Gambaran Karakteristik Keluarga, Pola Makan dan Aktivitas Fisik pada Anak Stunting di Sekolah Dasar Negeri 176350 Hutagurgur Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan Chapter III VI

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif
dengan desain penelitian potong lintang (cross sectional) yang bertujuan untuk
melihat gambaran karakteristik keluarga , pola makan dan aktivitas fisik pada
anak stunting di SDN 176350 Hutagurgur Kecamatan Doloksanggul Kabupaten
Humbang Hasundutan.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SDN No. 176350 Hutagurgur Kecamatan
Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasudutan. Alasan pemilihan lokasi
penelitian ini adalah masih banyak dijumpai anak yang berstatus stunting yaitu
41,3 %. Kebiasaan anak di lokasi penelitian ini memiliki aktivitas sepulang
sekolah pergi membantu orangtua berladang, mengasuh adik, mengembala.
Sementara jumlah makanan yang dikonsumsi tidak beragam atau seimbang
dikarenakan penghasilan keluarga yang tidak menentu dan juga jumlah anak yang
mayoritas memiliki lebih dari 4 orang dalam satu rumahtangga.
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai dari bulan Agustus 2016 yaitu survey awal
,konsultasi judul persiapan proposal, penyusunan laporan dan diperkirakan

penelitian ini dilakukan sampai dengan bulan Juni tahun 2017.

25
Universitas Sumatera Utara

26

3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa yang berstatus
stunting di SDN No. 176350 Hutagurgur yaitu sebanyak 43 orang yang diperoleh
dari hasil pengukuran tinggi badan menurut umur (TB/U) pada bulan Agustus
2016.
3.3.2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi yaitu siswa yang
berstatus stunting SDN No. 176350 Hutagurgur yaitu sebanyak 43 orang. Pada
saat penelitian untuk mendapatkan informasi mengenai karakteristik keluarga,
pola makan dan aktivitas fisik, anak didampingi oleh ibu atau wali yang
bersangkutan.
3.4. Metode Pengumpulan Data

3.4.1. Data Primer
Data primer dalam penelitian ini terdiri dari
1. Data karakteristik anak stunting (nama, tanggal lahir, umur, jenis kelamin)
diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner penelitian.
2. Karakteristik keluarga diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan
kuisoner penelitian yang meliputi pekerjaan ibu, pendapatan keluarga dan
jumlah anak.
3. Pola makan diperoleh melalui wawancara yang meliputi jenis makanan,
jumlah makanan, dan frekuensi makan dengan menggunakan formulir
penelitian.

Universitas Sumatera Utara

27

4. Aktivitas fisik diperoleh

dari hasil wawancara dengan menggunakan

formulir aktivitas fisik.

3.4.2. Data Sekunder
Data sekunder yang diperlukan diperoleh dari kantor tata usaha SDN No.
176350 Hutagurgur yaitu mengenai data siswa dan gambaran umum SDN
No176350 Hutagurgur.
3.4.3. Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan instrumen yaitu kuesioner penelitian yang
meliputi karakteristik keluarga, pola makan dan aktivitas fisik. Sedangkan data
tinggi badan diperoleh dengan menggunakan alat bantu microtoice.
3.5. Definisi Operasional
1. Karakteristik keluarga adalah ciri khas yang dimiliki oleh masing masing
rumah tangga seperti pekerjaan, pendapatan keluarga, dan jumlah anak.
2. Pekerjaan adalah jenis kegiatan/pekerjaan yang dilakukan dan merupakan
sumber pendapatan utama keluarga yang meliputi petani, buruh tani,
Pegawai Negeri, Pegawai Swasta, Wiraswasta, dan lainnya
3. Pendapatan adalah jumlah penghasilan keluarga dalam satu bulan untuk
memenuhi kebutuhan rumah tangga, yang diukur dalam satuan rupiah.
4. Jumlah anak adalah jumlah anak yang dilahirkan dan hidup di dalam satu
keluarga dan masih menjadi tanggung jawab orangtua.
5. Pola makan adalah informasi yang memberikan gambaran mengenai jenis
makanan, jumlah makanan, dan frekuensi makan yang dimakan anak

stunting setiap hari.

Universitas Sumatera Utara

28

6. Jenis makanan adalah

macam makanan yang dimakan anak stunting

dalam satu hari, yaitu makanan pokok, lauk-pauk, sayur-sayuran, dan
buah-buahan.
7. Jumlah makanan adalah banyaknya asupan makanan (energi, protein,
magnesium, fosfor, seng, vitamin A dan vitamin B) yang dimakan anak
stunting dalam satu hari.
8. Frekuensi makan adalah keacapan mengonsumsi makann anak stunting
pada waktu tertentu, yaitu >1x/hr, 1x/hr, 4-6x/minggu, 1-3x/minggu, 13x/bulan, tidak pernah.
9. Kecukupan gizi adalah banyaknya zat gizi makro (energi dan protein) dan
zat gizi mikro (kalsium, fosfor, magnesium, seng, vitamin A dan vitamin
C) yang dikonsumsi anak stuntingdibandingkan dengan Angka Kecukupan

Gizi (AKG) yang dianjurkan.
10. Aktivitas fisik adalah semua kegiatan yang dilakukan siswa dalam satu
hari (24 jam).
11. Anak stunting adalah anak usia sekolah dasar dinyatakan pendek dan
sangat pendek berdasarkan tinggi badan menurut umur (TB/U)diperoleh
nilai z-skor berada pada kisaran Rp.1.811.875
c. Jumlah Anak
Kategori jumlah anak pada keluarga anak stunting adalah sebagai berikut :
1. Keluarga dengan jumlah anak ≤ 2 anak.
2. Keluarga dengan jumlah anak >2 anak.
3.6.2 Pola Makan
Jenis makanan dan jumlah makanan diperoleh dari hasil wawancara
recall 24 jam yang dilakukan 2 kali dan harinya tidak berturut-turut. Kecukupan
energi diukur dengan menggunakan formulir food recall 24 jam dengan cara
jumlah bahan makanan yang dikonsumsi anak stunting dihitung kedalam energi
menggunakan software nutrisurvey, kemudian dibandingkan dengan angka
kecukupan gizi yang dianjurkan. Frekuensi makanan pada anak stunting diperoleh
melalui FFQ (Food Frequency Questionaire).
a. Jenis makanan
Kategori jenis makanan adalah sebagai berikut:


Universitas Sumatera Utara

30

1. Lengkap yaitu terdiri dari 4 jenis makanan yaitu makanan pokok, lauk-pauk,
sayur-sayuran, danbuah-buahan.
2. Tidak lengkap yaitu terdiri dari 2 jenis makanan yaitu makanan pokok dan
lauk-pauk atau sayur-sayuran.
b. Jumlah makanan
Kategori jumlah makanan adalah sebagai berikut
Konsumsi zat gizi (Energi)
Tingkat KonsumsiEnergi
=
Angka kecukupan gizi (AKG)

x 100%

Konsumsi zat gizi (Protein)
Tingkat KonsumsiProtein

=
Angka kecukupan gizi (AKG)

x 100%

Klasifikasi tingkat konsumsi energi dan protein (TKE dan TKP) adalah sebagai
berikut (WNPG, 2004):
1. Lebih : > 110% AKG
2. Baik : 80 – 110 % AKG
3. Kurang : < 80% AKG
Vitamin dan mineal
1. Baik

: > 77% AKG

2. kurang

: ≤ 77% AKG

c. Frekuensi makanan

Kategori frekuensi makanan adalah sebagai berikut:
1. Sering yaitu >1x/hari, 1x/hari, 4-6x/minggu
2. Jarang yaitu 1-3x/minggu, 1-3x/bulan, 1x/bulan

Universitas Sumatera Utara

31

3. Tidak pernah.
3.6.3 Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik siswa diperoleh dari hasil wawancara kuesioner aktivitas
fisik. Aktivitas fisik diukur dengan metode faktorial, yaitu merinci semua jenis
dan lamanya kegiatan yang dilakukan siswa selama 1 hari 24 jam (dalam menit)
pada lembar kuesioner, selanjutnya dicocokkan dengan Daftar Nilai Perkiraan
Keluaran Energi pada kegiatan tertentu lalu tingkat aktivitas fisik dihitung dan
dinyatakan dalam Physical Activity Level (PAL)
(���×�)
PAL =

Keterangan :


24 ���

PAL : Physical activity level (tingkat aktivitas fisik)
PAR : Physical activity ratio (jumlah energi yang dikeluarkan untuk tiap jenis

kegiatan

per

satuan waktu tertentu)
w

: Alokasi waktu tiap aktivitas (jam)

Tingkat aktivitas fisik dikategorikan sebagai berikut (FAO, 2001) :
1. Ringan dengan nilai PAL 1,40-1,69
2. Sedang dengan nilai PAL 1,70-1,99
3. Berat dengan nilai PAL 2,00-2,40
3.7. Metode Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat menggunakan
tabel distribusi frekuensi pada masing masing variabel yaitu karakteristik

Universitas Sumatera Utara

32

keluarga, pola makan, aktivitas fisik, dan anak stunting.Data yang telah
dikumpulkan selanjutnya diolah dengan tahapan sebagaiberikut:
1. Editing
Langkah ini bertujuan untuk melihat kelengkapan, dan kejelasan data. Data
yang sudah terkumpul lalu diperiksa segera mungkin tentang isi kuesioner
maupun formulir.
2. Coding
Data yang telah dikoreksi ketepatan dan kelengkapannya kemudian diberi kode
oleh peneliti secara manual sebelum diolah dengan komputer menggunakan
softwarenutrisurvey dan who antro plus.
3. Entri data
Adalah kegiatan memasukkan data ke program pengolahan data yaitu program
perangkat lunak komputer setelah semua data terkumpul.

4. Tabulasi data
Pada tahap ini data dikelompokkan ke dalam tabel tertentu menurut
kategorinya. Setelah data terkumpul, diolah, maka perlu disajikan yaitu dengan
menyusun data ke dalam tabel.

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Sekolah Dasar Negeri 176350 Hutagurgur merupakan salah satu sekolah
dasar yang ada di Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan.
Sekolah ini didirikan pada tanggal 14 Maret 1979 yang beralamat di Jalan Aek
Nauli Kecamatan Doloksanggul. SDN 176350memiliki guru pengajar berjumlah
12 orang dam memiliki kepala sekolah yang bernama Ibu Lasmawati Sihombing,
S.pd.
SDN 176350memiliki siswa terdaftar tahun ajaran 2016/2017 sebanyak
104 orang yang terbagi ke dalam 6 kelas. Siswa yang bersekolah di SD ini
meliputi kelas 1 sebanyak 21 orang, kelas 2 sebanyak 14 orang, kelas 3 sebanyak
16 orang, kelas 4 sebanyak 16 orang, kelas 5 sebanyak 18 orang, dan kelas 6
sebanyak 18 orang, dengan rentang umur 6-13 tahun.Fasilitas yang dimiliki
sekolah yaitu 6 ruang belajar, 1 ruang perpustakaan, 1 ruang guru dan lapangan
yang dapat digunakan untuk aktivitas berolahraga dan bermain. Siswa aktif
belajar di ruangan pada hari Senin sampai dengan hari Sabtu mulai pukul 08.00
sampai dengan 13.00 WIB. Pada hari Selasa dan Jumat biasanya melakukan
senam sebelum memulai masuk kedalam ruangan kelas.
Lokasi penelitian ini merupakan lokasi yang sebagian besar lahannya
adalah lahan pertanian. Hal ini didukung dengan mayoritas penduduknya adalah
petani/buruh tani. Dengan mayoritas pekerjaan sebagai petani/buruh tani
penghasilan pun tidak menentu setiap bulannya sehingga berkaitan dengan

33
Universitas Sumatera Utara

34

ketersediaan pangan di dalam rumahtangga. Disamping itu keluarga pada lokasi
penelitian sebagian besar merupakan keluarga dengan jumlah anak lebih dari dua
orang.
4.2 Gambaran Karakteristik Anak Stunting
Anak stunting merupakan anak usia sekolah dasar dinyatakan pendek dan
sangat pendek berdasarkan hasil pengukuran tinggi badan menurut umur anak
yang kemudian dilihat berdasarkan Z-score TB/U yaitu Rp.
1.811.875.

Tabel 4.7 Distribusi Karakteristik Keluarga Berdasarkan Pendapatan
Keluarga Anak Stunting di SDN 176350 Hutagurgur
Pendapatan Keluarga
Rendah < Rp. 1.811.875
Tinggi > Rp. 1.811.875
Total

Jumlah
25
18
43

Persentase
58,1
41,9
100

Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat bahwa pendapatan orangtua anak
stunting sebagian besar berada pada kategori pendapatan keluarga yang rendah <
Rp. 1811.875 yaitu sebanyak 25 responden (58,1%). Hal ini didapat dari
wawancara peneliti dengan orangtua anak bahwa pendapatan keluarga rendah
dikarenakan untuk jangka waktu tertentu hasil pertanian yang diperoleh tidak
menentu setiap bulannya, sekalipun ada orangtua yang bekerja sebagai buruh tani
harian tetap saja penghasilan dalam keluarga masih rendah.
Berikut tabulasi silang pendapatan keluarga berdasarkan kategori stunting:
Tabel 4.8

Tabulasi Silang Pendapatan Keluarga Berdasarkan Kategori
Stunting di SDN 176350 Hutagurgur

Kategori Stunting

Pendapatan Keluarga

Total

Universitas Sumatera Utara

39

Pendek
Sangat Pendek

Rendah
n
%
17
63
8
50

n
10
8

Tinggi
%
37
50

n
27
16

%
100
100

Berdasarkan tabel 4.8 dapat dilihat bahwa anak stunting kategori pendek
memiliki orangtua dengan pendapatan dibawah Upah Minimum Provinsi (UMP)
Rp. 1.811.875 sebesar 63%. Sedangkan kategori sangat pendek memiliki
pendapatan orangtua dengan persentase yang sama yaitu 50% baik pendapatan
rendah maupun pendapatan tinggi.

4.3.3 Jumlah Anak
Jumlah anak adalah jumlah anak dalam satu keluarga yang dilahirkan dan
hidup serta masih tanggung jawab orangtua. Pada penelitian ini jumlah anak
dibagi menjadi 2 kategori yaitu ≤2 anak, >2 anak. Distribusi jumlah anak pada
keluarga anak stunting di SDN 176350 adalah sebagai berikut:
Tabel 4.9. Distribusi Karakteristik Keluarga berdasarkan Jumlah Anak dalam
Keluarga Anak Stunting di SDN 176350
Jumlah Anak
≤2 anak
>2 anak
Total

Jumlah
2
41
43

Persentase
4,7
95,3
100

Berdasarkan tabel 4.9 dapat dilihat bahwa anak stunting memiliki keluarga
dengan jumlah anak paling banyak lebih besar dari 2 anak dalam keluarga yaitu

Universitas Sumatera Utara

40

sebesar 95,3 % sedangkan yang paling sedikit berada pada jumlah anak dalam
keluarga adalah ≤2 anak yaitu 4,7%. Berdasarkan hasil wawancara peneliti
dengan orangtua responden hal ini terjadi karena lokasi penelitian ini mayoritas
suku batak toba masih ada anggapan bahwa banyak anak banyak rejeki.
Berikut tabulasi silang pekerjaan ibu berdasarkan kategori stunting :
Tabel 4.10 Tabulasi Silang Jumlah Anak Berdasarkan Kategori Stunting di
SDN 176350 Hutagurgur
≤2

Kategori Stunting
n
2
0

Pendek
Sangat Pendek

Jumlah Anak
>2
%
n
%
7,4
25
92,6
0
16
100

Total
n
27
16

%
100
100

Berdasarkan tabel 4.10 dilihat bahwa anak stunting dengan kategori
pendek memiliki jumlah anak dalam keluarga paling banyak adalah >2 anak
sebesar 92,6% dan sangat pendek memiliki jumlah anak dalam keluarga paling
banyak adalah >2 anak sebesar 100%.
4.4 Gambaran Pola Makan
Pola makan yang baik terdiri dari makanan pokok, lauk pauk, sayursayuran, dan buah-buahan serta dimakan dalam jumlah yang cukup sesuai dengan
kebutuhan. Pada penelitian ini pola makan anak stuntingdapat dilihat dari jenis
makanan, jumlah makanan, dan frekuensi makanan. Pola makan diukur dengan
menggunakan metode

food recall 24 jam dan food frequency. Gambaran

distribusi setiap komponen pola makan tersebut dijelaskan sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

41

4.4.1. Jumlah Makanan
Jumlah makanan merupakan banyaknya energi dan zat gizi protein yang
dimakan anak stunting dalam satu hari yang diperoleh melalui formulir food
recall 24 jam. Distribusi setiap komponen jumlah makanan disajikan pada tabel
di bawah ini:
Tabel 4.11 Distribusi Kecukupan Energi, Protein, Kalsium, Fosfor,
Magnesium, Seng, Vitamin A dan Vitamin C Anak Stunting di
SDN 176350 Hutagugur
Kecukupan Zat Gizi
Energi
Lebih ( >110% AKG)
Baik (80-110% AKG)
Kurang (110% AKG)
Baik (80-110% AKG)
Kurang (77% AKG)
Kurang (≤77% AKG)
Lanjutan tabel 4.11
Jumlah Kecukupan Gizi
Total
Fosfor
Baik (>77% AKG)
Kurang (≤77% AKG)
Total
Magnesium
Baik (>77% AKG)
Kurang (≤77% AKG)
Total
Seng
Baik (>77% AKG)
Kurang (≤77% AKG)
Total
Vitamin A

Jumlah

Persentase

0
2
41
43

0
4,7
95,3
100

0
3
40
43

0
7
93
100

0
43

0
100

Jumlah
43

Persentase
100

18
25
43

41,9
58,1
100

38
5
43

88,4
11,6
100

1
42
43

2,3
97,7
100

Universitas Sumatera Utara

42

Baik (>77% AKG)
Kurang (≤77% AKG)
Total
Vitamin C
Baik (>77% AKG)
Kurang (≤77% AKG)
Total

2
41
43

4,7
95,5
100

3
40
43

7
93
100

Berdasarkan tabel 4.11 dilihat bahwa gizi makro yakni kecukupan energi
dan protein anak stunting paling banyak adalah dengan kategori kurang yaitu
masing masing sebesar 95,3% dan 93%. Kecukupan gizi mikro seperti kalsium
masih kurang dengan persentase 100%. Kecukupan fosfor unruk anak stunting
sebagian besar adalah kurang dengan persentase 58,1%. Kecukupan magnesium
pada anak stunting tergolong baik dengan persentase 88,4%, sedangkan
kecukupan seng paling banyak adalah kategori kurang dengan persentase 97,7%.
Kecukupan vitanin A dan vitamin C sangat kurang yaitu dengan persentase 93,5%
dan 93%. Hal ini terjadi karena jumlah makanan yang dikonsumsi oleh anak
stunting masih sedikit dibandingkan dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang
diajurkan. Hal ini disebabkan oleh ketersediaan makanan dirumah masih sangat
kurang baik dari segi kuantitas dan kualitas makanan. Ini juga disebabkan karena
penghasilan orangtua yang sebagian besar rendah dan juga jumlah anak yang
sebagian besar lebih dari 4 orang dalam satu keluarga.
Berikut distribusi pola konsumsi anak stunting yang terdiri dari jumlah
makanan yaitu tingkat asupan energi, protein, fosfor, magnesium, seng, vitamin A
dan vitamin C yang diperoleh dari hasil tabulasi silang berdasarkan stunting. Hasil
tabulasi silang dapat dilihat pada tabel berikut:

Universitas Sumatera Utara

43

Tabel 4.12 Tabulasi Silang Kecukupan Energi Berdasarkan Kategori
Stunting di SDN 176350 Hutagurgur

Kategori Stunting

Pendek
Sangat Pendek

Kecukupan Energi
Baik
Kurang
n
%
n
%
2
7,4
25
92,6
0
0
16
100

Total
n
27
16

%
100
100

Berdasarkan tabel 4.12 dapat dilihat bahwa anak stunting kategori
pendek mengalami kecukupuan energi yang kurang dengan jumlah 25 anak atau
sebesar 92,6%. Sama hal nya dengan anak stunting kategori sangat pendek
mengalami kecukupuan energi yang tidak baik dengan jumlah 16 anak atau
sebesar 100%.
Tabel 4.13 Tabulasi Silang Kecukupan ProteinBerdasarkan Kategori
Stunting di SDN 176350 Hutagurgur
Kecukupan Protein
Total
Kategori Stunting
Baik
Kurang
n
%
n
%
n
%
Pendek
3
11,1
24
88,9
27
100
Sangat Pendek
0
0
16
100
16
100
Berdasarkan tabel 4.13 dapat dilihat bahwa anak stunting kategori
pendek mengalami kecukupan protein yang kurang dengan persentase 88,9% dan
kategori sangat pendek mengalami kecukupan protein yang kurang dengan
persentase100%.
Tabel 4.14 Tabulasi Silang Kecukupan KalsiumBerdasarkan Kategori
Stunting di SDN 176350 Hutagurgur
Kategori Stunting

Kecukupan Kalsium
Baik
Kurang
n
%
n
%

Total
n

%

Universitas Sumatera Utara

44

Pendek
Sangat Pendek

0
0

0
0

27
16

100
100

27
16

100
100

Berdasarkan tabel 4.14 dapat dilihat bahwa kecukupan kalsium anak
stunting kategori pendek dan sangat pendek masih mengalami kecukupan yang
kurang dengan persentase masing masing sebesar 100%.
Tabel 4.15 Tabulasi Silang Kecukupan FosforBerdasarkan Kategori Stunting
di SDN 176350 Hutagurgur

Kategori Stunting
Pendek
Sangat Pendek

Kecukupan Fosfor
Baik
Kurang
n
%
N
%
12
44,4
15
55,6
6
37,5
10
62,5

Total
n
27
16

%
100
100

Berdasarkan tabel 4.15 dapat dilihat bahwa kecukupan fosfor pada anak
stunting kategori pendek yang paling besar adalah kecukupan yang kurang dengan
persentase 55,6%. Begitu juga dengan kategori sangat pendek juga yang paling
besar adalah kecukupan kurang dengan pesentase 62,5%.
Tabel 4.16 Tabulasi Silang Kecukupan MagnesiumBerdasarkan Kategori
Stunting di SDN 176350 Hutagurgur

Kategori Stunting
Pendek
Sangat Pendek

Kecukupan Magnesium
Baik
Kurang
n
%
n
%
25
92,6
2
7,9
13
81,2
3
18,8

Total
n
27
16

%
100
100

Berdasarkantabel 4.16 dapat dilihat bahwa anak stunting kategori pendek
dan sangat pendek mengalami kecukupan

magnesium yang baik dengan

persentase 92,6% dan 81,2%

Universitas Sumatera Utara

45

Tabel 4.17 Tabulasi Silang Kecukupan SengBerdasarkan Kategori Stunting
di SDN 176350 Hutagurgur

Kategori Stunting
Pendek
Sangat Pendek

Kecukupan Seng
Baik
Kurang
n
%
n
%
0
0
27
100
1
6,2
15
93,8

Total
n
27
16

%
100
100

Berdasarkan tabel 4.17 dapat dilihat bahwa kecukupan seng anak
stunting paling banyak mengalami kecukupan kurang dengan persentase 100%
dan 93,8%.
Tabel 4.18 Tabulasi Silang Kecukupan Vitamin ABerdasarkan Kategori
Stuntingdi SDN 176350 Hutagurgur

Kategori Stunting
Pendek
Sangat Pendek

Kecukupan Vitamin A
Baik
Kurang
n
%
n
%
2
7,4
25
92,6
0
0
16
100

Total
n
27
16

%
100
100

Berdasarkan tabel 4.18 dapat dilihat bahwa kecukupan vitamin A anak
stunting kategori pendek dan sangat pendek mengalami kecukupan yang kuran
dengan persentase 92,6% dan 100%.
Tabel 4.19 Tabulasi Silang Kecukupan Vitamin CBerdasarkan Kategori
Stunting di SDN 176350 Hutagurgur
Kategori Stunting
Pendek
Sangat Pendek

Kecukupan Vitamin C
Baik
Kurang
n
%
n
%
3
11,1
24
88,9
0
0
16
100

Total
n
27
16

%
100
100

Universitas Sumatera Utara

46

Berdasarkan tabel 4.19 dapat dilihat bahwa kecukupan vitamin C anak
stunting baik kategori pendek dan sangat pendek adalah dengan kecukupan
vitamin c yang kurang dengan persentase 88,9% dan 100%.
4.4.2 Jenis Makanan
Jenis makanan merupakan macam makanan yang dikonsumsi anak
stuntingdalam satu hari. Distribusi jenis makanan anak stunting disajikan pada
tabel di bawah ini.
Tabel 4.20 Distribusi Jenis Makan Anak Stunting di SDN 176350 Hutagugur
Jenis Makanan
Lengkap
Tidak Lengkap
Total

Jumlah
6
37
43

Persentase (%)
14
86
100

Berdasarkan tabel 4.20 diatas dapat dilihat bahwa anak stunting
mengonsumsi makanan tidak lengkap yaitu hanya dengan 2 atau 3 jenis makanan
yaitu makanan pokok, lauk pauk, dan sayur atau buah dengan persentase 86%,
sedangkan anak stunting yang mengonsumsi makanan lengkap sebesar 14 %. Hal
ini terjadi berkaitan dengan pendapatan orangtua yang rendah dan juga jumlah
anak yang lebih besar dari 4 anak. Anak stunting yang mengonsumsi makanan
lengkap terjadi karena makanan seperti sayur dan buah merupakan hasil tanaman
sendiri.
Hasil tabulasi silang jenis makanan dengan stunting adalah sebagai
berikut:

Universitas Sumatera Utara

47

Tabel 4.21 Tabulasi Silang Jenis Makanan Berdasarkan Kategori Stunting di
SDN 176350 Hutagurgur
Jenis Makanan
Lengkap
Tidak Lengkap
n
%
n
%
5
18,5
22
81,5
1
6,2
15
93,8

Kategori Stunting
Pendek
Sangat Pendek

Total
n
27
16

%
100
100

Berdasarkan tabel 4.21 dapat dilihat bahwa jenis makanan yang
dikonsumsi anak stuntingpaling banyak adalah jenis makanan tidak lengkap baik
kategori pendek maupun sangat pendek masing masing sebesar 81,5% dan 93,8%.
4.4.3 Frekuensi Makanan
Frekuensi makanan merupakan berapa kali setiap jenis makanan dimakan
oleh siswa pada waktu tertentu, yaitu >1x/hr, 1x/hr, 4-6x/minggu, 1-3x/minggu, 13x/bulan, 1x/bulan dan tidak pernah. Dalam penelitian ini frekuensi makanan
dikategorikan menjadi sering, jarang, dan tidak pernah. Penilaian frekuensi
makanan diperoleh melalui formulirfood frequency. Distribusi frekuensi makanan
disajikan pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.22 Distribusi Frekuensi Makanan Anak Stunting di SDN 176350
Hutagugur
Jenis Makanan
Makanan pokok
Nasi
Jagung
Kentang
Ubi
Lauk hewani
Daging

Frekuensi Makanan
Sering
Jarang
Tidak Pernah
n
%
n
%
n
%

Total
n

%

43
0
0
20

100
0,0
0,0
46,5

0
19
14
23

0,0
44,2
32,6
53,4

0
24
29
0

0,0
55,8
67,4
0,0

43
43
43
43

100
100
100
100

0

0,0

16

37,2

27

62,7

43

100

Universitas Sumatera Utara

48

Ikan
Telur
Lauk Nabati
Kacang tanah
Tempe
Tahu
Sayur
Bayam
Brokoli
Buncis
Daun singkong
Lanjutan tabel 4.22
Jenis Makanan

Kacang panjang
Kangkung
Sawi
Tauge
Wotel
Kol
Labu
Buah
Jeruk
Mangga
Nenas
Pepaya
Pisang
Salak
Advokad
Jambu
Nangka
Jajanan/selingan
Roti
Gorengan
Kerupuk
Susu
Mie

43
16

100
37,2

0
27

0,0
62,7

0
0

0,0
0,0

43
43

100
100

0
5
11

0,0
11,6
25,6

13
38
32

30,2
89,4
74,4

20
0
0

69,8
0,0
0,0

43
43
43

100
100
100

10
0
15
25

23,3
0,0
34,9
58,1

33
7
28
18

76,7
16,3
65,1
41,9

0
36
7
0

0,0
83,7
11,3
0,0

43
43
43
43

100
100
100
100

Frekuensi Makanan
Sering
Jarang
Tidak Pernah
n
%
n
%
n
%
0
0,0
28
65,1
15
34,9
13
30,2
30
69,8
0
0,0
20
46,5
23
53,5
0
0,0
0
0,0
17
39,5
26
60,5
4
9,3
39
90,7
0
0,0
0
0,0
32
74,4
11
25,6
30
69,8
13
30,2
0
0,0

Total
n
43
43
43
43
43
43
43

%
100
100
100
100
100
100
100

0
0
0
0
0
0
0
0
0

0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0

33
4
13
18
33
12
19
21
27

76,7
9,3
30,2
41,9
76,7
27,9
44,2
48,8
62,8

10
9
30
25
10
31
24
22
16

24,3
90,7
69,8
58,1
23,3
72,1
55,8
51,2
37,2

43
43
43
43
43
43
43
43
43

100
100
100
100
100
100
100
100
100

17
0
43
0
0

39,5
0,0
100
0,0
0,0

26
43
0,0
5
40

60,5
100
0,0
11,6
93

0
0
0,0
38
3

0,0
0,0
0,0
88,4
7

43
43
43
43
43

100
100
100
100
100

Pada tabel 4.22 dapat dilihat bahwa anak stunting mengonsumsi makanan
pokok yang sering adalah nasi dengan persentase 100%. Konsumsi sumber

Universitas Sumatera Utara

49

protein dari lauk hewani yang sering dikonsumsi anak stunting adalah ikan
dengan persentase 100% sementara lauk hewani lainnya yang sebagian besar
jarang dikonsumsi anak stunting adalah daging (37,2%), dan telur (62,7%).
Sumber protein dari lauk nabati

dikonsumsi anak stunting dengan

persentase tempe (89,4%) dan tahu (74,4%). Sumber vitamin dan mineral yang
berasal dari sayur yang paling sering adalah daun singkong (58,1%) dan labu
(69,8%), hal ini terjadi karena sayur daun singkong dan labu hampir tersedia
disetiap rumah tangga dan ditanam sendiri. Sedangkan sumber vitamin dan
mineral dari buah jarang dikonsumsi oleh anak stunting. Hal ini dikarenakan buah
tidak tersedia didalam rumahtngga, adapun buah yang dikonsumsi hanya pada
hari pekan dan ditanam sendiri oleh beberapa keluarga yang musim panennya
secara berkala. Jajanan atau selingan yang sering dikonsumsi anak stunting adalah
kerupuk dan roti dengan persentase 100% dan 39,5%, sedangkan jajanan atau
selingan seperti gorengan, susu dan mie jarang dikonsumsi oleh anak stunting.
Hal ini terjadi karena sebagian besar anak stunting jarang diberikan uang jajan
sehingga asupan makanan yang diperoleh sebagian besar hanya berasal dari
rumah.
4.6 Gambaran Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik adalah semua kegiatan yang dilakukan anak stunting dalam
satu hari (24 jam). Dalam penelitian ini aktivitas fisik dibagi menjadi tiga kategori
yaitu aktivitas ringan, sedang, berat. Distribusi frekuensi aktivitas fisik anak
stunting adalah sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

50

Tabel 4.23 Distribusi Aktivitas Fisik Anak Stunting di SDN 176350
Hutagugur
Aktivitas Fisik
Ringan : 1,40 – 1,69
Sedang : 1,70 – 1,99
Berat : 2,00 – 2,40
Total

Jumlah
20
22
1
43

Persentase
46,5
51,2
2,3
100

Pada tabel 4.23 dapat diketahui bahwa anak stunting sebagian besar memiliki
aktivitas fisik kategori sedang sebesar 51,2% sedangkan aktivitas fisik yang
paling sedikit adalah aktivitas berat yaitu sebesar 2,3%. Hal ini terjadi karena anak
stunting memiliki kegiatan pulang sekolah membantu orangtua diladang dan ada
juga yang mengembala serta mengasuh adik, sehingga sebagian waktu mereka
digunakan pada kegiatan tersebut setiap harinya.
Berikut adalah hasil tabulasi silang aktivitas fisik berdasarkan anak stunting di
SDN 176350 Hutagurgur:
Tabel 4.24 Tabulasi Silang Aktivitas Fisik Berdasarkan Kategori Stunting di
SDN 176350 Hutagurgur
Kategori stunting
Pendek
Sangat Pendek

Ringan
N
%
16 59,3
4
25

Aktivitas Fisik
Sedang
Berat
n
%
N
%
10
37
1
3,7
12
75
0
0

Total
n
27
16

%
100
100

Berdasarkan tabel 4.24 dapat dilihat bahwa anak stunting dengan
kategori pendek memiliki aktivitas fisik ringan sebanyak 16 anak dengan
persentase 59,3% sedangkan pada kategori sangat pendek anak stunting memiliki
aktivitas fisik sedang sebesar 12 anak dengan persentase 75%.

Universitas Sumatera Utara

BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Karakteristik Keluarga
Karakterisik keluarga merupakan segala hal yang melekat pada keluarga
dan sangat mempengaruhi tumbuh kembang anak yang berada didalam keluarga
tersebut. Karakteristik keluarga dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
5.1.1 Pekerjaan Ibu
Pada penelitian ini pekerjaan ibu dikategorikan menjadi tiga yaitu
petani/buruh tani, PNS( Pegawai Negeri Sipil) dan wiraswasta. Berdasarkan hasil
pengolahan data diperoleh sebagian besar ibu responden bekerja sebagai
petani/buruhtani (84,4%), sisanya ibu responden bekerja sebagai PNS (2,3%) dan
wiraswasta (9,3%). Hal ini dikarenakan lokasi penelitian mayoritas lahan
pertanian dan merupakan sumber pencaharian utama penduduk di Hutagurgur.
Ibu yang bekerja sebagai petani memiliki waktu yang terbatas dalam
memperhatikan anak sehingga kurang mengetahui bagaimana pola makan anak.
Dalam penelitian Devi Ayu (2016) mengatakan bahwa ibu yang bekerja di luar
rumah cenderung memiliki waktu yang lebih terbatas untuk melaksanakan tugas
rumah tangga dibandingkan ibu yang tidak bekerja, oleh karena itu pola
pengasuhan anak akan berpengaruh dan pada akhirnya pertumbuhan dan
perkembangan anak juga akan terganggu.
Pekerjaan ibu erat juga hubungannya dengan keadaan keluarga yaitu
pendapatan keluarga. Pekerjaan ibu sebagian besar petani cenderung memiliki
51
Universitas Sumatera Utara

52

penghasilan yang tidak tetap, berbeda dengan pegawai negeri sipil yang setiap
bulannya sudah mendapatkan pengasilan yang tetap. Pengaruh pendapatan
perkapita pada defisit pertumbuhan dapat dihubungkan dengan kepentingannya
untuk pembelian makanan dan serta benda-benda lain yang berguna bagi
pertumbuhan anak (Annisa, 2012).
5.1.2 Pendapatan Keluarga
Pada penelitian ini pendapatan keluarga di kategorikan menjadi dua yaitu
rendah dan tinggi. Dikatakan rendah jika pendapatan keluarga dibawah Upah
Minimum Provinsi (UMP) Rp. < 1.811.875 perbulan, dan dikatakan tinggi jika
pendapatan keluarga diatas UMP > Rp. 1.811.875 per bulannya. Berdasarkan
hasil pengolahan data menunjukkan bahwa sebagian besar keluarga anak stunting
berada pada pendapatan keluarga kategori rendah yaitu dengan persentase 58,1%.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Denima (2017) yang menjelaskan
bahwa keluarga anak stuntingSDN 157628 Naiposposbarat 2 Kecamatan Sorkam
berada pada pendapatan keluarga yang rendah UMK 2 anak. Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh bahwa
anak stunting memiliki jumlah anak dalam keluarga lebih dari 2 anak dengan
persentase 95,3%.
Dalam penelitian Zilda Oktarina (2012) mengatakan bahwa ketersediaan
makanan dalam setiap anggota rumahtanggayang memiliki banyk anak dalam
keluarga lebih rendah dibandingakan dengan anggota keluarga yang lebih sedikit.
Bearnya keluarga juga akan mempengaruhi pengeluaran per kapita yang pada
akhirnya berpengaruh pada distribusi dan konsumsi makanan individu dalam
keluarga.
Dalam penelitian Hidayah (2011) menunjukkan bahwa stunting cenderung
lebih banyak terdapat pada keluarga yang memiliki jumlah anak dalam keluarga

Universitas Sumatera Utara

54

>4 anak dibandingkan dengan keluarga yang memiliki anak

Dokumen yang terkait

Pelaksanaan Program Usaha Kesehatan Sekolah (uks) Pada Sekolah Dasar Negeri Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan

15 191 100

Kajian Pemanfaatan Rotan Di Kecamatan Doloksanggul, Kabupaten Humbang Hasundutan

1 46 82

Analisis Semiotik Parjambaran Pada Upacara Adat Saurmatua Di Kecamatan Doloksanggul, Kabupaten Humbang Hasundutan Chapter III V

1 8 44

Respon Istri tentang Kebiasaan Suami Mengonsumsi Tuak di Desa Huta Gurgur Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan Chapter III VI

0 0 21

Gambaran Karakteristik Keluarga, Pola Makan dan Aktivitas Fisik pada Anak Stunting di Sekolah Dasar Negeri 176350 Hutagurgur Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan

0 0 16

Gambaran Karakteristik Keluarga, Pola Makan dan Aktivitas Fisik pada Anak Stunting di Sekolah Dasar Negeri 176350 Hutagurgur Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan

0 0 2

Gambaran Karakteristik Keluarga, Pola Makan dan Aktivitas Fisik pada Anak Stunting di Sekolah Dasar Negeri 176350 Hutagurgur Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan

0 0 5

Gambaran Karakteristik Keluarga, Pola Makan dan Aktivitas Fisik pada Anak Stunting di Sekolah Dasar Negeri 176350 Hutagurgur Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan

0 0 19

Gambaran Karakteristik Keluarga, Pola Makan dan Aktivitas Fisik pada Anak Stunting di Sekolah Dasar Negeri 176350 Hutagurgur Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan

0 4 3

Gambaran Karakteristik Keluarga, Pola Makan dan Aktivitas Fisik pada Anak Stunting di Sekolah Dasar Negeri 176350 Hutagurgur Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan

0 0 30