PENGARUH EARNING MANAGEMENT DAN MEKANISM

JURNAL RISET MANAJEMEN DAN BISNIS

Fakultas Bisnis Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta ISSN : 1907-7343

Ketua Penyunting

Perminas Pangeran

Dewan Penyunting

Erni Ekawati (Universitas Kristen Duta Wacana) Heru Kurnianto Tjahjono (Universitas Muhammadiyah Yogyakarta)

I Putu Sugiartha Sanjaya (Universitas AtmaJaya) Mahatma Kufepaksi (Universitas Lampung) Singgih Santoso (Universitas Kristen Duta Wacana)

Pembantu Pelaksana Tata Usaha (Administrasi, Desain, Distribusi dan Pemasaran)

Elisonora Guruh Bramaji Lukas Surya Wijaya

Alamat Penyunting dan Tata Usaha

Fakultas Bisnis, Universitas Kristen Duta Wacana Jl. Dr. Wahidin S. No. 5-19, Yogyakarta 55224 Telp( 0274 ) 563929, Fax : ( 0274)513235 www.ukdw.ac.id/jrmb/

Jurnal Riset Manajemen dan Bisnis (JRMB) terbit sejak tahun 2006. Terbit dua kali setahun pada bulan Juni dan Desember. Berisi tulisan yang diangkat dari hasil penelitian, kajian analitis kritis dan tinjauan buku dalam bidang manajemen dan bisnis. Penyunting menerima tulisan yang belum pernah diterbitkan dalam media lain. Naskah diketik dengan format seperti tercantum pada Pedoman Penulisan Artikel yang terlampir di halaman belakang.

JRMB, Volume 10, No.2, Desember 2015

JURNAL RISET MANAJEMEN DAN BISNIS

Fakultas Bisnis Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta ISSN : 1907-7343 DAFTAR ISI

PENGARUH EARNING MANAGEMENT DAN MEKANISME GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PADA EMITEN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

Rowland Bismark Fernando Pasaribu, Dionysia Kowanda, Dian Kurniawan ......... 97-121

PENGARUH KOMPENSASI DAN GAYA KEPEMIMPINANTERHADAP KINERJA KARYAWAN RUMAH SAKIT UTAMA HUSADA AMBULU JEMBER

Said Mardijanto ......................................................................................................... 123-133

MEDIASI KEPUASAN KERJA PADA HUBUNGAN ANTARA KOMPENSASI DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN

R Pandji Cepi Lesmana dan Susi Widjajani ............................................................ 135-146

PENGARUH PROMOSI DAN KINERJA PELAYANAN TERHADAP LOYALITAS NASABAH DENGAN KEPUASAN NASABAH SEBAGAI PEMODERASI: STUDI PADA BANK BUMN DI DIY

Ambar Kusuma Astuti dan Agustini Dyah Respati .................................................... 147-158

KAPABILITAS PEMASARAN DINAMIS DAN PENGARUHNYA PADA KINERJA INDUSTRI KREATIF PASCABENCANA

Hadi Purnomo dan Edi Santosa. ............................................................................... 159-173

PEMBUATAN KEPUTUSAN, DEMOGRAFIS, DAN KEPUASAN PASCA BELI PADA KELOMPOK LOYAL MEREK DAN TIDAK LOYAL MEREK

Rintar Agus Simatupang dan Marlis Ida ................................................................... . 175-199

KOMPARASI ANALISIS SWOT DAN SPACE DALAM MENETAPKAN STRATEGI BISNIS BERDASARKAN KONDISI LINGKUNGAN PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN OUTSOURCING

Melati Diyani Putri dan Marbudyo Tyas Widodo ..................................................... . 201-222

PENGARUH EARNING MANAGEMENT …….………………….. .…........................………(Pasaribu, Kowanda, dan Kurniawan)

PENGARUH EARNING MANAGEMENT DAN MEKANISME GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PADA EMITEN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

Rowland Bismark Fernando Pasaribu

Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma

Dionysia Kowanda

Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma E-mail: dion@staff.gunadarma.ac.id

Dian Kurniawan

Jurusan Akuntansi FE Universitas Gunadarma

ABSTRACT

This study aims to investigate the relationship earnings management and mechanisms of good corporate governance (managerial ownership, institutional ownership, public ownership, the audit committee, board size, and proportion of independent board) on the disclosure of corporate social responsibility on companies listed in Indonesia Stock Exchange period 2009-2013. Analysis technique used is multiple linear regression. From the empirical result, the study found that in partial managerial ownership, board size, and proportion of independent board significant influence, while variable earnings management, public ownership, and the audit committee did not significantly affect the disclosure of corporate social responsibility.

Keywords: Corporate Social Responsibility, Earnings Management, Good Corporate Governance.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan meneliti hubungan earning management dan mekanisme good corporate governance (kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kepemilikan publik, komite audit, ukuran dewan komisaris, dan proporsi dewan komisaris independen) terhadap pengungkapan corporate social responsibility pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2013. Sampel dipilih menggunakan purposive sampling dan terdapat 24 perusahaan yang memenuhi kriteria.Teknik analisa yang digunakan adalah regresi linier berganda. Hasil penelitian menemukan bahwa secara parsial variabel kepemilikan manajerial, ukuran dewan komisaris, dan proporsi dewan komisaris independen berpengaruh secara signifikan, sedangkan variabel earning management, kepemilikan publik, dan komite audit tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan corporate social responsibility.

Kata Kunci: Tanggungjawab Sosial Perusahaan, Manajemen Laba, Tatakelola Perusahaan yang Baik.

PENDAHULUAN

pertumbuhan ekonominya, baik perubahan secara positif atau negatif. Untuk dapat

Setiap tahun perekonomian dalam suatu menentukan pertumbuhan ekonomi suatu negara pasti mengalami perubahan dalam

negara dibutuhkan indikator perekono-

JRMB, Volume 10, No 2 Desember2015

mian. Indikator ekonomi memberikan PDB menurun atau negatif maka gambaran secara makro dan pemerataan

perekonomian negara tersebut melemah. perekonomian. Indikator perekonomian

Biasanya PDB diukur per triwulan dan per suatu negara antara lain Produk Domestik

tahun, yang diperbandingkan terhadap Bruto (PDB), tingkat inflasi dan tingkat

triwulan dan tahun sebelumnya. Misalnya pengangguran. PDB diartikan sebagai nilai

jika PDB tahunan suatu negara meningkat keseluruhan semua barang dan jasa yang

5% berarti ekonomi negara tersebut telah diproduksi di dalam wilayah suatu negara

mengalami pertumbuhan sebesar 5% dalam periode tertentu (biasanya per

dibanding tahun sebelumnya. tahun). Angka PDB bisa dianggap sebagai

Berdasarkandata yang dikeluarkan oleh ukuran perekonomian negara tersebut dan

World Bank, Indonesia mempunyai sampai seberapa jauh ekonomi negara

pertumbuhan PDB yang relatif konstan tersebut telah tumbuh atau sedang

dari tahun 2006 sampai 2013 dibanding menyusut. Dapat dikatakan jika PDB suatu

sebagian negara ASEANlainnyaseperti negara meningkat maka perekonomian

Malaysia, Thailand, Brunei Darussalam negara tersebut menguat. Sebaliknya jika

dan Vietnam.

Brunei Darussalam

Vietnam

Gambar 1

Perbandingan Pertumbuhan PDB Indonesia dengan PDB sebagian negara ASEAN 2006-2013

Sumber: World Bank (data diolah)

Pada tahun 2008 sampai 2009 terjadi yang melanda AS. Tak terkecuali negara- krisis ekonomi yang berawal dari krisis

negara Asia Tenggara atau biasa disebut kredit perumahan (Subprime Mortgage

ASEAN. Negara-negara ASEAN juga Crisis) yang membangkrutkan lembaga

merasakan dampaknya, karena negara- keuangan Amerika Serikat (AS) yang

negara ASEAN sendiri masih bergantung berdampak kepada perekonomian dunia.

dengan aliran dana dari investor asing, Krisis ini menyebabkan investor-investor

terutama investor asal AS. Dapat dilihat asal Amerika Serikat banyak yang menarik

dalam gambar 1.1 bahwa terjadi penurunan investasinya yang sebelumnya diinvestasi-

PDB negara-negara ASEAN seperti kan di luar negaranya. Hal ini mengakibat-

Malaysia, Thailand dan Brunei Darus- kan efek domino dan cepat menyebar ke

salam sebagai imbas dari krisis ekonomi berbagai negara di penjuru dunia. Lem-

dunia. Penurunan PDB Malaysia dari baga keuangan yang berbasis di Eropa pun

tahun 2008 ke 2009 sebesar 4,83% ke - merasakan dampak dari krisis ekonomi

1,51% atau turun 6,34%. Lalu penurunan

PENGARUH EARNING MANAGEMENT …….………………….. .…........................………(Pasaribu, Kowanda, dan Kurniawan)

PDB Thailand dari 2,48% ke -2,33% atau negara ini hanya sedikit menurun. turun 4,81%. Penurunan PDB Brunei

Penurunan PDB Indonesia tahun 2008 ke Darussalam tahun 2007 ke 2008 dari

2009 dari 6,01% ke 4,63% atau turun 0,15% ke -1,94% atau turun 2,09%. 1,38%. Lalu penurunan PDB Vietnam

Tetapi Indonesia dan Vietnam sedikit tahun 2008 ke 2009 dari 5,66% ke 5,4% merasakan dampak karena PDB dua

atau turun 0,26%.

PDB Indonesia dari triwulan ke-2 2012 sampai triwulan ke-1 2015

Sumber: www.trandingeconomics.com (data diolah)

Dari tahun ke tahun PDB Indonesia melalui peningkatan produksi. Lapangan mengalami pertumbuhan yang setiap

usaha yang banyak berkontribusi dalam tahunnya mengalami fluktuasi. Namun

PDB ialah industri manufaktur. Hal ini pertumbuhan PDB Indonesia akhir-akhir

dapat dilihat dalam grafik dibawah. ini sedikit menurun dibanding tahun-tahun

Kontribusi perusahaan manufaktur dalam sebelumnya. Ini dapat dilihat dari grafik

PDB Indonesia semenjak tahun 2008 diatas bahwa dari triwulan keempat tahun

mengalami penurunan. Walaupun kontri- 2012 pertumbuhan PDB Indonesia menu-

busi manufaktur dalam PDB menurun dari run sampai triwulan keempat tahun 2014

tahun 2008 sampai tahun 2013, peranan walaupun sempat naik di triwulan pertama

manufaktur tetap diperhitungkan dalam tahun 2014. Penurunan PDB Indonesia

PDB.

mengindikasikan bahwa perekonomian Perusahaan manufaktur merupakan Indonesia juga ikut menurun. Menurunnya

industri yang mengolah barang mentah PDB juga mengindikasikan bahwa

menjadi barang jadi. Perusahaan manu- kontribusi dari berbagai sektor lapangan

faktur merupakan penopang utama usaha seperti pertanian, pertambangan,

perkembangan industri di sebuah negara. industri pengolahan atau manufaktur,

Perkembangan industri manufaktur di konstruksi dan lainnya juga ikut menurun.

sebuah negara juga dapat digunakan untuk Untuk memperbaiki kemerosotan PDB,

melihat perkembangan industri secara pemerintah Indonesia sendiri berusaha

nasional di negara itu. Perkembangan ini meningkatkan PDB, hal ini dapat dilihat

dapat dilihat baik dari aspek kualitas pada triwulan pertama tahun 2015 yang

produk yang dihasilkannya maupun kinerja naik 0,09% ke level 5,01%. Salah satu cara

industri secara keseluruhan. Dalam laporan untuk meningkatkan PDB adalah

keuangan disediakan informasi mengenai meningkatkan kontribusi lapangan usaha

neraca perusahaan, laba perusahaan, arus

JRMB, Volume 10, No 2 Desember2015

kas perusahaan, perubahan modal memakai dana tersebut untuk kegiatan perusahaan dan informasi mengenai

operasionalnya dan memperluas usahanya. keuangan lainnya. Laba perusahaan meru-

Perusahaan manufaktur juga dianggap pakan gambaran dari kegiatan perusahaan

dapat memberikan dampak positif itu sendiri, laba perusahaan dapat dilihat

terhadap masyarakat dan pereko-nomian. oleh investor di laporan keuangan

Tersedianya lapangan pekerjaan, menu- perusahaan yang dipublikasikan oleh

runnya tingkat pengangguran, dan perusahaan. Dengan meningkatkan laba

meningkatnya pendapatan Produk Do- perusahaan, akan berpengaruh positif

mestik Bruto atau PDB negara merupakan terhadap perusahaan itu sendiri. Para

manfaat yang diperoleh dari adanya investor akan tertarik untuk menginvestasi-

perusahaan manufaktur.

kan dananya, dan perusa-haan akan

Kontribusi Manufaktur dalam PDB Indonesia tahun 2000-2013

Sumber: World Bank (data diolah)

Perusahaan manufaktur dalam baik, dan sarana kontribusi sosial, menjalankan operasinya untuk mencapai

ekonomi, lingkungan bagi masyarakat laba mengakibatkan munculnya masalah

sekitar. Tekanan dari berbagai pihak sosial dan lingkungan. Masalah sosial dan

memaksa perusahaan untuk menerima lingkungan tersebut dapat semaikin besar

tanggung jawab atas dampak aktivitas dan sulit dikendalikan seiring perusahaan

bisnisnya terhadap masyarakat melalui meningkatkan laba. Permasalahan seperti

kegiatan-kegiatan tanggung jawab polusi, limbah, dan penyusutan sumber

langusung kepada masyarakat. Atas daya alam semakin dirasakan oleh

tuntutan tersebut maka perusahaan masyarakat. Oleh sebab itu, masyarakat

manufaktur berusaha mengungkapkan sebagai salah satu stakeholder perusa-

bentuk pertanggungjawabannya terhadap haan menuntut perusahaan untuk lebih

sosial dalam bentuk laporan Corporate memperhatikan dampak sosial dan

Social Responsibility (CSR). Gagasan lingkungan yang ditimbulkannya dan

tanggung jawab sosial pada dasarnya berupaya mengatasinya. Hal ini akan

adalah bagaimana perusahaan memberi memberikan manfaat bagi perusahaan

perhatian pada lingkungannya terhadap dalam mencapai kepercayaan (trust buil-

dampak yang terjadi akibat aktivitas ding) antara masyarakat dan perusahaan,

operasional perusahaan. CSR merupakan membentuk citra perusahaan yang lebih

praktik bisnis transparan yang didasar-

PENGARUH EARNING MANAGEMENT …….………………….. .…........................………(Pasaribu, Kowanda, dan Kurniawan)

kan pada nilai-nilai etika, dengan perusahaan merupakan jalan masuk memberikan perhatian pada karyawan,

dimana beberapa organisasi mengguna- masyarakat, dan lingkungan, serta diran-

kannya untuk memperoleh keuntungan cang untuk melestarikan masyarakat

atau memperbaiki legitimasi. Pemerintah secara umum dan juga para pemegang

Indonesia memberikan respon yang baik saham. Corporate social responsibility

terhadap pelaksanaan CSR dengan diartikan sebagai pertanggungjawaban meregulasi praktik tanggung jawab

sosial dan lingkungan atas dampak sosial sebagaimana dimuat dalam yang ditimbulkan oleh aktivitas

Undang-Undang No. 40 tahun 2007 perusahaan melalui transparansi dan

tentang Perseroan Terbatas dan mewajib- didasarkan pada nilai-nilai etika dengan

kan perseroan yang bidang usahanya di memberi perhatian pada pembangunan

bidang atau terkait dengan bidang berkelanjutan, kesehatan dan kesejah-

sumber daya alam untuk melaksanakan teraan sosial sesuai dengan harapan

tanggung jawab sosial dan lingkungan. stakeholder.

Undang-Undang tersebut (Pasal 66 ayat Corporate social responsibility

2c) mewajibkan semua perseroan untuk sebagai sebuah gagasan menjadikan

melaporkan pelaksanaan tanggung jawab perusahaan tidak lagi dihadapkan pada

sosial dan lingkungan dalam Laporan tanggung jawab yang berpijak pada

Tahunan. Pelaporan tersebut merupakan single bottom line, yaitu nilai pencerminan dari perlunya akuntabilitas

perusahaan (corporate value) yang perusahaan atas pelaksanaan tanggung direfleksikan dalam kondisi keuangannya

jawab sosial dan lingkungan, sehingga (financial) saja tetapi tanggung jawab

para stakeholders dapat menilai pelaksa- perusahaan harus berpijak pada triple

naan kegiatan tersebut. Dalam Undang- bottom lines yaitu juga memperhatikan

Undang tersebut (Pasal 1 ayat 3), masalah sosial dan lingkungan (Daniri,

corporate social responsibility dikenal 2008 dalam Badjuri, 2011). Banyak dengan istilah tanggung jawab sosial

perusahaan yang antusias mengungkap- dan lingkungan yang diartikan sebagai kan laporan tanggung jawab sosialnya

komitmen perseroan untuk berperan karena didorong beberapa faktor serta dalam pembangunan ekonomi

diantaranya adalah dapat meningkatkan berkelanjutan guna meningkatkan kuali- citra perusahaan, dapat membawa tas kehidupan dan lingkungan yang

keberuntungan bagi perusahaan, dapat bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri, menjamin keberlangsungan, dan sarana

komunitas setempat, maupun masyarakat perusahaan dalam berkontribusi terhadap

pada umumnya.

kondisi sosial, ekonomi, dan lingkungan Praktik dan pengungkapan yang lebih baik bagi masyarakat di sekitar

corporate social responsibility merupa- perusahaan untuk terlihat legitimate di

kan konsekuensi logis dari struktur kalangan stakeholdersnya. Corporate

Good Corporate Governance (GCG), social responsibility dapat digunakan

yang prinsipnya antara lain menyatakan perusahaan untuk melegitimasi aktivitas

bahwa perusahaan perlu memperhatikan perusahaan di kalangan stakeholder.

kepentingan stakeholdersnya, sesuai Menurut Gray et.al.(1995) dalam

dengan aturan yang ada dan menjalin Terzaghi (2012), pengungkapan tanggung

kerjasama yang aktif dengan stakehol- jawab sosial perusahaan merupakan

ders demi kelangsungan hidup jangka salah satu mekanisme yang dapat

panjang perusahaan (Utama, 2007 dalam digunakan untuk mengkomunikasikan

Wahyu dan Apriweni, 2012). Pedoman perusahaan dengan stakeholders dan

umum GCG Indonesia menyatakan salah disarankan bahwa tanggung jawab sosial

satu tujuan diterapkannya pedoman ini

JRMB, Volume 10, No 2 Desember2015

adalah tanggung jawab sosial yaitu menjadi acuan bagi perusahaan untuk melaksanakan GCG dalam rangka men- dorong timbulnya kesadaran dan tang- gungjawab sosial perusahaan terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan terutama sektor perusahaan (KNKG, 2006). Konsep GCG yang dilandasi oleh teori agensi, dilatarbelakangi adanya pemisahan antara kepemilikan dan pengendalian perusahaan. Pemisahan ini akan menimbulkan masalah karena adanya perbedaan kepentingan antara pemegang saham (sebagai prinsipal) dengan pihak manajemen (sebagai agen) (Jensen dan Meckling, 1976 dalam Djuitaningsih dan Marsyah, 2012). Dalam mekanisme good corporate governance dapat dilihat dari beberapa aspek diantaranya kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kepemilikan saham publik, dewan komisaris indepen- den, kepemilikan saham asing, kualitas audit dan lain sebagainya. Dalam penelitian ini menitik beratkan pada kepemilikan perusahaan, komite audit dan ukuran dewan komisaris. Sehingga mekanisme good corporate governance yang dipilih adalah kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kepemilikan publik, komite audit, ukuran dewan komisaris, dan proporsi dewan komisaris independen.

Pemisahan fungsi antara kepemi- likan perusahaan oleh pemegang saham dan pengendalian oleh manajemen merupakan inti dari teori agensi. Dalam teori agensi (agency theory), dijelaskan bahwa hubungan agensi terjadi ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agent tersebut (Jensen dan Meckling, 1976 dalam Djuitaningsih dan Marsyah, 2012). Dengan adanya pemisahan kepemilikan dan pengendalian akan menimbulkan permasalahan yang disebut agency conflict. Hal ini

disebabkan pihak prinsipal dan agen mempunyai kepentingan yang saling bertentangan (Jensen dan Meckling, 1976 dalam Djuitaningsih dan Marsyah, 2012). Kepentingan manajemen sebagai agen perusahaan menyebabkan terjadinya manipulasi laporan keuangan, misalnya praktik manajemen laba. Perusahaan yang melakukan praktik manajemen laba akan berdampak pada rendahnya kualitas laba perusahaan. Hal ini akan berdampak pada menurunnya penampilan perusahaan di kalangan stakeholder perusahaan. Pada kondisi ini, perusahaan perlu melakukan tindakan yang berguna untuk tetap menjaga hubungan dengan stakeholder perusahaan. Perusahaan yang melakukan manjemen laba lebih tertutup kepada stakeholder mengenai informasi perusahaan baik keuangan maunpun non keuangan. Sehingga perusahaan yang melakukan manajemen laba akan mengurangi informasi yang diungkap oleh perusahaan Salah satunya yaitu dengan mengungkapkan laporan corporate social responsibility.

Struktur governance di Indonesia memisahkan antara dewan komisaris dengan dewan direksi. Dewan direksi bertugas mengelola dan mewakili perusahaan di bawah pengarahan dan pengawasan dewan komisaris. Dewan komisaris sebagai organ perusahaan bertugas dan bertanggung jawab secara kolektif untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada direksi serta memastikan bahwa perusahaan melaksana- kan GCG (KNKG, 2006 dalam Paramita dan Marsono, 2014). Dewan komisaris dalam urutan manajemen merupakan tingkatan tertinggi setelah pemegang saham. Dalam bertugas dewan komisaris bertanggung jawab terhadap RUPS. Pertanggung jawaban Dewan Komisaris kepada RUPS merupakan perwujudan akuntabilitas pengawasan atas pengelolaan perusahaan dalam rangka pelaksanaan prinsip-prinsip GCG. Menurut Organiza- tion for Economic Cooperation ad

PENGARUH EARNING MANAGEMENT …….………………….. .…........................………(Pasaribu, Kowanda, dan Kurniawan)

Development (OECD) dalam Paramita dan Marsono (2014), pengelolaan perusahaan yang sesuai dengan GCG adalah pengelolaan yang menerapkan prinsip- prinsip GCG, yaitu kewajaran (fairness), transparansi (transparency), akuntabilitas (accountability),pertanggungjawaban (responsibility). Akhtaruddin et al. (2009) dalam Paramita dan Marsono (2014) berpendapat bahwa jika semakin besar ukuran dewan komisaris, maka pengalaman dan kompetensi kolektif dewan komisaris akan bertambah, sehingga informasi yang diungkapkan oleh manajemen akan lebih luas. Dengan wewenang yang dimiliki, dewan komisaris dapat memberikan pengaruh yang cukup kuat untuk menekan manajemen agar pengungkapkan informasi CSR lebih transparan. Didalam keaggotaan dewan komisaris terdapat komisaris independen dalam suatu perusahaan. Komisaris independen dalam dewan komisaris bertindak sebagai kekuatan penyeimbang dalam pengambilan keputusan dari dewan komisaris.

Dewan komisaris independen merupakan salah satu hal penentu keberhasilan implementasi good corporate governance. Dalam ketentuan BAPEPAM dan Peraturan Bursa Efek Indonesia No. 1-

A tanggal 14 Juli tahun 2004, diatur tentang keberadaan komisaris independen. Berdasarkan aturan tersebut, jumlah dewan komisaris independen minimal adalah 30%. Peraturan Bapepam IX.I.5 dalam Untoro dan Zulaikha (2013), menjelaskan dewan komisaris independen sebagai komisaris yang berasal dari luar emiten atau perusahaan publik, tidak mempunyai saham baik langsung maupun tidak langsung dengan emiten atau perusahaan publik, tidak mempunyai hubungan afiliasi dengan emiten atau perusahaan publik, dan tidak memiliki hubungan usaha baik langsung maupun tidak langsung yang berkaitan dengan kegiatan usaha emiten atau perusahaan publik. Komisaris independen dipandang sebagai alat untuk

memonitor perilaku manajemen yang nantinya dapat menghasilkan lebih banyak informasi pengungkapan sukarela perusa- haan. Dengan kata lain bahwa komisaris independen memberikan tekanan kepada manajemen pada hal ini dewan komisaris untuk lebih transparansi mengenai keadaan perusahaan. Komposisi dewan komisaris independen yang semakin besar dapat mendorongdewan komisaris untuk bertindak objektif dan mampu melindungi seluruh stakeholders perusahaan sehingga hal ini dapat mendorong pengungkapan CSR lebih luas. Kepemilikan manajerial merupakan kepemilikan saham yang dimiliki oleh manajemen dalam suatu perusahaan. Manajemen akan lebih termotivasi dalam melakukan pengelolaan perusahaan, apabila hasil dari aktivitasnya tersebut akan mendapatkan keuntungan bagi pihak manjemen itu sendiri. Dalam konsep kepemilikan manajerial ini, manajemenmerupakan pihak yang bertanggungjawab melakukan pengelolaan perusahaan sekaligus sebagai pihak yang membutuhkan informasi tentang tata kelola perusahaan itu atau pihak investor. Investor adalah pihak yang ingin mendapatkan pengembalian yang besar dan cepat dari perusahaan. Sehingga hal tersebut menuntut manjemen untuk melakukan pengelolaan yang lebih baik terhadap perusahaan agar dapat memak- simalkan laba dan meningkatkan nilai perusahaan untuk kepentingan investor, dimana pihak manajemen itu adalah si investor itu sendiri. Jadi kepemilikan investor mengindikasikan bahwa semakin besar kepemilikan manjerial maka akan semakin efektif pengelolaan perusahaan sehingga informasi mengenai peruahaan akan lebih terbuka.

Komite audit merupakan komite yang membantu komisaris atau dewan pengawas dalam memastikan efektivitas sistem pengendalian internal dan efekti- fitas pelaksanaan tugas auditor eksternal dan internal (Alijoyo, 2003 dalam Priantana dan Yustian,2011). Berdasarkan

JRMB, Volume 10, No 2 Desember2015

strukturnya, komite audit sekurang- kurangnya terdiri dari tiga anggota. Salah satunya dari anggota tersebut merupakan komisaris independen yang sekaligus merangkap sebagai ketua, sedangkan anggota lainnya merupakan pihak eksternal yang independen (SE Ketua Bapepa NomorSE-03/PM/2000). Komite audit mempunyai peran yang sangat penting dan strategis dalam hal memeli- hara kredibilitas proses penyusunan laporan keuangan seperti halnya menjaga terciptanya sistem pengawasan perusahaan yang memadai. Kepemilikan institusional merupakankepemilikan saham oleh investor institusional yang dapat diliat dari proporsi saham yang dimiliki institusi dalam perusahaan. Institusi merupakan lembaga yang memiliki kepentingan besar terhadap investasi yang dilakukan termasuk investasi saham. Berdasarkan teori agensi, disebutkan bahwa pemisahan kepemilikan dan pengendalian suatu perusahaan dapat menyebabkan terjadinya asimetri informa- si dan konflik keagenan (antara agent dan principal) sehingga dapat memicu agency cost (Martua dan Nasir, 2013). Penyebab dari adanya agency cost adalah adanya kepemilikan saham perusahaan oleh publik, dalam hal ini adalah investor institusional. Investor institusional disini didefinisikan sebagai suatu instansi atau lembaga yang bergerak dalam bidang asuransi, bank, perusahaan investasi, maupun dana pensiun. Investor institu- sional ini memiliki kemampuan yang lebih baik dalam melakukan pengawasan terhadap kinerja perusahaan yang dimana mereka memilki saham di perusahaan tersebut. Hal tersebut dikarenakan mereka memilki sumber daya, kemampuan, pengalaman, dan kesem- patan untuk mengawasi kinerja perusahaan untuk lebih memprioritaskan pada nilai perusahaan jangka panjang. Kepemilikan institusional yang besar akan sangat berpengaruh dan berdampak pada keputusan manajemen yang akan

diambil (Laksamitaningrum dan Purwanto, 2013). Semakin besar kepemilikan institusional maka akan semakin efisien pemanfaatan aktiva perusahaan dan diharapkan juga perusahaan dapat bertindak sebagai pencegah terhadap pemborosan yang dilakukan manajemen (Djuitaningsih dan Marsyah, 2012).

Kepemilikanpublik menggambar- kan bahwa perusahaan telah siap dimonitori baik dari segi keuangan maupun non keuangan oleh masyarakat. Semakin banyak pihak yang membutuhkan informasi perusahaan maka semakin banyak hal sekecil apapun yang dituntut untuk dibuka yang pada akhirnya perusahaan melakukan pengungkapan yang semakin luas. Khan et al. (2012) dalam Paramita dan Marsono (2014) menyatakan bahwa ketika suatu perusahaan mulai go public, secara langsung akuntabilitasnya terhadap publik yang merupakan pemegang saham akan sangat diperlukan. Ada penekanan terhadap akuntabilitas akan menyebabkan perusahaan mengungkapkan informasi- informasi tambahan yang berkaitan dengan visibilitas dan akuntabilitas perusahaan terhadap sejumlah besar stakeholder. Semakin besar volume kepemilikan publik, semakin besar pula tekanan dari publik terhadap transparansi informasi dari pihak perusahaan. sejalan dengan hal tersebut seharusnya perusahaan akan semakin luas dalam mengungkapkan kondisi perusahaan dan salah satunya tanggung jawabnya terhadap lingkungan sosial karena publik tidak hanya membutuhkan data finansial semata namun publik pun berhak dalam mengetahui apa saja yang sudah dilakukan oleh perusahaan dan dampak sosialnya serta penanggu- langan akibat dampak sosial tersebut. Untuk itu ukuran kepemillikan publik akan mendorong pengungkapan perusahaan kepada publik mengenai kondisi perusahaan dan keterlibatan perusahaan dalam kegiatan sosial. Perusahaan yang sahamnya banyak dimiliki publik

PENGARUH EARNING MANAGEMENT …….………………….. .…........................………(Pasaribu, Kowanda, dan Kurniawan)

menunjukkan perusahaan tersebut memi- liki kredibilitas yang tinggi dimata masyarakat dalam memberikan imbalan (deviden) yang layak dan dianggap mampu beroperasi terus menerus (going concern) sehingga cenderung akan melakukan pengungkapan informasi sosial lebih luas (Badjuri, 2011).

Penelitian terdahulu yang terkait dengan pengungkapan CSR menunjukkan hasil yang beragam. Beberapa penelitian tersebut diantaranya adalah penelitian Badjuri (2011) yang menyimpulkan bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap corporate social responsibility, kepemilikan institusional dan ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh signifikan terhadap corporate social responsibility, kepemilikan publik dan komite audit juga tidak berpengaruh signifikan terhadap corporate social responsibility. Sedangkan proporsi dewan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap corporate social responsibility. Yawenas, Tan dan Sutanto (2013) menyimpulkan bahwa komisaris Indepen- den tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan corporate social responsi- bility, kepemilikan publik tidak berpengaruh signifikan terhadap corporate social responsibility begitupun dengan kepemilikan manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan corporate social responsibility. Pada penelitian lainnya Oktariani dan Mimba (2014) meneliti pengaruh ukuran dewan komisaris terhadap pengungkapan corporate social responsibility yang menghasilkan kesimpulan dewan komi- saris independen tidak berpangaruh signifikan terhadap pengungkapan corporate social responsibility. Penelitian yang dilakukan oleh Laksmitaningrum dan Purwanto (2013) memberikan kesimpulan bahwa ukuran dewan komisaris berpe- ngaruh signifikan terhadap corporate social responsibility namun kepemilikan manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan corporate social

responsibility, kepemilikan manajerial dan kepemilikan publik tidak berpengaruh terhadap corporate social responsibility.

Paramita dan Marsono (2014) pada penelitian ini menyimpulkan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh terha- dapcorporate social responsibility. Ukuran dewan komisaris tidak berpenga-ruh signifikan terhadap luas pengungkapan tanggung jawab sosial, lalu komisaris independen dan kepemilikan publik tidak berpengaruh signifikan terhadap pengung- kapan corporate social responsibility. Penelitian lainnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Untoro dan Zulaikha (2013) pada penelitian ini menggunakan variabel ukuran dewan komisaris dan komisaris independen terhadap pengungkapan corporate social responsi- bility, hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa ukuran dewan komisaris berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan corporate social responsi- bility,

proporsi dewan komisaris independen berpengaruh signifikan terha- dap pengungkapan corporate social responsibility. Penelitian Martua dan Nasir (2013) menyimpulkan bahwa kepemilikan intitusional dan kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap corporate social responsibility. Penelitian selan- jutnya yaitu penelitian Nurkhin (2010) menyimpulkan bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap corporate social responsibility. Sedangkan proporsi dewan komisaris independen berpengaruh signifikan terhadap corporate social responsibility. Penelitian selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Djuitaningsih dan Marsyah (2012) penelitian tersebut menyimpulkan bahwa manajemen laba memiliki pengaruh negatif terhadap pengungkapan corporate social responsi- bility, kemudian ukuran komisaris dan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap pengungkapan corporate social responsibility.

JRMB, Volume 10, No 2 Desember2015

Di sisi lain, Terzaghi (2012) secara signifikan terhadap corporate social menyimpulkan bahwa earning mana-

responsibility.

gement tidak memiliki pengaruh yang Berdasarkan evaluasi dan peneli- signifikan terhadap pengungkapan tian-penelitian terdahulu yang telah corporate social responsibility, begitupun

diungkapkan di atas, pengungkapan dengan kepemilikan manajerial tidak

corporate social responsibility masih berpengaruh signifikan terhadap menunjukan hasil yang beragam dan tidak pengungkapan corporate social responsi-

konsisten. Dari fakta tersebut, penelitian bility, kemudian kesimpulan selanjutnya

ini terdorong untuk menganalisis dan ukuran dewan komisaris berpengaruh

menguji secara empiris kembali mengenai signifikan terhadap pengungkapan tang-

faktor-faktoryang mempengaruhi gung-jawab sosial, dan terakhir dalam

pengungkapan corporate social responsi- penelitian tersebut dikatakan tidak ada

bility.

pengaruh yang signifikan antara komisaris Sesuai dengan rumusan masalah independen terhadap pengungkapan yang telah dikemukakan, tujuan penelitian corporate social responsibility. Nur dan

ini adalah untuk menganalisis dan menguji Priantinah (2012) menyimpulkan ukuran

secara empiris: pengaruh earning mana- dewan komisaris berpengaruh signifikan

gement,kepemilikan manajerial, kepemi- terhadap corporate social responsibility.

likan institusional, kepemilikan publik, Lalu komite audit tidak berpengaruh

komite audit, ukuran dewan komisaris, dan terhadap corporate social responsibility.

proporsi dewan komisaris independen Selanjutnya penelitian Priantana dan

terhadap pengungkapan Corporate Social Yustian (2011) menemukan bahwa

Responsibility.

kepemilikan manajerial, ukuran dewan komisaris, dan proporsi dewan komisaris

independen berpengaruh signifikan KAJIAN LITERATUR

terhadap corporate social responsibility. Sedangkan kepemilikan institusional dan

Pengaruh Earning Management

komite audit tidak berpengaruh signifikan

terhadap Pengungkapan CSR

terhadap corporate social responsibility. Saraswati dan Hadiprajitno (2013)

Earning management atau manajemen laba menyimpulkan bahwa kepemilikan institu-

dilakukan oleh pihak manajemen untuk sional, kepemilikan manajerial, proporsi

memanipulasi laporan keuangan perusa- dewan komisaris independen dan komite

haan. Manajemen melakukan praktik audit tidak berpengaruh signifikan

tersebut untuk memaksimalkan keun- terhadap corporate social responsibility.

tungan perusahaan sehingga berdampak Penelitian Tumewu dan Rudiawarni (2014)

pada kompensasi tinggi yang akan menyimpulkan bahwa earning mana-

diperoleh. Menurut Prior et. al., (2008) gement¸ kepemilikan intitusional, ukuran

dalam Djuitaningsih dan Marsyah (2012), dewan komisaris, proporsi dewan

metode untuk membuat para manajer komisaris independen dan kepemilikan

melindungi posisi dan menjaga kepen- publik tidak berpengaruh secara signifikan

tingan mereka yaitu dengan melibatkan terhadap corporate social responsibility.

diri ke dalam aktivitas yang ditujukan Selanjutnya penelitian Utami dan

untuk membangun hubungan dengan Rahmawati (2010) menyimpulkan bahwa

stakeholder perusahaan dan aktivis kepemilikan institusional tidak berpe-

lingkungan yang diketahui sebagai CSR. ngaruh secara signifikan terhadap

Hal ini mengakibatkan adanya hubungan corporate social responsibility. Sedangkan

yang negatif antara manajemen laba dan ukuran dewan komisaris berpengaruh

pengungkapan informasi oleh perusahaan,

PENGARUH EARNING MANAGEMENT …….………………….. .…........................………(Pasaribu, Kowanda, dan Kurniawan)

di mana perusahaan yang mengurangi praktik manajemen laba akan mengung- kapkan lebih banyak informasi mengenai aktivitas perusahaan dan perusahaan yang melakukan berbagai bentuk mana- jemen laba baik untuk keuntungan priba- di maupun keuntungan perusahaan akan cenderung untuk melakukan pengu-rangan pengungkapan informasi. Peneli-tian yang dilakukan Terzhagi (2012) dan Tumewu dan Rudiawarni (2014) menemukan bahwa manajemen laba tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan CSR. Nanum hal ini tidak sejalan dengan penelitian Djuitaningsih dan Marsyah (2012) bahwa manajemen laba berpenga- ruh signifikan terhadap pengungkapan CSR. Atas uraian diatas, maka hipotesis yang diajukan adalah: H1: Manajemen Laba berpengaruh signi-

fikan terhadap pengungkapan CSR

Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Pengungkapan CSR

Menurut Ross et al. (2004) dalam Paramita dan Marsono (2014) semakin besar proporsi kepemilikan manajemen pada perusahaan, maka manajemen cenderung lebih giat untuk kepentingan pemegang saham, yang tidak lain adalah dirinya sendiri. Pengungkapan corporate social responsibility merupakan salah satu cara untuk meningkatkan citra perusahaan, semakin bagus citra perusahaan maka harapannya adalah semakin besar laba yang diperoleh perusahaan, dan return yang diperoleh pemegang saham yang juga sebagai manajemen akan semakin besar. Dalam penelitian Paramita dan Marsono (2014) menyimpulkan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terha- dap pengungkapan CSR. Penelitian yang dilakukan oleh Priantana dan Yustian (2011) menunjukkan hasil yang sama. Namun hasil dari penelitian Badjuri (2011), Laksamitanigrum dan Purwanto (2013), Saraswati dan Hadiprajitno (2013), dan Terzaghi (2012) menemukan bahwa

kepemilikan manajerial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap CSR. Dari uraian diatas, maka hipotesis yang diajukan adalah: H2: Kepemilikan manajerial berpengaruh

signifikan terhadap pengungkapan CSR.

Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Pengungkapan CSR

Berdasarkan agency theory, disebutkan bahwa pemisahan kepemilikan dan pengendalian suatu perusahaan dapat menyebabkan terjadinya asimetri infor- masi dan konflik keagenan (antara agent dan principal) sehingga dapat memicu agency cost. Penyebab dari adanya agency cost adalah adanya kepemilikan saham perusahaan oleh publik, dalam hal ini adalah investor institusional. Investor institusional disini didefinisikan sebagai suatu instansi atau lembaga yang bergerak dalam bidang asuransi, bank, perusahaan investasi, maupun dana pensiun. Inves- tor institusional ini memiliki kemampuan yang lebih baik dalam melakukan pengawasan terhadap kinerja perusahaan yang dimana mereka memilki saham di perusahaan tersebut. Hal tersebut dikarenakan mereka memilki sumber daya, kemampuan, pengalaman, dan kesempatan untuk mengawasi kinerja perusahaan untuk lebih memprioritaskan pada nilai perusahaan jangka panjang. Namun penelitian yang dilakukan oleh Badjuri (2011), Djuitaningsih dan Marsyah (2012), Laksmitaningrum dan Purwanto (2013), Martua dan Nasir (2013), Nurkhin (2010),Priantana dan Yustian (2011), dan Utami dan Rahmawati (2010) menemukan bahwa kepemilikan instrusional tidak ber- pengaruh secara signifikan terhadap CSR. Dari uraian diatas maka hipotesis yang diajukan adalah: H3: Kepemilikan Institusional berpenga-

ruh signifikan terhadap pengungkap- an CSR

JRMB, Volume 10, No 2 Desember2015

Pengaruh Kepemilikan Publik terhadap

menjalankan praktek perbankan yang

Pengungkapan CSR

sehat sesuai dengan prinsip kehati- hatian, pelaksanaan audit baik internal

Perusahaan yang sahamnya banyak maupun eksternal telah dilaksanakan dimiliki publik menunjukkan perusahaan

sesuai dengan standar auditing yang tersebut memiliki kredibilitas yang tinggi

berlaku, tindak lanjut temuan hasil audit dimata masyarakat dalam memberikan

telah dilaksanakan oleh manajemen imbalan (deviden) yang layak dan

dengan baik (Untoro dan Zulaikha, 2013). dianggap mampu beroperasi terus menerus

Berdasarkan tugas tersebut keberadaan (going concern) sehingga cenderung akan

komite audit dapat dirasakan sebagai melakukan pengungkapan informasi indikasi pengawasan atau monitoring

sosial lebih luas. Perusahaan dengan porsi kualitas tinggi dan berpengaruh kepemilikan publik lebih luas akan

signifikan dalam menyediakan informasi cenderung melakukan lebih banyak peng-

yang lebih kepada pemakai laporan ungkapan sosial karena dinilai memiliki

keuangan. Dengan demikian, semakin tanggung jawab secara moral kepada

banyak ukuran komite diharapkan proses masyarakat (Badjuri, 2011). Perusahaan go

pengawasan akan dilakukan semakin public dan telah terdaftar dalam BEI

baik dan kualitas pengungkapan adalah perusahaan-perusahaan yang me-

tanggung jawab sosial akan semakin luas. miliki proporsi kepemilikan saham oleh

Penelitian Badjuri (2011), publik, yang artinya bahwa semua aktivi-

Djuitaningsih dan Marsyah (2012), tas dan keadaan perusahaan harus dila-

Paramita dan Marsono (2014), Priantana porkan dan diketahui oleh publik sebagai

dan Yustian (2011) menemukan bahwa salah satu bagian pemegang saham.

komite audit tidak berpengaruh signifikan Penelitian yang dilakukan oleh

terhadap pengungkapan CSR. Hal ini Badjuri (2011), Nur dan Priantinah (2012),

serupa dengan penelitian Saraswati dan dan Paramita dan Marsono (2014)

Hadiprajitno (2013), Terzaghi (2012), dan menemukan bahwa kepemilikan publik

Untoro dan Zulaikha (2013) yang tidak berpengaruh secara signifikan

menemukan bahwa komite audit tidak terhadap CSR.Tumewu dan Rudiawarni

berpengaruh secara signifikan terhadap dan Yawenas et. al., (2011) menemukan

pengungkapan CSR. Dari uraian diatas hasil yang sama yaitu kepemilikan publik

maka hipotesis yang diajukan adalah: tidak berpengaruh signifikan terhadap

H5: Komite Audit berpengaruh signify- CSR. Dari uraian diatas maka hipotesis

kan terhadap pengungkapan CSR. yang diajukan adalah: H4: Kepemilikan Publik berpengaruh

Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris

signifikan terhadap pengungkapan

terhadap Pengungkapan CSR

CSR Dewan komisaris memiliki tugas sebagai

Pengaruh Komite Audit terhadap

pengawas terlaksananya konsep Good

Pengungkapan CSR

Corporate Governance yang dilakukan oleh perusahaan. Dewan komisaris dapat

Berdasarkan Pedoman Good Corporate dikatakan pula sebgai wakil dari para Governance Indonesia, komite audit

investor atau pemilik perusahaan untuk mempunyai tugas sebagai fasilitator

mengawasi pengelolaan perusahaan yang bagi dewan komisaris. Tugas tersebut

dilaksanakan oleh manjemen. Dengan hak adalah untuk memastikan bahwa struktur

yang dimiliki dewan komisaris maka akan pengendalian internal bank telah cukup

memberikan pengaruh dalam menekan untuk menjaga agar manajemen siap

manajemen dalam mengungkapkan infor-

PENGARUH EARNING MANAGEMENT …….………………….. .…........................………(Pasaribu, Kowanda, dan Kurniawan)

masi-informasi perusahaan salah satunya informasi mengenai tanggung jawab sosial atau CSR.

Penelitian Priantana dan Yustian (2011) menyimpulkan bahwa ukuran dewan komisaris berpengaruh signifikan terhadappengungkapanCSR. Laksmitaningrum dan Purwanto (2013) juga memberikan hasil yang sama yaitu ukuran dewan komisaris berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR. Untoro dan Zulaikha (2013), Nur dan Priantinah (2012),Terzaghi (2012), dan Utami dan Rahmawati (2010) juga menyimpulkan bahwa ukuran dewan ko- misaris berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR. Namun penelitian yang dilakukan Paramita dan Marsono (2014), Badjuri (2011), Djuitaningsih dan Marsyah (2012) menyimpulkan bahwa ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh signifikan terhadap luas pengungkapan CSR. Penelitian yang dilalukan Tumewu dan Rudiawarni (2014) juga memberikan hasil yang sama yaitu ukuran dewan ko- misaris tidak berpengaruh terhadap peng- ungkapan CSR. Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis yang diajukan adalah: H6: Ukuran Dewan Komisaris berpenga-

ruh signifikan terhadap pengungkap- an CSR.

Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris Independen terhadap Pengungkapan CSR

Ketentuan Bapepam dan Peraturan Bursa Efek Indonesia No. 1-A tanggal 14 Juli tahun 2004 yang memberikan pengaruh terhadap pengendalian dan pengawasan terhadap manajemen dalam operasi perusahaannya, diantaranya adalah pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (Badjuri, 2011). Dewan komisaris independen merupakan komi-

saris yang berasal dari luar perusahaan sehingga tidak memiliki hubungan istimewa dengan perusahaan yang diharap- kan mampu menitikberatkan pada kepen- tingan para pemegang saham. Proporsi dewan komisarisindependen yang sema- kin besar dapat mendorongdewan komisa- ris untuk bertindak objektif dan mampu melindungi seluruh stake-holders perusa- haan sehingga hal ini dapat mendorong pengungkapan CSR lebih luas. Dengan demikian, tujuan perusahaan untuk men- dapatkan legitimasi dari stakeholders dengan mengungkapkan tang-gungjawab sosial akan dapat diperoleh karena keberadaan dewan komisaris independen akan memberikan pengendalian dan pengawasan.

Penelitian yang dilakukan oleh Nurkhin (2010) menyimpulkan bahwa proporsi dewan komisaris independen berpengaruh signifikan terhadap pengung- kapan CSR. Penelitian Badjuri (2011) dan Priantana dan Yustian (2011) juga menyimpulkan hasil yang sama yaitu proporsi dewan komisaris independen berpengaruh terhadap pengungkapan CSR. Namun hasil yang berbeda ditunjukkan oleh penelitian Duitaningsih dan Marsyah (2012)yang menyimpulkan bahwa Proporsi dewan komisaris independen tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR. Hasil penelitian Oktarani dan Mimba (2014), Paramita dan Marsono (2014), Yamenas et. al, (2013) juga menunjukkan hasil yang sama yaitu variabel proporsi dewan komisaris independen tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR.Dari uraian diatas maka hipotesis yang diajukan adalah: H7: Proporsi Dewan Komisaris Indepen-

den berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR

JRMB, Volume 10, No 2 Desember2015

Kerangka Pemikiran dan Penjelasan Model

Earning Management

Kepemilikan Manajerial X 2

Kepemilikan Institusional X 3 Pengungkapan

Corporate Social Kepemilikan Publik

Responsibility

(CSR)

Komite Audit

Ukuran Dewan Komisaris X 6

Proporsi Dewan Komisaris

Independen

Gambar 3 Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran merupakan Populasi dalam penelitian ini perusahaan suatu rangkaian susunan pemikiran tentang

manufaktur yang terdaftar dalam Bursa apa yang seharusnya ada atau terjadi

Efek Indonesia (BEI) periode 2009-2013. sehingga timbul adanya hipotesis.

Teknik pengambilan sampel dalam Penelitian ini menganalisis pengaruh

penelitian ini adalah dengan menggunakan Earning Management

yaitu metode Corporate Governance (GCG) yang

dan

Good

purposive sampling

pemilihan sampel dengan kriateria diproksikan dengan Kepemilikan tertentu. Dalam penelitian ini, perusahaan Manajerial, Kepemilikan Institusional,

manufaktur yang dijadikan sampel adalah Kepemilikan Publik, Komite Audit,

perusahaan yang memiliki kriteria-kriteria Ukuran Dewan Komisaris dan Proporsi

berikut:

Dewan Komisaris Independen terhadap

1. Perusahaanmanufaktur yang mener- Pengungkapan Corporate Social Respon-

bitkan laporan tahunan (annual sibility (CSR). Berdasarkan kerangka

report) lengkap selama periode 2009- pemikiran diatas, maka dapat dijelaskan

bahwa masing-masing variabel Earning

2. Perusahaan manufaktur yang menya- Management, Kepemilikan Manajerial,

jikan ikhtisar keuangan dalam mata Kepemilikan Institusional, Kepemilikan

uang rupiah.

Publik, Komite Audit, Ukuran Dewan

3. Perusahaan manufaktur tidak meng- Komisaris, dan Proporsi Dewan Komisaris

alami kerugian dalam periode 2009- Independen secara parsial berpengaruh

terhadap Pengungkapan Corporate Social

4. Perusahaan manufaktur yang mene- Responsibility.

rapkan dan mengungkapkan laporan

METODA PENELITIAN

mengenai tanggung jawab sosial Corporate Social Responsibility

Populasi dan Sampel

(CSR) dalam annual report tahun 2009-2013.

PENGARUH EARNING MANAGEMENT …….………………….. .…........................………(Pasaribu, Kowanda, dan Kurniawan)

Tabel 1 Prosedur Pemilihan Sampel

Kriteria Sampel

Emiten

Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia berturut-turut 124 dari tahun 2009-2013 Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan tahunan lengkap dan berturut-

-100 turut selama tahun 2009-2013 Perusahaan yang tidak menerapkan dan mengungkapkan laporan mengenai

- tanggung jawab sosial (CSR) di annual report tahun 2009-2013

Perusahaan yang tidak menyajikan ikhtisar keuangan dalam mata uang - rupiah Jumlah perusahaan yang memenuhi kriteria sampel

Total sampel (annual report) yang digunakan dalam penelitian (24 x 5 ) 120

Teknik Pengumpulan Data

dengan kondisi di Indonesia (Sembiring, 2005). Pengungkapan dengan jumlah 78 Penelitian ini menggunakan data pengungkapan yang dikelompokan

sekunder yaitu annual report perusahaan menjadi 7 kelompok diantaranya adalah dan Indonesian Capital Market lingkungan, energi, kesehatan dan

Directory (ICMD) dalam periode 2009- keselamatan kerja, lain-lain tentang tenaga 2013. Data sekunder diperoleh dari

kerja, produk, keterlibatan masyarakat dan website Bursa Efek Indonesia dan website

umum. Pada setiap kategori tersebut terdiri masing-masing perusahaan.

dari beberapa item sehingga totalnya menjadi 78 item. Masing-masing item

Definisi Operasional Variabel

pada tiap kategori pengungkapan diberi skor 1 sehingga jika perusahaan

Variabel Dependen (Y) dalam penelitian mengungkapkan 1 item saja akan diberi ini adalah Pengungkapan Corporate Social

skor 1 dan jika dalam perusahaan tidak Responsibility (CSR). Dan variabel

mengungkapkan akan diberi skor 0. Independen (X) yang digunakan adalah

Kemudian, skor dari setiap item earning management, kepemilikan dijumlahkan untuk memperoleh

manajerial, kepemilikan institusional, keseluruhan skor dalam setiap perusahaan. kepemilikan publik, komite audit, ukuran

Rumus perhitungan CSRDI adalah sebagai dewan komisaris, dan proporsi dewan

berikut:

komisaris independen.

Pengungkapan Corporate Social

Responsibility (CSRD)

Keterangan: CSRDIij: Corporate Social Responsibility