Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Minum-Minuman Keras terhadap Perilaku Agresif Siswa T1 132009034 BAB II

(1)

BAB II

LANDASAN TEORITIS

2.1.

Perilaku Agresif pada Siswa

2.1.1.

Pengertian Perilaku Agresif Siswa

Sobur (2009) Agresif adalah mengekspresikan pikiran, perasaa dan keyakinan kita dengan cara yang kurang pantas dan menggangu hak – hak orang lain. Pendapat diatas dipertegas oleh ( Baron dan Byrne 1997 )

Mengungkapkan bahwa agresif adalah tingkah laku individu yang ditunjukkan untuk melukai atau melecehkan individu lain yang tidak menginginkan datangya tingkah laku tersebut. Definisi tersebut mencangkup empat faktor yaitu, tingkah laku, tujuan untuk melukai atau mencelakakan, individu yang menjadi pelaku dan individu yang menjadi korban, serta ketidakinginan korban menerima tingkah laku pelaku.

Alexander dan Schneiders (Kisworowati, 1992) Mendefinisikan agresi sebagai suatu bentuk respon yang mencari pengurangan ketegangan dan frustasi melalui perilaku yang banyak menuntut, memaksa dan menguasai orang lain.

Salim dan Salim (Winkel 2004) Siswa adalah seseorang yang terdaftar dan menjalani pendidikan di perguruan tinggi. Usia siswa seperti ditegaskan oleh Winkel, pada umumnya berkisar antara 18 –25 tahun (Kartono, 1985). Siswa adalah pelajar di perguruan tinggi yang harus memiliki tiga komponen yaitu tahu, berbuat dan menghargai.

Berdasarkan definisi di atas, maka perilaku agresif siswa dapat diartikan sebagai tingkah laku kekerasan secara fisik secara fisik ataupun secara verbal terhadap individu lain ataupun terhadap objek-objek yang dilakukan oleh siswa.

2.1.2.

Bentuk-bentuk Perilaku Agresif

Byrne (dalam Kisworowati, 1992) Membedakan agresi menjadi dua yaitu agresi fisik yang dilakukan dengan cara melukai atau menyakiti badan dan agresi verbal yaitu agresi yang dilakukan dengan mengucapkan kata-kata kotor atau kasar.


(2)

Pendapat lain kemukakan oleh Buss (dalam Ekapeni, 2001) menurut Buss ada delapan perilaku agresif yaitu :

a. Agresi fisik aktif yang dilakukan secara langsung misalnya menusuk, memukul, mencubit.

b. Agresi fisik pasif yang dilakukan secara tidak langsung misalnya menjebak untuk mencelakakan orang lain.

c. Agresi verbal aktif yang dilakukan secara langsung misalnya menolak melakukan sesuatu.

d. Agresi verbal aktif yang dilakukan secara langsung misalny mencaci maki orang lain. e. Agresi verbal aktif yang dilakukan secara tidak langsung misalnya menyebarkan gosip

tidak baik tentang orang lain.

f. Agresi verbal pasif yang dilakukan secara langsung misalnya tidak mau bicara dengan orang lain.

g. Agresi verbal pasif yang dilakukan secara tidak langsung misalnya diam saja meskipun tidak setuju.

Berdasarkan uraian di atas dapat diperoleh kesimpulan bahwa bentuk-bentuk perilakau agresif verbal atau fisik terhadap objek yang dilakukan langsung atau tidak langsung dengan intensitas secara pasif atau aktif.

2.1.3.

Aspek-aspek Perilaku Agresif

Buss & Perry (1992) perilaku agresif dipelajari seperti perilaku intrumental lainnya melalui reward dan punishment. Perilaku agresif akan terbentuk dan diulang oleh individu karena dengan melakukan perilaku agresif individu memperoleh efek yang menyenangkan, dan sebaliknya individu tidak akan mengulang perilaku agresif apabila perilaku tersebut menimbulkan efek yang tidak menyenangkan bagi dirinya (Koeswara, 1992).

Buss & Perry (1992) menyebut empat aspek perilaku agresif, yaitu:

a. Aspek pertama yakni agresi fisik yang merupakan tindakan agresi yang menyakiti individu lain secara fisik, seperti memukul, menendang dan lain-lain.


(3)

b. Aspek kedua adalah agresi verbal, yaitu respon vokal yang menyampaikan stimulus yang menyakiti mental dalam bentuk penolakan dan ancaman. Seperti mengumpat, menyebarkan cerita yang tidak menyenangkan tentang seseorang kepada orang lain, memaki, mengejek, membentak, dan berdebat.

c. Aspek ketiga adalah kemarahan, yakni emosi negatif yang disebabkan oleh harapan yang tidak terpenuhi dan bentuk ekspresinya dapat menyakiti orang lain serta dirinya sendiri. Reaksi emosional akut yang ditimbulkan oleh sejumlah situasi yang merangsang termasuk ancaman agresi lahiriah, pengekangan diri, serangan lisan, kekecewaan atau frustasi dan dicirikan oleh reaksi kuat pada syaraf otonomik, khususnya oleh reaksi darurat pada bagian simpatik dan secara implisit disebabkan oleh reaksi serangan lahiriah, baik yang bersifat somatik atau jasmani maupun verbal atau lisan.

Aspek yang terakhir adalah hostility atau permusuhan, yakni tindakan yang mengekspresikan kebencian, permusuhan, antagonisme ataupun kemarahan yang sangat kepada pihak lain.

Dari uraian di atas penulis menekankankan bahwa aspek perilaku agresi meliputi prasangka, otoriter, survival, perlawanan disiplin, superroritas, egosentrisme dan keinginan untuk menyerang. Dan aspek yang mengikuti yaitu pertahanan diri, tingkah laku naluriah, aspek terkendali secara sadar (pasif) dan aspek ekpresif (aktif).

2.1.4.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Agresif

Buss & Perry (dalam Anderson & Bushman, 2002) menyatakan bahwa secara umum perilaku agresif dipengaruhi oleh dua faktor utama, yakni faktor personal dan faktor situasional. Faktor personal meliputi karakter bawaan individu yang menentukan reaksi individu tersebut ketika menghadapi situasi tertentu. Sementara itu, faktor situasional mencakup fitur-fitur atau hal-hal yang terjadi di lingkungan yang juga mempengaruhi reaksi individu terhadap suatu peristiwa. Dengan kata lain, faktor personal adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu, sedangkan faktor situasional adalah faktor yang berasal dari luar individu. Kedua faktor tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :

1.

Faktor Personal

a. Sifat


(4)

Sifat-sifat tertentu dapat menyebabkan seseorang lebih agresif dari

orang lain. Misalnya, individu yang memiliki sifat pencemburu akan lebih

agresif.

b. Jenis Kelamin

Laki-laki dan perempuan memiliki kecenderungan perilaku agresif

yang berbeda. Laki-laki terbukti lebih banyak terlibat tindakan agresif

dibanding perempuan, dan pilihan agresi antara laki-laki dan perempuan

terbukti berbeda. Perempuan lebih memilih agresi tidak langsung, sementara

laki-laki lebih banyak terlibat pada tindak agresi langsung.

c. Keyakinan

Individu yang memiliki keyakinan bahwa dirinya mampu melakukan

tindakan agresif lebih mungkin memilih melakukan tindakan agresif

ketimbang individu yang tidak yakin bahwa dirinya dapat melakukan

tindakan agresif.

d. Sikap

Sikap adalah evaluasi umum seseorang terhadap diri mereka sendiri,

orang lain, objek-objek ataupun isu-isu tertentu. Sikap positif terhadap

perilaku agresif terbukti mempersiapkan individu untuk melakukan tindakan

agresif. Sebaliknya, sikap negatif terhadap perilaku agresif terbukti

mencegah seseorang untuk melakukan tindakan agresif.

e. Nilai

Nilai adalah keyakinan mengenai apa yang harus dan sebaiknya

dilakukan. Nilai yang dianut seseorang mempengaruhi keputusannya untuk

melakukan perilaku agresif. Contohnya, orang yang menganut nilai bahwa

kekerasan diperbolehkan untuk mengatasi konflik interpersonal lebih

berperilaku agresif untuk menyelesaikan konflik yang dihadapinya.

f. Tujuan Jangka Panjang

Tujuan hidup jangka panjang juga mempengaruhi kesiapan individu

untuk terlibat dalam perilaku agresif. Misalnya, tujuan beberapa anggota

geng adalah untuk dihormati dan dihargai. Tujuan ini mewarnai persepsi,


(5)

nilai-nilai, dan keyakinan anggota geng mengenai pantas tidaknya

melakukan suatu tindakan tertentu, dan akhirnya mempengaruhi keputusan

anggota geng untuk terlibat dalam perilaku agresif.

2.

Faktor Situasional

a. Petunjuk untuk Melakukan Tindakan Agresif (Aggressive Cues)

Aggressive Cues

adalah objek yang menimbulkan konsep-konsep yang

berhubungan dengan agresi dalam memori. Contohnya, ketika seseorang

dihadapkan pada sebuah senjata api, maka akan lebih agresif dibandingkan

ketika dihadapkan dengan sebuah raket. Selain senjata api, objek lain yang

termasuk dalam kategori ini adalah eksposur pada tayangan bermuatan

kekerasan di televisi, film, dan

video games

.

b. Provokasi

Faktor situasional lain yang sangat penting pengaruhnya terhadap

perilaku agresif adalah provokasi. Provokasi mencakup hinaan, ejekan,

sindiran kasar serta bentuk agresi verbal lainnya, agresi fisik,

gangguan-gangguan yang menghambat pancapaian suatu tujuan dan sejenisnya.

Karyawan yang mendapatkan provokasi untuk mempersiapkan bahwa ia

dapat perlakuan yang tidak adil terbukti lebih agresif di tempat kerjanya.

c. Frustasi

Frustasi terjadi ketika individu menemui hambatan untuk mencapai

tujuan. Seseorang yang mengalami frustasi terbukti lebih agresif terhadap

agen yang menyebabkan terhalangnya pencapaian tujuan, ataupun pada

pihak-pihak yang sebenarnya tidak bertanggungjawab atas gagalnya

pencapaian tujuan. Selain itu, individu yang mengalami frustasi juga

terbukti melampiaskan rasa frustasinya dengan menyerang benda-benda

yang ada di sekitarnya.

d. Rasa Sakit dan Ketidaknyamanan

Kondisi-kondisi

fisik

lingkungan

yang

menyebabkan


(6)

bising, terlalu panas, ataupun berbau tidak sedap terbukti meningkatkan

perilaku agresif.

e. Obat-obatan

Penggunaan obat-obatan atau zat-zat tertentu seperti kafein ataupun

alkohol dapat meningkatkan perilaku agresif secara tidak langsung. Individu

yang berada di bawah pengaruh zat-zat seperti alkohol ataupun zat

psikotropika lainnya, lebih mudah terprovokasi, merasa frustasi, ataupun

menangkap petunjuk untuk melakukan kekerasan dibanding individu yang

tidak menggunakan zat-zat tersebut.

f. Intensif

Pada dasarnya manusia memiliki kecenderungan untuk selalu

menginginkan lebih banyak hal. Maka dari itu, ada banyak objek yang dapat

digunakan sebagai intensif yang diberikan pada seseorang untuk melakukan

tindakan agresif. Perilaku agresif dapat dimediasi dengan memberikan

imbalan berupa hal yang dianggap berharga oleh pelaku. Misal, penggunaan

uang dapat memancing individu untuk melakukan tindakan kekerasan.

2.2.

Minum-minuman Keras

2.2.1.

Pengertian Minuman Keras

Minuman keras atau minuman beralkohol yaitu minuman yang mengandung ethanol yang diproses dari hasil bahan perhanian yang mengandung karbohidrat dengan cara frementasi dan destilasi atau fermentasi tanpa destilasi baik dengan cara memberikan perlakuan terlebih dahulu atau tidak, menambahkan bahan lain dan tidak, maupun yang diproses dengan cara mencampur konsentrat dengan ethanol atau dengan cara mengenal minuman yang mengadung ethanol (Rauf, 1997). Minuman keras atau yang biasa disebut alkohol merupakan senyawa alfatis etil alkohol dan tegolong dalam kelompok alkohol, sehingga akhirnya dikenal dengan alkohol saja. Minuman keras yang berkadar rendah (tidak lebih dari 14%) diperoleh dari fermentasi buah, biji dan umbi


(7)

seperti anggur, apel, beras atupun singkong. Minuman keras memiliki kemampuan untuk menekan aktivitas saraf pusat hingga mengurangi rasa malu atau cemas. Jika minuman keras diminum secara berlebihan, maka peminumnya akan keracunan ethnol. Pada organ tubuh, alkohol yang berlebihan akan merusak jaringan otak secara permanen sehingga mengganggu daya ingat, kemampuan belajar dan daya penalrana. Minuman keras yang berkadar tinggi dapat pula merusah fungsi organ tubuh, alkohol yang belebihan akan merusak jaringan otak secara permanen sehingga minuman keras yang berkadar tinggi dapat pula merusak fugsi organ tubuh seperti ginjal dan hati (Longer dikutip Hardani, 1999).

Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa minuman keras adalah minuman yang mengandung alkohol yang dihasilkan dengan cara penyampuran, peragian sehingga menghasilkan kadar alkohol yang berbeda beda dan bila menggunakan dosis tinggi akan membuat mabuk. Minuman keras / alkohol yang berlebihan akan merusak jaringan otak secara permanen sehingga mengganggu daya ingat, kemampuan belajar dan daya penalaran.

2.2.2.

Pengertian Minum-Minuman Keras

Dalam kamus psikologi Chaplin (1995) disebutkan bahwa perilaku mempunyai beberapa arti yaitu (a) beberapa yang dilakukan organisem, (b) sebagai salah satu respon spesifik dari seluruh pola respon dan (c) suatu kegiatan atau aktivitas.

Hubley dan Meror (dikutip Hardani, 1999) menggolongkan minuman keras menajadi tiga jenis yaitu : (a) bir dengan kadar alkohol satu sampai lima persen, (b) anggur dengan kadar alkohol lima sampai dengan dua puluh persen dan (c) liquat dengan kadar alkohol dua puluh persen sampai dengan lima puluh persen. Makin tinggi kandungan kadar alkoholnya makin besar pengaruhnya bagi si peminum.

Dari beberapa pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa minum-minuman keras adalah kebiasaan minum-minum-minuman keras dengan jumlh dan kadar alkohol yang diminum dari yang terendah sampai yang tinggi.

2.2.3.

Aspek-aspek dalam Minum-minuman Keras

Aspek minum-minuman keras (Hardani, 1999)


(8)

a. Frekuensi minum, yang ditunjukkan intensitas subjek dalam meminum-minuman keras.

b. Kadar minuman keras yang diminum. c. Jumlah minuman keras yang diminum.

d. Cara minuman keras yang ditunjukkan bag aimana subjek meminum-minuman keras.

2.3.

Pengaruh Minum-minumankeras terhadap Perilaku Agresif pada Siswa.

Atkinson, (1993) menyatakan perilaku agresi bisa diartikan sebagai perilaku yang dimaksudkan untuk melukai orang lain baik secara fisik maupun verbal atau merusak harta benda. Perilaku agresif juga melibatkan setiap bentuk penyiksaan psikologis atau emosional seperti mempermalukan, menakut nakuti atau mengancam (Breakwell dalam Ariati, 1998).

Minum-minuman keras menimbulkan beberapa sensasi menyenangkan bagi penggunanya, misalkan menjadi rileks, tenang, dan puas. Jika upaya para pecandu alkohol untuk mendapatkan kepuasan dan ketenangan tersebut terhambat, maka akan muncul perilaku agresif, hal ini merujuk pada hipotesis frustasi-agresi dinyatakan oleh Dollard, (Atkinson, 1993).

Pada organ tubuh, alkohol yang berlebihan akan merusak jarngan otak secara permanen sehingga mengganggu daya ingat, kemampuan belajar dan daya penalaran. Minuman keras yang berkadar tinggi dapat pula merusak fungsi organ tubuh seperti ginjal dan hati ( Longer dikutip Hardani, 1999)

Minuman keras atau minuman beralkohol yaitu minuman yang mengandung ethanol yang diproses dari hasil bahan pertanian yang mengandung kabohidrat dengan cara fermentasi dan destilasi atau fermentasi tanpa destilasi baik dengan cara memberikan perlakukan terlebih dahulu atau mencampur konsentrat dengan ethanol atau dengan cara pengenran minuman yang mengandung ethanol (Rauf, 1997). Tersedianya minuman keras atau beralkohol merupakan salah satu alasan siswa untuk mencobanya dan untuk memecahkan persoalan-persoalan psikologis dalam dirinya.

Berdasarkan keterangan yang dihimpun dapat disimpulkan bahwa keinginan siswa untuk menyerang benda maupun orang lain karena kecanduannya terhadap minum-minuman keras


(9)

yang berlebihan dan juga untuk memecahkan persoalan-persoalan spikologis dalam dirinya. semakin tingggi perilakui minum-minuman keras maka semakin tinggi pula perilaku agresifnya.

2.4.

Hipotesis

Terdapat Pengaruh yang Signifikan Minum-minuman keras terhadap Perilaku

Agresif Siswa SMK Saraswati Salatiga Tahun Ajaran 2012/2013.


(1)

Sifat-sifat tertentu dapat menyebabkan seseorang lebih agresif dari

orang lain. Misalnya, individu yang memiliki sifat pencemburu akan lebih

agresif.

b. Jenis Kelamin

Laki-laki dan perempuan memiliki kecenderungan perilaku agresif

yang berbeda. Laki-laki terbukti lebih banyak terlibat tindakan agresif

dibanding perempuan, dan pilihan agresi antara laki-laki dan perempuan

terbukti berbeda. Perempuan lebih memilih agresi tidak langsung, sementara

laki-laki lebih banyak terlibat pada tindak agresi langsung.

c. Keyakinan

Individu yang memiliki keyakinan bahwa dirinya mampu melakukan

tindakan agresif lebih mungkin memilih melakukan tindakan agresif

ketimbang individu yang tidak yakin bahwa dirinya dapat melakukan

tindakan agresif.

d. Sikap

Sikap adalah evaluasi umum seseorang terhadap diri mereka sendiri,

orang lain, objek-objek ataupun isu-isu tertentu. Sikap positif terhadap

perilaku agresif terbukti mempersiapkan individu untuk melakukan tindakan

agresif. Sebaliknya, sikap negatif terhadap perilaku agresif terbukti

mencegah seseorang untuk melakukan tindakan agresif.

e. Nilai

Nilai adalah keyakinan mengenai apa yang harus dan sebaiknya

dilakukan. Nilai yang dianut seseorang mempengaruhi keputusannya untuk

melakukan perilaku agresif. Contohnya, orang yang menganut nilai bahwa

kekerasan diperbolehkan untuk mengatasi konflik interpersonal lebih

berperilaku agresif untuk menyelesaikan konflik yang dihadapinya.

f. Tujuan Jangka Panjang

Tujuan hidup jangka panjang juga mempengaruhi kesiapan individu

untuk terlibat dalam perilaku agresif. Misalnya, tujuan beberapa anggota

geng adalah untuk dihormati dan dihargai. Tujuan ini mewarnai persepsi,


(2)

nilai-nilai, dan keyakinan anggota geng mengenai pantas tidaknya

melakukan suatu tindakan tertentu, dan akhirnya mempengaruhi keputusan

anggota geng untuk terlibat dalam perilaku agresif.

2.

Faktor Situasional

a. Petunjuk untuk Melakukan Tindakan Agresif (Aggressive Cues)

Aggressive Cues adalah objek yang menimbulkan konsep-konsep yang

berhubungan dengan agresi dalam memori. Contohnya, ketika seseorang

dihadapkan pada sebuah senjata api, maka akan lebih agresif dibandingkan

ketika dihadapkan dengan sebuah raket. Selain senjata api, objek lain yang

termasuk dalam kategori ini adalah eksposur pada tayangan bermuatan

kekerasan di televisi, film, dan video games.

b. Provokasi

Faktor situasional lain yang sangat penting pengaruhnya terhadap

perilaku agresif adalah provokasi. Provokasi mencakup hinaan, ejekan,

sindiran kasar serta bentuk agresi verbal lainnya, agresi fisik,

gangguan-gangguan yang menghambat pancapaian suatu tujuan dan sejenisnya.

Karyawan yang mendapatkan provokasi untuk mempersiapkan bahwa ia

dapat perlakuan yang tidak adil terbukti lebih agresif di tempat kerjanya.

c. Frustasi

Frustasi terjadi ketika individu menemui hambatan untuk mencapai

tujuan. Seseorang yang mengalami frustasi terbukti lebih agresif terhadap

agen yang menyebabkan terhalangnya pencapaian tujuan, ataupun pada

pihak-pihak yang sebenarnya tidak bertanggungjawab atas gagalnya

pencapaian tujuan. Selain itu, individu yang mengalami frustasi juga

terbukti melampiaskan rasa frustasinya dengan menyerang benda-benda

yang ada di sekitarnya.

d. Rasa Sakit dan Ketidaknyamanan

Kondisi-kondisi

fisik

lingkungan

yang

menyebabkan

ketidaknyamanan dapat meningkatkan perilaku agresif. Lingkungan yang


(3)

bising, terlalu panas, ataupun berbau tidak sedap terbukti meningkatkan

perilaku agresif.

e. Obat-obatan

Penggunaan obat-obatan atau zat-zat tertentu seperti kafein ataupun

alkohol dapat meningkatkan perilaku agresif secara tidak langsung. Individu

yang berada di bawah pengaruh zat-zat seperti alkohol ataupun zat

psikotropika lainnya, lebih mudah terprovokasi, merasa frustasi, ataupun

menangkap petunjuk untuk melakukan kekerasan dibanding individu yang

tidak menggunakan zat-zat tersebut.

f. Intensif

Pada dasarnya manusia memiliki kecenderungan untuk selalu

menginginkan lebih banyak hal. Maka dari itu, ada banyak objek yang dapat

digunakan sebagai intensif yang diberikan pada seseorang untuk melakukan

tindakan agresif. Perilaku agresif dapat dimediasi dengan memberikan

imbalan berupa hal yang dianggap berharga oleh pelaku. Misal, penggunaan

uang dapat memancing individu untuk melakukan tindakan kekerasan.

2.2.

Minum-minuman Keras

2.2.1.

Pengertian Minuman Keras

Minuman keras atau minuman beralkohol yaitu minuman yang mengandung ethanol yang diproses dari hasil bahan perhanian yang mengandung karbohidrat dengan cara frementasi dan destilasi atau fermentasi tanpa destilasi baik dengan cara memberikan perlakuan terlebih dahulu atau tidak, menambahkan bahan lain dan tidak, maupun yang diproses dengan cara mencampur konsentrat dengan ethanol atau dengan cara mengenal minuman yang mengadung ethanol (Rauf, 1997). Minuman keras atau yang biasa disebut alkohol merupakan senyawa alfatis etil alkohol dan tegolong dalam kelompok alkohol, sehingga akhirnya dikenal dengan alkohol saja. Minuman keras yang berkadar rendah (tidak lebih dari 14%) diperoleh dari fermentasi buah, biji dan umbi


(4)

seperti anggur, apel, beras atupun singkong. Minuman keras memiliki kemampuan untuk menekan aktivitas saraf pusat hingga mengurangi rasa malu atau cemas. Jika minuman keras diminum secara berlebihan, maka peminumnya akan keracunan ethnol. Pada organ tubuh, alkohol yang berlebihan akan merusak jaringan otak secara permanen sehingga mengganggu daya ingat, kemampuan belajar dan daya penalrana. Minuman keras yang berkadar tinggi dapat pula merusah fungsi organ tubuh, alkohol yang belebihan akan merusak jaringan otak secara permanen sehingga minuman keras yang berkadar tinggi dapat pula merusak fugsi organ tubuh seperti ginjal dan hati (Longer dikutip Hardani, 1999).

Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa minuman keras adalah minuman yang mengandung alkohol yang dihasilkan dengan cara penyampuran, peragian sehingga menghasilkan kadar alkohol yang berbeda beda dan bila menggunakan dosis tinggi akan membuat mabuk. Minuman keras / alkohol yang berlebihan akan merusak jaringan otak secara permanen sehingga mengganggu daya ingat, kemampuan belajar dan daya penalaran.

2.2.2.

Pengertian Minum-Minuman Keras

Dalam kamus psikologi Chaplin (1995) disebutkan bahwa perilaku mempunyai beberapa arti yaitu (a) beberapa yang dilakukan organisem, (b) sebagai salah satu respon spesifik dari seluruh pola respon dan (c) suatu kegiatan atau aktivitas.

Hubley dan Meror (dikutip Hardani, 1999) menggolongkan minuman keras menajadi tiga jenis yaitu : (a) bir dengan kadar alkohol satu sampai lima persen, (b) anggur dengan kadar alkohol lima sampai dengan dua puluh persen dan (c) liquat dengan kadar alkohol dua puluh persen sampai dengan lima puluh persen. Makin tinggi kandungan kadar alkoholnya makin besar pengaruhnya bagi si peminum.

Dari beberapa pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa minum-minuman keras adalah kebiasaan minum-minum-minuman keras dengan jumlh dan kadar alkohol yang diminum dari yang terendah sampai yang tinggi.

2.2.3.

Aspek-aspek dalam Minum-minuman Keras

Aspek minum-minuman keras (Hardani, 1999)


(5)

a. Frekuensi minum, yang ditunjukkan intensitas subjek dalam meminum-minuman keras.

b. Kadar minuman keras yang diminum. c. Jumlah minuman keras yang diminum.

d. Cara minuman keras yang ditunjukkan bag aimana subjek meminum-minuman keras.

2.3.

Pengaruh Minum-minumankeras terhadap Perilaku Agresif pada Siswa.

Atkinson, (1993) menyatakan perilaku agresi bisa diartikan sebagai perilaku yang dimaksudkan untuk melukai orang lain baik secara fisik maupun verbal atau merusak harta benda. Perilaku agresif juga melibatkan setiap bentuk penyiksaan psikologis atau emosional seperti mempermalukan, menakut nakuti atau mengancam (Breakwell dalam Ariati, 1998).

Minum-minuman keras menimbulkan beberapa sensasi menyenangkan bagi penggunanya, misalkan menjadi rileks, tenang, dan puas. Jika upaya para pecandu alkohol untuk mendapatkan kepuasan dan ketenangan tersebut terhambat, maka akan muncul perilaku agresif, hal ini merujuk pada hipotesis frustasi-agresi dinyatakan oleh Dollard, (Atkinson, 1993).

Pada organ tubuh, alkohol yang berlebihan akan merusak jarngan otak secara permanen sehingga mengganggu daya ingat, kemampuan belajar dan daya penalaran. Minuman keras yang berkadar tinggi dapat pula merusak fungsi organ tubuh seperti ginjal dan hati ( Longer dikutip Hardani, 1999)

Minuman keras atau minuman beralkohol yaitu minuman yang mengandung ethanol yang diproses dari hasil bahan pertanian yang mengandung kabohidrat dengan cara fermentasi dan destilasi atau fermentasi tanpa destilasi baik dengan cara memberikan perlakukan terlebih dahulu atau mencampur konsentrat dengan ethanol atau dengan cara pengenran minuman yang mengandung ethanol (Rauf, 1997). Tersedianya minuman keras atau beralkohol merupakan salah satu alasan siswa untuk mencobanya dan untuk memecahkan persoalan-persoalan psikologis dalam dirinya.

Berdasarkan keterangan yang dihimpun dapat disimpulkan bahwa keinginan siswa untuk menyerang benda maupun orang lain karena kecanduannya terhadap minum-minuman keras


(6)

yang berlebihan dan juga untuk memecahkan persoalan-persoalan spikologis dalam dirinya. semakin tingggi perilakui minum-minuman keras maka semakin tinggi pula perilaku agresifnya.

2.4.

Hipotesis

Terdapat Pengaruh yang Signifikan Minum-minuman keras terhadap Perilaku

Agresif Siswa SMK Saraswati Salatiga Tahun Ajaran 2012/2013.


Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Minum-Minuman Keras terhadap Perilaku Agresif Siswa T1 132009034 BAB I

0 0 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Minum-Minuman Keras terhadap Perilaku Agresif Siswa T1 132009034 BAB IV

0 0 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Minum-Minuman Keras terhadap Perilaku Agresif Siswa T1 132009034 BAB V

0 0 1

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Minum-Minuman Keras terhadap Perilaku Agresif Siswa

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Minum-Minuman Keras terhadap Perilaku Agresif Siswa

0 0 9

T1__BAB V Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perilaku Minum Minuman Beralkohol Dikalangan Mahasiswa Halmahera Utara di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga T1 BAB V

0 0 3

T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perilaku Minum Minuman Beralkohol Dikalangan Mahasiswa Halmahera Utara di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga T1 BAB IV

0 1 36

T1__BAB III Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perilaku Minum Minuman Beralkohol Dikalangan Mahasiswa Halmahera Utara di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga T1 BAB III

0 0 10

T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perilaku Minum Minuman Beralkohol Dikalangan Mahasiswa Halmahera Utara di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga T1 BAB II

0 0 15

T1__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perilaku Minum Minuman Beralkohol Dikalangan Mahasiswa Halmahera Utara di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga T1 BAB I

0 0 8