Putu A bab1

(1)

PERENCANAAN PENJADWALAN DISTRIBUSI PRODUK DENGAN

METODE DISTRIBUTION REQUIREMENT PLANNING (DRP)

DI PT KHARISMA ESA ARDI-SURABAYA

SKRIPSI

Oleh :

PUTU ANDAYANI

NPM 0732010123

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR


(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan berkat rahmat-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan tugas akhir (skripsi) dengan baik dan tepat pada waktunya.

Penyusunan laporan ini berdasarkan pengamatan selama penelitian berlangsung, informasi yang penyusun peroleh dari pembimbing lapangan dan Dosen Pembimbing skripsi, juga dari literature yang ada.

Atas terselesainya pelaksanaan skripsi dan terselesainya penyusunan skripsi ini, maka penyusun menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Ir. Sutiyono, MT selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri UPN “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Ir. M. Tutuk Safirin, MT, selaku Ketua Jurusan Teknik Indutri UPN “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Dr. Ir. Minto Waluyo, MM, selaku Sekretaris Jurusan Teknik Indutri UPN “Veteran” Jawa Timur.

4. Bapak Ir. Hari Supriyanto, MSIE selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing saya dalam menyelesaikan Laporan skripsi ini.

5. Bapak Aldo, selaku Kepala Personalia yang telah mengizinkan saya melaksanakan penelitian di PT. KHARISMA ESA ARDI.

6. Seluruh Keluargaku (kedua Orang Tua dan Adik) Terimakasih banyak atas Doa, Semangat, dan Support yang uda diberikan buat aku.

7. Teman – teman angkatan 2007, terutama Rezafani Alfin, Terimakasih banyak atas do’a, Semangat, dan Support yang telah diberikan!!


(3)

10. Pihak – pihak lain yang terkait baik secara langsung maupun tidak langsung terlibat dalam pembuatan atau penyelesaian laporan ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penyusun menyadari bahwa penulisan Laporan Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna, baik isi maupun penyajian. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun akan penyusun terima dengan senang hati.

Akhir kata semoga Laporan Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan dan semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan rahmat dan

berkat kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan kepada penyusun, Amin.

Surabaya, 16 Mei 2011


(4)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

ABSTRAKSI... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...1

1.2 Perumusan Masalah...2

1.3 Batasan Masalah.... ...3

1.4 Asumsi ...3

1.5 Tujuan Penelitian...4

1.6 Manfaat Penelitian...4

1.7 Sistematika Penulisan ...4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Distribusi Persediaan ...6

2.1.1 Timbulnya Persediaan ...7

2.1.2 Fungsi Persediaan ...8

2.1.3 Jenis Persediaan...10

2.1.4 Biaya – Biaya dalam Sistem Persediaan...11


(5)

2.1.6 Sistem Push ...13

2.2 Distribution Requirement Planning...13

2.2.1 Konsep Distribution Requirement Planning...14

2.2.2 Fungsi Distribution Requirement Planning...17

2.3 Penentuan Ukuran Lot dan Stock Pengaman ...17

2.4 Peramalan ...20

2.4.1 Peran Akan Teknik Peramalan...20

2.4.2 Model - Model Peramalan...21

2.4.3 Pemilihan Teknik dan Metode Peramalan ...25

2.4.4 Metode Peramalan Pemulusan ...26

2.4.4.1 Metode Double Moving Average...26

2.4.4.2 Metode Pemulusan Eksponensial Ganda...28

2.4.4.3 Metode Regresi Linear ...29

2.4.5 Pengujian Peramalan...30

2.5 Penelitian Terdahulu...32

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ...41

3.2 Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel ...41

3.3 Metode Pengumpulan Data ...42

3.4 Metode Pengolahan Data...42

3.5 Langkah – Langkah Pemecahan Masalah ...45

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data...56


(6)

4.1.1 Data Permintaan Produk Bulanan ...56

4.1.2 Data Inventory On Hand...58

4.1.3 Lead Time...59

4.1.4 Biaya Pengiriman ...59

4.1.5 Biaya Penyimpanan ...60

4.2 Pengolahan Data ...61

4.2.1 Perhitungan Biaya Ditribusi Metode Perusahaan...62

4.2.2 Perhitungan Biaya Ditribusi Metode DRP ...63

4.2.2.1 Menghitung EOQ dan SS ...63

4.2.2.2 Menghitung Economic Order Quantity...63

4.2.2.3 Menghitung Safety Stock...64

4.2.3 Perbandingan Metode Perusahaan dengan Metode DRP ...69

4.2.4 Membuat Diagram Pencar Data Permintaan ...70

4.2.4.1 Menghitung Mean Square Error(MSE)...70

4.2.4.2 Uji Verifikasi dengan Moving Range Chart...71

4.2.4.3 Menentukan Peramalan Demand Bulanan ...72

4.2.4.4 Menghitung EOQ dan SS ...73

4.2.4.4.1 Menghitung Economic Order Quantity...74

4.2.4.4.2 Menghitung Safety Stock...75

4.2.4.4.3 Perencanaan dan Penjadwalan Metode DRP...76

4.2.5 Pembuatan Total Kebutuhan Seluruh Produk ...78

4.3 Analisa dan Pembahasan ...78 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


(7)

5.1 Kesimpulan...81 5.2 Saran ...82 DAFTAR PUSTAKA


(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Gambaran Umum Perusahaan

Lampiran B Plot Data Permintaan dan Biaya - Biaya Lampiran C Perhitungan EOQ

Lampiran D Perhitungan Safety Stock

Lampiran E Perhitungan Total Biaya Distribusi

Lampiran F Plot Data Permintaan Masing – Masing Warehouse Lampiran G Tabel Forecast Masing – Masing Warehouse Lampiran H Perhitungan Mean Square Error (MSE) Lampiran I Tabel dan Gambar Moving Range Chart Lampiran J Hasil Peramalan Demand Bulanan Lampiran K Perhitungan EOQ

Lampiran L Perhitungan Safety Stock

Lampiran M Tabel DRP Masing – Masing Warehouse


(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Formulasi Titik Reorder ...19

Tabel 3.1 Hasil Analisa Perhitungan DRP ...44

Tabel 3.2 Hasil Analisa Perhitungan DRP ...51

Tabel 4.1 Data Permintaan Produk G1...57

Tabel 4.2 Data Permintaan Produk G2...57

Tabel 4.3 Data Permintaan Produk G3...58

Tabel 4.4 Inventory On Hand Desember 2008...59

Tabel 4.5 Inventory On Hand April 2010 ...59

Tabel 4.6 Lead Time...59

Tabel 4.7 Rincian Biaya Pengiriman...60

Tabel 4.8 Biaya Simpan Produk G1 ...60

Tabel 4.9 Biaya Simpan Produk G2 ...61

Tabel 4.10 Biaya Simpan Produk G3 ...61

Tabel 4.11 Total Biaya Pengiriman Tahun 2009...62

Tabel 4.12 EOQ pada Masing – Masing Warehouse...64

Tabel 4.13 Safety Stock pada Masing – Masing Warehouse...65

Tabel 4.14 DRP G1 Kota Surabaya...66

Tabel 4.15 DRP G2 Kota Surabaya...67

Tabel 4.16 DRP G3 Kota Surabaya...68

Tabel 4.17 Total Cost Distribution dengan DRP ...69


(10)

Tabel 4.19 Peramalan Demand Bulanan Warehouse Surabaya ...73

Tabel 4.20 EOQ pada Masing – Masing Warehouse...74

Tabel 4.21 Safety Stock Masing – Masing Warehouse...76

Tabel 4.22 DRP G1 Kota Surabaya...76

Tabel 4.23 DRP G2 Kota Surabaya...77

Tabel 4.24 DRP G3 Kota Surabaya...77


(11)

ABSTRAKSI

Suatu perusahaan akan dihadapkan masalah yang berhubungan dengan sistem distribusi. Masalah ini timbul karena konsumen berada pada lokasi terpisah secara geografis, hal ini mengakibatkan pentingnya penyimpanan persediaan pada beberapa lokasi. PT. Kharisma Esa Ardi adalah perusahaan furniture.

PT. Kharisma Esa Ardi belum memiliki satu perencanaan distribusi yang baik. Perencanaan distribusi yang dijalankan oleh perusahaan kurang efektif dan memiliki beberapa kelemahan. Dengan adanya masalah tersebut, maka dilakukan penelitian dengan metode Distribution Requirement Planning (DRP) dengan harapan dapat dilakukan pendistribusian produk dari pabrik ke kota kota distribusi secara optimal.

Distribution Requirement Planning adalah suatu metode untuk menangani pengadaan persediaan dalam suatu jaringan distribusi multi eselon. Tujuan dari Distribution Requirement Planning (DRP), yaitu melakukan perencanaan dan penjadwalan aktivitas distribusi yang baik, sehingga keberhasilan dalam pemenuhan permintaan pelanggan akan menjadi lebih optimal, kinerja penjualan meningkat dalam memenuhi order dengan tepat waktu dan tepat jumlah sehingga biaya distribusi dapat ditekan seminimun mungkin.

Hasil Penelitian didapatkan Perencanaan Distribusi metode perusahaan, Total Cost dari distribusi meliputu data permintaan produk, harg produk, biaya pemesanan, biaya penyimanan, biaya pengiriman, data lead time dengan metode DRP lebih kecil bila dibandingkan dengan metode perusahaan. Total Cost (TC) dengan metode perusahaan adalah sebesar Rp. 89.363.752,00 . dan Total Cost dengan metode DRP adalah sebesar Rp.71.502.667,00. Sehingga terjadi penurunan sebesar 20%.


(12)

ABSTRACT

A company will be faced with problems relating to the distribution system. This problem arises because consumers are in geographically dispersed locations, this resulted in the importance of holding inventories at several location, PT. Kharisma Esa Ardi is the furniture company, this company manufactures the product.

PT. Kharisma Esa Ardi not yet have a good distribution planning. Planning distribution company run by less effective and has few weaknesses. Given these problems, then conducted research with the method of Distribution Requirements Planning (DRP) in the hope to be distributing the product from factory to city city in an optimal distribution.

Distribution Requirements Planning is a method to handle the procurement of supplies in a multi-echelon distribution network. The purpose of the Distribution Requirements Planning (DRP), which make planning and scheduling activities of a good distribution, so that success in meeting customer demand will be more optimal, increase sales performance in fulfilling orders in a timely and appropriate amount so that distribution costs can be reduced seminimun possible.

Results obtained Planning Distribution Research company method, the Total Cost of distribution data meliputu product demand, product price, booking fees, storage fees, shipping costs, lead time data with DRP method is smaller when compared with the methods of the company. Total Cost (TC) with the method the company is at 89.363.752,00 and Total Cost with DRP method is Rp.71.502.667,00 . So there is the difference between the total cost companies a total cost of 20% DRP method.


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan dunia usaha mengalami persaingan yang begitu ketat dan peningkatan permintaan layanan lebih dari pelanggan. Dalam memenangkan persaingan tersebut perusahan menggunakan berbagai cara diantaranya meningkatkan kepuasan pelanggan melalui produk berkualitas, ketepatan waktu pengiriman, dan efisiensi biaya. Kebijaksanaan untuk pengendalian persediaan produk pada suatu lokasi tertentu dapat menimbulkan masalah pada manajemen dalam mengkoordinasikan perencanaan distribusi dari bagian pemasaran, juga pada bagian produksi yang menghasilkan tingkat persediaan produk yang dihasilkan terbaik, sehingga tingkat kepuasan konsumen maupun keuntungan perusahaan dapat terjaga.

PT KHARISMA ESA ARDI-SURABAYA merupakan perusahaan yang bergerak dibidang furniture dan mampu memasok furniture di pulau jawa yang didukung beberapa distributor. Perusahaan telah dipercaya untuk mendistribusikan produknya ke Probolinggo, Jombang, Semarang. Jakarta dan Bandung. Perusahaan ini memiliki berbagai jenis produk furniture, yaitu kursi furniture, meja furniture dan lemari furniture yang memiliki model minimalis. Pengiriman produk dilakukan sesuai dengan permintaan masing-masing distributor dengan menggunakan sarana transportasi darat yang memiliki resiko.

Distribusi yang dilakukan perusahaan PT KHARISMA ESA ARDI-SURABAYA didasarkan atas permintaan dari para distributor yang bertindak sebagai warehouse. Di dalam perusahaan ini belum terdapat adanya suatu perencanaan dan penjadwalan aktivitas


(14)

distribusi produk yang terkoordinasi dengan baik, sehingga permintaan untuk semua masing-masing jenis produk kurang terkontrol sehingga mengakibatkan terjadinya kekurangan atau kelebihan persediaan, baik pada pabrik maupun pada masing-masing warehouse. Dan untuk produk Kursi Lipat, biaya distribusi memerlukan biaya yang cukup tinggi. Hal ini didasarkan pada permintaan pelanggan yang cukup tinggi juga.

Dengan adanya masalah tersebut, maka dilakukan perencanaan dan penjadwalan distribusi dengan metode Distribution Requirement Planning (DRP). Diharapkan dengan adanya perencanaan dan penjadwalan aktivitas distribusi yang baik, keberhasilan dalam pemenuhan permintaan pelanggan akan menjadi lebih optimal, kinerja penjualan meningkat dalam memenuhi order dengan tepat waktu dan tepat jumlah sehingga biaya distribusi dapat ditekan seminimun mungkin.

Diharapkan dengan adanya perencanaan distribusi yang baik, keberhasilan pemenuhan permintaan pelanggan akan menjadi lebih optimal, kinerja penjualan meningkat dalam memenuhi order dengan tepat waktu dan tepat jumlah sesuai dengan kebutuhan

1.2. Perumusan Masalah

Permasalahan yang akan diamati dalam penelitian ini adalah :

”Bagaimana merencanakan penjadwalan aktivitas distribusi produk sesuai kapasitas persediaannya untuk permintaan produk dengan biaya distribusi minimum di PT. KHARISMA ESA ARDI-SURABAYA?”


(15)

Dengan tanpa mengurangi maksud dan tujuan penelitian serta untuk menyederhanakan penelitian, maka penulis melakukan pembatasan masalah yaitu sebagai berikut :

1. Produk yang diteliti adalah Kursi Lipat dan meja.

2. Proses produksi tidak dibahas secara khusus dalam penulisan skripsi ini.

3. Terdapat 5 kota tujuan distribusi, yaitu Probolinggo, Semarang. Bandung dan Jakarta.

4. Data yang diolah adalah data permintaan yang didapatkan dari perusahaan mulai bulan Januari 2009 sampai dengan Desember 2010.

5. Angkutan yang dipergunakan yaitu truck fuso, kondisi selalu ada saat diperlukan untuk pengiriman produk.

1.4 Asumsi

Dalam penelitian ini menggunakan beberapa asumsi yaitu sebagai berikut : 1. Data yang diperoleh dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya (valid). 2. Tidak diijinkan adanya back order.

3. Service Level masing-masing distributor sebesar 90 %. 4. Kapasitas penyimpanan produk gudang cukup tersedia. 5. Transaksi perusahaan berjalan lancar.

1.5 Tujuan Penelitian


(16)

1. Untuk merencanakan penjadwalan aktivitas pendistribusian produk Kursi Lipat ,lemari dan meja furniture

2. Untuk meminimkan total biaya distribusi yang minimum.

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaaat yang dapat diperoleh dari penelit ian ini adalah :

Bagi Perusahaan:

Penelit ian ini diharapkan dapat m em berikan m asukan at au inform asi bagi perusahan m engenai perencanaan dan penj adw alan akt ivit as

dist ribusi yang t epat sehingga dapat m em enuhi kebut uhan konsum en dengan t epat w akt u.

Bagi Universit as :

1. Mem berikan I nform asi m engenai m et ode Dist ribut ion Requirem ent Planning ( DRP).

2. Menam bah koleksi perpust akaan Universit as Pem bangunan Nasional “ Vet eran” Surabaya.

Bagi Penulis :

Menambah wawasan, pengetahuan dan kemampuan dalam Teknik Industri khususnya dalam bidang perencanaan dan penjadwalan aktivitas distribusi untuk memecahkan permasalahan dalam dunia nyata.

1 .7 . Sist e m a t ik a Pe n u lisa n

BAB I PENDAHULUAN

Berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, batasan, asumsi, tujuan, manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.


(17)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi tentang teori-teori dasar yang membahas masalah distribusi yang digunakan sebagai landasan dalam penelitian ini. Dimana nantinya tinjauan pustaka ini akan dijadikan sebagai acuan kerangka berfikir didalam menyelesaiakan pemasalahan yang ada, baik dalam melakukan pengolahan data maupun dalam menginterpretasikan hasil yang diperoleh dari pengolahan data. BAB III METODE PENELITIAN

Berisi suatu alur atau kerangka kerja yang terstruktur dan sistematis yang merupakan suatu proses dimana terdiri dari tahap-tahap yang saling terkait satu sama lainnya atau dalam artian hasil dari suatu tahap akan menjadi masukan bagi tahap berikutnya.

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan ditampilkan seluruh data yang dihasilkan dari perencanaan distribusi, dengan menggunakan metode Distribution Requirement Planning (DRP), kemudian dianalisa mengenai alternatif solusi-slusi yang diharapkan dapat menjawab permasalahanyang dikaji.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini berisi kesimpulan dan saran dari perencanaan distribusi yang telah dilakukan sehingga dapat memberikan suatu masukan bagi pihak perusahaan. DAFTAR PUSTAKA


(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Distribusi

Pengertian distribusi adalah bagian yang bertanggung jawab terhadap perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian aliran material dari produsen ke konsumen dengan suatu keuntungan. Jenis-jenis distribusi persediaan terdiri dari distribusi fisik, sistem distribusi push and pull dan Distribution Requirement Planning.

(Indrajit, Eko & Djokopranoto, Richardus, (2003), Grasindo- Jakarta. hal 244) Gambar 2.1. Jaringan Pergudangan Ganda


(19)

PDU atau pusat distribusi utama adalah tingkat atau level tertinggi dari system distribusi yang langsung berhubungan dengan pemasok / pabrik produk, sedangkan PDL adalh tingkat atau level terendah dari sistem distribusi yang langsung berhubungan pelanggan atau pemakai barang.

2.1.1 Distribution Requirement Planning (DRP)

Istilah DRP memiliki dua pengertian yang berbeda, yaitu :

Distribution Requirement Planning adalah berfungsi menentukan kebutuhan-kebutuhan untuk mengisi kembali inventori pada distribution center. Sedangkan Distribution Resource Planning merupakan perluasan dari distribution requirement planning yang mencakup lebih dari sekadar sistem perencanaan dan pengendalian pengisian kembali inventori, tetapi ditambah dengan perencanaan dan pengendalian dari sumber-sumber yang terkait dalam sistem distribusi seperti : warehouse space, tenaga kerja, uang, fasilitas transportasi dan warehousing. Termasuk di sini adalah keterkaitan dari replenishment system ke financial system dan penggunaan simulasi sebagai alat untuk meningkatkan performansi sistem. (Gasperz, Vincent, 2004, hal 300-301)

Distribution Requirement Planning aplikasi dari logika Material Requirement Planning (MRP) pada persediaan. Bill of Material (BOM) pada MRP diganti dengan Bill of Distribution (BOD) pada Distrbution Requirement Planning. Distribution Requirement Planning menggunakan logika Time Phased Order Point (TPOP) untuk menentukan pengadaan kebutuhan pada jaringan. (Richard J. Tersine 2003, hal 432)


(20)

Persamaan : 1. Menggunakan cara perhitungan matematis yang sama. 2. Mempunyai matriks komponen perhitungan yang sama. 3. Membedakan Independent demand dan dependent demand. 4. Metode berlaku untuk dependent demand.

5. Keduannya menggunakan cara pemesanan berdasarkan rentang waktu.

Tabel 2.2. Perbedaan MRP dan DRP

MRP DRP

Untuk kegiatan manufakturing. Untuk kegiatan distribusi. Menghitung kebutuhan tiap

komponen.

Menghitung kebutuhan barang untuk tiap pusat distribusi.

Cocok untuk pabrik jenis rakitan. Cocok untuk sistem distribusi bertingkat.

Biasanya untuk bahan baku/ penolong.

Biasanya untuk barang jadi/ komoditas.

MRP adalah proses dari atas, yaitu dari Master Production Schedule ke kebutuhan tiap komponen.

DRP adalah proses dari bawah, yaitu dari kebutuhan Retail ke Distritibution Center dan Warehouse Center.

Perbedaan :

Semua kebutuhan komponen bersifat dependent.

Kebutuhan Retail bersifat Independent, sedangkan kebutuhan DC dan WC bersifat Dependent.

(Indrajit, Eko & Djokopranoto, Richardus, (2003), Grasindo- Jakarta. hal 249).

(James H. Green, PhD, 2nd , Mc. Grow-Hill, Inc., 2004, hal. 222). Gambar 2.2. Perbedaan MRP dan DRP


(21)

Pada gambar 2.2. diperlihatkan perbedaan struktur dari MRP dan DRP. Pada gambar (a) terlihat struktur produk (BOM) yaitu produk terdiri dari 3 komponen. Untuk MRP, langkah awalnya adalah melakukan perencanaan (JIP) untuk kemudian tiap-tiap komponen dapat dijadwalkan kebutunannya.

Sedangkan pada gambar (b) merupakan struktur distribusi (BOD) terlihat 1 sumber penawaran (SS) terdiri dari 3 pusat distribusi (DC). Pada DRP, langkah awalnya adalah membuat perencanaan permintaan dari masing-masing pusat distribusi untuk kemudian sumber penawaran melakukan eksekusi berupa pemenuhan kebutuhan tiap-tipa pusat distribusi.

Distribution Requirement Planning didasarkan pada peramalan kebutuhan pada level terendah dalam jaringan tersebut yang akan menentukan kebutuhan persediaan pada level yang lebih tinggi.

2.1.2 Konsep Distribution Requirement Planning (DRP)

Distribution Requirement Planning adalah suatu metode untuk menangani pengadaan persediaan dalam suatu jaringan distribusi multi eselon. Metode ini menggunakan demand independent, dimana dilakukan peramalan untuk memenuhi struktur pengadaannya. Berapapun banyaknya level yang ada dalam jaringan distribusi, semuanya merupakan variabel yang dependent kecuali level yang langsung memenuhi consumer.

Distribution Requiremeni Planning lebih menekankan pada aktivitas pengendalian dari pada kegiatan pemesanan. DRP mengantisipasi kebutuhan mendatang dengan perencanaan pada setiap level pada jaringan distribusi. Metode ini dapat memprediksi


(22)

masalah-masalah sebelum masalah-masalah tersebut benar-benar terjadi memberikan titik pandang terhadap jaringan distribusi.

Logika dasar DRP adalah sebagai berikut :

1. Gross Requirement /Forecast Demand diperoleh dari hasil forecasting.

2. Dari hasil peramalan distribusi lokal, hitung Time Phased Net Requirement. Net Requirement tersebut mengidentifikasikan kapan level persediaan (Scheduled Receipt - Projected On Hand Periode sebelumnya) dipenuhi oleh Gross Requirement. Untuk sebuah periode :

Net Requirement = (Gross Requirement + Safety Stock) – (Schedule Receipt + Projected On Hand Periode sebelumnya). Nilai Net Requirement yang dicatat (recorded) adalah nilai yang bernilai positif.

3. Setelah itu dihasilkan sebuah Planned Order Receipt sejumlah Net Requirement tersebut (ukuran lot tertentu) pada periode tersebut.

4. Ditentukan hari dimana harus melakukan pemesanan tersebut (Planned Order Release) dengan mengurangkan hari terjadwalnya Planned Order Receipt dengan Lead Time.

5. Di hitung Projected On Hand pada periode tersebut:

Projected On Hand = (Projected On Hand Periode sebelumnya + Schedule Receipt + Planned Order Receipt) - (Gross Requirement).

6. Besarnya Planned Order Release menjadi Gross Requirement pada periode yang sama untuk level berikutnya dari jaringan distribusi.


(23)

2.1.3 Fungsi Distribution Requirement Planning (DRP).

Distribution Requirement Planning sangat berperan baik untuk sistem distribusi manufaktur yang integrasi maupun sistem distribusi murni. Dengan kebutuhan persediaan time phasing pada tiap level dalam jaringan distribusi, DRP memiliki kemampuan untuk memprediksi suatu problem benar-benar terjadi. Sistem Distribution Requirement Planning bekerja berdasarkan penjadwalan yang telah dibuat untuk permintaan di masa yang akan datang sehingga mampu mengantisipasi perencanaan masa depan dengan perencanaan yang lebih dini pada setiap level distribusi. Untuk organisasi manufaktur, yang memproduksi untuk memenuhi persediaan serta untuk dijual melalui jaringan distribusinya sendiri. Performansi dapat ditingkatkan dengan mengintegrasikan sistem MRP dan DRP sekaligus.

(Richard J. Tersine, Fourth, Elsevler Science Publishing Co., Inc., hal. 465) Gambar 2.3. Integrasi Distribusi dan Manufaktur.

Kedua sistem tersebut digabungkan melalui Master Distribution Schedulle (MDS). Dimana DRP akan menyatukan jumlah permintaan yang harus dipenuhi berdasarkan ramalan, yang akan dijadikan sebagai input untuk MDS. Dan selanjutnya proyeksi

LDC LDC RDC LDC

MDC

Kom ponen Kom ponen Komponen Sub

Assembly Komponen Komponen

DRP M RP

M PS Perencanaan Produksi Efisiensi

Produksi Kebutuhan


(24)

kebutuhan produk jadi dari Master Production Schedulle (MPS) menjadi input bagi MRP, yang akan menghitung kebutuhan komponen dan sub assembly yang harus dipenuhi seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.3.

Keterangan :

MPS = Master Production Schedulle MDC = Master Distribution Center RDC = Regional Distribution Center LDC = Lower Distribution Center

Perencanaan horizon Distribution Requirement Planning seharusnya sekurang-kurangnya sama dengan lead time kumulatif. Penjadwalan ulang dan jaringan dilakukan secara periodik, biasanya sekurang-kurangnya sekali seminggu. Menurut Green 1987, keuntungan yang didapat dari penerapan metode DRP adalah :

1. Dapat dikenali saling ketergantungan persediaan distribusi dan manufaktur.

2. Sebuah jaringan distribusi yang lengkap dapat disusun, yang memberikan gambaran yang jelas dari atas maupun dari bawah jaringan.

3. DRP menyusun kerangka kerja untuk pengendalian logistik total dari distribusi ke manufaktur untuk pembelian.

4. DRP menyediakan masukan untuk perencanaan penjadwalan distrbusi dari sumbcr penawaran ke titik distribusi.


(25)

2.1.4 Sistem Distribusi Dorong (push) dan Tarik (pull)

Dalam distribusi "dorong", PDU menentukan apa dan berapa yang perlu didistribusikan dan di kirim ke PDR atau PDL, sedangkan dalam sistem distribusi "tarik", masing-masing pusat distribusi pada tingkat bawah menentukan apa yang diperlukan dan itu yang dipesan ke PDU Untuk dikirim. (Indrajit, Eko & Djokopranoto, Richardus, (2003), Grasindo- Jakarta. hal 246)

Ada dua (2) perbedaan penting bila kita berbicara tentang penimbunan persediaan, yaitu sistem Pull dan sistem Push. Kedua sistem ini dapat didefinisikan sebagai berikut : 1) Sistem Tarik (Pull)

Adalah suatu sistem di mana operasi (produksi, pengadaan, pemindahan material, distribusi, produk, dan sebagainya) terjadi sebagai respon atas tanda atau isyarat yang diberikan oleh pemakai pada eselon yang lebih rendah dari sistem (distribusi). Tujuan sistem ini adalah untuk membeli, menerima, memindahkan, membuat dengan tepat apa yang dibutuhkan, dan agar tidak terjadi penyimpanan atas item yang tidak dibutuhkan. 2) Sistem Dorong(Push)

Adalah suatu sistem dimana operasi-operasi di atas terjadi sebagai respon atas jadwal yang telah dibuat sebelumnya tanpa harus mempertimbangkan status nyata dari operasi tersebut. Tujuan seperti ini adalah untuk menjaga konsistensi jadwal yang telah dibuat.

Walaupun sistem pull lebih tua namun, sampai saat ini masih tetap diaplikasikan secara luas. Pusat distribusi meramalkan permintaan pada kawasan geografi yang dilayani, menentukan kapan dan berapa banyak yang harus memesan, dan meminta pengiriman dari gudang pusat pemasok sebagai layaknya pemasok lepas. Pesanan dikeluarkan tanpa mempertimbangkan persediaan atau kebutuhan pusat distribusi yang lain. Gudang pusat


(26)

tidak akan menerima informasi baik tentang tingkat persediaan maupun permintaan pada pusat distribusi. Gudang pusat akan memperlakukan permintaan-permintaan dari pusat distribusi seperti layaknya permintaan kustomer. Dari data-data permintaan inilah nantinya gudang pusat akan menentukan rencana pengiriman maupun persediaan pengamanan.

Sistem Pull ini bisa dioperasikan secara manual dan tidak membutuhkan banyak telekomunikasi karena pertukaran informasi dari gudang pusat ke pusat distribusi memang tidak banyak. Namun pada sistem ini akan terjadi amplifikasi permintaan kustomer pada pusat distribusi sebelum sampai pada gudang pusat. Lebih dari itu, pusat-pusat distribusi biasanya memesan untuk kebutuhan beberapa minggu sehingga cukup ekonomis dipandang dari biaya transportasi. Hal ini mengakibatkan pada saat-saat tertentu tidak ada permintaan dari pusat distribusi ke gudang pusat dan pada saat-saat yang lain mungkin permintaan dari beberapa pusat distribusi akan datang sekaligus sehingga gudang pusat harus menyiapkan persediaan pengamanan yang cukup besar dan tetap akan menghadapi kemungkinan kekurangan stok.

Pada sistem Push, keputusan-keputusan pengiriman ditentukan pada eselon yang lebih tinggi. Informasi yang berkaitan dengan permintaan dan tingkat persediaan pada eselon yang lebih rendah harus seringkali dikirim ke eselon yang lebih tinggi. Ini berarti bahwa keputusan pengiriman eselon yang lebih rendah dibuat pada eselon yang lebih rendah. Lebih dari itu, pada sistem Push ini harus dilakukan peramalan pada eselon yang lebih tinggi sehinggga kuantitas dan waktu pengiriman bisa direncanakan pada suatu periode perencanaan tertentu.

Sistem Push ini layak digunakan bila transmisi dan pemrosesan data dalam volume yang besar bisa dilakukan dengan relatif mudah. Perusahaan-perusahaan yang memiliki


(27)

ratusan pusat distribusi harus mengendalikan sistem distribusinya dengan telekomunikasi dan sistem komputer.

Salah satu keunggulan sistem Push adalah pengurangan persediaan pada gudang pusat karena MPS dan pengiriman bisa diselaraskan. Jumlah yang direncanakan dikirim akan segera dikirim begitu proses produksinya selesai. Sistem Push hanya akan memberikan keunggulan apabila perusahaan bisa membuat produk berdasarkan ramalan permintaan yang akurat. Perusahaan yang tidak bisa membuat ramalan permintaan yang akurat dan rasional tidak akan bisa berharap lebih banyak untuk memperoleh kelebihan dari sistem Push dibandingkan dengan sistem Pull. (Nasution, Arman Hakim, 2006, hal 466-468)

2.2 Distribusi Persediaan

Persediaan merupakan semua barang dan bahan yang dipakai dalam proses produksi dan distribusi perusahaan. Jadi distribusi persediaan adalah suatu aktifitas perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian proses produksi dan distribusi perusahaan dari produsen hingga sampai ke konsumen untuk memperoleh suatu keuntungan.

Distribusi sangatlah penting, sebab pada umumnya pemasok pabrikan, dan pelanggan yang potensial tersebar luas secara geografis dengan meluasnya pasar, tentunya akan diikuti dengan peningkatan volume produksi, maka biaya pembelian atau biaya produksi akan berkurang, sehingga akan meningkatkan keuntungan perusahaan untuk mendukung hal tersebut dibutuhkan sistem distribusi yang baik. Beberapa faktor yang mempengaruhi distribusi adalah saluran distribusi, jenis pasar yang akan dilayani, karakteristik produk, jenis transportasi yang digunakan.


(28)

Distribusi persediaan adalah suatu aktifitas perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian proses produksi dan distribusi perusahaan dari produsen hingga sampai ke konsumen untuk memperoleh suatu keuntungan.

Distribusi persediaan sangatlah penting, sebab pada umumnya pemasok pabrikan, dan pelanggan yang potensial tersebar luas secara geografis dengan meluasnya pasar, tentunya akan diikuti dengan peningkatan volume produksi, maka biaya pembelian atau biaya produksi akan berkurang, sehingga akan meningkatkan keuntungan perusahaan untuk mendukung hal tersebut dibutuhkan sistem distribusi yang baik.

2.2.1 Penyebab dan Fungsi Persediaan

Persediaan merupakan suatu hal yang tak terhindarkan. Penyebab timbulnya persediaan adalah sebagai berikut (Baroto,Teguh. Hal 52):

1. Mekanisme pemenuhan atas permintaan. 2. Keinginan untuk meredam ketidakpastian.

3. Keinginan melakukan spekulasi yang bertujuan mendapatkan keuntungan besar dari kenaikan harga di masa mendatang.

Beberapa fungsi persediaan adalah sebagai berikut : 1. Fungsi independensi

2. Fungsi ekonomis 3. Fungsi antisipasi 4. Fungsi fleksibilitas

Persediaan mempunyai beberapa fungsi dalam memenuhi kebutuhan, diantaranya adalah sebagai berikut (Sofyan Assauri, 1993, hal. 219) :


(29)

1. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya barang atau bahan-bahan yang dibutuhkan perusahaan.

2. Menghilangkan resiko dari material yang dipesan tidak baik sehingga harus dikembalikan.

3. Untuk menumpuk bahan-bahan yang dihasilkan secara musiman sehingga dapat digunakan bila bahan itu tidak ada dalam pasaran.

4. Mempertahankan stabilitas operasi perusahaan atau menjamin kelancaran arus produksi.

5. Mencapai penggunaan mesin yang optimal.

6. Memberikan pelayanan (service) kepada langganan dengan sebaik-baiknya, dimana keinginan langanan pada suatu waktu dapat dipenuhi atau memberikan jaminan tetap tersedianya barang jadi tersebut.

7. Membuat pengadaan atau produksi tidak perlu sesuai dengan penggunaan atau penjualannya.

2.2.2 Jenis Persediaan

Persediaan dapat dibedakan dalam lima jenis, yaitu:

a. Persediaan bahan baku (raw materials stock) yaitu persediaan dari barang-barang yang digunakan dalam proses produksi, dimana barang tersebut diperoleh dari sumber-sumber alam atau dibeli dari supplier yang menghasilkan bahan baku bagi perusahaan yang menggunakannya.


(30)

b. Persediaan barang setengah jadi atau barang dalam proses (work in process) yaitu persediaan barang-barang yang keluar dari tiap proses yang kemudian diproses kembali menjadi barang jadi.

c. Persediaan barang-barang pembantu atau perlengkapan (supplier stock) yaitu persediaan barang-barang yang diperlukan dalam proses produksi untuk membantu menghasilkan produk tetapi tidak merupakan bagian komponen dari barang jadi.

d. Persediaan komponen produk (components stock) yaitu persediaan barang-barang yang terdiri dari komponen-komponen diterima dari perusahaan lain, yang dapat secara langsung di-assembling dengan komponen lain, tanpa melalui proses produksi sebelumnya

e. Persediaan barang jadi (finished good stock) yaitu persediaan barang-barang yang telah selesai diproses dan siap untuk dijual kepada pelanggan atau perusahaan lain.

2.2.3 Biaya-biaya Dalam Sistem Persediaan

Tujuan dari adanya pengaturan persediaan adalah untuk menentukan bahan baku dan barang jadi pada jumlah yang tepat, waktu yang tepat, dan biaya rendah, untuk itu ada empat parameter yang perlu diperhatikan :

1. Biaya Pembelian (purchasing cost)

Biaya pembelian adalah biaya yang keluarkan untuk membeli barang. Besarnya biaya pembelian ini tergantung pada jumlah barang yang dibeli dan harga satuan.

Biaya pembelian manjadi faktor penting ketika harga yang tergantung pada ukuran pembelian. Situasi ini akan diistilahkan sebagai quantity discount atau price break, dimana harga barang perunit akan turun bila jumlah barang yang dibeli meningkat.


(31)

Dalam kebanyakan teori persediaan, komponen biaya pembelian ini tidak dimasukkan kedalam total biaya sistem persediaan karena diasumsikan bahwa harga barang per unit tidak dipengaruhi oleh jumlah barang yang dibeli sehingga komponen biaya pembelian untuk periode waktu tertentu (misalnya 1tahun) konstan akan hal ini tidak akan mempengaruhi jawaban optimal tentang berapa banyak barang yang harus disimpan. 2. Biaya Pengadaan (procurement cost)

Biaya pengadaan dibedakan atas dua jenis sesuai asal usul barang, yaitu biaya pemesanan (Ordering Cost) bila barang yang diperlukan diperlukan diperoleh dari pihak luar (Supplier) dan biaya pembuatan (Setup Cost) bila barang diperoleh dengan memproduksi sendiri.

3. Biaya Pemesanan (ordering cost)

Biaya pemesanan adalah semua pengeluaran yang timbul untuk mendatangkan barang dari luar. Biaya ini meliputi biaya menentukan pemasok (Supplier), pengetikan pesanan, pengiriman pesanan, biaya pengangkutan, biaya pengiriman dan seterusnya. Biaya ini di asumsikan konstan untuk setiap kali pesan.

4. Biaya Penyimpanan (holding cost/carrying cost)

Biaya penyimpanan yaitu semua pengeluaran yang timbul akibat menyimpan barang atau biaya yang diperlukan untuk mengadakan dan memelihara persediaan.

2.2.4 Ukuran Lot Dan Persediaan Pengaman

Ukuran lot adalah jumlah minimum pesanan, yang didasarkan atas ketentuan pemasok. Hal ini hanya sebagian yang benar karena sebetulnya ukuran lot ditentukan oleh


(32)

beberapa faktor yaitu : (Indrajit, Eko & Djokopranoto, Richardus, (2003), Grasindo- Jakarta. hal 246)

1. Ketentuan pemasok

2. Perhitungan ekonomis (EOQ) 3. Frekuensi pengiriman

4. Ukuran kontainer pengiriman

5. Total ukuran berat (tonase) atau volume (m3)

Dalam hal persediaan pengaman, perlu diperhatikan bahwa pengadaan persediaan pengaman ini berbeda antara sistem distribusi satu tingkat atau tunggal dengan sistem distribusi multitingkat. Dalam distribusi multitingkat, harus dihindari adanya duplikasi penimbunan persediaan pengaman.

Teknik- teknik penentuan ukuran lot diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Economic Order Quantity ( EOQ ).

2. Lot for Lot ( LFL ).

3. Fixed Order Interval ( FOI) 4. Period Order Quantity ( POQ ). 5. Least Uni Cost.

6. Least Total Cost. 7. Part Period Balancing. 8. Wagner Within Algoritma. 9. Fixed Period Requirement.


(33)

Ukuran lot tidak didasarkan pada minimasi biaya pemesanan dan biaya penyimpanan, bila biaya penyimpanan tidak didefinisikan baik secara marginal maupun incremental.

Bahwa untuk menetapkan biaya kehabisan persediaan adalah sangat sulit, kalau tidak dapat dikatakan hampir tidak mungkin. Misalnya dalam suatu perusahaan manufaktur didapatkan situasi seperti berikut ini. Karena sering kali harga komponen suku cadang tidak dijual secara individual, maka nilai nyata dalam proses produksi sulit ditentukan. Apabila karena terjadi kehabisan persediaan, lalu hal ini menyebabkan timbulnya kendala atau berhentinya suatu proses produksi, maka nilai kerugiannya juga sangat sulit dihitung. Di samping itu tidak realistis bila, biaya karena kehabisan persediaan sebanyak dua buah suku cadang tertentu sama dengan dua kali biaya karena kehabisan persediaan sebanyak dua buah suku cadang tertentu sama dengan dua kali biaya karena kehabisan persediaan sebuah suku cadang bukan merupakan suatu konstanta. Oleh karena itu ada pendekatan yang dapat dilakukan, yaitu dengan menggunakan konsep tinghkat layanan (service level).

Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut. Apabila suatu perusahaan menetapkan layanan sebesar 95%, berarti perusahaan tersebut bersedia menanggung kemungkinan kehabisan persediaan sebesar 5%, dan seterusnya. Untuk itu, berapa jumlah persediaan pengaman yang diperlukan? Untuk menghitungnya diperlukan data mengenai :

1. Berapa tingkat layanan yang dikehendaki ?

2. Berapa pemakaian rata-rata selama waktu pemesanan?

3. Berapa deviasi standar pemakain selama waktu pemesanan tersebut? 4. Berapa faktor pengaman untuk tiap-tiap tingkat layanan tersebut?


(34)

Titik Reorder Tingkat Service Level

L

DL3,09D 99,90%

L

DL2,58D 99,50%

L

DL2,33D 99%

L

DL1,96D 97,50%

L

DL1,64D 95%

L

DL1,28D 90%

L

DL1,04D 85%

L

DL0,85D 80%

L

DL0,67D 75%

(Richard J. Tersine. 3rd, Elsevler Science Publishing Co., Jnc., 2008. hal. 214)

Tabel di atas menunjukkan hubungan antara tingkat pelayanan dengan reorder point. Misal kita menggunakan tingkat pelayanan 95 %, maka untuk menghitung safety stock kita menggunakan rumus reorder point DL1,64D L, dan begitu seterusnya.

Perhitungan untuk mencari persediaan pengaman dapat dengan menggunakan deviasi standar, atau dapat langsung dengan menggunakan MAD. Perlu dicatat bahwa perhitungan persediaan pengaman dengan menggunakan rumus standar deviasi ada kekurangan, yaitu perhitungan standar deviasi menyangkut perhitungan perkalian, pangkat, akar, dan cukup rumit. Untuk lebih mempermudah dalam perhitungan dapat digunakan rumus MAD (mean absolute debviation). Formulasi MAD adalah :


(35)

Persediaan Pengaman = MAD X Faktor Pengaman Keterangan :

- MAD = pemakain barang selama waktu pemesan.

- Faktor Pengaman = faktor keaman yang dihitung untuk MAD, yang besarnya tergantung dari tingkat layanan.

Contoh perhitung berikut ini akan lebih menjelaskan penggunaan rumus tersebut. Berapa besarnya persediaan pengaman yang paling optimal apabila ditetapkan bahwa tingkat layanan yang dikehendaki adalah 95% dan diketahui bahwa jumlah pemakaian selama tiga puluh (30) kali waktu pemesanan, sebagai berikut :

26 5 20 13 18 13 13 7 19 19 9 22 33 10 5 18 9 9 10 3 18 10 10 7 13 13 17 17 17 17

satuan

MAD 5.2

30 156 30

) 14 17 ( .... ) 13 14 ( ) 14 26

(      

Sehingga, Deviasi Standar = 5.20 X 1.25 = 6.50 satuan Jadi, Persediaan Pengaman = 5.20 X 2.06 = 10.7 = 11 satua

2.2.5 Sistem Persediaan Demand Independent : Model Deterministik

Dalam sistem persediaan demand independent model deterministik terdiri dari sistem economic order quantity(EOQ)single item dan economic order quantity (EOQ) multi item.


(36)

Ukuran dari sebuah order yang meminimumkan total biaya persediaan dikenai sebagai Economic Order Quantity(EOQ). Model persediaan klasik dari EOQ dapat dilihat pada gambar 2.1., dimana Q adalah ukuran order.

Richard J. Tersine, 2004, 4 th, hal 93.

Gambar 2.4. Model Persediaan Klasik Dimana :

Q = Ukuran lot

Q/2 = Rata - rata persediaan B = Titik order kembali ac = ce = Interval antar order ab = cd = ef = lead time

Model persedian yang paling sederhana ini memakai asumsi-asumsi sebagai berikut:

1. Hanya satu item produk yang diperhitungkan. 2. Kebutuhan (permintaan) setiap periode diketahui. 3. Produk yang dipesan diasumsikan dapat segera tersedia. 4. LeadTime bersifat konstan.


(37)

5. Setiap pesanan diterima dalam sekali pengiriman dan langsung dapat digunakan.

6. Tidak ada pesanan ulang (back order) karena kehabisan persediaan (strorage).

7. Tidak ada quantity discount.

Dengan tidak mengijinkan stock out, total biaya persediaan digambarkan pada Gambar 2.2. dan formulasinya adalah:

n Penyimpana B Pemesahan B Pembelian B Annual Biaya

Total   

 

2 HQ Q CR RP Q

TC   

Dimana:

R = Permintaaan tahunan dalam unit P = Biaya pembelian dari sebuah item C = Biaya pemesanan tiap kali pesan H - PF = Biaya penyimpanan per unit per tahun Q = Ukuran lot atau besarnya order dalam unit F = Fraksi biaya penyimpanan

Untuk mendapatkan ukuran lot dengan biaya minimum (EOQ), diturunkan total biaya annual terhadap ukuran lot (Q) dan semakin mendekati hasil nol.

0 Q CR 2 H dQ dTC 2   

Sehingga didapat formulasi EOQ

PF 2CR H

2CR


(38)

Setelah EOQ diketahui, dapat ditentukan ekspektasi jumlah order m :

2C HR *

Q R m 

Rata-rata tenggang waktu antar order T, formulasinya :

HR 2C m

* Q m

1

T  

Titik pemesanan kembali (reorder point) didapatkan dengan menentukan demand yang akan terjadi selama priode Lead Time. Jika Lead Time L dinyatakan dalam bulan, formulasi titik order :

12 RL B

Jika Lead Time dinyatakan dalam minggu, formulasinya :

52 RL B

Total biaya minimum didapatkan dengan mensubsitusikan nilai Qo pada Q dalam pemesanan total biaya mannual :

 

Q* PR HQ*

TC  

Richard J. Tersine, 2004, 4 th, Prentice hal 94.


(39)

2.2.5.2Economic Order Quantity (EOQ) Multi Item

Model ini merupakan model EOQ untuk pembelian bersama (Joint Purchase) beberapa jenis item, dimana asumsi-asumsi yang dapat dipakai adalah :

a. Tingkat permintaan untuk setiap jenis item bersifat konstan dan diketahui dengan pasti, lead time juga diketahui dengan pasti. Oleh karena itu, tidak ada stock out maupun biaya stock out.

b. Lead timenya sama untuk semua item, dimana semua item yang dipesan akan datang pada satu titik waktu yang sama untuk setiap siklus.

c. Holding cost, harga per-unit (unit cost) dan ordering untuk setiap item diketahui.

Penentuan rumus EOQ untuk kasus joint purchase diperoleh dengan menderivasi biaya total persediaan yang, terdiri dari total ordering cost dan total holding cost selama periode tertentu, dimana :

 

Rpi

Q D ki K

Cost Ordering Total

Dimana :

K = Biaya pemesanan yang tidak tergantung jumlah item

Ki = Biaya pemesanan tambahan karena adanya penambahan item-i kedalam pesanan

d1 = Biaya selama periode tertentu untuk item-i

D = Biaya yang diperlukan selama periode tertentu untuk semua itu

QRpi = EOQ untuk ukuran lot terpadu dalam "nilai" rupiah


(40)

Q*Rp = EOQ optimal untuk ukuran lot terpadu dalam "nilai" rupiah Total holdingcost dapat diformulasikan :

QRpi

2 h Cost Holding Total Sehingga :

   Rpi RPi Q 2 h Q D ki K TC

Nilai EOQ optimal dapat dirumuskan :

h ki K Rpi *

Q  

EOQ untuk masing-masing item dalam unit dirumuskan:

i i C Rp * Q Q

Frekuensi pemesanan yang terjadi setiap periode dirumuskan:

D Rp * Q f 1 * T  

Sumber : (Nasution, A. H., 2004, Hal 235-236)

2.3 Peramalan

Peramalan adalah proses untuk memperkirakan berapa kebutuhan di masa datang yang meliputi kebutuhan dalam ukuran kuantitas, kualitas, waktu, dan lokasi yang dibutuhkan dalam rangka memenuhi permintaan barang ataupun jasa. Peramalan tidak terlalu dibutuhkan dalam kondisi permintaan pasar yang stabil, karena perubahan permintaan relatif kecil. Dalam kondisi pasar bebas, permintaan pasar lebih bersifat kompleks dan dinamis karena permintaan tersebut tergantung dari keadaan sosial, ekonomi,


(41)

politik, aspek teknologi, produk pesaing, dan produk subtitusi. Oleh karena itu peramalan yang akurat merupakan informasi yang sangat dibutuhkan dalam pengambilan keputusan manajemen. (Nasution, A. H., 2004, Hal 29).

Peramalan memerlukan berbagai kegiatan untuk mengenali dan memantau berbagai sumber permintaan akan produk dan jasa, yang meliputi peramalan, mencatat pesanan, membuat janji penyerahan, menentukan kebutuhan unit-unit operasional untuk mengkordinasikan seluruh kegiatan secara terpadu. Sasaran peramalan dapat dikategorikan berdasarkan jangka waktunya ke dalam sasaran jangka panjang, jangka menengah, jangka pendek, dan segera. Cakupan sasaran peramalan untuk setiap departemen sebagaimana terlihat pada tabel 2-1. (Baroto,T.,2003,Hal 22).

Tabel 2-4 Segera (kurang dari

1 bulan) Jangka pendek (1-2 bulan) Jangka menengah (3bln-1th) Jangka panjang (2 tahun) Marketing: Penjualan setiap jenis produk, penjualan oleh pelanggan, kompetitor, harga, dan level inventory

Total pejualan kategori produk kelompok produk, harga. Total penjualan kategiri produk, kelompok produk, harga, kondisi ekonomi secara umum Total penjualan, kategori produk, kelompok produk,harga, titik kematangan dari prouk yang ada, preferensi pelanggan Produksi: Permintaan masing-masing produk, Total permintaan dari kategori Biaya alokasi anggaran, b eli atau

Biaya, investasi fasilitas, ekspansi


(42)

pembebanan pabrik produk dan kelompok produk, penjadwalan, tingkat tenaga kerja, biaya

pesan peralatan dan pemesinan, tingkat tenaga kerja.

pabrik dan peralatan, permintaan fasilitas produk yang baru, teknologi baru Inventory: Permintaan masing-masing produk, permintaan untuk material, demand untuk barang setengah jadi, cuaca

Permintaan untuk material, demand untuk barang setengah jadi, demand untuk produk jadi Kemungkinan pemasok baru atau fasilitas transportasi Total penjualan ekspansi gudang. Keuangan dan akuntansi: Penerimaan penjualan, biaya produksi, biaya inventory, kas masuk dan kas keluar. Total demand, level persediaan, aliran kas, pembelian jangka pendek, harga Alokasi anggaran, aliran kas. Total penjualan, pemilihan investasi, modal, alokasi sumber daya, program untuk modal, aliran kas Pembelian: Produksi, ketersediaan dana, pembelian dari pemasok Demand untuk produk, demand material, lead time pembelian Demand produk, demand raw material dan material yang lain

Subkontrak atau membeli raw material, preferensi konsumen

R & D:

Pengenalan produk baru seleksi R&D

Total penjualan, teknologi, sosial, politik dan kondisi ekonomi yad. Pengembangan produk baru Top management: Total penjualan penetapan harga Demand penjualan, biaya yang dikeluarkan, posisi kas, kondisi ekonomi secara umum, pengendalian Total penjualan, biaya, sosial dan trend ekonomi, goal, tujuan dan strategi, produk baru, kebijakan harga.


(43)

tujuan Unit ekonomi:

Levvel aktivitas ekonomi

Kondisi ekonomi umum, titik balik dalam ekonomi, tingkat kegiatan ekonomi.

State dan tipe ekonomi, tingkat aktivitasnekonomi, penjualan di industri.

2.3.1 Peran Teknik Peramalan

Komitmen tentang peramalan telah tumbuh karena beberapa faktor :

Pertama, adalah karena meningkatnya kompleksitas organisasi dan lingkungannya hal ini akan menjadikan semakin sulit bagi pengambil keputusan untuk mempertimbangkan semua faktor secara memuaskan.

Kedua, dengan meningkatkan ukuran organisasi, maka bobot dan kepentingan suatu keputusan telah meningkat pula, lebih banyak keputusan yang memerlukan telaah peramalan khusus dan analisis yang lengkap.

Ketiga, lingkungan dari kebanyakan organisasi telah berubah dengan cepat sehingga keterkaitan yang harus dimengerti oleh organisasi berubah-rubah dan pengamalan memungkinkan bagi organisasi untuk mempelajari keterkaitan yang baru secara lebih cepat.

Keempat, pengambilan keputusan telah semakin sistematis yang melibatkan justifikasi tindakan secara gambling (eksplisit).

2.3.2 Model-model Peramalan

Terdapat dua jenis model peramalan yang utama, yaitu: model deret berkala (time series) dan model regresi (kausal). Pada jenis pertama, pendugaan masa depan dilakukan


(44)

berdasarkan nilai masa lalu dari suatu variabel atau kesalahan masa lalu. Tujuan metode peramalan deret berkala seperti itu adalah dengan menemukan pola dalam deret historis dan mengekstrapolasikan pola tersebut ke masa depan.

Model kausal di pihak lain mengasumsikan bahwa faktor yang diramalkan menunjukkan suatu hubungan sebab-akibat dengan satu atau lebih variabel bebas. Langkah penting dalam memilih suatu metode deret berkala (time series) yang tepat adalah dengan mempertimbangkan jenis pola data, sehingga metode yang paling tepat dengan pola tersebut dapat diuji. Pola data dapat dibedakan menjadi empat jenis (Spyros M, Steven C, Victor E,2004, hal. 10 ) :

1. Pola Horizontal (H)

Terjadi bilamana nilai data berfluktuasi di sekitar nilai rata-rata yang konstan. Deret seperti itu adalah “stasioner” terhadap nilai rata-ratanya. Suatu produk yang penjualannya tidak meningkat atau menurun selama waktu tertentu termasuk kedalam jenis ini.

(Spyros M, Steven C, Victor E,2003, hal. 10 ) waktu Y


(45)

waktu Y

Gambar 2.5. Pola Data Horizontal

Pola Musiman (S)

Terjadi bilamana suatu deret dipengaruhi oleh faktor musiman (misalnya kuartal tahun tertentu, bulanan, atau hari-hari pada minggu tertentu)..

(Spyros M, Steven C, Victor E,2003, hal. 10 ) Gambar 2.6. Pola Data Musiman Kuartalan

2. Pola Siklis (C)

Terjadi bilamana datanya dipengaruhi oleh fluktuasi ekonomi jangka panjang seperti yang berhubungan dengan siklus bisnis. Penjualan produk seperti mobil, baja, dan peralatan utama lainnya menunjukkan jenis pola ini.

S S F W S S F W S S F W

1979 1980 1981


(46)

1972 73 74 75 76 77 78 79 80 81 waktu

Y

(Spyros M, Steven C, Victor E,2003, hal. 10 )

Gambar 2.7. Pola Data Siklus 3. Pola trend (T)

Terjadi bilamana terdapat kenaikan atau penurunan sekuler jangka panjang dalam data. Penjualan banyak perusahaan, produk bruto nasional (GNP) dan berbagai indikator bisnis atau ekonomi lainnya mengikuti suatu pola trend selama perubahannya sepanjang waktu.

(Spyros M, Steven C, Victor E,2003, hal. 10 ) Gambar 2.8. Pola Data Trend 2.3.3 Peramalan Permintaan

Sasaran akhir dari keseluruhan aktivitas peramalan adalah perkiraan mengenai kebutuhan modal. Dengan mengetahui kebutuhan modal pada semua aktivitas produksi, maka kebijakan harga dan keuntunagn akan lebih mudah untuk dibuat. (Baroto,T.,2004,Hal 22).

Perancanaan kapasitas


(47)

Gambar 2-9

Proses Perkiraan Kebutuhan Modal dari Peramalan 2.3.4 Prinsip-Prinsip Dalam Menggunakan Peramalan Permintaan

Pengelolaan dan strategi logistik dapat dilakukan secara efektif apabila dilandasi oleh beberapa prinsip penggunaan peramalan. Prinsip-prinsip ini secara singkat dapat dijelaskan sebagai berikut. Sebelum hal tersebut di bicarakan lebih lanjut, perlu disadari bahwa yang sedang dibicarakan adalah mengenai suatu peramalan, bukan suatu kepastian.


(48)

Oleh karena itu, perlu di ingat hukum pertama dan utama dari peramalan, yaitu peramalan dijamin mleset, atas dasar hukum inilah prinsip-prinsip peramalan di letakkan. (Indrajit, Eko & Djokopranoto, Richardus, (2003), Grasindo- Jakarta. hal 364-365)

1. Peramalan yang baik pun masih memungkinkan kesalahan yang signifikan. 2. Peramalan memerlukan monitor dan perhitungan perkiraan kesalahan.

3. Ketidakpastian, yang mungkin besar, harus selalu diantisipasi dan diperhitungkan. 4. Semua sistem peramalan selalu didasari oleh model yang bersifat implisit atau eksplisit. 5. Peramalan sering kali juga didasarkan atas peramalan agregat yang perlu dipecah-pecah

menjadi komponen produk, letak geografis, atau komponen-komponen lain.

2.3.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan

Permintaan akan suatu produk pada suatu perusahaan merupakan resultan dari berbagai faktor yang paling berinteraksi dalam pasar. Faktor=faktor ini hampir selalu merupakan kekuatan yang berada diluar kendali perusahaan. Berbagai faktor tersebut antara lain:

Siklus bisnis. Penjualan produk akan dipengaruhi oleh permintaan akan produk tersebut, dan permintaan suatu produk akan dipengaruhi oleh kondisi ekonomi yang membentuk siklus bisnis dengan fase-fasse inflasi, resesi, depresi, dan masa pemulihan.

Siklus hidup produk. Siklus hidup produk biasanya mengikuti suatu pola yang biasa disebut kurva s. Kurva s menggambarkan besarnya permintaan terhadap waktu, dimana siklus hidup suatu produk akan dibagi menjadi faase pengenalan,


(49)

fase pertumbuhan, fase kematangan dan akhirnya fase penurunan. Unruk menjaga kelangsungan usaha, maka perlu dilakukan inovasi produk padddaa saat yang tepat.

 Faktor-faktor lain. Beberapa faktor lain yang mempengaruhi permintaan adalah reaksi balik dari pesaing, perilaku konsumen yang berubah, dan usaha-usaha yang dilakukan sendiri oleh perusaha-usahaan seperti meningkatkan kualitas, pelayanan, anggaran periklanan, dan kebijaksanaan pembayaran secara kredit.

Rencana siklus hidup Pelanggaran proyek

variasi acak mutu & harga

pesaing

siklus bisnis

sikap & kepercayaan

INPUTS pelanggan OUTPUTS

MUTU Iklan

Hasil

Penjualan kebijaksanaan usaha kredit perusahaan Citra desain barang &

Pelayanan pelayanan

Gambar 2.10 beberapa faktor yang mempengaruhi permintaan (Nasution, A. H., 2004,hal 31-32)

2.3.6 Metode Peramalan

Metode peramalan merupakan suatu metode atau teori pendekatan kemungkinan akan terjadinya suatu kejadian di masa yang akan datang dengan menganalisa keadaan di waktu-waktu yang lalu. Penyusunan peramalan yang berdasarkan pada data historis yang ada seringkali menggunakan trend untuk melaksanakan perhitungan peramalan penjualan

a. Model Peramalan Kualitatif

Permintaan


(50)

Peramalan kualitatif umumnya bersifat subyektif, dipengaruhi oleh intuisi, emosi, pendidikan dan pengalaman seseorang. Oleh karena itu, hasil peramalan dari satu orang dengan orang yang lain dapat berbeda. Meskipun demikian, peramalan dengan model kualitatif tidak berarti hanya menggunakan intuisi, tetapi seringkali mengikutsertakan model-model statistik sebagai bahan masukan dalam judgement (pendapat, keputusan) dan dapat dilakukan secara perseorangan maupun kelompok.

Dalam peramalan secara kualitatif ada 4 metode yang umum dipakai : 1. Juri Opini Eksekutif

2. Metode Delphi

3. Gabungan Tenaga Penjualan 4. Survey Pasar

c. Model Peramalan Kuantitatif

Peramalan Kuantitatif dapat diterapkan bila terdapat tiga kondisi berikut : (Spyros M, Steven C, Victor E,1995, hal. 8)

a. Tersedia informasi tentang masa lalu.

b. Informasi tersebut dapat dikuantitatifkan dalam bentuk data numerik.

c. Dapat diasumsikan bahwa beberapa aspek pola masa lalu akan terus berlanjut di masa mendatang.

Model kuantitatif dapat dipergunakan dalam prakiraan, pada dasarnya dapat dikelompokkan dalam dua jenis, yaitu metode deret berkala (time series) dan metode regresi atau kausal (Spyros M, Steven C, Victor E, 1995, hal. 9) :


(51)

Merupakan metode dimana pendugaan masa depan dilakukan berdasarkan nilai masa lalu dari suatu variabel atau kesalahan masa lalu. Tujuan metode peramalan deret berkala seperti itu adalah dengan menemukan pola dalam deret historis dan mengekstrapolasikan pola tersebut ke masa depan. Langkah penting dalam memilih suatu metode time series yang tepat adalah dengan mempertimbangkan jenis pola data, sehingga metode yang paling tepat dengan pola tersebut dapat diuji.

2. Metode Kausal

Dengan mengasumsikan bahwa faktor yang diperkirakan/diramalkan menunjukkan adanya hubungan sebab-akibat dengan satu atau lebih variabel bebas. Maksud dari model kausal adalah menemukan bentuk hubungan tersebut dan menggunakannya untuk meramalkan nilai mendatang dari variabel tidak bebas.

d. Metode Double Moving Average (Moving Average With Trend)

Untuk mengurangi kesalahan sistematis yang terjadi bila rata-rata bergerak dipakai pada berkecenderungan, maka dikembangkan metode rata-rata bergerak linier (linier moving averages). Dasar metode ini adalah menghitung rata-rata bergerak yang kedua. Rata-rata bergerak ganda ini merupakan rata -rata bergerak dari rata-rata bergerak, dan menurut simbol dituliskan sebagai MA (MxN) dimana artinya adalah MA M-periode dari MA N-periode.

Jadi prosedur peramalan rata-rata bergerak linier meliputi tiga aspek, yaitu: 1. Penggunaan rata-rata bergerak tunggal pada waktu t (ditulis S’t).

2. Penyesuaian yang merupakan perbedaan antara rata-rata bergerak tunggal dan ganda pada waktu t (dituiis S’t – S”t).


(52)

ke periode t+m jika kita ingin meramalkan m periode ke muka)

Penyesuaian ke 2 paling efektif bila trend bersifat linier dan komponen kesalahan randomnya tidak begitu kuat. Penyesuaian ini efektif karena adanya kenyataan bahwa MA tunggal tertinggal (lags) di belakang deret data yang menunjukkan trend.

Secara umum pembahasan tersebut dapat diformulasikan sebagai berikut :

N X ... X X X '

S t t 1 t 2 t N 1 t        

 ... (1)

N S ... S S S "

S t t 1 t 2 t N 1 t        

 ... (2)

t t

t t

t

t S' S' S" 2S' S"

a      ... (3)

t t

t S' S" 1

N 2

b

 ... (4) m

. b a

Ftmtt ... (5) (Spyros M, Steven C, Victor E,1995, hal. 8)

Dimana :

- Persamaan (1) mempunyai asumsi bahwa saat ini kita berada pada periode waktu t dan mempunyai nilai masa lalu sebanyak N.MA (N) tunggal dituliskan dengan S't. - Persamaan (2) menganggap bahwa semua rata-rata bergerak tunggal (S') telah

dihitung. Dengan persamaan ini pula kita menghitung rata-rata bergerak N-periode dari nilai-nilai S' tersebut. Rata-rata bergerak ganda dituliskan sebagai (S").

- Persamaan (3) mengacu pada penyesuaian Moving Average tunggal (S',), dengan perbedaan (S',- S").


(53)

periode waktu berikutnya.

- Persamaan (5) menunjukkan bagaimana memperoleh ramalan untuk m periode ke depan dari t.

e. Metode Pemulusan (Smoothing) Eksponensial Ganda : Metode Dua Parameter dari Holt.

Metode pemulusan eksponensial Ganda dari Holt tidak menggunakan rumus pemulusan berganda secara langsung, tetapi memuluskan nilai trend dengan parameter yang berbeda-beda dari parameter yang digunakan pada deret asli. Parameter pemulusan ekponensial ganda didapat dengan menggunakan 2 konstanta pemulusan (dengan nilai diantara 0 dan 1) dan 3 persamaan :



t 1 t 1

t

t X 1 S b

S   

t t 1

 

t 1

t S S 1 b

b     m

. b S m

Ft   tt

(Spyros M, Steven C, Victor E,1995, hal. 8)

Persamaan pertama menyesuaikan St secara langsung untuk trend periode

sebelumnya, yaitu bt - 1 dengan menambahkan nilai pemulusan terakhir, yaitu St - 1.

Persamaan kedua meremajakan trend, yang ditujukan sebagai perbedaan antara 2 nilai pemulusan terakhir, karena mungkin masih terdapat sedikit kerendoman, maka hal ini dihilangkan oleh pemulusan dengan δ (gamma)trend pada periode terakhir (St - St - 1), dan

menambahkan dengan. taksiran trend sebelumnya dikalikan dengan (1 - δ). Persamaan ketiga digunakan untuk ramalan kemuka. Trend bt dikalikan dengan jumlah periode ke muka yang diramalkan m dan ditambahkan pada nilai dasar St.


(54)

plot di tersebut data setelah ) ball eye ( mata bola ) slope ( kemiringan taksiran B 2 X X X X B X S 1 1 1 1      

f. Metode Pemulusan (Smoothing) Eksponensial Tunggal

Kasus yang paling sederhana dari pemulusan (smoothing) eksponensial tunggal dapat dikembangkan dari persamaan (1) atau secara lebih khusus dari suatu variasi pada persamaan tersebut yaitu sebagai berikut:

          N X N X F

Ft 1 t t t N ... (1)

Misalkan observasi yang lama XtN tidak tersedia sehingga tempatnya digantikan dengan suatu nilai pendekatan (aproksimasi). Salah satu pengganti yang mungkin adalah nilai ramalan periode sebelumnya Ft. Dengan melakukan substitusi ini persamaan (1) menjadi persamaan (2) dan dapat ditulis kembali sebagai persamaan (3).

         N F N X F

Ft 1 t t t ... (2)

Substitusi persainaan (1) ke persamaan (2)

t t 1 t F N 1 1 X N 1 F               

 ... (3)

Dari persamaan (3) dapat dilihat bahwa ramalan ini

Ft1

didasarkan atas pembobotan observasi yang terakhir dengan suatu nilai bobot

1 N

dan pembobotan ramalan yang terakhir sebelumnya

 

Ft dengan suatu bobot

1

1 N

. Karena N merupakan suatu bilangan positif,

1 N

akan menjadi suatu konstanta antara nol (jika N


(55)

tak terhingga) dan 1 (jika N = 1). Dengan mengganti

1 N

dengan a, persamaan (3) menjadi:

t

t 1

t X 1 F

F    ... (4)

Persamaan ini merupakan bentuk umum yang digunakan dalam menghitung ramalan dengan metode pemulusan eksponensial.

Cara lain untuk menuliskan persamaan (4) adalah dengan susunan sebagai berikut:

t t

t 1

t F X F

F    ... (5) Secara sederhana:

 

t

t 1

t F e

F   ... (6)

Dimana et adalah kesalahan ramalan (nilai sebenamya dikurangi ramalan) untuk periode t dari 2 bentuk Ft1 ini dapat dilihat bahwa ramalan yang dihasilkan dari SES secara sederhana merupakan ramalan yang lalu ditambah suatu bentuk penyelesaian untuk kesalahan yang terjadi pada ramalan terakhir. Dalam bentuk ini terbukti jika  mempunyai nilai mendekati 1, maka ramalan yang baru akan mencakup penyesuaian kesalahan yang besar pada ramalan sebelumnya. (Spyros, Makridakis, 2005,. Edisi Kedua. Erlangga, Jakarta, Hal 79)

2.3.7Pengujian Peramalan

Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan metode MRC (Moving Range Chart). Tujuannya adalah untuk memeriksa peramalan-peramalan yang telah dilakukan, apakah data hasil peramalan sudah dalam kondisi yang terkecil atau belum. Langkah-langkah dalam pembuatan MRC adalah sebagai berikut : (John E. Biegel ; 1992).


(56)

1. Menghitung rentang bergerak (Moving Range)               

  t1

^ 1 t t ^

t Y Y Y

Y MR

Dimana :

Yt = data aktual tahun tertentu

Y = data hasil peramalan tahun tertentu 2. Menghitung rata-rata rentang bergerak

1 n MR MR

3. Menghitung batas-batas kontrol Batas Atas (BA) = 2,66.MR Batas Bawah (BB) = 2,66.MR

4. Menghitung titik-titik simpangan    

  t

^ t Y

Y ke dalam peta kendali (gambar 2.11.)

(John E. Biegel ; 1992).

Fungsi peramalan yang terpilih dapat dipergunakan, apabila semua titik berada dalam batas kontrol. Tetapi bila mendapatkan suatu titik tak terkendali (out of control) sewaktu memeriksa peramalan, maka kita akan mencari peramalan yang baru. Hal ini membuktikan bahwa metode peramalan tersebut tidak cocok untuk digunakan.


(57)

Gambar 2. 5. Bagan Peta Kendali Kondisi Out Of Control, yaitu :

1. Jika ada titik (Y,-Yt) yang berada diluar batas control (>BA atau <BB) 2. Aturan tiga titik

Dari tiga buah titik yang berurutan, apakah dua titik atau lebih terdapat dalam salah satu daerah A.

3. Aturan lima titik

Dari lima buah titik yang berurutan, apakah empat titik atau lebih terdapat dalam satu daerah B.

4. Aturan delapan titik

Dari delapan titik yang berurutan berada pada salah satu sisi dari garis tengah (daerah C).

2.3.8 Reorder Point System (ROP)

Dalam sistem ROP setiap pusat distribusi pada tingkat lebih rendah meramalkan permintaan untuk produk guna melayani pelangganya, kemudian memesan dari pusat distribusi pada tingkat lebih tinggi (main warehouse) apabila kuantitas dalam stock pada


(58)

pusat distribusi pada tingkat lebih rendah (branch warehouse) mencapai ROP. ROP dan stock pengaman ditentukan secara konvensional.

Sistem tarik dengan ROP menimbulkan Cascading effect, yaitu ; input ke setiap tingkat adalah output dari tingkat atau tahap sebelumnya, sehingga menyebabkan saling ketergantungan di antara tingkat-tingkat dalam sistem distribusi.

Pada dasarnya metode ROP merupakan suatu teknik pengisian kembali inventori apabila total stock on-hand plus on-order jatuh atau berada dibawah titik pemesanan kembali (reorder point = ROP). ROP merupakan metode inventori yang menempatkan suatu pesanan untuk lot tertentu apabila kuantitas on-hand berkurang sampai tingkat yang ditentukan terlebih dahulu yang dikenal sebagai titik pemesanan kembali (ROP). ROP dihitung berdasarkan formula :

ROP = DLT + SS

ROP = Titik Pemesanan Kembali (Reorder Point)

DLT = Permintaan Selama Waktu Tunggu (Demand During Lead Time) SS = Stock Pengaman (Safety Stock)

Terdapat 4 (empat) factor yang menentukan ROP, yaitu : 1. Tingkat permintaan.

2. Waktu tunggu.

3. Ketidakpastian dalam tingkat permintaan dan waktu tunggu pengisian kembali. 4. Kebijaksanaan manajemen berkaitan dengan tingkat pelayanan pelanggan yang

dapat diterima.


(59)

2.4. Penelitian Terdahulu

Berikut ini merupakan penelitian-penelitian sebelumnya yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini.

1. Donna Suci Istianingrum (2006). Perencanaan dan Penjadwalan Aktivitas Distribusi dengan Menggunakan Distribustion Requirement Planning (DRP) dan Clarke Wright di Perusahaan Genteng Super Jaya.

a) Permasalahan : Bagaimana melakukan perencanaan dan penjadwalan aktivitas distribusi sehingga dapat mengurangi total jarak perjalanan yang harus ditempuh.

b) Variabel : Jumlah permintaan (Demand), Persediaan produk jadi, Biaya penyimpanan, Biaya pemesanan, Biaya Produksi, Biaya Set-up, Data jumlah dan kapasitas masing-masing kendaraan,jarak dan waktu tempuh kendaraan.

c) Metode pemecahan masalah yang digunakan adalah DRP.

d) Hasil Penelitian : Didapatkan perencanaan dan penjadwalan aktivitas distribusi metode perusahaan, Total Costnya sebesar Rp. 129.273.602,96. sedangkan metode DRP, Total Costnya sebesar Rp. 102.138.142,99. terjadi penurunan sebesar 20,99%.

2. Achmad Agus (2007). Penjadwalan Distribusi Produk Wafer Stick dengan Menggunakan Distribustion Requirement Planning (DRP) di PT. Kurnia Wijaya Aneka Industri.


(60)

a) Permasalahan : Bagaimana pendistribusian produk wafer stick dengan menggunakan metode Distribustion Requirement Planning (DRP) di PT. Kurnia Wijaya Aneka Industri.

b) Variabel : Jumlah permintaan (Demand), Persediaan produk jadi, Biaya penyimpanan, Biaya pemesanan, Biaya Transportasi.

c) Metode pemecahan masalah yang digunakan adalah DRP.

d) Hasil Penelitian : Dengan menerapkan metode DRP, didapatkan penjadwalan yang optimal dengan hasil yang lebih baik di bandingkan dengan yang ada di perusahaan.

3. Anna Anggraini (2007). Perencanaan Distribusi Produk Dengan Metode Distribustion Requirement Planning (DRP) di PT. Tjakrindo Mas - Gresik

a) Permasalahan : Bagaimana membuat perencanaan distribusi produk agar permintaan semua distributor dapat terpenuhi dengan biaya seminimal mungkin.

b) Variabel : Jumlah permintaan (Demand), Persediaan produk jadi, Biaya penyimpanan, Biaya pemesanan, Biaya Transportasi.

c) Metode pemecahan masalah yang digunakan adalah DRP.

d) Hasil Penelitian : Didapatkan perencanaan dan penjadwalan aktivitas distribusi metode perusahaan, Total Costnya sebesar

Rp. 111.494.115,01. sedangkan metode DRP, Total Costnya sebesar Rp. 80.055.755,52. terjadi penurunan sebesar 28,20%.


(61)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di PT Kharisma Esa Ardi, yang beralamat di Margerejo Masjid 23-25 Surabaya. Penelitian tersebut dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan yang ada dalam perusahaan, penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2011 sampai dengan data yang diperlukan sudah mencukupi.

3.2 Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel

Dalam penyelesaian perm asalahan perencanaan dist ribusi produk furnit ure di PT. Kharism a Esa Ardi yang akan direncanakan disribusinya pada pulau j aw a m eliput i:

1. Warehouse Probolinggo 2. Warehouse Semarang 3. Warehouse Jakarta 4. Warehouse Bandung

Adapun produknya adalah sebagai berikut : 1. Kursi

2. Meja

I dent ifikasi variabel dilakukan dengan m engident ivikasikan variabel-variabel yang berpengaruh dengan perm asalahan dan berhubungan erat dengan bangunan kerangka pola perencanaan DRP. Variabel- variabel yang digunakan ant ara lain :


(62)

Yang dimaksud dengan variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel yang lain. Dalam hal ini adalah total biaya distribusi.

2. Variabel Bebas

Yang dimaksud dengan variabel bebas adalah variabel yang akan mempengaruhi variabel terikat. Dalam peneletian ini variabel–variabel tersebut adalah :

a. Data permintaan

Jumlah permintaan adalah jumlah permintaan yang diperoleh dari perusahaan untuk permintaan masing-masing Distributor. Data ini diperlukan untuk menghitung peramalan demand bulanan untuk tiap-tiap produk pada masing-masing-masing distributor.

b. Persediaan Produk Jadi

Persediaan produk jadi ini adalah jumlah produk yang ada di gudang, untuk menentukan projected on hand (merupakan besarnya item yang ada pada masing-masing periode)

c. Data lead time

Lead time untuk masing – masing produk adalah satu bulan. d. Biaya simpan

Biaya simpan per bulan untuk masing – masing produk. e. Biaya kirim

Biaya kirim produk untuk tiap – tiap warehouse.


(63)

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, data primer berupa hasil penelitian lapangan dan wawancara kepada pihak PT. Kharisma Esa Ardi mengenai penelitian, sedangkan data sekunder adalah hasil dokumentasi dengan cara mengutip dari catatan–catatan perusahaan, antara lain data historis permintaan, data persediaan produk, data lead time, data biaya simpan, dan biaya kirim.

3.4Metode Pengolahan Data

Bahwa dari hasil pengumpulan data dalam penelitian yang dilakukan didapat pengolahan data sebagai berikut :

1. Menghitung biaya distribusi perencanaan dan penjadwalan perusahaan

Pada bagian ini berisi perencanaan distribusi metode perusahaan pada bulan Januari 2009 – Desember 2010.

2. Menentukan lot pemesanan

Menentukan lot size yang sesuai dengan memperhatikan demand dari masing-masing warehouse.

3. Saluran distribusi produk

Pada bagian ini merencanakan dan menjadwalkan distribusi dengan metode DRP untuk mengetahui penjadwalan distribusi produk ke warehouse.


(64)

Struktur distribusi produk untuk masing-masing tipe adalah sama Gambar 3.1 Struktur distribusi Produk

Keterangan :

a) Warehouse Probolinggo b) Warehouse Semarang c) Warehouse Jakarta d) Warehouse Bandung

4. Distribution Requirement Planning tiap Warehouse dan item ditabulasikan sebagai berikut :

X Distribution Center

On Hand Balance : Lead Time :

Safety Stock : Order Quantity : Period

Past

Due 1 2 3 4 5 6 7 8

Gross Requirement Schedule Receipts Projected On Hand

Net Requirements

Planned Order Receipts

Planned Order Release

Tabel 3.1 Hasil Analisa Perhitungan DRP untuk tiap Warehouse

Langkah-langkah Perhitungan DRP dapat ditentukan dengan rumus berikut: a. RequirementDemand.


(65)

b. Net Requirement = (Gross Requirement + Safety Stock) - (Scheduled Receipt + Projected On Hand periode sebelumnya). Nilai Net Requirement yang dicatat adalah yang bernilai positif.

c. Planned Order Receipt adalah rencana penerimaan produk sebesar order quantity policy yang ditetapkan, pada waktu yang sama dengan terjadinya Net Requirement. d. Planned Order Release adalah rencana pelepasan pesanan ke level distribusi yang

lebih tinggi, diperoleh dari (Periode Planned Order Receipt- Lead Time). e. Di hitung projected on hand pada periode tersebut:

Projected on hand = (Projected On Hand Periode Sebelumnya + Schedule Receipt + Planned Order Receipt) - (Gross Requirement).

5. Menghitung biaya distribusi perencanaan dan penjadwalan

Metode Distribution Requirement Planning periode tahun 2011 (biaya distribusi ‘) 6. Membandingkan biaya distribusi metode perusahaan dengan metode DRP jika

biaya distribusi ‘ < biaya distribusi metode usulan diterima biaya distribusi ‘ > biaya distribusi, analisa dan pembahasan 7. Analisa hasil Penelitian

Bagian ini merekap hasil pengolahan data dengan metode perusahaan dan metode DRP. Guna memutuskan metode mana yang sebaiknya digunakan perusahaan.

3.5 Langkah-langkah Pemecahan Masalah

Adapun langkah-langkah pemecahan masalah (flowchart) dari penelitian ini adalah sebagai berikut :


(66)

(67)

(68)

Penjelasan Flow Chart : 1. Mulai

2. Survey Lapangan

Survey lapangan merupakan langkah paling awal dalam tahap identifikasi. Pada langkah ini dilakukan survey terhadap kondisi riil sistem yang dikaji untuk memperoleh gambaran yang jelas dalam penyusunan permasalahan yang ingin diangkat.

3. Studi Pustaka

Pada langkah ini digali pemikiran teoritis yang kemudian di tuangkan dalam kebutuhan riil sistem yang telah di identifikasi pada survey lapangan. Literature bersumber dari buku, jurnal penelitian, dan juga dari penelitian mahasiswa yang telah lulus.

4. Perumusan Masalah

Perumusan masalah disusun berdasarkan latar belakang yang ada. Kemudian di tentukan metode yang tepat dalam penyelesaian masalah tersebut.

5. Tujuan Penelitian

Setelah merumuskan permasalahan dan menentukan studi kasus yang diangkat dalam penelitian, maka langkah selanjutnya menentukan tujuan penelitian.

6. Identifikasi Variabel

Dalam penyelesaian permasalahan, variabel-variabel yang digunakan adalah variabel terikat dan variabel bebas.


(1)

 Kota Jakarta : Tidak ada pengiriman unit. h. Bulan Agustus 2011

 Kota Probolinggo: ada pengiriman sebesar 460 unit.  Kota Semarang : ada pengiriman sebesar 436 unit.  Kota Bandung : Tidak ada pengiriman unit.  Kota Jakarta : Tidak ada pengiriman unit. i. Bulan September 2011

 Kota Probolinggo: Tidak ada pengiriman unit.  Kota Semarang : Tidak ada pengiriman unit.  Kota Bandung : ada pengiriman sebesar 371 unit.  Kota Jakarta : Tidak ada pengiriman unit.

j. Bulan Oktober 2011

 Kota Probolinggo: Tidak ada pengiriman unit  Kota Semarang : Tidak ada pengiriman unit  Kota Bandung : Tidak ada pengiriman unit.  Kota Jakarta : ada pengiriman sebesar 386 unit. k. Bulan Nopember 2011

 Kota Probolinggo: ada pengiriman sebesar 460 unit.  Kota Semarang : ada pengiriman sebesar 436 unit.  Kota Bandung : Tidak ada pengiriman unit.  Kota Jakarta : Tidak ada pengiriman unit l. Bulan Desember 2011


(2)

 Kota Semarang : Tidak ada pengiriman unit.  Kota Bandung : Tidak ada pengiriman unit  Kota Jakarta : Tidak ada pengiriman unit.


(3)

3. Perbandingan biaya distribusi Metode Perusahaan dan Metode DRP sebagai berikut: JENIS

PRODUK

Kota Total Biaya Distribusi

Probolinggo Rp 5.598.760,00 Semarang Rp 8.909.826,00 Bandung Rp 13.614.840,00 Kursi Lipat

Jakarta Rp 11.035.598,00 Probolinggo Rp 5.241.707,00 Semarang Rp 8.219.182,00 Bandung Rp 9.503.945,00 Meja

Jakarta Rp 9.378.809,00 Grand Total Cost Rp 71.502.667,00

Metode  Biaya 

Perusahaan   Rp      89.363.752,-   DRP   Rp      71.502.667,-  

   

Perencanaan distribusi metode yang digunakan perusahaan yaitu perencanaan distribusi didasarkan atas permintaan warehouse pusat. Total Cost (TC) dengan metode perusahaan adalah sebesar Rp. 89.363.752,00,-. Total Cost dengan metode DRP adalah sebesar Rp. 71.502.667,00,-

4. Dari hasil perbandingan Total Cost didapatkan bahwa Total Cost dengan metode DRP lebih kecil bila dibandingkan dengan metode perusahaan dan terjadi efisiensi sebesar 20 %. Hal ini membuktikan bahwa metode DRP lebih efisien bila diterapkan pada perusahaan PT. KHARISMA ESA ARDI-SURABAYA, sehingga digunakan untuk memperkirakan kebutuhan pada periode berikutnya yaitu pada tahun 2011.


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Untuk perencanaan penjadwalan distribusi pada produk Kursi lipat dan Meja untuk warehouse Probolinggo, Semarang, Bandung dan Jakarta sebagai berikut:

 Januari tidak ada pengiriman produk Kursi lipat dan Meja.

 Februari warehouse Probolinggo 460 unit Meja, warehouse Semarang 463 unit Meja, warehouse Bandung 401 unit Kursi lipat dan 371 unit Meja, warehouse Jakarta 358 unit Kursi lipat.

 Maret warehouse Probolinggo 406 unit Kursi lipat, warehouse Semarang 379 unit Kursi lipat, warehouse Jakarta 386 unit Meja.

2. Hasil Penelitian didapatkan Perencanaan dan Penjadwalan Aktivitas Distribusi metode perusahaan, Total Costnya sebesar Rp. 89.363.752,00,-. Sedangkan dengan metode DRP, Total Costnya sebesar Rp. 71.502.667,00,-terjadi penurunan sebesar 20 %.

5.2. Saran

Adapun saran-saran yang bisa kami berikan pada perusahaan yaitu antara lain :

1. Perusahaan disarankan untuk menggunakan DRP dalam melakukan perencanaan kegiatan distribusi untuk bulan Januari – Desember 2011.


(5)

2. Untuk memudahkan perhitungan sebaiknya menggunakan software komputer sehingga lebih sistematis dan memudahkan perusahaan dalam melakukan perencanaan dan apabila ada perubahan mendadak dapat diantisipasi lebih awal. 3. Dengan menggunakan DRP dapat mengurangi stock out dan over stock, serta dapat


(6)