UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBINA AKHLAK SISWA ( Studi Kasus di SMP Negeri 1 Bandungan Kab. Semarang ) - Test Repository

  

UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM

MEMBINA AKHLAK SISWA

( Studi Kasus di SMP Negeri 1 Bandungan Kab. Semarang )

SKRIPSI

  Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

  Oleh :

  

AAN AFRIYAWAN

NIM : 11110197

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2016

  

MOTTO

              

  

“Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi Ini dengan sombong, Karena

Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu

tidak akan sampai setinggi gunung”.(QS. Al Isra’ 37)

  

PERSEMBAHAN

  Puji syukur kepada Allah SWT. Sehingga skripsi ini selesai. Skripsi ini saya persembahkan kepada orang-orang yang telah mendorong untuk selalu memperjuangkan mimpi-mimpi saya: 1.

  Kepada ayah saya Subandi dan ibu saya Rubiyati, yang selalu mendoakan dan memberikan semangat kepada saya agar menjadi orang yang baik dan bermanfaat bagi nusa dan bangsa.

  2. Dosen-dosen fakultas tarbiyah dan ilmu keguruan yang telah memberikan ilmu, motifasi, dan segala inspirasi untuk menjadi bekal dimasa yang akan datang.

  3. Rekan-rekan seangkatan dan seperjuangan khususnya kepada yang telah membantu dalam penyusunan skripsi, dan memberikan motifasi supaya terus semangat dalam menyelesaikan skripsi.

KATA PENGANTAR

  

Bismillahirrohmanirrokhim

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

  Segala puji bagi Allah SWT. Atas segala limpahan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat diberikan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

  Shalawat serta salam semoga tercurah kepada rasulullah SAW. Beserta keluarga, sahabat, dan pengikutnya.

  Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar sarjana pendidikan Islam, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dengan selesainya skripsi ini tak lupa penulis mengucapkan terima kasih sedalam- dalamnya kepada:

  1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd. selaku rektor IAIN Salatiga 2.

  Bapak Suwardi, M. Pd. selaku dekan (FTIK) IAIN Salatiga.

  3. Ibu Siti Rukhayati, M. Ag. selaku ketua jurusan (PAI).

  4. Bapak Imam Mas Arum, M. Pd. selaku dosen pembimbing skripsi yang dengan ikhlas mencurahkan pikiran dan tenaganya serta pengorbanan waktu dalam upaya membimbing penulis untuk menyelesaikan tugas akhir ini.

  5. Bapak M. Ghufron, M. Ag. selaku pembimbing akademik (PA). yang dengan sabar membimbing dan mengarahkan saya dari awal perkuliahan hingga saat ini.

  6. Bapak dan ibu dosen serta karyawan IAIN Salatiga. Yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

  7. Bapak dan ibu serta saudara-saudaraku di rumah yang telah mendoakan dan membantu dalam bentuk materi untuk membiayai penulisan dalam menyelesaikan studi di IAIN Salatiga Semoga kebaikan mereka mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT.

  Dan semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi para pembaca. Kurang lebihnya mohon maaf.

  

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

  Salatiga, 30 Maret 2016 Penulis

  

ABSTRAK

  Afriyawan, Aan. 2016. Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam Membina Akhlak Siswa ( Studi Kasus di SMP Negeri 1 Bandungan Kab.

  Semarang ) . Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Imam Mas Arum, M. Pd.

  Kata Kunci: Guru Pendidikan Agama Islam, Membina Akhlak.

  Seiring perubahan zaman yang semakin maju, berubah pula tatanan kehidupan masyarakat. Dari hal yang paling kecil, misalnya tegur sapa. Dahulu setiap kali bertemu dengan orang, yang muda menyapa yang tua, akan tetapi sekarang adat seperti itu telah menurun. Fenomena kemerosotan akhlak anak pada usia remaja seperti pelecehan seksual, berkelahi, sikap arogan, bertutur kata yang kotor, tidak menghargai orang lain, dan sebagainya apabila dibiarkan dan tidak diarahkan dengan tepat dapat meningkat menjadi tindak kejahatan. Hal ini menjadi peluang bagi guru Pendidikan Agama Islam untuk melakukan perannya dengan menekan sekecil mungkin hal- hal negatif tersebut.

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1). Upaya guru Pendidikan Agama Islam dalam membina akhlak, 2). Kendala yang dihadapi guru Pendidikan Agama Islam dalam membina akhlak siswa. Penelitian ini menggunakan jenis pendekatan penelitian kualitatif. Data dikumpulkan melalui metode wawancara, observasi, dan dokumentasi. Data yang diperoleh di lapangan kemudian disusun dengan memilih dan menyederhanakan data. Selanjutnya dilakukan penyajian data untuk dapat ditarik kesimpulan.

  Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) Upaya yang dilakukan guru Pendidikan Agama Islam dalam membina akhlak siswa SMP Negeri 1 Bandungan diantaranya: Memberikan nasihat, membangun pembiasaan, memberikan teladan, menyediakan fasilitas yang mendukung, dan berkomunikasi dengan berbagai pihak, (2) Permasalahan yang dihadapi guru Pendidikan Agama Islam, diantaranya adalah: kurangnya kesadaran dari siswa, fasilitas dan sarana yang kurang lengkap, serta pengaruh dari lingkungan pergaulan.

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ……………………………………………. i HALAMAN LOGO ……………………………………………… ii NOTA PEMBIMBING ……..……………………………………. iii HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………. iv DEKLARASI……………………………………………………… v MOTTO…………………………………………………………….. vi PERSEMBAHAN ………………………………………………… vii KATA PENGANTAR…………………………………………….. viii ABSTRAK ……………………………………………………….. x DAFTAR ISI ……………………………………………………… xi DAFTAR TABEL ………………………………………………… xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang …………………………………………………

  1 B. Fokus Penelitian ……………………………………………….

  6 C. Tujuan Penelitian ………………………………………………

  7 D. Kegunaan Penelitian…………………………………………….

  7 E. Penegasan Istilah ……………………………………………….

  8 F. Metode Penelitian ………………………………………………

  11 G. Sistematika Penulisan …………………………………………..

  17 BAB II LANDASAN TEORI A.

  Konsep Guru Pendidikan Agama Islam ………………………..

  18 1. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam………………….

  18

  2.

  19 Syarat Menjadi Guru Pendidikan Agama Islam …….……..

  3.

  21 Peran Guru Pendidikan Agama Islam……………………… 4.

  29 Tugas dan Tanggung Jawab Guru Pendidikan Agama Islam B.

  31 Karakteristik Siswa …………………………………………….

  1.

  32 Istilah Pertumbuhan dan Perkembangan …………………..

  2.

  33 Fase Perkembangan dan Tugas Perkembangan …………… 3.

  36 Aspek-aspek Perkembangan ……………………………….

  C.

  40 Upaya Guru PAI dalam Membina Akhlak Siswa ……………..

  1.

  40 Pengertian Akhlak ………………………………………….

  2.

  41 Dasar dan Tujuan Pembinaan Akhlak ……………………..

  3.

  46 Ruang Lingkup Akhlak Islami …………………………….

  4.

  48 Upaya Guru PAI dalam Membina Akhlak Siswa ………….

  D.

  50 Faktor yang Mempengaruhi Pembinaan Akhlak ………………

  BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A.

  54 Gambaran Siswa SMP Negeri 1 Bandungan …………………..

  1.

  54 Sejarah Berdirinya SMP Negeri 1 Bandungan …………….

  2.

  56 Letak Geografis …………………………………………… 3.

  57 Visi, Misi, dan Tujuan SMP Negeri 1 Bandungan ………..

  4.

  58 Keadaan Guru dan Siswa …………………………………..

  5.

  59 Sarana dan Prasarana ……………………………………… 6.

  60 Struktur Organisasi ………………………………………… B.

  63 Temuan Penelitian ……………………………………………..

  1.

  63 Keadaan Siswa SMP Negeri 1 Bandungan ………………..

2. Pelaksanaan Upaya Pembinaan Akhlak di SMP Negeri 1 Bandungan ………………………………………………….

  64 3. Permasalahan yang Dihadapi dalam Membina Akhlak Siswa ……………………………………………….

  72 BAB IV PEMBAHASAN A.

  Analisis Keadaan Sekolah SMP Negeri 1 Bandungan…………..

  77 B. Analisis Keadaan Siswa SMP Negeri 1 Bandungan……………

  78 C. Analisis Pelaksanaan Pembinaan Akhlak Siswa SMP Negeri 1 Bandungan…………………………………………………….

  78 D. Analisis Permasalahan yang Dihadapi dalam Membina Akhlak…………………………………………………………..

  85 BAB V PENUTUP A.

  Kesimpulan ……………………………………………………..

  88 B. Saran-saran ……………………………………………………..

  88 DAFTAR PUSTAKA …………………………………………….

  91

  Daftar Tabel Data guru SMP Negeri 1 Bandungan tahun ajaran 2015/2016……..

  58 Data jumlah siswa SMP Negeri 1 Bandungan……………………...

  59 Data siswa SMP Negeri 1 Bandungan menurut usia………………..

  59 Data siswa SMP Negeri 1 Bandungan menurut agama……………..

  59

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Pendidikan merupkaan faktor penting bagi kehidupan manusia untuk

  tumbuh kembangnya. Seperti yang diungkapkan Mudyaharjo (2010:3) pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Pendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu. Selain itu peran pendidikan agama juga sangat penting karena agama mengajarkan norma- norma dalam kehidupan.

  Pendidikan Agama Islam merupakan progam pengajaran pada lembaga pendidikan serta usaha bimbingan dan pembinaan guru terhadap siswa dalam memahami, menghayati, serta mengamalkan ajaran Islam. Sehingga siswa dapat menjadi manusia yang bertakwa serta memiliki budi pekerti luhur, Sesuai dengan tujuan dari pendidikan Islam. Seperti yang diakatakan Djamarah (2004:29) pembentukan budi pekerti yang baik adalah tujuan utama dalam pendidikan Islam.

  Guru Pendidikan Agama Islam memegang peranan yang cukup penting dalam suatu sekolah atau lembaga pendidikan. Seorang guru Pendidikan Agama Islam harus mampu menjadi teladan dalam pembentukan watak dan kepribadian siswanya. Selain itu, dalam berinteraksi dengan masyarakat guru juga dianggap sebagai orang yang serba bisa. Melalui Pendidikan Agama Islam, guru mampu menanamkan nilai sosial yang hidup dan dipertahankan dalam kehidupan bermasyarakat.

  Guru sering disebut sebagai pemimpin masyarakat (Social Leader) dan pekerja sosial (Social Worker), khususnya dalam masyarakat paguyuban. Dalam masyarakat pedesaan, sebagai misal, guru sering didudukkan pada status sebagai sumber pengetahuan ketika media informasi masih amat terbatas. Guru sering menduduki posisi sebagai tokoh yang diteladani oleh warga masyarakat, ia menjadi satu-satunya sumber informasi dan sumber ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, guru dipandang sebagai sosok yang harus digugu dan ditiru. Dalam masyarakat peguyuban seperti inilah terlahir pepatah dan petitih bahwa guru kencing berdiri, murid kencing berlari, karena apa yang dilakukan seorang guru akan menjadi contoh bagi warga disekitarnya (Suparlan, 2005:21-22) Tugas dan tanggung jawab seorang guru memanglah sangat berat.

  Karena seorang guru mempunyai amanah untuk mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan yang baik. Orang tua memang mendapatkan amanah langsung dari tuhan untuk mendidik anak-anaknya. Namun karena kemampuan, pengetahuan, dan waktu yang dimiliki orang tua terbatas, maka para orang tua mempercayakan pendidikan anak-anaknya kepada guru-guru disekolah.

  Hal ini yang akan membuat tanggung jawab seorang guru menjadi semakin besar. Terlebih adalah guru agama Islam. Yang memiliki tanggung jawab terhadap sisi keagamaan seorang anak. Termasuk pendidikan kecerdasan yang meliputi keagamaan. Pendidikan keindahan atau estetika, pendidikan kesusilaan atau moral, dan pendidikan sosial dalam masyarakat. Seorang guru terlebih guru agama tentunya akan dipandang lebih dalam masyarakat. Oleh sebab itu tingkah laku dan tindakan seorang guru akan menjadi faktor penting terhadap pandangan masyarakat tentang seorang guru agama. Maka selain harus pandai dalam hal akademik. Seorang guru agama juga harus memiliki akhlak yang baik.

  Akhlak merupakan sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwa dan selalu ada padanya. Sifat itu dapat berupa perbuatan baik yang disebut dengan akhlak mulia, atau perbuatan buruk yang disebut dengan akhlak tercela sesuai dengan pembinaannya (Asmaran, 2002:1). Maka akhlak merupakan tingkah laku seseorang yang mencerminkan sifat kepribadianya.

  Akhlak merupakan hal yang paling dasar yang harus dibentuk. Karena akhlaklah yang akan menjadi cikal bakal terbentuknya karakter atau sifat manusia. Dan akhlak juga haruslah ditanamkan sejak dini pada diri seseorang. Agar nantinya tertanam dengan sempurna pada jiwa orang tersebut.

  Hal ini tentu saja berbeda dengan etika, moral, dan susila. Meskipun keseluruhan memiliki makna yang hampir sama. Perbedaan yang mendasar antara akhlak dengan etika, moral, dan susila adalah : Pertama, objek pembahasanya. Etika, moral, dan susila cenderung membahas mengenai perbuatan yang dilakukan oleh manusia. Kedua, sumbernya. Etika.moral, dan susila, bersumber dari akal pikiran atau filsafat. Ketiga, fungsinya. Etika, moral, susila berfungsi sebagai penilai terhadap suatu perbuatan yang dilakukan oleh manusia (Nata, 2002:87-94).

  Seiring perubahan zaman yang semakin maju, berubah pula tatanan kehidupan masyarakat. Dari hal yang paling kecil, misalnya tegur sapa, dahulu setiap kali bertemu dengan orang, yang muda menyapa yang tua, akan tetapi sekarang adat seperti itu telah menurun. Perkembangan teknologi dan informasi sering kali berdampak pada tingkah laku siswa. Guru dan orang tua hendaknya bekerja sama dalam megawasi anak didiknya dalam bergaul dan mengikuti perkembangan teknologi.

  Fenomena kemerosotan akhlak anak pada usia remaja seperti pelecehan seksual, berkelahi, sikap arogan, bertutur kata yang kotor, tidak menghargai orang lain, dan sebagainya apabila dibiarkan dan tidak diarahkan dengan tepat dapat meningkat menjadi tindak kejahatan. Hal ini menjadi peluang bagi guru Pendidikan Agama Islam untuk melakukan perannya dengan menekan sekecil mungkin hal- hal negatif tersebut.

  Sesuai dengan visi sekolah SMP Negeri 1 Bandungan yaitu “menuju sekolah berprestasi dan berketerampilan yang dilandasi budi pekerti luhur” tentunya seorang guru Pendidikan Agama Islam memiliki upaya yang lebih untuk mewujudkan hal itu. Mengingat Bandungan merupakan lingkungan yang penuh dengan tempat-tempat hiburan malam. Lingkungan seperti ini tentunya sangat berpengaruh terhadap perkembangan akhlak lebih khususnya pada anak SMP Negeri 1 Bandungan. Maka perlu adanya pembinaan akhlak melalui pendidikan keluarga maupun pendidikan sekolah supaya mereka tidak terpengaruh dengan lingkungan sekitar, sehingga dengan adanya pembinaan akhlak tersebut, anak akan berkembang secara positif dan menjadi pribadi yang berakhlak mulia.

  Dari hasil observasi peneliti yang telah dilakukan di SMP Negeri 1 Bandungan pada tanggal 8 Januari 2016. Perilaku siswa SMP Negeri 1 Bandungan sebagian besar cukup sopan. setiap bertemu guru menyapa dan bersalaman, murah senyum dengan guru maupun dengan peneliti. Jiwa solidaritas antar sesama cukup baik. meskipun perilaku siswa di SMP Negeri 1 Bandungan cukup baik, akan tetapi masih perlu adanya pembinaan akhlak bagi para siswa. Karena selama observasi, peneliti masih mendapati adanya perilaku menyimpang yang dilakukan oleh siswa. Diantaranya adalah seringnya masuk sekolah terlambat dengan berbagai alasan, masuk sekolah dengan melompat pagar, adanya siswa yang merokok sepulang sekolah, juga perkataan kotor yang masih sering terucap dikalangan siswa. Hal inilah yang mendasari pembinaan akhlak perlu dilakukan supaya terbentuk pribadi yang mempunyai akhlak mulia, baik di lingkungan sekolah maupun di masyarakat.

  Dari hasil pemaparan di atas pendidikan akhlak mempunyai peranan penting terhadap perilaku dalam pergaulan seseorang. khususnya pada anak usia pra remaja yang sedang berada dalam masa peralihan sehingga emosi mereka masih sangat labil dan mudah dipengaruhi orang lain. Maka perbaikan akhlak merupakan suatu misi utama yang dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Islam kepada anak didik. Misi tersebut akan berhasil apabila ada kerja sama antara semua pihak yang terkait. Upaya dalam pembinaan akhlak merupakan salah satu hal terpenting dalam meningkatkan kualitas pendidikan Islam. Upaya tersebut nantinya akan sangat berpengaruh pada tingkat pemahaman dan pengamalan nilai-nilai akhlak itu sendiri.

  Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana upaya guru Pendidikan Agama Islam dalam membina akhlak siswa SMP khususnya pada siswa SMP Negeri 1 Bandungan. Maka dalam penelitian ini peneliti memberi judul “UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA

  ISLAM DALAM MEMBINA AKHLAK SISWA ( Studi Kasus di SMP Negeri 1 Bandungan Kab. Semarang )”.

B. Fokus penelitian

  Berdasarkan permasalahan di atas. Maka yang akan menjadi fokus pada penelitian ini adalah :

1. Bagaimana upaya pembinaan akhlak di SMP Negeri 1 Bandungan? 2.

  Apa saja permasalahan yang dihadapi guru dalam upaya pembinaan akhlak siswa di SMP Negeri 1 Bandungan?

C. Tujuan Penelitian

  Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui :

  1. Bentuk-bentuk upaya pembinaan akhlak siswa di SMP Negeri 1 Bandungan.

  2. Permasalahan apa saja yang dihadapi guru dalam upaya pemembinaan akhlak siswa di SMP Negeri 1 Bandungan.

D. Kegunaan Penelitian 1.

  Teoritis Secara teoritis, hasil penelitian ini berguna untuk pengetahuan betapa pentingnya pembinaan akhlak untuk anak usia sekolah. Agar nantinya hal ini dapat menjadi pelajaran serta membentengi peserta didik agar tidak terpengaruh oleh faktor lingkungan yang kurang baik.

2. Praktis a.

  Bagi peneliti Memberikan pengetahuan kepada peneliti selaku mahasiswa Pendidikan Agama Islam. Bagaimana cara membina akhlak siswa.

  Terlebih bila nantinya peneliti ditempatkan di wilayah yang sama seperti SMP Negeri 1 Bandungan.

  b.

  Bagi masyarakat umum Sebagai pendidikan tentang pentingnya pembinaan akhlak remaja bagi kelangsungan masa depanya. Dan juga untuk membentengi remaja terhadap pergaulan lingkungan yang kurang baik, yang akan berakibat terhadap akhlaknya.

E. Penegasan Istilah

  Agar tidak terjadi kesalah pahaman terhadap persepsi dan agar lebih mengarahkan pembaca dalam memahami judul skripsi “UPAYA GURU

  PAI DALAM MEMBINA AKHLAK SISWA ( Studi kasus di SMP Negeri 1 Bandungan Kab. Semarang )”. Peneliti merasa perlu untuk menjelaskan beberapa istilah-istilah yang terdapat dalam judul tersebut.

  Adapun istilah yang perlu dijelaskan adalah sebagai berikut : 1.

  Guru Pendidikan Agama Islam Nurdin (2010:128) menguraikan bahwa guru dalam Islam adalah orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik dengan mengupayakan seluruh potensinya, baik potensi afektif, potensi kognitif, maupun potensi psikomotorik. Dengan begitu pengertian guru agama Islam, adalah seorang pendidik yang mengajarkan ajaran Islam dan membimbing anak didik ke arah pencapaian kedewasaan serta membentuk kepribadian muslim yang berakhlak, sehingga terjadi keseimbangan kebahagiaan di dunia dan akhirat.

2. Akhlak

  Akhlak adalah sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya. Sifat itu dapat lahir berupa perbuatan baik disebut dengan akhlak mulia. Atau perbuatan buruk disebut dengan akhlak yang tercela (Asmaran, 2002:1). Maka yang dimaksud dengan upaya guru Pendidikan Agama Islam dalam membina akhlak adalah segala usaha keagamaan yang dilakukan guru untuk mencapai tujuan Pendidikan Agama Islam, yaitu untuk mengembangkan potensi keagamaan siswa serta memiliki berbudi pekeri yang luhur.

  Dari uraian di atas, maka dalam penelitian ini peneliti mengambil indikator upaya guru Pendidikan Agama Islam dalam membina akhlak yaitu: 1.

  Usaha guru memotivasi siswa 2. Program sekolah 3. Kesadaran siswa 4. Kedisiplinan siswa 5. Penanaman nilai nilai keislaman 6. Kegiatan siswa di sekolah 7. Teladan guru 8. Fasilitas sekolah F.

   Metode Penelitian

  Metode adalah suatu pendekatan umum untuk mengkaji topik penelitian (Mulyana, 2010:145). Jadi metode merupakan cara untuk menemukan, menguji dan mengembangkan suatu kebenaran. Penelitian adalah suatu teknik penelitian secara sistematis yang diperluas dengan menggunakan perkakas-perkakas khusus, alat-alat dan prosedur-prosedur, dalam rangka usaha mencapai pemecahan suatu problem secara lebih baik dari pada yang dicapai dengan alat-alat biasa. Penelitian merupakan pemikiran yang luar biasa akan tetapi tetap sistematis dalam memecahkan masalah karena dalam penelitian untuk menguji kebenarannya dengan menggunakan data-data yang valid (Kasiram, 2008:36).

  Apabila kebenaran dalam penelitian dapat diterima oleh masyarakat serta hasil penelitian itu dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.

  Maka penulis akan melakukan penelitian dengan metode sebagai berikut: 1.

  Pendekatan dan jenis penelitian Jika ditinjau dari segi rujukan primernya, maka penelitan ini adalah penelitian lapangan. yang bermaksud untuk mengetahui data responden secara langsung dari lapangan, yakni suatu penelitian yang bertujuan studi mengenai suatu kegiatan sosial dengan sedemikianrupa sehingga menghasilkan gambaran yang terorganisir dengan baik mengenai kegiatan tersebut. Pendekatan penelitian ini menerapkan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif yaitu dengan menyajikan gambaran tentang situasi atau perilaku sosial secara rinci dan akurat mengenai strategi guru Pendidikan Agama Islam dalam pembinaan akhlak, kegiatan yang dilakukan, serta faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan kegiatan tersebut.

  Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis ststistik atau cara kuantifikasi lainya. Jelas bahwa pengertian ini mempertentangkan penelitian kualitatif dengan penelitian yang bernuansa kuantitatif yaitu dengan menonjolkan bahwa usaha kuantifikasi apapun tidak perlu digunakan dalam penelitian kualitatif (Moleong, 2011:6 ) 2. Kehadiran Peneliti

  Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pengumpul data dan sebagai instrument aktif dalam upaya mengumpulkan data yang ada di lapangan. Sedangkan instrument pengumpulan data yang lain selain manusia adalah berbagai bentuk alat-alat bantu dan berupa dokumen-dokumen lainnya yang dapat digunakan untuk menunjang keabsahan hasil penelitian.

  Penelitian ini dilakukan oleh peneliti dengan mengunjungi lokasi penelitian dan terjun langsung dalam mengikuti aktivitas siswa di dalam maupun luar sekolah. Hal ini dilakukan untuk memperoleh informasi dengan pengamatan perilaku siswa.

  3. Lokasi penelitian Adapun lokasi yang akan menjadi target penelitian adalah

  Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Bandungan Kabupaten Semarang.

  4. Sumber Data a.

  Data Primer Yaitu data yang diperoleh langsung dari lapangan atau tempat penelitian. Kata-kata dan tindakan merupakan sumber data yang diperoleh dari lapangan dengan mengamati atau mewawancarai.

  Peneliti menggunakan data ini untuk mendapatkan informasi secara langsung tentang strategi pembinaan akhlak di SMP Negeri 1 Bandungan Kabupaten Semarang yang dilakukan oleh guru agama Islam, kegiatan apa saja yang dilakukan untuk mewujudkan strategi tersebut, serta faktor pendukung dan penghambatnya.

  Adapun sumber data langsung peneliti dapatkan dari hasil wawancara dengan kepala sekolah, guru Pendidikan Agama Islam, dan sampel siswa, serta pengamatan.

  a.

  Data Sekunder Yaitu data yang didapat dari sumber bacaan dan berbagai macam sumber lainnya yang terdiri dari surat-surat pribadi dan dokumen resmi dari instansi. Peneliti menggunakan data sekunder ini untuk memperkuat hasil temuan dan melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui wawancara dan pengamatan.

5. Prosedur pengumpulan data

  Dalam rangka untuk memperoleh data, penulis menggunakan metode pengumpulan data dalam memudahkan jalannya penelitian.

  Adapun macam untuk mengumpulkan data adalah sebagai berikut: a.

  Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.

  Wawancara

  Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviwer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara ( interviewer ) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong,

  2011:186).

  Peneliti akan melakukan wawancara dengan kepala sekolah, guru Pendidikan Agama Islam dan, siswa SMP Negeri 1 Bandungan. dengan tujuan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam penelitian.

  b.

  Observasi

  Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan kuesioner karena observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga objek-objek alam yang lain (Sugiyono, 2011:144). Dan menurut Sutrisno Hadi dalam bukunya Sugiyono (2011:144) mengemukakan bahwa observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang penting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Metode ini digunakan untuk mendapatkan data tambahan tentang upaya guru Pendidikan Agama Islam dalam membinan akhlak siswa.

  c.

  Dokumentasi

  Dokumen merupakan catatan atau peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang (Sugiyono, 2011:240).Metode ini digunakan untuk melengkapi data tentang kondisi objek penelitian secara umum. Yaitu untuk mendapatkan data tentang kondisi geografis, monografis dan struktur organisasi yang ada.

  6. Analisis data Menurut pendapat Moleong (2009:190), proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber. Setelah dibaca, dipelajari, dan ditelaah, langkah berikutnya ialah mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan cara membuat abstraksi. Abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman yang inti, proses, dan pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap berada didalamnya. Langkah selanjutnya adalah menyusunnya dalam satuan-satuan. Satuan-satuan itu kemudian dikategorisasikan pada langkah berikutnya. Kategori-kategori itu dilakukan sambil membuat koding. Tahap akhir dari analisis data ini adalah mengadakan pemeriksaan keabsahan data. Setelah selesai tahap ini mulailah tahap penafsiran data dalam mengolah hasil sementara menjadi teori substantif dengan menggunakan beberapa metode tertentu.

  7. Pengecekan keabsahan data

  Menurut Moleong (2009:173) untuk menetapkan keabsahan (trustworthiness) data diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Ada tiga kriteria yang digunakan, yaitu derajat kepercayaan (credibility), kebergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability).

  Masing-masing kriteria tersebut menggunakan teknik sendiri-sendiri. Pada kriteria credibility menggunakan beberapa teknik pemeriksaan yaitu perpanjangan keikutsertaan, ketekunan pengamatan, dan triangulasi. Sedangkan kriteria kebergantungan dan kepastian menggunakan teknik auditing.

8. Tahap-tahap penelitian a.

  Tahap pra-lapangan Dalam tahap ini, yang dilakukan peneliti adalah menyusun rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian, mengurus perizinan, menjajaki dan menilai keadaan lapangan, memilih dan memafaatkan informan, serta menyiapkan perlengkapan penelitian.

  b.

  Tahap pekerjaan lapangan Pada tahap ini peneliti harus mempersiapkan diri dengan menjaga kesehatan fisik, berpenampilan rapi dan sopan saat melakukan penelitian. Ketika memasuki lapangan, hendaknya peneliti berbaur mejadi satu dan menjaga keakraban dengan subyek agar tidak ada dinding pemisah antara keduanya. Selain itu peneliti juga harus berbahasa yang baik dan jelas agar dalam mencari informasi subyek mudah menjawabnya. Sambil berperan serta, peneliti juga mencatat data yang diperlukan.

  c.

  Tahap analisis data Analisis data menurut Patton dalam Moleong (2009:103), adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Dalam hal ini peneliti mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberikan kode, dan mengategorikannya.

G. Sistematika Penulisan

  Dalam penelitian skripsi ini, peneliti menyusun sistematikanya sebagai berikut :

  BAB I: PENDAHULUAN Merupakan pendahuluan yang berisi tentang latar

  belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

  BAB II: LANDASAN TEORI Merupakan kajian pustaka yang menyajikan tinjauan

  teoritik mengenai: karakteristik anak usia SMP, konsep guru pendidikan agama Islam, strategi pembinaan akhlak, bentuk kegiatan dalam pembinaan akhlak, serta faktor pendukung dan penghambat strategi tersebut.

  BAB III: PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN Merupakan hasil penelitian yang meliputi gambaran

  umum lokasi dan subyek penelitian serta penyajian data hasil penelitian.

  BAB IV: PEMBAHASAN Memuat tentang pembahasan dari data yang telah di

  dapat yang meliputi upaya pembinaan akhlak, bentuk kegiatan dalam pembinaan akhlak, kendala dalam pembinaan akhlak, serta solusi yang diterapkan untuk menghadapi kendala pembinaan akhlak.

BAB V: PENUTUP Penutup yang berisikan kesimpulan dan saran.

BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Guru Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam Guru Pendidikan Agama Islam dalam bahasa arab dikenal dengan

  sebutan “al mu’alim” atau “al ustadz” yang bertugas memberikan ilmu pada majelis ta’lim (tempat memperoleh ilmu). Dalam hal ini al

  mu’alim atau al ustadz juga mempunyai pengertian orang yang

  mempunyai tugas untuk membangun aspek spiritualitas manusia (Suparlan, 2005:12).

  Nurdin (2010:128) menguraikan bahwa guru dalam Islam adalah orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik dengan mengupayakan seluruh potensinya, baik potensi afektif, potensi kognitif, maupun potensi psikomotorik. Dengan begitu pengertian guru Pendidikan Agama Islam adalah, seorang pendidik yang mengajarkan ajaran Islam dan membimbing anak didik ke arah pencapaian kedewasaan serta membentuk kepribadian muslim yang berakhlak, sehingga terjadi keseimbangan kebahagiaan di dunia dan akhirat.

  Sedangkan pendidikan agama Islam menurut Arifin (dalam Syafaat, 2008:16) adalah proses yang mengarahkan manusia kedalam kehidupan yang lebih baik. dan yang mengangkat derajat kemanusiaanya sesuai dengan kemampuan dasar (fitrah) dan kemampuan ajaranya (pengaruh dari luar).

  Pendidikan agama Islam adalah usaha sadar siswa dalam meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antara umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional (Muhaimin, 2008:75-76).

  Dari beberapa pengertian para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa, guru Pendidikan Agama Islam adalah seseorang dengan tugas utama mendidik, serta membimbing siswanya, Agar menjadi pribadi yang berakhlak mulia berdasarkan kepada Al Quran dan sunnah, sesuai dengan tujuan Pendidikan Agama Islam.

2. Syarat Menjadi Guru Pendidikan Agama Islam

  Menurut Daradjat (2011:41-44), dilihat dari ilmu pendidikan Islam untuk menjadi guru yang baik dan dapat memenuhi tanggung jawab yang dibebankan kepadanya, hendaknya guru harus: a.

  Takwa kepada Allah SWT Guru sesuai tujuan ilmu pendidikan Islam, tidak mungkin mendidik anak didik agar bertakwa kepada Allah, jika ia sendiri tidak bertakwa kepada-Nya. Sebab guru adalah teladan bagi anak didiknya sebagaimana Rasulullah SAW menjadi teladan bagi umatnya. Jika seorang guru mampu memberi teladan yang baik kepada semua anak didiknya, maka kemungkinan besar guru tersebut akan berhasil mencetak generasi penerus bangsa yang baik dan berakhlak mulia.

  b.

  Berilmu Ijazah bukan semata mata secarik kertas. Tetapi suatu bukti bahwa pemiliknya telah mempunyai ilmu pengetahuan dan kesanggupan tertentu yang diperlukan untuk suatu jabatan. Gurupun harus mempunyai ijazah supaya dibolehkan mengajar. Kecuali dalam keadaan darurat, misalnya jumlah murid sangat meningkat, sedang jumlah guru jauh daripada mencukupi. maka terpaksa menyimpang untuk smentara, yakni menerima seorang guru yang belum berijazah. Tetapi dalam keadaan normal, ada patokan bahwa makin tinggi pendidikan guru makin baik mutu pendidikan. dan pada giliranya makin tinggi pula derajat masyarakat.

  c.

  Sehat jasmani Kesehatan jasmani kerapkali dijadikan salah satu syarat bagi mereka yang melamar untuk menjadi guru. Guru yang mengidap penyakit menular, sangat membahayakan kesehatan anak didiknya. Disamping itu guru yang berpenyakit tidak akan bergairah mengajar. guru yang sakit sakitan kerapkali terpaksa absen dan tentunya merugikan anak didiknya. Akan tetapi hal itu tidak bisa dijadikan patokan, sebab tidak sedikit guru yang memiliki kelainan

  (cacat sejak lahir) tapi memiliki talenta yang bagus diperbolehkan mengajar pada suatu lembaga khusus yang mendidik anak-anak berkebutuhan khusus.

  d.

  Berkelakuan baik Budi pekerti guru maha penting dalam pendidikan. Guru harus menjadi suri tauladan, karena anak-anak bersifat suka meniru. Diantara tujuan pendidikan ialah membentuk akhlak baik pada anak dan ini hanya mungkin terjadi jika guru itu berakhlak baik pula. Guru yang berahlak tidak baik tidak akan dipercayakan pekerjaan mendidik. Yang dimaksud dengan akhlak baik adalah yang sesuai dengan ajaran Islam.

  Jadi, dapat disimpulkan bahwa persyaratan menjadi seorang guru memang tidak mudah. Banyak tuntutan yang harus dipenuhi serta memiliki tanggung jawab yang besar. Akan tetapi dibalik itu semua terdapat nilai-nilai amalan yang akan menjadikan manfaat bagi seorang guru, baik manfaat di dunia maupun di ahirat.

3. Peran Guru Pendidikan Agama Islam

  Pada dasarnya peranan guru Pendidikan Agama Islam dan guru umum itu sama, yaitu sama-sama berusaha untuk memindahkan ilmu pengetahuan yang ia miliki kepada anak didiknya, agar mereka lebih banyak memahami dan mengetahui ilmu pengetahuan yang lebih luas lagi. Akan tetapi peranan guru Pendidikan Agama Islam selain berusaha memindahkan ilmu, juga harus menanamkan nilai-nilai agama Islam kepada anak didiknya agar mereka bisa mengaitkan antara ajaran agama dan ilmu pengetahuan umum. Diantara peran guru seperti yang dikutip dari Mulyasa (2011:37-64) ialah sebagai berikut : a.

  Guru sebagai pendidik Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkunganya. Oleh karena itu guru harus memiliki standar kualitas yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin.

  b.

  Guru sebagai pengajar Sejak adanya kehidupan, sejak itu pula guru telah melaksanakan pembelajaran, dan memang hal tersebut merupakan tugas yang pertama dan utama. Guru membantu peserta didik yang sedang berkembang untuk mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya, membentuk kompetensi dan memahami materi setandar yang dipelajari.

  c.

  Guru sebagai pembimbing Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan, yang berdasarkan pengetahuan dan pengalamanya bertanggung jawab atas kelancaran perjalanan itu. Dalam hal ini, istilah perjalanan tidak hanya menyangkut fisik, tetapi juga menyangkut perjalanan mental, emosional, kreatifitas, moral dan spiritual yang lebih dalam dan kompleks. d.

  Guru sebagai pelatih Proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan keterampilan baik intelektual maupun motorik, sehingga menuntut guru untuk bertindak sebagai pelatih.

  e.

  Guru sebagai penasihat Guru adalah seorang penasihat bagi peserta didik bahkan bagi orang tua, meski mereka tidak memiliki latihan khusus sebagai penasihat. Dan dalam beberapa hal tidak dapat berharap untuk menasihati orang.

  f.

  Guru sebagai inovator Guru sebagai bagian dari komponen pendidikan dituntut untuk menjembatani kesenjangan ini. Guru harus bertindak sebagai pembaharu yang dapat memperkecil perbedaan antara pelaksanaan pendidikan dan kemajuan masyarakat. Untuk itu guru harus selalu belajar dan meningkatkan pengetahuan serta keterampilannya agar dapat menciptakan hal-hal baru guna peningkatan mutu pendidikan sehingga sejalan dengan perkembangan masyarakat.

  g.

  Guru sebagai model dan teladan Perilaku guru di sekolah selalu menjadi figur dan dijadikan dalil bagi para siswanya untuk meniru perilaku tersebut. Hal ini wajar karena peserta didik dalam proses pembelajaran kadang melakukan modelling untuk mengubah tingkah lakunya. Sebagai teladan bagi peserta didik dan orang-orang di sekitarnya, mengharuskan guru melaksanakan kode etik keguruan yang menjadi dasar berperilaku. Baik dalam interaksinya dengan kepala sekolah, teman sejawat, bawahan, peserta didik, dan masyarakat pada umumnya.

  h.

  Guru sebagai pribadi Sebagai individu yang berkecimpung dalam dunia pendidikan, guru harus memiliki kepribadian yang mencerminkan seorang pendidik. Karena, seorang guru merupakan salah satu panutan bagi masyarakat. Guru dituntut untuk meningkatkan pengetahuannya, selalu mengontrol emosinya, berbaur dengan masyarakat sekitarnya, serta selalu melaksanakan ajaran-ajaran agamanya. i.

  Guru sebagai peneliti Manusia adalah makhluk yang unik, satu sama lain berbeda.

  Manusia yang satu memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh orang lain. Namun, mereka juga memiliki kelemahan yang tidak dimiliki yang lainnya. Demikian pula dengan peserta didik, mereka memiliki keunikan yang beraneka ragam dari waktu ke waktu.

  Karenanya guru tidak bisa memperlakukan mereka dengan cara yang sama untuk semua peserta didik dan untuk zaman yang berbeda. Hal ini menuntut guru mencari suatu sistem pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan zaman, tingkat perkembangan, serta kebutuhan peserta didik tersebut. j.

  Guru sebagai pendorong kreativitas Dalam proses pembelajaran, peserta didik terkadang tidak memiliki motivasi belajar. apalagi menciptakan hal-hal baru yang dapat meningkatkan kompetensinya. Sebagai motivator, guru berkewajiban meningkatkan dorongan peserta didik untuk kreatif dalam belajar. Motivasi merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. karena peserta didik akan sungguh-sungguh belajar apabila memiliki motivasi yang tinggi. k.

  Guru sebagai pembangkit pandangan Guru harus menanamkan pandangan yang positif terhadap martabat manusia kedalam pribadi peserta didik. Sebagai seorang guru tentunya tidak ingin peserta didik menjadi orang yang akan memperbudak orang lain. melainkan menjadi orang yang menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia. Sehingga terjadi kehidupan masyarakat yang sejahtera lahir dan batin. l.

  Guru sebagai pekerja rutin Guru bekerja dengan keterampilan dan kebiasaan tertentu.

  Serta kegiatan rutin yang amat diperlukan dan sering kali memberatkan. Jika kegiatan tersebut tidak dilakukan dengan baik, maka bisa mengurangi atau merusak keefektifan guru pada semua perananya. m.

  Guru sebagai pemindah kemah Guru adalah seorang pemindah kemah yang suka memindah mindahkan dan membantu peserta didik meinggalkan hal lama menuju sesuatu yang baru yang bisa mereka alami. Guru berusaha keras untuk mengetahui masalah peserta didik, kepercayaan, dan kebiasaan yang menghalangi kemajuan, serta membatu menjauhi dan meninggalakanya untuk mendapatkan cara-cara baru yang lebih sesuai. Guru dan peserta didik bekerjasama mempelajari cara baru, dan meninggaalkan kepribadian yang telah membantunya mencapai tujuan dan menggantinya sesuai dengan tuntutan masa kini. n.

  Guru sebagai pembawa cerita Cerita adalah cermin yang bagus dan merupakan tongkat pengukur. Dengan cerita manusia bisa mengamati bagaimana memecahkan masalah yang sama dengan yang dihadapinya, menemukan gagasan dan kehidupan yang nampak diperlukan oleh manusia lain, yang bisa disesuaikan dengan kehidupan mereka. Serta untuk menghargai kehidupan sendiri setelah membandingkan dengan apa yang telah mereka baca tentang kehidupan manusia di masa lalu. Guru berusaha mencari cerita untuk membangkitkan gagasan kehidupan di masa mendatang. o.

  Guru sebagai aktor Guru adalah seorang aktor yang memainkan perannya di depan peserta didik sesuai dengan naskah yang telah dibuatnya.

  Sebagai seorang aktor guru harus benar-benar membawa para penontonnya larut dalam cerita yang sedang dilakonkannya. Pesan- pesan yang dibawakannya merupakan hal penting yang harus disampaikan kepada peserta didik. Untuk itu seorang guru hendaknya mengetahui, menguasai, serta dapat mengarahkan situasi yang akan terjadi, menguasai materi yang akan dibawakan, mengetahui kehendak para peserta didiknya, menguasai media yang akan digunakan dalam pelakonannya, memperhitungkan waktu yang akan digunakan untuk membawakan suatu naskah tertentu. p.

Dokumen yang terkait

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAMMEMBENTUK AKHLAK MULIA SISWA DI SMAN 1 SUTOJAYAN BLITAR - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 6

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TENTANG PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN AKTUALISASI AKHLAKUL KARIMAH SISWA (Studi Kasus Siswa MI Nurul Huda Sepakung Banyubiru Kab. Semarang Tahun 2010) - Test Repository

0 0 77

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BERIBADAH SISWA TAHUN PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERILAKU SISWADI SD NEGERI KALIBENING SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2014/2015 PERILAKU KALIBENING SALATIGA - Test Repository

0 2 118

PEMIKIRAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF PROF. ACHMADI ( Studi Historis 1944-2014) - Test Repository

0 0 100

PERANAN SUPERVISI PENDIDIKAN DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMA NEGERI SE-SALATIGA - Test Repository

0 1 124

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PEMBINAAN AKHLAK SISWA DI SMP ISLAM NGADIREJO TAHUN PELAJARAN 20142015 SKRIPSI

0 0 116

HIBAH DALAM KELUARGA DAN DAMPAKNYA TERHADAP PEMBAGIAN WARIS ( Studi Kasus di Desa Bonomerto Kec. Suruh Kab. Semarang ) - Test Repository

0 0 72

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK PRIBADI MUSLIM SISWA SMP AL-MAS’UDIYYAH BANDUNGAN, KAB. SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 - Test Repository

0 1 110

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK KARAKTER TOLERAN PERSPEKTIF MULTIKULTURALISME (Studi Kasus di SMP Negeri 1 dan 2 Kaloran Kabupaten Temanggung) - Test Repository

0 1 85

UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI KESULITAN MEMBACA AL QUR’AN ( Studi Kasus di SMK Saraswati Salatiga Tahun Pelajaran 20152016 ) SKRIPSI

0 1 172