Respon Rusia terhadap Pembangunan Ballistic Missile Defense (BMD) Amerika Serikat di Eropa Tahun 2007-2013

Respon Rusia terhadap Pembangunan Ballistic Missile Defense (BMD) Amerika Serikat di Eropa Tahun 2007-2013

Kharisma Ridho Anugrah

Abstract

The dynamics of bilateral relations between United States and Russia is characterized by confrontation and rivalry patterns, thus an aggressive action done by one party will stimulate strategic response of other party. In the early 2000’s, United States stimulated tension with Russia through its policy to build Its Ballistic Missile Defense (BMD) in European Countries such as Poland, Czech, Romania, Turkey, and Mediterranean Sea. This policy was interpreted as a threat by Russia, and as Its strategic response, Russia strengthened Its alliance with Collective Security Treaty Organization (CSTO) through formation of military cooperation named Collective Rapid Reaction Force (CRRF).

This research will discuss about how is Russian response to offset threat presented by United States through Its BMD in Europe. This research uses Balance of Threat Theory (BoT) by Stephen M. Walt as main analysis tools. Through the operationalization of B oT’s variables such as aggregate power, geographical proximity, offensive power, and aggressive intention,

this research is able to explain the United States’ source of threat to Russia and determine Its response to offset this threat in form of alliance, whether balancing or bandwagoning.

Keywords: Threat, Alliance, Balancing, Bandwagoning, United States, Russia

Pendahuluan: Rivalitas Amerika Serikat dan Rusia di Era Milenium

Dinamika hubungan internasional negara-negara di dunia sejak dahulu hingga saat ini tidak bisa dilepaskan dari pola rivalitas antara negara Amerika Serikat dan Rusia. Pola rivalitas ini memang sempat mereda pasca runtuhnya Uni Soviet di awal tahun 1990-an, namun kembali memanas di awal abad millennium terkait dengan pembangunan pertahanan rudal tempur berjenis balistik atau ballistic missile defense (BMD) milik Amerika Serikat di Eropa sebagai bentuk power projection-nya di kawasan Eropa. Terkait dengan hal ini, menurut pengakuan pemerintahnya, pembangunan BMD ini dilakukan oleh Amerika Serikat dengan tujuan politis untuk melindungi homeland Amerika Serikat dan negara aliansinya di Eropa dan Timur Tengah dari ancaman teknologi persenjataan berbasis rudal balistik yang dikembangkan oleh

Iran dan Korea Utara. 1

1 The White House, “President Bush Visits National Defense University , Discusses Global War on Terror”, diakses dari: http://georgewbush-whitehouse.archives.gov/news/releases/2007/10/20071023-3.html pada tanggal

20 Maret 2016 pukul 13.35 WIB.

210 | JURNAL TRANSFORMASI GLOBAL VOL 3 NO 2

Pembangunan BMD Amerika Serikat di Eropa diinisiasi pertama kali oleh Presiden George W. Bush di awal tahun 2002 melalui negosiasi yang tidak resmi dengan Ceko dan

Polandia. 2 Isu ini mulai mencuat ke permukaan pada tahun 2006 dan proposal penempatannya sendiri diajukan secara resmi kepada kedua negara pada Januari 2007 yang selanjutnya

disetujui oleh kedua negara ini sebulan setelahnya. 3 Dalam perjalanannya, kebijakan BMD Amerika Serikat di Eropa ini dikenal sebagai The European Phased Adaptive Approach for

Missile Defense (EPAA) di bawah pemerintahan Presiden Obama. Melalui kebijakan EPAA, Amerika Serikat akan membangun BMD-nya di Eropa dalam empat fase dari tahun 2011 hingga 2022 dimana semakin baru fasenya, maka akan semakin canggih teknolgi BMD yang

akan dibangun. 4 Setelah secara resmi disepakati pada tanggal 20 November 2010 dalam Lisbon Summit,

maka dalam pengimplementasiannya, BMD EPAA juga akan melibatkan negara aliansi North Atlantic Treaty Organozation

(NATO). 5 Diumumkannya kebijakan BMD EPAA ini, secara otomatis menandakan reorientasi pembangunan BMD ke sekitar wilayah selatan dan utara

Eropa, antara lain di Laut Mediterania yaitu wilayah Turki dan Spanyol, serta negara Rumania dan Polandia tanpa melibatkan Ceko. 6

Sejak awal diumumkan hingga pada tahap implementasinya, kebijakan BMD Amerika Serikat ini menuai protes tegas dari Rusia. Bagi Rusia, kebijakan ini berpotensi melemahkan

posisi Rusia di kawasan dan memicu terjadinya perlombaan senjata. 7 Bahkan dalam forum Russia-European Union Summit pada bulan Oktober 2007 di Portugal, Presiden Putin

menyatakan bahwa pembangunan BMD Amerika Serikat di Eropa ini merupakan ancaman bagi Rusia. “The situation is quite similar technologically for us[Russian missile base in Cuba] …We have withdrawn the remains of bases from Vietnam and Cuba, but such threats

2 Richard Dean Burns, The Missile Defense System of George W. Bush A Critical Assessment (Santa Barbara California: Praeger Security International, 2010), hal. 82.

3 Regional Intelligence of Transition, “Missile Defense Timeline”, diakses dari: http://www.tol.org/client/article/18878-missile-defense-timeline.html pada tanggal 20 Maret 2016 pukul 13.08

WIB. 4 Arms Control Association, “The European Phased Adaptive Approach at a Glance”, diakses dari:

https://www.armscontrol.org/factsheets/Phasedadaptiveapproach pada tanggal 18 April 2016 pukul 20.00 WIB. 5 NATO, “Allied Leaders Agree on NATO Missile Defense System”, diakses dari:

http://www.nato.int/cps/en/natohq/news_68439.htm pada tanggal 22 Februari 2016 pukul 19.31 WIB. 6 Missile Defense Advocacy, “The European Phased Adaptive Approach (APEE)”, diakses dari:

http://missiledefenseadvocacy.org/missile-defense-systems/european-phased-adaptive-approach-epaa/ pada tanggal 1 Maret 2016 pukul 12.44 WIB.

7 L ibrary of the European Parliament, “Russian Reaction to NATO Missile Defense”, diakses dari: http://www.europarl.europa.eu/RegData/bibliotheque/briefing/2012/120352/LDM_BRI(2012)120352_REV1_E

N.pdf pada tanggal 20 Maret 2016 pukul 14.52 WIB.

Kharisma Ridho Anugrah – Respon Rusia terhadap BMD… | 211

are being created near our borders 8 ”. Dalam pernyataannya ini, Presiden Putin menganalogikan pembangunan BMD Amerika Serikat di Eropa ini dengan basis rudal Uni

Soviet di Kuba terdahulu yang secara nyata mengancam Amerika Serikat karena perbatasan Amerika Serikat dengan Kuba sangat dekat. Hal ini serupa dengan BMD Amerika Serikat yang ditempatkan di Eropa yang secara nyata juga dapat mengancam Rusia.

Diskursus mengenai rudal balistik memang bukan isu baru yang mewarnai konfrontasi Amerika Serikat dan Rusia, mengingat isu ini telah ada sejak era perang dingin. Namun isu ini mengemuka dengan signifikan di era milenium menyusul rencana Amerika Serikat yang untuk pertama kalinya membangun BMD diluar batas teritorinya, yaitu di negara Polandia dan Ceko. Sejak awal Rusia memang memberikan perhatian khusus terhadap isu ini, mengingat BMD Amerika Serikat ini akan dibangun di negara yang dekat dengan perbatasan Rusia, khususnya Polandia yang berbatasan darat dengan wilayah otonomi Rusia, yaitu Kaliningrad.

Pemilihan periode tahun 2007 dipilih sebagai awal tahun penelitian disebabkan karena Presiden Putin secara resmi menanggapi rencana pembangunan BMD Amerika Serikat di Eropa dalam G-8 Summit pada bulan Juni 2007. Sementara periode tahun 2013 dipilih sebagai akhir tahun penelitian dikarenakan terdapat momentum dimana Amerika Serikat memutuskan untuk membatalkan pembangunan fase ke empat dari BMD-nya yang akan diletakkan di Polandia dikarenakan kendala pendanaan. Selain itu, pasca tahun 2013, pola konfrontasi antara Amerika Serikat dan Rusia tidak lagi didominasi oleh diskurus mengenai BMD EPAA, melainkan digantikan oleh diskursus terkait dengan krisis Ukraina pasca penganeksasian semenanjung Krimea oleh Rusia di tahun 2014

Rumusan Masalah

Menelisik kembali pada pola rivalitas kedua negara ini dimasa-masa terdahulu, tentu saja tindakan agresif Amerika Serikat ini akan menuai respon strategis dari Rusia untuk mengimbanginya. Oleh karena itu, rumu san penelitian ini adalah “Bagaimana respon strategis Rusia pasca Amerika Serikat membangun BMD-nya di Eropa tahun 2007- 2013?”

Ancaman dan Aliansi dalam Kerangka Teori Balance of Threat

Penelitian ini menggunakan teori balance of threat (BoT) yang digagas oleh Stephen M. Walt dalam buku berjudul The Origin of Alliances sebagai alat analisis utama. 9 Teori BoT

8 Richard Dean Burns, Op. cit., hal. 86. 9 Stephen M. Walt, The Origin of Alliance, (New York: Cornell University Pres, 1987)

212 | JURNAL TRANSFORMASI GLOBAL VOL 3 NO 2

biasanya digunakan untuk menjelaskan relasi kausalitas antara persepsi ancaman yang diterjemahkan oleh suatu negara dan respon aliansi yang dilakukannya untuk mengimbangi ancaman tersebut. Dalam penjabaran selanjutnya, sebuah negara dianggap memiliki kapabilitas untuk memberikan ancaman bagi negara lain jika kekuatan sebenarnya (actual power) meliliki sumber ancaman (source of threat) yang cukup. Sumber ancaman ini selanjutnya dijabarkan dalam variabel-variabel aggregate power, geographical proximity, offensive power, dan aggressive intention .

Aggregate Power menunjukkan kekuatan relatif yang dimiliki oleh sebuah negara yang memungkinkan dirinya menjadi ancaman bagi negara lain. Kekuatan relatif ini terejewantahkankan melalui total sumber daya yang dimiliki oleh negara, yang meliputi

populasi dan kekuatan ekonomi yang dilihat dari total GDP. 10 Semakin besar aggregate power yang dimiliki oleh suatu negara, maka akan semakin besar juga ancaman yang dapat

diberikannya kepada negara lain. 11 Geographical Proximity menjelaskan bahwa ancaman dari sebuah negara kepada negara lain dilihat dari kedekatan geografis. Semakin dekat jarak antara

sebuah negara dengan negara lain, maka akan semakin besar pula potensi ancaman yang dapat diberikannya. 12 Hal ini dikarenakan kapabilitas sebuah negaraa memproyeksikan power.

Offensive Power menunjukkan bahwa kepabilitas militer sebuah negara yang berkemampuan offensive akan memberikan ancaman bagi negara lain. 13 Variabel offensive power ini sebenarnya masih berhubungan dengan variabel aggregate power dimana sebenarnya offensive power merupakan sumber daya suatu negara yang lebih strategis dalam mengancam

kedaulatan atau territorial negara lain dengan daya perusakan dan pengancuran yang nyata. 14 Dengan kata lain dapat disebut sebagai aggregate power yang berpotensi offensive. Offensive power diindikasikan oleh jumlah manpower, kepemilikan nuklir, dan kepemilikan senjata lain selain nuklir. Aggressive Intention dapat diartikan sebagai perilaku suatu negara yang cenderung agresif dan/atau ekspanionis sehingga dapat mengancam negara lainnya. Perilaku agresif ini selanjutnya akan diterjemahkan sebagai bentuk provokasi kepada negara lain

sehingga negara tersebut akan merespon dengan perimbangan kekuatan untuk melawannya. 15

10 Ibid, hal 22. 11 Ibid, hal 23. 12 Loc. cit. 13 Ibid, hal 24. 14 Loc.cit. 15 Ibid, hal 25.

Kharisma Ridho Anugrah – Respon Rusia terhadap BMD… | 213

Indikator yang dapat digunakan untuk melihat sebuah negara berperilaku agresif dapat dilihat dari kebijakannya yang bersifat ekspansionis dan agresif.

Selanjutnya Walt dalam teori BoT menjelaskan bahwa negara yang sudah menginterpretasikan negara lain sebagai ancaman akan merespon dengan cara beraliansi dengan negara diluar dirinya untuk membendung ancaman tersebut. 16 Aliansi sendiri oleh Walt

diartikan sebagai kesepakatan mengenai kerja sama keamanan, baik formal maupun non- formal yang terjadi antara dua atau lebih negara berdaulat. 17 Lebih lanjut, Walt membagi aliansi yang dilakukan oleh negara yang merasa terancam ke dalam dua kategori tindakan, yaitu balancing dan bandwagoning.

Balancing dapat diterjemahkan sebagai upaya yang dilakukan oleh suatu negara yang menginterpretasikan mendapat ancaman dari negara lain dengan cara membentuk aliansi dengan negara atau aliansi di luar sumber ancaman tersebut. Upaya ini dilakukan untuk mengimbangi kekuatan negara atau aliansi lainnya yang memiliki sumber ancaman bagi

dirinya. 18 Sementara bandwagoning dapat dijelaskan sebagai upaya aliansi yang dilakukan oleh negara yang merasa terancam oleh potensi ancaman suatu negara atau aliansi lainnya

dengan cara bergabung dalam aliansi yang memberikan ancaman tersebut. 19 Alternatif ini banyak dilakukan oleh negara yang tidak bisa mengukur kapasitas power-nya sendiri sehingga

lebih aman untuk menghindari serangan dari pihak yang mengancam dengan cara bergabung dengan pihak pemberi ancaman. 20

BMD Amerika Serikat di Eropa Merupakan Source of Threat bagi Rusia

Dalam menjelaskan sumber ancaman Amerika Serikat bagi Rusia, pada tulisan ini akan dielaborasikan data terkait dengan variabel-variabel source of threat berdasarkan teori BoT. Selanjutnya, untuk menyimpulkan Amerika Serikat memiliki sumber ancaman signifikan bagi Rusia, akan dibandingkan beberapa data dengan kategori yang sama pada kedua negara. Selain itu, terdapat variabel determinan juga yang merupakan sumber ancaman utama Amerika Serikat bagi Rusia dalam fenomena ini, yaitu variabel aggressive intention, yang direfleksikan melalui pembangunan BMD Amerika Serikat di Eropa.

16 Ibid, hal 17-18. 17 Ibid, hal 12. 18 Ibid, hal 18. 19 Ibid, hal 19. 20 Loc.cit.

214 | JURNAL TRANSFORMASI GLOBAL VOL 3 NO 2

Aggregate power Indikator pertama yang penulis gunakan untuk mengukur variabel aggregate power

adalah populasi. Indikator ini menjadi penting mengingat populasi merupakan bagian yang melekat pada suatu negara sekaligus menunjukkan eksistesi dan menentukan posisi tawar suatu negara di kancah Internasional. Hal ini dikarenakan populasi secara umum dapat menggambarkan besarnya sumber daya manusia yang dapat mendukung negara jika negara mereka mengalami konflik terbuka denga negara lain. Secara umum, Amerika Serikat memang memiliki total populasi yang lebih besar dari Rusia. Hal ini ditunjukkan dengan selalu masuknya Amerika Serikat dalam lima besar negara dengan total populasi terbesar di dunia, sementara Rusia selalu menempati urutan di bawah Amerika Serikat. 21 Meskipun demikian,

perlu disadari juga bahwa tidak semua dari total populasi tersebut memiliki kemampuan untuk mendukung negara disituasi perang. Oleh karena itu, penulis juga mempertimbangkan beberapa aspek lain terkait dengan populasi yang dapat mencerminkan aggregate power yang dimiliki sebuah negara untuk mengancam negara lain, yaitu total penduduk dengan usia produktif, mengingat hal ini berbanding lurus dengan total sumber daya yang siap untuk mendukung negara, khususnya dalam situasi konflik terbuka dengan negara lain. Selain itu, penduduk diusia produktif juga akan mendukung pertumbuhan ekonomi suatu negara sehingga pada akhirnya juga akan meningkatkan aggregate power-nya. Usia produktif juga menentukan jumlah angkatan kerja yang dimiliki suatu negara, dimana hal ini ditentukan dari jumlah penduduk dengan usia lebih dari 15 tahun yang memenuhi ketentuan usia produktif untuk

bekerja yang ditetapkan oleh International Labor Organization (ILO). 22 Perbandingan total angkatan kerja produktif kedua negara dapat dilihat pada grafik berikut:

Grafik 1 Perbandingan Total Angkatan Kerja Produktif Amerika Serika dan Rusia di

tahun 2007-2013 23

21 CIA World Factbook, “Country Comparison: Population”, diakses dari: https://www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/rankorder/2119rank.html pada tanggal 12 Mei

2016 pukul 18.30 WIB. 22 The World Bank , “Labor Force, Total”, diakses dari:

http://data.worldbank.org/indicator/SL.TLF.TOTL.IN?page=1 pada tanggal 12 Mei 2016 pukul 19.50 WIB. 23 The World Bank , “Labor Force, Total”.

Kharisma Ridho Anugrah – Respon Rusia terhadap BMD… | 215

Total Labor Force 2007-2013

United States

Russia

Sumber: Data Olahan dari The World Bank

Berdasarkan data yang ditunjukkan oleh grafik 1, dapat diketahui bahwa dalam rentang tahun 2007-2013, total angkatan kerja produktif Amerika Serikat selalu jauh lebih besar dari Rusia. Misalnya pada tahun 2007, dimana total angkatan kerja produktif Amerika Serikat mencapai 155.925.413 jiwa, sementara Rusia hanya mencapai 76.692.069 jiwa, atau pada tahun 2013 dimana Amerika Serikat memiliki total angkatan kerja produktif mencapai 159.851.241 jiwa dan Rusia hanya mencapai 76.886.470 jiwa. 24 Selain itu, meskipun

peningkatannya tidak terlalu signifikan, total angkatan kerja produktif Amerika Serikat juga selalu meningkat setiap tahunnya selama rentang tahun ini. Disisi lain, meskipun tidak terlalu drastis, dalam rentang tahun tersebut Rusia mengalami peningkatan dan penurunan total angkatan kerja produktif. Total angkatan kerja produktif yang sedemikian besar juga turut mempengaruhi aggregate power Amerika Serikat, dimana kedua hal ini berbanding lurus. Dengan demikian Amerika Serikat memiliki sumber ancaman yang signifikan bagi Rusia.

Indikator selanjutnya untuk mengukur aggregate power suatu negara untuk menjadi sumber ancaman bagi negara lain adalah economic power atau kekuatan ekonomi suatu negara yang diindikasikan melalui total Gross Domestic Product (GDP). GDP sendiri merupakan jumlah pendapatan kotor nasional suatu negara yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana kekuatan ekonomi yang dimiliki suatu negara untuk mengalokasikan sumber dayanya secara maksimal untuk memenuhi kepentingan nasionalnya. Grafik berikut menunjukkan perbandingan GDP Amerika Serikat dan Rusia pada rentang tahun 2007-2013:

24 The World Bank , “Labor Force, Total”, diakses dari: http://data.worldbank.org/indicator/SL.TLF.TOTL.IN?page=1 pada tanggal 12 Mei 2016 pukul 19.50 WIB.

216 | JURNAL TRANSFORMASI GLOBAL VOL 3 NO 2

Grafik 2 Perbandingan GDP Amerika Serikat dan Rusia pada tahun

2007-2013 25 GDP AT MARKET PRICE (2007-2013) IN U.S $

United States

Sumber: Data Olahan dari The World Bank

Berdasarkan data yang ditampilkan pada grafik 2, dapat terlihat jelas bahwa dalam rentang tahun 2007 hingga 2013, GDP Amerika Serikat selalu jauh melampaui GDP Rusia. Hal yang tidak kalah menarik adalah kondisi perekonomian kedua negara pasca diterpa krisis ekonomi global pada tahun 2008, dimana Amerika Serikat dapat lebih cepat pulih dari Rusia. Pasca mengalami krisis ekonomi global ditahun 2008, GDP kedua negara merosot ditahun 2009, namun Amerika Serikat terbukti dapat lebih meminimalisir penurunan GDP-nya, yaitu hanya sebesar $ 299.843.000.000 atau mengalami pertumbuhan negatif 2,8% ditahun 2009 dibanding Rusia yang mengalami pertumbuhan GDP hingga negatif 7,8% atau berkurang

senilai $ 438.202.105.423. 26 Hal ini menunjukkan bahwa kekuatan ekonomi Amerika Serikat tidak hanya lebih baik dari segi kuantitas dibanding Rusia, namun juga lebih baik dari segi

kuliatas. Hal ini diindikasikan oleh kematangan dan kesiapan Amerika Serikat yang lebih prima disbanding Rusia dalam menghadapi kemungkinan terjadinya krisis ekonomi. Dengan demikian, Amerika Serikat memiliki aggregate power yang signifikan dari segi kekuatan ekonomi bagi Rusia.

Keunggulan kekuatan ekonomi Amerika Serikat juga dapat telihat dari GDP yang dihasilkannya setahun pasca mengalami krisis ekonomi. Di tahun 2010, GDP Amerika Serikat berhasil naik hingga mencapai $ 14.964.372.000.000 atau surplus sebanyak $ 245.790.000.000

dari tahun 2008 ketika belum terimbas krisis ekonomi global. 27 Di lain pihak, Rusia masih

25 The World Bank, “Gross Domestic Product”, diakses dari: http://data.worldbank.org/indicator/NY.GDP.MKTP.CD?page=1 pada tanggal 13 Mei 2016 pukul 15.50 WIB.

26 The World Bank, “GDP Growth (annual %)”, diakses dari: http://data.worldbank.org/indicator/NY.GDP.MKTP.KD.ZG?page=1 pada tanggal 15 Mei 2016 pukul 14.50

WIB. 27 The World Bank, “Gross Domestic Product”.

Kharisma Ridho Anugrah – Respon Rusia terhadap BMD… | 217

harus berjuang untuk memulihkan ekonominya ditahun 2010, dimana GDP Rusia hanya mencapai $ 1.524.917.468.442 atau minus 135.928.919.183 dibanding tahun 2008. 28 Hal ini

sekali lagi mengindikasikan bahwa Amerika Serikat beradaptasi lebih baik dan lebih tanggap dalam menghadapi krisis ekonomi disbanding Rusia. Dengan kemampuan adaptasi terhadap krisis ekonomi seperti ini, Amerika Serikat akan terus memiliki kekuatan ekonomi yang lebih baik dari Rusia, baik dari segi kuantitas mau pun kualitas. Hal ini yang pada akhirnya akan memperbesar aggregare power Amerika Serikat untuk menjadi ancaman bagi Rusia.

Geographical Proximity Secara spesifik pada fenomena ini, Amerika Serikat tidak dapat dikatakan memiliki

kedekatan geografis dengan Rusia, mengingat jarak yang memisahkan Washinton D.C dengan Moskow mencapai 7843 km. 29 Namun perlu diingat bahwa Amerika Serikat juga melakukan power projection di berbagai wilayah di dunia, termasuk di kawasan Eropa Timur dan Asia yang dekat dengan perbatasan Rusia. Power Projection sendiri dapat didefinisikan sebagai upaya politis yang dilakukan oleh sebuah negara di luar teritorinya dengan menggunakan kekuatan militer. 30 Selain itu, Departemen Pertahanan Amerika Serikat juga mendefinisikan

power projection sebagai kemampuan suatu bangsa untuk menggunakan semua atau sebagian elemen kekuatan nasionalnya yang berupa politik, ekonomi atau militer, secara efektif untuk menyebarkan dan mempertahankan kekuatan diberbagai lokasi yang tersebar dalam

menghadapi krisis dan berkontribusi pada pencegahan serta peningkatan stabilitas regional. 31 Sehingga dapat disimpulkan bahwa power projection yang dilakukan Amerika Serikat

diberbagai belahan dunia juga dapat merepresentasikan sumber ancaman yang dapat diberikannyanya kepada negara lain ditinjau dari kedekatan geografis.

Berkaitan dengan fenomena dalam tulisan ini, Amerika Serikat sebenarnya telah melakukan power projection melalui pembangunan BMD-nya di Eropa yang dekat dengan wilayah Rusia. Jika mengacu pada rencana pembangunan BMD di bawah pemerintahan Presiden Bush pada tahun 2007 yang kemudian ditransformasikan oleh Presiden Obama pada tahun 2009, diketahui Amerika Serikat akan membangun salah satu BMD-nya di wilayah

28 The World Bank, “Gross Domestic Product”. 29 Time and Date, “Distance from Moscow to Washinton D.C”, diakses dari:

http://www.timeanddate.com/worldclock/distanceresult.html?p1=166&p2=263 pada tanggal 16 Mei 2016 pukul 13.39 WIB. 30 Dennis C. Blair, Strategic Asia: Challenges and Choices. (Seattle: The Nationa Bureau of Asian Research, 2008), hal. 393.

31 United States Departement of Defense, “Dictionary of Military and Associated term”, diakses dari: http://www.bits.de/NRANEU/others/jp-doctrine/jp1_02(05).pdf pada tanggal 21 Maret 2016 pukul 11.46 WIB.

218 | JURNAL TRANSFORMASI GLOBAL VOL 3 NO 2

Polandia yang berada di kawasan Eropa Timur yang dekat dengan perbatasan Rusia. Menariknya, Rusia sendiri memiliki teritori yang terpisah dari homeland-nya namun berbatasan darat dengan Polandia dimana salah satu BMD Amerika Serika dibangun, yaitu di daerah otonomi Kaliningrad. Jarak Kaliningrad dengan ibu kota Polandia di Warsawa hanya

terpaut 277 km, jarak yang dapat dikatakan sangat dekat. 32 Kaliningrad sendiri memiliki arti yang sangat penting bagi Rusia, mengingat posisinya

yang sangat strategis, yaitu terhubung langsung ke laut Baltik. Selain itu, dari segi historis, Kaliningrad pernah (dan masih) menjadi salah satu area dengan kapasitas militer tertinggi (highly militarized) di Eropa dan menjadi simbol konfrontasi Uni Soviet terhadap NATO di

era perang dingin. 33 Selain itu, Kaliningrad merupakan wilayah dimana markas besar Baltic Sea Fleet milik Rusia ditempatkan, sehingga wilayah ini dilengkapi dengan persenjataan

offensive 34 seperti tanks, artillery, rudal tempur dan pesawat tempur. Selain itu, sekitar 100.000 prajurit militer Rusia atau setara dengan satu per sepuluh penduduk Kaliningrad juga

ditempatkan disana. 35 Hal ini yang menjelaskan bahwa pembangunan BMD Amerika Serikat di Polandia yang dekat dengan Kaliningrad mengundang reaksi tegas dari Rusia. Hal ini dapat membangkitkan rivalitas Amerika Serikat dan Rusia, khususnya rivalitas terkait dengan stasiun rudal tempur.

Selain di Polandia, power projection Amerika Serikat melalui pembangunan BMD-nya di Eropa juga relatif dekat dengan Rusia. Sebagai contoh, pembangunan BMD Amerika Serikat di Romania dan Ceko, jarak antara ibu kota Rusia di Moskow dan ibu kota Romania di

Bucherest 36 hanya mencapai 1500 km 2 dan jarak Moskow ke ibu kota Ceko 37 di Praha mencapai 1637 km 2 . Letak geografis Rusia dan negara dimana Amerika Serikat membangun

BMD-nya, dapat dilihat pada gambar berikut:

32 Time and Date, “Distance from Kaliningad to Warsaw”, diakses dari: http://www.timeanddate.com/worldclock/distanceresult.html?p1=528&p2=262 pada tanggal 16 Mei 2016 pukul

13.49 WIB.

33 Alexander Sergounin, “Russia and the European Union: The Case of Kaliningrad,” PONARS Policy Memo

172 (Oktober 2000), hal 1-2 34 Loc. Cit.

35 Loc. Cit. 36 Time and Date, “Distance from Moscow to Bucharest”, diakses dari:

http://www.timeanddate.com/worldclock/distanceresult.html?p1=166&p2=49 pada tanggal 16 Mei 2016 pukul 11.49 WIB.

37 Time and Date, “Distance from Moscow to Prague”, diakses dari: http://www.timeanddate.com/worldclock/distanceresult.html?p1=166&p2=204 pada tanggal 16 Mei 2016 pukul

11.49 WIB.

Kharisma Ridho Anugrah – Respon Rusia terhadap BMD… | 219

Gambar 1 Stasiun BMD Amerika Serikat di Eropa 38

Sumber: CIA Factbook

Jarak stasiun rudal balistik Amerika Serikat yang demikian dekat dengan Rusia ini memungkinkan bahwa serangan ini dapat menjangkau Rusia lebih cepat dan akurat dibandingkan jika stasiun rudal balistiknya ditempatkan jauh dari perbatasan Rusia. Hal ini mengindikasikan bahwa secara geografis, Amerika Serikat juga mampu menghadirkan ancaman yang signifikan bagi Rusia melalui penempatan stasiun rudal balistiknya yang dekat dengan perbatasan Rusia.

Offensive Power Indikator yang dapat menentukan besarnya sumber ancaman suatu negara ditinjau dari

variabel offensive power adalah armed forces atau angkatan bersenjata. Hal ini menjadi sangat penting mengingat jumlah persenjataan dan anggaran militer suatu negara tidak akan banyak berguna jika tidak diimbangi dengan manpower yang menggunakannya, dalam hal ini armed forces . Lebih lanjut, tidak semua dari armed forces yang dimiliki oleh suatu negara dapat merefleksikan offensive power, mengingat armed forces juga mencakup semua sumber daya yang bekerja di bawah Kementerian Pertahanan suatu negara, termasuk anggota aktif,

administratif dan pensiunan. 39 Sehingga, parameter armed forces yang digunakan dalam pembahasan ini adalah total anggota aktif atau total armed forces personnel active for duty, dimana semakin besar jumlah ini, maka akan semakin besar offensive power yang dimiliki suatu negara. Berkaitan dengan fenomena yang penulis teliti, total armed forces personnel active for duty antara Amerika Serikat dan Rusia dapat dilihat pada grafik berikut:

38 CIA Factbook, “Europe Political Map”, diakses dari: https://www.cia.gov/library/publications/the-world- factbook/graphics/ref_maps/political/pdf/europe.pdf pada tanggal 18 April 2016 pukul 14.00 WIB.

39 SIPRI, “SIPRI Military Expenditure Database,” diakses dari: http://www.sipri.org/research/armaments/milex/milex_database pada tanggal 18 Mei 2016 pukul 13.20 WIB.

220 | JURNAL TRANSFORMASI GLOBAL VOL 3 NO 2

Grafik 3 Perbandingan Total Armed Forces Personnel Active For Duty Amerika

Serikat dan Rusia pada tahun 2007-2013 40

Total Armed Forces Personnel Active for Duty 2007-2013

United States

Russia

Sumber: Data Olahan dari The World Bank

Berdasarkan data yang ditunjukkan oleh grafik 3, dapat dilihat bahwa dalam rentang waktu tahun 2007 hingga tahun 2013, jumlah angkatan bersenjata aktif atau total armed forces personnel active for duty Amerika Serikat lebih besar dari Rusia. Selain itu, dalam rentang waktu tersebut, jumlah angkatan bersenjata aktif kedua negara mengalami dinamika penurunan dan peningkatan jumlah. Menariknya, dinamika penurunan jumlah angkatan bersenjata aktif Amerika Serikat terlihat lebih stabil dalam hal jumlah, yaitu pada tahun 2008 dengan hanya berkurang 15.000 pasukan dari tahun sebelumnya. Sementara dinamika penurunan angkatan bersenjata aktif Rusia mengalami penurunan yang cukup besar pada tahun 2010, yaitu mencapai 65.000 pasukan. Dari data ini, dapat terlihat bahwa Amerika Serikat memiliki offensive power yang cukup untuk menjadi sumber ancaman bagi Rusia.

Selain itu, offensive power juga dapat dilihat dari kepemilikan persenjataan atau alutsista, sehingga total kepemilikan alutsista berbanding lurus dengan besarnya sumber ancaman yang dapat diberikan kepada negara lain. Alutsista negara dalam hal ini dikelompokkan ke dalam tiga matra, yaitu darat, laut dan udara. Perbandingan kepemilikan alutsista antara Amerika Serikat dan Rusia dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1 Perbandingan Kepemilikan Alutsista Amerika Serikat dan Rusia

40 The World Bank, “Armed Forces Personnel, total,” diakses dari: http://data.worldbank.org/indicator/MS.MIL.TOTL.P1?page=1 pada tanggal 16 Mei 2016 pukul 10.29 WIB.

Kharisma Ridho Anugrah – Respon Rusia terhadap BMD… | 221

Total

United States 41 Russia 42 Land System Tanks

Category

Weapon System

15,398 Armored Fighting

31,298 Vehicles (AFVS) Self-Propelling Guns

5,972 (SPGs) Multiple-Launch Rocket

3,793 Systems (MLRSs) Towed-Artillery

Air Power

Total Aircraft

3,547 Fighters/interceptors

751 Fixed-Wing Attact

Transport Aircraft

1,124 Trainer Aircraft

1,237 Attact Helicopters

478 Naval Power Total Naval power

352 Aircraft Carriers

75 60 Coastal Defense Craft

13 14 Mine Walfare

Sumber: Data Olahan dari Global Fire Power

41 Global Fire Power, “United States Military Strength,” diakses dari: http://www.globalfirepower.com/country-military-strength-detail.asp?country_id=united-states-of-america

pada tanggal 17 Mei 2016 pukul 16.05 WIB. 42 Global Fire Power, “Russia Military Strength,” diakses dari: http://www.globalfirepower.com/country-

military-strength-detail.asp?country_id=russia-of-america pada tanggal 17 Mei 2016 pukul 16.05 WIB.

222 | JURNAL TRANSFORMASI GLOBAL VOL 3 NO 2

Berdasarkan data yang ditampilkan pada tabel 1, sepintas dapat dilihat bahwa kepemilikan alutsista kedua negara ini cukup berimbang. Amerika Serikat disatu jenis alutsista dapat lebih dominan dari Rusia, namun dijenis alutsista lain Rusia mendominasi Amerika Serikat. Namun jika diperhatikan lebih dalam dengan membandingkan kepemilikan alutsista disetiap matra, Amerika Serikat mendominasi kepemilikan alutsista di dua matra, yaitu matra laut (Naval Power) dan matra udara (Air Power), sementara Rusia hanya mendominasi kepemilikan alutsista Amerika Serikat pada matra darat. Melalui pemaparan ini, dapat disimpulkan bahwa Rusia memang memprioritaskan pertahanan militernya pada matra darat dibanding Amerika Serikat. Di sisi lain, Amerika Serikat menunjukkan prioritas yang lebih bagi pertahanan militernya pada matra udara dan laut dibanding Rusia.

Hal ini berkaitan erat dengan fakta bahwa Rusia memang memiliki teritori darat yang jauh lebih luas dari teritori lautnya. Selain itu, Rusia tidak banyak memproyeksikan kekuatan militernya di luar teritorinya sehingga diperlukan pertahanan pada matra darat lebih besar untuk melindungi teritori nasionalnya yang sebagian besarnya merupakan daratan. Di sisi lain, Amerika Serikat memang memiliki luas daratan yang luas, namun teritori laut Amerika Serikat lebih luas dari Rusia sehingga prioritas pada matra laut juga tidak dapat dikesampingkan. Selain itu, banyaknya proyeksi kekuatan Amerika Serikat diberbagai belahan dunia juga mempengaruhi alasan Amerika Serikat untuk memberikan perhatian lebih pada matra laut sekaligus udaranya ketimbang Rusia.

Pada alutsista Darat, dari total lima sistem persenjataan atau alutsista, Rusia mendominasi empat sistem, yaitu tanks, SPGs, MLRSs, dan Towed-Artillery, sementara Amerika Serikat hanya mendominasi di satu sistem persenjataan saja, yaitu AFVS. Matra darat memang memiliki nilai strategis bagi militer sebuah negara, mengingat operasi militer pada matra darat memungkinkan suatu negara untuk menyerang dan menaklukan teritori dan sumber daya negara lain dengan menggunakan serangan langsung secara terus menerus. 43 Selain itu operasi

militer di darat dapat dengan mudah membedakan musuh dalam pertarungan sekaligus dapat mengontrol teritori, penduduk dan sumber daya musuh secara lebih komprehensif dari matra lainnya. 44 Terlepas dari nilai strategis tersebut, pada situasi perang terbuka, terlebih jika medan

tempurnya berada di luar teritori suatu negara, maka diperlukan dukungan dari matra udara dan matra laut.

43 Global Security, “Land Power”, diakses dari: http://www.globalsecurity.org/military/ops/land.htm pada tanggal 27 Mei 2016 pukul 17.00 WIB.

44 Global Security, “Land Power”.

Kharisma Ridho Anugrah – Respon Rusia terhadap BMD… | 223

Pada alutsista laut, dari total delapan sistem persenjataan atau alutsista, Amerika Serikat mendominasi lima sistem persenjataannya. Diantaranya, Amerika Serikat mendominasi total naval power dari Rusia dengan selisih yang cukup jauh, Amerika Serikat dengan kepemilikan naval power mencapai 415 sementara Rusia hanya mencapai 352. Hal ini memungkinkan Amerika Serikat untuk membawa sumber daya offensive-nya dalam jumlah besar jika terlibat perang dengan Rusia, terutama terkait dengan pembangunan BMD Amerika Serikat di Eropa. Selain itu, pada sistem persenjataan destroyers, kepemilikan Amerika Serikat lebih unggul dengan jumlah 62 unit dibanding Rusia yang hanya berjumlah 15 unit.

Destroyers sendiri memiliki nilai strategis mengingat kemampuannya untuk menghalau serangan jarak pendek dan menengah serta melindungi armada yang lebih besar darinya dari serangan musuh. Dengan kapabilitas seperti ini, kepemilikan destroyers tentu saja memberikan nilai lebih bagi Amerika Serikat jika terlibat perang terbuka di lautan dengan Rusia. Penulis menyadari pada sistem covettes, Rusia memang mendominasi dengan kepemilikan 81 unit sementara Amerika Serikat tidak memilikinya sama sekali. Namun perlu diketahui bahwa nilai strategis dari covettes tidak begitu sebanding dengan sistem pada matra laut lainnya, seperti misalnya destroyers, mengingat covets hanya merupakan kapal perang berukuran kecil dengan kapabilitas serangan standar. Secara umum, matra laut memiliki nilai strategis yang signifikan bagi suatu negara mengingat suatu negara dapat mengerahkan kekuatan militernya dalam jumlah besar di lebih dari dua per tiga permukaan bumi tanpa harus meminta izin resmi dari

negara tertentu. 45 Hal ini yang pada akhirnya menjelaskan bahwa matra laut berkaitan erat dengan sifat negara yang cenderung ekspansionis dan sekaligus sering dijadikan alat proyeksi

kekuatan sebuah negara di luar teritorinya. Dengan keunggulan di matra laut ini, Amerika Serikat tentu saja dapat memberikan ancaman yang signifikan bagi Rusia.

Pada alutsista udara, dari total delapan sistem persenjataan atau alutsista, Amerika Serikat mendominasi keseluruhan sistem persenjataannya. Beberapa diantaranya memiliki selisih yang cukup jauh, seperti misalnya total aircraft Amerika Serikat yang mencapai 13.444 unit dan Rusia yang hanya mencapai 3.547 unit. Selain itu, kepemilikan helicopter Amerika Serikat dengan jumlah 6.084 unit jauh melampaui Rusia dengan jumlah hanya mencapai 1.237 unit. Matra udara sendiri memiliki nilai strategis dalam militer suatu negara mengingat

45 Global Security, “Sea Power”, diakses dari: http://www.globalsecurity.org/military/ops/sea.htm pada tanggal

27 Mei 2016 pukul 17.00 WIB.

224 | JURNAL TRANSFORMASI GLOBAL VOL 3 NO 2

kehadirannya dapat menjawab semua tantangan keamanan yang mungkin muncul. 46 Matra udara memungkinkan serangan militer yang dilakukan negara lebih cepat dan fleksibel karena dapat menyasar target yang fixed maupun target yang berpindah-pindah dengan relatif akurat, sehingga jangkauan sasaran serangannya dapat lebih besar tanpa perlu mengeluarkan banyak

tenaga. 47 Dengan kapabilitas militer pada matra udara seperti ini, Amerika Serikat dapat secara nyata menjadi ancaman bagi Rusia.

Aggressive Intention Pada penelitian ini, penulis berpendapat bahwa kebijakan Amerika Serikat untuk

membangun BMD-nya di Eropa, baik dibawah pemerintahan Presiden Bush maupun Presiden Obama, merupakan bentuk dari kebijakan yang masuk dalam kriteria aggressive intention. Kebijakan ini sekaligus menjadi variabel determinan yang memicu variabel sumber ancaman lain yang sebenarnya sudah dimiliki oleh Amerika Serikat bagi Rusia, untuk muncul ke permukaan dan menjadi ancaman yang nyata. Pembangunan infrastruktur terkait dengan senjata missile, baik dari jenis ballistic maupun cruise sebenarnya bukan merupakan diskursus baru bagi dunia internasional, khususnya Amerika Serikat dan Rusia. Diskursus terkait senjata ini telah dilakukan kedua belah pihak sejak di era perang dingin., namun menjadi sangat signifikan ketika rencana pembangunan BMD Amerika Serikat di Eropa mencuat dihadapan publik di masa pemerintahan Presiden Bush. Hal ini disebabkan karena hal ini merupakan pertama kalinya Amerika Serikat memutuskan untuk membangun instalasi militer dalam bentuk BMD miliknya diluar batas teritorinya. Selain itu, pembangunan instalasi militer ini akan dilangsungkan di wilayah yang dekat dengan perbatasan Rusia, tepatnya di daerah otonomi Kaliningrad.

Kebijakan terkait dengan pembangunan BMD Amerika Serikat di Eropa ini telah menuai kontroversi sejak awal kemunculannya. Kontroversi yang paling terlihat adalah terkait dengan urgensi pembangunannya dan ketidak konsistenan pemerintah Amerika Serikat terhadap tujuan awalnya. Menurut Vladimir Shvarev, Wakil Direktur the Center for Analysis of World Arms Trade di Kementerian Pertahanan Rusia, Iran hanya memiliki senjata rudal balistik dengan daya jelajah maksimal 1.700 km oleh karena itu mustahil bagi Iran untuk menyerang aliansi

46 Benjamin S. Lambeth, The Role of Air Power Going Into The 21 st Century , (Seoul: Center for International Studies Yonsei University, 1999), hal. 124-125, diakses dari:

https://www.rand.org/content/dam/rand/pubs/conf_proceedings/CF152/CF152.chap6.pdf pada tanggal 27 Mei 2016 pukul 20.00 WIB.

47 Ibid., hal. 123.

Kharisma Ridho Anugrah – Respon Rusia terhadap BMD… | 225

Amerika Serikat di Eropa. 48 Selain itu, Iran juga tidak memiliki motivasi kuat untuk menyerang Amerika Serikat dan aliansinya di Eropa terlebih dahulu dengan menggunakan senjata strategis rudal balistik. Oleh karena itu, pembangunan BMD dengan daya halau hingga intercontinental (ICBM) khususnya di fase ketiga dan keempat dari EPAA tidak lagi relevan dengan tujuan

awal Amerika Serikat. 49 Menariknya, kebijakan pembangunan BMD Amerika Serikat di Eropa ini juga

berhubungan dengan keputusan Presiden Bush untuk keluar dari perjanjian Anti Ballistic Missile atau ABM Treaty pada tahun 2001, hanya setahun sebelum National Security Presidential Directive/NSPD-23 dikeluarkan dan menjadi landasan hukum proyek besar pembangunan BMD di Eropa. ABM Treaty sendiri merupakan perjanjian yang ditanda tangani oleh Amerika Serikat dan Uni Soviet pada tahun 1972 terkait dengan pembatasan anti-ballistic missile kedua belah pihak hingga mencapai 100 buah. Pada tanggal 13 Desember 2001, Presiden Bush mengumumkan untuk keluar dengan pertimbangan bahwa perjanjian ini membatasi kemampuan Amerika Serikat untuk memproduksi senjata rudal tempur yang

digunakan dalam melawan teroris pasca 9/11. 50 Dengan kata lain, Amerika Serikat sejak awal telah memiliki niatan meminimalisir perjanjian yang menghalangi kebijakannya yang besifat

agresif dan ekspansionis. Melalui pemaparan-pemaparan yang penulis jelaskan sebelumnya, dapat disimpulkan

bahwa kebijakan Amerika Serikat untuk membangun BMD-nya di Eropa dapat menjadi ancaman yang signifikan bagi Rusia. Selain itu, hal ini juga merupakan variabel determinan yang dapat memicu munculnya sumber ancaman lainnya yang sejak awal memang telah dimiliki keduanya. Pembangunan BMD Amerika Serikat di Eropa juga dilakukan jauh di luar teritori Amerika Serikat mengindikasikan adanya niatan Amerika Serikat untuk menempatkan senjata strategis berdaya halau mencapai intercontinental (ICBM) yang secara nyata dapat mengancam Rusia. Selain itu, sifat agresif dari kebijakan ini semakin terasa dengan ketidak konsistenan antara tujuan awal kebijakan ini digagas dan pengimplementasiannya di lapangan. Selain itu, keluarnya Amerika Serikat dari ABM Treaty yang dapat menghalangi kebijakan ini, semakin menegaskan bahwa kebijakan Amerika Serikat ini bersifat agresif dan ekspansionis.

48 Vladimir Shvarev dalam Ministry of Defense of Russian Federation , “Russian Opinion on European BMD,”

diakses dari: http://stat.mil.ru/files/Anti-ballistic/16_Shvarev_eng.pdf pada tanggal 14 Mei 2016 pukul 11.30 WIB.

49 Loc.cit. 50 Arms Control Association, “U.S. Withdrawal From the ABM Treaty: President Bush’s Remarks and U.S.

Diplomatic Notes”, diakses dari: https://www.armscontrol.org/act/2002_01-02/docjanfeb02#bush pada tanggal 14 Mei 2016 pukul 11.30 WIB.

226 | JURNAL TRANSFORMASI GLOBAL VOL 3 NO 2

Kerjasama Militer Collective Rapid Reaction Force (CRRF) Sebagai Respon Rusia Atas Pembangunan Ballistic Missile Defense (BMD) Amerika Serikat di Eropa

Menilik dari sejarah dinamika hubungan bilateral Amerika Serikat dan Rusia, tindakan provokatif salah satu negara berpotensi memicu respon strategis dari negara lainnya. Terkait dengan hal tersebut, pembangunan BMD Amerika Serikat di Eropa yang mendapat kecaman tegas dari Rusia ini pun pasti memicu respon strategis Rusia untuk mengimbanginya. Dalam hal ini, Rusia memanfaatkan posisi dominannya dalam aliansi CSTO dengan membentuk kerjasama militer yang diberi nama Collective Rapid Reaction Force (CRRF) untuk mengimbangi ancaman yang dihadirkan Amerika Serikat. CSTO sendiri merupakan aliansi yang beranggotakan Rusia, Armenia, Belarusia, Kazakhstan, Tajikistan, dan Kirgizstan. 51

Sebelum menjadi aliansi seperti yang dikenal saat ini, CSTO digagas pertama kali sebagai perjanjian keamanan kolektif dari negara-negara pecahan Uni Soviet sebagai Collective Security Treaty

(CST) yang ditanda tangani pada tanggal 15 Mei 1992. 52 CST baru Baru menjadi aliansi dalam bentuk organisasi bernama CSTO seperti yang dikenal saat ini setelah

disepakati oleh negara-negara anggota pada tanggal 7 Oktober 2002. 53 Selayaknya sebuah aliansi, CSTO pada umumnya bertujuan untuk menjamin perlindungan secara koletif terhadap

kemerdekaan, integritas teritori dan kedaulatan negara-negara anggota. 54

Tidak bisa dipungkiri bahwa Rusia merupakan negara paling dominan dalam aliansi CSTO sehingga mekanisme pengambilan keputusan aliansi yang berdasarkan koordinasi dan mufakat sangat menguntungkan bagi Rusia untuk memperjuangkan kepentingannya. Hal ini setidaknya terungkap dari agenda utama yang dibahas dalam CSTO Summit dari rentang tahun 2007 hingga 2013, dimana agenda tersebut memberikan keuntungan bagi kepentingan Rusia. dalam rentang tahun 2007 hingga 2013 setidaknya terdapat dua agenda utama pembahasan pada CSTO Summit yang dimanfaatkan Rusia untuk memasukkan kepentingan nasionalnya.

Pertama pada tahun 2009, Rusia menggagas kerangka kerjasama militer CRRF yang dapat digunakan untuk mengimbangi ancaman Amerika Serikat pasca pembangunan BMD di Eropa disusul latihan militer bernama Zapad 2009 yang akan dilaksanakan di Belarusia. 55

51 CSTO, “Basic Facts”, diakses dari: http://www.odkb.gov.ru/start/index_aengl.htm pada tanggal 20 Maret 2016 pukul 22.02 WIB.

52 Anatoliy A. Razanov dan Alena F. Douhan. Collective Security Treaty Organization 2002-2012 (Jenewa: The Geneva Centre for The Democratic Control of Armed Force, 2013), hal. 3-5.

53 Loc cit. 54 CSTO, “Basic Facts”.

55 Kremlin, “News Conference on CSTO Collective Security Council Session Results,” diakses dari:

http://en.kremlin.ru/events/president/transcripts/4439 pada tanggal 29 Mei 2016 pukul 17.00 WIB.

Kharisma Ridho Anugrah – Respon Rusia terhadap BMD… | 227

Kedua, pada tahun 2013 Rusia mengagendakan latihan militer bersama Rusia dengan Belarusia dalam kerangka kerjasama CRRF pada pembahasan dalam CSTO Summit. 56 Dari kedua agenda

CSTO Summit tersebut, setidaknya terlihat jelas pembahasan yang berkaitan langsung dengan kepentingan Rusia dalam mengimbangi ancaman Amerika Serikat pasca pembangunan BMD di Eropa, yaitu pembentukan kerjasama militer CRRF di tahun 2009 dilanjutkan dengan latihan militer bersama bernama Zapad 2009 di Belarusia, dan latihan militer bersama bernama Zapad 2013.

CRRF sendiri pertama kali digagas dalam pertemuan informal Kepala negara anggota CSTO di Kazakhstan pada tahun 2008, namun baru secara resmi disetujui oleh negara anggota

dalam CSTO Summit di Moskow pada tanggal 14 Juni 2009. 57 CRRF dibentuk sebagai implementasi konkret dari kerjasama militer aliansi CSTO yang selama ini sudah ada namun

belum terimplementasi secara maksimal. Dalam analogi sederhana, dapat diungkapkan bahwa jika CSTO merupakan organisasi yang menaungi anggotanya, maka CRRF merupakan program kerja yang digunakan untuk mencapai tujuan organisasi tersebut. Secara umum, CRRF dibentuk dengan tujuan sebagai bentuk respon cepat dan sigap dari aliansi CSTO terhadap ancaman potensial, yang juga termasuk di dalamnya adalah ancaman baru dalam kajian keamanan, yaitu terorisme, kaum ekstrimis, perdagangan narkoba dan kejahatan

transnasional lainnya. 58

Di awal pembentukannya, CRRF memang tidak secara lugas diungkapkan sebagai respon atas pembangunan BMD Amerika Serikat di Eropa. Meski demikian, dalam pengimplementasiannya, Rusia kerap kali memanfaatkan CRRF untuk mengimbangi ancaman Amerika Serikat pasca pembangunan BMD-nya di Eropa tersebut, antara lain melalui latihan militer bersama Zapad 2009 dan Zapad 2013. Hal ini juga diungkapkan oleh Presiden Medvedev yang saat itu memimpin Rusia, dimana dalam penandatanganan CRRF Presiden Medvedev mengatakan bahwa CRRF akan dipersenjatai dan beroperasi layaknya NATO, “The Collective Rapid Reaction Force will be well-equipped and will operate just as well as that of

the NATO”. 59 Melalui pernyataannya ini, Presiden Medvedev menyiratkan bahwa CRRF

56 Belarus official website, “Lukashenko to attend CSTO summit in Sochi 23 September”, diakses dari: http://www.belarus.by/en/government/events/lukashenko-to-attend-csto-summit-in-sochi-23-

september_i_0000007610.html pada tanggal 29 Mei 2016 pukul 17.00 WIB 57 CSTO Secretariat, Collective Rapid Reaction Forces of the Organization of Collective Security Treaty,

(Moscow: CSTO Secretariat, 2009), hal. 5. 58 Ibid., hal 1-4.

59 Rusia and India Report, “CSTO emerging as an alternative to NATO”, diakses dari: http://in.rbth.com/articles/2012/01/10/csto_emerging_as_an_alternative_to_nato_14134 pada tanggal 20 Maret

2016 pukul 21.47 WIB.

228 | JURNAL TRANSFORMASI GLOBAL VOL 3 NO 2

memang akan ditujukan untuk mengimbangi NATO, dalam hal ini tentu saja Amerika Serikat dan aliansinya, mengingat dalam implementasinya BMD Amerika Serikat juga akan melibatkan peran NATO.

Selain itu, jika mengacu pada tujuan dibentuknya CRRF, maka dapat dilihat bahwa Rusia memanfaatkan CRRF untuk mengimbangi ancaman Amerika Serikat. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa di dasawarsa pertama era milenium ini setidaknya Rusia telah mengeluarkan dua doktrin militer, yaitu doktrin militer tahun 2000 dan menggantinya dengan doktrin militer tahun 2010. Jika diperhatikan dengan seksama, perubahan yang cukup signifikan pada kedua doktrin militer ini terletak pada definisi ancaman eksternal yang utama bagi keamanan nasional Rusia. Rusia mendefinisikan aliansi NATO sebagai ancaman eksternal utama bagi keamanan nasionalnya dalam doktrin militer yang diterbitkan pada tahun 2010 dimana tidak disebutkan

secara eksplisit di doktrin militer tahun 2000. 60 Doktrin militer tahun 2010 ini disahkan oleh Presiden Putin pada bulan Februari 2010, hanya beberapa bulan setelah penandatanganan

pembentukan kerjasama militer dalam kerangka CRRF. 61 Dengan kata lain, terdapat intensi dari Rusia agar ancaman eksternal bagi keamanan nasional Rusia, yaitu Amerika Serikat dan aliansi NATO, memperoleh perhatian khusus CRRF.