KESIAPAN MADRASAH DALAM PELAKSANAAN WAJIB BELAJAR 12 TAHUN

KESIAPAN MADRASAH DALAM PELAKSANAAN WAJIB BELAJAR 12 TAHUN

Abstract

The purpose of this study is to determine: 1) local government policies in the implementation of 12-year compulsory education, 2) policies of the Ministry of Religious Affairs on the implementation of 12-year compulsory education in Madrasah Aliyah (Islamic Senior High School) and 3) the readiness of Islamic Senior High School in infrastructure, financial, and educational staff aspects of 12-year com- pulsory education. This study used the qualitative approach with a policy analysis. Data sources were obtained and collected from interviews, observation and documentation. The findings included: comple- tion of 9-year compulsory education at Elementary School/ Islamic Elementary School and Junior High School / Islamic Junior High School in Districts / Cities of the study target areas completed, except for

a small portion of areas whose GER and NER have not met 95% as pilot program requirements of 12- year compulsory education. Policies of Provincial, District, and City Governments have largely led to the pilot program of 12-year compulsory education. Meanwhile, the policies of the Ministry of Religious Affairs had not prepared the regulatory device, either regulations, guidelines or other technical guidance related to the pilot program of 12-year compulsory education in Islamic Senior High School. The as- pect of the availability of infrastructure and facilities in Public Islamic Senior High School is adequate and appropriate to the national standards, whereas most Private Islamic Senior High School does not meet minimum standards based on the standardized infrastructure and facilities. Meanwhile, for the financing aspect, no balance between revenue and expenditure is yet found, especially at Private Islamic Senior High School annually.

Keywords: Compulsory Education, madrasah (Islamic Schools), Education Access

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) kebijakan Pemerintah daerah terhadap penye- lenggaraan wajib belajar 12 Tahun, 2) kebijakan Kementerian Agama terhadap pelaksanaan program wajib belajar 12 tahun di Madrasah Aliyah dan 3) kesiapan Madrasah Aliyah dalam aspek sarana- prasarana, pembiayaan, dan tenaga kependidikan dalam program wajib belajar 12 tahun. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan analisis kebijakan (policy analysis). Sumber data digali dan dikumpulkan dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian ditemukan antara lain: Penuntasan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun pada jenjang SD/MI dan SMP/MTs di Ka- bupaten/Kota pada daerah sasaran penelitian telah tuntas, kecuali sebagian kecil daerah yang APK dan APM belum memenuhi 95% sebagai sarat rintisan program wajib belajar 12 tahun. Kebijakan Pemda Propinsi, Kabupaten, dan Kota sebagian besar telah mengarah pada rintisan program wajib belajar 12 tahun. Sedangkan kebijakan Kementerian Agama belum menyiapkan perangkat regulasi, baik peratur-

Naskah diterima 17 Mei 2012. Revisi pertama, 3 juni 2012. Revisi kedua, 15 Juni 2012 dan revisi terakhir 25 Juni 2012

EDUKASI Volume 10, Nomor 2, Mei-Agustus 2012

Nurudin

an, pedoman, dan petunjuk teknis lainnya terkait rintisan program wajib belajar 12 tahun di madrasah Aliyah. Pada aspek ketersediaan sarana prasarana di MAN telah memadai dan sesuai standar nasional, sebaliknya di madrasah swasta sebagian besar belum memenuhi standar minimum berdasarkan standar sarana prasarana. Dan pada aspek pembiayaan belum terjadi keseimbangan antara pendapatan dan pengeluaran khususnya pada madrasah swasta dalam setiap tahunnya.

Kata Kunci: Wajib Belajar, Madrasah, Akses Pendidikan

PENDAHULUAN

aksara, secara khusus inpres tersebut me-

Latarbelakang

madrasah, pondok pesantren, dan lembaga bang searah dengan kebutuhan bangsa ter-

sejak tahun 1958. sejak tahun 1984. 1 searah dengan keber-

Wajar 6 tahun ke Wajar 9 tahun akan me-

landasan

dan Undang-Undang nomor 20 tahun

bandung

174 EDUKASI Volume 10, Nomor 2, Mei-Agustus 2012

Kesiapan Madrasah dalam Pelaksanaan Wajib Belajar 12 Tahun

belajar di madrasah dan salafiyah dibagi sekolah, madrasah, salafiyah, paket, seko-

untuk mi adalah 9,77% dan untuk mts dasar menengah (smP/mts) target yang

pada tahun 2007 aPm sD/mi telah menca- yang sama aPm smP/mts/Paket b dan

yang sederajat 71,6% dan aPK smP/mts/ nyak 1578, jurusan iPs 4225, jurusan baha-

sa 363 dan Program Keagamaan sebanyak 92,52%.

ngan jumlah guru sebanyak 97.986 orang, nal, aPK pada tahun 2005 sebesar 13,20%,

dengan kualifikasi pendidikan di bawah tahun 2006 sebesar 13,70%, dan tahun 2007 dan kualifikasi S.2-S.3 sebanyak 1.313. 5

2005 sebesar 17,40% tahun 2006 sebesar sah dalam pelaksanaan Wajar 12 tahun?

fokuskan pada permasalahan: pertama, ba- percepatan penuntasan Program Wajar

hadap penyelenggaraan Wajar 12 tahun? 0,4% pada tahun 2007 untuk mi dan untuk

agama terhadap pelaksanaan program 1,02% pada 2007. Pada tahun 2008 angka

wajar 12 tahun?

Tujuan

Kemenag mencatat bahwa jumlah lem-

daerah terhadap penyelenggaraan Wajar 12

EDUKASI Volume 10, Nomor 2, Mei-Agustus 2012

Nurudin

agama terhadap pelaksanaan program

Tabel 1: APK, APM Pendidikan Dasar

APK APM

No Propinsi/kab./kota

SD/MI SMP/MTs SD/MI SMP/MTs

wajar 12 tahun.

1 Kota Banda Aceh

2 Sumatera Utara

3 Kota Padang

4 Bali/Jembrana

5 Jatim/Kota Malang

119,35% 99,33% 103,83% 72,89% 6 Kabupaten Sragen 115,86% 121,02% 100,13% 90,74% 7 Kota Bandung

8 Banten/Kab Tangerang

9 Kota Banjarmasin

10 Kota Mataram

Tabel 2: APK dan APM Pendidikan Mene- ngah

aceh, Kota medan, Kota Padang Kabupaten Jembrana Kota malang, Kabupaten sragen,

No

Propinsi/kab./kota

SMA/MA APK

APM

Kota bandung, Kabupaten tangerang, Kota

1 Kota Banda Aceh

2 Sumatera Utara

3 Kota Padang

4 Bali/Kab. Jembrana

5 Kota Malang

HASIL DAN PEMBAHASAN

6 Kabupaten Sragen

7 Kota Bandung

Profil Pendidikan pada Daerah Penelitian 47,50%

8 Kabupaten Tangerang

9 Kota Banjarmasin

10 Kota Mataram

APK dan APM Pendidikan Dasar dan Me- nengah

pada jenjang dasar dan menengah adalah

aPK PaUD, smP/mts dan sederajat pada

176 EDUKASI Volume 10, Nomor 2, Mei-Agustus 2012

Kesiapan Madrasah dalam Pelaksanaan Wajib Belajar 12 Tahun

ma sebesar 86.12%. sedangkan aPm nya aPm sD/mi sebesar 100.13%; aPm smP/

mts sebesar 90.74% dan aPm smU/smK/ ma sebesar 61.36%.

sekolah. Pada kabupaten sragen berdasarkan

mi; smP/mts dan smU/smK/ma, de-

smU/smK/ma. Khusus untuk madrasah,

untuk jenjang mi dan mts. sedangkan untuk jenjang ma, terdapat angka dropout

pada madrasah swasta. sedangkan pada

dasar dan menengah menunjukkan grafik

Madrasah dan Penuntasan wajar Dikdas 9 Tahun

tah daerah terhadap penuntasan program

sD/mi sebesar 115.86%; aPK smP/mts sebesar 121.02% dan aPK smU/smK/

EDUKASI Volume 10, Nomor 2, Mei-Agustus 2012

Nurudin

banda aceh nomor 29 tahun 2010 tentang Pedoman Pengelolaan Dana bantuan ope-

sar dan lanjutan serta kekurangan bantuan

anggaran Pendapatan dan belanja negara.

sus, dana bos (aPbD Kota), dan dekosen-

Kebijakan Program wajib Belajar 12 ta-

otsus sebesar Rp 400.000,- (empat ratus

hun

Kebijakan Pemda dalam Program Wajar 12 Ta- hun

mengatur penuntasan wajar DiKDas 9 sma swasta hanya mendapat dana otsus

paten/Kota bekerjasama dengan aUsaiD.

178 EDUKASI Volume 10, Nomor 2, Mei-Agustus 2012

Kesiapan Madrasah dalam Pelaksanaan Wajib Belajar 12 Tahun

sebesar Rp. 21.744.293.000,- (duapuluh program. aPbD sebesar Rp. 839.349.992.000 (delapan

sosbud Pemda Kabupaten sragen bahwa

namun karena memang Kabupaten sragen at prosedur dan tata aturan pelaksanaan

bahasannya berkepanjangan. oleh karena 2010, jumlah tenaga kerja yang bekerja pada

sejumlah 946.469 orang.

Tabel 3: Peraturan Daerah Program wajar 12 tahun di Daerah Penelitian

No Propinsi/kab./kota

PERDA WAJAR 12 TAHUN

1 Kota Banda Aceh

Belum ada

2 Sumatera Utara

Belum ada

3 Kota Padang

RAPERDA Pendidikan dasar menengah 4 Bali/Kab. Jembrana PERDA N0. 12 tahun 2006, ttg Wajar 12 Tahun

nyata dan berjalan lancar.

5 Kota Malang

PERDA Penyelenggaraan Pendidikan 6 Kabupaten Sragen Belum ada 7 Kota Bandung

wajar 12 tahun tersebut, Pemda Kabupa- PERDA Penyelenggaraan Pendidikan

8 Propinsi Banten

Belum Ada

9 Kota Banjarmasin

Belum Ada

10 Kota Mataram

PERDA Penyelenggaraan Pendidikan

EDUKASI Volume 10, Nomor 2, Mei-Agustus 2012

Nurudin

Kebijakan Kementerian Agama dalam Strategi Penyiapan Madrasah dalam Pe- Program Wajib Belajar 12 Tahun

ngembangan Wajar 12 Tahun

melakukan pengembangan tersebut ada be-

drasah melakukan kerjasama dengan sekolah umum dalam rangka pengem-

madrasah.

melakukan penyusunan program tahun- an. Dalam penyusunan program tersebut

pengembangannya. Program yang telah

program tersebut terkadang hanya menca- kan dengan memerankan mGmP dan

melakukan kerjasama dengan sekolah tersebut.

3. Dalam upaya pengembangan sarana adalah dengan pemanfaatan dan peme-

Pemda dan madrasah.

180 EDUKASI Volume 10, Nomor 2, Mei-Agustus 2012

Kesiapan Madrasah dalam Pelaksanaan Wajib Belajar 12 Tahun

tah maupun swasta dan masyarakat luas pada umumnya.

peningkatan kualifikasi dan kompeten- si mereka. Dalam peningkatan kualifi-

seluruh mata pelajaran; 99% guru mengajar

Program wajib Belajar 12 Tahun di Ma- drasah

keseluruhan untuk Kabupaten/kota sasar-

madrasah dalam pelaksanaan wajar 12 ta-

16 tahun 2007 tentang kualifikasi akademik

kualifikasi.

Pemenuhan Aspek Pendidik dan Tenaga

Berdasarkan profil tenaga pendidik

Kependidikan

dalam workshop-workshop untuk menun-

EDUKASI Volume 10, Nomor 2, Mei-Agustus 2012

Nurudin

Sragen Dra. Siti Afiah, M.Pd, tahun depan kekurangan sarana prasarana tersebut akan

Pemenuhan Aspek Sarana dan Prasarana

maupun swasta, maupun dengan masyara- hun 2007 tentang standar sarana prasarana,

keterpenuhan sarana prasarana tersebut

karena untuk mendukung program wajar

menurut Kepala man serpong, sarana beberapa sarana prasarana yang belum

Untuk pengembangannya man serpong hanya mengandalkan pada dana DiPa dan

dangkan pada mas sarana prasarana yang

tahun 2008 dengan rombel berjumlah 9

man serpong berjumlah 332 orang. Pada

menurut Kepala man serpong, dengan

wajar 12 tahun, menurut kepala man i

182 EDUKASI Volume 10, Nomor 2, Mei-Agustus 2012

Kesiapan Madrasah dalam Pelaksanaan Wajib Belajar 12 Tahun

madrasah swasta, satu-satunya sumber Kepala ma Raudlatul irfan mengatakan sa-

merujuk pada standar sarana-pra-

logi, 4. ruang laboratorium fisika, 5. ruang

MA negeri Dra. Siti Afiah, M.Pd, dana yang

Pemenuhan Aspek Pembiayaan

madrasah. antara pemasukan dan penge-

madrasah swasta sangat tergantung pada

ma swasta dalam Program Wajar 12 tahun cukup besar.

EDUKASI Volume 10, Nomor 2, Mei-Agustus 2012

Nurudin

Contoh pada man i sragen, pada tahun 2010 memperoleh pendapatan sebesar Rp.

patan tahun 2010 sebesar Rp. 141.000.000,-,

jelas menunjukkan bahwa madrasah belum

pertahunnya untuk man i sragen dan ma nifikan. Bagi MAN I Sragen, untuk kepen-

kesenjangan pendapatan antara madrasah

kan dana sebesar Rp. 6.567.807.000,- untuk

PENUTUP

komponen tersebut pertahunnya kurang Kabupaten/Kota pada daerah sasaran pe-

daerah yang aPK dan aPm belum meme- kan dana sebesar Rp. 154.960.000,-; untuk

ram wajar 12 tahun, daya dukung berupa

komponen tersebut pertahunnya kurang Pendapatan antara man dan mas

jauh berbeda, sedangkan pengeluaran per-

184 EDUKASI Volume 10, Nomor 2, Mei-Agustus 2012

Kesiapan Madrasah dalam Pelaksanaan Wajib Belajar 12 Tahun

mor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pen- didkan Nasional. bandung.

De young, C.a., dan Wynn, R. (1964): Ame- rican Education. new york. mcGraw-

berdasarkan standar sarana prasarana, bah- nyesatkan. Jakarta. Kompas.

2009, Penuntasan Wajib Belajar Sembilan

3 maret.

didasarkan pada kualifikasi dan kompeten-

pengeluaran khususnya pada madrasah tian Kualitatif. yogyakarta. Rake sara-

Parsono dkk (1997): Landasan Kependidikan

terbuka. naan dan Keputusan Pendidikan. Jakarta.

(P2LPtK).

SUMBER BACAAN

dung.

W. & Lehre, L. Automotion Education & Human Values. new york. school

foundations. new york. Harper & Row. Undang-undang Repubik Indonesia No-

EDUKASI Volume 10, Nomor 2, Mei-Agustus 2012

KOMPETENSI KEPALA MADRASAH ALIYAH

Abstract

Senior High Schools), which includes five competencies, namely Personality Competence, Managerial Competence, Supervision Competence, Entrepreneurial Competence and Social Competence. This study used the survey approach in six provinces, namely: Banten, Jakarta, West Java, Central Java, Yogyakar-

High Schools) is included in sufficient category with a mean score of 3.8, or about 76% meets the NES. Of the five circumstances, the social competence is the best competence with a score of 4.1 or 82% meets the NES and the entrepreneurial competence is the worst competence with a score of 3.5 or 70% which meets the National Education Standards (NES).

Keywords : Competence, Heads of Madrasah Aliyah

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kompetensi Kepala Madrasah Aliyah yang menca- kup lima kompetensi yaitu Kompetensi Kepribadian, Manajerial, Supervisi, Kewirausahaan dan Sosial. Penelitian ini menggunakan pendekatan survei yang dilakukan di enam propinsi yaitu: Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakart dan Jawa Timur. Hasil penelitian menunjukan bahwa kompetensi kepala Madrasah Aliyah termasuk kategori cukup dengan rerata skor 3.8 atau sekitar 76% memenuhi SNP. Dari lima kompetensi tersebut, kompetensi sosial merupakan kompetensi terbaik de- ngan skor 4.1 atau 82% memenuhi SNP dan kompetensi kewirausahaan merupakan kompetensi paling kurang baik dengan skor 3.5 atau 70% memenuhi Standar Nasional Pendidikan (SNP) .

Kata Kunci: Kompetensi, Kepala Madrasah Aliyah

PENDAHULUAN

Kepala sekolah bertanggungjawab atas bahwa kepala sekolah merupakan salah satu

1 1 e. mulyasa. 2005. Menjadi Kepala Sekolah Profe-

sional. bandung: P.t. Remaja Rosdakarya, h. 25 Naskah diterima 20 Mei 2012. Revisi pertama, 6 juni 2012. Revisi kedua, 18 Juni 2012 dan revisi

terakhir 28 Juni 2012

186 EDUKASI Volume 10, Nomor 2, Mei-Agustus 2012

Kompetensi Kepala Madrasah Aliyah

kepala madrasah memegang peranan pen- merupakan kekuatan kepala sekolah untuk

Dalam rangka pemenuhan standar ter-

bahwa ada kecenderungan kepala sekolah

3 sedangkan

tahun 2004 berjudul “Kompetensi Kepala tentang batasan dan tugas-tugas tenaga

kuat dengan PP no. 19 tahun 2005 tentang tahun 2007 tentang “Kompetensi Manajerial yaitu harus memenuhi kualifikasi dan tang “Kesiapan Madrasah dalam Pemenuhan

tentang standar Kepala madrasah, yang Standar Layanan Minimal Pendidikan (Kesiap- an Pendidik dan Tenaga Kependidikan MI dan MTs Menurut SNP)”, menunjukkan kom-

sedang.

.html

no. 13 tahun 2007 tentang standar Kepala

EDUKASI Volume 10, Nomor 2, Mei-Agustus 2012

Umul Hidayati

keteladanan dan upaya dalam mengem-

dap jabatan.

Kompetensi Manajerial

KERANGKA KONSEPTUAL

dan efisien untuk mencapai suatu tujuan 2007 tentang standar kepala madrasah

tertentu. 4 mengatakan bahwa manajemen adalah

Kompetensi Kepribadian

buah produk atau jasa secara efisien. 5

menyusun perencanaan madrasah untuk tas madrasah dan mengembangkan budaya

serta mengelola ketenagaan (guru dan staf); terbuka dalam melaksanakan tugas pokok

dan pembelajaran; 4). mengelola keuangan secara akuntabel, transparan dan efisien; 5). mengelola ketatausahaan; 6). mengelola

, h. h. h.

1 5 Ibid, h.2 h.2

188 EDUKASI Volume 10, Nomor 2, Mei-Agustus 2012

Kompetensi Kepala Madrasah Aliyah

sarana prasarana; 7). memanfaatkan kema-

tersebut secara keseluruhan termasuk pada madrasah berjalan efektif dan efisien. Ada

belajar mengajar. Karena aspek utama ada- puan menyusun perencanaan madrasah;

an; mengelola sarana prasarana; meman-

belajar mengajar. 9

Kompetensi Supervisi

pada khususnya. 6

madrasah kepada para staf madrasah (guru kepala madrasah dalam melakukan peren-

terhadap guru dengan menggunakan pen-

Kompetensi Kewirausahaan

. 8 kemampuan kepala ma melakukan pem-

7 Departemen agama Ri. 1997. Petunjuk Pelaksa-

EDUKASI Volume 10, Nomor 2, Mei-Agustus 2012

Umul Hidayati

METODOLOGI PENELITIAN

pengembangan madrasah; 2). bekerja keras

madrasah; 4). pantang menyerah dan selalu alat pengumpul data pokok. 10 Pendekatan

madrasah. bel dan grafik. Dalam pengumpulan data

madrasah; kemampuan bekerja keras untuk yang kuat untuk sukses dalam melaksana-

oktober 2011.

Kompetensi Sosial

oleh LP3es dengan Margin of Error (moe)

nya sbb:

10 1995. Metode Penelitian

190 EDUKASI Volume 10, Nomor 2, Mei-Agustus 2012

Kompetensi Kepala Madrasah Aliyah

Tabel 1: Teknik Sampling dan Jumlah Sampel

fik. Dalam melakukan deskripsi data dari

Per-Propinsi

No Populasi

Po­ Populasi Persen Sampling

pulasi

Jml Sampel MA Sampel

sasaran Per­Prop er­Prop ­Prop Prop (%)

Akred A,B,C

Per­Prop er­Prop ­Prop Prop

3 Jml Seluruh MA di Pulau DKI

4 Jawa DIY

anova satu jalur atau one ways anova.

instrumen/alat

pengumpul

data

HASIL DAN PEMBAHASAN Kompetensi Kepala MA Secara Keselu-

dangkan untuk memperoleh gambaran

ruhan

instrumen Pengumpul Data (iPD) berupa

dan Keagamaan tahun 2011 terhadap 375 kepala ma dengan responden sebanyak 1.125 orang (375 guru umum, 375 guru Pai

TAbel 2: Pengelompokan

No Persentase (%) Rentang Nilai

A Baik

B Cukup

C Kurang

Skor Nilai Ideal = Skor Rata-rata X 100%

Skor Maksimum

EDUKASI Volume 10, Nomor 2, Mei-Agustus 2012

Umul Hidayati

inovasi dan kreatifitas dalam menjalankan persoalan-persoalan mendesak yang mem-

manajer inilah inovasi dan kreatifitas dibu-

Inovasi dan kreatifitas seorang kepala

Kompetensi Kepribadian

an, dsb. Pada aspek pendanaan, pembaha-

lah/madrasah, yang menyebutkan bahwa

lam mengelola pendanaan dsb. Pada aspek

local. Pada aspek ketenagaan, pembaharu- kualifikasi dan kompetensi pendidik mela-

192 EDUKASI Volume 10, Nomor 2, Mei-Agustus 2012

Kompetensi Kepala Madrasah Aliyah

lam pekerjaan, dengan perolehan skor 4.4 ruh signifikan terhadap karier, jabatan dan

Kompetensi Manajerial

la madrasah bertanggungjawab penuh

tujuan madrasah. Kepala madrasah ber- la madrasah dengan perolehan skolr 3.7

madrasah bertanggung jawab terhadap an sDm madrasah agar mereka mampu

perencanaan madrasah; 2). mengelola pe- dan staf); 4). mengelola pengembangan ku- keuangan; 6). mengelola ketatausahaan; 7).

EDUKASI Volume 10, Nomor 2, Mei-Agustus 2012

Umul Hidayati

mengelola sarana prasarana; 8). memanfa-

Kompetensi Supervisi

kulum dan pembelajaran dengan skor 4.4

ketatausahaan dan memanfaatkan kemaju- ajar (Pbm). ada dua tujuan (tujuan ganda)

mengelola sarana prasarana dengan per- 2007 tentang standar Kepala sekolah/ ma-

rencanaan madrasah, mengelola keuangan terhadap guru dengan menggunakan pen-

mengelola ketatausahaan dan memanfaat-

194 EDUKASI Volume 10, Nomor 2, Mei-Agustus 2012

Kompetensi Kepala Madrasah Aliyah

kemampuan merencanakan program su-

Rendahnya kemampuan kepala ma

an dalam bekerja dengan skor 3.9 atau 78%

Kompetensi Kewirausahaan

Kompetensi Sosial

gota masyarakat serta kemampuannya ber- saha harus mampu melakukan perubahan-

dan santun dengan seluruh warga madra- no. 13 tahun 2007 tentang standar Kepala

pengembangan madrasah; 2). bekerja keras

madrasah; 4). Pantang menyerah dan selalu

kator tersebut menunjukkan bahwa kom-

EDUKASI Volume 10, Nomor 2, Mei-Agustus 2012

Umul Hidayati

Kompetensi Kepala MA Berdasarkan Akreditasi

menunjukkan bahwa antara kepala man tidak signifikan, karena signifikansinya se-

sDm yang ada termasuk kepala madrasah. kepala man memperoleh skor 3.9 atau 78%

ANALISIS

lembaga, sebanyak 114 merupakan ma ak-

cellence, pusat keunggulan dalam mencetak signifikan. Perbedaan kompetensi kepala

MA akreditasi A dan B tidak terlalu signifi- kan, karena signifikansinya sebesar 0.0 atau

akan tetap staknan, semua tergantung de- ngan peran seorang kepala madrasah.

kepala madrasah

tidak terlalu signifikan, karena signifikan- tanpa keberadaan kepala madrasah yang

penanggungjawab utama adalah kepala

bertanggungjawab

signifikansinya sebesar 0.850 atau lebih be- menggerakkan, dan menyelaraskan semua

sumber daya (resources) madrasah. Kepe- mean difference sebesar 0.029.

Kompetensi Kepala MA berdasarkan Sta- tus Madrasah

196 EDUKASI Volume 10, Nomor 2, Mei-Agustus 2012

Kompetensi Kepala Madrasah Aliyah

terhadap pelaksanaan program maupun kan madrasah yang bermutu.

adalah aspek manajemen. banyak guru

management ability. Padahal pemberdayaan

para bawahan, untuk membawa madrasah

tut kepala madrasah harus mampu mela- seluruh warga madrasah agar dapat me-

la madrasah.

ning (perencanaan), organizing (pengor- jasama), actuating (pelaksanaan), leading an) dan controlling (pengawasan), harus

pendukung (supporting) terlaksananya pembelajaran.

sun program pengembangan madrasah; ha- menuntut kepala madrasah harus mampu

dengan memanfaatkan sDm yang ada; ha-

melaksanakan program madrasah; harus entrepreneur, kepala madrasah harus ber- dapat melaksanakan program yang telah disusun secara efektif dan efisien; harus

peluang dan memanfaatkan peluang untuk

toh kepada bawahan; harus dapat melaku- pengembangan madrasah; kemampuan

EDUKASI Volume 10, Nomor 2, Mei-Agustus 2012

Umul Hidayati

kepala madrasah. kepala madrasah harus mampu berperan

krutmen ketenagaan (khususnya kepala

aturan-aturan yang ada. Pola semacam

dan pertolongannya. tuntutan kepala madrasah tersebut dalam

lemahan-kelemahan pada beberapa aspek

tersebut salah satu faktor penyebabnya adalah buruknya rekrutmen yang berjalan

PENUTUP Kesimpulan

melihat pada kompetensi dan kualifikasi, madrasah kurang kompeten dalam me-

madrasah-madrasah swasta umumnya

dengan memperoleh skor 4.1 atau 82%

198 EDUKASI Volume 10, Nomor 2, Mei-Agustus 2012

Kompetensi Kepala Madrasah Aliyah

dengan memperoleh skor 3.5 atau 70% kelemahannya terletak pada kemam-

Saran-saran

dapat beberapa kelemahan pada kompe-

sbb:

mahannya terletak pada kemampuan-

tema pengembangan interpreunership

dan pelaksanaan pembelajaran serta kelemahannya terletak pada pemanfa-

dan kelemahannya terletak pada ke- hasil diklat dapat berkontribusi signifi-

ma..

pemerataan dan menjangkau madra- haan dan kelemahannya terletak pada

EDUKASI Volume 10, Nomor 2, Mei-Agustus 2012

Umul Hidayati

tian Survai. Jakarta. Pt Pustaka LP3es

trasi. Jakarta. Gunung agung. jemen, Dasar, Pengertian dan Masalah.

an dan Supervisi Pendidikan. Jakarta. Pt.

SUMBER BACAAN

organisasian. Jakarta. PT. Raja Grafindo minstrasi Sekolah Dasar. Jakarta. Dep-

Perkasa.

Departemen agama Ri (2007): Petunjuk Pe- Sekolah: Tinjauan Teoritik dan Permasa- laksanaan Supervisi Pada Madrasah. Ja-

lahannya . Jakarta. Rajagrafindo Persa-

da.

Kelembagaan agama islam.

e. mulyasa (2004): Kurikulum Berbasis Kom- petensi: Konsep, Karakteristik dan Imple- mentasi. bandung. Pt. Remaja Rosda- karya.

e. mulyasa (2004): Menjadi Kepala Sekolah Profesional. bandung. Pt. Remaja Ros- dakarya.

http://s1pgsd.blogspot.com/2009/02/su- m. manulang (2002): Dasar-dasar Manaje-

200 EDUKASI Volume 10, Nomor 2, Mei-Agustus 2012

REFORMULASI PARADIGMA KAJIAN KEISLAMAN DI PERGURUAN TINGGI AGAMA ISLAM (PTAI)

Abstract

In the midst of highly rapid social changes, currently the PTAIs /IAINs are facing various problems. On one hand, the PTAIs / IAINs are in crucial period of their development, while on the other hand, the PTAIs are also at the intersection between: 1) various scientific traditions, 2) state and civil society, and,

3) science and religious education and general studies. Therefore, in the face of these issues, PTAI must seek to respond to the existing challenges and the need to reformulate a new paradigm in accordance with the needs of society, which rest on three main pillars, namely independency in management or autonomy, accountability and quality assurance, and with reference to the Three Responsibilities of Higher Education: education / teaching, community service and research. This paper tries to describe how PTAI provides efforts in response to changes in the surrounding and any attempt to do by PTAI in accordance with the global market demands while characterizing the Islamic professionalism.

Keywords: Reformulation, Paradigm, Islamic Studies, PTAI

Abstrak

Di tengah perubahan sosial masyarakat yang begitu cepat, saat ini PTAI/IAIN dihadapkan pada berbagai persoalan. Satu sisi PTAI/IAIN berada pada periode sangat menentukan dalam perkembang- annya; sementara di lain pihak PTAI juga berada pada titik temu antara: 1) berbagai tradisi ilmiah,

2) negara dan masyarakat sipil, dan, 3) ilmu pengetahuan dan pendidikan agama serta ilmu pengeta- huan umum. Oleh karena itu, dalam menghadapi persoalan tersebut, PTAI mesti berupaya merespon tantangan yang ada dan perlunya mereformulasikan kembali paradigma baru sesuai kebutuhan ma- syarakat yang bertumpu pada tiga pilar utama, yaitu kemandirian dalam pengelolaan atau otonomi, akuntabilitas (accuntability) dan jaminan mutu (quality assurance), serta dengan mengacu kepada Tridharma Perguruan Tinggi yaitu: pendidikan/pengajaran, pengabdian masyarakat dan penelitian. Tulisan ini berusaha mendeskripsikan bagaimana upaya PTAI dalam merespon perubahan yang terjadi sekitarnya dan upaya apa saja yang harus dilakukan PTAI sesuai dengan tuntutan pasar global dan tetap mencirikan profesionalitas keislaman-nya.

Kata Kunci: Reformulasi, Paradigma, Kajian Islam, PTAI

PENDAHULUAN

but adalah menyangkut tentang out put-

islam (Ptai) khususnya iain dan stain alan besar dan mendasar. Persoalan terse-

dern. Padahal tuntutan perubahan terus Naskah diterima 20 Mei 2012. Revisi pertama, 6 juni 2012. Revisi kedua, 18 Juni 2012 dan revisi

terakhir 28 Juni 2012

EDUKASI Volume 10, Nomor 2, Mei-Agustus 2012

Saifullah

untuk berfikir kritis dan analitis. Mahasis-

ngan ijazah, tetapi tidak dengan kualifikasi

keahlian dan kualifikasi mereka, tetapi ten- kerjasama (stakeholders), sarana-prasarana

adalah untuk mengejar status dan selembar

yang menganggur berdasarkan pendataan 2007, leb-

yang sudah jenuh (05/02/2009). sementara pada

gangguran per agustus 2006 sebanyak 10,93 juta Accommodation of Social Change. h. 110.

2 Kemajuan Sains (Sebuah Pengantar), dalam Charles

xv. lajar” dalam Jawa Pos, selasa 29 september 2009).

202 EDUKASI Volume 10, Nomor 2, Mei-Agustus 2012

Reformulasi Paradigma Kajian Keislaman di Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI)

dapat menutup mata terhadap peran dan

4 tentu saja

ruang pengembangan bakat-bakat para warganya.

Jika mangikuti identifikasi permasa-

tumbuhnya tradisi berfikir kritis dan ana-

belum?

bidang keahlian dan kualifikasi yang dapat

lam pengembangan Ptai ke depan. me.

PEMBAHASAN Konsekuensi di balik Institut, Universitas,

Ataupun Sekolah Tinggi

Ada hal penting yang mesti diklarifika-

adalah masalah pertama dan utama sebe-

rumah, tentunya akan berfikir bagaimana

EDUKASI Volume 10, Nomor 2, Mei-Agustus 2012

Saifullah

mencoba melakukan perubahan-perubah-

istilah tersebut memang secara definitif me-

5 bahwa

taat sepenuhnya terhadap amanat Undang-

5 Ri. 2006. Undang-undang dan Peraturan Pemerintah RI.

Depag. Ri, h. 57.

204 EDUKASI Volume 10, Nomor 2, Mei-Agustus 2012

Reformulasi Paradigma Kajian Keislaman di Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI)

PTAI di Indonesia

pengetahuan ke-islaman semata, namun

rendahnya standar mutu manajemen (qua- masalah tersebut juga sangat berpengaruh

lam perkembangan selanjutnya membawa

Institut sekiranya bukanlah hal signifikan, DJ.ii/PP.03.2/698/2006, tgl 2 agustus 2006

baru tentang perubahan status kelembagaan

islam, dan dalam kenyataannya juga dapat

global.

Meretas Sejarah Kajian ke-Islaman pada

dalam konteks ruang dan waktu yang jelas,

EDUKASI Volume 10, Nomor 2, Mei-Agustus 2012

Saifullah

kukan oleh para pemimpin sufi dan ulama,

7 Proses trans-

dekaannya pada tanggal 17 agustus 1945,

pin gerakan sufi karena diakui terdapat oleh Woodward, 11 12 dan Hefner 13

Hubungan keagamaan yang sudah Perso-

9 mona abaza. 1994. Indonesian Students in Cairo.

10 don: the Free Press of Glencoe, h. 18

11 mark R. Woodward. 1989. Islam in Java, Nor- mative Piety and Mysticism in the Sultanate of Yogyakar-

7 m. atho mudzhar, “In the Making of Islamic Studies in Indonesia (In Search for a Qiblah),” makalah

13 Robert W. Hefner. 1987. Islamizing Java? Re- ligion and Politics in Rural East Java. the Journal of

Jakarta 23-24 november 2000, h. 1.

206 EDUKASI Volume 10, Nomor 2, Mei-Agustus 2012

Reformulasi Paradigma Kajian Keislaman di Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI)

unik dan kompleks bisa dijustifikasi melalui proses belajar mengajar yang berlangsung

17 Pro-

agama klasik yang meliputi fiqh, tasawuf, jauh setelah masa kemerdekaan, banyak

(geografi), ilmu hitung (matematika), dan ilmu alam (fisika dan biologi), serta ilmu

tem pengajaran yang sama. Proses transfor- yang berbahasa arab. bahkan bahasa arab

15 Zamakhsyari Dhofier. 1989. Tradisi Pesantren, (Jakarta: LP3es, h. 5

vember 2000, h. 4

EDUKASI Volume 10, Nomor 2, Mei-Agustus 2012

Saifullah

(Islamic higher learning institution). salah satu

Ri. 21

rakat pada tahun 1938. 19

adab. sementara iain yogyakarta tetap

lam (sti). 20

(Uii) pada tanggal 10 maret 1948 dengan

dalam memperoleh kemerdekaan Ri, maka

men agama Ri, 2000). Data tersebut sudah berubah,

208 EDUKASI Volume 10, Nomor 2, Mei-Agustus 2012

Reformulasi Paradigma Kajian Keislaman di Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI)

Problem Paradigmatik Kajian ke-Islaman di PTAI

ajaran islam (lembaga dakwah). sedangkan

23 Kedua

jarang ditemukan konflik di antara kedua-

ngan mengunakan pendekatan-pendekatan jarang bertentangan dengan aspek norma-

yang cenderung menafikan prinsip-prinsip Dalam sejarah perkembangannya,

kan Islam, (Jakarta: Logos, 1999), h. 169-70

EDUKASI Volume 10, Nomor 2, Mei-Agustus 2012

Saifullah

pembangunan dan perubahan zaman. Ke-

thought) atau madzhab dalam islam. se-

tebba. menurutnya, iain/Ptai telah

fiqh, landasan berpikir yang telah dile-

25 lebih merupakan refleksi romantisisme ma- 26

syarakat iain/Ptai yang mendambakan

ter-

pada abad pertengahan.

respons iain/Ptai terhadap fenomena

ford: oneworld, h. 119-179

210 EDUKASI Volume 10, Nomor 2, Mei-Agustus 2012

Reformulasi Paradigma Kajian Keislaman di Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI)

pemahaman agama yang berbeda. 27

pendekatan apologetik untuk menjustifi-

umat islam terhadap madzhab tertentu. 28 dianggap sebagai orang kafir yang halal

radikal terhadap redefinisi relasi agama-

alam (sunnatullah) yang tidak bisa dinafi-

Ri. 29

munculkan oleh atho mudzhar berkenaan Ptai umumnya. Pertama, dengan adanya

perubahan pendekatan dalam meman-

pu melakukan pemaknaan-pemaknaan yang cukup

29 demic Study of Religion: Examples from Netherlands

proaches,” dalam Peter Connolly. 1999. Approaches to the Study of Religion. London & new york: Casell, h. 139

2000, hal. 11

EDUKASI Volume 10, Nomor 2, Mei-Agustus 2012

Saifullah

PENUTUP

ini, fiqh, misalnya, harus diklasifikasikan

Kesimpulan

mua dalam rangka mendudukkan persoal-

30 lah hal signifikan, jika yang ingin dilakukan perubahan-perubahan adalah menyangkut

global.

juga sangat berpengaruh terhadap out put

mengejar dan ekstern.

30 atho mudzhar. 1998. Pendekatan Studi Islam dalam Teori dan Praktek. yogyakarta: Pustaka Pelajar,

h. 29 31 atho mudzhar, Pendekatan Studi Islam, h. 30-

212 EDUKASI Volume 10, Nomor 2, Mei-Agustus 2012

Reformulasi Paradigma Kajian Keislaman di Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI)

Indonesia: Intellectualization and Social vember 2000

ubahan, penambahan sarana-prasara-

Pendidikan Tinggi dalam Islam, (terj.) H. gos.

----------- (1994): Jaringan Intelektual Ulama

dan produk yang sama, dan atau le- september-Desember 1997

ches,” dalam Peter Connolly (1999): Approaches to the Study of Religion. Lon- don and new york, Casell.

DePaG Ri., (2000): Buklet Direktorat Pembi- naan Perguruan Tinggi Agama. Jakarta, Departemen agama Ri.

Dhofier, Zamakhsyari (1985): Tradisi Pesan- tren. Jakarta, LP3es.

dengan membangun dan memperkuat pag. Ri (2006): Undang-undang dan Peraturan Pemerintah RI. tentang Pen-

islam Depag. Ri. London, the Free Press of Glencoe.

rus merubah “status kelembagaan dan

The Journal of Asian Studies 46: 3 (au- gust 1987)

SUMBER BACAAN

abaza, mona (1994): Indonesian Students in iain”, dalam Problem dan Prospek

IAIN: Antologi Pendidikan Tinggi Islam, ta, Logos.

Jeffery, arthur (1958): Islam: Muhammad

EDUKASI Volume 10, Nomor 2, Mei-Agustus 2012

Saifullah

an Islamic Political Discourse in Southeast lectualization and Social Transformation,

(ed.), (1979): Conversion to Islam. new

Reason in Islam. oxford, oneworld. mudzhar, m. atho (1998): Pendekatan Studi

Islam dalam Teori dan Praktek. yogya-

cana

karta, Pustaka Pelajar. Accommodation of Social Change. boul-

der.

lectualization and Social Transformation, Woodward, mark R., (1989): Islam in Java, Normative Piety and Mysticism in the

Sultanate of Yogyakarta. tucson, the

214 EDUKASI Volume 10, Nomor 2, Mei-Agustus 2012

ORIENTASI PENDIDIKAN PESANTREN SALAFIYAH: Studi Kasus Pesantren Benda Kerep Cirebon

Abstract

Pesantren is the oldest educational institution in Indonesia, which is also a subculture that has been fused and colored to the patterns of social life of religious affairs, nation and state in Indone- sia. Over the time, many pesantrens are transforming themselves. The teaching methods, culture and even pesantren orientation are shifting together with the flow of changing times. The presence of these changes is expected to continue to address the needs of schools and the increasingly complex problems of the people. However, unlike the case of Benda Kerep Islamic Boarding School, a pesantren located at Benda Kerep Block, Argasunya Village, Harja Mukti Sub-district, Cirebon City, West Java. In the middle of the swift current of changes, this pesantren remains committed and defended the noble values and the past traditions. Changes hardly occur either in social, cultural, religious, and learning method aspects. External system changes do not change the existing education traditions and systems. Even the caregivers, using the legitimacy of the pesantren’s founders try desperately to maintain the traditions as an advantage and uniqueness.

Keywords: Pesantren, Tradition, Education Orientation

Abstrak

Pesantren merupakan lembaga pendidikan tertua di Indonesia yang juga merupakan subkultur yang telah menyatu dan mewarnai corak kehidupan sosial keagamaan, berbangsa dan bernegara di In- donesia. Seiring dengan berjalannya waktu, banyak pesantren yang kemudian mengalami transformasi diri. Metode pengajaran, kultur, bahkan orientasi pesantren bergeser mengikuti arus perubahan zaman. Melalui perubahan ini diharapkan kehadiran pesantren dapat senantiasa menjawab kebutuhan dan pro- blematika umat yang semakin kompleks. Namun demikian, berbeda halnya dengan Pondok Pesantren Benda Kerep, sebuah pesantren yang berlokasi di Blok Benda Kerep Desa Argasunya, Kecamatan Harja Mukti – Kota Cirebon Jawa Barat. Di tengah derasnya arus perubahan, pesantren ini tetap istiqamah mempertahankan nilai-nilai luhur dan tradisi masa lalu. Perubahan hampir tidak terjadi baik dalam kehidupan sosial, kultural keagamaan, serta metode pembelajarannya. Perubahan sistem di luar tidak serta merubah tradisi dan sistem pendidikan yang ada. Bahkan para pengasuh, dengan menggunakan legitimasi wasiat para pendiri pesantren, berupaya sekuat tenaga mempertahankan tradisi tersebut se- bagai sebuah kelebihan dan keunikan tersendiri.

Kata Kunci: Pesantren, Tradisi, Orientasi Pendidikan Naskah diterima 20 April 2012, revisi pertama 30 Mei 2012, revisi kedua 15 Mei 2012 dan revisi

akhir 2012

EDUKASI Volume 10, Nomor 2, Mei-Agustus 2012

Ta ’ r i f

PENDAHULUAN

bandongan, wetonan dan sorogan berkem- telah mengalami perubahan secara signifi-

kan. Perubahan tersebut bukan hanya ber-

dan jasa serta pengembangan masyarakat

mempertahankan dan melanggengkan (wider mandate). semuanya sangat mempe-

Ashriyah, atau Pesantren Tradisional dan Pe-

buah pesantren pada umumnya berlang- mampu mempertahankan keberadannya.

Pesantren Salafiyah Benda Kerep dan identitas kultur keagamaan (salafiyah),

ala al qadimi ash shalih, wal akhdzu bi al-jadid al Pesantren benda Kerep cenderung sangat

lakukan filterirasi secara selektif meneri- kearifan budaya lokal (salafiyah) terutama yaan masyarakat. Karena ketatnya proses

filterisasi yang dilakukan, maka dalam

dengan peran perubahan.

216 EDUKASI Volume 10, Nomor 2, Mei-Agustus 2012

Orientasi Pendidikan Pesantren Salafiyah: Studi Kasus Pesantren Benda Kerep Cirebon

bertujuan menggambarkan keadaan atau

berkompeten terhadap beberapa temuan lapangan yang memerlukan klarifikasi dan

santren, maupun dengan masyarakat luar

kelas, salat berjamaah, pertemuan dengan

salafiyah di Pesantren Benda Kerep?

METODOLOGI PENELITIAN

sung (flied research) pada Pondok Pesan- tren benda Kerep Kelurahan argasunya

KERANGKA TEORITIK

Pengumpulan data banyak menggunakan awalnya, pesantren merupakan lem-

1 Madrasah, Sekolah: Pendidikan Islam dalam Kurun Mo-

deren. Jakarta: LP3es.

tempat untuk mengembangkan syi’ar is-

lamiyah. maju atau mundurnya lembaga

disi dan Modernisasi Menuju Millenium Baru. Jakarta:

EDUKASI Volume 10, Nomor 2, Mei-Agustus 2012

Ta ’ r i f

bahwa, pondok pesantren adalah lembaga

menerus (kontinue) dan 3) perlunya usaha untuk menyempurnakan rencana-rencana

bahwa, “pondok pesantren adalah lembaga people yang telah tumbuh dan berkembang

lalu” 3 .

antara pondok pesantren dengan masyara-

perbedaan yang mendasar. Pondok pesan-

yanan kepada masyarakat. 4 Dalam bentuk

pemahaman secara kontekstual juga dapat

kedua, pesantren berusaha mewujudkan dan kemampuan yang ada.

alan-persoalan yang muncul dan berkem- bang,

3 mastuhu. 1994. Dinamika Sistem Pendidikan

Pola pemahaman pertama (pemaham-

Peantren: suatu Kajian tentang Unsur dan Nilai Sistem Pendidikan Pesantren. Jakarta: inis, h. 21

4 m. Dawam Raharjo (ed.). 1985. Pergulatan Pesaantren; Membangun dari Bawah. Jakarta: P3m, h.

218 EDUKASI Volume 10, Nomor 2, Mei-Agustus 2012

Orientasi Pendidikan Pesantren Salafiyah: Studi Kasus Pesantren Benda Kerep Cirebon

menggunakan pola kedua (pemahaman secara kontekstual). Perkembangan dengan

tan. bentang alamnya merupakan dataran

33 hektar. Kebanyakan warga kampung

pesantren khususnya. Untuk menerapkan pola kedua, sangat

kan dua pesan moral yang berharga. Per-

da Kerep.

mbah sholeh. mbah sholeh yang merupa-

HASIL DAN PEMBAHASAN Profil Pesantren Benda Kerep

Pesantren benda Kerep terletak Kam-

dari pusat Kota Cirebon. Secara geografis,

5 september 2011.

EDUKASI Volume 10, Nomor 2, Mei-Agustus 2012

Ta ’ r i f

nama benda Kerep yang sekarang Pondok Pesantren benda Kerep dengan sa-

ngat sederhana. Perjuangan mbah sholeh

pertama yang dapat menjamah kawasan

selanjutnya setelah mbah sholeh bakar Putra kedua embah shaleh mempu-

(semacam sukun) dan banyaknya pohon benda yang tumbuh rapat (Jawa: kerep)

ini sebagai Benda Kerep. Secara geografis,

Kepemimpinan

Peranan kyai, selain sebagai figur sen-

leh.

wasaan keagamaan mendalam, mempu-

220 EDUKASI Volume 10, Nomor 2, Mei-Agustus 2012

Orientasi Pendidikan Pesantren Salafiyah: Studi Kasus Pesantren Benda Kerep Cirebon

Mu’jizat, Karomah maupun Ma’unah kepada

dupan pesantren dan masyarakat Kam-

tu mendapat tempat dalam masyarakat. Pe-

oleh saudara atau keturunan utama yang

tetap berpegang teguh kepada grand police antara kyai dengan santri, kyai menjadi fi-

6 menurut JC scott patronase adalah suatu

Ketiga

dok Pesantren benda Kerep terutama da-

masyarakat benda Kerep untuk menggu-

dalam James C. scott. 1993 Perlawanana Kaum Tani,

EDUKASI Volume 10, Nomor 2, Mei-Agustus 2012

Ta ’ r i f

sepuh tersebut merupakan cucu yang ma- muludan, rajaban, nisyfu sya’ban dan syawalan

Lingkungan Sosial dan Budaya Masyara- kat

berpegang teguh kepada ajaran-ajaran aga-

PbK.

santren.

PbK bersama masyarakat memandang

Program Pendidikan

pertahankan tradisi salafiyah. Selain mem-

belum berkenan adanya jembatan yang menghubungkan ke pesantren, walaupun

judkan dalam bentuk ketaatan terhadap dikaji. Sebagai contoh dalam kajian fiqih,

222 EDUKASI Volume 10, Nomor 2, Mei-Agustus 2012

Orientasi Pendidikan Pesantren Salafiyah: Studi Kasus Pesantren Benda Kerep Cirebon

adalah Tafsir Jalalain, Tafsir Munir. Dalam

syarakat. 8

kan adalah Ta’limul Muta’allimin, Muroqi, Mu’awanah, Tanwirul Quluub, Ihya Ulumud-

kan waktu yang lama, sedangkan metode

Ibnu Malik, Tafsir Jalalain, Ihya Ulumuddin,

umum.

sorogan, bandongan, halaqoh. 7 menurut Ky.

got, karena banyaknya catatana-cataatan tentang Unsur dan Nilai Sistem Pendidikan Pesantren.

Jakarta: inis, h. 61).

Dinamika Sistem Pendidikan Peantren: suatu Kajian Rumahnya, tanggal 23 september 2011.

EDUKASI Volume 10, Nomor 2, Mei-Agustus 2012

Ta ’ r i f

Santri dan Tenaga Pengajar

KH. Hasan, KH. ahmad muharror, KH. abdullah, KH. muhammad, KH. amsor,

ada juga pembekalan secara fisik seperti sudah lama dan akan keluar pesantren.

juga menyelenggarakan acara tahunan yang

masyarakat bertepatan dengan tanggal

memanjatkan doa bersama dalam rangka

syawal.

9 mastuhu, mastuhu, 1994. Dinamika Sistem Pen- didikan Peantren: suatu Kajian tentang Unsur dan Nilai

Sistem Pendidikan Pesantren. Jakarta: inis, h. 145

224 EDUKASI Volume 10, Nomor 2, Mei-Agustus 2012

Orientasi Pendidikan Pesantren Salafiyah: Studi Kasus Pesantren Benda Kerep Cirebon

nya untuk belajar agama (tafaqquh fiddin)

datang ke pesantren untuk membawa be-

Karawang, subang, majalengka, bandung,

kolah Dasar, ada juga yang tamatan sLtP

benda Kerep, mereka juga pernah belajar

tak ada batasan waktu dalam menem-

Doktrin Keagamaan dan Jaringan Intelek- tual

salafiyah lainya adalah konsep Ahlussunnah berafiliasi dengan Nahdlatul Ulama (NU),

EDUKASI Volume 10, Nomor 2, Mei-Agustus 2012

Ta ’ r i f

man tasawwafa bilaa tafaqquhin faqod tazanda- qo. “Barang siapa yang mengamalkan fiqih

siapa bertasawuf tanpa fiqih maka ia akan bentuk pemahaman keagamaan Ah-

Pelelestarian dan Perubahan Orientasi Pe- santren

Periode Salafiyah Murni

lussunnah wal Jama’ah dan menganut salah satu darai madzhab empat; Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hambali”. Untuk bidang tasa- wuf yang merupakan dasar pengembangan

dan masyarakat, nU menganut paham

10 yang diajarkan di PBK meliputi akidah, fi-

Ahlussunnah waljama’ah;

jian fikih, doktrin yang diajarkan adalah sar; madzhab Syafi’i. PBK juga mengajarkan

termasuk salah satu Thariqah al-Mu’tabarah dengan harapan akan terbentuk kesa- menurut keterangan KH. Hasan yang

Sebab antara fiqih dan tasawuf merupakan dekaan dan perjuangan pasca kemer-

tafaqqaha bilaa tasawwufin faqod tafassaqo, wa

10 Waljama’ah di Indonesia ; Sejarah, Pemikiran, dan Din-

h. 15

226 EDUKASI Volume 10, Nomor 2, Mei-Agustus 2012

Orientasi Pendidikan Pesantren Salafiyah: Studi Kasus Pesantren Benda Kerep Cirebon

sebut dengan tetap melarang seluruh ko- Kerep untuk menggunakan alat-alat elek- phone dan pengeras suara bahkan koran

Penjajah;

budaya lokal.

dan menolak segala bentuk budaya

masuk dan akses satu-satunya adalah de-

Melestarikan Tradisi Salafiyah

an signifikan dari periode salafiyah murni sebelumnya. Tradisi salafiyah dan sistim

menjelaskan walaupun ada manfaatnya de- pesantren

dar’ul mafaasid muqaddamun ‘ala jalbil mah-

sebuah metode untuk menentang segala

pada Al-maslahah Al-Mursalah dan tetap

EDUKASI Volume 10, Nomor 2, Mei-Agustus 2012

Ta ’ r i f

satu-satunya keturunan Al-magfrulah mbah

Pendidikan Berbasis Kitab Kuning

persoalan-persoalan dengan merujuk pada

tafaqqahuu fi al-diin.

228 EDUKASI Volume 10, Nomor 2, Mei-Agustus 2012

Orientasi Pendidikan Pesantren Salafiyah: Studi Kasus Pesantren Benda Kerep Cirebon

Mobilitas Alumni Pesantren

malaya, bandung, Jakarta (tanah abang),

adaan pesantren maka lembaga pesantren

depannya.

PENUTUP Kesimpulan

1. PbK merupakan salah satu pesantren peran-peran mempertahankan, melang-

syiar Islam di masyarakat. KH. Habib Lutfi sistim pendidikan salafiyah. Orientasi

Pada perkembangan selanjutnya, se-

pa aktifitas diantaranya: pertama, secara

2. Bentuk-bentuk salafiyah kultural yang tetap eksis di pesantren salafiyah Benda

an, Syawalan, Barzanzi, Tahlilan, Barkah,

EDUKASI Volume 10, Nomor 2, Mei-Agustus 2012

Ta ’ r i f

sifatnya bantuan teknis, finansial mau- agamaan serta metode pembelajaran.

pun kesempatan.

an yang ada. bahkan para pengasuh dalam membendung pengaruh budaya

keberadaan PbK.

SUMBER BACAAN

abbaza, mona (1999): Pergeseran Orientasi Pendidikan Islam: Studi Kasus Alumni Al Azhar. Jakarta, LP3es.

pesantren, seyogyanya dapat mendo- anasom (2007): Kyai, Kepemimpinan dan Pat-

Tradisi dan Modernisasi Menuju Milleni- um Baru. Jakarta, Logos.

nah Waljama’ah di Indonesia ; Sejarah, Pemikiran, dan Dinamika Nahdlatul Ula-

Rekomendasi

Dhofier, Zamakhsyari (1982): Tradisi Pe- santren: Studi tentang Pandangan Hidup Kyai. Jakarta, LP3es.

Husen, torsten (1979): The School in Ques- tuan finansial sekaligus payung sosial

tion, A Comparative Study of the School and its Future in Western Society. oxford

temporary Society: An Analysis of Social Currents, Issues, and Forces. new york,

mapan. Program kerjasama dengan James C. scott. (1993): Perlawanana Kaum

ma dengan lembaga yang mapan, pe- tren: Sebuah Potret Perjalanan. Jakarta: santren salafiyah mendapat masukan-

230 EDUKASI Volume 10, Nomor 2, Mei-Agustus 2012

Orientasi Pendidikan Pesantren Salafiyah: Studi Kasus Pesantren Benda Kerep Cirebon

mastuhu, (1994): Dinamika Sistem Pendidik- sudjoko Prasojo, dkk., (1982): Profil Pesan- an Peantren: suatu Kajian tentang Unsur

tren: Laporan Hasil Penelitian Pesantren dan Nilai Sistem Pendidikan Pesantren.

al-Falak dan Delapan Pesantren Lain di Jakarta, inis

Bogor. Jakarta, LP3es. Raharjo, m. Dawam (ed.), (1985): Pergulat-

an Pesaantren; Membangun dari Bawah. Tradisi: Esei-Esei Pesantren. yogyakarta, Jakarta, P3m.

drasah Sekolah Pendidikan Islam Dalam Kurun Modern. Jakarta, LP3es

EDUKASI Volume 10, Nomor 2, Mei-Agustus 2012

UPAYA PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN DI PONDOK PESANTREN HJ. HANIAH MAROS SULAWESI SELATAN

Abstract

The purpose of this paper is to reveal how the quality of education in this Islamic boarding school is, particularly related to education facilities, curriculum and strategies of education quality improve- ments. This study used the qualitative method. Findings of this study are: first, education infrastructure and facilities are relatively complete and adequate, which are supported by the atmosphere of the Islamic boarding school that is full of simplicity and modesty by habituation in implementing clean and healthy lifestyle. Second, the tafaqquh fi-al din (understanding of religion)-based curriculum compiled by the Islamic boarding school occupies the same degree (equal) to the curriculum prepared by the Ministry of Religious Affairs, so that both tafaqquh fi-al din (understanding of religion) studies and general studi- es have high electability, which is able to increase the quality of education and also generates interest and motivation of the people (parents) to put their children to the Islamic boarding school. Third, education in the Islamic boarding school has a strong independency because it is supported by substantial financial resources.

Keywords: Pesantren, tafaqquh fi al-din, Independency, Quality

Abstrak

Tujuan tulisan ini untuk mengungkapkan bagaimana mutu pendidikan di pondok pesantren ini, khususnya berkaitan dengan sarana pendidikan, kurikulum dan sterategi peningkatan mutu pendidik- an. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Hasil temuan studi ini adalah: Pertama, sarana dan fasilitas pendidikan relatif lengkap dan memadai, ini didukung oleh suasana kehidupan pondok pesan- tren yang penuh kesederhanaan dan kebersahajaan dengan pembiasaan menerapkan pola hidup bersih dan sehat. Kedua, kurikulum yang berbasis tafaqquh fi-al din yang disusun oleh pondok pesantren ini menempati derajat yang sama (equal) dengan kurikulum yang disusun Kementerian Agama, sehinga baik kajian tafaqquh fi al-din maupun pelajaran umum memiliki electabilitas yang tinggi, hal ini mampu meningkatkan mutu pendidikan dan sekaligus membangkitkan animo dan motivasi masyarakat (orangtua) untuk memasukkan anaknya ke pesantren ini. Ketiga, penyelenggaraan pendidikan di pon- dok pesantren ini memiliki kemandirian yang kuat, karena didukung oleh sumber dana yang besar.