PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI ENERGI PANAS.

(1)

Melia Pramita, 2013

(Penelitian Tindakan Kelas di SDN Inpres Cikahuripan Kelas IV Semester II Tahun Ajaran 2012/2013 Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Jurusan Pedagogik

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh

MELIA PRAMITA 0902881

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

Melia Pramita, 2013

Penerapan Metode Eksperimen Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada

Pembelajaran IPA Materi Energi Panas

Oleh Melia Pramita

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Melia Pramita 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

(4)

(5)

Melia Pramita, 2013

Penerapan Metode Eksperimen Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPA Materi Energi Panas (Penelitian Tindakan Kelas di SDN Inpres Cikahuripan Kelas IV Semester II

ABSTRAK

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI ENERGI PANAS

Oleh Melia Pramita

0902881

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya hasil belajar siswa kelas IV SDN Inpres Cikahuripan Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat pada pembelajaran IPA materi energi panas, hal ini ditandai dengan nilai rata-rata kelas yang hanya mencapai 60,94, padahal KKM mata pelajaran IPA di sekolah tersebut adalah 74. Demikian pula cara mengajar guru masih menerapkan metode konvensional. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah: (1) mengembangkan perencanaan pembelajaran IPA materi energi panas dengan menerapkan metode eksperimen untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN Inpres Cikahuripan, (2) memperoleh gambaran pembelajaran IPA materi energi panas dengan menerapkan metode eksperimen untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN Inpres Cikahuripan, (3) meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN Inpres Cikahuripan pada pembelajaran IPA materi energi panas dengan menerapkan metode eksperimen. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas (PTK). Model yang dipergunakan adalah oleh Kemmis dan Mc. Taggart. Hasil penelitian dengan menerapkan metode eksperimen dalam pembelajaran IPA tentang materi energi panas menunjukkan adanya peningkatan dalam proses pembelajaran, terlihat dari antusias siswa mengikuti kegiatan pembelajaran. Perolehan nilai siswa mengalami peningkatan, pada siklus I nilai rata-rata kelas mencapai 70,94 dengan ketuntasan KKM mencapai 38%, pada siklus II nilai rata-rata kelas mencapai 77,97 dengan ketuntasan KKM 71,88%, dan pada siklus III nilai rata-rata kelas mencapai 95,48 dengan ketuntasan KKM 96,88%. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada guru untuk dapat menerapkan berbagai metode pembelajaran dalam rangka menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan dapat meningkatkan antusias belajar siswa di kelas, dan pihak sekolah harus memberikan fasilitas yang memadai untuk menunjang peningkatan kemampuan profesi guru.


(6)

Melia Pramita, 2013

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL SKRIPSI HALAMAN PENGESAHAN SURAT PERNYATAAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR GRAFIK ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Hasil Penelitian ... 6

E. Hipotesis Tindakan... 7

F. Definisi Operasional... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran IPA di SD ... 8

B. Energi Panas ... 13

C. Metode Eksperimen ... 16

D. Hasil Belajar ... 22

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian... 25

B. Model Penelitian ... 26

C. Subjek Penelitian ... 29

D. Prosedur Penelitian... 29

E. Instrumen Penelitian... 33

F. Pengolahan dan Analisis Data ... 35

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Deskripsi Siklus I ... 39


(7)

Melia Pramita, 2013

2. Deskripsi Siklus II ... 52

3. Deskripsi Siklus III ... 62

B. Pembahasan 1. Perencanaan ... 69

2. Pelaksanaan ... 70

3. Hasil Belajar ... 73

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan ... 76

B. Rekomendasi ... 77

DAFTAR PUSTAKA ... 79

LAMPIRAN A. Lampiran A Perangkat Pembelajaran... 81

B. Lampiran B Instrumen Penelitian ... 110

C. Lampiran C Data Penelitian ... 121

D. Lampiran D Surat Ijin Penelitian dan Lembar Bimbingan Skripsi ... 157


(8)

Melia Pramita, 2013

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu proses yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Setiap warga negara di Indonesia berhak memperoleh pendidikan yang layak, seperti yang tercantum dalam Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 pasal 5 yang menyatakan bahwa: “Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu”. Hal ini berarti bahwa setiap manusia berhak untuk berkembang dalam pendidikan. Karena pada dasarnya, manusia lahir tidak berdaya dan memerlukan waktu yang lama untuk mengembangkan kemampuannya.

Sistem pendidikan nasional di Indonesia menerapkan program wajib belajar sembilan tahun untuk setiap warga negaranya. Melalui pendidikan inilah akan terbentuk sumber daya manusia yang berkualitas baik dari segi spiritual, wawasan atau pengetahuan, dan keterampilan. Hal tersebut sesuai dengan yang tercantum dalam Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 (dalam Ruhimat 2009: 45) tentang Sistem Pendidikan Nasional dikatakan bahwa:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Dalam dunia pendidikan dikenal dua buah komponen yang sangat berkaitan, yaitu pendidik dan peserta didik. Pendidik adalah seorang yang mempunyai kewenangan dan bertanggung jawab akan pendidikan. Sedangkan peserta didik adalah seseorang yang memiliki potensi dasar dan berusaha mengembangkan potensi yang dimilikinya melalui proses pembelajaran yang terdapat pada jalur pendidikan. Jadi, dalam proses pembelajaran pada jalur pendidikan akan selalu ada interaksi antara pendidik dan peserta didik.


(9)

Melia Pramita, 2013

Guru sebagai pendidik memiliki peranan penting, terutama dalam pendidikan sekolah dasar. Sebab, anak yang masih berusia tujuh sampai dua belas tahun tingkat ketaatan dan kepercayaan terhadap gurunya masih tinggi. Oleh karena itu, peranan guru selain mentransferkan ilmu pengetahuan, guru juga perlu mengajarkan keterampilan, menanamkan nilai moral dan kedisiplinan kepada peserta didik. Seyogyanya seorang guru harus dapat menciptakan suasana belajar yang baik, yang dapat memfasilitasi siswa untuk dapat berinteraksi dengan lingkungan maupun komponen-komponen pembelajaran yang lain demi tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

Menurut Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (dalam Sulistyorini, 2007:21) mengamanatkan, bahwa setiap satuan pendidikan untuk membuat Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebagai pengembangan kurikulum yang akan dilaksanakan pada tingkat satuan pendidikan yang bersangkutan. Selain itu, penyusunan KTSP oleh satuan pendidikan memungkinkan adanya penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerahnya masing-masing. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan dan silabus. Salah satu kelompok mata pelajaran yang termuat dalam KTSP yaitu Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan segala isinya. IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis oleh manusia yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan manusia. Pembelajaran IPA berupaya membangkitkan minat manusia agar mau meningkatkan kecerdasan dan pemahamannya tentang alam dan seisinya yang penuh rahasia. Khusus untuk IPA di SD hendaknya membuka kesempatan untuk memupuk rasa ingin tahu peserta didik secara alamiah.


(10)

Melia Pramita, 2013

Seperti yang tercantum dalam standar isi IPA SD/MI bahwa pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu, pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui pengunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Sehingga dalam proses pembelajaran IPA guru hendaknya dapat membuat suatu inovasi dengan menerapkan model maupun metode pembelajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi siswa. Sebab, hal ini akan sangat berpengaruh pada hasil belajar siswa.

Sebagaimana hasil observasi yang telah peneliti lakukan pada siswa kelas IV SDN Inpres Cikahuripan, guru dominan menggunakan metode konvensional yaitu ceramah. Siswa hanya diberikan konsep-konsep IPA dan jarang terlibat dalam proses pembelajaran. Pembelajaran masih berpusat pada guru. Hal ini bertolak belakang dengan proses pembelajaran mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam yang seharusnya dapat menumbuhkan kemampuan berpikir siswa melalui pengalaman langsung. Pembelajaran yang kurang variatif juga didiagnosis menjadi penyebab tidak meratanya pemahaman siswa.

Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan, hasil belajar siswa pada materi energi panas di kelas IV B SDN Cikahuripan adalah sebagai berikut:

Tabel 1.1 Daftar Nilai Siswa Kelas IV B SDN Inpres Cikahuripan No Kode Siswa Nilai

1 AK 80

2 AS 50

3 Ag 60

4 AP 60

5 AN 70

6 Ad 70

7 AP 60

8 AS 70

9 CJ 60


(11)

Melia Pramita, 2013

11 Hr 70

12 IH 40

13 KS 60

14 NY 80

15 NA 60

16 Pp 50

17 RM 40

18 RAP 70

19 RL 40

20 RP 80

21 SK 60

22 SJ 40

23 SM 90

24 Tg 80

25 Ti 50

26 Wi 50

27 YR 60

28 YC 60

29 AR 30

30 NN 60

31 RMg 60

32 MR 80

Rata-rata 60,94

Berdasarkan data diatas hasil persentase siswa yang belum mencapai KKM sebesar 81,25 %. Nilai rata-rata kelas yaitu 60,94. Sedangkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) di SDN Inpres Cikahuripan adalah 74. Dari hasil tersebut, peneliti merasa bahwa siswa masih belum memahami materi energi panas. Hal ini terlihat dari banyaknya siswa yang masih belum dapat membedakan peristiwa perambatan panas. Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa adalah kurangnya inovasi dalam penerapan metode pembelajaran.

Banyak model dan metode pembelajaran yang dapat diterapkan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, terutama dalam pembelajaran IPA. Salah satu metode pembelajaran yang cocok untuk diterapkan dalam pembelajaran IPA adalah metode eksperimen. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Djamarah dan Zain (2006: 84), “metode eksperimen (percobaan) adalah cara penyajian pelajaran, dimana siswa melakukan


(12)

Melia Pramita, 2013

percobaan dan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari”. Sesuai dengan pendapat tersebut, peneliti mencoba melaksanakan pembelajaran IPA dengan metode eksperimen, dengan metode tersebut siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Antusias mereka dalam mengikuti pembelajaran pun jauh berbeda ketika mereka hanya duduk terdiam mendengarkan penjelasan guru.

Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut maka penulis melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Metode Eksperimen untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA Materi Energi Panas”. Diharapkan setelah dilaksanakan pembelajaran melalui penerapan metode eksperimen ini proses pembelajaran akan lebih bermakna dan hasil belajar siswa meningkat.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran dengan menerapkan metode eksperimen pada pembelajaran IPA materi energi panas di kelas IV SDN Inpres Cikahuripan Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat? 2. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan metode

eksperimen pada pembelajaran IPA materi energi panas di kelas IV SDN Inpres Cikahuripan Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat? 3. Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa setelah diterapkan metode

eksperimen pada pembelajaran IPA materi energi panas di kelas IV SDN Inpres Cikahuripan Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan:

1. Perencanaan pembelajaran IPA materi energi panas dengan menerapkan metode eksperimen untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV


(13)

Melia Pramita, 2013

SDN Inpres Cikahuripan Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat.

2. Pelaksanaan pembelajaran IPA materi energi panas dengan menerapkan metode eksperimen dalam meningkatkan hasil belajar siswa di kelas IV SDN Inpres Cikahuripan Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat.

3. Peningkatan hasil belajar siswa setelah diterapkan metode eksperimen pada pembelajaran IPA materi energi panas di kelas IV SDN Inpres Cikahuripan Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat.

.

D. Manfaat Hasil Penelitian 1. Bagi Siswa

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih aktif untuk berpikir secara ilmiah.

b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pembelajaran yang bermakna bagi siswa.

c. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. 2. Bagi Guru

a. Memberikan gambaran tentang proses pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen.

b. Meningkatkan pendidikan yang ideal dengan mengembangkan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran.

c. Melatih seorang guru untuk lebih kreatif dan inovatif dalam mengembangkan metode sesuai karakteristik peserta didik.

3. Bagi Sekolah

a. Dapat mengetahui hasil dan kemajuan siswanya sehingga proses pembelajaran dapat ditingkatkan kualitasnya.

b. Sebagai saran untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran secara intensif dan menerapkan metode yang sesuai dalam pembelajaran agar kualitas pembelajaran lebih efektif khususnya pada kualitas sekolah.


(14)

Melia Pramita, 2013

E. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan pada penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

“Apabila metode eksperimen diterapkan pada pembelajaran IPA materi energi panas maka hasil belajar siswa kelas IV B SDN Inpres Cikahuripan dapat meningkat”.

F. Definisi Operasional

Dibawah ini penulis akan menjelaskan kata operasional yang digunakan dalam judul penelitian:

1. Metode Eksperimen

Menurut Roestiyah (2008: 80) metode eksperimen merupakan “salah satu cara mengajar, dimana siswa melakukan suatu percobaan tentang suatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan di evaluasi oleh guru”.

Sesuai dengan metode yang akan diterapkan penelitian ini dikhususkan pada pembelajaran yang melibatkan siswa untuk menemukan fakta dari hasil pengamatannya pada saat melakukan percobaan.

2. Hasil Belajar

Menurut Sudjana (2011: 2) menyatakan bahwa “belajar dan mengajar sebagai suatu proses mengandung tiga unsur yang dapat dibedakan, yakni tujuan pengajaran (instruksional), pengalaman (proses) belajar mengajar, dan hasil belajar”.

Menurut Suprijono (dalam Thobroni dan Mustofa, 2011: 22), „hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan‟.

Dari dua pendapat ahli diatas hasil belajar merupakan perubahan kemampuan siswa setelah terlaksananya kegiatan pembelajaran. Kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan dalam aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan.


(15)

Melia Pramita, 2013

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

“Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”, Sugiyono (2012: 3).

Dari pengertian tersebut, didapatkan empat kata kunci yang perlu diperhatikan, yaitu cara ilmiah, data, tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan keempat kata kunci tersebut, kemudian Sugiyono (2012: 6) menjelaskan bahwa:

Metode penelitian pendidikan dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan.

Jenis-jenis metode penelitian tergantung pada bidang, tujuan, metode, tingkat eksplanasi dan waktu. Dalam pembahasan ini, penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti termasuk ke dalam jenis penelitian kualitatif, yaitu berupa Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Metode tersebut digunakan untuk mengatasi berbagai permasalahan yang ada di kelas. Selain itu, PTK juga dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja guru.

Berbagai definisi PTK sudah banyak dikembangkan oleh para ahli. Salah satu ahli yang mengemukakan adalah Hopkins. Menurut Hopkins

(dalam Wiriaatmadja, 2012: 11) mengungkapkan bahwa, “...penelitian

tindakan merupakan suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri, atau suatu usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi, sambil

terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan”.

Sejalan dengan pemikiran Hopkins, Kemmis (dalam Wiriaatmadja, 2012: 12) menjelaskan bahwa:

Penelitian tindakan adalah sebuah bentuk inkuiri reflektif yang dilakukan secara kemitraan mengenai situasi sosial tertentu (termasuk pendidikan)


(16)

Melia Pramita, 2013

untuk meningkatkan rasionalitas dan keadilan dari a) kegiatan praktik sosial atau pendidikan mereka, b) pemahaman mereka mengenai kegiatan-kegiatan praktik pendidikan ini, c) situasi yang memungkinkan terlaksananya kegiatan praktik ini.

Sedangkan menurut Arikunto, dkk (2011: 58), “Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian tindakan (action research) yang dilakukan

dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya”.

Menurut Aqib, dkk (2011: 3), “PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sehingga hasil belajar siswa meningkat”.

Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan penelitian tindakan kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seorang guru dalam kelasnya sendiri, untuk memahami praktik pembelajaran yang telah ia lakukan, kemudian menemukan solusi untuk memperbaiki kinerjanya melalui refleksi diri guna memperbaiki praktik pembelajaran di kelasnya dan dapat melihat perubahan dari solusi yang ia temukan tersebut.

B. Model Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas terdiri atas beberapa model, yaitu: 1. Model PTK Kurt Lewin

2. Model PTK Kemmis dan Mc. Taggart 3. Model PTK John Elliot

4. Model PTK Dave Ebbutt

Dari keempat model tersebut telah dirancang tahap-tahap penelitian tindakan yang beragam, namun secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap pengamatan dan tahap refleksi.

Model pelaksanaan PTK yang digunakan dalam penelitian ini adalah model spiral yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart. Dalam perencanaan Kemmis menggunakan suatu sistem spiral atau dalam bentuk


(17)

Melia Pramita, 2013

pengkajian berdaur siklus, yang terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan (planning), tindakan (action), pengamatan (observation), refleksi (reflection).

Langkah-langkah penelitian yang ditempuh pada setiap siklus dijelaskan secara rinci sebagai berikut:

1. Perencanaan (planning)

Rencana tindakan dilaksanakan untuk memecahkan masalah yang akan ditetapkan. Hal-hal yang direncanakan diantaranya terkait dengan pendekatan pembelajaran, metode pembelajaran, teknik atau strategi pembelajaran, media dan peralatan belajar materi pembelajaran, dan penilaian belajar. Perencanaan dalam hal ini hampir sama dengan perencanaan operasional dalam pembelajaran yang disebut RPP.

2. Pelaksanaan (acting)

Rencana yang telah dirancang kemudian dilaksanakan sesuai dengan langkah-langkah yang telah dibuat, yaitu proses pembelajaran IPA materi energi panas dengan menerapkan metode eksperimen.

3. Observasi (Observing)

Observasi dilakukan untuk mengenali, merekam, dan mendokumentasikan setiap indikator dari proses dan hasil yang dicapai, baik yang ditimbulkan oleh tindakan rencana maupun akibat sampingan. Observasi dapat dilakukan sendiri oleh peneliti atau kolaborator yang memang diberi tugas untuk hal itu. Fungsi diadakan observasi yaitu untuk mengetahui kesesuaian pelaksanaan tindakan dengan rencana tindakan yang telah disusun sebelumnya dan untuk mengetahui seberapa jauh pelaksanaan tindakan yang sedang berlangsung dapat diharapkan akan menghasilkan perubahan ke arah yang diinginkan. Yang terpenting dari kegiatan pengamatan adalah dapat mengenali sejak dini apakah tindakan yang dilakukan mengarah kepada terjadinya perubahan proses pembelajaran sesuai yang diharapkan.

4. Refleksi (reflecting)

Refleksi mencakup kegiatan analisis, interpretasi, dan evaluasi yang diperoleh saat melakukan kegiatan observasi. Data yang terkumpul saat


(18)

Melia Pramita, 2013

observasi secepatnya dianalisis dan diinterpretasi untuk mencari penyelesaiannya yang efektif pada kegiatan pembentukan bicara selanjutnya pada tahap berikutnya.

Keempat tahap tersebut dilakukan secara berulang-ulang sampai tujuan penelitian penelitian dapat tercapai. Apabila pada tahap pelaksanaan siklus pertama belum menunjukkan hasil yang diharapkan, maka perlu disusun kembali rencana untuk dilaksanakan tindakan pada siklus kedua. Demikian seterusnya hingga hasil yang diharapkan dapat tercapai.

Langkah-langkah penelitian apabila digambarkan adalah sebagai berikut:

Gambar 3.1. Rancangan Penelitian Model Kemmis dan Mc. Taggart


(19)

Melia Pramita, 2013

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa Kelas IV B SDN Inpres Cikahuripan, Lembang. Banyaknya siswa kelas IV B adalah 32 orang, yang terdiri dari 15 orang siswa laki-laki dan 17 orang siswa perempuan. Lokasi penelitian dilaksanakan di SDN Inpres Cikahuripan, beralamat di Jl. Pojok, Desa Cikahuripan, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Kode Pos: 40391.

D. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah prosedur penelitian yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc. Taggart. Alur prosedur penelitian dimulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Keempat alur tersebut akan diuraikan sebagai berikut:

1. Perencanaan

Sebelum melakukan penelitian, kegiatan perencanaan harus dirancang sedemikian rupa terlebih dahulu agar penelitian terlaksana dengan baik dan sesuai dengan harapan. Kegiatan yang termasuk perencanaan dalam penelitian yang akan dilaksanakan yaitu:

a) Permintaan izin kepada Kepala SDN Inpres Cikahuripan b) Melakukan observasi dan wawancara

c) Mengidentifikasi masalah d) Menyusun Proposal

e) Menyusun instrumen penelitian f) Menyusun jadwal penelitian

g) Mengurus perizinan kepada instansi yang terkait 2. Pelaksanaan Penelitian

Pada tahap pelaksanaan penelitian, peneliti melakukan perbaikan proses pembelajaran dengan menyusun rangkaian pembelajaran menjadi tiga


(20)

Melia Pramita, 2013

siklus. Adapun tahapan dari setiap siklusnya akan diuraikan sebagai berikut:

Siklus 1

a) Perencanaan

Kegiatan perencanaan dilakukan untuk mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan pada saat pelaksanaan tindakan. Kegiatan perencanaan yang akan dilakukan yaitu sebagai berikut:

1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menerapkan metode eksperimen.

2) Mempersiapkan alat peraga dan media yang akan digunakan untuk mengaplikasikan metode eksperimen.

3) Mempersiapkan perangkat-perangkat pembelajaran yang perlu disiapkan dan dikembangkan, yaitu: lembaran-lembaran evaluasi dan instrumen lain berikut kriteria penilaian dan kunci jawaban yang akan disiapkan dan dikembangkan.

4) Mempersiapkan alat-alat untuk dokumentasi kegiatan pembelajaran 5) Membuat lembar observasi yang berupa catatan lapangan yang akan

digunakan untuk merekam aktivitas guru dan siswa. b) Pelaksanaan Tindakan

Kegiatan belajar mengajar dilakukan sesuai dengan skenario pembelajaran pada RPP. Secara garis besar pelaksanaan tindakan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Guru melakukan apersepsi melalui tanya jawab tentang materi pelajaran yang sudah dipelajari sebelumnya.

2) Guru bertanya jawab dengan siswa tentang kegiatan yang berhubungan dengan energi panas.

3) Guru mengelompokkan siswa untuk melakukan kegiatan eksperimen.

4) Guru mengkondisikan tempat duduk siswa.


(21)

Melia Pramita, 2013

kegiatan eksperimen.

6) Siswa melakukan eksperimen tentang perpindahan energi panas dengan bimbingan guru.

7) Bertanya jawab tentang eksperimen yang telah dilakukan. 8) Guru membagikan soal evaluasi individu.

9) Siswa mengerjakan soal evaluasi individu.

10) Guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran. c) Observasi

Guru mengobservasi kesesuaian rencana dengan aplikasinya pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar. Kegiatan observasi dilakukan ketika kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung. Observasi dapat dilakukan oleh guru sebagai peneliti dan mitra peneliti (teman sejawat dan atau guru kelas SDN Inpres Cikahuripan) sebagai observer. Guru mengobservasi aktifitas siswa ketika kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung. Sedangkan mitra peneliti melakukan observasi terhadap dua objek yaitu guru yang sedang mengajar dan siswa yang sedang belajar. Metode observasi yang diterapkan adalah observasi terbuka dengan menggunakan catatan lapangan. Tujuan melakukan observasi terbuka yaitu untuk menggambarkan situasi kelas selengkapnya.

d) Refleksi

Refleksi dilakukan untuk mengevaluasi kekurangan dan kelebihan proses belajar mengajar pada siklus I. Kegiatan refleksi dapat dilakukan dengan cara berdiskusi dengan mitra peneliti dan guru kelas IV sebagai observer. Kegiatan diskusi dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kekurangan pada saat pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti.

Siklus 2

Kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada siklus kedua harus disesuaikan dengan hasil refleksi siklus pertama. Tahapan pelaksanaan tindakan siklus kedua masih sama dengan kegiatan siklus satu, yaitu terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi.


(22)

Melia Pramita, 2013

a) Perencanaan

Pada tahap ini peneliti menyusun RPP berdasarkan hasil refleksi yang telah dilakukan pada siklus pertama.

b) Pelaksanaan tindakan

Pelaksanaan tindakan pada siklus kedua disesuaikan dengan rencana pembelajaran hasil refleksi siklus pertama.

c) Observasi

Guru dan mitra peneliti melakukan pengamatan terhadap aktivitas pembelajaran dengan menerapkan metode eksperimen berdasarkan lembar observasi yang telah dirancang.

d) Refleksi

Guru dan mitra peneliti melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus kedua.

Siklus 3

Apabila setelah pelaksanaan tindakan siklus kedua, hasil belajar siswa belum sesuai dengan yang diharapkan. Maka peneliti harus melaksanakan tahapan berikutnya, yaitu dengan melanjutkan pada siklus ketiga. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada siklus ketiga harus disesuaikan dengan hasil refleksi siklus kedua. Tahapan pelaksanaan tindakan siklus kedua masih sama dengan kegiatan siklus satu, yaitu terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi.

a) Perencanaan

Pada tahap ini peneliti menyusun RPP berdasarkan hasil refleksi yang telah dilakukan pada siklus kedua.

b) Pelaksanaan tindakan

Pelaksanaan tindakan pada siklus ketiga disesuaikan dengan rencana pembelajaran hasil refleksi siklus kedua.

c) Observasi

Guru dan mitra peneliti melakukan pengamatan terhadap aktivitas pembelajaran dengan menerapkan metode eksperimen berdasarkan


(23)

Melia Pramita, 2013

lembar observasi yang telah dirancang.

Setelah melakukan ketiga tahapan tersebut, apabila hasil belajar sudah sesuai dengan yang diharapkan, maka penelitian dapat dihentikan. Menurut Rochiati Wiriaatmadja (2005: 103) “apabila perubahan yang bertujuan meningkatkan kualitas pembelajaran telah tercapai, atau apa yang diteliti telah menunjukan keberhasilan, siklus dapat diakhiri”.

3. Penyusunan Laporan Penelitian

Penyusunan laporan penelitian dilakukan di akhir kegiatan penelitian. Dalam penyusunan laporan penelitian sudah termasuk didalamnya kegiatan menganalisis data.

E. Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan dua jenis instrumen, yaitu instrumen pembelajaran dan instrumen pengumpul data. Instrumen pembelajaran digunakan untuk menunjang pelaksanaan pembelajaran di kelas, sedangkan instrumen pengumpul data digunakan untuk memperoleh data dan informasi selama penelitian berlangsung. Instrumen pengumpul data terdiri dari instrumen tes dan non tes.

1. Instrumen Pembelajaran

Dalam penelitian ini terdapat dua instrumen pembelajaran, yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS). RPP berisi rancangan kegiatan pembelajaran secara tertulis yang akan digunakan guru sebagai pedoman dalam melaksanaan kegiatan pembelajaran. Sedangkan LKS digunakan sebagai pedoman bagi siswa dalam melaksanakan kegiatan eksperimen. Dalam penelitian ini, LKS tidak termasuk ke dalam instrumen tes.

2. Instrumen Tes

Tes akan diberikan pada kegiatan akhir pembelajaran. Tes dalam penelitian ini adalah sebagai evaluasi serta untuk menilai hasil yang diperoleh


(24)

Melia Pramita, 2013

siswa setelah pemberian tindakan. Tes yang diberikan kepada siswa berbentuk isian singkat dan uraian.

3. Instrumen Non Tes a) Observasi

Observasi merupakan kegiatan mengamati hasil dari suatu tindakan yang dilaksanakan terhadap siswa yang diteliti. Menurut Sudjana (2011:84), Observasi dapat mengukur atau menilai hasil dan proses belajar misalnya tingkah laku siswa pada waktu belajar, tingkah laku guru pada waktu mengajar, kegiatan diskusi siswa, partisipasi siswa dalam simulasi, dan penggunaan alat peraga pada waktu mengajar. Observasi juga sebagai suatu metode pengumpul data mengenai kinerja guru dan aktifitas siswa selama berlangsungnya pembelajaran. Dalam penelitian ini jenis observasi yang dilakukan adalah observasi terbuka. Kegiatan observasi yang dilakukan adalah mengamati aktivitas guru dan siswa. Hal-hal yang belum tercatat dalam lembar observasi, akan dicatat pada lembar catatan lapangan.

b) Catatan Lapangan

Catatan lapangan pada dasarnya berisi deskripsi atau paparan tentang latar kelas dan aktivitas pembelajaran. Catatan lapangan berguna untuk mencatat hal-hal yang tidak termasuk dalam pedoman observasi, dapat dikatakan catatan lapangan adalah pelengkap data observasi. Data yang dicatat terutama tentang interaksi belajar mengajar baik guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa. Ada beberapa aspek yang akan diamati dalam catatan lapangan ini, seperti yang terlihat dalam tabel berikut:

Tabel 3.1

Aspek yang diamati dalam Catatan Lapangan No. Aspek yang diamati Komentar


(25)

Melia Pramita, 2013

1 Pengelolaan kelas 2 Pembelajaran di kelas

dengan menerapkan metode eksperimen 3 Perencanaan untuk

melaksanaan kegiatan eksperimen

4 Pelaksanaan kegiatan eksperimen

5 Tindak lanjut dari kegiatan eksperimen 6 Interasksi guru dengan

siswa

7 Interaksi siswa dengan siswa

8 Antusias siswa dalam mengikuti

pembelajaran dengan menerapkan metode eksperimen

c) Dokumentasi

Dokumentasi digunakan untuk merekam proses pembelajaran eksperimen. Hasilnya adalah berupa foto dan video. Selain untuk dokumentasi, peneliti juga menggunakan datanya untuk melakukan kegiatan refleksi.

F. Pengolahan dan Analisis Data 1. Pengolahan Data


(26)

Melia Pramita, 2013

Kegiatan pengolahan data merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memasukkan data dan hasil yang diperoleh selama penelitian. Melalui pengolahan data ini akan diungkapkan mengenai cara pengukuran hasil belajar siswa. Pengukuran nilai tersebut diambil dari tes belajar siswa, secara tes objektif maupun tes uraian. Sesuai dengan pendapat Sudjana (2011: 106) mengenai:

Data hasil pengukuran melalui alat penilaian tertentu, misalnya tes, baik, tes objektif maupun tes esai, berupa data kuantitatif, yakni angka-angka atau bilangan numerik. Angka atau bilangan tersebut adalah skor hasil pengukuran yang biasa disebut skor mentah. Agar skor mentah ini mempunyai makna nilai hingga dapat ditafsirkan untuk menentukan prestasi atau kemampuan siswa, perlu diolah menjadi skor masak melalui teknik statistika. Proses mengubah skor mentah menjadi skor masak dengan menggunakan teknik statistika disebut pengolahan data.

Pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini melalui dua macam cara, yaitu:

a) Pengolahan data kualitatif

Pengolahan data kualitatif berdasarkan atas hasil observasi yang dilakukan oleh mitra peneliti dan guru kelas. Cara yang dilakukan untuk mengolah data tersebut yaitu dengan menafsirkan hasil observasi yang didapatkan di kelas kemudian mendeskripsikannya lalu disimpulkan. b) Pengolahan data kuantitatif

Pengolahan data kuantitatif berupa hasil tes tertulis siswa terhadap soal-soal yang diberikan guru dengan patokan jawaban benar.

Teknik pengolahan data kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Penilaian ketuntasan belajar siswa mengikuti ketentuan yang diberlakukan oleh sekolah. Ketentuan sekolah menyatakan bahwa siswa

yang dinyatakan “Lulus” jika nilai yang diperoleh adalah lebih dari atau


(27)

Melia Pramita, 2013

yang tuntas dalam pembelajaran IPA materi Energi Panas melalui penerapan metode eksperimen adalah sebagai berikut:

Persentase Ketuntasan =

x 100 %

Sedangkan untuk menghitung nilai siswa pada setiap siklus yaitu menggunakan rumus sebagai berikut:

Nilai =

Kemudian untuk memperoleh nilai rata-rata kelas setiap siklus yaitu menggunakan rumus sebagai berikut:

Rata-rata =

Keberhasilan dari penerapan metode pembelajaran dalam meningkatkan hasil belajar kognitif siswa dapat dilihat dari perbandingan nilai gain ternormalisasi yang dicapai oleh siswa. Untuk menghitung besarnya persamaan nilai gain ternormalisasi menurut Melzer (dalam Nuraeni, 2011:48) adalah sebagai berikut:

Gain Ternormalisasi (g) =

Berdasarkan nilai gain ternormalisasi kemudian diterjemahkan sesuai kategori yang terdapat di dalam tabel:

Tabel 3.2

Kategori Nilai Gain Ternormalisasi Gain Ternormalisasi (g) Kategori


(28)

Melia Pramita, 2013

2. Analisis Data

Setelah melakukan kegiatan pengolahan data, data yang telah diperoleh perlu dianalisis. Analisis data merupakan bagian yang penting dalam sebuah penelitian. Analisis data bertujuan untuk menyusun data dalam cara yang bermakna sehingga dapat dipahami. Analisis data dalam PTK adalah suatu kegiatan mencermati atau menelaah, menguraikan dan mengkaitkan setiap informasi yang terkait dengan kondisi awal, proses belajar dan hasil pembelajaran untuk memperoleh simpulan tentang keberhasilan tindakan perbaikan pembelajaran. Data yang diperoleh berdasarkan instrumen penelitian adalah hasil lembar observasi dan lembar tes. Pengumpulan data yang akan peneliti lakukan yaitu dengan cara mengumpulkan seluruh data hasil dari instrumen pengumpulan data yang sudah dirancang sebelumnya. Pengumpulan data tersebut adalah:

a) Data mengenai aktivitas guru dan siswa ketika pelaksanaan penelitian. Data ini diperoleh dari lembar observasi dan catatan lapangan.

b) Data hasil belajar siswa diperoleh dari tes tertulis yang diberikan kepada siswa di akhir pembelajaran.

c) Data tentang keterkaitan antara perencanaan pembelajaran yang telah dirancang dengan pelaksanaan diperoleh dari RPP dan lembar observasi.

0,30 – 0,70 Sedang


(29)

Melia Pramita, 2013

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis terhadap kegiatan pembelajaran IPA tentang konsep energi panas melalui penerapan metode eksperimen, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Perencanaan pembelajaran IPA tentang energi panas melalui penerapan metode eksperimen di kelas IV SDN Inpres Cikahuripan diantaranya adalah dengan dibuat terlebih dahulu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), dan menyiapkan alat dan bahan percobaan yang akan digunakan. Penyusunan RPP disesuaikan dengan sistematika yang diatur dalam Permendiknas No. 41 tahun 2007, yaitu meliputi identitas sekolah dan mata pelajaran, alokasi waktu, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, sumber dan alat belajar, serta penilaian. Dalam langkah pembelajarannya menerapkan metode eksperimen yang memiliki tiga tahapan, yaitu: persiapan eksperimen, pelaksanaan eksperimen, dan tindak lanjut eksperimen. Sehingga dengan memperhatikan hal tersebut, perencanaan pembelajaran dengan menerapkan metode eksperimen pada pembelajaran IPA materi energi panas di kelas IV SDN Inpres Cikahuripan dapat direncanakan dengan baik.

2. Pelaksanaan pembelajaran IPA tentang energi panas dikembangkan dengan memperhatikan tahapan-tahapan pembelajaran dengan menerapkan metode eksperimen. Kegiatan pembelajaran dengan menerapkan metode eksperimen ini mencakup aktivitas guru dan siswa yang berlangsung dengan baik. Siswa terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran untuk mengamati dan membuktikan sendiri tentang konsep materi ajar yang sedang dipelajari. Antusias siswa untuk mengikuti pembelajaran dengan metode eksperimen sangat tinggi. Sedangkan guru bertindak


(30)

Melia Pramita, 2013

sebagai fasilitator dan motivator untuk siswa. Pelaksanaan pembelajaran IPA tentang energi panas melalui penerapan metode eksperimen dapat berjalan sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya. Dengan kata lain, pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan metode eksperimen pada pembelajaran IPA materi energi panas di kelas IV SDN Inpres Cikahuripan dapat dilaksanakan secara efektif.

3. Penerapan metode eksperimen dalam pembelajaran IPA tentang materi energi panas dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini terlihat dari perolehan hasil tes siklus I dengan nilai rata-rata kelas 70,94, nilai rata-rata kelas siklus II 77,97, dan siklus III 95,48. Ketuntasan belajar siswa berdasarkan KKM juga meningkat, hasil siklus I 38%, persentase ketuntasan belajar siklus II 71, 88%, dan siklus III 96,88%. Berdasarkan hasil tersebut terlihat bahwa pada setiap siklus terdapat peningkatan hasil belajar maupun ketuntasan belajar berdasarkan KKM.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil temuan pada pelaksanaan penelitian dengan menerapkan metode eksperimen pada pembelajaran IPA tentang energi panas untuk meningkatkan hasil belajar siswa di kelas IV SDN Inpres Cikahuripan Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat, peneliti ingin merekomendasikan beberapa hal, yaitu:

1. Bagi Guru

Jika guru akan menerapkan metode eksperimen pada pembelajaran IPA, maka sebelumnya guru harus memahami konsep tentang metode eksperimen agar pada saat akan melaksanakan kegiatan pembelajaran, guru dapat merencanakan segala sesuatu yang diperlukan dalam eksperimen dengan matang. Selain itu, sebelum pembelajaran berlangsung guru perlu menyampaikan tahapan eksperimen yang akan dilakukan dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh siswa. Guru juga hendaknya memberikan tugas kepada setiap siswa pada saat diskusi hasil


(31)

Melia Pramita, 2013

temuan eksperimen, agar setiap siswa memiliki tugas dan peranan masing-masing sehingga tidak ada siswa yang hanya duduk terdiam memperhatikan siswa lainnya yang sedang bekerja. Guru harus dapat mengelola kelas agar proses pembelajaran berlangsung dengan kondusif. Sebaiknya, guru juga harus dapat menerapkan berbagai metode pembelajaran dalam rangka menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan dapat meningkatkan antusias siswa dalam belajar di kelas.

2. Bagi Sekolah

Hendaknya sekolah dapat memberikan fasilitas yang memadai untuk meningkatkan kualitas sekolah baik dari segi tenaga pengajar, sarana maupun prasarana yang terdapat di sekolah. Sekolah harus bisa memotivasi tenaga pengajar untuk dapat menerapkan berbagai metode maupun model pembelajaran yang lain agar kegiatan pembelajaran tidak terkesan monoton. Selain itu, sekolah harus dapat memfasilitasi pelatihan khusus untuk meningkatkan kemampuan profesi guru.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan peneliti dapat menguasai berbagai metode pembelajaran, dan dapat memahami serta menerapkan satu metode pembelajaran untuk penelitian berikutnya. Pemilihan materi dan bahan ajar juga merupakan hal yang penting, agar penelitian selanjutnya dapat berjalan dengan baik dan mendapatkan hasil yang optimal.


(32)

Melia Pramita, 2013

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S, dkk. (2011). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Aqib, Zainal, dkk. (2011). Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru SD, SLB dan TK. Bandung: CV YRAMA WIDYA.

BSNP. (2008). Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Jakarta: Depdiknas.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.

Iru, La dan La Ode Saifun Arihi. (2012). Analisis Penerapan Pendekatan, Metode, Strategi dan Model-model Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Presindo.

Made Amin, I. (2012). Model PTK (3): Model Spiral dari Kemmis & Taggart. [Online]. Tersedia: http://www.ishaqmadeamin.com/2012/11/model-ptk-3-model-spiral-dari-kemmis.html [10 Mei 2013]

Nuraeni, R. (2011). Perbandingan Pembelajaran dengan Menggunakan CD Tutorial dan Komik Pada Penguasaan Konsep Sistem Saraf Siswa SMA. Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Permendiknas. (2007). Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas.

Putra, Sitiatava Rizema. (2013). Desain Belajar Mengajar Kreatif Berbasis Sains. Yogyakarta: DIVA Press.

Roestiyah N. K. (2008). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Ruhimat, T.(2009). Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Jurusan Kurtekpen FIP UPI.


(33)

Melia Pramita, 2013

Sudjana, Nana. 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sulistyanto, Heri dan Edi Wiyono. (2008). Ilmu Pengetahuan Alam Untuk SD/MI kelas IV. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas.

Sulistyorini, Sri. (2007). Model Pembelajaran IPA Sekolah Dasar dan Penerapannya dalam KTSP. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Thobroni, M dan Arif Mustofa. (2011). Belajar dan Pembelajaran: Pengembangan Wacana dan Praktik Pembelajaran dalam Pembangunan Nasional. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Wahyono, Budi dan Setyo Nurachmandani. (2008). Ilmu Pengetahuan Alam Untuk SD dan MI kelas IV. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas.

Wiriaatmadja, R. (2012). Metode Penelitian Tindakan Kelas Untuk Meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.


(1)

38

2. Analisis Data

Setelah melakukan kegiatan pengolahan data, data yang telah diperoleh perlu dianalisis. Analisis data merupakan bagian yang penting dalam sebuah penelitian. Analisis data bertujuan untuk menyusun data dalam cara yang bermakna sehingga dapat dipahami. Analisis data dalam PTK adalah suatu kegiatan mencermati atau menelaah, menguraikan dan mengkaitkan setiap informasi yang terkait dengan kondisi awal, proses belajar dan hasil pembelajaran untuk memperoleh simpulan tentang keberhasilan tindakan perbaikan pembelajaran. Data yang diperoleh berdasarkan instrumen penelitian adalah hasil lembar observasi dan lembar tes. Pengumpulan data yang akan peneliti lakukan yaitu dengan cara mengumpulkan seluruh data hasil dari instrumen pengumpulan data yang sudah dirancang sebelumnya. Pengumpulan data tersebut adalah:

a) Data mengenai aktivitas guru dan siswa ketika pelaksanaan penelitian. Data ini diperoleh dari lembar observasi dan catatan lapangan.

b) Data hasil belajar siswa diperoleh dari tes tertulis yang diberikan kepada siswa di akhir pembelajaran.

c) Data tentang keterkaitan antara perencanaan pembelajaran yang telah dirancang dengan pelaksanaan diperoleh dari RPP dan lembar observasi.

0,30 – 0,70 Sedang


(2)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis terhadap kegiatan pembelajaran IPA tentang konsep energi panas melalui penerapan metode eksperimen, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Perencanaan pembelajaran IPA tentang energi panas melalui penerapan metode eksperimen di kelas IV SDN Inpres Cikahuripan diantaranya adalah dengan dibuat terlebih dahulu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), dan menyiapkan alat dan bahan percobaan yang akan digunakan. Penyusunan RPP disesuaikan dengan sistematika yang diatur dalam Permendiknas No. 41 tahun 2007, yaitu meliputi identitas sekolah dan mata pelajaran, alokasi waktu, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, sumber dan alat belajar, serta penilaian. Dalam langkah pembelajarannya menerapkan metode eksperimen yang memiliki tiga tahapan, yaitu: persiapan eksperimen, pelaksanaan eksperimen, dan tindak lanjut eksperimen. Sehingga dengan memperhatikan hal tersebut, perencanaan pembelajaran dengan menerapkan metode eksperimen pada pembelajaran IPA materi energi panas di kelas IV SDN Inpres Cikahuripan dapat direncanakan dengan baik.

2. Pelaksanaan pembelajaran IPA tentang energi panas dikembangkan

dengan memperhatikan tahapan-tahapan pembelajaran dengan menerapkan metode eksperimen. Kegiatan pembelajaran dengan menerapkan metode eksperimen ini mencakup aktivitas guru dan siswa yang berlangsung dengan baik. Siswa terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran untuk mengamati dan membuktikan sendiri tentang konsep materi ajar yang sedang dipelajari. Antusias siswa untuk mengikuti pembelajaran dengan metode eksperimen sangat tinggi. Sedangkan guru bertindak


(3)

77

sebagai fasilitator dan motivator untuk siswa. Pelaksanaan pembelajaran IPA tentang energi panas melalui penerapan metode eksperimen dapat berjalan sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya. Dengan kata lain, pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan metode eksperimen pada pembelajaran IPA materi energi panas di kelas IV SDN Inpres Cikahuripan dapat dilaksanakan secara efektif.

3. Penerapan metode eksperimen dalam pembelajaran IPA tentang materi energi panas dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini terlihat dari perolehan hasil tes siklus I dengan nilai rata-rata kelas 70,94, nilai rata-rata kelas siklus II 77,97, dan siklus III 95,48. Ketuntasan belajar siswa berdasarkan KKM juga meningkat, hasil siklus I 38%, persentase ketuntasan belajar siklus II 71, 88%, dan siklus III 96,88%. Berdasarkan hasil tersebut terlihat bahwa pada setiap siklus terdapat peningkatan hasil belajar maupun ketuntasan belajar berdasarkan KKM.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil temuan pada pelaksanaan penelitian dengan menerapkan metode eksperimen pada pembelajaran IPA tentang energi panas untuk meningkatkan hasil belajar siswa di kelas IV SDN Inpres Cikahuripan

Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat, peneliti ingin

merekomendasikan beberapa hal, yaitu: 1. Bagi Guru

Jika guru akan menerapkan metode eksperimen pada pembelajaran IPA, maka sebelumnya guru harus memahami konsep tentang metode eksperimen agar pada saat akan melaksanakan kegiatan pembelajaran, guru dapat merencanakan segala sesuatu yang diperlukan dalam eksperimen dengan matang. Selain itu, sebelum pembelajaran berlangsung guru perlu menyampaikan tahapan eksperimen yang akan dilakukan dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh siswa. Guru juga hendaknya memberikan tugas kepada setiap siswa pada saat diskusi hasil


(4)

78

temuan eksperimen, agar setiap siswa memiliki tugas dan peranan masing-masing sehingga tidak ada siswa yang hanya duduk terdiam memperhatikan siswa lainnya yang sedang bekerja. Guru harus dapat mengelola kelas agar proses pembelajaran berlangsung dengan kondusif. Sebaiknya, guru juga harus dapat menerapkan berbagai metode pembelajaran dalam rangka menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan dapat meningkatkan antusias siswa dalam belajar di kelas.

2. Bagi Sekolah

Hendaknya sekolah dapat memberikan fasilitas yang memadai untuk meningkatkan kualitas sekolah baik dari segi tenaga pengajar, sarana maupun prasarana yang terdapat di sekolah. Sekolah harus bisa memotivasi tenaga pengajar untuk dapat menerapkan berbagai metode maupun model pembelajaran yang lain agar kegiatan pembelajaran tidak terkesan monoton. Selain itu, sekolah harus dapat memfasilitasi pelatihan khusus untuk meningkatkan kemampuan profesi guru.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan peneliti dapat menguasai berbagai metode pembelajaran, dan dapat memahami serta menerapkan satu metode pembelajaran untuk penelitian berikutnya. Pemilihan materi dan bahan ajar juga merupakan hal yang penting, agar penelitian selanjutnya dapat berjalan dengan baik dan mendapatkan hasil yang optimal.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S, dkk. (2011). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Aqib, Zainal, dkk. (2011). Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru SD, SLB dan TK. Bandung: CV YRAMA WIDYA.

BSNP. (2008). Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Jakarta: Depdiknas.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.

Iru, La dan La Ode Saifun Arihi. (2012). Analisis Penerapan Pendekatan, Metode, Strategi dan Model-model Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Presindo.

Made Amin, I. (2012). Model PTK (3): Model Spiral dari Kemmis & Taggart. [Online]. Tersedia: http://www.ishaqmadeamin.com/2012/11/model-ptk-3-model-spiral-dari-kemmis.html [10 Mei 2013]

Nuraeni, R. (2011). Perbandingan Pembelajaran dengan Menggunakan CD Tutorial dan Komik Pada Penguasaan Konsep Sistem Saraf Siswa SMA. Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Permendiknas. (2007). Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas.

Putra, Sitiatava Rizema. (2013). Desain Belajar Mengajar Kreatif Berbasis Sains. Yogyakarta: DIVA Press.

Roestiyah N. K. (2008). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Ruhimat, T.(2009). Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Jurusan Kurtekpen FIP UPI.


(6)

Sudjana, Nana. 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sulistyanto, Heri dan Edi Wiyono. (2008). Ilmu Pengetahuan Alam Untuk SD/MI kelas IV. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas.

Sulistyorini, Sri. (2007). Model Pembelajaran IPA Sekolah Dasar dan Penerapannya dalam KTSP. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Thobroni, M dan Arif Mustofa. (2011). Belajar dan Pembelajaran: Pengembangan Wacana dan Praktik Pembelajaran dalam Pembangunan Nasional. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Wahyono, Budi dan Setyo Nurachmandani. (2008). Ilmu Pengetahuan Alam Untuk SD dan MI kelas IV. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas.

Wiriaatmadja, R. (2012). Metode Penelitian Tindakan Kelas Untuk Meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.