Pengaruh Budaya Organisasi, Gaya Kepemimpinan Transformasional dan Kepribadian Terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB) pada Karyawan PT. Bank Sumut (Persero) Cabang Utama Medan
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
2.1 Kerangka Teoritis
2.1.1 Budaya Organisasi
2.1.1.1 Pengertian Budaya Organisasi
Budaya organisasimerupakan seperangkat sistem nilai-nilai (values),
keyakinan-keyakinan (beliefs), asumsi-asumsi (assumptions), atau normanormayang telahlamaberlaku, disepakati
dan
diikuti
oleh
para anggota
suatuorganisasisebagai pedoman perilaku dan pemecahan masalah-masalah
organisasinya. Sutrisno,( 2010:2).
Menurut (Kusdi, 2011:13), budaya organisasi adalah suatu pola asumsiasumsi dasar yang diciptakan, ditemukan, atau dibangun suatu kelompok dalam
proses learning untuk mengatasi masalah adaptasi eksternal dan integrasi internal,
serta telah terbukti berjalan cukup baik sehingga dianggap valid dan harus
diajarkan kepada anggota-anggota baru sebagai cara yang tepat dalam
memandang, berpikir, dan merasa berkaitan dengan masalah-masalah lain.
MenurutRobbinsdan Coulter(dalam L Zumaroh 2014:12) budayaorganisasi
merupakan
sehimpunan
nilai,
dianutbersamadanmempengaruhi
prinsip,tradisi,
perilaku
dancara
bekerja
yang
sertatindakanparaanggota
organisasi.Untuk ituharus diajarkankepada semua anggota sebagai suatucarayang
benardalammengkaji,berpikir, danmerasakanmasalahyangdihadapi.
Universitas Sumatera Utara
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi adalah
seperangkat keyakinan-keyakinan, norma-norma, nilai, prinsip, tradisi dan cara
bekerja yang dianut dan disepakati bersama yang mempengaruhi tindakan para
anggota organisasi dalam penyelesaian masalah yang dihadapi organisasi.
2.1.1.2 Pembentukan Budaya Organisasi
Unsur-unsur Pembentuk Budaya Organisasi Deal & Kennedy (dalam
Pabundu, 2010:16) membagi lima unsur pembentuk budaya sebagai berikut :
a.
Lingkungan Usaha
Kelangsungan hidup organisasi (perusahaan) ditentukan oleh kemampuan
perusahaan memberi tanggapan yang tepat terhadap peluang dan tantangan
lingkungan. Lingkungan usaha merupakan unsur yang menentukan apa yang
harus dilakukan perusahaan agar bisa berhasil. Lingkungan usaha yang
berpengaruh antara lain meliputi produk yang dihasilkan, pesaing, pelanggan,
teknologi, pemasok, kebijakan pemerintah, dan lain-lain.
b.
Nilai-nilai
Nilai-nilai adalah keyakinan dasar yang dianut oleh sebuah organisasi.
Setiap perusahaan mempunyai nilai-nilai sebagai pedoman berpikir dan bertindak
bagi semua warga dalam mencapai tujuan/misi organisasi.
c.
Pahlawan
Pahlawan adalah tokoh yang dipandang berhasil mewujudkan nilai-nilai
budaya dalam kehidupan nyata. Pahlawan bisa berasal dari pendiri perusahaan,
Universitas Sumatera Utara
para manajer, kelompok organisasi atau perorangan yang berhasil menciptakan
nilai-nilai organisasi.
d.
Ritual
Stephen P. Robbins mendefinisikan ritual sebagai deretan berulang dari
kegiatan yang mengungkapkan dan memperkuat nilai-nilai utama organisasi itu,
tujuan apakah yang paling penting, orang-orang manakah yang penting dan mana
yang dapat dikorbankan.
e.
Jaringan Budaya
Jaringan budaya adalah jaringan komunikasi informal yang pada dasarnya
merupakan saluran komunikasi primer. Fungsinya menyalurkan informasi dan
memberi interpretasi terhadap informasi. Melalui jaringan informal, kehebatan
perusahaan diceritakan dari waktu ke waktu.
2.1.1.3 Fungsi Budaya Organisasi
MenurutSutrisno,
(2011:10)fungsibudaya
organisasiadalah
sebagai
berikut:
1. Budayamempunyaisuatuperanpembeda.Halituberartibahwabudayakerja
menciptakan pembedaanyang jelas antara satu organisasi dengan organisasi
yang lain.
2. Budaya organisasi membawa suatu rasa identitasbagi anggota-anggota
organisasi.
3. Budayaorganisasimempermudahtimbulpertumbuhankomitmenpadasesuatu
yang lebih luas daripadakepentingan diriindividual.
4. Budaya organisasiitu meningkatkankemantapan sistemsosial.
Universitas Sumatera Utara
2.1.1.4 Dimensi-dimensiBudayaOrganisasi
Adapundimensibudaya organisasimenurut Robbins (dalam Aput, 2015:19)
adalah sebagai berikut :
1)
Inovasidanmengambilrisikoberkaitandengansejauhmana
para
anggotaorganisasi/karyawandidorong untukinovatifdanberani mengambil
risiko.
2)
Perhatianpada
organisasi/karyawan
rincianberkaitandengansejauhmana
diharapkan
mau
memperlihatkan
paraanggota
kecermatan
(presisi), analisis dan perhatian kepada rincian.
3)
Orientasi hasil mendiskripsikan sejauh mana manajemen fokus pada
hasilbukanpada teknikdanprosesyangdigunakanuntuk mendapatkan hasil
tersebut.
4)
Orientasimanusia
menjelaskansejauhmana
keputusanmanajemen
memperhitungkanefekhasilkepadaorang-orang didalam organisasitersebut.
5)
Orientasitimberkaitandengansejauhmana
kegiatankerja
organisasidilaksanakandalamtim-timkerja,bukanpada individu individu.
6)
Agresivitasmenjelaskansejauhmanaorang-orangdalam
organisasimenunjukkan keagresifan dan kompetitif, bukan bersantai.
7)
Stabilitas
sejauhmanakegiatanorganisasimenekankan
dipertahankannyastatusquo sebagailawan daripertumbuhan atau inovasi.
2.1.1.5 Tipe Budaya Organisasi
MenurutKusdi, ( 2011:73)ada4(empat) tipe budaya organisasi:
Universitas Sumatera Utara
1.Kultur Adaptif
Dicirikanolehfokusstrategispada
lingkungan
eksternal,dimanaorganisasi
mengandalkan fleksibilitas dan adaptasi terhadapperubahan tuntutan konsumen.
2.Kultur Misi
Memfokuskan strateginya pada lingkungan eksternal, tetapi tidak
memerlukan perubahan
cepat danresponsifterhadap perubahan kebutuhan
konsumen.
3.Kultur Keterlibatan
Kulturorganisasiyang
fokusstrategisnyaadalahlingkunganinternal,yaitu
membangunketerlibatandanpartisipasi
anggota-anggota
organisasi
walaupun
lingkunganeksternal yang dihadapisesungguhnya selalu berubah dengancepat.
4.Kultur Konsistensi
Memiliki
fokusstrategisinternal
dan
menikmati
lingkungan
yang
relatifstabil.
Universitas Sumatera Utara
2.1.1.6 Level Budaya Organisasi
Schein (dalam Pabundu, 2010:22-23) membagi level budaya organisasi
menjadi 3 (tiga) bagian yaitu :
1.
Artifak dan Kreasi
Artifak mencakup semua fenomena yang bisa dilihat, didengar, dan
dirasakan. Pada level artifak dan kreasi, konstruksinya dilakukan secara
lingkungan fisik dan sosial. Pada level ini orang dapat melihat ruang fisik, produk,
teknologi kelompok, bahan tertulis dan tidak tertulis, produksi seni dan
perilakunyata anggota organisasi. Dalam hal ini termasuk gaya berpakaian,
penampilan emosional, mitos dan sejarah organisasi, nilai-nilai yang muncul
dalam komunikasi seperti ritual, seremonial, dan sebagainya.
2.
Nilai-nilai
Nilai-nilai adalah solusi yang muncul dari seorang pemimpin dalam
organisasi dengan maksud memecahkan masalah-masalah rutin dalam organisasi
tersebut. Jika suatu kelompok ingin menciptakan atau dihadapkan pada tugastugas organisasi, masalah-masalah atau isu-isu penting organisasi, maka solusi
yang pertama muncul, datangnya dari individu-individu yang berpengaruh dalam
kelompok tersebut.
3.
Asumsi Dasar
Asumsi dasar ini merupakan bagian budaya organisasi yang paling utama.
Asumsi dasar menjadi jaminan bahwa seseorang menemukan variasi kecil dalam
unit budaya. Dalam asumsi dasar terdapat petunjuk-petunjuk yang harus dipatuhi
Universitas Sumatera Utara
anggota organisasi menyangkut perilaku nyata, termasuk menjelaskan kepada
anggota kelompok bagaiman merasakan, memikirkan segala sesuatu. Solusi-solusi
yang masuk asumsi dasar ini dimaksudkan untuk dapat menyelesaikan masalah
secara berkesinambungan dan dapat dikomunikasikan secara terus-menerus
sehingga merupakan nilai yang dapat diandalkan.
2.1.1.7 Karakteristik Budaya Organisasi
Menurut Stephen P. Robbins (dalam Pabundu, 2010:10-12) ada sepuluh
karakteristik budaya organisasi yaitu :
1.
Inisiatif Individual
Yang dimaksud inisiatif individual adalah tingkat tanggung jawab,
kebebasan atau indepedensi yang dipunyai setiap individu dalam mengemukakan
pendapat. Inisiatif individu tersebut perlu dihargai oleh kelompok atau pimpinan
suatu
organisasi
sepanjang
menyangkut
ide
untuk
memajukan
dan
mengembangkan organisasi/perusahaan.
2.
Toleransi Terhadap Tindakan Berisiko
Dalam budaya organisasi perlu ditekankan, sejauh mana para pegawai
dianjurkan untuk dapat bertindak agresif, inovatif, dan mengambil resiko. Suatu
budaya organisasi dikatakan baik, apabila dapat memberikan toleransi kepada
anggota untuk dapat bertindak agresif dan inovatif untuk memajukan organisasi
serta berani mengambil resiko terhadap apa yang dilakukannya.
3.
Pengarahan
Universitas Sumatera Utara
Pengarahan dimaksudkan sejauh mana suatu organisasi dapat menciptakan
dengan jelas sasaran dan harapan yang diinginkan. Sasaran dan harapan tersebut
jelas tercantum dalam visi, misi, dan tujuan organisasi. Kondisi ini dapat
berpengaruh terhadap kinerja organisasi.
4.
Integrasi
Integrasi dimaksudkan sejauh mana suatu organisasi dapat mendorong unit-
unit organisasi untuk bekerja dengan cara yang terkoordinasi. Kekompakan unitunit organisasi dalam bekerja dapat mendorong kualitas dan kuantitas pekerjaan
yang dihasilkan.
5.
Dukungan Manajemen
Dukungan manajemen dimaksudkan sejauh mana para manajer dapat
memberikan komunikasi atau arahan, bantuan serta dukungan yang jelas terhadap
bawahan.
6.
Kontrol
Alat kontrol yang dapat dipakai adalah peraturan-peraturan atau norma-
norma yang berlaku dalam suatu organisasi.
7.
Identitas
Identitas dimaksudkan sejauh mana para anggota suatu organisasi
perusahaan dapat mengindentifikasikan dirinya sebagai satu kesatuan dalam
perusahaan dan bukan sebagai kelompok kerja tertentu atau keahlian professional
tertentu.
Universitas Sumatera Utara
8.
Sistem Imbalan
Sistem imbalan dimaksudkan sejauh mana alokasi imbalan (seperti kenaikan
gaji, promosi, dan sebagainya) didasarkan atas prestasi kerja pegawai, bukan
sebaliknya didasarkan atas senioritas, sikap pilih kasih, dan sebagainya. Sistem
imbalan yang didasarkan atas prestasi kerja pegawai dapat mendorong pegawai
suatu organisasi untuk bertindak dan berperilaku inovatif dan mencari prestasi
kerja yang maksimal sesuai kemampuan dan keahlian yang dimilikinya.
9.
Toleransi Terhadap Konflik
Sejauh mana para pegawai didorong untuk mengemukakan konflik dan
kritik secara terbuka. Perbedaan pendapat merupakan fenomena yang sering
terjadi dalam suatu organisasi. Naun perbedaan pendapat kritik yang terjadi bisa
dijadikan sebagai media untuk melakukan perbaikan atau perubahan startegi untuk
mencapai tujuan suatu organisasi.
10.
Pola Komunikasi
Sejauh mana komunikasi dibatasi oleh hierarki kewenangan yang formal.
Kadang-kadang hierarki kewenangan dapat menghambat terjadinya pola
komunikasi antara atasan dan bawahan atau antarkaryawan itu sendiri.
2.1.2 Kepemimpinan Transformasional
2.1.2.1 Pengertian Kepemimpinan
Menurut Getol (2012:39) kepemimpinandapat diukur dari dampakyang
ditimbulkanataspara
anggota
kelompoknya.Dampaktersebutberupa:a)rasakepemilikan(sense of belonging)yakni
Universitas Sumatera Utara
apabilaanda
memilikisesuatupastilahanda
mengembangkan
ingin
mempertahankan,
daanbahkanmembuatnya
menjadi
lebihbaik;b)rasapercaya(senseoftrust)
sebelumadarasamemiliki
yangharus
ditumbuhkanadalahrasa percaya.
Karyawanpercaya
bahwa
perusahaanini
tempatnyadalammengembangkankarir
akanmerupakan
yangterbaik
buat
dirinya;c)rasatanggungjawab(senseof responsibility) yaknisetiapkaryawansudah
tertanamrasamemiliki
danrasa
memberikanyangterbaikdalam
percaya
menyelesaikanpekerjaannya;d)rasakrisis
(senseofcrisis)yaitumenghemat
bisadiselamatkantanpamengurangi
dicapaijikakitamampu
akanbersedia
biaya-biayaapasajayang
hasil
mengatasi
atau
perkembanganperusahaanbisa
persaingan;
e)rasacintadan
hormat(senseofloveandrespect)yaitu sikapsaling menghormati antara atasan
danbawahan dan diantararekan kerjaakan timbul seiring denganberkembangnya
budayaperusahaan.
MenurutRivai dan Mulyadi (2012:133), kepemimpinan pada
melibatkan
orang
dasarnya:
lain, melibatkan distribusi kekuasaan yang tidak merata
antara pemimpin dan anggota kelompok, menggerakkan kemampuan dengan
menggunakanberbagaibentukkekuasaan
lakubawahan,danmenyangkutnilai.
untuk
mempengaruhitingkah
Empatsifatumum
yangmempunyaipengaruhterhadapkeberhasilankepemimpinanorganisasi,yaitu: (1)
kecerdasan,(2) kedewasaan,(3) motivasidiridandoronganberprestasi,dan(4) sikap
hubungan kemanusiaan.
Universitas Sumatera Utara
Daribeberapadefinisidiataspenulisdapatmenyimpulkan
bahwa
kepemimpinanmerupakankemampuan mempengaruhi orang lain, bawahanatau
kelompok,kemampuan
mengarahkantingkahlaku
memiliki
bawahan
kemampuan
atau
kelompok,
ataukeahliankhusus
dalambidangyangdiinginkanolehkelompoknya,untukmencapaitujuan organisasi.
2.1.2.2 Pengertian KepemimpinanTransformasional
Kepemimpinantransformasional
merupakanpendekatanterakhir
yanghangatdibicarakanselamadua dekadeterakhir ini.Menurut SetiawandanMuhith
(2013:24).
mengatakanbahwa
dalamteorikepemimpinan
kepemimpinantransformasionaltermasuk
modern
yang
gagasan
awalnya
dikembangkan
olehJames McGroger Burns, yang secara eksplisit mengangkat suatu teori bahwa
kepemimpinantransformasionaladalahsebuah
danparabawahannya
berusaha
proses
dimana
mencapaitingkat
pimpinan
moralitasdanmotivasi
yanglebihtinggi.
MenurutSetiawandanMuhith(2012:19)
kepemimpinantransformasional
dantransformasional.
terdiri
Istilahtersebut
secaraleksikalistilah
dari
duakatayaitukepemimpinan
bermaknaperubahanrupa(bentuk,
sifat,
fungsidanlainsebagainya)bahkanadajugayangmenyatakan
bahwakatatransformasional berindukdari kata“totransform”yang memiliki makna
mentransformasionalkanvisi
menjadirealitas,panas
menjadi
energi,potensi
menjadifaktual, latenmenjadimanifestdan sebagainya.
Menurut
Lensufiie(2010:81)
bahwa
kepemimpinan
transformasional
Universitas Sumatera Utara
memilikipengertiankepemimpinanyang
bertujuanuntuk
perubahan,
perubahanyangdimaksuddiasumsikansebagaiperubahanyanglebih
baik
menentangstatusquodanaktif.KepemimpinanTransformasional
jugadiartikansebagaipendekatankepemimpinanyang
menciptakan
perubahan
positif dan bernilaibagisuatuorganisasi.
Sementara Bass dan Ringo (2006) mengatakan bahwa gaya kepemimpinan
transformasional adalah gaya kepemimpinan yang mampu mendorong dan
menginspirasi para pengikutnya untuk mencapai kinerja luar biasa dengan cara
memberdayakan dan menyelaraskan antara tujuan individu, tujuan kelompok serta
tujuan organisasi atau perusahaan.
Setiawan
danMuhith,
(2013:99)
juga
mendiskripsikan
bahwakepemimpinantransformasional
merupakan
“empowertheirfollowersandencouragethem
originallyexpectedtodo”
to“domorethanthey
transformationalleadersmotivatefollowersto
perform
athigherlevels,toexertgreatereffort,andtoshowmore commitment”.
SelanjutnyaSuharsaputra
(dalamSetiawan
danMuhith,
2013:98)
mengemukakankepemimpinan
transformasionalmerupakan“aleadershipperspectivethat
leaderschangeteamororganization
explainshow
bycreating,communicatingand
modelinginvisionforthe organizationor work unit, andinspiring employees
tostriveforthevision”.
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan transformasional
merupakan bentuk kepemimpinan yang mampu mempengaruhi, mengubah atau
Universitas Sumatera Utara
melakukan
transformasi
di
dalam
tim
atau
organisasi
dengan
cara
mengkomunikasikan, menciptakan dan menjadi model transformasi itu sendiri
agar tim atau organisasi termotivasi untuk bekerja lebih baik sehingga visi
perusahaan dapat menjadi realitas.
Northouse, (2013:179)bahwa kepemimpinantransformasional memotivasi
pengikutuntuk melakukan lebih dariyangdi harapkan dengan:
a. Meningkatkantingkatpemahamanpengikutakankegunaandannilaidari
tujuanyang rinci dan ideal;
b. Membuat pengikut mengalahkan kepentingan sendiri demi tim atau
organisasi;
c. Menggerakkanpengikutuntukmemenuhikebutuhantingkatanyanglebih tinggi.
Dari pendapat diatasdisimpulkanbahwa pemimpinyang transformasional
diukur
hormatpara
daritingkatkepercayaan,kepatuhan,kekaguman,
kesetiaandanrasa
pengikutnya.Perilaku-perilakuyang
dimunculkankepemimpinantransformasional dapat ditarik beberapa karekteristik
yangmenjadi ciri khas kepemimpinan transformasionalantara lain:
a. Mempunyai visiyangbesar danmemercayai intuisi;
b. Menempatkandiri sebagaimotor penggerakperubahan;
c. Beranimengambilresiko denganpertimbanganyangmatang;
d. Memberikan kesadaranpada bawahanakanpentingnyahasil pekerjaan;
e. Memilikikepercayaanakankemampuanbawahan;
f. Fleksibel danterbuka terhadappengalamanbaru;
g. Berusahameningkatkan motivasiyanglebihtinggidaripada sekedar motivasi
Universitas Sumatera Utara
yang bersifatmateri;
h. Mendorongbawahanuntukmenempatkankepentinganorganisasi
diatas
kepentinganpribadiataugolongan;
i. Mampumengartikulasikannilaiinti
(budaya/tradisi)untuk
membimbingperilakumereka,Setiawan(2013:26).
2.1.2.3 KomponenKepemimpinanTransformasional
Komponensecaraleksikaldiartikansebagaibagian dari keseluruhan; unsur
atau
bagian;onderdil.Jadi
dijadikansatu
dengankata
partikelkatakomponen
“kepemimpinan
unsurkecilyang
ketikadisandingkan
atau
transformasional‟bermaknaunsur-
membentuksatuan
kesatuananatomi
kepemimpinantransformasionalyangutuh. Setiawan (2013:149).
Lebih lanjutdikemukakan bahwakomponenkepemimpinan transformasional
dan kepemimpinan transaksional menggabungkan Sembilan faktoryaitu:lima
faktortercakup dalamkepemimpinan transformasionalyang meliputi atributyang
ideal,
perilakuyang
ideal,
motivasiinspiratif,
stimulasiintelektual,dankonsiderasiyang
diindividualisasikan;sedangempatfaktortermasuk
transaksionalmencakuppenghargaan,
manajemen
pengecualian
pasif,
dalamkepemimpinan
manajemen
dan
pengecualian aktif, dan
yang terakhir adalah
faktor
laissezfaire(sebagaifaktor non-leadership).
Berbicarakomponentransformasional menurut Karimbahwaadalah bentuk
aslinya ada duabelaskomponendalampengukuran kepemimpinantransformasional
yang meliputi item-itemmengenai a. atributcharisma,b. idealizedinfluence,c.
Universitas Sumatera Utara
inspirationalleadership.d.
intellectualstimulation,
e.individualconsideration,
f.contingentreward, g. management-by-exception active, h.management-byexceptionpassive,
i.laissez
faireleadership,j.extra-
effort,k.effectivenessdanl.Satisfaction, Setiawan (2013:151).
2.1.2.4 Ciri Pemimpin Transformasional
SelanjutnyaDjamaludin, (2012:130) mengemukakanbahwa ada empat hal
yang menjadi ciri pemimpin transformasional untuk mempengaruhi organisasi
agar tercipta tujuan, berikut penjelasan secara lebih rinci:
1. Idealizedinfluence(pengaruhideal)
Yaitu sifat-sifat keteladanan (role model) yang ditunjukkan kepada pengikut
dan sifat-sifat yang dikagumi pengikut dari pemimpinnya. Pengaruhideal:a)
menjadi teladan dengan memberikan makna yang terkandung dalam visi
perusahaan secara menarik dan menggugah agar ada dorongan dari dalam diri
pengikutnya untuk bersama-sama mewujudkan visi itu; b) menunjukkan
keteladanan berkomunikasi secara efektif dan mempraktikkan perilaku yang
mendukung visi, misi dan tata nilai perusahaan;c) rela berkorban dan
menunjukkan keberanian mengambil risiko pribadi untuk mencapai visi itu; d) apa
yang dilakukan untuk kepentingan perusahaan dan kepentingan bersama; e)
menyampaikan harapan yang tinggi kepada para pengikutnya agar termotivasi
untuk berbuat baik;f) percaya diri;g)menunjukkan bahwa dirinya dalah bagian dari
kelompok, rendah hati, menghargai anggota lain; h) memiliki standar dalam
berperilaku dengan menjunjung tinggi etika dan moral dalam bekerja dan
Universitas Sumatera Utara
mempraktikkan tata nilai perusahaan dengan tulus.
2. Intellectual stimulation(stimulasi intelektual)
Pemimpin mengajak pengikutnya untuk selalu mempertanyakan asumsi di
balik suatu hal, mencari cara baru dalam mengerjakan suatu hal, tidak mengkritik
dan menilai gagasan yang dilontarkan, dan lebih berfokus pada pemberian
apresiasi pada setiap gagasan sekecil apapun itu.
Stimulasi intelektual adalah: a) leading by questions; b) merangsang
pemikiran kreatif dan inovatif;c)memperluas cara pandang pengikut dengan
berbagai alternatif baru; d) menyediakan fasilitas bagi para pengikutnya untuk
terus belajar
dan menambah wawasan;e) memanfaatkan kesalahan pengikutnya sebagai media
pembelajaran;f) merangsang pengikut untuk meyakini kemampuan yang dimiliki;
g)mengevaluasi kesalahan pengikutnya dan merangsangnya untuk memikirkan
gagasan dan tindakan yang lebih baik.
3.
Inspirational motivation(motivasi inspirasi)
Sifat pemimpin yang memberikan inspirasi dalam bekerja, mengajak
karyawan untuk mewujudkan cita-cita bersama agar hidup dan karya mereka
menjadi bermakna. Memberikan kesempatan kepada karyawan untuk menemukan
kearifan dan mencari tantangan diri untuk berbuat sesuatu yang lebih baik.
Memotivasi pengikut agar bisa mencapai kinerja yang luar biasa, baik dalam
pekerjaan maupun dalam pengembangan dirinya. Menginspirasi pengikut agar
Universitas Sumatera Utara
bisa mencapai karir yang setinggi-tingginya di masa depan. Memberikan
semangat dan menanamkan rasa bangga pada diri anggota. Serta memberi
dorongan dan contoh pribadi dalam mengembangan rasa percaya diri dalam
mewujudkan keinginan pengikut.
4.
Individualizedattention(Kepedulian secara perorangan).
Pemimpin memperhatikan kebutuhan karyawannya dan membantu
karyawannya agar bisa maju dan berkembang dalam karir dan kehidupan mereka.
Dimana: a) pemimpin memperhatikan kebutuhan psikososial karyawan yang
dipimpinnya; b) memfasilitasi kebutuhan psikologi karyawan; c) menunjukkan
rasa simpati dan mencari solusi pada permasalahan yang dihadapi pengikut; d)
memperlakukan pengikut dengan rasa hormat; e) mengkaji dan meneliti
kemampuan dan kekurangan pengikut serta mngembangkannya; f) mengapresiasi
pengikut yang telah bekerja dengan baik.
Dengankepemimpinantransformasional/inspirasional, pengikut merasakan
kepercayaan, kekaguman, kesetiaan dan penghormatan terhadappemimpin
dantermotivasimelakukanlebihdaripadayang
diharapkan,
Sedarmayanti,
(2010:186).
2.1.3 Kepribadian
2.1.3.1 Pengertian Kepribadian
Fromm
(dalamAlma,2011:78)menyatakan
bahwakepribadian
adalah
keseluruhankualitas psikis seseorangyang diwarisinyadanmembuat orang tersebut
menjadi unik dan berbeda dengan yang lainnya. Kepribadian bersifat unik dan
Universitas Sumatera Utara
konsistensehinggadapatdigunakanuntukmembedakanantara
individu
yangsatudengan individu lainnya. Keunikaninilahyangmenjadikan kepribadian
sebagaivariabelyang
seringdigunakanuntukmenggambarkandiri
individuyangberbeda dengan individu lainnya.
Alisyahbana (dalam Alma,2011:79)menyatakanbahwa kepribadianadalah
keseluruhankarakteristikdiriseseorang,bisaberbentukpikiran,perasaan,kata
hati,temperamendanwatak.Seorangwirausahayangsuksesmemiliki
karakteristik
kepribadianyangkhusus yang membedakannya dari orang lain. Scarboroughdan
Zimmerer
( dalam Suryana,2006:24) mengemukakan delapan karakteristik
kepribadiandari seorang wirausahasuksesyakni:
1. Desireforresponsibilityyaknimemilikirasatanggungjawabatasusahausahayangdilakukannya.
2. Preference for moderate risk yakni memilih resiko yangmoderatdan
telahdiperhitungkandantidakmengambilresikoyang terlalurendahatau terlalu
tinggi.
3. Confidence in their ability to success yakni percaya bahwa dirinya bisa
meraih kesuksesanyang diinginkannya.
4. Desireforimmediatefeedbackyaknimemilikikeinginan
untuk
segera
mendapatkan umpan balik.
5. Highlevel of energy yakni memiliki semangat dan energi yang tinggi untuk
bekerja keras mencapai tujuannya.
6. Futureorientationyakniberorientasi padamasadepan danjangka panjang.
7. Skill
oforganizingyaknimempunyaiketrampilan
mengorganisir
sumber-
Universitas Sumatera Utara
sumberdayauntuk mencapai tujuannya.
8. Valueofachievementovermoneyyaknilebihmenghargaiprestasi dibandingkan
uang.
Oleh karena itu diperoleh kesimpulan bahwa kepribadian adalah
keseluruhankarakteristikdiriseseorang,bisaberbentukpikiran,perasaan,kata
hati,temperamendanwatak yang menjadi keunikan yang membedakannya dari
individu lain.
2.1.3.2Dimensi Kepribadian
Lawrence (2010:263) menjelaskan 5 faktor kepribadian. Dimana 5 faktor
kepribadian tersebut terdiri dari sebagai berikut:
a. TingkatKeluwesandan KenyamanandalamInteraksi (Extraversion)
Dimensi
ini
mengungkapkantingkat
kenyamananseseorangdalam
berhubungandenganindividulain.Individuyangmemiliki
cenderungsukahidupberkelompok,
sifat
tegas
bertindak,danmudahbersosialisasi.
di
ekstraversi
dalam
Sebaliknya,individuyangmemiliki
sifatintrovertcenderungsukamenyendiri, penakut,danpendiam.
Individudengankarakteristikini
bicara,
memilikikepribadianyangoutgoing,banyak
dansangatmudahbesosialisasi
sehingga
jikamelihat
individudengankarakeristikextraversionakanmemiliki
kepribadiannya,
banyakteman.Begitu
puladidalamorganisasi,karyawandengankepribadiansepertiini
akanmudah
beradaptasiterhadaplingkungankerjanya.
Universitas Sumatera Utara
b. Stabilitasemosi(Neurotiscm)
Dimensiini
menilai
kemampuanseseoranguntukmenahanstress.Individudengan
yangpositifcenderungtenang,
stabilitas
percayadiri,danmemiliki
emosi
pendiriandiri
yangteguh.Sementaraitu,individudnganstabilitasemosi
yangnegatifcenderungmudahgugup,khawatir,depresi,dantidakmemiliki
pendirianyang teguh.
Didalam organisasi, individu dengan stabilitas emosi yang tinggi akan
mudahmenyelesaikantugasmaupunkonflikdidalamorganisasi tersebut karena
memilikikepribadianyangrileksdantidakmudahkhawatir.
c. TingkatKeterbukaan(Opennesstoexperience)
Dimensiini
mengelompokkanindividu
minatdanketertarikannyaterhadaphal-halbaru.Individu
berdasarkanlingkup
yang
sangat
terbukacenderung kreatif,ingintahu, dan sensitif terhadaphal-hal yangbersifatseni.
Sebaliknya,merekayangsifatketerbukannya
kurang
cenderungmemiliki
sifatkonvensional danmerasanyamandenganhal-hal yang telah ada.
d. TingkatPersetujuan(Agreeableness)
Dimensi inimerujuk padakecenderungan individu untuk patuh terhadap
individulainnya.Individuyangsangat
senangbekerjasama,
hangat,
dan
mudahbersepakatadalahindividuyang
penuhkepercayaan.Sementaraitu,individu
yangtidak mudahbersepakatcenderungbersikapdingin, tidakramah, dan suka
menentang. Dalamorganisasi, karyawanyangmemilikiagreeablenessyangtinggi
Universitas Sumatera Utara
dapat
bekerjasamadengankaryawanlaindenganbaikkarena
sopan,
ramah,danpedulisehingga
memilikisifatyang
meningkatkanproduktifitaskinerjadidalam
organisasiitu.
e. TingkatKeseriusan(Conscientiousness)
Dimensiini
merupakan
ukurankepercayaanindividuyang
bertanggung
jawab,teratur, dapat diandalkan, dan gigih.Sebaliknya,individudengan sifat
berhati-hatiyangrendahcenderungmudahbingung,tidakteratur
dantidakbisa
diandalkan.
Individudengan
kepribadianconscientiousnessyangtinggi
di
dalam
organisasi,akanmenjadikaryawanyangteladankarenamemilikidisiplindiri
yangtinggi
danmenjadi
karyawanyang
dapatdiandalkanjikadiberikantugas-
tugasyangcukupberat.
Dari kelimatipekepribadiandiatas,dapat disimpulkanbahwa semakintinggi
tingkatdari
kelimaperilakutersebut
organisasi.Sebaliknya,
makamenunjukkanindikasi
individuyangmemiliki
tingkat
positifbagi
kelimaperilakudiatas
rendahmakamunujukkankepribadianyangnegatifbagiorganisasi.
2.1.3.3 Faktor–Faktor yang MemengaruhiKepribadian(Personality)
Waluya (2007:74-80) mengungkapkan, adanya perbedaan kepribadian
setiapindividusangatlah bergantung padafaktor-faktoryang memengaruhinya.
Kepribadianterbentuk,berkembangdanberubahseiringdengan
proses
sosialisasiyangdipengaruhiolehfaktor-faktorsebagaiberikut.
a. FaktorBiologis
Beberapapendapat
menyatakanbahwabawaan
biologisberpengaruh
Universitas Sumatera Utara
terhadappembentukankepribadian.Semuamanusiayangnormal dan sehat memiliki
persamaanbiologistertentu,seperti
memiliki
duatangan,panca
indera,
kelenjarseksual,danotakyangrumit.
Faktor
adalah
biologisyang
jikaterdapat
dipahami
palingberpengaruhdalampembentukankepribadian
karakteristikfisikunikyangdimiliki
olehseseorang.Perlu
bahwa faktor biologis yang dimaksudkan dapat membentuk
kepribadianseseorang
Kepribadianseorang
adalahfaktor
anakbisa
saja
fisiknyadanbukanwarisangenetic.
berbeda
denganorangtua
kandungnya
bergantungpadapengalamansosialisasinya.
b. FaktorGeografis
Faktorlingkunganmenjadisangatdominandalammemengaruhikepribadian
seseorang.Faktorgeografisyang dimaksudadalah keadaanlingkunganfisik (iklim,
topografi, sumber daya alam)danlingkungansosialnya.Keadaan lingkungan fisik
atau
lingkungan
social
tertentu
memengaruhi
kepribadian
individuataukelompokkarenamanusiaharusmenyesuaikandiri
dengan
lingkungannya.
Selarasdenganhal
tersebut,begitupulayangterjadi
di
lingkungan
organisasi.Bahwalingkungan kerja sangat memengaruhi perilakuindividudalam
organisasitersebut.
c. FaktorKebudayaan
Kebudayaan
mempunyai
seseorang,terutamaunsur-unsur
individu.Kebudayaan
pengaruhbesarterhadapperilakudankepribadian
kebudayaanyangsecaralangsung
dapatmenjadi
memengaruhi
pedomanhidupmanusiadan
alat
Universitas Sumatera Utara
untukmemenuhikebutuhan-kebutuhannya.
Oleh
karena
itu,
unsur-unsur
kebudayaanyangberkembangdi masyarakat dipelajari olehindividuagar menjadi
bagiandari dirinyadaniadapatbertahanhidup.
Prosesmempelajari
unsur-unsurkebudayaansudahdimulai
sejakkecil
sehinggaterbentuklah kepribadian-kepribadianyangberbeda antarindividuataupun
antarkelompok kebudayaansatudenganlainnya.
Walaupun
memengaruhi
perbedaan
kebudayaan
kepribadianseseorang,
untuktidakterlalumebesar-besarkan
dalamsetiapmasyarakatdapat
parasosiologadayang
menyarankan
karenakepribadianindividubisasaja
berbedadengankepribadiankelompokkebudayaanya.
d. FaktorPengalaman Kelompok
Pengalaman kelompokyang dilalui seseorang dalamsosialisasi cukup
penting perannya dalammengembangkan kepribadian. Kelompokyangsangat
berpengaruhdalamperkembangan
kepribadianseseorangdibedakan
menjadi
duasebagaiberikut.
1) KelompokAcuan(Kelompok Referensi)
Sepanjanghidupseseorang,kelompok-kelompoktertentudijadikanmodel
yangpentingbagi
gagasanataunorma-normaperilaku.Dalamhal
pembentukankepribadianseseorang
ini,
sangatditentukanolehpola
hubungandengankelompokreferensinya, contohnyakeluarga.
2) KelompokMajemuk
Kelompokmajemukmenunjukpadakenyataanmasyarakatyang
beranekaragam.Dengankatalain,masyarakat
majemukmemiliki
lebih
kelompok-
Universitas Sumatera Utara
kelompokdenganbudayadan ukuranmoralyang berbeda- beda.
e. FaktorPengalaman Unik
Pengalamanunikakanmemengaruhikepribadianseseorang.Kepribadian
ituberbeda-beda antara satu dan lainnyakarenapengalaman yang dialami
seseorangituunikdantidakseorang
punmengalami
serangkaianpengalaman
yangpersissama.
2.1.3.4Tipe-tipeKepribadian(Types ofPersonality)
Robbins (2008:130) memaparkan bahwa terdapat sejumlah upaya awal
untuk mengidentifikasisifat-sifat utamayangmengatur perilaku. Akan tetapi,
seringnya,upayainisekedar
digeneralisasikan
menghasilkandaftarpanjangsifatyangsulituntuk
danhanyamemberikan
sedikitbimbingan
praktisbagi
para
pembuat keputusanorganisasional. Duapengecualian adalah Myers-Briggs Type
IndicatordanModelLimaBesar.Selama20tahunterakhir,
pendekataninitelahmenjadi
dua
kerangkakerjayangdominan
untuk
mengidentifikasidanmengklasifikasikansifat-sifatseseorang.
1)Myers-BriggsTypeIndicator
Adalahteskepribadianyang
menggunakan
empat
karakteristikdanempat
karakteristiktersebutadalahsebagaiberikut.
a. EkstravervesusIntrover
Individudengankarakteristikekstraverdigambarkan
sebagaiindividu
yangramah,suka bergaul,dantegas,sedangkanindividuintrover digambarkansebagai
individuyangpendiamdan pemalu
b. Sensitif versusIntuitif
Universitas Sumatera Utara
Individudengankarakteristiksensitifdigambarkansebagai
praktisdanlebihmenyukai
rutinitasdan
individuyang
urutan.Mereka
detail.Sebaliknya, individudengankarakteristik intuitif
berfokuspada
mengandalkan proses-
prosestidaksadardanmelihat“gambaranumum”.
c. Pemikir versusPerasa
Individuyangtermasukdalamkarakteristikpemikirmenggunakan
alasan
danlogikauntukmenanganimasalah,sedangkanindividu
dengankarakteristikperasamengandalkannilai-nilaipribadimereka.
d. MemahamiversusMenilai
Individuyangcenderungmemilikikarekteristikmemahami
kendali
danlebih
suka
duniamerekateratur
menginginkan
danterstruktur,
sedangkan
individudengankarakteristikmenilai cenderunglebihfleksibel dan spontan.
2)ModelLima Besar (the Big FiveModelof Personality)
Myers-BriggsTypeIndicatorkurangmemilikibukti
tetapi
hal
tersebuttidakberlakupadamodel
pendukungyangvalid,
limakepribadian,yangbiasanya
disebutModel LimaBesar(BigFiveModel)yang dimanatesini dilakukanoleh John
Bearden.
Sebagaimanayang
dikemukakan
oleh
Griffin(dalamSaefullah,
2006:219),diantarapemahamanyangharusdiketahuiolehparamanajer
adalah
apayang dinamakansebagai “Model LimaDimensi Mengenai Kepribadian”(the
BigFiveModel
ofPersonality).Modelini
kepribadiandapatdiiddentifikasi
menjelaskan
bahwapadadasarnya
darilimajenisperilakuyangterdapatdalam
setiapindividu.
Universitas Sumatera Utara
2.1.4 Organizational Citizenship Behaviour (OCB)
2.1.4.1 Pengertian Organizational Citizenship Behaviour (OCB)
Huang
(2012)mengemukakantigakategoriperilakupekerja,yaitu:(1)
berpartisipasi,terikatdanberadadalamsuatuorganisasi;
(2)harusmenyelesaikan
suatupekerjaandanbertindaksesuaidenganprinsip-prinsipyang
organisasi;serta(3)melakukanaktivitasyang
perannya
diaturoleh
inovatifdanspontanmelebihipersepsi
dalamorganisasi.Kategoriterakhirlahyang
sering
disebutsebagai
organizational citizenship behavior (OCB) atau the extra-role behavior.
Organizational
citizenship behavior (OCB) adalah perilaku ekstrayang
lebihdaribiasanyadiluar
rutinitaswaktuyang
telahditetapkan
dalamjobdesk
karyawan, Bateman& Organ (dalamFitri, 2014:3).
MenurutRobinsdanCoulter(2010:36),PerilakuKewargaanOrganisasional
adalah perilaku atas kehendak sendiri yang bukanmenjadi bagian dari tuntutan
kerja formal tetapi mendorong efektivitas fungsi organisasi. Artinya bahwa
perilakukewargaanorganisasional
iniadalah
suatuperilakukaryawanyang
melebihiapa yang distandarkan oleh perusahaan /organisasi.
DalamAbzari(2011:97)Organ
citizenshipsebagaiperilakuyang
“mendefinisikanperilaku
bukan
termasuktugas
organizational
formalorganisasitetapi
mempengaruhikinerjaorganisasi”.
Smith et all (dalam Indhira, 2013:24) mengatakan bahwa kebanyakan dari
perilaku
yang
mencerminkan
mudahdiaturdenganskema
organizational
citizenship
behavior
tidak
insentifindividu,karenaperilakusepertiitusering
Universitas Sumatera Utara
kaburdansulituntukmengukurnya.Perbedaanyangmendasarantaraperilaku
in-
roledanextra-roleterletakpadahasilyang
in-
diperolehataupenghargaan.Perilaku
role biasanya dihubungkan dengan penghargaan dan hukuman (sanksi),
sedangkanperilaku extra-role tidak dihubungkan dengan penghargaan yang akan
diterima. Oleh karena itu, OCB merupakan perilaku yang berkaitan dengan
pilihan pribadi apabila seorangkaryawanmenunjukkanperilakutersebut,makaia
akanmerasakankepuasandidalam
dirinyasendiridanapabilatidakmenunjukkan
perilaku tersebut tidak akan menyebabkan hukuman dalamorganisasi.
Berdasarkanpengertianyangtelahdideskripsikanolehbeberapapeneliti
terdahulu, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. OCB merupakan perilaku extra-role atau perilaku di luar peranan (job
description) yang telah ditentukan oleh perusahaan, timbul karena adanya
sikap prososial dan atas dasar kerelaan pribadi dari karyawan.
2. Perusahaantidakmengaturpenghargaan(reward)atausanksi(punishment) yang
akan diberikan kepada karyawan berkaitan dengan OCB, karena pada
dasarnya perilakuini kabur dan sulit diukur. Oleh karena itu, karyawan yang
menunjukkan perilaku OCB tidak akan mendapat suatu penghargaan dari
perusahaan,
begitu
pula
sebaliknya
karyawan
yang
tidakmenunjukkanperilaku OCB tidak akan mendapatkan hukuman dari
perusahaan.
3. Perilaku yang menunjukkan OCB merupakan umpan balik yang diberikan
karyawanatasperlakuanbaikyangditerimanya dari perusahaan. Perilaku OCB
muncul
dikarenakan
adanya
perasaan
sebagai
bagian
dari
Universitas Sumatera Utara
organisasidanmerasapuasapabiladapatmembantuoranglainataurekan kerja.
Begitupulaapabilaperusahaan
kurangmemberikanperhatianterhadap
apayangdiinginkankaryawan,makaperilakuOCBdiantarakaryawanpun akan jarang
terlihat.
AdanyaOCBdidalam
perusahaandapatmeningkatkanefektivitasperusahaan
baiksecarakuantitatifmaupunkualitatif,karenamelaluiOCBakan
terbentuk
kerjasama timyangsemakin kuat di antara karyawan.
2.1.4.2 Dimensi Organizational Citizenship Behavior (OCB)
Penelitian mengenai OCB telah banyak dilakukan, beberapa dimensi OCB
dikemukakansecaraberbeda-bedadidalam setiappenelitianyangdilakukan. Melalui
dimensi-dimensi yang dikemukakan oleh peneliti terdahulu perilaku OCB di
antara karyawan dapat terdeteksi dengan jelas agar selanjutnya dapat terus
dilakukan upaya-upaya oleh perusahaan untuk menjaga perilaku positif ini.
Organ (dalamDjati,2010) mengidentifikasi lima dimensi Citizenship
Behavior sebagai berikut:
1.
Perilaku Membantu (Altruisme): yaitu bersedia secara sukarela membantu
anggota yang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas organisasi. Terutama
rekan
kerja
yang
beban
kerjanya
overload.
Dimensiinimengarahpadamemberi pertolongan yang bukan merupakan
kewajiban yang ditanggungnya. Sukarela yang dimaksud disini bahwa
karyawan tidak menuntut balasan dari rekan yang dibantunya. Contoh:
bersedia membantu mengerjakan laporan milik rekan kerja yang pada hari
ini tidak dapat masuk kerja karena sakit atau bersedia menggantikan tugas
Universitas Sumatera Utara
rekan kerja untuk sementara pada jamistirahat.
2. Kesadaran (conscistentioussness): yakni menjalankan peran-peran yang
diberikan dengan tingkat kerajinan melebihi yang diharapkan. Dimensi ini
menjangkau jauh
diatas
dan
jauh
ke
depan
dari panggilantugas.
Karyawan dalam hal ini suka berkontribusi dalam hal apapun demi
kemajuan
perusahaan.Contoh:seorangkaryawanbagian
cleaningservicebersedia
copydokumen-
untukmembantukaryawanlainyangmembutuhkanfoto
dokumen yang dibutuhkannya.
3. Sikap sportif (sportmanship): tidak banyak mengeluh atau menggerutu di
belakang.
Seseorang
yang
mempunyai
tingkatanyangtinggidalamdimensiiniakanmeningkatkaniklim
yangpositif
diantarakaryawan,karyawanakanlebih sopan dan bekerja samadengan yang
lain
sehingga
akan
menciptakan
lingkungan
kerja
yang
lebih
menyenangkan. Dalam hal ini, karyawan sangat mengutamakan kepentingan
perusahaan. Contoh: Apabila terjadi pergantian kepemimpinan perusahaan
yang baru dan berdampak pada diubahnya sebagian dari kebijakan dari
kepemimpinan lama yangdirasakurangsesuaidengankeinginan karyawan
saatini,
karyawan
berusahauntukberadaptasidengancepat
dantetapmemberikankinerjaterbaik tanpa
membicarakan
sisi
negatif
pemimpin baru dengan karyawan lainnya yang justru akan menurunkan
kinerja karyawan lain.
4. Keterbukaan (courtesy): kesediaan menyampaikan informasi kepada yang
Universitas Sumatera Utara
lain.
Seseorang
yang
memiliki
dimensi
itu
adalah
orang
yang
menghargaidanmemperhatikanoranglain karena menyadari keterbatasan
setiap orang dalam keberagamannya. Karyawan juga toleransi dan tenggang
rasa dengan orang lain, dan biasanya berani berterus terang dan tidak
menutup-nutupi baik kesalahan yang dilakukan maupun yang dilakukan
orang lain. Contoh: selalu menyapa rekan dan memberikansenyuman
kepadarekan
kerja
merupakan
salah
satu
cara
kecil
dalam
membinahubunganbaikdengansesamarekankerja.Selainitu,
mengadakanpertemuandiluarjam
kerjadenganrekan-rekankerjayanglain
untuk refreshing merupakan salah satu perwujudan dimensi ini.
5. Rasa memiliki (civic virtue): yakni merasa terlibat dalam hal-hal yang
mempengaruhi
nasib
organisasi.
inimengaruhpadatanggungjawabyangdiberikanorganisasikepada
Dimensi
seorang
untuk meningkatkan kualitas bidang pekerjaan yang ditekuni. Karyawan
selalu proaktif dan siap memanfaatkan setiap kesempatan yang ada untuk
memperbaiki kinerja melebihi tuntutan perusahaan. Adanya sikap
menoleransi pada setiap perubahan kebijakan perusahaan selama hal itu baik
bagi pertumbuhan perusahaan. Contoh: mengikuti perubahan dalam
organisasi, mengambil inisiatif untuk merekomendasikan bagaimana operasi
atau
prosedur-prosedur
organisasi dapat diperbaiki, dan melindungi
sumber-sumber yang dimiliki oleh organisasi.
Universitas Sumatera Utara
2.1.4.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi OCB
Faktor-faktor yang mempengaruhi OCB antara lain:
a. Budayadan IklimOrganisasi
Sloat(Novliadi,2007)berpendapatbahwa
melakukantindakan
merekmerasa
karyawan
cenderung
yangmelampauitanggungjawabkerjamereka
puasdenganpekerjaannya.menerima
perlakuan
apabila
yang
sportifdanpenuhperhatiandaripengawas,sertapercayabahwa
merekadiperlakukanadiloleh organisasi. Iklim
organisasi
dapat
menjadi
organisasi
dan
budaya
penyebabberkembangnyaOCBdalamsuau
organisasi.Denganiklimorganisasiyang
positif,
karyawanmerasalebihingin
melakukanpekerjaannyamelebihiapayang
uraianpekerjaan,danakanselalumendukung
telahdisyaratkandalam
tujuanorganisasijika
mereka
diperlakukan oleh para atasan dengan sportif dan dengan penuhkesadaran serta
percayabahwamerekadiperlakukan secara adil oleh organisasinya.
Konovsky
(socialexchange
danPugh(Novliadi,2007)menggunakanteori
theory)
pertukaransosial
untukberpendapatbahwa
karyawantelahpuasterhadappekerjaannya,mereka
ketika
akan
membalasnya.Pembalasandarikaryawantersebuttermasukperasaan memiliki (sense
of belonging) yang kuat terhadap organisasi dan perilakusepertiorganizational
citizhenship.
b. Kepribadian dan suasanahati
Kepribadiandansuasana
hatimempunyaipengaruh
terhadap
timbulnya
OCBsecara individualmaupunkelompok.George (Novliadi, 2007)berpendapat
Universitas Sumatera Utara
bahwa
kemauan
seseorang
untuk
membantuorang
lainjugadipengaruhisuasanahati.Kepribadian merupakan suatu karakteristik yang
secara
relatif
dapat
tetap,sedangkansuasanahatimerupakankarakteristikyang
ubah.Sebuah
suasanahatiyang
dikatakan
dapat
berubah-
positifakanmeningkatkan
peluangseseoranguntukmembantu oranglain.
Meskipun suasana hati dipengaruhi (sebagian) oleh kepribadian,ia juga
dipengaruhi oleh situasi,misalnya iklimkelompok kerja
dan faktor-faktor
keorganisasian.Jadi,jikaorganisasi
menghargaikaryawannyadanmemperlakukanmerekasecara
adilserta
iklimkelompokkerja
bearada
dalamsuasana
berjalanpositifmakakaryawancenderung
hatiyang
bagus.Konsekuensinya,merekaakan
secarasukarela
memberikan bantuan kepeadaoranglain(Sloat, 1999).
c. Persepsi terhadapdukungan organisasional
StudiShore
danWayne(Novliadi,2007)menemukanbahwa
persepsi
terhadapdukunganorganisasional (PerceivedOrganizaional Support/ POS) dapat
menjadi
faktoruntuk
memprediksiOCB.
Pekerja
yangmerasabahwamerekadidukungolehorganisasiakan
memberikan
timbalbaliknya(feedback)dan
menurunkan
ketidakseimbangandalamhubungantersebutdenganterlibat
dalam
perilaku
citizenship.
d. Persepsi terhadap kualiasinteraksi atasan-bawahan
Kualitas
interaksiatasan-bawahan
juga
diyakinisebagaifaktor
unuk
Universitas Sumatera Utara
memprediksi
OCB.
Miner
(Novliadi,
bahwaineraksiatasan-bawahanyang
2007)
mengemukakan
berkualiastinggiakan
memberikan
dampakseperti meningkatkan kepuasan kerja, produktifitas, dan kinerjakaryawan.
Riggio(1990)
menyatakan
bawahanberkualiastinggimaka
bahwa
seseorang
apabilainteraksiatasanatasanakanberpandanganpositif
terhadapbawahannyasehingga bawahannya akan
banyak
merasakan
bahwaatasannya
memberikan dukungandanmotivasi.Halinimeningkatkan rasa percaya
danhormat bawahan pada
atasannya
sehingga
mereka termotivasi untuk
melakukan “lebih dari”yangdiharapkan oleh atasan mereka.
e. Masakerja
Greenberg danBaron(2000)mengemukakanbahwa karakteristik personal
seperti masa kerja dan jenis kelamin berpengaruh pada OCB.
f. Jenis kelamin
Komrad(Novliadi,2007)
mengemukakanbahwa
perilaku
sepertimenolongoranglain,bersahabatdanbekerja
samadenganoranglainlebihmenonjoldilakukanolehwanitadaripada
penelitianjuga
menunjukkan
bahwa
lebihmengutamakanpembentukanrelasidaripadapriadan
perilaku
menolong
dari
pada
pria.Beberapa
wanita
cenderung
lebih
menunjukkan
pria.
Temuan-
temuantersebutmenunjukkanbahwaadaperbedaanyang cukup mencolok antara pria
dan wanita dalam perilaku menolong
merekabekerja.
dan interaksi sosial di tempat
Morrison(1994)(Novliadi,2007)jugamembuktikanbahwa
perbedaanpersepsiterhadapOCBantara
priadanwanita,dimana
ada
wanita
Universitas Sumatera Utara
mengganggapOCBmerupakanbagiandari perilakuin-role mereka dibanding pria.
Bukti-bukti
tersebut
menunjukkan
bahwa
wanita
cenderungmenginternalisasiharapan-harapankelompok,
rasa
kebersamaandanaktivitas-aktiviasmenolong
sebagaidaripekerjaan
mereka(Diefendorfe al,2002 dalam Novliadi, 2007).
ShwetadanSrirang(2010:26)
juga
menyajikansebuahtinjauanyang
komprehensif berupa kerangka kerja untuk mengemukakan faktor-faktor yang
mempengaruhi OCB, diantaranya:
1) Disposisi individu danmotif individu
Disposisiindividu
conscientiousness,
sepertipositiveaffectivity,negativeaffectivity,
agreeableness,
dan
juga
locus
ofcontrolmemainkan
perananpenting dalammenentukantingkatOCByang ditampilkanoleh pegawai.
Selaindisposisiindividu,pegawaididorongoleh
motivasibaik
intrinsik
atau
ekstrinsik untuk menunjukkan OCB.
2) Kohesivitas kelompok
Pegawai pada umumnya berhubungan langsung dengan kelompok kerja
dalampekerjaannya.Halinisecarajelasmemberikanpengaruhpadasikap
danperilakupegawaitersebut.Kohesivitaskelompokmendorong
munculnya
OCByang bertujuanuntuklebihmempererathubunganagarkelompok menjadi kuat
dan efektif.
3) Sikap Pegawai
OCBtergantung
padasikappositifkaryawanterhadappekerjaanmerekaserta
Universitas Sumatera Utara
terhadaporganisasi,yang meliputi:
a. Komitmen Organisasi
Tingginyatingkatkomitmenorganisasitercermindalam
keterlibatan
pegawaidalampermasalahanorganisasidiluar penugasan secaraumum.
b. KepuasanKerja
Berbagaistudimenunjukkanhubunganyang
positifantara
kepuasankerja
dengan OCB.
4) Kepemimpinan Transformasional
Pegawaiyangterlibat
dalamOCBadalahdalam
kondisi
manajer
menampilkanperilaku kepemimpinantransformasionalseperti mempunyai visi,
menjadi teladan, menyegarkan intelektual bawahan,dan mengkomunikasikan
harapankinerjayang tinggi.Jelasbahwa munculnyaOCBpegawaibergantungpada
efektivitas kepemimpinanyangberjalan dalam organisasi.
5) Keadilan Organisasi
Keadilanorganisasimencerminkansejauhmana
diperlakukanadilolehorganisasi.Organisasiyang
pegawaimerasa
mengikutiprinsip-prinsip
umumkeadilanorganisasiakanmemastikan bahwa keadilandistributif, keadilan
prosedural,dankeadilan
interaksionaltelah
memilikiukuranyang
baikdalamorganisasi.
2.1.4.4
Kontribusi
OrganizationalCitizenshipBehavior
(OCB)
dalamPerusahaan
OCB merupakan perilaku positif karyawan
yang bersedia dengan
Universitas Sumatera Utara
keinginansendiriuntukmelakukankegiatan
prososial,
deskripsipekerjaannyadandiluarsistem
sekalipun
itu
di
luar
penghargaanyangdiaturoleh
perusahaan.Berdasarkandefinisi tersebut, tentu OCBmemilikibanyakkontribusi
baik
bagi
huungan
antar
karyawan
dan
bagi
efektivitas
perusahaan.
Hardaningtyas(dalam Budiawan, 2012:6) menguraikan kontribusi OCB,sebagai
berikut :
1.OCB meningkatkanproduktivitas rekan kerja
a. Karyawan yang menolong rekan kerja lain akan mempercepat penyelesaian
tugas rekan kerjanya, dan padagilirannya meningkatkan produktivitas
rekan tersebut.
b.
Seiringberjalannyawaktu,perilakumembantuyangditunjukkankaryawan
akan membantu menyebarkan best practice ke seluruh unit kerja atau
kelompok.
2.OCB meningkatkan produktivitas manajer
a. Karyawan yang menampilkanperilaku civicvirtue akanmembantumanajer
mendapatkan saran dan atau umpan balik yang berharga dari karyawan
tersebutuntukmeningkatkan efektivitas unit kerja.
b.
Karyawanyangsopandanmenghindarikonflikdenganrekankerjaakan
menolongmanajerterhindardari krisis manajemen.
3.OCBmenghematsumberdayayangdimilikimanajemendanorganisasisecara
keseluruhan.
a. Jika karyawan saling tolong-menolong dalam menyelesaikan masalah dalam
suatupekerjaansehingga
tidak
perlumelibatkan
manajer,
Universitas Sumatera Utara
konsekuensinyamanajerdapatmemakai waktunya untuk melakukan tugas lain,
seperti membuat perencanaan bagi organisasi.
b. Karyawanlamayangmembantukaryawanbarudalam pelatihandan melakukan
orientasi kerja akan membantu organisasi mengurangi biaya untuk keperluan
tersebut.
4.OCBmembantumenghematenergisunberdayayanglangkauntukmemelihara
fungsi
kelompok.
a. Keuntungan dari perilaku menolong adalah meningkatkan semangat, moral,
dankerekatankelompok,sehinggaanggotakelompokataumanajertidak
perlumenghabiskanenergidan waktuuntukpemeliharaan fungsi kelompok.
b.
Karyawanyangmenampilkanperilakucourtesyterhadaprekankerjaakan
mengurangikonflikdalam
kelompok,sehinggawaktuyangdihabiskan
untuk
menyelesaikan konflik manajemen berkurang.
5.OCB dapat menjadi sarana efektif untuk menkoordinasi kegiatan-kegiatan
kelompok kerja.
a.
Karyawanyangmenampilakanperilakucivicvirtue,sepertimenghindari
danberpartisipasiaktifdalam
pertemuanunitkerjanya,akanmembantu
koordinasi di antara anggota kelompok, yang akhirnyasecara potensial
meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalamkelompok.
b.
Karyawanyangmenampilakanperilakucourtesy,sepertisalingmemberi
informasitentangpekerjaandengananggotadaritim
lainakanmenghindari
munculnya masalahyang membutuhkan waktu dantenagauntuk diselesaikan.
6. OCB meningkatkankemampuanorganisasiuntukmenarik dan
mempertahankan
Universitas Sumatera Utara
karyawan terbaik.
a. Perilakumenolongdapatmeningkatkanmoral dan kerekatan serta perasaan
salingmemilikidiantaraanggotakelompok,sehinggaakan
meningkatkan
kinerja organisasi dan membantu organisasi menarik dan mempertahankan
karyawan yang baik.
b. Memberi contoh pada karyawan lain denganmenampilkanperilaku
sportmanship,
misalnya
tidak
mengeluh
permasalahankecil,akanmenumbuhkan
karena
loyalitasdan
permasalahan-
komitmen
pada
organisasi.
7.OCB meningkatkanstabilitas kinerja organisasi
a.
Membantutugaskaryawanyangtidakhadirditempatkerjaatauyang
mempunyaibeban kerjaberatakan meningkatkan stabilitas, denga cara
mengurangi variabilitas dari kinerja unit kerja.
b. Karyawanyangconscientiouscenderungmempertahankantingkatkinerja yang
tinggi secara konsisten, sehingga mengurangi variabilitas pada kinerja unit
kerja.
8.OCBmeningkatkankemampuan
TINJUAN PUSTAKA
2.1 Kerangka Teoritis
2.1.1 Budaya Organisasi
2.1.1.1 Pengertian Budaya Organisasi
Budaya organisasimerupakan seperangkat sistem nilai-nilai (values),
keyakinan-keyakinan (beliefs), asumsi-asumsi (assumptions), atau normanormayang telahlamaberlaku, disepakati
dan
diikuti
oleh
para anggota
suatuorganisasisebagai pedoman perilaku dan pemecahan masalah-masalah
organisasinya. Sutrisno,( 2010:2).
Menurut (Kusdi, 2011:13), budaya organisasi adalah suatu pola asumsiasumsi dasar yang diciptakan, ditemukan, atau dibangun suatu kelompok dalam
proses learning untuk mengatasi masalah adaptasi eksternal dan integrasi internal,
serta telah terbukti berjalan cukup baik sehingga dianggap valid dan harus
diajarkan kepada anggota-anggota baru sebagai cara yang tepat dalam
memandang, berpikir, dan merasa berkaitan dengan masalah-masalah lain.
MenurutRobbinsdan Coulter(dalam L Zumaroh 2014:12) budayaorganisasi
merupakan
sehimpunan
nilai,
dianutbersamadanmempengaruhi
prinsip,tradisi,
perilaku
dancara
bekerja
yang
sertatindakanparaanggota
organisasi.Untuk ituharus diajarkankepada semua anggota sebagai suatucarayang
benardalammengkaji,berpikir, danmerasakanmasalahyangdihadapi.
Universitas Sumatera Utara
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi adalah
seperangkat keyakinan-keyakinan, norma-norma, nilai, prinsip, tradisi dan cara
bekerja yang dianut dan disepakati bersama yang mempengaruhi tindakan para
anggota organisasi dalam penyelesaian masalah yang dihadapi organisasi.
2.1.1.2 Pembentukan Budaya Organisasi
Unsur-unsur Pembentuk Budaya Organisasi Deal & Kennedy (dalam
Pabundu, 2010:16) membagi lima unsur pembentuk budaya sebagai berikut :
a.
Lingkungan Usaha
Kelangsungan hidup organisasi (perusahaan) ditentukan oleh kemampuan
perusahaan memberi tanggapan yang tepat terhadap peluang dan tantangan
lingkungan. Lingkungan usaha merupakan unsur yang menentukan apa yang
harus dilakukan perusahaan agar bisa berhasil. Lingkungan usaha yang
berpengaruh antara lain meliputi produk yang dihasilkan, pesaing, pelanggan,
teknologi, pemasok, kebijakan pemerintah, dan lain-lain.
b.
Nilai-nilai
Nilai-nilai adalah keyakinan dasar yang dianut oleh sebuah organisasi.
Setiap perusahaan mempunyai nilai-nilai sebagai pedoman berpikir dan bertindak
bagi semua warga dalam mencapai tujuan/misi organisasi.
c.
Pahlawan
Pahlawan adalah tokoh yang dipandang berhasil mewujudkan nilai-nilai
budaya dalam kehidupan nyata. Pahlawan bisa berasal dari pendiri perusahaan,
Universitas Sumatera Utara
para manajer, kelompok organisasi atau perorangan yang berhasil menciptakan
nilai-nilai organisasi.
d.
Ritual
Stephen P. Robbins mendefinisikan ritual sebagai deretan berulang dari
kegiatan yang mengungkapkan dan memperkuat nilai-nilai utama organisasi itu,
tujuan apakah yang paling penting, orang-orang manakah yang penting dan mana
yang dapat dikorbankan.
e.
Jaringan Budaya
Jaringan budaya adalah jaringan komunikasi informal yang pada dasarnya
merupakan saluran komunikasi primer. Fungsinya menyalurkan informasi dan
memberi interpretasi terhadap informasi. Melalui jaringan informal, kehebatan
perusahaan diceritakan dari waktu ke waktu.
2.1.1.3 Fungsi Budaya Organisasi
MenurutSutrisno,
(2011:10)fungsibudaya
organisasiadalah
sebagai
berikut:
1. Budayamempunyaisuatuperanpembeda.Halituberartibahwabudayakerja
menciptakan pembedaanyang jelas antara satu organisasi dengan organisasi
yang lain.
2. Budaya organisasi membawa suatu rasa identitasbagi anggota-anggota
organisasi.
3. Budayaorganisasimempermudahtimbulpertumbuhankomitmenpadasesuatu
yang lebih luas daripadakepentingan diriindividual.
4. Budaya organisasiitu meningkatkankemantapan sistemsosial.
Universitas Sumatera Utara
2.1.1.4 Dimensi-dimensiBudayaOrganisasi
Adapundimensibudaya organisasimenurut Robbins (dalam Aput, 2015:19)
adalah sebagai berikut :
1)
Inovasidanmengambilrisikoberkaitandengansejauhmana
para
anggotaorganisasi/karyawandidorong untukinovatifdanberani mengambil
risiko.
2)
Perhatianpada
organisasi/karyawan
rincianberkaitandengansejauhmana
diharapkan
mau
memperlihatkan
paraanggota
kecermatan
(presisi), analisis dan perhatian kepada rincian.
3)
Orientasi hasil mendiskripsikan sejauh mana manajemen fokus pada
hasilbukanpada teknikdanprosesyangdigunakanuntuk mendapatkan hasil
tersebut.
4)
Orientasimanusia
menjelaskansejauhmana
keputusanmanajemen
memperhitungkanefekhasilkepadaorang-orang didalam organisasitersebut.
5)
Orientasitimberkaitandengansejauhmana
kegiatankerja
organisasidilaksanakandalamtim-timkerja,bukanpada individu individu.
6)
Agresivitasmenjelaskansejauhmanaorang-orangdalam
organisasimenunjukkan keagresifan dan kompetitif, bukan bersantai.
7)
Stabilitas
sejauhmanakegiatanorganisasimenekankan
dipertahankannyastatusquo sebagailawan daripertumbuhan atau inovasi.
2.1.1.5 Tipe Budaya Organisasi
MenurutKusdi, ( 2011:73)ada4(empat) tipe budaya organisasi:
Universitas Sumatera Utara
1.Kultur Adaptif
Dicirikanolehfokusstrategispada
lingkungan
eksternal,dimanaorganisasi
mengandalkan fleksibilitas dan adaptasi terhadapperubahan tuntutan konsumen.
2.Kultur Misi
Memfokuskan strateginya pada lingkungan eksternal, tetapi tidak
memerlukan perubahan
cepat danresponsifterhadap perubahan kebutuhan
konsumen.
3.Kultur Keterlibatan
Kulturorganisasiyang
fokusstrategisnyaadalahlingkunganinternal,yaitu
membangunketerlibatandanpartisipasi
anggota-anggota
organisasi
walaupun
lingkunganeksternal yang dihadapisesungguhnya selalu berubah dengancepat.
4.Kultur Konsistensi
Memiliki
fokusstrategisinternal
dan
menikmati
lingkungan
yang
relatifstabil.
Universitas Sumatera Utara
2.1.1.6 Level Budaya Organisasi
Schein (dalam Pabundu, 2010:22-23) membagi level budaya organisasi
menjadi 3 (tiga) bagian yaitu :
1.
Artifak dan Kreasi
Artifak mencakup semua fenomena yang bisa dilihat, didengar, dan
dirasakan. Pada level artifak dan kreasi, konstruksinya dilakukan secara
lingkungan fisik dan sosial. Pada level ini orang dapat melihat ruang fisik, produk,
teknologi kelompok, bahan tertulis dan tidak tertulis, produksi seni dan
perilakunyata anggota organisasi. Dalam hal ini termasuk gaya berpakaian,
penampilan emosional, mitos dan sejarah organisasi, nilai-nilai yang muncul
dalam komunikasi seperti ritual, seremonial, dan sebagainya.
2.
Nilai-nilai
Nilai-nilai adalah solusi yang muncul dari seorang pemimpin dalam
organisasi dengan maksud memecahkan masalah-masalah rutin dalam organisasi
tersebut. Jika suatu kelompok ingin menciptakan atau dihadapkan pada tugastugas organisasi, masalah-masalah atau isu-isu penting organisasi, maka solusi
yang pertama muncul, datangnya dari individu-individu yang berpengaruh dalam
kelompok tersebut.
3.
Asumsi Dasar
Asumsi dasar ini merupakan bagian budaya organisasi yang paling utama.
Asumsi dasar menjadi jaminan bahwa seseorang menemukan variasi kecil dalam
unit budaya. Dalam asumsi dasar terdapat petunjuk-petunjuk yang harus dipatuhi
Universitas Sumatera Utara
anggota organisasi menyangkut perilaku nyata, termasuk menjelaskan kepada
anggota kelompok bagaiman merasakan, memikirkan segala sesuatu. Solusi-solusi
yang masuk asumsi dasar ini dimaksudkan untuk dapat menyelesaikan masalah
secara berkesinambungan dan dapat dikomunikasikan secara terus-menerus
sehingga merupakan nilai yang dapat diandalkan.
2.1.1.7 Karakteristik Budaya Organisasi
Menurut Stephen P. Robbins (dalam Pabundu, 2010:10-12) ada sepuluh
karakteristik budaya organisasi yaitu :
1.
Inisiatif Individual
Yang dimaksud inisiatif individual adalah tingkat tanggung jawab,
kebebasan atau indepedensi yang dipunyai setiap individu dalam mengemukakan
pendapat. Inisiatif individu tersebut perlu dihargai oleh kelompok atau pimpinan
suatu
organisasi
sepanjang
menyangkut
ide
untuk
memajukan
dan
mengembangkan organisasi/perusahaan.
2.
Toleransi Terhadap Tindakan Berisiko
Dalam budaya organisasi perlu ditekankan, sejauh mana para pegawai
dianjurkan untuk dapat bertindak agresif, inovatif, dan mengambil resiko. Suatu
budaya organisasi dikatakan baik, apabila dapat memberikan toleransi kepada
anggota untuk dapat bertindak agresif dan inovatif untuk memajukan organisasi
serta berani mengambil resiko terhadap apa yang dilakukannya.
3.
Pengarahan
Universitas Sumatera Utara
Pengarahan dimaksudkan sejauh mana suatu organisasi dapat menciptakan
dengan jelas sasaran dan harapan yang diinginkan. Sasaran dan harapan tersebut
jelas tercantum dalam visi, misi, dan tujuan organisasi. Kondisi ini dapat
berpengaruh terhadap kinerja organisasi.
4.
Integrasi
Integrasi dimaksudkan sejauh mana suatu organisasi dapat mendorong unit-
unit organisasi untuk bekerja dengan cara yang terkoordinasi. Kekompakan unitunit organisasi dalam bekerja dapat mendorong kualitas dan kuantitas pekerjaan
yang dihasilkan.
5.
Dukungan Manajemen
Dukungan manajemen dimaksudkan sejauh mana para manajer dapat
memberikan komunikasi atau arahan, bantuan serta dukungan yang jelas terhadap
bawahan.
6.
Kontrol
Alat kontrol yang dapat dipakai adalah peraturan-peraturan atau norma-
norma yang berlaku dalam suatu organisasi.
7.
Identitas
Identitas dimaksudkan sejauh mana para anggota suatu organisasi
perusahaan dapat mengindentifikasikan dirinya sebagai satu kesatuan dalam
perusahaan dan bukan sebagai kelompok kerja tertentu atau keahlian professional
tertentu.
Universitas Sumatera Utara
8.
Sistem Imbalan
Sistem imbalan dimaksudkan sejauh mana alokasi imbalan (seperti kenaikan
gaji, promosi, dan sebagainya) didasarkan atas prestasi kerja pegawai, bukan
sebaliknya didasarkan atas senioritas, sikap pilih kasih, dan sebagainya. Sistem
imbalan yang didasarkan atas prestasi kerja pegawai dapat mendorong pegawai
suatu organisasi untuk bertindak dan berperilaku inovatif dan mencari prestasi
kerja yang maksimal sesuai kemampuan dan keahlian yang dimilikinya.
9.
Toleransi Terhadap Konflik
Sejauh mana para pegawai didorong untuk mengemukakan konflik dan
kritik secara terbuka. Perbedaan pendapat merupakan fenomena yang sering
terjadi dalam suatu organisasi. Naun perbedaan pendapat kritik yang terjadi bisa
dijadikan sebagai media untuk melakukan perbaikan atau perubahan startegi untuk
mencapai tujuan suatu organisasi.
10.
Pola Komunikasi
Sejauh mana komunikasi dibatasi oleh hierarki kewenangan yang formal.
Kadang-kadang hierarki kewenangan dapat menghambat terjadinya pola
komunikasi antara atasan dan bawahan atau antarkaryawan itu sendiri.
2.1.2 Kepemimpinan Transformasional
2.1.2.1 Pengertian Kepemimpinan
Menurut Getol (2012:39) kepemimpinandapat diukur dari dampakyang
ditimbulkanataspara
anggota
kelompoknya.Dampaktersebutberupa:a)rasakepemilikan(sense of belonging)yakni
Universitas Sumatera Utara
apabilaanda
memilikisesuatupastilahanda
mengembangkan
ingin
mempertahankan,
daanbahkanmembuatnya
menjadi
lebihbaik;b)rasapercaya(senseoftrust)
sebelumadarasamemiliki
yangharus
ditumbuhkanadalahrasa percaya.
Karyawanpercaya
bahwa
perusahaanini
tempatnyadalammengembangkankarir
akanmerupakan
yangterbaik
buat
dirinya;c)rasatanggungjawab(senseof responsibility) yaknisetiapkaryawansudah
tertanamrasamemiliki
danrasa
memberikanyangterbaikdalam
percaya
menyelesaikanpekerjaannya;d)rasakrisis
(senseofcrisis)yaitumenghemat
bisadiselamatkantanpamengurangi
dicapaijikakitamampu
akanbersedia
biaya-biayaapasajayang
hasil
mengatasi
atau
perkembanganperusahaanbisa
persaingan;
e)rasacintadan
hormat(senseofloveandrespect)yaitu sikapsaling menghormati antara atasan
danbawahan dan diantararekan kerjaakan timbul seiring denganberkembangnya
budayaperusahaan.
MenurutRivai dan Mulyadi (2012:133), kepemimpinan pada
melibatkan
orang
dasarnya:
lain, melibatkan distribusi kekuasaan yang tidak merata
antara pemimpin dan anggota kelompok, menggerakkan kemampuan dengan
menggunakanberbagaibentukkekuasaan
lakubawahan,danmenyangkutnilai.
untuk
mempengaruhitingkah
Empatsifatumum
yangmempunyaipengaruhterhadapkeberhasilankepemimpinanorganisasi,yaitu: (1)
kecerdasan,(2) kedewasaan,(3) motivasidiridandoronganberprestasi,dan(4) sikap
hubungan kemanusiaan.
Universitas Sumatera Utara
Daribeberapadefinisidiataspenulisdapatmenyimpulkan
bahwa
kepemimpinanmerupakankemampuan mempengaruhi orang lain, bawahanatau
kelompok,kemampuan
mengarahkantingkahlaku
memiliki
bawahan
kemampuan
atau
kelompok,
ataukeahliankhusus
dalambidangyangdiinginkanolehkelompoknya,untukmencapaitujuan organisasi.
2.1.2.2 Pengertian KepemimpinanTransformasional
Kepemimpinantransformasional
merupakanpendekatanterakhir
yanghangatdibicarakanselamadua dekadeterakhir ini.Menurut SetiawandanMuhith
(2013:24).
mengatakanbahwa
dalamteorikepemimpinan
kepemimpinantransformasionaltermasuk
modern
yang
gagasan
awalnya
dikembangkan
olehJames McGroger Burns, yang secara eksplisit mengangkat suatu teori bahwa
kepemimpinantransformasionaladalahsebuah
danparabawahannya
berusaha
proses
dimana
mencapaitingkat
pimpinan
moralitasdanmotivasi
yanglebihtinggi.
MenurutSetiawandanMuhith(2012:19)
kepemimpinantransformasional
dantransformasional.
terdiri
Istilahtersebut
secaraleksikalistilah
dari
duakatayaitukepemimpinan
bermaknaperubahanrupa(bentuk,
sifat,
fungsidanlainsebagainya)bahkanadajugayangmenyatakan
bahwakatatransformasional berindukdari kata“totransform”yang memiliki makna
mentransformasionalkanvisi
menjadirealitas,panas
menjadi
energi,potensi
menjadifaktual, latenmenjadimanifestdan sebagainya.
Menurut
Lensufiie(2010:81)
bahwa
kepemimpinan
transformasional
Universitas Sumatera Utara
memilikipengertiankepemimpinanyang
bertujuanuntuk
perubahan,
perubahanyangdimaksuddiasumsikansebagaiperubahanyanglebih
baik
menentangstatusquodanaktif.KepemimpinanTransformasional
jugadiartikansebagaipendekatankepemimpinanyang
menciptakan
perubahan
positif dan bernilaibagisuatuorganisasi.
Sementara Bass dan Ringo (2006) mengatakan bahwa gaya kepemimpinan
transformasional adalah gaya kepemimpinan yang mampu mendorong dan
menginspirasi para pengikutnya untuk mencapai kinerja luar biasa dengan cara
memberdayakan dan menyelaraskan antara tujuan individu, tujuan kelompok serta
tujuan organisasi atau perusahaan.
Setiawan
danMuhith,
(2013:99)
juga
mendiskripsikan
bahwakepemimpinantransformasional
merupakan
“empowertheirfollowersandencouragethem
originallyexpectedtodo”
to“domorethanthey
transformationalleadersmotivatefollowersto
perform
athigherlevels,toexertgreatereffort,andtoshowmore commitment”.
SelanjutnyaSuharsaputra
(dalamSetiawan
danMuhith,
2013:98)
mengemukakankepemimpinan
transformasionalmerupakan“aleadershipperspectivethat
leaderschangeteamororganization
explainshow
bycreating,communicatingand
modelinginvisionforthe organizationor work unit, andinspiring employees
tostriveforthevision”.
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan transformasional
merupakan bentuk kepemimpinan yang mampu mempengaruhi, mengubah atau
Universitas Sumatera Utara
melakukan
transformasi
di
dalam
tim
atau
organisasi
dengan
cara
mengkomunikasikan, menciptakan dan menjadi model transformasi itu sendiri
agar tim atau organisasi termotivasi untuk bekerja lebih baik sehingga visi
perusahaan dapat menjadi realitas.
Northouse, (2013:179)bahwa kepemimpinantransformasional memotivasi
pengikutuntuk melakukan lebih dariyangdi harapkan dengan:
a. Meningkatkantingkatpemahamanpengikutakankegunaandannilaidari
tujuanyang rinci dan ideal;
b. Membuat pengikut mengalahkan kepentingan sendiri demi tim atau
organisasi;
c. Menggerakkanpengikutuntukmemenuhikebutuhantingkatanyanglebih tinggi.
Dari pendapat diatasdisimpulkanbahwa pemimpinyang transformasional
diukur
hormatpara
daritingkatkepercayaan,kepatuhan,kekaguman,
kesetiaandanrasa
pengikutnya.Perilaku-perilakuyang
dimunculkankepemimpinantransformasional dapat ditarik beberapa karekteristik
yangmenjadi ciri khas kepemimpinan transformasionalantara lain:
a. Mempunyai visiyangbesar danmemercayai intuisi;
b. Menempatkandiri sebagaimotor penggerakperubahan;
c. Beranimengambilresiko denganpertimbanganyangmatang;
d. Memberikan kesadaranpada bawahanakanpentingnyahasil pekerjaan;
e. Memilikikepercayaanakankemampuanbawahan;
f. Fleksibel danterbuka terhadappengalamanbaru;
g. Berusahameningkatkan motivasiyanglebihtinggidaripada sekedar motivasi
Universitas Sumatera Utara
yang bersifatmateri;
h. Mendorongbawahanuntukmenempatkankepentinganorganisasi
diatas
kepentinganpribadiataugolongan;
i. Mampumengartikulasikannilaiinti
(budaya/tradisi)untuk
membimbingperilakumereka,Setiawan(2013:26).
2.1.2.3 KomponenKepemimpinanTransformasional
Komponensecaraleksikaldiartikansebagaibagian dari keseluruhan; unsur
atau
bagian;onderdil.Jadi
dijadikansatu
dengankata
partikelkatakomponen
“kepemimpinan
unsurkecilyang
ketikadisandingkan
atau
transformasional‟bermaknaunsur-
membentuksatuan
kesatuananatomi
kepemimpinantransformasionalyangutuh. Setiawan (2013:149).
Lebih lanjutdikemukakan bahwakomponenkepemimpinan transformasional
dan kepemimpinan transaksional menggabungkan Sembilan faktoryaitu:lima
faktortercakup dalamkepemimpinan transformasionalyang meliputi atributyang
ideal,
perilakuyang
ideal,
motivasiinspiratif,
stimulasiintelektual,dankonsiderasiyang
diindividualisasikan;sedangempatfaktortermasuk
transaksionalmencakuppenghargaan,
manajemen
pengecualian
pasif,
dalamkepemimpinan
manajemen
dan
pengecualian aktif, dan
yang terakhir adalah
faktor
laissezfaire(sebagaifaktor non-leadership).
Berbicarakomponentransformasional menurut Karimbahwaadalah bentuk
aslinya ada duabelaskomponendalampengukuran kepemimpinantransformasional
yang meliputi item-itemmengenai a. atributcharisma,b. idealizedinfluence,c.
Universitas Sumatera Utara
inspirationalleadership.d.
intellectualstimulation,
e.individualconsideration,
f.contingentreward, g. management-by-exception active, h.management-byexceptionpassive,
i.laissez
faireleadership,j.extra-
effort,k.effectivenessdanl.Satisfaction, Setiawan (2013:151).
2.1.2.4 Ciri Pemimpin Transformasional
SelanjutnyaDjamaludin, (2012:130) mengemukakanbahwa ada empat hal
yang menjadi ciri pemimpin transformasional untuk mempengaruhi organisasi
agar tercipta tujuan, berikut penjelasan secara lebih rinci:
1. Idealizedinfluence(pengaruhideal)
Yaitu sifat-sifat keteladanan (role model) yang ditunjukkan kepada pengikut
dan sifat-sifat yang dikagumi pengikut dari pemimpinnya. Pengaruhideal:a)
menjadi teladan dengan memberikan makna yang terkandung dalam visi
perusahaan secara menarik dan menggugah agar ada dorongan dari dalam diri
pengikutnya untuk bersama-sama mewujudkan visi itu; b) menunjukkan
keteladanan berkomunikasi secara efektif dan mempraktikkan perilaku yang
mendukung visi, misi dan tata nilai perusahaan;c) rela berkorban dan
menunjukkan keberanian mengambil risiko pribadi untuk mencapai visi itu; d) apa
yang dilakukan untuk kepentingan perusahaan dan kepentingan bersama; e)
menyampaikan harapan yang tinggi kepada para pengikutnya agar termotivasi
untuk berbuat baik;f) percaya diri;g)menunjukkan bahwa dirinya dalah bagian dari
kelompok, rendah hati, menghargai anggota lain; h) memiliki standar dalam
berperilaku dengan menjunjung tinggi etika dan moral dalam bekerja dan
Universitas Sumatera Utara
mempraktikkan tata nilai perusahaan dengan tulus.
2. Intellectual stimulation(stimulasi intelektual)
Pemimpin mengajak pengikutnya untuk selalu mempertanyakan asumsi di
balik suatu hal, mencari cara baru dalam mengerjakan suatu hal, tidak mengkritik
dan menilai gagasan yang dilontarkan, dan lebih berfokus pada pemberian
apresiasi pada setiap gagasan sekecil apapun itu.
Stimulasi intelektual adalah: a) leading by questions; b) merangsang
pemikiran kreatif dan inovatif;c)memperluas cara pandang pengikut dengan
berbagai alternatif baru; d) menyediakan fasilitas bagi para pengikutnya untuk
terus belajar
dan menambah wawasan;e) memanfaatkan kesalahan pengikutnya sebagai media
pembelajaran;f) merangsang pengikut untuk meyakini kemampuan yang dimiliki;
g)mengevaluasi kesalahan pengikutnya dan merangsangnya untuk memikirkan
gagasan dan tindakan yang lebih baik.
3.
Inspirational motivation(motivasi inspirasi)
Sifat pemimpin yang memberikan inspirasi dalam bekerja, mengajak
karyawan untuk mewujudkan cita-cita bersama agar hidup dan karya mereka
menjadi bermakna. Memberikan kesempatan kepada karyawan untuk menemukan
kearifan dan mencari tantangan diri untuk berbuat sesuatu yang lebih baik.
Memotivasi pengikut agar bisa mencapai kinerja yang luar biasa, baik dalam
pekerjaan maupun dalam pengembangan dirinya. Menginspirasi pengikut agar
Universitas Sumatera Utara
bisa mencapai karir yang setinggi-tingginya di masa depan. Memberikan
semangat dan menanamkan rasa bangga pada diri anggota. Serta memberi
dorongan dan contoh pribadi dalam mengembangan rasa percaya diri dalam
mewujudkan keinginan pengikut.
4.
Individualizedattention(Kepedulian secara perorangan).
Pemimpin memperhatikan kebutuhan karyawannya dan membantu
karyawannya agar bisa maju dan berkembang dalam karir dan kehidupan mereka.
Dimana: a) pemimpin memperhatikan kebutuhan psikososial karyawan yang
dipimpinnya; b) memfasilitasi kebutuhan psikologi karyawan; c) menunjukkan
rasa simpati dan mencari solusi pada permasalahan yang dihadapi pengikut; d)
memperlakukan pengikut dengan rasa hormat; e) mengkaji dan meneliti
kemampuan dan kekurangan pengikut serta mngembangkannya; f) mengapresiasi
pengikut yang telah bekerja dengan baik.
Dengankepemimpinantransformasional/inspirasional, pengikut merasakan
kepercayaan, kekaguman, kesetiaan dan penghormatan terhadappemimpin
dantermotivasimelakukanlebihdaripadayang
diharapkan,
Sedarmayanti,
(2010:186).
2.1.3 Kepribadian
2.1.3.1 Pengertian Kepribadian
Fromm
(dalamAlma,2011:78)menyatakan
bahwakepribadian
adalah
keseluruhankualitas psikis seseorangyang diwarisinyadanmembuat orang tersebut
menjadi unik dan berbeda dengan yang lainnya. Kepribadian bersifat unik dan
Universitas Sumatera Utara
konsistensehinggadapatdigunakanuntukmembedakanantara
individu
yangsatudengan individu lainnya. Keunikaninilahyangmenjadikan kepribadian
sebagaivariabelyang
seringdigunakanuntukmenggambarkandiri
individuyangberbeda dengan individu lainnya.
Alisyahbana (dalam Alma,2011:79)menyatakanbahwa kepribadianadalah
keseluruhankarakteristikdiriseseorang,bisaberbentukpikiran,perasaan,kata
hati,temperamendanwatak.Seorangwirausahayangsuksesmemiliki
karakteristik
kepribadianyangkhusus yang membedakannya dari orang lain. Scarboroughdan
Zimmerer
( dalam Suryana,2006:24) mengemukakan delapan karakteristik
kepribadiandari seorang wirausahasuksesyakni:
1. Desireforresponsibilityyaknimemilikirasatanggungjawabatasusahausahayangdilakukannya.
2. Preference for moderate risk yakni memilih resiko yangmoderatdan
telahdiperhitungkandantidakmengambilresikoyang terlalurendahatau terlalu
tinggi.
3. Confidence in their ability to success yakni percaya bahwa dirinya bisa
meraih kesuksesanyang diinginkannya.
4. Desireforimmediatefeedbackyaknimemilikikeinginan
untuk
segera
mendapatkan umpan balik.
5. Highlevel of energy yakni memiliki semangat dan energi yang tinggi untuk
bekerja keras mencapai tujuannya.
6. Futureorientationyakniberorientasi padamasadepan danjangka panjang.
7. Skill
oforganizingyaknimempunyaiketrampilan
mengorganisir
sumber-
Universitas Sumatera Utara
sumberdayauntuk mencapai tujuannya.
8. Valueofachievementovermoneyyaknilebihmenghargaiprestasi dibandingkan
uang.
Oleh karena itu diperoleh kesimpulan bahwa kepribadian adalah
keseluruhankarakteristikdiriseseorang,bisaberbentukpikiran,perasaan,kata
hati,temperamendanwatak yang menjadi keunikan yang membedakannya dari
individu lain.
2.1.3.2Dimensi Kepribadian
Lawrence (2010:263) menjelaskan 5 faktor kepribadian. Dimana 5 faktor
kepribadian tersebut terdiri dari sebagai berikut:
a. TingkatKeluwesandan KenyamanandalamInteraksi (Extraversion)
Dimensi
ini
mengungkapkantingkat
kenyamananseseorangdalam
berhubungandenganindividulain.Individuyangmemiliki
cenderungsukahidupberkelompok,
sifat
tegas
bertindak,danmudahbersosialisasi.
di
ekstraversi
dalam
Sebaliknya,individuyangmemiliki
sifatintrovertcenderungsukamenyendiri, penakut,danpendiam.
Individudengankarakteristikini
bicara,
memilikikepribadianyangoutgoing,banyak
dansangatmudahbesosialisasi
sehingga
jikamelihat
individudengankarakeristikextraversionakanmemiliki
kepribadiannya,
banyakteman.Begitu
puladidalamorganisasi,karyawandengankepribadiansepertiini
akanmudah
beradaptasiterhadaplingkungankerjanya.
Universitas Sumatera Utara
b. Stabilitasemosi(Neurotiscm)
Dimensiini
menilai
kemampuanseseoranguntukmenahanstress.Individudengan
yangpositifcenderungtenang,
stabilitas
percayadiri,danmemiliki
emosi
pendiriandiri
yangteguh.Sementaraitu,individudnganstabilitasemosi
yangnegatifcenderungmudahgugup,khawatir,depresi,dantidakmemiliki
pendirianyang teguh.
Didalam organisasi, individu dengan stabilitas emosi yang tinggi akan
mudahmenyelesaikantugasmaupunkonflikdidalamorganisasi tersebut karena
memilikikepribadianyangrileksdantidakmudahkhawatir.
c. TingkatKeterbukaan(Opennesstoexperience)
Dimensiini
mengelompokkanindividu
minatdanketertarikannyaterhadaphal-halbaru.Individu
berdasarkanlingkup
yang
sangat
terbukacenderung kreatif,ingintahu, dan sensitif terhadaphal-hal yangbersifatseni.
Sebaliknya,merekayangsifatketerbukannya
kurang
cenderungmemiliki
sifatkonvensional danmerasanyamandenganhal-hal yang telah ada.
d. TingkatPersetujuan(Agreeableness)
Dimensi inimerujuk padakecenderungan individu untuk patuh terhadap
individulainnya.Individuyangsangat
senangbekerjasama,
hangat,
dan
mudahbersepakatadalahindividuyang
penuhkepercayaan.Sementaraitu,individu
yangtidak mudahbersepakatcenderungbersikapdingin, tidakramah, dan suka
menentang. Dalamorganisasi, karyawanyangmemilikiagreeablenessyangtinggi
Universitas Sumatera Utara
dapat
bekerjasamadengankaryawanlaindenganbaikkarena
sopan,
ramah,danpedulisehingga
memilikisifatyang
meningkatkanproduktifitaskinerjadidalam
organisasiitu.
e. TingkatKeseriusan(Conscientiousness)
Dimensiini
merupakan
ukurankepercayaanindividuyang
bertanggung
jawab,teratur, dapat diandalkan, dan gigih.Sebaliknya,individudengan sifat
berhati-hatiyangrendahcenderungmudahbingung,tidakteratur
dantidakbisa
diandalkan.
Individudengan
kepribadianconscientiousnessyangtinggi
di
dalam
organisasi,akanmenjadikaryawanyangteladankarenamemilikidisiplindiri
yangtinggi
danmenjadi
karyawanyang
dapatdiandalkanjikadiberikantugas-
tugasyangcukupberat.
Dari kelimatipekepribadiandiatas,dapat disimpulkanbahwa semakintinggi
tingkatdari
kelimaperilakutersebut
organisasi.Sebaliknya,
makamenunjukkanindikasi
individuyangmemiliki
tingkat
positifbagi
kelimaperilakudiatas
rendahmakamunujukkankepribadianyangnegatifbagiorganisasi.
2.1.3.3 Faktor–Faktor yang MemengaruhiKepribadian(Personality)
Waluya (2007:74-80) mengungkapkan, adanya perbedaan kepribadian
setiapindividusangatlah bergantung padafaktor-faktoryang memengaruhinya.
Kepribadianterbentuk,berkembangdanberubahseiringdengan
proses
sosialisasiyangdipengaruhiolehfaktor-faktorsebagaiberikut.
a. FaktorBiologis
Beberapapendapat
menyatakanbahwabawaan
biologisberpengaruh
Universitas Sumatera Utara
terhadappembentukankepribadian.Semuamanusiayangnormal dan sehat memiliki
persamaanbiologistertentu,seperti
memiliki
duatangan,panca
indera,
kelenjarseksual,danotakyangrumit.
Faktor
adalah
biologisyang
jikaterdapat
dipahami
palingberpengaruhdalampembentukankepribadian
karakteristikfisikunikyangdimiliki
olehseseorang.Perlu
bahwa faktor biologis yang dimaksudkan dapat membentuk
kepribadianseseorang
Kepribadianseorang
adalahfaktor
anakbisa
saja
fisiknyadanbukanwarisangenetic.
berbeda
denganorangtua
kandungnya
bergantungpadapengalamansosialisasinya.
b. FaktorGeografis
Faktorlingkunganmenjadisangatdominandalammemengaruhikepribadian
seseorang.Faktorgeografisyang dimaksudadalah keadaanlingkunganfisik (iklim,
topografi, sumber daya alam)danlingkungansosialnya.Keadaan lingkungan fisik
atau
lingkungan
social
tertentu
memengaruhi
kepribadian
individuataukelompokkarenamanusiaharusmenyesuaikandiri
dengan
lingkungannya.
Selarasdenganhal
tersebut,begitupulayangterjadi
di
lingkungan
organisasi.Bahwalingkungan kerja sangat memengaruhi perilakuindividudalam
organisasitersebut.
c. FaktorKebudayaan
Kebudayaan
mempunyai
seseorang,terutamaunsur-unsur
individu.Kebudayaan
pengaruhbesarterhadapperilakudankepribadian
kebudayaanyangsecaralangsung
dapatmenjadi
memengaruhi
pedomanhidupmanusiadan
alat
Universitas Sumatera Utara
untukmemenuhikebutuhan-kebutuhannya.
Oleh
karena
itu,
unsur-unsur
kebudayaanyangberkembangdi masyarakat dipelajari olehindividuagar menjadi
bagiandari dirinyadaniadapatbertahanhidup.
Prosesmempelajari
unsur-unsurkebudayaansudahdimulai
sejakkecil
sehinggaterbentuklah kepribadian-kepribadianyangberbeda antarindividuataupun
antarkelompok kebudayaansatudenganlainnya.
Walaupun
memengaruhi
perbedaan
kebudayaan
kepribadianseseorang,
untuktidakterlalumebesar-besarkan
dalamsetiapmasyarakatdapat
parasosiologadayang
menyarankan
karenakepribadianindividubisasaja
berbedadengankepribadiankelompokkebudayaanya.
d. FaktorPengalaman Kelompok
Pengalaman kelompokyang dilalui seseorang dalamsosialisasi cukup
penting perannya dalammengembangkan kepribadian. Kelompokyangsangat
berpengaruhdalamperkembangan
kepribadianseseorangdibedakan
menjadi
duasebagaiberikut.
1) KelompokAcuan(Kelompok Referensi)
Sepanjanghidupseseorang,kelompok-kelompoktertentudijadikanmodel
yangpentingbagi
gagasanataunorma-normaperilaku.Dalamhal
pembentukankepribadianseseorang
ini,
sangatditentukanolehpola
hubungandengankelompokreferensinya, contohnyakeluarga.
2) KelompokMajemuk
Kelompokmajemukmenunjukpadakenyataanmasyarakatyang
beranekaragam.Dengankatalain,masyarakat
majemukmemiliki
lebih
kelompok-
Universitas Sumatera Utara
kelompokdenganbudayadan ukuranmoralyang berbeda- beda.
e. FaktorPengalaman Unik
Pengalamanunikakanmemengaruhikepribadianseseorang.Kepribadian
ituberbeda-beda antara satu dan lainnyakarenapengalaman yang dialami
seseorangituunikdantidakseorang
punmengalami
serangkaianpengalaman
yangpersissama.
2.1.3.4Tipe-tipeKepribadian(Types ofPersonality)
Robbins (2008:130) memaparkan bahwa terdapat sejumlah upaya awal
untuk mengidentifikasisifat-sifat utamayangmengatur perilaku. Akan tetapi,
seringnya,upayainisekedar
digeneralisasikan
menghasilkandaftarpanjangsifatyangsulituntuk
danhanyamemberikan
sedikitbimbingan
praktisbagi
para
pembuat keputusanorganisasional. Duapengecualian adalah Myers-Briggs Type
IndicatordanModelLimaBesar.Selama20tahunterakhir,
pendekataninitelahmenjadi
dua
kerangkakerjayangdominan
untuk
mengidentifikasidanmengklasifikasikansifat-sifatseseorang.
1)Myers-BriggsTypeIndicator
Adalahteskepribadianyang
menggunakan
empat
karakteristikdanempat
karakteristiktersebutadalahsebagaiberikut.
a. EkstravervesusIntrover
Individudengankarakteristikekstraverdigambarkan
sebagaiindividu
yangramah,suka bergaul,dantegas,sedangkanindividuintrover digambarkansebagai
individuyangpendiamdan pemalu
b. Sensitif versusIntuitif
Universitas Sumatera Utara
Individudengankarakteristiksensitifdigambarkansebagai
praktisdanlebihmenyukai
rutinitasdan
individuyang
urutan.Mereka
detail.Sebaliknya, individudengankarakteristik intuitif
berfokuspada
mengandalkan proses-
prosestidaksadardanmelihat“gambaranumum”.
c. Pemikir versusPerasa
Individuyangtermasukdalamkarakteristikpemikirmenggunakan
alasan
danlogikauntukmenanganimasalah,sedangkanindividu
dengankarakteristikperasamengandalkannilai-nilaipribadimereka.
d. MemahamiversusMenilai
Individuyangcenderungmemilikikarekteristikmemahami
kendali
danlebih
suka
duniamerekateratur
menginginkan
danterstruktur,
sedangkan
individudengankarakteristikmenilai cenderunglebihfleksibel dan spontan.
2)ModelLima Besar (the Big FiveModelof Personality)
Myers-BriggsTypeIndicatorkurangmemilikibukti
tetapi
hal
tersebuttidakberlakupadamodel
pendukungyangvalid,
limakepribadian,yangbiasanya
disebutModel LimaBesar(BigFiveModel)yang dimanatesini dilakukanoleh John
Bearden.
Sebagaimanayang
dikemukakan
oleh
Griffin(dalamSaefullah,
2006:219),diantarapemahamanyangharusdiketahuiolehparamanajer
adalah
apayang dinamakansebagai “Model LimaDimensi Mengenai Kepribadian”(the
BigFiveModel
ofPersonality).Modelini
kepribadiandapatdiiddentifikasi
menjelaskan
bahwapadadasarnya
darilimajenisperilakuyangterdapatdalam
setiapindividu.
Universitas Sumatera Utara
2.1.4 Organizational Citizenship Behaviour (OCB)
2.1.4.1 Pengertian Organizational Citizenship Behaviour (OCB)
Huang
(2012)mengemukakantigakategoriperilakupekerja,yaitu:(1)
berpartisipasi,terikatdanberadadalamsuatuorganisasi;
(2)harusmenyelesaikan
suatupekerjaandanbertindaksesuaidenganprinsip-prinsipyang
organisasi;serta(3)melakukanaktivitasyang
perannya
diaturoleh
inovatifdanspontanmelebihipersepsi
dalamorganisasi.Kategoriterakhirlahyang
sering
disebutsebagai
organizational citizenship behavior (OCB) atau the extra-role behavior.
Organizational
citizenship behavior (OCB) adalah perilaku ekstrayang
lebihdaribiasanyadiluar
rutinitaswaktuyang
telahditetapkan
dalamjobdesk
karyawan, Bateman& Organ (dalamFitri, 2014:3).
MenurutRobinsdanCoulter(2010:36),PerilakuKewargaanOrganisasional
adalah perilaku atas kehendak sendiri yang bukanmenjadi bagian dari tuntutan
kerja formal tetapi mendorong efektivitas fungsi organisasi. Artinya bahwa
perilakukewargaanorganisasional
iniadalah
suatuperilakukaryawanyang
melebihiapa yang distandarkan oleh perusahaan /organisasi.
DalamAbzari(2011:97)Organ
citizenshipsebagaiperilakuyang
“mendefinisikanperilaku
bukan
termasuktugas
organizational
formalorganisasitetapi
mempengaruhikinerjaorganisasi”.
Smith et all (dalam Indhira, 2013:24) mengatakan bahwa kebanyakan dari
perilaku
yang
mencerminkan
mudahdiaturdenganskema
organizational
citizenship
behavior
tidak
insentifindividu,karenaperilakusepertiitusering
Universitas Sumatera Utara
kaburdansulituntukmengukurnya.Perbedaanyangmendasarantaraperilaku
in-
roledanextra-roleterletakpadahasilyang
in-
diperolehataupenghargaan.Perilaku
role biasanya dihubungkan dengan penghargaan dan hukuman (sanksi),
sedangkanperilaku extra-role tidak dihubungkan dengan penghargaan yang akan
diterima. Oleh karena itu, OCB merupakan perilaku yang berkaitan dengan
pilihan pribadi apabila seorangkaryawanmenunjukkanperilakutersebut,makaia
akanmerasakankepuasandidalam
dirinyasendiridanapabilatidakmenunjukkan
perilaku tersebut tidak akan menyebabkan hukuman dalamorganisasi.
Berdasarkanpengertianyangtelahdideskripsikanolehbeberapapeneliti
terdahulu, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. OCB merupakan perilaku extra-role atau perilaku di luar peranan (job
description) yang telah ditentukan oleh perusahaan, timbul karena adanya
sikap prososial dan atas dasar kerelaan pribadi dari karyawan.
2. Perusahaantidakmengaturpenghargaan(reward)atausanksi(punishment) yang
akan diberikan kepada karyawan berkaitan dengan OCB, karena pada
dasarnya perilakuini kabur dan sulit diukur. Oleh karena itu, karyawan yang
menunjukkan perilaku OCB tidak akan mendapat suatu penghargaan dari
perusahaan,
begitu
pula
sebaliknya
karyawan
yang
tidakmenunjukkanperilaku OCB tidak akan mendapatkan hukuman dari
perusahaan.
3. Perilaku yang menunjukkan OCB merupakan umpan balik yang diberikan
karyawanatasperlakuanbaikyangditerimanya dari perusahaan. Perilaku OCB
muncul
dikarenakan
adanya
perasaan
sebagai
bagian
dari
Universitas Sumatera Utara
organisasidanmerasapuasapabiladapatmembantuoranglainataurekan kerja.
Begitupulaapabilaperusahaan
kurangmemberikanperhatianterhadap
apayangdiinginkankaryawan,makaperilakuOCBdiantarakaryawanpun akan jarang
terlihat.
AdanyaOCBdidalam
perusahaandapatmeningkatkanefektivitasperusahaan
baiksecarakuantitatifmaupunkualitatif,karenamelaluiOCBakan
terbentuk
kerjasama timyangsemakin kuat di antara karyawan.
2.1.4.2 Dimensi Organizational Citizenship Behavior (OCB)
Penelitian mengenai OCB telah banyak dilakukan, beberapa dimensi OCB
dikemukakansecaraberbeda-bedadidalam setiappenelitianyangdilakukan. Melalui
dimensi-dimensi yang dikemukakan oleh peneliti terdahulu perilaku OCB di
antara karyawan dapat terdeteksi dengan jelas agar selanjutnya dapat terus
dilakukan upaya-upaya oleh perusahaan untuk menjaga perilaku positif ini.
Organ (dalamDjati,2010) mengidentifikasi lima dimensi Citizenship
Behavior sebagai berikut:
1.
Perilaku Membantu (Altruisme): yaitu bersedia secara sukarela membantu
anggota yang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas organisasi. Terutama
rekan
kerja
yang
beban
kerjanya
overload.
Dimensiinimengarahpadamemberi pertolongan yang bukan merupakan
kewajiban yang ditanggungnya. Sukarela yang dimaksud disini bahwa
karyawan tidak menuntut balasan dari rekan yang dibantunya. Contoh:
bersedia membantu mengerjakan laporan milik rekan kerja yang pada hari
ini tidak dapat masuk kerja karena sakit atau bersedia menggantikan tugas
Universitas Sumatera Utara
rekan kerja untuk sementara pada jamistirahat.
2. Kesadaran (conscistentioussness): yakni menjalankan peran-peran yang
diberikan dengan tingkat kerajinan melebihi yang diharapkan. Dimensi ini
menjangkau jauh
diatas
dan
jauh
ke
depan
dari panggilantugas.
Karyawan dalam hal ini suka berkontribusi dalam hal apapun demi
kemajuan
perusahaan.Contoh:seorangkaryawanbagian
cleaningservicebersedia
copydokumen-
untukmembantukaryawanlainyangmembutuhkanfoto
dokumen yang dibutuhkannya.
3. Sikap sportif (sportmanship): tidak banyak mengeluh atau menggerutu di
belakang.
Seseorang
yang
mempunyai
tingkatanyangtinggidalamdimensiiniakanmeningkatkaniklim
yangpositif
diantarakaryawan,karyawanakanlebih sopan dan bekerja samadengan yang
lain
sehingga
akan
menciptakan
lingkungan
kerja
yang
lebih
menyenangkan. Dalam hal ini, karyawan sangat mengutamakan kepentingan
perusahaan. Contoh: Apabila terjadi pergantian kepemimpinan perusahaan
yang baru dan berdampak pada diubahnya sebagian dari kebijakan dari
kepemimpinan lama yangdirasakurangsesuaidengankeinginan karyawan
saatini,
karyawan
berusahauntukberadaptasidengancepat
dantetapmemberikankinerjaterbaik tanpa
membicarakan
sisi
negatif
pemimpin baru dengan karyawan lainnya yang justru akan menurunkan
kinerja karyawan lain.
4. Keterbukaan (courtesy): kesediaan menyampaikan informasi kepada yang
Universitas Sumatera Utara
lain.
Seseorang
yang
memiliki
dimensi
itu
adalah
orang
yang
menghargaidanmemperhatikanoranglain karena menyadari keterbatasan
setiap orang dalam keberagamannya. Karyawan juga toleransi dan tenggang
rasa dengan orang lain, dan biasanya berani berterus terang dan tidak
menutup-nutupi baik kesalahan yang dilakukan maupun yang dilakukan
orang lain. Contoh: selalu menyapa rekan dan memberikansenyuman
kepadarekan
kerja
merupakan
salah
satu
cara
kecil
dalam
membinahubunganbaikdengansesamarekankerja.Selainitu,
mengadakanpertemuandiluarjam
kerjadenganrekan-rekankerjayanglain
untuk refreshing merupakan salah satu perwujudan dimensi ini.
5. Rasa memiliki (civic virtue): yakni merasa terlibat dalam hal-hal yang
mempengaruhi
nasib
organisasi.
inimengaruhpadatanggungjawabyangdiberikanorganisasikepada
Dimensi
seorang
untuk meningkatkan kualitas bidang pekerjaan yang ditekuni. Karyawan
selalu proaktif dan siap memanfaatkan setiap kesempatan yang ada untuk
memperbaiki kinerja melebihi tuntutan perusahaan. Adanya sikap
menoleransi pada setiap perubahan kebijakan perusahaan selama hal itu baik
bagi pertumbuhan perusahaan. Contoh: mengikuti perubahan dalam
organisasi, mengambil inisiatif untuk merekomendasikan bagaimana operasi
atau
prosedur-prosedur
organisasi dapat diperbaiki, dan melindungi
sumber-sumber yang dimiliki oleh organisasi.
Universitas Sumatera Utara
2.1.4.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi OCB
Faktor-faktor yang mempengaruhi OCB antara lain:
a. Budayadan IklimOrganisasi
Sloat(Novliadi,2007)berpendapatbahwa
melakukantindakan
merekmerasa
karyawan
cenderung
yangmelampauitanggungjawabkerjamereka
puasdenganpekerjaannya.menerima
perlakuan
apabila
yang
sportifdanpenuhperhatiandaripengawas,sertapercayabahwa
merekadiperlakukanadiloleh organisasi. Iklim
organisasi
dapat
menjadi
organisasi
dan
budaya
penyebabberkembangnyaOCBdalamsuau
organisasi.Denganiklimorganisasiyang
positif,
karyawanmerasalebihingin
melakukanpekerjaannyamelebihiapayang
uraianpekerjaan,danakanselalumendukung
telahdisyaratkandalam
tujuanorganisasijika
mereka
diperlakukan oleh para atasan dengan sportif dan dengan penuhkesadaran serta
percayabahwamerekadiperlakukan secara adil oleh organisasinya.
Konovsky
(socialexchange
danPugh(Novliadi,2007)menggunakanteori
theory)
pertukaransosial
untukberpendapatbahwa
karyawantelahpuasterhadappekerjaannya,mereka
ketika
akan
membalasnya.Pembalasandarikaryawantersebuttermasukperasaan memiliki (sense
of belonging) yang kuat terhadap organisasi dan perilakusepertiorganizational
citizhenship.
b. Kepribadian dan suasanahati
Kepribadiandansuasana
hatimempunyaipengaruh
terhadap
timbulnya
OCBsecara individualmaupunkelompok.George (Novliadi, 2007)berpendapat
Universitas Sumatera Utara
bahwa
kemauan
seseorang
untuk
membantuorang
lainjugadipengaruhisuasanahati.Kepribadian merupakan suatu karakteristik yang
secara
relatif
dapat
tetap,sedangkansuasanahatimerupakankarakteristikyang
ubah.Sebuah
suasanahatiyang
dikatakan
dapat
berubah-
positifakanmeningkatkan
peluangseseoranguntukmembantu oranglain.
Meskipun suasana hati dipengaruhi (sebagian) oleh kepribadian,ia juga
dipengaruhi oleh situasi,misalnya iklimkelompok kerja
dan faktor-faktor
keorganisasian.Jadi,jikaorganisasi
menghargaikaryawannyadanmemperlakukanmerekasecara
adilserta
iklimkelompokkerja
bearada
dalamsuasana
berjalanpositifmakakaryawancenderung
hatiyang
bagus.Konsekuensinya,merekaakan
secarasukarela
memberikan bantuan kepeadaoranglain(Sloat, 1999).
c. Persepsi terhadapdukungan organisasional
StudiShore
danWayne(Novliadi,2007)menemukanbahwa
persepsi
terhadapdukunganorganisasional (PerceivedOrganizaional Support/ POS) dapat
menjadi
faktoruntuk
memprediksiOCB.
Pekerja
yangmerasabahwamerekadidukungolehorganisasiakan
memberikan
timbalbaliknya(feedback)dan
menurunkan
ketidakseimbangandalamhubungantersebutdenganterlibat
dalam
perilaku
citizenship.
d. Persepsi terhadap kualiasinteraksi atasan-bawahan
Kualitas
interaksiatasan-bawahan
juga
diyakinisebagaifaktor
unuk
Universitas Sumatera Utara
memprediksi
OCB.
Miner
(Novliadi,
bahwaineraksiatasan-bawahanyang
2007)
mengemukakan
berkualiastinggiakan
memberikan
dampakseperti meningkatkan kepuasan kerja, produktifitas, dan kinerjakaryawan.
Riggio(1990)
menyatakan
bawahanberkualiastinggimaka
bahwa
seseorang
apabilainteraksiatasanatasanakanberpandanganpositif
terhadapbawahannyasehingga bawahannya akan
banyak
merasakan
bahwaatasannya
memberikan dukungandanmotivasi.Halinimeningkatkan rasa percaya
danhormat bawahan pada
atasannya
sehingga
mereka termotivasi untuk
melakukan “lebih dari”yangdiharapkan oleh atasan mereka.
e. Masakerja
Greenberg danBaron(2000)mengemukakanbahwa karakteristik personal
seperti masa kerja dan jenis kelamin berpengaruh pada OCB.
f. Jenis kelamin
Komrad(Novliadi,2007)
mengemukakanbahwa
perilaku
sepertimenolongoranglain,bersahabatdanbekerja
samadenganoranglainlebihmenonjoldilakukanolehwanitadaripada
penelitianjuga
menunjukkan
bahwa
lebihmengutamakanpembentukanrelasidaripadapriadan
perilaku
menolong
dari
pada
pria.Beberapa
wanita
cenderung
lebih
menunjukkan
pria.
Temuan-
temuantersebutmenunjukkanbahwaadaperbedaanyang cukup mencolok antara pria
dan wanita dalam perilaku menolong
merekabekerja.
dan interaksi sosial di tempat
Morrison(1994)(Novliadi,2007)jugamembuktikanbahwa
perbedaanpersepsiterhadapOCBantara
priadanwanita,dimana
ada
wanita
Universitas Sumatera Utara
mengganggapOCBmerupakanbagiandari perilakuin-role mereka dibanding pria.
Bukti-bukti
tersebut
menunjukkan
bahwa
wanita
cenderungmenginternalisasiharapan-harapankelompok,
rasa
kebersamaandanaktivitas-aktiviasmenolong
sebagaidaripekerjaan
mereka(Diefendorfe al,2002 dalam Novliadi, 2007).
ShwetadanSrirang(2010:26)
juga
menyajikansebuahtinjauanyang
komprehensif berupa kerangka kerja untuk mengemukakan faktor-faktor yang
mempengaruhi OCB, diantaranya:
1) Disposisi individu danmotif individu
Disposisiindividu
conscientiousness,
sepertipositiveaffectivity,negativeaffectivity,
agreeableness,
dan
juga
locus
ofcontrolmemainkan
perananpenting dalammenentukantingkatOCByang ditampilkanoleh pegawai.
Selaindisposisiindividu,pegawaididorongoleh
motivasibaik
intrinsik
atau
ekstrinsik untuk menunjukkan OCB.
2) Kohesivitas kelompok
Pegawai pada umumnya berhubungan langsung dengan kelompok kerja
dalampekerjaannya.Halinisecarajelasmemberikanpengaruhpadasikap
danperilakupegawaitersebut.Kohesivitaskelompokmendorong
munculnya
OCByang bertujuanuntuklebihmempererathubunganagarkelompok menjadi kuat
dan efektif.
3) Sikap Pegawai
OCBtergantung
padasikappositifkaryawanterhadappekerjaanmerekaserta
Universitas Sumatera Utara
terhadaporganisasi,yang meliputi:
a. Komitmen Organisasi
Tingginyatingkatkomitmenorganisasitercermindalam
keterlibatan
pegawaidalampermasalahanorganisasidiluar penugasan secaraumum.
b. KepuasanKerja
Berbagaistudimenunjukkanhubunganyang
positifantara
kepuasankerja
dengan OCB.
4) Kepemimpinan Transformasional
Pegawaiyangterlibat
dalamOCBadalahdalam
kondisi
manajer
menampilkanperilaku kepemimpinantransformasionalseperti mempunyai visi,
menjadi teladan, menyegarkan intelektual bawahan,dan mengkomunikasikan
harapankinerjayang tinggi.Jelasbahwa munculnyaOCBpegawaibergantungpada
efektivitas kepemimpinanyangberjalan dalam organisasi.
5) Keadilan Organisasi
Keadilanorganisasimencerminkansejauhmana
diperlakukanadilolehorganisasi.Organisasiyang
pegawaimerasa
mengikutiprinsip-prinsip
umumkeadilanorganisasiakanmemastikan bahwa keadilandistributif, keadilan
prosedural,dankeadilan
interaksionaltelah
memilikiukuranyang
baikdalamorganisasi.
2.1.4.4
Kontribusi
OrganizationalCitizenshipBehavior
(OCB)
dalamPerusahaan
OCB merupakan perilaku positif karyawan
yang bersedia dengan
Universitas Sumatera Utara
keinginansendiriuntukmelakukankegiatan
prososial,
deskripsipekerjaannyadandiluarsistem
sekalipun
itu
di
luar
penghargaanyangdiaturoleh
perusahaan.Berdasarkandefinisi tersebut, tentu OCBmemilikibanyakkontribusi
baik
bagi
huungan
antar
karyawan
dan
bagi
efektivitas
perusahaan.
Hardaningtyas(dalam Budiawan, 2012:6) menguraikan kontribusi OCB,sebagai
berikut :
1.OCB meningkatkanproduktivitas rekan kerja
a. Karyawan yang menolong rekan kerja lain akan mempercepat penyelesaian
tugas rekan kerjanya, dan padagilirannya meningkatkan produktivitas
rekan tersebut.
b.
Seiringberjalannyawaktu,perilakumembantuyangditunjukkankaryawan
akan membantu menyebarkan best practice ke seluruh unit kerja atau
kelompok.
2.OCB meningkatkan produktivitas manajer
a. Karyawan yang menampilkanperilaku civicvirtue akanmembantumanajer
mendapatkan saran dan atau umpan balik yang berharga dari karyawan
tersebutuntukmeningkatkan efektivitas unit kerja.
b.
Karyawanyangsopandanmenghindarikonflikdenganrekankerjaakan
menolongmanajerterhindardari krisis manajemen.
3.OCBmenghematsumberdayayangdimilikimanajemendanorganisasisecara
keseluruhan.
a. Jika karyawan saling tolong-menolong dalam menyelesaikan masalah dalam
suatupekerjaansehingga
tidak
perlumelibatkan
manajer,
Universitas Sumatera Utara
konsekuensinyamanajerdapatmemakai waktunya untuk melakukan tugas lain,
seperti membuat perencanaan bagi organisasi.
b. Karyawanlamayangmembantukaryawanbarudalam pelatihandan melakukan
orientasi kerja akan membantu organisasi mengurangi biaya untuk keperluan
tersebut.
4.OCBmembantumenghematenergisunberdayayanglangkauntukmemelihara
fungsi
kelompok.
a. Keuntungan dari perilaku menolong adalah meningkatkan semangat, moral,
dankerekatankelompok,sehinggaanggotakelompokataumanajertidak
perlumenghabiskanenergidan waktuuntukpemeliharaan fungsi kelompok.
b.
Karyawanyangmenampilkanperilakucourtesyterhadaprekankerjaakan
mengurangikonflikdalam
kelompok,sehinggawaktuyangdihabiskan
untuk
menyelesaikan konflik manajemen berkurang.
5.OCB dapat menjadi sarana efektif untuk menkoordinasi kegiatan-kegiatan
kelompok kerja.
a.
Karyawanyangmenampilakanperilakucivicvirtue,sepertimenghindari
danberpartisipasiaktifdalam
pertemuanunitkerjanya,akanmembantu
koordinasi di antara anggota kelompok, yang akhirnyasecara potensial
meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalamkelompok.
b.
Karyawanyangmenampilakanperilakucourtesy,sepertisalingmemberi
informasitentangpekerjaandengananggotadaritim
lainakanmenghindari
munculnya masalahyang membutuhkan waktu dantenagauntuk diselesaikan.
6. OCB meningkatkankemampuanorganisasiuntukmenarik dan
mempertahankan
Universitas Sumatera Utara
karyawan terbaik.
a. Perilakumenolongdapatmeningkatkanmoral dan kerekatan serta perasaan
salingmemilikidiantaraanggotakelompok,sehinggaakan
meningkatkan
kinerja organisasi dan membantu organisasi menarik dan mempertahankan
karyawan yang baik.
b. Memberi contoh pada karyawan lain denganmenampilkanperilaku
sportmanship,
misalnya
tidak
mengeluh
permasalahankecil,akanmenumbuhkan
karena
loyalitasdan
permasalahan-
komitmen
pada
organisasi.
7.OCB meningkatkanstabilitas kinerja organisasi
a.
Membantutugaskaryawanyangtidakhadirditempatkerjaatauyang
mempunyaibeban kerjaberatakan meningkatkan stabilitas, denga cara
mengurangi variabilitas dari kinerja unit kerja.
b. Karyawanyangconscientiouscenderungmempertahankantingkatkinerja yang
tinggi secara konsisten, sehingga mengurangi variabilitas pada kinerja unit
kerja.
8.OCBmeningkatkankemampuan