DAMPAK PERISTIWA PENGESAHAN UU NO 25 TAHUN 2007 TENTANG PENANAMAN MODAL PADA HARGA SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA
DAMPAK PERISTIWA PENGESAHAN UU NO 25 TAHUN 2007
TENTANG PENANAMAN MODAL PADA HARGA SAHAM DI
BURSA EFEK INDONESIA
(studi kasus pada perusahaan LQ 45 yang terdaftar di Bursa Efek Imdonesia)
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas
–
Tugas dan Memenuhi
Syarat
–
Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Manajemen Pada Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Diajukan Oleh :
Krisna Dwipayana Purnomo
NIM F0204089
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
(2)
DAMPAK PERISTIWA PENGESAHAN UU NO 25 TAHUN 2007 TENTANG
PENANAMAN MODAL PADA HARGA SAHAM DI BURSA EFEK
INDONESIA
(studi kasus pada perusahaan LQ 45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia)
Krisna Dwipayana Purnomo NIM F0204089
Abstrak
Studi ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh peristiwa pengesahan UU no 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal yang disahkan pada tanggal 26 April 2007 pada harga saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). Penelitian ini menggunakan tiga hipotesis untuk
mengkonstruksi model dalam studi ini. Hipotesis tersebut adalah adanya abnormal return
yang diperoleh para investor dengan adanya peristiwa pengesahan UU no 25 Tahun 2007
(HA1), adanya perbedaan abnormal return mean sebelum dan sesudah peristiwa (HA2), dan
adanya perbedaan rata-rata trading volume activity sebelum dan sesudah peristiwa (HA3).
Penelitian ini mengambil sampel perusahaan yang terdaftar dalam LQ 45 di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode peristiwa. Pengembilan sampel menggunakan teknik purposive sampling agar ukuran sampel yang diambil dapat mewakili seluruh populasi. Selanjutnya dilakukan uji normalitas untuk memastikan bahwa data layak untuk pengujian hipotesis. Untuk menjawab permasalahan yang dirumuskan dilakukan pengujian paired sampel T-test
Hasil pengujian yang dilakukan menjelaskan bahwa para investor tidak memperoleh
abnormal return dengan adanya peristiwa pengesahan UU no 25 tahun 2007 baik dihitung berdasarkan perusahaan atau dihitung berdasarkan hari. Hasil ini tidak mendukung HA1. Dalam penghitungan berikutnya, ditemukan adanya perbedaan yang signifikan antara
abnormal return mean 5 hari sebelum peristiwa dan abnormal return mean 5 hari setelah peristiwa. Hasil ini mendukung HA2. Hasil pengujian ketiga yang dilakukan menjelaskan
(3)
sebelum dan sesudah peristiwa, sehingga HA3 tidak didukung. Hasil pengujian ini memberikan pemahaman tentang upaya yang dapat dilakukan oleh investor untuk
memperoleh abnormal return yaitu dengan menjual saham 30 perusahaan yang mengalami
keanikan abnormal return pada hari kedua sampai hari keempat setelah peristiwa
pengesahan UU no 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal tanggal 26 April 2007.
Kata kunci : abnormal return, trading volume activity, event study, dan pengesahan UU no
(4)
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pasar modal adalah tempat untuk berinvestasi para investor. Pasar modal yang ada di Indonesia mempunyai kecenderungan semakin efisien. Pasar modal dikatakan efisien jika pasar modal tersebut bereaksi dengan cepat dan akurat untuk mencapai harga keseimbangan baru yang sepenuhnya mencerminkan informasi yang tersedia (Jogiyanto,2003). Informasi mempunyai pengaruh terhadap pasar modal dibedakan menjadi dua, yaitu informasi tentang kondisi makro dan mikro. Lingkungan mikro meliputi: kinerja perusahaan, pembagian deviden dsb. Sedangkan lingkungan makro meliputi : keadaan politik, kondisi ekonomi, kebijakan moneter, arah kebijakan politik dll.
Di dalam lingkungan makro, arah kebijakan politik mempunyai pengaruh yang besar kepada investor untuk berinvestasi. Arah kebijakan politik biasanya terepresentasikan dalam produk-produk politik yang dihasilkan oleh pemerintah. Produk-produk politik tersebut antara lain Undang-undang (UU), Peraturan Pemerintah (PP), keputusan presiden (kepres) dll. Produk-produk politik tersebut biasanya sangat berkaitan erat dengan pemimpin negara pada saat itu. di Indonesia momentum reformasi ternyata membawa
(5)
perubahan yang fundamental dalam perjalanan Negara ini. Pasca reformasi tahun 1998 yang mengakhiri pemerintahan presiden Soeharto dengan Rezim orde barunya, muncul tatanan baru yang berusaha mengatur ulang Negara ini. tatanan baru ini berusaha untuk menjadi antitesa dari rezim orde baru terutama dalam masalah kepemimpinan dan kebebasan. Sudah menjadi perbincangan umum bahwa pola kepemimpinan yang dikembangkan rezim orde baru bersifat otoriter dan kebebasan masyarakat sangat dibatasi terutama kebebasan berpolitik.
Periode reformasi berusaha mencitakan sebuah kepemimpinan yang terbuka bagi siapapun. Dengan adanya konsep kepemimpinan yang terbuka, maka kesempatan atau hak berpolitik bagi setiap anak bangsa akan terlaksana. Harapan dari konsep tersebut akan lahir pemimpin yang benar diinginkan oleh masyarakat sehingga sang pemimpin benar-benar mengetahui permasalahan masyarakat dan bisa menyelesaikan problem-problem yang ada di masyarakat. Konsep inilah yang kelak akan melahirkan pemilihan langsung Presiden dan Wakil Presiden, Dewan perwakilan Daerah (DPD), dan pemilihan langsung kepala daerah yang terdiri dari Gubernur dan Wakil Gubernur, Walikota dan Wakil Walikota, Bupati dan Wakil Bupati.
Konsep demokrasi yang baru ini banyak mengambil inspirasi dari demokrasi yang dipraktekkan di Negara Amerika Serikat (AS) yang sering mendapat julukan nenek moyangnya demokrasi. Dalam perjalanannya demokrasi yang diharapkan membawa kepada kemakmuran belum terwujud, demokrasi yang berkembang di Indonesia cenderung mengarah ke demokrasi liberal bahkan ada yang mengakan demokrasi dan produk-produk
(6)
demokrasi kita lebih liberal dari Amerika Serikat(AS). Selain sistem pemerintahan yang dibangun dengan fondasi demokrasi liberal yang cenderung kapitalis, produk-produk pemerintahanpun banyak yang mendukung agenda-agenda liberalisasi di segala bidang. Rekam jejak tentang agenda liberalisasi itu diawali dengan disahkannya UU no 10 tahun te ta g per a ka . Dala a u u dari pe jelasa dise utka ah a upaya liberalisasi di bidang perbankan dilakukan sedemikian rupa sehingga dapat sekaligus meningkatkan kinerja perbankan nasional. Oleh karena itu, perlu diberikan kesempatan yang lebih besar kepada pihak asing untuk berperan serta dalam memiliki bank nasional sehi gga tetap terjadi ke itraa de ga pihak asio al . Da pak dari atura terse ut sektor perbankan menjadi ajang persaingan terbuka antara pemodal dalam negeri dan
pemodal asing.
Rekam jejak berikutnya adalah terbitnya UU no 19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Dalam pasal 76 disebutkan yang dimaksud dengan industri/sektor usaha kompetitif adalah yang pada dasarnya dapat diusahakan oleh siapa saja, baik BUMN ataupun swasta. Dengan dasar tersebut maka semua BUMN bisa diprivatisasi. Hal inilah yang menjadikan dasar penjualan BUMN seperti Indosat, Telkom dll. penjualan asset-aset strategis tersebut membawa permasalahan baru di masyarakat karena banyak masyarakat yang menentang penjualan aset-aset strategis tersebut. Rekam jejak selanjutnya adalah terbitnya UU no 25 tahun 2007 tentang penanaman modal. Kalau sebelumnya undang-undang yang ada hanya mengatur satu sektor, maka berlakunya undang-undang-undang-undang ini akan berdampak pada semua sektor kecuali sektor yang dilarang seperti produksi senjata, mesiu, alat peledak, peralatan perang (pasal 12 ayat 2 UU no 25 tahun 2007 tentang Penanaman
(7)
Modal). Pengecualian tentang sektor yang tertutup bagi para pemodal juga dijelaskan dalam peraturan presiden no 36 tahun 2010.
Rencana pengesahan Undang-undang no 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal mengundang pro dan kontra di masyarakat. Pihak yang kontra rata-rata berasal dari ekonom anti neoliberlis, elemen masyarakat yang diwakili gerakan mahasiswa atau organisasi kemasyarakatan (ormas) yang sering mendengungkan isu kemandirian bangsa atau tentang nasionalisme. Pihak yang kontra berpendapat bahwa pengesahan Undang-undang no 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal adalah agenda lanjutan dari liberalisasi seluruh sektor yang ada di negeri ini.
Beberapa pasal yang menjadi bukti selain pasal 12 yang menjelaskan luasnya wilayah investasi swasta adalah pasal 18-24 yang menjelaskan fasilitas yang diterima pihak penanam modal. Dalam pasal 22 ayat 1a dikatakan bahwa hak guna usaha dapat diberikan dengan jumlah 95(sembilan puluh lima) tahun, dalam pasal 22 ayat 1b dikatakan bahwa hak guna bangunan dapat diberikan dengan jumlah 80 (delapan puluh) tahun, dalam pasal 22 ayat 1c dikatakan bahwa hak pakai dapat diberikan dengan jumlah 70 (tujuh puluh) tahun. Menurut pihak yang menolak, penerapan pasal 22 akan menjadikan pihak-pihak swasta terutama asing lebih mudah untuk menguasai dan menguras kekayaan yang ada di Indonesia dalam waktu yang lama. Kekhawatiran ini sangat beralasan karena dalam perjanjian kontrak karya yang pernah ada di Indonesia sering kali pemerintah kecolongan, maksud dari kecolongan adalah perusahaan rekanan mendapat keuntungan yang banyak sementara pemerintah mendapat sangat sedikit untuk ukuran pemilik.
(8)
Ketika pemerintah menyadari kekeliruan yang dibuat, maka pemerintah tidak bisa berbuat apa-apa karena rata-rata kontrak tersebut berdurasi lama. Pemerintah hanya berusaha melakukan negosiasi kontrak yang biasanya tidak disetujui perusahaan rekanan atau berharap kontrak bisa segera selesai dan pemerintah bisa melakukan perjanjian baru dengan posisi tawar yang lebih baik. Contoh yang sering mewakili kondisi ini adalah kontrak Freeport di Papua dan kontrak Exxon Mobil di blok Cepu, Jawa Tengah. Pihak yang mendukung adalah pelaku pasaratau investor atau lebih sering kita sebut penanam modal. Pihak penanam modal sanagt mendukung segera disahkannya Undang-undang no 25 tahun 2007 tentang Penanaman modal karena selain banyak poin-poin yang menguntungkan, penanam modal juga membutuhkan sebuah aturan yang kuat yang bisa melindungi kegiatan-kegiatan mereka. Dengan adanya peraturan yang kuat, maka pihak penanam modal akan lebih nyaman dalam menyelenggarakan usahanya. Kondisi yang diinginkan pelaku pasar tentunya akan menjadi sinyal positif bagi pasar. Sinyal positif ini akan direspon positif pula oleh pasar saham.
Event Study dapat digunakan untuk menguji kandungan informasi dari suatu peristiwa. Pengujian kandungan informasi dimaksudkan untuk melihat reaksi dari suatu peristiwa. Jika peristiwa mengandung informasi, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu berita tentang peristiwa tersebut diterima oleh pasar. Reaksi pasar ditunjukkan
dengan adanya perubahan harga menggunakan return dari sekuritas bersangkutan. Reaksi
ini dapat diukur dengan abnormal return kepada investor. Sebaliknya, peristiwa yang tidak
mengandung informasi tidak akan memberikan abnormal return kepada investor (Jogiyanto,
(9)
Penelitian yang dilakukan oleh Mansur, Cochran dan Froiro (1989) mengenai reaksi
pasar modal pada saham-saham perusahaan penerbangan Amerika Serikat terhadap event
pelarangan terbang (grounding) pesawat-pesawat DC-10. Penelitian dilakukan dengan
menggunakan event period selama 30 hari bursa dengan event date pada tanggal 6 Juni
1979 (tanggal pengumuman grounding). Hasilnya adalah saham-saham perusahaan
penerbangan yang menggunakan pesawat-pesawat DC-10 di News York Stock Exchange
dengan cepat mencerminkan informasi buruk tersebut (return pemilik saham menjadi turun
akibat event tersebut).
Berdasarkan kondisi dan alasan tersebut, peneliti berupaya melakukan penelitian
event study mengenai “Da pak peristiwa pe gesahan UU no 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal pada harga saham di Bursa Efek Indonesia . Pe elitia i i e o a
menguji kandungan informasi dari suatu peristiwa politik terhadap aktivitas di pasar modal, khususnya di Bursa Efek, atau dengan kata lain hendak mengamati reaksi pasar modal
terhadap event politik berskala nasional.
B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah :
1.
Apakah para investor memperoleh
abnormal return
dengan adanya peristiwa
pengesahan UU no 25 tahun 2007 tentang penanaman modal tanggal 26 April
2007?
(10)
2.
Apakah ada perbedaan antara
abnormal return mean
di Bursa Efek Indonesia
sebelum dan sesudah peristiwa pengesahan UU no 25 tahun 2007 tentang
penanaman modal tanggal 26 April 2007 ?
3.
Apakah ada perbedaan antara rata-rata aktivitas volume perdagangan di Bursa
Efek Indonesia sebelum dan sesudah peristiwa pengesahan UU no 25 tahun 2007
tentang penanaman modal tanggal 26 April 2007?
C. TUJUAN PENELITIAN
Sesuai dengan pokok permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :
1.
Untuk mengetahui ada tidaknya
abnormal return
yang diperoleh para investor
dengan adanya peristiwa pengesahan UU no 25 tahun 2007 tentang penanaman
modal tanggal 26 April 2007?
2.
Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan
abnormal return mean
di Bursa Efek
Indonesia sebelum dan sesudah peristiwa pengesahan UU no 25 tahun 2007
tentang penanaman modal tanggal 26 April 2007?
3.
Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan rata-rata aktivitas volume perdagangan
di Bursa Efek Indonesia sebelum dan sesudah peristiwa pengesahan UU no 25
tahun 2007 tentang penanaman modal tanggal 26 April 2007?
D. MANFAAT PENELITIAN
(11)
1.
Kalangan akademis dan dunia penelitian.
Menambah referensi dan meningkatkan pemahaman mengenai penelitian
event
study
khususnya yang memiliki pengaruh yang kuat terhadap pasar modal di
Indonesia
2.
Pemerintah.
Memberikan sebuah referensi baru terhadap pemerintah tentang sebuah
kebijakan politik yang mempunyai pengaruh terhadap indeks harga saham baik
pada perusahaan yang terdapat modal asing di dalamnya dan perusahaan yang
sepenuhnya terdiri dari modal dalam negeri
3. Kalangan investor individu atau perusahaan.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pertimbangan kepada para investor
baik asing atau dalam negeri dalam melakukan investasi di suatu negara tertentu
dan waktu tertentu sehingga investor akan lebih berhati-hati dalam mengambil
kebijakan investasi mereka.
BAB II
(12)
A. TINJAUAN PUSTAKA
1.
Saham
a. Pengertian Saham
Saham merupakan tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan usaha dalam suatu perusahaan. Menurut Widoadmojo (1996: 43), selembar saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa kertas tersebut adalah pemilik (berapapun porsinya) dari suatu perusahaan yang menerbitkan kertas tersebut, sesuai investor untuk memiliki saham yaitu kemampuannya memberikan
keuntungan yang berupa dividend dan capital gain.
b. Jenis-jenis Saham
Suatu perusahaan dapat menjual hak kepemilikannya dalam bentuk saham (stock). Saham dapat dibedakan dalam beberapa jenis (Jogiyanto, 2000: 67) :
1)
Saham
preferen
: merupakan saham yang mempunyai sifat gabungan
antara
obligasi
dan saham biasa seperti
bond
yang membayarkan bunga
atas pinjaman, saham
preferen
juga memberikan hasil yang tetap berupa
dividen preferen
.
Beberapa karakteristik saham
preferen
adalah sebagai berikut :
a)
Hak
preferen
terhadap
dividen
, adalah hak untuk menerima
dividen
(13)
b)
Hak
preferen
pada waktu likuidasi, adalah hak saham
preferen
untuk
mendapatkan terlebih dahulu aktiva perusahaan dibandingkan dengan
saham biasa pada saat terjadi likuidasi.
2)
Saham biasa : jika perusahaan hanya mengeluarkan satu kelas saham saja,
saham ini biasanya dalam bentuk saham biasa (
common stock
). Pemegang
saham adalah pemilik dari perusahaan yang mewakilkan kepada
manajemen untuk menjalankan operasi perusahaan. Setiap pemegang
saham memperoleh sertifikat sebagai tanda pemilikian pada perusahaan.
Pada setiap sertifikat saham tercantum nama, alamat dan hak suara
pemegang saham. Sebagai suatu sura berharga mengandung perikatan
hukum formal; yang setiap penerbitnya dijamin oleh Undang-Undang.
Untuk Indonesia berupa Undang Perseroan Terbatas,
Undang-Undang Pasar Modal, beserta aturan pelaksanaannya.
Beberap hak yang dimiliki oleh pemegang saham biasa adalah :
a)
Hak kontrol, adalah hak pemegang saham biasa untuk memilih
pimpinan perusahaan.
b)
Hak menerima pembagian keuntungan, adalah hak pemegang saham
biasa untuk mendapatkan bagian dari keuntungan perusahaan.
c)
Hak
preemptive
, adalah hak untuk mendapatkan persentase
kepemilikan yang sama jika perusahaan mengeluarkan tambahan
lembar saham untuk tujuan melindungi hak kontrol dari pemegang
saham dan melindungi harga saham lama dari kemelorotan nilai.
(14)
3)
Saham
treasury
: saham milik perusahaan yang sudah pernah dikeluarkan
dan beredar yang kemudian dibeli kembali oleh perusahaan untuk
disimpan sebagai
treasury
yang nantinya dapat dijual kembali.
c.
Harga Saham
Semakin tinggi harga saham berarti semakin tinggi pula kekayaan pemegang saham. Harga saham dapat dibedakan menjadi beberapa macam (Widoadmojo, 1996 : 45), yaitu :
1)
Harga nominal : merupakan nillai yang ditetapkan oleh emiten, untuk
menilai setiap lembar saham yang dikeluarkannya.
2)
Harga perdana : merupakan harga sebelum saham tersebut dicatatkan di
bursa efek, setelah bernegosiasi dengan penjamin emisi (
underwriter
),
akan dijual kepada masayarakat. Setelah itu penjamin emisi segera
membuka
counter
untuk melakukan penjuaan saham emiten.
3)
Harga pasar : adalah harga jual dari investor yang satu dengan investor
yang lain. Harga ini terjadi setelah saham tersebut dicatat di bursa baik
bursa utama maupun
OTC
. Dalam transaksi ini tidak lagi melibatklan
emiten dan penjamin emisi.
(15)
a.
Pengertian Indeks Harga Saham
Pengambilan keputusan membutuhkan data historis mengenai berbagai kejadian di masa yang lalu. Keputusan investor memilih suatu saham sebagai obyek investasinya membutuhkan data historis terhadap pergerakan saham yang beredar di bursa, baik secara individual, kelompok, maupun gabungan. Mengingat transaksi investor saham terjadi pada setiap saham dengan variasi permasalahan yang sangat rumit dan berbeda-beda, pergerakan harga saham memerlukan identifikasi dan penyajian informasi yang bersifat spesifik. Ribuan kejadian dan fakta historis tersebut harus dapat disajikan dengan sistem tertentu agar dapat menghasilkan suatu informasi yang sederhana, konsisten dan mudah ditafsirkan oleh para pelaku pasar modal. Informasi yang sederhana namun dapat mewakili suatu kondisi tertentu akan mewujudkan peta permasalahan yang disimbolkan oleh tanda-tanda angka ataupun peristilahan tertentu. Berdasarkan peta permasalahan inilah para investor dapat membayangkan maupun memprediksi situasi yang akan terjadi di masa yang akan datang.
Sistem pemetaan kejadian historis tersebut menyangkut sejumlah fakta maupun besaran tertentu yang menggambarkan perubahan-perubahan harga saham di masa lalu. Bentuk informasi historis yang dipandang tepat untuk menggambarkan pergerakan harga saham di masa lalu adalah suatu indeks harga saham yang memberikan diskripsi harga-harga saham pada suatu saat tertentu maupun dalam periodisasi terentu pula. Indeks harga saham tersebut merupakan
(16)
catatan terhadap perubahan-perubahan maupun pergerakan harga saham sejak mulai pertama kali beredar sampai pada suatu saat tertentu (Sunariyah, 2000:124).
Metodologi pencatatan dan penyajian informasi berdasarkan angka indeks tersebut dapat dikembangkan dengan berbagai variasi, sesuai dengan tujuannya masing-masing. Oleh karena itu dikenal indeks harga saham sejenis, indeks harga saham individual, indeks harga saham gabungan dan lain-lainnya. Berbagai penyajian informasi indeks tersebut bersifat spesifik agar investor dapat memanfaatkannya dalam strategi investasi di bursa saham.
b.
Jenis-jenis Indeks Harga Saham.
Indeks harga saham mempunyai variasi bentuk yang berbeda-beda sesuai dengan tujuan penyajiannya, yaitu : (Sunariyah, 2000:125).
1)
Indeks harga saham individual, menggambarkan suatu rangkaian
informasi historis mengenai pergerakan harga saham, sampai pada
tanggal tertentu. Biasanya pergerakan harga saham disajikan tiap hari,
berdasarkan harga penutupan di bursa pada hari tersebut. Indeks tersebut
disajikan untuk periode tertentu, yang dalam hal ini mencerminkan suatu
nilai yang berfungsi sebagai pengukuran kinerja suatu saham di bursa
efek.
(17)
2)
Indeks harga saham gabungan, menggambarkan suatu rangkaian
informasi historis mengenai pergerakan harga saham gabungan, sampai
pada tanggal tertentu. Biasanya pergerakan harga saham tersebut
disajikan setiap hari, berdasarkan harga penutupan di bursa pada hari
tersebut. Indeks tersebut disajikan untuk periode tertentu. Indeks harga
saham gabungan mencerminkan suatu nilai yang berfungsi sebagai
pengukuran kinerja suatu saham gabungan di bursa efek. Maksud dari
gabungan itu sendiri adalah kinerja saham yang tercatat di bursa tersebut.
3.
Informasi di Pasar Modal dan Efisiensi Pasar
Informasi atau fakta material adalah informasi atau fakta penting dan relevan mengenai peristiwa, kejadian, atau fakta yang dapat mempengarui harga efek pada bursa efek dan atau keputusan pemodal, calon pemodal, atau pihak lain yang berkepentingan atas informasi atau fakta tersebut (Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995). Sedangkan Beaver (1989), mendefiniskan informasi sebagai suatu perubahan ekspaktasian tentang hasil suatu peristiwa.
Kecepatan reaksi antara suatu kejadian dengan pengaruhnya terhadap harga saham di bursa tergantung pada kekuatan efisiensi suatu bursa. Semakin efisien suatu pasar, maka semakin cepat pula informasi tersebut terefleksi dalam harga saham (Suryawijaya dan Setiawan, 1998). Efisiensi pasar merupakan hubungan antara harga sekuritas dengan informasi dan suatu pasar sekuritas dikatakan efisien jika
(18)
harga-harga sekuritas menceerminkan secara penuh informasi yang tersedia di pasar (Fama, 1991).
West dalam Husnan (1994) membedakan pasar modal efisien menjadi 2 bentuk, yaitu internal efficiency dan external efficiency, yaitu :
a.
Internal efficiency
adalah pasar modal yang diorganisir dengan baik, di mana
harga-harga sekuritas tidak hanya mencerminkan tingkat harga yang benar,
tetapi juga meyediakan berbagai jasa yang diperlukan oleh pembeli dan
penjual dengan biaya serendah mungkin.
b.
External efficiency
adalah pasar modal yang berada dalam keadaan
kesinambungan, sehingga keputusan perdagangan saham yang berdasarkan
arus informasi yang tersedia di pasar tidak memberikan tingkat
expected
return
di tingkat
expected equilibrium return
.
Efisiensi eksternal ini sesuai dengan pengertian efisiensi mikro pasar modal, yaitu suatu kondisi seberapa jauh pasar modal efisien secara informasional.
Kondisi-kodisi yang harus dipenuhi dalam pasar modal efisien, antara lain tidak ada biaya transaksi dalam perdagangan sekuritas, semua informasi tersedia secara gratis bagi semua partisipan pasar, tersedia banyak pembeli dan penjual yang siap mengakses informasi, serta tidak ada kerjasama antar penawar dalam melakukan transaksi tersebut.
(19)
Berdasarkan jenis informasi yang digunakan Fama (dalam Elton dan Gruber, 1995) mendefinisikan 3 (tiga) bentuk efisiensi pasar modal yaitu :
a.
Weak-form efficiency
(efisiensi bentuk lemah), yaitu suatu keadaan di mana
harga-harga mencerminkan semua informasi yang ada pada catatan di waktu
yang lalu. Dalam kondisi ini, harga yang terjadi adalah harga yang wajar dan
tidak ada seseorang pemodal atau sekelompok pemodal yang dapat
memperoleh keuntungan di atas normal (
abnormal return
).
b.
Semi-form efficiency
(efisiensi bentuk setengah kuat), yaitu suatu kondisi di
mana harga-harga yang terjadi tidak hanya mencerminkan harga-harga di
waktu yang lalu, tetapi juga mencerminkan semua informasi yang
dipublikasikan. Informasi yang dipublikasikan dapat berupa pengumuman
earning
dan pengumuman
dividend
, pemecahan saham,
merger
dan
sebagainya. Dalam kondisi ini, harga yang terjadi adalah harga wajar dan
tidak ada seseorang pemodal atau sekelompok pemodal yang dapat
memperoleh keuntungan di atas normal (
abnormal return
), karena dalam
kondisi efisien, semua pemodal mampu mengakses informasi secara cepat dan
benar. Untuk mengetahui apakah pasar modal berada dalam bentuk setengah
kuat, maka perlu dicari
abnormal return
.
c.
Strong-form efficiency
(efisiensi bentuk kuat), yaitu harga saham tidak hanya
mencerminkan informasi yang dipublikasikan, akan tetapi juga mencerminkan
informasi yang tidak dipublikasikan, yang dikenal dengan
insider information
.
(20)
Disebut
insider information
karena yang mempunyai informasi tersebut
adalah pihak yang ada dalam perusahaan. Pasar modal dapat menjadi efisien
secara informasional, apabila benar-benar pendukungnya tersedia. Foster
(1986) menjelaskan beberapa faktor yang dapat menentukan agar pasar modal
efisien bisa dicapai, antara lain tingkat persaingan, kualitas dan kuantitas
informasi yang diterbitkan oleh emiten/ perusahaan.
4.
Modal
Modal adalah aset dalam bentuk uang atau bentuk lain yang bukan uang yang dimiliki oleh penanam modal yang mempunyai nilai ekonomis. Sedangkan penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia.
a.Menurut asalnya modal dibedakan menjadi 2, yaitu :
1) Modal dalam negeri : merupakan modal dalam negeri adalah modal yang
dimiliki oleh negara Republik Indonesia, perseorangan warga negara Indonesia, atau badan usaha yang berbentuk badan hukum atau tidak berbadan hukum.
2) Modal asing : merupakan modal asing adalah modal yang dimiliki oleh negara
(21)
asing, dan/atau badan hukum Indonesia yang sebagian atau seluruh modalnya dimiliki oleh pihak asing
b. Menurut jenisnya, penanaman modal dibedakan menjadi 2 yaitu :
1) Penanaman modal langsung : merupakan kegiatan menanamkan barang modal
baik uang ataupun barang langsung ke perusahaan.
2) Penanaman modal tidak langsung : Kegiatan menanamkan modal yang
dilakukan melaui pasar modal
c. Menurut pelakunya, penanaman modal dibedakan menjadi 2 yaitu :
1) Penanaman modal dalam negeri : merupakan perseorangan Warga Negara
Indonesia, badan usahan Indonesia, Negara Republik Indonesia, atau daerah yang melakukan penanaman modal di wilayah Negara Republik Indonesia.
2) Penanaman modal asing : merupakan Perseorangan warga Negara asing, badan
usaha asing, dan/atau pemerintah asing yang melakukan penanaman modal di wilayah Negara Republik Indonesia.
5.
Aktivitas Volume Perdagangan.
Aktivitas volume perdagangan merupakan suatu instrument yang dapat digunakan untuk melihat reaksi pasar modal terhadap informasi melalui parameter pergerakan aktivitas volume perdagangan di pasar. Ditinjau dari fungsinya, maka dapat
(22)
dikatakan bahwa aktivitas volume perdagangan merupakan suatu variasi dari event study. Perbedaan dari keduanya adalah pada parameter yang digunakan untuk
mengukur reaksi pasar terhadap suatu event. Perubahan volume perdagangan di pasar
modal menunjukkan aktivitas perdagangan saham di bursa dan mencerminkan keputusan investasi investor.
Penelitian yang dilakukan Asri dan Setiawan (1998), menguji reaksi pasar terhadap peristiwa 27 Juli. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terjadi perbedaaan
yang signifikan antara rata-rata volume perdagangan saham sebelum dan sesudah
peristiwa.
6.
Return, abnormal return, dan abnormal return mean.
Return merupakan hasil yang diperoleh dari Investasi. Return dapat berupa
return realisasi yang sudah terjadi atau return ekspektasi yang belum terjadi tetapi yang
diharapkan akan terjadi di masa mendatang. Return realisasi merupakan return yang
telah terjadi. Return realisasi dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi
penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan. Return
historis ini juga penting sebagai dasar penentuan return yang diharapkan akan
diperoleh oleh investor di masa mendatang. Berbeda dengan return realisasi yang
(23)
Abnormal return (return tidak normal) atau excess return merupakan kelebihan
dari return yang sesungguhnya terjadi terhadap return normal. Return normal
merupakan return ekspektasi (return yang diharapkan oleh investor). Dengan demikian
abnormal return adalah selisih antara retur sesungguhanya yang terjadi dengan return ekspektasi (Joguiyanto, 2000:415). Abnormal return dicari dengan menggunakan model indeks tunggal. Model indeks tunggal didasarkan pada pengamatan bahwa harga dari sekuritas berfluktuasi searah dengan indeks harga pasar (Jogiyanto, 2000:203). Secara khusus dapat diamati bahwa kebanyakan saham cenderung mengalami kenaikan harga jika indeks harga saham naik.
Abnormal return mean adalah jumlah keseluruhan abnormal return dibagi dengan variablel yang diamati. Dalam pengamatan berdasarkan hari, jumlah pembagi adalah jumlah perusahaan yang tercacat sebagai anggota LQ 45, yaitu 45. Dalam pengamatan berdasarkan perusahaan, jumlah pembagi adalah jumlah hari yang diamati dalam penelitian. Dalam penelitian ini, jumlah hari yang diamati adalah 11, yang terdiri dari 5 hari sebelum peristiwa, 1 hari terjadinya peristiwa, dan 5 hari setelah peristiwa.
7.
Event Study
Event study merupakan studi yang mempelajari reaksi pasar terhadap suatu peristiwa yang informasinya dipublikasikan sebagai suatu pengumuman (Jogiyanto, 2000). Jika pengumuman mengandung informasi, maka pasar diharapkan akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima pasar. Reaksi pasar ditunjukkan dengan
(24)
adanya perubahan harga dari sekuritas bersangkutan. Reaksi ini dapat diukur dengan
menggunakan return sebagai nilai perubahan harga atau dengan menggunakan
abnormal return.
Event study merupakan investigasi empiris terhadap hubungan antar harga sekuritas dan peristiwa ekonomi (Strong dalam Barbara, 2001). Sedangkan pendapat
lain mengatakan bahwa event study adalah penyelidikan empiris terhadap hubungan
antara harga-harga sekuritas dengan kejadian-kejadian ekonomi (Brown dan Warner, 1985:3).
Event study bertujuan untuk mengukur hubungan antara suatu peristiwa yang
mempengaruhi surat berharga dan return dari surat berharga tersebut (Kritzman,
1994:17) dan menaksir apakah ada abnormal atau excess return earned yang diperoleh
pemegang saham dari adanya peristiwa tertentu, seperti pengumuman laba,
pengumuman merger, stock split (Peterson, 1989:6).
Event study mempunyai sejarah yang panjang. Penelitian tentang event study
telah diaplikasikan pada berbagai peristiwa, seperti merger dan akusisi, pengumuman
laba, masalah utang atau modal baru, dan pengumuman variabel-variabel makro ekonomi sepeti defisit perdagangan (MacKinlay, 1997:13). Penelitian ini menggunakan peristiwa pemecahan saham pertama kali dilakukan oleh Fama, Fischer, Jensen dan Moll (1969) yang meneliti 940 pemecahan saham yang terdaftar di New York Stock Exchange pada periode antara 1927-1959, hasil penelitian menunjukkan bahwa ada
(25)
ditemukan abnormal return pada hari pengumuman dan periode setelah pengumuman.
Walaupun event study memiliki jangkauan yang luas, namun sebagian besar dari
penelitan-penelitian yang ada hanya meneliti hubungan antara harga saham dengan
peristiwa ekonomi, baru pada sekitar dua dekade terakhir ini banyak dilakukan event
study terhadap peristiwa-peristiwa di luar masalah-masalah ekonomi.
Seiring dengan perkembangan pasar modal, penelitian event study yang
mengambil peristiwa selain pemecahan saham, pengumuman dividen, merger dan
akusisi, dan perubahan Undang-Undang perpajakan atau peristiwa-peristiwa ekonomi
lainnya, telah pula dilakukan oleh beberapa peneliti. Penelitian tentang event study
yang mengambil peristiwa di luar masalah ekonomi telah dilakukan beberapa peneliti mengenai masalah politik dan masalah lingkungan yang pernah terjadi baik di dalam maupun di luar negeri.
B. PENELITIAN TERDAHULU
Seiring dengan perkembangan pasar modal, penelitian event study yang mengambil
peristiwa di luar masalah ekonomi telah dilakukan oleh beberapa peneliti, seperti penelitian yang dilakukan oleh Mansur, Cochran dan Froiro (1989) mengenai reaksi pasar modal pada
saham-saham perusahaan penerbangan Amerika Serikat terhadap event pelarangan terbang
(grounding) pesawat-pesawat DC-10. Penelitian dilakukan dengan menggunakan event period selama 30 hari bursa dengan event date pada tanggal 6 Juni 1979 (tanggal
(26)
menggunakan pesawat-pesawat DC-10 di News York Stock Exchange dengan cepat
mencerminkan informasi buruk tersebut (return pemilik saham menjadi turun akibat event
tersebut).
Selain itu, event study lain yang tidak terkait langsung dengan aktivitas ekonomi
adalah event study mengenai reaksi pasar modal Amerika Serikat (New York Stock
Exchange) terhadap bocornya reaktor nuklir di Chernobyl, Uni Sovyet yang dilakukan oleh Kalra, Henderson Jr., dan Raines (1993). Mereka menemukan reaksi harga yang negatif
(karena event-nya tergolong bad news) terhadap peristiwa itu pada saham
perusahaan-perusahaan Amerika Serikat yang listed di NYSE yang menggunakan sumber tenaga nuklir
dalam proses produksinya.
Asri (1996), dalam jurnalnya di Kelola No. 11 Edisi VII Tahun 1996 menulis dengan
judul U.S. Multi asio al Stock Price Reactio to host Cou try’s Gover etal Cha ge: The
Case of Pri a Mi ister Takashita’s Resig atio menyimpulkan bahwa abnormal return
negatif terjadi tujuh hari setelah peristiwa itu. Event yang dipilih adalah pengumuman
rencana pengunduran diri Perdana Menteri Jepang, Noburu Tajeshita, yang diberitakan oleh Wall Street Journal pada tanggal 25 April 1989. Studi ini melibatkan 62 perusahaan multinasional Amerika Serikat yang mempunyai subsidiary di Jepang pada saat berita tersebut diumumkan. Namun, pada aktivitas harian perusahaan Internasional mempunyai
dampak positif pada kumulatif abnormal return.
Suryawijaya dan Setiawan (1998), dalam jurnalnya di Kelola No. 18/VII/1998, menulis dengan judul Reaksi Pasar Modal Indonesia Terhadap Peristiwa Politik Dalam Negeri (Even
(27)
Study pada Peristiwa 27 Juli 1996) menyimpulkan bahwa pasar modal Indonesia (dalam hal ini Bursa Efek Jakarta) bereaksi terhadap peristiwa di luar kegiatan ekonomi yang memiliki skala nasional. Peristiwa 27 Juli 1996 yang merupakan peristiwa murni politik dipandang para pelaku pasar memiliki dampak ekonomis, yang sebelumnya sama sekali tidak diduga
oleh pelaku pasar. Reaksi negatif terjadi secara spontan pada event date.
Soebagiyo dan Prasetyowati (2003), meliputi faktor-faktor yang mempengaruhi Indeks Harga Saham di Indonesia. Hasil penelitian tersebut jika terjadi perubahan setiap variabel yaitu inflasi, suku bunga, kurs valuta asing, jumlah uang beredar, indeks harga saham gabungan bulan sebelumnya sebesar satu persen, maka indeks harga saham gabungan akan cenderung berubah positif, hal ini karena arah parameter nilai penyesuaian positif kurang dari 1 (satu).
C. KERANGKA PEMIKIRAN.
Untuk mempermudah arah dari penyusunan penelitian ini serta mempermudah dalam penganalisaan masalah yang dihadapi, maka diperlukan suatu kerangka pemikiran yang akan memberikan gambaran tahap-tahap penelitian untuk mencapai suatu kesimpulan. Sekaran (dalam Sugiyono, 2004:47) mengemukakan bahwa kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Kerangka pemikiran yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
(28)
GAMBAR 2.1 KERANGKA PEMIKIRAN
D. HIPOTESIS
Yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah :
1.
Hipotesis 1
Sebelum PeristiwaPERISTIWA PENGESAHAN UU NO 25 TAHUN 2007 TENTANG
PENANAMAN MODAL
Sesudah Peristiwa
Abnormal Return
Perbedaan Volume Perdagangan Abnormal
(29)
Ha1
: Para investor memperoleh
abnormal return
dengan adanya peristiwa
pengesahan UU no 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal tanggal 26 april
2007.
2.
Hipotesis 2
Ha2
: Terdapat perbedaan
abnormal return mean
sebelum dan sesudah
peristiwa pengesahan UU no 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal tanggal
26 april 2007.
3.
Hipotesis 3
Ha
3: Terdapat perbedaan rata-rata aktivitas
volume
perdagangan di Bursa
Efek Indonesia sebelum dan sesudah peristiwa pengesahan UU no 25 tahun 2007
tentang Penanaman Modal tanggal 26 april 2007
BAB III
(30)
A. DESAIN PENELITIAN
1.
Ruang Lingkup Penelitian
a.
Peristiwa yang Diteliti
Penelitian mengenai reaksi harga saham Bursa Efek Jakarta terhadap
peristiwa pengesahan UU no 25 tahun 2007 tentang penanaman modal.
Event study
adalah suatu pengamatan mengenai pergerakan harga saham di
pasar modal untuk mengetahui apakah ada
abnormal return
yang diperoleh
pemegang saham akibat dari suatu peristiwa tertentu (Peterson dan Suyatno,
2001). Penelitian
event study
dalam penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui reaksi pasar terhadap suatu
event
(kejadian), yaitu peristiwa
pengesahan UU no 25 tahun 2007 tentang penanaman modal tanggal 26
April.
Kriteria utama pemilihan peristiwa yang diteliti adalah peristiwa dalam
negeri yang diduga berpengaruh terhadap perdagangan di pasar modal.
Peristiwa pengesahan UU no 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal
merupakan salah satu peristiwa yang diduga berpengaruh terhadap
perdagangan di pasar modal. Alasan dipilihnya peristiwa pengumuman
pengesahan UU no 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal pada tanggal
26 April 2007 adalah karena peristiwa tersebut merupakan :
1)
Peritiwa dalam negeri yang menjadi pusat perhatian nasional bahkan
dunia internasional terutama para investor yang ingin menanamkan
(31)
2)
Peristiwa ini mendapat tentangan dari berbagai pihak karena ada
kekhawatiran pengesahan undang-undang ini adalah tahapan dari proses
liberalisasi yang disponsori oleh kepentingan asing yang ingin masuk ke
Indonesia.
3)
Undang-undang ini berlaku untuk seluruh wilayah Negara Indonesia.
b.
Periode pengamatan
Periode waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah 5 hari
sebelum peristiwa (19 April 2007
–
25 April 2007), 1 hari tanggal peristiwa
(26 April 2007) dan 5 hari setelah peristiwa (27 April 2007
–
3 April 2007).
Pendekatan yang digunakan dalam menganalisis
abnormal return
pada
penelitian ini menggunakan Model Disesuaikan Pasar (
Market-Adjusted
model
). Model ini menganggap bahwa penduga terbaik untuk mengestimasi
return
suatu sekuritas adalah indeks pasar pada saat tersebut. Dengan
menggunakan model ini, maka tidak perlu menggunkan periode estimasi
untuk membentuk model estimasi, karena
return
sekuritas yang diestimasi
adalah sama dengan
return
indeks pasar (Jogiyanto, 2003, p. 445). Maka
periode waktu yang digunakan adalah:
(32)
Gambar 3.1
Periode Waktu Penelitian di Bursa Efek Indonesia
c.
Populasi dan Sampel
Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling dalam pengambilan
sampelnya, yaitu pengambilan sampel dari suatu populasi dengan tujuan tertentu (Emory & Cooper, 1995). Tujuan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah agar ukuran sampel yang diambil dapat mewakili seluruh populasi.
Sedangkan sampel yang digunakan adalah saham dari perusahaan yang terdaftar dalam LQ 45 di Bursa Efek Indonesia selama periode pengamatan. Alasan digunakannya saham tersebut didasarkan data 45 saham dalam indeks LQ 45 dengan kapitalisasi pasar terbesar di Bursa Efek Indonesia pada bulan November 2006 sampai dengan April 2007. Dengan kapitalisasi pasar yang paling besar yang diraih 45 saham tersebut, maka saham-saham tersebut merupakan saham yang aktif diperdagangkan di bursa (bukan saham tidur) serta merupakan saham-saham yang tergolong likuid. Dengan demikian, maka menurut peneliti sampel yang diambil dapat mewakili populasi pasar secara keseluruhan.
(33)
2.
Metode pengumpulan dan Sumber Data
Metode pengumpulan data adalah suatu cara yang dipergunakan untuk
mendapatkan informasi yang kemudian dikumpulkan sebagai penelitian. Sumber
data dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang
diperoleh dari sumber lain untuk tujuan lain. Data dikumpulkan dari hasil
peninjauan terhadap sumber-sumber data secara langsung dari website
www.jsx.co.id,
www.idx.co.id, JSX Monthly Statistiks, ICMD, Pojok BEJ dan
publikasi lain yang memuat informasi yang relevan dalam penelitian ini. Jenis
data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a.
Nama saham harian atau perusahaan yang menjadi sampel.
b.
Harga saham harian untuk tiap-tiap jenis saham pada periode
pengamatan.
c.
Indeks harga saham gabungan harian pada periode pengamatan.
d.
Indeks LQ 45 pada periode pengamatan.
e.
Volume perdagangan saham harian selama periode pengamatan.
f.
Jumlah saham beredar pada periode pengamatan.
3.
Alat Analisis dan Metode Pengujian
.
Hipotesis 1 akan diuji dengan menggunakan metode event study yang
(34)
menganalisis reaksi pasar terhadap informasi melalui parameter abnormal return yang diterima para investor.
Hipotesis 2 akan diuji dengan menggunakan pendekatan uji perbedaaan mean
yaitu Paired Sample T-test. Paired Sample T-test digunakan untuk menguji perbedaan
abnormal return saham 5 hari sebelum dan 5 hari sesudah peristiwa pengumuman pengesahan UU no 25 tahun 2007 tentang penanaman modal.
Hipotesis 3 akan diuji dengan menggunakan formula yang dikemukakan oleh
Foster (1986) tentang aktivitas volume perdagangan saham i pada periode t,
selanjutnya Hipotesis 3 ini akan diuji dengan Paired Sample T-test untuk menghitung
aktivitas volume perdagangan sebelum dan sesudah peristiwa pengumuman
pengesahan UU no 25 tahun 2007 tentang penanaman modal.
Berikut adalah langkah-langkah pengujian hipotesis 1, hipotesis 2 dan hipotesis3 :
a.
Pengujian Hipotesis 1
Pengujian hipotesis 1 ini menggunakan metode
event study
dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
1)
Menghitung
Return
Sesungguhnya Tiap-tiap Saham.
(35)
Rit
=
return
sesungguhnya saham i hari ke-t
P
it= harga saham i hari ke-t
Pit-t
= harga saham i hari ke-t-1
2)
Menghitung
Return Ekspektasian
.
Model disesuaikan pasar (
market-adjusted model
) menganggap
bahwa penduga terbaik untuk mengestimasi
return
suatu sekuritas adalah
return
indeks pasar pada saat tersebut. Dengan menggunakan model ini,
maka tidak perlu menggunakan periode estimasi untuk membentuk model
estimasi, karena
return
sekuritas yang diestimasi adalah sama dengan
return
indeks pasar.
Keterangan :
Rmt
=
return
pasar periode t
LQ-45t
= indeks LQ-45 harian untuk periode t
LQ-45
t-1= indeks LQ-45 harian untuk periode t-1
(36)
Abnormal Return
saham selama periode kejadian didefinisikan
sebagai selisih antara
return
sesungguhnya dengan
return ekspektasian
.
Return
dari saham i pada hari ke-t adalah :
Keterangan :
ARit
=
return
tidak normal saham i pada hari ke-t
R
it=
return
sesungguhnya untuk saham i pada hari ke-t
E(R
it)
=
return ekspektasian
untuk saham i pada hari ke-t
4)
Melakukan Pengujian Signifikansi
Abnormal Return
di Periode Peristiwa.
Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan
T-test
yang
dilakukan dengan cara standardisasi nilai
abnormal return
(Jogiyanto,
2000).
Abnormal return mean
untuk hari ke-5 dihitung sebagai berikut :
k AR ARM
k
t it
1
Keterangan :
ARMeant = rata-rata
return
tidak normal pada hari ke-t
AR
i,t=
return
tidak normal untuk sekuritas ke-i pada hari ke-t
k
= jumlah sekuritas yang terpengaruh oleh pengumuman
peristiwa
(37)
Menghitung kesalahan estimasi dengan rumus :
k k
ARM AR
KSEi j ti it t 1
1 ) ( 12 2 ,
Keterangan :
KSE
i= kesalahan standar estimasi untuk sekuritas ke-t
ARi,t
=
return
tidak normal sekuritas ke-i untuk hari ke-t selama
periode peristiwa
ARMt
= rata-rata
return
tidak normal sekuritas ke-i selama periode
estimasi
k
= jumlah sekuritas yang terpengaruh peristiwa
Nilai t-hitung untuk masing-masing
abnormal return
sekuritas ke-i hari
ke-t, dihitung dengan rumus :
Keterangan :
ARM
t= rata-rata
return
tidak normal untuk hari ke-t di periode
peristiwa
t
t= t hitung untuk hari ke-t di periode peristiwa
b.
Pengujian Hipotesis 2
t
t = ARMt(38)
Menguji Perbedaan
Abnormal Return Mean
Seluruh Saham
yang Dijadikan Sampel Lima Hari Sebelum dan Lima Hari Sesudah Peristiwa
dengan Menggunakan
Paired Sample T-test
.
c.
Pengujian Hipotesis 3
1)
Untuk menghitung aktivitas
volume
perdagangan saham i pada periode t,
digunakan formula Foster (1986) sebagai berikut :
Selanjutnya untuk menghitung rata-rata aktivitas
volume
perdagangan
sebelum dan sesudah peristiwa digunakan rumus :
Dan
Menghitung deviasi standar rata-rata aktivitas
volume
perdagangan
sebelum dan sesudah peristiwa menggunakan rumus :
(39)
Dan
2)
Menguji Perbedaan Rata-Rata Aktivitas
Volume
Perdagangan Seluruh
Saham yang Dijadikan Sampel Lima Hari Sebelum dan Lima Hari
Sesudah Peristiwa dengan Menggunakan
Paired Sample T-test
.
d.
Batasan
Dalam penelitian ini, kita akan menguji masing-masing hipotesis
dalam 2 bagian. Bagian tersebut adalah :
1)
Pengujian berdasarkan 45 perusahaan yang tergabung dalam LQ 45
2)
Pengujian berdasarkan hari, yaitu 5 hari sebelum, 5 hari sesudah, dan 1
hari pada saat peristiwa tersebut berlangsung.
(40)
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh peristiwa pengesahan Undang-undang nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal pada tanggal 26 April terhadap
harga saham dan aktivitas volume perdagangan.Indikator yang digunakan adalah abnormal
return dan trading volume activity yang diamati selama sebelas hari periode pengamatan di sekitar peristiwa pengesahan UU No 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal, yaitu pada
t-5, t0 dan t+5. Dalam bab ini akan disajikan analisis terhadap data penelitian dan pengujian
hipotesis yang dimulai dari deskripsi data variabel penelitian, uji normalitas data, uji hipotesis penelitian serta pembahasan hasil penelitian. Pengolahan data dilakukan dengan
menggunakan program Excel 2007 dan uji normalitas data maupun uji-T untuk uji hipotesis
dalam penelitian ini menggunakan program SPSS For Windows versi 16.0.
A.
DESKRIPSI DATA
1.
Statistik Deskriptif Uji Hipotesis 1
a.
Pengujian Berdasarkan Perusahaan LQ 45
Gambaran secara deskriptif mengenai data T-hitung dari masing-masing perusahaan LQ 45 dapat dilihat pada tabel 4.1. Berikut adalah tabel statistik deskriptif uji hipotesis 1 :
(41)
STATISTIK DESKRIPTIF HASIL UJI HIPOTESIS 1 (BERDASARKAN PERUSAHAAN LQ 45)
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
AR_Perusahaan 45 -.0098 .0344 .001036 .0073400
Valid N (listwise) 45
Pada tabel 4.1 diatas, uji hipotesis 1 terdiri dari 1 variabel yaitu variabel
Abnormal return (AR) dari masing-masing perusahaan, dengan total data yang
digunakan adalah sebanyak 45 perusahaan. Perusahaan dengan abnormal return
terendah adalah PT Ciputra Development Tbk. (CTRA) yaitu sebesar -0.0098,
sedangkan perusahaan dengan abnormal return tertinggi adalah PT Indah Kiat Pulp
and Paper Tbk.(INKP) yaitu sebesar 0.0344. Abnormal return mean dari 45 perusahaan adalah sebesar 0.001036 dan standar deviasinya 0.00734.
b.
Pengujian Berdasarkan Hari Pengamatan
Gambaran secara deskriptif mengenai T-hitung dari masing-masing hari pengamatan dapat dilihat pada tabel 4.2. Berikut adalah tabel statistik deskriptif uji hipotesis 1 :
(42)
TABEL 4.2
STATISTIK DESKRIPTIF HASIL UJI HIPOTESIS 1 (BERDASARKAN HARI PENGAMATAN)
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
AR_Harian 11 -.0074 .0110 .001036 .0057807
Valid N (listwise) 11
Pada tabel 4.2 diatas, uji hipotesis 1 terdiri dari 1 variabel yaitu variabel
abnormal return dari masing-masing hari pengamatan, dengan total data yang digunakan adalah sebanyak 11 hari pengamatan. Hari pengamatan dengan
abnormal return terendah adalah pada hari kelima sesudah peristiwa yaitu
sebesar -0.0074, sedangkan hari pengamatan dengan abnormal return tertinggi
adalah pada hari keempat sesudah peristiwa yaitu 0.011. Abnormal return mean dari 11 hari pengamatan adalah sebesar 0.001036 dan standar deviasinya 0.0057807.
2.
Statistik Deskriptif Uji Hipotesis 2
(43)
Gambaran secara deskriptif mengenai data abnormal return mean 5 hari
sebelum peristiwa dan abnormal return mean 5 hari sesudah peristiwa peledakan
bom dari masing-masing perusahaan LQ 45 dapat dilihat pada tabel 4.3. Berikut adalah tabel statistik deskriptif uji hipotesis 2 :
TABEL 4.3
STATISTIK DESKRIPTIF HASIL UJI HIPOTESIS 2 (BERDASARKAN PERUSAHAAN LQ 45)
Pada tabel 4.3 diatas, uji hipotesis 2 terdiri dari 2 variabel yaitu variabel
Abnormal Return Mean 5 hari sebelum peristiwa dan variabel Abnormal Return
Mean 5 hari sesudah peristiwa, dengan total data yang digunakan adalah sebanyak
45 perusahaan. Perusahaan dengan Abnormal Return Mean 5 hari sebelum
peristiwa terendah adalah PT Berlian Laju Tanker Tbk. (BLTA) yaitu sebesar
-0.0322, sedangkan perusahaan dengan Abnormal Return Mean 5 hari sebelum
peristiwa tertinggi adalah PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk. (INKP) yaitu sebesar
Descriptive Statistiks
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
ARMean_Sebelum 45 -.0322 .0366 -.001333 .0113659
ARMean_Sesudah 45 -.0074 .0367 .003246 .0087888
(44)
0.0366. Abnormal return mean Mean 5 hari sebelum peristiwa dari 45 perusahaan adalah sebesar -0.00133 dan standar deviasinya 0.0113659.
Selanjutnya untuk variabel Abnormal Return Mean 5 hari sesudah peristiwa,
dapat dinyatakan bahwa perusahaan dengan Abnormal Return Mean 5 hari
sesudah peristiwa terendah adalah Bank Rakyat Indonesia(Persero) Tbk (BNII),
yaitu sebesar -0.0074, sedangkan perusahaan dengan Abnormal Return Mean 5
hari sesudah peristiwa tertinggi adalah PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk (INKP)
yaitu sebesar 0.0367. Abnormal return mean Mean 5 hari sesudah peristiwa dari
45 perusahaan adalah sebesar 0.003246 dan standar deviasinya 0.0087888.
b. Pengujian Berdasarkan Hari Pengamatan
Gambaran secara deskriptif mengenai data abnormal return mean 5 hari
sebelum peristiwa dan abnormal return mean 5 hari sesudah peristiwa peledakan
bom dari masing-masing hari pengamatan dapat dilihat pada tabel 4.4. Berikut adalah tabel statistik deskriptif uji hipotesis 2 :
TABEL 4.4
STATISTIK DESKRIPTIF HASIL UJI HIPOTESIS 2 (BERDASARKAN HARI PENGAMATAN)
Descriptive Statistiks
(45)
ARMean_Sebelum 5 -.0067 .0057 -.001333 .0048043
ARMean_Sesudah 5 -.0074 .0110 .003247 .0068688
Valid N (listwise) 5
Pada tabel 4.4 diatas, uji hipotesis 2 terdiri dari 2 variabel yaitu variabel
Abnormal Return Mean 5 hari sebelum peristiwa dan variabel Abnormal Return
Mean 5 hari sesudah peristiwa, dengan total data yang digunakan adalah sebanyak
5 hari pengamatan. Hari pengamatan dengan Abnormal Return Mean 5 hari
sebelum peristiwa terendah adalah pada hari keempat sebelum peristiwa yaitu
sebesar -0.0067, sedangkan hari pengamatan dengan Abnormal Return Mean 5
hari sebelum peristiwa tertinggi adalah pada hari kedua sebelum peristiwa yaitu
0.0057. Abnormal return mean Mean 5 hari sebelum peristiwa dari 5 hari
pengamatan adalah sebesar -0.001333 dan standar deviasinya 0.0048043.
Selanjutnya untuk variabel Abnormal Return Mean 5 hari sesudah peristiwa,
dapat dinyatakan bahwa hari dengan Abnormal Return Mean 5 hari sesudah
peristiwa terendah adalah pada hari kelima sesudah peristiwa yaitu sebesar
-0.0074, sedangkan hari dengan Abnormal Return Mean 5 hari sesudah peristiwa
tertinggi adalah pada hari keempat sesudah peristiwa yaitu 0.0110. Abnormal
return mean Mean 5 hari sesudah peristiwa dari 5 hari pengamatan adalah
(46)
3.
Statistik Deskriptif Uji Hipotesis 3
a.
Pengujian Berdasarkan Perusahaan LQ 45
Gambaran secara deskriptif mengenai data trading volume activity mean 5
hari sebelum peristiwa dan trading volume activity mean 5 hari sesudah peristiwa
peledakan bom dari masing-masing perusahaan LQ 45 dapat dilihat pada tabel 4.5. Berikut adalah tabel statistik deskriptif uji hipotesis 3 :
TABEL 4.5
STATISTIK DESKRIPTIF HASIL UJI HIPOTESIS 3 (BERDASARKAN PERUSAHAAN LQ 45)
Descriptive Statistiks
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
TVAMean_Sebelum 45 .0001 .0259 .004120 .0053751
TVAMean_Sesudah 45 .0001 .0237 .003827 .0043998
Valid N (listwise) 45
Pada tabel 4.5 diatas, uji hipotesis 3 terdiri dari 2 variabel yaitu variabel
trading volume activity mean 5 hari sebelum peristiwa dan variabel trading volume activity mean 5 hari sesudah peristiwa, dengan total data yang digunakan adalah
sebanyak 45 perusahaan. Perusahaan dengan trading volume activity mean 5 hari
sebelum peristiwa terendah adalah PT Apexindo Pratama duta Tbk. (APEX) yaitu
(47)
hari sebelum peristiwa tertinggi adalah Adhi Karya (persero) Tbk (ADHI) yaitu sebesar 0.0259. Rata-rata trading volume activity mean 5 hari sebelum peristiwa dari 45 perusahaan adalah sebesar 0.004120 dan standar deviasinya 0.0053751.
Selanjutnya untuk variabel trading volume activity mean 5 hari sesudah
peristiwa, dapat dinyatakan bahwa perusahaan dengan trading volume activity
mean 5 hari sesudah peristiwa terendah adalah PT Gudang Garam Tbk (GGRM)
yaitu sebesar 0.0001, sedangkan perusahaan dengan trading volume activity mean
5 hari sesudah peristiwa tertinggi adalah PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk. (INKP)
yaitu sebesar 0.0237. Rata-rata trading volume activity mean 5 hari sesudah
peristiwa dari 45 perusahaan adalah sebesar -0.003827 dan standar deviasinya 0.0043998.
b.
Pengujian Berdasarkan Hari Pengamatan
Gambaran secara deskriptif mengenai data trading volume activity mean 5
hari sebelum peristiwa dan trading volume activity mean 5 hari sesudah peristiwa
peledakan bom dari masing-masing hari pengamatan dapat dilihat pada tabel 4.6. Berikut adalah tabel statistik deskriptif uji hipotesis 3 :
TABEL 4.6
STATISTIK DESKRIPTIF HASIL UJI HIPOTESIS 3 (BERDASARKAN HARI PENGAMATAN)
(48)
Descriptive Statistiks
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
TVAMean_Sebelum 5 .0036 .0049 .004119 .0005188
TVAMean_Sesudah 5 .0024 .0064 .003827 .0015547
Valid N (listwise) 5
Pada tabel 4.6 diatas, uji hipotesis 3 terdiri dari 2 variabel yaitu variabel
trading volume activity mean 5 hari sebelum peristiwa dan variabel trading volume activity mean 5 hari sesudah peristiwa, dengan total data yang digunakan adalah
sebanyak 5 hari pengamatan. Hari pengamatan dengan trading volume activity
mean 5 hari sebelum peristiwa terendah adalah pada hari kelima sebelum
peristiwa yaitu sebesar 0.0036, sedangkan hari pengamatan dengan rasio trading
volume activity mean 5 hari sebelum peristiwa tertinggi adalah pada hari kedua sebelum peristiwa yaitu 0.0049. Rata-rata trading volume activity mean 5 hari sebelum peristiwa dari 5 hari pengamatan adalah sebesar 0.004119 dan standar deviasinya 0.0005188
Untuk variabel trading volume activity mean 5 hari sesudah peristiwa, dapat
dinyatakan bahwa hari pengamatan dengan trading volume activity mean 5 hari
sesudah peristiwa terendah adalah pada hari ketiga sesudah peristiwa yaitu
sebesar 0.0024, sedangkan hari pengamatan dengan trading volume activity mean
(49)
yaitu 0.0064. Rata-rata trading volume activity mean 5 hari sesudah peristiwa dari 5 hari pengamatan adalah sebesar 0.003827 dan standar deviasinya 0.0015547.
B.
PENGUJIAN NORMALITAS DATA
Dalam penelitian ini uji yang digunakan untuk melihat normalitas data adalah uji Kolmogorov-Smirnov. Jika signifikansi hitung (p-value) lebih besar dari 0,05 maka dinyatakan data berdistribusi normal. Hasil pengujian normalitas
dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov adalah sebagai berikut.
a.
Pengujian Berdasarkan Perusahaan LQ 45
TABEL 4.7
HASIL UJI NORMALITAS DATA DENGAN UJI KOLMOGOROV - SMIRNOV
(BERDASARKAN PERUSAHAAN LQ 45)
No Variabel N Kolmogorov
Smirnov test
Asymp. Sign (two tailed
Keterangan
1 AR_ Perusahaan 45 1.402 0.39 Normal
2 ARMean_Sebelum 45 1.174 0.127 Normal
3 ARMean_Sesudah 45 0.765 0.603 Normal
4 TVAMean_Sebelum 45 1.683 0.007 Tidak Normal
5 TVAMean_Sesudah 45 1.464 0.027 Tidak Normal
(50)
Dari hasil pengujian normalitas dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov
terhadap 5 variabel di atas, diperoleh hasil terdapat masalah ketidaknormalan data sebanyak 2 variabel, yaitu pada variabel TVA Mean Sebelum dan TVA Mean Sesudah. Selanjutnya untuk data variabel yang tidak normal, maka untuk uji hipotesis 2 tidak
menggunakan Paired Sample T-test, tetapi menggunakan uji Wilcoxon.
b.
Pengujian Berdasarkan Hari Pengamatan
TABEL 4.8
HASIL UJI NORMALITAS DATA DENGAN UJI KOLMOGOROV - SMIRNOV
(BERDASARKAN HARI PENGAMATAN)
No Variabel N Kolmogorov
Smirnov test
Asymp. Sign (two tailed)
Keterangan
1 AR_Harian 11 0.619 0.837 Normal
2 ARMean_Sebelum 5 0.358 1.000 Normal
3 ARMean_Sesudah 5 0.499 0.964 Normal
4 TVAMean_Sebelum 5 0.504 0.962 Normal
5 TVAMean_Sesudah 5 0.572 0.899 Normal
Sumber : data diolah
Dari hasil pengujian normalitas dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov
terhadap 5 variabel di atas,diperoleh hasil bahwa semua variabel berdistribusi secara
normal atau tidak terdapat terdapat masalah ketidaknormalan.
(51)
1.
Uji Hipotesis 1
a.
Pengujian Berdasarkan Perusahaan LQ 45
Penghitungan pertama dari Hipotesis alternatif yang pertama pada
penelitian ini menguji ada tidaknya
abnormal return
yang diperoleh investor
dengan adanya peristiwa Pengesahan Undang-Undang no 25 tahun 2007
tentang Penanaman Modal dari masing-masing perusahaan LQ 45. Pengujian
terhadap adanya
abnormal return
yang diaki
batkan oleh “
Pengesahan
Undang-Undang no 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal
” bagi investor
pada Bursa efek Indonesia, dilakukan dengan membandingkan (mencari
selisih) antara hasil yang diperoleh investor (
actual return
) dengan hasil
yang diharapkan investor (
expected return
).
Berdasarkan Tabel 4.9 dapat diketahui tidak terdapat
Abnormal Return
pada keempat puluh lima perusahaan
.
Dapat dilihat bahwa ada 24
perusahaan yang mengalami penurunan abnormal return mean, yaitu BBCA,
BBRI, BDMN, BNBR, BNGA, BNII, BTEL, ENRG, GGRM, INDF, INTP,
KIJA, KLBF, LSIP, PNBN, PNLF, SULI, TLKM TOTL, TSPC, UNTR,
UNVR, CTRA, PGAS. dengan jumlah penurunan sebesar 0.075726.
Sedangkan 21 perusahaan lainnya yang terdiri dari AALI, ADHI, ASII,
BLTA, BMRI, BUMI, CMNP, EPMT, GJTL, INCO, INKP, ISAT, LPKR,
MEDC, PTBA, SMCB, UNSP, ANTM, APEX, APOL, CTRS mengalami
kenaikan dengan jumlah kenaikan sebesar 0.122353. Dari nilai statistik
(52)
dipeeroleh nilai t hitung semuanya lebih kecil dari t tabel (2.228) sehingga
dapat disimpulkan tidak ada
abnormal return
yang diterima investor.
TABEL 4.9
ABNORMAL RETURN MEAN
(BERDASARKAN PERUSAHAAN LQ 45)
No. NamaPerusahaan
Abnormal return mean
KSE t Keterangan
1 AALI 0.004810 0.164996 0.029206 Tidak Signifikan
2 ADHI 0.000723 0.010376 0.069704 Tidak Signifikan
3 ASII 0.003507 0.013213 0.265390 Tidak Signifikan
4 BBCA -0.000749 0.006741 -0.111049 Tidak Signifikan
5 BBRI -0.003240 0.007346 -0.441064 Tidak Signifikan
6 BDMN -0.000143 0.008277 -0.017275 Tidak Signifikan
7 BLTA 0.002614 0.016108 0.162294 Tidak Signifikan
8 BMRI 0.003149 0.011907 0.264473 Tidak Signifikan
9 BNBR -0.003097 0.019698 -0.157240 Tidak Signifikan
10 BNGA -0.001603 0.007407 -0.216478 Tidak Signifikan
11 BNII -0.007242 0.018423 -0.393099 Tidak Signifikan
12 BTEL -0.004703 0.010594 -0.443936 Tidak Signifikan
13 BUMI 0.004799 0.010232 0.468976 Tidak Signifikan
14 CMNP 0.009404 0.020560 0.457385 Tidak Signifikan
15 ENRG -0.005908 0.012294 -0.480578 Tidak Signifikan
16 EPMT 0.000891 0.010400 0.085695 Tidak Signifikan
(53)
18 GJTL 0.002258 0.019789 0.114088 Tidak Signifikan
19 INCO 0.003681 0.014057 0.261846 Tidak Signifikan
20 INDF -0.002172 0.006134 -0.354022 Tidak Signifikan
21 INKP 0.034443 0.045310 0.760159 Tidak Signifikan
22 INTP -0.003180 0.010810 -0.294187 Tidak Signifikan
23 ISAT 0.001190 0.070353 0.016920 Tidak Signifikan
24 KIJA -0.007165 0.017726 -0.404219 Tidak Signifikan
No. Nama Perusahaan
Abnormal return mean
KSE t Keterangan
25 KLBF -0.005274 0.010340 -0.510039 Tidak Signifikan
26 LPKR 0.004930 0.009595 0.513757 Tidak Signifikan
27 LSIP -0.004340 0.009744 -0.445383 Tidak Signifikan
28 MEDC 0.000987 0.011452 0.086183 Tidak Signifikan
29 PNBN -0.000048 0.011500 -0.004166 Tidak Signifikan
30 PNLF -0.001067 0.023922 -0.044490 Tidak Signifikan
31 PTBA 0.016347 0.013400 1.219912 Tidak Signifikan
32 SMCB 0.001271 0.013245 0.095960 Tidak Signifikan
33 SULI -0.000587 0.012486 -0.046978 Tidak Signifikan
34 TLKM -0.003006 0.001459 -0.466628 Tidak Signifikan
35 TOTL -0.003006 0.007779 -0.386406 Tidak Signifikan
36 TSPC -0.000542 0.010537 -0.514830 Tidak Signifikan
37 UNSP 0.002300 0.012025 0.191238 Tidak Signifikan
(54)
39 UNVR -0.003100 0.009282 -0.334018 Tidak Signifikan
40 ANTM 0.004876 0.013436 0.362906 Tidak Signifikan
41 APEX 0.000852 0.009837 0.086564 Tidak Signifikan
42 APOL 0.001161 0.012369 0.093895 Tidak Signifikan
43 CTRA -0.009765 0.010760 -0.907514 Tidak Signifikan
44 CTRS 0.018162 0.018307 0.992057 Tidak Signifikan
45 PGAS -0.004301 0.006428 -0.669065 Tidak Signifikan
b.
Pengujian Berdasarkan Hari Pengamatan
Penghitungan kedua dari Hipotesis alternatif yang pertama diajukan
untuk menguji ada tidaknya
abnormal return
yang diperoleh investor dengan
adanya peristiwa Pengesahan Undang-undang no 25 tahun 2007 tentang
Penanaman Modal Tanggal 26 April 2007 dari masing-masing hari
pengamatan. Tabel 4.10 menunjukkan hasil uji hipotesis 1, dari hasil
penghitungan diketahui tidak terdapat
Abnormal Return
disekitar peristiwa.
Pada 5 hari sebelum peristiwa,
abnormal return
cenderung negatif. Pada saat
peristiwa sampai hari keempat sesudah peristiwa abnormal return menjadi
positif.
TABEL 4.10
ABNORMAL RETURN MEAN
(BERDASARKAN HARI PENGAMATAN)
Hari Abnormal
return mean
(55)
-5 0.000388 0.006083 0.063755 Tidak signifikan Tidak terdapat nilai yang signifikanbaik pada saat sebelum atau setelah peristiwa pengesahan Undang-Undang
-4 -0.006658 0.009000 -0.739811 Tidak signifikan
-3 -0.004668 0.006633 -0.703699 Tidak signifikan
-2 0.005729 0.009695 0.590904 Tidak signifikan
-1 -0.001454 0.011790 -0.123313 Tidak signifikan
0 0.001829 0.014595 0.125300 Tidak signifikan
1 0.005404 0.009592 0.606372 Tidak signifikan
2 0.005404 0.007416 0.728629 Tidak signifikan
3 0.001399 0.009798 0.142749 Tidak signifikan
4 0.011024 0.016432 0.670896 Tidak signifikan
5 -0.007410 0.009695 -0.764362 Tidak signifikan
T-tabel : 1.96
Sumber : data diolah
2.
Uji Hipotesis 2
a.
Pengujian Berdasarkan Perusahaan LQ 45
Penghitungan pertama dari Hipotesis alternatif kedua pada penelitian
ini menguji tentang perbedaan antara abnormal return mean
sebelum dan
sesudah peristiwa Pengesahan Undang-Undang no 25 tahun 2007 tentang
Penanaman Modal dari masing-masing perusahaan LQ 45. Periode
penelitian adalah selama 10 hari (
event period
), yakni 5 hari sebelum
(56)
peristiwa dan 5 hari sesudah peristiwa. Uji statistik abnormal return mean
adalah sebagai berikut:
TABEL 4.11
HASIL UJI PERBEDAAN ABNORMAL RETURN MEAN 5 HARI SESUDAH
DAN 5 HARI SEBELUM PERISTIWA
(BERDASARKAN PERUSAHAAN LQ 45)
SEBELUM SESUDAH KESIMPULAN
Mean -0.001333 Mean 0.003246 terdapat
perbedaan yang signifikan
Standar Deviasi 0.0113659 Standar Deviasi 0.0087888
T-hitung : -2.338 T-tabel : 1.96 Probabilitas : 0.024 Tingkat Signifikansi : 5% Sumber : data diolah
Berdasarkan Tabel di atas, dapat diketahui bahwa terjadi kenaikan
abnormal return mean dari sebelum peristiwa ke sesudah peristiwa. Ada 30
perusahaan yang mengalami kenaikan abnormal return mean
.
Perusahaan
tersebut adalah BBCA, BDMN, BLTA, BNBR, BNGA, BNII, BTEL,
BUMI, CMNP, ENRG, GGRM, INCO, INKP, ISAT, KIJA, KLBF, LSIP,
PNBN, PNLF, PTBA, SMCB, TLKM, TOTL, UNSP, UNTR, UNVR,
ANTM, APEX, APOL, CTRA. Sedangkan perusahaan yang mengalami
penurunan abnormal return mean
ada 15 perusahaan, perusahaan tersebut
(57)
adalah AALI, ADHI, BBCA, BBRI, BMRI, EPMT, GJTL, INDF, INTP,
MEDC, SULI, TSPC, UNTR, CTRS, PGAS. Selanjutnya dapat kita lihat
terdapat perbedaan yang signifikan pada
abnormal return
mean
sebelum
dan abnormal return mean sesudah peristiwa. Hal ini ditunjukkan dengan
T-hitung (-2.338) lebih kecil dari pada T-tabel (-1.96).
b.
Pengujian Berdasarkan Hari Pengamatan
Penghitungan kedua dari Hipotesis alternatif kedua pada penelitian ini
menguji perbedaan antara
abnormal return
mean
sebelum dan sesudah
peristiwa Pengesahan Undang-Undang no 25 tahun 2007 tentang Penanaman
Modal dari masing-masing hari pengamatan. Periode penelitian adalah
selama 10 hari (
event period
), yakni 5 hari sebelum peristiwa dan 5 hari
sesudah peristiwa. Uji statistik
abnormal return mean
adalah sebagai
berikut:
TABEL 4.12
HASIL UJI PERBEDAAN ABNORMAL RETURN MEAN 5 HARI SESUDAH
DAN 5 HARI SEBELUM PERISTIWA
(
BERDASARKAN HARI PENGAMATAN)
SEBELUM SESUDAH KESIMPULAN
Mean -0.001333 Mean 0.003247 Tidak terdapat
perbedaan yang
(58)
T-hitung :-1.569 T-tabel : 2.776 Probabilitas : 0.192 Tingkat Signifikansi : 5%
signifikan
Sumber : data diolah
Berdasarkan Tabel di atas, dapat diketahui bahwa tidak ada perbedaan
yang signifikan antara
abnormal return mean
sebelum peristiwa dengan
abnormal return mean sesudah peristiwa. Hal ini ditunjukkan dengan
T-hitung (-1.569) lebih kecil dari pada T-tabel (2.776).
3.
Uji Hipotesis 3
a.
Pengujian Berdasarkan Perusahaan LQ 45
Penghitungan pertama dari Hipotesis alternatif ketiga pada penelitian
ini menguji adanya perbedaan rata-rata aktivitas volume perdagangan
(
trading volume activity
) pada periode sebelum dan sesudah peristiwa
Pengesahan Undang-Undang no 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal
dari masing-masing perusahaan LQ 45. Penghitungan TVA dilakukan
dengan membandingkan jumlah saham perusahaan yang diperdagangkan
dalam satu periode tertentu dengan keseluruhan jumlah saham beredar
perusahaan tersebut pada kurun waktu yang sama. Uji statistik (Wilcoxon)
rata-rata
Trading Volume Activity
disajikan dalam Tabel 4.13.
(59)
Berdasarkan Tabel 4.13 dapat dilihat bahwa tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara rata-rata TVA sebelum peristiwa dengan rata-rata
TVA sesudah peristiwa. Hal ini ditunjukkan dengan nilai
Asymp Sig.
(0.672)
lebih besar dari pada
(0.025).
Pada Gambar 4.3, dapat diketahui bahwa ada 19 perusahaan yang
mengalami penurunan rata-rata
Trading Volume Activity
, yaitu AALI,
ADHI, ASII, BDMN, BNII, BUMI, EPMT, GJTL, INKP, KIJA, KLBF,
MEDC, TLKM, UNSP, UNTR, ANTM, APOL, CTRA, dengan jumlah
penurunan sebesar 0.043373. Sedangkan 26 perusahaan lainnya mengalami
kenaikan adalah BBCA, BBRI, BLTA, BMRI, BNBR, BNGA, BTEL,
CMNP, ENRG, GGRM, INDF, INTP, ISAT, LPKR, LSIP, PNBN, PNLF,
PTBA, SMCB, SULI, TOTL, TSPC, UNVR, APEX, CTRS, PGAS dengan
jumlah kenaikan sebesar 0.0565
TABEL 4.13
HASIL UJI PERBEDAAN RATA-RATA AKTIVITAS VOLUME
PERDAGANGAN DI BEI SEBELUM DAN SESUDAH PERISTIWA
(BERDASARKAN PERUSAHAAN LQ 45)
Test Statistiksb
RTVA_Sesudah - RTVA_Sebelum
Z -.423a
Asymp. Sig.
(2-tailed) .672
(60)
Test Statistiksb
RTVA_Sesudah - RTVA_Sebelum
Z -.423a
Asymp. Sig.
(2-tailed) .672
a. Based on negatif ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Sumber : lampiran output
b.
Pengujian Berdasarkan Hari Pengamatan
Penghitungan kedua dari Hipotesis alternatif ketiga pada penelitian ini
menguji adanya perbedaan rata-rata aktivitas volume perdagangan (
trading
volume activity
) pada periode sebelum dan sesudah peristiwa Pengesahan
Undang-Undang no 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal dari
masing-masing hari pengamatan kejadian. Uji statistik (Paired Sample T-test)
rata-rata
Trading Volume Activity
disajikan dalam Tabel 4.14.
Berdasarkan Tabel 4.14 dapat dilihat bahwa tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara rata-rata TVA sebelum peristiwa dengan rata-rata
TVA sesudah peristiwa. Hal ini ditunjukkan dengan T-hitung (0.639) lebih
kecil dari pada T-tabel (2.776).
Pada Gambar 4.4 rata-rata
Trading Volume Activity
sebelum peristiwa
mengalami kenaikan dan pada satu hari sebelum peristiwa mengalami
(1)
commit to user
5. Seluruh Dosen FE UNS atas segala ilmu yang telah diberikan semoga
bermanfaat, dan karyawan FE UNS atas segala bantuannya selama penulis menimba ilmu di FE UNS
6. Kedua orang tua, yaitu Bapak Drs. H. Sidik Purnomo, M.Pd., MM., dan Dra Siti Hanjarini atas segala usaha dan do’anya.
7. Rekan-rekan mahasiswa FE UNS angkatan 2004, BEM FE UNS, BPPI FE UNS, BEM UNS, KAMMI Daerah Solo atas segala bantuan dalam proses pembuatan skripsi ini.
8. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu, terima kasih atas bantuannya.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Akhirnya, penulis berharap semoga karya sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Surakarta, 7 April 2011
(2)
commit to user
lxxxvi
DAFTAR ISI
Abstrak... ii
Halaman Persetujuan Pembimbng ... iii
Halaman Pengesahan ... iv
Motto ... v
Halaman Persembahan ... vi
Kata Pengantar... vii
Daftar Isi... ix
Daftar Gambar ... xii
Daftar Tabel ... xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka ... 9
1. Saham ... 9
2. Indeks Harga Saham ... 12
3. Informasi di Pasar modal dan Efisiensi Pasar ... 14
4. Modal ... 17
(3)
commit to user
6. Return dan Abnormal Return ... 20
7. Event Study ... 21
B. Penelitian Terdahulu ... 23
C. Kerangka Pemikiran ... 25
D. Hipotesis ... 26
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 27
1. Ruang Lingkup penelitian ... 27
2. Metode Pengumpulan dan sumber Data ... 30
3. Alat Analisis dan Metode Pengujian ... 31
BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 37
1. Statistik Deskriptif Uji Hipótesis 1 ... 37
2. Statistik Deskriptif Uji Hipótesis 2 ... 39
3. Statistik Deskriptif Uji Hipótesis 3 ... 42
B. Pengujian Normalitas Data ... 37
1. Pengujian Normalitas Data Berdasarkan Perusahaan ... 46
2. Pengujian Normalitas Data Berdasarkan Hari ... 46
C. Pengujian Hipotesis Penelitian ... 37
1. Uji Hipótesis 1 ... 47
2. Uji Hipotesis 2 ... 50
3. Uji Hipotesis 3 ... 53
D. Pengujian Hipotesis Penelitian ... 55
1. Temuan 1 (Hasil dari uji hipótesis 1) ... 55
2. Temuan 2 (Hasil dari uji hipotesis 2) ... 58
(4)
commit to user
lxxxviii
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan ... 65 B. Keterbatasan Penelitian ... 66 C. Implikasi ... 67
(5)
commit to user
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR
2.1 Gambar Kerangka Pemikiran ... 25 3.1 Gambar Periode Waktu Penelitian di Bursa Efek Jakarta ... 29
(6)
commit to user
xc
DAFTAR GAMBAR
TABEL
4.1 Tabel Statistik Deskriptif Uji Hipótesis 1 (berdasar perusahaan) ... 38
4.2 Tabel Statistik Deskriptif Uji Hipótesis 1(berdasarkan hari) ... 39
4.3 Tabel Statistik Deskriptif Uji Hipótesis 2 (berdasar perusahaan) ... 40
4.4 Tabel Statistik Deskriptif Uji Hipótesis 2 (berdasarkan hari) ... 41
4.5 Tabel Statistik Deskriptif Uji Hipótesis 3 (berdasar perusahaan) ... 43
4.6 Tabel Statistik Deskriptif Uji Hipótesis 3 (berdasarkan hari) ... 44
4.7 Tabel Hasil Uji Normalitas Data Dengan Uji Kolmogorof - Smirnov (berdasar perusahaan)... 46
4.8 Tabel Hasil Uji Normalitas Data Dengan Uji Kolmogorof - Smirnov (berdasarkan hari)... 46
4.9 Tabel Abnormal Return Mean (berdasarkan perusahaan) ... 48
4.10 Tabel Abnormal Return Mean (berdasarkan hari) ... 50
4.11 Tabel Hasil Uji Perbedaan Abnormal Return Mean 5 Hari Sesudah dan 5 Hari Sebelum Peristiwa (berdasarkan perusahaan) ... 51
4.12 Tabel Hasil Uji Perbedaan Abnormal Return Mean 5 Hari Sesudah dan 5 Hari Sebelum Peristiwa (berdasarkan hari) ... 50
4.13 Tabel Hasil Uji Perbedaan Rata-Rata Aktivitas Volume Perdagangan di BEJ Sebelum dan Sesudah Peristiwa (berdasarkan prusahaan) ... 54
4.14 Tabel Hasil Uji Perbedaan Rata-Rata Aktivitas Volume Perdagangan di BEJ Sebelum dan Sesudah Peristiwa (berdasarkan hari) ... 55