Buku ini merupakan bagian dari isi buku yang berjudul ILMU LADUNI (Mencari Jati Diri Jilid 2)
Al-Imam as-Suyuti t berkata: Banyak orang Kunci Pembuka Tabir Rahasia …………….. 97
mengira, bahwa ilmu laduni itu sangat sulit untuk didapat. Dua Sifat yang Berbeda …………………… 102
M ereka berkata; ilmu laduni itu berada di luar jangkauan
RIWAYAT PENULIS ……………………… 108
kemampuan manusia. Padahal sebenarnya tidaklah
DAFTAR PUSTAKA ………………………. 110
demikian. Untuk mendapatkan ilmu laduni itu, caranya hanya dengan jalan membangun sebab-sebab yang dapat menghasilkan akibat. A dapun sebab-sebab itu adalah amal dan zuhud. Kemudian beliau meneruskan: Ilmu-ilmu
A l-Qur'an dan apa saja yang memancar darinya adalah sangat luas sekali. Bagaikan samudera yang tidak bertepi.
A dapun ilmu laduni ini adalah alat yang mutlak bagi seseorang untuk menafsirkan ayat-ayatnya .
Dan juga firman Allah I :
Oleh karena itu, orang dilarang menafsirkan ÇËÍÈ $ ! y g ä 9 $ ÿ x % ø & r > A q è = è % ’ 4 n ? ã t Q ô & r c š # u ä ö • à ) ø 9 $ # t br ã • - / y ‰ t G ƒ t x Ÿ ù s & r
ayat-ayat al-Qur'an kecuali terlebih dahulu telah mendapatkan ilmu laduni. Barangsiapa menafsirkan
"Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al- al-Qur'an tanpa alat ilmu laduni, boleh jadi mereka
Qur'an, atau diatas hati-hati ada kuncinya". akan menafsirkanya dengan akal saja ( bir ro'yi ) yang
(QS. Muhammad (47); 24) dilarang oleh agama. Sebab, pemahaman ilmu al-
(Ali ash-Shobuni; At- Tiby an fi Ulumil Q ur'an, 159)
Qur'an yang hakiki adalah sesuatu yang sifatnya Qodim dan sumber ilmu laduni juga dari yang Qodim itu. Oleh karena itu, orang tidak dapat menyentuh sesuatu yang Qodim kecuali dengan alat dari yang Qodim pula.
Para Ulama' menyebut ini sebagai syarat mutlak yang harus dipenuhi bagi orang yang akan menafsirkan al-Qur'an, supaya dia berhasil sampai pada tingkat penafsiran terdalam dan tertinggi sesuai dengan kemampuannya dalam memahami, baik di saat mereka sedang mendengarkan maupun membaca
ayat-ayatnya. Sungguh Allah I telah memudahkan-
nya dan telah memerintahkan pula untuk mengadakan penelitian, sebagaimana firman-Nya:
" Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan A l-Qur'an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil
pelajaran . (QS. al-Qomar (54); 17).
membacakan (A l -Qur'an) kepadamu (M uhammad) maka kamu tidak akan lupa .( QS. al-A’la; 6)
Bukan Hasil Sulapan
Artinya, kalau memang ada orang yang asalnya tidak dapat membaca kitab kuning, dalam waktu yang
Orang yang mendapatkan ilmu laduni itu bukan relatif singkat kemudian menjadi bisa, Apabila hanya sekedar yang asalnya tidak bisa berbahasa kemampuan itu didapatkan dari sumber ilmu laduni, Arab, atau berbahasa Inggris misalnya, kemudian kemampuan itu bukannya datang dengan sendirinya
tahu-tahu menjadi bias. Atau tidak bisa membaca tanpa sebab, melainkan didatangkan dengan sebab-
kitab kuning, tanpa sebab menjadi bisa. Lebih-lebih sebab dan proses yang harus dijalani. Namun
dikaitkan dengan kelebihan-kelebihan dan kesaktian demikian, datangnya kemampuan itu dengan jalan
( karomah ), seperti orang dapat menghilang atau dapat dimudahkan, sebagai sunnah yang tidak akan ada terbang di udara seperti burung. Ilmu laduni bukan perubahan lagi untuk selama-lamanya. Sebagaimana demikian, akan tetapi berupa berbagai kemudahan sunnah-sunnah yang sudah diperjalankan Allah I dan kelebihan yang menyertai hidup seorang hamba kepada para pendahulunya, yaitu para Nabi, ash- yang sholeh, baik aspek ilmiah maupun amaliah yang
Shiddiq, asy-Syuhada , ash-Sholihin.
akan menjadikan orang tersebut berma’rifat kepada Tuhannya.
Kalau datangnya kemampuan-kemampuan itu tanpa sebab dan tanpa proses yang harus dijalani oleh
Memang terkadang gejala yang muncul di manusia, yang demikian itu hanyalah “ sulapan” atau
permukaan seperti tersebut di atas. Namun hal itu daya sihir, yang kadang-kadang datangnya dari setan
bukan karena orang tersebut telah mendapatkan Jin, sebagai “ istidroj ” atau kemanjaan sementara bagi
kesaktian “ tiban” . Akan tetapi karena penggodokan di manusia dan ketika masa tangguhnya habis, istidroj
dalam “ kawah candradimuka” telah menghasilkan itu berangsur-angsur akan dihilangkan lagi untuk
buah. Kecerdasan akal yang selama ini ditutupi oleh selamanya bersama kehancuran orang yang memiliki.
hijab , ketika hijab itu sudah hilang maka yang sudah cerdas menjadi semakin cerdas sehingga setiap yang
Demikian pula, ketika pencarian-pencarian sudah dibaca dan dihafalkan, selamanya tidak dapat
sumber ilmu laduni yang dijalankan oleh seorang
hilang (lupa) lagi. Allah I telah menyatakan yang
salik terjebak dengan gambaran secara personal bukan demikian itu dengan firman-Nya:
Kami akan Kami akan
secara personal, di pinggir-pingir laut di muka itu menjadi kaya karena dia juga ternyata dapat bumi misalnya, bukan secara karakter di dalam lautan
mengobati orang-orang yang sakit.
ruhaniah yang ada dalam hati sanubari manusia. Mencari pertemuan dua lautan yang dapat di lihat
Contoh kejadian seperti ini, kalau tidak dicermati mata, bukan lautan secara tibari , maka yang muncul
dengan benar—tentunya dengan penguasaan ilmu kemudian boleh jadi adalah bayangan visual di dalam
khusus tentang dunia Jin,—maka banyak orang yang hayal manusia—yang dihasilkan dari sihir dan tipu
akan menjadi korban. Karena sebentar kemudian anak daya setan Jin.
itu pulih sebagaimana aslinya dengan tanpa membekaskan kemanfaatan untuk dirinya, dalam arti
Kalau demikian, berarti perjalanan tersebut sebagaimana tujuan diturunkannya ilmu laduni. Yang belum menemukan tujuan yang asli, walau untuk
demikian itu kadang-kadang hanya tipu muslihat menyelesaikan tahapan menemukan yang asli itu,
setan Jin untuk menciptakan sumber fitnah. Juga kadang-kadang terlebih dahulu orang harus melalui
sebagai istidroj yang sementara dan berangsur-angsur yang palsu. Oleh karena itu yang paling utama dalam
hilang sama sekali. Yang tertinggal kemudian adalah setiap amal—yang dilakukan dengan tujuan khusus—
fenomena dan tanda tanya besar yang tidak terjawab. adalah fungsi guru pembimbing ahlinya. Kalau tidak
Selanjutnya akan membentuk pola pikir yang salah demikian, dapat dipastikan bahwa perjalanan salik
terhadap orang yang ada di sekitar anak itu—tentang tersebut akan menuju jalan yang sesat.
ilmu laduni, tentang nabi Khidhir u —yang akan dapat menyesatkan banyak orang. Yaitu ketika tapak
Konon katanya, suatu saat ada seorang anak tilas perjalanan anak tersebut ditindaklanjuti dengan kecil bertemu dengan nabi Khidhir u di tengah
pencarian-pencarian. Mencari nabi Khidhir u dan jembatan dekat rumahnya menuju arah pasar. Setelah
ilmu laduni di tengah jembatan menuju pasar, maka itu, anak tersebut seketika pandai berpidato—tidak
akibatnya, banyak aqidah akan menjadi rusak sebagaimana seorang anak pada usianya (usia belasan
disebabkan pencarian-pencarian seperti itu. tahun), sehingga ia menjadi terkenal dan didatangkan untuk berceramah ke mana-mana. Layaknya seperti
Kadang-kadang seseorang mengajarkan kepada orang yang kesurupan Jin, anak itu dapat berpidato
orang lain cara untuk mendapatkan ilmu laduni, dengan demikian ahlinya. Kata orang, ada roh suci
dengan mengamalkan bacaan-bacaan (amalan) khusus dengan mengamalkan bacaan-bacaan (amalan) khusus
Perjalanan nabi M USA as.
(katanya) orang yang mengamalkan cara seperti itu
mencari nabi KHIDHIR as.
akan bertemu dengan nabi Khidhir as. lalu mendapatkan ilmu laduni dari nabi Khidhir. Yang
Perjalanan nabi Musa dengan nabi Khidhir as. demikian itu banyak terjadi di dalam fenomena.
telah diabadikan Allah Ta’ala di dalam Al-Qur’an al- Ternyata hasilnya sama saja, mereka sama-sama
Karim. Sungguh yang demikian itu bukan hanya terjebak dengan tipu daya setan Jin. Bukannya dapat
sekedar menjadi ilustrasi al-Qur’an dengan tanpa ada bertemu dengan Nabi Khidhir, malah ada yang
tujuan yang berarti, sebagaimana buku komik dan menjadi gila, gila hormat, gila kedudukan, sehingga di
novel, tidak. Al-Qur’an tidak demikian, namun jauh mana-mana hidupnya malah menimbulkan
lebih dari itu, yaitu supaya menjadi pelajaran yang perpecahan sesama manusia. Dalam arti jalan hidup
sangat berharga bagi umat Nabi Muhammad saw. itu tidak sebagaimana jalan hidup seorang ‘Ulama
Peristiwa sejarah yang sudah lama ghaib itu, apabila yang tawadhu’, bertakwa dan berma’rifat kepada
tidak dimunculkan di dalam kitab suci yang terjaga Tuhannya.
itu, barangkali tidak ada seorang pun mengetahuinya lagi. Terlebih kita umat Muhammad saw. yang hidup
Oleh karena itu, tawasul secara ruhaniah (baca entah berapa ratus tahun setelah peristiwa tersebut.
buku berjudul tawasul) adalah solusi yang sangat efektif. Menjadi sarana latihan yang multi guna agar
Hal itu tidak lain, supaya peristiwa sejarah itu perjalanan para salik mendapatkan penjagaan dari dapat dijadikan bahan kajian yang mendalam, bahwa segala tipudaya setan Jin yang menghadang. Mereka
ternyata di dalam kehidupan ini ada dua jenis ilmu berhasil lolos dan selamat dari segala ujian serta
pengetahuan dan dua jenis alam yang harus diketahui mampu menyelesaikan segala tahapan dan tanjakan
dan dikuasai oleh manusia. Ilmu lahir dengan sehingga mendapatkan hasil yang diharapkan. Insya
alamnya dan ilmu batin juga dengan alamnya. Allah.
Dengan penguasaan tersebut supaya manusia menjadi manusia yang sempurna(insan kamil). Dengan ilmu lahir supaya lahir manusia menjadi mulia demikian pula dengan ilmu batin, supaya batin manusia itu juga menjadi batin yang mulia.
Untuk mengungkapkan sesuatu yang ada di akan membawa manfaat baginya. Sebab, yang sudah dalam (ilmu laduni), satu-satunya jalan adalah dengan
tertulis ini, dan semacamnya tentang ilmu laduni, cara i’tibar, (percontohan) demikianlah Al-Qur’an
hanyalah sekedar keterangan sebatas teori yang harus telah memberikan contoh:
ditindaklanjuti dengan amal perbuatan, sedangkan “ ilmu laduni” adalah “ buah” dari amal perbuatan
“ Dan sesungguhnya telah Kami buat dalam Al
tersebut.
Qur'an ini segala macam perumpamaan untuk
manusia” . QS. Ar-Rum/ 58.
Di dalam surat al-Kahfi, dengan dua puluh dua ayat mulai No: 60 sampai dengan No: 82, peristiwa
Oleh karena itu, pintu pertama dan utama untuk sejarah itu diperankan dua tokoh sentral. Nabi Musa memahami ilmu laduni itu adalah pintu iman dan nabi Khidhir sebagai gambaran sosok yang telah (percaya). Apabila pintu yang satu itu sudah tidak menjiw ai ilmunya masing-masing. Untuk menghasil-
ada, maka jangan harap manusia dapat memanfaatkan kan ilmu laduni, dua karakter tokoh sentral tersebut, segala keterangan yang ada: yaitu karakter Musa dan karakter Khidhir, harus
dipertemukan dengan pelaksanaan amal ibadah.
Dan sesungguhnya jika kamu membawa kepada mereka
suatu ayat, pastilah orang-orang yang kafir itu akan
Diharapkan dengan amal tersebut dapat membuahkan
berkata: " Kamu tidak lain hanyalah orang-orang yang
suatu jenis “ pemahaman hati” . Pemahaman hati itulah
membuat kepalsuan belaka" . QS. ar-Rum/58.
yang dinamakan ilmu laduni. Adapun ayat kunci dari sumber kajian ini adalah firman-Nya :
Hal itu disebabkan, karena hati mereka telah terkunci ÇÏÎÈ $ V J ù = Ï ã $ R ¯ à$© ! ` B Ï ç m» o Y K ÷ ¯ = t æ u r $ t R Ï ‰ Z Ï ã ô ` Ïi B Z p J y m ô ‘ u m» ç Y o • ÷ ?# s u ä mati oleh sifat kafirannya sendiri:
" Yang telah Kami berikan rahmat dari sisi Kami dan Demikianlah A llah mengunci mati hati orang-orang
telah Kami ajarkan kepadanya Ilmu dari sisi Kami .
yang tidak (mau) memahami .
QS.al-Kahfi.18/65.
QS.ar-Rum/59.
“ Khidhir as.” adalah seorang Nabi tapi bukan Demikian pula terhadap setiap uraian tentang
Rasul. Alasannya, karena tidak mungkin seorang nabi ilmu laduni, apabila seorang sudah tidak
(nabi Musa as.) berguru kecuali kepada seorang Nabi mempercayai keberadaan ilmu tersebut, maka apapun
pula. Dalam pembahasan ilmu laduni ini—supaya yang sudah tertulis dalam buku ini, sedikitpun tidak pula. Dalam pembahasan ilmu laduni ini—supaya yang sudah tertulis dalam buku ini, sedikitpun tidak
Dengan susah payah Beliau menindaklanjuti petunjuk sosok personal. Sebab, sebagai sosok personal boleh
itu, mengadakan perjalanan panjang yang tidak jelas jadi para pelaku sejarah itu sudah lama meninggal
arah tujuannya. Hanya dengan mengikuti isyarat yang dunia, kecuali nabi Khidhir as, yang konon menurut
telah didapatkan, nabi Musa datang kepada Nabi banyak pendapat, beliau tidak mati. Sehingga, cerita-
Khidhir untuk menuntut ilmu kepadanya. cerita tentang pertemuan seorang yang hidup pada zaman sekarang dengan Nabi Khidhir as.—sebagai
Menurut suatu riwayat, suatu saat Nabi Musa sosok personal—kesannya hanya bernuansakan mistik
as.—ketika baru saja menerima Kitab dan berkata-kata atau mitos yang kurang dapat dipertanggung-
dengan Allah—bertanya kepada Tuhannya: "Siapakah jawabkan secara ilmiyah. Namun dengan ditampilkan
kira-kira yang lebih utama dan lebih berilmu tinggi sebagai sosok karakter, pelaku sejarah itu dan bahkan
selain aku" ?. Maka dijawab: “ Ada, yaitu hamba Allah siapapun akan menjadi hidup untuk selama-lamanya.
yang berdiam di pinggir laut, bernama Khidhir as” . Bagaikan mutiara-mutiara yang terpendam,
Di dalam hadits riwayat imam Bukhori dan hakikat ilmu laduni itu harus ditemukan oleh para
Muslim, dari Abi bin Ka’ab ra. telah mendengar salik di dalam peristiwa sejarah tersebut. Makanya,
Rasulullah saw. bersabda: “ Ketika suatu saat Nabi hanya dengan ilmu, iman dan amal, mereka
Musa berdiri berkhothbah di hadapan kaumnya, Bani tertantang untuk mampu menggalinya dengan benar.
Isra’il, salah seorang bertanya: “ Siapa orang yang Banyak jebakan dan ranjau yang ditebarkan di sana,
paling tinggi ilmunya” , Nabi Musa as. menjawab: tanpa guru pembimbing ahlinya, sulit rasanya seorang
“ Saya” . Kemudian Allah menegur Musa dan salik mampu menemukan mutiara yang dirahasiakan
berfirman kepadanya, supaya Musa tidak mengulangi itu.
statemannya itu; “ Aku mempunyai seorang hamba yang tinggal di pertemuan antara dua samudera,
Diawali dengan tekat bulat serta perbekalan adalah seorang yang lebih tinggi ilmunya daripada yang seadannya. Nabi Musa as.—seorang Rasul dan
kamu” . Nabi Musa as berkata: “ Ya Tuhanku, seorang Nabi yang telah mendapatkan banyak
bagaimana aku bisa menemuinya” . Tuhannya kelebihan-kelebihan dari Allah Ta’ala, baik berupa
berfirman: “ Baw alah ikan sebagai bekal perjalanan, ilmu dan amal serta derajat dan kemuliaan—dengan
apabila di suatu tempat ikan itu hidup lagi, maka di apabila di suatu tempat ikan itu hidup lagi, maka di
yang mereka tuju, maka kembalilah mereka berdua, dengan mengikuti tapak tilas perjalanan, mencari
Di dalam riwayat yang lain disebutkan, disaat dimana ikan tersebut masuk ke laut. Nabi Musa as. munajat kepada Tuhannya, beliau berkata: “ Ya Tuhanku, sekiranya ada diantara
Setelah sampai di tempat yang dituju, hambaMu yang ilmunya lebih tinggi dari ilmuku
keduanya bertemu dengan seorang laki-laki. Musa maka tunjukilah aku” . Tuhannya berkata: “ Yang lebih
menyampaikan salam dan laki-laki itu menjawab. tinggi ilmunya dari kamu adalah Khidhir” , Nabi Musa
Musa kemudian mengenalkan diri dan menceritakan as. bertanya lagi: “ Kemana saya harus mencarinya?” ,
tujuan perjalanannya. Kemudian nabi Khidhir as. Tuhannya menjawab: “ Di pantai dekat batu besar” ,
menjawab :
Musa as. bertanya lagi : “ Ya Tuhanku, aku harus berbuat apa sehingga aku dapat menemuinya ?” ,
maka dijawab: “ Baw alah ikan untuk perbekalan di dalam keranjang, apabila di suatu tempat ikan itu hidup lagi, berarti Khidir itu berada disana” .
Hai M usa, A ku dengan ilmu dari ilmu A llah yang A llah
Kemudian Musa as. berkata kepada muridnya:
mengajarkannya kepadaku tapi tidak diajarkan kepadamu
“ Apabila ikan itu hidup lagi, kamu segera beritahukan
sedangkan engkau dengan ilmu dari ilmu Allah yang
kepadaku” .
A llah mengajarinya kepadamu akan tetapi tidak diajarkan kepadaku .
Berangkatlah mereka berdua dengan berjalan Kemudian mereka, Musa dan Khidhir berangkat kaki. Ketika sampai di suatu tempat, di sebelah batu mengadakan perjalanan bersama. Ketika naik perahu, besar, nabi Musa istirahat dan tertidur, ikan tersebut mereka melihat seekor burung mencari makanan di bergerak hidup dan meloncat ke laut. Tapi sang murid laut, burung itu memasukkan paruhnya di air lupa melaksanakan pesan gurunya. Kemudian mereka kemudian terbang lagi. Khidhir sa. berkata: Hai Musa, meneruskan perjalanan, setelah sampai waktunya ilmumu dan ilmuku jika dikumpulkan dengan seluruh makan sore, nabi Musa mencari perbekalannya, ilmu makhluk yang ada di alam semesta ini, muridnya baru ingat pesan tersebut dan menceritakan dibandingkan dengan ilmu Allah tidaklah lebih besar kejadian ikan yang hidup lagi dan meloncat masuk ke daripada air yang ada di paruh burung itu dibanding Berangkatlah mereka berdua dengan berjalan Kemudian mereka, Musa dan Khidhir berangkat kaki. Ketika sampai di suatu tempat, di sebelah batu mengadakan perjalanan bersama. Ketika naik perahu, besar, nabi Musa istirahat dan tertidur, ikan tersebut mereka melihat seekor burung mencari makanan di bergerak hidup dan meloncat ke laut. Tapi sang murid laut, burung itu memasukkan paruhnya di air lupa melaksanakan pesan gurunya. Kemudian mereka kemudian terbang lagi. Khidhir sa. berkata: Hai Musa, meneruskan perjalanan, setelah sampai waktunya ilmumu dan ilmuku jika dikumpulkan dengan seluruh makan sore, nabi Musa mencari perbekalannya, ilmu makhluk yang ada di alam semesta ini, muridnya baru ingat pesan tersebut dan menceritakan dibandingkan dengan ilmu Allah tidaklah lebih besar kejadian ikan yang hidup lagi dan meloncat masuk ke daripada air yang ada di paruh burung itu dibanding
Perjalanan Tahap Pertama
seluruh samudera adalah ibarat ilmu Allah dan Allah Maha Mengetahui terhadap segala hakikat perkara.
Perjalanan tahap pertama ini merupakan tahap * Tafsir Qurthubi *
pencarian seorang murid untuk menemukan guru pembimbing(mursyid) dalam rangka meningkatkan kwalitas ilmu yang sudah dimiliki. Perjalanan dua karakter tersebut (karakter Musa dan karakter Khidhir) hendaklah dijadikan sebagai i’tibar dan muqoddimah dari sebuah perjalanan spiritual yang akan dilakukan. Perjalanan tersebut sebagai dasar yang harus diketahui, dijadikan kajian dan landasan oleh seorang salik guna usaha dan tahapan pencarian yang berikutnya. Ilmu yang sudah dimiliki adalah ilmu teori, sedangkan ilmu yang dicari adalah penerapan ilmu itu dalam menghadapi kejadian yang aktual secara aplikatif, baik untuk urusan vertikal maupun horizontal.
Tahap pertama ini seorang murid harus mampu melaksanakan beberapa hal:
1) Niat yang kuat dan bekal secukupnya. Seorang salik harus meninggalkan dunia yang ada di
sekitarnya, mengadakan perjalanan panjang mencari guru mursyid untuk belajar ilmu laduni darinya atas petunjuk dan hidayah Allah Ta’ala. Oleh karena tahap ini adalah tahap awal, maka sekitarnya, mengadakan perjalanan panjang mencari guru mursyid untuk belajar ilmu laduni darinya atas petunjuk dan hidayah Allah Ta’ala. Oleh karena tahap ini adalah tahap awal, maka
sesungguhnya dalam keadaan sadar : Ketika Sidrah mimpi yang benar adalah empat puluh lima persen
diliputi oleh sesuatu yang meliputinya Penglihatan bagian dari alam kenabian.
tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya - Sesungguhnya dia telah melihat
2) Perjalanan itu adalah perjalanan antara dua sebagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang dimensi ilmu pengetahuan: Hai M usa, A ku dengan
paling besar . QS. an-Najm/16-18.
ilmu dari ilmu A llah yang mengajarkannya kepadaku tapi tidak diajarkannya kepadamu sedangkan engkau
4) Tujuan yang jelas ialah; dengan ilmu syari’at yang dengan ilmu dari ilmu A llah yang A llah mengajarinya
sudah dimiliki, Nabi Musa ingin mendapatkan kepadamu akan tetapi tidak diajarkannya kepadaku .
ilmu hakikat melalui nabi Khidhir. Yang demikian Ilmu nabi Musa adalah ilmu syari’at sedangkan
itu adalah hakikat pelaksanaan “ tawasul secara ilmu nabi Khidhir adalah ilmu hakikat. Hakikat
ruhaniyah” —dari seorang murid kepada guru perjalanan itu adalah bentuk pelaksanaan
mursyidnya, supaya sampainya harapan kepada “ thoriqoh” (perjalanan spiritual) yang harus
Allah Ta’ala melalui guru mursyid (nabi Khidhir dijalani oleh seorang salik. Sebab, tanpa
as.). Sebab, yang dinamakan “ ilmu laduni” itu pelaksanaan thoriqoh mustahil seorang hamba
adalah ilmu yang didatangkan dari Allah Ta’ala dapat menemukan apa-apa yang dicari dalam
bukan dari makhlukNya, maka fungsi guru adalah hidupnya.
bagaimana seorang murid dapat menemukan sumber ilmu laduni tersebut yang ada dalam
3) Ada tempat pertemuan yang ditentukan, yaitu hatinya sendiri. Jalannya, yaitu dengan tempat pertemuan antara dua samudera ilmu
melaksanakan mujahadah yang dijalankan pengetahuan. Itulah titik klimaks sebuah proses
bersama.
peningkatan tahapan pencapaian secara ruhaniyah, dimana saat itu hati yang sudah lama mati—berkat
5) Bahwa sesungguhnya seperti juga ilmu nabi Musa, mujahadah yang dijalani—kadang-kadang menjadi
ilmu nabi Khidhir adalah hanya sebagian kecil hidup lagi. Adalah suatu saat, ketika kondisi
daripada ilmu Allah Ta’ala yang maha luas; A ir seorang kadang-kadang dalam keadaan antara
yang ada di paruh burung itu ibarat ilmu yang telah sadar dan tidak sadar bahkan sedang tidur, atau
dikuasai seluruh makhluk di alam ini sedangkan air di dikuasai seluruh makhluk di alam ini sedangkan air di
tenang - Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya - M aka masuklah di dalam
6) Fungsi nabi Khidhir adalah sebagai guru hamba-hamba-Ku - dan masuklah ke dalam surga- pembimbing (guru mursyid) supaya seorang murid
Ku .QS.al-Fajr/27-30.
(nabi Musa as.) mendapatkan ilmu laduni yang diharapkan dari Tuhannya. Yang demikian itu,
Sekarang kita mengikuti ayat-ayat tersebut di
betapapun ilmu laduni adalah ilmu yang
atas (al-Kahfi ayat 60 s/d ayat 82) secara tafsiriyah:
didatangkan dari Allah Ta’ala langsung di dalam hati seorang hamba, tapi cara mendapatkannya
Ó z Å Ó B ø r & ÷ r r & ` Ç ƒ ÷ • t s ó 7 t 9 ø # $ ì y J y f ô B t ÷ x = è / ö r & # _¨ L y m y ß t • / ö r & w I m ç 9 F t ÿ x 9 Ï Ó 4 y › q B ã š ^ $ % s ø Œ Î ) r u
haruslah melalui sebab bimbingan manusia, bahkan dari sebab diwarisi guru mursyidnya.
Ì • ó s t 7 9 ø $ # ’ Î û ¼ ã& # s ‹ Î 6 y ™ ‹ x ƒ s ª B $ $ s ù $ y J g ß ? s q m ã $ u ‹ Å ¡ S n $ y J g Î Z Ï • ÷ t / ì y y J g ø x C $ t ó = n / t $ J £ = n ù s ÇÏÉÈ $ 7 Y ) à m ã Konkritnya, sumber ilmu laduni yang diharapkan
# ‹ x » y d $ R t • Ì ÿ x ™ y ` B Ï $ ZŠ u ) É 9 s ‰ ô ) s 9 s $ R t ä u # ! y ‰ î x $ Y o ?# Ï ä u ç m 9 t F ÿ x 9 Ï A t $ % s # — y r u % y ` $ J £ = n ù s ÇÏÊÈ $ \ / Ž u | dapat terbuka di dalam hati seorang salik tersebut, haruslah dibuka berkat rahasia-rahasia (sir) hati
m‹ ç Ï ^ 9 ¡ | S ø & r ! $ B t u r | N q t ç : ø $ # à M Š ¡ Å S n ’ T Îo * Î ù s Í o • t ‚ ÷ Á ¢ 9 # $ ’ n < Î ) $ ! u Z ÷ ƒ u r & r ø Œ ) Î M | ƒ ÷ ä u ‘ u & r t A $ % s ÇÏËÈ $ 7 Y Á | t R seorang hamba yang hubungannya dengan pusat
$ Z ¨ . ä $ t B 7 y Ï 9º Œ s t A $ % s ÇÏÌÈ $ 7 Y p g ” x • Ì s ó 7 t 9 ø # $ ’ Î û ¼ ã& # s ‹ 6 Î ™ y x ‹ s ƒ B ª $ # r u 4 ¼ n ç • t . ä Œ ø & r b ÷ r & `» ß Ü s ø ‹ ¤ ± 9 sumber ilmu itu telah terlebih dahulu terbuka. $ # w ž ) Î Maksudnya, hati manusia tidak mungkin
ÇÏÍÈ $ T Á Á | % s $ y J Ï d ‘$ Í O# r u ä # ’ ? n ã t # £ ‰ s ? ‘ ö $ $ ù s 4 ÷ Æ 7 ö t R mendapatkan “ futuh” (terbukanya pintu hati untuk
menerima ilmu laduni serta rahasia ma’rifatullah)
" Dan ingatlah ketika M usa berkata kepada muridnya: " A ku tidak
kecuali melalui “ futuh guru mursyidnya” . Allah
akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua buah
Ta’ala mengisyaratkan tersebut dengan firman-
lautan atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun * M aka
Nya: tatkala mereka sampai ke pertemuan dua buah laut itu, mereka Dan katakanlah: " Ya Tuhan-ku, masukkanlah aku secara masuk yang benar dan keluarkanlah (pula) aku lalai akan ikannya, lalu ikan itu melompat mengambil jalannya
ke laut itu * M aka tatkala mereka berjalan lebih jauh, berkatalah secara keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari
M usa kepada muridnya: " Bawalah kemari makanan kita, sisi Engkau kekuasaan yang menolong .QS.al-Isro /80.
sesungguhnya kita telah merasa letih karena perjalanan kita ini"
dan firman-Nya : Dan masukkanlah aku dengan
* M uridnya menjawab : " Tahukah kamu tatkala kita mencari rahmat-M u ke dalam hamba-hamba-M u yang saleh" .
tempat berlindung di batu tadi, maka sesungguhnya aku lupa
(menceritakan tentang) ikan itu dan tidak adalah yang
penderitaan yang bagaimanapun beratnya. Yang
melupakan aku untuk menceritakannya kecuali setan dan ikan
demikian itu mengandung pelajaran: Bahwa dalam
itu mengambil jalannya ke laut dengan cara yang aneh sekali."
rangka menuntut ilmu pengetahuan, meski hanya
* M usa berkata : " Itulah (tempat) yang kita cari" . Lalu
untuk mencari “ suatu penyelesaian” dari satu
keduanya kembali, mengikuti jejak semula . QS.18/60-64.
permasalahan saja, seseorang harus rela melakukan perjalanan dari arah barat ke arah timur umpamanya,
Allah SWT. mengabarkan kepada Nabi Musa as. yang demikian itu adalah hal wajar. perihal orang Alim ini, Nabi Khidhir as. tapi tidak
menunjukkan dengan jelas dimana tempat tinggalnya berada. Yang demikian itu supaya nabi Musa as.
Firman Allah SWT. yang menunjukkan mampu mencarinya sendiri. Seperti itu pula yang
kesanggupan seorang murid yang luar biasa itu dalam dialami para Ulama’ terdahulu dalam menuntut ilmu
rangka “ mencari guru” tersebut ialah: kepada gurunya. Sebagai seorang murid mereka harus
siap menghadapi segala konsekwensi yang ÇÏÉÈ $ Y 7 à ) ã m Ó z Ó Å ø B r & ÷ r r & Ç ` ÷ ƒ t • s ó t 7 ø 9 $ # ì y J y f ô t B ÷ x = è / ö & r _¨ # L m y ß y t • / ö r & w I
ditimbulkan akibat usahanya dalam rangka mencari
(Laa abrohu sampai. au amdhiya huquban). lafad. laa
ilmu dari gurunya. Mereka melaksanakan perjalanan abrohu ” , artinya tidak berhenti-henti mengikuti jarak
jauh mendatangi tempat gurunya dengan berjalan tempat atau dimensi ruang. adapun lafad
au
kaki. Hal itu kemudian mampu membentuk kesiapan amdhiya huquban artinya tidak berhenti-henti
mental ruhani yang dapat mempermudah menyerap mengikuti dimensi zaman. Jadi, arti pernyataan Nabi ilmu dari guru-gurunya Musa as. itu adalah sebagai berikut: “ Meskipun bumi
sudah terlew ati tapi belum juga dia menemukan Ini adalah ujian pertama yang harus dijalani, orang yang dicari, maka umurnya yang akan Nabi Musa as. kemudian menjawab tantangan itu dan dihabiskan di dalam perjalanan itu” . Itu mengandung berkata: “ Aku tidak akan berhenti mencarinya sampai suatu pelajaran bahwa untuk mendapatkan ilmu batas pertemuan dua lautan atau bila perlu akan aku laduni orang harus mempunyai kemauan yang sangat habiskan waktu dan usiaku hingga aku dapat keras. Seakan-akan bila perlu seluruh kesempatan dan menemuinya". Ini adalah kesanggupan yang luar seluruh umurnya dipertaruhkan untuk itu. biasa dari seorang Nabi Bani Isra’il yang utama itu,
Beliau meninggalkan dunia rame dan masyarakatnya, siap melaksanakan pengembaraan dan menjalani Beliau meninggalkan dunia rame dan masyarakatnya, siap melaksanakan pengembaraan dan menjalani
Firman A llah Ta’ala :
" M ajma'al
Allah Ta’ala seorang salik mendapatkan ilmu laduni. yang dilaksanakan itu perjalanan darat di alam lahir, maka pertemuan dua lautan itu adalah pertemuan
Oleh karena itu, seorang santri dituntut tidak antara laut Paris dan laut Roma. Kalau perjalanan itu
harus pandai membaca kitab kuning saja, tapi lebih adalah pengembaraan ruhaniyah seorang hamba
dari itu. Setelah dia menguasai kitab-kitab kuning kepada Tuhannya, maka pertemuan dua lautan itu
tersebut—yang dipejalari di Pondok pesantren— adalah batas antara lautan alam akal dan lautan alam
dengan baik, para santri itu harus menempuh suatu ruhaniyah, atau batas antara rasio dan rasa atau batas
perjalanan ibadah dengan terbimbing. Mereka harus pertemuan antara ilmu syari’at dan ilmu hakikat. Di
menjalankan thoriqoh mengikuti guru mursyid yang dalam batas pertemuan dua alam itulah “ Potensi
suci lahir batin lagi mulia. Menyelesaikan tahapan- Interaksi Ruhaniyah” terkondisi dan rahasia-rahasia
tahapan pencapaian dengan bimbingan gurunya, baik ilmu laduni mulai dapat dicermati, karena disitulah
secara lahir (jasmaniyah) maupun batin(ruhaniyah). tempat pertemuan antara dua sosok karakter tersebut,
Mengamalkan ilmu syari’at yang sudah dimiliki sosok Musa dan Khidhir sebagai sosok karakter bukan
untuk membentuk karakternya menjadi karakter sebagai sosok personal.
Khidhir. Karakter seorang hamba yang mampu berma’rifat kepada Tuhannya.
Karakter-karakter itu harus mampu menjadi karakter dirinya terlebih dahulu. Dengan dasar
Kalau tidak demikian, maka ilmu membaca karakter Musa (ilmu syari’at yang kuat), menempuh
kitab kuning tersebut, boleh jadi tidak dapat perjalanan ruhaniyah—dengan Thoriqoh yang
membuahkan kemanfaatan yang berarti. Bahkan dijalani, sampai menemukan titik kulminasi antara
karena sudah bertahun-tahun hidup dalam dua karakter tersebut, menuju karakter Khidhir (ilmu
gemblengan alam pondok pesantren yang khusus, hakikat) yang luasnya bagai samudera yang tidak
setelah kembali kepada masyarakat umum yang bertepi. Adalah perjalanan dan pengembaraan
alamnya berbeda, yang bisa diperbuat para alumnus ruhaniyah yang harus dijalani seorang salik,
santri itu kadang-kadang hanya ketidakmengertian. menempuh segala rintangan dan tantangan,
Mengamalkan ilmu kepada masyarakat umum menyelesaikan segala tahapan pencapaian. Dari
ternyata jauh lebih sulit daripada mencarinya. Bahkan seringkali mereka akhirnya terjebak dengan salah ternyata jauh lebih sulit daripada mencarinya. Bahkan seringkali mereka akhirnya terjebak dengan salah
dapat disampaikan dengan cara yang arif dan penuh berarti orang tersebut dianggap salah.
rahmatan lil alamin , maka bagaikan mata air yang tidak berhenti memancarkan air, seorang santri Akibatnya, ilmu-ilmu yang disampaikan
akhirnya menjadi Ulama’ yang disegani di tengah kepada masyarakat kurang mendapatkan penerimaan
masyarakatnya. Karena kitab-kitab kuning itu—hasil yang baik. Ilmu itu hanya membuahkan kebingungan
jerih payah Ulama salaf yang mulia—adalah bagaikan yang berkepanjangan bagi masyarakatnya.
gudang perbendaharaan ilmu yang tidak mungkin Demikianlah yang terjadi dalam fenomena, sehingga
dapat habis untuk selama-lamanya. Apabila ilmu kebanyakan alumni pondok pesantren tersebut—di
kitab kuning itu dipadukan dengan penguasaan lingkungan masyarakat yang heterogen—kadang-
rahasia ilmu laduni dalam hatinya, maka hasil karya kadang kurang mendapatkan tempat yang terhormat
yang uatama itu akan menjadi relefan sepanjang di hati masyarakatnya.
zaman.
Bukannya mereka gagal mendapatkan ilmu— Namun sebaliknya, apabila penguasaan saat digembleng di ponpes (kaw ah candradimuka),
karakter Khidhir tanpa didasari penguasaan karakter tapi pengetrapan ilmu yang sudah dimiliki kepada
Musa dengan kuat, maka manusia cenderung berbuat masyarakat umum dan awam adalah membutuhkan
semaunya sendiri karena telah merasa benar sendiri. perangkat ilmu lagi, untuk itulah ilmu laduni
Mereka akan semberono dan cenderung meninggal- dibutuhkan. Karena dengan rahasia ilmu laduni yang
kan syari’at. Seperti, sering kali timbulnya pernyataan sudah dimiliki, seorang hamba akan mendapatkan
di masyarakat: “ Kalau sholat itu untuk dzikir(ingat) transfer ilmu pengetahuan yang aktual dan aplikatif
kepada Allah, seperti firman-Nya: Dan dirikanlah secara berkesinambungan sesuai yang dibutuhkan
shalat untuk mengingat A ku . QS.Toha/14 ., maka, umat. Dengan demikian, para Kyai muda itu akhirnya
menurut mereka, kalau sudah dapat ingat kepada dapat diterima di masyarakatnya dengan baik.
Allah mengapa harus melaksanakan sholat lagi..?” . Yang demikian itu karena penguasaan ilmu hakikat
Bukannya ilmu membaca kitab kuning itu tidak tanpa dilandasi penguasaan ilmu syari’at yang kuat. berguna bila diterapkan kepada masyarakat umum, akan tetapi kualitas cara menyampaikannya harus
Itulah hasilnya, apabila amal ibadah yang sengaja berarti orang tersebut telah tersesat jalannya. dilaksanakan tersebut tanpa mendapatkan bimbingan
Orang itu telah terjebak tipu daya setan yang terkutuk seorang guru mursyid. Kadang-kadang bahkan
dan kelebihan-kelebihan itu hanyalah “ istidroj” mereka malah mengaku sebagai guru mursyid
belaka. Sebab, seluruh para Nabi dan para Rasul serta padahal tidak pernah berguru kepada seorang guru
para Waliyullah melaksanakan sholat, bahkan mursyid yang membimbing ibadah dan mujahadah
Rasulullah Muhammad saw.—sebagai panutan umat secara lahir dan langsung. Mereka hanya berguru dari
manusia sepanjang zaman, beliau melaksanakan hasil mimpi-mimpi, katanya, yang tentunya
sholat berjama’ah lima waktu dengan para Sahabat kebenarannya kurang dapat dipertanggungjawabkan
yang mulia.
secara ilmiyah. Ilmu laduni itu tidak selalu identik dengan Akibatnya, keberadaan mereka dimana-mana
kelebihan-kelebihan (karomah), tapi dengan apa yang selalu membuat fitnah kepada masyarakat, karena
sudah didapatkan, baik ilmiyah, amaliyah maupun statemen (pernyataan) yang disampaikan selalu
karomah, bagaimana seorang hamba dapat mengenal membingungkan orang lain. Selanjutnya,
(ma’rifat) kepada Tuhannya. Oleh karena itu, sebagaimana yang marak sekarang, aliran sesat
pelaksanaan thoriqoh yang benar adalah kebutuhan berkembang dimana-mana. Kalau yang demikian itu
yang mutlak, supaya seorang salik mampu dampaknya tidak segera diantisipasi dengan cermat,
mendapatkan ilmu laduni yang diharapkan. maka penyakit tersebut akan cepat menyebar di tengah-tengah masyarakat yang akhirnya dapat merusak aqidah masyarakat yang kurang kuat.
Sebagai umat Muhammad saw., pelaksanaan sholat—baik yang wajib maupun yang sunnah— adalah tanda-tanda dan ukuran yang mutlak, apakah pola pikir dan jalan hidup seseorang benar atau tidak. Meskipun seseorang telah mendapatkan kelebihan- kelebihan seperti karomah para w aliyullah umpamanya, kalau dia meninggalkan sholat dengan Sebagai umat Muhammad saw., pelaksanaan sholat—baik yang wajib maupun yang sunnah— adalah tanda-tanda dan ukuran yang mutlak, apakah pola pikir dan jalan hidup seseorang benar atau tidak. Meskipun seseorang telah mendapatkan kelebihan- kelebihan seperti karomah para w aliyullah umpamanya, kalau dia meninggalkan sholat dengan
Pencerahan Spiritual
diharapkan rahasia bacaan dzikir yang dilakukan. Rahasia yang terkandung di dalam kalimat “ La Ilaaha
Dengan mujahadah (dzikir) yang dilaksanakan illallah” (tidak ada Tuhan selain Allah) yang sebagai pelaksanaan thoriqoh secara istiqomah.
dilafadkan berkali-kali.
Akal(rasio) manusia akan selalu mendapatkan pencerahan dari hati dengan “ nur hidayah” buah
Hal tersebut merupakan “ ilham” dan “ inspirasi dzikir yang dijalani, sehingga aktifitas akal—yang
spontan” di dalam hati yang akan mampu terkadang suka kebablasan—dapat terkendali dengan
memberikan solusi bagi setiap kesulitan yang kekuatan aqidah (spiritual) yang benar.
dihadapi. Itulah rahasia Nubuwah—yang dahulu diberikan kepada para Nabi, kemudian menjadi Dengan dzikir itu, seperti meditasi, manusia Walayah—ketika diwariskan kepada hamba-hamba
hendaknya mampu mengosongkan irodah dan Allah yang sholeh, sejatinya adalah wahyu yang qudroh basyariyah yang hadits(baru) untuk
disampaikan: Dan tidak ada bagi seorang manusia-pun dihadapkan kepada irodah dan qudroh Allah Ta’ala
bahwa A llah berkata-kata dengan dia kecuali dengan yang azaliah. Maksudnya, obsesi, rencana, dan
perantaraan wahyu . QS. 42/51.
kemampuan diri untuk mengatur kehidupan kedepan, baik urusan dunia maupun urusan akhirat,
Ketika rahasia Nubuwah itu telah meresap di saat itu, dengan kekuatan dzikir yang dilaksanakan,
dalam hati(spiritual). Seperti air yang mengalir dari dilepas sementara dari bilik akal, dihadapkan dan
cabang-cabang anak sungai, ketika keluar dari muara, diserahkan kepada perancanaan Allah—bagi setiap
kemudian air itu melebur di dalam samudera yang hambaNya—sejak zaman azali serta kepada
tidak terbatas, maka yang asalnya kotor seketika kemampuan-Nya yang Maha Kuasa untuk memberi-
menjadi bersih, yang najis menjadi suci. Seperti itulah kan solusi dan pertolongan kepada hambaNya.
pencerahan akal dari rahasia dzikir, sehingga hati yang asalnya susah langsung menjadi gembira:
Ketika dengan pelaksanaan “ meditasi islami” Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tersebut, rasio berhasil dikosongkan dari kemampuan tenteram dengan mengingat A llah. Ingatlah, hanya dengan mengingati A llah-lah hati menjadi tenteram .QS.ar-
secara basyariyah, terlebih apabila pengosongan itu
Ra d/28.
adalah buah syukur yang diekspresikan di dalam
Dengan itu, manusia tidak sekedar menjadi Khidhir karena apabila dia sholat di suatu tempat, pintar saja, tapi juga cerdas. Mereka siap menjawab
tempat sekelilingnya menjadi tampak hijau. segala pertanyaan dan teka-teki yang ditampilkan kehidupan dengan benar dan “ rahmatan lil alamin” ,
Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi ra. Dari Abi karena akal senantiasa mendapatkan pencerahan dari
Hurairah ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda : hati. Itulah hasil perpaduan antara dzikir dan fikir. Karena demikian pentingnya pelaksanaan dzikir ini, maka Allah Ta’ala telah membuat persaksian dengan firman-Nya: (yaitu) orang-orang yang mengingat A llah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring
Dinamakan Khidhir karena, sesungguhnya ketika dia dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan
duduk di daratan bumi yang putih, ketika ia bergerak bumi (seraya berkata): " Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau
maka bumi di atasnya tampak hijau . menciptakan ini dengan sia-sia. M aha Suci Engkau, maka
peliharalah kami dari siksa neraka . QS.A li Imran/191. Manurut Jumhur Ulama’, Khidhir as. adalah seorang Nabi. Dalilnya adalah ayat-ayat diatas
Kita meneruskan ayat :
tersebut (al-Kahfi 60-82), yaitu tidak mungkin seorang mengetahui urusan yang ghaib kecuali dengan
$ R ¯ à$© ! ` B Ï m» ç o Y ÷ K = ¯ æ t u r $ t R ‰ Ï Z Ï ã ` ô Ïi B p Z J y m ô ‘ u m» ç o Y • ÷ ?# s u ä ! $ t R Ï Š$ t 6 Ï ã ` ô B Ïi # ‰ Y ö 6 t ã # y ‰ y ` u q s ù
W ahy u. Demikian pula, manusia tidak mungkin belajar dan mengikuti orang lain kecuali kepada orang
ÇÏÎÈ $ V J = ù ã Ï
yang ilmu pengetahuannya berada diatasnya, sedangkan diatas seorang Nabi haruslah seorang Nabi
" Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara pula” . Tafsir Qurthubi, Ayat 65 surat Al-Kahfi hamba-hamba kami, yang Telah kami berikan kepadanya
rahmat dari sisi kami, dan yang Telah kami ajarkan Di dalam tafsir kubronya, Iman Fahr ar-Rozi ra. kepadanya ilmu dari sisi Kami QS.al-Kahfi.18/65. menafsirkan ayat di atas: Firman Allah SWT.
" Faw ajadaa abdam min ibaadinan" ( keduanya telah
menemukan seorang hamba dari hamba-hamba Kami ) Faw ajadaa abdam min Ibaadinan Mujahid ra
Firman Allah SW T.
beliau berkata : Sebagian besar Ulama' ahli tafsir telah berkata: “ Hamba itu namanya Khidhir. Dinamakan
sepakat bahwa hamba tersebut adalah seorang Nabi sepakat bahwa hamba tersebut adalah seorang Nabi
(Dan tidak ada bagi seorang manusiapun bahwa
yang dipilih untuk mendapatkan
Nubuw ah
A llah berkata-kata dengan dia kecuali dengan
(kenabian) dengan alasan sebagai berikut: perantaraan wahyu) .
QS.as-Syuura. 42/51.
1. Firman Allah:
" Aatainaahu
3. Diriwayatkan, ketika Musa as. bertemu Khidhir Rohmatan M in Indinaa" (Yang telah Kami berikan as. dan menyampaikan salam kepadanya, Khidhir kepadanya rahmat dari sisi Kami) . Yang dimaksud
menjawab : Salam juga untukmu w ahai Nabi
Rahmat di sini adalah Nubuw ah (rahmat Bani Isra'il . Musa as. bertanya: "Siapa yang kenabian) dengan dalil Firman Allah :
menunjukkan ini kepadamu ?", Dia menjawab:
" Yang mengutusmu datang kemari" . Dengan itu (A pakah mereka yang membagi-bagi rahmat
Ahum Yaqsimuuna Rohmata Robbik
menunjukkan bahwa Khidhir as. adalah seorang Tuhanmu ). QS. 43/ 32.
Nabi, karena tidak mungkin seseorang dapat mengetahui hal yang ghaib kecuali melalui
2. Firman Allah :
“ W a allam
wahyu. *Tafsir Fahrur-rozi*
naahu min ladunnaa Ilman" (dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami) .
Inilah ayat kunci itu. Ayat tersebut Menunjukkan bahwa Allah telah mengajari hamba
menampilkan sosok yang menjadi simbol adanya itu dengan tanpa perantara seorang pengajar dan
“ ilmu laduni” , yaitu sosok yang terlebih dahulu menunjukinya tanpa perantara seorang petunjuk.
mendapatkan rahmat Allah baru kemudian ilmu-Nya. Beliau berkata: Barang siapa mendapatkan ilmu dari
Yang dimaksud “ rahmat sebelum ilmu” adalah ilmu A llah tanpa perantara seorang pengajar, yang demikian
pengetahuan yang didasari rahmat Allah Ta’ala yang itu disebut Nubuwah. karena pengetahuan itu, terlebih
memancar dari hati seorang hamba, bukan ilmu yang kepada urusan yang ghaib, tidak mungkin bisa
hanya didasari dengan akal saja, terlebih lagi nafsu didapatkan kecuali adalah wahyu . Dengan dalil
dan hawanya. Oleh karena itu, ilmu laduni tersebut firman A llah : selalu terbit secara aktual dan aplikatif. Ilmu itu
mampu menjawab setiap kejadian dengan pandangan yang menyejukkan banyak orang. Yang demikian itu akan menampakkan tanda-tanda, diantaranya:
1) Ilmu pengetahuan itu adalah ilmu pengetahuan
2) Ilmu pengetahuan yang menjadikan hati seorang yang universal dan rahmatan lil alamin , artinya:
hamba mudah memaafkan kesalahan orang lain : Ilmu pengetahuan yang kemanfaatannya secara
M aka disebabkan rahmat dari A llah-lah kamu berlaku umum mencakup kepentingan seluruh makhluk,
lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu baik manusia maupun jin. Bukan ilmu
bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka pengetahuan yang dimanfaatkan untuk
menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu kepentingan pribadi atau golongan. Dan secara
ma`afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, khusus akhirnya kembali untuk kepentingan
dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan hamba-hamba Allah yang beriman dan bertakwa
itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, kapadaNya. A tau untuk mengajak manusia ke
maka bertawakkallah kepada A llah. Sesungguhnya jalan Allah Ta’ala: Dan rahmat-Ku meliputi segala
A llah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada- sesuatu. M aka akan A ku tetapkan rahmat-Ku untuk
Nya.QS.A li Imran/159.
orang-orang yang bertakwa, yang menunaikan zakat dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat
3) Ilmu pengetahuan yang mampu membangun Kami" .QS.al-A raaf/156.
semangat persaudaraan sehingga menciptakan komunitas manusia yang mampu mengabdi
Kalau pelaksanaan ilmu pengetahuan ternyata kepada Tuhannya : Sekiranya kamu bersikap keras hanya membuahkan perpecahan diantara sesama
lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri manusia lebih-lebih sesama orang yang beriman.
dari sekelilingmu. Karena itu ma`afkanlah mereka, Atau hanya untuk kepentingan mencari sumber
mohonkanlah ampun bagi mereka, dan hidup dan sandang pangan. Maka bukan ilmunya bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan yang harus dipersoalkan, tapi yang mendasarinya, itu.QS.A li Imran/159.
barangkali di dalam hati pemiliknya masih ada Oleh karena yang mendasari ilmu itu adalah
yang perlu mendapatkan pembenahan. Hal itu rahmat Allah, maka dimana-mana ilmu itu akan
disebabkan, karena dalam hati manusia itu boleh menciptakan kedamaian dan persaudaraan, bukan
jadi sebagai tempat hidayah Allah dan juga boleh jadi sebagai tempat sarang setan menebarkan
ilmu yang menciptakan perselisihan dan perpecahan. fitnah di dalam kehidupan.
Ilmu yang mengantarkan pemiliknya dicintai Allah Ta’ala dan dicintai seluruh makhluk-Nya, bukan ilmu yang menjadikan pemiliknya dibenci Allah Ta’ala.
Kalau orang dibenci manusia karena suatu hal, tetapi duduk di daratan bumi yang putih, ketika ia bergerak maka dia juga dicintai manusia karena hal yang lain, lebih-
bumi atasnya tampak hijau .
lebih bila pihak yang mencintai lebih besar daripada pihak yang membenci—di dalam kehidupan di
Walhasil, dengan ilmu laduni seorang hamba dunia—yang demikian itu wajar terjadi.
akan mendapatkan penerimaan yang baik, baik oleh seluruh makhluk,—di muka bumi—karena
Sebab, tidak mungkin orang dicintai orang lain kecintaannya telah membuahkan cinta pula, maupun kecuali terlebih dahulu terbit dari dibenci, demikian
oleh Allah Ta’ala—di dunia dan di akhirat—karena juga sebaliknya tidak mungkin orang dibenci orang
pengabdiannya telah mendapatkan penerimaan yang lain kecuali terbit dari dicintai. Allah memberikan
baik di sisiNya. Dengan itu akhirnya orang tersebut sinyalemen dengan firmanNya : Engkau masukkan
akan mendapatkan pungkasan hidup yang baik malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke
( husnul khotimah ) yang akhirnya akan mengantarkan dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang
dirinya mendapatkan ridho Allah Ta’ala dan bahagia mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup.
untuk selama-lamanya di Surga. Insya Allah. Dan Engkau beri rizki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas)." QS.A li Imran/27 .
M eneruskan ayat :
Demikian itu adalah sunnatullah yang tidak akan mengalami perubahan lagi untuk selama- lamanya, sehingga—dengan ilmu laduni yang sudah dimiliki—seorang hamba menjadi kenal kepada segala sunnah yang ada tersebut. Maka, orang tersebut tidak menjadi benci sebab kebencian makhluk dan tidak menjadi cinta sebab kecintaan makhluk, dia semata- mata hanya mencintai seluruh makhluk karena dia telah mencintai Penciptanya. Sehingga sosok Khidhir
M usa berkata kepada Khidhir: Bolehkah aku itu digambarkan oleh hadits diatas sebagai berikut :
mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu Dinamakan Khidhir karena, sesungguhnya ketika dia
yang benar diantara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu ? . * Dia menjawab: " Sesungguhnya kamu yang benar diantara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu ? . * Dia menjawab: " Sesungguhnya kamu
Perjalanan Tahap Kedua
itu? " . * M usa berkata: " Insya A llah kamu akan mendapati aku sebagai seorang yang sabar, dan aku tidak akan
Perjalanan tahap kedua adalah usaha seorang menentangmu dalam sesuatu urusanpun" .* Dia berkata: murid untuk membangun komitmen ( mubaya ah ) " Jika kamu mengikutiku, maka janganlah kamu
kepada guru mursyidnya. Seorang murid harus menanyakan kepadaku tentang sesuatu apapun, sampai aku
sendiri menerangkannya kepadamu . QS.18/65-70. mampu melaksanakan apa-apa yang sudah disepakati
dengan guru mursyidnya, itu sebagai hal yang wajib dikerjakan berkaitan dengan janji(bai’at) yang sudah dilaksanakan. Pelaksanan bai’at seperti itu juga dilaksanakan Rasulullah saw. terhadap para sahabat, sebagai janji setia untuk mengikuti beliau:
Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu sesungguhnya mereka berjanji setia kepada A llah. Tangan A llah di atas tangan mereka, maka barangsiapa yang melanggar janjinya niscaya akibat ia melanggar janji itu akan menimpa dirinya sendiri dan barangsiapa menepati janjinya kepada A llah maka A llah akan memberinya pahala yang besar .QS.al-Fath/10.
Janji seorang murid di hadapan guru mursyidnya hanyalah pelaksanaan syari’at secara lahir sedangkan secara hakekat saat itu sesungguhnya dia sedang berjanji kepada Allah Ta’ala dengan saksi guru mursyidnya. Yang seperti itu juga dilaksanakan Nabi Musa as. kepada Nabi Khidhir as. Perjanjian itu dilaksanakan saat mereka berdua akan memulai perjalanan sejarah tersebut. Allah Ta’ala telah Janji seorang murid di hadapan guru mursyidnya hanyalah pelaksanaan syari’at secara lahir sedangkan secara hakekat saat itu sesungguhnya dia sedang berjanji kepada Allah Ta’ala dengan saksi guru mursyidnya. Yang seperti itu juga dilaksanakan Nabi Musa as. kepada Nabi Khidhir as. Perjanjian itu dilaksanakan saat mereka berdua akan memulai perjalanan sejarah tersebut. Allah Ta’ala telah
ditampilkan Allah Ta’ala di dalam kitab suci secara tafsiriyah :
Al-Qur’an, berarti yang demikian itu menjadi suatu keharusan yang harus mampu diikuti
1. Nabi Musa as. telah melaksanakan beberapa tata oleh umat Muhammad saw. sebagai syarat dan cara pelaksanaan akhlaqul Karimah sebagai
tata cara menuntut ilmu pengetahuan dengan seorang murid kepada Nabi Khidhir as. sebagai
benar.
guru mursyidnya. Itu merupakan pelajaran yang sangat berharga yang di abadikan Allah Ta’ala di
b). Nabi Musa as. berkata:
Alaa an
dalam kitab yang Mulia, Al-Qur’an al-Karim. tu allimanii" ( supaya engkau mengajariku ilmu ), Pelajaran tersebut harus dijadikan sebagai ‘Uswah
sebuah pernyataan dan pengakuan terhadap al-Hasanah” oleh seorang murid untuk menuntut
kebodohan diri atas ke’aliman seorang guru ilmu kepada guru mursyidnya. Diantaranya :
yang diikuti. Adalah syarat mutlak untuk sampainya ilmu seorang guru kepada seorang
a). Nabi Musa as. menempatkan dirinya sebagai murid, seorang murid harus merasa lebih pengikut dan memohom izin untuk dapat
bodoh daripada gurunya. Yang demikian itu
mengikuti Nabi Khidhir as.: " Hal Attabi uka"
seperti mengosongkan gelas, supaya air yang (Bolehkah aku mengikutimu? ). Itu menunjukkan
dituangkan dapat masuk kedalamnya. pelaksanaan taw adhuk (rendah hati) yang sangat tinggi. Nabi Musa as. sebagai seorang
c). Nabi Musa as. berkata : " M immaa ullimta"
Rasul dan Nabi, untuk menuntut ilmu ( sebagian dari apa yang sudah diajarkan kepadamu ), pengetahuan, beliau tidak segan-segan
ini juga menunjukkan pelaksanaan tingkat merendahkan diri untuk menjadi pengikut
taw adhuk yang tinggi. Seakan-akan nabi Musa
guru mursyidnya 1 , nabi Khidhir as.
as. berkata : Aku tidak mengharapkan engkau menjadikan aku sama ‘alimnya dengan dirimu,
1 Nabi Khidhir as.—dalam buku ini—disebutkan sebagai
akan tetapi yang aku harapkan darimu hanya
guru mursyid, karena jenis ilmu (ilmu laduni) yang dituntut nabi Musa darinya adalah “ ilmu hakikat” . Oleh karena “ ilmu hakikat” adalah buah amal ibadah dan
Thoriqoh—secara bersama-sama,—oleh seorang guru pengabdian, maka tidak mungkin dapat diajarkan
mursyid yang suci lagi mulia.