HAK ANAK HASIL HUBUNGAN INCEST DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN ANAK (Studi Kasus Di Desa Pringsari, Kecamatan Pringapus, Kabupaten Semarang) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Huk

  

HAK ANAK HASIL HUBUNGAN INCEST

DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN

UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN ANAK

(Studi Kasus Di Desa Pringsari, Kecamatan Pringapus,

  

Kabupaten Semarang)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

  

Oleh:

Zakiyya Raihan Falahasna

NIM : 21113016

  

JURUSANHUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARI’AH

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2018

MOTTO WHOEVER EARNESTLY, THEN HE WILL GET (SUCCESS).

WHOEVER WALKS ON HIS WAY, THEN HE WILL ARRIVE (AT HIS DESTINATION).

  

دجو ّدج نم

لصو بردلا ىلع راس نم

رفظ ربص نم

  PERSEMBAHAN

  Puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas limpahan rahmat serta karunian-Nya, shalawat salam semoga tetap tercurah kepada rasulullah SAW, skripsi ini penulis persembahkan untuk:

   Kedua orang tua saya tercinta, Bapak Ahmad Zabidi, S.Pd.I dan Ibu Siti

  Qoni‟ah,S.H.,MMyang selalu memberi semangat, dukungan, doa dan kasih sayang tak terbatas.

   Kakak dan adik saya, Mas Wildan dan Dek Lana yang selalu memberi semangat dan dukungan serta tak henti mengingatkan agar saya menyelesaikan karya ini secepatnya untuk meraih cita-cita.

   Dosen pembimbing saya, Ibu Tri Wahyu Hidayati,M.Ag, yang dengan ikhlas dan sabar membimbing, mengarahkan, serta mencurahkan waktu dan tenaganya sehingga skripsi ini terselesaikan.

   Orang spesial bagi saya, Machmut Fitriardi yang senantiasa memberikan motivasi saya untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan pantang menyerah serta selalu ada bagi saya saat sedang dalam kesulitan.

   Sahabat terbaik saya, Bening Permata Damarsari, Arum Mega, Lailatul

  Badriyah, yang bersedia menangis dan tertawa bersama serta selalu memberi semangat dalam kondisi apapun.

   Seluruh sahabat lainnya dan teman-teman jurusan Ahwal Al Syakhshiyyah angkatan 2013 atas segala semangat dan hiburannya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

  

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirahim

  Alhamdulillahhirobbil ‟alamin, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah

  SWT, yang selalu memberikan rahmat serta hidayah dan taufiq-Nya kepada penulis, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan judul “HAK

  

ANAK HASIL HUBUNGAN INCEST DITINJAU DARI HUKUM ISLAM

DAN UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN ANAK (Studi Kasus Di Desa

Pringsari, Kecamatan Pringapus, Kabupaten Semarang)

  ” tanpa halangan yang berarti.

  Shalawat serta salam penulis ucapkan kepada nabi Akhiruzaman, Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat serta pengikutnya yang senantiasa setia dan menjadikannya suri tauladan. Beliaulah visioner yang telah memberikan spirit perjuangankepada penulis dan semoga kita semua sebagai umatnyamendapatkan Syafaatnya min hadzaila yaumil qiyamah, Aamiin Yaa Robbal ‟alamin.

  Penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak yang telah tulus ikhlas membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan bayak terima kasih kepada: 1.

  Dr. Rahmat Haryadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.

  2. Dra. Siti Zumrotun, M.Ag., Selaku Dekan Fakultas Syariah.

  3. Dr. Ilyya Muhsin, S.HI.,M.Si.,Selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama Fakultas Syari‟ah.

  4. Sukron Ma‟mun, M.Si., selaku Ketua Jurusan HukumKeluarga Islam.

  5. Tri Wahyu Hidayati, M.Ag, dosenpembimbingyangdengan ikhlas membimbing, mengarahkan, serta mencurahkan waktu dan tenaganya sehingga skripsi ini terselesaikan.

  6. Seluruh dosen IAIN Salatiga, yang telah memberikan ilmunya yang sangat bermanfaat.

  7. Orang tua, Kakak dan adik penulis yang telah memberikan dan mencurahkan segala kemampuannya untuk mendukungmemenuhi keinginan penulis hingga saat ini. Tanpa mereka mungkin karya ini tidak akan pernah ada.

  8. Sahabat terbaik dan orang spesial yang selalu ada untuk memberi dukungan, semangat serta doa kepada penulis sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.

  9. Seluruhteman-temanseperjuangan di Ahwal Al Syakhshiyyahangkatan 2013 atassegalasemangatdanhiburannyasehinggapenulismampumenyelesaikansk ripsiini.

  10. Seluruh teman-teman dan semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam penyelesaian skripsi ini.

  ABSTRAK Raihan Falahasna, Zakiyya.

  “Hak Anak Hasil Hubungan Incest Ditinjau Dari

  Hukum Islam Dan Undang-Undang Perlindungan Anak(Studi Kasus Di Desa Pringsari, Kecamatan Pringapus, Kabupaten Semarang) ”. Skripsi.

  Fakultas Syari‟ah. Jurusan Hukum Keluarga Islam. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing Tri Wahyu Hidayati, M.Ag. Kata Kunci: Hak anak, Incest, Perlindungan anak

  Hak anak merupakan hak yang wajib di penuhi oleh orangtua baik pada anak yang menyandang status anak sah maupun anak tidak sah. Oleh karena itu hukum Islam dan hukum positif di indonesia menganjurkan/mewajibkan orangtua untuk memenuhi hak anak, namun yang terjadi masih ada orangtua yang melalaikan hak anak tersebut. Sehingga anak yang lahir dari hasil hubungan sedarah/incest tidak terpenuhi haknya sebagaimana harusnya.

  Dalam penelitian ini penulis menggunakan rumusan masalah sebagai berikut: Bagaimana Pemenuhan hak anak hasil hubungan incest di Desa Pringsari? Faktor apa sajakah yang mendorong terjadinya hubungan incest ? Bagaimana pandangan hukum Positif maupun hukum Islam mengenai hak anak hasil hubungan incest?

  Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan yuridis-normatif. Adapun sumber data primer yang digunakan adalah keterangan informan (orang terdekat pelaku, tokoh masyarakat, tokoh agama dan pihak terkait lainnya). Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara dan dokumentasi.

  Hasil dari penelitian ini adalah hak anak hasil hubungan incest yang terjadi di desa Pringsari belum sepenuhnya dipenuhi oleh orangtuanya, khususnya orang tua laki-laki yang harus bertanggung jawab atas kebutuhan hidup keluarga. Adapun faktornya adalah faktor internal yang meliputi: ketidakharmonisan dalam keluarga,ekonomi rendah, kejiwaan atau psikologis terganggu, dominasi orangtua terhadap anak, pendidikan rendah, kurangnya pemahaman agama; dan faktor eksternal yaitu: lingkungan masyarakat yang apatis dan kurangnya peran tokoh agama. Undang-Undang Perlindungan Anak yang berlaku di Indonesia mengatur tentang apa saja hak anak yang harus dipenuhi oleh orangtuanya mulai dari pasal 4 (empat) hingga pasal 18 (delapan belas). Selain itu Allah juga telah memerintahkan manusia untuk memenuhi hak anak sejak dari dalam kandungan melalui al- qur‟an surat al-ahzab ayat 5 dan alqur‟an surat al-isra‟ ayat 31.

  DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................... ii PENGESAHAN ............................................................................................... iii PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ....................................................... iv MOTTO .......................................................................................................... v PERSEMBAHAN ............................................................................................ vi KATA PENGANTAR .................................................................................. vii ABSTRAK ....................................................................................................... x DAFTAR ISI .................................................................................................. xi DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiv DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xv DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xvi

  BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1 A. Latar BelakangPenelitian .......................................................... 1 B. RumusanMasalah ..................................................................... 5 C. TujuanPenelitian ....................................................................... 5 D. KegunaanPenelitian .................................................................. 6 E. TelaahPustaka ........................................................................... 6 F. Kerangka Teori ......................................................................... 8 G. Metode Penelitian ................................................................... 15 1. JenisPenelitian .................................................................. 15

  2. Lokasi dan Subjek Penelitian ............................................ 15 3.

  Sumber Data ...................................................................... 15 4. TeknikPengumpulan Data ................................................. 17 5. Analisis Data ..................................................................... 18 H. SistematikaPenulisan ............................................................... 19

  BAB II KAJIAN HUBUNGAN INCEST DAN HAK ANAK DALAM HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF ….………………... 21 A.

  Pengertian Hubungan Incest ..................................................... 21 B. Penyebab Hubungan Incest ...................................................... 22 C. Bentuk-bentuk Incest ................................................................ 23 D.

  Dampak Incest .......................................................................... 24 E. Hak Anak Menurut Hukum Islam ............................................ 27 1.

  Hak Anak Berdasarkan Alqur‟an dan Hadist ..................... 28 2. Hak Anak BerdasarkanKHI (Kompilasi Hukum Islam) ..... 31 F. Hak Anak Menurut Hukum Positif ........................................... 33 1.

  Hak Anak Menurut Hukum Perdata ................................... 34 2. Hak Anak Menurut Undang-Undang Perlindungan

  Anak....................................................................................45

  BAB III HUBUNGAN INCEST DI DESA PRINGSARI ............................. 50 A. Gambaran Umum Desa Pringsari ............................................ 50 1. Kondisi Geografis Desa Pringsari ..................................... 50 2. Kondisi Demografis Desa Pringsari ................................. 52

  B.

  Hubungan Incest Pada Keluarga SRW Di Desa Pringsari ...... 55 1.

  Profil Keluarga Pelaku Hubungan Incest ......................... 56 2. Hubungan Incest antara SRW dan TMR .......................... 59 C. Faktor-Faktor Pendorong Terjadinya Hubungan Incest Pada

  Keluarga SRW .......................................................................... 65 1.

  Faktor Internal .................................................................... 65 2. Faktor Eksternal ................................................................. 69 D. Dinamika Keluarga SRW ......................................................... 71 1.

  Dinamika Keluarga SRW Sebelum Terjadi Incest ............ 71 2. Dinamika Keluarga SRW Setelah Terjadi Incest .............. 72

  BAB IV ANALISIS ........................................................................................ 75 A. Pemenuhan Hak Yang Diterima Anak Hasil Hubungan Incest Pada Keluaraga SRW .................................................... 75 B. Pandangan Hukum Terhadap Pemberian Hak Anak Yang dilahirkan Dari Hubungan Incest .................................... 76 BAB V PENUTUP ......................................................................................... 88 A. Kesimpulan .............................................................................. 88 B. Saran ........................................................................................ 90 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 91 LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................. 94

  DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Luas Wilayah Desa Pringsari Berdasar Kegunaaan ........................ 50Tabel 3.2 Data Pemeluk Agama Desa Pringari ............................................... 53Tabel 3.3 Data Pendidikan Terakhir Desa Pringsari ....................................... 54Tabel 3.4 Mata Pencaharian Penduduk Desa Pringsari .................................. 54Tabel 3.5 Daftar Identitas Pelaku dan Keluarga Pelaku Hubungan Incest ..... 56

  DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Peta Desa Pringsari..................................................................... 51Gambar 3.2 Struktur Organisasi Desa Pringsari ............................................ 52

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran I DaftarRiwayatHidup Lampiran II PenunjukanPembimbingSkripsi Lampiran III PermohonanIzinPenelitian Lampiran IV DaftarNilai SKK Lampiran V LembarKonsultasiSkripsi Lampiran VI Daftar Pertanyaan Wawancara Lampiran VII Dokumentasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga diartikan sebagai sanak saudara; kaum kerabat, juga

  digunakan untuk pengertian: seisi rumah; suami, isteri, ibu bapak dan anak- anaknya, juga berarti orang-orang seisi rumah yang menjadi tanggungan ;batih. Arti lain dari keluarga ialah satuan kekerabatan yang sangat mendasar dalam masyarakat. Sedangkan kekeluargaan yang ber asal dari kata “keluarga” dengan memperoleh awalan “ke” dan akhiran “an” berarti perihal yang bersifat atau berciri keluarga (Tim Penulis Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa DEPDIKBUD,1989:413).Dapat diartikan pula dengan (hal) yang berkaitan dengan keluarga atau hubungan sebagai anggota di dalam suatu keluarga.

  Keluarga atau Rumah tangga adalah unit terkecil dan terpenting dari suatu masyarakat dimana manusia belajar untuk beradaptasi dan berinteraksi dengan tujuan menciptakan dan memelihara norma-norma kebudayaan, perkembangan fisik, mental, dan emosi setiap anggotanya.Sedangkan dalam literatur Arab keluarga diistilahkan dengan ahlu jamaknyaahluna

  )لىلاا( d anahal ( yang memiliki arti: keluarga atau kerabat(Munawwir,

  لاىا,نولىا)

  2002:46). Seperti tersebut dalam ayat-ayat berikut ini:

  231 :

  ) وط( ىاوْقَّ تلِلُةابِقااعْلااو اكُقُزْرا ن ُنْانَ اًقْزِر اكُلا ئْسان الا ااهْ يالاع ِْبِاطْصااو ِةلاَّصلاِب اكالْىاأ ْرُمْأاو “Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang

baik di akhirat) adalah bagi orang yang bertakwa” (QS. Thaha : 132)

  ظ الا ِغ ُة اك ِئ الا ام آ اه ْ ي ال اع ُة ارا اج ِْلا او ُسا َّنلاا اى ُد ْو ُ ق َّو اًراان ْمُكْيِلْىاأ او ْمُكاسُفْ ناأ ا ْوُ ق اْوُ ناماأ انْيِذَّلا ااهُّ ياأآاي

  6

  ) : يمرحتلا( انْو ُر ام ْؤ ُ ي ا ام ان ْو ُل اع ْف ا ي او ْم ُى ار ام اا آ ام اللا ان ْو ُص ْع ا ي َّلا دا اد ِش “Hai orang-orang yang beriman! Peliharalah diri kalian dan keluarga kaliandari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan (QS. Attahrim :6)

  Keluarga atau rumah tangga dibentuk melalui perkawinan antara dua orang yang karenanya statusnya menjadi suami dan isteri. Unsur keluarga terdiri dari suami, isteri, dan anak.Dimana seorang suami/Ayah yang bertindak sebagai kepala keluarga wajib bertanggung jawab kepada isteri dan anaknya, diantaranya meliputi kesejahteraan, keselamatan, pendidikan, dan kehidupan. Kewajiban orangtua terhadap anaknya bukan hanya mencari nafkah dan memberinya pakaian, atau kesenangan yang sifatnya duniawi, tetapi lebih dari itu orangtua harus mengarahkan anak-anaknya untuk mengerti kebenaran, mendidik akhlaqnya, memberinya contoh yang baik-baik serta mendoakannya. Seperti dalam HR. Baihaqi :

  )ىقهيبلا هاور( ًاِلااص ًاع ِض ْو ام ُهاع اضاياو ُو اب اد اا او ُو اْسا ان ِس اُي ْن اا ِه ِد ِلا او ى ال اع ِد ال او ْلا ُّق اح

  Hadits tersebut menjelaskan bahwa kewajiban orang tua dalam memenuhi hak anak itu ada tiga, yakni : pertama, memberi nama yang baik ketika lahir. Kedua, mendidiknya dengan al-

  Qur‟an, dan ketiga, mengawinkan ketika menginjak dewasa. Anak merupakan amanah dari Allah Swt yang diberikan kepada setiap orangtua,anak juga buah hati,anak juga cahaya mata,tumpuan harapan serta kebanggaan keluarga. Anak adalah generasi mendatang yang mewarnai masa kini dan diharapkan dapat membawa kemajuan dimasa mendatang.Anak juga merupakan ujian bagi setiap orangtua sebagaimana disebutkan dalam al- Q ur‟an yang berbunyi:

  

  Artinya :”Dan ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah

  sebagai cobaan dan sesungguhnya disisi Allahlah pahala yang besar.” (QS.al-Anfal ayat 28).

  Ayat tersebut diatas,menjelaskan salah satu ujian yang diberikan Allah kepada orang tua adalah anak-anak mereka.Itulah sebabnya setiap orangtua hendaklah benar-benar bertanggungjawab terhadap amanah yang diberikan Allah Swt sekaligus menjadi batu ujian yang harus dijalankan. Jika anak yang di didik mengikuti ajaran Islam maka orangtua akan memperoleh ganjaran pahala yang besar dari hasil ketaatan mereka.

  Namun,fakta yang ada menunjukkan masih banyak orangtua yang tidak bertanggung jawab terhadap anak-anaknya. Masih banyak anak-anak yang tidak memperoleh haknya dari orangtua mereka seperti;hak mendapatkan perawatan dengan penuh kasih sayang,hak memperoleh pendidikan yang baik dan benar,hak menerima nafkah yang halal dan baik,dan sebagainya.Banyak sekali terjadi kasus kekerasan terhadap anak dan bahkan menimpa anak yang sudah beranjak remaja atau dewasa, yang ternyata banyak dilakukan oleh orang terdekat mereka yang merupakan keluarga mereka sendiri. Saat ini, berbagai kasus kekerasan mengintai dan membayangi kehidupan anak. Mulai dari penganiayaan, penculikan, perdagangan anak, hingga kekerasan seksual. Kekerasan seksual sendiri paling sering terjadi pada anak perempuan dibandingkan anak laki-laki. Hal ini mugkin terjadi karena karakteristik fisik perempuan yang lebih lemah bila dibandingkan laki-laki.

  Seperti yang terjadi di Desa Pringsari, Kecamatan Pringapus, Kabupaten Semarang, Seorang ayah bernama SRW(50) melakukan hubungan layaknya suami istri (hubungan incest) dengan anaknya sendiri TMR (nama disamarkan) hingga mengandung dan melahirkan seorang bayi. Terlebih lagi korban tersebut menderita cacat pada indera penglihatannya.Hal semacam ini merupakan salah satu bentuk tindakan kekerasan seksual yang paling dikutuk karena menyebabkan penderitaan yang luar biasa bagi korbannya. Yang lebih mencemaskan, dari waktu ke waktu kasus seperti ini sepertinya tetap saja terjadi, dan bahkan anak-anak yang menjadi korban cenderung meluas. Anak- anak dari keluarga miskin, anak yang memiliki orangtua pemabuk atau pengguna narkotik, atau anak yang memiliki orangtua yang tidak harmonis, biasanya cenderung rawan untuk diperlakukan menjadi korban.

  Hal ini akan berdampak terhadap anak yang dilahirkan hasil hubungan tersebut. Menurut Kompilasi Hukum Islam pasal 100, mengenai anak yang dilahirkan hasil dari hubungan incest mempunyai nasab yang sama dengan anak yang lahir di luar nikah yaitu hanya bernasab pada ibu dan kerabat ibunya saja.Dengan lahirnya anak dari hasil hubungan incest tersebut, maka akan timbul permasalahan mengenai apa saja hak-hak yang bisa didapat oleh sang anak.Hak anak yang lahir dari hasil hubungan incest tersebut apakah akan sama dengan hak anak di luar nikah lainnya. Lalu bagaimanakah hubungan anak hasil hubungan incest tersebut dengan orang yang telah menghamili ibunya, yaitu kakek atau ayah biologisnya sendiri. Dari pemaparan permasalahan diatas, penulis tertarik untuk mengangkat penelitian ilmiah dengan judul

  ‚HAK ANAK HASILHUBUNGAN INCEST DITINJAU DARI HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN ANAK(Studi Kasus Di Desa Pringsari, Kecamatan Pringapus, Kabupaten Semarang).

B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis memiliki beberapa rumusan masalah yaitu:

1. Bagaimana Hak anak hasil hubungan incestdi Desa Pringsari, Kecamatan

  Pringapus, Kabupaten Semarang? 2. Bagaimana pandangan hukum terhadap pemberian hak anak yang dilahirkan dari hubungan incestdi Desa Pringsari, Kecamatan Pringapus,

  Kabupaten Semarang? C.

   Tujuan Penelitian

  Yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.

  Untuk mengetahui Hak anak hasil hubungan incest di Desa Pringsari, Kecamatan Pringapus, Kabupaten Semarang.

2. Untuk mengetahui bagaimana pandangan hukum terhadap pemberian

  Hak anak yang dilahirkan dari hasil hubungan incest di Desa Pringsari, Kecamatan Pringapus, Kabupaten Semarang.

D. Kegunaan Penelitian

  Hasil dari penelitian tentang Hakanak hasil hubungan incest diharapkan dapat digunakan untuk:

  1. Manfaat teoritis, dapat memperkaya konsep atau teori yang dijadikan sebagai upaya pembangunan ilmu pengetahuan Hukum Keluarga Islam

  (Ahwal Al Syakhshiyyah) , khususnya yang terkait dengan Hak anak yang lahir dari hasil hubungan incest.

  2. Manfaat praktis, Dapat dijadikan sebagai bahan informasi bagi IAIN Salatiga dan adik-adik angkatan guna mengetahui tentang bagaimana Hak anak yang dilahirkan hasil hubungan incest, dan hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi masyarakat untuk lebih memahami bahwa dampak dari hubungan badan diluar perkawinan akan berpengaruh kepada hak anak yang dilahirkan dari hubungan tersebut.

  3. Untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk meraih gelar sarjana muda (S-1) dalam bidang Hukum Keluarga Islam (Ahwal Al-syakhshiyyah) IAIN Salatiga.

E. Telaah Pustaka

  Faiz Rokhman, alumnus Fakultas Syari ‟ah IAIN Walisongo Semarang, tahun 2009 dengan skripsinya yang berjudul

  ‚Tinjauan Hukum Islam Terhadap Hak Waris Anak Zina (Studi Analisis Pasal 869 Kuhperdata) . Membahas tentang anak zina yang menurut pasal 869 KUHPerdata tidak mendapatkan waris dari ibu atau bapaknya. Anak zina tersebut tidak mendapatkan waris serta tidak dapat menuntut hak waris kepada ibu atau bapaknya, namun hanya mendapatkan nafkah hidup saja. Penulis dalam hal ini membandingkan dengan waris Islam bahwa anak zina masih mendapatkan hak waris meski hanya pada ibu dan kerabat ibu saja.

  Muhammad Iqbal, alumnus Fakultas Syari ‟ah UIN Sunan Kalijaga, yogyakarta, tahun 2009 dalam skripsinya yang berjudul‚ Pembagian Warisan

  

Bagi Anak Zina Yang Diakui (Perspektif Hukum Islam Dan KUHPerdata) .

  Membahas tentang perbandingan waris anak zina yang diakui menurut hukum Islam dan KUHPerdata. Dalam Islam dijelaskan bahwa anak zina tidak memiliki hubungan nasab dengan ayahnya melainkan hanya memiliki hubungan nasab dengan ibunya. Namun menurut KUHPerdata jika anak tersebut sudah diakui oleh ayahnya sebagai anaknya, maka anak tersebut berhak mendapatkan harta waris dari ayahnya.

  Skripsi yang ditulis oleh Isyarotul Aula alumnus Fakultas Syari ‟ah

  IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Tahun 2003dengan judul, Kedudukan Anak

  

Hasil Hubungan Incest Dalam Kewarisan Islam . Skripsi ini menjelaskan

  tentang kedudukan anak hasil hubungan incest (hubungan sedarah) dalam kewarisan Islam. Skripsi ini hanya membahas tentang bagaimana kedudukan anak hasil hubungan incest dengan melihat dari kelahirannya yang di luar perkawinan yang dalam hukum Islam kedudukannya menjadi anak yang tidak sah atau anak zina. Meskipun membahas tentang incest, skripsi ini tidak membahas mengenai hak-hak bagi anak hasil hubunganincest melainkan membahas mengenai kedudukan anak hasil hubungan incest tersebut dalam kewarisan Islam.

  Berdasarkan telaah pustaka diatas, maka pembahasan ini jelas berbeda dengan yang ditelurusi oleh peneliti atau penulis sebelumnya sehingga diharapkan tidak ada pengulangan materi secara mutlak, karena penelitian yang dilakukan oleh penulis lebih menjelaskan pada Hak Anak yang dilahirkan dari hasil hubungan incest ditinjau dari perspektif hukum Islam dan Undang-undang perlindungan anak.

F. Kerangka Teori

  Allah telah menetapkan aturan main bagi kehidupan manusia di atas kehidupan ini. Aturan ini dituangkan dalam bentuk titah atau kehendak Allah tentang perbuatan yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh manusia. Aturan Allah tentang tingkah laku manusia secara sederhana adalah syariah atau hukum syara‟ yang sekarang ini disebut hukum Islam.

  Hukum Islam melingkupi seluruh segi kehidupan manusia di dunia. yaitu mengatur hal-hal yang berkaitan dengan hubungan Allah dengan hamba- Nya yang disebut dengan hablun min Allah dan hal-hal yang berkaitan dengan hubungan antara manusia satu dengan manusia lainnya yang disebut dengan

  hablun min An-Nas dan alam sekitarnya yang disebut dengan hablun min „Alam.

  Di antara aturan yang mengatur hubungan sesama manusia yang ditetapkan Allah adalah aturan tentang anjuran untuk hidup berpasang- pasangan. Hidup berjodoh-jodohan adalah naluri segala makhluk termasuk manusia, oleh karena itu semua makhluk Tuhan baik hewan, tumbuhan dan manusia dalam hidupnya ada perkawinan (Nur, 1993:5).Demi menjaga martabat kemuliaan manusia, Allah SWT menurunkan hukum sesuai dengan martabat kemuliaan manusia, karenanya dalam hubungan lawan jenis antar manusia pun diatur sedemikian rupa dengan jalan perkawinan manusia yang berbeda dengan makhluk lainnya.

  Hubungan perkawinan adalah suami istri saling mewarisi karena mereka telah melakukan akad perkawinan secara sah. Dengan demikian, suami dapat menjadi ahli waris dari istrinya, demikian pula sebaliknya istri dapat menjadi ahli waris dari suaminya. Dalam Undang-undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 disebutkan bahwa perkawinan yang sah adalah bilamana dilakukan menurut hukum agama dan kepercayaannya itu dan perkawinan harus dicatat menurut peraturan perundangan. Di dalam Pasal

  2 Kompilasi Hukum Islam (“KHI”) dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan perkawinan adalah pernikahan menurut Islam, yaitu ikatan yang sangat kuat atau mitsaqon ghalidzon untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah. Sedangkan, dalam Pasal 3 KHI dinyatakan bahwa perkawinan bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan rahmah. Menurut agama islam, perkawinan baru dapat dikatakan sah apabila akad nikah dilakukan sesuai dengan rukun dan syarat perkawinan. Rukun perkawinan adalah hadirnya calon suami dan istri dalam akad nikah, ijab-qabul, dan adanya saksi. Sedangkan syarat yang harus dipenuhi dalam setiap unsur akad perkawinan dibagi tiga bagian. Pertama, syarat peristiwa hukumnya, yakni hadirnya pihak-pihak yang terlibat langsung dalam pelaksanaan akad, baik dari pihak calon suami, calon istri, atau yang mewakili. Kedua, syarat sahnya, yakni hadirnya dua saksi di tempat calon istri diakadkan. Ketiga, syarat kemutlakan, yang harus ada untuk tidak terjadi fasakh atau dibatalkan akad itu, yakni calon suami dan istri sudah dewasa, suami tidak cacat jasmani, wali cakap, ada mahar dan calon suami tidak dipaksa.

  Dalam perkawinan ada hal-hal yang dibolehkan, dan ada yang dilarang. Incest(hubungan sedarah, dan lebih jauh berarti hubungan badan atau hubungan seksual yang terjadi antara dua orang yang mempunyai ikatan pertalian darah, misal bapak dengan anak perempuannya, ibu dengan anak laki-lakinya, atau antar-sesama saudara kandung atau saudara tiri) adalah salah satu hal terlarang di dalam hukum Islam.

  Secara tegas Al Quran Surah An Nisa: 23 menyatakan larangan:

     

  Artinya

  : “ Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak- anakmu yang perempuan; saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan; saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara perempuan

  sepersusuan; ibu-ibu isterimu (mertua); anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan isterimu itu (dan sudah kamu ceraikan), Maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan diharamkan bagimu) isteri- isteri anak kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

  Maksud ibu di sini ialah ibu, nenek dan seterusnya ke atas dan yang dimaksud dengan anak perempuan ialah anak perempuan, cucu perempuan dan seterusnya ke bawah, demikian juga yang lain-lainnya. sedang yang dimaksud dengan anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu, menurut jumhur ulama Termasuk juga anak tiri yang tidak dalam pemeliharaannya.

  Perkawinan atau hubungan incest diketahui berpotensi tinggi menghasilkan keturunan yang secarah, baik fisik maupun mental atau bahkan letal (mematikan). Dampak bentuk perkawinan keluarga yang paling ekstrim adalah fertilisasi diri ( proses di mana sel telur dan sperma bersatu membentuk zigot, memulai rangkaian kegiatan yang dapat mengakibatkan kehamilan). Pada dasarnya akibat dari perkawinan keluarga adalah meningkatkan kemungkinan keturunannya untuk mewarisi alel(gen yang memiliki posisi pada kromosom yang sama, tetapi memiliki sifat bervariasi yang disebabkan mutasi pada gen asli) yang sama dari moyang bersama (Anna, 1992 : 300). Risiko genetik dari perkawinan sedarah memberikan alasan biologis yang bagus mengapa pernikahan tersebut adalah hal yang tabu dilakukan di sebagian besar masyarakat. Saudara dekat memiliki lebih banyak gen yang sama satu sama lain, termasuk gen penyebab penyakit. Jadi apabila kamu menikah dengan saudara dekat dan memiliki anak, ada kemungkinan besar akan memiliki anak yang membawa dua salinan gen penyebab suatu penyakit(Brookes, 2005: 153).Adakalanya kelainan itu diwariskan secara resesif dan adakalanya diwariskan secara dominan.

  Terlepas dari perkawinan incest di atas, perlu mendapatkan perhatian adalah anak yang lahir akibat perkawinan tersebut. Pada dasarnya tidak ada seorang pun ketika terlahir di dunia telah memiliki dosa dan tidak ada dosa turunan. Secara biologis tidak ada seorang pun anak terlahir tanpa memiliki bapak. Mengenai beragamnya penyebutan terhadap status anak sendiri hendaknya harus disikapi dengan bijak.

  Anak merupakan penerus cita-cita perjuangan bangsa yang memiliki peran strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus yang diharapkan dapat menjamin eksistensi bangsa dan negara di masa depan. Oleh karena itu, anak punya hak untuk mendapatklan kesempatan seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, baik secara fisik, mental, maupun sosial dan mempunyai akhlak yang mulia karena sejak dalam kandunganpun mereka punya hak untuk hidup. Anak adalah amanah dan karunia Allah Yang Maha Kuasa, yang dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya.

  Anak dalam Islam adalah sebagai penerus keturunan yang akan mewarisi semua yang dimiliki oleh orang tuanya. Islam juga memerintahkan menjaga kesucian keturunan mereka, karena mereka adalah khalifah di muka bumi. Kedudukan anak dalam Islam sangatlah penting, bagaimana hubungan nasab atau hubungan darah antara anak dan orang tua adalah hubungan keperdataan yang paling kuat yang tidak bisa diganggu gugat dan dibatasi oleh apapun. Oleh karena itu diperlukan kejelasan nasab seorang anak karena akan membawa akibat hukum pada anak tersebut yang juga menyangkut hak dan kewajiban yang diperoleh dan harus dilaksanakan karena mempunyai kekuatan hukum yang sah.

  ,

  Menurut Wahbah al-Zuhaili (1968:698) d alam syari‟at Islam anak secara garis besar dibagi menjadi dua kategori yaitu: 1.

  Anak Syar‟i yaitu anak yang mempunyai hubungan nasab (secara hukum) dengan orang tua laki-lakinya (ayah).

2. Anak

  Tabi‟i yaitu anak yang tidak mempunyai hubungan nasab dengan orang tua laki-lakinya (ayah).

  Sedangkan lebih spesifik dalam Islam pembagian status anak dapat dikelompokkan menjadi enam, yakni (Fachruddin, 1991:26) :a. Anak Kandung;b. Anak Angkat;c.Anak Susu;d. Anak Pungut;e.Anak Tiri;f. Anak Zina.

  Islam sangat menghargai anak yang lahir di dunia ini, dalam hal ini disebutkan bahwa anak yang lahir di dunia ini pada dasarnya adalah suci, seperti disebutkan dalam

  HR. Bukhari dari Abu Ya‟la al-Tabarani dari al- Baihaqi dari al-

  Aswad Ibnu Sari‟:

  

ِنا ِو ِنا ِو ِر ِف دو

ْلا ى ج ص َّتّ اف اأ ُّل ُك

  

اُي و اد ال ُد

ُها ُنا ُو ُو ِل اع ْن اع ال اا ْو ُ ي ان اا ْو ُ ي اه ا ب او اب ُ ي ْع اح ُ ي ْو ام ْو ُل اس ار ِنا ِو اس ْط ار ِة

  “Setiap anak yang lahir dilahirkan diatas fitrah hingga ia fasih (berbicara), maka kedua orangtuanya lah yang menjadikannya Yahudi,Nasrani, atau Majusi”.

  Anak yang merupakan generasi penerus bangsa juga tidak luput dari perhatian pemerintah. Semakin kompleksnya permasalahan anak menuntut pemerintah untuk mengatur hal tersebut dalam sebuah peraturan perundang- undangan di Indonesia, salah satunya tercermin dalam UU No.35 Tahun 2014 Perubahan atas UU No. 23 Tahun 2002yang dibentuk guna melindungi anak dari segala macam bentuk diskriminasi dan pelanggaranhak lainnya.Seperti yang tertuang dalam pasal 13 dalam Undang-undang perlindungan anak, yaitu: setiap anak selama dalam pengasuhan orang tua, wali, atau pihak lain mana pun yang bertanggung jawab atas pengasuhan, berhak mendapat perlindungan dari perlakuan : a. Diskriminasi; b. Eksploitasi, baik ekonomi maupun seksual; c. Penelantaran; d. Kekejaman, kekerasan, dan penganiayaan; e. Ketidakadilan; dan f. Perlakuan salah lainnya.

  Pembahasan mengenai undang-undang perlindungan anak dan hukum Islam ini menjadi cukup penting karena menyangkut hak-hak anak yang merupakan generasi muda yang berperan sebagai penerus kelangsungan kehidupan manusia di muka bumi. Yang mana merupakan hak bagi anak-anak yang masih kecil karena ia membutuhkan pengawasan, penjagaan, pelaksana urusannya dan orang yang mendidiknya. Pendidikan yang paling penting ialah anak kecil dalam pangkuan ibu-bapaknya karena dengan pengawasan dan perlakuan mereka kepadanya secara baik akan menumbuhkan jasmani dan akalnya, membersihkan jiwanya serta mempersiapkan diri anak menghadapi kehidupannya di masa yang akan datang.

G. Metode Penelitian 1.

  Jenis penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatifuntuk menentukan cara mencari, mengumpulkan,mengolahdanmenganalisis datahasilpenelitiantersebut.Penelitiankualitatifinidapatdigunakanuntukme mahamiinteraksisosial, misalnyadengan wawancara mendalamsehingga akan ditemukan pola-pola yangjelas.Dengan menggunakan pendekatan yuridis-normatif yang menggambarkan peraturan perundang-undangan yang mengikat mengenai hak anak hasil hubungan incest.

  2. Lokasi dan Subyek Penelitian Lokasi penelitian ini adalah di Di Desa Pringsari, Kecamatan

  Pringapus, Kabupaten Semarang. Karena di Desa tersebut merupakan tempat tinggal para pihak mengenai kasus hubungan sedarah /

  incest antara seorang ayah kandung dengan anak perempuannya hingga melahirkan seorang putri.

  3. Sumber Data a.

  Data Primer Data primer adalah data yang diambil dari sumber data primer atau sumber pertama di lapangan (Bungin,2001:128).Macam-macam data Primer sebagai berikut :

  1) Informan

  Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasinya tentang situasi dan kondisi latar belakang penelitian. Jadi seorang informan harus mempunyai banyak pengalaman tentang latar belakang penelitian. Seorang informan berkewajiban secara suka rela menjadi anggota tim penelitian walaupun hanya bersifat informal. Sebagai anggota tim dengan kebaikanya dan dengan kesukarelaanya ia dapat member pandangan dari segi orang dalam, tentang nilai-nilai, sikap, bangunan, proses dan kebudayaan yang menjadi latar penelitian setempat (Moeloeng, 2002: 90). Dalam penelitian ini,informannyaadalah berasal dari keterangan atau penjelasan yang dipaparkan oleh pihak-pihak yang terkait dalam kasus ini, seperti Ketua RT, bidan setempat yang menangani persalinan pasangan pelaku, dan tetangga dekat keluarga pelaku hubungan

  incest .

  2) Dokumen

  Dokumen adalah setiap bahan tertulis ataupun film (Moeloeng, 2002:161). Sumber tertulis dapat terbagi atas sumber buku dan majalah ilmiah, sumber arsip, dokumen pribadi dan dokumen resmi(Moeloeng, 2002:113). Dalam penelitian ini yaitu berupa data-data yang ada yang berkaitan dengan kehidupan para pihak yaitu, KK (Kartu Keluarga) pelaku dan data kependudukan di Desa Pringsari.

  b.

  Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau data pendukung seperti dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil penelitian berbentuk laporan dan lain sebagainya. Data sekunder dari penelitian ini adalah literatur-literatur lain yang mempunyai relevansi dengan Hak anak hasil hubungan sedarah/incest yang dilakukan ayah terhadap anak perempuannya.

4. Teknik Pengumpulan Data a.

  Observasi Observasi adalah pengumpulan data dengan menggunakan atau mengadakan pengamatan atau pencatatan dengan sistematis tentang fenomena yang diselidiki secara langsung (Hadi,1988:136).Dalam penelitian ini, observasi dilakukan terhadap kehidupan keluarga Ayah dan Anak perempuan yang melakukan hubungan incest.

  b.

  Wawancara / Interview Wawancara (interview) adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara

  (Arikunto, 2006: 145).

  Wawancara dilakukan untuk memperoleh data dari beberapa responden, yaitu wawancara yang diperoleh darimasyarakat setempat atau orang terdekat para pihak untuk mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya sesuai dengan rumusan masalah.

  c.

  Dokumentasi Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya (Arikunto, 2006 : 236).

  Dalam penelitian ini dokumentasi yang dimaksud adalah pengambilan beberapa data tentang berbagai dokumen terkait dengan kehidupan para pihak yaitu, KK (Kartu Keluarga) pelaku dan data kependudukan di Desa Pringsari.

5. Analisis Data

  Setelah data terkumpul kemudian data tersebut dianalisis seperlunya agar diperoleh data yang matang dan akurat. Dalam penganalisaan data tersebut penulis menggunakan analisa kualitatif yaitu: analisis untuk meneliti kasus setelah terkumpul kemudian disajikan dalam bentuk uraian (Moeloeng, 2011: 288).

  Penulis dalam menulis skripsi ini menggunakan pola deduktif yaitu yaitu berangkat dari dalil-dalil umum yang berkaitan dengan hak anak dalam hukum Islam dan Undang-undang perlindungan anak kemudian dalil-dalil tersebut digunakan untuk meninjau kasus yang terjadi di Desa Pringsari.

H. Sistematika Penulisan

  Untuk memberikan kejelasan dan ketetapan pembahasan dalam menyusun proposal ini, maka penulis menyusun sistematika penulisan penelitian yang terdiri atas 5 bab sebagai berikut :

  Bab I Pendahuluan ini terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, Telaah Pustaka, Kerangka Teori, Metode Penelitian dan sistematika penulisan penelitian.

  Bab II ini berupa kajian tentang hubungan incest dan hak anak dalam hukum Islamdan hukum positif. Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai pengertian hubungan incest, penyebab incest, bentuk-bentuk incest, dampak

incest ,hak anak menurut hukum positif,dan hak anak menurut hukum Islam.

  Bab III berupa deskripsi tentang kasushubungan incest antara ayah dan anak perempuannya di Desa Pringsari, Kecamatan Pringapus, Kabupaten Semarang. Dalam bab ini akan diterangkan mengenai gambaran umum tentang obyek penelitian meliputi letak geografis dan demografis Desa Pringsari, profil keluarga pelaku hubungan incest dan bagaimana kasusnya, faktor-faktor apa saja yang melatar belakangi terjadinya hubungan incestdan bagaimana kondisi sosiologis serta hubungan antar individu dalam satu keluarga.

  Bab IV berupa analisis dan pandangan hukum terhadapHak anak yang lahir dari hasil hubungan incestdi Desa Pringsari, Kecamatan Pringapus, Kabupaten Semarang. Dalam bab ini akan diterangkan analisis tentang bagaimana pemenuhan hak anak hasil hubungan incestdiDusun Bangunsari, dan bagaimanapandangan hukum terhadap hak anak yang lahir dari hasil hubungan incestdi Desa Pringsari.

  Bab V Penutup,Bab ini berisi kesimpulan yang merupakan jawaban dari permasalahan dan saran.

Dokumen yang terkait

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 0 102

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENYIMPANGAN HAK NASABAH (Studi Kasus Baitul Maal Wat Tamwil Bina Insani Pringapus Ungaran) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 0 120

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM BARTER (Studi di Desa Benowo Kecanmatan Bener Kabupaten Purworejo) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 1 92

PERKAWINAN POLIANDRI (Studi Kasus Di Dusun Canggal Desa Sidoharjo Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 3 149

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI TEBAS POHON DURIAN (Studi Kasus di Desa Bringin Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 0 116

TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP SISTEM PROMO (Studi Kasus Toko Jakarta Ponsel Salatiga) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 0 105

ANJELO SEBAGAI SUMBER UTAMA NAFKAH UTAMA KELUARGA (Studi Kasus di Bandungan Kabupaten Semarang) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 1 94

PERLINDUNGAN ORANG TUA TERHADAP PERKAWINAN DIBAWAH UMUR (Studi Kasus di Desa Giyanti Kecamatan Candimulyo Kabupaten Magelang) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 0 108

PERPINDAHAN HARTA TERHADAP ANAK ANGKAT DALAM PANDANGAN ISLAM (Studi Kasus di Kalibuket Kelurahan Tingkir Tengah) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum

0 0 77

PERKAWINAN ENDOGAMI DITINJAU DARI HUKUM ISLAM (STUDI KASUS ANGGOTA KADER PARTAI KEADILAN SEJAHTERA SALATIGA) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 1 89