Agne NI M STUDI B JURUSAN AS KEGUR NIVERSITA YO AM KEGIA III SMP BO 2011 DALAM ABUS BIM Skripsi Memenuhi S Gelar Sarjan Bimbingan
PENGA PAD TAH ATURAN D DA SISWA HUN AJAR PENYUSU Diajuk Me Prog
PROGRAM FAKULTA UN DIRI DALA KELAS VI RAN 2010/2 UNAN SILA kan Untuk M emperoleh G gram Studi Agne NI M STUDI B JURUSAN AS KEGUR NIVERSITA YO AM KEGIA
III SMP BO 2011 DALAM ABUS BIM Skripsi Memenuhi S Gelar Sarjan Bimbingan
OLEH: es Rini Yanu
IM: 061140 BIMBINGA
ILMU PEN RUAN DAN AS SANAT OGYAKAR 2011 TAN BELA OPKRI 3 YO M IMPLIK MBINGAN B Salah Satu na Pendidik n dan Konse uartri
04 AN DAN KO NDIDIKAN
ILMU PEN TA DHARM TA AJAR DI RU OGYAKAR KASI DENG BELAJAR Syarat kan eling ONSELING N NDIDIKAN MA UMAH RTA GAN
PENGA PAD TAH ATURAN D DA SISWA HUN AJAR PENYUSU Diajuk Me Prog
PROGRAM FAKULTA UN DIRI DALA KELAS VI RAN 2010/2 UNAN SILA kan Untuk M emperoleh G gram Studi Agne NI M STUDI B JURUSAN AS KEGUR NIVERSITA YO AM KEGIA
III SMP BO 2011 DALAM ABUS BIM Skripsi Memenuhi S Gelar Sarjan Bimbingan
OLEH: es Rini Yanu
IM: 061140 BIMBINGA
ILMU PEN RUAN DAN AS SANAT OGYAKAR 2011 TAN BELA OPKRI 3 YO M IMPLIK MBINGAN B Salah Satu na Pendidik n dan Konse uartri
04 AN DAN KO NDIDIKAN
ILMU PEN TA DHARM TA AJAR DI RU OGYAKAR KASI DENG BELAJAR Syarat kan eling ONSELING N NDIDIKAN MA UMAH RTA GAN
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“Bila orang bodoh dapat menyadari kebodohannya, maka ia dapat dikatakan bijaksana;
tetapi orang bodoh yang menganggap dirinya bijaksana, sesungguhnya dialah yang disebut
orang bodoh.”
( Dhammapala)
“Hargailah dirimu sendiri jika kamu ingin berharga di mata orang lain”
( Anonim )
Karyaku ini untuk :Kupersembahkan Bapak (PD.Dalikin) dan ibu (Ch.Lasmiyati) tercinta yang senantiasa memberikan cinta dan kasih sayangnya, perhatiannya dan selalu memberiku do’a, semangat, motivasi dan dukungan untukku. Mas Agus dan mbak Lusi, Kakak-kakakku terimakasih atas motivasi dan perhatiannya, doa serta dukungan kalian.
Rendy, Stella dan Elda, sahabat-sahabatku, Trimakasih kalian banyak memberiku semangat.
Teman-temanku angkatan 2006, trimakasih atas kebersamaan kita selama ini.
Semoga kita semua menjadi orang – orang yang sukses
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.Yogyakarta, 12 Agustus 2011 Penulis Agnes Rini Yanuartri
LEMBARAN PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Nama : Agnes Rini Yanuartri Nomor Mahasiswa : 061114004Dengan Pengembangan Ilmu Pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya saya yang berjudul :PENGATURAN DIRI DALAM KEGIATAN BELAJAR DI RUMAH PADA
SISWA KELAS VIII SMP BOPKRI 3 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN
2010/2011 DALAM IMPLIKASI DENGAN PENYUSUNAN SILABUS
BIMBINGAN BELAJARBeserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data,
mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau media lain
untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun
memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Yogyakarta, 12 Agustus 2011 Yang menyatakan (Agnes Rini Yanuartri)
ABSTRAK
PENGATURAN DIRI DALAM KEGIATAN BELAJAR DI RUMAH
PADA SISWA KELAS VIII SMP BOPKRI 3 YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2010/2011 DALAM IMPLIKASI DENGAN
PENYUSUNAN SILABUS BIMBINGAN BELAJAR
Agnes Rini Yanuartri, 2011
Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) Mendeskripsikan seberapa baikpengaturan diri dalam proses belajar di rumah pada siswa kelas VIII SMP BOPKRI
3 Yogyakarta Tahun Ajaran 2010/2011, (2) Mengidentifikasi butir-butir pengaturan
diri dalam proses belajar di rumah yang kurang baik pada diri siswa kelas VIII SMP
BOPKRI 3 Yogyakarta Tahun Ajaran 2010/2011 dalam implikasi dengan
penyusunan silabus bimbingan belajar. Penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif.Instrumen penelitian yang dipakai adalah kuesioner Pengaturan Diri dalam
Proses Belajar di Rumah pada siswa dengan jumlah 56 item. Aspek-aspek
pengaturan diri dalam kegiatan belajar di rumah dalam skala ini adalah
pendorongan diri, pengelolaan diri, pengendalian diri, dan pengembangan diri.
Subyek penelitian adalah para siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3Yogyakarta tahun
ajaran 2010/2011 sejumlah 125 siswa yang terdiri dari empat kelas yaitu, VIIIA 32
siswa, VIIIB 33 siswa, VIIIC 32 siswa, dan VIIID 31 siswa.Hasil penelitian adalah (1) Pengaturan diri dalam proses belajar di rumah pada
siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3Yogyakarta tahun ajaran 2010/2011 berdasarkan
penggolongan teratur dan tidak teratur adalah 0 % pada kategori sangat tidak
teratur, 8 % pada kategori tidak teratur, 51,2% pada kategori cukup teratur, 34,4%
pada kategori teratur, dan 6,4% pada kategori sangat teratur. Sehingga pengaturan
diri dalam proses belajar di rumah pada siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3
Yogyakarta tahun ajaran 2010/2011 masuk dalam dalam kategori cukup teratur. (2)
Tidak ada ( 0 % ) butir item pencapaiannya berada pada kategori sangat tidak
teratur, 9 % butir item yang berada pada kategori tidak teratur, 43 % butir item
berada pada kategori cukup teratur, 41 % butir item berada pada kategori teratur,
dan 7 % butir item berada pada kategori sangat teratur.
ABSTRACT
SELF-REGULATION IN HOME LEARNING ACTIVITIES OF CLASS VIII
STUDENTS OF BOPKRI 3 JUNIOR HIGH SCHOOL YOGYAKARTA,
SCHOOL YEAR 2010/2011 AND ITS IMPLICATIONS FOR DESIGNING
LEARNING GUIDANCE SYLLABUS
Agnes Rini Yanuartri
Sanata Dharma University
Yogyakarta
2011
The purpose of this study is (1) to describe self-regulation in home learning
activities of class VIII students of Bopkri 3 Junior High School, Yogyakarta,
School Year 2010/2011, (2) to identify items of the questionnaire which show low
scores as the basis for designing learning guidance syllabus. This study is a
descriptive study.Research instrument is a questionnaire that consists of 56 items. The
questionnaire measures some aspects of self-regulation, namely self-motivation,
self-management, self-control, and self-development. Subjects of study are 125
students from 4 classes, namely class VIII A (32 students), class VIII B (33
students), class VIII C (32 students), and VIII D (31 students).The results show that (1) Self-regulation in home learning activities of class
VIII students of Bopkri 3 Junior High School Yogyakarta, School Year 2010/2011
are as follows. There are no students which are categorized as having very low in
self-regulation, 8% students are in low category, 51.2% students are in moderate
category, 34.4% are in high category, and 6.4% are in very high category. Hence,
self-regulation in home learning activities of class VIII students of Bopkri 3 junior
High School Yogyakarta is in moderate category. (2) There are no items in the
questionnaire which are in very high category in terms of irregularity in self-
regulation, 9% items are in moderate category in terms of irregularity in self-
regulation, 43% items are in slightly regular category, 41% items are in regular
category, and 7% items are in highly regular category in self-regulation.KATA PENGANTAR
Penulis mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
kasih karuniaNya, serta bimbinganNya selama proses penyelesaian skripsi ini.
Skripsi ini berjudul “pengaturan diri dalam proses belajar di rumah pada siswa
SMP BOPKRI 3 Yogyakarta Tahun Ajaran 2010/2011 dalam Implikasi dengan
Penyusunan Silabus Bimbingan Belajar”. Penyusunan skripsi ini merupakan salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan
dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.Penulis banyak mendapatkan pengalaman selama proses penyelesaian skripsi
ini. Baik pengalaman menyenangkan ataupun kurang menyenangkan, namun semua
pengalaman itu merupakan pelajaran yang berharga bagi perkembangan diri
penulis.
Skripsi ini dapat terwujud berkat bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak
yang telah bersedia membimbing, membantu dan selalu memberikan dorongan
kepada penulis selama proses penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu dalam
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Dr. Gendon Barus, M.Si. Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling dan
dosen pembimbing yang telah banyak menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing serta memotivasi penulis dalam proses penulisan skripsi ini sampai selesai..
2. Br. Y. Triyono, S.J, S.S., M.S Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan semangat pada penulis.
3. Bapak dan Ibu Dosen di Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu pengetahuan selama ini sehingga berguna bagi penulis.
4. Bapak Yulius, S.Pd. Kepala Sekolah SMP BOPKRI 2 Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan uji coba instrumen penelitian.
5. Bapak Paryadi, S.Pd. Kepala Sekolah SMP BOPKRI 3 Yogyakarta yang telah memberikan ijin dan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian kepada para siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta.
.
6.
Guru Ibu Tri Nurjayanti, S.Pd. dan Bapak Catur Suryo Nugroho S.Psi Bimbingan dan Konseling SMP BOPKRI 3 Yogyakarta yang telah membantu penulis dalam proses pengambilan data di sekolah terhadap para siswa kelas VIII.
7. Para Siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta yang telah berpartisipasi dalam proses pengumpulan data.
8. Bapak dan Ibu dan kakak-kakak saya yang selalu memberikan dukungan, perhatian dan selalau mendoakan.
9. Teman-teman Program Studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2006 yang
selalu memberikan semangat dan dorongan kepada penulis selama proses penulisan skripsi.
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu dan memberikan dukungan dalam proses penulisan skripsi ini.
Dengan segala segala kerendahan hati penulis mengucapkan terimaksih kepada
semua pihak yang telah membantu penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.
Penulis memilki harapan yang besar semoga skripsi ini dapat bermanfaat.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………… i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………….. ii HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………. iii HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN………………………. iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………………………………. v LEMBARAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA43 A. Jenis Penelitian……………………………………………
B. Saran……………………………………………………… 67 DAFTAR PUSTAKA………………………………………………
67 A. Kesimpulan………………………………………………… 67
64 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……………………………….
59 C. Usulan Topik-topik Bimbingan……………………………
55 B. Pembahasan ………………………………………………
55 A. Hasil Penelitian.......................................................................
51 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………………
44 D. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data……………
43 C. Instrumen Penelitian………………………………………
43 B. Subyek Penelitian…………………………………………
39 BAB III METODE PENELITIAN……………………………………
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS............................ vi
ABSTRAK……………………………………………………………... vii
ABSTRACT............................................................................................. viii
KATA PENGANTAR………………………………………………… ix DAFTAR ISI…………………………………………………………… xii DAFTAR TABEL……………………………………………………... xiii DAFTAR GAMBAR............................................................................... ivx DAFTAR GRAFIK…………………………………………………… xv DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………… xvi34 D. Karakteristik Perkembangan Belajar Siswa SMP....………
32 C. Mengembangkan Kebiasaan Belajar yang Efektif................
8 A. Pengaturan Diri dalam Proses Belajar Mandiri (Self Regulated Learning)................................................... 8 B. Pengertian Belajar.............................................................
7 BAB II KAJIAN TEORITIS…………………………………………
5 E. Definisi Operasional…………………………………………
5 D. Manfaat Penelitian…………………………………………
4 C. Tujuan Penelitian……………………………………………
1 B. Rumusan Masalah……………………………………………
1 A. Latar Belakang Masalah……………………………………
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………
70 LAMPIRAN………………………………………………………… 72
DAFTAR TABEL Tabel 1 : Kisi-kisi Kuisioner pengaturan diri dalam proses belajar
di rumah …………….......................................................
45 Tabel 2 : Kriteria Guilford……………………………………………
48 Tabel 3 : Kategori pengaturan diri dalam proses belajar di rumah …
54 Tabel 4 : Penggolongan Subjek dalam lima Kategori……………..
56 Tabel 5 : Penggolongan butir-butir dalam lima Kategori...................
57 Tabel 6 : Butir-butir yang Belum Tercapai pada Diri Siswa……………
58 Tabel 7 : Rumusan Butir-butir yang Belum Tercapai Sebagai Usulan
Topik-topik Bimbingan........................................................
65
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 1 : Analisis Triadik Self-regulated Functioning............ 18
GAMBAR 2 : Fase dan Subproses Self-regulation............................ 29DAFTAR GRAFIK
Grafik 1 : Profil Capaian Skor Pengaturan Diri dalam Kegiatan Belajar
di Rumah Pada Subyek......................................................
56 Grafik 2: Profil Capaian Skor Rata-rata Tiap Item Pengaturan Diri dalam Kegiatan Belajar di Rumah.....................................
59
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Data Hasil Uji Konsistensi Internal Tiap Aspek………… 72
Lampiran 2 : Data Hasil Penghitungan Reliabilitas Kuesioner………… 82
Lampiran 3 : Tabulasi Skor Kuesioner Penelitian .................................. 83
Lampiran 4 : Data Hasil Capaian Pengaturan Diri dalam Kegiatan Belajar
di Rumah Pada Subyek …………...................................85 Lampiran 5 : Data Hasil Capaian Skor Rata-rata Tiap Item Pengaturan Diri dalam Kegiatan Belajar di Rumah ……..............
88 Lampiran 6 : Kuesioner………………………………………………
90 Lampiran 7 : Silabus….......................................................................
97 Lampiran 8 : Satuan Pelayanan Bimbingan......................................... 100
Lampiran 9 : Surat Pengantar Uji Coba Instrumen…………………… 108
Lampiran 10 : Surat Pengantar Penelitian……………………………… 109
BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini dibahas latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional. A. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan suatu aktivitas alami, yang harus dilakukan oleh semua
individu, baik hewan maupun manusia. Melalui proses belajar, individu bersangkutan melihat, mengenali, mengerti, dan memahami suatu objek. Setiap individu belajar melalui mata sebagai indera untuk melihat, telinga sebagai indera untuk mendengar, kulit sebagai indera peraba untuk mengenali objek, dan juga rasa sebagai bagian dari seluruh indera dalam tubuh manusia ( Adrianus,2007).
Bagi kebanyakan siswa, belajar berarti menggaris bawahi buku pelajaran sambil mengingat-ingat yang telah dilihat. Ada juga orang yang membuat catatan panjang mengenai daftar barang-barang yang akan dibawa ketika bepergian tujuannya agar mudah dalam mengingat (Prashing, 2007 : 39). Bagi kebanyakan orang belajar berarti proses yang terjadi dalam otak manusia. Saraf dan sel-sel otak yang bekerja mengumpulkan semua yang dilihat oleh mata, didengar oleh telinga dan lain-lain, yang kemudian disusun oleh otak sebagai hasil belajar. Itulah sebabnya orang tidak bisa belajar jika fungsi otaknya terganggu (DePorter, 2009 : 34).
Sesungguhnya pengertian belajar itu demikian kompleksnya sehingga apabila orang menganggap beberapa macam perilaku yang berbeda dapat diistilahkan secara umum sebagai belajar, tampak bahwa pendefinisian belajar menjadi sangat kabur. Untuk itulah perlu diperjelas dan dipertegas lagi pengertian dari belajar. Hilgard (Tanlain, 2008:27) mengemukakan “belajar adalah proses di dalamnya terbentuk tingkah laku melalui praktek atau latihan”.
Sedangakan menurut Sidjabat (2001:79) belajar sebenarnya mengandung arti bagaimana kita menerima informasi dari dunia sekitar kita dan bagaimana kita memproses dan menggunakan informasi tersebut. Penelitian ini akan dipusatkan di SMP BOPKRI 3 Yogyakarta. Dari hasil pengamatan dan observasi peneliti pada saat melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL-BK) di SMP BOPKRI 3 Yogyakarta selama kurang lebih satu bulan, peneliti mendapatkan fakta bahwa kebanyakan siswa belum dapat mengatur diri mereka dalam belajar terutama belajar di rumah. Mereka cenderung masih asal-asalan dalam belajar, mereka belum dapat memprioritaskan tugasnya sebagai seorang siswa yaitu belajar. Hal ini tampak dari sebagian siswa mengerjakan PR atau tugas di sekolah sebelum pelajaran dimulai. Banyaknya tugas dari sekolah juga membuat mereka harus pintar- pintar membagi waktu antara belajar, bermain dan istirahat.
Brunner dkk. (dalam Vicente dan Arias, 2004, h. 146), memahami pembelajaran di sekolah sebagai suatu proses pengetahuan konstruktif, kognitif dan kompleks, dimana siswa harus membuat keputusan sehingga mengaturnya menjadi bagian pengetahuan yang telah ada. Dasar kognitif konstruktif memfokuskan konsep belajar menjadi sebuah proses mental yang aktif,
konstruktif dan terdapat self-regulation di dalamnya (Romera, 2001, h. 21).
Self-regulation yang diterapkan dalam proses belajar dikenal dengan self- regulated learning . Menurut Zimmerman (1989, h. 329), self-regulated learning pada siswa dapat digambarkan melalui tingkatan atau derajat yang meliputi keaktifan berpartisipasi baik itu secara metakognisi, motivasional, maupun perilaku dalam proses belajar.
Menurut The Liang Gie (1995:189), pengaturan diri dalam proses belajar (self regulated learning) berarti mendorong diri sendiri untuk maju, mengatur semua unsur potensi pribadi, mengendalikan kemauan untuk mencapai hal-hal yang baik dan mengembangkan berbagai segi dari pribadi agar lebih sempurna.
Dengan cara belajar yang salah yang dilakukan kebanyakan orang akan menimbulkan bermacam-macam persoalan, seorang siswa yang hanya asal- asalan dalam belajar, mereka hanya belajar ketika esok hari ada ulangan atau sering di sebut dengan SKS (sistem kebut semalam) yang akhirnya mengakibatkan nilai menjadi jelek dan bahkan mendapatkan nilai yang tidak memuaskan atau bahkan akhirnya mereka menyontek karena tidak bisa mengerjakan ulangan. Juga ketika kegiatan di sekoah sangat penuh dan banyak tugas yang diberikan para guru para siswa cenderung menyepelekan tugas karena mereka lebih senang bermain dan istirahat daripada belajar atau mengerjakan PR.
Keprihatinan itu timbul karena sebagian orang tidak mau berusaha memperbaiki atau melakukan hal yang sebenarnya dapat mereka lakukan supaya nilai yang mereka peroleh tidak hanya sekedar memuaskan diri mereka tetapi nilai yang mereka peroleh seharusnya membuktikan prestasi dan kemampuan dalam diri mereka. Salah satu cara untuk dapat memperbaiki nilai mereka adalah dengan mengubah kebiasaan belajar mereka di rumah yang sudah mendarah daging dalam diri mereka yaitu dengan mengubah cara belajar mereka. Misalnya belajar dengan sistem SKS sedikit demi sedikit semakin berkurang dengan cara mencatat, menulis atau merekam apa yang telah mereka pelajari setiap malam. Atau dengan kata lain dengan mengatur diri sendiri dalam belajar di rumah. Kurikulum sekolah yang syarat dengan beban berbagai tugas di rumah, maka para siswa harus mensiasati bagaimana untuk belajar di rumah yang menuntut siswa untuk dapat mengatur belajarnya di rumah. Di sekolah mereka sudah teratur dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar, sedangkan di rumah mereka dituntut untuk lebih otonom dalam mempelajari sendiri bahan pelajaran. Berangkat dari permasalahan diatas, peneliti ingin melihat sejauh mana pengaturan diri siswa dalam belajar di rumah dikalangan para siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta Tahun Ajaran 2010/2011.
B. Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini secara spesifik masalah-masalah yang ingin dijawab adalah :
1. Seberapa baik pengaturan diri dalam proses belajar di rumah pada siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta Tahun Ajaran 2010/2011?
2. Butir-butir pengaturan diri mana sajakah yang terindikasi belum memadai dalam proses belajar di rumah pada diri siswa VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta Tahun Ajaran 2010/2011 dalam implikasi dengan penyusunan silabus bimbingan?
C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1.
Mendeskripsikan seberapa baik pengaturan diri dalam proses belajar di rumah pada siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta Tahun Ajaran 2010/2011.
2. Mengidentifikasi butir-butir pengaturan diri dalam proses belajar di rumah yang kurang baik pada diri siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta Tahun Ajaran 2010/2011 dalam implikasi dengan penyususnan silabus bimbingan belajar.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis Hasil penelitian ini dapat digunakan bagi para pembaca khususnya mahasiswa Bimbingan dan Konseling untuk mengembangkan dan memperkaya pengetahuan yang dimiliki menyangkut teori-teori tentang pengaturan diri dalam proses belajar sebagai bekal seorang calon guru Bimbingan dan Konseling di sekolah.
2. Manfaat praktis a.
Bagi Guru Pembimbing Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh guru Bimbingan dan Konseling untuk pengembangan program Bimbingan Konseling Belajar khususnya dalam rangka meningkatkan pengaturan diri dalam proses belajar di rumah.
b.
Bagi Siswa Siswa semakin sadar akan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pelajar dalam mempersiapkan masa depannya. Siswa semakin sadar untuk berefleksi sampai seberapa baik pengaturan diri dalam proses belajar di rumah dan dapat memperoleh bantuan-bantuan yang sesuai untuk meningkatkan pengaturan diri dalam proses belajar di rumah.
c. Bagi Guru Mata Pelajaran Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh Guru Mata Pelajaran agar guru semakin mampu mengupayakan pembelajaran yang mengarah kepada pengaturan diri dalam proses belajar di rumah.
d. Bagi peneliti Peneliti mendapat kesempatan untuk melakukan penelitian serta belajar berpikir kritis dalam menjawab persoalan-persoalan khususnya dalam pengaturan diri dalam proses belajar di rumah pada siswa kelas
VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta Tahun Ajaran 2010/2011. Peneliti juga belajar secara ilmiah mengenai perkembangan belajar yang ada dalam silabus, sehingga peneliti mampu mengembangkan program
Bimbingan Konseling Belajar khususnya dalam rangka meningkatkan pengaturan diri dalam proses belajar di rumah.
e.
Bagi peneliti lain Peneliti lain mendapat masukan yang terkait dengan penelitian ini sehingga mampu mangembangan penelitian yang terkait dengan pengaturan diri dalam proses belajar di rumah.
E. Definisi Operasional
Pengaturan diri dalam proses belajar adalah kemampuan untuk mengatur dan mengelola belajar. Belajar di rumah adalah sesuatu perbuatan yang dilakukan oleh para siswa di rumah untuk mendalami ilmu pengetahuan yang diperoleh di sekolah dengan tujuan untuk mendapatkan ilmu pengetahuan atau suatu ketrampilan. Adapun aspek-aspek dari pengaturan diri dalam proses belajar di rumah yang diukur dalam penelitian ini antara lain, pendorongan diri, pengelolaan diri, pengendalian diri, pengembangan diri yang ditandai oleh indikator-indikator sebagaimana dikonstruk dalam kisi-kisi instrumen penelitian ini.
BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini dibahas landasan teori yang berkaitan dengan masalah penelitian. Topik-topik dalam bab ini yaitu pengaturan diri dalam proses belajar, pengertian
belajar, mengembangkan kebiasaan belajar yang efektif, dan karakteristisk
perkembangan belajar siswa SMP.A.
Pengaturan Diri dalam Proses Belajar Mandiri (Self Regulated Learning)
Pada bagian ini akan dipaparkan mengenai ketrampilan pengaturan diri dalam rangka mencapai tujuan belajar. Ketrampilan ini sangat penting, karena menyangkut diri perorangan setiap siswa dalam pengaturan diri dalam belajar terutama ketika belajar di rumah.1. Pengertian Pengaturan Diri dalam Proses Belajar Mandiri (Self
Regulated Learning) Corno & Mandinah dan Hargis & Kerlin (Sumarmo, 2010) mendefisikan Self-regulated learning (pengaturan diri dalam belajar) sebagai upaya memperdalam dan memanipulasi jaringan asosiatif dalam suatu bidang tertentu, dan memantau serta meningkatkan proses pendalaman yang bersangkutan. Definisi tersebut menunjukkan bahwa Self-regulated learning merupakan proses perancangan dan pemantauan diri yang seksama terhadap proses kognitif dan afektif dalam menyelesaikan suatu tugas akademik. Dalam hal ini, Self-regulated
learning itu sendiri bukan merupakan kemampuan mental atau keterampilan akademik tertentu seperti kefasihan membaca, namun merupakan proses pengarahan diri dalam mentransformasi kemampuan mental ke dalam keterampilan akademik tertentu. Mengacu pada pendapat Corno & Mandinah dan Kerlin (Sumarmo,2010) mengklasifikasi Self- regulated learning dalam dua katagori yaitu: (1) proses pencapaian informasi, proses transformasi informasi, proses pemantauan, dan proses perancangan, serta (2) proses kontrol metakognitif.
Agak berbeda dengan definisi Corno dan Mandinah (Sumarmo, 2010), Bandura (Sumarmo, 2010) mendefinisikan Self-regulated learning sebagai kemampuan memantau perilaku sendiri, dan merupakan kerja-keras personaliti manusia. Selanjutnya Bandura menyarankan tiga langkah dalam melaksanakan Self-regulated learning yaitu: (1) Mengamati dan mengawasi diri sendiri: (2) Membandingkan posisi diri dengan standar tertentu, dan (3) Memberikan respons sendiri (respons positif dan respons negatif). Strategi Self-regulated learning memuat kegiatan: mengevaluasi diri, mengatur dan mentranformasi, menetapkan tujuan dan rancangan, mencari informasi, mencatat dan memantau, menyusun lingkungan, mencari konsekuensi sendiri, mengulang dan mengingat, mencari bantuan sosial, dan mereview catatan.
) Schunk dan Zimmerman (Sumarmo, 2010 mendefinisikan Self- regulated learning sebagai proses belajar yang terjadi karena pengaruh dari pemikiran, perasaan, strategi, dan perilaku sendiri yang berorientasi pada pencapaian tujuan. Menurut Schunk dan Zimmerman (Sumarmo, 2010 ) terdapat tiga phase utama dalam siklus Self-regulated learning yaitu: merancang belajar, memantau kemajuan belajar selama menerapkan rancangan, dan mengevaluasi hasil belajar secara lengkap. Serupa dengan Schunk & Zimmerman dan Butler (Sumarmo, 2010 ) mengemukakan bahwa Self-regulated learning merupakan siklus kegiatan kognitif yang rekursif (berulang-ulang) yang memuat kegiatan: menganalisis tugas; memilih, mengadopsi, atau menemukan pendekatan strategi untuk mencapai tujuan tugas; dan memantau hasil dari strategi yang telah dilaksanakan Self-regulated learning (pengaturan diri dalam belajar) mencakup kemampuan strategi kognitif, belajar teknik pembelajaran, dan belajar sepanjang masa. Pendapat tersebut sejalan dengan pemikiran Schunk dan Zimmerman (dalam Winne, 1997, h. 397), yang mengkategorikan self- regulated learning sebagai dasar kesuksesan belajar, problem solving, transfer belajar, dan kesuksesan akademis secara umum.
Self-regulated learning menyangkut penerapan dari model umum regulasi dan regulasi diri (self-regulation) dalam proses belajar. Ada empat asumsi mengenai self-regulated learning yang dipakai Wolters dkk. (2003, h. 3- 5). Pertama, asumsi aktif dan konstruktif. Siswa sebagai partisipan yang aktif konstruktif dalam proses belajar, baik itu aktif mengkonstruk pemahaman, tujuan, maupun strategi dari informasi yang tersedia di lingkungan dan pikirannya sendiri.
Kedua, self-regulated learning sebagai potensi untuk mengontrol. Siswa sanggup memonitor, mengontrol, meregulasi aspek tertentu dari kognitif, motivasi dan perilaku sesuai karakteristik lingkungan jika memungkinkan. Ketiga, asumsi tujuan, kriteria, atau standar. Asumsi tersebut digunakan untuk menilai apakah proses harus dilanjutkan bila perlu ketika beberapa kriteria atau standar berubah. Keempat, asumsi bahwa aktivitas dalam self-regulated learning merupakan penengah (mediator) antara personal dan karakteristik konteks dan prestasi atau performa yang sesungguhnya.
Self-regulation pada kognitif, motivasi, dan perilaku yang dimiliki individu, merupakan perantara hubungan antara person, konteks dan bahkan prestasi. Berdasarkan asumsi di atas self-regulated learning adalah proses aktif dan konstruktif dengan jalan siswa menetapkan tujuan untuk proses belajarnya dan berusaha untuk memonitor, meregulasi, dan mengontrol kognisi, motivasi, dan perilaku, yang kemudian semuanya diarahkan dan didorong oleh tujuan dan disesuaikan dengan konteks lingkungan (Pintrich dalam Wolters dkk., 2003, h. 5: Schunk, 2005, h.
173).
Pemaparan definisi diatas sejalan dengan definisi Zimmerman (1989,
h. 329) yang memaparkan secara umum bahwa self-regulated learning pada siswa dapat digambarkan melalui tingkatan atau derajat yang meliputi keaktifan berpartisipasi baik itu secara metakognisi, motivasional, maupun perilaku dalam proses belajar.
Zimmerman (dalam Montalvo dan Torres, 2004, h. 4-7), telah memberikan gambaran perbedaan karakteristik antara siswa yang menerapkan dan tidak menerapkan self-regulation dalam proses belajarnya akan diuraikan sebagai berikut.
a.
Mengetahui cara menggunakan serangkaian strategi kognitif yang membantu dalam mentransformasi, mengorganisasi, mengelaborasi, dan menemukan kembali informasi.
b.
Mengetahui bagaimana merencanakan, mengontrol, dan mengatur proses mental menjadi prestasi dari tujuan individu (metakognisi).
c. Mampu menentukan keyakinan motivasi dan emosi yang tepat.
d. Merencanakan waktu dan usaha yang akan digunakan untuk mencapai tujuan.
e. Melakukan peningkatan yang menunjukkan usaha terbaik dalam proses belajar.
f. Mampu menjalani kondisi yang menuntut serangkaian strategi, yang bertujuan mempertahankan konsentrasi, usaha, dan motivasi selama melakukan tugas akademis. Menurut The Liang Gie (1995:189), pengaturan diri dalam proses belajar (self regulated learning) berarti mendorong diri sendiri untuk maju, mengatur semua unsur potensi pribadi, mengendalikan kemauan untuk mencapai hal-hal yang baik dan mengembangkan berbagai segi dari pribadi agar lebih sempurna. Terdapat empat bentuk perbuatan yang mendasari kegiatan pengaturan diri dalam proses belajar (The Liang Gie, 1995:189), yaitu : a.
Pendorongan Diri (self motivation) Syarat pertama bagi setiap siswa untuk mencapai tujuan belajar adalah pendorongan diri. Pendorongan diri termasuk salah satu dorongan psikologis dari dalam diri seseorang yang merangsang diri dalam mencapai tujuan yang didambakan. Pendorongan dari dalam diri akan melahirkan minat dan motivasi yang besar untuk belajar dengan sepenuh kemampuan. Seseorang dengan minat yang besar akan mendatangkan hasil belajar yang memuaskan, karena dengan konsentrasi maka perhatian tidak terganggu oleh hal lain sehinga akan mudah memahami bahan pelajaran, mampu belajar dalam jangka panjang dan bahkan memperoleh kesenangan batin dari belajar karena bertambahnya pengetahuan.
b. Pengelolaan Diri (self organization) Bentuk yang kedua dalam pengaturan diri adalah penyusunan diri, yaitu mengatur dengan sebaik-baiknya pikiran, tenaga, waktu, tempat, benda dan semua sumber daya lainnya dalam kehidupan setiap siswa sehingga tercapai efisiensi pribadi. Efisiensi pribadi yaitu perbandingan terbaik antara setiap kegiatan hidup pribadi dengan hasil yang diinginkan. Dalam proses menuju kegiatan belajar mandiri penyusunan diri diperlukan agar tercapai tujuan belajar. Pada dasarnya penyusunan diri dalam proses belajar mandiri yaitu siswa dapat merencanakan, mengatur dan mengurus semua hal dalam diri sendiri supaya proses belajar dapat berlangsung secara tertib, mudah dan lancar.
c.
Pengendalian Diri (self control) Pengendalian diri dalam proses belajar mandiri adalah perbuatan dalam membentuk tekad untuk mendisiplinkan kemauan, memacu semangat, mengikis keseganan dan mengerahkan energi untuk benar- benar melaksanakan apa yang harus dikerjakan dalam proses belajar. Seseorang memilki tujuan dan rencana belajar yang baik tanpa didukung dengan pengendalian diri dalam proses belajar, maka hasil belajar yang diperoleh tidak akan memuaskan. Oleh sebab itu melatih kontrol diri harus benar-benar diusahakan dari waktu kewaktu oleh
setiap siswa agar mencapai hasil belajar yang memuaskan.
d. Pengembangan Diri (self development) Pengembangan diri dalam proses belajar mandiri merupakan bentuk pengaturan diri yang terakhir. Pengembangan diri adalah perbuatan yang menyempurnakan atau meningkatkan diri sendiri dalam berbagai hal mencakup segenap sumber daya pribadi dalam diri seorang siswa Pengembangan diri dalam proses belajar mandiri meliputi pengembangan fisik untuk menjaga kesehatan, pengembangan sosial untuk meningkatkan berbagai ketrampilan hubungan antar perorangan, pengembangan emosional untuk membina kesadaran diri yang lebih besar dan kekokohan emosional, pengembangan intelektual untuk menambah kearifan serta pengetahuan, pengembangan karakter untuk membina perilaku moral dan etis, pengembangan spiritual untuk memupuk suatu kesadaran yang lebih besar terhadap makna kehidupan.
Peneliti menyimpulkan bahwa definisi self-regulated learning adalah proses aktif dan konstruktif siswa dalam menetapkan tujuan untuk proses belajarnya dan berusaha untuk memonitor, meregulasi, dan mengontrol kognisi, motivasi, dan perilaku, yang kemudian semuanya diarahkan dan didorong oleh tujuan dan mengutamakan konteks lingkungan 2.
Aspek-aspek self-regulated learning Self-regulation merupakan fundamen dalam proses sosialisasi dan melibatkan perkembangan fisik, kognitif dan emosi (Papalia, 2001, h.
223). Siswa dengan self-regulation pada tingkat yang tinggi akan memiliki kontrol yang baik dalam mencapai tujuan akademisnya. Self-regulation yang diterapkan dalam selfregulated learning, mengharuskan siswa fokus pada proses pengaturan diri guna memperoleh kemampuan akademisnya.
Menurut Zimmerman (1989, h. 329), selfregulated learning terdiri atas pengaturan dari tiga aspek umum pembelajaran akademis, yaitu kognisi, motivasi dan perilaku.
Sesuai aspek di atas, selanjutnya Wolters dkk. (2003, h. 8-24) menjelaskan secara rinci penerapan strategi dalam setiap aspek self- regulated learning sebagai berikut. Pertama, strategi untuk mengontrol atau meregulasi kognisi meliputi macam-macam aktivitas kognitif dan metakognitif yang mengharuskan individu terlibat untuk mengadaptasi dan mengubah kognisinya. Strategi pengulangan (rehearsal), elaborasi (elaboration), dan organisasi (organization) dapat digunakan individu untuk mengontrol kognisi dan proses belajarnya. Kedua, strategi untuk meregulasi motivasi melibatkan aktivitas yang penuh tujuan dalam memulai, mengatur atau menambah kemauan untuk memulai, mempersiapkan tugas berikutnya, atau menyelesaikan aktivitas tertentu atau sesuai tujuan. Regulasi motivasi adalah semua pemikiran, tindakan atau perilaku dimana siswa berusaha mempengaruhi pilihan, usaha, dan ketekunan tugas akademisnya. Regulasi motivasi meliputi mastery self-talk, extrinsic self-talk, relative ability self-talk, relevance enhancement, situasional interest enhancement, self-consequating, dan penyusunan lingkungan (environment structuring). Ketiga, strategi untuk meregulasi perilaku merupakan usaha individu untuk mengontrol sendiri perilaku yang nampak. Sesuai penjelasan Bandura (Zimmerman, 1989, h. 330) bahwa perilaku adalah aspek dari pribadi (person), walaupun bukan “self” internal yang direpresentasikan oleh kognisi, motivasi dan afeksi. Meskipun begitu, individu dapat melakukan observasi, memonitor, dan berusaha mengontrol dan meregulasinya dan seperti pada umumnya aktivitas tersebut dapat dianggap sebagai self-regulatory bagi individu. Regulasi perilaku meliputi regulasi usaha (effort regulation), waktu dan lingkungan (time/ study environment ), dan pencarian bantuan (help-seeking).
Definisi pengaturan diri dalam belajar menurut Zimmerman
(Sumarmo, 2010) adalah tingkat dimana siswa secara metakognitif mempunyai dorongan untuk belajar dan berpartisipasi secara aktif dalam proses belajar mereka sendiri. Secara metakognitif, siswa yang mengatur diri adalah mereka yang merencanakan, mengorganisasikan, menginstruksikan diri, memonitor diri dan mengevaluasi diri pada berbagai tahapan selama proses belajar berlangsung. Siswa yang mempunyai dorongan untuk belajar mempunyai otonomi atas dirinya, serta memilih, menyusun dan menciptakan lingkungan yang dapat mengoptimalkan belajarnya.
Definisi di atas mengasumsikan pentingnya tiga unsur untuk mencapai tujuan belajar yaitu : a. Strategi pengaturan diri dalam belajar yaitu tindakan-tindakan dan proses-proses yang berhubungan langsung dengan perolehan informasi atau keterampilan.
b. Persepsi self efficacy terhadap kinerja keterampilan yaitu persepi tentang kemampuan seseorang dalam mengorganisasikan dan melakukan tindakan yang perlu untuk mencapai kinerja keterampilan yang direncankan.