ANALISIS ISI PENGGUNAAN BAHASA JURNALISTIK PADA BERITA DI WEBSITE UNIVERSITAS LAMPUNG (STUDI PADA BERITA PERIODE NOVEMBER – DESEMBER 2014)

(1)

ABSTRAK

ANALISIS ISI PENGGUNAAN BAHASA JURNALISTIK PADA BERITA DI WEBSITE UNIVERSITAS LAMPUNG

(STUDI PADA BERITA PERIODE NOVEMBER – DESEMBER 2014) Oleh

Bella Virlanda

Internet sebagai media baru telah banyak digunakan dalam berbagai bidang, salah satu diantaranya adalah dalam bidang kehumasan. Universitas Lampung adalah salah satu lembaga pendidikan yang memanfaatkannya dalam bentuk website. Di dalam website terdapat informasi mengenai Universitas Lampung itu sendiri, siakad, berita, dan lain- lain. Peneliti menyoroti konten berita dalam website ini. Semua berita yang disajikan isinya positif sebab tujuannya berbeda dengan media

mainstream. Tujuannya adalah menciptakan citra positif Universitas Lampung, di mata publik meskipun demikian sebagai produk jurnalistik, berita tetap harus menggunakan bahasa jurnalaistik yang baik. Dalam sebuah berita, unsur bahasa jurnalistik adalah hal yang penting. Oleh sebab itu peneliti ingin meneliti apakah bahasa jurnalistik yang dipakai website ini sudah diterapkan dengan baik walaupun tujuan dari berita ini adalah untuk tujuan kehumasan.

Penelitian ini menggunakan metode analisis isi kuantitatif. Populasi adalah berita

website Universitas Lampung, sedangkan sampelnya adalah berita website

Universitas Lampung periode November – Desember 2014 dengan alasan keaktualitasan saat penelitian ini dibuat sebanyak 65 berita. Hasil uji validitas yang dilakukan oleh expert menunjukkan bahwa unit analisis telah teruji validitasnya dan hasil uji reliabilitas menunjukkan peneliti dan intercoder

memiliki koefisien reliabilitas di atas 80% yang artinya peneliti dan intercoder

memiliki koefisien reliabilitas yang tinggi dan instrumen yang digunakan juga cukup valid.

Hasil penelitian ini adalah berita-berita di website Universitas Lampung periode November – Desember 2014 berjumlah 65 berita secara umum telah menerapkan kriteria bahasa jurnalistik dengan cukup baik. Kriteria bahasa jurnalistik yang digunakan adalah tidak ada kata yang ambigu pada kalimat judul (91%), tidak ada kata yang terlalu teknis (72%), bahasa yang komunikatif (99%), tidak ada kata yang ambigu (88%), paragraf lead tidak melebihi dari 45 kata (94%), ada unsur

what pada lead (99%), kelengkapan unsur what (99%), when (93%), where

(99%), why (97%), who (99%), dan how (97%), kalimat judul merupakan intisari berita (99%), tiap paragraf tidak lebih dari 45 kata (54%), dan menggunakan kata yang denotatif (86%). Sedangkan hasil uji validitas expert mencerminkan kondisi yang tidak jauh berbeda dengan hasil dari peneliti dengan intercoder, meskipun


(2)

terdapat kelemahan dalam penelitian ini yakni tidak seluruh unit analisis dinilai oleh expert.

Meskipun demikian, masih terdapat kriteria bahasa jurnalistik yang belum diterapkan dengan baik yaitu kriteria singkat dengan jumlah kata tidak melebihi 45 kata tiap paragraf. Terbukti dari analisis peneliti yakni sebanyak 46% berita di

website Universitas Lampung masih terdiri dari paragraf yang masih panjang atau lebih dari 45 kata. Hasil tersebut dapat diartikan bahwa hampir separuh atau sebagian berita belum memenuhi kriteria bahasa jurnalistik ini.

Dengan demikian, website Universitas Lampung hendaknya lebih meningkatkan kualitas lagi penggunaan bahasa jurnalistik agar dapat menunjang pelaksanaan fungsi kehumasan melalui berita di website ini dengan lebih baik.


(3)

ABSTRACT

THE ANALYSIS OF CONTENTS IN USING JOURNALISTIC LANGUAGE ON WEBSITE NEWS OF LAMPUNG UNIVERSITY

(STUDY IN THE NEWS PERIOD OF NOVEMBER DECEMBER 2014) By

Bella Virlanda

Internet as a new medium has been used a lot in various fields; one of them is public relations. Lampung University is one of educational institutions which utilize it in website form. In the website there are information about Lampung University itself, siakad, news, and other things. The researcher sees the contents of news in the wesite. All the contents of news are positive because the aim is different with mainstream media. The aim is to create a positive image of Lampung University in public, nevertheless as a journalistic product, the news have to use journalistic language properly. Because of this case, the researcher wants to analyze whether the journalistic language that is used on the website has been applied properly even though the aim of the news is for the publicity.

This analysis used a quantitative content analysis method. The population was the website news of Lampung University; meanwhile the samples were the website news of Lampung University in period of November – Desember 2014 with a reason is the timeliness when this researcher was made as many 65 of news. The test result of validation which was done by the expert showed that the analysis unit had been tested is validation and the test result of reliability showed the researcher and intercoder had reliability coefficient was above 80% which means the researcher and intercoder had high reliability coefficient and the instrument were used was also valid enough.

The result of this research was the news in the website of Lampung University in period of November – Desember 2014 were generally 65 news had been applied the criteria of journalistic language properly. The criteria which used were no ambiguity words in the title (91%), no exceedingly technical words (72%), communicative words (99%), no ambiguity words (88%), no exceed more than 45 words in the lead paragraphs (99%), what (99%), when (93%), where (99%), why (97%), who (99%), and how (97%), title sentences are digest of the news (99%), each paragraphs has no more than 45 words (54%), and using denotative words (86%). Whereas the test result of validation expert reflected conditions were not much different with result of the research with intercoder, nevertheless there were weaknesses in this research that was not all unit of analysis was analyzed by expert.


(4)

Notwithstanding, there are many criteria of journalistic language which are not applied yet appropriately like short criteria with number of words that do not exceed 45 words in each paragraphs. It is proven from the analysis that as much as 46% news on the website of Lampung University still composes long paragraphs or more than 45 words. The results can be interpreted that most of the news do not use the criteria of journalistic language.

So, the website of Lampung University should be able to improve the quality in using journalistic language in order to be able to uphold the exercise of the functions of public relations through the news of this website properly.


(5)

ANALISIS ISI PENGGUNAAN BAHASA JURNALISTIK PADA BERITA di WEBSITE UNIVERSITAS LAMPUNG

(Studi Pada Berita Periode November – Desember 2014)

Oleh

BELLA VIRLANDA Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA ILMU KOMUNIKASI

Pada

Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(6)

(7)

(8)

(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan sebagai anak pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Alex Kurniawan dan Ibu Noni. Penulis juga memiliki adik perempuan yang bernama Cynthia Catrine.

Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) penulis selesaikan pada tahun 1998 di TK Fransiskus, Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD Fransiskus 2 Bandar Lampung pada tahun 2004, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Xaverius Bandar Lampung pada tahun 2007 dan pada tahun 2010 menyelesaikan Sekolah Menengah Atas di SMA Xaverius Bandar Lampung.

Pada tahun 2010, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Lampung. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif berorganisasi di LPM Republica FISIP Unila sebagai Pemimpin Usaha. Pada Januari 2013, penulis melakukan kegiatan Kuliah Kerja Nyata di Pekon Tanjung Anom, Kabupaten Tanggamus, Kota Agung Timur dan pada tahun yang sama penulis melakukan Praktek Kuliah Lapangan di Siger TV.


(10)

PERSEMBAHAN

Puji Syukur kepada Tuhan Yesus Kristus,

sumber kekuatan dan pengharapan.

Saya persembahkan karya skripsi ini untuk:

Orang tuaku terkasih papa Alex dan mama Noni.

Adikku tercinta Cynthia Catrine

Kekasih dan sahabat

sahabat yang setia

mendukung serta mendoakan saya


(11)

DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK ABSTRACT HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN RIWAYAT HIDUP PERSEMBAHAN MOTO SAN WACANA DAFTAR ISI DAFTAR BAGAN DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Kegunaan Penelitian ... 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Penelitian Terdahulu ... 6

2.2 Tinjauan Tentang Teori Pesan ... 8

2.3 Tinjauan Tentang Public Relations ... 9

2.4 Tinjauan Tentang Aplikasi Internet dalam Public Relations ... 13

2.5 Tinjauan Tentang Citra Positif dalam Public Relations ... 15

2.6 Website ... 17

2.7 Berita ... 18

A Pengertian Berita ... 18

B Anatomi Berita ... 19

C Unsur – Unsur Berita ... 20

D Jenis – Jenis Berita ... 22

E Nilai Faktual, Kelengkapan, dan Akurasi Berita ... 24

2.8 Bahasa Jurnalistik ... 25


(12)

BAB III. METODE PENELITIAN ... 32

3.1 Tipe Penelitian ... 32

3.2 Metode Penelitian ... 32

3.3 Konsep Analisis Isi ... 33

3.4 Definisi Konseptual …... 35

3.5 Populasi ... 38

3.6 Unit Sampel ... 39

3.7 Unit Analisis ... 40

3.8 Unit Pencatatan... . 42

3.9 Data Penelitian ... . 42

3.10 Teknik Pengumpulan Data... 43

3.11 Teknik Analisis Data ... ... 43

3.12 Uji Validitas ... ... 45

3.13 Uji Reliabilitas ... 46

BAB IV. GAMBARAN UMUM ... ... 49

4.1 BBS –Unilanet ... 49

A Sejarah Singkat BBS –Unilanet ... . 49

B Layanan dan Jasa ... 50

C Struktur Organisasi ... 50

4.2 UPT Puskom Universitas Lampung ... 51

A Sejarah Singkat UPT Puskom Universitas Lampung ... 51

B Visi ... ... 53

C Misi... 53

D Tugas ... ... 53

E Struktur Organisasi ... 54

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN... . 55

5.1 Hasil ... . 55

A Uji Validitas Indikator Bahasa Jurnlalistik Oleh Expert... 55

B Penyajian Hasil Penelitian ... 58

C Uji Reliabilitas Terhadap Indikator ... . 73

D Indikator Bahasa Jurnalistik ... . 76

5.2 Pembahasan ... ... 118

BAB VI. KESIMPULAN ... 125

6.1 Kesimpulan ... 125

6.2 Saran ... 126 DAFTAR PUSTAKA


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel No. Halaman

1. Penelitian Terdahulu ... 7

2. Unit Analisis ... 37

3. Uji Validitas Indikator oleh Expert ... 55

4. Hasil Lembar Koding untuk Tidak Ada Kata yang Memiliki 2 Makna atau Lebih ... 58

5. Hasil Lembar Koding untuk Tidak Ada Kata Ilmiah yang Terlalu Teknis ... 59

6. Hasil Lembar Koding untuk Bahasa yang Komunikatif ... 60

7. Hasil Lembar Koding untuk Tidak Ada Kata yang Memiliki 2 Makna atau Lebih ... 61

8. Hasil Lembar Koding untuk Paragraf Tidak Lebih dari 45 Kata (Pada Bagian Lead) ... 62

9. Hasil Lembar Koding untuk Ada Unsur What pada Lead Berita ... 63

10. Hasil Lembar Koding untuk Kelengkapan Unsur What ... 64

11. Hasil Lembar Koding untuk Kelengkapan Unsur When ... 65

12. Hasil Lembar Koding untuk Kelengkapan Unsur Where ... 66

13. Hasil Lembar Koding untuk Kelengkapan Unsur Why ... 67

14. Hasil Lembar Koding untuk Kelengkapan Unsur Who ... 68

15. Hasil Lembar Koding untuk Kelengkapan Unsur How ... 69

16. Hasil Lembar Koding untuk Kalimat Judul Merupakan Intisari Berita ... 70

17. Hasil Lembar Koding untuk Paragraf Tidak Melebihi 45 Kata ... 71

18. Hasil Lembar Koding untuk Menggunakan Kata yang Denotatif ... 74

19. Uji Reliabilitas Terhadap Indikator ... 76

20. Kesimpulan Keseluruhan Indikator... 79


(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar No. Halaman

1. Struktur Organisasi Puskom Universitas Lampung... 54 2. Screenshot Berita Website Universitas Lampung... 83 3. Screenshot Berita Website Universitas Lampung ... 86


(15)

DAFTAR BAGAN

Bagan No. Halaman

1. Pengguna Internet di Indonesia dari tahun 1998-2015 ... 1 2. Kerangka Pikir ... 31


(16)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dinamika penggunaan internet di dunia semakin tahun menunjukkan data yang signifikan. Indonesia pun turut menyumbang angka pengguna internet yang juga tinggi. Dari data di bawah ini terlihat dalam kurun waktu sepuluh tahun lonjakan terjadi sebesar sepuluh kali lipat.

Bagan 1 : Pengguna Internet di Indonesia dari tahun 1998-2015 Sumber : Website APJII (www.apjii.or.id)


(17)

2 Ini disebabkan karena internet bisa memberikan informasi apapun tanpa batasan lokasi, usia, ringkas, dan murah. Oleh karena itu pula pemanfaatan internet di seluruh penjuru dunia semakin bervariasi. Ada yang memanfaatkannya secara negatif dan banyak pula memanfaatkannya secara positif.

Pemanfaatan internet secara positif antara lain sebagai alat berkomunikasi jarak jauh, untuk penunjang materi pendidikan, mencari informasi, dan kegiatan promosi. Banyak perusahaan komersil atau institusi yang memanfaatkan internet untuk fungsi komersil guna meningkatkan penjualan produk. Tujuannya agar lebih mendekatkan konsumen dengan produk, sebab banyak informasi yang tidak seluruhnya dapat ditampilkan di dalam kemasan suatu produk. Dari internet ini perusahaan atau institusi menggunakan media sosial, blog perusahaan atau institusi, maupun website.

Selain untuk fungsi komersil tadi, media – media tersebut bisa dijadikan juga oleh institusi sebagai salah satu alat untuk kegiatan Public Relations (PR). Sama – sama menjadi sarana promosi, namun perbedaannya adalah kegiatan PR bertujuan untuk membentuk citra (image) yang positif di masyarakat tentang institusi tersebut. Institusi yang memaksimalkan fungsi PR sebagai fungsi non komersil antara lain rumah sakit, panti asuhan, panti jompo, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Badan Usaha Milik Negara (BUMN), sekolah dan perguruan tinggi.

Perguruan tinggi Universitas Lampung (Unila), yang merupakan Perguruan Tinggi Negeri di Lampung adalah salah satu lembaga pendidikan yang menfaatkan internet sebagai sarana kegiatan PR. Salah satu media yang digunakan adalah website dengan alamat http://www.unila.ac.id yang bisa diakses dua puluh


(18)

3 empat jam di seluruh dunia tanpa batasan. Website itu sendiri merupakan gambaran meyeluruh dan representasi dari sebuah institusi. Disitu mencakup

company profile, annual report, dan news release. (Kriyantono, 2013: 277)

Peneliti mendapatkan sumber tertulis via email dari publisher website Universitas Lampung tentang data pengunjung yang tersedia. Pada bulan Maret 2014 sebanyak 41.366 pengunjung. Bulan April 2014 sebanyak 78.218 pengunjung. Bulan Mei 2014 meningkat menjadi 125.635 pengunjung. Bulan Juni sebanyak 113.009 pengunjung. Dan bulan Juli sebanyak meningkat kembali menjadi 142.080 pengunjung. (Blogger, Publisher website Universitas Lampung via email

22 Juli 2014).

Ini memperlihatkan bahwa pengunjung website Universitas Lampung menunjukkan angka yang terus meningkat sehingga dapat dikatakan bahwa

website ini adalah media massa yang digemari oleh pengguna baik itu internal universitas maupun eksternal. Dalam website Universitas Lampung terlampir konten – konten mengenai pribadi Universitas Lampung itu sendiri. Ada konten pengumuman, berita, civitas akademika, tentang Universitas Lampung, siakad, dan lain – lain.

Ada hal yang menarik dalam konten berita pada website Universitas Lampung. Jika bagi sebagian besar jurnalis pencari berita pada umumnya berpendapat bad news is a good news, namun pada website ini seluruhnya menampilkan konten berita yang postif. Meskipun ada berita yang negatif tentang Universitas Lampung dan mendesak harus ditampilkan, maka kemasan beritanya pun tetap dibuat secara positif. Inilah yang ingin dicapai oleh Universitas Lampung yakni membentuk


(19)

4 citra yang positif di masyarakat lewat website sebagai kemaksimalan praktik

public relations yang ada.

Meskipun berita yang ada di website ini seluruhnya menampilkan berita yang positif tetap saja setiap produk jurnalistik dalam bentuk tulisan memiliki unsur yang penting yakni bahasa jurnalistik. Ada enam kriteria bahasa jurnalistik yang baik yaitu singkat, pada, jelas, lugas, dan menarik. (Setiati, 2005: 25)

Bahasa dalam berita atau bahasa jurnalistik harus bisa dimengerti oleh pembaca dari semua kalangan. Oleh karena itu penulis berita harus mampu menyajikan tulisan yang mudah dipahami. Hal inilah menjadi sesuatu yang menarik bagi peneliti untuk menganalisi apakah website Universitas Lampung yang merupakan sarana kegiatan Public Relations tetap mampu menyajikan berita yang relevan dengan ciri bahasa jurnalistik yang baik.

Berita yang akan diteliti dalam website ini yang akan diteliti adalah periode November - Desember 2014 dengan pertimbangan keaktualitasan dari waktu penelitian ini dibuat.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah disampaikan di atas, maka peneliti menetapkan perumusan masalah dalam penelitian ini yakni:

Karakter bahasa jurnalistik apa saja yang telah diterapkan dan karakter bahasa jurnalistik apa saja yang belum diterapkan pada berita di website Universitas Lampung pada periode bulan November - Desember 2014 ?


(20)

5 1.3 Tujuan

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan penggunaan bahasa jurnalistik pada berita – berita di website Universitas Lampung periode November - Desember 2014

1. karakter bahasa jurnalistik apa saja yang telah diterapkan 2. karakter bahasa jurnalistik yang belum diterapkan

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan mempunyai kegunaan yang dapat disumbangkan baik secara teoritis maupun secara praktis. Adapun kegunaaan dari penelitian ini adalah:

a. Penelitian ini secara teoritis berguna untuk menambah ilmu dan mengembangkan khazanah pengembangan pengetahuan khususnya kajian tentang jurnalistik, pemanfaatan dalam bidang kehumasan khususnya dalam penggunaan bahasa pada berita yang terdapat pada website yang merupakan media humas. b. Memberikan masukan untuk peningkatan kualitas website Universitas Lampung, khususnya dalam hal penggunaan bahasa jurnalistik pada berita – berita yang dimuat pada website sehingga berita yang dimuat dapat tetap berfungsi membangun citra positif, namun tidak mengabaikan ciri bahasa jurnalistik yang baik dalam penulisan berita.


(21)

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penulis akan melakukan penelitian yang berjudul : “Analisis Isi Penggunaan Bahasa Jurnalistik Pada Berita di Website Universitas Lampung (Studi Pada Berita Periode November – Desember 2014).” Sebagai bahan pertimbangan maka penulis mencantumkan referensi dalam penulisan skripsi yang terdapat pada tabel dibawah ini.

Tabel 1. Penelitian Terdahulu Peneliti Hisna Caca Hayati (2010)

Judul Penelitian Analisis Penulisan Lead Berita Pada Berita Website Universitas Lampung

http://www.unila.ac.id (Studi pada Periode Januari

– Februari 2010)

Hasil Penelitian Penulisan lead berita dalam website Unila pada periode Januari – Februari telah sesuai dengan syarat penulisan lead yang baik.

Kontribusi pada penelitian

Menjadi referensi bagi peneliti untuk mendapatkan data mengenai gambaran umum lokasi penelitian sebab sama – sama meneliti tentang website Unila Perbedaan Penelitian Penelitian ini hanya menganalisis penulisan lead

berita pada website Universitas Lampung, sedangkan peneliti meneliti bagaimana penggunaan bahasa jurnalistik pada website

Universitas Lampung bagian judul, lead, body dan penutup.


(22)

7 Judul Penelitian Penerapan Sembilan Elemen Jurnalistik Bill

Kovach dan Tom Rosenstiel Pada Berita Citizen Journalism Online (Analisis Isi Kuantitatif Pada Berita di situs Citizen Journalism Kompasiana Periode 1 – 30 Juni 2014)

Hasil Penelitian Berita-berita di situs media warga Kompasiana secara umum telah menerapkan Sembilan Elemen Jurnalisme Bill Kovach dan Tom Rosentsiel dengan cukup baik

Kontribusi pada penelitian

Menjadi referensi bagi peneliti untuk mendapatkan data mengenai metode analisis isi kuantitatif Perbedaan Penelitian Penelitian ini menganalisis sembilan elemen jurnalistik pada media kompasiana dengan 2 dimensi, sedangkan peneliti meneliti bagaimana penggunaan bahasa jurnalistik pada website

Universitas Lampung dengan menggunakan 3 dimensi.

Sumber : Arsip Skripsi Perpustakaan Universitas Lampung 2015

Pada penelitian pertama, peneliti menjadikan penelitian tersebut sebagai bahan untuk mengambil data mengenai profil website Universitas Lampung. Sebab penelitian ini memiliki persamaan pada obyek penelitiannya. Yakni sama – sama meneliti tentang analisis mengenai konten berita yang terbit di website Universitas Lampung. Hanya perbedaannya terletak pada topiknya. Penelitian milik Hisna Caca Hayati membahas tentang penggunaan lead nya saja, sedangkan penelitian ini membahas tentang penggunaan bahasa jurnalistik secara keseluruhan dari bagian judul, lead, body, sampai penutup.

Sedangkan pada penelitian kedua, penelitian tersebut sangat berkontribusi pada penelitian ini. Sebab metode yang dipakai sama – sama menggunakan metode analisis isis kuantitatif. Perbedaannya hanya terletak pada topiknya. Jika penelitian milik Oemar Madri Bafadhal tentang sembilan elemen jurnalistik, maka penelitian ini tentang bahasa jurnalistik. Peneliti mempelajari betul penelitian ini


(23)

8 mulai dari langkah – langkah metode analisis isi kuantitatif, uji reliabilitas, uji validitas, sampai mengikuti seminar skripsi tersebut untuk lebih mendalami metode penelitian ini.

2.2 Tinjauan Tentang Teori Pesan

Dalam Littlejohn (2009: 184) tradisi sosiopsikologis menimbulkan model penyusunan pesan. Teori – teori tentang penyusunan pesan menggambarkan sebuah skenario yang lebih kompleks, di mana pelaku komunikasi benar – benar menyusun pesan yang sesuai dengan maksud – maksud mereka dalam situasi yang mereka hadapi.

Dalam menyusun sebuah pesan tentunya ada logika penyusunan pesan. Barbara

O’Keefe memulai karyanya sebagai seorang konstruktivis, tetapi telah mengembangkan orientasi teoritis untuk menggabungkan sebuah model

penyusunan pesan. O’Keefe menggarisbawahi tiga logika penyusunan pesan yang

mungkin mencakup dari orang yang kurang memusatkan diri hingga orang yang paling memusatkan diri.

Yang pertama adalah logika ekspresif adalah komunikasi untuk pengungkapan perasaan dan pemikiran sendiri. Pesan – pesan dalam cara ini bersifat terbuka dan reaktif, dengan adanya sedikit perhatian pada kebutuhan atau keinginan orang lain. Logika ini terpusat pada diri sendiri, tetapi bukanlah orang lain atau terpusat pada seseorang.

Kemudian logika konvensional memandang komunikasi sebagai sebuah permainan yang dimainkan dengan peraturan berikut. Di sini, komunikasi adalah


(24)

9 sebuah cara pengungkapan diri yang berjalan sesuai dengan aturan – aturan dan norma – norma yang diterima, termasuk hak dan kewajiban setiap orang yang terlibat.

Lalu, logika retoris memandang komunikasi sebagai sebuah cara perubahan aturan melalui negosiasi. Pesan – pesan yang disusun dengan logika ini cenderung luwes, berwawasan, dan terpusat pada seseorang. Mereka cenderung mengerangkakan kembali situasi, sehingga tujuan yang beragam tersebut termasuk persuasi dan kesopanan tergabung dalam sebuah kesatuan kuat.

2.3 Tinjauan Tentang Public Relations

Dalam Kriyantono (2012: 5) Public Relations adalah seni dan ilmu pengetahuan mengenai proses menganalisis tren, memprediksi konsekuensi – konsekuensinya, memberikan konseling kepada pimpinan organisasi, dan mengimplementasikan program yang terencana yang akan melayani kepentingan organisasi dan publik. Dalam Lattimore (2010: 288) ada tiga macam praktik PR yang ada di tengah masyarakat yakni:

a. PR dan Pemasaran / Marketing

Dalam mempromosikan sebuah produk atau jasa, namun perlu disadari bahwa promosi merupakan salah satu bumbu paling penting dalam campuran pemasaran organisasi. Fungsi PR dan pemasaran memiliki beberapa perbedaan mendasar, namun mereka memiliki satu tujuan yang sama. Keduanya berusaha membantu organisasi dalam merespons dan berhubungan dengan satu publik yang sangat penting. Bagi mereka yang bekerja di dunia pemasaran, contoh tentang bagaimana


(25)

10 tertentu menjadi jelas; mengantisipasi fase kritis, pergantian produk yang terus

terjadi, serta pencarian tiada henti tentang “hal besar berikutnya,” dan pekerjaan

yang tidak akan membiarkanmu merasa bosan.

Setiap konsep berikut menjelaskan sebuah fase bagaimana Public Relations dan pemasaran dapat bekerjasama untuk membangun kepercayaan serta kesetian konsumen ketika menjual produk.

1. Public Relations berfokus pada tujuan jangka panjang dalam membangun hubungan postif dengan kosumen, pemasok, pesaing, dan publik lainnya.

Tujuan utama adalah untuk “membangun dan memelihara sebuah lingkungan yang ramah bagi sebuah organisasi.” Para konsumen ingin

dilayani, bukan dijual. Public Relations bisa membantu iklim perusahaan yang kondusif bagi pelayanan konsumen.

2. Hubungan pemasaran merupakan peroses jangka panjang karena tujuanya adalah untuk membangun kepercayaan yang akan meningkatkan penjualan produk atau jasa. “anda dapat memperoleh kepercayaan setelah bertahun

-tahun, tetapi anda harus bekerja setiap jam, setiap hari untuk menjaganya.”

3. Komunikasi pemasaran mengacu pada semua aktivitas riset, strategi, atau taktik yang mendukung penjualan produk dan jasa.

4. Komunikasi yang terintegrasi adalah sebuah jalan pintas yang mengacu pada komunikasi pemasaran yang terintegrasi. Orang - orang pemasaran mengunakan beragam taktik, seperti memasang iklan, Public Relations, dukungan, konsumen yang senang dikunjungi.


(26)

11 b. Public Affairs (Pemerintah)

Dalam Lattimore (2010: 325) Public affairs sebuah istilah yang kadang digunakan sebagai sinonim bagi semua aktivitas Public Relations yang berkaitan dengan lingkungan politik dan organisasi. Kadang-kadang ia disebut dengan Government Relations. Public Affairs ini dapat membantu organisasi mengantisipasi atau merespon berbagai isu yang mempengaruhi aktivitasnya. Kegiatan Public Affairs

termasuk dalam kegiatan yang berusaha membentuk opini publik dan legislasi, mengembangkan respons yang efektif terhadap masalah yang menjadi perhatian publik, serta membantu organisasi menyesuaikan diri dengan harapan publik.

Secara spesifik, Public Affairs terlibat dalam memonitor kebijakan publik, memberikan pendidikan poltik kepada karyawan atau konstituen lainnya, memelihara hubungan dengan berbagai unit pemerintah, dan mendorong partisipasi politik. Public Affairs adalah bagian Public Relations yang berfokus untuk membangun hubungan kebijakan publik antar-organisasi. Agar berhasil, semua organisasi perusahan, organisasi nirlaba, organisasi pemerintahan, harus membangun hubungan birokrasi dan secara aktif berkolaborasi dengan orang pemerintahan agar dapat mempengaruhi kebijakan publik.

c. PR dan Organisasi Nirlaba

Dalam Lattimore (2010: 410) Ada perbedaan antara organisai profit dengan

organisasi nirlaba. Dalam organisasi profit, uang berlebih disebut “profit” dan

dibagikan rata kepada mereka yang memiliki perusahaan. Dan dari segi tujuan untuk mengembangkan produk dan jasa yang dapat mendatangkan uang bagi pemilik organisasi. Sedangkan dalam organisasi nirlaba, uang yang berlebih


(27)

12

disebut dengan “surplus” dan uang itu akan diinvestasikan kembali ke dalam

organisasi untuk memperluas cakupan kerja organisasi, dan tujuannya berfokus pada usaha pemenuhan misi pendidikan dan kebaikan.

Kegiatan PR diperlukan dalam organisasi ini karena organisasi ini diharapkan dapat tumbuh dengan subur dengan dikelola secara baik, dioperasikan dengan dana yang cukup, memberikan pelayanan yang berkualitas, serta terbuka dan akuntabel kepada publik yang dilayani.

Organisasi nirlaba ini termasuk rumah sakit, museum, pusat penelitian, rumah singgah untuk tuna wisma, pusat rehabilitasi, dan orkestra simponi. Lalu selain dari yang telah dijabarkan di atas adapula PR di dalam lingkungan pendidikan. Dari sudut pandang Public Relations, budaya sebuah lembaga pendidikan tinggi dapat membawa berkah dari sisi positif. Perguruan tinggi merupakan lingkungan luar biasa untuk tumbuhnya kreativitas karena para ilmuan terus mengembangkan ilmu pengetahuannya, mahasiswa terus menciptakan tren, serta adanya keterbukaan untuk terus mengeksplorasi konsep dan ide baru. Sisi negatifnya, tidak ada batasan yang jelas terkait hierarki kekuasaan di perguruan tinggi dan yang terjadi justru difusi antara berbagai kelompok internal, seperti administrasi, fakultas, dan mahasiswa. Komunikator Public Relations harus sering bekerja ekstra keras dan hati-hati dalam mencoba menyeimbangkan harapan, keinginan, serta kebutuhan audiensi internal dan konstituen eksternal kampus.

Daftar berikut ini memberi contoh tentang bagaimana dari universitas yang mungkin dilibatkan dalam merencanakan sebuah kegiatan kampus.


(28)

13 1. Public relations mengindetifikasikan maksud dan tujuan kegiatan, memastikan pejabat universitas hadir pada kegiatan, dan memberikan masukan atas isi acara.

2. Biro pemberitaan mengidentifikasikan legislator atau pejabat pemerintah lainya yang mungkin perlu hadir, menentukan informasi apa yang perlu dikirim kepada mereka sebelum acara berlangsung.

3. Staf kegiatan memesan tempat, merencanakan menu, mengolah catering,

dan dekorasi ruang, mengakomodasikan kebutuhan pengunjung

4. Alumni dan Development Relations mengidentifikasikan segmen alumni/teman yang perlu diikutkan dalam kegiatan, bagaimna mereka dapat dihubungkan, dan peran alumni dalam kegiatan perlu dipertanyakan.

5. Kebutuhan khusus tergantung cakupan kegiatan, berbagai perwakilan dari kelompok yang memliki kepentingan khusus mungkin perlu dilibatkan untuk memastikan bahwa kegiatan ditangani secara tepat

6. Polisi kampus memastikan keselamatan semua partisipasi dan untuk mengakomodasi setiap kebutuhan pengakan hokum

7. Editor Web memposting kegiatan di situs utama lembaga atau membuat situs khusus untuk kegiatan utama

2.4 Tinjauan Tentang Aplikasi Internet dalam Public Relations

Internet merupakan media baru yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan dan tujuan. Pemanfaatannya internet untuk kegiatan PR sudah merupakan hal yang lumrah. Malah akan terasa ketinggalan kereta jika kegiatan PR tidak dilengkapi dengan internet, seperti media sosial, blog, atau website. Pemanfaatan ini bisa menambah variasi media informasi publik. Dengan


(29)

14 bervariasinya media informasi publik maka akan semakin bervariasi juga kemasan pesannya.

Dalam Kriyantono (2012: 270) penggunaan internet untuk menunjang kegiatan

Public Relations memunculkan konsep Public Relations on the Net atau

Electronic Public Relations (E-PR) atau Public Relations Online (PR Online).

Melalui internet, dimungkinkan menjalin hubungan baik untuk mempertahankan dukungan publik.

Lalu ada berbagai keuntungan yang didapat dari aplikasi internet dalam praktik

Public Relations :

a. Komunikasi dengan biaya murah dan cepat sampai ke publik

Pengiriman pesan via e-mail lebih murah daripada mengirim pos melalui surat atau titipan kilat khusus.

b. Sarana mendapatkan informasi kemajuan dunia

Informasi – informasi dari internet sangat penting sebagai input bagi

Public Relations, misalnya dalam membuat perencanaan program atau membuat sebuah keputusan penting.

c. Memelihara hubungan dengan media

Hubungan dengan rekan bisnis, media, keluarga, maupun instansi tertentu dapat berjalan dengan cepat melalui internet.

d. Membentuk kelompok diskusi dan membentuk opini publik

PR melakukan kegiatan bertukar informasi dengan publiknya dan menjalin hubungan dengan media.


(30)

15 e. Sarana promosi dan pencitraan korporat

PR dapat membuat annual report, company profile atau commercial online

melalui situs atau website perusahaan. f. Menghemat waktu

Sewaktu – waktu informasi bisa diupdate dan dapat secara cepat disebarkan ke publik.

g. Mendukung program pemasaran

Website perusahaan juga bisa diisi dengan pesan – pesan pemasaran, misalnya webvertising.

Dengan penjelasan di atas, melalui internet (seperti website, blog, facebook, twitter), sebuah organisasi / perusahaan bisa berkomunikasi langsung dengan publiknya dimanapun dan kapanpun. Melalui internet juga, aktivitas Public Relations dalam membentuk citra yang postif bagi sebuah organisasi / institusi bisa berjalan dengan efektif.

2.5 Tinjauan Tentang Citra Positif dalam Public Relations

Dalam Ruslan (2006: 75) citra adalah tujuan utama dan sekaligus merupakan reputasi dan prestasi yang hendak dicapai bagi dunia hubungan masyarakat (kehumasan) atau public relations. pengertian citra itu sendiri abstrak (intangible)

dan tidak dapat diukur secara matematis, tetapi wujudnya bisa dirasakan dari hasil penilaian baik atau buruk seperti penerimaan dan tanggapan baik positif maupun negatif yang khususnya datang dari publik (khalayak sasaran) dan masyarakat luas pada umunya.


(31)

16 Ada beberapa jenis citra (image) yang dikenal di dunia aktivitas PR:

a. Citra cermin (mirror image)

Pengertian disini bahwa citra cermin yang diyakini oleh perusahaan bersangkutan, terutama para pimpinannya yang selalu merasa dalam posisi baik tanpa mengacuhkan kesan orang luar

b. Citra kini (current image)

Citra merupakan kesan yang baik diperoleh dari orang lain tentang perusahaan / organisasi atau hal yang lain berkaitan dengan produknya. Berdasarkan pengalaman dan informasi kurang baik penerimaannya, sehingga dalam posisi tersebut PR akan menghadapi resiko yang sifatnya permusuhan, kecurigaan, prasangka buruk, hingga muncul kesalahpahaman yang menyebabkan citra kini yang ditanggapi secara tidak adil atau bahkan kesan yang negatif diperolehnya

c. Citra keinginan (wish image)

Citra keinginan ini adalah seperti apa yang ingin dan dicapai oleh pihak manajemen terhadap lembaga / perusahaan, atau produk yang ditampilkan tersebut lebih dikenal.

d. Citra perusahaan (corporate image)

PR bahkan bertanggung jawab untuk mempertahankan citra perusahaan, agar mampu mempengaruhi harga sahamnya tetap bernilai tinggi (liquid)


(32)

17 e. Citra serbaneka (multiple image)

Citra ini merupakan pelengkap dari citra perusahaan, misalnya bagaimana pihak PR menampilkan pengenalan (awareness), atribut logo, brand’s

name, seragam, maupun penampilan para profesionalnya. f. Citra penampilan (performance image)

Citra penampilan ini lebih ditujukan kepada subjeknya, bagaimana kinerja atau penampilan diri para profesional pada perusahaan bersangkutan.

2.6 Website

Dalam Kriyantono (2012: 277) website merupakan gambaran menyeluruh dan representasi dari sebuah institusi. Disitu mencakup company profile, annual report, dan news release.. Publik tidak perlu mengeluarkan tenaga dan waktu yang lama untuk memperoleh informasi tentang institusi tersebut, cukup dengan mengunjungi alamat website nya.

Berikut adalah fungsi website dalam pemanfaatannya :

a. Media Promosi : Sebagai media promosi dapat dibedakan menjadi media promosi utama, misalnya website yang berfungsi sebagai search engine atau toko online, atau sebagai penunjang promosi utama, namun web site dapat berisi informasi yang lebih lengkap daripada media promosi offline seperti koran atau majalah.

b. Media Pemasaran : Pada toko online atau sistem afiliasi, website merupakan media pemasaran yang cukup baik, karena dibandingkan dengan toko sebagaimana di dunia nyata, untuk membangun toko online diperlukan modal yang relatif lebih kecil, dan dapat beroperasi 24 jam walaupun


(33)

18 pemilik website tersebut sedang istirahat atau sedang tidak ditempat, serta dapat diakses darimana saja.

c. Media Informasi : Website portal dan radio atau tv online menyediakan informasi yang bersifat global karena dapat diakses dari mana saja selama dapat terhubung ke internet, sehingga dapat menjangkau lebih luas daripada media informasi konvensional seperti koran, majalah, radio atau televisi yang bersifat lokal.

d. Media Pendidikan : Ada komunitas yang membangun website khusus berisi informasi atau artikel yang sarat dengan informasi ilmiah misalnya wikipedia.

e. Media Komunikasi : Sekarang banyak terdapat website yang dibangun khusus untuk berkomunikasi seperti forum yang dapat memberikan fasilitas fasilitas bagi para anggotanya untuk saling berbagi informasi atau membantu pemecahan masalah tertentu

2.7 Berita

A. Pengertian Berita

Menurut Ras Siregar, 1982 (dalam Chaer, 2010: 11) berita adalah kejadian yang diulang – ulang dengan menggunakan kata – kata. Sering juga ditambah dengan gambar; atau hanya berupa gambar – gambar saja. Pernyataan ini menyiratkan adanya suatu peristiwa atau kejadian di dalam masyarakat, lalu kejadian itu diulangi dalam bentuk kata – kata yang disiarkan secara tertulis dalam media tulis, media suara, atau media suara dan gambar.


(34)

19 Sedangkan menurut Dean M. Lyle Spencer (dalam Djuroto, 2003: 5) berita adalah suatu kenyataan atau ide yang benar yang dapat menarik perhatian sebagian besar dari pembaca.

Secara sosiologis, berita adalah semua hal yang terjadi di dunia. Dalam gambaran yang sederhana, seperti dilukiskan dengan baik oleh para pakar jurnalistik, berita adalah apa yang ditulis surat kabar, apa yang disiarkan radio, dan apa yang ditayangkan televisi. Berita menampilkan fakta, tetapi tidak setiap fakta merupakan berita. Berita biasanya menyangkut orang-orang, tetapi tidak setiap orang bisa dijadikan berita. Berita merupakan sejumlah peristiwa yang terjadi di dunia, tetapi hanya sebagian kecil saja yang dilaporkan.

(repository.usu.ac.id yang diakses pada tanggal 9 November 2014 pada pukul 21.27 WIB)

B. Anatomi Berita

Dalam Prakuso (1998: 83) yang merupakan anatomi berita adalah: 1. Judul (kepala berita)

Umumnya semua berita di koran dan majalah punya judul. Walau ada juga yang tak punya judul. Judul mempunyai peran untuk memperkenalkan, memilihkan, dan iklan.

2. Lead (teras berita)

Teras berita berarti juga pendahuluan atau alinea pertama dari tulisan. Teras merupakan inti berita. Syarat sebuah lead harus merupakan puncak peristiwa, inti terpenting, sebab akibat, lengkap, padat, berisi, dan dapat dipahami.


(35)

20 3. Body (tubuh berita)

Bila teras diibaratkan paras seseorang, maka bagian ini adalah bagian badannya. Yang terpenting ketika menulis ini adalah kesatuan dalam gaya menulis (unity in news style) diperhatikan. Kesatuan gagasan dalam tulisan atau uraian harus dipelihara dan dipertahankan. Dan bahasanya harus singkat, tepat, dan jelas. 4. Penutup

Penutup dalam berita merupakan fakta yang nilai pentingnya lebih rendah.

C. Unsur – Unsur Berita

Dalam Djuroto (2003: 13-14) unsur berita antara lain: 1. Aktual atau baru (termasa)

Merupakan bagian terpenting untuk menarik pembaca. Sesuatu yang baru terjadi atau kejadian yang masih hangat dibicarakan masyarakat akan lebih menarik daripada yang sudah lama berlangsung.

2. Jarak

Jauh dekatnya jarak yang terimbas berita kita, merupakan unsur yang perlu diperhatikan. Biasanya berita yang dicari pertama kali adalah berita kota karena lebih menarik.

3. Terkenal (ternama)

Penting atau tidaknya suatu berita bukan hanya dari besar kecilnya peristiwa tetapi juga terkenal atau tidaknya subjek berita tersebut.

4. Keluarbiasaan

Kejadian atau peristiwa yang aneh dan luar biasa akan selalu menarik perhatian pembaca berita.


(36)

21 5. Akibat

Kejadian atau peristiwa yang mempunyai pengaruh atau akibat, selalu menarik perhatian masyarakat karena dapat menggugah sifat egosentrisnya.

6. Ketegangan

Unsur ketegangan dapat dimasukkan agar pembaca tetap terangsang mengikuti pemberitaan kita.

7. Pertentangan

Perang merupakan berita yang banyak dibaca masyarakat. Karena perang menimbulkan pertentangan yang dapat menarik perhatian masyarakat.

8. Seks

Masalah seks juga menarik perhatian. Seks dapat menimbulkan rangsangan tersendiri. Itulah sebabnya pemberitaan tentang seks banyak diminati.

9. Kemajuan

Unsur ini juga penting, karena selain memberitakan sesuatu yang menarik juga dapat dijadikan contoh bagi masyarakat lain. Pembaca akan mengikuti berita semacam ini.

10. Human Interest

Kehidupan yang menarik pada penampilan berita, merupakan rangsangan tersendiri bagi pembaca. Ini karena sifat manusia selalu ingin mengetahui yang aneh dan menarik.

11. Emosi (perasaan)

Simpati yang ditimbulkan oleh suatu berita selalu menarik perhatian pembaca. Peranan pembuat berita adalah bagaimana mengetuk hati nurani pembaca. Jika


(37)

22 sudah demikian tinggal bagaimana memberikan arahan agar mereka mau memberi bantuan.

12. Humor

Humor ringan dapat merangsang pembaca untuk ikut tertawa merupakan bagian dari sisi pembuatan berita agar disenangi.

D. Jenis – Jenis Berita

Dalam Chaer (2010: 15) jenis – jenis berita meliputi: 1. Berita Langsung (Straight News)

Adalah berita yang disusun untuk menyampaikan kejadian – kejadian atau peristiwa – peristiwa yang secepatnya harus diketahui oleh pembaca atau anggota masyarakat. Unsur penting pada sebuah berita langsung adalah adanya unsur keaktualan.

2. Berita Ringan (Soft News)

Jika berita langsung mengisyaratkan adanya unsur “penting” dan “keaktulan”, maka berita ringan tidak memerlukan kedua unsur itu, tetapi mementingkan unsur manusia dari peristiwa itu.

3. Berita Kisah (Feature)

Adalah tulisan yang dapat menyentuh perasaan ataupun menambah pengetahuan. Berita kisah ini tidak terikat akan aktualitas. Berita kisah ini dapat mengenai makhluk lain yang bukan manusia maupun berupa benda, yang dapat mengunggah perasaan atau emosi manusia.


(38)

23 Erinisa menuliskan ada beberapa jenis berita yang dikenal dalam dunia jurnalistik. Jenis-jenis berita tersebut dapat dibedakan dalam suatu berita yang sesuai dengan kebutuhan media. Jenis – jenis tersebut adala berita tersebut adalah :

1. Straight News Report

Yaitu laporan langsung mengenai suatu peristiwa. Berita jenis ini ditulis dengan unsur-unsur yang mulai dari what, who, when, where, why, dan how (5W+1H). 2. Depth News Report

Merupakan laporan seorang reporter (wartawan) menghimpun informasi dengan fakta - fakta mengenai peristiwa itu sendiri sebagai informasi tambahan untuk peristiwa tersebut.

3. Comprehensive News

Merupakan laporan tentang fakta yang bersifat menyeluruh ditinjau dari berbagai aspek. Berita menyeluruh, sesungguhnya merupakan jawaban terhadap kritik sekaligus kelemahan yang terdapat dalam berita langsung (straight news).

4. Interpretative Report

Berita ini biasanya memfokuskan sebuah isu, masalah, atau peristiwa-peristiwa. Namun, fokus laporan beritanya masih berbicara mengenai fakta yang terbukti bukan opini.

5. Feature Story

Penulis mencari fakta untuk menarik perhatian pembaca, menyajikan suatu pengalaman pembaca (reading experience) yang lebih tergantung pada gaya (style) penulis humor daripada pentingnya informasi yang disajikan.


(39)

24 6. Depth Reporting

Pelaporan jurnalistik yang bersifat mendalam, tajam, lengkap dan utuh tentang suatu peristiwa fenomenal atau aktual.

7. Investigative Reporting

Berisikan hal-hal yang tidak jauh berbeda dengan laporan interpretatif. Berita jenis ini biasanya memusatkan pada sejumlah masalah kontroversial. Wartawan melakukan penyelidikan untuk memperoleh fakta yang tersembunyi demi tujuan. 8. Editorial Writing

Pikiran sebuah institusi yang diuji di depan sidang umum. Editorial adalah penyajian fakta dan opini yang menafsirkan berita-berita yang penting dan mempengaruhi pendapat umum.

(http://digilib.unpas.ac.id yang diakses pada tanggal 7 November 2014 pukul 22.36 WIB)

E. Nilai Faktual, Kelengkapan, dan Akurasi Berita

Dalam Kriyantono (2012: 249) faktualitas berita bekaitan dengan nilai informasi (kedalaman berita), kemudahan untuk dipahami (readability), serta dapat tidaknya dikonfirmasi dengan sumber berita (checkability). Selain itu menyangkut ada tidaknya percampuran fakta dengan opini wartawan yang menulis berita. Ada dua kategori, yaitu:

a. Ada percampuran fakta dan opini, yaitu bila dalam berita terdapat kata – kata opinionative, seperti tampaknya, diperkirakan, seakan – akan, terkesan, kesannya, seolah - olah, agaknya, diperkirakan, diramalkan

b. Tidak ada percampuran fakta dan opini, yaitu bila dalam berita tidak terdapat kata – kata opinionative.


(40)

25 Dalam Kriyantono (2012: 244) maksud dari dimensi kelengkapan (completeness)

ini adalah sebuah berita mencakup unsur 5W + 1H (what, where, when, why, who,

dan how).

Dalam Kriyantono (2012: 248) dimensi akurasi pemberitaan yaitu akurasi dalam penyajian berita dan kejujuran dalam pemberitaan yang meliputi kesesuaian judul dengan isi berita. Ini menyangkut aspek relevansi, yaitu apakah kalimat judul merupakan bagian dari kalimat yang sama pada isi berita atau kutipan yang jelas - jelas ada dalam isi berita. Ada dua kategori yaitu:

a. Sesuai, yaitu bila judul merupakan bagian dari kalimat yang sama pada isi berita atau kutipan yang jelas – jelas ada dalam isi berita

b. Tidak sesuai, bila judul bukan merupakan bagian dari kalimat yang sama pada isi berita atau bukan kutipan yang jelas – jelas ada dalam isi berita

2.8 Bahasa Jurnalistik

Dalam Setiati (2005: 87) bahasa jurnalistik harus mudah dipahami oleh setiap orang yang membacanya karena tidak semua orang mempunyai cukup waktu untuk memahami isi tulisan yang ditulis oleh wartawan. Jadi, bahasa jurnalistik bahkan harus bisa dipahami oleh tingkat masyarakat berintelektual rendah. Bahasa jurnalistik merupakan bahasa komunikasi massa yang berfungsi sebagai penyambung lidah masyarakat dan bahasa komunikasi pengantar pemberitaan yang biasa digunakan media cetak dan elektronik.

Namun demikian, bahasa jumalistik juga harus mengikuti kaidah- kaidah, norma – norma bahasa. Oleh karena itu, bahasa jurnalistik sangat mengutamakan kemampuan untuk bisa menampilkan semua informasi yang dibawanya kepada


(41)

26 pembaca secepatnya atau bahasa yang lebih mengutamakan daya komunikasinya. Bahasa jurnalistik yang ditulis dalam bahasa Indonesia harus dapat dipahami oleh pembaca di seluruh Indonesia. Jika media massa menggunakan salah satu dialek tertentu, besar kemungkinannya tulisan dalam media massa tersebut tidak dapat dipahami oleh pembaca di seluruh nusantara. Oleh karena itu, Bahasa Indonesia ragam jurnalistik juga dituntut kebakuannya sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia baku.

Peneliti membagi kategori bahasa jurnalistik menjadi 3 bagian, sebab dalam penelitian ini yang akan diteliti adalah bahasa jurnalistik pada bagian judul, lead,

body dan pentup:

1. Bahasa Jurnalistik Pada Bagian Judul Berita

Dalam Chaer (2011: 37) peneliti rumuskan sebagai berikut: a. Tidak bermakna ganda

b. Harus berkenaan dengan fakta – fakta yang ada di dalam berita, bukan berupa pendapat atau opini penulis berita

2. Bahasa Jurnalistik Pada Bagian Lead Berita

Dalam (Chaer, 2010: 27–28) dituliskan untuk dapat menulis teras berita yang baik

kiranya “Pedoman Penulisan Teras Berita” yang disepakati dalam Karya Latihan

Wartawan (KLW) ke-13 PWI Pusat pada bulan Oktober 1977 patut diperhatikan. Pedoman tersebut peneliti simpulkan sebagai berikut:

a. Kalimat –kalimatnya singkat; Melaksanakan prinsip “satu gagasan dalam


(42)

27 b. Sebaiknya mengutamakan unsur what, karena mengintisarikan kejadian

yang terjadi

3. Bahasa Jurnalistik Pada Bagian Body dan Penutup Berita

Dalam Setiati (2005: 88) ciri yang harus dimiliki bahasa jurnalistik diantaranya: 1. Singkat, artinya bahasa jurnalistik harus menghindari penjelasan yang

panjang dan bertele - tele.

2. Padat, artinya bahasa jurnalistik yang singkat itu sudah mampu menyampaikan informasi yang lengkap. Semua yang diperlukan pembaca sudah tertampung di dalamnya. Menerapkan prinsip 5 WH, membuang kata – kata mubazir dan menerapkan ekonomi kata.

3. Sederhana, artinya bahasa pers sedapat - dapatnya memilih kalimat tunggal dan sederhana, bukan kalimat majemuk yang panjang, rumit, dan kompleks. Kalimat yang efektif, praktis, sederhana pemakaian kalimatnya, tidak berlebihan pengungkapannya (bombastis).

4. Lugas, artinya bahasa jurnalistik mampu menyampaikan pengertian atau makna informasi secara langsung dengan menghindari bahasa yang berbunga -bunga.

5. Menarik, artinya dengan menggunakan pilihan kata yang masih hidup, tumbuh, dan berkembang. Menghindari kata-kata yang sudah mati.

6. Jelas, artinya informasi yang disampaikan jurnalis dengan mudah dapat dipahami oleh khalayak umum (pembaca). Struktur kalimatnya tidak menimbulkan penyimpangan/pengertian makna yang berbeda, menghindari ungkapan bersayap atau bermakna ganda (ambigu). Oleh karena itu, seyogyanya bahasa jurnalistik menggunakan kata - kata yang bermakna


(43)

28 denotatif. Namun seringkali kita masih menjumpai judul berita: Tim Ferrari Berhasil Mengatasi Rally Neraka Paris-Dakar. Jago Merah Melahap Mall Termewah di Kawasan Jakarta. Polisi Mengamankan Oknum Pemerkosa dari Penghakiman Massa.

Dalam (Chaer, 2010: 3) kiranya ragam bahasa jurnalistik dapat ditarik dari

“Pedoman Pemakaian Bahasa dalam Pers” yang merupakan hasil kesepakatan

para peserta Karya Latihan Wartawan (KLW) ke -17 PWI Jaya yang dipimpin oleh H. Rosihan Anwar pada bulan 1975 di Jakarta yaitu:

1. menaati aturan ejaan yang berlaku

2. menaati kaidah tata bahasa Indonesia yang berlaku

3. tidak menanggalkan prefiks me- dan prefiks ber-, kecuali pada judul berita 4. menggunakan kalimat pendek dan lengkap (ada subjek, predikat, dan objek)

serta logis. Satu kalimat hanya berisi 1 gagasan 5. satu paragraf hanya terdiri dari 2 atau 3 kalimat 6. menggunakan bentuk aktif pada kata maupun kalimat

7. ungkapan – ungkapan klise (seperti sementara itu, perlu diketahui, di mana, kepada siapa, dan sebagainya)

8. kata – kata “mubazir” tidak digunakan

9. kalimat aktif dan pasif tidak dicampuradukkan dalam satu paragraf 10. kata – kata asing dan istilah ilmiah yang terlalu teknis tidak digunakan 11. penggunaan singkatan dan akronim sangat dibatasi

12. penggunaan kata yang pendek didahulukan daripada kata yang panjang 13. menggunakan kata bentuk orang ketiga


(44)

29 15. berita disajikan dalam bentuk “past tense

16. tidak memasukkan pendapat sendiri dalam berita

17. kata hari ini digunakan dalam media elektronik dan koran sore. Sedangkan kata kemarin digunakan dalam harian yang terbit pagi hari

18. segala sesuatu dijelaskan secara spesifik 19. komunikatif

Jika butir – butir diatas disimpulkan, maka dapat dikatakan bahwa bahasa jurnalistik itu singkat, padat, sederhana, lugas, jelas, dan menarik.

2.9 Kerangka Pikir

Kemunculan internet sebagai media baru yang lebih murah diakses dan tanpa ada batas jarak dalam mencari informasi menjadi warna baru yang favorit di setiap aspek kehidupan manusia. Pemanfaatannya pun kian beragam baik untuk bidang ekonomi, politik, maupun pendidikan. Universitas Lampung adalah salah satu perguruan tinggi yang memanfaatkan website yang notabene menggunakan jaringan internet untuk mengaksesnya sebagai media untuk memberikan informasi. Informasi tersebut bisa berupa tentang Universitas Lampung itu sendiri dalam bentuk pengumuman ataupun berita seperti berita konvensional lainnya.

Namun perbedaannya adalah berita yang ditampilkan adalah berita yang bernilai positif karena tujuannya adalah bukan untuk mencari keuntungan melainkan sebagai pembentuk citra yang positif baik di dalam maupun di luar kampus. Oleh karena berita dalam website tetaplah sebuah produk jurnalistik, maka unsur bahasa jurnalistik sangatlah penting. Bahasa jurnalistik inilah yang menjadi dasar penelitian ini. Peneliti ingin menganalisis bahasa jurnalistik yang digunakan oleh


(45)

30

website Universitas Lampung. Peneliti ingin mencari kesusuaian antara bahasa jurnalistik yang dipakai dengan ciri bahasa jurnalistik yang baik.

Pendekatan penelitian yang dipakai adalah analisis isi kuantitatif. Dimana peneliti hanya menganalisis dan mencari kesesuaian antara bahasa jurnalistik yang digunakan dengan ciri bahasa jurnalistik yang baik pada bagian judul, lead, body, dan penutup berita.

Sehingga hasil yang ingin dicapai adalah melihat apakah semua indikator ciri bahasa jurnalistik tersebut sudah diterapkan semua pada website Universitas Lampung. Maka kerangka pikir penelitian ini digambarkan pada bagan kerangka pemikiran berikut ini:


(46)

31 Bagan 2. Kerangka Pikir

Berita Periode November – Desember 2014

Analisis Isi Kuantitatif

1. Jelas (bagian judul) 2. Sederhana 3. Menarik 4. Jelas

Media Public Relations untuk Membentuk Citra Positif

Bagian : - Judul - Lead - Body dan

Penutup

Dimensi Analisis Isi: Internet

Akurasi Faktualitas

8. Mencerminkan fakta dalam berita (bagian judul)

9. Singkat 10.Lugas

Ciri – Ciri Bahasa Jurnalistik Yang Baik Website Universitas Lampung (http://unila.ac.id)

Kelengkapan

5. Singkat 6. Mengutamakan

unsur what (bagian lead)

7. Padat Teori Model

Penyusunan Pesan


(47)

32 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Tipe Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan tipe penelitian analisis isi deskriptif. Dalam Eriyanto (2010: 47) analisis isi deskriptif adalah analisis isi yang dimaksudkan untuk menggambarkan secara detail suatu pesan, atau suatu teks tertentu. Desain analisis ini tidak dimaksudkan untuk menguji suatu hipotesis tertentu atau menguji hubungan di antara variabel. Analisis isi semata untuk deskripsi, menggambarkan aspek – aspek dan karakteristik dari suatu pesan.

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian adalah seperangkat langkah-langkah teknis yang tersusun secara sistematis dan logis, serta terkerangka atas dasar prinsip - prinsip ilmiah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis isi dengan pendekatan analisis kuantitatif. Menurut Barelson dalam Kriyantono (2006: 57) analisis isi adalah suatu teknik penelitian yang dilakukan secara objektif, sistematis dan deskripsi kuantitatif dari isi komunikasi yang tampak (manifest).

Ada beberapa prinsip pokok yang umum untuk analisis isi, yaitu pertama obyektivitas dimana penelitian ini akan memberikan hasil yang sama apabila dilakukan oleh orang


(48)

33 lain. Kedua, prinsip sistematis dimana konsistensi dalam penentuan kategori yang dibuat mampu mencakup semua isi yang dianalisis agar pengambilan keputusan yang berat sebelah dapat dihindari. Ketiga, kuantitatif dimana penelitian menghasilkan nilai-nilai yang bersifat numeral atas frekuensi isi tertentu yang dicatat dalam penelitian. Keempat, manifest dimana isi yang muncul bersifat apa adanya, artinya bukan yang dirasa atau yang dinilai oleh peneliti tetapi apa yang benar-benar terjadi (Eriyanto, 2011: 15-17).

3.3 Konsep Analisis Isi

Max Weber (dalam Eriyanto, 2013: 15) menuliskan bahwa analisis isi adalah sebuah metode penelitian dengan menggunakan seperangkat prosedur untuk membuat inferensi yang valid dari teks.

(Budd dalam Kriyantono, 2012: 232) analisis isi adalah suatu teknik sistematis untuk menganalisis isi pesan dan mengolah pesan atau suatu alat untuk mengobservasi dan menganalisis isi perilaku komunikasi yang terbuka dari komunikator yang dipilih.

(Wimmer dan Dominick dalam Kriyantono, 2012: 234) tujuan analisis isi adalah :

1. Menggambarkan isi komunikasi (describing communiaction content). Yaitu mengungkap kecenderungan yang ada pada isi komunikasi

2. Menguji hipotesis tentang karakteristik pesan (testing hypotheses of message characteristic). Sejumlah periset berusaha menghubungkan karakteristik tertentu dari komunikator (sumber) dengan karakteristik pesan yang dihasilkan


(49)

34 3. Membandingkan isi media dengan dunia nyata (comparing media content to

the “real world”)

4. Memperkirakan gambaran media terhadap kelompok tertentu di masyarakat (assesing the image of particular groups in society)

5. Mendukung studi efek media massa (establishing s starting point for studies of media effects)

6. Bermanfaat bagi praktisi humas. Humas bisa mengukur opini publik dengan cara melihat bagaimana kecenderungan pemberitaan media terhadap perusahaan.

Dari 6 poin di atas, posisi peneliti berada pada di poin pertama. Dimana tujuan peneliti dalam penelitian ini adalah menggambarkan isi berita yang ada di website

Universitas Lampung apakah sudah mencerminkan bahasa jurnalistik yang baik atau belum.

Dalam konsep analisis isi ada 2 jenis konsep yakni analisis isi kuantitatif dan analisis isi kualitatif. Perbedaan di antara kedua konsep penelitian ini adalah pada analisis isi kuantitatif lebih memfokuskan pada isi komunikasi yang tampak (tersurat / manifest / nyata). Sedangkan untuk menjelaskan hal – hal yang tersirat (latent), misalnya ideologi apa yang ada di balik suatu berita, maka dilakukan riset analisis isi kualitatif. Dalam perkembangan Ilmu Komunikasi, metode analisis isi kualitatif berkembang menjadi beberapa varian metode, antara lain: analisis

framing, analisis wacana, dan semiotik. (Kriyantono, 2012: 51)

Peneliti memilih menggunakan konsep analisis isi kuantitatif sebab peneliti hanya ingin mengetahui penerapan bahasa jurnalistik yang tampak ada berita di website


(50)

35 Universitas Lampung, tidak sampai pada ideologi wartawan yang tersirat dalam berita website Universitas Lampung.

3.4 Definisi Konseptual

Eriyanto (2011: 175) mendefinisikan konsep sebagai bahasa yang dipakai oleh ahli untuk menggambarkan atau mengabstraksikan suatu gejala. Peneliti membuat konseptualisasi dari “bahasa jurnalistik pada berita di website” yang digunakan dalam penelitian ini. Berikut adalah definisi konseptual dari penelitian ini:

I. Bahasa Jurnalistik

Bahasa jurnalistik merupakan bahasa komunikasi massa yang berfungsi sebagai penyambung lidah masyarakat dan bahasa komunikasi pengantar pemberitaan yang biasa digunakan media cetak dan elektronik. Ciri Bahasa Jurnalistik Yang Baik yang telah dibagi menjadi dua dimensi dalam analisis isi yaitu dimensi faktualitas (kebenaran), completeness (kelengkapan), dan akurasi (kesesuaian):

a. Dimensi Faktualitas

Faktualitas berita menyangkut ada tidaknya percampuran fakta dengan opini wartawan yang menulis berita. Lalu berkaitan juga dengan nilai informasi (kedalaman berita), kemudahan untuk dipahami (readability), serta dapat tidaknya dikonfirmasi dengan sumber berita (checkability). (Kriyantono, 2012: 249)

Dimensi ini membagi ciri bahasa jurnalistik yang baik yang berhubungan dengan sifat ini antara lain:


(51)

36 1. Jelas ( Pada bagian judul)

Sebuah judul berita sejatinya harus merupakan kata – kata yang tidak bermakna ganda / ambigu.

2. Sederhana

Bahasa jurnalistik sedapat-dapatnya memilih kalimat tunggal dan sederhana, bukan kalimat majemuk yang panjang, rumit, dan kompleks. Kalimat yang efektif, praktis, sederhana pemakaian kalimatnya, tidak berlebihan pengungkapannya (bombastis).

3. Menarik

Menggunakan pilihan kata yang masih hidup, tumbuh, dan berkembang. Menghindari kata - kata yang sudah mati.

4. Jelas

Informasi yang disampaikan jurnalis dengan mudah dapat dipahami oleh khalayak umum (pembaca). Struktur kalimatnya tidak menimbulkan penyimpangan/pengertian makna yang berbeda, menghindari ungkapan bersayap atau bermakna ganda (ambigu). Oleh karena itu, seyogyanya bahasa jurnalistik menggunakan kata - kata yang bermakna denotatif.

b. Dimensi Kelengkapan (Completeness)

Dalam Kriyantono (2012: 244) maksud dari dimensi ini adalah sebuah berita mencakup unsur 5W + 1H (what, where, when, why, who, dan how). Dimensi ini membagi ciri bahasa jurnalistik yang baik yang berhubungan dengan sifat ini antara lain:


(52)

37 1. Singkat (Pada bagian lead)

Dalam lead berita kalimat hendaknya tidak lebih dari 45 kata. 2. Mengutamakan unsur what (Pada bagian lead)

Dalam lead berita harus lebih mengutamakan unsur what, sebab dalam bagian ini merupakan paragraf pembuka dari sebuah berita sehingga harus mengintisarikan kejadian apa yang terjadi dalam beritanya.

3. Padat

Bahasa jurnalistik yang singkat itu sudah mampu menyampaikan informasi yang lengkap. Semua yang diperlukan pembaca sudah tertampung di dalamnya. Menerapkan prinsip 5W + 1H, membuang kata – kata mubazir dan menerapkan ekonomi kata.

c. Dimensi Akurasi (Keakuratan)

Akurasi pemberitaan yaitu kejujuran dalam pemberitaan yang meliputi kesesuaian judul dengan isi berita. Ini menyangkut aspek relevansi, yaitu apakah kalimat judul merupakan bagian dari kalimat yang sama pada isi berita atau kutipan yang jelas - jelas ada dalam isi berita. Selain itu berkaitan juga dengan akurasi penyajian dalam sebuah berita. (Kriyantono, 2012: 248)

Dimensi ini membagi ciri bahasa jurnalistik yang baik yang berhubungan dengan sifat ini antara lain:

1. Mencerminkan fakta dalam berita (Pada bagian judul)

Dari segi pembaca sebuah berita, kalimat pertama yang dibaca biasanya adalah judul berita. Judul harus mencerminkan intisari yang ada di dalam berita. Jika tidak ada kesesuaian antara judul dengan isi berita, maka judul tersebut tidak mencerminkan ciri bahasa jurnalistik yang baik.


(53)

38 2. Singkat

Bahasa jurnalistik harus menghindari penjelasan yang panjang dan bertele - tele. Sebab bahasa jurnalistik berbeda dengan Bahasa Indonesia tulisan lainnya. Tiap kalimat dibuat sesingkat mungkin untuk menghindari pemborosan kata.

3. Lugas

Bahasa jurnalistik mampu menyampaikan pengertian atau makna informasi secara langsung dengan menghindari bahasa yang berbunga-bunga.

II. Website

Website adalah gambaran menyeluruh dan representasi dari sebuah institusi. Di situ mencakup company profile, annual report, dan news release.

III. Berita

Berita adalah kejadian yang diulang – ulang dengan menggunakan kata – kata yang disiarkan secara tertulis dalam media tulis, media suara, atau media suara dan gambar. Anatomi berita meliputi judul, lead, body, dan penutup.

3.5 Populasi

Menurut Eriyanto (2011: 109) populasi adalah semua anggota dari objek yang ingin kita ketahui isinya .Populasi harus didefinisikan secara jelas agar anggota dari populasi dapat ditentukan secara cermat. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh berita pada website Universitas Lampung.

Berita pada website Universitas Lampung dipilih karena Universitas Lampung adalah salah satu perguruan tinggi yang memanfaatkan akses internet melalui


(54)

39 melalui berita yang diterbitkan tersebut. Meskipun tujuannya tidak sama dengan media mainstream lainnya, unsur bahasa jurnalistik tetap harus diperhatikan. Mengacu pada tujuan penelitian ini maka berita pada website inilah yang menjadi populasi penelitian.

3.6 Unit Sampel

Unit sampel (sampling units) berkaitan dengan batasan sampel yakni isi apa yang akan diteliti dan isi apa yang tidak menjadi perhatian dan karenanya tidak diteliti. Unit sampel adalah unit yang dipilih (diseleksi) oleh peneliti untuk didalami. Unit sampel memberikan batasan secara tegas, isi mana yang akan diteliti dan tidak akan diteliti sesuai dengan tujuan penelitian (Eriyanto, 2011: 63).

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2007: 56). Penelitian ini menggunakan rancangan sampling nonprobabilitas tipe sampling purposif (purposive sampling) untuk mengambil sampel berdasarkan periode waktu. Rancangan sampling nonprobabilitas adalah sampel yang diambil dengan tidak melalui teknik random (acak). Sedangkan

purposive sampling adalah teknik yang diseleksi atas dasar kriteria – kriteria tertentu yang dibuat periset berdasarkan tujuan riset. (Kriyantono, 2012: 158)

Sesuai dengan teknik sampling purposif tersebut, peneliti menentukan bahwa dari populasi yakni berita di website Universitas Lampung yang menjadi sampel dari penelitian ini adalah berita yang terbit pada bulan November – Desember 2014 pada website Universitas Lampung dengan alasan terbatasnya waktu yang dimiliki oleh peneliti dan keaktualitasan berita saat penelitian ini dibuat. Berarti jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 65 artikel berita. Dari jumlah tersebut,


(55)

40 peneliti menggunakan total sampling, yakni mengambil keseluruhan sampel yang ada sebab jumlah sampelnya tidak terlalu banyak.

3.7 Unit Analisis

Unit analisis yang akan dioperasionalkan dalam penelitian ini adalah seperti yang ditampilkan pada tabel berikut:


(56)

33 Tabel 2. Unit Analisis

DIMENSI

BAGIAN BERITA

JUDUL LEAD BODY DAN PENUTUP

Sub Dimensi Indikator Sub Dimensi Indikator Sub Dimensi Indikator

Faktualitas Jelas Iya

Tidak

Sederhana Iya

Tidak

Menarik Iya

Tidak

Jelas Iya

Tidak

Kelengkapan Singkat Iya

Tidak Mengutamakan

unsur what

Ada Tidak

Padat Ada

Tidak

Akurasi Mencerminkan

fakta dalam berita

Iya Tidak

Singkat Iya

Tidak

Lugas Iya

Tidak Sumber: Olah Data Penulis, Januari 2015

41


(57)

42 3.8 Unit Pencatatan

Unit pencatatan (recording units) adalah unit analisis dalam analisis isi yang berkaitan dengan bagian apa dari isi yang akan dicatat, dihitung dan dianalisis. Unit pencatatan yang digunakan dalam penelitian ini termasuk dalam jenis unit sintaksis (syntactical units). Unit sintaksis adalah unit analisis yang menggunakan elemen atau bagian bahasa dari suatu isi. Untuk bahasa tertulis, seperti berita yang digunakan dalam penelitian ini, maka unit analisisnya dapat berupa kata, kalimat, anak kalimat yang mewaliki atau menggambarkan ketersediaan Ciri Bahasa Jurnalistik yang Baik pada berita yang terbit di website Universitas Lampung.

3.9 Data Penelitian 1. Data Primer

Data primer merupakan data yang didapat dari sumber utama yang berkaitan dengan masalah yang diteliti dan dikumpulkan oleh pengamat dalam penelitian ini. (Kriyantono, 2012: 52). Dalam penelitian ini data primer yang dipakai adalah dokumen berita online pada website Universitas Lampung periode bulan Oktober – November 2014 sebanyak 65 berita.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data pendukung data primer yang diperoleh dari studi kepustakaan berupa sumber tertulis seperti buku, majalah, internet, atau wawancara bila diperlukan. (Kriyantono, 2012: 53). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan buku – buku yang relevan, internet, dan wawancara dengan pengelola website Universitas Lampung untuk mendapatkan data tentang profil pengelola website Universitas Lampung.


(58)

43 3.10 Teknik Pengumpulan data

Pengumpulan data disini berarti pencarian sumber - sumber, penentuan akses ke sumber – sumber dan akhirnya mempelajari dan mengumpulkan informasi. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Dokumentasi

Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data – data yang telah dijadikan dokumen atau telah diterbitkan oleh website Universitas Lampung periode bulan November - Desember 2014 sebanyak 65 berita.

2. Studi Pustaka

Peneliti melakukan studi pustaka guna memperoleh teori - teori maupun pemahaman yang dapat mendukung penelitian mengenai Ciri Bahasa Jurnalistik yang Baik. Untuk memperkaya penelitian ini studi pustaka selain menggunakan buku - buku literatur secara fisik juga banyak mempelajari dari skripsi yang topiknya sama maupun sumber yang berkompeten dari internet.

3.11 Teknik Analisis data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode analisis isi deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Sebagai metode yang sistematis analisis isi mengikuti suatu proses - proses tertentu dalam pengaplikasiannya. Adapun langkah - langkah analisis isi deskriptif dalam penelitian sebagaimana dikutip dalam Kriyantono, (2006: 167) ini adalah sebagai berikut:

1. Mendefinisikan populasi penelitian dan menentukan jumlah sampel penelitian dengan menggunakan teknik total sampling.

2. Langkah selanjutnya yang penting dalam analisis isi ialah menentukan unit analisis. Unit analisis adalah apa yang akan diobservasi, dicatat dan


(59)

44 dianggap sebagai data, memisahkan menurut batas-batasnya dan mengidentifikasi untuk analisis berikutnya. Unit analisis penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu unit sampling dan unit pencatatan dimana unit pencatatan penelitian ini termasuk dalam jenis unit analisis sintaksis.

3. Menentukan dan menggunakan penilai tambahan (intercoder) selain dari peneliti untuk mengurangi bias dan subjektifitas peneliti dalam analisis penelitian.

4. Mencatat frekuensi kemunculan unit analisiss sintaksis yang sudah ditetapkan dalam kategori berdasarkan Ciri Bahasa Jurnalistik Yang Baik yang sudah ditetapkan dalam definisi operasional. Pencatatan ini dilakukan oleh peneliti dan coder lainnya dengan menggunakan lembar koding (coding sheet) yang dibuat berdasarkan kategori dan indikator yang sudah ditetapkan dalam definisi operasional.

5. Setelah mengkode semua isi berita ke dalam lembar coding yang telah disusun peneliti lalu menghitung reliabilitas dari hasil coding.

6. Tahap selanjutnya adalah menggunakan tabel distribusi frekuensi. Salah satu cara yang sering dipakai dalam analisi data adalah frekuensi distribusi relatif, dimana data dibagi dalam beberapa kelompok dan dinyatakan atau diukur dalam presentase. Dari setiap tabel diberikan penjelasan dalam bentuk uraian yang disusun sistematis. Kegunaan dari distribusi frekuensi adalah membantu peneliti untuk mengetahui bagaimana distribusi frekuensi dari data penelitian. Data hasil penelitian ini akan diolah secara statistik deskriptif kuantitatif. Teknik analisis untuk pengukuran digunakan berdasarkan pendekatan kuantitatif dilihat dari frekuensi absolut akan


(60)

45 jumlah persentase kejadian dari variabel yang akan ditampilkan dalam angka.

7. Interpretasi data hasil penelitian. Membandingkan hasil tabel frekuensi distribusi dibandingkan dengan dasar teori yang dijadikan acuan dalam penelitian. Kegiatan ini berusaha mencari makna lebih luas dari hasil data yang telah dikumpulkan untuk nantinya akan diambil suatu kesimpulan akhir dari penelitian.

8. Penarikan kesimpulan dari hasil analisis peneliti dengan intercoder.

3.12 Uji Validitas

Ada berbagai macam jenis validitas dalam analisis isi. Antara lain adalah validitas yang berorientasi pada data (data oriented), validitas yang berorientasi pada hasil (product oriented), dan validitas yang berorientasi pada proses (process oriented).

Melihat tujuan dari penelitian ini, maka validitas yang digunakan adalah validitas yang berorientasi pada data (data oriented). Validitas ini menilai seberapa baik alat ukur merepresentasikan informasi yang melekat di dalam dan berasosiasi dengan data yang tersedia. Jenis validitas yang termasuk dalam kategori ini adalah validitas muka, yakni sejauh mana alat ukur benar – benar mengukur apa yang ingin diukur. (Eriyanto, 2011: 260)

Dalam validitas muka ada dua cara yang digunakan. Namun peneliti meggunakan salah satu cara yang ada yaitu menguji alat ukur yang dipakai kepada panel ahli /

expert. Peneliti meminta expert untuk mengevaluasi alat ukur, apakah alat ukur telah sesuai atau tidak. Peneliti memilih expert dari redaktur Harian Radar Lampung. Alasannya karena bahasa jurnalistik tentunya dikuasai oleh orang yang memiliki background dari bidang jurnalistik / media. Orang yang memiliki


(61)

46 pekerjaan sebagai redaktur di media cetak adalah orang yang cocok sebagai expert

untuk mengecek alat ukur yang dalam hal ini adalah 10 indikator yang sudah dipetakan di bagian unit analisis apakah valid atau bisa digunakan atau tidak. Sedangkan Harian Radar Lampung merupakan salah satu media cetak yang juga memiliki versi online dalam bentuk website.

3.13 Uji Reliabilitas

Kategorisasi dalam analisis isi merupakan instrumen pengumpul data. Fungsinya identik dengan kuesioner dalam survei. Supaya objektif maka kategorisasi harus dijaga reliabilitasnya. Terutama untuk kategorisasi yang dibuat sendiri oleh peneliti sehingga belum memiliki standar yang telah teruji maka sebaiknya dilakukan uji reliabilitas. (Kriyantono, 2006: 238).

Uji reliabilitas dilakukan untuk melihat apakah alat ukur (indikator) dapat dipercaya menghasilkan temuan yang sama, ketika dilakukan oleh orang yang berbeda. Hal yang dilakukan adalah dengan menentukan intecorder (penilai tambahan) dan menganalisis bahasa jurnalistik dengan menggunakan 10 item

indikator yang telah dipetakan di bagian unit analisis untuk dibandingkan dengan hasil analisis peneliti. Kemudian hasil tersebut dicatat dengan menggunakan lembar koding (coding sheet) dan dilihat apakah masing – masing dari indikator tersebut mempunyai tingkat reliabilitas yang tinggi atau tidak. Karena pada kondisi yang ideal, uji reliablitas maupun validitas seharusnya memiliki tingkat yang tinggi.

Untuk melihat apakah data yang digunakan dalam analisis ini sesuai, maka dipakai metode intercoder reliability menggunakan formula Holsty (Eriyanto,


(1)

53 2. meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sumber daya manusia Universitas Lampung dalam mengembangkan, memelihara dan mendayagunakan teknologi informasi dan komunikasi.

B. Visi

Menjadi Pusat Pelayanan, Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi yang Handal dan Berdaya Saing Tinggi.

C. Misi

1. Meningkatkan layanan TIK bagi civitas akademika

2. Meningkatkan pendayagunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran

3. Meningkatkan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam kegiatan penelitian dan pengabdian pada masyarakat

4. Meningkatkan pendayagunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam manajemen Unila

5. Mengembangkan sistem informasi manajemen yang mendukung kelancaran proses belajar mengajar

6. Meningkatkan budaya TIK yang kondusif dan dinamis di lingkungan Universitas Lampung

D. Tugas

Tugas UPT Puskom Universitas Lampung adalah mengumpulkan, mengolah, menyajikan, dan menyimpan data dan informasi serta memberikan layanan untuk program - program pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.


(2)

54 E. Struktur Organisasi

Gambar 1: Struktur Organisasi Puskom Universitas Lampung Sumber : Website Puskom Universitas Lampung

Sumber : http://puskom.unila.ac.id/ yang diakses pada tanggal 13 November 2014 pukul 16.33 WIB


(3)

125 BAB VI

KESIMPULAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai penggunaan kriteria bahasa jurnaistik pada berita website Universitas Lampung periode November – Desember 2014, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Berita-berita di website Universitas Lampung periode November – Desember 2014 secara umum telah menerapkan Kriteria Bahasa Jurnalistik Yang Baik dengan cukup baik terbukti dari hasil analisis, berita-berita di website Universitas Lampung telah menerapkan 9 dari 10 yaitu jelas (bagian judul), sederhana, menarik, jelas, singkat (bagian lead), mengutamakan unsur what (bagian lead), kelengakapan unsur 5W + 1H, kalimat judul merupakan intisari berita (bagian judul), tiap paragraf tidak melebihi 45 kata, dan menggunakan kata yang denotatif dari kriteria bahasa jurnalistik yang baik.

2. Kriteria bahasa jurnalistik yakni singkat dengan indikator tiap paragraf tidak melebihi 45 kata masih belum diterapkan secara maksimal. Terbukti dari analisis peneliti yakni sebanyak 46% berita di website Universitas Lampung periode November – Desember 2014 masih terdiri dari paragraf yang masih panjang atau lebih dari 45 kata.


(4)

126 3. Penggunaan bahasa jurnalistik yang baik dalam berita pada website Universitas Lampung yang ditujukan untuk tujuan kehumasan dapat mendukung fungsi sebagai media promosi, media pemasaran, media informasi, media pendidikan, dan media komunikasi Universitas Lampung kepada publik internal dan eksternal.

6.2 Saran

Beberapa saran dan pertimbangan peneliti dalam penelitian ini antara lain:

1. Bagi website Universitas Lampung agar lebih memaksimalkan lagi ciri bahasa jurnalistik yang belum diterapkan secara maksimal agar fungsi kehumasan melalui berita di website ini dapat berjalan dengan baik.

2. Bagi bidang ilmu komunikasi khususnya jurnalistik agar lebih memperkaya lagi buku – buku yang spesifik tentang hubungan antara bahasa jurnalistik dengan pembentukan citra positif dalam kehumasan.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku:

Biagi, Shirley. 2010. Media / Impact Pengantar Media Massa: Media / Impact An Introduction to Mass Media. Jakarta: Salemba Humanika

Cangara, Hafied. 2011. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada

Chaer, Abdul. 2011. Bahasa Jurnalistik. Jakarta: PT Rineka Cipta

Djuroto, Totok. 2003. Teknik Mencari dan Menulis Berita (Petunjuk Praktis Untuk Wartawan Pemula). Semarang: Dahara Prize

Eriyanto. 2011. Analisi Isi Pengantar Metodologi untuk Penelitian Ilmu Komunikasi dan Ilmu – Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Eriyanto. 2001. Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LkiS Kriyantono, Rachmat. 2008. Public Relations Writing; Teknik Produksi Media Public

Relations dan Publisitas Korporat. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Kriyantono, Rachmat. 2012. Teknis Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana

Prenada Media Group

Littlejhon, Stephen W. 2009. Teori Komunikasi; Theories of Human Communication. Jakarta: Salemba Humanika

Prakuso, Bambang. 1998. Jurnalistik Tanpa Guru. Surakarta: PT Pabelan

Setiati, Eni. 2005. Ragam Jurnalistik Baru Dalam Pemberitaan. Jakarta: Rajawali McQuail, Denis. 2011. Teori Komunikasi Massa McQuail: McQuail’s Mass

Communication Theory. Jakarta: Salemba Humanika

Sumber Arsip:

Blogger, Publisher Website Universitas Lampung via Email 2014 Arsip Skripsi Perpustakaan Universitas Lampung 2015 :


(6)

Analisis Penulisan Lead Berita Pada Berita Website Universitas Lampung http://www.unila.ac.id (Studi pada Periode Januari – Februari 2010)

Penerapan Sembilan Elemen Jurnalistik Bill Kovach dan Tom Rosenstiel Pada Berita Citizen Journalism Online (Analisis Isi Kuantitatif Pada Berita di situs Citizen

Journalism Kompasiana Periode 1 – 30 Juni 2014) Sumber Internet:

http://digilib.unpas.ac.id (Jenis – Jenis Berita) yang diakses pada 7 November 2014 pukul 22.36 WIB

repository.usu.ac.id (Pengertian Berita) yang diakses pada 9 November 2014 pada pukul 21.27 WIB

http://www.apjii.or.id (Pengguna Internet di Indonesia dari tahun 1998-2015) yang diakses pada 9 November 2014 pukul 20.55 WIB

http://puskom.unila.ac.id/ (Struktur Organisasi UPT-Teknologi Informasi dan Komunikasi Universitas Lampung) yang diakses pada 13 November 2014 pukul 16.33 WIB


Dokumen yang terkait

Analisis bahasa jurnalistik berita utama surat kabar republika edisi Desember 2008

5 24 109

Penerapan bahasa jurnalistik pada Bberita utama“Straight News” di surat kabar “Radar Bekasi” edisi 1-5 Oktober 2012

0 8 103

Etika Jurnalistik Dalam Media Komunitas (Analisis Isi Penerapan Etika Jurnalistik pada Berita Daerah Istimewa Yogyakarta di Portal Komunitas Suarakomunitas.net periode Januari – Desember 2013).

0 3 11

PENDAHULUAN Etika Jurnalistik dalam Media Komunitas (Analisis Isi Penerapan Etika Jurnalistik pada Berita Daerah Istimewa Yogyakarta di Portal Komunitas Suarakomunitas.net periode Januari – Desember 2013).

1 4 35

PENUTUP Etika Jurnalistik dalam Media Komunitas (Analisis Isi Penerapan Etika Jurnalistik pada Berita Daerah Istimewa Yogyakarta di Portal Komunitas Suarakomunitas.net periode Januari – Desember 2013).

0 5 7

PENGGUNAAN BENTUK PASIF PADA JUDUL BERITA Analisis Penggunaan Bentuk Pasif Pada Judul Berita Koran Tempo Edisi November 2014.

0 3 18

ANALISIS PENGGUNAAN BENTUK PASIF PADA JUDUL BERITA Analisis Penggunaan Bentuk Pasif Pada Judul Berita Koran Tempo Edisi November 2014.

0 4 13

KARAKTERISTIK BAHASA JURNALISTIK PADA BERITA Karakteristik Bahasa Jurnalistik Pada Berita Running Text Di Metro Tv Edisi Oktober 2012.

0 3 17

PENGGUNAAN BAHASA JURNALISTIK PADA MEDIA REPUBLIKA ONLINE : ANALISIS ISI KUANTITATIF BERITA "DEMONSTRASI PENISTAAN AGAMA EDISI 3 SAMPAI 5 NOVEMBER 2016".

0 5 101

Karakteristik bahasa jurnalistik pada berita

0 1 11