono, S. (2012). Revolusi bumi dan akibatnya [online]. Tersedia: http://id.shvoong.com/exact-sciences/astronomy/2277441-revolusi-bumi-dan-akibatnya/#ixzz1y6i8oBJF [september 2012]


(1)

Julia Artati, 2013

Analisis Kemampuan Literasi Sains Siswa SMP Dalam Pembelajaran Ipa Terpadu Pada Tema Cuaca Ekstrim

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c. Pengisian format observasi dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Observer dalam penelitian adalah rekan-rekan mahasiswa yang telah diberikan pengarahan mengenai penelitian ini.

3. Tahap akhir

Tahapan akhir penelitian adalah sebagai berikut: a. Mengolah data hasil penelitian

b. Menganalisis dan membahas hasil temuan penelitian.

c. Menarik kesimpulan berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengolahan data untuk menjawab permasalahan penelitian.


(2)

Alur penelitian

Studi literatur

Menentukan sekolah dan Wawancara dengan guru mata pelajaran

Studi pendahuluan

Mengaji teori-teori mengenai literasi sains

Menentukan tema pembelajaran

Menyusun perangkat pembelajaran

Mempelajari kompetensi dasar dan menghubungkan kompetensi dasar

Instrumen penelitian

Menyusun RPP dan LKS

Tes tertulis (pilihan ganda dan uraian), kuesioner sikap, lembar keterlaksanaan pembelajaran Revisi instrumen Judgement instrumen Uji coba instrumen Pembelajaran IPA Terpadu pada tema cuaca ekstrim

Analsis uji coba instrumen

Pengolahan data Tes literasi sains

Menganalisis tes literasi sains P E L A K S A N A A

N A

K H I P E R S I A P A

N Menyusun


(3)

Julia Artati, 2013

Analisis Kemampuan Literasi Sains Siswa SMP Dalam Pembelajaran Ipa Terpadu Pada Tema Cuaca Ekstrim

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil analisis dan pengolahan data hasil tes literasi sains dan jawaban angket sikap siswa terhadap sains yang telah dilakukan di salah satu SMP di kota Bandung, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Literasi sains siswa pada aspek kompetensi (competencies) cukup tinggi. Aspek mengidentifikasi isu ilmiah memiliki persentase keberhasilan 60,49%. Aspek menjelaskan fenomena secara ilmiah memiliki persentase 94,44% pada soal pilihan ganda dan 58,2% pada soal uraian. Aspek menggunakan bukti ilmiah memiliki persentase 88,89% dan 63,40%. Secara keseluruhan hasil literasi sains siswa pada aspek kompetensi tergolong tinggi.

2. Literasi sains siswa pada aspek pengetahuan (knowledge) memiliki persentase 58,35% pada pengetahuan mengenai perubahan wujud zat, 63,59% pada pengetahuan mengenai atmosfer bumi, 100% pada pengetahuan mengenai biosfer, 69,73% pada pengetahuan mengenai penyakit, 96,30% pada pengetahuan mengenai populasi dan 76,56% pada pengetahuan mengenai biodiversiti. Secara keseluruhan hasil literasi sains pada aspek pengetahuan tergolong tinggi.

3. Literasi sains siswa pada aspek konteks memiliki persentase ketercapaian yang cukup tinggi. Pada konteks lapisan ozon persentase ketercapaian siswa menjawab soal sebesar 64,66%, konteks ikan asin 50,03, kebakaran hutan 92,61%, penyakit sebesar 92,56% dan 42,70% pada konteks awan.

4. Pada aspek sikap (attitude) siswa memberikan respon positif pada setiap aspek sikap pada literasi sains. Respon positif siswa sebesar 80% pada ketertarikan terhadap sains. Pada sikap mendukung inkuiri sains siswa merespon positif sebesar 84%. Aspek terakhir yaitu aspek tanggung jawab terhadap sumber daya alam dan lingkungan sebesar 90%.


(4)

5.2Saran

Dari penelitian yang telah dilakukan dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut:

1. Tema yang digunakan dalam penelitian sebaiknya disesuaikan dengan tempat melakukan penelitian.

2. Media pembelajaran bisa menggunakan media virtual, tidak harus selalu demonstrasi langsung di kelas.

3. Dalam penelitian ini aspek pengetahuan yang diteliti hanya pengetahuan ilmiah saja (scientific knowledge), jika dilakukan penelitian lanjutan sebaiknya melibatkan pengetahuan tentang sains (knowledge about science) sebagai bagian aspek yang diteliti juga.


(5)

Julia Artati, 2013

Analisis Kemampuan Literasi Sains Siswa SMP Dalam Pembelajaran Ipa Terpadu Pada Tema Cuaca Ekstrim

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2012). Hujan asam [online]. Tersedia:

http://gooooocir.blogspot.com/2012/08/hujan-asam.html. [september

2012].

Arikunto, S.(2010).Dasar-dasar evaluasi pendidikan.revisi.Jakarta:Bumi Aksara

Depdiknas. (2006). Kurikulum tingkat satuan pendidikan SMP

Depdiknas, Puskur Balitbang. (2007). Naskah Akademik Kajian Kebijakan

Kurikulum Mata Pelajaran IPA.

Ekohariadi. (2009). “Faktor-faktor yang mempengaruhi literasi sains siswa Indonesia berusia 15 tahun”. Jurnal Pendidikan Dasar. 10, (1), 28-41

Fogarty, R. (1991). The Mindful School- How To Integrate The Curricula. Illinois: Skylight Publishing.

Garcia, R. (2011). Jenis-jenis awan [online]. Tersedia: http://infokapal.wordpress.com/2011/01/15/634. [september 2012]

Hendriani, Y. (2006). Pengaruh Pembelajaran IPA Terpadu terhadap

Pengembangan Literasi Sains Siswa SMPN 3 Cimahi dan SMPN 1 Lembang.PPPG IPA .

Kurniawan, D. (2011). Pembelajaran Terpadu: Teori, Praktik dan Penilaian. Bandung: Pustaka Cendikia utama.

OECD. (2006). “Assessing Scientific Literacy, Reading and Mathematical Literacy: A Framework for PISA 2006”.


(6)

Program for International Student Assesment. (2003). The PISA 2003 Assessment

Framework. Organisation For Economic Co Operation And

Development.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta

Sumartati, L. (2010). Pembelajaran IPA Berbasis Scientific And Technological

Literacy (STL). Jurnal Balai Diklat Keagamaan Bandung. IV, (9)

Toharudin,U., et al. (2011).Membangun Literasi Sains Peserta Didik. Bandung: Humaniora

Wariyono, S. (2012). Revolusi bumi dan akibatnya [online]. Tersedia: http://id.shvoong.com/exact-sciences/astronomy/2277441-revolusi-bumi-dan-akibatnya/#ixzz1y6i8oBJF [september 2012]