PENGGUNAAN BAHASA JURNALISTIK PADA MEDIA REPUBLIKA ONLINE : ANALISIS ISI KUANTITATIF BERITA "DEMONSTRASI PENISTAAN AGAMA EDISI 3 SAMPAI 5 NOVEMBER 2016".
PENGGUNAAN BAHASA JURNALISTIK PADA MEDIA REPUBLIKA ONLINE (Analisis Isi Kuantitatif Berita “Demonstrasi Penistaan Agama Edisi 3 sampi 5
November 2016”) SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Sos.)
Oleh :
ARI ERFA WAHYUNI NIM. B31213027
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM JURUSAN KOMUNIKASI
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2017
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
ABSTRAK
Ari Erfa Wahyuni, B31213027, 2017. Penggunaan Bahasa Jurnalistik Pada Media Republika Online (Analisis Isi Kuantitatif Berita Demonstrasi Penistaan Agama Edisi 3 sampai 5 November 2016). Skripsi Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya.
Kata Kunci : Bahasa Jurnalistik, Berita Demonstrasi tanggal 3 sampai 5, Analisis Isi Kuantitatif. Masalah yang diteliti dalam skripsi ini adalah Bagaimana penggunaan bahasa jurnalistik pada media Republika online dalam berita demonstrasi penistaan agama edisi 3 sampai 5 November 2016. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penggunaan bahasa jurnalistik pada media Republika Online berita demosntrasi penistaan agama edisi 3 sampai 5 November 20016
Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan analisis isi kuantitatif. Peneliti kemudian melakukan dokumentasi pada berita penistaan agama pada media Republika Online. Dari data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan analisis isi kuantitatif. Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa penggunaan bahasa dalam pemberitaan merupakan hal penting dalam menyampaikan informasi. Bahasa jurnalistik adalah bahasa yang digunakan wartawan untuk menyampaikan informasi kepada khalayak yang memilii ciri khusus, yaitu sederhana, singkat, padat, jelas, baku, aktif, positif. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan bahasa jurnalistik pada media Republika Online “Demonstrasi Penistaan Agama edisi 3 sampai 5 November 2016 adalah bahasa jurnalistik yang digunakan sudah cukup baik, dan jika dikaitkan dengan media Islam juga pemberitaan yang dibawa media Republika sudah sesuai dengan prinsip qaulan sadidan, yaitu sesuai dengan kriteria kebenaran dan tidak bohong.
Peneliti juga mengharap agar penelitian selanjutnya dapat mengkaji media Republika. Berdasarkan masalah dan kesimpulan tersebut, kiranya akan ada penelitian lebih lanjut terkait dengan penggunaan bahasa jurnalistik.
(7)
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
SURAT PERNYATAAN... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii
PENGESAHAN TIM PENGUJI……….. iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iv
KATA PENGANTAR... v
ABSTRAK... vi
DAFTAR ISI... vii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1
B. Rumusan Masalah... 9
C. Tujuan Penelitian... 9
D. Manfaat Penelitian... 9
E. Definisi Operasional... 10
a. Bahasa Jurnalistik………... 10
b. Berita Demonstrasi Penistaan Agama……… 12
F. Sistematika Pembahasan... 13
BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN A. Kajian Teoritik... 15
1. Ikhtisar Bahasa Jurnalistik... 15
A.1.1. Definisi Bahasa Jurnalistik……… 18
A.1.2. Ciri-Ciri Bahasa Jurnalistik……… 19
A.1.3. Fungsi Bahasa Jurnalistik………... 23
A.1.4. Ketentuan Bahasa Jurnalistik……….. 24
A.1.5. Bahasa Baku………... 25
A.1.6. Kaidah Bahasa Jurnalistik……….. 27
B. Penelitian Terdahulu yang Relevan... 31
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenin Penelitian... 34
(8)
vii
C. Teknik Pengumpulan Data... 37
D. Teknik Analisis Data... 37
BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA A. Penyajian Data... .………… 42
A.1. Profil Republika……… 42
A.2. Pemimpin Redaksi……… 43
A.3. Penghargaan………. 44
A.4. Pengharaan Perorangan……… 45
A.5. Tokoh Perubahan Republika……… 45
A.6. Isi Berita Demonstrasi Penistaan Agama……… 48
B. Analisis Data... 60
C. Interpretasi Data……… 78
C.1. Berdasarkan Ciri Bahasa Jurnalistik……… 78
C.2. Berdasarkan Etika Jurnalistik Islam……… 82
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 85
B. Saran... 86
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN – LAMPIRAN
(9)
1
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dengan adanya berbagai media yang digunakan sebagai sarana untuk penyampaian informasi, memungkinkan semua orang mendapatkan informasi dengan cepat. Jika khalayak tersebar tanpa diketahui dimana mereka berada, maka biasanya digunakan media massa. Media massa merupakan sarana untuk mempublikasikan suatu berita atau informasi kepada khalayak luas. Media massa setelah era reformasi mengalami perkembangan pesat dengan beragam bentuk. Media massa terdiri dari media cetak, media elektronik dan media online.1
Memasuki era globalisasi sekarang ini, masyarakat muslim dituntut untuk bisa menggunakan media internet dikehidupan sehari-hari, dikarenakan segala sesuatu saat ini sudah serba digital. Dan ditakutkan jika masyarakat muslim tidak mengikuti perkembangan ini, nantinya akan tertinggal oleh ajaran agama yang lainnya. Dengan kemajuan seperti itu, maka pola berdakwah bisa dilakukan dengan cara menulis melalui media online, menerbitkan kitab-kitab, novel, buku, majalah, koran dan tulisan-tulisan.
1
Ali Nurdin, Agoes Moh. Moefad, Advan Navis Zubaidi, Rahmad Harianto, Pengantar Ilmu Komunikasi (Surabaya; IAIN SA Press, 2013) hal 209.
(10)
2
Banyak alat yang bisa dijadikan media dakwah. Secara lebih luas, dapat dikatakan bahwa alat komunikasi apapun yang halal bisa digunakan sebagai media dakwah. Alat tersebut dapat dikatakan sebagai media dakwah bila ditujukan untuk berdakwah. Semua alat itu tergantung dari tujuannya. Ada beberapa pendapat tentang media dakwah dan macam-macamnya, antara lain sebagai berikut:
1. A. Hasj`my menyebut media dakwah dan sarana dakwah atau alat dakwah dan medan dakwah ada enam macam, yaitu: mimbar (podium) dan khithabah (pidato/ceramah); qalam (pena) dan kitabah (tulisan);masrah (pementasan) dan malhamah (drama); seni suara dan seni bahasa; madrasah dan dayah (surau); serta lingkungan kerja dan usaha (1974: 269-270).
2. Abdul Kadir Munsyi (1981: 41-43) mencatat enam jenis media dakwah: lisan, tulisan, lukisan atau gambaran, audio-visual, perbuatan, dan organisasi.
3. Asmuni Syukir (1983: 168-179) juga mengelompokkan media dakwah menjadi enam macam, yaitu: lembaga-lembaga pendidikan formal, lingkungan keluarga, organisasi-organisasi Islam, hari-hari besar Islam, media massa, dan seni budaya.
Dalam ilmu komunikasi, media dapat juga diklasifikasi menjadi tiga macam yaitu :
(11)
3
1. Media Terucap (The spoken Words) yaitu alat yang biasa mengeluarkan bunyi seperti radio, telepon, dan sejenisnya.
2. Media Tertulis (The Printed Writing) yaitu media berupa tulisan atau cetakan seperti majalah, surat kabar, buku, pamphlet, lukisan, gambar dan sejenisnya.
3. Media Dengar Pandang (The Audio Visual) yaitu media yang berisi gambar hidup yang bisa dilihat dan didengar yaitu film, video, televise dan sejenisnya.
Selain itu, ada yang mengklasifikasi jenis media dakwah menjadi dua bagian, yaitu media tradisional (tanpa teknologi komunikasi) dan media modern (dengan teknologi komunikasi). Klasifikasi jenis media dakwah di atas tidak terlepas dari dua media penerimaan informasi yang dikemukakan oleh Al-Qur‟an dalam surat an-Nahl ayat 78, al-Mu‟minun ayat 78, as-Sajdah ayat 9, al-Ahqaf ayat 26, dan al-Mulk ayat 23, yakni media sensasi dan media persepsi
Surat An-Nahl ayat 78 :
Artinya : “dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam
Keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”.2
Surat Al-Mu‟minun ayat 78 :
(12)
4
Artinya : “ dan Dialah yang telah menciptakan bagi kamu sekalian,
pendengaran, penglihatan dan hati. Amat sedikitlah kamu bersyukur”.3 Surat As-Sajdah ayat 9 :
Artinya : “kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya
roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran,
penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur”.4 Surat al-Ahqaf ayat 26
Artinya : “dan Sesungguhnya Kami telah meneguhkan kedudukan mereka dalam hal-hal yang Kami belum pernah meneguhkan kedudukanmu dalam hal itu dan Kami telah memberikan kepada mereka pendengaran, penglihatan dan hati; tetapi pendengaran, penglihatan dan hati mereka itu tidak berguna sedikit juapun bagi mereka, karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan mereka telah diliputi oleh siksa yang dahulu selalu mereka memperolok-olokkannya”.5
Surat al-Mulk ayat 23
Artinya : Katakanlah: "Dia-lah yang menciptakan kamu dan menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati". (tetapi) Amat sedikit kamu bersyukur.6
3
Ibid, (QS. Al-Mu‟minun: 78) hal, 347. 4
Ibid, (QS. As-Sajdah: 9) hal, 415. 5
Ibid, (QS. Al-Ahqaf: 26) hal, 505. 6
(13)
5
Sensasi berasal dari kata “sense” adalah alat pengindraan yang
menghubungkan organisme dengan lingkungannya. Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi memberikan makna pada stimuli indrawi. 7Dalam ayat-ayat tersebut, sensasi atau panca indra diwakili oleh indra pendengaran (
al-sam’) dan indra penglihatan (al-abshar). Ilmu tafsir mengistilahkan dzikr al-juz‟ wa iradah al-kull (penyebutan sebagian dengan maksud keseluruhan). Karenanya, media sensasi meliputi indra pendengaran dengan telinga, indra penglihatan dengan mata, indra pengecapan dengan lidah, indra perabaan dengan kulit, dan indra penciuman dengan hidung. Disebutnya indra pendengaran dan indra penglihatan, karena keduanya lebih dominan dalam penerimaan informasi. Oleh karena itu kita menyebut kedua indra ini media auditif untuk indra pendengaran dan media visual untuk indra penglihatan.
Media auditif (al-sam’) tidak banyak jenisnya dibandingkan media visual. Oleh sebab itu, al-Qur‟an menyebut kata al-sam‟ dalam bentuk tunggal tidak bentuk jamak yaitu a-sum‟ah. Selain itu, menurut al-Shawi bentuk tunggal ini juga menunjukkan objek yang didengar hanya satu, yaitu suara. Media auditif tidak memiliki pilihan ketika suara itu dating. Ia harus menerima suara apa pun dari mana pun asalnya (Fakhr Din
7
Jalaluddin Rahmadm, Ilmu Dakwah dan Kaitannya dengan Ilmu-ilmu Lain, (Bandung: Pustaka, 1995), hal 49-51.
(14)
6
Razi, 1990: XIII: 152). Beberapa macam yang tergolong media auditif yaitu radio, cassete/tape recorder.
Media visual (al-abshar) adalah sarana yang dapat ditangkap oleh mata manusia. Jenis media ini sangat banyak bahkan lebih banyak lagi dengan kecanggihan teknologi komunikasi, seperti yang ditunjukkan oleh Al-Qur‟an dengan pembentukan jamak al-abshar (jamak/plural) dari al-bashar (tunggal/singular). Hampir semua media dakwah didominasi oleh media ini, yakni melibatkan penglihatan manusia. Kepuasan rasa ingin tahu manusia juga sering dipenuhi dengan indra mata. Beberapa yang termasuk dalam media visual yaitu pers, majalah, surat, poster atau plakat, buku, internet, sms, dan brosur.
Sehubungan dengan itu, maka peranan media online atau jurnalistik dalam sebuah masyarakat sangatlah penting. Hal ini dikarenakan, jurnalis mempunyai fungsi sebagai penyebar informasi informasi, pemberi hiburan dan melaksanakan kontrol sosial, serta mendidik masyarakat secara meluas dan menyeluruh.8 Diantara banyaknya ideologi dan munculnya berbagai permasalahan kehidupan sosial diera globalisasi seperti ini. Republika online sebagai media online hadir dengan informasi yang senantiasa menyuguhkan pemikiran-pemikiran yang segar. Serta memberikan solusi terhadap persoalan-persoalan fenomena yang timbul di tengah masyarakat berita dalam negeri maupun luar negeri.
8
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek (Bandung; PT Remaja Rosdakrya, 1997) hal, 151.
(15)
7
Republika adalah sebuah media nasional yang dilahirkan oleh kalangan komunitas muslim bagi publik Indonesia. Republika online awal didirikan sudah bertujuan untuk menjadi media massa yang selalu memberikan informasi tentang Islam baik berita, komunitas, dan pernak-pernik seputar Islam. Isi republika online lebih didominasi oleh rubrik-rubrik bernuansa Islami. Meskipun tidak dipungkiri, juga memuat berita-berita umum lainnya yang masuk pada rubrik-rubrik media ini.
Gerlach & Ely menyebutkan secara garis besar media meliputi manusia, materi dan lingkungan yang membuat orang lain memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap.9
Media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti perantara, tengah atau pengantar. 10Dari pengertian ini ahli komunikasi mengartikan media sebagai alat yang menghubungkan pesan komunikasi yang disampaikan komunikator kepada komunikan (penerima pesan)11. Media massa yang menyampaikan informasi bersifat tertulis disebut media cetak.12 Media massa bukan sekedar sebagai dunia informasi, melainkan juga sebagai dunia informasi, melainkan juga sebagai dunia bahasa karena dalam penulisan berita sangat erat hubungannya dengan bahasa. Bahasa merupakan sarana untuk meyampaikan informasi dan menjadi aspek penting dalam dunia jurnalistik.
9
Moh Ali Aziz, Ilmu Dakwah Edisi Revisi (Jakarta: Kencana Prenadia Media Group 2012) hal 403.
10
Arsyad, Azhar, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT Raja Grafndo Persada 2006) hal 3. 11
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta; Rajawali Press, 2009) hal 123. 12
(16)
8
Bahasa memang memiliki kemampuan untuk menyatakan lebih
daripada apa yang disampaikan. “Bahasa lebih dari sekedar alat
mengkomunikasikan realitas, bahasa merupakan alat untuk menyusun
realitas”. Bahasa disini berfungsi sebagai alat komunikasi manusia, baik secara lisan maupun tertulis.13 Bahasa yang digunakan media massa bersandar kepada bahasa baku, tetapi pemakaian bahasa baku di media massa berbeda. Struktur kalimatnya lebih luas, pilihan katanya pun lebih bebas. Bahasa jurnalistik harus bertutur santai namun harus tetap memperhatikan kaidah-kaidah bahasa baku.
Penggunaan bahasa jurnalistik dalam pemberitaan merupakan hal penting dalam meyampaikan informasi. Seperti halnya berita yang disampaikan oleh media republika, apakah informasi tersebut dapat diterima dan dipahami oleh pembaca sesuai dengan maksud penulis berita.
Republika meyajikan berbagai macam rubrik. Salah satunya rubrik umum yang berisi tentang kasus Demonstrasi Penistaan Agama yang dimuat edisi 3 sampai 5 November 2016. Penulis tertarik pada berita demonstrasi penistaan agama karena berita ini termasuk dalam kategori berita yang actual pada saat itu da nisi pemberitaannya menyangkur tentang Islam.
Menyadari akan pentingnya penggunaan bahasa jurnalistik pada sebuah media online, penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana
13
Masnur Muslich, Bahasa Indonesia Pada Era Globalisasi, Kedudukan, Fungsi, Pembinaan dan Pengembangan (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010) Cet Ke-1 hal 3.
(17)
9
penggunaan bahasa jurnalistik pada media republika. oleh karena itu, skripsi ini diberi judul Analisis Isi Pada Berita Demonstrasi Penistaan Agama Edisi 3 sampai 5 November 2016.
B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang masalah diatas, adapun rumusan masalahnya antara lain :
Bagaimana penggunaan bahasa jurnalistik pada berita demonstrasi penistaan agama edisi 3 sampai5 November 2016”?
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian adalah mengarahkan peneliti agar tidak keluar dari jalurnya, tujuan penelitian kuantitatif mengindikasikan latar belakang untuk apa penelitian tersebut dilakukan atau untuk tujuan apa pnelitian memahami rumusan masalah yang dipaparkan diatas, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan :
Peneliti ingin mengetahui penggunaan bahasa jurnalistik pada
media Republika Online dalam berita “demonstrasi penistaan agama edisi 3 sampai 5 November 2016”
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi Peneliti Sendiri
Penelitian ini diharapkan dapat melatih kepekaan terhadap sebuah informasi verbal maupun non verbal dan juga menjadi
(18)
10
cara pandang peneliti dalam melihat teks dan pembawaan berita dalam media.
2. Bagi Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Masyarakat a. Secara Teoritis
Menambah informasi dalam ilmu dakwah tentang media dakwah dan jurnalistik.
Memberikan sumbangan pemikiran teoritis yang ilmiah tentang media dakwah dan jurnalistik yang relevan untuk dipilih dan diterapkan pada msyarakat.
b. Secara Praktis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pemasukan dan perbandingan bagi pihak-pihak yang terkait yaitu yang bergerak dibidang dakwah dan jurnalis. Dan juga penelitian ini bisa dijadikan tambahan literatur keilmuan untuk pembinaan dan pengembangan jurusan.
E. DEFINISI OPERASIONAL a. Bahasa Jurnalistik
Bahasa merupakan aspek terpenting dalam dunia jurnalistik juga sebagai. Bahasa juga sebagai sifat khas makhluk manusia, seperti
dalam ucapan “Manusia memiliki bahasa, binatang tidak memiliki bahasa”. Parole „tuturan‟ adalah bahasa sebagaimana dipakai secara
(19)
11
konkret seperti logat, ucapan, perkataan.14 Seluruh pekerjaan jurnalistik harus dituangkan dalam bentuk bahasa. Tanpa bahasa, maka tugas dan karya jurnalistik dipastikan tidak ada. Dari tahun ke tahun, bahasa jurnalistik pun terus tumbuh dan berkembang dikalangan pers atau jurnalis. Bahasa jurnalistik telah berkembang menjadi ragam bahasa tersendiri yang ikut memperkaya ragam-ragam bahasa lain dalam Bahasa Indonesia.
Bahasa jurnalistik dapat dikatakan sebagai gaya bahasa yang dipakai wartawan dalam menulis berita. Banyak orang menyebut bahasa jurnalistik sebagai bahasa koran. Bahasa jurnalistik sangat dipengaruhi oleh aset dan kemampuan berbahasa yang dimiliki wartawan. Bahasa jurnalistik juga sangat dipengaruhi oleh kebiasaan berbahasa yang dianut oleh suatu institusi media. Bahasa di media massa harus menyiratkan kejujuran, fairness, hangat, akurat dan sopan, tidak dibenarkan menggunakan kata-kata kasar, atau pun yang menyakiti hati seseorang.15 Dari segi persyaratan, setidaknya ada dua ciri utama dari bahasa jurnalistik, yaitu komunikatif dan spesifik.
Komunikatif, berarti bahasa yang digunakan bersifat langsung menuju ke pokok persoalan (to the point), lebih berorientasi pada pemakaian kata yang lebih denotatif, dan tidak bertele-tele. Komunikatif lebih menekankan pada aspek pemahaman yang jernih
14
J.WM. Verhaar, Asas-Asas Linguistik Umum (Yogyakarta; Gadjah Mada University Press, 2010) hal, 3.
15
Dewabrata, Kalimat Jurnalistik Panduan Mencermati Penulisan Berita, (Jakarta: Kompas, 2004) hal, 4.
(20)
12
dari pembaca. Spesifik berarti bahasa yang digunakan terdiri atas kalimat yang pendek, kata-kata yang jelas, gaya penulisan yang sederhana sehingga mudah dimengerti oleh pembaca.16
b. Berita Demontrasi Penistaan Agama
Berita adalah suatu kejadin actual yang diperoleh wartawan untuk dimuat dalam surat kabar karena menarik atau mempunyai makna bagi pembaca. Disini peneliti menfokuskan pada berita straight news atau bisa disebut soft news, yakni berita ringan yang model penulisannya menggunakan piramida terbalik.
Demonstrasi adalah sebuah gerakan protes yang dilakukan sekumpulan orang di hadapan umum. Unjuk rasa biasanya dilakukan untuk menyatakan pendapat kelompok tersebut atau penentang kebijakan yang dilaksanakan suatu pihak atau dapat pula dilakukan sebagai sebagai upaya penekanan secara politik atau kepentingan kelompok. Seperti yang terjadi pada tanggal 4 November 2016. Bermula dari surat Al-Maidah ayat 51 yang diucapkan oleh Ahok
Aksi 4 November atau juga disebut Aksi Bela Al-Qur‟an terjadi pada 4 November 2016 ketika demonstran berjumlah 50.000-200.000 turun ke jalan-jalan di Jakarta, Indonesia untuk memprotes pernyataan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau yang dikenal sebagai Ahok yang dinggap menghina agama Islam.
16
(21)
13
Aksi unjuk rasa sejumlah ormas Islam menuntut „penangkapan
Ahok‟ berlangsung sejak siang hari di Masjid Istiqlal menuju Istana
Negara. Diperkirakan setidaknya 18.000 perspnel keamanan diturunkan untuk menjaga tertibnya aksi demonstrasi.
Dalam konteks penistaan agama disini Gubernur Jakarta yang dikenal dengan Ahok terjadi pada 30 September 2016, dalam percakapan dengan warga di kepulauan Seribu, Ahok menyatakan
bahwa tidak masalah jika warga yang “dibohongi pake Surat Al Maidah 51 dan macem-macem” tidak memilihnya dalam pemilihan Gubernur DKI Jakarta. Disini dalam pidato yang dipaparkan oleh Ahok diterima oleh sebagaian pihak adalah penistaan agama.
Tokoh yang menghadiri aksi ini diantaranya Mantan Ketua MPR Amien Rais, Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah dan Fadil Zon, serta penyanyi Ahmad Dhani dan Rhoma Irama. Para demonstran berorasi dan menggunakan yel-yel, mendesak diprosesnya tindakan hokum terhadap Basuki.
F. SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Sistematika pembahasan merupakan urutan sekaligus kerangka berpikir dalam penulisan proposal, untuk lebih mudah memahami penulisan proposal ini, maka disusunlah sistematika pembahasan, antara lain:
Bab I adalah pendahuluan, rumusan maslah, tujuan, manfaat penelitian, konseptuliasi dan diakhiri dengan sistematika pembahasan. Bab
(22)
14
pertama dari skripsi yang mengantarkan pembaca untuk dapat menjawab pertanyaan apa yang diteliti, untuk apa dan mengapa penelitian itu dilakukan.
Bab II adalah kajian kepustakaan, berisi tentang kerangka teoritik dan penelitian terdahulu yang relevan. Dalam penelitian kualitatif kajian kepustakaan konseptual yang menjelaskan tentang media massa lebih khususnya media online.
Bab III adalah metode penelitian, pada bab ini memuat uraian secara rinci tentang metode dan langkah-langkah penelitian yang meliputi pendekatan dan jenis penelitian, jenis dan sumber data, unit analisis, tahapan penelitian, teknik pengumpulan, teknik analisis data.
Bab IV adalah penyajian data dan temuan penelitian, pada bab ini memamparkan tentang hasil yang didapat selama penelitian. Pemaparan berisi deskripsi objek penelitian, data dan fakta subyek yang terkait dengan rumusan masalah, berupa penggunaan bahasa jurnalistik.
Bab V adalah penutup, pada bab ini berisikan kesimpulan yang merupakan jawaban langsung dari permasalahan dan rekomendasi serta saran-saran. Yang perlu diingat bahwa kesimpulan harus sinkron dengan rumusan masalah, baik dalam hal urutan atau jumlahnya.
(23)
15
BAB II
KAJIAN KEPUSTAKAAN A. Kajian Teoritik
1. Ikhtisar Bahasa Jurnalistik
Hingga kini belum ada suatu teori pun yang diterima luas mengenai bagaimana bahasa itu muncul di permukaan bumi. Ada dugaan kuat bahasa nonverbal muncul sebelum bahasa verbal. Teoritikus kontemporer mengatakan bahwa bahasa adalah ekstensi perilaku social. Lebih dari itu, bahasa ucap bergantung pada perkembangan kemampuan untuk menempatkan lidah secara tepat di berbagai lokasi dalam system milik manusia yang memungkinkannya membuat berbagai suara kontras yang diperlukan untuk menghasilkan ucapan.1
Secara etimologis, Jurnalistik berasal dari kata Journ. Dalam bahasa Perancis, journ berarti catatan atau laporan harian. Dalam hal ini bahasa merupakan alat komunikasi yang dapat menghubungkan seseorang dengan orang lain (lawan bicara) baik itu melalui media cetak, elektronik, ataupun media online. Akan tetapi tidak semua orang dapat dengan mudah menangkap isi bahasa yang dikomunikasikan. Sama halnya ketika kita berbicara Bahasa Jurnalistik, tidak semua orang khususnya yang bekerja dalam media dapat menggunakan Bahasa Jurnalistik dengan baik dan mudah.
1
Deddy Mulyana, M.a., Ph.D., Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung; PT Remaja Rosdakarya, 2007) hal 263.
(24)
16
Dilihat secara umum menulis memang mudah, akan tetapi jikalau menulis sebuah berita dalam media tidaklah mudah seperti yang dibayangkan, diperlukan beberapa teknis serta keahlian khusus yang menunjang tulisan kita di media menjadi baik agar dapat dengan mudah dibaca serta dimengerti khalayak. Selain itu tanpa adanya pembiasaan diri untuk menulis, tulisan yang telah dituangkan di media belum tentu dapat dengan mudah dipahami khalayak, mengingat tidak semua khalayak dapat dikategorikan sama satu lainnya.
Bagaimanapun tulisan yang dimuat dalam media akan dilihat serta dibaca oleh banyak orang yang berbeda profesidan disini wartawan dituntut sedemikian rupa mengolah isi berita yang ingin disampaikan agar ringkas, singkat, padat, sederhana, jelas, sesuai dengan kaidah penulisan Bahasa Jurnalistik yang baik. Sebagaimana mengutip pernyataan TV CNN
yang dikutip oleh Morissan mengungkapkan “to be understood by the truck driver while not insulting the professor’s intelligence” ( untuk
dimengerti oleh supir truk namun tanpa merendahkan kecerdasan sang professor ). 2 Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa tulisan yang dimuat dalam media massa harus dapat dimengerti dengan mudah oleh semua kalangan tanpa memandang bulu/status sosial mereka itu siapa
dan apa. Justru disini seorang wartawan dituntut untuk
mempertimbangkan dengan baik sebuah berita yang ditulis, agar
2
(25)
17
berita/informasi yang ingin disampaikan dapat dengan mudah dimengerti oleh semua pihak.
Dalam hal ini media online dalam menyampaikan informasinya menggunakan bahasa secara tertulis. Tanpa adanya bahasa, media massa online tidak akan bermakna apa-apa karena bahasa menjadi medium bagi kalangan pers untuk memotret peristiwa dan peradaban bangsa.3 Bahasa Jurnalistik merupakan salah satu ragam bahasa kreatif yang digunakan kalangan pers di dalam penulisan berita di media massa. Bahasa Jurnalistik kerap disebut sebagai bahasa pers, yang juga memiliki karakter berbeda, sesuai dengan tulisan yang diberitakan. Bahasa Jurnalistik haruslah mudah dipahami oleh setiap orang yang membacanya, karena tidak semua orang mempunyai cukup waktu untuk memahami isi tulisan yang ditulis oleh wartawan.
Bahasa merupakan aspek terpenting dalam dunia jurnalistik. Seluruh pekerjaan jurnalistik dituangkan dalam bentuk bahasa. Tanpa bahasa, maka tugas dan karya jurnalistik dipastikan tidak ada.4 Bahasa yang digunakan oleh wartawan dinamakan bahasa pers atau bahasa jurnalistik. Bahasa pers ialah salah satu ragam bahasa. Bahasa jurnalistik memiliki sifat-sifat khas yaitu, singkat, padat, sederhana, lancar, jelas, lugas dan menarik.
3
Eni Setiati, Ragam Jurnalistik Baru dalam Pemberitaan (strataegi wartawan menghadapi tugas jurnalistik), (Yogyakarta; CV. Andi Offset, 2005) hal 85-86.
4
(26)
18
Bahasa jurnalistik harus didasarkan pada bahasa baku. Dia tidak dapat menganggap sepi kaidah-kaidah tata bahasa. Begitu juga dia harus memperhatikan ejaan yang benar. Dan dalam kosa kata, bahasa jurnalistik mengikuti perkembangan dalam masyarakat.
A.1.1. Definisi Bahasa Jurnalistik
Bahasa Jurnalistik merupakan bahasa komunikasi massa yang berfungsi sebagai penyambung lidah masyarakat sekaligus bahasa pengantar pemberitaan yang biasa digunakan dalam media cetak dan elektronik.5 Berikut beberapa definisi Bahasa Jurnalistik menurut para ahli. Ahli-ahli bahasa kita menopang pendirian diatas. Beberapa kutipan menyusul:
a) Prof. S. Wojowasito dati IKIP Malang dalam kertas
berjudul “Bahasa Jurnalistik : segi-segi yang harus
diperhatikan untuk meningkatkan mutu penggunaannya”,
yang disajikannya kepada Karya Latihan Wartawan (KLW) Daerah Jawa Timur (22-23 September 1978) menjelaskan “ Bahasa Jurnalistik adalah bahasa komunikasi massa sebagai tampak dalam harian-harian dan majaah-majalah. Dengan fungsi yang demikian itu bahasa tersebut haruslah jelas dan mudah dibaca oleh mereka dengan ukuran intelek yang minimal. Sehingga sebagian besar masyarakat yang melek huruf dapat menikmati isinya. Walaupun demikian tuntutan
5 ibid
(27)
19
bahwa bahasa jurnalistik haruslah baik, tak boleh ditinggalkan. Dengan kata lain, bahasa jurnalistik yang baik haruslah sesuai dengan norma-norma tata bahasa yang antara lain terdiri atas susunan kalimat yang benar, pilihan
kata yang cocok”.
b) Dr. Yus Badudu dari Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa mengatakan di depan Karya Latihan Wartawan (KLW) XVII Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat
tanggal 11 November 1978 : “ Bahasa surat kabar harus
singkat, padat, sederhana, jelas, lugas, tetapi selalu menarik. Sifat-sifat itu harus dipenuhi oleh bahasa surat kabar mengingat bahwa surat kabar dibaca oleh
lapisan-lapisan masyarakat yang tidak sama tingkat
pengetahuannya. Mengingat bahwa orang tidak harus menghabiskan waktunya hanya dengan membaca surat kabar. Harus lugas, tetapi jelas agar mudah dipahami. Orang tidak perlu mesti mengulang-ulang apa yang dibacanya karena ketidakjelasan bahasa yang digunakan
dalam surat kabar itu”.6
A.1.2. Ciri-Ciri Bahasa Jurnalistik
Bahasa jurnalistik perlu memperhatikan bahasa yang lazim berlaku di masyarakat. Bahasa jurnalistik adalah bahasa komunikasi massa yang
6
(28)
20
digunakan dalam majalah, surat kabar, televise, atau radio. Secara umum bahasa jurnalistik tidak berbeda dengan bahasa tulisan lainnya.7 setidaknya, ada beberapa ciri-ciri bahasa jurnalistik yang perlu kita ketahui bersama, diantaranya sebagai berikut
1. Sederhana
Sederhana, maksudnya bahasa yang digunakan lebih berorientasi pada kata-kata atau kalimat yang paling banyak diketahui sebagian besar kalangan pembaca.
Bahasa jurnalistik perlu memperhatikan aspek
heterogenitas pembaca, yang memiliki beragam variable.
2. Singkat
Singkat, maksudnya bahasa yang digunakan langsung ke pokok masalah, tidak bertele-tele, tidak panjang dan tidak memboroskan waktu pembaca.
3. Padat
Padat, maksudnya bahasa yang digunakan bersifat padat
informasi, dengan memakai kata/kalimat yang
informasi penting yang banyak dan menarik bagi para pembaca.
4. Lugas
7
Yurnaldi, Kiat Praktis Jurnalistik untuk Siswa, Mahasiswa, dan Calon Wartawan, (Angkasa Raya Padang, 1992)hal, 81.
(29)
21
Lugas, maksudnya tidak ambigu, tegas, sesuai dengan makna yang dituju. Dengan bahasa yang lugas, pembaca akan terhindar dari kesalahan persepsi dan kesalahan konklusi.
5. Jelas
Jelas, maksudnya bahasa yang digunakan mudah dipahami maknanya, tidak bias, baik dari segi makna, susunan kata, maupun kalimat.
6. Jernih
Jernih, maksudnya bahasa yang digunakan transparan, jujur, tulus, tidak menyebunyikan sesuatu yang negative, berbau fitnah atau prasangka. Bahasa jurnalistik lebih mengedepankan aspek fakta, kebenaran dan kepentingan bagi public.
7. Menarik
Menarik, maksudnya bahasa yang digunakan harus mampu membangkitkan minat dan perhatian pembaca dan dapat emicu selera baca. Bahasa jurnalistik semestinya tidak membosankan, bahkan terkadang dapat berunsur seni.8
8. Demokratis
8
(30)
22
Demokratis, maksudnya bahasa yang digunakan bersifat universal, tidak mengenal tingkatan social, golongan, dan kedudukan. Bahasa jurnalistik berlaku untuk siapa pun dan bersifat universal.
Selain ciri-ciri diatas, bahasa jurnalistik perlu mengutamakan penyajian tulisan dengan menggunakan pola kalimat berjenis aktif. Kalimat aktif dalam penyajian berita terbukti lebih mudah dipahami dan lebih disukai pembaca.9 Penggunaan kalimat aktif dalam penyajian berita dapat lebih memperjelas pemahaman pembaca. Disamping itu, karena sifat pembaca umum, maka bahasa jurnalistik juga perlu menghindari penggunaan kata/istilah teknis yang bersifat asing atau belum diketahui pembaca. Dengan demikian, jurnalistik tidak mampu menjadi penyambung informasi kepada pembaca. Kata/istilah teknis, pada dasarnya dapat diupayakan disajikan dalam bentuk kata/istilah yang umum agar pembaca dapat memahami.
Satu hal yang penting, bahasa jurnalistik pun harus tetap tunduk dan patuh pada kaidah dan etika bahasa Indonesia yang baku. Jurnalistik harus mampu mengemban isi edukasi untuk memberikan contoh berbahasa kepda masyarakat yang baik dan benar, yang sesuai dengan kaidah yang berlaku. Penggunaan bahasa yang sesuai kaidah dan etika yang baku, tentu
9
(31)
23
akan menjadikan perusahaan penerbitan media lebih professional dan memiliki reputasi kuat di msyarakat.10
A.1.3. Fungsi Bahasa Jurnalistik
Sebelum kita mengenal lebih jauh fungsi Bahasa Jurnalistik khususnya, akan lebih baik kita juga mengenal fungsi utama bahasa yang terdiri dari :
a. Alat untuk menyatakan ekspresi diri b. Alat komunikasi
c. Alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial d. Alat untuk mengadakan kontrol sosial
Sedangkan fungsi Bahasa Jurnalistik sendiri adalah:
a. Fungsi sebagai kerangka acuan, bagi pemakaian bahasa dengan adanya norma dan kaidah (yang dikodifikasikan) yang jelas. Norma dan kaidah itu menjadi tolak ukur bagi benar tidaknya pemakaian bahasa sesorang atau golongan.11
b. Fungsi Instrumental menggunakan bahasa untuk memperoleh sesuatu. c. Fungsi Regulatori menggunakan bahasa untuk mengontrol perilaku
orang lain.
d. Fungsi Interaksional menggunakan bahasa untuk menciptakan interaksi dengan orang lain.
10
Syarifudin Yunus, Jurnalistik Terapan, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010) hal 81. 11
Hasan Alwi, Soedjono Dardjowidjojo, Hans Lapoliwa, Anton M Moeliono, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (Jakarta; Balai Pustaka, 2002) hal 14-16.
(32)
24
e. Fungsi Personal menggunakan bahasa untuk mengungkapkan perasaan dan makna.
f. Fungsi Heuristik menggunakan bahasa untuk belajar dan menemukan makna.
g. Fungsi Imajinatif menggunakan bahasa untuk menciptakan dunia imajinasi.
h. Fungsi Representational menggunakan bahasa untuk menyampaikan informasi.12
A.1.4. Ketentuan Bahasa Jurnalistik
Bahasa jurnalistik mempunyai ketentuan-ketentuan yang harus ditaati. Ketentuan tersebut harus dilaksanakan supaya beruta/informasi yang ingin disampaikan kepada khalayak mudah dimengerti. Ketentuan-ketentuan tersebut antara lain:
a. Penggunaan kalimat pendek
Dalam jurnalistik penggunaan kalimat pendek merupakan pilihan utama. Hal tersebut dimaksudkan agar inti pokok persoalan yang diungkapkan segera dapat dimengerti oleh para pembaca. Mengingat tidak semua orang mempunyai cukup waktu untuk memahami isi tulisan yang ditulis oleh wartawan.
b. Penggunaan kalimat aktif
12
Furqanul Azies dan A Chaedar Alwasiah, Pengajaran Bahasa Komunikatif, Teori, dan Prektek (Bandung; PT Rosdakarya, 2000) hal 17-18.
(33)
25
Agar suatu laporan/tulisan dapat menarik pembacanya maka wartawan dalam hal ini dituntut harus mampu menghidupkan kalimat yang ditulisnya. Untuk itu penggunaan kalimat aktif merupakan ketentuan yang perlu ditaati.
c. Penggunaan Bahasa Positif
Suatu laporan akan terlihat menarik apabila ditulis dengan menggunakan bahasa positif. Ia akan terasa lebih hidup bila dibandingkan dengan penulisan bahasa negatif.
A.1.5. Bahasa Baku
Bahasa jurnalistik harus didasarkan pada bahasa baku. Dr Yus Badudu yang di depan KLW XV PWI tanggal 15 Mei 1978 mengemukakan sebagai berikut: “bahasa baku ialah bahasa yang digunakan oleh masyarakat yang paling luas pengaruhnya dan paling besar
wibawanya”.
Bahasa baku digunakan dalam situasi resmi baik bahasa lisan maupun bahasa tulisan, misalnya bahasa yang digunakan dalam berkhotbah, memberikan ceramah, pelajaran, berdiskusi, memimpin rapat, dan sebagainya (lisan). Bahasa yang digunakan pula dalam surat-menyurat resmi, menulis laporan resmi, buku, skripsi, disertasi, menulis undang-undang, dan sebagainya (tulisan). Demikian juga bahasa Koran dan majalah, bahasa siaran televise dan radio, haruslah baku agar dapat
(34)
26
dipahami oleh orang yang membaca dan mendengarnya diseluruh
negeri‟.13
Sangatlah penting mengemukakan tentang soal bahasa baku, sebabnya ialah karena fungsi yang harus dijalankan oleh bahas baku ada empat macam, yaitu sebagai (1) fungsi pemersatu, (2) fungsi penanda kepribadian, (3) fungsi penambah wibawa, (4) fungsi sebagai kerangka acuan. Hal ini dikemukakan oleh Drs. Anton Moeliono MA di depan Praseminar Politik Bahasa Nasional di Jakarta (29-31 Oktober 1974). Ia menjelaskan lebih jauh dalam sejarah pertumbuhan bangsa kita bahasa nasional yaitu bahasa Indonesia telah menjadi alat pemersatu yang paling ampuh.
Fungsi penanda-penanda kepribadian jelas apabila di tenga-tengah pergaulan dengan bangsa lain kita membedakan diri kita dengan bangsa lain itu dengan penggunaan bahasa nasional kita. Kita menyatakan identitas kita melalui bahasa kita yaitu bahasa Indonesia.
Karena bahasa Indonesia dipakai oleh kalangan yang berpengaruh, wibawa pada setiap orang dapat menggunakan bahasa itu secara mahir akan bertambah. Lebih-lebih jika hasil teknologi modern dan kebudayaan baru dipautkan dengan bahasa Indonesia sehingga mesyarakat akan
13
(35)
27
mengidentikkan secara psikologis bahasa Indonesia dengan masyarakat dan kehidupan modern yang maju.14
Fungsi keempat bahasa Indonesia baku ialah sebagai kerangka acuan (frame og reference) adanya ukuran yang disepakati secara umum tetang tepat tidak pemakaian bahasa dalam suatu situasi tertentu.
Bahasa baku harus memiliki sifat kemantapan dinamis yang berupa kaidah dan aturan yang tetap. Namun, kemantapan itu harus cukup terbuka untuk perubahan yang bersistem di bidang kosa kata, peristilahan, dan perkembangan berjenis ragam dan gaya di bidang kalimat dan makna.
A.1.6. Kaidah Bahasa Jurnalistik
Bahasa jurnalistik harus mengindahkan kaidah-kaidah tata bahasa, sehingga para wartawan harus tahu pokok aturan bahasa Indonesia.15
Pokok aturan pertama ialah yang penting atau yang dipentingkan ditaruh didepan, yang kurang penting atau keterangan di belakang. Yang dimaksud depan yang penting atau yang dipentingkan ialah yang menjadi pokok pikiran. Dengan demikian kita menulis :
Buku ini bagus
Bukan : Ini buku bagus
Malam nanti kita menonton
Bukan : Nanti malam kita menonton
14
Ibid, hal 3.
15
(36)
28
Sudah barang tentu akibat pengaruh rumpun bahasa lain seperti bahasa Sanskerta, pokok aturan tadi malahan terbalik yaitu yang dipentingkan di belakang, dan yang dijadikan keterangan di depan, misalnya:
Perdana meteri (Sanskerta) Bumi putera (Sanskerta) Mahaguru (Sanskerta)
Dalam konteks ini sebuah contoh yang terkenal di negeri kita ialah perkataan Mobrig yaitu kependekan atau akronim Mobiele Brigade. Bertahun-tahun lamanya dibiarkan salah kaprah ini sampai saat Presiden Soekarno membetulkannya menjadi Brimob yaitu Brigade Mobil.
Dipihak lain Bina Graha yang berarti „rumah pebangunan‟
mestinya menurut pokok aturan bahasa Indonesia, atau lebih tepat rumpun bahasa Austronesia, urutannya harus dibalik sehingga menjadi : Graha Bina. Sementara itu sebutan Hotel Indonesia sudah tepat, sedangkan kalau dibalik menjadi Indonesia Hotel akan menyalahi pokok aturan bahasa Indonesia.
Pokok aturan kedua adalah kata benda Indonesia tidak punya bentuk jamak (plural ; jumlah lebih dari satu). Untuk menunjukkan jamak
digunakan kata “ banyak, beberapa, semua, segala, setengah, dan
sebagainya atau disebut jumlahnya, misalnya:
(37)
29
Beberapa kendaraan Semua anggota Setengah orang Segala macam Lima Negara
Dalam bahasa Indonesia penjamakan kata benda dilakukan dengan mengulang kata sifat yang dibelakangnya, misalnya:
Kota bersih-bersih Kuda bagus-bagus
Sekarang karena pengaruh bahasa Indo-Jerman dan bahasa Sam (Arab), yang kedua-duanya mengenal bentuk jamak untuk kata benda, biasa dikatakan;
Anak-anak kecil Rumah-rumah besar Kuda-kuda bagus
Dalam pada itu baik dicatat dalam bahasa Indonesia ulangan kata
benda sesungguhnya menunjukkan “yang serupa” atau “semacam”,
misalnya:
Kuda-kuda = barang yang bentuknya seperti bentuk kuda (untuk menopang sesuatu).
(38)
30
Mata-mata = yang menyerupai mata, yaitu “spion” (karena pekerjaanya selalu melihat-melihat dengan seksama)
Laying-layang = benda yang melayang-layang (seperti burung)
Dalam konteks ini Amin Singgih dalam bukunya “Bahasa Bangsa Indonesia” (1973) mengemukakan contoh salah kaprah yaitu istilah P.B.B (Perserikatan Bangsa-Bangsa). Pada hematnya P.B. (Perserikatan Bangsa)
saja sudah cukup, sebab tidak mungkin “pereserikatan” terjadi dari hanya
satu anggota.
Pokok aturan ketiga adalah tidak ada benda untuk laki-laki atau perempuan dalam bentuk kata benda. Jadi kata-kata seperti adik, kakak, saudara, ipar, teman, rekan, kawan, pemimpin, ketua dan sebagainya dapat menunjukkan laki-laki atau perempuan.
Adapun bentuk dewa-dewi, putera-puteri dan lain-lain adalah kata bahasa Sansekerta. Sedangkan bentuk muslimin-muslimat, hadirin-hadirat, marhum-marhumah dan lain-lain ialah kata bahasa Arab. Dalam hal ini bahasa Indonesia sudah dipengaruhi oleh rumpun bahasa asing.
Sudarjo Tjokrosisworo, wartawan terkenal dari Solo, dulu Sekretaris Jenderal Serikat Penertbit Suratkabar (SPS) gemar menciptakan kata-kata baru. Ia menulis tentang “saudara” dan “saudari”, “pemuda”
(39)
31
dia lupa semua itu karena pengaruh bahasa asing, sedangkan menurut pokok aturan bahasa Indonesia, tidaklah ada perbedaan bentuk kata benda yang menyatakan laki-laki atau perempuan. 16
B. Kajian Terdahulu yang Relevan
Sebelum melakukan penelitian, peneliti mengumpulkan berbagai macam skripsi yang terkait dengan penelitian ini khususnya penelitian pada Penggunaan Bahasa Jurnalistik yang pernah diteliti oleh peneliti-peneliti sebelumnya dan diarsipkan oleh perpustakaan yang terdapat di fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dengan meninjau penelitian tentang Bahasa Jurnalistik yang telah dilakukan sebelumnya:
Tabel persamaan dan perbedaan kajian terdahulu Nama Universitas Penelitian Persamaan perbedaan
Aris Takomala UIN Syarif Hidayatullah Analisis Bahasa Jurnalistik berita utama surat kabar Republika edisi Desember 2008 1.Lebih menfokusk an meneliti judul, lead, serta tubuh berita pada ciri bahasa jurnalistik yakni komunikati f, spesifik, jelas, hemat kata, tidak mubadzir, dan tidak klise. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan surat kabar Republika sebagai objek penelitiannya 16
(40)
32
2.Media yang diteliti Republika Zabrina Rosyadi UIN Syarif Hidayatullah Analisis Penerapan Bahasa Jurnalistik berita utama surat kabar empat lawang express edisi Desember 2010
Penelitian ini menfokuskan pada penerapan bahasa jurnalistik Lebih menfokuskan kepada ketidaksesuaian bahasa jurnalistik pada berita utama di surat kabar empat lawang express edisi Desember 2010 yang terhitung pada edisi 89 dan 90. Eneng Kharunnisa UIN Syarif Hidayatullah Penerapan bahasa jurnalistik pada berita utama “Straigh News” di surat kabar “Radar Bekasi” edisi 1-5 Oktober 2012 Dalam penelitian ini lebih menfokuskan berita straight news yang digunakan dalam penelitian Lebih menfokuskan pada ciri bahasa jurnalistik pada judul dan lead yang ada dalam berita utama Muhamad Arif Rohman UIN Sunan Kalijaga Aplikasi bahasa jurnalistik dalam rubrik syiar Ramadhan SKH Radar Jogja Lebih menfokuskan pada penggunaan bahasa, penggunaan kalimat aktif, penggunan kalimat pasif, daya tarik bahasa, keterjelasan Dalam penelitian ini peneliti meneliti surat kabar sebagai objek penelitiannya
(41)
33 kalimat, penggunaan kalimat dan pilihan kalimat. Masrur Ridwan UIN Sunan Kalijaga Penggunaan bahasa jurnalitik dalam artikel mahasiswa KPI UIN Sunan Kalijaga (Studi analisis isi pada kolom “suara mahasisa” harian umum kedaulatan rakyat) Lebih menfokuskan pada penggunaan kalimat pendek, kalimat aktif, dan ekonomi kata pada kolom suara mahasiswa yang ditulis oleh mahasiswa jurusan KPI Peneliti meneliti bahasa jurnalistik dalam artikel sebagai objek penelitiannya
(42)
34
BAB III
METODE PENELITIAN
Metodologi penelitian atau metodologi riset dalam bahasa Inggris disebut
Science Research Methods. Metodologi berasal dari kata methodology, yaitu ilmu yang menerangkan metode-metode atau cara. Penelitian adalah terjemahan dari
bahasa Inggris “research” yang terdiri dari kata re (mengulang) dan search
(pencarian, pengejaran, penelusuran, penyelidikan, atau penelitian), maka
research berarti mengulang melakukan pencarian. Metodologi penelitian bermakna seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah pencarian data yang berkenaan dengan masalah tertentu untuk diolah, dianalisis, diambil kesimpulan dan selanjutnya dicarikan pemecahannya.1
A. Jenis Penelitian dan Pendekatan
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah membuat deskripsi objektif tentang fenomena terbatas dan menentukan apakah fenomena dapat dikontrol melalui beberapa intervensi.2 Dan penelitian kuantitatif ini digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.3
1
Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997) hal 1.
2
Lexy Moleong, Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, (Bandung; PT Remaja Rosdakrya Offset, 2011) hal, 30.
3
(43)
35
Sedangkan jenis analisis isi yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis isi kuantitatif dengan menggambarkan penggunaan bahasa jurnalistik dalam media Republika online (Penistaan Agama edisi 3 sampai 5 November 2016) dengan cara menringkas atau menyusun data yang diperoleh dari penelitian yang didasarkan pada distribusi nilai variable dan frekuensi bahasa jurnalistik yang terdapat pada nilai variable tersebut. Adapun alasan memilih analisis isi kuantitatif, karena peneliti ini ingin mengetahui penggunaan bahasa jurnalistik dalam media Republika, dengan cara menghitung frekuensi dan presentase masing-masing kategori bahasa jurnalistik dalam setiap tulisan yang dimuat oleh media Republika pada berita penistaan agama 3 sampai 5 November 2016. Prinsip analisis ini yang digunakan dalam penelitian ini adalah:4
1. Prinsip sistematik, maksudnya adalah perlakuan yang sama pada semua isi yang dianalisis. Periset tidak menganalisis hanya pada isi yang sesuai minatnya, tetapi keseluruhan isi yang telah ditetapkan untuk diriset.
2. Prinsip obyektif, hasil analisis tergantung pada prosedur riset bukan pada orangnya. Kategori yang sama bila digunakan untuk isi yang sama dengan prosedur yang sama, maka hasilnya akan sama.
3. Prinsip kuantitatif, dengan mencatat nilai-nilai bilangan atau frekuensi untuk menggambarkan berbagai jenis isi yang
4
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi (Jakarta; Prenada Media, 2012) Cetakan ke-6 hal 233.
(44)
36
didefinisakan. Diartikan juga sebagai prinsip digunakannya metode deduktif.
4. Prinsip isi nyata, maksudnya yang diserta atau yang dianalisis adalah isi yang tampak (tersurat) bukan makna yang dirasakan periset. Perkara nanti hasil akhir dari analisis nanti menunjukkan adanya sesuatu yang tersembunyi. Hal itu sah-sah saja. Naun semuanya bermula dari analisis terhadap isi yang tampak.
B. Unit Analisis
Unit analisis merupakan apa yang diobservasi, dicatat dan dianggap sebagai data, memisahkan menurut batas-batasnya dan mengidentifikasi untuk analisis berikutnya.5 Dalam penelitian ini menggunakan analisis isi kuantitatif dan di dalamnya terdapat dua unit analisis yakni, unit sintaksis dan fisik, yaitu unit analisis yang menggunakan elemen atau bagian bahasa dari suatu isi. Elemen bahasa ini sangat tergantung kepada jenis teks dengan satuan ukurannya adalah berita penistaan agama yang dimuat dalam media Republika online edisi 3 sampai 5 November 2016.
5
Eriyanto, Analisis Isi: Pengantar Metodologi untuk Penelitian Ilmu Komunikasi dan Ilmu-ilmu Sosial Lainnya, (Analisis Isi: Pengantar Metodologi untuk Penelitian Ilmu Komunikasi dan Ilmu-ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta; Kencana, 2011) hal, 59.Jakarta; Kencana, 2011) hal, 59.
(45)
37
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik atau metode pengumpulan data dalah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan periset untuk mengumpulkan data.6 Kegiatan pengumpulan data adalah prosedur yang sangat menentukan baik tidaknya riset. Jika kegiatan pengumpulan data ini tidak dirancang dengan baik atau bila salah dalam pengumpulan data, maka data yang diperoleh pun tidak sesuai dengan permasalahan penelitian.7 Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah dokumentasi
Dokumentasi
Dalam penelitian ini digunakan teknik dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengn menelaah catatan-catatan atau dokumen-dokumen pada sumber data serta pengamatan langsung pada objek penelitian. Adapaun dokumen yang digunakan disini adadalah halaman media Republika dalam berita penistaan agama edisi 3 sampai 5 November 2016 yang telah disimpan terlebih dahulu.
D. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data merupakan suatu metode yang biasa digunakan untuk menganalisis data, atau dengan kata lain merupakan kegiatan lanjutan setelah pengumpulan data dilaksanakan. Pada penelitian kuantitatif, pengolahan data
6
Rachmad Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi (Jakarta; Prenada Media, 2012) Cetakan ke-6. Hal, 95.
7
(46)
38
secara umum dilaksanakan dengan melalui tahap memeriksa (editing), proses pemberian identitas (coding) dan proses pembeberan (tabulating).8
1. Tahap editing, peneliti menyeleksi data dengan cara membaca dan mengamati setiap kata atau kalimat dalam berita penistaan agama edisi 4 sampai 5 November 2016 di media Repubika online.
2. Tahap coding, setelah menyeleksi setiap kata yang ada dalam berita penistaan agama edisi 4 sampai 5 November 2016 di media Repubika online yang menggunakan bahasa jurnalistik. selanjutnya data yang diperoleh tersebut dimasukkan dalam lembar koding yang telah dibuat.
Sebelum menganalisa data yang diperoleh, maka peneliti
menggunakan uji reliabilitas dan uji validitas.
3. Tahap tabulating, pada tahap yang terakhir ini peneliti akan menginterpretasikan data-data yang telah terkumpul dengan menggunakan distribusi frekuensi. Sehingga akan diketahui frekuensi dan presentase bahasa jurnalistik yang digunakan dalam berita penistaan agama edisi 4 sampai 5 November 2016 pada media Republika online.
Dalam penggunaan perhitungan statistic, peneliti menggunakan tiga tahap analisis data, yaitu :
1. Uji reliabilitas
8
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial, (Surabaya; Airlangga University Press, 2001) hal, 182.
(47)
39
Reliabilitas merupakan terjemahan dari kata reliability yang mempunyai asal kata rely dan ability. Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi disebut sebagai pengukuran yang reliabel (reliable). Walaupun relibilitas mempunyai berbagai nama lain seperti keterpercayaan, keterandalan, keajegan, kestabilan, konsistentensi dan sebagainya. Namun ide pokok yang terkandung dalam konsep reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya.9
Dalam uji reliabilitas kategori, peneliti akan menggunakan system koding sehingga peneliti dibantu oleh koder guna mengukur ketepatan penilaian peneliti terhadap penggunaan bahasa jurnalistik dalam berita demonstrasi penistaan agama edisi 4 dan 5 November 2016.
2. Uji Validitas
Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes atau instrument pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut.
3. Distribusi Frekuensi
Pada teknik analisis yang terakhir ini, peneliti menggunakan distribusi frekuensi. Distribusi frekuensi merupakan pembagian data ke
9
(48)
40
dalam beberapa kelompok dan dinyatakan atau diukur dalam persentase. Dengan cara ini dapat diketahui jumlahnya yaitu ditunjukkan oleh nilai persentase yang tertinggi dan demikian sebaliknya.10
Selain itu, kegunaan lain dari distribusi frekuensi adalah membantu peneliti untuk mengetahui bagaimana distribusi frekuensi dari data penelitian. Alat analisis ini digunakan dengan tujuan untuk mengetahui frekuensi masing-masing.
Disini peneliti akan membuat table distribusi Frekuensi, yang merupakan suatu table yang menunjukkan sebaran atau istribusi frekuensi data yang kita miliki, yang tersususn atas frekuensi tiap-tiap kelas atau kategori yang telah ditetapkan. Frekuensi tiap kelas/kategori menunjukkan banyaknya pengamatan dalam kelas atau kategori yang bersangkutan.
Secara sederhana table distribusi frekuensi menyatakan skala pengukuran yang diperoleh dengan mendaftar setiap kata, kalimat, dan paragraf dari per berita ke dalam kolom dari terendah hingga tertinggi atau sebaliknya. Disamping itu kita tuliskan frekuensi yaitu banyaknya lambing X untuk judul kolom kata, kalimat dan paragraf di setiap berita dan F untuk judul frekuensi. Adapun rumus yang digunakan untu mencari persentase yaitu:
Persentase = p x 100=
10
(49)
41
Keterangan :
P = proporsi
f = frekuensi
(50)
42
BAB IV
PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA A. PENYAJIAN DATA
A.1. Profil Republika
Republika adalah koran nasional yang dilahirkan oleh kalangan komunitas muslim bagi publik di Indonesia. Penerbitan tersebut merupakan puncak dari upaya panjang kalangan umat Islam, khususnya para wartawan profesional muda yang dipimpin oleh ex wartawan Tempo, Zaim Uchrowi yang telah menempuh berbagai langkah. Kehadiran Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) yang saat itu diketuai BJ Habibie dapat menembus pembatasan ketat pemerintah untuk izin penerbitan saat itu memungkinkan upaya-upaya tersebut berbuah. Republika terbit perdana pada 4 Januari 1993.
Koran ini terbit di bawah bendera perusahaan PT Abdi Bangsa. Setelah BJ Habibie tak lagi menjadi presiden dan seiring dengan surutnya kiprah politik ICMI selaku pemegang saham mayoritas PT Abdi Bangsa, pada akhir 2000, mayoritas saham koran ini dimiliki oleh kelompok Mahaka Media.
PT Abdi Bangsa selanjutnya menjadi perusahaan induk, dan Republika berada di bawah bendera PT Republika Media Mandiri, salah satu anak perusahaan PT Abdi Bangsa. Di bawah bendera Mahaka Media, kelompok ini juga menerbitkan Majalah Golf Digest Indonesia, Majalah Parents
(51)
43
Indonesia, stasiun radio Jak FM, Gen FM, Delta FM, FeMale
Radio, Prambors, Jak tv, dan Alif TV.
Walau berganti kepemilikan, Republika tak mengalami perubahan visi maupun misi. Visi Republika adalah Modern, Moderat, Muslim, Kebangsaan, dan Kerakyatan. Sedangkan Misi Republika adalah sebagai koran masyarakat baru yang maju, cerdas, dan beradab. Harus diakui, ada perbedaan gaya dibandingkan dengan sebelumnya. Sentuhan bisnis dan independensi Republika menjadi lebih kuat. Karena itu, secara bisnis, koran ini terus berkembang. Republika menjadi makin profesional dan matang sebagai koran nasional untuk komunitas muslim.
Direktur utama Republika saat ini adalah Erick Thohir yang juga merupakan Ketua Umum Asosiasi Televisi Swasta Indonesia (ATVSI) periode 2010 - 2013. Erick Thohir juga merupakan presiden Inter Milan (Italia) dan DC United (Amerika Serikat), dua klub sepak bola. Selain itu, memiliki saham di Persib Bandung. Erick juga pemilik klub basket Indonesia Warrior di liga basket ASEAN dan klub basket Satria Muda Britama di Liga Basket Indonesia.
Pada 1995, Republika membuka situs di internet. Tahun 1997, Republika pertama kali mengoperasikan Sistem Cetak Jarak Jauh (SCJJ).
A.2. Pemimpin Redaksi
Hingga kini, Republika telah mengalami berkali-kali pergantian pemimpin redaksi. Pemimpin redaksi yang pertama adalah Parni Hadi, lalu Andi
(52)
44
Makmur Makka, Zaim Uchrowi, Tommy Tamtomo, Yayat Supriyatna, Asro Kamal Rokan, Ikhwanul Kiram Mashuri dan saat ini adalah Nasihin Masha.
A.3. Penghargaan
1993: Juara Pertama Lomba Perwajahan Media Cetak
2005: Koran Terbaik 2004 dari Dewan Pers, yang menilai dari sisi penerapan kaidah jurnalistik
2006: Koran Terbaik 2005 dari Dewan Pers
2007: Koran Nasional Terbaik 2006 dari Majalah Cakram, sebuah majalah komunikasi, kehumasan, dan periklanan.
2009: Mendali emas untuk kategori desain halaman muka terbaik dari World Association of Newspapers and News Publishers (WAN-IFRA). Penghargaan tersebut diraih untuk halaman muka edisi 28 Januari 2008 yang merupakan liputan khusus wafatnya mantan presiden Soeharto.
2016: Mendali emas untuk kategori desain halaman muka terbaik dari World Association of Newspapers and News Publishers (WAN-IFRA) di Filipina pada 29-31 Maret.Halaman muka yang menang ialah bertema asap edisi 8 Oktober 2015. Pada edisi tersebut, asap menutup seluruh halaman muka Republika yang menandakan empati terhadap para korban bencana asap di Kalimantan dan Sumatra. Halaman muka edisi 8 Oktober 2015 ini dipertarungkan dengan halaman muka dari sekitar 429 kompetitor media lainnya yang berasal dari 19 negara di kawasan Asia dan Timur Tengah. Selain itu, Harian Republika juga meraih lima penghargaan dalam ajang
(53)
45
IPMA, InMA, IYRA dan ISPRIMA 2016 yang diselenggarakan Serikat Perusahaan Pers (SPS).
Beberapa kali meraih penghargaan dari Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa sebagai koran berbahasa Indonesia terbaik, peringkat pertama ataupun peringkat di bawahnya.
A.4. Penghargaan Perorangan
Wartawan-wartawan Republika meraih berbagai bentuk penghargaan dari Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), Aliansi Jurnalis Independen (AJI), maupun dari berbagai institusi lainnya.
A.5. Tokoh Perubahan Republika
Sejak 2005, Republika menggelar acara penganugerahan "Tokoh Perubahan Republika". Acara yang diadakan setiap tahun ini untuk mengapresiasi tokoh yang mampu menunjukkan karya serta dedikasi di bidang kerja masing-masing dan memberikan manfaat serta inspirasi untuk masyarakat luas. Tokoh-tokoh inspiratif yang pernah mendapat penghargaan ini sebagai berikut :
2015: Pendiri dan CEO Go-Jek Indonesia, Nabiel Makarim; pendiri dan Pimpinan Pesantren Nurul Haramain, Tuan Guru Haji Hasanain Juaini; pendiri Yayasan Alam Sehat dan aktivis lingkungan, Asri Hotlin Ompusunggu; grup band Slank, dan Menkominfo, Rudiantara
2014: Ketua PP Muhammadiyah, Din Syamsuddin; Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini; Bupati Bantaeng, Nurdin Abdullah; Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas; serta penggagas gerakan One Day One Juz, Bhayu Subrata dan Pratama Widodo.
(54)
46
2013: Pelatih timnas U-19, Indra Sjafri; pendiri Klinik Asuransi Sampah, Gamal Albinsaid; aktor pencak silat, Iko Uwais; penggagas metode matematika nalaria, Ridwan Hasan Saputra; dan Ketua KPK, Abraham Samad.
2012: Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Taufiq Kiemas; Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam), Djoko Suyanto; dan Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Said Aqil Siroj.
2011: Menteri Koordinator Perekonomian, Hatta Rajasa; Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan; Pengusaha muda, Heppy Trenggono; Wali Kota Sawahlunto, Amran Nur; dan Pimpinan Ponpes Gontor, KH. Abdullah Syukri Zarkasyi.
2010: Asma Nadia, Ustaz Fadzlan Garamatan, Joko Widodo, Jusuf Kalla, Soelaiman Budi Sunarto, M Zainul Majdi, dan Zulkifli Hasan.
2009: Mahfud MD, Ketua Mahkamah Konstitusi; Yohanes Surya, Pendidik/Ilmuwan; Prof I Gede Winasa, Bupati Jembrana; Aria Susumadewa, Sineas/Sutradara; Mario Teguh, Motivator; Toto Sugito, Penggagas Bike to Work; Eri Sudewo, Penggerak Dompe Dhuafa; dan Tri Mumpuni, Sosiopreneur.
2008: Darmin Nasution, Dirjen Pajak; Seto Mulyadi, Ketua Komnas Anak; Anton Apriyantono, Menteri Pertanian; Hassan Wirajuda, Menteri Luar Negeri; dan Ahmad Riawan Amin, Bankir/Dirut Bank Muamalat Indonesia.
(55)
47
2007: Deddy Mizwar, Aktor; Habiburrahman El Shirazy, Novelis; Andrea Hirata, Novelis; Ratna Megawangi, Dosen/Peneliti/Penggerak Indonesia Heritage Foundation; Ustaz Yusuf Mansyur, Ulama; Muhammad Maftuh Basyuni, Menteri Agama RI.
2006: Komisi Pemberantasan Korupsi; Jimly Asshidiqie, Ketua Mahkamah Konstitusi; Sutiyoso, Gubernur DKI.
2005: Susilo Bambang Yudhoyono, Presiden RI; Jenderal Pol Sutanto, Kapolri; Hidayat Nur Wahid, Ketua MPR RI; Muhammad Arifin Ilham, Ulama; Ary Ginanjar Agustian, Pendiri ESQ; KH Abdullah Gymnastiar, Ulama; Hamid Awaluddin, Negosiator Perdamaian RI-GAM; Sofyan Djalil, Negosiator Perdamaian RI-GAM.
(56)
48
A.6. Isi Berita Demonstrasi Penistaan Agama Edisi 3, 4, 5 November 2016 a. Edisi 3 November 2016
Thursday, 03 November 2016, 04:30 WIB
1.
Demo 4 November Puncak Kemarahan Umat Islam Terhadap AhokRep: Eko Supriyadi/ Red: Bilal Ramadhan Republika/Mahmud Muhyidin
Sejumlah massa yang tergabung dalam Generasi Muda Jabar melakukan unjuk rasa terkait penistaan Alquran oleh Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama di depan halaman Gedung
Sate Bandung, Kota Bandung, Jumat (28/10). (Republika/Mahmud Muhyidin)
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Komisi VIII Sodiq Mujahid menilai, demonstrasi umat Islam pada 4 November mendatang, bukan semata-mata karena kasus dugaan penistaan agama oleh pejawat Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok. Tapi, demo tersebut merupakan wujud kekecewaan umat Islam terhadap berbagai masalah terutama kesan pemerintah maupun aparat melindungi Ahok.
''Dari pantauan saya sampai Rabu (2/11) malam ini, maka demo tanggal 4 bukan hanya demo umat Islam terhadap penistaan Alquran. Tapi akumulasi kekecewaan umat Islam dan masyarakat terhadap Ahok dan pemerintah,'' kata Sodiq, saat dihubungi, Rabu (2/11).
Sodiq menyebutkan, kekeceawan terhadap lambatnya Bareskrim Polri dalam mengusut Ahok dalam kasus surat Al Maidah ayat 51. Selain
(57)
49
itu, tidak dilanjutkannya temuan BPK dalam kasus sumber waras dan reklamasi.
''Masyarakat yang tergusur tahu tanahnya akan digunakan oleh pengembang untuk perumahan mewah,'' jelasnya.
Ditambah lagi, lanjut dia, PNS-PNS di Jakarta yang dihinakan dan dimaki di depan publik. Masyarakat juga muak dengan gaya Ahok selama ini yang kasar, merasa paling hebat, paling bersih dan sombong bukan kepalang dibanding dengan pemimpin bangsa Indonesia yang sudah sangat terbukti dan berjasa mengorbankan jiwa raga, namun tetap rendah hati kepada bangsanya.
''Seperti Bung Karno, Jenderal Sudirman, HOS Cokroaminoto, Bung Hatta, Pak Harto, Pak Habibie, Gus Dur dan lainnya,'' ucap Politikus Gerindra tersebut.1
Thursday, 03 November 2016, 02:00 WIB
2.
PKS: Tembak di Tempat Peserta Unjuk Rasa Melanggar KonstitusiRep: Fuji Pratiwi/Eko Supriyadi/ Red: Bilal Ramadhan Republika/Dadang Kurnia
Ribuan massa unjuk rasa terkait pernyataan Gubernur DKI Jakarta, Basuki 'Ahok' Tjahaja Purnama soal surah Al Maidah ayat 51 bergerak dari Masjid Istiqlal ke Balai Kota
DKI, Jumat (14/10).
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tembak di tempat peserta untuk rasa dinilai melanggar konstitusi. Sebab, unjuk rasa
1
http://www.republika.co.id/berita/nasional/hukum/16/11/03/og11kb330-demo-4-november-puncak-kemarahan-umat-islam-terhadap-ahok
(58)
50
merupakan hak yang dilindungi konstitusi dan ada cara lain untuk menindak peserta unjuk rasa yang anarkis.
Anggota MPR RI dari Fraksi PKS Hermanto mengapresiasi kebijakan Kapolda Metro Jaya, Irjen Pol Mochamad Iriawan, yang tidak akan melakukan tembak di tempat kepada para peserta aksi unjuk rasa atas dugaan kasus penistaan agama pada 4 November 2016 mendatang.
Sebab, aksi unjuk rasa dilindungi dan dijamin oleh konstitusi. Jika ada peserta aksi yang anarkis, Hermanto menilai aparat cukup menangkap oknum tersebut tersebut tanpa harus ditembak.
''Kebebasan berpendapat dilindungi oleh konstitusi. Maka pelaku tembak di tempat kepada mereka yang sedang menyampaikan pendapat adalah pelanggaran terhadap konstitusi,'' tutur Hermanto melalui keterangan resmi kepada Republika.co.id, Rabu (2/11). Hermanto menambahkan, sebagai negara demokrasi, Indonesia telah menjamin kemerdekaan mengemukakan pendapat di muka umum. Konstitusi Indonesia, yaitu Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD NRI) 1945 pada Pasal 28 E menyebutkan, setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat.
UUD NRI 1945 tersebut, lanjut Hermanto, dijabarkan lagi dengan Undang-Undang No. 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum. Pasal 1 ayat (1) undang-undang ini berbunyi, Kemerdekaan menyampaikan pendapat adalah hak setiap warga negara untuk menyampaikan pikiran dengan lisan, tulisan, dan sebagainya secara bebas dan bertanggung jawab sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Di pasal 2 ayat (1) juga disebutkan setiap warga negara secara perseorangan atau kelompok bebas menyampaikan pendapat sebagai perwujudan hak dan tangung jawab berdemokrasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
''Dari paparan tersebut, sangat jelas bahwa negara memberikan jaminan yang sangat kuat kepada mereka yang mengemukakan pendapat. Maka siapa saja yang berusaha menghalanginya maka patut dianggap sebagai melawan negara dan harus ditindak oleh aparat negara,'' ungkap Hermanto.
Di sisi lain, kepada para peserta aksi, Hermanto juga mengingatkan agar melakukan aksi dengan tertib serta mengindahkan norma-norma agama, susila, ketertiban umum dan keutuhan negara.
Hal tersebut tercantum dalam Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia pasal 23 ayat (2) yang menyebutkan setiap orang bebas untuk mempunyai, mengeluarkan dan menyebarluaskan pendapat sesuai hati nuraninya, secara lisan dan atau tulisan melalui media cetak maupun elektronik dengan
(59)
51
memperhatikan nilai-nilai agama, kesusilaan, ketertiban, kepentingan umum, dan keutuhan Negara.
Thursday, 03 November 2016, 02:45 WIB
3.
Saat Demo 4 November, Ini yang akan Dilakukan DjarotRed: Bilal Ramadhan Republika/Prayogi
Calon Wagub DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat berbincang Pekerja Penanganan Sarana dan Prasarana umum (PPSU) saat melakukan kampanye blusukan di Kalisari, Pasar Rebo,
Jakarta, Rabu (2/11).
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Calon Wakil Gubernur Jakarta Djarot Saiful Hidayat mengatakan akan tetap berkampanye meski ada rencana unjuk rasa pada 4 November 2016. Unjuk rasa tersebut terkait dengan pernyataan Basuki 'Ahok' Tjahaja Purnama soal surah Al Maidah ayat 51.
"Tetap nggak masalah, tanggal 4 November 2016 tetap blusukan, nggak ada masalah, kan tidak libur," kata Djarot, Jakarta Timur, Rabu (2/11).
Dia menuturkan tetap mengunjungi warga ke kelurahan untuk berbincang dan mendengarkan keinginan masyarakat untuk pembangunan Jakarta ke depan. "Turun saja ke bawah. Ini kampanye, turun ke bawah, enggak masalah," ujarnya.
Pada Rabu (2/11), Djarot mengunjungi warga di Jalan H Tileng RT 001/004 Nomor 29 Kampung Kramat Kelurahan Setu Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur. Kemudian, warga di Jalan Rahayu 3 RT 011/03 Kelurahan Kalisari Pasar Rebo, Jakarta Timur.
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal DPD Front Pembela Islam (FPI) DKI Jakarta, Novel Bamukmin mengatakan rencana demonstrasi ormas Islam pada 4 November 2016 akan melibatkan ormas dari luar Jakarta.
(60)
52
Demonstrasi bertema Aksi Bela Islam guna menuntut Calon Gubernur Petahana DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) diproses hukum atas dugaan penistaan agama juga akan melibatkan massa buruh dari wilayah Jabodetabek, kata Novel.2
Sumber : Antara a. Edisi 4 November 2016
Friday, 04 November 2016, 21:38 WIB
4.
Korban Kericuhan Dilarikan ke RS Budi KemuliaanRed: Didi Purwadi
Antara/Akbar Nugroho Gumay
Seorang demonstran mengibarkan bendera dalam aksi dalam aksi 4 November di Jakarta, Jumat (4/11).
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aksi kericuhan terjadi setelah massa selesai melakukan aksi damai 'Bela Islam Jilid II' pada Jumat (4/11) waktu maghrib. Banyak korban cedera dalam insiden kericuhan yang pecah selepas Isya dan kini sudah mereda tersebut. Dr Syarif Darmawan dari Rumah Sakit Dompet Dhuafa mengatakan ada 30 korban yang menyelamatkan diri ke resto di sekitar lokasi insiden di jalan Abdul Muis. Mereka ada yang mengalami sesak nafas, mata pedih, dan luka akibat terinjak-injak. ''Dari 30 orang, dua orang dilarikan ke rumah sakit Budi Kemuliaan yang jaraknya memang sekitar setengah kilo dari sini,'' kata Syarif kepada Republika.co.id, Jumat (4/11) malam.
2
http://www.republika.co.id/berita/nasional/hukum/16/11/03/og0zrk330-saat-demo-4-november-ini-yang-akan-dilakukan-djarot
(61)
53
Syarif mengatakan dua korban yang dilarikan ke RS Budi Kemulian itu mengalami gangguan sesak nafas. Meski sudah diberi pertolongan, keduanya masih mengalami sesak nafas sehingga akhirnya dilarikan ke rumah sakit.
Sementara, selebihnya masih bisa ditangani di tempat darurat di ruang mushalah di salah satu resto di jalan Abdul Muis tersebut. Termasuk korban yang mengalami cedera akibat terinjak-injak badannya. ''Ketika diperiksa parunya, tidak ada pecah paru-paru atau patah tulang paru-paru-paru-paru,'' katanya.
Salah satu saksi mata yang tidak ingin disebutkan namanya, sebelumnya mengatakan kericuhan dipicu dari aksi segerombolan orang yang memakai label komponen HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) memprovokasi aparat kepolisian dengan lemparan botol. ''Massa berlabel komponen HMI memprovokasi polisi dengan
melempari botol minuman,'' kata saksi mata
kepadaRepublika.co.id, di Jakarta, Jumat (4/11) malam. ''Polisi jadi represif dan melepaskan tembakan gas air mata.''
Saksi mata yang merupakan demonstran dari komponen masyarakat umum saat itu sedang berada di belakang kelompok HMI. Kelompok berlabel HMI yang jumlahnya tidak lebih dari 20 orang itu berhadap-hadapan langsung dengan aparat kepolisian. ''Awalnya ada lemparan botol, lalu ada lepasan tembakan gas air mata,'' kata saksi mata yang terkena tembakan gas air mata pada bagian kakinya. ''Kejadiannya persis selepas adzan Isya.''
Saksi mata yang datang dari Grogol, Jakarta Barat itu langsung melarikan diri ke arah jalan Abdul Muis. Dia mendapat perawatan di mushalah salah satu resto di sana.
Friday, 04 November 2016, 22:20 WIB
5.
Polisi Lepaskan Gas Air Mata di Kawasan PenjaringanRep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Teguh Firmansyah Republika/Yasin Habibi
(62)
54
Kericuhan terjadi saat aki unjuk rasa di depan Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (4/11).
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Situasi di Kawasan Gedong Panjang Penjaringan Jakarta Utara sempat terjadi kericuhan antara warga di kawasan sekitar Luar Batang dengan Polisi. Kericuhan ini terjadi sekitar Pukul 21.55 WIB.
Massa sempat melakukan sweeping kepada mobil-mobil yang melintas dari arah Masjid Nurul Al Mubin. Mereka juga berkumpul di sana. Polisi sempat melepaskan gas air mata. Terdengar juga suara tembakan.
Situasi terdengar gaduh. Mobil-mobil sempat dirusak oleh sejumlah warga Sebab mobil tidak berhenti.3
Jumat, 04 November 2016, 21:27 WIB
6.
Massa Aksi Bela Islam Minta Media Berimbang dalam PemberitaanRep: Dadang Kurnia/ Red: Ilham Republika/Edwin Dwi Putranto
Umat muslim melakukan aksi demonstrasi didepan istana negara, Jakarta, Jumat (4/11).
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Massa aksi bela Islam merasa jengah selalu diberitain miring oleh beberapa media. Padahal, menurut mereka, aksi yang dilakukan murni untuk membela Agama Islam yang dilecehkan oleh Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
Mereka juga khawatir, akan dijadikan kambing hitam sebagai dalang kerusuhan yang terjadi saat menggelar aksi di depan Istana
3
http://www.republika.co.id/berita/nasional/politik/16/11/04/og4imy377-polisi-lepaskan-gas-air-mata-di-kawasan-penjaringan
(63)
55
Presiden pada Jumat (4/11). Mereka pun meminta awak media yang melakukan peliputan agar lebih berimbang dalam pemberitaan.
"Beritanya berinbang ya, ini polisi yang mulai, bukan kami yang mulai," kata salah seorang peserta aksi kepada awak media yang meliput.
Seperti diketahui, aksi unjuk rasa bela Islam yang semula berlangsung damai tiba-tiba berubah memanas. Berdasarkan informasi yang diperoleh Republika.co.id di lapangan, kerusuhan bermula saat adanya oknum mahasiswa yang bertindak provokatif. Padahal, para habib sudah mewanti-wanti setiap massa aksi agar tidak membuat rusuh. Namun, himbauan tersebut tidak digubris oleh oknum mahasiswa tersebut.4
b. Edisi 5 November 2016
Sabtu, 05 November 2016, 10:07 WIB
7.
Kronologi Kericuhan Semalam Versi HMIRep: Hasanul Rizqa/ Red: Teguh Firmansyah Republika/Tahta Aidilla
Sejumlah mobil terbakar saat unjuk rasa 4 November di Jakarta, Jumat (4/11)
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aksi damai yang menolak penistaan agama pada Jumat (4/11) lalu berlangsung tertib sejak
4
http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/16/11/04/og4g5u361-massa-aksi-bela-islam-minta-media-berimbang-dalam-pemberitaan
(1)
85
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan tentang penggunaan
bahasa jurnalistik pada media Republika Online dalam berita demonstrasi
penistaan agama edisi 3 sampai 5 November 2016 dengan analisis isi
kuantitatif, maka penelitian ini menghasilkan kesimpulan:
1. Penelitian ini menunjukkan tingkat kesesuaian dengan
karakteristik yang telah dikemukakan oleh para teoritisi diatas.
Tampak dari hasil penelitian yang menyatakan bahwa 90% dari
10 berita yang diteliti menggunakan bahasa baku, 90%
menggunakan kata denotatif, 70% menggunakan bahasa yang
sederhana, 80% menggunakan bahasa yang singkat dan padat,
50% menggunakan bahasa yang jelas dan lugas, 50%
menggunakan kalimat aktif, dan 90% mengguanakan kalimat
positif.
2. Penggunaan bahasa jurnalistik yang digunakan dalam
penyampaian berita demonstrasi penistaan agama edisi 3
sampai 5 November 2016 adalah baik, karena dari semua
indikator yang sudah diteliti menunjukkan tingkat penggunaan
bahasa jurnalistik yang sesuai dengan ciri dan
(2)
86
B. Saran
Dengan adanya penelitian ini, maka diharapkan dapat menambah
dan memberikan masukan dalam rangka pengembangan Ilmu Komunikasi
dan Penyiaran Islam khususnya dalam bidang dakwah agar bermanfaat
bagi masyarakat, agama, bangsa, dan negara. Serta digunakan sebagai
bahan penelitian lanjut yang berhubungan dengan penelitian ini.
Penulis menyampikan beberapa saran terhadap penelitian bahasa
jurnalistik baik bagi mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam yang
ingin menjadi seorang wartawan, sebagi berikut:
- Bagi mahasiswa/i jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam,
diharapkan lebih mempelajari bahasa jurnalistik dalam media
massa. Sehingga ketika terjun menjadi seorang wartawan, maka
(3)
DAFTAR PUSTAKA
Nurdin Ali, Moh Agoes Moefad, Navis Advan Zubaidi, Harianto Rahmad, 2013,
Pengantar Ilmu Komunikasi (Surabaya; IAIN SA Press).
Uchjana Onong Effendy, 1997 Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek (Bandung; PT
Remaja Rosdakrya,)
Ali Moh Aziz, 2012, Ilmu Dakwah Edisi Revisi (Jakarta: Kencana Prenadia Media
Group)
Cangara Hafied, 2009, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta; Rajawali Press)
Yunus Syarifudin, 2010, Jurnalistik Terapan, (Bogor: Ghalia Indonesia)
Muslich Masnur, 2010, Bahasa Indonesia Pada Era Globalisasi, Kedudukan,
Fungsi, Pembinaan dan Pengembangan (Jakarta: PT Bumi Aksara)
Verhaar J.WM., 2010, Asas-Asas Linguistik Umum (Yogyakarta; Gadjah Mada
University Press)
Dewabrata, 2004, Kalimat Jurnalistik Panduan Mencermati Penulisan Berita,
(Jakarta: Kompas)
Mulyana Deddy, 2007 Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung; PT Remaja
Rosdakarya)
Jani Yosef, 2009 To Be A Journalist (Yogyakarta; Graha Ilmu)
Setiati Eni, 2005Ragam Jurnalistik Baru dalam Pemberitaan (strataegi wartawan
menghadapi tugas jurnalistik), (Yogyakarta; CV. Andi Offset)
Anwar Rosihan, 1991 Bahasa Jurnalistik dan Komposisi, (Jakarta; PT Prasnya
(4)
Yurnaldi, 1992, Kiat Praktis Jurnalistik untuk Siswa, Mahasiswa, dan Calon
Wartawan, (Angkasa Raya Padang)
Hasan Alwi, Soedjono Dardjowidjojo, Hans Lapoliwa, Anton M Moeliono, 2002,
Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (Jakarta; Balai Pustaka)
Azies Furqanul dan Chaedar A Alwasiah, 2000, Pengajaran Bahasa Komunikatif,
Teori, dan Prektek (Bandung; PT Rosdakarya)
Bachtiar Wardi, 1997, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah (Jakarta: Logos
Wacana Ilmu)
Moleong Lexy, 2011, Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, (Bandung; PT
Remaja Rosdakrya Offset)
Sugiyono, 2014, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods), (Bandung;
Alfabeta).
Kriyantono Rachmat, 2012, Teknik Praktis Riset Komunikasi (Jakarta; Prenada
Media)
Eriyanto, 2011, Analisis Isi: Pengantar Metodologi untuk Penelitian Ilmu
Komunikasi dan Ilmu-ilmu Sosial Lainnya, (Analisis Isi: Pengantar Metodologi untuk Penelitian Ilmu Komunikasi dan Ilmu-ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta;
Kencana)
Bungin Burhan Burhan, 2001, Metodologi Penelitian Sosial, (Surabaya;
Airlangga University Press)
(5)
Asep Syamsul M. Romli, 2004, Boadcast Journalism, (Bandung; Penerbit
Nuansa)
Jurnal Komunikasi Islam, 2015, Studi Media Dalam Perspektif Komunikasi Islam
Analisis Esensi Komunikasi Islam dalm Diseminasi Informasi, (UIN Sunan Ampel
Surabaya)
Sumber Internet
http://www.republika.co.id/berita/nasional/hukum/16/11/03/og11kb330-demo-4-november-puncak-kemarahan-umat-islam-terhadap-ahok
http://www.republika.co.id/berita/nasional/hukum/16/11/03/og0zrk330-saat-demo-4-november-ini-yang-akan-dilakukan-djarot
http://www.republika.co.id/berita/nasional/politik/16/11/04/og4imy377-polisi-lepaskan-gas-air-mata-di-kawasan-penjaringan
http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/16/11/04/og4g5u361-massa-
aksi-bela-islam-minta-media-berimbang-dalam-pemberitaanhttp://www.republika.co.id/berita/nasional/politik/16/11/05/og5dzg37 7-ratusan-pendemo-masih-bertahan-di-masjid-istiqlal
http://www.republika.co.id/berita/nasional/politik/16/11/05/og5dzg377-ratusan-pendemo-masih-bertahan-di-masjid-istiqlal
(6)
http://www.republika.co.id/berita/nasional/jabodetabek- nasional/16/11/05/og5fh8384-dinas-kebersihan-dki-bersihkan-sampah-pasca-demo-4-november