LAPORAN PENELITIAN Hubungan Antara Konflik Peran Ganda Dengan Stres Kerja Pada Wanita Di Pt Pelita Tomangmas Karanganyar.

(1)

35

A. Persiapan Penelitian 1. Orientasi Kancah

PT Pelita Tomangmas adalah salah satu pabrik pembuatan sepatu yang ada di daerah jawa tengah. Pelita Tomangmas telah berdiri sejak 1990 oleh pengusaha setempat yang bernama Amir Saidbun, yang dulunya hanya industri rumahan yang d kelola oleh sang ayah di kota medan lalu kemudian dikembangkan hingga memiliki pabrik sepatu. Kini Pelita Tomangmas dipimpin oleh Harsono wong dan semakin berkembang dengan melirik pasar ekspor dan bekerja sama dengan Roberto Nicolan seorang pengusaha sepatu dunia yang berasal dari Milan yang dikenal sebagai produsen dan distributor beberapa merek sepatu asal Italia.

PT Pelita Tomangmas sekarang menjadi salah satu pabrik yang bekerja sama dengan merek sepatu terkenal di Italia yang bernama Bocorocco. Peluang dan semangat yang dimiliki Harsono, membuatnya diberi kepercayaan untuk membuat puluhan merek sepatu di negara-negara Eropa, karena jam terbang yang lama di industri sepatu ekspor dengan kualitas terbaik membuat Harsono dilirik pimpinan merek yang sudah establish di Italia sejak 2005 dan saat ini sudah menjangkau 16 negara Eropa dan Amerika.

PT Pelita Tomangmas yang terletak Karanganyar berdiri di area seluas 70 hektar dan mempekerjakan 2000 orang pegawai dengan bantuan alat-


(2)

alat canggih untuk mendapatkan kualitas yang baik untuk pembuatan sepatunya. PT Pelita Tomangmas telah mulai memasarkan produknya ke wilayah Asia seperti Jepang, Korea dan Indonesia. Di Indonesia untuk memasarkan Bocorocco Harsono dibantu oleh adiknya yang bernama Ridwan dan telah dibuat 15 gerai dan 2 butik, Harsono menargetkan untuk dapat memiliki 20 gerai sepatu Bocorocco.

Harsono megungkapkan bahwa sepatu produksi pabriknya menawarkan pillow concept technology (PCT), sebuah inovasi dan terobosan baru di dunia sepatu dengan sembilan lapisan sol memberikan kenyamanan pada waktu berjalan, ragam produk sepatu sehingga cocok untuk laki-laki dan perempuan, anak kecil hingga dewasa dengan variasi sepatu kerja, santai dan pesta.

2. Persiapan Alat Ukur

Alat ukur yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data pada penelitian ini adalah skala konflik peran ganda dengan 50 aitem dan skala stres kerja dengan 48 aitem.

a. Skala Konflik Peran Ganda

Skala yang digunakan untuk mengungkap konflik peran ganda dalam penelitian ini disusun berdasarkan aspek-aspek konflik peran ganda oleh Pratama (2010) dan telah dimodifikasi penulis sesuai yang dikemukakan oleh Greenhaus dan Beutell (dalam Hennessy, 2005) yaitu konflik didasarkan pada waktu, konflik didasarkan pada ketegangan dan konflik didasarkan pada perilaku.


(3)

Jumlah aitem ada 50 yang terdiri dari 26 butir aitem favorable dan 24 butir aitem unfavorable. Sistem penilaian skala ini menggunakan skala empat. Penilaian aitem favorable bergerak dari skor 4 (sangat sesuai), 3 (sesuai), 2 (tidak sesuai), 1 (sangat tidak sesuai). Penilaian unfavorable bergerak dari skor 1 (sangat sesuai), 2 (sesuai), 3 (tidak sesuai), 4 (sangat tidak sesuai). Adapun blue print skala iklim organisasi sebelum penelitian dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1

Blue Print Skala Konflik Peran Ganda Sebelum Penelitian

Aspek

Nomor Aitem Jumlah

Aitem Favoreble Unfavoreble

Konflik didasarkan pada waktu

1,4,7,32,34,45,46,47, 48

6,8,9,11,14,30,36,4 0,42,49,50

20

Konflik didasarkan pada ketegangan

13,17,25,27,29,31,37 ,43

3,12,15,20,24,28,3 9

15

Konflik didasarkan pada perilaku

2,10,18,19,21,26,35, 38,41

5,16,22,23,33,44 15


(4)

b. Skala Stres Kerja

Skala yang digunakan untuk mengungkap stres kerja dalam penelitian ini disusun berdasarkan aspek-aspek stres kerja oleh Widyanto (2013) dan telah dimodifikasi penulis sesuai aspek yang dikemukakan oleh Beehr dan Newman (dalam widyanto, 2013) yaitu fisik, psikologis, dan perilaku.

Jumlah aitem ada 48 yang terdiri dari 27 butir aitem favorable dan 21 butir aitem unfavorable. Sistem penilaian skala ini menggunakan skala empat. Penilaian aitem favorable bergerak dari skor 4 (sangat sesuai), 3 (sesuai), 2 (tidak sesuai), 1 (sangat tidak sesuai). Penilaian unfavorable bergerak dari skor 1 (sangat sesuai), 2 (sesuai), 3 (tidak sesuai), 4 (sangat tidak sesuai). Adapun blue print skala stres kerja sebelum penelitian dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2

Blue Print Skala Stres Kerja Sebelum Penelitian

Aspek Nomor Aitem Jumlah

Aitem

Favoreble Unfavoreble

Fisik 1,11,17,22,26,36,40 6,7,12,23,31,41,45 14

Psikologis 2,8,13,14,18,24,27,37,38,42,46 3,9,19,25,28,32,33,43,47 20

Perilaku 4,10,15,20,29,34,39,48 5,16,21,30,35,44 14


(5)

B. Pelaksanaan Penelitian 1. Penentuan Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah karyawan PT Pelita Tomangmas dengan ciri-ciri sebagai berikut :

a. Bekerja sebagai pegawai tetap PT Pelita Tomangmas. b. Seorang wanita yang memiliki suami, atau memiliki anak.

Populasi karyawan PT Pelita Tomangmas yang memenuhi ciri-ciri atau karakteristik yang telah ditentukan berjumlah 880 orang, namun hanya diambil sebanyak 80 orang dengan alasan :

a. Kemampuan penelitian dilihat dari segi waktu, tenaga dan dana.

b. Sempit luasnya pengamatan dari setiap subjek, karena hal ini menyangkut banyak sedikitnya dana.

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan non random sampling, yaitu semua anggota populasi tidak diberikan kesempatan yang sama untuk menjadi anggota sampel.

2. Pelaksanaan Try Out Terpakai

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan try out terpakai yaitu antara uji coba dan penelitian dilaksanakan secara bersamaan yaitu satu kali pengambilan data dan digunakan untuk dua pengujian analisis sekaligus yaitu uji reliabilitas dan uji hipotesis dengan korelasi product moment dengan pearson correlation, analisis menggunakan data yang valid saja.


(6)

a. Kesibukan aktivitas kerja subjek.

b. Saran dari instansi untuk melakukan pengambilan data cukup satu kali.

Try out terpakai dilaksanakan pada tanggal Agustus sampai Agustus 2015. Pembagian skala dikoordinir oleh bagian personalia untuk disebarkan sesuai dengan karakteristik subjek yang telah ditentukan. Sebanyak 80 eksemplar skala yang dibagikan, semuanya kembali dan memenuhi syarat untuk diskor dan dianalisis. Penulis melakukan skoring dan kemudian menguji reabilitas serta analisis data untuk uji hipotesis. 3. Pelaksanaan Skoring Try Out Terpakai

Skor untuk masing-masing skala bergerak dari satu sampai empat dengan memperhatikan sifat aitem, yakni favorabel (mendukung) dan unfavorabel (tidak mendukung). Skor tertinggi dari masing-masing aitem adalah empat dan skor terendahnya adalah satu. Kemudian skor yang diperoleh dijumlahkan untuk masing-masing skala dengan aspeknya masing-masing. Total skor yang diperoleh akan digunakan untuk analisis data. Adapun scoring aitem bergerak dari satu sampai empat sebagai berikut :

Alternatif jawaban Skor favorable Skor unfavorable

SS = sangat sesuai 4 1

S = sesuai 3 2

TS = tidak sesuai 2 3


(7)

4. Perhitungan Validitas dan Reliabilitas a. Validitas

Perhitungan validitas isi kedua alat ukur dilakukan dengan formula aiken berdasarkan skor yang diberikan oleh masing-masing ahli. kriteria pengujian adalah jika koefisien validitas ≥ taraf signifikan 0,5 maka instrumen tersebut dinyatakan valid, tetapi jika koefisien validitas < taraf signifikan 0,5 maka instrumen tersebut dinyatakan tidak valid (Azwar, 2011).

Hasil perhitungan diketahui bahwa aitem skala konflik peran ganda dinyatakan valid sebanyak 50 butir dan aitem skala stres kerja dinyatakan valid sebanyak 48 butir.

b. Reliabilitas

Perhitungan reliabilitas kedua alat ukur dilakukan dengan SPSS versi 17.0 for windows, dimana butir aitem yang dinyatakan sahih menunjukkan bahwa aitem dinyatakan handal. Perhitungan reliabilitas data kedua alat ukur menggunakan peluang ralat Cronbach’s Alpha > 0,6.

1.) Skala konflik peran ganda

Hasil perhitungan diketahui bahwa dari 50 aitem skala konflik peran ganda, dinyatakan reliabel sebanyak butir dengan Cronbach’s Alpha = 0,901. Hal tersebut menunjukkan skala konflik peran ganda yang diuji reliabel. Berdasarkan hasil perhitungan reliabilitas, aitem yang gugur pada skala konflik peran


(8)

ganda adalah aitem nomor dan. Adapun susunan aitem-aitem yang gugur dan yang reliabel konflik peran ganda dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 3

Susunan Aitem konflik peran ganda Valid dan Gugur Setelah Penelitian

Aspek

Nomor Aitem

Jumlah Aitem Favoreble Unfavoreble

Valid Gugur Valid Gugur

Konflik didasarkan pada waktu 1,4,7,32,3 4,45,46,4 7,48 6,8,9,11,14, 30,36,40,42 ,49

50 20

Konflik didasarkan pada ketegangan

13,17,25, 27,29,31

,43

37 3,12,15,20,

24,28,39

15

Konflik didasarkan pada perilaku

2,10, 19,21,26,

35,38,41

18 16,22,23,33

,44

5 15

Jumlah 24 2 22 2 50

2.) Skala stres kerja

Hasil perhitungan diketahui bahwa dari 48 aitem skala stres kerja, dinyatakan reliabel sebanyak butir dengan Cronbach’s


(9)

Alpha = 0,750. Hal tersebut menunjukkan skalastres kerja yang diuji reliabel. Hasil perhitungan reliabilitas, aitem yang gugur pada skala stres kerja adalah aitem nomor dan. Adapun susunan aitem-aitem yang gugur dan yang reliabel dari stres kerja dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini :

Tabel 4

Susunan Aitem Skala Stres Kerja Valid dan Gugur Setelah Penelitian

Aspek

Nomor Aitem

Jumlah Aitem Favoreble Unfavoreble

Valid Gugur Valid Gugur

Fisik 1,11,17,22,26,36

,40

6,7,12,23,31,45 41 14

Psikologis 2,8,14,18,24,27,

37,38,42,46

13 3,9,19,25,32,43,

47

28,33 20

Perilaku 4,15,20,29,34,48 10,39 44 5,16,21,

30,35

14

Jumlah 23 3 14 8 48

C. Analisis Data

Pelaksanaan analisis data dilakukan setelah dilakukan uji asumsi yang meliputi uji normalitas sebaran dan uji linieritas hubungan. Hal ini dilakukan karena syarat teknik korelasi product moment adalah sebaran data variabel yang


(10)

mempunyai distribusi yang normal dan hubungan antara variabel bebas dan variabel tergantung mempunyai korelasi linier sehingga perlu dilakukan uji asumsi terlebih dahulu sebelum melakukan hipotesis.

1. Uji Asumsi a. Uji Normalitas

Uji normalitas sebaran dimaksudkan untuk mengetahui apakah sebaran data penelitian mengikuti sebaran distribusi normal atau tidak. Berdasarkan hasil uji normalitas pada variabel stres kerja diperoleh nilai Kolmogrov-Simrnov Z = 0,646; signifikansi (p) = 0,798; (p>0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa sebaran data variabel stres kerja memenuhi distribusi normal.

b. Uji Linieritas

Uji linieritas dmaksudkan untuk mengetahui apakah variabel bebas (konflik peran ganda) dengan variabel tergantung (stres kerja) memiliki korelasi yang searah (linier) atau tidak. Berdasarkan uji linieritas diperoleh nilai F sebesar 1,680 dengan signifikansi (p) = 0,061; ( p > 0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa variabel bebas (konflik peran ganda) dengan variabel tergantung (stres kerja) memiliki korelasi yang searah (linier).

2. Uji Hipotesis

Berdasarkan perhitungan teknisi product moment dari pearson diperoleh nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,591; p = 0,000 ( p< 0,01) artinya ada hubungan positif yang sangat signifikan antara konflik peran


(11)

ganda dengan stres kerja. Semakin tinggi konflik peran ganda maka semakin tinggi stres kerja, sebaliknya semakin rendah konflik peran ganda maka semakin rendah pula stres kerja karyawan PT Pelita Tomangmas.

3. Sumbangan Efektif

Sumbangan efektif konflik peran ganda terhadap stres kerja adalah sebesar 34,92 % yang ditunjukkan dengan nilai r kuadrat sebesar 0,349. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat faktor-faktor lain sebesar 65,08 % yang mempengaruhi stres kerja selain konflik peran ganda seperti misalnya kinerja kerja, gaya kepemimpinan otoriter, perilaku agresif, pembayaran upah atau peluang dalam bekerja.

4. Kategorisasi

Tujuan dari kategorisasi adalah untuk mengetahui kondisi subjek dengan membuat kelas-kelas interval pengkategorian. Cara pembuatan kelas interval adalah dengan membuat terlebih dahulu rerata hipotetiknya dan standar deviasi. Nilai rerata hipotetik yang diperoleh dari uji normalitas sebaran kemudian dimasukkan kedalam kelas interval untuk mengetahui kategori yang dimiliki subjek. Rerata empirik pada variabel konflik peran ganda sebesar 127,44 dan rerata hipotetiknya sebesar 115 yang berarti tingkat konflik peran ganda pada subjek penelitian tergolong sedang. Rerata empirik pada variabel stres kerja sebesar 129,04 dan rerata hipotetiknya sebesar 92,5 yang berarti tingkat stres kerja pada subjek


(12)

penelitian tergolong sangat tinggi. Hasil dari ketegorisasi dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5

Kategorisasi, Frekuensi, dan Prosentase Stres Kerja.

No Interval Skor Kategori Frekuensi Rerata Empirik

Rerata

Hipotetik Prosentase

1. 37 ≤ X< 59,2 SangatRendah 0 0 %

2. 59,2 ≤ X< 81,4 Rendah 0 0 %

3. 81,4 ≤ X< 103,6 Sedang 0 92,5 0 %

4. 103,6 ≤ X< 125,8 Tinggi 24 30 %

5. 125,8 ≤ X< 148 SangatTinggi 56 129,04 70 %

Jumlah 80 100 %

Tabel 6

Kategorisasi, Frekuensi, dan Prosentase Konflik Peran Ganda.

No Interval Skor Kategori Frekuensi Rerata Empirik

Rerata

Hipotetik Prosentase

1. 46 ≤ X< 73,6 SangatRendah 0 0 %

2. 73,6 ≤ X< 101,2 Rendah 4 3 %

3. 101,2≤ X< 128,8 Sedang 34 127,44 115 45%


(13)

5. 156,4 ≤ X< 184 SangatTinggi 3 2 %

Jumlah 80 100

D. Pembahasan

Hasil yang didapat dari pengujian hipotesis menunjukkan bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara variabel konflik peran ganda dan stres kerja. Hal tersebut ditunjukkan dengan analisis data korelasi pearson, r = 0,591 dengan p = 0,000 (p<0,01). Hasil ini menunjukkan hubungan kedua variabel sangat signifikan. Nilai r yang positif menunjukkan arah hubungan yang positif diantara kedua variabel, yaitu semakin tinggi skor konflik pera ganda maka semakin tinggi pula skor stres kerja, begitupun sebaliknya. Hasil ini sesuai dengan hipotesis peneliti yaitu ada hubungan positif antara konflik peran ganda dengan stres kerja. Hipotesis penelitian yang diterima mengindikasikan bahwa konflik peran ganda dapat memprediksikan stres kerja.

Cooper (2010) mengatakan bahwa salah satu faktor penyebab terjadinya konflik peran ganda pada wanita adalah stres karena peran. Masalahnya, wanita bekerja ini menghadapi konflik peran sebagai wanita karir sekaligus ibu rumah tangga. Terutama dalam alam kebudayaan Indonesia, wanita sangat dituntut perannya sebagai ibu rumah tangga yang baik dan benar sehingga banyak wanita karir yang merasa bersalah ketika harus bekerja. Perasaan bersalah ditambah dengan tuntutan dari dua sisi, yaitu pekerjaan dan ekonomi rumah tangga, sangat berpotensi menyebabkan wanita bekerja mengalami stres.


(14)

Rini (2002) mengatakan salah satu faktor penyebab stres kerja adalah dukungan suami dan kehadiran anak. Dukungan suami dapat di terjemahkan sebagia sikap penuh pengertian yang ditunjukan dalam bentuk kerja sama yang positif, ikut membantu menyelesaikan pekerjaan rumah tangga, membantu mengurus anak-anak, serta memberikan dukungan moral dan emosional terhadap karir atau pekerjaan istrinya. Di Indonesia, iklim patrilinial yang sangat kuat, justru menjadi faktor yang membebani peran wanita yang bekerja, karena masih terdapat pemahaman bahwa pria tidak boleh mengerjakan pekerjaan wanita, apalagi ikut mengurus masalah rumah tangga. Keadaan itu akan menjadi sumber tekanan yang berat bagi istri, sehingga ia pun akan sulit merasakan kepuasan dalam bekerja. Kurangnya dukungan suami, membuat peran wanita yang bekerja di rumah pun tidak optimal karena terlalu banyak yang masih dikerjakan sementara dirinya juga merasa lelah sesudah bekerja. Akibatnya, timbul rasa bersalah karena merasa diri bukan wanita yang bekerja dan istri yang baik. Masalah pengasuhan terhadap anak, biasanya dialami oleh wanita yang bekerja yang mempunyai anak kecil/balita. Semakin kecil usia anak, maka semakin besar tingkat stres yang dirasakan. Rasa bersalah karena meninggalkan anak untuk seharian bekerja, merupakan persoalan yang sering dipendam oleh para wanita yang bekerja.apalagi jika pengasuh yang ada tidak dapat dipercaya, sementara tidak ada famili lain yang dapat membantu.

Rerata empirik pada variabel konflik peran ganda sebesar 127,44 dan rerata hipotetiknya sebesar 115 yang berarti tingkat konflik peran ganda pada subjek penelitian tergolong sedang. Hal ini menunjukan bahwa aspek-aspek dalam


(15)

konflik peran ganda yaitu konflik didasarkan pada waktu, konflik didasarkan pada ketegangan dan konflik didasarkan pada perilaku yang dimiliki karyawati PT Pelita Tomangamas Karanganyar tergolong sedang. Kondisi ini dapat menunjukan bahwa dalam penelitian ini karyawati PT Pelita Tomangamas Karanganyar mengalami konflik peran ganda dengan taraf sedang.

Rerata empirik pada variabel stres kerja sebesar 129,04 dan rerata hipotetiknya sebesar 92,5 yang berarti tingkat stres kerja pada subjek penelitian tergolong sangat tinggi. Hal ini menunjukan bahwa aspek-aspek dalam stres kerja yaitu fisik, psikologis dan perilaku yang dimiliki karyawati PT Pelita Tomangmas Karanganyar tergolong sangat tinggi. Kondisi ini menunjukan bahwa dalam penelitian ini karyawati PT Pelita Tomangamas Karanganyar mengalami stres kerja dengan taraf yang sangat tinggi.

Sumbangan efektif konflik peran ganda terhadap stres kerja adalah sebesar 34,92 % yang ditunjukkan dengan nilai r kuadrat sebesar 0,349. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat faktor-faktor lain sebesar 65,08 % yang mempengaruhi stres kerja selain konflik peran ganda seperti misalnya kinerja kerja, gaya kepemimpinan otoriter, perilaku agresif, pembayaran upah atau peluang dalam bekerja.

Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dikemukakan oleh Settless, dkk (Pratama,2010) yang menyebutkan bahwa peran ganda wanita, baik sebagai ibu rumah tangga maupun sebagai wanita yang bekerja, dapat menimbulkan konflik, baik konflik intrapersonal maupun konflik interpersonal. Konflik yang


(16)

berkepanjangan dapat menyebabkan timbulnya respon fisiologis, psikologis dan tingkah laku sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap kondisi yang mengancam.

Rice (1992) seseorang dapat dikategorikan mengalami stres kerja jika urusan stres yang dialami melibatkan juga pihak organisasi atau perusahaan tempat individu bekerja. Namun penyebab tidak hanya didalam perusahaan, karena masalah rumah tangga yang terba ke pekerjaan dan masalah pekerjaan yang terbawa ke rumah dapat juga menjadi penyebab stres kerja.

Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Benyamin (2008) pada karyawati di CV Semoga Jaya Samarinda yang mengatakan ada hubungan antara konflik peran ganda dengan stres kerja.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui ada hubungan positif yang sangat signifikan antara konflik peran ganda dengan stres kerja, namun hasil penelitian ini memiliki beberapa kelemahan.

Kelemahan yang pertama subyek penelitian yang berjumlah 80 orang yang terdiri dari 78 orang bagian produksi dan 2 orang satpam, 2 satpam membuat data penelitian tidak homogen sebaiknya hanya mengambil subyek bagian produksi saja agar data yang didapat homogen dan subyek penelitian seharusnya memiliki jam kerja dan beban kerja yang relatif sama. Kelemahan yang kedua pengambilan data penelitian menggunakan skala yang seluruhnya dititipkan dan dikordinir oleh bagian personalia sebaiknya dilakukan sendiri oleh peneliti, agar peneliti dapat terjun langsung mengawasi dan memastikan sendiri pengisian skala oleh karyawati.


(1)

ganda dengan stres kerja. Semakin tinggi konflik peran ganda maka semakin tinggi stres kerja, sebaliknya semakin rendah konflik peran ganda maka semakin rendah pula stres kerja karyawan PT Pelita Tomangmas.

3. Sumbangan Efektif

Sumbangan efektif konflik peran ganda terhadap stres kerja adalah sebesar 34,92 % yang ditunjukkan dengan nilai r kuadrat sebesar 0,349. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat faktor-faktor lain sebesar 65,08 % yang mempengaruhi stres kerja selain konflik peran ganda seperti misalnya kinerja kerja, gaya kepemimpinan otoriter, perilaku agresif, pembayaran upah atau peluang dalam bekerja.

4. Kategorisasi

Tujuan dari kategorisasi adalah untuk mengetahui kondisi subjek dengan membuat kelas-kelas interval pengkategorian. Cara pembuatan kelas interval adalah dengan membuat terlebih dahulu rerata hipotetiknya dan standar deviasi. Nilai rerata hipotetik yang diperoleh dari uji normalitas sebaran kemudian dimasukkan kedalam kelas interval untuk mengetahui kategori yang dimiliki subjek. Rerata empirik pada variabel konflik peran ganda sebesar 127,44 dan rerata hipotetiknya sebesar 115 yang berarti tingkat konflik peran ganda pada subjek penelitian tergolong sedang. Rerata empirik pada variabel stres kerja sebesar 129,04 dan rerata hipotetiknya sebesar 92,5 yang berarti tingkat stres kerja pada subjek


(2)

penelitian tergolong sangat tinggi. Hasil dari ketegorisasi dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5

Kategorisasi, Frekuensi, dan Prosentase Stres Kerja.

No Interval Skor Kategori Frekuensi Rerata Empirik

Rerata

Hipotetik Prosentase

1. 37 ≤ X< 59,2 SangatRendah 0 0 %

2. 59,2 ≤ X< 81,4 Rendah 0 0 %

3. 81,4 ≤ X< 103,6 Sedang 0 92,5 0 %

4. 103,6 ≤ X< 125,8 Tinggi 24 30 %

5. 125,8 ≤ X< 148 SangatTinggi 56 129,04 70 %

Jumlah 80 100 %

Tabel 6

Kategorisasi, Frekuensi, dan Prosentase Konflik Peran Ganda.

No Interval Skor Kategori Frekuensi Rerata Empirik

Rerata

Hipotetik Prosentase

1. 46 ≤ X< 73,6 SangatRendah 0 0 %

2. 73,6 ≤ X< 101,2 Rendah 4 3 %

3. 101,2≤ X< 128,8 Sedang 34 127,44 115 45%


(3)

5. 156,4 ≤ X< 184 SangatTinggi 3 2 %

Jumlah 80 100

D. Pembahasan

Hasil yang didapat dari pengujian hipotesis menunjukkan bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara variabel konflik peran ganda dan stres kerja. Hal tersebut ditunjukkan dengan analisis data korelasi pearson, r = 0,591 dengan p = 0,000 (p<0,01). Hasil ini menunjukkan hubungan kedua variabel sangat signifikan. Nilai r yang positif menunjukkan arah hubungan yang positif diantara kedua variabel, yaitu semakin tinggi skor konflik pera ganda maka semakin tinggi pula skor stres kerja, begitupun sebaliknya. Hasil ini sesuai dengan hipotesis peneliti yaitu ada hubungan positif antara konflik peran ganda dengan stres kerja. Hipotesis penelitian yang diterima mengindikasikan bahwa konflik peran ganda dapat memprediksikan stres kerja.

Cooper (2010) mengatakan bahwa salah satu faktor penyebab terjadinya konflik peran ganda pada wanita adalah stres karena peran. Masalahnya, wanita bekerja ini menghadapi konflik peran sebagai wanita karir sekaligus ibu rumah tangga. Terutama dalam alam kebudayaan Indonesia, wanita sangat dituntut perannya sebagai ibu rumah tangga yang baik dan benar sehingga banyak wanita karir yang merasa bersalah ketika harus bekerja. Perasaan bersalah ditambah dengan tuntutan dari dua sisi, yaitu pekerjaan dan ekonomi rumah tangga, sangat berpotensi menyebabkan wanita bekerja mengalami stres.


(4)

Rini (2002) mengatakan salah satu faktor penyebab stres kerja adalah dukungan suami dan kehadiran anak. Dukungan suami dapat di terjemahkan sebagia sikap penuh pengertian yang ditunjukan dalam bentuk kerja sama yang positif, ikut membantu menyelesaikan pekerjaan rumah tangga, membantu mengurus anak-anak, serta memberikan dukungan moral dan emosional terhadap karir atau pekerjaan istrinya. Di Indonesia, iklim patrilinial yang sangat kuat, justru menjadi faktor yang membebani peran wanita yang bekerja, karena masih terdapat pemahaman bahwa pria tidak boleh mengerjakan pekerjaan wanita, apalagi ikut mengurus masalah rumah tangga. Keadaan itu akan menjadi sumber tekanan yang berat bagi istri, sehingga ia pun akan sulit merasakan kepuasan dalam bekerja. Kurangnya dukungan suami, membuat peran wanita yang bekerja di rumah pun tidak optimal karena terlalu banyak yang masih dikerjakan sementara dirinya juga merasa lelah sesudah bekerja. Akibatnya, timbul rasa bersalah karena merasa diri bukan wanita yang bekerja dan istri yang baik. Masalah pengasuhan terhadap anak, biasanya dialami oleh wanita yang bekerja yang mempunyai anak kecil/balita. Semakin kecil usia anak, maka semakin besar tingkat stres yang dirasakan. Rasa bersalah karena meninggalkan anak untuk seharian bekerja, merupakan persoalan yang sering dipendam oleh para wanita yang bekerja.apalagi jika pengasuh yang ada tidak dapat dipercaya, sementara tidak ada famili lain yang dapat membantu.

Rerata empirik pada variabel konflik peran ganda sebesar 127,44 dan rerata hipotetiknya sebesar 115 yang berarti tingkat konflik peran ganda pada subjek penelitian tergolong sedang. Hal ini menunjukan bahwa aspek-aspek dalam


(5)

konflik peran ganda yaitu konflik didasarkan pada waktu, konflik didasarkan pada ketegangan dan konflik didasarkan pada perilaku yang dimiliki karyawati PT Pelita Tomangamas Karanganyar tergolong sedang. Kondisi ini dapat menunjukan bahwa dalam penelitian ini karyawati PT Pelita Tomangamas Karanganyar mengalami konflik peran ganda dengan taraf sedang.

Rerata empirik pada variabel stres kerja sebesar 129,04 dan rerata hipotetiknya sebesar 92,5 yang berarti tingkat stres kerja pada subjek penelitian tergolong sangat tinggi. Hal ini menunjukan bahwa aspek-aspek dalam stres kerja yaitu fisik, psikologis dan perilaku yang dimiliki karyawati PT Pelita Tomangmas Karanganyar tergolong sangat tinggi. Kondisi ini menunjukan bahwa dalam penelitian ini karyawati PT Pelita Tomangamas Karanganyar mengalami stres kerja dengan taraf yang sangat tinggi.

Sumbangan efektif konflik peran ganda terhadap stres kerja adalah sebesar 34,92 % yang ditunjukkan dengan nilai r kuadrat sebesar 0,349. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat faktor-faktor lain sebesar 65,08 % yang mempengaruhi stres kerja selain konflik peran ganda seperti misalnya kinerja kerja, gaya kepemimpinan otoriter, perilaku agresif, pembayaran upah atau peluang dalam bekerja.

Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dikemukakan oleh Settless, dkk (Pratama,2010) yang menyebutkan bahwa peran ganda wanita, baik sebagai ibu rumah tangga maupun sebagai wanita yang bekerja, dapat menimbulkan konflik, baik konflik intrapersonal maupun konflik interpersonal. Konflik yang


(6)

berkepanjangan dapat menyebabkan timbulnya respon fisiologis, psikologis dan tingkah laku sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap kondisi yang mengancam.

Rice (1992) seseorang dapat dikategorikan mengalami stres kerja jika urusan stres yang dialami melibatkan juga pihak organisasi atau perusahaan tempat individu bekerja. Namun penyebab tidak hanya didalam perusahaan, karena masalah rumah tangga yang terba ke pekerjaan dan masalah pekerjaan yang terbawa ke rumah dapat juga menjadi penyebab stres kerja.

Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Benyamin (2008) pada karyawati di CV Semoga Jaya Samarinda yang mengatakan ada hubungan antara konflik peran ganda dengan stres kerja.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui ada hubungan positif yang sangat signifikan antara konflik peran ganda dengan stres kerja, namun hasil penelitian ini memiliki beberapa kelemahan.

Kelemahan yang pertama subyek penelitian yang berjumlah 80 orang yang terdiri dari 78 orang bagian produksi dan 2 orang satpam, 2 satpam membuat data penelitian tidak homogen sebaiknya hanya mengambil subyek bagian produksi saja agar data yang didapat homogen dan subyek penelitian seharusnya memiliki jam kerja dan beban kerja yang relatif sama. Kelemahan yang kedua pengambilan data penelitian menggunakan skala yang seluruhnya dititipkan dan dikordinir oleh bagian personalia sebaiknya dilakukan sendiri oleh peneliti, agar peneliti dapat terjun langsung mengawasi dan memastikan sendiri pengisian skala oleh karyawati.