ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STOCK SPLIT DAN PENGARUHNYA TERHADAP LABA PADA PERUSAHAAN GO PUBLIK YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

(1)

i

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Skripsi dengan judul ” Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Stock Split dan Pengaruhnya Terhadap Laba pada Perusahaan Go Publik di Bursa Efek Indonesia”.

Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan akademis dalam menempuh kelulusan pendidikan S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional ” Veteran ” Jawa Timur.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materiil yang tidak ternilai sejak awal hingga terselesainya skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir.Teguh Soedarto, MP selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional ” Veteran ” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Terima kasih telah memberikan sarana untuk menuntut ilmu.

3. Bapak Drs. Ec. Saiful Anwar, M.Si, selaku wakil Dekan I Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur terima kasih keteladanan yang diberikan.

4. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, M.Si selaku ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. terima kasih atas dorongan dan semangat serta pengalaman yang diberikan setiap pertemuan kuliah.


(2)

ii

dukungan dan pandangan masa depan yang lebih baik selama penulis menyelesaikan skripsi.

6. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi Akutansi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur yang telah memberikan ilmu yang berguna bagi penulis selama berada di bangku kuliah.

7. Orang Tua yang selalu ada. Untuk Bapak dan Ibu. Terima kasih untuk doa, dukungan dan semangat yang diberikan.Terima kasih atas kepercayaan dan rasa sayang yang selama ini diberikan kepada penulis, karena semuanya itulah yang membuat penulis ingin memberikan yang terbaik untuk Ibu dan Bapak dan keluarga tercinta.

Penulis sadar bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna, baik dalam penulisan kata-kata maupun metode pembahasan. Untuk itu segala kritik dan saran sangat penulis harapkan dalam rangka penyempurnaannya. Semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan

Surabaya, Desember 2009


(3)

Nurul Fatimatul Koiroh

ABSTRAK

Stock split merupakan suatu fenomena ekonomi keuangan perusahaan yang membingungkan. Stock split merupakan suatu kosmetika saham dimana tindakan perusahaan merupakan suatu upaya pemolesan saham agar kelihatan lebih menarik di mata investor. Mengapa beberapa perusahaan tetap melakukan stock split jika tidak mempengaruhi aliran kas perusahaan di masa yang akan datang dan tidak mengubah kesejahteraan pemegang saham? Benarkah ada perbedaan earning perusahaan sebelum dan sesudah stock split? Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empirik apakah harga saham dan ukuran perusahaan dapat mempengaruhi perusahaan dalam melakukan stock split, serta menguji apakah ada perbedaan laba operasional perusahaan antara sebelum dan sesudah melakukan stock split.

Sampel penelitian adalah perusahaan go publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2004-2007 yang berjumlah 74 perusahaan, dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling. Data yang diolah merupakan data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan perusahaan sampel selama periode 2003-2008. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi logistik dan paired sample t-tes. Regresi logistik digunakan untuk menguji pengaruh harga saham dan ukuran perusahaan terhadap keputusan melakukan stock split, sedangkan paired sample t-tes digunakan untuk mengetahui adanya perbedaan laba operasional perusahaan sebelum dan sesudah melakukan stock split.

Berdasarkan hasil analisis regresi logistik disimpulkan bahwa harga saham mempunyai pengaruh positif dan signifikan dengan keputusan perusahaan melakukan stock split, sedangkan ukuran perusahaan mempunyai pengaruh positif akan tetapi tidak signifikan terhadap keputusan perusahaan melakukan stock split. Berdasarkan hasil paired sample t-tes disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara laba operasional perusahaan sebelum dan sesudah melakukan stock split.


(4)

1.1. Latar Belakang Permasalahan

Keputusan investasi dan pembelanjaan jangka panjang serta keputusan untuk mentukan berapa banyak deviden yang dibagikan kepada para pemegang saham, merupakan masalah penting yang sering dihadapi perusahaan yang go public. Keputusan tersebut mempengaruhi nilai perusahaan dimata investor, yang dicerminkan dengan harga saham perusahaan tersebut.

Harga pasar saham mencerminkan nilai dari perusahaan. Semakin tinggi harga saham, semakin tinggi pula nilai perusahaan tersebut dimata investor. Selain itu harga saham akan mempengaruhi jumlah permintaan dan penawaran terhadap saham tersebut. Oleh karena itu suatu perusahaan yang menerbitkan saham selalu memperhatikan tingkat harga sahamnya. Harga saham yang terlalu rendah dianggap kinerja perusahaan kurang baik tetapi apabila harga saham tinggi dapat mengurangi kemampuan investor untuk membeli sehingga akan sulit bagi perusahaan untuk meningkatkan harga sahamnya lagi. Hal ini didukung oleh penelitian Conroy dan Harris (1999) para manajer perusahaan mendesain split supaya harga saham perusahaan dapat mencapai level harga yang dapat diterima oleh para investor. Ketika manajer mengumumkan split faktor untuk menerima harga saham yang lebih rendah setelah split, para investor, analis dan pelaku pasar


(5)

lainnya mengiterprestasikan sebagai suatu sinyal yang membawa informasi positif.

Ukuran perusahaan sering kali dilihat oleh investor sebagai kondisi yang menujukkan kemampuan perusahaan menyediakan informasi yang berkualitas.

Informasi memegang peranan penting terhadap transaksi perdagangan dipasar modal. Para pelaku pasar sangat membutuhkan setiap informasi yang dapat mempengaruhi naik turunnya harga saham. Husnan (1994) berpendapat bahwa suatu perusahaan dalam masa pertumbuhan akan membutuhkan dana yang besar. Tingkat pertumbuhan yang makin cepat mengindikasikan bahwa perusahaan melakukan perluasan. Semua perusahaan ingin mencapai perimbangan modal yang optimum. Perusahaan yang mempercayakan terhadap pembelanjaan intern dalam mempertahankan “control” terhadap perusahaan berarti mengurangi resiko ”dividend payout”nya yang dibagikan kepada investor untuk itulah perusahaan mempunyai kebijakan hanya membiayai pendanaan dari sumber intern, pendanaan tersebut dilakukan dengan mengelurakan saham baru atas dasar pertimbangannya adalah penjualan dari saham baru akan melemahkan “control” dari kelompok dominan dalam perusahaan. Beberapa pelaku pasar berpendapat bahwa stock split memiliki beberapa manfaat diantaranya 1) harga saham yang lebih rendah akan menarik investor untuk membeli sejumlah saham. 2) meningkatkan jumlah pemegang saham sehingga pasar akan menjadi semakin likuid. 3) sinyal positif bagi pasar artinya kinerja menejemen bagus dan memiliki prospek yang baik.


(6)

Stock split adalah Pemecahan jumlah lembar saham menjadi jumlah yang lebih banyak dengan pengurangan harga nominal perlembarnya secara proposional (Riyanto, 1997 : 275). Harga perlembar saham yang baru setelah stock split adalah sebesar 1/n dari harga sebelum pemecahan. Stock split juga memperbesar jumlah saham yang beredar dan memperbesar daya beli investor karena nilai sahamnya menjadi lebih kecil sehingga likuiditas saham akan meningkat.

Stock split merupakan suatu fenomena ekonomi keuangan perusahaan yang membingungkan. Stock split merupakan suatu kosmetika saham dimana tindakan perusahaan merupakan suatu upaya pemolesan saham agar kelihatan lebih menarik di mata investor. Mengapa beberapa perusahaan tetap melakukan stock split jika tidak mempengaruhi aliran kas perusahaan di masa yang akan datang dan tidak mengubah kesejahteraan pemegang saham? Benarkah ada perbedaan earning perusahaan sebelum dan sesudah stock split?

Beberapa penelitian mengenai alasan perusahaan melakukan stock split diantaranya oleh Grinblatt, Masulis dan Titman (1984). Mereka berpendapat bahwa pengumuman stock split merupakan sinyal yang positif terhadap aliran kas perusahaan dimasa yang akan datang. Sinyal positif menginterprestasikan menejer perusahaan akan menyampaikan prospek yang baik sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan investor, juga menujukkan sinyal yang valid bahwa tidak semua perusahaan dapat melakukannya. Hanya perusahaan yang memiliki kinerja yang baik yang dapat melakukan stock split, karena perusahaan harus menanggung


(7)

semua biaya yang ditimbulkan oleh stock split tersebut meskipun tidak memilki nilai ekonomis. Meneurut Frutrelle (1999) sebuah perusahaan tidak akan melakukan stock split jika perusahaan tersebut merupakan suatu perusahaan yang masih baru. Hal ini disebabkan karena harga saham akan mengalami perubahan yang sangat cepat dengan adanya stock split, sehingga refleksi kepercayaan perusahaan dimasa yang akan datang masih diragukan .

Prospek yang baik diukur dengan kinerja keuangan perusahaan yang keterlibatannya meliputi keseluruhan dari kegiatan perusahaan. Kinerja keuangan perusahaan mencerminkan kemampuan perusahaan dalam mengelola operasional perusahaan, kinerja yang baik akan memberikan pengharapan bagi pengambil keputusan investasi, dalam kinerja keuangan ini proksi yang digunakan adalah laba. Kalangan investor memutuskan akan berivestasi dengan sikap hati-hati sebagai tindakan antisipasi atas potensi kegagalan financial pada investasinya .Para pemegang saham menaruh perhatian terhadap laba yang diperoleh perusahaan karena hal tersebut secara langsung akan menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membagikan deviden, oleh karena itu, informasi tetang laba perusahaan sangat diperlukan dalam melakukan penilaian terhadap saham, dalam memperoleh keuntungan atau laba setiap tahunnya dapat dijadikan dasar perkembangan usaha yang dilakukan. Apakah perusahaan mengalami kemajuan seiring dengan meningkatnya keuntungan yang diperoleh. Pengelolaan perusahaan diperlukan langkah-langkah strategis, perencanaan dan pengendalian agar kegiatan perusahaan dapat berjalan secara efektif dan efesien, dalam stock


(8)

split penurunan harga saham terjadi diikuti dengan peningkatan jumlah lembar saham sesuai dengan faktor slit-nya, sehingga kekayaan yang dimiliki oleh investor adalah tetap sama sebelum dan sesudah peristiwa stock split, namun dimata investor dengan kepemilikan saham yang lebih banyak seolah-olah menjadi lebih makmur. Setelah perusahaan melakukan pemecahan saham, harga saham akan bereaksi positif yang lebih disebabkan kemungkinan peningkatan laba akutansi.

Bertitik tolak dari pandangan tersebut, penelitian ini berusaha untuk mengembangkan penelitian yang dilakukan oleh Khomsiyah dan Sulistyo ( 2001) perbedaan dengan penelitian sebelumnya adalah metode yang digunakan sebelumnya dengan analisis diskriminan sedangkan pada saat ini dengan menggunakan regresi logistik karena dalam penerapannya asumsi multivariate normalitas distribution tidak terpenuhi, untuk variabel bebas yang digunakan sebelumnya adalah kinerja perusahaan dan tingkat kemahalan harga saham sedangkan variadel bebas yang digunakan saat ini adalah harga saham dan ukuran perusahaan serta periode penelitian yang di lakukan pada saat ini antara tahun 2004 sampai dengan 2008.

Berdasarkan uraian di atas penulis melakukan penelitian dengan judul “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Stock split dan Pengaruhnya Terhadap Laba pada Perusahaan go public yang Terdaftar di BEI”


(9)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan atas uraian diatas pada latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka pokok permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah harga saham dan ukuran perusahaan dapat mempengaruhi perusahaan melakukan stock split?

2. Apakah ada perbedaan earning perusahaan sebelum dan sesudah stock splits ?

1.3 . Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian antara lain :

1. untuk menguji secara empirik apakah harga saham dan ukuran perusahaan, dapat mempengaruhi perusahaan melakukan stock split.

2. untuk menguji apakah ada perbedaan erning perusahaan sebelum dan sesudah stock split

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini bertujuan memberikan masukan empiris mengenai peristiwa stock split karena manajer memiliki motivasi yang berbeda dalam melakukan stock split, manfaat yang diperoleh antara lain :


(10)

1. Bagi penulis

untuk menerapkan teori yang telah dipelajari selama ini, sehingga penulis bisa mengetahui secara langsung sampai sejauh mana teori-teori tersebut mampu mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada.

2. Bagi praktisi

antara lain untuk investor penelitian ini digunakan untuk pertimbangan dalam melakukan keputusan investasi, dan bagi perusahaan adalah untuk menjaga likuiditas saham di bursa saham serta untuk kebijakan perusahaan tersebut dalam memenuhi kebutuhan dana dari modal sendiri yang mengurangi ketergantungan kepada pihak luar untuk mencapai struktur modal yang optimal.

3. Bagi akademis

hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi penelitian yang lain yang dengan materi yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti oleh peneliti, serta dapat dijadikan sebagai penembahan perbendaharaan koleksi kepustakaan sebagai wujud dharma bakti terhadap perguruan tinggi.


(11)

2.1 Hasil – hasil penelitian terdahulu.

Penelitan yang perna dilakukan oleh pihak lain yang dapat dipakai sebagai bahan pengkajian yang berkaitan dengan penelitian ini dilakukan oleh :

A. Kurniawati ( 2003 )

1. Judul “Analisis Kandungan Informasi Stock Split dan Likuiditas Saham” 2. Perumusan Masalah

Apakah pengumuman stock split memiliki kandungan informasi yang dapat menimbulkan reaksi pasar disekitar tanggal pengumuman yang dihubungkan dengan likuiditas saham perusahaan emiten

3. Kesimpulan

 Pengumuman stock split memiliki kandungan informasi. Hal tersebut menujukkan bahwa pasar bereaksi karena mengetahui prospek perusahaan bagus dimasa depan yang disinyalkan melalui stock split, pada pengujian likuiditas saham menujukkan volume perdagangan dan bid ask spread meskipun berbeda tetapi tidak signifikan. Hal tersebut ditunjukkan terjadi penurunan likuiditas setelah stock split.

B. Almilia dan Kristijadi (2006)

1) Judul “Dampak Size Perusahaan Terhadap Kandungan Informasi dan Efek Intra Industri Pengumuman Stock Split“


(12)

2) Rumusan Masalah

Apakah kandungan informasi pengumuman stock split yang dilakukan oleh perusahaan size besar dan kecil yang ditunjukkan dengan adanya abnormal return yang signifikan disekitar tanggal pengumuman .

3) Kesimpulan

Pengumuman stock split yang dilakukan perusahaan size besar dan kecil memiliki kandungan informasi sehingga direspon oleh pelaku pasar dan adanya perbedaan beta sebelum dan setelah pengumuman stock split yang dilakukan oleh perusahaan size kecil dan perusahaan besar.

C. Khomsiyah dan Sulistyo ( 2001)

1) Judul “ Faktor Tingkat Kemahalan Harga Saham, Kinerja Keuangan Perusahaan dan Keputusan Pemecahan Saham (stock split) ”

2) Perumusan masalah

• Apakah Earning Per Share merupakan faktor pembeda keputusan pemecahan saham?

• Apakah pertumbuhan laba merupakan faktor pembeda keputusan pemecahan saham?

3) Kesimpulan

Erning Per Share merupakan variabel membedakan dua kelompok perusahaan yang melakukan pemecahan saham dan perusahaan yang tidak melakukan pemecahan saham, sedangkan variabel Price to Book Value


(13)

tidak berhasil menujukkan baha variabel tersebut merupakan variabel yang membedakan perusahaan yang melakukan pemecahan saham atau tidak melakukan pemecahan saham.

2.2 Landasan Teori 2.2.1 Pasar Modal

2.2.1.1 Pengertian Pasar Modal

Pasar modal pada hakekatnya (Anoraga dan Widiyanti, 1992 : 6) adalah jaringan tatanan yang memungkinkan pertukaran klaim jangka panjang, kemungkinan penambahan financial asset (dana hutang) pada saat yang sama memungkinkan investor untuk selalu merubah dan menyesuaikan partofolio investasinya (melalui pasar sekunder). Bagi perusahaan (emiten) pasar modal merupakan sarana untuk meningkatkan kebutuhan dana jangka panjang dengan menjual saham atau mengeluarkan obligasi pada para pemilik dana (investor) baik golongan maupun lembaga. Pasar modal secara formal menurut Husnan (2001 : 3) didefinisikan sebagai pasar oleh berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjual belikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang diterbitkan pemerintah, public Authorities, ataupun perusahaan swasta. Dengan demikian pasar modal merupakan konsep yang lebih sempit dari pasar keuangan (financial market) didalam pasar keuangan ini diperdagangkan semua bentuk hutang dan modal sendiri


(14)

baik dana jangka panjang maupun jangka pendek. Pasar modal memungkinkan perusahaan menerbitkan sekuritas yang berupa surat tanda hutang (obligasi) atau surat tanda kepemilika (saham).

Ada tiga pengertian pasar modal (Anoraga dan Widiyanti, 1992 : 9) yaitu :

1. Definisi yang luas

Pasar modal adalah kebutuhan sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk bank-bank komersil dan semua perantara dibidang keuangan serta surat-surat berharga jangka panjang dan jangka pendek primer dan tidak langsung.

2. Definisi dalam arti menengah

Pasar modal adalah semua pasar yang terorganisir dan lembaga-lembaga yang memperdagangkan warkat-warkat kredit (biasanya berjangka waktu lebih dari satu tahun) termasuk saham, pinjaman berjangka, hipotik dan tabungan serta deposito berjangka.

3. Definisi dalam arti sempit

Pasar modal adalah pasar terorganisir yang memperdagangkan saham-saham dan obligasi dengan memakai jasa makelar, komisioner dan underwriter.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pasar modal adalah pasar terorganisir yang memperjual belikan dana-dana


(15)

jangka panjang antara pemilik dana (Investor) dengan peminjam dana (emiten).

2.2.1.2 Peranan dan Fungsi Pasar Modal

Peranan pasar modal menurut Marzuki Usman (Anoraga dan Widiyanti, 1992 : 3) dilihat dari sisi makro adalah suatu piranti untuk melakukan alokasi sumber dana ekonomi secara optimal serta merupakan sumber pembiayaan yang tidak menimbulkan inflasi. Akibat lebih jauh dari berfungsinya pasar modal sebagai piranti untuk mengalokasikan sumber daya ekonomi secara optimal adalah naiknya pendapatan nasional, terciptanya kesempatan kerja dan semakin meratanya hasil-hasil pembangunan.

Fungsi pasar modal menurut Riyanto (1997 : 219) adalah mengalokasikan secara efesien arus dana dari unit ekonomi yang mempunyai surplus tabungan kepada unit ekonomi yang mempunyai defisit tabungan. Sedangkan menurut Sunariyah (1997 : 7) fungsi pasar modal dalam perekonomian nasional adalah sebagai berikut :

1. Fungsi tabungan

Pasar modal memberi jalan yang begitu murah dan mudah, tanpa ada resiko adanya penurunan nilai mata uang untuk menginvestasikan dana dengan membeli surat berharga, masyarakat diharapkan bisa mengantisipasi standar hidup yang lebih baik. Hal ini akan mempertinggi standar hidup suatu masyarakat.


(16)

2. Fungsi Kekayaan

Pasar modal adalah cara untuk menyimpan kekayaan dalan jangka panjang dan jangka pendek sampai dengan kekayaan tersebut dapat dipergunakan kembali. Cara ini lebih baik karena kekayaan itu tidak dapat mengalami depresiasi (penyusutan) seperti aktiva tetap.

3. Fungsi Likuiditas

Kekayaan yang disimpan dalam surat-surat berharga, bisa dilikuidasi melalui pasar modal dengan resiko yang lebih kecil dibandingkan dengan aktiva lain. Proses likuidasi surat berharga dengan biaya relative lebih murah dan lebih cepat, dengan kata lain, pasar modal adalah ready market untuk melayani pemenuhan likuiditas para pemegang surat berharga.

4. Fungsi Pinjaman

Pasar modal merupakan fungsi pinjaman untuk konsumsi investasi. Pinjaman merupakan utang kepada masyarkat. Pasar modal bagi suatu perekonomian negara merupakan sumber pembiayaan pembangunan dari pinjaman yang dihimpun masyarakat.

2.2.2 Stock Split dan Deviden Saham.

Stock split dan deviden saham banyak persamaanya kecuali dalam hal accountingnya. Keduanya merupaka aspek dari kebijakan deviden. Deviden saham sebenarnya hanyalah pembayaran deviden dalam bentuk


(17)

tambahan saham, dengan demikian penetapan stock deviden berarti kapitalisai dari laba ditahan artinya hanya pemindahan buku dari pos retained earning ke pos modal (Riyanto, 1997 : 272-273). Tujuannya adalah untuk menahan kas dalam membiayai usahanya dan untuk tujuan investasi, dengan demikian hal tersebut mengindikasi bahwa perusahaan mengalami kesukaran financial, untuk mempertahankan harga dibawah “ceiling“ yang diinginkan dengan cara memberikan stock split ataupun stock deviden.

Stock split adalah pemecahan jumlah lembar saham menjadi jumlah yang lebih banyak dengan pengurangan harga nominal perlembarnya secara proposional (Riyanto, 1997 : 257). Memperbanyak lembar saham yang beredar akan memperbanyak jumlah pemegang saham, dan akan mempopulerkan saham yang bersangkutan. Tujuan utama dari stock split adalah untuk menempatkan sahamnya dalam “trading range“ yang lebih populer. Sama dengan yang dikemukakan oleh (Jogianto, 2000 : 397) stock split adalah memecah selembar saham menjdi (n) lembar saham, harga perlembar saham baru setelah stock split adalah sebesar (½) dari harga sebelumnya .

Pengumuman stock split merupakan sinyal positif terhadap aliran kas perusahaan pada masa yang akan datang. Pengumuman tersebut menyampaikan prospek yang baik sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan investor, selain itu hanya perusahaan yang memiliki


(18)

kinerja yang baik yang dapat melakukan stock split karena perusahaan harus menanggung semua biaya yang ditimbulkan oleh stock split.

2.2.3 Harga Pasar Saham

Harga saham adalah harga dari suatu saham yang mencerminkan harga dalam pasar bebas yang disepakati oleh pembeli dan penjual (Salim, 2003 : 7) dalam pasar modal terdapat beberapa jenis harga saham. Jenis-jenis harga saham itu adalah :

1. Harga Nominal

Harga nominal merupakan nilai yang ditetapkan oleh emiten, untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkannya. Harga nominal itu tercantum dalam lembar saham tersebut.

2. Harga Perdana

Harga perdana merupakan harga sebelum saham tersebut dicatatkan dibursa efek. Besarnya harga perdana ini tergantung dari persetujuan antara emiten (perusahaan penerbit saham) dan penjamin emisi (underwriter).

3. Harga Pasar

Harga pasar merupakan harga jual dari investor yang satu ke investor yang lain. Harga pasar terjadi setelah saham tersebut dicatatkan ke bursa efek atau disebut harga pasar sekunder. Harga ini yang benar-benar mewakili harga perusahaan penerbit, karena kecil sekali kemungkinan


(19)

terjadi negosiasi antara investor dan perusahaan penerbit. Harga yang diterbitkan setiap hari adalah harga pasar ini.

4. Harga Pembuka

Harga pembukan adalah harga yang diminta oleh penjual dari pembeli pada saat jam bursa dibuka.

5. Harga Penutup

Harga penutup adalah harga yang diminta oleh penjual dan pembeli pada saat akhir hari bursa.

6. Harga Tertinggi

Transaksi suatu saham tidak hanya sekali dua kali terjadi dalam satu hari, tetapi bisa berkali-kali dalam satu hari dan tidak terjadi pada harga yang sama dari harga –harga yang terjadi tentu ada harga yang paling tinggi pada satu hari bursa tersebut, harga itu disebut harga tertinggi. 7. Harga Terendah

Harga terendah merupakan kebalikan dari harga tertinggi, yaitu harga paling rendah pada satu hari bursa.

8. Harga Rata-rata

Harga rata-rata merupakan rata-rata dari harga tertinggi dan harga terendah. Harga ini bisa dicatat sebagai transaksi harian, bulanan, atau tahunan.


(20)

9. Indeks Harga Saham

Indeks harga saham mencerminkan situasi umum bursa efek, sebab indeks harga saham merupakan ringkasan atas berbagai faktor yang berpengaruh, terutama fenomena-fenomena ekonomi, sosial dan politik. Indeks harga saham adalah angka indeks harga saham yang telah disusun, dihitung sedemikian rupa sehingga diharapkan menghasilkan trend.

2.2.3.1. Trading Range Teory

Dalam penelitian Khomsiyah dan Sulistyo dinyatakan oleh Copeland (1979) bahwa alasan dilakukan pemecahan saham berkaitan dengan likuiditas perdagangan saham adalah “ optimal range” harga saham. Alasan lainnya adalah bahwa pemecahan saham akan menciptakan pasar yang lebih luas. Menurut Riyanto (1997 : 276) menyatakan Motif utama perusahaan melakukan stock split adalah menempatkan harga sahamnya dalam “trading range “ yang lebih popular. Sedangkan Angel (1997) menyatakan bahwa pemecahan saham merupakan upaya manajemen untuk menata kembali harga saham pada rentang harga tertentu.hal ini diperkuat dengan penelitian Ikenberry et al (1996) yang menemukan bukti bahwa pemecahan saham mengakibatkan terjadinya penataan kembali harga saham pada rentang yang lebih rendah. Dengan mengarahkan harga saham pada rentang tertentu, diharapkan semakin


(21)

banyak partisipan pasar akan terlibat dalam perdagangan dan akan meningkatkan likuiditas saham di bursa.

Dengan demikian berdasarkan teori ini, harga saham yang terlalu tinggi menyebabkan kurang aktifnya perdagangan saham sehingga mendorong perusahaan untuk melakukan pemecahan saham. Dengan melakukan pemecahan saham diharapkan semakin banyak investor yang melakukan transaksi.

2.2.3.2. Likuiditas Saham

Likuiditas adalah suatu asset yang menujukkan seberapa cepat asset tersebut dapat dikonfersikan menjadi uang tunai (kas) maka semakin cepat asset tersebut berubah menjadi kas, akan semakin tinggi likuiditasnya, oleh kerena itu likuiditas saham merupakan ukuran mudah atau sukarnya suatu saham yang mudah diperjual belikan dalam jangka waktu yang relative singkat akan dikonversikan menjadi kas, agar mudah diperjual belikan oleh sebab itu saham tersebut harus memiliki daya tarik tersendiri misalnya dengan dengan harga yang murah dan biaya komisi transaksi jual beli yang relative kecil.

Dalam hal instrumen keuangan, saham yang mudah dipasarkan diukur dengan dapat dijualnya sejumlah besar surat-surat berharga tersebut dalam rentang waktu yang singkat dengan pengorbanan harga yang relative kecil. Semakin mudah surat berharga di pasarkan, semakin


(22)

tinggi kemampuan untuk melakukan transaksi dalam jumlah besar dengan harga yang dikehendak, semakin sukar surat berharga di pasarkan semakin besar hasil yang dipergunakan untuk menarik investor.

Sampai saat ini belum ada suatu standar mengenai likiuditas saham di pasar modal Indonesia dan belum ada keseragaman dalam kreteria likuiditas saham, namun secara umum likuiditas saham ditentukan oleh frekuensi saham yang bersangkutan dan pada akhirnya berpengaruh terhadap volume dan nilai transaksinya.

2.2.4 Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan adalah besar kecilnya kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan dapat mempengaruhi kemampuan dalam menjalankan operasinya pada berbagai situasi dan kondisi yang dihadapi perusahaan yang akan mempengaruhi besarnya pendapatan saham (Riyanto, 1997 : 300). Ukuran perusahaan dinyatakan dengan total aktiva yang dimiliki perusahaan, alasan yang mendasari adalah ukuran perusahaan menjelaskan tentang resiko. Saham-saham dari perusahaan kecil cenderung mempunyai return yang lebih tinggi dibandingkan saham-saham dari perusahaan yang lebih besar. Saham perusahaan dari perusahaan yang lebih kecil mempunyai tingkat frekuensi perdagangan tidak secepat dan tidak semudah perusahaan dengan ukuran perushaan


(23)

besar. Selain itu perusahaan dengan ukuran perusahaan kecil sangat riskan terhadap perubahan kondisi ekonomi dan cenderung kurang menguntungkan dibandingkan dengan perusahaan besar sehingga perusahaan kecil dituntut memberikan return yang lebih besar.

Hal tersebut didukung Chan & nai (1991) yang mengemukakan bahwa perusahaan dengan ukuran perusahaan kecil lebih beresiko karena mempunyai efesiensi produksi yang rendah, leverege yang tinggi, probabilitas yang rendah sehingga volalitas return perusahaan dengan ukuran perusahaan yang kecil cenderung lebih tinggi dibandingkan denga ukuran perusahaan yang lebih besar, karena ukuran perusahaan memuat informasi tentang tingkat kecepatan perdagangan saham, efesiensi produksi, kelangsungan hidup serta potensi kelebihan return yang semuanya berdampak pada resiko.

Suatu perusahaan yang besar dimana sahamnya tersebar sangat luas dan perluasan modal sahamnya akan berpengaruh kecil terhadap kemungkinan hilangnya kontrol dari pihak dominan terhadap perusahaan yang bersangkutan dan sebaliknya perusahaan kecil dimana sahamnya tersebar dilingkungan yang kecil dengan penambahan saham akan mempunyai pengaruh terhadap kemungkinan hilangnya kontrol pihak dominan terhadap perusahaan yang bersangkutan, dengan demikian pada perusahaan besar dimana sahamnya tersebar sangat luas akan lebih berani mengeluarkan saham baru dalam memenuhi kebutuhan untuk


(24)

membiayai pertumbuhanannya dibandingkan perusahaan kecil (Riyanto, 1997 : 299).

2.2.4.1 Struktur Modal Optimum.

Struktur modal adalah perimbangan, perbandingan antara modal asing dengan modal sendiri (Riyanto, 1997 : 293). Masalah struktur modal merupakan masalah yang penting bagi perusahaan, karena baik buruknya struktur modal akan mempunyai efek yang langsung terhadap posisi finansiil perusahaan. Suatu perusahaan yang mempunyai struktur modal yang tidak baik, dimana utang yang besar akan memberikan beban yang berat kepada perusahaan yang bersangkutan. Oleh karena itu perlu diusahakan keseimbangan yang optimal antara kedua sumber dana tersebut, mendasar pada prinsip hati-hati merupakan aturan struktur financial koservatif dimana dalam mencari struktur modal yang optimal yang menghendaki agar perusahaan dalam keadaan bagaimanapun jumlah utang jangan lebih banyak dari pada modal sendiri, sehingga modal yang dijaminkan (utang) tidak lebih besar dari modal yang menjadi jaminannya (modal sendiri).

Struktur modal merupakan cermin kebijakan perusahaan dalam menentukan “jenis” securities yang dikeluarkan. Suatu pertimbangan dalam pemenuhan kebutuhan dana adalah keinginan dari pemilik modal sendiri untuk dapat tetap menguasai perusahaan atau mempertahankan


(25)

“control” terhadap perusahaannya. Control atau pengawasan terhadap perusahaan mempunyai kebijakan hanya membiayai pemenuhan dananya berasal dari sumber intern saja. Kebijakan tersebut dijalankan atas dasar pertimbangan bahwa pembiayaan dengan dana yang berasal dari hasil penjualan saham baru akan melemahkan “control” dari kelompok dominan perusahaan, demikian pula jika pembiayaan dengan utang akan memperbesar resiko finansiilnya. Mempercayakan pada pembelanjaan intern dalam rangka usaha mempertahankan “control” terhadap perusahaan berarti mengurangi “deviden payout”nya (Riyanto, 1997 : 268 )

Devident payout merupakan laba perusahaan yang dibayarkan sebagai deviden kas kepada pemegang saham (Darmaji, 2001 : 142)

2.2.5 Operating Income

Laba sering digunakan sebagai indikator tentang profitabilitas suatu perusahaan, tetapi sebenarnya laba merupakan hasil proses akutansi tidak merupakan suatu jumlah yang spesifik dan pasti. Laba yang ditentukan dengan cara mempertemukan penghasilan dan biaya-biaya yang spesifik dan pasti. Prinsip-prinsip mepertemuka penghasilan dan biaya bervariasi tergantung dasar kegiatan atau proses akutansi tersebut diselenggarakan. Laba operasional (operating income)


(26)

merupakan bagian keuntungan sebelum bunga dan pajak penghasila (Mowen, 2006 : 22)

Penilaian terhadap kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dan trendnya tidak dapat dipisahkan dan mencakup evaluasi terhadap efektivitas dan efesiensi menajemen, dengan membaca informasi keuangan para pengambil keputusan dapat menilai potensi perusahaan. Penilain ini dimaksudkan untuk menaksir kemampuan perusahaan untuk mendaptkan prestasi yang lebih baik, untuk mendapatkan kas yang lebih banyak, dan dapat mengkonfersikan laba menjadi kas pada masa yang akan datang berupa pembagian deviden.

2.2.5.1. Signaling Teori

Pengumuman pemecahan saham dianggap sebagai sinyal yang diberikan oleh manajemen kepada pihak publik bahwa perusahaan memiliki prospek yang bagus di masa depan. Asquith et al (1989) dalam penelitian Khomsiyah dan Sulistyo menujukkan bahwa perusahaan yang melakukan pemecahan saham mengalami peningkatan laba yang signifikan untuk empat tahun sebelum pemecahan saham dilakukan. Peningkatan terbesar terjadi pada satu tahun sebelum pemecahan saham dilakukan dan meningkat selama tahun dilakukannya pemecahan saham. Mereka juga menemukan bahwa terdapat hubungan positif antara return dengan peningkatan laba selama dua tahun sebelum pemecahan saham


(27)

namun tidak menemukan hubungan antara retur dengan perubahan laba sesudah pemecahan saham. Hal ini berarti bahwa pemecahan saham lebih berkaitan dengan kinerja laba masa lalu dari pada dengan kinerja laba masa depan.

Bar-Josef dan Brown (1977) dalam penelitian Khomsiyah dan Sulistyo menyatakan bahwa return yang meningkat tersebut dapat diprediksi dan memberikan sinyal tentang laba jangka pendek dan jangka panjang, dan menurut Doran (1994) analis akan menangkap sinyal tersebut dan menggunakannya untuk memprediksi peningkatan erning jangka panjang. Reaksi pasar terhadap pemecahan saham sebenarnya bukan terhadap tindakan pemecahan saham (yang tidak memiliki nilai ekonomis) melainkan terhadap prospek perusahaan di masa depan ( jangka panjang) yang ditunjukkan oleh sinyal tersebut.

Menurut Ikenberry (1996) dalam penelitian Khomsiyah dan Sulistyo menjelaskan signaling theory bahwa pemecahan saham dengan menggunakan penjelasan informasi asimetri. Artinya manajemen memiliki informasi lebih tentang prospek perusahaan dibandingkan pihak luar (investor). Pemecahan saham merupakan upaya untuk menarik perhatian investor, dengan memberikan sinyal bahwa perusahaan memiliki kondisi bagus. Sedangkan penelitian Han dan Suk (1998) menujukkan bahwa abnormal return pada saat pemecahan saham berhubungan positif dengan tingkat kepemilikan. Dan Copeland (1979) menyatakan bahwa salah satu


(28)

gambaran yang menunjukkan prospek bagus adalah kinerja keuangan yang bagus. Perusahaan melakukan pemecahan saham memerlukan biaya, oleh karena itu hanya perusahaan yang mempunyai prospek bagus saja yang mampu melakukannya.

2.2.5.2. Peranan Manajer Keuangan

Manajer keuangan bertanggung jawab terhadap pengambil keputusan penting mengenai investasi dan pendanaan. Kinerja keuangan perusahaan mencerminkan kemampuan perusahaan dalam mengelola operasional perusahaan. Hal tersebut memberikan pengharapan yang baik bagi para pengambil keputusan untuk investasi. Kinerja keuangan perusahaan mencerminkan kemampuan perusahaan dalam mengelola operasional perusahaan. Kinerja yang baik memberikan pengharapan yang baik bagi para pengambil keputusan investasi. Berkaitan dengan pengambilan keputusan investasi, manajer keuangan akan terlibat secara langsung dalam perencanaan dan pengendalian penggunaan dana. Untuk mendanai investasi dan operasi perusahaan, manajer keuangan bertanggung jawab dalam memperoleh dana yang sesuai dengan kebutuhan, baik mengenai jangka waktu, persyaratan maupun biayanya. Dana akan diperoleh baik dari pasar modal maupun dari bank ataupun dari sumber dana lainnya.


(29)

Dengan demikian kelancaran aliran kas atau dana yang masuk dari luar ke dalam perusahaan untuk membiayai investasi dan operasi perusahaan sangat tergantung kepada kemampuan manajer keuangan dalam menjalankan fungsi pendanaan (Riyanto, 1997 : 11). Setelah dana diinvestasikan untuk membiayai operasi perusahaan dan menghasilkan keuntungan selanjutnya manajer keuangan akan terlibat dalam pengambilan keputusan mengenai berapa bagian dari keuntungan yang akan dibayarkan kepada pemilik perusahaan atau pemberi dana dan berapa bagian yang akan diinvestasikan kembali untuk membiayai pertumbuhan perusahaan. Dengan demikian manajer keuangan berperan dalam melancarkan aliran kas dari luar ke dalam perusahaan ataupun sebaliknya misalnya pembayaran deviden kepada pemilik perusahaan dan pembayaran kembali utang kepada kreditur.

2.2.6 Pengaruh Harga Saham Terhadap Stock Split

Harga saham yang dimaksud disini adalah harga pasarnya. Harga saham mencerminkan nilai perusahaan. Semakin tinggi harga saham, maka semakin tinggi pula nilai perusahaan tersebut. Harga saham yang terlalu rendah diartikan kinerja perusahaa kurang baik sebaliknya jika terlalu tinggi akan mengurangi kemampuan investor membelinya. Hal tersebut didukung oleh trading range teory, jika harga saham yang terlalu tinggi akan menyebabkan kurang aktifnya saham tersebut


(30)

diperdagangkan, jika hal tersebut terjadi maka likuiditas saham akan menurun karena lesunya perdagangan yang diketahui dari menurunnya frekuensi perdagangan saham. Perusahaan tentu tidak suka melihat harga pasar dari sahamnya berada diatas batas maksimal yang dikehendaki, karena harga pasar yang terlalu tinggi tidak menarik bagi investor kecil, maka perusahaan tersebut akan berusaha untuk tetap mempertahnkan harga dibawah “ceiling” yang di inginkan dengan cara melakukan stock split. Dengan harga saham yang tinggi maka perusahaan berusaha untuk menempatkan harga sahamnya dalam trading range yang lebih popular. Harga saham yang lebih rendah akan menambah kemampuan saham tersebut untuk diperjual belikan setiap saat dan meningkatkan efesiensi pasar, akan menarik investor menengah dan kecil untuk melakukan investasinya dan megubah investor odd lot menjadi investor round lot. Odd lot adalah kondisi investor membeli saham dibawah 500 lembar sedangkan round lot adalah investor yang membeli saham diatas 500 lemba, hal tersebut telah dikemukakan oleh Mc.Gough (1993) yang menjelaskan bahwa harga saham yang tinggi mempengaruhi perusahaan melakukan stock split dengan tujuan untuk menempatkan harga sahamnya dalam “trading range“ yang lebih popular (Riyanto, 1997 : 276)


(31)

2.2.7 Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Stock Split

Peristiwa stock split akan membawa dampak pemegang saham semakin luas. Memperbesar jumlah lembar saham yang beredar akan memperbanyak jumlah pemegang saham dan akan dapat mempopulerkan saham yang bersangkutan. Saham perusahaan dari perusahaan yang lebih kecil mempunyai tingkat frekuensi perdagangan tidak secepat dan tidak semudah perusahaan dengan ukuran perushaan besar. Perusahaan dengan ukuran perusahaan kecil sangat riskan terhadap perubahan kondisi ekonomi dan cenderung kurang menguntungkan dibandingkan dengan perusahaan besar sehingga perusahaan kecil dituntut memberikan return yang lebih besar. Ukuran perusahaan berhubungan dengan resiko, semua perusahaan ingin mencapai perimbangan modal yang optimum untuk itulah perusahaan mempunyai kebijakan hanya membiayai pendanaan dari sumber intern. Pendanaan intern ini dilakukan dengan cara mengeluarkan saham baru, dasar pertimbangannya adalah penjualan dari saham baru akan melemahkan “control” dari kelompok dominan dalam perusahaan. Mempercayakan terhadap pembelanjaan intern dalam rangka mempertahankan “control” terhadap perusahaan berarti mengurangi resiko ”dividend payout”nya yang dibagikan kepada investor, dengan demikian pada perusahaan besar dimana sahamnya tersebar sangat luas


(32)

akan lebih berani memenuhi kebutuhan pendanaan dengan mengeluarkan saham baru dengan melakukan stock split.

Sebelumnya telah dijelaskan bahwa, struktur modal adalah perimbangan, perbandingan antara modal asing dengan modal sendiri. Masalah struktur modal merupakan masalah yang penting bagi perusahaan, karena baik buruknya struktur modal akan mempunyai efek yang langsung terhadap posisi finansiil perusahaan. Salah satu pertimbangan dalam rangka pemenuhan kebutuhan dana adalah keinginan dari pemilik modal sendiri untuk dapat tetap menguasai atau mempertahankan “control” terhadap perusahaannya, sebagaimana diketahui kreditur tidak mempunyai hak suara dalam pemilihan manajemen. Jika pemenuhan dana dipenuhi dengan emisi saham baru, hal ini akan berpengaruh terhadap perimbangan kekuasaan dari pemegang saham lama terhadap perusahaan, apabila pemegang saham lama tidak menambah pemilikannya terhadap saham baru yang dikeluarkan secara proposionil ”control” mereka terhadap perusahaannya akan dapat berkurang atau hilang sama sekali, sehingga akan mengubah perimbangan kekuasaan terhadap perusahaan.

2.2.8 Pengaruh Stock Split Terhadap Laba Operasi.

Laba operasional merupakan pengukur laba yang dihasilkan selama periode operasional perusahaan. Seorang investor memutuskan akan


(33)

berivestasi dengan sikap hati-hati sebagai tindakan antisipasi atas potensi kegagalan financial pada investasinya. Para pemegang saham menaruh perhatian terhadap laba yang diperoleh perusahaan karena hal tersebut secara langsung akan menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membagikan deviden. Beberapa pelaku pasar berpendapat bahwa stock split memiliki beberapa manfaat diantaranya sinyal positif bagi pasar artinya kinerja menejemen bagus dan memiliki prospek yang baik. Dalam signaling teory menyatakan bahwa stock split memberikan sinyal positif karena manager perusahaan akan menginformasikan prospek masa depan yang baik kepada publik, alasan ini didukung adanya kenyataan bahwa perusahaan yang melakukan stock split adalah perusahaan yang memilki kondisi kinerja yang baik, karena tidak semua perusahaan dapat melakukan stock split dan hanya perusahaan yang memiliki kinerja yang baik yang dapat melakukan stock split, sebab perusahaan harus menanggung semua biaya yang ditimbulkan oleh peristiwa stock split. Sinyal positif tersebut akan memacu pihak manajemen perusahaan termotifasi untuk meningkatkan kinerja perusahaan dan pada gilirannya akan meningkatkan laba perusahaan tujuannya untuk menarik investor agar melakukan investasinya.


(34)

2.2.9 Kerangka Pikir

Berdasarkan penelitian terdahulu dan landasan teori, maka peneliti bermaksud membuat suatu diagram kerangka pikir untuk menjelaskan bahwa diduga harga saham dan ukuran perusahaan dapat mempengaruhi perusahaan melakukan stock split dan diduga ada perbedaan laba operasional perusahaan sebelum dan sesudah peristiwa stock split, yang digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.1 Diagram Kerangkah Pikir

2.3 Hipotesa

Analisis Logic regression

Uji Statistik Uji t (paired t-tes) Harga Saham (X1)

Ukuran Perusahaan (X2)

Stock Split (Y)

Laba operasional sebelum stock split

Laba operasional sesudah stock split


(35)

2.4 Hipotesis

Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian dan tinjauan pustaka seperti yang diuraikan sebelumnya maka dalam penelitian ini peneliti ingin menguji kebenaran dari hipotesis yaitu :

 H1 : Diduga bahwa variabel harga saham mempengaruhi keputusan perusahaan untuk melakukan stock split.

 H2 : Diduga bahwa variabel Ukuran Perusahaan mempengaruhi keputusan perusahaan untuk melakukan stock split.

 H3 : Diduga bahwa ada perbedaan laba operasional perusahaan sebelum dan sesudah stock split.


(36)

3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel: a. Stock Split ( Y )

Pemecahan jumlah lembar saham menjadi jumlah yang lebih banyak dengan pengurangan harga nominal perlembarnya secara proposional. Pengukuran stock split sebagai variabel dependent dilakukan hanya memberi nilai nol (0) dan satu (1) untuk kategori tertentu yang disebut variabel Dummy (Ghozali : 52). Untuk perusahaan yang melakukan stock split indikator yang digunakan adalah nilai (1), dan untuk yang tidak melakukan stock split indikator yang digunakan (0)

b. Harga Saham ( X1)

Adalah harga dari suatu saham yang mencerminkan harga dalam pasar bebas yang disepakati oleh pembeli dan penjual. Harga saham diukur dengan closing price tahunan pada periode yang berakhir 31 Desember tahun sebelum stock split dilakukan, jadi emiten yang melakukan pemecahan saham pada tahun 2007 maka closing price tahunannya adalah closing price tahun 2006, dan untuk perusahaan yang tidak melakukan stock split closing price tahunan yang digunakan sama dengan perusahaan


(37)

yang melakukan stock split. Satuan pengukur yang digunakan adalah rupiah, sedangkan skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio.

c. Ukuran Perusahaan ( X2)

Adalah besar kecilnya kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan dapat mempengaruhi kemampuan dalam menjalankan operasinya pada berbagai situasi dan kondisi yang dihadapi perusahaan yang akan mempengaruhi besarnya pendapatan saham. Ukuran perusahaan dinilai dari total aktiva, diukur dengan total aktiva tahunan pada periode yang berakhir 31 Desember tahun sebelum stock split dilakukan, jadi emiten yang melakukan pemecahan saham pada tahun 2007 maka total aktiva tahunannya adalah total aktiva tahun 2006, dan untuk perusahaan yang tidak melakukan stock split total aktiva yang digunakan sama dengan perusahaan yang melakukan stock split, dengan satuan pengukuran dalam rupiah dan menggunakan skala rasio.

d. Laba Operasional ( operating income )

Laba operasi (operating income) merupakan bagian keuntungan sebelum bunga dan pajak penghasilan. Untuk mengukur besarnya bagian keuntungan yang didapat pada periode akutansi satu tahun sebelum dan satu tahun sesudah peristiwa stock split. Satuan pengukuran dalam rupiah dan menggunakan skala rasio.


(38)

3.2 Teknik Penentuan Sampel A. Populasi

Populasi merupakan kelompok subjek atau objek yang memiliki cir- ciri atau karakteristik–karakteristik tertentu yang berbeda dengan kelompok subjek atau objek yang lain, dan kelompok tersebut dikenakan generalisasi dari hasil penelitian (Sumarsono, 2004 : 44)

Populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan go public yang sahamnya terdaftar di BEI sampai dengan 31 Desember 2007. Sesuai Capital Market Directory tahun 2008 Perusahaan yang terdaftar berjumlah 289 perusahaan.

B. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang memiliki ciri yang sama dan karakteristik yang sama dengan populasi tersebut (Sumarsono, 2004 : 44) Berdasakan populasi data diatas, penentuan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling adalah tehnik penarikan sampel nonprobabilitas yang menyeleksi responden berdasarkan ciri-ciri atau sifat khusus yang dimiliki oleh sampel tersebut yang merupakan representative dari populasi. Berdasarkan kreteria yang diajukan maka sampel penelitian berjumlah 74 perusahaan, yang terdiri dari 33 perusahaan yang melakukan stock split dengan kriteria sebagai berikut :


(39)

• Melakukan pemecahan saham pada tahun 2004 – 2007 akan tetapi dalam rentang waktu tersebut hanya melakukan stock split sekali saja. • Sampel perusahaan adalah perusahaan yang terdaftar pada PT.BEI. Dan sisanya ada 41 emiten yang tidak melakukan pemecahan saham dengan kriteria sebagai berikut :

• Jenis perusahaan yang sama dan nilai aktivanya yang mendekati dengan perusahaan yang melakukan pemecahan saham.

• Perusahaan pada tahun 2004-2007 tidak melakukan pemecahan saham. • Perusahaan yang datanya tersedia cukup lengkap untuk kebutuhan

analisis.

Tabel 3.1

Nama Perusahaan Sampel Tahun 2004 – 2007

No Perusahaan yang melakukan Stock split

No Perusahaan Yang Tidak Melakukan Stock Split 1. PT. Artha Pacific Internasional, Tbk 34. PT. Asia Kapitalindo Sekuritas, Tbk 2. PT. Bakrie Sumatra Plantations, Tbk 35. PT. Bank Negara Indonesia, Tbk 3. PT. Bank Centran Asia, Tbk 36. PT. PP London Sumatra, Tbk 4. PT. Berlian Laju Tanker, Tbk 37. PT. Zebra Nusantara, Tbk 5. PT. Rig Tender Indonesia, Tbk 38. PT. Bakrie Telcom, Tbk

6. PT. Indosat, Tbk 39. PT. Bakriland Development, Tbk 7. PT. Jakarta Internasional Hotel

Development, Tbk

40. PT.Hero Supermarket,Tbk

8. PT. Ramayana Lestari Sentosa, Tbk 41. PT. Sierad Produk, Tbk 9. PT. Sari Husada, Tbk 42. PT. Exelcomindo Pratama, Tbk 10. PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk 43. PT. Modernland Realty, Tbk 11. PT. Ciputra Surya, Tbk 44. PT. Multistrada arah sarana, Tbk


(40)

12. PT. Hexindo Adiperkasa, Tbk 45. PT. Alfa Retailindo, Tbk 13. PT. Tigaraksa Satria, Tbk 46. PT. Samudera Indonesia, Tbk 14. PT. Arpeni Pratama Ocean Line, Tbk 47. PT. Intanwijaya Internasional, Tbk 15. PT. Buana Finance, Tbk 48. PT. Goodyear Indonesia, Tbk 16. PT. Jaya Real Propety. Tbk 49. PT. Ultrajaya Milk, Tbk

17. PT. Pelayaran Tempuran Emas, Tbk 50. PT. Equity Development Invesment,Tbk 18. PT. Pembangunan Jaya Ancol, Tbk 51. PT. Jakarta Setiabudi Internasional, Tbk 19. PT. Plaza Indonesia Reallty, Tbk 52. PT. Resource Alam Indonesia, Tbk 20. PT. Tempo Scan Pasific, Tbk 53. PT. Indonesia Prima Property, Tbk 21. PT. AKR Corporindo, Tbk 54. PT. Hotel Sahid Jaya Internasional, Tbk 22. PT. Choroen Pokphand Indonesia, Tbk 55. PT. Kimia Farma (persero), Tbk 23. PT. Jaya Pari Steel, Tbk 56. PT. Unggul Indah Cahaya, Tbk 24. PT. Pakuwon Jati, Tbk 57. PT. JAPFA Comfeed Indonesia, Tbk 25. PT. Semen Gresik, Tbk 58. PT. Lion Metal Works, Tbk

26. PT. Sorini Agro Asia Corporindo, Tbk 59. PT. Summarecon Agung, Tbk 27. PT. Hortus Davanest, Tbk 60. PT. Holcim Indonesia, Tbk 28. PT. Aneka Tambang (ANTAN) 61. PT. Energi Mega Persada, Tbk 29. PT. Smart, Tbk 62. PT. Bakrie & Brothers, Tbk 30 PT. Global Medikom, Tbk 63. PT. Kresna Graha Sekurindo, Tbk 31. PT. Prima Alloe Steel, Tbk 64. PT. Medco Energi Internasionl, Tbk 32. PT. Dankos Laboratoris, Tbk 65. PT.Tunas Baru Lampung, Tbk 33. PT. Duta Pertiwi Nusantara, Tbk 66. PT. Enterindo Wahanatama, Tbk

67. PT. Berlina, Tbk 68. PT. Citra Turbindo, Tbk 69. PT. Delta Dunia Petroindo, Tbk 70. PT. Mitra Rajasa, Tbk

71. PT. Panin Sekuritas, Tbk

72. PT. Panorama Sentra Wisata, Tbk 73. PT. Surya Agung Industri, Tbk 74. PT. Surya Inti Permata, Tbk


(41)

3.3 Teknik Pengumpulan Data 33.1 Jenis Data

Data yang diperlukan untuk mendukung analisis pengujian adalah jenis data sekunder yang diperoleh dari literature yang dapat menunjang keperluan penelitian, antara lain data mengenai nama perusahaan yang melakukan stock split, data harga saham (closing price), ukuran perusahaan, dan data operating income antara tahun 2003 sampai dengan 2008.

33.2 Sumber Data

Sumber data yang diperlukan diambil dari Capital Market Directory 2005 dan 2008 serta database Bursa Efek Indonesia yang tersedia online pada situs

33.3 Prosedur Pengumpulan Data http/www.jsx.co.id.

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini diperoleh dengan cara dokumentasi dengan pencatatan, penggandaan data dari sumbernya yaitu dari Capital Market Directory tahun 2005 dan tahun 2008.

3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis 3.4.1 Analisis Regresi Logistik

Tehnik analisis yang digunakan untuk mengetahui variabel harga saham dan ukuran perusahaan dapat mempengaruhi perusahaan melakukan stock split dengan menggunakan analisis regresi logistik metode enter.


(42)

Persamaan regresi logistik tidak menghasilkan nilai pada variabel tergantung, namun menghasilkan peluang kejadian pada variabel tergantung. Pada regresi logistik tidak diperlukan asumsi normalitas karena variabel yang digunakan merupakan campuran antara variabel kontinyu (metrik) dan kategorial (non metrik). Model dari analisis regresi logistik adalah sebagai berikut :

Pi Pi Ln

1 = βo + β1X1 + β2X2 Pi

Pi

1

………..(Ghozali, 2005:128)

= e(βo + β1X1 + β2X2)

Pi Pi

1

Keterangan :

= probabilitas perusahaan yang melakukan stock split β0, β1, β2, = Nilai konstanta dan koefisien regresi logistik

1 X

2 X

= Harga Saham = Ukuran Perusahaan e = Ekponensial

Analisis regresi logistik dilakukan dengan bantuan program SPSS 13.0. Tahapan analisis yang dilakukan adalah sebagai berikut (Ghozali, 2005:128):

1. Uji Kesesuaian Model

Uji kesesuaian model dilakukan dengan melihat statistik -2 Log Likelihood dan Hosmer and Lomeshow Test. Statistik -2 Log Likelihood


(43)

digunakan untuk menentukan apakah penambahan variabel bebas ke dalam model bisa memperbaiki model fit. Apabila terjadi penurunan nilai

-2 Log Likelihood dari model awal (hanya konstanta) ke model akhir

(kontanta dan variabel bebas), berarti penambahan variabel bebas ke dalam model mampu memperbaiki model fit (Ghozali, 2005: 219).

Sedangkan Hosmer and Lomeshow Test digunakan untuk menguji Ho: bahwa data empiris sesuai dengan model ( tidak ada perbedaan antara model dengan data sehingga modeldikatakan fit). Jika Hosmer and Lemeshow Goodness-of-fit test statistic menghasilkan nilai signifikansi > tingkat signifikan (α) 0,05, maka hipotesis nol diterima, dan disimpulkan bahwa model mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model dapat diterima (Ghozali, 2005:219).

2. Analisis Model

Untuk menilai model logistik digunakan Nilai Cox and Snell R

Square dan Nagelkerke R Square. Cox and Snell R Square sulit

diintepretasikan karena nilai maksimumnya kurang dari 1 (satu). Nagelkerke R Square merupakan modifikasi dari Cox and Snell R Square yang mempunyai nilai antara 0 (nol) hingga 1 (satu). Nilai Nagelkerke R Square dapat diintepretasikan seperti nilai R Square pada regresi linier berganda (Ghozali, 2005:219).


(44)

3. Uji Hipotesis

Uji hipotesis untuk menguji pengaruh variabel bebas terhadap probabilitas terjadinya variabel terikat dilakukan dengan Wald Test. Tahapan yang dilakukan adalah:

a. Merumuskan Hipotesis Statistik

H0 : β1 = 0, bahwa harga saham dan ukuran perusahaan tidak

berpengaruh signifikan terhadap peluang perusahaan melakukan stock split

H0 : β1

b. Menentukan tingkat signifikansi (α) sebesar 0,05

# 0, bahwa harga saham dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap peluang perusahaan melakukan stock split

c. Keputusan penerimaan hipotesis H0 maupun H1

H

didasarkan pada kriteria:

0 diterima jika nilai Sig Wald Test > 0,05

H0

3.4.2 Uji t Sampel Berpasangan (Paired Sample t-Tes) ditolak jika nilai Sig Wald Test < 0,05

Teknik analisis yang digunakan untuk menguji adanya perbedaan laba operasional perusahaan sebelum dan sesudah peristiwa stock split adalah paired sample t-tes. Statistik uji t yang digunakan menurut sugiono (2003:145) adalah :


(45)

s n n x x t 2 1 2 1 1 1 + −

= dan

(

) (

)

2 1 1 2 1 2 2 2 2 1 1 − ++ − − = n n s n s n s

Keterangan : t = Nilai t hitung

s = Simpangan Baku

n = Banyaknya sampel Penelitian

untuk menaksir simpangan baku rumus yang digunakan:

( )

1 2 2 − − =

n x x s

Paired sample t-tes dilakukan dengan bantuan program SPSS 13.0. Tahapan analisis yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Uji Normalitas Data

Uji t termasuk dalam analisis parametrik yang membutuhkan asumsi kenormalan data. Untuk menguji kenormalan data digunakan uji

Kolmogorov-Smirnov. Jika uji Kolmogorov-Smirnov menghasilkan nilai

signifikansi > 0,05 (α=5%), maka disimpulkan data berdistribusi normal.

2. Uji Hipotesis

a. Merumuskan Hipotesis Statistik :

Ho µ = µ : Tidak terdapat perbedaan laba operasional sebelum dan

sesudah perusahaan yang melakukan stock split.

H1 µ ≠ µ: Terdapat perbedaan laba operasional sebelum dan sesudah


(46)

b. Menentukan tingkat signifikansi (α) sebesar 0,05 c. Keputusan penerimaan hipotesis H0 maupun H1

H

didasarkan pada kriteria:

0 diterima jika nilai Sig t > 0,05


(47)

4.1 Deskripsi Objek Penelitian

Tabel 4.1 : Modal Saham Perusahaan yang Melakukan Stock Split

No. Nama Perusahaan Tahun

Stock split Satu tahun Sebelum stock split Saat stock split

1 PT. Artha Pacific Internasional, Tbk 2004 72.793 79.104

2 PT. Bakrie Sumatra Plantations, Tbk 2004 101.520 388.997

3 PT. Dankos Laboratoris, Tbk 2004 978.526 1.002.589

4 PT. Bank Centran Asia, Tbk 2004 12.625.445 13.925.401

5 PT. Berlian Laju Tanker, Tbk 2004 1.081.891 1.665.460

6 PT. Rig Tender Indonesia, Tbk 2004 507.658 589.500

7 PT. Indosat, Tbk 2004 12.039.882 13.184.592

8 PT. Jakarta Internasional Hotel Development, Tbk 2004 949.173 1.380.052

9 PT. Ramayana Lestari Sentosa, Tbk 2004 1.508.202 1.656.572

10 PT. Sari Husada, Tbk 2004 977.267 1.023.647

11 PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk 2004 17.321.877 18.128.036

12 PT. Ciputra Surya, Tbk 2005 850.053 940.148

13 PT. Hexindo Adiperkasa, Tbk 2005 283.110 344.761

14 PT.Prima Alloe Steel, Tbk 2005 124.954 129.554

15 PT. Tigaraksa Satria, Tbk 2005 239.317 245.597

16 PT. Smart, Tbk 2005 -348.598 1.928.570

17 PT. Arpeni Pratama Ocean Line, Tbk 2005 1.120.533 1.260.843

18 PT. Buana Finance, Tbk 2006 645.372 733.987

19 PT. Jaya Real Propety. Tbk 2006 985.323 1.050.193

20 PT. Pelayaran Tempuran Emas, Tbk 2006 333.097 319.657

21 PT. Pembangunan Jaya Ancol, Tbk 2006 654.935 723.344

22 PT. Plaza Indonesia Reallty, Tbk 2006 1.414.471 1.564.264

23 PT. Tempo Scan Pasific, Tbk 2006 1.793.257 1.942.441

24 PT. Duta Pertiwi Nusantara, Tbk 2007 107.856 109.255

25 PT. AKR Corporindo, Tbk 2007 1.039.093 1.277.619

26 PT. Choroen Pokphand Indonesia, Tbk 2007 918.571 1.066.331

27 PT. Jaya Pari Steel, Tbk 2007 179.048 220.614

28 PT. Pakuwon Jati, Tbk 2007 929.725 1.013.394

29 PT. Semen Gresik, Tbk 2007 5.499.614 6.627.262

30 PT. Sorini Agro Asia Corporindo, Tbk 2007 357.582 441.320

31 PT. Hortus Davanest, Tbk 2007 63.142 95.855

32 PT. Aneka Tambang (ANTAN) 2007 4.281.602 8.763.579

33 PT. Global Medikom, Tbk 2007 3.440.758 7.000.371


(48)

Dari data tersebut ternyata shareholders equity pada tahun sebelum dilakukan pemecahan saham yang tertinggi dimiliki oleh PT. Telekomunikasi indonesia sebesar 17.321.877 juta rupiah kemudian disusul oleh saham milik PT.Bank BCA sebesar 12.625.44512.625.445 juta rupiah dan pada posisi ketiga ditempati oleh PT. Indosat sebesar 12.039.882 juta rupiah dan untuk posisi shareholder equity terendah dimiliki PT. Hortus davanes sebesar 63.142 juta rupiah. Pada tahun dilakukannya pemecahan saham mengalami perubahan shareholder equity, perubahan tersebut bisa menaikkan dan menurunkan yang dikarenakan dari tambahan modal disetor dan perubahan pada laba ditahan. Sedangkan untuk modal saham persahaan yang tidak melakukan stock split dijelaskan dibawah ini .

Tabel 4.2 Modal Saham Perusahaan Yang Tidak Melakukan StockSplit N

o.

Nama Perusahan Sebelum stock split Sesudah stock split

1 PT. Asia Kapitalindo Sekuritas, Tbk 117.637 86.803

2 PT. Bank Negara Indonesia, Tbk 10.016.289 12.623.832

3 PT. PP London Sumatra, Tbk 103.936 769.213

4 PT. Zebra Nusantara, Tbk 44.461 68.859

5 PT. Bakrie Telcom, Tbk 409.462 226.484

6 PT. Bakriland Development, Tbk 477.107 542.761

7 PT.Hero Supermarket,Tbk 421.848 456.051

8 PT. Sierad Produk, Tbk 206.376 52.209

9 PT. Exelcomindo Pratama, Tbk 961.529 1.030.699

10 PT. Modernland Realty, Tbk -129.030 716.454

11 PT. Multistrada arah sarana, Tbk 316.887 556.272

12 PT. Alfa Retailindo, Tbk 319.874 329.817

13 PT. Samudera Indonesia, Tbk 1.52.164 1.438.685

14 PT. Intanwijaya Internasional, Tbk 160.482 152.232

15 PT. Goodyear Indonesia, Tbk 286.135 269.292

16 PT. Ultrajaya Milk, Tbk 809.938 814.266

17 PT. Equity Development Invesment,Tbk 400.040 418.176

18 PT. Jakarta Setiabudi Internasional, Tbk 1.042.306 1.006.658

19 PT. Resource Alam Indonesia, Tbk 134.573 107.782

20 PT. Indonesia Prima Property, Tbk 220.275 242.272

21 PT. Hotel Sahid Jaya Internasional, Tbk 12.451 262.991

22 PT. Kimia Farma (persero), Tbk 844.220 870.654

23 PT. Unggul Indah Cahaya, Tbk 1.110.723 1.204.394

24 PT. JAPFA Comfeed Indonesia, Tbk 596.813 792.583

25 PT. Lion Metal Works, Tbk 149.773 169.870


(49)

27 PT. Holcim Indonesia, Tbk 2,098.668 2.257.357

28 PT. Energi Mega Persada, Tbk 1.894.724 3.352.238

29 PT. Bakrie & Brothers, Tbk 4.477.930 4.907.458

30 PT. Kresna Graha Sekurindo, Tbk 98.135 115.002

31 PT. Medco Energi Internasionl, Tbk 4.833.437 4.942.184

32 PT.Tunas Baru Lampung, Tbk 864.441 934.960

33 PT. Enterindo Wahanatama, Tbk 361.836 368.531

34 PT. Berlina, Tbk 1.081.891 1.665.460

35 PT. Citra Turbindo, Tbk 740.560 845.339

36 PT. Delta Dunia Petroindo, Tbk 356.989 362.550

37 PT. Mitra Rajasa, Tbk 20.081 538.118

38 PT. Panin Sekuritas, Tbk 209.075 285.196

39 PT. Panorama Sentra Wisata, Tbk 124.019 142.613

40 PT. Surya Agung Industri, Tbk 97.136 112.009

41 PT. Surya Inti Permata, Tbk 626.777 730.213

Sumber : Capital Market Directory

Dari tabel diatas bahwa sherehoders equity perusahaan yang tidak melakukan stock split adalah diambil dari tahun dimana sama dengan perusahaan yang melakukan stock split. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa kenaikannya sherehoders equity tidak begitu tajam. Shereholder tertinggi pada PT. Bank Negara Indonesia sebesar 10.016.289 juta ribu .

4.2 Deskriptif Hasil Penelitian

Perusahaan yang dijadikan objek penelitian adalah perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2004-2007 yang berjumlah 74 perusahaan yaitu 33 perusahaan yang melakukan stock split dan 41 perusahaan yang tidak melakukan stock split, dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling.

Pada bagian ini akan disajikan gambaran masing-masing variabel penelitian yaitu stock split sebagai variabel terikat, serta harga saham dan ukuran perusahaan sebagai variabel bebas. Selain itu akan disajikan gambaran laba


(50)

operasional perusahaan yang melakukan stock split antara sebelum dan sesudah melakukan stock split

4.2.1 Variabel Harga Saham

Tabel 4.3

Harga Saham Perusahaan yang Melakukan Stock Split tahun 2004

Nama Perusahanaan 2003 2004 2005

PT. Artha Pacific Internasional, Tbk 1.250 10 150

PT. Bakrie Sumatra Plantations, Tbk 575 310 415

PT. Dankos Laboratoris, Tbk 300 250 215

PT. Bank Centran Asia, Tbk 3.325 2.975 3.400

PT. Berlian Laju Tanker, Tbk 1.000 700 1.040

PT. Rig Tender Indonesia, Tbk 6.100 825 990

PT. Indosat, Tbk 15.000 5.750 5.550

PT. Jakarta Internasional Hotel Development, Tbk 725 440 495

PT. Ramayana Lestari Sentosa, Tbk 4.350 775 810

PT. Sari Husada, Tbk 14.500 1.900 3.550

PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk 6.750 4.825 5.900

Sumber: Capital Market Directory tahun 2006

Dari table 4.3 dapat diketahui bahwa untuk perusahaan yang melakukan stock split pada tahun 2004 harga saham tertingginya terjadi pada tahun sebelum dilakukan stock split yaitu pada tahun 2003. untuk perusahaan yang melakukan stocksplit tahun 2004 harga saham tertinggi dimiliki oleh PT.Indosat sebesar 15.000 rupiah

Tabel 4.4

Harga Saham Perusahaan yang Melakukan Stock Split tahun 2005

Nama Perusahaan 2004 2005 2006

PT. Ciputra Surya, Tbk 1.475 420 980

PT. Hexindo Adiperkasa, Tbk 2.075 980 900

PT.Prima Alloe Steel, Tbk 235 300 800

PT. Tigaraksa Satria, Tbk 300 290 275

PT. Smart, Tbk 3.100 950 3.650


(51)

Table 4.4 ini menjelaskan bahwa pemecahan saham yang terjadi pada tahun 2005 harga saham pada tahun 2004 dimana tahun tersebut sebelum dilakukan pemecahan saham yang tertinggi dimilki oleh PT.Smart sebesar 3100 rupiah, dan harga saham terendah sebelum dilakukan pemecahan saham dimiliki oleh PT.Prima Alloy Steel

Tabel 4.5

Harga Saham Perusahaan yang Melakukan Stock Split tahun 2006

Nama Perusahaan 2005 2006 2007

PT. Arpeni Pratama Ocean Line, Tbk 830 640 850

PT. Buana Finance, Tbk 1.330 740 370

PT. Jaya Real Propety. Tbk 1.890 1.030 1.530

PT. Pelayaran Tempuran Emas, Tbk 1.200 660 425

PT. Pembangunan Jaya Ancol, Tbk 900 1.020 1.100

PT. Plaza Indonesia Reallty, Tbk 5.700 1.100 1.800

PT. Tempo Scan Pasific, Tbk 5.650 900 750

Sumber :Capital Market Directory 2007

Table 4.5 ini juga menjelaskan kondisi pada saat perusahaan melakukan pemecahan saham pada tahun 2006 dan untuk harga saham sebelum stock split yaitu pada tahun 2005 untuk harga tertinggi dimiliki PT. Plaza Indonesia Reallty sebesar 5.700 rupiah dan harga terendahnya dimilki PT.Arpeni Pratama Ocean Line

Tabel 4.6

Harga Saham Perusahaan yang Melakukan Stock Split tahun 2007

Nama Perusahaan 2005 2006 2007

PT. Duta Pertiwi Nusantara, Tbk 1.010 500 390

PT. AKR Corporindo, Tbk 1.480 2.725 1.380

PT. Choroen Pokphand Indonesia, Tbk 315 570 1.060

PT. Jaya Pari Steel, Tbk 800 1.590 355

PT. Pakuwon Jati, Tbk 465 780 500

PT. Semen Gresik, Tbk 17.800 36.300 5.600

PT. Sorini Agro Asia Corporindo, Tbk 1.140 1.800 1.250


(52)

PT. Aneka Tambang (ANTAN) 3.575 8.000 4.475

PT. Global Medikom, Tbk 2.625 3.550 1.050

Sumber :Capital Market Directory 2007

Table 4.6 menjelaskan hal yang sama dengan table harga saham sebelumnya bahwa harga saham sebelum melakukan pemecahan saham, harga sahamnya relative tinggi dan untuk pemecahan saham yang terjadi pada tahun 2007 harga saham pada tahun 2006 untuk harga saham tertingginya dimiliki PT.Semen Gresik dan harga terenda dimiliki PT. Hortus Davanest

dari table-tabel tersebut ditarik kesimpulan bahwa harga saham sebelum pemecahan saham terlihat relative tinggi kemudian satu tahun setelah dilakukan pemecahan saham cenderung kembali naik lagi.

4.2.2 Variabel Ukuran Perusahaan Tabel 4.7

Ukuran Perusahaan yang Melakukan Stock Split tahun 2004

Nama Perusahanaan 2003 2004 2005

PT. Artha Pacific Internasional, Tbk 82.475 116.794 107.241

PT. Bakrie Sumatra Plantations, Tbk 847.079 1.124.746 1.244.909

PT. Dankos Laboratoris, Tbk 4.210.247 4.432.532 5.647.892

PT. Bank Centran Asia, Tbk 133.260.087 149.168.842 150.180.752

PT. Berlian Laju Tanker, Tbk 3.010.417 4.393.914 7.908.587

PT. Rig Tender Indonesia, Tbk 524.198 614.044 670.387

PT. Indosat, Tbk 26.059.192 27.872.467 32.787.133

PT. Jakarta Internasional Hotel Development, Tbk 4.246.609 3.990.774 3.173.627

PT. Ramayana Lestari Sentosa, Tbk 2.512.276 2.558.668 2.338.147

PT. Sari Husada, Tbk 1.121.223 1.220.026 1.087.263

PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk 50.283.249 56.179.192 62.171.044

Sumber :Capital Market Directory 2007

Table 4.7 menjelaskan ukuran perusahaan terbesar dimiliki oleh PT.Bank Central Asia dari tiap tahunnya mengalami peningkatan .sedangkan ukuran perusahaan terkecil dimiliki PT. Rig Tender Indonesia.


(53)

Tabel 4.8

Ukuran Perusahaan yang Melakukan Stock Split tahun 2005

Nama Perusahaan 2004 2005 2006

PT. Ciputra Surya, Tbk 1.551.106 1.876.394 1.798.801

PT. Hexindo Adiperkasa, Tbk 636.109 1.069.514 1.204.104

PT.Prima Alloe Steel, Tbk 438.201 561.115 593.160

PT. Tigaraksa Satria, Tbk 685.838 802.526 1.067.119

PT. Smart, Tbk 3.972.684 4.597.227 5.311.931

Sumber :Capital Market Directory 2007

Tabel 4.8 Menjelaskan ukuran perusahaan terbesar dimiliki oleh PT.Smart dimana aktifa yang besar menjelaskan besarnya tingkat solvabilitas yang tinggi dan untuk ukuran perusahaan terendah dimiliki oleh PT.Prima Alloy Steel

Tabel 4.9

Ukuran Perusahaan yang Melakukan Stock Split tahun 2006

Nama Perusahaan 2005 2006 2007

PT. Arpeni Pratama Ocean Line, Tbk 2.669.279 3.702.989 4.930.022

PT. Buana Finance, Tbk 1.085.668 1.175.999 1.418.553

PT. Jaya Real Propety. Tbk 1.448.366 1.682.386 1.907.357

PT. Pelayaran Tempur Emas, Tbk 669.996 827.171 996.390

PT. Pembangunan Jaya Ancol, Tbk 903.722 954.271 1.277.133

PT. Plaza Indonesia Reallty, Tbk 1.990.023 2.238.608 2.964.660

PT. Tempo Scan Pasific, Tbk 2.345.760 2.479.251 2.773.135

Sumber :Capital Market Directory 2007

Table 4.9 menjelaskan bahwa ukuran perusahaan terbesar untuk perusahaan yang melakukan pemecahan saham pada tahun 2008 dimiliki oleh PT.Arpeni Pratam Ocean Line dan untuk perusahaan terkecil dimiliki PT.Pelayaran Tempur Emas.


(54)

Tabel 4.10

Ukuran Perusahaan yang Melakukan Stock Split tahun 2007

Nama Perusahaan 2005 2006 2007

PT. Duta Pertiwi Nusantara, Tbk 150.358 143.512 146.045

PT. AKR Corporindo, Tbk 1.979.763 2.377.340 3.497.591

PT. Choroen Pokphand Indonesia, Tbk 2.620.029 3.160.132 4.760.491

PT. Jaya Pari Steel, Tbk 204.990 189.384 268.790

PT. Pakuwon Jati, Tbk 1.694.098 2.721.500 3.115.215

PT. Semen Gresik, Tbk 7.297.859 7.496.419 8.515.227

PT. Sorini Agro Asia Corporindo, Tbk 596.642 642.315 842.505

PT. Hortus Davanest, Tbk 75.391 226.620 818.810

PT. Aneka Tambang (ANTAN) 6.402.714 7.292.142 12.037.917

PT. Global Medikom, Tbk 7.421.334 8.792.985 15.570.524

Sumber :Capital Market Directory 2007

Tebel 4.10 menjelaskan sama dengan table diatas tentang ukuran

perusahaan bahwa perusahaan yang melakukan stock split pada tahun 2007 untuk ukuran perusahaan terbesar dimilki PT.Global Medikom sedangkan untuk ukuran terkecil dimilki oleh PT.Hortus Davanest.

Ukuran perusahaan tersebut dapat menjelaskan bahwa dengan besarnya total aktiva yang dimiliki tingkat solvabilitas yang cukup tinggi

4.2.4 Laba Operasional

Untuk laba operasional dapat dilihat pada lampiran 1b. dari data tersebut dapat dijelaskan bahwa laba operasional sebelum pemecahan saham memiliki perbedaan jika dibandingkan sesudah dilakukan pemecahan saham. Untuk laba operasional perusahaan yang melakukan stock split antara tahun 2004 sampai dengan 2007 laba operasional dimilki PT. Telekomunikasi Indonesia dan laba Operasional terendah dimiliki PT. Jakarta Internasional Hotel


(55)

4.3 Analisis Data dan Pengujian Hipotesis 4.3.1 Deskripsi Statistik

4.3.1.1Stock Split

Berikut adalah deskriptif keputusan perusahaan sampel untuk melakukan stock split pada periode tahun 2004-2007:

Tabel 4.11

Deskriptif Statistik Variabel Stock Split

Skor Frekuensi Prosentase

0 = Tidak melakukan

stock split 41 55,4

1 = Melakukan stock split 33 44,6

Keseluruhan 74 100,0

Sumber : Lampiran 2

Berdasarkan Tabel tersebut dapat diketahui bahwa selama periode penelitian tahun 2004-2007, mayoritas perusahaan sampel tidak mengambil keputusan untuk melakukan stock split yaitu sebanyak 41 perusahaan atau 55,4%, sedangkan perusahaan sampel yang mengambil keputusan untuk melakukan stock split sebanyak 33 perusahaan atau 44,6%.

4.3.1.2Harga Saham

Berikut adalah deskriptif harga saham perusahaan sampel pada periode tahun 2004-2007:

Tabel 4.12

Deskriptif Statistik Variabel Harga Saham Harga Saham (Rp)

N Min Max Mean

0 = Tidak melakukan


(56)

1 = Melakukan stock

split 33 65 218736 10867,30

Keseluruhan 74 40 218736 5624,95

Sumber : Lampiran 2

Berdasarkan Tabel di atas dapat diketahui bahwa rata-rata harga saham dari 74 perusahaan sampel selama periode penelitian 2004-2007 adalah sebesar 5624,95 rupiah. Harga saham terendah dimiliki oleh PT. Sierad Produce pada tahun 2004 sebesar 40 rupiah, sedangkan harga saham tertinggi dimiliki oleh PT. Pakuwon Jati pada tahun 2007 sebesar 218736 rupiah. Tabel di atas juga menunjukkan bahwa rata-rata harga saham perusahaan sampel yang melakukan stock split lebih besar daripada rata-rata harga saham perusahaan sampel yang tidak melakukan stock split yaitu 10867,30 rupiah > 1405,49 rupiah.

4.3.1.3Ukuran Perusahaan

Berikut adalah deskriptif ukuran perusahaan sampel pada periode tahun 2004-2007:

Tabel 4.13

Deskriptif Statistik Variabel Ukuran Perusahaan Ukuran Perusahaan (Rp)

N Min Max Mean

0 = Tidak melakukan

stock split 41 12357000000 131486870000000 5277890804878,05 1 = Melakukan stock

Split 33 82475000000 133260087000000 8309474211498,97 Keseluruhan 74 12357000000 133260087000000 6629813134857,65 Sumber : Lampiran 2

Berdasarkan Tabel di atas dapat diketahui bahwa rata-rata ukuran perusahaan dari 74 perusahaan sampel selama periode penelitian


(57)

2004-2007 adalah sebesar 6629813134857,65 rupiah. Ukuran perusahaan terendah dimiliki oleh PT. Kresna Graha Sekurindo pada tahun 2007 sebesar 12357000000 rupiah, sedangkan ukuran perusahaan tertinggi dimiliki oleh PT. Bank Central Asia pada tahun 2004 sebesar 133260087000000 rupiah. Tabel di atas juga menunjukkan bahwa rata-rata ukuran perusahaan sampel yang melakukan stock split lebih besar daripada rata-rata ukuran perusahaan sampel yang tidak melakukan stock split yaitu 8309474211498,97 rupiah > 5277890804878,05 rupiah.

4.3.1.4Laba Operasional

Berikut adalah deskriptif laba operasional perusahaan sampel yang melakukan stock split pada periode tahun 2004-2007:

Tabel 4.14

Deskriptif Statistik Variabel Laba Operasional

Laba Operasional Perusahaan yang Melakukan Stock Split (Rp)

Sebelum Stock Split Sesudah Stock Split

N 33 33

Min -219668000000 -189496000000

Max 11451795000000 16241424000000

Mean 754255116170,82 1031680359495,91

Sumber : Lampiran 2

Berdasarkan Tabel di atas dapat diketahui bahwa rata-rata laba operasional dari 33 perusahaan sampel yang melakukan stock split sesudah melakukan stock split lebih besar daripada sebelum melakukan stock split yaitu 1031680359495,91 rupiah > 754255116170,82 rupiah. Sebelum melakukan stock split, laba operating terendah dimiliki oleh PT. Jakarta


(58)

Internasional Hotel pada tahun 2003 sebesar -219668000000 rupiah, sedangkan laba operating tertinggi dimiliki oleh PT. Telekomunikasi Indonesia pada tahun 2003 sebesar 11451795000000 rupiah. Sesudah melakukan stock split, laba operating terendah tetap dimiliki oleh PT. Jakarta Internasional Hotel pada tahun 2005 sebesar -189496000000 rupiah, laba operating tertinggi juga tetap dimiliki oleh PT. Telekomunikasi Indonesia pada tahun 2005 sebesar 16241424000000 rupiah.

4.3.2 Analisis Regresi Logistik

Tujuan pertama penelitian ini adalah menguji secara empirik apakah harga saham dan ukuran perusahaan dapat mempengaruhi perusahaan melakukan stock split. Untuk mencapai tujuan pertama penelitian akan dilakukan analisis regresi logistik dengan metode enter. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program SPSS 13.0. Hasil pengolahan data akan dijelaskan di berikut ini.

4.3.2.1Uji Kesesuaian Model

Uji kesesuaian model dilakukan dengan melihat nilai -2 Log Likelihood dan Hosmer and Lomeshow Test. Berikut adalah nilai -2 Log Likelihood dan Hosmer and Lomeshow Test yang dihasilkan dari regresi logistik:


(59)

Tabel 4.15 Uji Kesesuaian Model -2Log

Likelihood (block 0)

-2Log Likelihood

(block 1)

Chi-Square Sig.

101,719 92,280 17,733 0,023

Sumber : Lampiran 3

Dari hasil pengolahan data, nilai -2 Log Likelihood untuk model dengan konstantan saja (block 0 = beginning block) adalah sebesar 101,719, sedangkan nilai -2 Log Likelihood untuk model setelah variabel dimasukkan (block 1 = method enter) adalah sebesar 92,280. Berdasarkan hasil tersebut, dapat dilihat bahwa terjadi penurunan nilai -2 Log Likelihood, hal ini berarti penambahan dua variabel bebas (harga saham dan ukuran perusahaan) ke dalam model mampu memperbaiki model fit. Bisa dikatakan model telah fit atau data empiris sesuai dengan model.

Tabel di atas menunjukkan bahwa Hosmer and Lemeshow Goodness-of-fit test statistic menghasilkan nilai Chi-Square sebesar 17,733 dengan nilai signifikansi sebesar 0,023 < tingkat signifikan (α) 0,05, maka diputuskan untuk menolak hipotesis nol, dan disimpulkan bahwa model tidak mampu memprediksi nilai observasinya. Dengan demikian model logistik yang dihasilkan pada penelitian ini tidak cocok digunakan untuk memprediksi keputusan perusahaan untuk melakukan stock split. Akan tetapi model logistik pada penelitian ini masih dapat digunakan untuk menguji secara empirik apakah harga saham dan ukuran perusahaan dapat mempengaruhi perusahaan melakukan stock split, karena berdasarkan nilai


(60)

2 Log Likelihood model masih dikatakan fit atau data empiris sesuai dengan model logistik.

4.3.2.2Analisis Model

Berikut adalah hasil estimasi koefisien regresi logistik Tabel 4.16

Hasil Estimasi Koefisien Regresi Logistik

Estimasi B Exp (B)

Konstanta -0,719 0,487

Harga Saham 0,000196 1,0002

Ukuran Perusahaan 0,00000000000000334 1,000000000000004 Sumber : Lampiran 3

Berdasarkan Tabel di atas dapat dibuat persamaan regresi logistik sebagai berikut:

Ln = -0,719 + 0,000196 X1 + 0,00000000000000334 X2

Penjelasan dari persamaan regresi logistik di atas adalah sebagai berikut:

a. Koefisien variabel harga saham (X1) bernilai positif yaitu sebesar 0,000196, hal ini menunjukkan bahwa pengaruh harga saham terhadap peluang perusahaan melakukan stock split adalah positif. Artinya untuk setiap peningkatan satu rupiah harga saham, peluang perusahaan akan melakukan stock split adalah 1,0002 (e0,000196 = 1,0002) kali peluang perusahaan tidak pelakukan stock split. Hal ini berarti semakin tinggi harga saham, maka keputusan perusahaan untuk melakukan stock split akan semakin besar.


(1)

sampel yang besar, landasannya adalah Dalil Limit Pusat. Dalam Dalil Limit Pusat (Walpole, 1995:214) dijelaskan bahwa bila n atau ukuran sampel besar (n ≥ 30), maka statistik dari sampel tersebut akan mendekati distribusi normal, walaupun populasi dari mana sampel tersebut diambil tidak berdistribusi normal. Diketahui jumlah sampel yang digunakan paired sample t-test lebih besar dari 30 yaitu sebesar 33. Berdasarkan Dalil Limit Pusat, maka sebaran data laba operasional sebelum dan sesudah stock split dianggap mendekati distribusi normal. Dengan demikian asumsi kenormalan data yang dibutuhkan oleh uji t telah terpenuhi.

4.4.2 Uji Hipotesis

Berikut adalah hasil paired sample t-test antara laba operasional sebelum melakukan stock split dan sesudah melakukan stock split:

Tabel 4.20

Hasil Paired Sample t-Test Paired Sample t-Test

Laba Operasional Sebelum dan Sesudah Stock Split

T hitung -1,541

Nilai Signifikansi 0,133

Nilai Mean Laba Operasional:

Sebelum Stock Split = 754255116170,82 Sesudah Stock Split = 1031680359495,91 Sumber : Lampiran 5

Berdasarkan Tabel di atas diketahui bahwa paired sample t-test menghasilkan t hitung sebesar -1,541 dengan nilai signifikansi sebesar 0,133 lebih besar dari tingkat signifikan (α) 0,05. Dengan demikian H0


(2)

62

signifikan laba operasional sebelum dan sesudah perusahaan melakukan stock split. Dilihat dari nilai rata-ratanya, laba operasional sesudah perusahaan melakukan stock split lebih besar daripada laba operasional sebelum perusahaan melakukan stock split yaitu 1031680359495,91 > 754255116170,82. Hal ini berarti sesudah perusahaan melakukan stock split, terjadi peningkatan laba operasional akan tetapi peningkatan tersebut hanya kecil (tidak signifikan). Berdasarkan hasil ini, hipotesis ketiga penelitian yang menduga bahwa ada perbedaan laba operasional perusahaan sebelum dan sesudah stock split, tidak terbukti kebenarannya.

4.5 Pembahasan

4.5.1 Implikasi Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa model logistik pada penelitian ini dapat digunakan untuk menguji secara empirik apakah harga saham dan ukuran perusahaan dapt mempengaruhi perusahaan melakukan stock split pada perusahaan go publik yang terdaftar di bursa efek Indonesia.

Selain itu hasil analisis regresi logistik diperoleh hasil bahwa harga saham berpengaruh signifikan terhadap peluang perusahaan melakukan stock split. Penelitian ini mendukung pernyataan Riyanto (1997 : 276) yang menyatakan motif utama perusahaan melakukan stock split adalah menempatkan harga sahamnya dalam “trading range “ yang lebih popular. Sedangkan Angel(1997) menyatakan bahwa pemecahan saham merupakan


(3)

upaya manajemen untuk menata kembali harga saham pada rentang harga tertentu, penelitian ini mendukung penelitian Ikenberry et al (1996) yang menemukan bukti bahwa pemecahan saham mengakibatkan terjadinya penataan kembali harga saham pada rentang yang lebih rendah. Implikasinya harga saham yang terlalu tinggi menyebabkan kurang aktifnya perdagangan saham sehingga mendorong perusahaan untuk melakukan pemecahan saham, dengan melakukan pemecahan saham diharapkan semakin banyak investor yang melakukan transaksi.

Ukuran perusahaan dalam penelitian ini memiliki arah pengaruh yang positif namun tidak signifikan dalam keputusan melakukan pemecahan saham, arah pengaruh yang positif tersebut didukung pernyataan Riyanto (1997:299) yang menyatakan bahwa perusahaan besar lebih berani mengeluarkan saham dalam pendanaannya dibandingkan perusahaan kecil, dasar pertimbangannya adalah penjualan dari saham baru akan melemahkan “control” dari kelompok dominan dalam perusahaan. Implikasinya bahwa hasil penelitian untuk variabel ukuran perusahaan yang memiliki arah pengaruh positif namun sangat kecil atau tidak nyata dan terbukti hasilnya tidak signifikan, hal ini dikarenakan untuk ukuran perusahaan lebih direspon oleh pihak investor sebagai informasi yang memuat tentang tingkat kecepatan perdagangan saham, efesiensi produksi, kelangsungan hidup serta potensi kelebihan return yang semuanya berdampak pada resiko. Hal ini sesuai dengan penelitian Almilia dan kritijadi (2006) dikatakan bahwa pengumuman stock split


(4)

64

yang dilakukan perusahaan size besar dan kecil memiliki kandungan informasi sehingga direspon oleh pelaku pasar dengan adanya perbedaan beta sebelum dan setelah pengumuman stock split yang dilakukan oleh perusahaan size kecil dan perusahaan besar.

Laba operasional merupakan bagian keuntungan sebelum bunga dan pajak penghasilan. Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan antara laba operasional sebelum dan sesudah perusahaan melakukan stock split. Penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian Asquith et al (1989) yang menunjukkan terdapat perbedaan kinerja earning pada waktu periode sebelum dan setelah pengumuman stock split, hal ini dimungkinkan penelitian dilakukan diluar negeri yang pasar nya relative sudah efesien, sedangkan pasar modal di Indonesia belum merupakan pasar yang efesien sehingga stock split diindonesia tidak memberi suatu signal mengenai kenaikan laba dimasa yang akan datang.

4.5.2 Keterbatasan Penelitian

1. Keterbatasn penelitian ini adalah untuk mengukur kinerja suatu perusahaan tidak bisa menggunakan waktu yang relative pendek, karena kinerja tersebut tidak dapat di ukur hanya melihat satu tahun sebelum dan satu tahun setelah terjadinya pemecahan saham.


(5)

5.1 Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah harga saham dan ukuran perusahaan mempengaruhi suatu perusahaan untuk melakukan stock split serta adakah perbedaan earning sebelum dan sesudah bagi perusahaan yang melakukan stock split. Berdasarkan data-data dan hasil analisis, maka kesimpulan yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. model logistik pada penelitian ini dapat digunakan untuk menguji secara empirik apakah harga saham dan ukuran perusahaan dapat mempengaruhi perusahaan melakukan stock split, karena berdasarkan nilai 2 Log Likelihood model masih dikatakan fit atau data empiris sesuai dengan model logistik. Namun jika dilihat dari Hosmer and Lemeshow Goodness-of-fit test disimpulkan bahwa model tidak mampu memprediksi nilai observasinya. Dengan demikian model logistik yang dihasilkan pada penelitian ini tidak cocok digunakan untuk memprediksi keputusan perusahaan untuk melakukan stock split.

2. harga saham mempunyai pengaruh positif dan signifikan dengan keputusan perusahaan melakukan stock split, dengan demikian hipotesis pertama yang diajukan berhasil diterima.


(6)

66

3. hasil hipotesis yang kedua mengindikasikan bahwa ukuran perusahaan memiliki arah pengaruh positif akan tetapi tidak signifikan terhadap keputusan perusahaan melakukan stock split, maka hipotesis yang kedua ditolak.

4. sedangkan untuk uji hipotesa yang ke tiga menunjukkan bahwa laba operasai perusahaan sebelum dan sesudah melakukan pemecahan saham tidak ada perbedaan yang signifikan, dengan demikian untuk hipotesa yang ke tiga ditolak

5.2 Saran

1. Untuk penelitian selanjutnya hendaknya perlu menambah variabel-variabel lain yang mempengaruhi perusahaan melakukan stock split.

2. untuk menilai kinerja perusahaan hendaknya menggunakan rentang waktu yang lebih panjang.