FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TI (1)

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESARIA TENTANG MOBILISASI DINI DI RUMAH SAKIT BERSALIN PERMATA IBUNDA KABUPATEN PANDEGLANG PROVINSI BANTEN TAHUN 2014 KARYA TULIS ILMIAH SAINS TERAPAN DISUSUN OLEH DYAH MUTIARA WARDANI NIM : 133112540120060 FAKULTAS ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI D-IV KEBIDANAN UNIVERSITAS NASIONAL JAKARTA 2014

LEMBAR PERNYATAAN

Saya Yang Bertanda Tangan Di bawah ini : Nama

: DYAH MUTIARA WARDANI NPM

: 133112540120060 Fakultas/Program

: Ilmu Kesehatan/D-IV Kebidanan Tahun Akademik

Menyatakan bahwa saya tidak melakukan plagiat dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan

Tingkat Pengetahuan Ibu Post Sectio Caesarea Tentang Mobilisasi Dini di Rumah Sakit Bersalin Permata Ibunda Kabupaten Pandeglang Provinsi

Banten Tahun 2014”.Apabila saya suatu saat nanti terbukti melakukan tindakan plagiat maka saya akan menerima sangsi yang telah ditetapkan. Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Jakarta, Desember 2014 Yang Membuat

Dyah Mutiara Wardani

FAKULTAS ILMU KESEHATAN PROGRAM D-IV KEBIDANAN UNIVERSITAS NASIONAL

Karya TulisI lmiah, Desember 2014 Dyah Mutiara Wardani

Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Pengetahuan Ibu Post Sectio Caesarea Tentang Mobilisasi Dini Di Rumah Sakit Bersalin Permata Ibunda Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten Tahun 2014

xvi + 7 Bab, 69 Halaman, 11 Tabel, 8 Lampiran, 2 Gambar

ABSTRAK

Di RSB Permata Ibunda Pandeglang pada bulan Oktober –November tahun 2013 jumlah perslinan secara SC sebanyak 42 pasien dari 90 pasien yg dirawat, Sedangkan di tahun 2014 pada bulan Oktober-November jumlah persalinan secara SC sebanyak 55 pasen dari 100 pasen yang dirawat.Sebelum melakukan penelitian penulis melakukan prasurvey terhadap ibu post sectio caesarea pada bulan oktober 2014 ternyata hanya 5 ibu yang melakukan mobilisasi dari 30 ibu post SC (16,7%). Faktor- faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan ibu post sectio caesarea tentang mobilisasi dini diantaranya Umur, Pendidikan, Paritas, Riwayat Sectio Caesarea, dan Sumber Informasi. Penelitian ini menggunakan studi cross sectional. Respondennya adalah pasien ibu post sectio caesarea berjumlah 55 orang. Data yang diperoleh dilakukan secara univariat untuk melihat karakteristik responden dan analisis data dilakukan secara bivariat menurut rumus chi square.Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu post sectio caesarea yang pengetahuannya kurang tentang mobilisasi dini sebesar 29 orang (52,7%) dari 55 sampel yang diperoleh. Pengetahuan ibu post sectio caesarea tentang mobilisasi dini berdasarkan umur lebih besar terjadi pada ibu yang berumur <20 tahun atau >35 tahun (66,7%), pengetahuan ibu post sectio caesarea tentang mobilisasi dini berdasarkanpendidikan lebih besar terjadi pada pendidikan rendah(68,5%), pengetahuan ibu post sectio caesarea tentang mobilisasi dini berdasarkan paritas lebih besar terjadi pada ibu primipara (70,4%),pengetahuan ibu post sectio caesarea tentang mobilisasi dini berdasarkan riwayat sectio caesareal lebih besar terjadi pada ibu yang tidak punya riwayat sectio caesarea (64,9%), pengetahuan ibu post sectio caesarea tentang mobilisasi dini berdasarkan sumber informasi lebih besar terjadi pada media masa (71,4).Dari analisis bivariat, diketahui bahwa umur, pendidikan, paritas, riwayat sectio caesarea dan sumber informasi mempunyai hubungan yang signifikan dengan pengetahuan ibu post sectio caesarea tentang mobilisasi dini.Diharapkan bagi RSB Permata Ibunda Pandeglang untuk memberikan penyuluhan secara langsung kepada ibu nifas post section caesarea untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan tentang mobilisasi dini. Kata Kunci : Faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat pengetahuan ibu

post sectio caesarea tentang mobilisasi dini Daftar Pustaka

: 34 (2003-2012

FACULTY OF HEALTH PROGRAM D-IV MIDWIFERY NATIONAL UNIVERSITY

Burn works lmiah, December 2014 Dyah Mutiara Wardani

Factor – Factor Knowledge level Mrs. Post Sectio Caesarea About Mobilization Early In Jewel Mother Maternity Hospital

Xvi + 7 chapters, 69 pages, 11 tables, 8 Annex, 2 Image

ABSTRACT

At RSB Jewel's mother Pandeglang In October-November 2013 in SC perslinan number as many as 42 patients of 90 patients who were treated, while in 2014 in October-November deliveries in SC by 55 pasen of 100 pasen that dirawat.Sebelum conduct research authors do prasurvey against the mother post sectio caesarea in October 2014 was only 5 mothers of 30 mothers mobilizing post SC (16.7%). The factors that influence the level of knowledge about the mother post sectio caesarea early mobilization including age, education, parity, history Sectio Caesarea, and Resources.. This study used a cross-sectional study. Respondent was the mother post sectio caesarea patients numbered 55 people. The data obtained were analyzed using computer software, data analysis performed univariate to see the characteristics of respondents and bivariate data analysis conducted according to the formula chi square.Dari results showed that the mother post sectio caesarea who lack knowledge about early mobilization by 29 people (52 , 7%) of the 55 samples were obtained. Knowledge mother post sectio caesarea about early mobilization occurs by age greater in women aged <20 years or> 35 years (66.7%), post sectio caesarea mother's knowledge about early mobilization berdasarkanpendidikan greater in the low education (68.5 %), mother post sectio caesarea knowledge about early mobilization by parity greater in primiparous mothers (70.4%), post sectio caesarea mother's knowledge about early mobilization by history sectio caesareal large ore occurs in women who had no history of sectio caesarea (64.9%), post sectio caesarea mother's knowledge about early mobilization based on greater resources occur in the mass media (71.4) .From the bivariate analysis revealed that age, education, parity, history sectio caesarea and resources have a relationship that significantly with maternal knowledge about mobilization post sectio caesarea dini.Diharapkan for RSB Jewel's mother Pandeglang to provide direct counseling to the post section caesarea postpartum mothers to improve the understanding and knowledge of early mobilization.

Keywords : Knowledge of mother post sectio caesarea early mobilization Bibliography : 34 (2003-2012)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama

: Dyah Mutiara Wardani

Tempat, tanggal lahir : Palembang, 31 Mei 1989 Alamat

: Komplek Ambuleuit, Blok N No. 143, RT 01/RW 12 Kel. Cigadung, Kec, Karang Tanjung, Kab. Pandeglang Provinsi Banten, 42251

No. HP

: 0878-8528619

Riwayat Pendidikan : Tahun 1995-1996

: TK Tunas Merak

Tahun 1996-2001

: SDN 1 Kadumerak

Tahun 2001-2004

: SMPN 1 Karang Tanjung

Tahun 2004-2007

: SMAN 6 Pandeglang

Tahun 2007-2010

: DIII Kebidan Al-Ishlah Cilegon

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb

Dengan memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa, atas segala limpahan rahmat dan karunianya sehingga peneliti dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah dengan judul “Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Pengetahuan Ibu Post Sectio Caesaria Tentang Mobilisasi Dini di Rumah Sakit Bersalin Permata Ibunda Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten Tahun 2014”.

Karya tulis ilmiah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan Pendidikan Diploma IV Program Studi Kebidanan Universitas Nasional Jakarta.

Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini, peneliti telah banyak mendapatkan bantuan baik moril maupun materil dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Rosmawati Lubis, M.Kes, selaku dekan fakultas kesehatan Universitas Nasional, Jakarta.

2. Sri Hayuningsih, S.SiT,SKM, MKM, selaku dosen pembimbing I yang telah menyediakan waktu dan tenaga untuk membimbing dan memberikan arahan kepada penulis dalam penyusunan karya tulis ilmiah.

3. Ns. Milla Evelianti, S,SKep, MKM selaku dosen pembimbing II yang telah menyediakan waktu dan tenaga untuk membimbing dan memberikan arahan kepada penulis dalam penyusunan karya tulis ilmiah.

4. Kepada kedua orang tua tecinta Ir. Mnsyurdin Yusuf dan Nunuk Endah Wardani yang selalu memberikan dukungan baik moral, material dan doa sehingga peneliti dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

5. dr. H Suradal, SpOG dn Ibu Meiwijaya SKM, MaRS yang telah memberikan moril dan materil.

6. Rekan-rekan mahasiswi DIV Kebidanan Uiversitas Nasional Jakarta Angkatan 2014.

7. Serta semua pihak yang telah membantu peneliti dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini.

Semoga Allah SWT karunia dan hidayah-Nya kepada kita semua sehingga karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca.

Penulis

5.10 Hubungan Antara Riwayat Sectio Caesarea Dengan Tingkat Pengetahuan Ibu post Sectio Caesarea Tentang Mobilisasi Dini ............. 52

5.11 Hubungan Antara Sumber Informasi Dengan Tingkat Pengetahuan Ibu post Sectio Caesarea Tentang Mobilisasi Dini ............. 53

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : Surat Permohonan Izin Melakukan Penelitian dari Institusi Pendidikan Lampiran II : Surat Keterangan Izin Melakukan Penelitian dari Institusi Rumah Sakit Bersalin Permata Ibunda Pandeglang Lampiran III : Lembar Input Uji Chi Square Lampiran VI : Lembar Output Uji Chi Square Lampiran V : Lembar Quesioner LampiranVI : Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran VII : Surat Permohonan Untuk Menjadi Responden Lampiran VIII : Lembar Konsultasi Dosen Pembimbing KTI

xvi

SURAT PERMOHONAN UNTUK MENJADI RESPONDEN

Assalamu’alaikum wr.wb Dalam rangka menyesuaikan tugas akhir sebagai salah satu prasyarat untuk menyelesaikan Program D IV Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan di Universitas Nasional (UNAS) Jakarta, maka saya yang bertanda tangan dibawah ini : NAMA

: DYAH MUTIARA WARDANI NPM

: 133112540120060 JUDUL : FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU POST SECTIO CAESAREA TENTANG MOBILISASI DINI DI RUMAH SAKIT BERSALIN PERMATA IBUNDA KABUPATEN PANDEGLANG PROVINSI BANTEN TAHUN 2014

Dengan segala kerendahan hati, penulis mohon dengan hormat kepada ibu agar berkenan meluangkan waktu guna mengisi dftar pertanyaan yang penulis ajukan sesuai dengan pengetahuan yang ibu miliki dan kegiatan yang ibu lakukan.

Jawaban ibu sangat diperlukan sebagai data penelitian dan semata mata untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan tidak ada maksud yang lain. Jawaban yang telah ibu berikan akan kami jaga kerahasiaannya.

Atas kesediaan dan bantuan yang ibu berikan, penulis sampaikan terimakasih yang sebesar besarnya. Pandeglang, 2014

Penulis

LEMBAR PERSETUJUAN SEBAGAI RESPONDEN PENELITIAN

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya : Nama

: Umur

: Pekerjaan : Alamat

: Setelah mendapat penjelasan tentang tujuan dan manfaat penelitian bahwa segala informasi tentang penelitian ini akan dirahasiakan dan hanya digunakan untuk kepentingan peneliti, maka saya (bersedia/tidak bersedia) untuk menjadi responden penelitian yang berjudul “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat

Pengetahuan Ibu Post Sectio Caesarea Tentang Mobilissi Dini di Rumah Sakit

Bersalin Permata Ibunda Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten Tahun 2014”. Apabila terjadi sesuatu yang merugikan diri saya akibat penelitian ini, maka saya akan bertanggung jawab dan tidak akan menuntut dikemudian hari.

Pandeglang, 2014 Responden

QUESIONER

Nama : .............................................................. Tanggal Pengisian

: .............................................................. Usia Ibu

: .............................................................. Jumlah anak Ibu

: .............................................................. Pendidikan Terakhir

: .............................................................. Anak yang dilahirkan : ..............................................................

1. Apakah sebelumnya ibu pernah mengalami operasi sectio caesarea ?

a. Ya b.Tidak 2.Sebuah bentuk melahirkan anak dengan melakukan sebuah irisan di sebut ?

a. Sectio Caesarea

b. Normal

Pengetahuan :

3. Proses bergerak sedini mungkin pada ibu nifas di sebut ?

a. Mobilisasi

b. Nifas 4.Apakah berpengaruh buruk jika melakukan mobilisasi dini setelah operasi ?

a. Ya

b. Tidak 5.Apakah menurut ibu berbahaya jika setelah 6 jam ibu bergerak miring kiri-kanan?

a. Ya

b. Tidak 6.Apakah menurut ibu baik, jika hanya berdiam diri ditempat tidur setelah 24 jam

melahirkan?

a. Ya

b. Tidak

7.Setelah operasi berapa jam ibu mampu untuk menggerakan kaki dan tungkai bawahnya ?

a. Jam ke 8 sampai ke 12

b. Setelah 24 jam 8.Dilakukannya mobilasasi setelah operasi bertujuan untuk apa?

a. Sirkulasi darah menjadi baik

b. Memperlancar pengeluaran darah nifas 9.Apakah ibu mengetahui pentingnya mobilisasi setelah operasi sectio caesarea?

a. Ya

b. Tidak

10. Apakah ibu mengetahui manfaat pentingnya mobilisasi?

a. Ya b.Tidak

11. Setelah berapa jam ibu boleh melakukan mobilisasi?

a. 8-12 jam setelah operasi

b. 3 jam setelah operasi

12. Apa yang ibu rasakan pada saat melakukan mobilisasi setelah operasi 8 jam?

a. Perut terasa lapar

b. Nyeri luka sayatan operasi

Sumber Informasi

13. Darimanakah ibu mengetahui sumber informasi tentang pentingnya mobilisasi dini setelah operasi ?

a. Media masa

b. Lingkungan ( masyarakat sekitar)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

World Health Organization (WHO) menetapkan standar rata-rata sectio caesarea di sebuah Negara adalah sekitar 5-15 % per 1000 kelahiran di dunia. Rumah Sakit pemerintah kira – kira 11 % sementara Rumah Sakit swasta bisa lebih dari 30% (Gibbson L. et all, 2010). Menurut WHO terjadi peningkatan persalinan dengan section caesarea di seluruh Negara selama tahun 2007 – 2008 yaitu 110.000 per kelahiran di seluruh Asia (Sinha Kounteya, 2010).

Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012, rata-rata angka kematian ibu (AKI) tercatat mencapai 359 per 100 ribu kelahiran hidup. AKI ini jauh melonjak dibanding hasil AKI SDKI 2007 yang mencapai 228 per 100 ribu kelahiran hidup (Rachmaningtyas, 2012).

Angka kejadian sectio caesaria di Indonesia menurut survei nasional tahun 2007 adalah 92.1000 dari 4.039.000 persalinan atau sekitar 22,8% dari seluruh persalinan. Di Indonesia angka persalinan dengan sectio caesaria mengalami peningkatan dari 5% menjadi 20% dalam 20 tahun terakhir. (Indiarti, 2007).

Angka kematian ibu (AKI) di Provinsi Banten tahun 2010 mencapai 187,2 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab langsung kematian ibu akibat Angka kematian ibu (AKI) di Provinsi Banten tahun 2010 mencapai 187,2 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab langsung kematian ibu akibat

Adapun berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang pada tahun 2012 julah kasus kematian ibu sebesar 48 orang dari 22.662 persalinan, yang banyak disebabkan oleh perdarahan 16 orang, hipertensi dalam kehamilan 9 orang, infeksi 4 orang, dan penyebab lain sebanyak 19 orang (Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang, 2012).

Menurut Wiknjosatro (2007), mengatakan setiap wanita menginginkan persalinannya berjalan lancar dan dapat melahirkan bayi dengan sempurna. Ada dua cara persalinan yaitu persalinan lewat vagina yang lebih dikenal dengan persalinan alami dan persalinan caesar atau section caesarea yaitu tindakan operasi untuk mengeluarkan bayi dengan melalui insisi pada dinding perut dan didnding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram. Sedngkan menurut Sarwono (2008), pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dengan sectio caesarea (SC) adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding rahim, namun pada kenyataan masih sering terjadi komplikasi pada ibu post partum seperti, infesksi puerperal, pendarahan, luka pada kandung kencing, embiolisme paru- paru, rupture uteri dan juga dapat terjadi pada bayi seperti kematian prenatal.

Pada luka operasi dengan sectio caesaria perlu diperhatikan terutama pada perawatan luka incisi, pemberian cairan, diit, nyeri, pemberian obat- obatan dan perawatan rutin. (Yuni.2008).

Mobilisasi Dini pasca sectio caesaria yaitu suatu pergerakan posisi atau adanya kegiatan yang dilakukan ibu setelah beberapa jam melahirkan dengan persalinan secara caesar, (K.Bariah,2010). Adapun manfaat mobilisasi dini pada pasien pasca operasi sectio caesaria diantaranya memperlancar pengeluaran lochea, mengurangi infeksi puerperium, memperlancar involusi alat kandungan, memperlancar fungsi alat grastointestinal dan alat perkemihan, meningkatkan kelancaran peredaran darah, sehingga mempercepat fungsi asi dan sisa pengeluaran metabolisme.(Kasdu, 2003).

Di Rumah Sakit Bersalin Permata Ibunda jumlah pasien rawat inap pada tahun 2013 sebanyak 800 pasen/kasus, dari jumlah tersebut perawatan ibu bersalin sebanyak 450 kasus, dimana jumlah persalinan normal sebanyak 150 kasus, sedangkan SC sebanyak 300 kasus.

Pada bulan Oktober – November tahun 2013 jumlah perslinan secara SC sebanyak 42 pasen dari 90 pasien yg dirawat, Sedangkan di tahun 2014 pada bulan Oktober- November jumlah pasen yang dirawat berjumlah 100 pasien, yang diantaranya 55 ibu yang melahirkan dengan operasi caesararia, 30 orang diantaranya ibu bersalin normal dan 15 orang dengan perawatan lain. Sebelum melakukan penelitian penulis melakukan prasurvey terhadap ibu post sectio caesarea pada bulan Oktober tahun 2014 ternyata hanya 5 ibu yang melakukan mobilisasi dari 30 orang SC (16,7%).

Dengan melihat uraian diatas penulis tertarik untuk mengambil penelitian dengan judul“ Faktor–Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Pengetahuan Ibu Post Sectio Caesaria tentang Mobilisasi Dini di RSB Permata Ibunda tahun 2014.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana tingkat pengetahuan ibu post sectio caesaria tentang mobilisasi dini di RSB Permata Ibunda periode Oktober-November 2014?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum Mengetahui factor-faktor yang berhubungan dengan tingkat pengetahuan ibu post Sectio Caesaria tentang mobilisasi dini di RSB Permata Ibunda periode Oktober-November 2014.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui distribusi frekuensi ibu post sectio caesaria tentang mobilisasi dini berdasarkan umur, pendidikan, paritas, riwayat sectio caesaria dan sumber informasi di RSB Permata Ibunda Tahun 2014

b. Diketahuinya hubungan antara umur, pendidikan, paritas, riwayat sectio caesaria dan sumber informasi dengan tingkat pengetahuan ibu post sectio Caesaria tentang mobilisasi dini.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi RSB Permata Ibunda Diharapkan dapat menjadi bahan masukan dalam menentukan kebijakan tentang mobilisasi dini pada ibu post sectio caesaria.

2. Bagi Institusi Pendidikan Sebagai bahan acuan untuk menambah bahan materi dan informasi di perpustakaan Universitas Nasinal Jakarta mengenai pengaruh pengetahuan ibu post sectio caesaria terhadap moblisasi dini.

3. Bagi Peneliti

a. Diharapkan bisa sebagai pengalaman nyata dalam penelitian, proses keilmuan lebih lanjut dn menambah pengetahuan tentang karya tulis ilmiah.

b. Diharapkan dapat menambah pengetahuan penulis mengenai tujuan, manfaat dan tahap-tahap dalam melakukan mobilisasi dini pasca opersi sectio caesaria.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan

1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, hal ini terjadi setelah orang merupakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pasca indra manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. (Notoatmojo, 2005)

Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi melalui proses sensoris khususnya mata dan telinga terhadap objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (over behaviour). (Sunaryo, 2004)

Pengetahuan tentang mobilisasi pada post parfum tentang pengertian mobilisasi itu sendiri dan sejauh manfaat mobilisasi untuk ibu post Section Caesarea. Pengetahuan ini dapat diperoleh dari keluarga, buku- buku atau majalah, petugas kesehatan ataupun masyarakat.

2. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmojo (2007), mengemukakan bahwa pengetahuan tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, diantaranya :

a. Tahu (Know) Merupakan pengetahuan paling rendah.Tahu artinya dapat mengingat, atau mengingat kembali suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.

b. Memahami (Comprehension) Merupakan

menjelaskan dan menginterprestasikan dengan benar tentang objek yang diketahui seseorang yang telah paham tentang sesuatu harus dapat menjelaskan, memberikan contoh.

kemampuan

untuk

c. Aplikasi (Aplikation) Merupakan kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.

d. Analisis (Analysis) Merupakan kemampuan untuk menyatakan materi/suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih didalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (Syntesis) Merupkan kemampuan untuk melaksanakan/menghubungkan bagian-bagian didalam suatu keseluruhan yang baru, sintesi adalah kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yan ada.

f. Evaluasi (Evaluation) Kemampuan untuk melakukan penelitian suatu objek.Evaluasi dapat menggunakan kriteria yang ada disusun sendiri.

3. Pengukuran Pengetahuan

Menurut Notoatmojo (2007), pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang diukur dari subyek penelitian atau responden kedalam pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur.

Pertanyaan yang dipergunakan untuk pengukuran pengetahuan secara umum dapat dikelompokan menjadi 2 jenis, yaitu :

a. Pertanyaan subjektif, misalnya pertanyaan essay.

b. Pertanyaan objektif, misalnya pertanyaan pilihan ganda, betul salah, dan menjodohkan. Pertanyaan essay disebut subjektif karena penilaian untuk pertanyaan

tersebut melibatkan faktor-faktor subjektif dari penilaian. Sedangkan pertanyaan objektif lebih disukai karena lebih mudah disesuaikan dengan pengetahuan yang akan diukur dan lebih cepat dinilai.

Menurut Arikunto (2006), pengukuran pengetahuan ini dapat diperoleh dari setiap responden yang dipersentasikan, berdasarkan persentasi tersebut, ditetapkan sebagai berikut : Menurut Arikunto (2006), pengukuran pengetahuan ini dapat diperoleh dari setiap responden yang dipersentasikan, berdasarkan persentasi tersebut, ditetapkan sebagai berikut :

b. Pengetahuan ibu cukup apabila presentasi jawaban benar yang diperoleh

pertanyaan yang diajukan/ditanyakan dalam Quesioner.

c. Pengetahuan ibu kurang apabila presentasi jawaban benar yang diperoleh <60% dari seluruh pertanyaan yang diajukan/ditanyakan dalam Quesioner.

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

a. Umur Menurut Sulaeman (2008), umur yang dianggap optimal untuk mengambil keputusan adalah diatas umur 20 tahun, karena umur kurang atau dibawah 20 tahun cenderung dapat mendorong terjadinya keimbangan dalam mengambil keputusan atau memilih, sehingga umur <20 tahun cenderung memiliki pengetahuan yang kurang.

Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat, seseorang yang lebih dewasa akan lebih dipercaya dari pada orang yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwanya. (Horlock, 2004).

Usia ideal untuk hamil dan melahirkan adalah 20-35 tahun,lebih atau kurang dari usia itu adalah beresiko. Kesiapan seorang perempuan untuk hamil atau mempunyai anak ditentukan oleh kesiapan dalam 3 hal, yaitu : fisik,ental/emosi dan kesiapan sosial ekonomi.

Umur ideal ibu untuk hamil (20-35 tahun) dengan alasan :

1) Secara fisik, mulai umur 20 tahun rahim dan bagian tubuh lainnya benar benar telah siap menerima kehamilan.

2) Secara emosional, biasanya perempuan telah siap menjadi seorang ibu

3) Secara sosial ekonomi menguntungkan, misalnya sudah selesai sekolah minimal SLTA. Umur kurang dari 20 tahun, atau lebih dari 30 tahun kurang baik

untuk hamil, karena secara fisik, kesehatan tubuh ibu :

1) Pada umur kurang dari 20 tahun, alat reproduksi ibu belum matang dan belum siap untuk hamil dan melahirkan

2) Pada umur lebih dari 35 tahun, alat reproduksi ibu tidak sebaik pada umur 20-30 tahun Umur 35 tahun ke atas bukan umur ideal untuk hamil dibagi

menjadi :

1) Secara fisik, kesehatan tubuh ibu sudah tidak sebaik pada umur 20-30 tahun

2) Biasanya ibu sudah mempunyai dua anak atau lebih, sehingga mempunyai resiko yang lebih tinggi

3) Kemungkinan memperoleh anak yang tidak sehat ( misalnya cacat) lebih besar. (Susi,2008). Penelitian oleh Supartini di RSUD Dr. Soetomo Surabaya tahun

2012 menyatakan bahwa Umur dapat mencerminkan pengalaman dan kematangan jiwanya dalam kemampuan berfikir kreatif, umur semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuannya.

b. Pendidikan Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan perilaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui penerapan ilmu yang diperoleh dalam pengetahuannya tentang hal-hal yang berkaitan dengan kehamilannya. Pendidikan yang dijalani seseorang memiliki pengaruh pada peningkatan kemampuan berfikir, dengan kata lain seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan dapat mengambil keputusan yang lebih rasional, umumnya terbuka untuk menerima perubahan atau hal baru dibandingkan dengan individu yang berpendidikan lebih rendah. ( Susi, 2008).

Seseorang dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan, karena pola pikir yang terbentuk akan jauh lebih baik disbanding dengan seseorang yang tingkat Seseorang dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan, karena pola pikir yang terbentuk akan jauh lebih baik disbanding dengan seseorang yang tingkat

Pendidikan terdiri dari pedidikan formal dan informal. Pendidikan formal bersifat berjenjang (SD, SLTP, SLTA, PT).Melibatkan pemerintah (diakui atau tidak) adanya ijazah. Pendidikan informal ada ijazah tetapi belum tentu diakui (Haryati, 2008).

Sesuai dengan penelitian Amirudin pada tahun (2012) yang menyatakan bahwa pendidikan ibu berhubungan dengan tingkat pengetahuan ibu post sectio caesarea terhadap mobilisasi dini.

c. Paritas Paritas adalah jumlah janin dengan berat badan lebih dari 500 gram yang pernah dilahirkan, hidup maupun mati, bila berat badan tidak diketahui, maka dipakai umur kehamilan lebih dari 24 minggu (Widyastuti, 2009).

Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Lebih tinggi paritas, lebih tinggi kematian maternal. Resiko pada paritas 1 dapat ditangani dengan asuhan obstetrik lebih baik, sedangkan resiko pada paritas tinggi dapat dikurangi atau dicegah dengan keluarga berencana. Sebagian Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Lebih tinggi paritas, lebih tinggi kematian maternal. Resiko pada paritas 1 dapat ditangani dengan asuhan obstetrik lebih baik, sedangkan resiko pada paritas tinggi dapat dikurangi atau dicegah dengan keluarga berencana. Sebagian

Pada paritas 1-3 cenderung wanita lebih untuk mempelajari sesuatu sehingga mempunyai pengetahuan yang lebih dibandingkan paritas tinggi atau > 3.(Wiknjosastro, 2007).

Menurut Manuaba (2012), klasifikasi paritas yaitu :

1) Primipara Primipara adalah wanita yang telah melahirkan bayi aterm sebanyak satu kali.

2) Multipara Multipara adalah wanita yang telah pernah melahirkan anak hidup beberapa kali, dimana persalinan tersebut tidak lebih dari lima kali. Sedangkan menurut Bejo (2010), ditinjau dari peningkatannya

paritas dikelompokan menjadi tiga, yaitu :

1) Paritas rendah atau primipara Paritas rendah meliputi nullipara dan primipara

2) Paritas sedang atau multipara Paritas sedang atau multipara digolongkan pada hamil dan bersalin 2-4 kali. Pada paritas sedang ini, sudah masuk pada kategori rawan terutama pada kasus-kasus obstetrik yang jelek, serta interval kehamilan yang terlalu dekat kurang dari 2 tahun.

3) Paritas tinggi Kehamilan dan persalinan pada paritas tinggi atau grandemulti adalah ibu hamil dan melahirkan 5 kali atau lebih. Paritas tinggi merupakan paritas rawan oleh karena paritas tinggi banyak kejadian – kejadian obstetrik patologi yang bersumber pada paritas tinggi, antara lain:

a) Plasenta previa

b) Perdarahan post partum

c) Dan lebih memungkinkan lagi terjadinya atonia uteri.

(Bejo, 2010). Penelitian oleh Supartini di RSUD Dr. Soetomo Surabaya tahun 2012 mengatakan bahwaibu dengan multipara lebih berani melakukan mobilisasi dini post sectio caesarea karena pengalaman ibu yang pernah melahirkan maka ibu mampu untuk melakukan mobilisasi dini lebih cepat.

d. Riwayat Sectio Caesarea Pada ibu yang mempunyai riwayat secara section caesarea lebih dari 1 kali mempunyai kecenderungan pengetahuan lebih baik tentang mobilisasi dini berdasarkan pengelaman pada persalinan yang lalu dibandingkan pada ibu yang baru pertama kali melakukan section caesarea. (Kasdu Dini, 2003).

Persalinan sectio caesarea dengan irisan perut dan rahim secara vertikal membuat ibu hamil rentan mengalami perobekan pada rahim Persalinan sectio caesarea dengan irisan perut dan rahim secara vertikal membuat ibu hamil rentan mengalami perobekan pada rahim

Penelitian yang dilakukan oleh Supartini di RSUD Dr. Soetomo Surabaya tahun 2012 yang menyatakan bahwa yang tidak mempunyai riwayat SC berhubungan dengan pengetahuan ibu post sectio caesarea tentang mobilisasi dini karena ibu belum berpengalaman dengan melahirkan.

e. Sumber Informasi Sumber Informasi adalah segala hal yang dapat digunakan oleh seseorang sehingga mengetahui tentang hal yang baru dan mempunyai ciri-ciri yaitu, dapat dilihat, dibaca, dipelajari, diteliti, dikaji dan dianalisa, dimanfaatkan dan dikembangkan.(wijaya,2008). Pengetahuan diperoleh melalui informasi yaitu :

1) Media masa misalnya membaca surat kabar, mendengar radio,

melihat film atau televise, internet dan sebagainya. (Ratu, 2005)

2) Lingkungan : informasi didapatkan dari masyarakat sekitar melalui orang seperti guru, intruktur, nara sumber, tokoh masayarakat dan sebagainya. Penelitian menurut Supartini di RSUD Dr. Soetomo Surabaya

tahun 2012 bahwa tingginya pendidikan seseorang maka semakin tahun 2012 bahwa tingginya pendidikan seseorang maka semakin

B. SectioCaesarea

1. Pengertian Sectio Caesarea

mengeluarkan janin melalui pembedahan

Sectiocaesareaadalah

upaya

dan uterus.Sectio aesarea merupakan

obstetrik operatif. Persalinan sectio caesarea dilakukan sebagai alternatif jika persalinan lewat jalan lahir tidak dapat dilakukan. Tujuan dilakukan persalinan sectio caesarea agar ibu dan bayi yang dilahirkan sehat dan selamat (Sofian, 2011).

a. Sectio Caesarea primer (aktif) Dari semula telah direncanakan bahwa janin akan dilahirkan section caesarea, tidak diharapkan lagi kelahiran biasa, misalnya pada panggul sempit (CV kecil dari 8 cm).

b. Sectio Caesarea Dalam hal ini kita bersikap mencoba menunggu kelahiran biasa (partus percobaan), bila tidak ada kemajuan persalinan atau partus percobaan gagal, baru dilakukan section caesarea.

c. Sectio caesarea ulang (repeat caesarea section) Ibu yang pada kehamilan yang lalu mengalami section caesarea (previous caesarean section) dan pada kehamilan selanjutnya dilakukan section caesarea ulang.

d. Sectio caesarea histerektomi (caesarea section hyhicterectomy) Adalah suatu operasi dimana setelah janin dilahirkan dengan section caesarea, langsung dilakukan histerektomi misalnya pada keadaan infeksi rahim yang berat.

e. Operasi poro (porro epretion) Adalah suatu operasi tanpa mengeluarkan janin dari kafum uteri (tentunya janin sudah mati), dan langsung dilakukan histerektomi misalnya pada keadaan infeksi rahim yang berat..

2. Indikasi Sectio Caesarea

Menurut sofian (2012), indikasisectio caesarea, yaitu : a.Ibu 1). Plasenta Previa sentralis dan lateralis (posterior) 2). Panggul sempit 3).Holmer mengambil batas terendah untuk melahirkan janin viasnateralis ialah CV=8 cm, panggul dengan CV=8cm dapat dipastikan tidak dapat melahirkan janin normal, harus diselesaikan dengan section caesarea. CV antara 8-10cm boleh dicoba dengan Menurut sofian (2012), indikasisectio caesarea, yaitu : a.Ibu 1). Plasenta Previa sentralis dan lateralis (posterior) 2). Panggul sempit 3).Holmer mengambil batas terendah untuk melahirkan janin viasnateralis ialah CV=8 cm, panggul dengan CV=8cm dapat dipastikan tidak dapat melahirkan janin normal, harus diselesaikan dengan section caesarea. CV antara 8-10cm boleh dicoba dengan

ukuran kepala dan panggul 5). Ruptura uteri mengancam 6). Partus lama (proonged labor) 7). Parus tak maju (obstructed nlabor) 8). Distosia serviks 9). Pre-eklamsia dan hipertensia

b. Janin

1) Malpresentasi melintang

2) Letak bokong Section caesarea dianjurkan letak bokong bila ada :

a) Panggul sempit.

b) Primigravida.

c) Janin besar dan berharga.

3) Presentasi dahi dan muka (depleksi) bila reposisi dengan cara- cara lain tidak berhasil.

a) Presentasi rangkap, bila reposisi tidak berhasil.

b) Gemeli, menurut Eastman Sectio caesarea dianjurkan.

4) Bila janin pertama letak lintang atau presentasi bahu (shoulder presentation).

a) Bila terjadi interlock (lucing of the tweins)

b) Distoria oleh karena tumor

c) Gawat janin, dan sebagainya.

3. Komplikasi Sectio Caesarea

Menurut sofian (2012),dibagi 4 yaitu :

a. nfeksi puerperal (Nifas)

b. Ringan : dengan kenaikan suhu beberapa hari saja.

c. Sedang : dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi, disertai dehidrasi dan perut sedikit kembung

d. Berat : Dengan peritonitis, spsis dan ileus paralitik hal ini sering kita

jumpai pada pratus terlantar, dimana sebelumnya telah terjadi infeksi intrapartal karena ketuban yang telah pecah terlalu lama 1). Pendarahan, disebabkan karena Banyaknya pembuluh darah yang

terputus dan terbuka, atonia uteri, Pendarahan pada plasenta bed 2). Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila

reperionialisasi terlalu tinggi 3).Kemungkinan rupture uteri spontan pada kehamilan mendatang

4. Perawatan Paska Operasi Sectio Caesarea

Perawatan luka post operasi sectio caesarea adalah merawatluka untuk mencegah trauma (injury) pada kulit, jaringan (membrane mukosa) lain yang disebabkan adanya trauma, fraktur, luka operasi yang didapat merusak kalori (Winarni, 2012).

Langkah-langkah perawatan luka post operasi sectio caesarea, yaitu :

a. Perawatan luka insisi Luka insisi dibersihkan dengan larutan antiseptic lalu ditutup dengan kasa/penutup luka, secara periode pembalut luka diganti dan luka dibersihkan. Dibuat catatan kapan benang akan dicabut.

b. Tempat Perawatan Luka Sectio caesarea Setelah tindakan dikamar operasi selesai, penderita dipindahkan kekamar rawat khusus dan dilengkapi alat pendingin kamar udara beberapa hari.Dan bila paska SC keadaan penderita gawat, segera pindahkan ke unit perawatan darurat untuk perawatan bersama-sama dengan unit anastesi.Setelah beberapa hari dirawat dalam kamar rawat khusus atau pada unit perawatan darurat dan keadaan penderita mulai pulih, disini perawat luka dan pengukuran TTV penderita dilanjutkan seperti biasa.

c. Pemberian cairan infus Karena selama 24 jam pertama penderita puasa paska operasi, maka pemberian cairan perinfus, seperti dekstrose 5-10% gram fisiologis, selera bergantian harus cukup banyak dengan mengandung elektrolit yang diperlukan agar jangan terjadi hypotermi, dehidrasi dan komplikasi pada organ-organ tubuh lainnya, jumlah cairan yang c. Pemberian cairan infus Karena selama 24 jam pertama penderita puasa paska operasi, maka pemberian cairan perinfus, seperti dekstrose 5-10% gram fisiologis, selera bergantian harus cukup banyak dengan mengandung elektrolit yang diperlukan agar jangan terjadi hypotermi, dehidrasi dan komplikasi pada organ-organ tubuh lainnya, jumlah cairan yang

d. Diit Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah pasien firxtus lalu dimulailah pemberian makanan dan minuman peroral, pemberian sedikit minum adalah diperbolehkan setelah 6-10 jam paska bedah.Jumlahnya dapat dinaikan pada hari pertama obat- obatan peroral sudah dapat diberikan pemberian makanan rutin diatas dihentikan jika terjadi komplikasi pada pencernaan.

e. Nyeri Sejak penderita sadar dalam 24 jam pertama, rasa nyeri masih dirasakan di daerah operasi. Untuk mengurangi rasa nyeri tersebut diberikan obat-obatan anti sakit dan penenang atau obat-obatan lainnya. Setelah dari pertama atau kedua rasa nyeri akan menghilang sendiri

f. Mobilisasi Mobilisasi secara bertahap sangat berguna membantu jalanya penyembuhan luka penderita.Miring ke kanan dan ke kiri sudah dapat dimulai setelah 6-10 jam.Setelah penderita sadar, latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur terlentang.

g. Kateterisasi Perawatan pengosongan kandung kemih pada bedah kebidanan sama saja dengan persalinan biasa bila tidak ada luka robekan yang luas jalan lahir. Bila hal ini ada maka mencengah iritasi dan pencemaran luka oleh urine kandung keming dikosongkan dengan kateter.Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak pada penderita, menghalangi involusi uterus dan pendarahan.

h. Pemberian

1) Antibiotika, kemotherapi, dan anti inflamasi

2) Obat-obatan pencegah perut kembung

3) Obat-obatan lainnya Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum dapat diberikan roboransia, anti inflamasi, bahan tranfusi darah bila pasien anemis.

i. Perawatan Hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan dan pengukuran darah, yaitu :

1) Tekanan Darah

2) Jumlah Nadi / Menit

3) Prekuensi pernafasan

4) Jumlah Cairan masuk dan keluar

5) Suhu badan

C. Masa Nifas

1. Pengertian Nifas

Masa Nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung kira-kira 6 minggu (saefudin, 2006)

Masa nifas atau masa pueperium adalah masa partus selesai dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu (Anggraini, 2010). Pueperium atau nifas adalah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu (Siti Saleha, 2009)

2. Tujuan Asuhan Masa Nifas

Menurut marmi (2012), yaitu :

a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun fisiologik.

b. Melaksanakan Skrening yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati/merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.

c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, memberikan imunisasi pada bayinya dan perawatan bayi sehat.

d. Member pelayanan keluarga berencana

e. Mendapat kesehatan emosi

3. Fisiologi Nifas

Menurut marmi (2012), Perubahan-perubahan fisiologi diantaranya :

a. Perubahan fisik

b. Involusi Uterus dan pengeluaran lochea

c. Laktasi / pengeluaran air susu ibu

d. Perubahan fisikis

e. Perubahan sistem tubuh lainnya Setelah bayi dilahirkan, uterus yang selama persalinan mengalami

kontraksi dan retaksi akan menjadi keras, sehingga dapat menutup pembuluh darah besar yang bermuara pada bekas implantasi plasenta. Otot rahim terdiri dari tiga lapis otot yang berbentuk anyaman sehingga pembuluh darah dapat tertutup sempurna. Dengan demikian terhindar dari pendarahan post partum.

Pada infolusi uteri, jaringan ikat otot mengalami proses proteolitik, berangsur-angsur akan mengecil sehingga akhir kata nifas besarnya seperti semula dengan berat 30gr. Proses proteolitik adalah pemecahan protein yang akan dilakukan melalui urin. Dengan demikian air saat hamil akan terjadi pengeluaran urin setelh persalinan, sehingga hasil pemecahan protein dapat dilakukan. Proses infolusi uteri dapat dilihat pada tabel berikut: (Marmi, 2012).

Involusi Uterus

Involusi

Tinggi Fundus

Berat Uterus

Plasenta Lahir

7 hari (1 minggu) 500 gr

simpisis

14 hari (2 minggu)

Tidak teraba

350 gr

42 hari (6 minggu)

Sebesar hamil 2 minggu

50 gr

56 hari (8 minggu)

30 gr Gambaran klinis masa puerperium diantaranya, segera setelah

Normal

persalinan dapat terjadi peningkatan suhu badan, tetapi tidak lebih dari

38 0 c.Bila terjadi peningkatan melebihi 380c berturut-turut selama 2 hari kemungkinan terjadi infeksi. Uterus yang telah menyelesaikan tugasnya, akan menjadi keras kontraksinya, sehingga dapat menutup pembuluh darah. Kontraksi uterus yang diikuti his pengiring menimbulkan rasa nyeri disebut nyeri ikutan (after fain), terutama pada multipara.Masa pueperium diikuti pengeluaran cairan sisa plasenta endomentrium dan sisa dari tempat inplantasi placenta disebut lochea.

Pengeluaran lochea dapat dibagi berdasarkan jumlah dan warnanya sebagai berikut : (Anggraini, 2010).

a. Lochea Rubra (Krueta): 1 sampai 3 hari, berwarna merah dan hitam, teridiri atas desidua, verniks kaseosa, rambut lanugo, sisa mekonoum, sisa darah.

b. Lochea sanguinolenta : 3 sampai 7 hari, berwarna putih bercampur merah.

c. Lochea serosa : 7 sampai 14 hari, berwarna Kekuningan.

d. Lochea alba : Setelah hari ke 14, berwarna putih.

4. Tanda-tanda bahaya pada nifas

a. Pendarahan pervaginaan yang kuat bias atau tiba-tiba bertambah banyak.

Tanya pada ibu apkah ia merasakan nyeri atau sakit, ketika mengalami pendarahan tersebut. Periksa tekanan darah, suhu, nadi, dan DJJ.Lakukan pemeriksaan eksternal (luar).Rasakan apakah perut bagian bawah lembut pada perabaan.Lakukan pemeriksaan speculum (jika memungkinkan).

b. Rasa sakit dibagian bawah abdomen atau punggung. Ukur tekanan darah, suhu dan nadi.Lakukan pemeriksaan eksternal (luar). Pemeriksaan internal (dalam), raba kelembutan abdomen atau rebound tendemess. Kelembutan yang berulang periksa nyeri sudut costo vertebral (CVAT) pinggang bagian dalam, dan periksa protein urin.

c. Sakit kepala yang terus menerus, nyeri ulu hati, atau masalah penglihatan.

Pemeriksaan tekanan darah, protein urin, reftex, odema, periksa suhu jika tinggi, pikirkan untuk melakukan pemeriksaan darah untuk mengetahui adanya farasit malaria.

d. Pembengkakan pada wajah atau tangan Periksa adanya pembengkakan, ukur tekanan darah dan protein urine, periksa haemoglobin atau warna konjungtiva, telapak tangan.Bila ditemukan bengkak pada tangan dan wajah, atau pada mata kaki yang cekung dila ditekan, maka ibu harus segera dirujuk Dokter.

e. Demam, muntah, rasa sakit sewaktu berkemih Beri antipiretik, paracetamol 10-15 mg/kg BB/ kali diberikan 4x sehari dan antikolvusan, asam valporat 15-40 mg/kg BB/ kali terbagi dalam 2-2 dosis.

f. Payudara yang berubah menjadi merah, panas atau terasa sakit Pemberian antibiotic dilakukan sesuai dengan dosis. Dosis dan cara pemberian antibiotic ditentukan berdasarkan berat badan ringannya infeksi dan berat badan seseorang.

g. Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama Ibu disarankan untuk makan makanan yang mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral.

h. Merasa sedih atau tidak mampu merawat dirinya sendiri dan bayinya

i. Merasa sangat letih dan nafas terengah-engah

5. Program dan Kebijakan Teknis

Paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai keadaan ibu dan bayi baru lahir, dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang terjadi. (saepudin, 2006), yaitu : Paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai keadaan ibu dan bayi baru lahir, dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang terjadi. (saepudin, 2006), yaitu :

1) Mencegah pendarahan masa nifas karena atonia uteri

2) Mendeteksi dan merawat penyebab lain pendarahan masa nifas karena atonia uteri.

3) Pemberian ASI awal

4) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir

5) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia, jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil.

b. 6 hari setelah persalinan Tujuan :

1) Memastikan involusi uterus berjalan normal : uterus berkontraksi. Fundus dibawah umbilicus, tidak ada pendarahan abnormal, tidak ada bau

2) Menilai adanya tanda-tanda demam infeksi atau pendarahan normal.

3) Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat

4) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak memperlihatkan tanda-tanda penyulit.

5) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan kepada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetp hangat dan merawat bayi sehari- hari

c. 2 minggu setelah persalinan Tujuan :Sama seperti diatas (6 hari setelah persalinan)

d. 6 minggu setelah persalinan Tujuan :

1) Menanyakan kepada ibu tentang penyulis-penyulis yang ia atau bayi alami

2) Memberikan konseling untuk KB secara dini

6. Kebutuhan Ibu Nifas

Kebutuhan Ibu Nifas meliputi :

a. Nutrisi karena ibu nifas memberikan ASI pada bayi juga, maka nutrisi yang diberikan tidaklah sedikit oleh karena itu ibu nifas perlu menjaga asupan nutrisinya. Nutrisi yang baik untuk ibu nifas yakni dengan banyak mengkonsumsi sayuran hijau dan susu khusus laktasi.

b. Kebersihan diri yaitu jaga kebersihan diri secara keseluruhan untuk menghindari infeksi baik pada luka jahitan maupun kulit.

c. Istirahat yang cukup

d. Hubungan seksual yakni hubungan seksual belum dapat dilakukan selama ibu masih merasa nyeri dan mengeluarkan cairan masa nifas d. Hubungan seksual yakni hubungan seksual belum dapat dilakukan selama ibu masih merasa nyeri dan mengeluarkan cairan masa nifas

f. Senam nifas yakni senam yang dilakukan sesuai kemampuan ibu untuk memperlancar sirkulasi darah karena lama berbaring. Biasanya dengan bergerak-gerak ekstermitas tubuh.

g. Dukungan psikologis terutama dari keluarga sehingga ibu dapat melakukan perannya sebagai ibu baru dengan optimal. (Bonny Danuatmaja, 2003).

D. Konsep Mobilisasi

1. Pengertian Mobilisasi Dini

Mobilisasi Dini yaitu proses bergeraknya sedini mungkin pada ibu nifas sesudah 8 jam, misalnya miring kiri-kanan, duduk, turun dari tempat tidur. Mobilisasi menyebabkan perbaikan sirkulasi, membuat napas dalam dan menstimulasi kembali fungsi gastrointestinal normal, dorong untuk menggerakkan kaki dan tungkai bawah sesegera mungkin, biasanya dalam waktu 12 jam.(Wiknjossatro, 2007).

Mobilisasi terbagi 2 macam :

a. Mobilisasi aktif yaitu latihan pada tulang dsb sendi yang dapat dilakukan sendiri tanpa bantuan perawat atau keluarga

b. Mobilisasi pasif yaitu latihan yang diberikan pada klien yang mengalami kelemahan otot berupa latihan pada tulang dan sendiri dimana klien tidak dapat melakukan sendiri. Sehingga klien memerlukan bantuan perawat atau keluarga.

2. Manfaat Mobilisasi Dini

a. Memperlancar pengeluaran lochea, mengurangi infeksi puerperium

b. Memperlancar involusi alat kandungan.

c. Memperlancar fungsi alat grastointestinal dan alat perkemihan.

d. Meningkatkan kelancaran peredaran darah, sehingga mempercepat fungsi asi dan sisa pengeluaran metabolisme.

3. Tujuan Mobilisasi Dini

a. Sirkulasi darah menjadi baik, mencegah trombosit

b. Proses involusi yang cepat

c. Terganggunya kerja pembuluh darah dan otot-otot tubuh, terutama didaerah kaki dan panggul, sehingga tidak akan menimbulkan bekuan-bekuan darah yang membahayakan karena bisa menyumbat aliran darah dijantung atau otak yang bisa berlangsung pada serangan stroke. Menurut Chairulsyah, ibu tidak boleh bersikap malas-malasan