Pengukuran konsentrasi gas etilen produksi buah apel selama masa pematangan menggunakan detektor fotoakustik.

(1)

ABSTRAK

PENGUKURAN KONSENTRASI GAS ETILEN PRODUKSI BUAH APEL SELAMA MASA PEMATANGAN

MENGGUNAKAN DETEKTOR FOTOAKUSTIK

Oleh : Willy Mulyati Jelly

NIM : 091424042

Penelitian ini bertujuan untuk mengukur konsentrasi gas etilen yang dihasilkan oleh buah Apel Malang dengan menggunakan detektor fotoakustik. Detektor fotoakustik bekerja dengan prinsip serapan cahaya. Sumber cahaya yang digunakan dalam penelitian adalah laser CO2. Pengukuran konsentrasi dilakukan

selama 4 hari berturut-turut.

Pengukuran dilakukan dengan menscan daya laser dan sinyal fotoakustik pada posisi steppermotor 8400 hingga 9400. Konsentrasi gas etilen yang dihasilkan oleh buah Apel mengalami peningkatan sebanding dengan semakin matangnya buah.


(2)

ABSTRACT

THE MEASURING OF ETHYLENE CONCENTRATION OF APPLE PRODUCTION DURING RIPENING

USING PHOTOACOUSTIC DETECTOR

By :

Willy Mulyati Jelly NIM : 091424042

The aim of this research is to measure the concentration of ethylene produced by Malang’s apple using photoacoustic detector. Photoacoustic detector uses the principle of light absorption. CO2 laser was used as the light source of the

detector. Concentration measurements carried out during 4 days succesively. Measurements were made by scanning the laser power and the photoacoustic signal at steppermotor position 8400 to 9400. Concentration of ethylene produced by apple fruit has increased in proportion to the ripening of the fruit.


(3)

i

PENGUKURAN KONSENTRASI GAS ETILEN

PRODUKSI BUAH APEL SELAMA MASA PEMATANGAN

MENGGUNAKAN DETEKTOR FOTOAKUSTIK

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Willy Mulyati Jelly NIM : 091424042

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

THE MEASURING OF ETHYLENE CONCENTRATION

OF APPLE PRODUCTION DURING RIPENING

USING PHOTOACOUSTIC DETECTOR

A Thesis

Presented as Partial Fulfilment of the Requirements To Obstain Sarjana Pendidikan (S.Pd) Degree

In Physics Education Study Program

Willy Mulyati Jelly NIM : 091424042

PHYSICS EDUCATION STUDY PROGRAM

DEPARTMENT OF MATHEMATICS AND SCIENCE EDUCATION FACULTY OF TEACHER TRAINING AND EDUCATION

SANATA DHARMA UNIVERSITY YOGYAKARTA


(5)

(6)

(7)

v

Karya Ilmiah ini saya persembahkan kepada :

My Mighty Lord Jesus Christ

My Beloved Parent

My Younger B

rother and Sister

And All My Best Friends.

Karena TUHANlah yang memberikan hikmat, dari mulut-Nya datang pengetahuan dan kepandaian (Amsal 2:6).


(8)

(9)

(10)

viii

ABSTRAK

PENGUKURAN KONSENTRASI GAS ETILEN PRODUKSI BUAH APEL SELAMA MASA PEMATANGAN

MENGGUNAKAN DETEKTOR FOTOAKUSTIK

Oleh : Willy Mulyati Jelly

NIM : 091424042

Penelitian ini bertujuan untuk mengukur konsentrasi gas etilen yang dihasilkan oleh buah Apel Malang dengan menggunakan detektor fotoakustik. Detektor fotoakustik bekerja dengan prinsip serapan cahaya. Sumber cahaya yang digunakan dalam penelitian adalah laser CO2. Pengukuran konsentrasi dilakukan

selama 4 hari berturut-turut.

Pengukuran dilakukan dengan menscan daya laser dan sinyal fotoakustik pada posisi steppermotor 8400 hingga 9400. Konsentrasi gas etilen yang dihasilkan oleh buah Apel mengalami peningkatan sebanding dengan semakin matangnya buah.


(11)

ABSTRACT

THE MEASURING OF ETHYLENE CONCENTRATION OF APPLE PRODUCTION DURING RIPENING

USING PHOTOACOUSTIC DETECTOR

By :

Willy Mulyati Jelly NIM : 091424042

The aim of this research is to measure the concentration of ethylene produced by Malang’s apple using photoacoustic detector. Photoacoustic detector uses the principle of light absorption. CO2 laser was used as the light source of the

detector. Concentration measurements carried out during 4 days succesively. Measurements were made by scanning the laser power and the photoacoustic signal at steppermotor position 8400 to 9400. Concentration of ethylene produced by apple fruit has increased in proportion to the ripening of the fruit.


(12)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi dengan

judul “PENGUKURAN PERUBAHAN KONSENTRASI GAS ETILEN

PRODUKSI BUAH APEL SELAMA MASA PEMATANGAN

MENGGUNAKAN DETEKTOR FOTOAKUSTIK” ini ditulis sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak mungkin terwujud tanpa adanya bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Karena itu pada kesempatan ini, penulis menghaturkan banyak terima kasih kepada :

1. Bapak Rohandi, P.hD. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Dr. Ign. Edi Santosa, M.S. selaku dosen pembimbing, dosen penguji serta Ketua Program Studi Pendidikan Fisika yang dengan penuh kesabaran telah membimbing, membantu dan meluangkan waktunya kepada penulis selama proses penelitian dan penulisan skripsi ini. 3. Ibu Dwi Nugraheni Rositawati, M.Si. selaku dosen penguji serta

dosen pembimbing akademik atas segala nasihat, bantuan dan dukungannya selama ini kepada penulis.

4. Bapak Drs. Domi Severinus, M.Si. selaku dosen penguji.

5. Seluruh dosen di Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

6. Bapak Wilmus Syaiful dan Ibu Jelina selaku orang tua penulis, saudaraku Billy Ponten dan Riska, kekasih dan sahabatku Yeri Lona dan seluruh keluarga tercinta yang selalu memberikan semangat, dukungan dan doa.

7. Seluruh karyawan Universitas Sanata Dharma khususnya karyawan Laboratorium Fisika, Bapak Ngadiyono yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian.


(13)

8. Teman-teman seperjuangan di Program Studi Pendidikan Fisika angkatan 2009 baik yang telah lulus maupun yang masih berjuang di Sanata Dharma.

9. Teman-teman seperjuangan skripsi, Osri, Hari, Dian, Agus, Nino dan Sherly atas masukan, hiburan dan dukungannya kepada penulis. 10.Sahabat-sahabat terkasih, Gloria Octaviana Pasaribu, Martina Tania

Norika, Yohanes Egidius Gracia Poleng, Audra Febriandini Logho, Laras Nandya, Janulius.

11.Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Terima kasih atas segala bantuan dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penelitian dan penulisan skripsi ini. Namun, semoga karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi masyarakat dan perkembangan ilmu pengetahuan.

Yogyakarta, 20 Agustus 2014


(14)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PERSETUJAN PEMBIMBING iii

HALAMAN PENGESAHAN iv

HALAMAN PERSEMBAHAN v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA

ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS vii

ABSTRAK viii

ABSTRACT ix

KATA PENGANTAR x

DAFTAR ISI xii

DAFTAR TABEL xiv

DAFTAR GAMBAR xv

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Rumusan Masalah 4

C. Batasan Masalah 5

D. Tujuan Penelitian 5

E. Manfaat Penelitian 5


(15)

BAB II DASAR TEORI 7

A. Gas Etilen 7

B. Teori Atom 8

C. Teori Molekul 12

D. Spektrokopi Fotoakustik 13

E. Laser CO2 14

F. Detektor Fotoakustik 15

BAB III METODE PENELITIAN 18

A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan 18

B. Alat dan Bahan Penelitian 18

C. Prosedur Penelitian 20

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 25

A. Hasil 25

B. Pembahasan 33

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 39

A. Kesimpulan 39

B. Saran 39

DAFTAR PUSTAKA 41

LAMPIRAN 42

I. Pengenceran Gas Etilen 43

II. Perhitungan Ralat Konsentrasi Etilen 44


(16)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Tabel daya laser, sinyal fotoakustik, dan sinyal ternormalisir terhadap posisi steppermotor untuk udara yang dicampur dengan gas

etilen 0,579 ppm (kalibrasi). 32

Tabel 4.2 Tabel daya laser, sinyal fotoakustik, dan sinyal ternormalisir terhadap posisi steppermotor untuk udara yang dialirkan ke dalam sel

fotoakustik 32

Tabel 4.3 Tabel daya laser, sinyal fotoakustik, dan sinyal ternormalisir terhadap posisi steppermotor untuk udara yang dialirkan melalui cuvet

berisi buah apel ke dalam sel fotoakustik 33

Tabel 4.4 Konsentrasi etilen hasil produksi buah Apel Malang dari tanggal


(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Model Atom Bohr 9

Gambar 2.2 (a) Eksitasi dan (b) Deeksitasi 11

Gambar 2.3 Tingkat energi pada molekul 13

Gambar 2.4 Detektor Fotoakustik 15

Gambar 3.1 Detektor Fotoakustik yang digunakan dalam penelitian 18 Gambar 3.2 Laser yang digunakan dalam detector fotoakustik 19 Gambar 3.3 Rangkaian alat untuk mencari sinyal ternormalisir dari

gas etilen murni (kalibrasi) 21

Gambar 3.4 Rangkaian alat untuk mencari sinyal ternormalisir dari udara/

gas pembawa (sinyal latar) 22

Gambar 3.5 Rangkaian alat untuk mencari sinyal ternormalisir dari gas

etilen yang dihasilkan oleh buah apel 24

Gambar 4.1 Grafik daya laser terhadap posisi steppermotor dari gas

etilen 0,579 ppm hasil scan pertama 26

Gambar 4.2 Grafik daya laser terhadap posisi steppermotor dari etilen

0,579 ppm hasil scan kedua 26

Gambar 4.3 Grafik sinyal fotoakustik terhadap posisi steppermotor dari

etilen 0,579 ppm hasil scan kedua 29

Gambar 4.4 Grafik sinyal ternormalisir terhadap posisi steppermotor

dari etilen 0,578 ppm 30

Gambar 4.5 Grafik konsentrasi gas etilen yang diproduksi oleh sampel


(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bidang fisika sangat erat hubungannya dengan penelitian dan eksperimen. Untuk melakukan eksperimen dibutuhkan pengukuran. Ada 2 hal yang penting dalam pengukuran yaitu input dan output. Input dibedakan menjadi input yang diinginkan, input pengubah dan input pengganggu, sedangkan output dibedakan menjadi output yang diinginkan, output pengubah dan output pengganggu (Doebelin, 2004).

Pengukuran membutuhkan alat ukur. Alat ukur yang baik harus memenuhi beberapa syarat tertentu, antara lain: sensitif, selektif, tidak mengganggu sampel dan memiliki waktu tanggap yang cepat. Sensitif artinya alat ukur tersebut mampu mengukur perubahan input yang kecil dalam pengukuran. Selektif artinya alat ukur tersebut mampu memilah input yang ada sesuai dengan kebutuhan pengukuran. Tidak mengganggu sampel artinya alat ukur tersebut tidak mengubah sampel pada waktu pengukuran dan memiliki waktu tanggap yang cepat artinya hasil pengukuran bisa langsung didapatkan segera setelah input diukur.

Ada berbagai macam alat ukur berdasarkan fungsinya seperti alat ukur panjang, alat ukur massa, alat ukur waktu, alat ukur bunyi, alat ukur konsentrasi gas dan lain-lain. Pemilihan alat ukur yang tepat akan memudahkan dalam melakukan eksperimen.


(19)

Pengukuran konsentrasi gas biasanya dimanfaatkan dalam proses ekspor dan impor buah-buahan. Buah-buahan saat diambil dari produsen umumnya masih dalam keadaan mentah. Buah-buahan yang disimpan pada lingkungan dengan suhu kamar dengan gas oksigen normal akan mengalami proses pematangan. Dalam proses pematangan, buah-buahan akan menghasilkan gas-gas tertentu, salah satunya adalah gas etilen. Gas etilen diproduksi buah setiap waktu selama proses pematangan. Emisi etilen merupakan tanda matangnya buah (Santosa, 2008), selain itu etilen juga berfungsi sebagai pemicu matangnya buah. Buah yang disimpan dalam ruangan dengan kandungan etilen akan lebih cepat matang dibanding buah yang disimpan dalam udara normal. Konsentrasi etilen yang dihasilkan oleh buah-buahan biasanya sangat rendah yaitu dalam orde ppm hingga ppb.

Teknik yang selama ini biasa digunakan dalam mengukur konsentrasi gas adalah teknik Gas Chromatography (GC), teknik ini juga biasa digunakan untuk pengukuran dalam bidang kimia organik, ilmu medis dan lingkungan. GC memiliki waktu tanggap yang relatif lambat selain itu teknik ini kurang sensitif untuk melakukan pengukuran konsentrasi gas dari buah yang konsentrasinya sangat kecil. Untuk mengukur konsentrasi etilen dari buah dengan GC, maka gas etilen tersebut harus dikumpulkan terlebih dahulu agar konsentrasi etilen cukup besar untuk dapat diukur. Pengumpulan gas etilen tersebut mengakibatkan medium sampel yaitu konsentrasi gas penyimpanan sampel tersebut berubah. Hal ini akan mengakibatkan perubahan nilai besaran yang diukur dari nilai sebenarnya. Buah yang disimpan dalam udara dengan


(20)

kandungan etilen akan lebih cepat matang dibandingkan buah yang disimpan pada udara normal, sehingga kondisi buah berubah. Hal ini menyebabkan GC kurang baik digunakan untuk mengukur konsentrasi gas etilen yang diproduksi buah.

Alat ukur konsentrasi gas lain yang dapat digunakan yaitu Detektor Fotoakutik. Detektor Fotoakustik mampu mengukur lebih dari satu macam gas secara serempak dengan selektivitas yang tinggi, memiliki waktu tanggap yang relatif cepat sehingga dapat digunakan secara online, dan memiliki sensitivitas yang tinggi hingga bisa mengukur konsentrasi dalam orde ppb (Santosa, 2008).

Detektor Fotoakustik bekerja dengan prinsip serapan cahaya. Detektor Fotoakustik memiliki tiga komponen penting yaitu laser, sel fotoakustik dan mikrofon. Laser digunakan sebagai sumber cahaya karena memiliki intensitas spektral yang tinggi dan dapat ditala. Sel fotoakustik merupakan tempat terjadinya konversi cahaya laser menjadi sinyal akustik. Mikrofon digunakan untuk menangkap sinyal akustik yang kemudian dikirim ke PC untuk diolah dan hasilnya digunakan untuk mengukur konsentrasi etilen dari sampel.

Detektor fotoakustik dengan laser CO2 dapat digunakan untuk

mengukur konsentrasi gas etilen tanpa mengubah sampel dan lingkungan sampel karena sensitivitasnya yang tinggi. Konsentrasi gas etilen dari sampel bisa langsung diukur tanpa harus dikumpulkan terlebih dahulu sehingga tidak mengubah sampel. Kelebihan tersebut membuat Detektor Fotoakustik


(21)

merupakan alat yang cocok untuk mengukur konsentrasi gas etilen yang dihasilkan buah selama proses pematangan.

Penelitian untuk melihat konsentrasi gas etilen yang dihasilkan oleh buah Apel dalam proses pematangannya harus dilakukan menggunakan sampel buah Apel yang sama selama pengukuran. Buah Apel yang menjadi sampel harus disimpan dalam ruang terbuka dengan suhu normal, tidak boleh disimpan dalam pendingin ataupun dalam ruang tertutup agar tidak mengubah produksi etilen yang dihasilkan sampel. Pengukuran konsentrasi etilen yang diproduksi oleh buah Apel diukur menggunakan detektor fotoakustik berbasis CO2 secara real-time sehingga hasil pengukuran bisa didapatkan pada saat itu

juga. Pengukuran dilakukan setiap hari selama beberapa hari diwaktu yang relatif sama.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang didapatkan beberapa rumusan masalah seperti:

1. Bagaimana mengukur konsentrasi gas etilen dari buah apel menggunakan Detektor Fotoakustik?

2. Bagaimana konsentrasi gas etilen yang dihasilkan oleh buah Apel selama proses pematangan buah?


(22)

C. Batasan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka dalam pengukuran dilakukan pembatasan sebagai berikut:

1. Pengukuran dilakukan selama beberapa hari dengan sampel Buah Apel jenis Apel Malang.

2. Sampel yang digunakan adalah buah yang sama selama pengukuran dan dalam kondisi utuh, tidak memar, tidak terluka atau terpotong. 3. Buah harus disimpan pada suhu normal dalam ruang terbuka, tidak

boleh disimpan didalam wadah tertutup maupun dalam kulkas.

D. Tujuan Penelitian

Mengukur konsentrasi gas etilen yang dihasilkan oleh sampel buah Apel dalam proses pematangan buah dengan menggunakan Detektor Fotoakustik selama beberapa hari untuk melihat perubahan konsentrasi gas etilen yang diproduksi buah Apel/sampel.

E. Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi tentang Detektor Fotoakutik dan penggunaannya dalam mengukur konsentrasi gas.

2. Melihat adanya perubahan konsentrasi gas etilen yang dihasilkan buah Apel selama proses pematangan buah.


(23)

F. Sistematika Penulisan

Penelitian ini akan ditulis dengan sistematika sebagai berikut: BAB I Pendahuluan

Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II Dasar Teori

Bab ini menguraikan tentang dasar teori yang berhubungan dengan penelitian seperti teori tentang etilen, teori atom, teori molekul, spektrokopi fotoakustik, laser CO2 dan detektor fotoakustik.

BAB III Metode Penelitian

Bab ini menguraikan tentang waktu penelitian, tempat penelitian, alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian dan prosedur penelitian.

BAB IV Hasil dan Pembahasan

Bab ini berisi hasil dan pembahasan dari eksperimen yang dilakukan.

BAB V Kesimpulan dan Saran


(24)

7

BAB II

DASAR TEORI

A. Gas Etilen

Etilen (C2H4) merupakan hormon pertumbuhan yang biasanya dihasilkan

oleh tumbuhan. Pada tumbuhan, etilen biasa ditemukan dalam fase gas, sehingga sering disebut gas etilen. Gas etilen tidak berwarna dan berbau. Gas etilen berperan dalam proses pematangan buah. Selain itu etilen juga berfungsi untuk mengatur pemekaran bunga, pengguguran daun dan juga dalam pekecambahan benih (Salisbury&Ross,1995: 81-84).

Biosintesis etilen membutuhkan bantuan gas oksigen (Salisbury&Ross, 1995:79). Karena itu oksigen merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi produksi etilen. Faktor yang mempengaruhi lainnya adalah suhu. Suhu yang terlalu rendah, di bawah suhu normal (20˚C - 35˚C) akan menekan produksi etilen oleh buah, sedangkan suhu yang terlalu tinggi dapat merusak jaringan buah sehingga etilen tidak bisa diproduksi.

Gas etilen banyak dimanfaatkan dalam proses ekspor dan impor buah. Umumnya, buah dipetik saat masih belum matang, untuk mempercepat pematangan, buah diberi etilen atau disimpan di ruangan dengan gas etilen untuk mempercepat proses pematangan. Sebaliknya, buah yang telah matang justru dipertahankan kematangannya agar tidak segera membusuk yaitu dengan menyimpannya pada suhu yang rendah. Konsentrasi etilen yang


(25)

dihasilkan oleh buah-buahan biasanya sangat rendah yaitu dalam ppm hingga ppb.

B. Teori Atom

Sejak zaman Yunani kuno teori tentang atom telah dicetuskan. Atom dianggap sebagai komponen terkecil dari materi yang tidak dapat dibagi lagi. Nama atom berasal dari bahasa Yunani (atomos) yang artinya tidak dapat dipotong atau dibagi lagi. Teori tentang atom kemudian berkembang dengan pesat pada abad ke-19.

Pada tahun 1904 J.J Thomson mengusulkan bahwa atom merupakan bola pejal bermuatan positif serbasama yang mengandung elektron. Model atom ini ditolak setelah Ernest Rutherford bersama muridnya Hans Geiger dan Ernest Marsden pada tahun 1911 melakukan eksperimen yang dikenal “Hamburan sinar alfa” terhadap lempeng emas tipis. Dari eksperimen tersebut Rutherford mengemukakan sebuah model atom yaitu atom terdiri dari inti atom yang sangat kecil dan bermuatan positif yang berada ditengah-tengan atom dan dikelilingi oleh elektron yang bermuatan negatif (Krane, 1992).

Model atom Rutherford kemudian menimbulkan beberapa masalah seperti:

1. Muatan yang dipercepat akan memancarkan radiasi elektromagnetik dengan frekuensi radiasi sama dengan frekuensi mengorbitnya. Elektron yang mengorbit akan kehilangan tenaga,


(26)

jari-jari edar mengecil hingga akhirnya bersatu dengan inti. Pada kenyataannya, atom tetap utuh, elektron dan inti tidak menyatu. 2. Jari-jari edar yang mengecil secara kontinyu berarti frekuensi

radiasi juga berubah secara kontinyu. Kenyataannya, frekuensi radiasi dari atom diskrit tidak kontinyu.

Niels Bohr pada tahun 1913 mengemukakan bahwa atom seperti planet mini dengan inti atom yang bermuatan positif sebagai pusatnya dan elektron bermuatan negatif dengan massa m, bergerak pada lintasan yang berbentuk lingkaran dengan jari-jari r dengan kecepatan v mengelilingi inti atom seperti halnya planet-planet mengintari matahari. Dengan alasan yang sama, bahwa sistem tata surya tidak runtuh karena tarikan gravitasi antara matahari dan tiap planet, atom juga tidak runtuh karena tarikan elektrostatis Colomb antara inti atom dan tiap elektron. Gaya tarik memberikan kecepatan sentripetal yang dibutuhkan untuk mempertahankan gerak edar seperti dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut:

Gambar 2.1 Model atom Bohr.

Bohr juga dapat menjelaskan kesulitan sebelumnya yang menyatakan muatan elektrik yang mengalami percepatan seperti elektron yang mengorbit


(27)

pada model atom ini, harus meradiasikan energi elektromagnetik secara terus-menerus. Untuk mengatasi kesulitan ini, Bohr mengusulkan gagasan keadaan “mantap stasioner” yaitu keadaan gerak tertentu dimana elektron tidak meradiasikan energi elektromagnetik. Bohr menyimpulkan bahwa dalam keadaan berada di orbit, momentum sudut orbital elektron bernilai kelipatan bulat dari ħ (Krane, 1992).

Elektron bergerak tidak pada sembarang orbit karena hanya orbit dengan jari-jari tertentu sajalah yang diperkenankan dalam model atom Bohr. Jari-jari orbit yang diperkenankan mengikuti persamaan 2.1berikut:

= �0 2 (2.1)

dengan �0 = 0,0529 nm.

n = bilangan bulat 1, 2, 3, dan seterusnya

Pada orbit yang diperkenankan, atom tidak memancarkan radiasi elektromagnetik.

Lintasan atau orbit tempat elektron bergerak disebut juga tingkat energi. Masing-masing tingkat energi memiliki nilai tertentu yang memenuhi persamaan 2.2 berikut:

� = −13,6 2 (2.2)

Elektron dapat berpindah dari tingkat energi yang satu ke tingkat energi yang lainnya dengan menyerap atau memancarkan energi seperti pada gambar 2.2 berikut:


(28)

(a) (b)

Gambar 2.2 (a) Eksitasi dan (b) Deeksitasi.

Perpindahan elektron dari tingkat energi E1 yang lebih rendah ke tingkat

energi E2 yang lebih tinggi disebut sebagai peristiwa eksitasi. Untuk

melakukan eksitasi, elektron membutuhkan energi dari luar yang sesuai dengan energi transisi dari kedua tingkat energi tersebut untuk berpindah dari tingkat energi E1 yang lebih rendah ke tingkat energi E2 yang lebih tinggi.

Besar energi transisi mengikuti persamaan 2.3 berikut:

∆� =�2− �1 (2.3)

dengan : ∆� = energi transisi untuk melakukan eksitasi (eV)

�2 = tingkat energi tinggi (eV) �1 = tingkat energi rendah (eV)

Perpindahan elektron dari tingkat energi E2 yang lebih tinggi ke tingkat

energi E1 yang lebih rendah disebut sebagai peristiwa deeksitasi. Saat

melakukan deeksitasi elektron melepaskan energi dalam bentuk gelombang elektromagnetik. Elektron yang berada pada tingkat energi E2 kehilangan

energinya dan berpindah ketingkat energi yang lebih rendah E1. Besar energi

yang dilepaskan pada proses deeksitasi mengikuti persamaan 2.4 berikut:


(29)

dengan :ℎ = tetapan Planck yang besarnya 6,63.10-34 J.s = frekuensi gelombang elektromagnetik (Hz)

�2 = tingkat energi tinggi (eV) �1 = tingkat energi rendah (eV)

Adanya peristiwa eksitasi dan deeksitasi ini menjelaskan keadaan spektrum diskrit dari atom, bahwa atom dapat memancarkan cahaya hanya pada gelombang tertentu saja, tidak kontinyu. Cahaya yang dipancarkan hanya cahaya dengan frekuensi yang sesuai dengan selisih tingkat tenaga/energi transisi.

C. Teori Molekul

Sebuah molekul merupakan grup netral secara elektris yang mengikat atom dengan cukup kuat sehingga berprilaku sebagai partikel tunggal. Setiap molekul mempunyai struktur dan komposisi tertentu (Arthur Beiser, 1982).

Molekul memiliki 3 tingkat energi, yaitu tingkat energi elektronik, tingkat energi vibrasi dan tingkat energi rotasi. Seperti pada gambar 2.3, pada setiap tingkat energi elektronik, memiliki beberapa tingkat energi vibrasi. Pada setiap tingkat energi vibrasi, masing-masing tingkat memiliki beberapa tingkat energi rotasi.


(30)

Gambar 2.3 Tingkat energi pada molekul.

Sama seperti atom, pada molekul juga terjadi peristiwa eksitasi dan deeksitasi. Ada beberapa jenis proses eksitasi pada molekul, yaitu eksitasi dan deeksitasi pada tingkat energi elektronik, eksitasi dan deeksitasi pada tingkat energi vibrasi, baik pada tingkat elektronik yang sama maupun ke tingkat energi elektronik yang lain, dan eksitasi dan deeksitasi pada tingkat energi rotasi, baik pada tingkat vibrasi yang sama maupun tingkat energi vibrasi yang lain.

D. Spektrokopi Fotoakustik

Gejala fotoakustik pertama kali ditemukan oleh Alexander Graham Bell pada tahun 1880 (Santosa, 2008). Ia menemukan bahwa sebuah benda yang dikenai cahaya dapat menghasilkan bunyi. Namun penerapan gejala fotoakustik baru mulai dikembangkan sejalan dengan perkembangan laser dan mikrofon, salah satunya adalah metode pengukuran dengan teknik spektrokopi fotoakustik.


(31)

Spektrokopi fotoakustik merupakan salah satu teknik pengukuran dengan menggunakan prinsip penyerapan energi cahaya pada suatu benda dengan deteksi akustik. Serapan cahaya oleh molekul tergantung pada panjang gelombang yang digunakan sehingga pemilihan laser yang tepat sangat diperlukan. Salah satu jenis laser yang digunakan dalam spektrokopi fotoakustik adalah laser CO2.

E. Laser CO2

Laser CO2 pertama kali ditemukan oleh C. K. N Patel. Laser CO2

termasuk dalam jenis laser gas molekul. Dalam laser molekul, osilasi dapat berlangsung pada perpindahan antara tingkat vibrasi-rotasi dari molekul. Molekul CO2 memiliki 3 mode vibrasi yang berlainan yaitu mode tarikan

simetris, mode bengkok dan mode tarikan asimetris (Laud, 1988).

Laser ini menggunakan campuran gas CO2, N2, dan He. Gas N2, dan He

digunakan sebagai campuran untuk memperoleh transfer energi yang lebih efektif. Gas pendukung tersebut membantu proses eksitasi molekul CO2 ke

aras vibrasi rotasi.

Laser CO2 terdiri dari beberapa komponen seperti power supply,

resonator optis, dan tabung laser. Power supply berfungsi sebagai pemberi dayapada laser. Resonator optis terdiri dari cermin dan kisi, posisi kisi dapat diatur menggunakan steppermotor untuk mengubah panjang gelombang dari laser. Tabung laser terdiri dari dua tabung yang berlapis dengan tabung dalam


(32)

yang berisi medium aktif laser dan tabung luar yang dialiri air dan berfungsi sebagai pendingin. Laser CO2 bekerja pada panjang gelombang 9-11 μm.

F. Detektor Fotoakustik

Detektor fotoakustik merupakan alat untuk mengukur konsentrasi gas dalam orde yang sangat kecil yaitu part per million (ppm) hingga part per billion (ppb). Detektor fotoakustik bekerja dengan prinsip serapan cahaya. Detektor fotoakustik terdiri dari laser sebagai sumber cahaya, sel fotoakustik sebagai tempat gas sampel berada dan mikrofon yang digunakan untuk mendeteksi sinyal akustik seperti pada gambar 2.4 berikut:

Gambar 2.4 Detektor Fotoakustik.

Cahaya laser dilewatkan pada sel fotoakustik, jika frekuensi yang dimilikinya sesuai dengan energi transisi dari molekul gas dalam sel fotoakustik, maka energi dari cahaya laser akan diserap oleh sebagian molekul gas sampel dan digunakan oleh molekul gas tersebut untuk bereksitasi dari tingkat energi yang lebih rendah ke tingkat energi yang lebih


(33)

tinggi. Molekul gas yang bereksitasi kemudian melakukan deeksitasi secara non radiasi dengan melepaskan tenaganya dan memberikannya kepada molekul gas lainnya yang ditumbuknya. Molekul gas yang ditumbuk mengunakan energi yang diterimanya menjadi energi translasi/gerak. Adanya peningkatan energi translasi mengakibatkan terjadinya kenaikan suhu dan tekanan di sel fotoakustik.

Cahaya laser kemudian dimodulasi dengan chopper, sehingga tekanan pada sel fotoakustik akan berubah secara periodik. Tekanan yang berubah secara periodik disebut bunyi. Sinyal bunyi atau akustik tersebut kemudian ditangkap oleh mikrofon dan diperkuat dengan lock-in amplifier untuk diproses oleh software di komputer. Sinyal fotoakustik mengikuti persamaan 2.5 berikut:

� = � � (2.5)

dengan : Sl = sinyal akustik pada garis laser “l” [Volt]

C = konstanta sel fotoakustik [

� ] Cg = konsentrasi gas penyerap [ppm/ppb]

Pl= daya laser pada garis laser “l” [Watt]

αgl = koefisien serapan gas “g” pada garis laser “l” [cm-1]

Sinyal akustik yang dihasilkan (Sl) sebanding dengan konsentrasi gas

penyerap (Cg), sehingga jika semakin banyak konsentrasi gas penyerapnya,

maka semakin besar tekanan yang dihasilkan, dan semakin tinggi sinyal akustik yang dihasilkan.


(34)

Sinyal ternormalisir dengan daya laser diperoleh mengikuti persamaan 2.6 berikut (Santosa, 2008):

� � =

� = ��� (2.6)

Sinyal ternormalisi dari gas yang telah diketahui konsentrasinya dapat digunakan untuk mencari konsentrasi gas sejenis yang belum diketahui konsentrasinya. Misalkan gas A dan gas B merupakan gas yang sejenis dan gas A belum diketahui konsentrasinya sedangkan gas B telah diketahui konsentrasinya. Konsentrasi gas A bisa didapatkan dengan membandingkan konsentrasi gas A dengan konsentrasi gas B sesuai dengan persamaan 2.7 berikut (Anggraini, 2010):

�� = 1

��� �� ��

�� = 1

��� �� ��

(2.7)

Dari persamaan 2.7 bisa didapatkan persamaan 2.8 dengan syarat gas yang diukur sejenis, diukur pada garis laser yang sama dan menggunakan alat yang sama, sehingga konstanta sel fotoakustik dan koefisien serapan gasnya adalah konstan.

�� =

� � �� _

� � �� _

�� (2.8)

Berdasarkan persamaan 2.8 diatas, dengan mengukur sinyal ternormalisir gas A dan sinyal ternormalisir gas B pada garis laser yang sama, maka konsentrasi gas A dapat ditentukan.


(35)

18

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Penelitian dilaksanakan pada Januari-Mei 2014 di Laboratorium Fisika Kampus III Paingan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

B. Alat dan Bahan Penelitian

Alat-alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian : 1. Detektor Fotoakustik berbasis laser CO2.

Detektor fotoakustik merupakan alat yang digunakan untuk mendeteksi dan mengukur konsentrasi suatu gas di udara. Alat ini bekerja dengan prinsip serapan cahaya. Detektor fotoakustik terdiri dari laser sebagai sumber cahaya, sel fotoakustik sebagai tempat gas sampel berada dan mikrofon yang digunakan untuk mendeteksi sinyal akustik. Detektor yang digunakan pada penelitian dapat dilihat pada gambar 3.1.


(36)

Detektor fotoakustik yang digunakan menggunakan sistem intrakavitas, dimana sel fotoakustik ditempatkan diantara resonator laser. Sistem ini memungkinkan sel fotoakustik mendapatkan energi yang maksimal dari laser. Laser yang digunakan dalam penelitian ini adalah laser CO2 dengan model Flowing System model LT30-626 serial no

200801 buatan Laser Tech Group, Mississauga, ont. Canada. Laser yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat seperti pada gambar 3.2.

Gambar 3.2 Laser yang digunakan dalam detektor fotoakustik. Laser CO2 yang digunakan pada detektor fotoakustik terdiri dari

resonator optis, medium aktif, dan power supply. Resonator optis terdiri dari kisi dan cermin. Posisi kisi dapat diatur untuk mengubah-ubah panjang gelombang laser. Kisi dapat digerakkan dan diatur posisinya menggunakan steppermotor yang telah terhubung dengan komputer, sehingga pengaturannya dapat dilakukan melalui komputer. Panjang resonator optis diatur menggunakan piezo untuk mendapatkan daya laser terbesar. Power supply digunakan untuk memberi daya pada laser.


(37)

2. Lock-in Amplifier

Lock-in amplifier berfungsi sebagai penguat sinyal fotoakustik yang ditangkap oleh mikrofon, selain itu juga berfungsi untuk menghilangkan gangguan dari bunyi atau sinyal lain yang tidak diperlukan. Lock-in amplifier terhubung dengan chopper, sehingga hanya sinyal yang memiliki frekuensi yang sama dengan frekuensi dari chopperlah yang akan diperkuat.

3. Flowmeter dan Flowcontroller

Flowmeter merupakan alat untuk mengetahui kecepatan aliran gas yang dialirkan ke detektor fotoakustik sedangkan Flowcontroller adalah alat yang digunakan untuk mengatur kecepatan aliran gas yang dialirkan ke detektor fotoakustik. .

C. Prosedur Penelitian

Penelitian dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut : 1. Penentuan Spektrum Serapan Etilen dan Sinyal Latar.

Penentuan spektrum serapan ini dilakukan untuk mencari garis laser yang sesuai dengan sampel yang akan diukur. Garis laser ditunjukkan dengan posisi steppermotor dalam penelitian, pengubahan posisi steppermotor mengakibatkan berubahnya panjang gelombang laser. Untuk mengukur gas etilen, maka perlu dicari garis laser yang mempunyai serapan paling tinggi untuk etilen.


(38)

Penentuan spektrum serapan/garis laser untuk etilen dilakukan dengan mengalirkan gas etilen murni 0,579 ppm ke sel fotoakustik, kemudian melakukan scan daya laser dan sinyal fotoakustik yang dihasilkan pada setiap posisi steppermotor. Rangkaian yang digunakan untuk mengalirkan gas etilen dapat dilihat seperti pada gambar 3.3 berikut:

Gambar 3.3 Rangkaian alat untuk mencari sinyal ternormalisir dari gas etilen murni (kalibrasi).

Konsentrasi gas etilen 0,579 ppm didapatkan dari pengenceran gas etilen 10 ppm dengan dicampur udara/gas pembawa dengan perbandingan 1,5 etilen dan 25,9 udara, sehingga konsentrasi gas etilen hasil campuran menjadi 0,579 ppm. Perhitungan konsentrasi campuran gas etilen dapat dilihat pada lampiran 1. Pengenceran dilakukan untuk mencegah daya dari laser habis terserap oleh gas etilen. Selain untuk pengenceran, udara juga digunakan sebagai gas pembawa untuk mendorong gas keluaran sampel menuju sel


(39)

fotoakustik. Kecepatan aliran diatur dengan flowcontroller. Scan dilakukan pada posisi steppermotor 8400-9400. Pemilihan daerah scan pada posisi steppermotor tersebut karena pada daerah tersebut terdapat sinyal fotoakustik yang menandakan terjadinya serapan daya laser oleh molekul gas dalam sel fotoakustik.

Udara yang digunakan sebagai gas pembawa mengandung berbagai molekul gas yang belum diketahui jenis dan konsentrasinya secara pasti, karena itu perlu dilakukan penentuan sinyal latar. Penentuan sinyal latar dilakukan dengan mengalirkan udara yang digunakan sebagai gas pembawa dengan kecepatan aliran 33,3 ml/min ke sel fotoakustik. Daya laser dan sinyal fotoakustik yang dihasilkan di scan pada posisi steppermotor 8400-9400. Rangkaian alat yang digunakan untuk mencari sinyal latar dapat dilihat seperti pada gambar 3.4 berikut :

Gambar 3.4 Rangkaian alat untuk mencari sinyal ternormalisir dari udara/gas pembawa (sinyal latar).


(40)

Hasil scan berupa grafik daya laser terhadap posisi steppermotor dan grafik sinyal fotoakustik terhadap posisi steppermotor. Kedua grafik tersebut digunakan untuk mencari sinyal ternormalisir dari udara/sinyal latar. Sinyal ternormalisir didapatkan dengan membagi sinyal fotoakustik dengan daya laser pada posisi steppermotor yang sama. Dengan memperhatikan sinyal ternormalisir dari hasil scan gas etilen dapat ditentukan garis laser yang memiliki serapan etilen, yaitu posisi stepper motor yang memiliki sinyal ternormalisir yang tinggi. 2. Kalibrasi Etilen.

Kalibrasi gas etilen dilakukan dengan mengurangi sinyal ternormalisir dari hasil scan gas etilen 0,579 ppm dengan hasil scan udara /sinyal ternormalisir pada posisi steppermotor yang sama. Hasil pengurangan sinyal ternormalisir tersebut kemudian digunakan sebagai sinyal kalibrasi untuk etilen dengan konsentrasi 0,579 ppm. 3. Pengukuran Konsentrasi Gas Etilen dari Buah Apel.

Pengukuran konsentrasi gas etilen oleh buah Apel dilakukan dengan mengalirkan udara sebagai gas pembawa melalui cuvet yang berisi buah apel dengan kecepatan aliran 33,3 ml/min ke sel fotoakustik. Setelah itu, dilakukan scan daya laser dan sinyal fotoakustik pada posisi steppermotor 8400-9400. Rangkaian yang digunakan untuk mencari sinyal ternormalisir etilen dari buah apel dapat dilihat pada gambar 3.5.


(41)

Gambar 3.4 Rangkaian alat untuk mencari sinyal ternormalisir dari gas etilen yang dihasilkan oleh buah apel.

Hasil scan berupa grafik daya laser terhadap posisi steppermotor dan grafik sinyal fotoakustik terhadap posisi steppermotor. Kedua grafik tersebut digunakan untuk mencari sinyal ternormalisir dari etilen yang dihasilkan buah Apel. Sinyal ternormalisir didapatkan dengan membagi sinyal fotoakustik dengan daya laser pada posisi steppermotor yang sama. Sinyal ternormalisir dari buah Apel kemudian dikurangi dengan sinyal ternormalisir latar/udara pada posisi yang sama. Sinyal ternormalisir etilen dari buah Apel yang telah dikurangi sinyal latar dan sinyal ternormalisir dari kalibrasi etilen murni yang telah dikurangi sinyal latar dibandingkan sesuai rumus 2.8. Hasil perbandingan tersebut kemudian dikalikan dengan konsentrasi gas etilen murni yang telah diketahui untuk mencari konsentrasi gas etilen yang dihasilkan oleh buah Apel.


(42)

25

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Penelitian dilaksanakan pada Januari 2014 hingga Mei 2014 di Laboratorium Fisika kampus 3 Paingan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penelitian dilakukan dengan melakukan pengukuran sinyal ternormalisir gas kalibrasi etilen, udara latar dan gas etilen produksi buah Apel menggunakan detektor fotoakustik berbasis CO2. Ketiga bahan diukur

dengan cara yang sama yaitu melakukan scan daya laser dan sinyal fotoakustik pada setiap posisi steppermotor. Sinyal ternormalisir didapatkan dengan membagi sinyal fotoakustik dengan daya laser pada posisi steppermotor yang sama. Data hasil pengukuran disajikan sebagai berikut:

a. Pengukuran sinyal ternormalisir gas etilen kalibrasi (0,579 ppm) Pengukuran sinyal ternormalisir gas etilen 0,579 ppm digunakan sebagai kalibrasi untuk menentukan konsentrasi gas etilen produksi buah Apel dan penentuan spektrum serapan untuk gas etilen. Spektrum serapan gas etilen ditentukan dengan melihat posisi steppermotor yang memiliki koefisien serapan yang tinggi untuk gas etilen.

Data hasil pengukuran berupa tabel daya laser dan sinyal fotoakustik terhadap posisi steppermotor (pada lampiran 3). Data dari


(43)

tabel dibuat dalam bentuk grafik daya laser terhadap posisi steppermotor seperti pada gambar 4.1dan 4.2 berikut :

Gambar 4.1 Grafik daya laser terhadap posisi steppermotor dari gas etilen 0,579 ppm hasil scan pertama.

Gambar 4.2 Grafik daya laser terhadap posisi steppermotor dari etilen 0,579 ppm hasil scan kedua.

Gambar 4.1 dan 4.2 menunjukan bahwa daya laser bervariasi pada setiap posisi steppermotor. Posisi steppermotor menunjukan panjang

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3

8200 8400 8600 8800 9000 9200 9400 9600

D ay a las e r ( au ) Posisi Steppermotor 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5

8200 8400 8600 8800 9000 9200 9400 9600

D ay a las e r ( au ) Posisi Steppermotor


(44)

gelombang laser yang digunakan. Tidak semua panjang gelombang laser menghasilkan daya laser. Panjang gelombang yang menghasilkan daya laser disebut garis laser.

Pada hasil scan pertama yaitu gambar 4.1, terdapat 9 garis laser yang ditunjukan oleh adanya puncak-puncak daya laser dengan nilai yang bervariasi. Sedangkan pada hasil scan kedua yaitu gambar 4.2, terdapat 8 garis laser saja, berkurang 1 garis laser yaitu garis laser ketujuh pada posisi steppermotor 9123. Hal ini menunjukan bahwa garis laser dapat tidak stabil.

Ketidakstabilan ini dapat juga terjadi pada nilai dari daya laser. Contohnya daya laser pada garis laser kelima yaitu pada posisi steppermotor 8897 pada scan pertama (gambar 4.1) bernilai 0,97 au sedangkan pada scan kedua (gambar 4.2) bernilai 0,61 au. Ketidakstabilan daya laser ini terjadi pada garis laser dengan daya laser yang rendah sedangkan garis laser dengan daya yang cukup tinggi akan relatif stabil. Dari kedua grafik tersebut dapat dilihat bahwa posisi steppermotor yang memiliki daya yang tinggi tidak mengalami perubahan yang signifikan seperti pada garis laser ketiga (8733) dan garis laser keempat (8823).

Adanya daya laser yang tidak stabil tersebut diakibatkan adanya perubahan suhu yang mengakibatkan pemuaian pada alat. Pemuaian tersebut mengakibatkan panjang resonator laser berubah sehingga mengkibatkan perubahan daya laser. Gangguan karena perubahan suhu


(45)

tidak dapat dihindari oleh peneliti, namun dapat diminimalisir dengan penggunaan dudukan dari batang invar untuk mengusahakan panjang resonator tetap selama pengukuran.

Pada gambar, satuan daya laser adalah arbitrary unit (au). Au merupakan satuan sembarang. Hal ini dikarenakan alat yang digunakan belum melalui proses kalibrasi. Sinyal ternormalisir juga bersatuan au karena merupakan sinyal fotoakustik yang dibagi dengan daya laser yang bersatuan au. Namun hal ini tidak mengganggu pengukuran karena sesuai persamaan 2.8, sinyal ternormalisir yang bersatuan au digunakan sebagai perbandingan dan habis terbagi untuk mencari konsentrasi.

Pada dasarnya pengukuran dapat dilakukan pada semua posisi steppermotor yang memiliki daya laser/garis laser. Namun dalam melakukan pengukuran perlu diperhatikan daya laser pada garis laser yang akan digunakan. Garis laser yang baik untuk digunakan dalam pengukuran adalah garis laser yang berdaya tinggi dan stabil.

Selain memperhatikan daya laser pada posisi stepermotor juga perlu diperhatikan sinyal fotoakustik yang dihasilkannya. Grafik sinyal fotoakustik terhadap posisi steppermotor untuk etilen 0,579 ppm disajikan pada gambar 4.3 berikut:


(46)

Gambar 4.3 Grafik sinyal fotoakustik terhadap posisi steppermotor dari etilen 0,579 ppm hasil scan kedua.

Gambar 4.3 menunjukan bahwa setiap garis laser tidak selalu menghasilkan sinyal fotoakustik. Berdasarkan rumus 2.5, sinyal fotoakustik pada satu garis laser tertentu/posisi steppermotor tertentu dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu, daya laser pada garis laser yang sama, konstanta sel fotoakustik yang dipakai, konsentrasi dari molekul gas yang ada di sel fotoakustik dan koefisien serapan gas pada posisi garis laser tersebut.

Koefisien serapan bervariasi tergantung jenis gas dan garis laser/posisi steppermotor. Artinya pada garis laser yang sama, koefisien serapan gas berbeda tergantung pada jenis gasnya, sedangkan untuk jenis gas yang sama, koefisien gasnya berbeda untuk setiap garis laser. Perbedaan koefisien serapan gas ini disebabkan karena molekul gas dalam sel fotoakustik hanya menyerap energi dari laser yang memiliki

-0.1 0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7

8200 8400 8600 8800 9000 9200 9400 9600

S

in

y

al

Fo

to

aku

sti

k

(au

)


(47)

energi yang sesuai dengan energi transisi dari molekul tersebut sehingga penyerapan hanya terjadi pada posisi tertentu untuk jenis gas tertentu.

Sinyal ternormalisir didapatkan dengan membagi sinyal fotoakustik dengan daya laser pada posisi steppermotor yang sama sesuai dengan rumus 2.6. Sinyal ternormalisir untuk etilen 0,579 pmm disajikan pada gambar 4.4 berikut:

Gambar 4.4 Grafik sinyal ternormalisir terhadap posisi steppermotor dari etilen 0,579 ppm.

Sinyal ternormalisir pada setiap garis laser dipengaruhi oleh konsentrasi gas pada sel fotoakustik dan koefisien serapan gas seperti pada rumus 2.6. Karena sel fotoakustik yang digunakan selama penelitian tetap, dan dalam sekali proses scan, konsentrasi gas penyerap dalam sel fotoakustik adalah konstan, maka sinyal ternormalisir sebanding dengan koefisien serapan gas penyerapnya seperti pada rumus 4.1 berikut:

� ≈ �� (4.1)

-0.05 0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25

8200 8400 8600 8800 9000 9200 9400 9600

Si

n

yal

Te

rn

o

rm

alisi

r

(au

)


(48)

Berdasarkan rumus 4.1, semakin besar sinyal ternormalisirnya, menunjukan semakin besar koefisien serapan gasnya. Garis laser yang baik digunakan untuk pengukuran konsentrasi gas selain memiliki daya laser yang cukup dan stabil juga harus memiliki koefisien serapan gas yang tidak terlalu rendah. Perlu diperhatikan bahwa tidak semua posisi steppermotor yang berdaya tinggi memiliki koefisien serapan yang tinggi, begitu pula sebaliknya tidak semua posisi steppermotor yang memiliki koefisien serapan yang tinggi memiliki daya laser yang stabil.

Koefisien serapan gas yang tinggi pada posisi steppermotor dengan daya laser rendah dan tidak stabil dapat mengakibatkan energi laser habis terserap. Jika energi laser habis terserap maka tidak ada energi yang dapat digunakan untuk membangkitkan sinyal fotoakustik, sehingga pengukuran konsentrasi gas tidak dapat dilakukan. Dengan memperhatikan hal tersebut peneliti memilih menggunakan garis laser pada posisi steppermotor 8733 yang memiliki daya laser yang paling tinggi, stabil dan memiliki koefisien serapan yang baik. Garis laser 8733 ini selanjutnya akan digunakan dalam pengukuran konsentrasi. Data yang dihasilkan untuk etilen 0,579 ppm (kalibrasi) dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut:


(49)

Tabel 4.1. Tabel daya laser, sinyal fotoakustik, dan sinyal ternormalisir terhadap posisi steppermotor untuk udara yang dicampur dengan gas etilen 0,579 ppm

(kalibrasi). Scan Etilen Daya Laser (Watt) Sinyal Fotoakustik (Volt) Sinyal Ternormalisir (Volt/Watt)

Pertama 2,81 0,81 0,29

Kedua 2,93 0,61 0,21

b. Pengukuran sinyal ternormalisir udara (sinyal latar).

Pengukuran sinyal ternormalisir udara ini dilakukan untuk meminimalisir adanya gangguan dari gas lain yang terkandung dalam udara yang digunakan sebagai gas pembawa/pendorong gas sampel ke sel fotoakustik. Pengukuran sinyal ternormalisir udara ini disebut juga pengukuran sinyal latar. Data untuk pengukuran sinyal latar berupa tabel dan grafik daya laser dan sinyal fotoakustik terhadap sinyal fotoakustik. Dengan prinsip yang sama seperti pada pengukuran gas etilen 0,579 ppm, data disajikan dalam tabel 4.2 berikut :

Tabel 4.2. Tabel daya laser, sinyal fotoakustik, dan sinyal ternormalisir terhadap posisi steppermotor untuk udara yang dialirkan ke dalam sel fotoakustik (sinyal

latar). Hari Daya

Laser (Watt) Sinyal Fotoakustik (Volt) Sinyal Ternormalisir (Volt/Watt)

Pertama 2,56 0 0

Kedua 1,22 0 0

Ketiga 1,95 0 0

Keempat 2,44 0 0

Dari tabel 4.2 terlihat bahwa pada posisi steppermotor yang memiliki serapan gas etilen tidak terdapat sinyal fotokustik yang artinya


(50)

tidak terdapat gas etilen pada udara yang dapat mengganggu nilai pengukuran.

c. Pengukuran sinyal ternormalisir gas etilen produksi sampel.

Daya laser, sinyal fotoakustik dan sinyal ternormalisir untuk setiap posisi steppermotor yang memiliki puncak daya laser setiap harinya disajikan pada tabel 4.3 berikut:

Tabel 4.3. Tabel daya laser, sinyal fotoakustik, dan sinyal ternormalisir terhadap posisi steppermotor untuk udara yang dialirkan melalui cuvet berisi buah apel

ke dalam sel fotoakustik setiap hari. Hari Scan Daya

Laser (Watt)

Sinyal Fotoakustik

(Volt)

Sinyal Ternormalisir

(Volt/Watt)

Pertama 1 1,83 0 0

2 1,83 0 0

3 1,83 0 0

Kedua 1 1,22 17,36 14,22

2 1,22 18,04 14,79

3 1,22 17,78 14,57

Ketiga 1 2,44 47,14 19,31

2 2,44 48,23 19,77

3 2,44 49,34 20,21

Keempat 1 2,81 59,69 21,26

2 2,93 63,72 21,75

3 2,93 62,98 21,49

B. Pembahasan

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengukur konsentrasi serta melihat perubahan konsentrasi gas yang dihasilkan oleh sampel yaitu buah Apel selama 4 hari berturut-turut. Buah Apel yang digunakan selama 4 hari percobaan adalah buah yang sama dan disimpan pada ruang terbuka dan suhu


(51)

kamar. Pengukuran dilakukan rata-rata pada jam 8.00 hingga 12.00 setiap harinya.

Pengukuran dilakukan dengan 3 tahap. Tahap pertama adalah penentuan posisi steppermotor yang memiliki serapan yang tinggi untuk gas etilen dengan menscan udara yang dicampur dengan gas etilen 0,579 ppm. Hasil scan dari tahap pertama juga digunakan sebagai kalibrasi dalam mengukur konsentrasi etilen produksi buah Apel. Tahap kedua yaitu penentuan sinyal latar dengan menscan udara yang dialirkan ke sel fotoakustik untuk melihat kemungkinan adanya gangguan dari gas lain maupun gas etilen yang terkandung pada udara. Berdasarkan tabel 4.2, tidak terdapat sinyal latar yang mungkin mengganggu hasil pengukuran, maka sinyal ternormalisir dari kalibrasi etilen 0,579 ppm dan pengukuran etilen dari buah Apel dapat langsung digunakan untuk mengukur konsentrasi gas etilen produksi buah Apel. Sebaliknya, jika terdapat sinyal latar dalam pengukuran maka sinyal ternormalisir kalibrasi dan sinyal ternormalisir dari pengukuran terlebih dulu harus dikurangi dengan sinyal latar.

Tahap yang terakhir adalah dengan menscan udara yang membawa gas keluaran dari sampel buah Apel.

1. Kalibrasi

Pada gambar 4.1, ditunjukan bahwa pada garis laser di posisi steppermotor 8733 terdapat serapan energi laser oleh molekul gas etilen yang ditunjukkan oleh adanya sinyal ternormalisir pada posisi tersebut. Pada posisi steppermotor tersebut pengukuran konsentrasi gas etilen dari


(52)

buah Apel dilakukan. Posisi tersebut dapat saja bergeser, namun pergeserannya tidak terlalu besar. Dari tabel 4.1, sinyal ternormalisir untuk gas etilen 0,579 ppm pada garis laser 8733 sebesar 0,21 au. Nilai sinyal ternormalisir inilah yang selanjutnya akan digunakan dalam pengukuran konsentrasi gas etilen produksi sampel.

2. Konsentrasi Etilen dari Apel

Pada hari pertama, scan dari sampel buah Apel Malang belum menunjukan adanya sinyal fotoakustik (tabel 4.3). Hal ini dapat disebabkan oleh karena buah baru dikeluarkan dari kulkas beberapa jam sebelum dilakukan pengukuran, sehingga buah masih dalam keadaan dingin, belum berada pada suhu normal. Suhu buah yang dingin menghambat produksi gas etilen sehingga konsentrasi etilen terlalu kecil bahkan tidak ada untuk dideteksi oleh detektor. Buah Apel tersebut kemudian disimpan dalam suhu kamar untuk digunakan keesokan harinya.

Pada hari kedua , hasil scan dari sampel menunjukan adanya sinyal fotoakustik (tabel 4.3). Dari kalibrasi yang telah dilakukan, pengukuran konsentrasi gas etilen harus menggunakan posisi steppermotor yang memiliki serapan gas etilen, yaitu pada garis laser 8733. Dari tabel 4.3 pada hari kedua, sinyal ternormalisir etilen yang dihasilkan buah apel pada garis laser 8733 adalah 14,78 au dan dari tabel 4.1 sinyal ternormalisir untuk etilen 0.579 ppm pada garis laser yang sama (8733) adalah 0,21 au. Berdasarkan rumus (2.8) :


(53)

�� =

� � �� _

� � �� _

��

dengan gas A adalah gas etilen yang diproduksi oleh buah Apel dan gas B adalah gas etilen 0,579 ppm. Sehingga konsentrasi gas etilen produksi buah Apel pada hari kedua adalah :

� � � =

14,79 au

0,21 au 0,579 = 40,77

Perhitungan yang sama juga dilakukan untuk mengukur konsentrasi gas etilen yang diproduksi oleh sampel pada hari berikutnya (ralat dan konsentrasi rata-rata dihitung pada lampiran 2). Konsentrasi gas etilen produksi buah Apel ketika dalam proses pematangan buah selama 4 hari berturut-turut adalah seperti pada tabel 4.4 dan gambar 4.5 berikut :

Tabel 4.4 Konsentrasi etilen hasil produksi buah Apel Malang selama 4 hari dari tanggal 19 Mei 2014-23 Mei 2014.

Hari ke- Konsentrasi etilen dari buah apel (ppm)

Pertama (tgl 19) 0

Kedua (tgl 20) 40,06 ± 0,45

Ketiga (tgl 21) 54,51 ± 0,72 Keempat (tgl 22) 59,26 ± 0,40


(54)

Gambar 4.5 Grafik konsentrasi gas etilen yang diproduksi oleh sampel buah Apel terhadap waktu.

Dari pengukuran konsentrasi gas etilen oleh buah Apel selama beberapa hari menunjukkan bahwa dalam proses pematangan buah produksi gas etilen mengalami peningkatan setiap harinya. Seperti yang dijelaskan pada dasar teori, etilen diproduksi oleh buah selama masa pematangan buah. Adanya peningkatan konsentrasi etilen yang dihasilkan buah Apel menunjukan bahwa buah telah semakin matang.

Pada hari pertama, buah yang baru dikeluarkan dari kulkas tidak menghasilkan etilen. Hal ini sesuai dengan teori karena suhu yang rendah akan menekan produksi etilen dari buah sehingga konsentrasi etilen yang dihasilkan sampel sangat kecil bahkan tidak ada untuk dapat diukur.

Dari grafik 4.5, peningkatan konsentrasi etilen yang dihasilkan oleh sampel tidak linier atau peningkatan produksi etilen tidak sama setiap harinya. Contohnya pada hari ketiga, produksi etilen meningkat sebesar

0 40,06 54,51 59,26 0 10 20 30 40 50 60 70

0 1 2 3 4 5

Ko ns e ntra si e ti le n (pp m ) Hari


(55)

ke-14,61 ppm (54,91 ppm - 40,30 ppm) dari hari kedua sedangkan pada hari keempat produksi etilen meningkat sebesar 4,86 ppm (59,77 ppm - 54,91 ppm) dari hari ketiga. Hal ini menunjukan peningkatan produksi etilen tersebut semakin berkurang dibandingkan hari sebelumnya.

Pengukuran konsentrasi etilen dari buah Apel menggunakan Detektor Fotoakustik ini lebih sensitif dan akurat dibandingkan dengan metode Gas Chromatography (GC). Pada pengukuran dengan GC, gas etilen yang harus dikumpulkan terlebih dahulu selama beberapa waktu agar konsentrasinya dapat terukur oleh GC. Padahal dengan mengumpulkan gas etilen dapat mengubah kondisi sampel karena seperti pada teori, buah yang berada dalam lingkungan dengan kandungan etilen akan lebih cepat matang daripada buah yang disimpan pada udara normal. Kondisi sampel yang berubah membuat nilai yang diukur berubah. Hal ini menyebabkan GC menjadi kurang akurat untuk mengukur konsentrasi etilen yang dihasilkan buah pada masa pematangan.

Pada detektor fotoakustik, pengukuran bisa langsung dilakukan pada saat itu juga tanpa harus mengumpulkan etilen terlebih dahulu. Hasil pengukuran konsentrasi bisa langsung ditampilkan saat itu juga secara online dari Personal Computer (PC) yang terhubung dengan detektor fotoakustik.


(56)

39

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

1. Pengukuran konsentrasi gas etilen yang diproduksi oleh buah Apel menggunakan Detektor Fotoakustik dapat langsung dilakukan tanpa harus melakukan pengumpulan etilen terlebih dahulu, karena detektor fotoakustik dapat mengukur gas etilen dalam konsentrasi yang kecil seperti dalam orde ppm (part per million).

2. Dalam proses pematangan, buah Apel menghasilkan gas etilen yang konsentrasinya mengalami peningkatan setiap harinya. Peningkatan konsentrasi etilen tersebut tidak linier/tidak sama setiap harinya, melainkan semakin berkurang dibandingkan peningkatan pada hari sebelumnya.

B. Saran

Untuk penelitian lebih lanjut mengenai pengukuran konsentrasi gas etilen menggunakan detektor fotoakustik atau melakukan penelitian dalam bidang sejenis dengan penelitian ini, penulis menyarankan untuk memperhatikan suhu dari sampel, terutama jika sampel berupa buah-buahan, juga memperhatikan faktor pengganggu lainnya seperti uap air, dan CO2. Selain itu penelitian lanjutan dapat dilakukan dengan melakukan


(57)

seminggu atau sepuluh hari berturut-turut untuk melihat pola perubahan konsentrasi etilen yang diproduksi oleh buah apel. Penelitian lanjutan dapat juga dilakukan dengan memvariasikan sampel dengan kondisi yang berbeda seperti suhu yang berbeda atau memvariasikan jenis sampel.


(58)

DAFTAR PUSTAKA

Doubelin, Ernest. O. 1992. Sistem Pengukuran Aplikasi dan Perancangan

diterjemahkan oleh Ir. Edigom Aritonang, M.Sc., Ir. Suwarso, M.Sc., dan Drs. Hasto. Jakarta. Erlangga

Santosa, I.E. 2008. Pengukuran Konsentrasi Gas Menggunakan Detektor Fotoakustik. Yogyakarta. Laboratorium Analisi Kimia dan Fisika Pusat Universitas Sanata Dharma.

Salisbury, Frank B. & Ross, Cleon W. 1995. Fisiologi Tumbuhan jilid 3

diterjemahkan oleh Dr. Diah R Lukman & Ir. Sumaryono.Bandung. Penerbit ITB

Krane, K.S., 1992. Fisika Modern diterjemahkan oleh Hans J. Wospaktrik. Jakarta. Penerbit Universitas Indonesia.

Beiser, Arthur. 1982. Konsep Fisika Modern edisi ketiga diterjemahkan oleh The Houw Liong. Jakarta. Erlangga.

Laud, B.B, 1988. Laser dan Optika Nonlinear diterjemahkan oleh Sutanto. Jakarta. Penerbit Universitas Indonesia.

Anggarini, F. Yeni. 2010. Aplikasi Detektor Fotakustik Pada Kromatografi Gas Varian 3400 Untuk Menentukan Konsentrasi Etanol Hasil Ekstrasi Air Tape.


(59)

LAMPIRAN

I.

Pengenceran Gas.

II.

Perhitungan Ralat Konsentrasi Etilen

III.

Hasil Scan Gas Etilen 0,579 ppm


(60)

LAMPIRAN I

Pengenceran Gas Etilen

Pengenceran gas etilen dilakukan untuk mencegah habisnya daya laser habis diserap oleh molekul gas. Pengenceran dilakukan dalam proses kalibrasi yang ditunjukan oleh gambar 3.3 pada pembahasan. Perhitungan untuk pengenceran gas menggunakan persamaan berikut :

�� _ � � = ��

_� � � � � _��

� � � _ � �

dengan :

�� _ � � = konsentrasi gas setelah diencerkan (ppm)

�� _� � = konsentrasi gas sebelum diencerkan (ppm)

� � � _�� = kecepatan aliran gas yang akan diencerkan (ml/min)

� � � _ � � = kecepatan aliran total (ml/min)

� � � _� � = � � � _�� + � � � _�� _ �

� � � _�� _ � = kecepatan aliran gas pengencer (ml/min)

Konsentrasi gas etilen dari tabung adalah 10 ppm. Kecepatan aliran gas etilen adalah 1,5 ml/min dan kecepatan aliran udara sebagai gas pengencer adalah 24,4 sehingga kecepatan aliran campuran yang masuk ke sel fotoakustik adalah 25.9 ml/min. Dengan menggunakan persamaan diatas maka konsentrasi etilen yang telah diencerkan dapat dihitung dengan cara :

�� � � ℎ � � =

10 1,5 / �


(61)

LAMPIRAN II

Perhitungan Ralat Konsentrasi Etilen

Ralat didapatkan dengan mencari standar deviasi menggunakan persamaaan berikut :

�= Σ(x− )

2

( −1)

dengan : � = standar deviasi = nilai data

= nilai rata-rata keseluruhan data = jumlah data yang digunakan

Konsentrasi gas etilen pada hari kedua tanggal 20 untuk 3 kali scan secara berturut-turut adalah 39,23 ppm, 40,77 ppm dan 40,18 ppm.

Tabel 1. Perhitungan ralat untuk konsentrasi gas etilen pada hari kedua (tanggal 20).

Scan ke- x � � −� (� −� )� � � − � �

1 39,23 40,06 -0,83 0,68 1,20 2 40,77 40,06 0,71 0,50 1,20 3 40,18 40,06 0,12 0,01 1,20

Dengan menggunakan persamaan diatas maka ralat untuk konsentrasi gas etilen produksi sampel pada tanggal 20 dapat dihitung dengan cara :

� = 1,20

3(3−1)=0,45

Konsentrasi gas etilen yang diproduksi sampel pada hari kedua yaitu 40, 06 ± 0,45. Perhitungan yang sama digunakan untuk mencari ralat pada hari berikutnya.


(62)

LAMPIRAN III

Hasil Scan Gas Etilen 0,579 ppm

Pada penelitian ini telah dilakukan pengukuran sinyal ternormalisir untuk gas etilen 0,579 ppm yang dicampur dengan udara dan dialirkan dengan kecepatan aliran 33,3 ml/min ke sel fotoakustik. Hasil pengukuran tampak pada gambar 4.5. Hasil pengukuran gas etilen 0,579 ppm ditampilkan pada tabel berikut:

StepPos Power Cell Normalisir

8400 0,12207 0 0 8401 0,24414 0 0 8402 0,24414 0 0 8403 0,12207 0 0 8404 0,12207 0 0 8405 0,12207 0 0 8406 0,24414 0 0 8407 0,12207 0 0 8408 0,24414 0 0 8409 0,12207 0 0 8410 0,12207 0 0 8411 0,24414 0 0 8412 0,12207 0 0 8413 0,24414 0 0 8414 0,12207 0 0 8415 0,24414 0

8416 0,12207 0 0 8417 0,12207 0 0 8418 0,24414 0 0 8419 0,24414 0 0 8420 0,12207 0 0 8421 0,12207 0 0 8422 0,12207 0 0 8423 0,24414 0 0 8424 0,12207 0 0


(63)

8425 0,24414 0 0 8426 0,12207 0 0 8427 0,24414 0 0 8428 0,12207 0 0 8429 0,12207 0 0 8430 0,24414 0 0 8431 0,12207 0 0 8432 0,24414 0 0 8433 0,12207 0 0 8434 0,12207 0 0 8435 0,12207 0 0 8436 0,12207 0 0 8437 0,12207 0 0 8438 0,24414 0 0 8439 0,12207 0 0 8440 0,12207 0 0 8441 0,12207 0 0 8442 0,24414 0 0 8443 0,12207 0 0 8444 0,12207 0 0 8445 0,24414 0 0 8446 0,12207 0 0 8447 0,12207 0 0 8448 0,24414 0 0 8449 0,12207 0 0 8450 0,12207 0 0 8451 0,12207 0 0 8452 0,24414 0 0 8453 0,24414 0 0 8454 0,24414 0 0 8455 0,12207 0 0 8456 0,12207 0 0 8457 0,24414 0 0 8458 0,12207 0 0 8459 0,24414 0 0 8460 0,12207 0 0 8461 0,24414 0 0 8462 0,24414 0 0 8463 0,24414 0 0 8464 0,24414 0 0


(64)

8465 0,12207 0 0 8466 0,12207 0 0 8467 0,12207 0 0 8468 0,12207 0 0 8469 0,12207 0 0 8470 0,24414 0 0 8471 0,24414 0 0 8472 0,12207 0 0 8473 0,12207 0 0 8474 0,12207 0 0 8475 0,24414 0 0 8476 0,12207 0 0 8477 0,24414 0 0 8478 0,24414 0 0 8479 0,12207 0 0 8480 0,24414 0 0 8481 0,12207 0 0 8482 0,12207 0 0 8483 0,12207 0 0 8484 0,12207 0 0 8485 0,12207 0 0 8486 0,12207 0 0 8487 0,24414 0 0 8488 0,24414 0 0 8489 0,12207 0 0 8490 0,12207 0 0 8491 0,12207 0 0 8492 0,12207 0 0 8493 0,12207 0 0 8494 0,24414 0 0 8495 0,12207 0 0 8496 0,12207 0 0 8497s 0,12207 0 0 8498 0,12207 0 0 8499 0,24414 0 0 8500 0,12207 0 0 8501 0,24414 0 0 8502 0,24414 0 0 8503 0,12207 0 0 8504 0,24414 0 0


(65)

8505 0,24414 0 0 8506 0,24414 0 0 8507 0,12207 0 0 8508 0,24414 0 0 8509 0,12207 0 0 8510 0,24414 0 0 8511 0,12207 0 0 8512 0,12207 0 0 8513 0,12207 0 0 8514 0,24414 0 0 8515 0,12207 0 0 8516 0,12207 0 0 8517 0,12207 0 0 8518 0,12207 0 0 8519 0,24414 0 0 8520 0,12207 0 0 8521 0,24414 0 0 8522 0,12207 0 0 8523 0,12207 0 0 8524 0,24414 0 0 8525 0,12207 0 0 8526 0,12207 0 0 8527 0,12207 0 0 8528 0,12207 0 0 8529 0,12207 0 0 8530 0,24414 0 0 8531 0,24414 0 0 8532 0,24414 0 0 8533 0,24414 0 0 8534 0,12207 0 0 8535 0,24414 0 0 8536 0,12207 0 0 8537 0,24414 0 0 8538 0,36621 0 0 8539 0,36621 0 0 8540 0,36621 0 0 8541 0,48828 0 0 8542 0,61035 0 0 8543 0,48828 0 0 8544 0,61035 0 0


(66)

8545 0,61035 0 0 8546 0,61035 0 0 8547 0,73242 0 0 8548 0,73242 0 0 8549 0,85449 0 0 8550 0,97656 0 0 8551 1,09863 0 0 8552 1,09863 0 0 8553 1,09863 0 0 8554 1,2207 0 0 8555 1,09863 0 0 8556 1,09863 0 0 8557 1,09863 0 0 8558 1,2207 0 0 8559 0,85449 0 0 8560 0,85449 0 0 8561 0,85449 0 0 8562 0,73242 0 0 8563 0,61035 0 0 8564 0,36621 0 0 8565 0,24414 0 0 8566 0,12207 0 0 8567 0,12207 0 0 8568 0,12207 0 0 8569 0,12207 0 0 8570 0,24414 0 0 8571 0,12207 0 0 8572 0,24414 0 0 8573 0,24414 0 0 8574 0,24414 0 0 8575 0,12207 0 0 8576 0,12207 0 0 8577 0,24414 0 0 8578 0,12207 0 0 8579 0,12207 0 0 8580 0,24414 0 0 8581 0,24414 0 0 8582 0,12207 0 0 8583 0,24414 0 0 8584 0,12207 0 0


(67)

8585 0,24414 0 0 8586 0,24414 0 0 8587 0,24414 0 0 8588 0,12207 0 0 8589 0,24414 0 0 8590 0,24414 0 0 8591 0,24414 0 0 8592 0,24414 0 0 8593 0,24414 0 0 8594 0,24414 0 0 8595 0,12207 0 0 8596 0,12207 0 0 8597 0,12207 0 0 8598 0,12207 0 0 8599 0,24414 0 0 8600 0,24414 0 0 8601 0,12207 0 0 8602 0,24414 0 0 8603 0,24414 0 0 8604 0,12207 0 0 8605 0,24414 0 0 8606 0,12207 0 0 8607 0,24414 0 0 8608 0,24414 0 0 8609 0,24414 0 0 8610 0,24414 0 0 8611 0,12207 0 0 8612 0,12207 0 0 8613 0,12207 0 0 8614 0,12207 0 0 8615 0,12207 0 0 8616 0,24414 0 0 8617 0,36621 0 0 8618 0,36621 0 0 8619 0,36621 0 0 8620 0,48828 0 0 8621 0,36621 0 0 8622 0,36621 0 0 8623 0,48828 0 0 8624 0,48828 0 0


(68)

8625 0,36621 0 0 8626 0,36621 0 0 8627 0,36621 0 0 8628 0,36621 0 0 8629 0,36621 0 0 8630 0,24414 0 0 8631 0,24414 0 0 8632 0,24414 0 0 8633 0,24414 0 0 8634 0,24414 0 0 8635 0,12207 0 0 8636 0,12207 0 0 8637 0,24414 0 0 8638 0,12207 0 0 8639 0,24414 0 0 8640 0,24414 0 0 8641 0,12207 0 0 8642 0,24414 0 0 8643 0,24414 0 0 8644 0,12207 0 0 8645 0,12207 0 0 8646 0,24414 0 0 8647 0,24414 0 0 8648 0,24414 0 0 8649 0,12207 0 0 8650 0,24414 0 0 8651 0,24414 0 0 8652 0,24414 0 0 8653 0,12207 0 0 8654 0,24414 0 0 8655 0,24414 0 0 8656 0,12207 0 0 8657 0,24414 0 0 8658 0,12207 0 0 8659 0,12207 0 0 8660 0,12207 0 0 8661 0,12207 0 0 8662 0,12207 0 0 8663 0,24414 0 0 8664 0,24414 0 0


(69)

8665 0,12207 0 0 8666 0,12207 0 0 8667 0,12207 0 0 8668 0,12207 0 0 8669 0,24414 0 0 8670 0,12207 0 0 8671 0,24414 0 0 8672 0,12207 0 0 8673 0,12207 0 0 8674 0,24414 0 0 8675 0,24414 0 0 8676 0,12207 0 0 8677 0,12207 0 0 8678 0,24414 0 0 8679 0,12207 0 0 8680 0,12207 0 0 8681 0,24414 0 0 8682 0,24414 0 0 8683 0,12207 0 0 8684 0,12207 0 0 8685 0,24414 0 0 8686 0,24414 0 0 8687 0,12207 0 0 8688 0,24414 0 0 8689 0,24414 0 0 8690 0,12207 0 0 8691 0,24414 0 0 8692 0,24414 0 0 8693 0,12207 0 0 8694 0,24414 0 0 8695 0,24414 0 0 8696 0,12207 0 0 8697 0,12207 0 0 8698 0,24414 0 0 8699 0,24414 0 0 8700 0,24414 0 0 8701 0,12207 0 0 8702 0,24414 0 0 8703 0,12207 0 0 8704 0,12207 0 0


(70)

8705 0,24414 0 0 8706 0,24414 0 0 8707 0,12207 0 0 8708 0,12207 0 0 8709 0,24414 0 0 8710 0,12207 0 0 8711 0,12207 0 0 8712 0,24414 0 0 8713 0,12207 0 0 8714 0,12207 0 0 8715 0,24414 0 0 8716 0,24414 0 0 8717 0,36621 0 0 8718 0,73242 0 0 8719 0,97656 0 0 8720 1,34277 0 0 8721 1,58691 0 0 8722 1,83105 0 0 8723 1,83105 0 0 8724 1,95312 0,12207 0,0625 8725 2,0752 0,26855 0,129409 8726 2,31934 0,3418 0,14737 8727 2,31934 0,3418 0,14737 8728 2,44141 0,48828 0,199999 8729 2,56348 0,53711 0,209524 8730 2,68555 0,56152 0,209089 8731 2,80762 0,61035 0,217391 8732 2,80762 0,61035 0,217391 8733 2,80762 0,58594 0,208696 8734 2,92969 0,58594 0,200001 8735 2,80762 0,58594 0,208696 8736 2,68555 0,58594 0,218182 8737 2,68555 0,56152 0,209089 8738 2,56348 0,53711 0,209524 8739 2,31934 0,5127 0,221054 8740 2,31934 0,39062 0,168419 8741 2,19727 0,39062 0,177775 8742 2,0752 0,3418 0,164707 8743 1,95312 0,26855 0,137498 8744 1,83105 0,24414 0,133333


(71)

8745 1,70898 0,19531 0,114285 8746 1,46484 0,12207 0,083333 8747 1,2207 0,09766 0,080003 8748 0,97656 0,02441 0,024996 8749 0,97656 0 0 8750 0,85449 0 0 8751 0,73242 0 0 8752 0,61035 0 0 8753 0,48828 0 0 8754 0,36621 0 0 8755 0,24414 0 0 8756 0,24414 0 0 8757 0,24414 0 0 8758 0,12207 0 0 8759 0,12207 0 0 8760 0,12207 0 0 8761 0,12207 0 0 8762 0,12207 0 0 8763 0,24414 0 0 8764 0,12207 0 0 8765 0,24414 0 0 8766 0,24414 0 0 8767 0,24414 0 0 8768 0,12207 0 0 8769 0,24414 0 0 8770 0,24414 0 0 8771 0,24414 0 0 8772 0,24414 0 0 8773 0,24414 0 0 8774 0,24414 0 0 8775 0,24414 0 0 8776 0,24414 0 0 8777 0,12207 0 0 8778 0,24414 0 0 8779 0,12207 0 0 8780 0,24414 0 0 8781 0,24414 0 0 8782 0,12207 0 0 8783 0,12207 0 0 8784 0,12207 0 0


(72)

8785 0,12207 0 0 8786 0,24414 0 0 8787 0,12207 0 0 8788 0,24414 0 0 8789 0,24414 0 0 8790 0,12207 0 0 8791 0,12207 0 0 8792 0,24414 0 0 8793 0,12207 0 0 8794 0,12207 0 0 8795 0,24414 0 0 8796 0,12207 0 0 8797 0,24414 0 0 8798 0,12207 0 0 8799 0,12207 0 0 8800 0,12207 0 0 8801 0,24414 0 0 8802 0,12207 0 0 8803 0,24414 0 0 8804 0,24414 0 0 8805 0,12207 0 0 8806 0,24414 0 0 8807 0,24414 0 0 8808 0,24414 0 0 8809 0,36621 0 0 8810 0,61035 0 0 8811 0,85449 0 0 8812 1,09863 0 0 8813 1,2207 0 0 8814 1,34277 0 0 8815 1,34277 0 0 8816 1,46484 0,04883 0,033335 8817 1,70898 0,09766 0,057145 8818 1,70898 0,12207 0,071429 8819 1,95312 0,1709 0,087501 8820 2,0752 0,19531 0,094116 8821 2,19727 0,21973 0,100001 8822 2,19727 0,24414 0,111111 8823 2,31934 0,26855 0,115787 8824 2,44141 0,26855 0,109998


(73)

8825 2,31934 0,24414 0,105263 8826 2,31934 0,24414 0,105263 8827 2,31934 0,24414 0,105263 8828 2,31934 0,21973 0,094738 8829 2,31934 0,21973 0,094738 8830 2,31934 0,21973 0,094738 8831 2,19727 0,29297 0,133334 8832 2,0752 0,19531 0,094116 8833 1,95312 0,14648 0,074998 8834 1,70898 0,09766 0,057145 8835 1,46484 0,04883 0,033335 8836 1,09863 0,02441 0,022219 8837 0,85449 0 0 8838 0,61035 0 0 8839 0,36621 0 0 8840 0,24414 0 0 8841 0,24414 0 0 8842 0,24414 0 0 8843 0,12207 0 0 8844 0,12207 0 0 8845 0,12207 0 0 8846 0,24414 0 0 8847 0,12207 0 0 8848 0,12207 0 0 8849 0,24414 0 0 8850 0,12207 0 0 8851 0,12207 0 0 8852 0,24414 0 0 8853 0,12207 0 0 8854 0,24414 0 0 8855 0,24414 0 0 8856 0,24414 0 0 8857 0,24414 0 0 8858 0,12207 0 0 8859 0,12207 0 0 8860 0,12207 0 0 8861 0,24414 0 0 8862 0,12207 0 0 8863 0,24414 0 0 8864 0,24414 0 0


(74)

8865 0,12207 0 0 8866 0,12207 0 0 8867 0,24414 0 0 8868 0,24414 0 0 8869 0,24414 0 0 8870 0,12207 0 0 8871 0,12207 0 0 8872 0,12207 0 0 8873 0,24414 0 0 8874 0,24414 0 0 8875 0,24414 0 0 8876 0,24414 0 0 8877 0,24414 0 0 8878 0,12207 0 0 8879 0,12207 0 0 8880 0,24414 0 0 8881 0,12207 0 0 8882 0,12207 0 0 8883 0,24414 0 0 8884 0,24414 0 0 8885 0,36621 0 0 8886 0,48828 0 0 8887 0,61035 0 0 8888 0,48828 0 0 8889 0,48828 0 0 8890 0,48828 0 0 8891 0,48828 0 0 8892 0,48828 0 0 8893 0,36621 0 0 8894 0,36621 0 0 8895 0,24414 0 0 8896 0,24414 0 0 8897 0,24414 0 0 8898 0,24414 0 0 8899 0,24414 0 0 8900 0,12207 0 0 8901 0,24414 0 0 8902 0,24414 0 0 8903 0,24414 0 0 8904 0,24414 0 0


(75)

8905 0,24414 0 0 8906 0,12207 0 0 8907 0,24414 0 0 8908 0,12207 0 0 8909 0,24414 0 0 8910 0,12207 0 0 8911 0,24414 0 0 8912 0,12207 0 0 8913 0,12207 0 0 8914 0,12207 0 0 8915 0,12207 0 0 8916 0,24414 0 0 8917 0,24414 0 0 8918 0,24414 0 0 8919 0,24414 0 0 8920 0,24414 0 0 8921 0,12207 0 0 8922 0,12207 0 0 8923 0,12207 0 0 8924 0,12207 0 0 8925 0,12207 0 0 8926 0,12207 0 0 8927 0,12207 0 0 8928 0,12207 0 0 8929 0,24414 0 0 8930 0,24414 0 0 8931 0,24414 0 0 8932 0,24414 0 0 8933 0,12207 0 0 8934 0,24414 0 0 8935 0,12207 0 0 8936 0,12207 0 0 8937 0,24414 0 0 8938 0,12207 0 0 8939 0,24414 0 0 8940 0,24414 0 0 8941 0,24414 0 0 8942 0,12207 0 0 8943 0,12207 0 0 8944 0,12207 0 0


(76)

8945 0,24414 0 0 8946 0,12207 0 0 8947 0,12207 0 0 8948 0,24414 0 0 8949 0,24414 0 0 8950 0,24414 0 0 8951 0,12207 0 0 8952 0,12207 0 0 8953 0,24414 0 0 8954 0,24414 0 0 8955 0,12207 0 0 8956 0,24414 0 0 8957 0,24414 0 0 8958 0,12207 0 0 8959 0,12207 0 0 8960 0,24414 0 0 8961 0,12207 0 0 8962 0,24414 0 0 8963 0,24414 0 0 8964 0,24414 0 0 8965 0,24414 0 0 8966 0,24414 0 0 8967 0,12207 0 0 8968 0,24414 0 0 8969 0,24414 0 0 8970 0,12207 0 0 8971 0,12207 0 0 8972 0,12207 0 0 8973 0,24414 0 0 8974 0,12207 0 0 8975 0,24414 0 0 8976 0,12207 0 0 8977 0,12207 0 0 8978 0,12207 0 0 8979 0,24414 0 0 8980 0,24414 0 0 8981 0,24414 0 0 8982 0,12207 0 0 8983 0,24414 0 0 8984 0,24414 0 0


(77)

8985 0,12207 0 0 8986 0,24414 0 0 8987 0,24414 0 0 8988 0,36621 0 0 8989 0,48828 0 0 8990 0,61035 0 0 8991 0,85449 0 0 8992 1,09863 0 0 8993 1,2207 0 0 8994 1,46484 0 0 8995 1,46484 0 0 8996 1,58691 0 0 8997 1,70898 0 0 8998 1,70898 0 0 8999 1,70898 0 0 9000 1,70898 0 0 9001 1,58691 0 0 9002 1,70898 0 0 9003 1,58691 0 0 9004 1,58691 0 0 9005 1,46484 0 0 9006 1,46484 0 0 9007 1,46484 0 0 9008 1,34277 0 0 9009 1,2207 0 0 9010 1,09863 0 0 9011 0,97656 0 0 9012 0,61035 0 0 9013 0,36621 0 0 9014 0,36621 0 0 9015 0,12207 0 0 9016 0,24414 0 0 9017 0,24414 0 0 9018 0,12207 0 0 9019 0,24414 0 0 9020 0,24414 0 0 9021 0,24414 0 0 9022 0,12207 0 0 9023 0,24414 0 0 9024 0,12207 0 0


(78)

9025 0,24414 0 0 9026 0,12207 0 0 9027 0,12207 0 0 9028 0,12207 0 0 9029 0,24414 0 0 9030 0,24414 0 0 9031 0,12207 0 0 9032 0,24414 0 0 9033 0,24414 0 0 9034 0,12207 0 0 9035 0,24414 0 0 9036 0,12207 0 0 9037 0,12207 0 0 9038 0,12207 0 0 9039 0,24414 0 0 9040 0,12207 0 0 9041 0,12207 0 0 9042 0,24414 0 0 9043 0,24414 0 0 9044 0,12207 0 0 9045 0,24414 0 0 9046 0,24414 0 0 9047 0,12207 0 0 9048 0,24414 0 0 9049 0,12207 0 0 9050 0,12207 0 0 9051 0,24414 0 0 9052 0,24414 0 0 9053 0,12207 0 0 9054 0,12207 0 0 9055 0,12207 0 0 9056 0,12207 0 0 9057 0,12207 0 0 9058 0,12207 0 0 9059 0,12207 0 0 9060 0,12207 0 0 9061 0,24414 0 0 9062 0,24414 0 0 9063 0,24414 0 0 9064 0,12207 0 0


(79)

9065 0,12207 0 0 9066 0,12207 0 0 9067 0,12207 0 0 9068 0,24414 0 0 9069 0,12207 0 0 9070 0,24414 0 0 9071 0,12207 0 0 9072 0,12207 0 0 9073 0,12207 0 0 9074 0,24414 0 0 9075 0,24414 0 0 9076 0,12207 0 0 9077 0,24414 0 0 9078 0,12207 0 0 9079 0,24414 0 0 9080 0,24414 0 0 9081 0,36621 0 0 9082 0,24414 0 0 9083 0,24414 0 0 9084 0,24414 0 0 9085 0,24414 0 0 9086 0,24414 0 0 9087 0,24414 0 0 9088 0,12207 0 0 9089 0,24414 0 0 9090 0,24414 0 0 9091 0,24414 0 0 9092 0,24414 0 0 9093 0,12207 0 0 9094 0,24414 0 0 9095 0,24414 0 0 9096 0,12207 0 0 9097 0,12207 0 0 9098 0,12207 0 0 9099 0,24414 0 0 9100 0,24414 0 0 9101 0,24414 0 0 9102 0,24414 0 0 9103 0,24414 0 0 9104 0,24414 0 0


(80)

9105 0,24414 0 0 9106 0,12207 0 0 9107 0,24414 0 0 9108 0,12207 0 0 9109 0,24414 0 0 9110 0,24414 0 0 9111 0,12207 0 0 9112 0,12207 0 0 9113 0 0 #DIV/0! 9114 0,24414 0 0 9115 0,12207 0 0 9116 0,24414 0 0 9117 0,12207 0 0 9118 0,24414 0 0 9119 0,12207 0 0 9120 0,12207 0 0 9121 0,24414 0 0 9122 0,24414 0 0 9123 0,12207 0 0 9124 0,24414 0 0 9125 0,12207 0 0 9126 0,12207 0 0 9127 0,24414 0 0 9128 0,24414 0 0 9129 0,24414 0 0 9130 0,12207 0 0 9131 0,12207 0 0 9132 0,24414 0 0 9133 0,24414 0 0 9134 0,12207 0 0 9135 0,24414 0 0 9136 0,12207 0 0 9137 0,24414 0 0 9138 0,12207 0 0 9139 0,12207 0 0 9140 0,12207 0 0 9141 0,24414 0 0 9142 0,24414 0 0 9143 0,24414 0 0 9144 0,24414 0 0


(81)

9145 0,12207 0 0 9146 0,12207 0 0 9147 0,24414 0 0 9148 0,12207 0 0 9149 0,12207 0 0 9150 0,24414 0 0 9151 0,12207 0 0 9152 0,12207 0 0 9153 0,12207 0 0 9154 0,24414 0 0 9155 0,12207 0 0 9156 0,12207 0 0 9157 0,24414 0 0 9158 0,12207 0 0 9159 0,24414 0 0 9160 0,24414 0 0 9161 0,48828 0 0 9162 0,12207 0 0 9163 0,24414 0 0 9164 0,12207 0 0 9165 0,12207 0 0 9166 0,12207 0 0 9167 0,12207 0 0 9168 0,12207 0 0 9169 0,24414 0 0 9170 0,24414 0 0 9171 0,12207 0 0 9172 0,12207 0 0 9173 0,24414 0 0 9174 0,24414 0 0 9175 0,12207 0 0 9176 0,12207 0 0 9177 0,24414 0 0 9178 0,12207 0 0 9179 0,24414 0 0 9180 0,24414 0 0 9181 0,24414 0 0 9182 0,24414 0 0 9183 0,12207 0 0 9184 0,24414 0 0


(82)

9185 0,24414 0 0 9186 0,12207 0 0 9187 0,24414 0 0 9188 0,12207 0 0 9189 0,12207 0 0 9190 0,24414 0 0 9191 0,12207 0 0 9192 0,24414 0 0 9193 0,12207 0 0 9194 0,24414 0 0 9195 0,36621 0 0 9196 0,61035 0 0 9197 0,61035 0 0 9198 0,85449 0 0 9199 0,97656 0 0 9200 1,09863 0 0 9201 1,09863 0 0 9202 1,2207 0 0 9203 1,2207 0 0 9204 1,2207 0 0 9205 1,2207 0 0 9206 1,09863 0 0 9207 1,09863 0 0 9208 0,97656 0 0 9209 0,85449 0 0 9210 0,85449 0 0 9211 0,73242 0 0 9212 0,61035 0 0 9213 0,61035 0 0 9214 0,48828 0 0 9215 0,36621 0 0 9216 0,48828 0 0 9217 0,48828 0 0 9218 0,36621 0 0 9219 0,36621 0 0 9220 0,24414 0 0 9221 0,24414 0 0 9222 0,12207 0 0 9223 0,24414 0 0 9224 0,24414 0 0


(1)

9188 0,12207 0 0

9189 0,12207 0 0

9190 0,24414 0 0

9191 0,12207 0 0

9192 0,24414 0 0

9193 0,12207 0 0

9194 0,24414 0 0

9195 0,36621 0 0

9196 0,61035 0 0

9197 0,61035 0 0

9198 0,85449 0 0

9199 0,97656 0 0

9200 1,09863 0 0

9201 1,09863 0 0

9202 1,2207 0 0

9203 1,2207 0 0

9204 1,2207 0 0

9205 1,2207 0 0

9206 1,09863 0 0

9207 1,09863 0 0

9208 0,97656 0 0

9209 0,85449 0 0

9210 0,85449 0 0

9211 0,73242 0 0

9212 0,61035 0 0

9213 0,61035 0 0

9214 0,48828 0 0

9215 0,36621 0 0

9216 0,48828 0 0

9217 0,48828 0 0

9218 0,36621 0 0

9219 0,36621 0 0

9220 0,24414 0 0

9221 0,24414 0 0

9222 0,12207 0 0

9223 0,24414 0 0


(2)

9227 0,12207 0 0

9228 0,12207 0 0

9229 0,24414 0 0

9230 0,12207 0 0

9231 0,12207 0 0

9232 0,12207 0 0

9233 0,24414 0 0

9234 0,12207 0 0

9235 0,24414 0 0

9236 0,24414 0 0

9237 0,12207 0 0

9238 0,24414 0 0

9239 0,12207 0 0

9240 0,24414 0 0

9241 0,24414 0 0

9242 0,12207 0 0

9243 0,24414 0 0

9244 0,12207 0 0

9245 0,12207 0 0

9246 0,24414 0 0

9247 0,12207 0 0

9248 0,12207 0 0

9249 0,24414 0 0

9250 0,12207 0 0

9251 0,24414 0 0

9252 0,24414 0 0

9253 0,24414 0 0

9254 0,24414 0 0

9255 0,24414 0 0

9256 0,24414 0 0

9257 0,12207 0 0

9258 0,24414 0 0

9259 0,24414 0 0

9260 0,12207 0 0

9261 0,12207 0 0

9262 0,12207 0 0

9263 0,12207 0 0


(3)

9268 0,12207 0 0

9269 0,12207 0 0

9270 0,12207 0 0

9271 0,12207 0 0

9272 0,12207 0 0

9273 0,12207 0 0

9274 0,12207 0 0

9275 0,24414 0 0

9276 0,12207 0 0

9277 0,24414 0 0

9278 0,12207 0 0

9279 0,12207 0 0

9280 0,12207 0 0

9281 0,12207 0 0

9282 0,24414 0 0

9283 0,24414 0 0

9284 0,12207 0 0

9285 0,12207 0 0

9286 0,12207 0 0

9287 0,12207 0 0

9288 0 0 #DIV/0!

9289 0,24414 0 0

9290 0,12207 0 0

9291 0,24414 0 0

9292 0,12207 0 0

9293 0,24414 0 0

9294 0,24414 0 0

9295 0,36621 0 0

9296 0,48828 0 0

9297 0,48828 0 0

9298 0,61035 0 0

9299 0,61035 0 0

9300 0,61035 0 0

9301 0,61035 0 0

9302 0,61035 0 0

9303 0,48828 0 0


(4)

9307 0,24414 0 0

9308 0,24414 0 0

9309 0,24414 0 0

9310 0,24414 0 0

9311 0,24414 0 0

9312 0,24414 0 0

9313 0,24414 0 0

9314 0,12207 0 0

9315 0,12207 0 0

9316 0,24414 0 0

9317 0,12207 0 0

9318 0,24414 0 0

9319 0,24414 0 0

9320 0,24414 0 0

9321 0,12207 0 0

9322 0,24414 0 0

9323 0,24414 0 0

9324 0,24414 0 0

9325 0,24414 0 0

9326 0,12207 0 0

9327 0,12207 0 0

9328 0,24414 0 0

9329 0,12207 0 0

9330 0,12207 0 0

9331 0,12207 0 0

9332 0,12207 0 0

9333 0,12207 0 0

9334 0,12207 0 0

9335 0,12207 0 0

9336 0,24414 0 0

9337 0,12207 0 0

9338 0,24414 0 0

9339 0,24414 0 0

9340 0,12207 0 0

9341 0,24414 0 0

9342 0,24414 0 0

9343 0,12207 0 0


(5)

9348 0,12207 0 0

9349 0,24414 0 0

9350 0,12207 0 0

9351 0,12207 0 0

9352 0,24414 0 0

9353 0,12207 0 0

9354 0,12207 0 0

9355 0,12207 0 0

9356 0,24414 0 0

9357 0,12207 0 0

9358 0,24414 0 0

9359 0,24414 0 0

9360 0,12207 0 0

9361 0,12207 0 0

9362 0,24414 0 0

9363 0,12207 0 0

9364 0,24414 0 0

9365 0,12207 0 0

9366 0,24414 0 0

9367 0,12207 0 0

9368 0,12207 0 0

9369 0,24414 0 0

9370 0,24414 0 0

9371 0,24414 0 0

9372 0,24414 0 0

9373 0,24414 0 0

9374 0,24414 0 0

9375 0,24414 0 0

9376 0,24414 0 0

9377 0,12207 0 0

9378 0,24414 0 0

9379 0,24414 0 0

9380 0,12207 0 0

9381 0,24414 0 0

9382 0,24414 0 0

9383 0,12207 0 0


(6)

9387 0,24414 0 0

9388 0,24414 0 0

9389 0,12207 0 0

9390 0,12207 0 0

9391 0,24414 0 0

9392 0,12207 0 0

9393 0,12207 0 0

9394 0,24414 0 0

9395 0,12207 0 0

9396 0,24414 0 0

9397 0,24414 0 0

9398 0,24414 0 0

9399 0,24414 0 0