MEMPREDIKSI LOYALITAS DAN KOMUNIKASI DARI MULUT KE MULUT: STUDI EMPIRIS PADA SUATU PUSAT KEBUGARAN

MEMPREDIKSI LOYALITAS DAN KOMUNIKASI DARI MULUT KE MULUT: STUDI EMPIRIS PADA SUATU PUSAT KEBUGARAN

Melva Lasmaria Manalu Sabrina Oktoria Sihombing

Universitas Pelita Harapan sabrinasihombing@gmail.com

ABSTRACT

This research examines a cognitive-affective-conative baseline model which proposed by Chiou et al . (2002). According to the model, perceived service quality (both tangible company-related and employee-related factors) is modeled antecedent to satisfaction and trust, which in turn are antecedents to customer loyalty responses (word of mouth and traditional loyalty). The sample of this research was 233 students. Respondents were collected by using purposive sampling technique. Structural equation modeling (SEM) was used to analyze the data. The results show that all research hypoteses were supported. This paper also provides the implications for theo- retical and managerial and offers directions for future research.

Key words : service quality, loyalty, word-of-mouth

PENDAHULUAN

dengan adanya kualitas jasa yang ditawar- Perkembangan jaman menyebabkan pe-

kan suatu perusahaan akan berpengaruh rubahan gaya hidup seseorang. Hal ini tak

terhadap kepercayaan dan kepuasan kon- terkecuali pada perubahan gaya hidup yang

sumen yang mana merupakan salah satu fokus pada kesehatan. Secara spesifik, ak-

strategi untuk memperoleh loyalitas kon- tivitas olahraga di kota-kota besar tak lagi

sumen yang berguna untuk kelangsungan dipandang sebagai kebutuhan untuk tetap

hidup perusahaan.

sehat namun sudah menjadi gaya hidup (Si- Berdasarkan hal tersebut dapat dilihat nar Harapan.co.id 2003). Dengan demikian

bahwa penting bagi suatu perusahaan da- hal ini menyebabkan semakin banyaknya

lam memperhatikan kualitas jasa yang akan pusat-pusat kebugaran yang bermunculan,

ditawarkan kepada konsumennya. Walau- sehingga persaingan di antara pusat kebu-

pun penelitian mengenai kualitas jasa dalam garan semakin ketat.

suatu bisnis telah banyak dilakukan sejak Menjamurnya pusat kebugaran juga dis-

tahun 1980-an, namun penelitian terhadap ebabkan adanya perbaikan kesejahteraan

pentingnya kualitas jasa pada penyedia jasa warga kota (Kompas.com 2008). Saat ini,

olahraga masih jarang dilakukan (Tsitskari sebagian masyarakat yang memiliki uang

et al. 2006). Hal inilah yang membuat pe- lebih cenderung mengalokasikannya di luar

neliti tertarik untuk mereplikasi penelitian kebutuhan hidup sehari-hari dan mereka

mengenai kualitas jasa yang dilakukan oleh tidak segan untuk mengeluarkan uang untuk

Chiou et al. (2002) dengan menggunakan menjadi anggota dari pusat kebugaran.

obyek pusat kebugaran Celebrity Fitness. Dengan menjamurnya pusat kebugaran

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui saat ini menimbulkan persaingan bisnis di

bagaimana dengan kualitas jasa (kualitas antara pusat kebugaran tersebut sehingga

perusahaan dan kualitas karyawan) dapat perlu adanya keunggulan bersaing di antara

memperoleh kepuasan dan kepercayaan perusahaan. Kualitas jasa merupakan salah

konsumen sehingga dapat menciptakan ko- satu elemen penting bagi suatu perusahaan

munikasi dari mulut ke mulut dan loyalitas untuk memenangkan persaingan yaitu se-

konsumen

bagai pembeda perusahaan satu dengan perusahaan lain (Woolf 2008). Selain itu,

Memprediksi Loyalitas ….......... ( Melva Lasmaria M &Sabrina )

KAJIAN PUSTAKA

mengkonsumsi jasa tersebut. Sehingga

Pemasaran Jasa

strategi yang dilakukan pemasar dapat Jasa merupakan suatu kinerja penampi-

berupa penggunaan petunjuk-petunjuk se- lan yang tidak berwujud dan cepat hilang,

cara fisik yang dapat dijadikan penilaian lebih dapat dirasakan daripada dimiliki, ser-

konsumen dalam mengambil keputusan ta memiliki konsumen lebih aktif berpartisi-

pada saat akan membeli jasa. pasi dalam proses terjadinya jasa tersebut.

Kedua adalah tidak dapat dipisahkan. Dengan aktifnya konsumen terhadap proses

Jasa merupakan satu kesatuan yang utuh penyampaian jasa tersebut, maka dari awal

dan tidak dapat dipisahkan. Jasa diprod- proses penyampaian jasa, persepsi kon-

uksi dan dikonsumsi pada waktu yang sumen sudah mulai dibentuk sejak jasa akan

bersamaan, sehingga menimbulkan inter- diberikan atau diantarkan. Dengan demiki-

aksi antara penyedia jasa, konsumen yang an perusahaan yang bergerak dalam bidang

mengkonsumsi jasa, dan juga konsumen jasa harus mampu memberikan pelayanan

lain yang dapat mempengaruhi keputusan yang terbaik yang dapat dijadikan diferen-

mengkonsumsi jasa dengan membagikan siasi dalam bersaing dengan kompetitor lain

pengalamannya pada saat mengkonsumsi (Woolf 2008).

jasa tersebut. Strategi yang dilakukan pe- Menurut Kotler dan Keller (2006), jasa

masar adalah antara lain, pemilihan dan adalah setiap tindakan atau perbuatan yang

pelatihan personil yang dapat mempengaruhi dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada

pengalaman konsumen secara positif pada pihak lain, yang pada dasarnya bersifat

saat melakukan kontak dengan konsumen, tidak berwujud fisik dan tidak menghasil-

dengan manajemen konsumen yaitu den- kan kepemilikan sesuatu apapun. Menurut

gan menggunakan teknologi untuk mencari Kasper, Helsdingen, dan Gabbott (2006),

informasi tentang konsumennya. Semakin jasa atau pelayanan adalah usaha, niat atau

banyak informasi yang diperoleh maka se- proses yang terdiri dari aktivitas – aktivitas

makin mudah dalam melayani konsumen. yang dilakukan oleh pemberi jasa, yang ser-

Ketiga adalah keragaman. Jasa memiliki ingkali terjadi secara langsung kepada kon-

banyak variasi dari transaksi yang satu ke sumen mereka.

transaksi yang lain dalam segi bentuk, kuali- Dengan mengetahui definisi dari jasa, da-

tas, dan jenis, tergantung pada siapa, kapan, pat dilihat bahwa terdapat kesamaan antara

dan di mana jasa yang dihasilkan sehingga barang dan jasa, yaitu untuk memenuhi serta

menimbulkan kesulitan dalam proses men- memuaskan kebutuhan konsumen, namun

standarisasi jasa tersebut. Setiap personil yang membedakan adalah pada karakteris-

yang melakukan kontak langsung dengan tik jasa yang unik dibanding dengan produk

konsumen memiliki kepribadian yang ber- yang berwujud. Seperti yang diungkapkan

beda-beda, sehingga sulit melakukan stan- oleh Hoffman dan Bateson (2006, 4) bahwa

dardisasi. Strategi yang dilakukan pemasar jasa memiliki karakteristik yang unik, maka

adalah dengan mengadakan penyesuaian pemasaran jasa mempunyai perbedaan

( customization). Penyesuaian dilakukan un- yang cukup besar jika dibandingkan dengan

tuk memenuhi apa yang konsumen butuh- pemasaran produk fisik atau barang (Hoff-

kan. Konsumen dan penyedia jasa secara man dan Bateson 2006, 4).

bersama-sama ikut terlibat dalam proses Terdapat empat keunikan karakteris-

penyampaian jasa oleh karena itu lebih mu- tik jasa yang dapat dijadikan pembedaan

dah untuk menyesuaikan jasa berdasarkan utama antara barang dan jasa (Hoffman

permintaan spesifik konsumen. dan Bateson, 2006). Pertama adalah tidak

Keempat adalah tidak tahan lama. Arti- berwujud, artinya jasa merupakan suatu

nya jasa tidak bisa disimpan, kapasitas jasa perbuatan atau kinerja yang tidak dapat dili-

yang tidak terpakai tidak bisa dipesan lagi, hat, dirasa, dan diraba secara fisik layaknya

dan jasa juga tidak bisa dilakukan persedi- barang. Jasa tidak dapat dievaluasi secara

aan jasa. Masalah yang dapat ditimbulkan obyektif sebelum konsumen benar-benar

adalah adanya ketidakseimbangan antara membeli jasa tersebut. Jasa akan meng-

permintaan dengan penawaran karena tidak hasilkan pengalaman yang dapat dijadikan

adanya persediaan jasa. Strategi yang dapat penilaian bagi konsumennya pada saat

dilakukan pemasar adalah dengan menerap-

41

EKOBIS Vol.12, No.1, Januari 2011 :

40 - 57

42

kan harga yang kreatif yang dapat merang- sang fluktuasi permintaan. Misalnya dengan

menetapkan harga spesial pada saat-saat tertentu. Dengan adanya karakteristik yang dimiliki jasa, maka konsumen yang melaku- kan evaluasi terhadap kualitas jasa berbeda dengan konsumen yang melakukan evalu- asi terhadap kualitas suatu barang.

Kualitas Jasa

Kualitas jasa merupakan salah satu fak- tor keberhasilan perusahaan untuk jangka waktu panjang. Kualitas jasa juga dapat menjadi alat bagi perusahaan untuk mem- bedakan perusahaannya dengan perusa- haan lainnya dalam berkompetisi mem- peroleh konsumen. Menurut Hoffman dan Bateson (2006), kualitas jasa adalah tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengen- dalian atas tingkat keunggulan tersebut un- tuk memenuhi keinginan konsumen. Menu- rut Zeithaml, Valerie, dan Bitner (2003, 28), definisi kualitas jasa adalah penyampaian

jasa atau pelayanan yang baik atau sangat baik dibandingkan dengan ekspektasi kon- sumen, jika pelayanan yang diberikan ses- uai atau melebihi harapan konsumen maka hal tersebut dikategorikan sebagai kualitas pelayanan tinggi.

Selain itu, kualitas jasa didasarkan pada pengalaman konsumen saat mengkonsumsi jasa dan dinilai berdasarkan harapan kon- sumen baik positif maupun negatif. Atau dengan kata lain, kualitas jasa dapat diketa- hui melalui persepsi kualitas jasa (perceived service quality) dari konsumen yang artinya perbandingan antara harapan konsumen dan persepsi konsumen terhadap kinerja jasa. Persepsi konsumen adalah kesimpu- lan konsumen yang didapat terutama dari pengalamannya menggunakan produk atau jasa yang bersangkutan (Zeithaml dan Bit- ner 2003).

Namun, seringkali saat proses kualitas jasa disampaikan terdapat kesenjangan atau gaps yaitu perbedaan antara harapan konsumen dengan persepsi konsumen atas kualitas jasa (Tsitskari et al. 2006). Adapun tujuan dari suatu perusahaan adalah untuk meminimalkan kesenjangan antara persepsi dan harapan konsumen tersebut dengan me- mahami bentuk kesenjangan yang terjadi.

Kesenjangan yang terjadi dalam kualitas jasa dapat diukur dengan model SERVQUAL

dengan mengamati lima dimensi kualitas jasa yang merupakan alat untuk mengu- kur harapan konsumen dan persepsi kon- sumen terhadap kualitas jasa (Hoffman dan Bateson 2006). Pertama, dimensi berwu- jud, yaitu penilaian terhadap kemampuan perusahaan dalam menangani penampilan

fisik perusahaannya. Jadi dimensi berwujud membandingkan antara harapan konsumen dan kinerja perusahaan dengan mengamati penampilan fisiknya berupa peralatan dan perlengkapan, penampilan karyawan, fasili- tas perusahaan, dan lain-lain.

Kedua, dimensi kehandalan, yaitu penila- ian terhadap konsistensi perusahaan dalam memberikan jasa yang sesuai dengan yang telah dijanjikan kepada konsumen. Penila- ian pada dimensi ini meliputi penepatan janji perusahaan, ketepatan waktu, kamampuan dalam membantu konsumen memecahkan masalah, kecepatan dalam memberikan jasa. Ketiga, dimensi ketanggapan yaitu penilaian terhadap komitmen perusahaan dalam menyediakan jasanya secara tepat. Menurut Kotler dan Keller (2006) yang ter- masuk dalam dimensi ketepatan adalah perhatian yang diberikan kepada konsumen dengan memberikan informasi kepada kon- sumen pada saat jasa disampaikan, kete- patan dalam melayani konsumen, keber- sediaan untuk membantu konsumen, dan kesigapan dalam merespon permintaan konsumen.

Keempat, dimensi jaminan yaitu penila- ian terhadap pengetahuan, kesopanan, dan kemampuan para personil atau kary- awan perusahaan jasa sebagai usaha un- tuk menumbuhkan rasa kepercayaan kon- sumen kepada perusahaan. Hal ini meliputi beberapa komponen antara lain komunikasi, kredibilitas, kompetensi, dan sopan santun. Kelima, dimensi empati yaitu memberikan penilaian yang tulus dan bersifat individual atau pibadi yang diberikan kepada kon- sumen dengan berupaya memahami keingi- nan konsumen. Di mana suatu perusahaan diharapkan memiliki pengertian dan penge- tahuan tentang konsumen dan memahami

kebutuhan konsumen secara spesifik.

Dengan adanya dimensi kualitas jasa

( SERVQUAL) dapat digunakan sebagai pe- nilaian konsumen yang dapat mempengar- uhi persepsi konsumen terhadap kualitas jasa. Menurut Chiou et al. (2002) setidaknya

Memprediksi Loyalitas ….......... ( Melva Lasmaria M &Sabrina )

43 EKOBIS Vol.12, No.1, Januari 2011 :

ada dua bentuk persepsi konsumen terh- adap kualitas jasa yang digunakan seba- gai standar penilaian konsumen terhadap jasa, yaitu kualitas perusahaan dan kualitas karyawan.

Kualitas Perusahaan

Kualitas perusahaan dapat digunakan konsumen sebagai penilaiannya terhadap kualitas jasa perusahaan. Menurut Chiou et al. (2002) kualitas perusahaan merupakan

suatu pembuktian secara fisik dari suatu perusahaan untuk mempengaruhi persepsi konsumen atas kualitas jasa yang disampai- kan. Kualitas perusahaan dapat diukur den- gan bukti-bukti fisik yang dimiliki perusahaan seperti fasilitas yang modern, kelengkapan fasilitas, waktu operasional yang nyaman bagi seluruh konsumen, dan lain-lain.

Selain itu, bukti fisik menggambarkan penampilan tempat di mana konsumen dan karyawan jasa saling berinteraksi. Mengelo-

la bukti fisik perusahaan (physical evidence) berarti perusahaan berusaha untuk menin-

gkatkan kualitas perusahaan yaitu segala sesuatu yang bersifat tangible yang dapat mendukung proses penyampaian jasa, baik

dari fasilitas fisik perusahaan, brosur peru- sahaan, sampai pada personil perusahaan.

Adanya bukti fisik dalam proses penyam- paian kualitas jasa ini menunjukkan bahwa jasa memiliki sifat tak berwujud yang tidak

bisa dilihat dan diraba sehingga sulit bagi konsumen untuk mengevaluasi kualitas jasa secara obyektif. Sehingga konsumen

seringkali tergantung pada bukti fisik yang mengelilingi jasa yang dapat membantu mereka untuk mengevaluasi jasa. Menurut (Hoffman dan Bateson 2006) terdapat tiga kategori bukti fisik yang dimiliki perusahaan. Pertama, fasilitas bagian luar perusahaan (facility exterior ) yaitu bentuk fisik yang be- rada di luar perusahaan di mana jasa terse- but ditransfer.

Kedua, fasilitas bagian dalam perusa- haan ( facility interior) yaitu bukti fisik peru- sahaan yang berada di dalam perusahaan yang dapat mencerminkan fasilitas luar pe- rusahaan. Fasilitas ini misalnya, desain in- terior, perlengkapan yang digunakan untuk melayani konsumen, tampilan ruangan, dan lain-lain. Ketiga, tangible yaitu hal-hal lain yang juga mencerminkan tentang perusa- haan tersebut, misalnya kartu nama perusa-

haan, penampilan karyawan, dan lain-lain. Penampilan karyawan dapat dilihat secara

fisik oleh konsumen sehingga dapat menun- jukkan kualitas karyawan dalam kamam- puannya melayani konsumen.

Kualitas Karyawan

Kualitas karyawan didefinisikan seba- gai suatu evaluasi personal dari karyawan terhadap kualitas jasa yang akan disampai- kannya kepada konsumen (Slåtten, 2008).

Karyawan suatu perusahaan merupakan sesuatu yang kritikal terhadap keberhasilan perusahaan jasa. Hal ini disebabkan dari persepsi perusahaan, proses penyampaian jasa yang dilakukan karyawan dapat dijadi- kan sumber diferensiasi untuk memperoleh keunggulan bersaing.

Menurut Chiou et al. (2002) kualitas karyawan berkaitan dengan faktor manusia (people factor) yang dapat diukur dengan kecepatan dan kesopanan karyawan da- lam melayani konsumen. Kegagalan dalam proses penyampaian jasa dapat disebabkan oleh faktor kinerja karyawan atau faktor ma- nusia, seperti sistem perekrutan yang tidak efektif, adanya konflik diantara karyawan, kurangnya kesesuaian antara teknologi dan pekerjaan karyawan, ketidaksesuaian sistem evaluasi dan kompensasi, kurangnya pemberian otoritas (empowerment), kurang- nya kontrol dan kerja tim. Dengan demikian karyawan sangat penting bagi konsumen dan juga untuk menjadi keunggulan perusa- haan dalam memposisikan dirinya di antara pesaing.

Menurut Zeithaml dan Bitner (2003) faktor-faktor yang menunjukkan pentingnya karyawan dalam suatu perusahaan adalah pertama karyawan adalah bagian utama dari jasa. Artinya bahwa karyawan atau kon- tak dengan karyawan itulah jasa yang akan disampaikan. Karyawan merupakan ele- men yang terlihat dari suatu jasa, selain itu karyawan juga yang menyampaikan jasa itu sendiri dan yang menentukan kualitas jasa itu sendiri. Kedua, karyawan di mata kon- sumen adalah perusahaan jasa itu sendiri. Artinya karyawan mewakili perusahaan jasa, dan yang membentuk persepsi konsumen terhadap perusahaan jasa tersebut. Semua yang dilakukan mereka dan semua yang dikatakan mereka mencerminkan perusa- haan itu sendiri kepada konsumen sehingga

40 - 57

44

dapat mempengaruhi persepsi konsumen terhadap perusahaan itu.

Ketiga, karyawan adalah merek dari jasa itu sendiri. Karyawan dalam perusahaan merupakan bagian utama dari suatu merek. Mereka yang menentukan apakah janji dari suatu merek itu tersampaikan atau tidak. Keempat, karyawan adalah pemasar. Hal ini disebabkan kontak yang dilakukan kary- awan dapat secara langsung mempengar- uhi kepuasan konsumen, sehingga mereka memainkan peranan sebagai pemasar dari jasa tersebut.

Dengan adanya faktor-faktor tersebut dapat dilihat bahwa persepsi konsumen ter- hadap kualitas jasa dipengaruhi oleh kuali- tas karyawan yang memiliki kemampuan dalam melayani konsumen. Untuk itu, suatu perusahaan harus mengembangkan kuali- tas karyawan untuk menyampaikan kuali- tas jasa dengan menyewa atau memperk- erjakan karyawan pada posisi yang sesuai dengan kemampuannya. Selain itu, perusa- haan juga harus melakukan pelatihan bagi masing-masing pekerja untuk meyakinkan kinerja pelayanannya (Zeithaml dan Bitner 2003). Dengan demikian perusahaan dapat membangun hubungan yang baik dengan konsumennya melalui kepercayaan kon- sumen yang diperoleh dari interaksi dengan karyawan.

Kepercayaan Konsumen

Kepercayaan dapat didefinisikan se- bagai kebersediaan dari pihak pelanggan untuk mengandalkan suatu organisasi atau

merek suatu produk untuk melakukan fungsi yang dijanjikan (Zikmund et al. 2003). Arti- nya jika janji tersebut telah ditepati maka perusahan dapat memperoleh kepercayaan konsumen. Sedangkan menurut Sheth dan Mittal (2004) kepercayaan adalah kemauan untuk mengandalkan pada kemampuan, in- tegritas, dan motivasi dari orang lain untuk melayani kebutuhan dan kepentingan kita secara mutlak.

Konsep kepercayaan berkaitan dengan konsep hubungan pemasaran. Terlebih pada hubungan pemasaran jasa, yang memiliki prinsip bahwa pemasaran jasa yang efektif tergantung pada manajemen kepercayaan perusahaan jasa tersebut dikarenakan kon- sumen tidak bisa merasakan jasa sebelum ia membelinya terlebih dahulu (Marandi

dan Little 2003). Hal ini didasarkan pada si- fat jasa yang tidak berwujud, sehingga pe- masar jasa cenderung sulit untuk memper- oleh kepercayaan konsumennya. Dengan demikian, perusahaan harus dapat menja- min terciptanya suatu hubungan bisnis yang baik dengan konsumennya dengan mem- bangun kepercayaan konsumen sehingga dapat memperoleh keuntungan dari hubun- gan yang diciptakan tersebut.

Secara umum, kepercayaan juga dapat dikonseptualisasikan ke dalam dua ben- tuk yaitu kepercayaan sebagai keyakinan konsumen terhadap perusahan dan keper- cayaan sebagai perilaku konsumen. Keya- kinan muncul pada saat seseorang menilai bahwa pihak yang dipercayainya dapat di- andalkan dalam situasi tertentu (Salo dan Karjaluoto 2007). Sedangkan kepercayaan perilaku adalah kepercayaan konsumen da- lam mengambil resiko yang akan dihadapi pada saat berhubungan dengan perusa- haan. Artinya konsumen memiliki keper- cayaan akan meminimalkan resiko apabila konsumen memiliki kepercayaan terhadap perusahaan.

Dalam penelitian ini cenderung menggu- nakan konsep kepercayaan sebagai keyaki- nan konsumen di mana kepercayaan berarti konsumen dapat meyakini bahwa seorang pemasar dapat diandalkan dan dipercaya. Hal ini disebabkan konsep kepercayaan dalam penelitian ini diukur dengan indika- tor-indikator seperti kejujuran, keandalan, tanggungjawab, dan penepatan janji dari perusahaan. Hal ini didukung oleh pendapat Chiou et al. (2002) yang menyatakan bahwa kepercayaan juga dapat digunakan sebagai petunjuk persepsi konsumen atas kejujuran, keandalan dan pertanggungjawaban. Hal ini berarti konsumen mempunyai keyaki- nan bahwa orang yang menawarkan suatu produk jujur, adil, dan bertanggung jawab, sehingga dengan adanya kepercayaan yang dibangun perusahaan dapat mening- katkan kepuasan konsumen terhadap kuali- tas jasanya.

Kepuasan Konsumen

Kotler dan Keller (2006) mendefinisikan kepuasan sebagai perasaan senang atau kecewa seseorang yang berasal dari ak- tivitas membandingkan kinerja perusahaan

yang diterima dengan ekspektasinya. Ber- Memprediksi Loyalitas ….......... ( Melva Lasmaria M &Sabrina )

45 EKOBIS Vol.12, No.1, Januari 2011 :

dasarkan pengertian itu, dapat disimpulkan bahwa kepuasan konsumen merupakan keseimbangan antara harapan konsumen terhadap kinerja aktual perusahaan. Apabila kinerja perusahaan dapat melebihi ekspek- tasinya, maka para konsumen akan merasa puas. Sebaliknya, apabila kinerja perusa- haan tidak dapat memenuhi ekspektasinya, maka para konsumen akan merasa tidak puas. Dengan demikian, kunci dari kepua- san konsumen adalah bagaimana mema- hami harapan konsumen ( ekspektasi) dan menyesuaikannya dengan kinerja jasa yang ditawarkan.

Kepuasan konsumen dapat dibedakan menjadi dua tipe menurut Dimitriades (2006) yaitu overall satisfaction (kepuasan menye- luruh) dan transaction-specific satisfaction (kepuasan spesifik transaksi). Kepuasan transaksi spesifik merupakan kepuasan kon-

sumen yang didasarkan pada hal-hal spesi- fik yang dijumpai oleh konsumen tersebut

pada suatu perusahaan. Ketika konsumen ditanya mengenai kepuasan transaksi spesi-

fik, maka konsumen akan mengacu pada hal-hal spesifik yang dimiliki dan dilakukan oleh perusahaan. Kepuasaan ini mungkin berbeda dari satu pengalaman ke pengala- man lainnya.

Sedangkan kepuasan menyeluruh meru- pakan tingkat di mana konsumen merasa puas secara keseluruhan terhadap kualitas pelayanan dengan perbandingan antara SERVQUAL dan technical quality serta functional quality (Mittal 2004). Kepuasan menyeluruh adalah evaluasi yang berdasar- kan total pembelian dan pengalaman pada saat mengkonsumsi produk sepanjang wak- tu dan kepuasan ini relatif stabil sepanjang waktu (Baran, Galka, dan Strunk 2008). Se- bagai contoh, seorang konsumen mempu- nyai pengalaman yang kurang memuaskan terhadap suatu bagian proses penyampaian sebuah jasa, namum secara keseluruhan dia merasa puas dengan si penyedia jasa tersebut. Hal ini dikarenakan dari kepuasan yang didapatkannya dari pengalaman-pen- galaman sebelumnya.

Jadi dapat disimpulkan bahwa kepuasan menyeluruh adalah kumulatif atau penjum- lahan dari kepuasaan dengan produk atau jasa yang spesifik dari sebuah organisasi

yang dilihat dari berbagai macam aspek dari perusahaaan itu seperti bentuk fisik peru-

sahaan misalnya. Dengan kata lain, kepua- san menyeluruh merupakan kumpulan dari

kepuasan spesifik transaksi. Berdasarkan konsep yang dilakukan pada penelitian sebelumnya yang dilakukan Chiou et al. (2002) pada penelitian ini menggunakan bentuk kepuasan menyeluruh (overall satis-

faction) yang mana kepuasan yang berasal dari keseluruhan transaksi yang pernah dilakukan dari suatu perusahaan yang di- harapkan dapat memberikan respon positif dari konsumen berupa kebersediaan kon- sumen untuk membagikan pengalamannya kepada orang lain melalui komunikasi dari mulut ke mulut dan loyalitas konsumen.

Komunikasi dari Mulut ke Mulut ( Word of Mouth)

Komunikasi dari mulut ke mulut merupa- kan pertukaran informasi baik positif mau- pun negatif yang dilakukan secara informal antar individual mengenai suatu produk atau jasa. Menurut Lovelock, Wirtz, Keh, dan Lu (2005) komunikasi dari mulut ke mulut meru- pakan rekomendasi yang berasal dari kon- sumen lain yang dipandang secara umum yang dapat dipercaya dibanding dengan usaha perusahaan dalam memperkenalkan

produknya melalui aktifitas promosi dan da- pat mempengaruhi keputusan orang untuk menggunakan jasa ataupun untuk menghin- dari jasa tersebut.

Komunikasi dari mulut ke mulut dapat dijadikan sebagai kekuatan bagi konsumen yang puas maupun konsumen yang tidak puas. Konsumen yang puas mampu menye- barkan komunikasi dari mulut ke mulut den- gan melihat kualitas jasa yang mereka sukai. Bila konsumen merasa puas dengan kinerja suatu perusahaan dan konsumen itu memi- liki tingkatan loyalitas tertentu, maka mereka akan merekomendasikan perusahaan ke- pada pihak-pihak lain yang kemudian akan berkembang menjadi komunikasi dari mulut ke mulut positif yang bermanfaat bagi pe- rusahaan itu sendiri (Fill 2005). Sedangkan kekuatan komunikasi dari mulut ke mulut yang negatif berkaitan dengan penyebaran pengalaman-pengalaman negatif konsumen pada saat menggunakan jasa sehingga be- rakibat tidak baik bagi perusahaan.

Dengan adanya kekuatan yang dimiliki komunikasi dari mulut ke mulut maka pe- masar menerapkan beberapa strategi untuk

40 - 57 40 - 57

Sikap kesetiaan terhadap suatu obyek bi- konsumen lain yang lebih memiliki pengeta-

asanya dikaitkan dengan perilaku terhadap huan sebagai referensi kepada konsumen

suatu obyek. Semakin baik sikap seseorang baru, menciptakan promosi yang meny-

terhadap suatu produk (atau merek), se- enangkan untuk mendorong orang-orang

makin tinggi kemungkinan orang tersebut membicarakan mengenai besarnya kuali-

membeli atau menggunakan produk (atau tas jasa yang akan ditawarkan perusahaan

merek tersebut). Namun, walaupun kon- (Lovelock et al. 2005). Dengan demikian,

sumen memiliki sikap yang positif terhadap perusahaan yang baik adalah perusahaan

suatu produk, belum tentu konsumen terse- yang dapat menjaga komunikasi dari mulut

but akan melakukan pembelian terhadap ke mulut positif sehingga perusahaan dapat

produk tersebut. Karena sikap terhadap memperoleh kepercayaan konsumen baru

produk dapat diungkapkan dalam perilaku sehingga dapat menimbulkan loyalitas kon-

yang berbeda.

sumen yang dapat memberikan laba jangka Kedua, loyalitas berdasarkan perilaku panjang bagi perusahaan.

adalah keinginan konsumen untuk melaku- kan pembelian ulang dan memiliki niat un-

Loyalitas konsumen

tuk mengadakan pembelian ulang. Loyalitas Loyalitas didefinisikan sebagai suatu

perilaku dapat diukur berdasarkan perilaku sikap kesukaan yang ditunjukkan pelang-

beli konsumen yang ditunjukkan dengan be- gan terhadap suatu merek yang dilanjutkan

sarnya frekuensi konsumen membeli suatu dengan melakukan pembelian secara beru-

produk (Buttle 2004). Dengan demikian, ke- lang terhadap merek tersebut (Wong dan

setiaan yang sebenarnya timbul ketika kon- Sohal 2003). Sedangkan loyalitas menurut

sumen mempunyai hubungan yang dalam Taylor, Celuch, dan Goodwin (2004) adalah

dengan merek tersebut yang terbukti mela- komitmen yang kuat untuk membeli kem-

lui pembelian kembali. bali produk yang disukai atau mengulang

Ketiga, loyalitas komposit adalah loy- pelayanan secara konsisten di masa men-

alitas yang dibentuk berdasarkan sikap datang, dan lebih lanjut akan menyebabkan

dan perilaku konsumen. Dengan kata lain, pembelian berulang terhadap merek atau

loyalitas komposit merupakan gabungan serangkaian merek yang sama tanpa mem-

dari dimensi sikap dan dimensi perilaku loy- perhatikan pengaruh situasional.

alitas konsumen (Lewis dan Soureli 2006). Untuk memahami loyalitas dapat meng-

Konseptualisasi loyalitas di sini adalah gunakan tiga pendekatan (Lewis dan Soureli

suatu hubungan antara sikap yang relatif 2006). Pertama, loyalitas sikap merupa-

yang ditunjukan oleh seseorang terhadap kan sebuah komitmen jangka panjang yang

suatu merek atau produk dan tingkahlaku dimiliki oleh konsumen terhadap suatu pe-

berlangganan. Ketiga pendekatan loy- rusahaan (Schinjs 2003). Sikap loyal diukur

alitas di atas dapat dilihat melalui konstruk dengan mengacu pada komponen-kom-

yang terdapat dalam penelitian yang dilaku- ponen sikap, seperti keyakinan, perasaan,

kan Thiele (2005) di bawah ini :

Gambar 1. Konstruk loyalitas

Sumber: Thiele (2005, 494)

46

Memprediksi Loyalitas ….......... ( Melva Lasmaria M &Sabrina )

47 EKOBIS Vol.12, No.1, Januari 2011 :

Pada penelitian ini, loyalitas yang diba- has mengacu pada loyalitas berdasarkan sikap yang menghasilkan intensitas pem- belian ulang konsumen (Chiou et al. 2002). Hal ini dapat dilihat dari indikator-indikator variabel loyalitas pada penelitian ini, seperti “saya bersedia menggunakan layanan pusat kebugaran Celebrity Fitness cabang Super- mal Karawaci di masa yang akan datang“. Indikator ini menunjukkan loyalitas sikap yang menghasilkan intensitas pembelian ulang konsumen pada pusat kebugaran Ce- lebrity Fitness cabang Supermal Karawaci di masa yang akan datang.

Keterhubungan antara Kualitas Peru- sahaan dan Kualitas Karyawan dengan Kepuasan Konsumen.

Kualitas perusahaan dapat digunakan konsumen sebagai penilaiannya terhadap kualitas jasa perusahaan. Menurut Chiou et al. (2002, 114) kualitas perusahaan meru- pakan suatu pembuktian secara fisik dari

suatu perusahaan untuk mempengaruhi persepsi konsumen atas kualitas jasa yang disampaikan. Kualitas perusahaan dapat

diukur dengan bukti-bukti fisik yang dimiliki perusahaan seperti fasilitas yang modern, kelengkapan fasilitas, waktu operasional yang nyaman bagi seluruh konsumen, dan lain-lain. Adanya bukti fisik dalam proses penyampaian kualitas jasa ini menunjukkan bahwa jasa memiliki sifat tak berwujud yang tidak bisa dilihat dan diraba sehingga sulit bagi konsumen untuk mengevaluasi kualitas

jasa secara obyektif. Sehingga konsumen seringkali tergantung pada bukti fisik yang

mengelilingi jasa yang dapat membantu mereka untuk mengevaluasi jasa. Kualitas perusahaan dapat mempengaruhi kepuasan konsumen apabila perusahaan dapat me- menuhi kebutuhan konsumennya dengan

bukti-bukti fisik yang dimilikinya yang sesuai dengan harapan konsumen.

Begitu pula dengan kualitas karyawan. Kualitas karyawan didefinisikan sebagai

suatu evaluasi personal dari karyawan ter- hadap kualitas jasa yang akan disampai- kannya kepada konsumen (Slåtten 2008). Menurut Chiou et al. (2002, 114) kualitas karyawan berkaitan dengan faktor manu- sia (people factor) yang dapat diukur den- gan kecepatan dan kesopanan karyawan

dalam melayani konsumen. Kualitas kary- awan dapat juga mempengaruhi kepuasan konsumen. Hal ini disebabkan karena kary- awanlah yang melakukan interaksi dengan konsumen, sehingga interaksi yang baik antara konsumen dan perusahaan dapat mendorong pengalaman jasa yang lebih baik bagi konsumen. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Ismail, Ha- ron, Ibrahim, dan Isa (2006), Maclntosh dan Doherty (2007), Olorunniwo, Hsu, dan Udo (2006), yang menyatakan bahwa terdapat keterhubungan positif antara kualitas jasa dan kepuasan konsumen. Berdasarkan penjelasan di atas maka hipotesis penelitian adalah sebagai berikut :

H1a: Terdapat keterhubungan positif

antara kualitas perusahaan dan kepuasan konsumen.

H2a: Terdapat keterhubungan positif

antara kualitas perusahaan dan kepuasan konsumen.

Kualitas perusahaan dapat mempengar- uhi kepercayaan konsumen dengan bukti- bukti fisik yang dimiliki perusahaan. Dengan adanya kualitas perusahaan yang dapat di-

lihat konsumen melalui bukti fisik yang dimi- likinya dijadikan petunjuk bagi konsumen untuk membangun kepercayaan terhadap perusahaan jasa tersebut. Selain kualitas

perusahaan, kualitas karyawan juga pent- ing dalam membangun kepercayaan den- gan konsumen. Dengan adanya kualitas yang ditunjukkan karyawan terhadap kon- sumen dapat mempengaruhi kepercayaan konsumen terhadap perusahaan tersebut. Beberapa penelitian yang telah memba- has keterhubungan antara kualitas jasa (baik kualitas perusahaan maupun kualitas karyawan) dengan kepercayaan konsumen antara lain penelitian yang dilakukan oleh Caceres dan Paparoidamis (2007), Hering- ton dan Weaven (2007). Berdasarkan pen- jelasan di atas, maka hipotesis penelitian adalah sebagai berikut :

H1b: Terdapat keterhubungan yang

positif antara kualitas perusahaan dan kepercayaan konsumen.

H2b: Terdapat keterhubungan yang

positif antara kualitas karyawan dan kepercayaan konsumen.

40 - 57

Keterhubungan antara Kepercayaan Kon- sumen dan Kepuasan Konsumen.

Kepercayaan dapat didefinisikan seba- gai kebersediaan dari pihak pelanggan un- tuk mengandalkan suatu organisasi atau merek suatu produk untuk melakukan fungsi

yang dijanjikan (Zikmund et al. 2003). Se- cara umum, kepercayaan juga dapat dikon- septualisasikan ke dalam dua bentuk yaitu kepercayaan sebagai keyakinan konsumen terhadap perusahan dan kepercayaan se- bagai perilaku konsumen (Salo dan Karjalu- oto 2007). Dalam penelitian ini cenderung menggunakan konsep kepercayaan sebagai keyakinan konsumen di mana kepercayaan berarti konsumen dapat meyakini bahwa seorang pemasar dapat diandalkan dan di- percaya. Hal ini disebabkan konsep keper- cayaan dalam penelitian ini diukur dengan indikator-indikator seperti kejujuran, kean- dalan, tanggungjawab, dan penepatan janji dari perusahaan. Sehingga dengan adanya kepercayaan yang dibangun perusahaan dapat meningkatkan kepuasan konsumen terhadap kualitas jasanya.

Kepuasan didefinisikan sebagai peras- aan senang atau kecewa seseorang yang

berasal dari aktivitas membandingkan kin- erja perusahaan yang diterima dengan ek- spektasinya Kotler dan Keller (2006). Ber- dasarkan pengertian itu, dapat disimpulkan bahwa kepuasan konsumen merupakan keseimbangan antara harapan konsumen terhadap kinerja aktual perusahaan. Kepua- san konsumen dapat dibedakan menjadi dua tipe menurut Dimitriades (2006) yaitu overall satisfaction (kepuasan menyeluruh) dan transaction-specific satisfaction (kepua- san spesifik transaksi). Kepuasan transaksi spesifik merupakan kepuasan konsumen yang didasarkan pada hal-hal spesifik yang dijumpai oleh konsumen tersebut pada suatu perusahaan. Sedangkan kepuasan menye- luruh merupakan tingkat di mana konsumen merasa puas secara keseluruhan terhadap kualitas pelayanan yang diberikan. Ber- dasarkan konsep yang dilakukan pada pe- nelitian sebelumnya yang dilakukan Chiou et al. (2002) pada penelitian ini menggunakan bentuk kepuasan menyeluruh (overall satis- faction) yang mana kepuasan yang berasal dari keseluruhan transaksi yang pernah di- lakukan dari suatu perusahaan.

Menurut Chiou et al. (2002) kepercayaan konsumen dapat mempengaruhi kepuasan konsumen. Perusahaan harus dapat menja- min terciptanya suatu hubungan bisnis yang baik dengan konsumennya dengan mem- bangun kepercayaan konsumen sehingga dapat selalu memuaskan konsumen den- gan menciptakan produk atau jasa sesuai dengan harapan konsumen. Berdasarkan penjelasan di atas maka hipotesis penelitian adalah sebagai berikut:

H3 : Terdapat keterhubungan positif

antara kepercayaan konsumen dan kepuasan konsumen.

Komunikasi dari Mulut ke Mulut

Komunikasi dari mulut ke mulut merupa- kan pertukaran informasi baik positif mau- pun negatif yang dilakukan secara informal antar individual mengenai suatu produk atau jasa. Menurut Lovelock, Wirtz, Keh, dan Lu (2005) komunikasi dari mulut ke mulut meru- pakan rekomendasi yang berasal dari kon- sumen lain yang dipandang secara umum yang dapat dipercaya dibanding dengan usaha perusahaan dalam memperkenalkan

produknya melalui aktifitas promosi dan da- pat mempengaruhi keputusan orang untuk menggunakan jasa ataupun untuk menghin- dari jasa tersebut.

Komunikasi dari mulut ke mulut dapat dijadikan sebagai kekuatan bagi konsumen yang puas maupun konsumen yang tidak puas. Konsumen yang puas cenderung menghasilkan komunikasi dari mulut ke mulut secara positif. Kepuasan konsumen seringkali dikaitkan dengan evaluasi yang menyeluruh dari konsumen yang cenderung dapat mempengaruhi perilaku konsumen terhadap kualitas jasa sehingga dapat membantu perusahaan berupa komunikasi dari mulut ke mulut yang positif. Hal ini didu- kung oleh pendapat Carpenter dan Fairhurst (2005) yang menyatakan bahwa kepuasan konsumen akan secara positif mempen- garuhi komunikasi dari mulut ke mulut dan loyalitas konsumen. Sehingga terbentuklah hipotesis penelitian :

H4a: Terdapat keterhubungan positif

antara kepuasan konsumen dan komunikasi dari mulut ke mulut.

Memprediksi Loyalitas ….......... ( Melva Lasmaria M &Sabrina )

Selain itu, komunikasi dari mulut ke mu- nan konsumen untuk melakukan pembelian lut juga dapat dipengaruhi oleh kepercayaan

ulang dan memiliki niat untuk mengadakan konsumen. Dengan adanya kepercayaan

pembelian ulang. Loyalitas perilaku dapat dapat mengurangi kekecewaan konsumen

diukur berdasarkan perilaku beli konsumen dan konsumen memiliki perasaan senang

yang ditunjukkan dengan besarnya frekue- terhadap perusahaan, sehingga berse-

nsi konsumen membeli suatu produk (Buttle dia untuk merekomendasikan perusahaan

2004). Ketiga, loyalitas komposit adalah loy- tersebut kepada konsumen lainnya (Sich-

alitas yang dibentuk berdasarkan sikap dan tmann 2007). Sehingga hipotesis yang ter-

perilaku konsumen. Dengan kata lain, loy- bentuk adalah:

alitas komposit merupakan gabungan dari dimensi sikap dan dimensi perilaku loyalitas

H5a: Terdapat keterhubungan positif

konsumen (Lewis dan Soureli 2006).

antara kepercayaan konsumen dan

Pada penelitian ini, loyalitas yang dibahas

komunikasi dari mulut ke mulut

mengacu pada loyalitas berdasarkan sikap yang menghasilkan intensitas pembelian

Loyalitas konsumen

ulang konsumen (Chiou et al. 2002). Loy- Loyalitas didefinisikan sebagai komitmen

alitas dapat dipengaruhi oleh kepuasan kon- yang kuat untuk membeli kembali produk

sumen. Caceres dan Paparoidamis (2005) yang disukai atau mengulang pelayanan

menyatakan bahwa terdapat keterhubungan secara konsisten di masa mendatang, dan

positif antara kepuasan konsumen dengan lebih lanjut akan menyebabkan pembelian

perilaku intensitas pembelian ulang kon- berulang terhadap merek atau serangka-

sumen. Sehingga terbentuk hipotesis pene- ian merek yang sama tanpa memperhatikan

litian :

pengaruh situasional (Taylor, Celuch, dan Goodwin 2004). Untuk memahami loyalitas

H4b: Terdapat keterhubungan positif

dapat menggunakan tiga pendekatan (Lewis

antara kepuasan konsumen dan

dan Soureli 2006). Pertama, loyalitas sikap

loyalitas konsumen.

merupakan sebuah komitmen jangka pan- jang yang dimiliki oleh konsumen terhadap

Selain itu, kepercayaan juga menjadi suatu perusahaan (Schinjs 2003). Kedua,

penyebab terjadinya loyalitas konsumen. loyalitas berdasarkan perilaku adalah keingi-

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Eis-

Gambar 2. Model Penelitian

49

EKOBIS Vol.12, No.1, Januari 2011 :

40 - 57

ingerich dan Bell (2007) menyatakan bahwa kepercayaan mendahului loyalitas kon- sumen. Artinya kepercayaan dapat mem- pengaruhi loyalitas konsumen. Sehingga terbentuk hipotesis penelitian:

H5b: Terdapat keterhubungan positif antara kepercayaan konsumen dan loyalitas konsumen.

METODE PENELITIAN

Pengukuran Variabel. Variabel yang ada di dalam penelitian ini dapat dijelas- kan melalui definisi konseptual dan definisi operasional. Untuk variabel kualitas pe- rusahaan diukur dengan empat indikator: perusahaan memiliki peralatan yang mod- ern, perusahaan memiliki fasilitas fisik yang terlihat menarik, perusahaan memiliki jam operasi yang nyaman (Chiou et al. 2002), perusahaan memiliki karyawan yang ber- penampilan rapi (Arasli et al. 2005). Untuk variabel kualitas karyawan diukur dengan empat indikator: karyawan memberikan pelayanan yang cepat, karyawan selalu ra- mah terhadap pelanggan, karyawan dapat menjawab pertanyaan anda, karyawan tidak pernah sibuk untuk merespon permintaan pelanggan (Chiou et al. 2002).

Untuk variabel kepercayaan diukur den- gan empat indikator: perusahaan jujur ter- hadap pelanggan, perusahaan dapat di- percaya, perusahaan bertanggung jawab (Smith 1997 dalam Chiou et al. 2002), saya memiliki keyakinan terhadap perusahaan (Eisingerich dan Bell 2007). Untuk varia- bel kepuasan diukur dengan empat indika- tor: saya senang terhadap keputusan saya memilih perusahaan ini, saya yakin bahwa saya melakukan hal yang benar pada saat menggunakan layanan perusahaan ini, se- cara keseluruhan saya puas dengan kepu- tusan saya menggunakan layanan peru- sahaan ini (Oliver 1980 dalam Chiou et al. 2002), layanan perusahaan ini adalah yang terbaik yang pernah saya gunakan (Taylor, Celuch, dan Goodwin 2004).

Untuk variabel komunikasi dari mulut ke mulut diukur dengan empat indikator (Zeithaml 1996 dalam Chiou et al. 2002): saya akan mengatakan hal-hal yang positif mengenai perusahaan ini, saya akan mer- ekomendasikan perusahaan ini kepada seseorang yang meminta saran saya, saya

akan mendorong teman / relasi saya untuk menggunakan layanan perusahaan ini, ke- tika saya menceritakan perusahaan ini ke- pada orang lain, saya cenderung menceri- takan secara detail. Untuk variabel loyalitas konsumen menggunakan empat indikator (Zeithaml 1996 dalam Chiou et al. 2002): saya mempertimbangkan perusahaan ini sebagai pilihan pertama saya untuk mem- peroleh layanan, saya bersedia mengguna- kan layanan perusahaan ini di masa akan datang, saya lebih memilih perusahaan ini dibanding perusahaan lainnya, jika saya ada waktu saya berkeinginan untuk meng- gunakan jasa perusahaan lain.

Jumlah Sampel dan Desain Sampel. Pada penelitian ini menggunakan sampel sejumlah 233 responden. Jumlah sam- pel tersebut dipilih berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Chiou et al. (2002), maka sampel yang dipakai dalam penelitian ini sebesar 233 sampel. Metode pengambilan sampel yang digunakan ada- lah non-probability sampling Metode sampel non probabilitas dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Dengan demikian, pada penelitian ini terdapat beberapa kriteria yang digunakan dalam pengambilan sampel. Pertama, yang menjadi responden peneli- tian adalah mahasiswa/i UPH yang pernah menggunakan jasa pusat kebugaran Ce- lebrity Fitness cabang Supermal Karawaci dalam satu bulan terakhir. Celebrity Fitness cabang Supermal Karawaci dipilih berdasar- kan hasil dari penelitian eksplorasi yang sebelumnya telah dilakukan oleh peneliti un- tuk mengetahui pusat kebugaran yang pal- ing sering responden gunakan. Sedangkan perhitungan satu bulan terakhir adalah ber- dasarkan hasil penelitian eksplorasi yang di- lakukan pada 50 responden, dan diperoleh sebanyak 23 responden menggunakan jasa pusat kebugaran Celebrity Fitness cabang Supermal Karawaci dalam satu bulan tera- khir. Selain itu, peneliti juga membatasi usia responden yang berhak mengisi kuisioner yaitu responden yang berusia 18-25 tahun agar tercipta homogenitas responden.

Analisis Data. Metode structural equa- tion modeling (SEM) digunakan pada pe- nelitian ini. SEM memiliki dua jenis model yaitu model struktural ( structural model) dan model pengukuran (measurement model). Model pengukuran dapat dilakukan dengan

Memprediksi Loyalitas ….......... ( Melva Lasmaria M &Sabrina ) Memprediksi Loyalitas ….......... ( Melva Lasmaria M &Sabrina )

ed item-total correlation diatas 0,5. gan variabel. Sedangkan model struktural

Pada penelitian ini selain menggunakan digunakan untuk menggambarkan hubun-

Cronbach Alpha dan corrected item-total cor- gan-hubungan yang ada di antara variabel-

relation, untuk mengukur reliabilitas dalam variabel laten. Di dalam analisis SEM ini ter-

SEM akan digunakan composite reliability dapat kriteria – kriteria tertentu agar suatu

measure (ukuran reliabilitas komposit) dan model SEM dapat dikatakan sesuai dan

variance extracted measure (ukuran ekstrak dapat digunakan. Menurut Arbuckle (1997),

varian). Komposit reliabilitas yang bertujuan kriteria-kriteria model persamaan struktural

untuk mengukur kekuatan hubungan antara yang baik adalah Root Mean Square Error

variabel teramati dan variabel laten secara of Approximation atau RMSEA, Goodness

bersama (Joreskog dan Sorbom 1996 dalam of Fit Index atau GFI, Adjusted GFI.

Chang dan Chelladurai 2003, 76). Mengacu pada pendapat Olorunniwo, Hsu, dan Udo

HASIL DAN PEMBAHASAN

(2006, 65) yang menyatakan bahwa nilai

Hasil Uji Korelasi

komposit reliability (konstruk reliability) sama Uji korelasi dilakukan untuk mengetahui

dengan nilai Cronbach Alpha. Sedangkan apakah terjadi multikolinearitas antar varia-

ekstrak varian mencerminkan jumlah varian bel. Multikolinearitas merupakan situasi di

keseluruhan dalam indikator-indikator yang mana dua atau lebih variabel independen

dijelaskan oleh variabel laten (Wijanto 2008, memiliki tingkat korelasi yang tinggi yaitu

66). Nilai ekstrak varian yang tinggi menun- dengan nilai 0,80 (Cooper dan Schindler

jukkan bahwa indikator-indikator itu telah 2006). Terjadinya multikolinearitas dapat

mewakili secara baik konstruk laten yang mengakibatkan sulitnya mengidentifikasi

dikembangkan. Menurut Ferdinand (2002, pengaruh dari masing-masing variabel dis-

63) nilai variance extracted pada tingkat pal- ebabkan adanya interrelationship antar vari-

ing sedikit 0,50.

abel. Mulyono (2003) berpendapat bahwa Pada hasil penelitian aktual ini, dika- pedoman sederhana yang menunjukkan

takan andal karena nilai Cronbach Alpha tingkat korelasi tinggi atau lemah adalah jika

dan reliabilitas konstruk berada di atas 0,70 angka korelasi berada diatas 0,5 mengacu

yaitu berkisar 0,803 sampai dengan 0,834. pada hubungan atau korelasi yang cukup

Sedangkan nilai corrected item-total corre- kuat antara variabel yang ada. Pada hasil

lation dan nilai AVE berada di atas 0,5 yaitu studi pendahuluan tidak terjadi multikolin-

berkisar 0,581 sampai dengan 0,682. earitas karena seluruh nilai korelasi dibawah 0,80 yaitu berkisar 0,109 sampai dengan

Hasil Uji Validitas

0,527. Begitu pula dengan hasil uji kore- Validitas adalah suatu ukuran yang lasi pada penelitian aktual dibawah terlihat

menunjukkan tingkat keabsahan suatu kue- bahwa tidak terjadi multikolinearitas antar

sioner dan juga dapat menunjuk sejauh variabel karena besar nilai korelasi tidak ada

mana suatu alat mampu mengukur apa yang yang melebihi angka 0,80.

seharusnya diukur (Aaker et al. 2004, 303). Pada penelitian ini, mengacu pada Hair et

Hasil Uji Keandalan

al. (2006, 137) terdapat tiga bentuk uji va- Uji keandalan diukur dengan mengguna-

liditas yang dapat diterima. Pertama adalah kan metode Cronbach Alpha dengan meli-

validitas isi ( content validity). Validitas isi te- hat nilai dari Cronbach Alpha dan Corrected

lah tercapai karena telah diperikas oleh para item-total correlationnya. Menurut Hair et

ahli (dalam hal ini oleh dosen pembimbing). al. (2006, 137) menyatakan bahwa apabila

Kedua, validitas konstruk ( construct va- nilai Cronbach’s alpha diatas 0,7 maka me-

lidity). Validitas konstruk dapat dinilai melalui nandakan variabel tersebut andal. Sedan-

validitas konverjen dan validitas diskriminan. gkan corrected item-total correlation untuk

Uji validitas terhadap validitas konverjen da- mengetahui apakah indikator dalam setiap

pat dilakukan dengan metode analisis faktor variabel dapat diandalkan dengan nilai mini-

(factor analysis). Analisis faktor terdiri dari mal 0,5 (Hair et al. 2006, 137). Pada hasil

exploratory factor analysis (EFA) dan confir- studi pendahuluan dinyatakan andal karena

matory factor analysis (CFA). Menurut Hair

EKOBIS Vol.12, No.1, Januari 2011 :

40 - 57

Tabel 1. Hasil Analisis Faktor Konfirmatori

et al. (2006, 128), loading dapat ditentukan yang ada mengelompok pada salah satu berdasarkan jumlah sampel yang diguna-

komponen sehingga tercapailah validitas kan. Pada penelitian studi pendahuluan,

Dokumen yang terkait

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

ANALISIS ISI LIRIK LAGU-LAGU BIP DALAM ALBUM TURUN DARI LANGIT

22 212 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

PROSES KOMUNIKASI INTERPERSONAL DALAM SITUASI PERTEMUAN ANTAR BUDAYA STUDI DI RUANG TUNGGU TERMINAL PENUMPANG KAPAL LAUT PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA

97 602 2

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25