Pengaruh musik terhadap produktivitas perusahaan furniture (studi kasus: UD. Wanamulya, desa Dagen, Karanganyar)

PENGARUH MUSIK TERHADAP PRODUKTIVITAS PERUSAHAAN FURNITURE

( Studi Kasus: UD. Wanamulya, Desa Dagen, Karanganyar )

Skripsi

Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

NOVA APRIYANA

I 1304025

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 DAFTAR ISI

4.1.1 Alur Proses Produksi……………………………………… IV-1

4.1.2 Data Karyawan…………………………………………… IV-

4.2 Pengolahan Data…..……………………………………………….. IV-3

4.2.1 Perhitungan Waktu Produksi.............................................. IV-3

4.2.2 Perbandingan Produktivitas Tanpa Musik dan Dengan Musik.................................................................... IV-5

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

5.1 Analisis Perbandingan Produksi Awal dan Produksi akhir.................... V-1

5.1.1. Analisis Waktu Proses dan Jumlah Kursi…………………… V-1 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan…………………………………………………………. VI-1

6.2 Saran………………………………………………………………... VI-1 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

Lampiran A : Produk Kursi Kobra UD.Wanamulya

A BSTRA K

Nova Apriyana, NIM : I 1304025, PENGA RUH M USIK TERHADAP PRODUKTIV ITA S PERUSA HAA N FURN ITURE (Studi Kasus: UD.

W anamulya, Desa Dagen, Karanganyar), Skripsi, Surakarta : Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret, April 2010.

Pekerjaan pembuatan furniture di UD.Wanamulya merupakan pekerjaan yang mono ton. Pekerjaan monoton adalah pekerjaan yang berulang dan terpusat pada beberapa kegiatan yang tidak luas jangkauannya. Pekerjaan mo noto n seperti ini dapat menyebabkan timbulnya kelelahan yang berakibat menurunnya produktivitas perusahaan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan apakah ada pengaruh dari musik terhadap tingkat produktivitas perusahaan saat melaksanakan pekerjaan pembuatan furniture. Adapun jenis musik yang diteliti terdiri dari dua jenis musik yaitu musik pop musik dangdut dan yang dibandingkan juga dengan produktivitas tanpa musik. Pekerjaan yang menjadi obyek penelitian ini adalah pekerjaan pembuatan kursi kobra di UD.Wanamulya.

Hasil penelitian tingkat produktivitas sebelum mendengarkan musik di UD.Wanamulya diketahui bahwa waktu baku dalam pembuatan

kursi 13 jam 41 kursi dan jumlah kursi yang dapat terselesaikan selama empat hari sebanyak satu buah, setelah mendengarkan musik po p di UD.Wanamulya diketahui bahwa waktu baku dalam pembuatan kursi 14 jam 30 menit dan jumlah kursi yang dapat terselesaikan selama empat hari sebanyak satu kursi, dan setelah mendengarkan musik dangdut di UD.Wanamulya diketahui bahwa waktu baku dalam pembuatan kursi 12 jam 04 menit dan jumlah kursi yang dapat terselesaikan selama empat hari sebanyak dua kursi.

Kata kunci : waktu baku, pro duktivitas, pekerjaan mo noto n, jenis musik

xiv+43 halaman; 6 gambar; 6 tabel; 1 lampiran Daftar pustaka: 17(1979 – 2009)

A BSTRACT

Nova Apriyana, NIM : I 1304025, INFLUENCE OF M USIC ON THE COM PA NY FURNITURE PRODUCTIV ITY (Case Study: UD. W anamulya, Dagen Village, Karanganyar), Thesis, Surakarta: Industrial Engineering Department, Sebelas Maret University, A pril 2010.

Furniture making taks in UD.Wanamulya is a mo noto ne taks. Monoto ny task is mono tono us and concern o n several activities that are not wider scope. Monotony of a taks like this can cause the fatigue that result in decreasing productivity of the company. The purpo se of this study was to determine whether there was an effect of music o n the level of productivity of the company when carrying out the furniture making taks. The music that investigated consists of two types music that is dangdut music, and pop music are compared also with pro ductivity without music. The taks to be the object of this research is making kobra seats jobs in UD.Wanamulya.

Results o f research productivity level before listening music in UD.Wanamulya kno wn that the time to making the seats 13 hours 41 minutes and the number of seats that can be reso lved during the four days of a one seats, after listening po p music in UD.Wanamulya kno wn that the time to making seats 14 hours 30 minutes and the number of seats that can

be resolved during the four-day total o f one seats, and after listening dangdut music in UD.Wanamulya known that the time to making the seats 12 hours 04 minutes and the number of seats that can be resolved over four days by the two seats.

Keywords : standard time, productivity, mo noto nous work, kind of music Keywords : standard time, productivity, mo noto nous work, kind of music

BA B I PENDA HULUA N

Dalam bab ini akan diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan latar belakang, perumusan masalah, tujuan, dan manfaat bekerja tanpa mendengarkan

musik. Uraian selengkapnya mengenai hal–hal yang mendasari penelitian akan dijelaskan secara rinci dalam sub bab berikut ini.

1.1 LA TAR BELAKA NG Manusia akan mampu melaksanakan kegiatannya dengan baik dan mencapai hasil yang optimal apabila lingkungan kerjanya mendukung. Kondisi kualitas lingkungan yang baik akan memberikan rasa nyaman dan sehat yang mendukung kinerja dan pro duktivitas manusia (A . Hedge dan M. Navai, 2003 ).

Pekerjaan manusia dalam suatu perusahaan akan sangat berpengaruh terhadap produktivitas perusahaan secara keseluruhan. Dalam pekerjaan yang dilakukan secara manual, manusia memegang peran utama yang akan menentukan output pekerjaan tersebut. Pada umumnya pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan manusia bersifat monoton, dimana pekerjaan tersebut dilakukan secara berulang dan terus menerus tanpa adanya variasi. Pekerjaan yang dilakukan secara monoton akan mengakibatkan kelelahan secara psikologis. Kelelahan akan mengakibatkan pekerja mengalami perlemahan aktivitas, perlemahan motivasi dan kelelahan fisik akibat psikologis (Sutalaksana, 1979).

Kondisi tersebut dapat menyebabkan turunnya semangat kerja manusia yang dapat berakibat pada menurunnya produktivitas perusahaan secara keseluruhan. Pada pekerjaan yang melibatkan proses fisik, kondisi ini bisa menyebabkan stres kerja dan berkuranganya semangat kerja dalam melakukan pekerjaan. Hal ini akan Kondisi tersebut dapat menyebabkan turunnya semangat kerja manusia yang dapat berakibat pada menurunnya produktivitas perusahaan secara keseluruhan. Pada pekerjaan yang melibatkan proses fisik, kondisi ini bisa menyebabkan stres kerja dan berkuranganya semangat kerja dalam melakukan pekerjaan. Hal ini akan

UD.WANAMULYA termasuk perusahaan yang bergerak dibidang industri pembuatan furniture. Produk yang dihasilkan antara lain: meja, kursi, dan lemari. Pembuatan produk tersebut saat ini masih dilakukan secara manual, sehingga perusahaan memerlukan banyak tenaga kerja. Untuk itu perusahaan perlu memikirkan kualitas lingkungan kerja yang mendukung produktivitas kerja.

Persaingan antar perusahaan yg semakin ketat, khususnya pada industri furniture menuntut pekerjaan di UD. Wanamulya membutuhkan semangat kerja dan konsentrasi tinggi agar dapat menghasilkan produk dengan kualitas baik. UD. Wanamulya memiliki 18 karyawan pada bagian produksi, jam kerja di UD. Wanamulya selama 7 jam dengan waktu istirahat 30 menit dalam satu hari.

Berdasarkan jumlah karyawan dan jam kerja tersebut, UD.Wanamulya memiliki standar dalam menyelesaikan satu buah kursi selama 13 jam sehingga dapat memenuhi permintaan pasar sebanyak 13-15 kursi setiap bulannya. Tingkat produktivitas di UD.Wanamulya saat ini masih rendah, hal ini ditandai dengan memproduksi satu buah kursi selama 13 jam 26 menit sehingga tidak dapat memenuhi standar yang telah ditetapkan perusahaan.

Salah satu usaha untuk meningkatkan produksinya adalah dengan penggunaan musik selama bekerja. Penelitian mengenai pengaruh musik terhadap produktivitas telah diteliti oleh Budi Purnomo (2003) yang menghasilkan bahwa penggunaan musik di lingkungan kerja dapat mengurangi pengaruh suara yang mengganggu dengan tujuan agar pekerja merasa lebih rileks dalam melakukan pekerjaan yang berdampak pada meningkatnya pro duktivitas kerjanya.

Untuk itu dalam penilitian ini akan dilakukan penggunaan musik terhadap produktivitas pembuatan kursi di UD.Wanamulya.

1.2 PERUM USA N M A SALAH

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang dikemukakan pada sub bab sebelumnya, maka diharapkan penelitian ini mengetahui jenis musik apakah yang menghasilkan produktivitas terbesar di UD.WA NAMULYA ?

1.3 TUJUA N PENELITIA N Tujuan penelitian ini adalah menentukan jenis musik yang diperdengarkan untuk meningkatkan produktivitas pembuatan kursi di UD.WA NAMULYA .

1.4 M ANFA A T PENELITIAN

Sesuai dengan tujuan penelitian di atas, maka manfaat yang diharapkan adalah perusahaan mengetahui dalam menentukan jenis musik apakah yang menghasilkan produktivitas terbesar di UD.Wanamulya.

1.5 BATA SA N PENELITIAN

Agar tujuan dalam studi lapangan ini tercapai, maka diperlukan batasan- batasan :

1. Jenis musik yang diteliti pengaruhnya adalah musik pop dan dangdut.

2. Waktu penelitian untuk satu jenis musik adalah empat hari.

1.6 ASUM SI PENELITIA N

menyederhanakan kompleksitas permasalahan yang diteliti. Asumsi-asumsi yang digunakan adalah:

A sumsi penelitian

diperlukan

untuk

1. Karyawan bekerja secara normal dan wajar seperti biasanya.

2. Pembacaan alat ukur selama pengambilan data valid.

3. Semua peralatan yang digunakan dalam kondisi baik dan mendukung pelaksanaan penelitian.

1.7 SISTEM A TIKA PENULISA N

Sistematika penulisan dibuat agar dapat memudahkan pembahasan penyelesaian masalah dalam penelitian dan isi pokok dari laporan Tugas Akhir ini. Penjelasan mengenai sistematika penulisan adalah sebagai berikut:

Bab I : Pendahuluan

Dalam bab ini diuraikan gambaran singkat mengenai penelitian yang dilakukan yang diuraikan dalam bentuk latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II : Tinjauan Pustaka

Bab ini berisi studi literatur yang mendukung penelitian. Studi literatur tersebut antara lain berupa buku, jurnal, hasil-hasil penelitian terdahulu maupun artikel-artikel yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan.

Bab III : Metodologi Penelitian

Bab ini berisi langkah-langkah pemecahan masalah dalam penelitian yang dilakukan. Tahap-tahap penelitian dimulai dari tahap studi literatur, tahap pengumpulan dan pengolahan data, tahap analisis hingga tahap penarikan kesimpulan dan saran. Uraian secara terperinci mengenai masing-masing tahap terdapat pada bab ini. Dalam bab ini juga diuraikan langkah-langkah dalam melakukan penelitian.

Bab IV : Pengumpulan dan Pengolahan Data

Bab ini membahas mengenai pro ses pengumpulan dan pengolahan data hasil perbandingan produktivitas kursi sebelum mendengarkan Bab ini membahas mengenai pro ses pengumpulan dan pengolahan data hasil perbandingan produktivitas kursi sebelum mendengarkan

Bab V : Analisis dan Interpretasi Hasil

Bab ini membahas mengenai analisis hasil pengolahan data dan interpretasi hasil penelitian.

Bab VI : Kesimpulan dan Saran

Bab ini menguraikan target pencapaian dari tujuan penelitian dan kesimpulan yang diperoleh dari pembahasan bab-bab sebelumnya. Bab ini juga menguraikan saran dan masukan bagi penelitian selanjutnya.

BA B II TINJA UA N PUSTAKA

Bab ini berisi konsep-konsep dan teori-teori yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan. Dengan demikian analisis tidak akan meluas ke arah yang tidak sesuai dengan topik. Hal ini untuk menghindari subyektivitas peneliti dan hanya didasarkan cara berpikir yang obyektif.

2.1. DA TA UM UM PERUSAHAA N

2.1.1. Visi dan M isi UD W ANA M ULYA

1. Visi Menjadi ho me industri pembuatan kerangka dan perakitan furniture yang maju didaerah jawa tengah dan karanganyar khususnya

2. Misi

a. Membuat furniture bermutu dengan citra merek yang kuat dan harga yang lebih bersaing dibanding produk kompetito r lainnya.

b. Dengan senantiasa berlandaskan falsafah dan nilai-nilai perusahaan mengabdi untuk membangun sebuah o rganisasi kelas satu yang secara b. Dengan senantiasa berlandaskan falsafah dan nilai-nilai perusahaan mengabdi untuk membangun sebuah o rganisasi kelas satu yang secara

2.1.2. Sejarah dan Perkembangan UD W ANA M ULYA

UD WA NA MULYA berawal dari usaha keluarga yang dirintis oleh bapak Wana pada tahun 1983. Perusahaan itu berlokasi di Desa Dagen Rt

01 Rw 10, kelurahan Dagen, kecamatan Jaten, Karanganyar untuk memeproduksi kerangka meja atau kursi saja. Perkembangan perusahaan setelah dipegang oleh generasi kedua dalam melakukan pengembangan baik dalam wilayah pasar, produk maupun kualitas membuat perusahaan dalam waktu singkat mampu menambah jumlah produksi sehingga meningkatkan pendapatan perusahaan tersebut. Setelah dipegang oleh bapak Sunarto kemudian perusahaan itu berganti nama menjadi UD WA NA MULYA dengan jumlah karyawan saat ini sebanyak 21 o rang

2.1.3. Jenis Produk

UD WA NA MULYA memproduksi produk furniture berupa pembuatan kerangka meja, lemari atau kursi pada khususnya, UD WANA MULYA juga sanggup melayani pembuatan furniture hingga menjadi produk jadi kerena pada perusahaan tersebut juga tersedia stasiun finishing dan perakitan yang didukung tenaga kerja ahli dalam bidang tersebut.

2.1. LA NDASAN TEORI

2.2.1. Pengertian Ergonomi

Ergonomi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani yaitu ergos yang berarti kerja dan nomos yang berarti hukum alam. Definisi dari kata ergonomi sangat bermacam-macam. Menurut Sutalaksana (1979), ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai Ergonomi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani yaitu ergos yang berarti kerja dan nomos yang berarti hukum alam. Definisi dari kata ergonomi sangat bermacam-macam. Menurut Sutalaksana (1979), ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai

Manfaat dan tujuan penerapan ilmu ini untuk mengurangi ketidaknyamanan pada saat bekerja. Dengan demikian ergonomi berguna sebagai media pencegah terhadap kelelahan kerja sedini mungkin sebelum nantinya berakibat kronis yang fatal. Di A merika istilah ini lebih dikenal sebagai Human Factors Engineering atau Human Engineering. Demikian pula ada banyak istilah lainnya yang secara praktis mempunyai maksud yang sama seperti Biomechanis, Bio-technology, Engineering Psychology atau Arbekswissensscbaft (Jerman) (Nurmianto 1996).

Dengan demikian terlihat jelas bahwa ergo nomi adalah suatu keilmuan

yang multidisiplin, karena disini akan mempelajari pengetahuan dan ilmu kehayatan (kedokteran, biologi), ilmu kejiwaan (psichologi) dan kemasyarakatan (so siologi). Pada prinsipnya disiplin ergo nomi akan mempelajari apa akibat-akibat jasmani, kejiwaan dan so sial, teknolo gi dan pro duk terhadap manusia melalui interaksi manusia dengan tekno logi dan produknya, sehingga dimungkinkan rancangan sistem manusia-mesin yang optimal.

Ergonomi adalah ilmu yang memanfaatkan informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatsan manusia untuk merancang sistem kerja. Aplikasi ergonomi dapat dilaksanakan dengan prinsip pemecahan masalah, dimana tahap awal adalah identifikasi masalah yang sedang dihadapi. Hal ini dapat dilakukan dengan mengumpulkan sebanyak mungkin informasi. Langkah selanjutnya adalah menentukan prioritas masalah; masalah yang paling mencolok harus ditangani lebih dahulu. Ergonomi sendiri mencakup :

 Anthropometri  Ruang iklim

 Display  Biomekanik  Fisiologi

2.2.2. Ergonomi dan Pengaruhnya dalam Pekerjaan

Memasuki era perdagangan bebas, setiap perusahaan dituntut untuk dapat selalu meningkatkan daya saingnya agar bisa tangguh menghadapi persaingan. Oleh karena itu diperlukan kemampuan pengelolaan sumber daya perusahaan secara efisien dan efektif agar dapat memberikan hasil maksimal bagi perusahan. Usaha untuk mengelola perusahaan dengan baik, terutama untuk perusahaan skala kecil dan menengah antara lain dengan peningkatan produktivitas tenaga kerja. Sedangkan produktivitas tenaga kerja perusahaan dapat meningkat apabila kondisi dan suasana kerja mendukung. Untuk itulah diperlukan penerapan ergonomidalam merancang sistem kerja dan lingkungan kerja.

Penerapan prinsip-prinsip ergonomi secara tepat pada perusahaan akan menghasilkan manfaat-manfaat antara lain:

a. Meningkatkan unjuk kerja, seperti: menambah kecepatan kerja, ketepatan, keselamatan, mengurangi energi serta kelelahan yang berlebihan.

b. Mengurangi waktu, biaya pelatihan dan pendidikan.

c. Mengoptimalkan pendayagunaan sumber daya manusia melalui peningkatan keterampilan yang diperlukan.

d. Mengurangi waktu yang terbuang sia-sia dan meminimalkan kerusakan peralatan yang disebabkan kesalahan manusia.

e. Meningkatkan kenyamanan karyawan dalam bekerja. Bila kelima kondisi tersebut dapat tercapai, maka efisiensi dan produktivitas kerja perusahaan akan meningkat.

2.2.3. Kelelahan

Kelelahan menurut Sutalaksana (1979) merupakan suatu pola yang timbul pada suatu keadaan yang secara umum terjadi pada setiap individu yang telah tidak sanggup lagi untuk melakukan aktivitasnya. Pada dasarnya pola ini Kelelahan menurut Sutalaksana (1979) merupakan suatu pola yang timbul pada suatu keadaan yang secara umum terjadi pada setiap individu yang telah tidak sanggup lagi untuk melakukan aktivitasnya. Pada dasarnya pola ini

Kelelahan fisiologis adalah kelelahan yang timbul karena adanya perubahan-perubahan fisiologis dalam tubuh. Dalam tubuh manusia terdapat lima macam mekanisme yaitu sistem peredaran, sistem pencernaan, sistem otot, sistem syaraf dan sistem pernapasan. Kerja fisik yang kontinu akan berpengaruh pada mekanisme di atas baik secara sendiri-sendiri maupun sekaligus. Kelelahan terjadi karena terkumpulnya produk-produk sisa dalam otot dan peredaran darah. Produk- produk sisa ini mempengaruhi aktivitas otot dan sistem syaraf pusat yang menyebabkan manusia bekerja dengan lambat saat lelah.

Gambar 2.1. Kecepatan konsumsi oksigen sebelum, selama dan sesudah bekerja

Kelelahan psikologis dapat dikatakan sebagai kelelahan palsu. Kelelahan ini timbul dalam perasaan orang yang bersangkutan dan terlihat dengan tingkah lakunya atau pendapat-pendapatnya yang tidak konsekwen lagi serta jiwanya yang labil dengan adanya perubahan, walaupun sedikit, dalam kondisi lingkungan atau kondisi tubuhnya. Sebab-sebab kelelahan ini bisa diakibatkan oleh beberapa hal, diantaranya kurang minat dalam pekerjaan, pekerjaan yang monoton, keadaan lingkungan, hukum moral yang mengikat, sebab-sebab mental seperti tanggung jawab, kekuatiran, dan konflik-konflik. Pengaruh-pengaruh ini seakan-akan terkumpul dalam tubuh (benak) dan menimbulkan rasa lelah.

Keadaan dan perasaan kelelahan ini timbul karena adanya reaksi fungsionil dari pusat kesadaran, yaitu cortex cerebri yang bekerja atas pengaruh Keadaan dan perasaan kelelahan ini timbul karena adanya reaksi fungsionil dari pusat kesadaran, yaitu cortex cerebri yang bekerja atas pengaruh

Gambar 2.2. Sistem penghambat dan penggerak kelelahan

Gejala-gejala atau perasaan kelelahan ditandai dengan:

1. Adanya perlemahan kegiatan, antara lain: perasaan berat di kepala, menjadi lelah seluruh badan, kaki terasa berat, menguap, pikiran merasa kacau, mengantuk, mata terasa berat, kaku dan canggung dalam gerakan, tidak seimbang dalam berdiri dan merasa ingin berbaring.

2. Adanya perlemahan motivasi, antara lain: merasa sulit berpikir, lelah berbicara, menjadi gugup, tidak dapat berkonsentrasi, tidak dapat mempunyai perhatian terhada sesuatu, cenderung untuk lupa, kurang kepercayaan, cemas terhadap sesuatu, tidak mengontrol sikap dan tidak dapat tekun dalam pekerjaan.

3. Kelelahan fisik akibat psikologis, antara lain: sakit kepala, kekakuan bahu, merasa nyeri di punggung, pernapasan merasa tertekan, haus, suara serak, 3. Kelelahan fisik akibat psikologis, antara lain: sakit kepala, kekakuan bahu, merasa nyeri di punggung, pernapasan merasa tertekan, haus, suara serak,

Kelelahan dalam bekerja baik kelelahan fisik maupun kelelahan psikologis dapat dikurangi dengan beberapa cara dibawah ini, antara lain:

1. Sediakan kalori secukupnya sebagai input bagi tubuh.

2. Bekerja dengan menggunakan metode kerja yang baik.

3. Memperhatikan kemampuan tubuh.

4. Memperhatikan waktu kerja yang teratur antara lain dengan melakukan pengaturan terhadap jam kerja, waktu istirahat dan sarana-sarananya, masa libur, rekreasi dan lain-lain.

5. Mengatur lingkungan fisik sebaik-baiknya, seperti temperature, kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan, getaran, bau atau wangi-wangian dan lain-lain.

6. Berusaha untuk mengurangi monotoni dan ketegangan-ketegangan akibat kerja, misalnya dengan menggunakan warna dan dekorasi ruangan kerja, menyediakan musik, menyediakan waktu-waktu olah raga dan sebagainya.

2.2.4. Bunyi

Bunyi adalah feno mena fisis berbentuk gelo mbang longitudinal yang merambat melalui medium sehingga sampai ke telinga mengikuti garis lurus kecuali ada peredam atau dialihkan arahnya (Halliday dan Resnick, 1978) . Mediumnya dapat berupa zat padat, cair dan gas. . Kualitas bunyi akan sangat ditentukan oleh intensitas dan frekuensi bunyi. Frekuensi mengacu pada tinggi nada, tinggi atau rendahnya kualitas suara dan diukur dalam satuan Hz, yang menyatakan jumlah daur per detik dimana gelombang bergetar. Semakin tinggi suatu nada semakin cepat getarannya, semakin rendah suatu nada semakin lambat getarannya. Telinga no rmal dapat menangkap bunyi yang memiliki frekuensi 16 – 20000 Hz. Ambang pendengaran manusia bervariasi, bergantung pada kebudayaan dan lingkungan. A mplitudo bunyi diperoleh dengan mengukur so und pressure level (SPL). Range SPL untuk Bunyi adalah feno mena fisis berbentuk gelo mbang longitudinal yang merambat melalui medium sehingga sampai ke telinga mengikuti garis lurus kecuali ada peredam atau dialihkan arahnya (Halliday dan Resnick, 1978) . Mediumnya dapat berupa zat padat, cair dan gas. . Kualitas bunyi akan sangat ditentukan oleh intensitas dan frekuensi bunyi. Frekuensi mengacu pada tinggi nada, tinggi atau rendahnya kualitas suara dan diukur dalam satuan Hz, yang menyatakan jumlah daur per detik dimana gelombang bergetar. Semakin tinggi suatu nada semakin cepat getarannya, semakin rendah suatu nada semakin lambat getarannya. Telinga no rmal dapat menangkap bunyi yang memiliki frekuensi 16 – 20000 Hz. Ambang pendengaran manusia bervariasi, bergantung pada kebudayaan dan lingkungan. A mplitudo bunyi diperoleh dengan mengukur so und pressure level (SPL). Range SPL untuk

Ciri lain dari bunyi adalah warna nada (timbre), yaitu cirri suara atau instrumen yang membedakannya dari yang lain-lain tanpa membedakan tinggi atau intensitasnya. Tidak ada skala ilmiah untuk mengukur warna nada, meskipun warna nada terutama merupakan fungsi bentuk gelombang. Istilah-istilah subyektif yang mirip dengan istilah rasa (“ kaya” , “ hidup” , “ hambar” , “ pengap” , “ cerah” ) sering digunakan untuk melukiskan warna nada. Rupa dan bentuk yang dapat diciptakan oleh bunyi tidak terbatas dan dapat divariasi cukup dengan mengubah tinggi nada, harmonic tone, dan bahan yang bergetar. A pabila ditambahkan kord, hasilnya dapat menghasilkan sesuatu yang indah

2.2.5. Telinga Manusia dan Pendengaran

Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya bunyi o leh daun telinga dalam bentuk gelo mbang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke ko klea. Telinga manusia merupakan saluran terbuka di bagian luar, dan bersatu dengan tulang tengkorak. Di bagian dalam terdapat gendang telinga atau membran timpani. Membran ini memisahkan saluran telinga luar dengan bagian tengah. Telinga bagian tengah dihubungkan dengan tenggorokan melalui corong eustachius, sehingga Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya bunyi o leh daun telinga dalam bentuk gelo mbang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke ko klea. Telinga manusia merupakan saluran terbuka di bagian luar, dan bersatu dengan tulang tengkorak. Di bagian dalam terdapat gendang telinga atau membran timpani. Membran ini memisahkan saluran telinga luar dengan bagian tengah. Telinga bagian tengah dihubungkan dengan tenggorokan melalui corong eustachius, sehingga

Telinga bagian tengah mempunyai tiga tulang, yaitu tulang martil, landasan, dan sanggurdi. Ketiga tulang ini membentuk rangkaian yang melintang dalam telinga tengah tersebut. Rangkaian ini bersatu dengan membran timpani. Pada bagian akhir telinga tengah, tulang sanggurdi bersatu dengan membran, yang disebut dengan tingkap bundar. Tingkap bundar ini menutupi telinga bagian dalam.

Telinga bagian dalam tersusun atas dua bagian penting, yaitu rumah siput dan saluran gelung. Rumah siput merupakan saluran spiral yang menyerupai rumah siput. Saluran ini berisi cairan dan permukaan dalamnya merupakan tempat bermuara saraf. Ujung-ujung saraf sangat peka oleh getaran yang ditimbulkan oleh cairan tersebut. Semua ujung saraf ini menyatu membentuk saraf pendengar. Saraf ini menghubungkan rumah siput dengan o tak. Salu:an gelung terdiri dari tiga saluran yang saling terkait, mempunyai peranan dalam menjaga keseimbangan.

Semua kegaduhan atau suara berisik pada dasarnya merupakan getaran. A pabila suatu obyek bergetar di udara, maka secara mekanik akan menggerakkan molekul-molekul udara. Sebagai akibat getaran oleh obyek tertentu di udara atau oleh medium tertentu, maka timbullah gelombang suara. Apabila gelombang suara sampai pada telinga kita, maka gelombang suara ini akan masuk ke telinga bagian luar timpani. Gelombang suara ini menggetarkan membran, dan kemudian tulang martil, dan selanjutnya landasan dan sanggurdi ikut bergetar. A khirnya tingkap bundar ikut bergetar juga. Getaran ini akan menggetarkan cairan di dalam rumah siput. Cairan yang bergetar menstimulasi ujung-ujung saraf. Impuls dari ujung saraf ini diteruskan ke saraf pendengar di o tak besar. Kekhususan pola impuls ditentukan oleh pola gelo mbang suara yang diterima. Otak besar menerima impuls ini kemudian menerjemahkannya dan kita mempersepsikannya sebagai suara.

Keseluruham proses mendengar tersebut merupakan proses yang amat kompleks. A pabila ada gangguan dari salah satu rangkaian, maka seseo rang tidak akan dapat mendengar dengan baik. Bahkan apabila gangguan sangat banyak, o rang tidak dapat mendengar sama sekali atau bahkan dapat menjadi tuli.

Kelainan/ gangguan telinga dapat menyebabkan tuli konduktif dan tuli senso rineural (perseptif). Tuli akibat bising (noise induced hearing loss) ialah tuli yang disebabkan oleh bising yang cukup keras dalam jangka awaktu yang cukup lama dan biasanya disebabkan oleh bising lingkungan kerja. Sifat ketuliannya adalah tuli saraf koklea dan umumnya terjadi pada kedua telinga.

Secara umum bising adalah bunyi yang tidak diinginkan. Secara khusus, bising adalah campuran bunyi nada murni dengan berbagai frekuensi. Bising yang intensitasnya 85 dB atau lebih, dapat mengakibatkan kerusakan pada recepto r pendengaran co rti di telinga bagian dalam.

2.2.6. Kebisingan

Polusi suara atau kebisingan dapat didefinisikan sebagai suara yang tidak dikehendaki dan mengganggu manusia. (Lord, Gatley dan Evensen, 1980; Magrad, 1982). Dikatakan tidak dikehendaki karena dalam jangka panjang, bunyi-bunyian akan dapat mengganggu ketenangan kerja, kesehatan dan menimbulkan kesalahan komunikasi, bahkan kebisingan yang serius dapat mengakibatkan kematian. Semakin lama telinga mendengar kebisingan, makin buruk pula dampak yang diakibatkan. (Sutalaksana, 1979), secara psikologis, “ Bising adalah suara yang tidak dikehendaki “ . Bising dapat dibedakan menjadi beberap jenis yaitu : Bising “ steady” , “ fluctuating” , “ intermitted” , serta “ implusive” .

Pengaruh utama kebisingan terhadap kesehatan adalah kerusakan pada indera-indera pendengaran, yang menyebabkan ketulian atau Pengaruh utama kebisingan terhadap kesehatan adalah kerusakan pada indera-indera pendengaran, yang menyebabkan ketulian atau

2.2.7. Sumber-sumber Bising

Sumber bising dalam pengendalian kebisingan lingkungan dapat diklasifikasikan menjadi dua, yakni:

1. Bising Interior

A dalah bising yang berasal dari manusia, alat-alat rumah tangga atau mesin-mesin gedung yang antara lain disebabkan o leh radio , televisi, alat-alat musik, dan juga bising yang ditimbulkan o leh mesin-mesin

yang ada digedung tersebut seperti kipas angin, motor ko mpreso r pendingin, pencuci piring dan lain-lain.

2. Bising Eksterior

A dalah bising yang dihasilkan o leh kendaraan transpo rtasi darat, laut, maupun udara, dan alat-alat ko nstruksi. Dalam dunia industri jenis jenis bising yang sering dijumpai antara lain meliputi:

a. Bising kontinyu dengan jangkauan frekuensi yang luas. Misalkan suara yang ditimbulkan oleh mesin bubut, mesin frais, kipas angin, dan lain-lain.

b. Bising kontinu dengan jangkauan frekuensi yang sempit. Misalkan bising yang dihasilkan oleh suara mesin gergaji, katup gas, dan lain-lain.

c. Bising terputus-putus (intermittent). Misal suara lalu lintas, suara kapal terbang.

d. Bising impulsive seperti pukulan palu, tembakan pistol, dan lain- lain.

Sifat suatu kebisingan ditentukan oleh intensitas suara, frekuensi suara, dan waktu terjadinya kebisingan. Ketiga fakto r diatas juga dapat menentukan tingkat gangguan terhadap pendengaran manusia. A pabila pada suatu kebisingan, intensitas suaranya semakin tinggi maka kebisingan tersebut semakin keras. Kebisingan yang mempunyai frekuensi tinggi lebih berbahaya daripada kebisingan dengan frekuensi lebih rendah.

Dan semakin lama terjadinya kebisingan disuatu tempat, semakin besar akibat yang ditimbulkannya. Disamping itu juga terdapat faktor lain yang perlu diperhatikan dalam melakukan studi tentang kebisingan, faktor tersebut berupa bentuk kebisingan yang dihasilkan, berbentuk tetap/ terus-menerus (steady) atau tidak tetap (intermittent).

Kerusakan pendengaran manusia terjadi karena pengaruh kumulative exposure dari suara diatas intensitas maksimal dalam jangka waktu lebih lama dari waktu yang diijinkan untuk tingkat kebisingan yang hersangkutan.

2.2.8. Pengukuran Tingkat Kebisingan

Sumber kebisingan di perusahaan biasanya berasal dan mesin-mesin untuk proses produksi dan alat-alat lain yang dipakai untuk melakukan pekerjaan. Sumber sumber tersebut harus diidentifikasi agar dapat dipantau sedini mungkin dalam upaya mencegah dan mengendalikan pengaruh paparan kebisingan terhadap pekerja yang terpapar. Dengan demikian penilaian tingkat intensitas kebisingan di perusahaan secara umum dimaksudkan untuk beberapa tujuan yaitu:

 Memperoleh data intensitas kebisingan pada sumber suara.

 Memperoleh data intensitas kebisingan pada penerima suara.  Menilai efektivitas sarana pengendalian kebisingan yang telah ada dan

merencanakan langkah pengendalian lain yang lebih efektif.  Mengurangi tingkat intensitas kebisingan baik pada sumber suara maupun

pada penerima suara sampai batas diperkenankan.  Membantu memilih alat pelindung dan kebisingan yang tepat sesuai dengan jenis kebisingannya. Tingkat tekanan suara dapat diukur dengan bantuan Sound Level Meter. Untuk mengukur bunyi atau bising secara fisik dan untuk menghubungkan pengukuran dengan reaksi subjektif manusia, sound level meter menyediakan karakteristik tanggapan frekuensi yang berbeda-beda dengan memasukkan jala- jala pembobot yang ditandai dengan A, B, dan C. Masing-masing jala pembobot mewakili tingkat bunyi dan beberapa frekuensi tertentu. Gambar 2.3. rnenunjukkan kurva respon relatif dan skala A, B, dan C serta respon karakteristik ambang dengar telinga manusia. Dapat dilihat pada gambar bahwa skala C memberi bobot yang hampir sama untuk semua frekuensi. Skala B dimaksudkan untuk mewakili respon pendengaran manusia dalam intensitas sedang. Skala B jarang digunakan. Skala yang paling sering digunakan adalah skala A. Standar OSHA (Occupational Safety and Health Administration) menetapkan skala ini untuk pengukuran batas tingkat kebisingan dalam kegiatan sehari-h1ani dan Environmental Protection Agency (1974) memilih skala A sebagai skala yang sesuai untuk mengukur tingkat kebisingan lingkungan. Ketiga skala A, B, dan C, skala A paling mendekati untuk memperkirakan respon karakteristik pendengaran manusia.

Sumber: Jenson, 1978

Gambar 2.3. Karakteristik Respon Relatif Sound Level Meter Skala A, B, C

Setelah intensitas dinilai dan dianalisis, selanjutnya hasil yang diperoleh harus dibandingkan dengan standar yang ditetapkan dengan tujuan untuk mengetahui apakah intensitas kebisingan yang diterima oleh pekerja sudah melampaui Nilai Ambang Batas (NAB) yang diperkenankan atau belum. Dengan demikian akan dapat segera dilakukan upaya pengendalian untuk mengurangi dampak pemaparan terhadap kebisingan tersebut. Nilai Ambang Batas kebisingan di tempat kerja berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep. 51/MEN/1999 yang merupakan pembaharuan dan Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja No. O1IMEN/1978, besarnya rata-rata 85 db untuk batas waktu kerja terus- menerus tidak lebih dari 8 jam atau 40 jam seminggu. Besarnya NAB yang ditetapkan tersebut sama dengan NAB untuk negara-negara lain seperti Australia dan Amerika. Selanjutnya apabila tenaga kerja menerima pemaparan kebisingan lebih dan ketetapan tersebut, maka harus dilakukan pengurangan waktu pemaparan seperti pada tabel 2.1.

Tabel 2.1. Batas Waktu Pemaparan Kebisingan Per Hari Kerja Berdasarkan Intensitas Kebisingan yang Diterima Pekerja

Catatan: Tidak boleh terpapar Iebih dari140 dB(A) walaupun sesaat

Sumber: Kepmennaker No. 51 Tahun 1999

2.2.9. Pengaruh Kebisingan

secara umum dapat dikategorikan menjadi dua berdasarkan tinggi rendahnya intensitas kebisingan dan lamanya waktu pemaparan. Pertama, pengaruh pemaparan kebisingan intensias tinggi (diatas NAB) dan kedua, adalah pengaruh pemaparan kebisingan intensitas rendah (di bawah NAB).

Pengaruh pemaparan

kebisingan

a. Pengaruh kebisingan intensitas tinggi

• Pengaruh pemaparan kebisingan intensitas tinggi adalah terjadinya kerusakan pada indera pendengaran yang dapat menyebabkan penurunan daya dengar baik yang bersifat sementara maupun bersifat permanen atau ketulian. Sebelum terjadi kerusakan pendengaran yang permanen, biasanya didahului dengan gangguan pendengaran yang bersifat sementara.

• Pengaruh kebisingan akan sangat terasa apabila jenis kebisingannya terputusputus dan sumber kebisingannya tidak diketahui. • Secara fisiologis, kebisingan dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan gangguan kesehatan seperti: meningkatnya tekanan darah dan tekanan jantung, resiko serangan jantung meningkat, dan gangguan pencernaan.

• Reaksi masyarakat, apabila kebisingan dari suatu proses produksi demikian hebatnya sehingga masyarakat sekitarnya menuntut agar kegiatan tersebut dihentikan.

b. Pengaruh kebisingan intensitas tingkat rendah

Tingkat intensitas kebisingan rendah banyak ditemukan di lingkungan kerja seperti perkanto ran, ruang administrasi perusahaan, dan lain-lain. Intensitas kebisingan yang masih dibawah NAB tersebut secara fisiologis tidak menyebabkan kerusakan pendengaran. Namun demikian, kehadirannya sering dapat menyebabkan penurunan performansi kerja, sebagai salah satu penyebab stres dan gangguan kesehatan lainnya. Stres yang disebabkan karena pemaparan kebisingan dapat menyebabkari terjadinya kelelahan dini, kegelisahan dan depresi. Secara spesifik stres karena kebisingan tersebut dapat menyebabkan antara lain:

 Stres menuju keadaan cepat marah, sakit kepala, dan gangguan tidur.

 Gangguan reaksi psiko motor  Kehilangan konsentrasi.  Penurunan perfo rmansi kerja yang dapat menimbulkan kehilangan

efisiensi dan produktivitas kerja.

2.2.10. Rencana dan Langkah Pengendalian Kebisingan di Tempat

Kerja

Sebelum dilakukan langkah pengendalian kebisingan, langkah pertama yang harus dilakukan adalah membuat rencana pengendalian Sebelum dilakukan langkah pengendalian kebisingan, langkah pertama yang harus dilakukan adalah membuat rencana pengendalian

diiakukan dengan pendekatan

resiko kebisingan. Manajemen resiko yang dimaksud adalah suatu pendekatan yang logik dan sistemik untuk mengendalikan resiko yang mungkin timbul. Langkah manajemen resiko kebisingan tersebut adalah:

• Mengidentifikasi surnber-sumber kebisingan yang berada di tempat kerja.

• Menilai resiko kebisingan yang berakibat serius terhadap penyakit dan cedera akibat kerja. • Mengambil langkah-langkah yang sesuai untuk mengendalikan atau merninimasi resiko kebisingan. Setelah rencana dibuat seksama, langkah selanjutnya adalah melaksanakan rencana pengendalian kebisingan degan dua arah pendekatan, yaitu pendekatan jangka pendek (short-term gain) dan pendekatan jangka panjang (long-term gain) dari hirarki pengendalian. Pada pengendalian kebisingan dengan orientasi jangka panjang, teknik pengendaliannya secara berurutan adalah mengeliminasi sumber kebisingan secara teknik, secara administratif, dan penggunaan alat pelindung diri. Sedangkan untuk orientasi jangka pendek adalah sebaliknya secara berurutan.

a. Eliminasi sumber kebisingan  Pada teknik eliminasi ini dapat dilakukan dengan penggunaan

tempat kerja atau pabrik baru sehingga biaya pengendalian dapat diminimalkan.

 Pada tahap tender mesin-mesin yang akan dipakai, harus mensyaratkan maksimum intensitas kebisingan yang dikeluarkan dari mesin baru.

 Pada tahap pembuatan pabrik dan pemasangan mesin, ko nstruksi bangunan harus dapat meredam kebisingan serendah mungkin.

b. Pengendalian kebisingan secara teknik  Pengendalian kebisingan pada sumber suara. Penurunan kebisingan

pada sumber suara dapat dilakukan dengan menutup mesin atau mengiso lasi mesin sehingga terpisah dengan pekerja. Teknik ini dapat dilakukan dengan mendesain mesin memakai remote co ntrol. Selain itu dapat dilakukan redesain landasan mesin dengan bahan anti getaran. Namun demikian teknik ini memerlukan biaya yang sangat besar sehingga dalam prakteknya sulit diimplementasikan.

 Pengendalian kebisingan pada bagian transmisi kebisingan. apabila teknik pengendalian pada sumber suara sulit dilakukan, maka teknik berikutnya adalah dengan memberi pembatas atau sekat antara mesin dan pekerja. Cara lain adalah dengan menambah atau melapisi dinding, plafon, dan lantai dengan bahan penyerap suara.

c. Pengendalian kebisingan secara administrative Apabila teknik pengendalian secara teknik belum memungkinkan untuk dilakukan, maka langkah selanjutnya adalah merencanakan teknik pengendalian , secara administratif. Teknik pengendalian ini lebih

difokuskan. pada manajemen pemaparan. Langkah yang ditempuh adalah dengan mengatur rotasi kerja antara tempat yang bising dengan tempat yang lebih nyaman yang didasarkan pada intensitas kebisingan yang diterima.

d. Pengendalian pada penerima atau pekerja. Teknik

ini merupakan langkah terakhir apabila teknik pengendalian seperti yang telah dijelaskan diatas belum dimungkinkan untuk dilakukan. Jenis pengendalian ini dapat dilakukan dengan pemakaian alat pelindung telinga (tutup atau sumbat telinga). Menurut Pulat (1992) pemakaian sumbat telinga dapat mengurangi kebisingan sebesar 30 dB. Sedangkan tutup telinga dapat mengnrangi kebisingan ini merupakan langkah terakhir apabila teknik pengendalian seperti yang telah dijelaskan diatas belum dimungkinkan untuk dilakukan. Jenis pengendalian ini dapat dilakukan dengan pemakaian alat pelindung telinga (tutup atau sumbat telinga). Menurut Pulat (1992) pemakaian sumbat telinga dapat mengurangi kebisingan sebesar 30 dB. Sedangkan tutup telinga dapat mengnrangi kebisingan

2.2.11. M usik

Kehidupan seseorang tidak akan pernah terlepas dari dunia musik. Tentunya musik yang didengar tidak lewat begitu saja dari diri individu karena musik mempunyai efek pada manusia yang dapat dihubungkan dengan segala sesuatu seperti fisik, emo tional, tingkah laku seseorang pendidikan, imajinasi, kualitatif dan integratif

2.2.12. Pengertian musik Musik adalah rangkaian nada dan ucapan serta dalam cita-cita.

Musik terjadi juga karena suara manusia atau alat musik. Sedangkan Parasita, memberi pengertian musik adalah salah satu budaya dari manusia yang lahir dari perasaan dan hasil ungkapan yang berbentuk ucapan. Musik dapat menimbulkan suasana yang menyenangkan sehingga seseorang akan hanyut o leh alunan suara musik. Menurut Kurth (1995) merupakan kekuatan alam yang berada dalam manusia namun kekuatan alam tersebut tidak mencerminkan alam luar. Maka musik tidak merupakan semacam gambaran alam luar yang ditonjolkan dengan bunyi-bunyi hasil ciptaan dari manusia.

2.2.13. M usik pada M anusia Kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan dari irama, denyut

nadi dan detak jantung manusia pun memiliki irama khusus. Pada manusia otak kanan memiliki peran yaitu mendengarkan musik,

memanfaatkan paduan warna menarik, menciptakan aneka simbol baru, belajar kelompok, teka-teki, humor, lelucon, dan kreativitas. Otak kanan ini menunjukkan aktivitas kerja jika diperdengarkan musik. Otak kiri berperan dalam aktivitas membaca, berhitung, membuat rangkuman, mengerjakan PR, menganalisa, bernalar, dan menghafal. Otak akan bekerja o ptimal bila kedua belahan otak digunakan secara bersama- sama, otak kanan memiliki spesifikasi berfikir dan mengolah data seputar perasaan mosi, seni, dan musik sementara otak kiri berfungsi mengo lah data seputar sains, bisnis, dan pendidikan. Penggunaan o tak kiri spesifikasi cara berpikir yang logis, sekuensial, linear dan rasional. Cirinya yaitu sangat teratur, sangat tepat untuk memikirkan keteraturan dalam berekspresi secara verbal, tulisan, membaca, penempatan data dan fakta. Orang yang menggunakan otak kanannya bersifat acak, tidak teratur, intuitif dan holistik. Ia mewakili cara berfikir non verbal seperti perasaan, emosi, kesadaran spatial, penggunaan bentuk dan pola, musik, seni, kepekaan warna, kreativitas dan visualisasi. Jika kita hanya menggunakan otak kiri sedangkan otak kanan tidak aktif maka mudah timbul perasaan jenuh, bosan dan mengantuk.

Sebagian besar di antara kita menikmati mendengarkan musik tanpa sepenuhnya menyadari pengaruhnya. Apa pun tanggapan kita, musik menghasilkan efek mental dan fisik. Musik memiliki beberapa manfaat yaitu :

1. Musik menutupi bunyi dan perasaan yang tidak menyenangkan. Penggunaan musik di ruang tunggu dan ruang praktek dokter gigi dapat menutupi suara bor dokter gigi dan mengurangi ketegangan pasien yang sedang menjalani perawatan.

2. Musik dapat memperlambat dan menyeimbangkan gelombang otak Memainkan musik di rumah, di kantor atau di sekolah dapat membantu menciptakan keseimbangan dinamis antara belahan otak kiri yang lebih logis dengan belahan otak kanan yang lebih intuitif. Kerja sama di antara kedua belahan otak ini dianggap merupakan landasan suatu kreativitas.

3. Musik mempengaruhi pernapasan.

Pernapasan bersifat ritmis. Dalam keadaan normal manusia bernapas sebanyak dua puluh lima hingga tiga puluh lima kali dalam satu menit. Laju pernapasan yang lebih dalam atau lebih lambat menimbulkan ketenangan, kendali emosi, pemikiran yang lebih dalam, metabolisme yang lebih baik. Pernapasan yang dangkal dan cepat dapat membawa ke pemikiran yang superfisial dan terpecah-pecah, perilaku impulsif, dan kecenderungan untuk melakukan kesalahan. Tempo musik yang lambat atau musik yang bunyinya lebih panjang dan lebih lambat akan memperdalam dan memperlambat pernapasan sehingga memungkinkan pikiran menjadi tenang.

4. Musik mempengaruhi denyut jantung, denyut nadi dan tekanan darah. Denyut jantung manusia menyesuaikan dengan bunyi dan musik yang didengar. Denyut jantung menanggapi variabel-variabel musik seperti frekuensi, tempo dan volume. Denyut jantung cenderung menjadi lebih cepat atau lebih lambat menyamai ritme musik.

5. Musik mempengaruhi ketegangan otot dan memperbaiki gerak dan koordinasi tubuh

Saraf pendengaran menghubungkan telinga dalam dengan semua otot dalam tubuh melalui sistem syaraf otonom. Oleh karena itu kekuatan, kelenturan dan ketegangan otot dipengaruhi oleh bunyi dan getaran. Pada tempat-tempat pemulihan dan terapi musik digunakan secara luas untuk merestrukturisasi dan mempola ulang gerakan-gerakan repetitif.

6. Musik mempengaruhi suhu badan. Semua bunyi dan musik mempunyai pengaruh yang subtil terhadap suhu tubuh dan kemampuan manusia untuk menyesuaikan diri dengan perubahan panas dan dingin. Musik dapat melakukan hal ini dengan mempengaruhi peredaran darah, denyut nadi, pernapasan dan pengeluaran keringat.

7. Musik dapat mengatur hormon-hormon yang berkaitan dengan stress.

8. Musik dapat meningkatkan produktivitas.

2.2.14. M usik dan Pengaruhnya Dalam Pekerjaan Penyebab kelelahan akibat tidak ergo nomisnya kondisi sarana,

prasarana dan lingkungan kerja merupakan fakto r dominan bagi prasarana dan lingkungan kerja merupakan fakto r dominan bagi

Musik perlu disediakan di tempat kerja bagi jenis pekerjaan yang monoton dan pekerjaan tangan (manual work) yang berulang serta pekerjaan lain yang memerlukan aktivitas mental. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi atau menghindari kebosanan, kelelahan dan kejenuhan dalam bekerja.

Musik lembut dan sesuai dengan tempat, suasana dan waktu akan membuat karyawan merasa senang bekerja dalam kanto r. Mendengarkan Musik sambil bekerja perlu memperhatikan pertimbangan berikut.

1. Musik yang dimainkan harus dapat menciptakan suasana nyaman dalam bekerja.

2. Musik yang dimainkan mempunyai nilai bagi karyawan yang bekerja secara fisik dan memberikan semangat kerja bagi karyawan yang bekerja dengan sedikit kegiatan mental.

3. Musik yang terlalu bising akan merusak semangat kerja.

4. Musik yang bernada keras sebaiknya tidak diperdengarkan pada pekerjaan yang menuntut banyak kegiatan mental dan tidak diperdengarkan secara kontinyu.

5. Irama musik sebaiknya sedang saja, karena musik yang terlalu lambat dapat menyebabkan kantuk, sedangkan irama yang terlalu cepat dapat mengganggu dan menciptakan ketergesaan.

Musik dapat meningkatkan semangat kerja karena musik dapat mempengaruhi perhatian dan kesiagaan seseorang, membangkitkan perasaan bahagia dan dapat menambah perasaan puas terhadap Musik dapat meningkatkan semangat kerja karena musik dapat mempengaruhi perhatian dan kesiagaan seseorang, membangkitkan perasaan bahagia dan dapat menambah perasaan puas terhadap

2.2.15. Penyajian M usik Diambil kesimpulan bahwa musik manusia yang dapat mengeluarkan Ada beberapa bentuk penyajian musik. Dalam hal ini Kurth (1995), mengatakan bahwa penyajian musik dalam waktu yang tepat dapat menimbulkan daya tarik terhadap musik sehingga dapat menimbulkan kepuasan batin yang luar biasa dan timbul perasaan senang dan gembira. Menyajikan musik sebagai pengiring kerja pada beberapa penelitian menunjukan adanya peningkatan produksi. Jenis musik yang diperdengarkan juga dapat mempengaruhi produktivitas karena secara psikologis musik akan membuat karyawan berada pada kondisi yang segar.

2.2.16. Semangat Kerja