Rencana Pembangunan dan Rencana Kerja Pemerintah Depernas-01 Bab-14

BAB 14.
KESEDJAHTERAAN SOSIAL DAN DJAMINAN
SOSIAL
A. KESEDJAHTERAAN SOSIAL

I. Pendahuluan.
Makin lama makin diinsjafi orang, bahwa programprogram
kesedjahteraan
sosial
tidak
dapat
dipandang lagi sebagai tindakantindakan insidentil
dan sementara jang hanja mendjadi urusan usahausaha sosial fihak partikelir semata-mata.
Mula-mula orang beranggapan bahwa jang
memerlukan bantuan dari sumber-sumber partikelir
dan Pemerintah adalah mereka jang lemah, tjatjad,
djahat ataupun memiliki kekurangan-kekurangan
lain; tetapi kini njatalah bahwa pokok-pokok
sebabnja lebih banjak terletak diidalam sistim
ekonomi dari pada didalam diri perseorangan sematamata. Mereka jang kuat, mampu bekerdja dan
berkemauan, terpaksa menderita bersama-sama

dengan mereka jang lemah. Maka oleh sebab itu,
kesedjahteraan sosial kini berarti segala rentjana
Pemerintah jang positif jang bertudjuan djaminan
ekonomis,
kesehatan,
pengetahuan
dan
kemakmuran, dan meliputi lapangan-lapangan
pertanggungan
sosial,
pendidikan
umum,
kesehatan
umum,
kedjahatan
dan
pemberantasannja, kesedjahteraan kanak-kanak dan
lain-lain.
II.
Lapangan-lapangan

Pekerdjaan
Kesedjahteraan Sosial.
Untuk memberi sekedar gambaran tentang
lapangan-lapangan
pekerdjaan
kesedjahteraan
sosial tersebut diatas jang sebahagian dari
padanja berupa penjelenggaraan berdjenis-'djenis
bantuan
sosial jang bersifat kuratif dan repressif, maka
dibawah
ini
disebutkan beberapa matjam pekerdjaan:
a. bantuan kepada fakir-miskin dan orang-orang
terlantar;
b. bantuan asuhan kepada anak-anak jatim/terlantar;

c. rehabilitasi penderita tjatjad, bekas hukuman,
korban kema-sjiatan, dan sebagainja.
Pekerdjaan

ini
meliputi
usaha-usaha
mengadakan perumahan untuk merawat dan
mendidik,
dan
memberi
bantuan
kepada
penderita
tjatjad
jang
membutuhkan
pertolongan diluar peru-

214

d.

e.

f.
g.

h.

mahan; memberl bantuan kepada keluarga
penderita
tjatjad,
pentjari
nafkah
jang
diasramakan; mengurus warga negara Indonesia
jang datang dari lain negara jang membutuhkan
pertolongan;
bantuan kepada orang-orang jang kehilangan rumah
dan nafkah karena bentjana alam atau kekatjauan;
korban-korban sebagai akibat bahaja kebakaran,
displaced persons, korban-korban sebagai akibat
gangguan binatang lamas;
usaha untuk memasjarakatkan kembali suku-suku

jang hidup terasing (Kubu, Mentawai, Sakai, dan
lain-lain);
usaha pemberantasan dan pentjegahan berbagai
penjakit masjarakat seperti berdjudi, ngidjon;
usaha
pemberantasan
dan
pentjegahan
perdagangan perempuan dan anak-anak dan
penerbitan jang bersifat tjabul, pula memberantas
dan mentjegah kema'sjiatan (djudi, mabok,
madat).
Pekerdjaan ini meliputi usaha-usaha memberi
perawatan, bantuan dan pendidikan, mengawasi
penerbitan jang bersifat tjabul, melaksanakan
pekerdjaan
mengenai
pemberantasan
perdagangan perempuan dan anak-anak jang
bertalian dengan keanggautaan Indonesia di

P.B.B.,
melaksanakan
pemberantasan
dan
pentjegahan djudi, mabok dan madat;
disamping usaha-usaha berupa kuratif-repressif
seperti tersebut diatas, djuga diselenggarakan
pekerdjaan sosial jang dinamakan „bimbingansosial” jang bersifat promotif-preventif.
Bimbingan dilakukan dengan djalan penjuluhan
lisan/tulisan dan visuil untuk masjarakat, chusus
dalam
soal-soal
kemasjarakatan
untuk
mengembangkan rasa kesosialan dan tanggung
djawab sosial.

III.
Peranan Pemerintah.
1. Djenis-djenis pekerdjaan jang disebutkan diatas,

walaupun seandainja diingini, tidak mungkin
didjalankan oleh Pemerintah semata-mata. Karena
untuk dapat mentjapai tudjuan Rentjana Lima Tahun
ini, ialah mempertinggi tingkat kehidupan rakjat,
maka
dalam keadaan ekonomi dewasa ini haruslah
diutamakan usaha-usaha memperbesar peralatan

modal dan keahlian-keahlian, sedemikian rupa
sehingga dapat diharapkan akan mengakibatkan
kenaikan pendapatan per capita dan produktivitet
per capita. Dengan demi-kian akan dapat diperbesar
pula biaja-biaja untuk keperluan pekerdjaanpekerdjaan didalam lapangan kesedjahteraan
sosial.

215

2. Maka oleh sebab itu, kesedjahteraan sosial
hendaknja ter-utama diserahkan kepada kegiatankegiatan
masjarakat.

Dengan
demikian
pun
terpupuk dan terpelihara perasaan akan kesedjahteraan sosial jang sedjak dahulu memang sudah ada
didalam masjarakat Indonesia.
3. Tugas Pemerintah dalam hal ini ialah memberi
bimbingan, dorongan dan bantuan kepada dan
pengawasan atas usaha-usaha dalam masjarakat
dalam
menjelenggarakan
dan
memadjukan
kesedjahteraan sosial.
4. Balai Penjelidikan dan Penjandraan Sosial
didalam lingkungan Kementerian Sosial chusus
melakukan
penjelidikan-penjeli-dikan
atas
masalah-masalah kesedjahteraan sosial dan tjaratjara penjelesaiannja. Pun beberapa universitas
melakukan pula penjelidikan-penjelidikan dalam

djurusan ini. Memperluas dan memper-dalam
penjelidikan-penjelidikan
ini
akan
berarti
penambahan
bahan-bahan jang chusus dapat dipergunakan untuk
pekerdjaanpekerdjaan sosial didalam masjarakat
Indonesia.
5. Rentjana Lima Tahun ini menjediakan dana
sebesar
Rp. 12,5 djuta jang dimaksudkan untuk dipergunakan
terutama
sebagai investasi dalam lapangan penjelidikan
(research) dan bimbingan-sosial.
B. DJAMINAN SOSIAL,
I. Pendahuluan.
Pokok pangkal
ialah:
1. fs.36 Undang-undang Dasar Sementara jang

menghendaki bahwa memadjukan kepastian
dan djaminan sosial mendjadi suatu tugas umum
P'emerintah,
sedangkan
tugas-tugas
chusus
didalam lapangan ini diperintji lebih landjut
didalam fasal ter-sebut:
2. anggapan bahwa penjelenggaraan djaminan
sosial dengan sebaik-baiknja, merupakan suatu
faktor pembantu utama bagi berhasilnja rentjanarentjana pembangunan dilapangan lain sehingga
kes'impulannja ialah bahwa bab „Djaminan Sosial”

merupakan bagian integral dari pada seluruh
Rentjana Pembangunan kita.
Perbelandjaan jang disediakan dalam Rentjana
Pembangunan 1956-1960 untuk DjaminanSosial
adalah sebanjak Rp, 8,3 djuta.

216


II. Keadaan djaminan sosial Dewasa ini
1. Beberapa basil perundang-undangan.
Dari sedjumlah peraturan perundang-undangan
sosial dalam mana terdapat pasal-pasal mengenai
djaminan sosial disini dapat disebutkan:
a. dalam masa Hindia-Belanda
(1) „Aanvullende
Plantersregeling ” ,
mulai
berlaku pada tanggal 1 Djuli 1938;
(2) „Ongevallen-besluit ” , mulai berlaku pada
tanggal 1 Dja-nuari 1940, jang telah diganti
dengan Undang-undang Ketjelakaan 1947;
(3) „Schepelingen Ongevallen Regaling ”, mulai
berlaku pada tanggal 1 Djanuari 1941;
(4) „Peraturan .Pemerintah”, dari tanggal 4
Pebruari 1953,
Buku II titel 4 dart Kitab Undang-undang
Hukum Dagang;
(5) Buku III Titel 7a fasal 1602 dan seterusnja
Kitab Undangundang Hukum Sipil.
b. Sesudah Proklamasi kemerdekaan, ,teristimewa
setelah saat pemulihan kedaulatan 27 Desember
1949:
(1) Undang-undang kerdja No. 1 tahun 1951;
(2) Undang-undang ketjelakaan No. 2 tahun 1951;
(3) Peraturan Menteri Perburuhan No, 48 tahun
1952.
Selandjutnja peraturan-peraturan jang mengatur
hal pengangguran ialah:
(1) Peraturan Menteri No. 33 tahun 1952
mengenai sokongan
pengangguran, mulai berlaku pada tanggal
1 Djuli 1952;
(2) Peraturan Menteri No. 34 tahun 1952
tentang Pemberian
kerdja darurat kepada kaum Penganggur,
mulai berlaku
pada tanggal 1 Djuni 1952;
(3) Peraturan Menteri No. 35 tahun 1952 tentang
Tundjangan
Latihan
kepada
kaum
Penganggur;
(4) Peraturan Menteri No. 40 tahun 1952
tentang
Latihan
Kerdja
untuk
kaum
Penganggur.
Disebutkan djuga disini:
(1) Peraturan
Menteri
,Perburuhan
No.
8126a tahun 1951

tentang Pindjaman Modal guna perluasan
kerdja
(2) Peraturan Menteri Perburuhan No. 51
tahun 1952 mengenai Pemberian Bantuan guna perluasan
kerdja.

217

2. Usaha-usaha
sosial
lain
jang
tidak
berdasarkan basil per-undang-undangan.
Diantara pengusaha-pengusaha ada jang:
a. Membajar seluruh atau sebagian upah buruh
jang tak mampu bekerdja karena sakit.
b. Menanggung ongkos-ongkos pengobatan buruh
dan kadangkadang pula bagi anggauta keluarga
buruh jang sakit.
c. Menanggung ongkos-ongkos penguburan apabila
buruh meninggal dan lain-lain.
Usaha-usaha ini tidak didasarkan atas suatu
hak dari buruh.
Perselisihan-perselisihan perburuhan mengenai
djaminan
sosial,
menimbulkan
berbagai
perdjandjian
kolektif
jang
dapat
menambah
stabilitet ekonomi negara karena menjeragamkan
dan mendjamin sjarat-sjarat kerdja dan bentukbentuk djaminan sosial.
3. Usaha bersama buruh-madjikan.
Atas andjuran, dengan bimbingan dan bantuan
dari Kementerian Perburuhan didirikan usaha-usaha
bersama buruh-madjikan, misal-nja:
a. Dana Sakit untuk Buruh Bandung;
b. Sentral Fonds Sakit Buruh di Jogjakarta;
c. Dana Sosial Buruh Rokok Kretek di Kudus;
d. Dana Sakit Buruh di Palembang;
e. Dana Sakit di Medan;
f. Dana-dana Sakit Perusahaan di Surabaja dan
tempat-tempat lain.
Sebagai pertjobaan dalam lapangannja, usahausaha ini besar artinja dan memberikan bahan
pengalaman jang sangat berharga.
4. Tindakan-tindakan sosial untuk pegawai negeri.
Pegawai negeri, diluar pegawai jang bekerdja
pada
perusahaanperusahaan
negara
jang
mempunjai
kedudukan
setengah
resmi
dan
anggautan Angkatan Perang, memperoleh berbagai
djaminan berdasarkan hasil perundang-undangan
teristimewa mengenai tundjangan-tundjangan haritua, djanda, anak jatim-piatu, pengobatan dokter
dan tundjangan keluarga. Beberapa peraturan jang
dimaksudkan ialah;

218

a. Undang-undang No. 20 tahun 1952 tentang
pensiun pegawai negeri sipil (L.N. No. 74 tahun
1952, Pendjelasan dalam T.L.N. No, 305).
b. Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 1952 tentang
pemberian
pensiun
kepada
djanda
dan
tundjangan kepada anak jatim-piatu pegawai
negeri sipil (L.N. No. 25 tahun 1952,
Pendjelasan dalam T.L.N. No. 210).
c. Peraturan Pemerintah No. 15 tahun 1953 tentang
pemberian istirahat dalam negeri (L.N. No. 26
tahun 1953, Pendjelasan dalam T.L.N. No. 379),
jang diubah dengan P.P. No. 21 tahun 1953
(L.N. No. 33 tahun 1953, Pendjelasan dalam
T.L.N. No. 404).
d. Peraturan Pemerintah No. 23 tahun 1955,
tentang peraturan tentang gadji pegawai negeri
sipil Republik Indonesia (L.N. No. 48 tahun
1955, Pendjelasan dalam T.L.N. No. 889), jang
diubah dengan P.P. No. 32 tahun 1955 (L.N.
No. 75 tahun 1955, Pendjelasan dalam T.L.N.
No. 908) dan lain-lain.
III. Program djaminan sosial.
Didalam menjusun rentjana djaminan sosial,
haruslah
diadakan
perbedaan
antara
tjara
kehidupan dikota dan tjara kehidupan di-desa.
1. Masjarakat desa.
Dalam keadaan sekarang mentjobakan suatu
sistim untuk djaminan sosial jang meliputi
masjarakat desa tidak dapat dipersoalkan.
Panting adalah pengobatan jang sekarang hampirhampir tidak terdapat dalam kebanjakan masjarakat
desa. Pekerdjaan penjelenggaraan hal ini sebaiknja
diserahkan
kepada
Kementerian
Kesehatan,
program untuk itu memang sudah ada dan sedang
diusahakan pelaksanaannja. Sangat diandjurkan
supaja memperkuat kembali azas gotong-rojong
dengan djalan mengadakan usaha-usaha sosial
tertentu jang disusun menurut tjara-tjara jang
paling modern, tetapi tanpa merusak tradisi-tradisi
lama jang sehat dan mendjadi dasar dari pada azas
gotong-rojong tersebut. Usaha-usaha sosial itu
misalnja:
penjelenggaraan organisasi pertanggungan hasil
panen
dan
ternak, pertanggungan hari-tua, bantuan kematian

dan tundjangan bagi djanda-djanda dan anak-anak
jatim-piatu; koperasi-koperasi dapat memainkan
peranan jang panting dalam hal ini.
219

2. Masjarakat kota,
Masjarakat dikota dengan tjara kehidupan jang
tidak
begitu
berbeda
dibandingkan
dengan
dinegara-negara jang lebih madju perekonomiannja,
terdiri dari:
(1) Industrialis-industrialis,
pengusaha-pengusaha,
orang-arang
dengan
kedjuruan
tertentu
(professional men) dan orang-orang jang
berpentjaharian babas.
(2) Sebagian terbesar dad mereka jang bekerdja
pada Peme-rintah.
(3) Sedjumlah besar pedagang-pedagang ketjil
dan pekerdja di-dalam keradjinan tangan.
(4) Buruh dan pekerdja partikelir jang besar
djumlahnja, diantara mana sedjumlah besar
pembantu rumah-tangga menempati tempat jang
chusus.
Golongan pertama tidak dimasukkan dalam
rentjana karena biasanja, mereka jang termasuk
golongan ini telah mempunjai pendapatan jang
tjukup tinggi, sehingga sebagian dari pada
pendapatan tersebut dapat disediakan untuk
keperluan sakit, ketjelakaan dan hari tua.
Dalam
golongan
kedua
belum
termasuk
pegawaijpekerdja Pemerintah diluar kota. Tetapi
pegawaijpekerdja Pemerintah ini, baik jang bekerdja
dikota maupun diluar kota, dapat dianggap dan diperlakukan sebagai sate golongan sadja.
Sebaliknja perbedaan jang nampak lebih njata pada
waktu
ini
ialah pegawai Pemerintah disatu fihak dan
pekerdja Pemerintah, jang djuga sering disebut
pekerdja harian atau bulanan, dilain fihak,
Peraturan upah dan djaminan sosial tidak sama
bagi kedua go-longan ini.
Bagi pegawai Pemerintah sudah ada peraturanperaturan jang mengatur gadji dan djaminan
sosialnja seperti: tundjangan anak, djanda, hari-tua,
pengobatan dokter dan sebagainja. Boleh dikatakan djaminan sosial golongan inilah jang paling
teratur, walaupun belum memuaskan. Dalam waktu
jang
singkat
masih
dapat
diadakan perbaikan-perbaikan, antara lain dalam hal
pengobatan dan perawatan, tundjangan anak,
tundjangan perdjalanan, dan sebagainja.
Djaminan sosial bagi pekerdja Pemerintah belum

diatur sebagai-mana mestinja. Dalam beberapa
tahun ini kiranja dapat diletakkan dasar-dasar jang
sehat bagi djaminan sosial pekerdja Pemerintah
tersebut.

220

Pada taraf pertama Kantor Urusan Pegawai perk
mengadakan
registrasi pegawai dan pekerdja
Pemerintah selengkap-lengkapnja guna didjadikan
bahan bagi rentjana-rentjana perbaikan djaminan
sosial selandjutnja.
Walaupun diusahakan perbaikan tersebut diatas,
perlu dipegang teguh, bahwa kita lambat-laun
menudju kepada suatu sistim dja-minan sosial
umum, janq berlaku baik bagi pegawai/pekerdja
Pemerintah maupun bagi pekerdja-pekerdja partikelir
dan dalam sistim mama mereka mendapat perlakuan
jang sama.
Apabila telah ada sate dinas djaminan sosial sadja
jang mengurus baik administrasi sektor partikelir
maupun
Pemerintah,
dapat
ditjegah penjebaran tenaga-tenaga jang mempunjai
pengetahuan tentang pertanggungan sosial.
Mengenai golongan ke-3 baik dipertimbangkan
apakah tidak pula mendjadi tanggung djawab
Pemerintah, sedangkan dalam taraf pertama
mereka misainja dengan setjara sukarela dapat
diperkenankan ikut serta untuk dapat menerima tundjangantundjangan sakit, usia landjut, djanda dan anak
jatim-piatu.
Bagi golongan ke-4, penutupan berbagai risiko
dapat dilakukan seperti berikut, dengan selalu
memperhatikan
kebutuhan-kebutuhan
dan
kemungkinan-kemungkinan jang sekarang ada:

a. Pengangguran.
Mengingat keadaan organisasi pasar tenaga belum
tjukup madju, nampaknja belum waktunja untuk
sekarang
mengadakan
pertanggungan
pengangguran. Buat sementara waktu jang mungkin
ialah meluaskan kegiatan-kegiatan dalam rangka
sistim jang sudah ada, kearah perbaikan latihan
kerdja bagi penganggur dan untuk memetjahkan
setjepat mungkin seal kekurangan tenaga terlatih.
b. Ketjelakaan-ketjelakaan karena/didalam
pekerdjaan dan sakit karena pekerdjaan.
Ganti-kerugian
untuk
ketjelakaan-ketjelakaan
kerena/didalam
pekerdjaan
dan
sakit
karena
pekerdjaan,
haruslah
dipertanggungkan kepada badan djaminan sosial jang didirikan

oleh Pemerintah.
Setelah dua atau tiga tahun maka dapat
dipertimbangkan
supaja
ikut-sertanja perusahaan-perusahaan setjara sukarela
sesuai dengan peraturan-peraturan jang kini sudah
ada,
selama
masa
peralihan
satu tahun atau lebih, diubah mendjadi ikut-serta
jang diharuskan.

221

Sementara itu
kegandjilan-kegandjilan dan
kekurangan-kekurangan
didalam
peraturanperaturan jang sekarang berlaku dihilangkan
setjepat mungkin. Lagi pula berlakunja peraturanperaturan itu perlu diluaskan sehingga meliputi
segala madjikan jang mempekerdjakan sekurangkurangnja seorang pekerdja, termasuk pekerdja
jang membantu rumah-tangga. Tetapi hal ini hanja
mungkin apabila risiko-risiko itu ditutup oleh
suatu sistim pertanggungan sosial. Iuran-iuran
ditetapkan dengan memperhatikan risiko-risiko
jang berhubungan dengan tiap djenis perusahaan.
Bantuan-bantuan untuk orang-orang jang tidak
mampu bekerdja harus serupa dengan tundjangantundjangan jang diberikan kepada orang-orang
jang sakit, perempuan hamil dan bersalin dan
orangorang jang tjatjad.
c. Hamil dan bersalin .
Djuga
kewadjiban-kewadjiban
jang
kini
dibebankan oleh undang-undang kerdja atas para
madjikan dan jang menjerupai pertanggungan
hamil dan bersalin, harus dimasukkan didalam
tundjangan djaminan sosial.
Tundjangan-tundjangan hendaklah disamakan
dengan tundjangan-tundjangan jang diberikan
dalam hal sakit, tetapi masa pemberian sekarang
ini (6 pekan sebelum dan 6 pekan sesudah
melahirkan), dapat dipertahankan.
d. Datang bulan.
Didalam sistim jang akan datang tidak ada
tempat bagi peraturan undang-undang jang
sekarang ini mengenai tidak masuk bekerdja
karena datang bulan dan pembajaran upah untuk
masa tersebut.
Kompensasi hendaknja dibajarkan hanja dalam
bentuk bantuan tidak mampu bekerdja karena
sakit, dan hanja apabila dapat ditundjukkan suatu
sertifikat dokter.
Peraturan dewasa ini mungkin akan memaksa
para madjikan untuk mempekerdjakan makin
sedikit
pekerdja-pekerdja
perempuan,
dan
pekerdja-pekerdja perempuan itu sendirilah akan
mendjadi korban tindakan-tindakan jang diambil
atas namanja.
e. Usia landjut, djanda dan anak jatim-piatu.
Pertanggungan
usia
landjut
atas
dasar

pertanggungan djiwa, baru dapat diadakan
sesudah beberapa tahun jang akan datang oleh
karena belum ada bahan-bahan statistik mengenai
keadaan umur dari pada penduduk.
Diandjurkan untuk sementara mengadakan suatu
rentjana djaminan hari-tua berdasarkan sistim.
menabung (savingsystem).

222

Djumlah pensiun, terlepas dari pada besarnja upah,
akan makin bertambah. sesuai dengan bertambahnja
djumlah iuran jang telah dibajar sipekerdja. Mereka
jang berhenti bekerdja dan ternjata tidak/belum
mentjapai djumlah minimum iuran jang mendjadi
sjarat pembajarannja, akan menerirna uang tanpa
bunga jang diambil dari iuran-iuran atas namanja.
Kalau seorang pekerdja meninggal, djandanja akan
menerima uang dalam bentuk pensiun setiap bulan
jang diambil dari iuran-iuran atas nama suaminja.
Negara hanja akan turut tjampur dalam
memberikan pensiun untuk anak jatim-piatu.
f. Keadaan sakit, pengobatan.
Tiap
perbaikan
keadaan
pengobatan
harus
diarahkan kepada pengobatan djuga bagi anggauta
keluarga pekerdja.
Kekurangan jang sangat akan tenaga dokter
dan alat-alat kesehatan adalah suatu alasan untuk
mengadakan
pemakaian
fasilitet-fasilitet
jang
tersedia seperti rumah-rumah obat, poliklinikpoliklinik dan rumah-rumah sakit Pemerintah
maupun partikelir, setjara rasionil dan kerdjasama
menudju perbaikan keadaan de-wasa ini dengan
segera. Tiap tindakan dalam urusan kesehatan
dalam rangka rentjana djaminan sosial, sedapat
mungkin
dikoordinir dengan kebidjaksanaan umum Kementerian
Kesehatan.
Reorganisasi fasilitet-fasilitet kesehatan dilakukan
dengan ber-angsur-angsur, berdasarkan suatu
rentjana daerah jang bulat setelah penjelidikan
seksama
dari
pada
segenap
faktor
dan
dengan kerdjasama erat dengan fihak-fihak jang
berkepentingan
seperti pengusaha-pengusaha, pekerdja-pekerdja,
dokter-dokter, dinas-dinas kesehatan umum, dan
sebagainja.
Perawatan dirumah sakit sebaiknja diberikan
didalam
klinikklinik, rumah-rumah sakit dan bersalin Pemerintah,
untuk hal mana perlu diadakan pengaturan
peringanan ongkos-ongkos.
Harus diusahakan benar untuk mendjamin supaja
bantuanbantuan diberikan dengan effisiensi jang maksimal
dan dengan ongkos-ongkos jang minimal, tanpa
pembatasan waktu, selama pekerdja memenuhi
sjarat-sjarat pemberiannja.

g. Tundjangan-tundjangan sakit.
Masalah uang bantuan merupakan suatu soal
tersendiri karena ada madjikan membajar upah
penuh kepada buruh jang sakit, untuk djangka waktu
jang berbeda-beda. Tundjangan-tundjangan tunai
ini perlu dimasukkan dalam rentjana djaminan sosial
agar supaja tundjangan-tundjangan itu meliputi
semua
buruh,
terdjamin
pembajarannja
dan
distandardisir sjarat-sjarat pemberiannja.

223

h. Ttjatjat
Pada waktu sekarang tidak dapat dipersoalkan
untuk memberikan tundjangan kepada penderita
tjatjad
untuk
masa
lebih
dari
6 bulan, sebab pengalaman dalam pemberian
tundjangan ini akan diperoleh barn sesudah
bertahun-tahun
sehingga
memungkinkan
pengumpulan bahan-bahan atas dasar mana suatu
sistim pertanggungan tjatjad jang tetap bisa
diadakan.
Sedapat mungkin tundjangan tjatjad haruslah
serupa baik untuk
ketjelakaan atau sakit
karena/didalam
pekerdjaan,
maupun
untuk
ketjelakaan atau sakit bukan karenajdidalam
pekerdjaan.
i. Kematian .
Bantuan penguburan hendaknja diberikan waktu
orang jang dipertanggungkan meninggal,
Dimasa depan bantuan itu dapat dinaikkan
sampai 30 kali upah harian dan pemberian
bantuan sekedarnja pada waktu anggauta keluarga
meninggal, dapat dipertimbangkan.
j. Struktur administratif .
Penjelenggaraan seluruh program ini hendaknja
dipertjajakan pada suatu badan jang otonom
sebagai badan hukum dengan tanggung-djawab
eksekutif sepentthnja dan dengan kerdja-sama
erat sekali dengan bermatjam-matjam djawatandjawatan Pemerintah jang berkepentingan dan
dibawah penilikan teliti dari pada Kementerian
Perburuhan. Pimpinan badan ini hendaknja
diserahkan kepada suatu pengurus/direksi.
Pengawasan badan ini terdiri dari wakil-wakil
pengusaha,
buruh
dan
dari
Kementeriankementerian
jang
berkepentingan
seperti
Perburuhan, Kesehatan, Sosial dan mungkin djuga
Keuangan. Penindjauan soal-soal dilakukan oleh
panitia-panitia penasehat jang terdiri dari ahli-ahli
jang membuat rekomendasi-rekomendasi bagi
panitia administratif.

Didalam tiap propinsi didirikan suatu direktorat
dan kantorkantor setempat untuk mengadakan
hubungan
erat
dengan
orangorang
jang
dipertanggungkan dan para madjikan. Kekuasaan
penuh harus diserahkan kepada badan pusat untuk
memperbaiki fasilitetfasilitet kesehatan diseluruh
negara.

224

IV. Pelaksanaan rentjana setjara berangsur-angsur
Mengingat kenjataan hampir tidak tersedianja
tenaga
tata-usaha
jang
terlatih
disamping
kekurangan jang sangat akan tenaga kesehatan,
maka mula-mula hendaknja diselenggarakan latihanlatihan bagi mereka fang akan dibutuhkan untuk
mendjalankan rentjana.
Pelaksanaan rentjana dalam tingkat permulaan
dibatasi pada golongan-golongan buruh tertentu
dibeberapa daerah tertentu sadja, sedangkan
perluasan dilakukan hanja dengan berangsurangsur, kalau sjarat-sjarat telah terpenuhi.
1. Fase pendahuluan.
Dua matjam usaha penting dari pada Kementerian
Perburuhan ialah:
a. membentuk suatu badan otonom jang akan
menjelenggarakan administrasi djaminan sosial;
b. mengadakan kursus-kursus untuk memperoleh
latihan-dasar bagi anggauta-anggauta staf jang
mendjadi inti, jang setidak-tidaknja sudah
memiliki pengetahuan teoretis.
2. Fase-fase permulaan.
Mengingat djumlah tenaga staf jang tersedia
masih sangat sedikit, maka kegiatan-kegiatan
didalam fase-fase permulaan perlu sangat dibatasi.
Djumlah anggauta organisasi segera harus ditambah, baik dengan tjara keanggautaan sukarela
maupun dengan keanggautaan jang diharuskan,
sehingga meliputi djumlah buruh sampai paling
sedikit 100.000 orang.
Kalau keanggautaan diharuskan, maka perusahaanperusahaan
dari djenis jang sama sedapat mungkin dikumpulkan
agar
supaja
tidak
merugikan
beberapa
perusahaan
diantaranja, kalau diingat adanja saingan-saingan
jang masih bebas dalam hal ini. Tudjuan permulaan
haruslah perbaikan keadaan buruh jang dewasa ini
tidak atau kurang mendapat djaminan sosial.
Pandangan
organisasi-organisasi
buruh
dan
madjikan harus diperhatikan, sebelum diputuskan

perusahaan-perusahaan
mana
jang akan dikenakan sistim pertanggungan, jang akan
diatur didalam perdjandjian-perdjandjian kolektif.

225

3. Perkembangan-perkembangan selandjutnja.
Segala perkembangan selandjutnja dalam hal
pengobatan
jang
didjamin
dalam
hubungan
pertanggungan sakit, baik mengenai djumlah jang
dipertanggungkan maupun daerah-daerah jang diliputinja, tergantung dari pada fasilitet-fasilitet
kesehatan jang ter-sedia.
Pertanggungan
hari-tua
dan
ahli-waris
hendaknja meliputi sebanjak mungkin buruh,
mengingat stabilitet keuangan.
Pertanggungan
ketjelakaan
karena/didalam
pekerdjaan dan pertanggungan sakit karena/didalam
pekerdjaan jang diwadjibkan, hendaknja pada
permulaan diadakan bagi perusahaan-perusahaan
jang sudah mengenal pertanggungan sakit.
Pertanggungan hamil dan bersalin diadakan pada
waktunja; ini djuga berlaku bagi perusahaanperusahaan
jang
mendjalankan
rentjana
pertanggungan sakit.
Baru setelah 5 atau 6 tahun dipertimbangkan untuk
mengadakan pertanggungan tjatjad.
Organisasi
administratif
akan
berkembang
selangkah demi selangkah makin banjak kantorkantor setempat akan terbentuk, sehingga pada suatu
ketika tiba saatnja untuk membentuk suatu direktorat
propinsi dengan tjara memperluas kantor jang sudah
ada didalam ibukota propinsi jang bersangkutan.
4. Rekomendasi-rekomendasi umum.
Persiapan-persiapan hendaknja diadakan dengan
saksama di-semua sektor dan tingkatan, sedangkan
usaha dilandjutkan dengan berhati-hati, teristimewa
dipandang
dari
sudut
keuangan.
Kepertjajaan masjarakat sebagai sjarat utama hanja dapat
diperoleh dan dipelihara dengan adanja stabilitet
dan pemberian jang teratur dari pada segala
tundjangan jang telah didjandjikan.

226