Contoh Makalah Belajar dan Pembelajaran

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran merupakan sebuah proses menuju tercapainya tujuan pendidikan. Dalam hal ini, proses pembelajaran sangatlah menentukan hendak kemana anak didik itu akan dibawa. Berbagai macam model pembelajaranpun dilaksanakan untuk meraih tujuan yang ideal. Karena proses pembelajaran merupakan bagian yang integral dari pendidikan.

Dalam konteksnya dengan teori belajar dan pembelajaran yang diintegrasikan kedalam pendidikan Islam, beberapa teori belajar dan pembelajaran ditawarkan untuk bisa diterapkan. Diantara teori belajar pembelajaran tersebut adalah teori behavioristik dan kognitivistik. Teori ini membuat suatu gambaran dari miniature problematika kehidupan yang akan dihadapi oleh peserta didik dan guru sebagai pengajar. Berangkat dari sebuah pengalaman yang dimainkan dan dilakukan oleh para ahli pembelajaran, menggambarkan tentang berbagai kegiatan dan aktifitas kehidupan sehari-hari, baik dalam hubungannya dengan ibadah, maupun dalam kaitannnya dengan muamalah.

Akan menjadi sebuah kesulitan bagi guru apabila kurang memahami teori pembelajaran proses belajar mengajar yang dilakukan tidak sesuai dengan harapan. Disinilah sejatinya peran seorang pendidik untuk memilih peran-peran penting yang sekiranya akan ketika mengajar didepan peserta didik. Secara umum kita bisa memahami teori apa yang akan kita gunakan apabila sebagai guru yang mengajarkan tentang Pendidikan Agama Islam untuk menerapkan teori tersebut ,Maka dalam makalah ini akan dibahas tentang berbagai teori pembelajaran baik itu dari teori barat maupun teori dari ahli-ahli Muslim.


(2)

Lalu yang menjadi realita dilapangan bahwa pendidik belum banyak memahami dan mendalami teori-teori belajar yang sesuai dan dapat diterapkan dalam proses belajar mengajar terutama pada mata pelajaran Pendidikan agama Islam.

Beranjak dari beberapa permasalahan diatas, maka penulis dalam kesempatan ini mengemukakan dua poin rumusan masalah sebagai berikut ;

B. Rumusan masalah

Masalah yang penulis angkat dalam makalah ini adalah ;

1. Apakah yang dimaksud dengan teori belajar dan pembelajaran?

2. Bagaimanakah pendapat para ahli pendidikan terhadap teori belajar dan pembelajaran pendidikan agama Islam ?

C. Tujuan Pembahasan

1. Untuk mengetahui dan memahami apa yang dimaksud dengan teori belajar dan pembelajaran.

2. Untuk mengetahui dan memahami pendapat para ahli pendidikan dalam teori belajar dan pembelajaran pendidikan agama Islam.

BAB II

TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN A. Hakikat Belajar

Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan, dan sikap. Belajar dimulai sejak manusia lahir sampai akhir hayat.

Kemampuan manusia untuk belajar merupakan karakteristik penting yang membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Belajar mempunyai keuntungan, baik bagi individu maupun bagi masyarakat. Bagi individu, kemampuan untuk belajar secara terus akan memberikan kontribusi terhadap pengembangan kualitas hidupnya. Sedangkan bagi masyarakat, belajar mempunyai peran yang penting dalam mentransmisikan budaya dan pengetahuan dari generasi ke generasi ( Bell-Gredler,


(3)

1986). Pengertian belajar itu cukup luas dan tidak hanya sebagai kegiatan di bangku sekolah saja, bahwa belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu. Di sini, usaha untuk mencapai kepandaian atau ilmu merupakan usaha manusia untuk memenuhi kebutuhannya mendapatkan ilmu atau kepandaian yang belum dipunyai sebelumnya.Dengan demikian, belajar dapat membawa perubahan bagi si pelaku, baik perubahan pengetahuan, sikap, maupun keterampilan. Dengan perubahan-perubahan tersebut, tentunya si pelaku juga akan terbantu dalam memecahkan permasalahan hidup dan bisa menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

1. Pengertian Belajar

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, secara etimologi belajar memiliki arti “berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu”. Definisi ini memiliki pengertian bahwa belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu. Di sini, usaha untuk mencapai kepandaian atau ilmu merupakan usaha manusia untuk memenuhi kebutuhannya mendapatkan ilmu atau kepandaian yang belum dipunyai sebelumnya. Sehingga dengan belajar itu manusia menjadi tahu, memahami, mengerti, dapat melaksanakan dan memiliki tentang sesuatu (Fudyartanto, 2002).Sedangkan menurut Hilgrad dan Bower (Fudyartanto, 2002), belajar (to learn) memiliki arti:

a. to again knowledge, comprehension, or mastery of trough experience or study b. to fix in the mind or memory: memorize;

c. to acquire trough experience; d. to become in forme of to find out

Menurut definisi tersebut, belajar memiliki pengertian memperoleh pengetahuan atau menguasai pengetahuan melalui pengalaman, mengingat, menguasai pengalaman, dan mendapatkan informasi atau menemukan. Dengan demikian, belajar memiliki arti dasar adanya aktivitas atau kegiatan dan penguasaan tentang sesuatu.


(4)

Dalam hal ini, banyak ahli yang mengemukakan pengertian pelajar. Pertama, Cronbach (1954), menurut Cronbach, “Learning is shown by change in behavior as result of experience”. Belajar yang terbaik adalah melalui pengalaman. Pendapat ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Spears(1955), yang menyatakan bahwa “Learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction”.

Kedua, Morgan dan kawan-kawan (1986), yang menyatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil latihan atau pengalaman.

Belajar merupakan proses yang dapat menyebabkan perubahan tingkah laku disebabkan adanya reaksi terhadap suatu situasi tertentu atau adanya proses internal yang terjadi di dalam diri seseorang. Perubahan ini tidak terjadi karena adanya warisan genetic atau respon secara alamiah, kedewasaan, atau keadaan organisme yang bersifat temporer, seperti kelelahan, pengaruh obat-obatan rasa takut, dan sebagainya. Melainkan perubahan dalam pemahaman, perilaku, persepsi, motivasi, atau gabungan dari semuanya (Soekamto & Winataputra, 1997).

Woolfolk (1995) juga menyatakan bahwa “learning accurs when experience causes a relatively permanent change in an individual’s knowledge or behavior”. Disengaja atau tidak, perubahan yang terjadi melalui proses belajar ini bisa saja ke arah yang lebih baik atau malah sebaliknya, kearah yang salah.

Sedangkan para ahli pendidikan memandang bahwa belajar adalah proses perubahan manusia kearah tujuan yang lebih baik dan bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain.


(5)

Dari beberapa definisi para ahli di atas, dapat disimpulkan adanya beberapa ciri belajar yaitu :

a. Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku (change Behavior). Ini berarti, bahwa hasil dari belajar hanya dapat diamati dari tingkah laku, yaitu adanya perubahan tingkah laku, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak terampil menjadi terampil. Tanpa mengamati tingkah laku hasil belajar, kita tidak akan dapat mengetahui ada tidak adanya hasil belajar;

b. Perubahan perilaku relative permanent. Ini berarti, bahwa perubahan tingkah laku yang terjadi karena belajar untuk waktu tertentu akan tetap atau tidak berubah-ubah. Tetapi, perubahan tingkah laku tersebut tidak akan terpancang seumur hidup;

c. Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat diamati pada saat proses belajar sedang berlangsung, perubahan perilaku tersebut bersifat potensial;

d. Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau pengalaman;

e. Pengalaman atau latihan itu dapat memberi penguatan. Sesuatu yang memperkuat itu akan memberikan semangat atau dorongan untuk mengubah tingkah laku.

3. Prinsip-Prinsip Belajar

Di dalam tugas melaksanakan proses belajar mengajar, seorang guru perlu memperhatikan beberapa prinsip belajar berikut (Soekamto dan Winataputra, 1997). a. Apa pun yang dipelajari siswa, dialah yang harus belajar, bukan orang lain. Untuk

itu, siswalah yang harus bertindak aktif.

b. Setiap siswa belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya.

c. Siswa akan dapat belajar dengan baik bila mendapat penguatan langsung pada setiap langkah yang dilakukan selama proses belajar.

d. Penguasaan yang sempurna dari setiap langkah yang dilakukan siswa akan membuat proses belajar lebih berarti.

e. Motivasi belajar siswa akan lebih meningkat apabila ia diberi tanggung jawab dan kepercayaan penuh atas belajarnya.


(6)

Proses belajar adalah serangkaian aktivitas yang terjadi pada pusat saraf individu yang belajar. Proses belajar terjadi secara abstrak, karena terjadi secara mental dan tidak dapat diamati.

Menurut Gagne (Winkel, 2007), proses belajar, terutama belajar yang terjadi di sekolah, itu melalui tahap-tahap atau fase-fase : motivasi, konsentrasi, mengolah, menggali 1, menggali 2, prestasi dan umpan balik.

1. Dalam proses belajar, tahap pertama adalah sebagai berikut :

a. Tahap motivasi. Tahap motivasi, yaitu saat motivasi dan keinginan siswa untuk melakukan kegiatan belajar bangkit.

b. Tahap Konsentrasi, yaitu saat siswa harus memusatkan perhatian, yang telah ada pada tahap motivasi, untuk tertuju pada hal-hal yang relevan dengan apa yang akan dipelajari.

c. Tahap Mengolah, siswa menahan informasi yang diterima dari guru dalamShortTermMemory, atau tempat penyimpanan ingatan jangka pendek , kemudian mengolah informasi-informasi untuk diberi makna (meaning) berupa sandi- sandi sesuai dengan penangkapan masing-masing.

d. Tahap Menyimpan, yaitu siswa menyimpan simbol- simbol hasil olahan yang telah diberi makna ke dalam Long Term Memory (LTM) atau gudang ingatan jangka panjang. Pada tahap ini hasil belajar sudah diperoleh, baik baru sebagian, maupun keseluruhan. Perubahan-perubahan pun sudah terjadi, baik perubahan-perubahan, sikap, maupun keterampilan.

e. Tahap Menggali, yaitu siswa menggali informasi yang telah disimpan dalam LTM ke STM untuk dikaitkan dengan informasi baru yang dia terima. Ini terjadi pada pelajaran waktu berikutnya yang merupakan kelanjutan pelajaran sebelumnya. menggali informasi yang telah disimpan dalam LTM untuk persiapan fase prestasi,


(7)

baik langsung maupun melalui STM. Tahap menggali 2 diperlukan untuk kepentingan kerja, menyelesaikan tugas, menjawab pertanyaan atau soal/latihan. f. Tahap Prestasi, informasi yang telah tergali pada tahap sebelumnya digunakan

untuk menunjukkan prestasi yang merupakan hasil belajar. Hasil belajar itu, misalnya, berupa keterampilan mengerjakan sesuatu, kemampuan menjawab soal atau menyelesaikan tugas.

g. Tahap Umpan Balik, siswa memperoleh penguatan (konfirmasi) saat perasaan puas atas prestasi yang ditunjukkan.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar

Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dibedakan atas dua kategori, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

a. Faktor internal

Faktor internal adalah faktor Pertama yaitu keadaan fungsi jasmani/fisiologis. Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi fisiologi pada tubuh manusia sangat mernpengaruhi hasil belajar, terutama pancaindera. Pancaindera yang berfungsi dengan baik akan rnempermudah aktivitas belajar dengan baik pula. Pancaindera yang memiliki peran besar dalam aktivitas belajar adalah mata dan telinga. Kedua adalahFaktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat mempengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama mernpengaruhi proses belajar adalah: kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap, dan bakat. Kecerdasan/int1igensi siswa . 1. Motivasi

Motivasi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa. Motivasilah yang mendorong siswa ingin melakukan kegiatan belajar. Motivasi juga diartikan sebagai pengaruh kebutuhan- kebutuhan dan keinginan terhadap intensitas dan arah perilaku seseorang.

Motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsic adalah semua faktor yang berasal dan dalam diri individu dan memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu.


(8)

Dalam proses belajar, motivasi intrinsic memiliki pengaruh yang lebih efektif, karena motivasi intrinsic relatif lebih lama dan tidak tergantung pada motivasi dan luar (ekstrinsic).

Menurut Arden N. Frandsen (Hayinah, 1992), yang termasuk dalam motivasi intrinsik untuk belajar antara lain adalah:

a. Dorongan ingin tahu dan ingin menyelediki dunia yang lebih luas;

b. Adanya sifat positif dan kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk maju; c. Adanya keinginan untuk mencapai prestasi sehingga mendapat dukungan dan

orang-orang penting, misalkan orang-orang tua, saudara, guru, atau teman-teman, dan lain sebagainya;

d. Adanya kebutuhan untuk menguasai ilmu atau pengetahuan yang berguna bagi dirinya, dan lain-lain.

Motivasi ekstrinsik adalah faktor yang datang dan luar diri individu tetapi memberi pengaruh terhadap kemauan untuk belajar. Seperti pujian, peraturan, tata tertib, teladan guru, orang tua, dan lain sebagainya.

2. Minat

Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber (Syah, 2003), minat bukanlah istilah yang populer dalam psikologi disebabkan ketergantungannya terhadap berbagai faktor internal lainnya, seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan.

Minat sama halnya dengan kecerdasan dan motivasi, karena memberi pengaruh terhadap aktivitas belajar. Oleh karena itu, dalam konteks belajar di kelas, seorang guru atau pendidik 1ainnya perlu membangkitkan minat siswa agar tertarik terhadap materi pelajaran yang akan dipelajarinya.

Untuk membangkitkan minat belajar siswa tersebut, banyak cara yang bisa digunakan. Antara lain,pertama, dengan membuat materi yang akan dipelajari semenarik


(9)

mungkin dan tidak membosankan, baik dari bentuk buku materi, desain pembelajaran yang membebaskan siswa untuk mengekspor apa yang dipelajari, melibatkan seluruh domain belajar siswa (kognitif, afektif, psikomotorik) sehingga siswa menjadi aktif, maupun performansi guru yang menarik saat mengajar.Kedua, pemilihan jurusan atau bidang studi.

3. Sikap Dalam proses belajar,

Sikap individu dapat mempengaruhi keberhasilan proses be1ajar. Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau me respons dengan cara yang relatif tetap terhadap objek, orang, peristiwa dan sebagainya. Baik secara positif maupun negatif (Syah, 2003)

4. Bakat

Faktor psikologis lain yang mempengaruhi proses belajar adalah bakat. Secara umum, bakat (aptitude) di definisikan sebagai kemampuan , potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang (Syah. 2003). Berkaitan dengan belajar, Salvin (1994) mendefinisikan bakat sebagai kemampuan umum yang dimiliki seorang siswa untuk belajar.

Individu yang telah memiliki bakat tertentu, akan lebih mudah menyerap segala informasi rang berhubungan dengan bakat yang dimilikinya.

b. Faktor-faktor eksogen/eksternal.

Selain karakteristik siswa atau faktor-factor endogen, faktor-faktor eksternal juga dapat mempengaruhi proses belajar siswa.

Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non sosial.

1. lingkungan sosial

a. Lingkungan sosial sekolah. Seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi proses belajar seorang siswa.

b. lingkungan sosial masyarakat. Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan mempengaruhi belajar siswa.


(10)

c. Lingkungan sosial ke1uarga. Lingkungan ini sangat mempengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan keluarga, sifat- sifat orang tua demografi keluarga (letak rumah), pengelolaan keluarga, semuanya dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar siswa.

2. Lingkungan non sosial.

Faktor- faktor yang termasuk lingkungan non sosial adalah:

a. Lingkungan alamiah seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu lemah/gelap, suasana yang sejuk dan tenang.

b. Faktor instrumental, yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan dua macam. Pertama, hardware seperti gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar, lapangan olahraga dan lain sebagainya. Kedua, software, seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, silabi, dan lain sebagainya.

c. Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa). Faktor ini hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan siswa.

C. Konsep Belajar Menurut Islam

Islam sebagai agama rabmah Ii al- ‘alamin sangat mewajibkan umatnya untuk selalu belajar. Bahkan, Allah mengawali menurunkan Al-Quran sebagai pedoman hidup manusia dengan ayat yang memerintahkan rasul-Nya, Muhammad Saw, untuk membaca dan membaca (iqra).Iqra merupakan salah satu perwujudan dari aktivitas belajar. Dan dalam arti yang luas, manusia dapat mengembangkan pengetahuan dan memperbaiki kehidupannya.

1. Konsep Belajar menurut Al-Quran dan Hadis

Sa1ah satu yang membedakan manusia dengan makhluk yang lain adalah kemampuannya untuk belajar.

Karena itu, kemampuan belajar adalah salah satu di antara banyak nikmat yang diberikan Allah kepada manusia.


(11)

a. Belajar dalam Pandangan Al-Quran dan Hadis

Ajaran agama sebagai pedoman hidup manusia juga menganjurkan manusia untuk selalu melakukan kegiatan belajar. Kendati tidak ada ajaran agama yang secara detail membahas tentang belajar, namun setiap ajaran agama, baik secara eksplisit maupun implisit, telah menyinggung bahwa belajar adalah aktivitas yang dapat memberikan kebaikan kepada manusia.

Aktivitas belajar sangat baik dengan proses pencarian ilmu. Islam sangat menekankan terhadap pentingnya ilmu, Al- Quran dan Hadis mengajak kaum Muslim untuk mencari dan mendapatkan ilmu dan kearifan, serta menempatkan orang- orang yang berpengetahuan pada derajat yang tinggi.

Di dalam Al-Quran, kataal-ilm dan kata-kata turunannya digunakan lebih dari 780 kali. Beberapa ayat pertama yang diwahyukan kepada Rasulullah ,menyebutkan pentingnya membaca, pena, dan ajaran untuk manusia.

Pada ayat pertama dalam surat Al- Alaq terdapat kata iqra’, yang melalui malaikat Jibril, Allah memerintahkan kepada Muhammad untuk “membaca”. Menurut Quraish Shihab (1997),igra’ berasal dan akar kata yang berarti menghimpun. Dari menghimpun inilah lahir aneka makna seperti menyampaikan, menelaah, mendalami, meneliti, mengetahui ciri-ciri sesuatu, dan membaca baik teks tertulis maupun tidak.

Iqra’ berarti bacalah, telitilah, dalamilah, ketahuilah ciri-ciri sesuatu, bacalah alam, tanda-tanda sejarah, diri sendiri, yang tertulis maupun tidak, dengan kata lain, objek perintahig ra’ itu mencakup segala sesuatu yang dapat dijangkau.

Beberapa hadis tentang pentingnya belajar dan menuntut ilmu, antara lain adalah: mencari ilmu itu wajib bagi setiap Muslim; Carilah ilmu walaupun di negeri Cina Carilah ilmu sejak dalam buaian hingga ke liang lahat; Para ulama ini adalah pewaris


(12)

para Nabi Pada hari kiamat ditimbangkan tinta ulama dengan darah syuhada, maka tinta ulama dilebihkan dari darah syuhada.

2. Arti Penting Belajar Menurut Al-Quran

Agama Islam sangat menganjurkan kepada manusia untuk selalu belajar. Bahkan, Islam mewajibkan kepada setiap orang yang beriman untuk belajar.

Beberapa hal penting yang berkaitan dengan belajar, antara lain, adalah :

a. Bahwa orang yang belajar akan dapat memiliki ilmu pengetahuan yang akan berguna untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh manusia dalam kehidupan. b. Allah melarang manusia untuk tidak mengetahui segala sesuatu yang manusia

lakukan. Apapun yang dilakukan, manusia harus mengetahui kenapa mereka melakukannya. Dengan belajar pula manusia akan memiliki ilmu pengetahuan dan terhindar dari taqlid buta.

c. Dengan ilmu yang dimiliki manusia melalui proses belajar, maka Allah akan memberikan derajat yang lebih tinggi kepada hambanya.

3. Cara Belajar

Salah satu ciri dari aktivitas belajar menurut para ahli pendidikan dan psikologi adalah adanya perubahan tingkah laku masih menurut para ahli pendidikan dan psikologi perubahan prilaku itu merupakan hasil dan kegiatan belajar yang dicapai dengan cara latihan maupun pengalaman.

Dalam Al-Quran, cara belajar untuk menghasilkan perubahan tingkah laku tersebut dapat ditempuh dengan dua cara. Pertama, ilmu kasbi(atau perubahan dengan cara usaha) dan yang diperoleh tanpa usaha manusia (ilmu laduni). Namun baik ilmu Laduni maupun ilmu kasbi.

Dalam Al-Quran, cara belajar yang membutuhkan usaha manusia, sebagaimana dikemukan oleh Najati (2005), dapat melalui meniru (imitasi), coba-coba (trial and error), atau melalui pemikiran membuat logis.Al-Quran mengemukakan sebuah contoh


(13)

tentang bagaimana manusia belajar dengan cara meniru, yaitu peristiwa pembunuhan Habil oleh saudara kandungnya Qabil (QS Al- Mâ’idah [5]: 31 :

     

      

     

     

  

Artinya : Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana seharusnya menguburkan mayat saudaranya[410]. Berkata Qabil: "Aduhai celaka aku, Mengapa Aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu Aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?" Karena itu jadilah dia seorang diantara orang-orang yang menyesal. ( Al Maidah : 31 ).

bagaimana mengurus jenazah saudaranya lalu Allah mengirim burung gagak yang menggali tanah untuk mengubur burung gagak lain yang telah dibunuhnya. Qabil mengamati perilaku burung gagak tersebut, kemudian ia mengubur dengan mengubur jasad Habil. Pengalaman praktis dan trial and error Selain melalui cara meniru, manusia belajar dengan menggunakan pengalaman praktis dan coba-coba (trial and error). Dalam kehidupannya manusia terkadang menghadapi situasi-situasi baru yang harus dipelajari bagaimana merespon Nya atau menyekapinya. Terkadang beberapa respons tepat, tetapi kadang respons manusia terhadap yang dihadapinya bersifat coba-coba atautrial and error.

Berpikir Cara lain yang digunakan oleh manusia untuk belajar adalah berpikir. Pada saat berpikir, manusia belajar membuat solusi atas segala persoalan, mengungkapkan korelasi antara berbagai objek dan peristiwa, melahirkan prinsip dan


(14)

teori, dan menemukan berbagai penemuan baru. Oleh karena itu para psikolog menyebut berpikir sebagai proses belajar yang paling tinggi.

Di antara ayat-ayat A1-Quran yang memberikan bukti, argumen, dan mendorong manusia untuk berpikir tentang kebesaran Allah adalah QS Al-Ghasyiah (88): 17-20 :

     

      

     

  

Artinya : Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan. Dan langit, bagaimana ia ditinggikan?Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? Dan bumi bagaimana ia dihamparkan? ( Al Ghasiyah :17-20).

Surat Qaf [50]: 6- 10 :

                                               Artinya : Maka apakah mereka tidak melihat akan langit yang ada di atasmereka, bagaimana kami meninggikannya dan menghiasinya dan langit itu tidak mempunyai retak-retak sedikitpun ?

Dan kami hamparkan bumi itu dan kami letakkan padanya gunung-gunung yang kokoh dan kami tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang indah dipandang mata,

Untuk menjadi pelajaran dan peringatan bagi tiap-tiap hamba yang kembali (mengingat Allah).

Dan kami turunkan dari langit air yang banyak manfaatnya lalu kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam,


(15)

Dan pohon kurma yang tinggi-tinggi yang mempunyai mayang yang bersusun- susun, ( QS. Qaf : 6-10 ).

Surat Al- An’am [6] 74-79;











     

     









    

       

       

     

        











     

      

     

     

     

   

Artinya : Dan (Ingatlah) di waktu Ibrahim Berkata kepada bapaknya, Aazar[489], "Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya Aku melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata."

Dan Demikianlah kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan (Kami yang terdapat) di langit dan bumi dan (Kami memperlihatkannya) agar dia termasuk orang yang yakin.

Ketika malam Telah gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: "Inilah Tuhanku", tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: "Saya tidak suka kepada yang tenggelam."


(16)

Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: "Inilah Tuhanku". tetapi setelah bulan itu terbenam, dia berkata: "Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, Pastilah Aku termasuk orang yang sesat."

Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, dia berkata: "Inilah Tuhanku, Ini yang lebih besar". Maka tatkala matahari itu terbenam, dia berkata: "Hai kaumku, Sesungguhnya Aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.

Sesungguhnya Aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan Aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan. . ( QS. Al-An’am : 74-79 )

Surat Al-Shâffât [37]: 95 :

    

Artinya : Ibrahim berkata: "Apakah kamu menyembah patung-patung yang kamu pahat itu ? ( QS. Ash-Shaffat : 95 ).

Ini seperti yang dikemukakan oleh ahli perkembangan Vygotsky, yang menyatakan bahwa perkembangan kognitif seseorang akan berkembang apabila dia berinteraksi dengan orang lain.

Selanjutnya, jika manusia macet dan statis dalam berpikir, manusia akan kehilangan karakteristiknya yang membedakan dirinya dengan hewan sebagaimana termaktub dalam : (QS Al-Furqan [25]: 44;\

     

        

  

Artinya : Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu). ( QS. Al Furqan : 44 ).

4. SaranaBelajar

Manusia diciptakan oleh Allah dalam keadaan tidak berpengetahuan namun Allah telah membekali manusia dengan sarana-sarana baik fisik maupun psikis agar


(17)

manusia dapat menggunakannya untuk belajar dan mengembangkan ilmu dan teknologi untuk kepentingan dan kemaslahatan manusia.

Da1am proses belajar atau mencari ilmu manusia telah diberi sarana fisik berupa indra eksternal, yaitu mata dan telinga serta sarana psikis berupa daya nalar atau intelektual

a. Sarana fisik

Dalam Al-Quran di antara indra-indra eksternal, hanya mata dan telinga yang sering disebut. Meskipun demikian, bukan berarti indra eksternal lainnya seperti pencium, peraba. dan perasa tidak mempunyai fungsi penting dalam kegiatan belajar, karena ada kalanya indra-indra tersebut membantu manusia untuk lebih mudah memahami, apa yang mereka pelajari.

b. Sarana psikis 1) Akal

Akal dapat diartikan sebagai daya pikir atau potensi inteligensi (Bastaman, 1997). Akal sebagai sarana psikis belajar, dijelaskan dalam surat Al-Nahl ayat 78 dengan kata af’idah. Menurut Quraish Shihab (1992), af’idah berarti “Daya Nalar’ yaitu potensi/kemampuan berpikir logis, kata lain “akal”. Sedangkan dalam Tafsir Ibnu Katsir, af’idah itu berarti akal yang menurut sebagian orang tempatnya berada dalam jantung (qalb) sedangkan sebagian lainnya menyatakan bahwa af’idah itu terdapat dalam otak. akal identik dengan daya pikir otak yang mengantarkan pada pemikiran yang logis dan rasional.

2) Qalb

Qalbu mempunyai dua arti. yakni fisik dan metafisik Qalbu dalam arti fisik adalah jantung(heart), Sedangkan dalam arti metafisik, gaib dinyatakan sebagai karunia Tuhan yang halus (lathifah), bersifat ruhaniah dan ketuhanan (rabbani). Dalam kamus Al- Munawwir (1984). arti fisikgalbu di samping “jantung” juga “hati”. Dalam


(18)

pengertian nonfisik,qalb diartikan sebagai al-’aql (akal), al-dzakirah (ingatan; mental), danal- quwwah al- aqilah (daya pikir). Sementara dalam kamus Al- Maurid, qalb nonfiksi diartikan: 1) mind(akal/pikiran tersembunyi/pikiran rahasia).

Perbedaan antara akal yang ada di otak kepala dengan akal yang tersembunyi di hati ini menjelaskan dalam istilah tafakkur dan tadzakkur. Akal yang ada di kepala dilukiskan dengan istilah tafakur, sementara akal di hati dijelaskan dengan tadzakur, yakni berpikir abstrak.

D. Konsep Belajar menurut Tokoh-Tokoh Islam

Banyak. tokoh Islam yang memiliki kepedulian dan pemikirannya. tentang aktivitas belajar, di antaranya adalah AI- Ghazali dan al -Zarnuji.

1. M-Ghazali

a. Konsep ilmu

Al-Ghazali juga dikenal sebagai salah satu tokoh sufi. Karena itu, pemikiran-pemikirannya cenderung dipengaruhi oleh ilmu tasawuf yang lebih menekankan pada masalah-masalah kerohanian kesederhanaan, dan menjauhi keduniawian.

Berkaitan dengan ilmu Al-Ghaza1i berpendapat, ilmu yang dipelajari dapat dipandang dari dua segi, yaitu ilmu sebagai proses dan ilmu sebagai objek.

b. Jenis ilmu

Menurut Al- Ghazali, ilmu terdiri dan dua jenis yaitu ilmu kasbi (husbu1i) dan ilmu ladunni (hudhuri). Ilmu kasbi adalah cara berpikir sistematik dan metodik yang. dilakukan secara konsisten dan bertahap melalui Proses pengamatan, penelitian, percobaan, dan penemuan.

Sedangkan ilmu ladunni (hudburi) adalah ilmu yang diperoleh oleh orang-orang tertentu dengan tidak melalui proses perolehan ilmu pada umumnya, akan tetapi melalui proses pencerahan oleh hadirnya cahaya Ilahi dalam qalb.

Menurut Al-Ghazali, dalam proses belajar mengajar sebenarnya terjadi aktivitas ekplorasi pengetahuan sehingga menghasilkan perubahan-perubahan perilaku.


(19)

A1-Ghazali menganalogikan menuntut ilmu dengan menggunakan proses belajar mengajar ini seperti seorang petani (guru) yang menanam benih (ilmu yang dimiliki oleh guru) di tanah (murid)sampai ia menjadi pohon (perilaku).

Kemudian A1-Ghaza1i membagi tahap-tahap abstraksi pada empat tahap.Pertama, terjadi pada indra. Ketika indra menangkap sumber objek. ia harus berada pada jarak tertentu dari objek dan dalam keadaan tertentu.Kedua, terjadi pada al-khayal Kalau pada indra, hubungannya dengan objek harus berada pada jarak tertentu dan situasi tertentu, sedangkan pada al-khayal keharusan demikian tidak ada. A1-khayal menangkap objek tanpa melihat, tetapi tangkapannya masih meliputi aksiden-aksiden dan atribut-atribut tambahan seperti kualitas dan kuantitas (Muhammad Yassir Nasution, 1972).

2. Burhanuddin Al-Zarnuji

a. Konsep Pendidikan Al-Zarnuji tertuang dalam karya monumentalnya, kitab “Ta’lim al-Muta’allim Thuruq aI- Ta’allurn”. Dari pembahasan kitab ini, dapat diketahui tentang konsep pendidikan Islam yang dikemukakan Al-Zarnuji, antara lain :

1. Pengertian ilmu dan keutamaannya; 2. Niat belajar

3. Memilih guru, ilmu, teman dan 4. hormati ilmu dan ulama;

5. Ketekunan, kontinuitas, dan cita-cita luhur; 6. Permulaan insensitas belajar serta tata tertibnya; 7. Tawakkal kepada Allah swt

8. Masa belajar

9. Kasih sayang dan memberi nasihat; 10.Mengambil pelajaran;

11.wara’ (menjaga diri dari yang syubhat dan haram) pada masa belajar 12. penyebab hafal dan lupa

b. Metode pembelajaran

Dalam kitab Ta’lim Muta’allirn Al-Zarnuji menjelaskan bahwa metode pembelajaran meliputi dua kategori.Pertama, metode yang bersifat etik mencakup niat


(20)

dalam belajar.Kedua, metode yang bersifat teknik strategi meliputi cara memilih pelajaran, memilih guru, memilih teman, dan langkah-langkah dalam belajar.

a. Pemikiran A1-Zarnuji tentang pola hubungan guru murid

Ada beberapa pemikiran Al-Zarnuji dalam kitab Ta’lim al- Muta’allim yang memberi acuan terhadap pola hubungan guru dan murid.

1. Murid tidak akan memperoleh ilmu yang bermanfaat tanpa adanya pengagungan dan pemuliaan terhadap ilmu dan orang yang mengajarnya (guru), menjadi semangat dan dasar adanya penghormatan murid terhadap guru.

2. Kontekstualisasi hubugan guru murid, menurut Al-Zarnuji, menunjukkan bahwa penempatan guru pada posisi terhormat terkait oleh sosok guru yang ideal.

3. Dalam bahasa Al-Zarnuji, guru ideal adalah guru yang alim, wira’i dan mempunyai kesalehan sebagai aktualisasi keilmuan yang dimiliki serta tanggung jawab terhadap amanat yang diemban untuk menggapai ridha Allah Swt.

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan :

1. Bahwa belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu. Di sini, usaha untuk mencapai kepandaian atau ilmu merupakan usaha manusia untuk


(21)

memenuhi kebutuhannya mendapatkan ilmu atau kepandaian yang belum dipunyai sebelumnya.

Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan, dan sikap. Belajar dimulai sejak manusia lahir sampai akhir hayat. 2. Menurut pendapat ahli pendidikan Islam yang dimaksud dengan belajar adalah :

a. Bahwa orang yang belajar akan dapat memiliki ilmu pengetahuan yang akan berguna untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh manusia dalam kehidupan.

b. Allah melarang manusia untuk tidak mengetahui segala sesuatu yang manusia lakukan. Apapun yang dilakukan, manusia harus mengetahui kenapa mereka melakukannya. Dengan belajar pula manusia akan memiliki ilmu pengetahuan dan terhindar dari taqlid buta.

c. Dengan ilmu yang dimiliki manusia melalui proses belajar, maka Allah akan memberikan derajat yang lebih tinggi kepada hambanya.

DAFTAR PUSTAKA

Baharuddin dan Wahyuni Nur, Teori-teori Belajar dan Pembelajaran, Jogjakarta, 2010 Ar-Ruzz Media

Simandjuntak dan IL. Pasaribu, Psikologi Perkembangan, Tarsito, Bandung. 1981

Nata Abuddin, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran, Jakarta, 2009, Prenada Media Group

_________________, Metodologi Studi Islam, Jakarta, 2003, Raja Grafindo Persada Nasution, Didaktik Asas-asas Mengajar, Jakarta 1995, Bumi Aksara

Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar, Sinar Baru Algensindo, Jakarta, 2000 ________________, Psikologi Belajar Mengajar,Bandung :Sinar baru algensindo,th

2010


(22)

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Rineka Cipta, Jakarta, 1995

Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, Rajawali Pers, Jakarta, 1987W.H. Burton, The Guidances of Learning Activities, Appleton Century Crofts, New York, 1952


(1)

manusia dapat menggunakannya untuk belajar dan mengembangkan ilmu dan teknologi untuk kepentingan dan kemaslahatan manusia.

Da1am proses belajar atau mencari ilmu manusia telah diberi sarana fisik berupa indra eksternal, yaitu mata dan telinga serta sarana psikis berupa daya nalar atau intelektual

a. Sarana fisik

Dalam Al-Quran di antara indra-indra eksternal, hanya mata dan telinga yang sering disebut. Meskipun demikian, bukan berarti indra eksternal lainnya seperti pencium, peraba. dan perasa tidak mempunyai fungsi penting dalam kegiatan belajar, karena ada kalanya indra-indra tersebut membantu manusia untuk lebih mudah memahami, apa yang mereka pelajari.

b. Sarana psikis 1) Akal

Akal dapat diartikan sebagai daya pikir atau potensi inteligensi (Bastaman, 1997). Akal sebagai sarana psikis belajar, dijelaskan dalam surat Al-Nahl ayat 78 dengan kata af’idah. Menurut Quraish Shihab (1992), af’idah berarti “Daya Nalar’ yaitu potensi/kemampuan berpikir logis, kata lain “akal”. Sedangkan dalam Tafsir Ibnu Katsir, af’idah itu berarti akal yang menurut sebagian orang tempatnya berada dalam jantung (qalb) sedangkan sebagian lainnya menyatakan bahwa af’idah itu terdapat dalam otak. akal identik dengan daya pikir otak yang mengantarkan pada pemikiran yang logis dan rasional.

2) Qalb

Qalbu mempunyai dua arti. yakni fisik dan metafisik Qalbu dalam arti fisik adalah jantung(heart), Sedangkan dalam arti metafisik, gaib dinyatakan sebagai karunia Tuhan yang halus (lathifah), bersifat ruhaniah dan ketuhanan (rabbani). Dalam kamus Al- Munawwir (1984). arti fisikgalbu di samping “jantung” juga “hati”. Dalam


(2)

pengertian nonfisik,qalb diartikan sebagai al-’aql (akal), al-dzakirah (ingatan; mental), danal- quwwah al- aqilah (daya pikir). Sementara dalam kamus Al- Maurid, qalb nonfiksi diartikan: 1) mind(akal/pikiran tersembunyi/pikiran rahasia).

Perbedaan antara akal yang ada di otak kepala dengan akal yang tersembunyi di hati ini menjelaskan dalam istilah tafakkur dan tadzakkur. Akal yang ada di kepala dilukiskan dengan istilah tafakur, sementara akal di hati dijelaskan dengan tadzakur, yakni berpikir abstrak.

D. Konsep Belajar menurut Tokoh-Tokoh Islam

Banyak. tokoh Islam yang memiliki kepedulian dan pemikirannya. tentang aktivitas belajar, di antaranya adalah AI- Ghazali dan al -Zarnuji.

1. M-Ghazali a. Konsep ilmu

Al-Ghazali juga dikenal sebagai salah satu tokoh sufi. Karena itu, pemikiran-pemikirannya cenderung dipengaruhi oleh ilmu tasawuf yang lebih menekankan pada masalah-masalah kerohanian kesederhanaan, dan menjauhi keduniawian.

Berkaitan dengan ilmu Al-Ghaza1i berpendapat, ilmu yang dipelajari dapat dipandang dari dua segi, yaitu ilmu sebagai proses dan ilmu sebagai objek.

b. Jenis ilmu

Menurut Al- Ghazali, ilmu terdiri dan dua jenis yaitu ilmu kasbi (husbu1i) dan ilmu ladunni (hudhuri). Ilmu kasbi adalah cara berpikir sistematik dan metodik yang. dilakukan secara konsisten dan bertahap melalui Proses pengamatan, penelitian, percobaan, dan penemuan.

Sedangkan ilmu ladunni (hudburi) adalah ilmu yang diperoleh oleh orang-orang tertentu dengan tidak melalui proses perolehan ilmu pada umumnya, akan tetapi melalui proses pencerahan oleh hadirnya cahaya Ilahi dalam qalb.

Menurut Al-Ghazali, dalam proses belajar mengajar sebenarnya terjadi aktivitas ekplorasi pengetahuan sehingga menghasilkan perubahan-perubahan perilaku.


(3)

A1-Ghazali menganalogikan menuntut ilmu dengan menggunakan proses belajar mengajar ini seperti seorang petani (guru) yang menanam benih (ilmu yang dimiliki oleh guru) di tanah (murid)sampai ia menjadi pohon (perilaku).

Kemudian A1-Ghaza1i membagi tahap-tahap abstraksi pada empat tahap.Pertama, terjadi pada indra. Ketika indra menangkap sumber objek. ia harus berada pada jarak tertentu dari objek dan dalam keadaan tertentu.Kedua, terjadi pada al-khayal Kalau pada indra, hubungannya dengan objek harus berada pada jarak tertentu dan situasi tertentu, sedangkan pada al-khayal keharusan demikian tidak ada. A1-khayal menangkap objek tanpa melihat, tetapi tangkapannya masih meliputi aksiden-aksiden dan atribut-atribut tambahan seperti kualitas dan kuantitas (Muhammad Yassir Nasution, 1972).

2. Burhanuddin Al-Zarnuji

a. Konsep Pendidikan Al-Zarnuji tertuang dalam karya monumentalnya, kitab “Ta’lim al-Muta’allim Thuruq aI- Ta’allurn”. Dari pembahasan kitab ini, dapat diketahui tentang konsep pendidikan Islam yang dikemukakan Al-Zarnuji, antara lain :

1. Pengertian ilmu dan keutamaannya; 2. Niat belajar

3. Memilih guru, ilmu, teman dan 4. hormati ilmu dan ulama;

5. Ketekunan, kontinuitas, dan cita-cita luhur; 6. Permulaan insensitas belajar serta tata tertibnya; 7. Tawakkal kepada Allah swt

8. Masa belajar

9. Kasih sayang dan memberi nasihat; 10.Mengambil pelajaran;

11.wara’ (menjaga diri dari yang syubhat dan haram) pada masa belajar 12. penyebab hafal dan lupa

b. Metode pembelajaran

Dalam kitab Ta’lim Muta’allirn Al-Zarnuji menjelaskan bahwa metode pembelajaran meliputi dua kategori.Pertama, metode yang bersifat etik mencakup niat


(4)

dalam belajar.Kedua, metode yang bersifat teknik strategi meliputi cara memilih pelajaran, memilih guru, memilih teman, dan langkah-langkah dalam belajar.

a. Pemikiran A1-Zarnuji tentang pola hubungan guru murid

Ada beberapa pemikiran Al-Zarnuji dalam kitab Ta’lim al- Muta’allim yang memberi acuan terhadap pola hubungan guru dan murid.

1. Murid tidak akan memperoleh ilmu yang bermanfaat tanpa adanya pengagungan dan pemuliaan terhadap ilmu dan orang yang mengajarnya (guru), menjadi semangat dan dasar adanya penghormatan murid terhadap guru.

2. Kontekstualisasi hubugan guru murid, menurut Al-Zarnuji, menunjukkan bahwa penempatan guru pada posisi terhormat terkait oleh sosok guru yang ideal.

3. Dalam bahasa Al-Zarnuji, guru ideal adalah guru yang alim, wira’i dan mempunyai kesalehan sebagai aktualisasi keilmuan yang dimiliki serta tanggung jawab terhadap amanat yang diemban untuk menggapai ridha Allah Swt.

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan :

1. Bahwa belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu. Di sini, usaha untuk mencapai kepandaian atau ilmu merupakan usaha manusia untuk


(5)

memenuhi kebutuhannya mendapatkan ilmu atau kepandaian yang belum dipunyai sebelumnya.

Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan, dan sikap. Belajar dimulai sejak manusia lahir sampai akhir hayat. 2. Menurut pendapat ahli pendidikan Islam yang dimaksud dengan belajar adalah :

a. Bahwa orang yang belajar akan dapat memiliki ilmu pengetahuan yang akan berguna untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh manusia dalam kehidupan.

b. Allah melarang manusia untuk tidak mengetahui segala sesuatu yang manusia lakukan. Apapun yang dilakukan, manusia harus mengetahui kenapa mereka melakukannya. Dengan belajar pula manusia akan memiliki ilmu pengetahuan dan terhindar dari taqlid buta.

c. Dengan ilmu yang dimiliki manusia melalui proses belajar, maka Allah akan memberikan derajat yang lebih tinggi kepada hambanya.

DAFTAR PUSTAKA

Baharuddin dan Wahyuni Nur, Teori-teori Belajar dan Pembelajaran, Jogjakarta, 2010 Ar-Ruzz Media

Simandjuntak dan IL. Pasaribu, Psikologi Perkembangan, Tarsito, Bandung. 1981

Nata Abuddin, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran, Jakarta, 2009, Prenada Media Group

_________________, Metodologi Studi Islam, Jakarta, 2003, Raja Grafindo Persada Nasution, Didaktik Asas-asas Mengajar, Jakarta 1995, Bumi Aksara

Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar, Sinar Baru Algensindo, Jakarta, 2000 ________________, Psikologi Belajar Mengajar,Bandung :Sinar baru algensindo,th

2010


(6)

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Rineka Cipta, Jakarta, 1995

Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, Rajawali Pers, Jakarta, 1987W.H. Burton, The Guidances of Learning Activities, Appleton Century Crofts, New York, 1952