Panduan Pelingkupan Dalam AMDAL pdf
PENGANTAR
Pelingkupan merupakan tahap awal yang sangat penting dalam proses AMDAL. Hasil pelingkupan yang tidak tepat
Pengarah menyebabkan kajian ANDAL salah sasaran dan, pada
akhirnya, tidak membantu proses pengambilan keputusan
Hermin Roosita, Sri Wahyuni Herly, Ary Sudijanto, Muham-
soal kelayakan lingkungan hidup maupun pelaksanaan
mad Askary (Kantor Asisten Deputi Kajian Dampak
pengelolaan dan pemantauan dampak lingkungan hidup
Lingkungan, Deputi Bidang Tata Lingkungan, KLH)
oleh pemrakarsa. Banyaknya kesalahpahaman dalam menjalankan proses
Penyusun
pelingkupan dan kajian ANDAL, mendorong Kementerian
Qipra Galang Kualita, yang terdiri dari: Isna Marifa, Rudy
Negara Lingkungan Hidup menerbitkan sebuah buku pan-
Yuwono, M. Taufiq Afiff, Eka Jatnika Sundana (konsep &
duan tentang pelingkupan. Buku panduan ini diharapkan
tulisan), M. Taufik Sugandi, Zarkoni (tata letak & desain
dapat memperjelas konsep-konsep yang diperkenalkan
grafis), M. Nuraman Sjach (dukungan editorial)
dalam Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor
8 Tahun 2006 (Permen LH 08/2006). Namun demikian,
Apresiasi
disadari bahwa masih ada beberapa perbedaan pendapat yang tidak dapat diselesaikan dalam buku ini.
Untuk Pendanaan: Danish International Development
Buku ini disusun berdasarkan sejumah diskusi tentang pe-
Agency (DANIDA) melalui Environmental Sector Program
lingkupan yang dilakukan dalam beberapa tahun terakhir
(ESP) Phase 1.
serta diskusi intensif dengan sejumlah pakar pada tahun 2007. Sejumlah kajian pada literatur internasional dan con-
Untuk Masukan dan Substansi: Dr. Prastowo (PPLH-
toh-contoh dokumen KA-ANDAL juga dilakukan sebagai
IPB), Dr. Erry N. Megantara (UNPAD), Dr. Dadang Purnama
pendukung.
(KLH). Untuk Foto: Bayu Rizky Tribuwono (Qipra), Taufik Ismail
Penyusunan, pencetakan, dan penyebarluasan buku ini dapat
(Qipra), Heri Wibowo (Green Planet Indonesia)
terlaksana berkat program kerjasama antara Pemerintah Kerajaan Denmark (melalui DANIDA) dengan Pemerintah Republik Indonesia, yaitu Environmental Sector Program Phase 1.
Kami berharap para pelaku AMDAL dapat mengambil manfaat
Diterbitkan Oleh
dari buku ini. Sejumlah masukan dari para pembaca kiranya dapat menjadi bahan pertimbangan untuk penyempurnaan
Deputi Bidang Tata Lingkungan
buku ini di masa yang akan datang.
Kementerian Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Gedung A Lantai 6
Jakarta, Desember 2007
Jl. D.I. Panjaitan Kav 24, Kebun Nanas, Jakarta 13410 Telp/Faks (021) 85904925
Deputi Bidang Tata Lingkungan
PO BOX 7777 JAT 13000
Kementerian Negara Lingkungan Hidup
e-mail: [email protected] Website: http:\\www.menlh.go.id
Ir. Hermien Roosita, MM.
ii Panduan Pelingkupan dalam AMDAL
TENTANG BUKU INI
Pelingkupan adalah tahap paling awal dalam rangkaian
SUSUNAN BUKU
proses AMDAL. Tahapan ini sangat penting karena di tahap itulah dasar pemikiran dan lingkup kajian dampak
Buku ini dimulai dengan bab yang berjudul lingkungan (ANDAL) akan ditentukan. Kekeliruan dalam
Menentukan Lingkup ANDAL. Bab ini berisi melingkup akan menyebabkan kajian ANDAL menjadi
ulasan sekilas tentang AMDAL yang juga mencakup tidak tajam, salah sasaran, dan juga boros dana dan
definisi, tujuan, dan hasil dari proses pelingkupan. waktu. Prakiraan dan evaluasi dampak yang dilakukannya
Ada juga bahasan mengenai sistematika dokumen menjadi kurang relevan dan kurang bermakna. Rencana
KA-ANDAL di mana hasil-hasil pelingkupan dituliskan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup yang
di dalamnya. Sebuah tabel ditampilkan dalam bab dihasilkan berikutnya juga menjadi tidak tepat. Pendek
ini yang memperkenalkan esensi dasar dari masing- kata, kesalahan dalam pelingkupan dapat membuat
masing tahap pelingkupan.
seluruh pekerjaan AMDAL menjadi sia-sia. Bab-bab selanjutnya dalam buku ini disusun sesuai Buku ini meletakkan proses pelingkupan sebagai suatu
dengan urutan langkah kerja dari suatu proses tahapan yang umum dilakukan dalam perancangan
pelingkupan sebagaimana ditunjukkan dalam diagram suatu kajian ilmiah (scientific). Baik untuk AMDAL
berikut.
maupun untuk kajian ilmiah lainnya, pelingkupan akan memperjelas tujuan, batasan, dan pendekatan dari kajian yang akan dilakukan. Dengan dipahaminya esensi dasar pelingkupan, pembaca (dan pelaksana pelingkupan) tetap dapat melakukan pelingkupan
Bab 3 berisi ulasan mengenai jenis
dengan baik, walaupun aturan mengenai tata-laksana
dan sumber informasi rona lingkungan
pelaksanaan AMDAL diubah.
awal yang dapat dimanfaatkan dalam tahap pelingkupan. Dalam bab ini,
MENGENAL DESKRIPSI
Buku ini juga memberikan penjelasan tambahan
RENCANA KEGIA TAN untuk beberapa hal baru yang tercantum dalam Peraturan
pembaca dapat mempelajari makna
dari ‘tujuan mengkaji alternatif lokasi
Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 8 Tahun
dalam AMDAL dan pelingkupan’ dan
2006 tentang Pedoman Penyusunan Analisis Mengenai
‘mengkaji kegiatan lain di sekitar
Dampak Lingkungan Hidup. Penjelasan tambahan ini
lokasi’ yang diminta dalam Permen
diberikan untuk mengurangi kesalahpahaman yang
LH 08/2006. Di akhir bab ini, sebuah
terjadi saat ini dan membantu penerapan konsep-
textbox digunakan untuk membahas
konsep yang diperkenalkan dalam aturan ini.
Buku ini ditujukan untuk siapapun yang akan melakukan
sebagai tambahan informasi untuk
proses pelingkupan, baik dari pihak konsultan,
pemrakarsa, maupun pemerintah. Penjelasan dalam MENGENAL R
mengidentifikasi
komponen ling-
ONA buku ini mungkin juga bermanfaat bagi pihak yang LINGKUNGAN HIDUP
kungan hidup yang diperkirakan
terkena dampak.
memeriksa hasil pelingkupan atau dokumen Kerangka Acuan ANDAL (KA-ANDAL).
iv Panduan Pelingkupan dalam AMDAL
Bab 4 menjelaskan bagian pertama dari proses pelingkupan, yaitu untuk ‘menentukan dampak penting yang akan dikaji dalam ANDAL’. Bab ini menjelaskan tahap-tahap
Bab 2 berisi ulasan mengenai informasi dalam pelingkupan dampak penting, yaitu apa saja yang perlu diperoleh saat Identifikasi Dampak Potensial, Evaluasi Dam-
pak Potensial, dan Klasifikasi dan Prioritas deskripsi rencana kegiatan. Termasuk di
dalamnya juga ulasan mengenai kajian
Dampak.
alternatif, khususnya yang terkait dengan ‘rencana kegiatan, sebagaimana dituntut oleh Permen LH 08/2006. Secara
Bab 5 menjelaskan bagian kedua proses pel-
khusus, bagian ini mencoba meletakkan
ingkupan, yaitu untuk menentukan ‘wilayah
dasar pemikiran, tujuan, dan manfaat
studi dan waktu studi ANDAL’. Bab ini mem-
dari adanya alternatif rencana kegiatan
berikan penjelasan tentang esensi dari kedua
dalam AMDAL.
tahap tersebut.
Bab 6 menjelaskan secara garis besar un- sur-unsur dari penentuan metode studi dan pembentukan tim kajian AMDAL.
MENGENAL DESKRIPSI AN
PELINGKUP AN
PELINGKUPAN WILAYAH
STUDI & WAKTU KAJIAN
AN METODE
DAMPAK PENTING
MENENTUK DAN PELAKSANA STUDI
Panduan Pelingkupan dalam AMDAL Pelingkupan dalam AMDAL v v
MENENTUK AN LINGKUP AND AL
Foto: Doc Qipra vi Panduan Pelingkupan dalam AMDAL
Menentukan Lingkup AMDAL
SEKILAS TENTANG AMDAL
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) adalah kajian lingkungan hidup yang digunakan untuk memprakirakan dampak penting terhadap lingkungan dari suatu rencana kegiatan. Hasil AMDAL dimaksudkan untuk memberi arahan bagi pihak perancang rencana kegiatan untuk mengendalikan dampak lingkungan yang diperkirakan terjadi. Dengan demikian, rencana kegiatan akan menjadi lebih ramah lingkungan dan lebih dapat diterima masyarakat sekitar. Hasil AMDAL juga menjadi dasar bagi pengambilan keputusan oleh pihak yang berwenang tentang suatu rencana kegiatan dan memberi jaminan kepada pemberi izin bahwa dampak lingkungan dari rencana kegiatan dapat dan akan ditanggulangi. AMDAL sebaiknya dilakukan pada tahap awal perencanaan rencana kegiatan, sebelum diselesaikannya rancang-bangun rinci (detailed engineering design), agar semua hasil AMDAL dapat menjadi masukan bagi rancang-bangun rinci.
Proses AMDAL akan menghasilkan 4 (empat) buah dokumen utama sebagai berikut (lihat Gambar 2).
1. Laporan Kerangka Acuan ANDAL (KA-ANDAL) menjelaskan lingkup kajian dampak lingkungan hidup yang akan dilakukan. Hasil penilaian dokumen KA-ANDAL adalah sebuah kesepakatan antara pemrakarsa dengan pemerintah tentang apa yang akan dikaji dalam tahap ANDAL.
2. Laporan Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) menuangkan hasil kajian antara lain tentang prakiraan dan evaluasi dampak penting yang dilakukan dalam studi ANDAL. Laporan ini ditutup dengan pembahasan tentang dampak- dampak yang dianggap penting serta arahan untuk pengelolaan dampaknya.
3. Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup
(RKL) dikembangkan
berdasarkan
arahan dalam ANDAL dan berisi uraian tentang bagaimana dampak penting negatif akan diminimalisasi dan dampak penting positif akan
dioptimalkan pengaruhnya. Gambar 2. Proses AMDAL yang menggambarkan doku-
men lingkungan dan penilaiannya
2 Panduan Pelingkupan dalam AMDAL
4. Dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) berisi uraian tentang bagaimana dampak-dampak penting akan dipantau untuk memastikan bahwa pengaruhnya pada lingkungan hidup dan masyarakat sekitar dapat teratasi.
Disamping itu, terdapat dokumen Ringkasan Eksekutif yang merupakan ringkasan dari dokumen ANDAL dan RKL/RPL. Dokumen Ringkasan Eksekutif, ANDAL, dan RKL/RPL digunakan sebagai dasar bagi intansi pemerintah yang berwenang untuk mengambil ke- putusan tentang layak-tidaknya suatu rencana kegiatan dari segi lingkungan hidup. Selain itu, dokumen-dokumen ini juga dimanfaatkan oleh pemrakarsa untuk merancang kegiatan yang berwawasan lingkungan.
Dokumen Kerangka Acuan ANDAL (KA-ANDAL) memegang peranan yang sangat penting dalam proses AMDAL karena dalam dokumen inilah pemrakarsa menuangkan niatnya melakukan kajian ANDAL dan menjelaskan apa saja yang akan dikaji. Untuk menentukan apa yang akan dikaji, akan dilakukan suatu tahap yang disebut pelingkupan.
TUJUAN PELINGKUPAN
Seperti halnya dengan kajian-kajian yang lain, kajian ANDAL membutuhkan fokus yang jelas, batasan yang pasti, dan mengikuti rambu-rambu yang disepakati. Fokus dan batasan itu ditentukan sebelum kajian dilaksanakan, yaitu pada tahap merancang kajian. Tanpa rancangan kajian yang jelas, kajian dampak lingkungan (ANDAL) berpotensi menjadi sebuah kajian tidak berarah yang kemudian tidak ada nilai dan manfaatnya. Rancangan kajian ANDAL itulah yang dikenal sebagai ‘lingkup studi ANDAL’ dan merupakan hasil proses pelingkupan. Dengan kata lain, pelingkupan bertujuan untuk merancang kajian ANDAL agar menjadi kajian yang tepat sasaran.
Pada umumnya, sebuah rancangan kajian ilmiah harus menjawab pertanyaan Apa yang dikaji? Dimana dan kapan kajian dilakukan? Bagaimana kajian akan dilakukan?
Siapa saja yang terlibat dalam kajian? Oleh karena itu, rancangan suatu kajian ANDAL harus meliputi:
fokus kajian, terutama dampak-dampak penting yang diperkirakan akan terjadi;
lokasi dimana kajian akan dilakukan;
kapan kajian akan dilakukan; • metode studi; dan • tenaga ahli apa saja yang akan
dilibatkan dalam kajian.
eaks opp a fis: T
Menentukan Lingkup AMDAL
Rancangan kajian ANDAL yang baik akan memberi manfaat tambahan bagi pelaksanaan AMDAL, yaitu dalam hal pemakaian biaya, tenaga, dan waktu secara efektif dan efisien.
Pada akhir proses Pelingkupan akan dihasilkan sejumlah pernyataan yang membentuk rancangan kajian ANDAL, yaitu:
• pernyataan-pernyataan tentang dampak yang akan dikaji dalam ANDAL, dikenal dengan sebutan “dampak penting hipotetik”. Dampak-dampak ini, berdasarkan hipotesa (dugaan awal), diperkirakan akan terjadi dan memerlukan kajian yang mendalam untuk membuktikan dugaan tersebut; dan
• penentuan lokasi dan waktu kajian ANDAL yang menggambarkan wilayah-wilayah dimana kajian terhadap dugaan dampak akan dilakukan serta faktor waktu yang berkaitan dengan kajian dampak.
Kedua hasil pelingkupan di atas kemudian dipakai untuk menentukan metodologi studi serta tenaga ahli yang akan dilibatkan dalam ANDAL.
LANGKAH KERJA DALAM PROSES PELINGKUPAN
Untuk melaksanakan proses pelingkupan, Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No- mor 8 Tahun 2006 memaparkan sejumlah langkah kerja dalam bentuk tata-laksana. Gam- bar 3 menunjukkan alur proses pelingkupan sesuai dengan aturan pemerintah, khususnya Permen LH 08/2006.
Gambar 3. Proses Pelingkupan sesuai Permen LH 08/2006.
4 Panduan Pelingkupan dalam AMDAL
Seluruh langkah kerja ini didasari oleh suatu proses berpikir yang baku dalam dunia penelitian ilmiah, yaitu bagaimana merancang suatu kajian. Dengan memahami esensi dari setiap langkah kerja maka tidak sulit untuk memahami apa yang perlu dilakukan pada setiap langkah kerja. Esensi proses pelingkupan cukup sederhana, sebagaimana terlihat dalam tabel di bawah ini (Tabel 1).
Tabel 1. Esensi tata-laksana pelingkupan sesuai Permen LH 08/2006
Esensi proses pelingkupan ANDAL berlaku universal. Artinya, langkah kerja atau tata-laksana yang dianjurkan dalam peraturan pemerintah dapat berubah, namun esensi pelingkupan akan tetap sama. Oleh karena itu, buku ini akan menggunakan esensi proses pelingkupan sebagai titik-tolak pembahasan.
INPUT DAN OUTPUT PELINGKUPAN
Setiap tahap yang tercantum dalam Gambar 2 menggunakan input (masukan) tertentu dan menghasilkan output (hasil) tertentu pula. Beberapa tahapan dapat menggunakan input yang sama. Sedangkan masing-masing tahap akan menghasilkan output yang spesifik dan menjadi dasar bagi tahap selanjutnya. Tabel 2 menjabarkan input dan output dari masing- masing tahap di atas.
Dampak yang perlu atau akan dikaji dalam ANDAL harus dinyatakan secara lengkap karena informasi itu akan digunakan untuk merencanakan kajian ANDAL. Ada unsur-unsur informasi yang sebaiknya ditulis dalam pernyataan dampak hipotetik.
Menentukan Lingkup AMDAL
Tabel 2. Input dan output untuk setiap tahapan proses pelingkupan
Unsur-unsur ini berguna untuk membentuk rancangan kajian ANDAL atau dikenal sebagai “lingkup kajian ANDAL”, yang terdiri dari:
1. batas wilayah studi dan rentang waktu prakiraan dampak;
2. metode penelitian yang diharapkan dapat membuktikan hipotesa tentang dampak yang dikaji;
6 Panduan Pelingkupan dalam AMDAL
3. kedalaman studi ANDAL, digambarkan sebagai jumlah sampel yang harus dikumpulkan dan dianalisis;
4. susunan tim AMDAL yang diperlukan untuk melakukan kajian dengan interaksi, metodologi, dan kedalaman studi di atas.
Unsur-unsur informasi yang sebaiknya ada dalam pernyataan dampak, serta manfaatnya untuk lingkup ANDAL, dijelaskan dalam Tabel 3 di bawah ini.
Tabel 3. Unsur informasi dalam pernyataan dampak serta manfaatnya
Dengan demikian, uraian dampak penting hipotetik merupakan satu kesatuan informasi yang mudah dipahami. Penyampaian pernyataan dampak dapat dilakukan dengan beberapa cara, seperti secara naratif dan dengan tabel atau butir-butir deskripsi singkat. Contoh diberikan di bawah ini.
A. Secara naratif Kajian ANDAL harus/akan mencakup kajian tentang tingkat sedimentasi (Total Sus- pended Solid dalam air sungai) dan dampaknya terhadap kelangsungan budidaya ikan air tawar yang dimiliki penduduk yang mungkin terjadi di Sungai X di ruas dekat De- sa Ampar akibat kegiatan pembukaan lahan untuk rencana pembangunan kompleks perumahan Z. Peningkatan ini akan terjadi musim hujan. Dampak dapat berlangsung sejak tahap prakonstruksi (persiapan lahan) sampai dengan tahap konstruksi.
Menentukan Lingkup AMDAL
B. Dengan tabel atau butir-butir deskripsi singkat - Sumber dampak: kegiatan pembukaan lahan - Penerima dampak: air Sungai X - Lokasi dampak: Sungai X ruas dekat Desa Ampar - Parameter: Total Suspended Solid (TSS) - Waktu kajian dilakukan: musim hujan - Waktu terjadinya dampak: dari tahap prakonstruksi sampai tahap konstruksi
PENYUSUNAN DOKUMEN KA-ANDAL
Seluruh hasil pelingkupan harus dituliskan dalam dokumen Kerangka Acuan ANDAL (KA- ANDAL). Susunan dokumen ini telah ditetapkan dalam Permen LH 08/2006. Tabel 4 di bawah ini memperlihatkan sistematika bab dokumen KA-ANDAL serta memberi sedikit pen- jelasan mengenai isinya.
Tabel 4. Sistematika dokumen Kerangka-Acuan ANDAL (KA-ANDAL)
Buku panduan ini terfokus pada proses pelingkupan sehingga lebih banyak mengulas hal-hal yang relevan untuk Bab 2 dari dokumen KA-ANDAL.
8 Panduan Pelingkupan dalam AMDAL
Highlight Bab 1
1. Pelingkupan bertujuan untuk merancang kajian ANDAL agar menjadi kajian yang tepat sasaran. Karena, sebagaimana kajian ilmiah lainnya, ANDAL harus mempu- nyai arah, fokus, dan lingkup yang tepat.
2. Pelingkupan menghasilkan sejumlah pernyataan sebagaimana diuraikan di bawah ini. • Dampak yang akan dikaji dalam ANDAL atau ‘dampak penting hipotetik’. Du-
gaan (hipotesis) awal menunjukkan bahwa dampak-dampak itu akan terjadi dan memerlukan kajian mendalam untuk membuktikan dugaan tersebut.
• Lokasi dan waktu kajian ANDAL yang menggambarkan wilayah di mana kajian akan dilakukan serta faktor waktu yang berkaitan dengan kajian.
3. Pernyataan dampak sebaiknya meliputi unsur-unsur informasi berikut ini. • Komponen rencana kegiatan yang diperkirakan menjadi dampak. • Komponen lingkungan hidup yang diperkirakan terkena dampak. • Parameter yang harus dikaji dalam ANDAL. • Lokasi prakiraan awal sebaran dampak. • Waktu di mana dampak diperkirakan terjadi.
Menentukan Lingkup AMDAL
MENGENAL DESKRIPSI RENCANA KEGIA TAN MENGENAL DESKRIPSI RENCANA KEGIA TAN MENGENAL R ONA LINGKUNGAN HIDUP
Foto: Bayu Rizky 10 Panduan Pelingkupan dalam AMDAL
MENGENAL DESKRIPSI MENGENAL DESKRIPSI AN
PELINGKUP AN
PELINGKUPAN WILAYAH
STUDI & WAKTU KAJIAN
MENENTUK AN METODE DAN PELAKSANA STUDI
DAMPAK PENTING
Mengenal Deskripsi Rencana Kegiatan
Deskripsi Rencana Kegiatan merupakan salah satu input utama yang perlu disiapkan sebelum proses pelingkupan dimulai. Pada dasarnya, rencana kegiatan adalah objek yang diperkirakan akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan sekitarnya. Jenis atau skala rencana kegiatan tersebut menyebabkan kegiatan itu masuk dalam daftar wajib-AMDAL sehingga harus dikaji dampaknya terhadap lingkungan.
ESENSI MENGENAL DESKRIPSI RENCANA KEGIATAN
Tujuan langkah ini adalah untuk mengidentifikasi komponen kegiatan yang
mungkin menjadi sumber dampak. Pada langkah ini, pelaksana kajian harus dapat mengenal seluruh komponen kegiatan dan mengidentifikasi setiap komponen atau aktivitas yang mungkin akan menimbulkan buangan atau, karena keberadaannya, akan mengubah bentuk atau fungsi lingkungan sekitar.
Komponen kegiatan yang mungkin menyebabkan dampak menjadi titik tolak proses pelingkupan. Dengan mengetahui karakteristik sumber dampak, interaksinya dengan kom- ponen lingkungan sekitar dapat dikenali pula.
Identifikasi sumber dampak ini dimaksudkan untuk mengetahui hal-hal berikut. •
Bentuk dan karakteristik komponen kegiatan tersebut (aktivitas, fasilitas atau sarana tertentu).
• Tahap-tahap di mana kegiatan itu akan mengeluarkan buangan atau menimbulkan perubahan dalam lingkungan. Lazimnya suatu rencana kegiatan yang terbagi menjadi tahap prakonstruksi, konstruksi, operasi, dan pasca-operasi, masing-masing tahap mempunyai sumber-sumber dampak yang perlu dicermati.
• Letak komponen kegiatan tersebut (di dalam tapak proyek).
Informasi tentang Rencana Kegiatan
Untuk dapat melakukan identifikasi sumber dampak, Pelaksana Kajian perlu mendapatkan informasi sebagai berikut.
1. Deskripsi ringkas rencana kegiatan.
2. Rencana lokasi kegiatan, termasuk estimasi luas lahan yang dibutuhkan.
3. Deskripsi proses utama, termasuk perkiraan besarannya, kapasitas, input, dan output.
4. Sumber daya yang digunakan (bahan, air, energi, dan lain-lain) dan perkiraan besarnya.
5. Limbah yang akan dihasilkan, jenis, dan perkiraan besarnya.
6. Rencana mitigasi dampak yang sudah direncanakan dari awal (terintegrasi dalam desain rencana kegiatan).
12 Panduan Pelingkupan dalam AMDAL
Sumber informasi utama tentang rencana kegiatan adalah dokumen-dokumen perencanaan yang disusun dan dimiliki oleh Pemrakarsa tentang kegiatan yang sedang direncanakan. Contohnya adalah studi kelayakan (feasibility study), rencana umum, atau rancang-bangun (engineering design) – tergantung dokumen mana yang telah tersedia saat proses AMDAL
dimulai 1 . Dokumen-dokumen ini memiliki data, diagram, peta, tabel, dan informasi lain yang bermanfaat untuk mengenal komponen kegiatan yang mungkin menjadi sumber dampak.
Jika sebagian informasi belum tersedia, informasi tersebut dapat diperoleh dari deskripsi kegiatan sejenis ( deskripsi tipikal), misalnya untuk nomor 3, 4, 5, dan 6 di atas. Deskripsi tipikal adalah informasi umum tentang jenis kegiatan serupa yang dapat dikumpulkan dari
1) standar industri yang telah berlaku secara nasional atau internasional, 2) pengalaman pemrakarsa dengan kegiatan serupa sebelumnya, dan 3) bahan pustaka (literatur atau internet) tentang jenis kegiatan tersebut. Sebagian besar jenis kegiatan yang dikaji dalam AMDAL sudah pernah dilakukan di Indonesia sehingga banyak informasi tipikal yang dapat diakses.
Jika memang informasi tipikal yang digunakan dalam pelingkupan, pada tahap kajian ANDAL nanti, informasi rencana kegiatan perlu diperbarui dengan deskripsi yang khusus tentang rencana kegiatan yang diajukan. Hal ini perlu karena saat melakukan pendugaan dan evaluasi dampak, informasi tentang rencana kegiatan harus akurat dan spesifik, sehingga prakiraan dampaknya juga dapat dipertanggungjawabkan. Namun, jika informasi ini tidak tersedia, hasil kajian ANDAL sebaiknya dipakai sebagai masukan untuk desain yang lebih rinci.
Pemrakarsa memegang peranan utama dalam menjelaskan rencana kegiatan kepada Pelaksana Kajian. Jika informasi dari pemrakarsa dirasakan kurang memadai, Pelaksana Kajian harus melibatkan seorang pakar yang ahli di bidang rencana kegiatan tersebut. Peran pakar tersebut adalah membantu anggota tim Pelaksana Kajian untuk memahami komponen- komponen rencana kegiatan tipikal agar dapat mengidentifikasi sumber dampak.
Saat mempelajari deskripsi kegiatan, Pelaksana Kajian juga perlu mengetahui beberapa hal mendasar dari pemrakarsa, yaitu hal-hal berikut ini.
Proses perencanaan atau kajian-kajian lain yang telah dan sedang dilakukan pemrakarsa sehubungan dengan rencana kegiatan tersebut. Pada umumnya, pemrakarsa telah menjalani sebagian dari proses perencanaan konvensional. Walaupun untuk setiap sektor berbeda, proses perencanaan biasanya terdiri dari sebuah kajian umum yang melandasi keputusan pemrakarsa untuk maju dengan rencana kegiatan (seperti pre- feasibility study atau feasibility study), sebuah kajian yang membuat rancangan makro dari kegiatan tersebut (seperti masterplan, di beberapa sektor), dan sebuah kajian yang membuat rancangan teknis yang rinci (seperti detailed engineering design di beberapa sektor). Selain itu, terkadang pemrakarsa telah melakukan kajian-kajian
1 Pemerintah menganjurkan AMDAL dilaksanakan pada tahap studi kelayakan. Harapannya adalah bahwa hasil prakiraan dampak lingkungan (ANDAL) dapat mempengaruhi rancang-bangun dan pilihan-pilihan teknis rencana kegiatan. Namun, banyak Pemrakarsa yang cenderung melakukan AMDAL pada tahap
setelah studi kelayakan dan proses rancang-bangun sudah dimulai. Yang penting diperhatikan adalah bahwa AMDAL dilakukan sebelum detailed engineering design selesai agar hasil AMDAL masih dapat mengarahkan desain rinci tersebut.
Mengenal Deskripsi Rencana Kegiatan Mengenal Deskripsi Rencana Kegiatan
Alasan pemrakarsa ingin mengembangkan rencana kegiatan dan tujuan yang ingin dicapai. Misalnya, pembangunan fasilitas publik pasti didasari oleh kebutuhan masyarakat untuk suatu layanan atau fasilitas tertentu. Pemrakarsa mempunyai alasan memilih rencana kegiatan sebagai cara memenuhi kebutuhan tersebut. Sedangkan untuk pembangunan pabrik atau fasilitas lain untuk kepentingan komersial juga didasari oleh permintaan pasar yang dapat dipenuhi oleh pemrakarsa. Pilihan pemrakarsa untuk mengembangkan rencana kegiatan juga mempunyai alasan dan pertimbangan tertentu. Hal ini perlu dipahami untuk melandasi pembahasan tentang alternatif yang dikaji dalam ANDAL (jika ada).
Kedua hal ini harus dijelaskan dalam Bab 1 dokumen KA-ANDAL.
CONTOH KASUS: PELAKSANAAN KA-ANDAL DALAM PROSES PERENCANAAN RENCANA KEGIATAN
BP Indonesia melakukan pelingkupan (dan penyusunan KA-ANDAL) untuk Proyek Pengembangan Lapangan Gas LNG Tangguh bersamaan dengan tahap Rekayasa Dasar (Front End Engineering Design). Berikut diuraikan tahap-tahap perencanaan proyek secara umum berikut tahun pelaksanaannya.
• Kajian konseptual (Conceptual Engineering Study). Tujuan: Menentukan kelayakan ekonomi dan teknis serta strategi pelaksanaan proyek selanjutnya. Mencakup optimalisasi teknologi LNG, strategi pembangunan fasilitas lepas pantai, strategi pengembangan sumur, dan pengelolaan cadangan gas. 1996-1998.
• Persiapan rekayasa dasar (Front End Engineering Design Preparation). Berbagai kajian teknik untuk menentukan teknologi yang cocok pada rancang-bangun proses dan peralatan utama kilang serta mengumpulkan berbagai data rinci dari lokasi kilang yang dipilih. 1998-2000.
• Rekayasa dasar (Front End Engineering Design). Mencakup optimalisasi teknologi proses yang dipilih, pembuatan rancang-bangun fasilitas-fasilitas, sehingga masalah teknis dapat diatasi dan risiko teknis dapat ditekan serendah mungkin. FEED Kilang LNG 2000-pertengahan 2001. FEED Fasilitas Produksi Gas 2001-2002.
Proses di atas diikuti oleh Persiapan Konstruksi (Engineering, Procurement, and Construction) dan Pelaksanaan Konstruksi(Engineering, Procurement, and Construction).
Dokumen KA-ANDAL disetujui pada bulan Mei tahun 2001. (Sumber: Dokumen KA-ANDAL BP Tangguh, halaman 2-59)
14 Panduan Pelingkupan dalam AMDAL
PENJELASAN PERMEN LH 08/2006
Permen LH 08/2006 (Lampiran I, Pedoman Penyusunan KA-ANDAL, B. Sistematika Penyusunan Kerangka Acuan, Bab 2, 2.1 Bagian b) menekankan pentingnya kajian alternatif. Bagian ini akan memberi penjelasan tentang makna dan pendekatan untuk mengkaji alternatif rencana kegiatan. Alternatif yang berhubungan dengan lokasi kegiatan akan dibahas di Bab 3.
Tujuan Adanya Alternatif Rencana Kegiatan Proses perencanaan kegiatan biasanya merupakan proses bertahap di mana, pada setiap
tahap, pemrakarsa harus mengkaji sejumlah alternatif konsep kegiatan. Pada tahap awal perencanaan, alternatif yang dikaji sifatnya makro (berhubungan dengan desain dasar kegiatan) dan di tahap perencanaan seterusnya, alternatif yang dipertimbangkan sifatnya lebih mikro atau rinci.
Pada setiap tahap perencanaan pemrakarsa harus memilih alternatif yang terbaik, yaitu alternatif yang menjanjikan keuntungan (finansial dan non-finansial) yang paling tinggi sekaligus memastikan risiko yang paling rendah. Pemilihan alternatif dilakukan secara hati- hati karena terkait dengan investasi, risiko-risiko teknis, dan ekonomis. Mengkaji alternatif dapat dilakukan dengan berbagai perangkat (tools) dan merupakan proses yang kompleks
karena mempertimbangkan berbagai kriteria. Seringkali
PRINSIP PENGELOLAAN DAMPAK
salah satu kriteria yang dipertimbangkan adalah besar-
MELALUI AMDAL
kecilnya dampak terhadap lingkungan hidup. AMDAL mempunyai filosofi dasar bahwa dampak lingkungan
AMDAL adalah salah satu perangkat yang dapat digunakan tidak mutlak terjadi jika ada perhatian pada faktor lingkungan di
untuk mendukung pertimbangan lingkungan 2 . Jika AM- tahap perencanaan. AMDAL berlandaskan 3 (tiga) prinsip, yaitu mencegah, meminimalisasi, dan mengendalikan.
DAL digunakan untuk mendukung proses pemilihan alternatif, proses pengambilan keputusan tentang
• Mencegah dampak ( avoidance ) – bahwa suatu dampak dapat dicegah dengan merancang, dari awal, kegiatan
kelayakan lingkungan juga akan mendapat manfaat. Hal yang berwawasan lingkungan.
ini disebabkan karena saat ada kajian alternatif dalam • Minimalisasi dampak ( minimization ) – bahwa jika suatu
AMDAL, pengambil keputusan mendapat ruang untuk dampak tidak dapat dicegah, dampak tersebut dapat
membandingkan dampak-dampak lingkungan dari setiap ditekan besaran dan/atau sebarannya.
alternatif dan mendapat kesempatan untuk turut memilih • Pengendalian dan/atau kompensasi dampak (mitigation and/or compensation) – bahwa jika suatu dampak tidak
alternatif dengan dampak yang paling kecil atau paling dapat dicegah dan tidak dapat diminimalisasi, dampak
dapat diterima.
tersebut dapat dikendalikan dengan pendekatan teknologi dan/atau pengelolaan yang baik atau dengan pemberian
Jika hanya satu alternatif yang dikaji, pemrakarsa harus kompensasi kepada mereka yang terkena dampak
menanggung risiko bahwa usulan kegiatannya dinyatakan tersebut. ”tidak layak lingkungan” dan tidak mendapat rekomendasi Semakin awal AMDAL dilakukan, semakin banyak dampak yang
dapat dicegah dan diminimalisasi. Pelaksanaan AMDAL di tahap untuk pengurusan izin. Situasi demikian telah sering terjadi akhir perencanaan hanya memberi peluang untuk pengendalian
dan merugikan pemrakarsa karena biaya dan waktu dan/atau kompensasi terhadap dampak.
pelaksanaan AMDAL yang terbuang sia-sia.
2 Perangkat lain juga dapat digunakan untuk mengkaji alternatif berdasarkan dampak lingkungan. Di banyak sektor, pertimbangan lingkungan sudah terintegrasi dengan proses perencanaan dari tahap awal dan kajian terhadap dampak lingkungan tidak dikemas dalam suatu dokumen formal yang terpisah dari doku-
men perencanaan.
Mengenal Deskripsi Rencana Kegiatan
Alternatif Rencana Kegiatan dalam Pelingkupan
Peraturan menganjurkan agar proses pelingkupan menyertakan alternatif yang sedang dipertimbangkan pemrakarsa. Alternatif rencana kegiatan yang dimaksud dapat terdiri dari alternatif:
• proses atau teknologi yang digunakan; •
input atau bahan yang digunakan; •
tata-letak bangunan atau sarana pendukung; •
pendekatan pengendalian atau pengelolaan dampak; dan •
penjadwalan atau pentahapan kegiatan. Setiap alternatif memiliki komponen kegiatan yang berbeda sehingga dapat mengakibatkan
dampak yang berbeda terhadap lingkungan hidup. Misalnya, PLTU yang menggunakan bahan- bakar batubara akan menghasilkan limbah (dan dampak turunan) yang berbeda dengan bahan-bakar gas alam. Oleh karena itu, setiap alternatif yang sedang dipertimbangkan oleh pemrakarsa patut menjadi bagian dari kajian AMDAL.
Dalam melakukan pelingkupan, Pelaksana Kajian harus dapat menangkap alternatif apa saja yang masih menjadi bahan pertimbangan pemrakarsa lalu menyertakan alternatif-alternatif tersebut dalam proses menentukan lingkup kajian ANDAL. Setiap alternatif yang dikaji akan mempunyai konsekuensi pada pendugaan dampak, penentuan wilayah studi, penentuan waktu kajian, dan pemilihan metode studi dan tenaga ahli yang dibutuhkan untuk kajian.
Diagram Gambar 4 menunjukkan bagaimana alternatif rencana kegiatan dapat mem- pengaruhi proses pelingkupan. Dalam diagram diberikan contoh jika ada alternatif proses/ teknologi dan alternatif pengendalian/pengelolaan dampak.
16 Panduan Pelingkupan dalam AMDAL
Gambar 4. Implikasi alternatif rencana kegiatan pada proses pelingkupan
Foto: Istimewa
Mengenal Deskripsi Rencana Kegiatan
Kajian alternatif dalam pelingkupan harus meliputi: •
identifikasi sumber dampak untuk setiap alternatif komponen kegiatan; •
pengenalan komponen lingkungan yang mungkin terkena dampak untuk setiap
sumber dampak dari setiap alternatif; •
pendugaan dampak potensial untuk semua alternatif komponen rencana kegiatan dan komponen lingkungan terkena dampak; dan
• evaluasi dampak potensial untuk mengidentifikasi dampak-dampak yang akan dikaji dalam ANDAL terkait dengan alternatif-alternatif yang masih dipertimbangkan.
Akibatnya, akan ada lebih dari satu skenario dampak yang perlu dikaji dalam ANDAL sesuai dengan jumlah alternatif yang dikaji dan kombinasinya. Begitu juga lingkup kajian ANDAL akan menjadi lebih kompleks. Hal ini tentunya akan berpengaruh pada anggaran dan waktu pelaksanaan kajian ANDAL. Oleh karena itu, jumlah dan jenis alternatif yang akan dikaji harus dipertimbangkan dengan matang.
Contoh kasus di bawah ini menunjukkan bagaimana PT. Newmont Nusa Tenggara meng- gunakan AMDAL untuk mengkaji dan membantu proses pemilihan alternatif penempatan tailing di tambangnya di Pulau Sumbawa.
CONTOH KASUS: KAJIAN ALTERNATIF PENEMPATAN TAILING PADA KEGIATAN PERTAM- BANGAN
Di dalam dokumen KA-ANDAL, PT. Newmont Nusa Tenggara masih mempertimbangkan dua alternatif untuk penempatan tailing yang dihasilkan oleh tambang Batu Hijau di Pulau Sumbawa. Dalam konteks penjelasan di atas, kajian alternatif ini termasuk sebagai kajian alternatif di tingkatan mikro (elemen kegiatan).
Alternatif yang dikaji adalah: 1. penempatan di darat, yang mengharuskan di bangunnya dua waduk penampungan tailing seluas
1900 hektar; dan 2. penempatan di dasar laut pada kedalaman 3000-4000 meter di Ngarai Senunu, sebelah selatan
Pulau Sumbawa. Kedua alternatif ini dikaji dalam AMDAL dan menunjukkan bahwa penempatan tailing di darat memiliki
potensi dampak lingkungan yang lebih besar karena 1) letak Pulau Sumbawa di zona risiko gempa bumi dan 2) adanya risiko bendungan pecah sementara curah hujan relatif tinggi.
Hasil kajian AMDAL tersebut memberi arahan agar PT. Newmont Nusa Tenggara memilih penempatan tailing di dasar laut dalam. Hasil Kajian AMDAL tersebut juga menjadi dasar bagi Komisi Penilai AMDAL Pusat mengeluarkan surat kelayakan lingkungan.
18 Pelingkupan dalam AMDAL
Alternatif di darat
Alternatif di laut Sumber: Dokumen KA-ANDAL PT. Newmont Nusa Tenggara (Multisektor/Integrated Studi Analisis Dampak
Lingkungan Terpadu: Kegiatan Pertambangan Tembaga-Emas di Batu Hijau, Kec. Jereweh, Kabupaten
ar choney
Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat, 1996)
a fis: Z Info Gr
Mengenal Deskripsi Rencana Kegiatan
Ada kalanya pada saat AMDAL dimulai, pemrakarsa tidak lagi mempertimbangkan alternatif melainkan sudah menentukan pilihan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan. Mungkin pertimbangan lingkungan telah dilakukan dalam proses pemilihan alternatif tersebut, namun
tidak menggunakan perangkat AMDAL 3 . Pada situasi seperti ini, proses pelingkupan perlu me-
review dan merangkum semua pertimbangan lingkungan dan pemilihan alternatif yang telah dilakukan pemrakarsa pada tahap pra-AMDAL. Dalam proses pengenalan rencana kegiatan, Pelaksana Kajian harus dapat memberi penjelasan tentang:
• komponen-komponen rencana kegiatan yang memiliki lebih dari satu alternatif pada tahap perencanaan awal serta menguraikan setiap alternatif yang dipertimbangkan;
• pertimbangan lingkungan yang dilakukan pada tahap perencanaan, berikut kriteria yang dipakai untuk mengkaji alternatif dari segi lingkungan; dan
• proses pemilihan alternatif, sehingga diputuskan pilihan komponen rencana kegiatan yang akan dipakai dalam AMDAL.
Dalam dokumen KA-ANDAL (Bab 2), proses pemilihan serta pertimbangannya harus dituliskan secara jelas.
Foto: Istimewa
3 Banyak perusahaan dan lembaga pemerintah (yang menjadi pemrakarsa kegiatan) telah menerapkan kebijakan lingkungan hidup atau standar operasional baku yang mengintegrasikan pertimbangan lingkungan. Seluruh tahapan proses perencanaan dari sejak awal telah mempertimbangkan dampak lingkungan
yang mungkin terjadi sehingga rencana kegiatan yang dihasilkan telah selaras dengan lingkungan. Artinya, sebelum memasuki proses AMDAL, pemrakarsa telah memilih alternatif-alternatif yang paling ramah lingkungan dan telah mengintegrasikan rencana pengendalian dampak sehingga rencana kegiatan final- nya sudah merupakan alternatif yang terbaik.
20 Panduan Pelingkupan dalam AMDAL
Highlight Bab 2
1. Deskripsi Rencana Kegiatan adalah salah satu input utama dari proses peling- kupan.
2. Esensi mengenal deskripsi rencana kegiatan adalah mengidentifikasi kom- ponen kegiatan yang mungkin menjadi sumber dampak terhadap lingkungan hidup.
3. Informasi yang perlu diketahui tentang komponen kegiatan termasuk: teknolo- gi/proses utama, fasilitas yang akan dibangun, sumber daya yang digunakan, limbah yang dihasilkan dan rencana mitigasi dampak yang sudah direncana- kan dari awal.
4. Pelingkupan perlu mengidentifikasi jika ada alternatif yang masih dipertim- bangkan pemrakarsa dan akan masuk dalam lingkup kajian ANDAL.
5. Alternatif rencana kegiatan dapat terdiri dari alternatif: • proses atau teknologi yang digunakan; • input atau bahan yang digunakan; • tata-letak bangunan atau sarana pendukung; • pendekatan pengendalian atau pengelolaan dampak; dan • penjadwalan atau pentahapan kegiatan.
6. Setiap alternatif yang masuk dalam lingkup kajian akan mempengaruhi pro- ses identifikasi dampak potensial dan dampak penting hipotetik serta penen- tuan wilayah studi dan waktu kajian.
Mengenal Deskripsi Rencana Kegiatan
MENGENAL DESKRIPSI RENCANA KEGIA TAN MENGENAL R
ONA LINGKUNGAN HIDUP MENGENAL R ONA LINGKUNGAN HIDUP
Foto: Taufik Ismail 22 Panduan Pelingkupan dalam AMDAL
MENGENAL DESKRIPSI AN
AN PELINGKUP
PELINGKUPAN WILAYAH
STUDI & WAKTU KAJIAN
MENENTUK AN METODE DAN PELAKSANA STUDI
DAMPAK PENTING
Mengenal Deskripsi Rencana Kegiatan
Rona Lingkungan Hidup merupakan input lain yang perlu disiapkan sebelum proses pelingkupan dimulai. Pada dasarnya, rona lingkungan hidup adalah objek yang diperkirakan akan mengalami perubahan lingkungan akibat rencana kegiatan.
ESENSI RONA LINGKUNGAN HIDUP
Tahap ini bertujuan untuk mengidentifikasi komponen lingkungan hidup yang berpotensi terkena dampak akibat rencana kegiatan. Pada tahap ini, Pelaksana Kajian harus dapat mengenal, secara garis besar, karakteristik lingkungan hidup yang ada di dan sekitar lokasi yang dipilih untuk rencana kegiatan. Setiap lokasi mempunyai karakteristik yang unik. Oleh karena itu, sangat penting untuk memahami bagaimana komponen lingkungan di lokasi kegiatan akan berinteraksi dengan kegiatan yang akan dibangun atau dilakukan.
Komponen lingkungan hidup yang berpotensi menjadi penerima dampak terdiri dari: •
komponen geofisik-kimia, yang meliputi air permukaan dan air bawah-permukaan, udara, lahan, dan lain sebagainya;
• komponen biologis, yang meliputi flora dan fauna; •
komponen sosial ekonomi dan sosial budaya, yang meliputi ketenagakerjaan, perekonomian lokal, demografi, hubungan sosial, pola hidup, dan sebagainya; dan
• komponen kesehatan masyarakat, yang meliputi prevalensi penyakit, perubahan tingkat kesehatan masyarakat, dan sebagainya.
Pada tahap Pelingkupan, informasi yang diperlukan tentang komponen lingkungan sekitar harus dapat menggambarkan kondisi lingkungan secara umum. Pada tahap ini, data primer sifatnya masih terbatas dan tidak mendalam (rinci). Sumber-sumber informasi yang digunakan untuk mengenal lokasi adalah sebagai berikut.
• Informasi sekunder, termasuk dari laporan, peta, data Pemerintah Daerah, informasi tentang peruntukan lahan (RTRW daerah), makalah, kliping koran atau majalah, dan sebagainya.
• Tinjauan lapangan singkat yang dilakukan oleh tim Pelaksana Kajian untuk sekilas mengenal wilayah yang akan menjadi lokasi kegiatan.
• Hasil konsultasi masyarakat yang dilakukan untuk memperoleh masukan dan informasi dari masyarakat yang diperkirakan akan terkena dampak atau peduli terhadap kondisi lingkungan (lihat Boks Keterlibatan Masyarakat).
Informasi tentang Komponen Lingkungan
Untuk dapat melakukan identifikasi penerima dampak, pengumpulan informasi harus dapat menjawab dua pertanyaan inti, yaitu:
24 Panduan Pelingkupan dalam AMDAL
• Komponen ( features) lingkungan apa saja yang ada di sekitar lokasi? •
Bagaimana kondisi lingkungan secara umum? Sebuah check-list (atau daftar pertanyaan) dapat digunakan untuk membantu mengarahkan
pengumpulan dan pencatatan informasi yang dikumpulkan. Contoh check-list ditampilkan di Tabel 5. Daftar pertanyaan harus disesuaikan dengan komponen lingkungan yang relevan di lokasi rencana kegiatan, sehingga ada kemungkinan daftar akan lebih panjang atau lebih pendek daripada contoh di bawah.
Tabel 5 Daftar Pertanyaan Indikatif untuk Pengenalan Awal Rona Lingkungan Hidup
Modifikasi dari ”Guidance on EIA Scoping”, Office for Official Publications of the European Communities, June 2001.
Mengenal Rona Lingkungan Hidup
PENJELASAN PERMEN LH 08/2006
Permen LH 08/2006 (Lampiran I, Pedoman Penyusunan KA-ANDAL, B. Sistematika Pe- nyusunan Kerangka Acuan, Bab II, 2.1 Bagian b) menekankan pentingnya kajian terhadap alternatif. Bagian ini akan memberi penjelasan tentang makna dan pendekatan yang dapat digunakan untuk alternatif lokasi dan kegiatan lain di sekitar lokasi.
Tujuan Adanya Alternatif Lokasi Kegiatan
Sama halnya dengan rencana kegiatan, dalam proses perencanaan awal, pemrakarsa harus memilih lokasi terbaik dari beberapa alternatif. Kecuali untuk jenis-jenis kegiatan (yang faktor lokasinya tergantung pada sumberdaya alam yang letaknya pun khas, seperti tambang, minyak/ gas bumi), pemrakarsa lazimnya telah menjajaki beberapa alternatif lokasi dalam proses perencanaan awal. Saat memasuki proses AMDAL, pilihan pemrakarsa telah mengerucut ke beberapa alternatif lokasi yang dianggap layak dari segi teknis dan ekonomis.
Dalam memilih alternatif lokasi terbaik, pemrakarsa harus mempertimbangkan risiko yang terkait dengan setiap calon lokasi, termasuk risiko akibat dampak lingkungan. Calon lokasi yang menimbulkan dampak lingkungan yang besar akan dieliminasi. Sedangkan alternatif lokasi yang paling sedikit menimbulkan dampak lingkungan akan dipertahankan.
Adanya alternatif lokasi yang dikaji dalam AMDAL juga memberi kesempatan bagi pengambil keputusan untuk turut memilih alternatif lokasi yang dampaknya paling kecil atau paling dapat diterima. Jika tidak ada alternatif lokasi (yaitu, jika pemrakarsa hanya mengajukan satu pilihan) dan tidak ada pengendalian dampak yang dapat dianggap memadai, pengambil keputusan hanya dapat menimbang antara keputusan ”layak lingkungan” atau ”tidak layak lingkungan”. Pemrakarsa pun akhirnya harus menanggung risiko bahwa lokasi yang dipilih ternyata dianggap tidak layak dan tidak diberi rekomendasi untuk meneruskan proses perencanaan dan perizinan.
Sudah banyak kasus di mana tidak adanya alternatif menyebabkan rencana kegiatan mendapat keputusan ”tidak layak lingkungan” dari Komisi Penilai AMDAL. Salah satunya adalah rencana pembangunan jaringan transmisi listrik (SUTET) Jawa-Bali yang melalui sebelah barat Pulau Bali. Hasil AMDAL menunjukkan bahwa rencana jalur melalui sebuah Pura yang sangat penting untuk komunitas Hindu-Bali sehingga dampak sosialnya sangat tinggi. Komunitas Hindu-Bali jelas-jelas keberatan dengan rencana pembangunan jaringan transmisi tersebut. Komisi Penilai AMDAL Pusat memberi penilaian ’tidak layak lingkungan’ untuk rencana kegiatan ini dan rencana pembangunan tidak dapat diteruskan. Pemrakarsa terpaksa menanggung kerugian keuangan yang besar karena biaya yang telah dikeluarkan untuk berbagai kajian menjadi sia-sia.
26 Panduan Pelingkupan dalam AMDAL
Alternatif Lokasi Kegiatan dalam Pelingkupan
Seperti halnya dengan alternatif rencana kegiatan yang terdiri dari alternatif komponen- komponen kegiatan, alternatif lokasi juga dapat dibagi menurut komponen kegiatan. Dengan demikian, alternatif lokasi dapat meliputi salah satu dari lima komponen ini.
• Lokasi fasilitas atau kegiatan utama. •
Lokasi fasilitas pendukung. •
Lokasi pengambilan bahan baku. •
Lokasi pembuangan limbah. •
Lokasi fasilitas pengendalian atau pengelolaan dampak. Pemrakarsa mungkin telah menentukan satu lokasi terbaik untuk fasilitas atau kegiatan utama,
namun masih mempertimbangkan beberapa alternatif lokasi untuk fasilitas pendukung atau fasilitas pengendalian dampaknya. Pemrakarsa lain mungkin masih mempertimbangkan dua alternatif lokasi untuk fasilitas/kegiatan utamanya, namun sudah menentukan lokasi terbaik untuk pengambilan bahan baku. Hal ini tentunya sangat bergantung pada proses perencanaan yang dijalani pemrakarsa.
Dalam melakukan pelingkupan, semua lokasi yang masih menjadi alternatif harus dikenali karakateristiknya. Hal ini dilakukan karena setiap lokasi mempunyai komponen lingkungan hidup yang berbeda sehingga interaksi antarkomponen kegiatan dan komponen lingkungan hidup dapat menyebabkan dampak yang berbeda (antara satu calon lokasi dengan yang lainnya). Dengan demikian, seluruh upaya pengumpulan informasi tentang komponen lingkungan, sebagaimana dijelaskan sebelumnya, perlu dilakukan untuk semua calon lokasi. Jika checklist digunakan sebagai alat bantu, Pelaksana Kajian mungkin harus membuat lebih dari satu checklist sesuai dengan jumlah calon lokasi yang disertakan dalam proses pelingkupan dan karakteristik lokasinya. Adanya lebih dari satu alternatif lokasi mempunyai implikasi pada proses pelingkupan. Di antaranya sebagai berikut.
Konsultasi masyarakat pada tahap pelingkupan harus dilakukan dengan komponen masyarakat di masing-masing lokasi tersebut.
Proses identifikasi dampak potensial juga harus dibuat per calon lokasi. Sehingga untuk setiap alternatif lokasi akan ada satu set dampak potensial.
Proses penentuan dampak yang akan dikaji juga harus dibuat per calon lokasi. Karena itu, dokumen KA-ANDAL akan menyebutkan beberapa set dampak yang akan dikaji dalam ANDAL sesuai dengan jumlah lokasi yang masih dipertimbangkan.
Mengenal Rona Lingkungan Hidup
Gambar 5 di bawah ini menunjukkan implikasi adanya lebih dari satu alternatif lokasi.
Gambar 5. Proses pelingkupan untuk rencana kegiatan yang memiliki 2 (dua) alternatif lokasi.
Implikasi tersebut tentunya akan mengakibatkan peningkatan biaya pelaksanaan kajian ANDAL. Oleh karena itu, alternatif lokasi yang akan dipertimbangkan harus dipilih dengan cermat, yakni dengan keyakinan bahwa lokasi-lokasi tersebut secara umum memenuhi syarat untuk jenis kegiatan yang direncanakan.
Contoh kasus di Bab 2, PT. Newmont Nusa Tenggara menunjukkan bahwa alternatif lokasi dapat muncul karena adanya alternatif rencana kegiatan. Karena PT. Newmont mempertimbangkan dua alternatif penempatan tailing dari tambang Batu Hijau maka terdapat pula dua calon lokasi untuk penempatan tailing tersebut, yaitu di daratan dekat lokasi tambang dan di Ngarai Senunu, di dasar laut dalam. Dalam proses pelingkupan, rona lingkungan awal di kedua lokasi ini dipelajari, dan komponen-komponen lingkungan yang mungkin terkena dampak di masing-masing lokasi dikenali. Selanjutnya, dalam ANDAL PT. Newmont, kajian melakukan prakiraan dan evaluasi dampak lingkungan pada kedua alternatif lokasi tersebut.
Apabila proses AMDAL dimulai setelah seluruh lokasi ditentukan maka dalam pelaksanaan
28 Panduan Pelingkupan dalam AMDAL 28 Panduan Pelingkupan dalam AMDAL
• calon-calon lokasi yang telah dipertimbangkan; •
kriteria seleksi lokasi, terutama yang berhubungan dengan lingkungan hidup; dan •
pilihan lokasi pada tiap tahap pengerucutan pilihan. Penjelasan di atas berfungsi untuk meyakinkan para pengambil keputusan bahwa lokasi
rencana kegiatan yang dibahas dalam KA-ANDAL (dan akan dikaji dalam ANDAL) adalah alternatif lokasi yang terbaik berdasarkan pertimbangan lingkungan yang sesuai pula.
CONTOH KASUS: KAJIAN ALTERNATIF LOKASI UNTUK PENENTUAN LOKASI KILANG LNG – BP TANGGUH
Dalam dokumen KA-ANDAL untuk Proyek LNG Tangguh, dijelaskan proses penentuan lokasi kilang LNG sebagai jabaran kajian alternatif. Proses pemilihan lokasi dimulai pada pertengahan tahun 1996 dan terus berlangsung secara bertahap sampai dengan ditentukannya 1(satu) lokasi pilihan. Proses penyaringan bertahap dan jumlah calon lokasi yang dipertimbangkan dijelaskan dalam KA-ANDAL sebagai berikut.
• Penyaringan Tahap I : 17 calon lokasi • Penyaringan Tahap II : 9 calon lokasi • Penyaringan Tahap III : 5 calon lokasi • Penyaringan Tahap IV : 4 calon lokasi • Penyaringan Tahap Akhir : 1 calon lokasi, dengan 2 (dua) pililhan calon situs Kilang LNG, yaitu Tanah
Merah dan Saengga. Pada setiap tahap penyaringan, faktor lingkungan alam dan sosial menjadi pertimbangan, selain faktor-faktor
teknis dan ekonomis. Contoh kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut. • Lokasi tidak boleh berada dalam lingkungan cagar alam, Taman Nasional, maupun daerah yang secara lingkungan dianggap masih lestari dan perlu dilindungi. • Hindari lokasi-lokasi yang mengakibatkan pipa penyalur gas harus menembus pegunungan dengan jarak lebih dari 50 kilometer (km) dengan maksud mengurangi risiko dan biaya. • Hindari lokasi-lokasi dengan pelabuhan alam yang tidak dapat menampung kapal-kapal samudera