Pengaruh Pembelajaran Berbasis Multiple Intelleginces terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV MI Nurul Huda Cipayung Depok

(1)

PENGARUH PENGGUNAAN PEMBELAJARAN BERBASIS

MULTIPLE INTELLIGENCES TERHADAP HASIL BELAJAR

SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS IV

MI NURUL HUDA CIPAYUNG DEPOK

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh: ALEN SUDIARY NIM. 1110018300023

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2016


(2)

(3)

(4)

(5)

v

ABSTRAK

Alen Sudiary (NIM: 1110018300023). Pengaruh Penggunaan Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV MI Nurul Huda Cipayung Depok. Skripsi, Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh multiple intelligences terhadap

hasil belajar IPA siswa pada materi energi panas dan energi bunyi. Penelitian ini dilakukan di kelas IV-A dan IV-B MI Nurul Huda Cipayung Depok. Metode yang

digunakan adalah kuasi eksperimen dengan rancangan penelitian pretest-posttest

control group design. Penentuan sampel ini berdasarkan teknik purposive sampling. Sampel penelitian berjumlah 60 siswa, dengan 30 siswa untuk kelas eksperimen dan 30 siswa untuk kelas kontrol. Instrumen yang digunakan adalah instrumen tes berupa soal-soal pilihan ganda. Data hasil instrumen tes dianalisis secara

kuantitatif. Berdasarkan analisis data tes, diperoleh nilai rata-rata hasil belajarsiswa

kelas eksperimen adalah 74,00 dan kelas kontrol adalah 63,44. Hal tersebut

didasarkan pada hasil uji hipotesis dengan menggunakan uji t terhadap data posttest

dengan n = 30 dan α=5%. Hasilnya adalah nilai thitung = 5,06 sedangkanttabel = 2,01.

Terlihat bahwa thitung > ttabel, sehingga dapat disimpulkan bahwaterdapat pengaruh

metode eksperimen terhadap hasil belajar IPA siswa padamateri energi panas dan

energi bunyi.


(6)

vi

ABSTRACT

Alen Sudiary (NIM: 1110018300023). The Effect of Multiple Intelligences Based Learning to The Learning Outcomes of Students Grade 4th in The Science at Nurul Huda Elementary School Cipayung Depok. Skripsi of Elementary School Education Study Departement, Faculty of Tarbiyah and Teachers Training of State Islamic University Jakarta, 2016.

The purpose of this study was to determine the effect of multiple intelligences based learning to the learning outcomes of students’ grade 4th in the science concept of heat and sound energies. This study was conducted in class IV-A and IV-B of Nurul Huda Elementary School Cipayung Depok. The method which is used in this study is quasi-experiment with pretest-posttest control group research design. The sample was determined by using purposive sampling technique. This study’s samples are 30 students for experimental class and 30 students for control class. The instrument used in this study is a test instrument of multiple choices questions. Data from the test instrument’s result were analyzed quantitatively. Based on the analysis, the average score of students’ learning outcomes in experiment class is 74,00, and 63,44 for the control class’ students. It is based on hypothesis test result by using t test to the posttest data with n = 25 and α = 5%. The result is the value of t count = 2,80 while t table = 2,20. It showed that t count >

t table, so it can be concluded that there are effects of multiple intelligences based learning to the science concept of heat and sound energies.

Keywords: Experimental Methods, Science Learning Outcomes, Heat and Sound Energies.


(7)

vii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Atas kasih dan sayang-Nya, penulis diberi kekuatan dan kesabaran untuk dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik. Shalawat serta salam senantiasa tercurah bagi Nabi mulia Rasulullah Muhammad Saw, Rasul pembawa rahmat bagi alam semesta, Rasul yang akan memberikan

syafaat bagi kita di hari akhir nanti. Aamiin.

Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat akademis untuk menyelesaikan studi S1 Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, dengan judul “Pengaruh Penggunaan Pembelajaran

Berbasis Multiple Intelligences terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV MI Nurul Huda Cipayung Depok”.

Keberhasilan penelitian dan selesainya skripsi ini tidak terlepas dari adanya bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini. Semoga dapat menjadi amal baik dan dibalas oleh Allah Swt. Secara khusus, rasa terima kasih dan apresiasi yang tinggi disampaikan kepada:

1. Prof. Dr. H. A. Thib Raya, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Khalimi, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah

Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Abdul Ghofur, M.A., selaku Penasihat Akademik yang telah memberikan

motivasi dan pengarahan selama menyelesaikan studi.

4. Dr. Yanti Herlanti, M.Pd, selaku dosen pembimbing yang telah membantu

penulis dengan ilmu, masukan, dan pencerahannya sehingga menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.

5. Asep Ediana Latip, M.Pd, selaku Sekretaris Ketua Jurusan Pendidikan Guru

Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


(8)

viii

6. Mufida Awalia Putri, M.Pd, selaku dosen penguji I yang telah memberi arahan

ilmu, masukan, dan pencerahannya sehingga menyelesaikan perbaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.

7. Fathiah Alatas, M.Si, selaku dosen penguji II yang telah memberi arahan ilmu,

masukan, dan pencerahannya sehingga menyelesaikan perbaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.

8. Hasyim, S.Pd, selaku Kepala MI Nurul Huda Cipayung Depok, yang telah

memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian, serta siswa-siswi kelas IV dan seluruh staf akademika MI Nurul Huda Cipayung Depok yang telah membantu proses penelitian penulis.

9. Ayahanda tersayang Suparwoto dan Ibunda tercinta Almh. Srimulyani, serta

adik-adik tersayang Fitri Riadini dan Liana Muharrlin atas kasih sayangnya kepada penulis yang tak terhingga. Terima kasih atas segala do’a, dukungan, dan kesabarannya, semoga Allah Swt menyayangi keduanya sebagaimana keduanya menyayangi penulis.

10. Keluarga besar Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Yayasan

Pendidikan Budi Insan Cendekia, Yayasan Pesantren Islam Al Azhar, LDK Syahid UIN Jakarta, Sabtu dan Ahad Ceria, rekan-rekan PGMI Kelas A 2010, serta semua pihak yang tak dapat disebutkan satu persatu atas segala do’a, dukungan, semangat, dan kepedulian yang besar terhadap penulis.

Akhirnya, hanya do’a yang dapat penulis panjatkan agar segala kebaikan yang telah dilakukan semua pihak dibalas oleh Allah Swt dengan sebaik-baik balasan. Penulis juga berharap semoga penelitian ini dapat memberikan kontribusi positif bagi dunia pendidikan, serta menambah pustaka dan referensi bagi yang membutuhkan. Saran dan masukan sangat diharapkan penulis, demi kesempurnaan penelitian ini.

Jakarta, Desember 2016


(9)

ix

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah dan Fokus Penelitian ... 1

B. Identifikasi Masalah dan ... 4

C. Pembatasan Fokus Masalah ... 5

D. Perumusan Masalah Penelitian ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Kegunaan Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN KERANGKA BERPIKIR ... 7

A. Kajian Teori ... 7

1. Pengertian Hasil Belajar ... 7

2. Pengertian Multiple Intelligences ... 9

3. Jenis-jenis Kecerdasan menurut Multiple Intelligences ... 11

a. Kecerdasan Verbal-Linguistik ... 11

b. Kecerdasan Logis-Matematis ... 12

c. Kecerdasan Visual-Spasial ... 14

d. Kecerdasan Jasmani-Kinestetis ... 15

e. Kecerdasan Musikal-Ritmis ... 16

f. Kecerdasan Naturalis ... 17

g. Kecerdasan Interpersonal ... 18


(10)

x

b. Integrasi Multiple Intelligences dalam Pembelajaran IPA

MI/SD ... 24

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 30

C. Kerangka Pikir ... 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 32

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 32

B. Metode dan Desain Penelitian ... 32

C. Variabel Penelitian ... 33

D. Populasi dan Sampel... 33

E. Teknik Pengumpulan Data ... 34

F. Instrumen Penelitian ... 34

G. Kalibrasi Instrumen ... 36

1. Validitas ... 36

2. Reliabilitas ... 37

3. Taraf Kesukaran ... 38

4. Daya Pembeda ... 39

H. Teknik Analisis Data ... 39

1. Uji N-Gain ... 40

2. Uji Normalitas ... 40

3. Uji Homogenitas ... 42

4. Uji Hipotesis ... 42

I. Hipotesis Statistik ... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 45

A. Hasil Penelitian ... 45

1. Rekapitulasi Data Pretest dan Posttest ... 46

2. Hasil Uji Analisis N-Gain ... 47

3. Hasil Uji Prasyarat ... 48


(11)

xi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 56

A. Kesimpulan ... 56

B. Saran ... 56

DAFTAR PUSTAKA ... 57


(12)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Desain Penelitian ... 32

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Tes ... 35

Tabel 3.3 Kualifikasi Koefisien Korelasi ... 37

Tabel 3.4 Kategori Derajat Kesukaran ... 38

Tabel 3.5 Klasifikasi Daya Pembeda ... 39

Tabel 3.6 Klasifikasi N-Gain ... 40

Tabel 4.1 Reapitulasi Data Pretest dan Posttest ... 46

Tabel 4.2 Hasil Uji Analisis N-Gain ... 47

Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Pretest dan Posttest ... 48

Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas N-Gain ... 49

Tabel 4.5 Hasil Uji Homogenitas Pretest dan Posttest ... 50

Tabel 4.6 Hasil Uji Homogenitas N-Gain ... 50

Tabel 4.7 Hasil Uji Hipotesis Pretest dan Posttest ... 51


(13)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A1 Kisi-kisi Uji Coba Instrumen ... 59 Lampiran A2 Rekapitulasi Hasil Analisis Uji Coba Instrumen dengan

Program ANATES ... 69 Lampiran A3 Soal Instrumen Pretest dan Posttest ... 71 Lampiran B1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Penelitian ... 75


(14)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran IPA yang selama ini masih berkutat dengan ceramah dan hanya mencatat, sering membuat siswa kurang dapat menguasai materi pembelajaran IPA. Hal ini bermuara pada stigma negatif yang menyebutkan bahwa IPA adalah salah satu mata pelajaran yang sulit dan hanya orang-orang tertentu yang dapat menguasai materi pelajaran IPA. Hasil belajar siswa juga menjadi rendah, bahkan belum mampu mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM).

Salah satu contoh nyatanya terjadi di MI Nurul Huda Cipayung Depok. Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu melihat hasil ulangan harian IPA para siswa kelas IV di sekolah tersebut. Para siswa kelas IV di MI tersebut ternyata mendapatkan rata-rata nilai di bawah KKM pada mata pelajaran IPA materi energi panas dan energi bunyi. Pada saat ulangan harian materi energi panas dan energi bunyi, para siswa kelas IV-A rata-rata hanya mendapat nilai 3,25 sedangkan kelas IV-B nilai rata-ratanya hanya 3,27, sementara nilai KKM IPA kelas IV di MI Nurul Huda Cipayung Depok adalah 7,30. Dari total 30 siswa kelas IV-A hanya 7 siswa yang mencapai nilai KKM, sedangkan kelas IV-B yang siswanya berjumlah 30 siswa juga, hanya 8 siswa yang mencapai nilai KKM. Artinya, pada mata pelajaran IPA materi energi panas dan energi bunyi hanya 23% siswa kelas IV-A yang mencapai nilai KKM, sedangkan di kelas IV-B hanya sekitar 27% siswa yang nilainya mencapai KKM.

Ketika peneliti mewawancarai guru IPA kelas IV, yang ternyata adalah guru kelasnya masing-masing, didapatkan informasi bahwa guru-guru tersebut saat mengajarkan mata pelajaran IPA hanya menggunakan metode ceramah. Selain itu, para siswa juga terkadang belajar sendiri dengan membaca buku paket saja karena saat itu para guru sedang sibuk menyiapkan akreditasi sekolah. Akibatnya guru menjadi tidak fokus mengajar dan sering meninggalkan kelas. Kalaupun menjelaskan materi, guru hanya mengulas apa


(15)

yang tertulis di buku paket tanpa media pembelajaran selain panpan tulis dan spidol. Para siswa pun akhirnya menerima materi tidak secara utuh dan masih banyak yang belum mereka pahami.

Pembelajaran klasik yang hanya menggunakan metode ceramah seperti yang terjadi d MI Nurul Huda Cipayung Depok masih dianut di beberapa sekolah. Pembelajaran seperti ini juga masih menggunakan paradigma lama dengan menganggap semua siswa adalah sama, atau mungkin seharusnya sama.

Siswa yang bisa memahami materi yang diajarkan dengan metode ceramah yang digunakan guru serta mendapatkan nilai tinggi pada penilaian hasil belajar, dianggap sebagai siswa pintar. Sementara siswa yang tidak bisa memahami materi, nilai hasil belajarnya di bawah standar, dan tidak bisa diam

di kelas dianggap sebagai siswa bodoh, nakal, atau mungkin trouble maker.

Thomas Armstrong dalam bukunya "sekolah para juara" juga mendeskripsikan model pembelajaran klasik yang antara lain

memunculkan asumsi-asumsi: Pertama,para guru cenderung memisahkan

atau memberikan identifikasi kepada para muridnya sebagai murid-murid

yang pandai di satu sisi, dan murid-murid yang bodoh di sisi lain. Kedua,

suasana kelas cenderung monoton dan membosankan. Hal ini dikarenakan para guru biasanya hanya bertumpu pada satu atau dua jenis kecerdasan

dalam mengajar, yaitu cerdas berbahasa dan cerdas berlogika. Ketiga,

mungkin seorang guru agak kesulitan dalam membangkitkan minat atau

gairah murid-rnuridnya karena proses pembelajaran yang kurang kreatif.1

Jika dianalisis lebih dalam, model pembelajaran klasik yang dipaparkan di atas tentunya tidak sesuai dengan prinsip penyelenggaraan pendidikan yang demokratis, berkeadilan, serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa. Hal tersebut juga tidak sejalan dengan tujuan pendidikan nasional yang termaktub dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

1

Eman Relvan, “Pendekatan Multi Kecerdasan Menurut Gardner dan Implikasinya Bagi Pembelajaran PAI”, Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. 1, No. 2, 2004, h. 155-156.


(16)

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,

dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.2

“Sangat disayangkan bahwa saat ini banyak anak-anak yang memiliki

talenta (gift), tidak mendapatkan reinforcement di sekolahnya, Pihak sekolah

hanya menekankan pada kemampuan logika (matematika) dan bahasa.”3 Hal

ini sangat disayangkan mengingat setiap individu sesungguhnya memiliki keunikan masing-masing. Idealnya, proses pembelajaran memperhatikan keunikan tiap individu, terutama dari sisi intelegensinya. Guru harus mempetimbangkan kecerdasan dan gaya belajar para siswa, serta memperhatikan para siswa sebagai individu yang berbeda-beda, gunakan metode yang modern dan pendekatan di kelas untuk menciptakan suasana yang menarik bagi siswa dengan pilihan pembelajaran yang berbe-beda.

Kenyataannya memang guru-guru di sekolah/ madrasah masih tetap mementingkan kemampuan logika (matematika) dan bahasa. Apabila hal ini dibiarkan berlarut-larut, maka anak didik yang tidak memiliki kedua

kecerdasan tersebut akan dianggap bodoh. Potensi-potensi yang

terimplementasi dalam kecerdasan-kecerdasan lain yang dimiliki para siswa menjadi tidak berkembang, sehingga sekolah/madrasah hanya mampu mengembangkan potensi sebagian siswa saja. Padahal sesungguhnya potensi-potensi yang dimiliki setiap siswa bila dikembangkan secara optimal, akan sangat bermanfaat baik bagi siswa secara individu maupun masyarakat luas.

Salah satu gagasan modern yang dapat mengakomodasi berbagai potensi

siswa adalah multiple intelligences (multi kecerdasan atau kecerdasan

majemuk). Multiple intelligences juga sangat sesuai dengan pembelajaran

tematik yang diterapkan dalam kurikulum 2013. Gagasan ini dipopulerkan

oleh seorang profesor pendidikan dari Harvard University USA bernama

Howard Gardner, Gardner yang juga seorang psikolog perkembangan,

2

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3.

3

Handy Susanto, “Menerapkan Multiple Intelligences dalam Sistem Pembelajaran”,


(17)

pertama kali memperkenalkan Multiple Intelligences melalui bukunya yang

berjudul Frames of Mind yang terbit tahun 1983.

Teori multiple intelligences menyatakan bahwa kecerdasan meliputi

delapan kemampuan intelektual. Delapan intelektual tersebut meliputi: (1) logis-matematis, (2) verbal-linguistis, (3) visual-spasisal, (4) gerak-kinestetis,

(5) musikal-ritmis, (6) interpersonal, (7) intrapersonal, dan (8) naturalis.”4

Delapan kecerdasan tersebut masing-masing dimiliki oleh setiap individu. Tidak ada orang yang dikatakan tidak cerdas, karena tiap orang sebenarnya sudah memiliki kecerdasannya masing-masing.

Penemuan ini mulai membuka stigma pendidikan lama yang mengharapkan semua siswa memilki kemampuan yang sama, sementara pada kenyataannya setiap individu memiliki keunikan masing-masing. Proses pembelajaran harusnya dapat menggali potensi siswa dan menguatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah. “Artinya setiap guru harus bisa berpikir secara terbuka, yaitu keluar dari paradigma pengajaran tradisional, serta memiliki kepekaan untuk memanfaatkan lingkungan sekitar

sebagai penunjang proses pembelajaran.”5

Kembali kepada hasil belajar IPA para siswa kelas IV MI Nurul Huda Cipayung yang sebagian besar di bawah KKM, penulis menjadi tertarik untuk

mengunakan pembelajaran bebasis multiple intelligences dalam mata

pelajaran IPA pada materi energi panas dan bunyi. Penulis ingin mengetahui

implikasi pembelajaran berbasis multiple intelligences terhadap hasil belajar

siswa kelas IV MI Nurul Huda Cipayung Depok.

B. Identifikasi Masalah dan Fokus Penelitian

Dari latar belakang tersebut, dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:

1. Rendahnya hasil belajar IPA siswa kelas IV MI Nurul Huda Cipayung

Depok pada materi energi panas dan bunyi. Hal ini terlihat dari hasil

4

Ibid.

5


(18)

ulangan para siswa. Dengan nilai KKM 7,30 hanya 23% siswa kelas IV-A yang mencapai nilai KKM, sedangkan di kelas IV-B hanya sekitar 27% siswa yang nilainya mencapai KKM.

2. Pada saat pembelajaran IPA di kelas IV MI Nurul Huda Cipayung Depok

guru masih mengandalkan ceramah tanpa media pembelajaran.

3. Guru perlu mencoba pembelajaran berbasis multiple intelligences yang

dapat mengakomodasi berbagai potensi siswa.

C. Pembatasan Fokus Penelitian

Identifikasi masalah tersebut masih terlalu luas cakupan areanya. Oleh sebab itu. peneliti membatasi penelitian dengan hanya berfokus pada:

1. Penerapan pembelajaran berbasis multiple intelligences untuk

mengakomodasi berbagai potensi siswa.

2. Melihat perubahan hasil belajar IPA siswa kelas IV MI Nurul Huda

Cipayung Depok dengan pembelajaran berbasis multiple intelligences.

D. Perumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka masalah yang akan dicari jawabannya dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pengaruh penggunaan pembelajaran berbasis multiple

intelligences terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas IV MI Nurul Huda Cipayung Depok?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh penerapan pembelajaran berbasis multiple

intelligences terhadap hasil belajar siswa kelas IV MI Nurul Huda Cipayung Depok pada mata pelajaran IPA.


(19)

F. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini antara lain adalah: 1. Secara teoritis

Menambah pengetahuan tentang pembelajaran berbasis multiple

intelligences yang mungkin juga dapat digunakan sebagai acuan bagi penelitian sejenis.

2. Secara praktis: a. Bagi Siswa

1) Menstimulasi siswa untuk lebih aktif dan kreatif.

2) Meningkatkan motivasi siswa dalam mempelajari IPA.

3) Meningkatkan pemahaman dan penguasaan tentang materi IPA.

b. Bagi Guru

1) Dapat memberikan masukan dalam menerapkan pembelajaran

berbasis multiple intelligences yang sesuai dengan kondisi siswa.

2) Memberikan kontribusi pada guru untuk memilih model

pembelajaran yang dapat mengakomodasi berbagai potensi siswa.

3) Meningkatkan profesionalisme guru.

4) Mengembangkan pengelolaan kelas yang lebih efektif.

c. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan tentang model pembelajaran dan praktiknya di sekolah, serta sebagai bekal dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik.


(20)

7 BAB II

KAJIAN TEORITIS DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Teori

1. Pengertian Hasil Belajar

Belajar merupakan kegiatan yang dialami oleh setiap manusia dalam hidupnya. Sejak manusia dilahirkan sampai akhir hidupnya mengalami proses belajar. Banyak ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsiran tentang belajar. Beberapa pendapat tentang definisi belajar mulai bermunculan dari para ahli.

Menurut Gagne, “Belajar adalah suatu proses di mana suatu organisma

berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.”6 Pendapat tersebut

diperkuat oleh Cronbach yang berpendapat bahwa, “Belajar sebagai suatu aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari

pengalaman.”7 Sementara Winkel mendefinisikan, “Belajar sebagai suatu

proses kegiatan mental pada diri seseorang yang berlangsung dalam interaksi aktif individu dengan lingkungannya, sehingga menghasilkan perubahan yang relatif menetap/bertahan dalam kemampuan ranah kognitif, afektif, dan

psikomotorik.”8

Berdasarkan paparan tersebut, maka dapat diartikan belajar sebagai suatu proses perubahan pada diri seseorang yang dinyatakan dalam tingkah laku yang baru sebagai hasil dari latihan dan pengalaman yang bersifat relatif menetap. Manusia terus melakukan interaksi dengan manusia lain dan lingkungannya, akan medapatkan pengalaman dan kemampuan baru dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Lebih jauh mengenai hasil belajar, Gagne berpedapat bahwa, “Segala sesuatu yang dipelajari manusia dapat dibagi menjadi lima kategori yang

6

M. Djauhar Siddiq, Pengembangan Bahan Pembelajaran SD, (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, 2008), h. 4.

7

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), h. 13.

8

Ingridwati Kurnia, Perkembangan Belajar Peserta Didik, (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, 2008), h. 3.


(21)

disebut domainds of learning, yaitu keterampilan motoris, informasi verbal,

kemampuan intelektual, strategi kognitif, dan sikap.”9

a. Keterampilan Motoris

Keterampilan ini merupakan keterampilan yang berhubungan dengan koordinasi berbagai gerakan tubuh. Dalam hal ini, misalnya melempar bola, main tenis, mengendarai mobil, mengetik huruf, dan lain sebagainya. b. Informasi Verbal

Orang dapat menjelaskan sesuatu dengan berbicara, menulis, dan menggambar. Dalam hal ini, untuk dapat mengungkapkan sesuatu diperlukan kecerdasan. Diperlukan kerja dari pemikiran untuk menyampaikan pesan kepada orang lain.

c. Kemampuan Intelektual

Manusia mengadakan interaksi dengan dunia luar dengan menggunakan simbol-simbol. Kemampuan belajar dengan cara inilah yang disebut kemampuan intelektual. Misalnya, membedakan huruf m dan n, menyebutkan tanaman yang sejenis.

d. Strategi Kognitif

Ini merupakan organisasi keterampilan yang internal (internal

organized skill) yang perlu untuk belajar, mengingat, dan berpikir. Kemampuan ini berbeda dengan kemampuan intelektual, karena ditujukan untuk dunia luar, dan tidak dapat dipelajari hanya dengan satu kali serta memerlukan perbaikan terus-menerus.

e. Sikap

Kemampuan ini tak dapat dipelajari dengan ulangan-ulangan, tidak tergantung atau dipengaruhi oleh hubungan verbal seperti halnya domain yang lain. Sikap ini penting dalam proses belajar; tanpa kemampuan ini belajar tak akan berhasil dengan baik.

Negara Indonesia juga telah merumuskan tujuan-tujuan pendidikan yang mengarah pada hasil belajar yang diinginkan. Hal ini tertuang dalam pasal 3

9


(22)

UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidkan Nasional, yang berbunyi:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,

dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.10

Dari penjabaran tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah semua hal yang didapatkan seseorang atau siswa selama proses belajar. Hasil belajar bukan hanya nilai atau predikat angka, melainkan dalam bentuk bertambahnya pengetahuan dan pemahaman, meningkatnya kemampuan, serta bertambah baiknya sikap atau perilaku.

2. Pengertian Multiple Intelligences

Kecerdasan sering kali dikaitkan dengan intelektualitas. Beberapa ahli memiliki definisi sendiri-sendiri tentang kecerdasan atau intelektualitas. Konsep kecerdasan atau intelektualitas menurut Harlock adalah, “Kemampuan untuk menangkap sifat, arti, atau keterangan mengenai sesuatu dan

mempunyai gambaran yang jelas dan lengkap tentang hal tersebut.”11

Pendapat lain tentang kecerdasan dikemukakan oleh Anastasi & Urbina, “Kecerdasan menurutnya lebih pada keberhasilan yang dapat dicapai individu dalam pengembangan dan penggunaan kemampuannya yang mempengaruhi penyesuaian emosional, hubungan antar pribadi, serta konsep diri yang

dimiliki seseorang.”12

Berdasarkan pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa kecerdasan adalah kemampuan untuk melakukan sesuatu, menyelesaikan masalah, menghadapi tantangan, dan menciptakan hal yang bermanfaat. Kecerdasan

10

Nabisi Lapono, Belajar dan Pembelajaran SD, (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, 2008), h. 55.

11

Ingridwati Kurnia, Perkembangan Belajar Peserta Didik, (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, 2008), h. 33.

12


(23)

bukan hanya dikaitkan dengan nilai IQ, namun ada berbagai kecerdasan yang sayangnya selama ini kurang disadari. Berbagai kecerdasan tersebut kemudian

terimplementasi dalam teori multiple intelligences atau multi kecerdasan.

Multiple intelligences peratama kali dicetuskan oleh Howard Gardner, seorang ahli kognisi dari universitas John .H and Elisabeth .A. Hobbs serta profesor pendidikan dari sekolah pascsarjana Harvard. Dr. Gardner yang

sangat memahami teori multiple intelligences menolak anggapan bahwa hanya

ada satu kecerdasan manusia yang dapat diukur melalui psikometri. Hal ini

seperti yang tertuang dalam karangannya bertajuk Frames of Mind, The

Theory of Multiple Intelligences.

Gardner memberikan definisi multiple intelligence (kecerdasan majemuk)

yaitu: 1) kemampuan menciptakan produk baru yang memberikan konskuensi budaya bagi komunitasnya, 2) kemampuan dalam menciptakan atau menemukan pemecahan masalah dirinya, dan 3) potensi untuk menemukan jalan keluar dari masalah-masalah yang melibatkan

pemahaman baru.13

“Multi kecerdasan adalah teori yang menunjukkan bahwa setiap anak terlahir ke dunia memiliki sedikitnya delapan macam potensi kecerdasan, Gardner menyebutnya dengan potensi unik, yang jika dipupuk dengan benar dapat turut memberikan sumbangan bagi keberhasilan proses pembelajaran

anak didik.”14 Dari keunikan tiap individu tersebut, Gardner kemudian

membagi kecerdasan manusia menjadi 8 kategori, yaitu: (1) logis-matematis,

(2) verbal-linguistis, (3) visual-spasisal, (4) gerak-kinestetis, (5) musical-ritmis, (6) interpersonal, (7) intrapersonal, dan (8) naturalis.

Berdasarkan penjabaran sebelumnya, maka definisi multiple intelligences

atau kecerdasan majemuk adalah sebuah teori yang merangkum berbagai potensi manusia melalui pembagian aspek-aspek kecerdasan. Ada banyak pengembangan aspek kecerdasan, namun setidaknya ada delapan kecerdasan yang dimiliki manusia, yaitu kecerdasan bahasa (cerdas dalam berkata-kata), matematik (cerdas dalam berhitung), spasialvisual (cerdas dalam menggambar

13

Ibid., h. 4.

14

Eman Relvan, “Pendekatan Multi Kecerdasan Menurut Gardner dan Implikasinya Bagi Pembelajaran PAI”, Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. 1, No. 2, 2004, h. 156.


(24)

dan membayangkan), kecerdasan jasmani (cerdas dalam berolahraga dan menari), musik (cerdas dalam bernyanyi dan bermain musik), intrapersonal (cerdas dalam memahami diri/emosi), interpersonal (cerdas dalam berinteraksi dengan sesama), dan naturalis (kemampuan memahmi alam).

3. Jenis-jenis Kecerdasan menurut Multiple Intelligences

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa teori Multiple

Intelligences merepresentasikan banyak aspek kecerdasan yang bisa terus berkembang dan bertambah. Namun, kali ini hanya akan membahas delapan kecerdasan, yaitu: kecerdasan verbal, kecerdaan visual, kecerdasan logis-matematik, kecerdasan kinestetik-jasmani, kecerdasan musikal-ritmis, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan interpersonal, dan kecerdasan naturalis. a. Kecerdasan Verbal – Linguistik

Kecerdasan verbal-linguistik atau cerdas bahasa ini ditandai dengan kemampuan seseorang untuk mengolah bahasa, baik secara lisan maupun tulisan. ”Kecerdasan verbal-linguistik ini meliputi kemampun retorika, kemampuan mengingat informasi, kemampuan menjelaskan dan kemampuan lain yang berhubungan dengan bahasa.”15

Orang dengan kecerdasan verbal-linguistik biasanya memiliki kemampuan untuk menunjukkan pemikiran maupun pemahaman yang dimilikinya kepada orang lain lewat bahasa yang ia gunakan. Orang dengan kecerdasan ini biasanya berprofesi sebagai penulis, orator, pembicara, pengacara, atau pekerjaan lainnya yang membutuhkan keahlian

berbahasa. 16

Kemampuan khusus dari kecerdasan linguistik adalah: “(1) melibatkan perasaan, pembicaraan, atau bahasa tulisan, (2) menngunakan komunikasi dan membuat pengertian melalui bahasa, dan (3) menggunakan sesitivitas

15

Thomas Armstrong, Multiple Intelligences in the Classroom – 3rd Edition, (Virginia USA: ASDC Publisher, 2009), p. 6.

16

Susan Baum, et. al, Multiple Intelligences in the Elementary Classroom: A Teacher’s Toolkit, (New York: Teachers College Press of Columbia University, 2005), p. 14.


(25)

untuk membuat makna yang halus.”17 Namun terkadang orang sering salah mengasumsikan seseorang yang memiliki kecerdasan verbal-linguistik. Pemilik kecerdasan ini bukan berarti harus mampu berbahasa asing atau menjadi orang yang sering bicara.

Kecerdasan verbal-linguistik biasanya memiliki karakteristik tertentu. Karakteristik orang-orang yang cerdas verbal-linguistik adalah: (1) buku-buku terasa penting, (2) dapat mengingat cerita atau puisi dengan mudah, (3) suka bercerita, (4) suka permainan kata-kata, (5) senang menulis, (6) suka mencari sesuatu di buku atau ensiklopedia, (7) senang melafalkan kata-kata sulit, (8) menggunakan kata-kata penting

saat menulis atau berbicara.18

Berdasarkan berbagai pemaparan sebelumnya, kecerdasan verbal-linguistik adalah suatu kecerdasan untuk menggunakan bahasa, baik secara lisan maupun tulisan. Orang-orang yang memiliki kecerdasan ini mempunyai kemampuan mengolah bahasa atau kemampuan menggunakan bahasa untuk mengekspresikan pemikiran melalui bahasa yang digunakan. Namun, pemilik kecerdasan ini bukan berarti harus orang yang sering berbicara ataupun pandai berbahasa asing. Karakteristik pemilik kecerdasan verbal-linguistik biasanya terlihat dari kecintaannya terhadap buku, kesenangannya menulis, ataupun perbendaharaan kosakatanya yang lebih efektif.

b. Kecerdasan Logis – Matematis

Kecerdasan logis-matematis biasanya berhubungan dengan angka, penghitungan, dan pengklasifikasian. “Kemampuan dalam kecerdasan ini meliputi pengkategorian, pengklasifikasi, menarik kesimpulan, menggeneralisasikan, menghitung, dan merumuskan hipotesis.”19 Orang-orang yang cerdas logis-matematis biasanya mampu menggunakan dan

17

Ibid., p. 15.

18

Thomas Armstrong, Multiple Intelligences in the Classroom – 3rd Edition, (Virginia USA: ASDC Publisher, 2009), p. 22.

19


(26)

menilai hubungan yang abstrak, serta menggunakan bilangan dan berpikir logis. Namun, orang yang cerdas logis-metematis tidak selalu berorientasi pada bilangan atau menghubungkan segala sesuatu dengan angka.

Sama halnya seperti kecerdasan verbal-linguistik, kecerdasan logis-matematis jugan memiliki karakteristik khusus untuk mengidentifikasi pemilik kecerdasan ini. Ciri-ciri untuk mengidentifikasi kecerdasan logis-matematis adalah: 20

1) Suka menghitung barang-barang.

2) Suka membuat dan memperhatikan pola-pola. 3) Suka bertanya bagaimana cara kerja sesuatu.

4) Bisa berhitung hanya dengan berpikir dalam kepala. 5) Suka mengukur dan mengelompokkan benda-benda. 6) Menyukai permaianan yang butuh pemikiran logis. 7) Tertarik pada penemuan dan teori ilmu pengetahuan. 8) Suka melakukan eksperimen.

9) Suka menemukan kekurangan atu hal yang tidak logis yang dikatakan orang lain.

10)Lebih menyukai sesuatu yang bisa diukur, dianalisis, atau dihitung jumlahnya.

Dari pemaparan tersebut. diketahui bahwa orang dengan kecerdasan logis-matematis biasanya mampu mengolah angka, mengklasifikasikan, menggeralisasikan, menarik kesimpulan, maupun membuat hipotesis. Meskipun sebagian orang yang cerdas logis-matematis mampu menghitung dengan baik, namun bukan berarti kecerdasan ini selalu dikaikan dengan bilangan semata. Kecerdasan logis-matematis lebih diasumsikan sebagai kemampuan berpikir logis, menarik hubungan sebab-akibat, dan menyimpulkan sesuatu berdasarkan perhitungan matang, jadi bukan hanya berorientasi pada bilangan saja.

20

Thomas Armstrong, Multiple Intelligences in the Classroom – 3rd Edition, (Virginia USA: ASDC Publisher, 2009), p. 22-23


(27)

c. Kecerdasan Visual – Spasial

Kecerdasan visual-spasial berhubungan dengan penggambaran, bentuk, dan sistem tata ruang. “Kecerdasan ini berkaitan erat dengan warna, garis, bentuk, bahan, keruangan, serta hubungan antara elemen-elemen tersebut. Orang dengan kecerdasan ini memiliki kemampuan untuk memvisualisasikan sesuatu, membuat grafis yang menggambarkan sesuatu, dan beorientasi pada susunan spasial.”21

Kecerdasan visual-spasial biasanya digunakan di bidang sains dan seni. Di bidang sains, kecerdasan ini digunakan dalam menggambarkan anatomi tubuh dan juga topologi. Sedangkan dalam bidang seni, kecerdasan visual-spasial biasanya dimiliki oleh orang-orang yang berprofesi sebagai pelukis, pemahat, arsitek, bahkan musisi dan penulis.

Kemampuan utama kecerdasan visual-spasial adalah, “Mampu

mengambarkan dan mentransformasikan apa yang dipikirkan menjadi

nyata, serta mampu mangingat dengan baik melalui gambar atau

membayangkan. .” 22Tetapi, bukan berarti kecerdasan visual-spasial selalu

berhubungan dengan penglihatan. Orang yang tuna netra juga bisa menggambaran dengan baik di dalam pikirannya.

Ciri-ciri khusus untuk mengidentifikasi kecerdasan visual-spasial adalah: (1) suka menggambar atau melukis, (2) dapat mencocokkan pakaian dengan serasi dan menarik, (3) senang memecahkan teka-teki, (4) suka bermain dengan balok-balok atau lego, (5) senang berimajinasi, (6) dapat menggambarkan hal-hal dalam pikiran, (7) suka berfoto atau merekam video, (8) geometri lebih mudah daripada Aljabar. 23

Dari berbagai pemaparan tersebut dapat dismpulkan bahwa kecerdasan visual-spasial adalah kecerdasan yang memungkinkan pemiliknya untuk memvisualisasikan apa yang ada di pikirannya. Orang dengan kecerdasan ini juga lebih mudah mengingat melalui gambar atau dengan membayangkannya, Orang-orang dengan kecerdasan visual-spasial

21

Ibid., p. 7.

22

Susan Baum, et. al, Multiple Intelligences in the Elementary Classroom: A Teacher’s Toolkit, (New York: Teachers College Press of Columbia University, 2005), p. 16.

23


(28)

biasanya menyukai gambar-gambar, sesuatu yang berwarna-warni, dan menyenangi sesuatu yang berhubungan dengan bentuk atau keruangan.

d. Kecerdasan Jasmani – Kinestetis

Kecerdasan jasmani kinestetis berhubungan erat dengan tubuh. Secara spesifik, kecerdasan ini berkaitan dengan gerak dan kelenturan tubuh.

Kecerdasan jasmani-kinestetis adalah kemampuan seseorang yang berhubungan dengan seluruh atau sebagian anggota tubuhnya yang digunakan untuk menyelesaikan masalah, membuat sesuatu, dan sebagainya. Sebagian besar orang dengan kecerdasan

jasmani-kinestetis biasanya berprofesi sebagai atlet, penari, ataupun artis.24

“Orang dengan kecerdasan jasmani-kinestetis memiliki keahlian menggunakan bagian-bagian tubuhnya untuk mengekspresikan ide dan perasaan. Selain itu, mereka menggunakan tangan untuk membuat atau

mengubah sesuatu. ”25 Kecerdasan ini meliputi keterampilan fisik yang

membutuhkan keseimbangan, ketangkasan, fleksibilitas, kekuatan, dan kecepatan.

Ciri-ciri untuk mengidentifikasi kecerdasan jasmani-kinestetis antara lain: (1) rutin berolahraga, (2) sulit duduk tenang dalam waktu lama, (3) memiliki koordinasi gerak tubuh yang baik, (4) perlu menyentuh sesuatu ketika ingin mempelajarinya, (5) suka permaianan yang

mendebarkan, (6) suka bersepeda, bersepatu roda, & skateboard, (7)

senang berdansa atau menari, (8) bisa meniru gerakan orang.26

Kemampuan utama dari kecerdasan jasmani-kinestetis adalah mampu menggunakan bagian-bagian tubuh untuk menciptakan sesuatu atau menyelesaikan masalah, serta dapat mengarahkan kemampuannya seluruh tubuhnya atau sebagian tubuh. Tetapi bukan berarti orang dengan kecerdasan ini menjadi terlalu akttif atau sering bergerak tanpa arah.

Dari beberapa pemaparan di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa kecerdasan jasmani-kinestetis ini biasanya dimiliki oleh atlet, penari,

24

Ibid., p. 8

25

Thomas R. Hoerr et. al, Celebrating Every Learner: Activities and Strategies for Creating a Multiple Intelligences Classroom, (San Francisco: Jossey-Bass, 2010), p. 76.

26


(29)

ataupun aktor dan aktris. Orang dengan kecerdasan ini mampu menngunakan bagian tubuhnya untuk membuat sesuatu atau menghasilkan karya tertentu. Pemilik kecerdasan jasmani-kinestetis biasanya senang berolahraga, memiliki gerak dan keseimbangan tubuh yang baik, serta menyukai berbagai aktivitas yang menggunakan gerak tubuh.

e. Kecerdasan Musikal - Ritmis

Kecerdasan musikal-ritmis meliputi sensitivitas terhadap ritme, melodi, dan warna suara. “Pengembangan lebih jauh tentang kecerdasan ini biasanya terlihat dari penguasaan orang dengan kecerdasan musikal-ritmis terhadap musik.”27 Kecerdasan musikal-ritmis memiliki kemampuan untuk menciptakan irama, mengkritisi musik, menggubah nada, dan menampilkan musik. Orang dengan kecerdasan ini mampu menghafal musik dengan mudah.

“Kemampuan utama kecerdasan irama-musik adalah dapat merasakan

dan memahami susunan pola nada, serta mampu menciptakan dan menarik

makna dari suara atau nada. Namun, bukan berarti orang dengan

kecerdasan musikal-ritmis selalu memainkan alat musik.” 28

Ciri-ciri yang mengidentifikasi kecerdasan musikal-ritmis antara lain: (1) memiliki suara yang bagus saat bernyanyi, (2) dapat mengenali kunci nada, (3) suka belajar dan memainkan alat musik (4) suka bersenandung saat belajar atau bekerja, (5) suka mengetuk atau menghentakkan sesuatu sesuai irama, (6) suka memperhatikan suara-suara di sekitar, dan (7) suka mengingat bagian lagu atau musik pendek dari iklan.29

Dari penjabaran sebelumnya dapat kita simpulkan bahwa kecerdasan musikal-ritmis adalah kecerdasan yang berkaitan erat dengan suara dan musik. Orang-orang dengan kecerdasan ini biasanya mampu membuat karya dengan suara atau alunan musik, serta menguasai elemen-elemen

27

Ibid., p. 7

28

Susan Baum, et. al, Multiple Intelligences in the Elementary Classroom: A Teacher’s Toolkit, (New York: Teachers College Press of Columbia University, 2005), p. 15

29


(30)

musik/nada. Mereka juga mudah mengingat sesuatu yang berhubungan dengan musik atau suara tertentu.

f. Kecerdasan Naturalis (Alam)

Orang dengan kecerdasan naturalis mampu mengenali dan mengklasifikasikan flora dan fauna di lingkungan sekitarnya. Ia juga dapat merasakan fenomena/ keunikan alam. Keahlian khusus yang dimiliki kecerdasan naturalis adalah: “(1) memahami alam dengan baik dan menjaganya agar tetap seimbang, (2) dapat merasakan perbedaan kondisi dan menggunakan hal-hal dari alam, serta (3) kecerdasan ini juga dapat mendukung kempuan lainnya.” 30 Namun, kecerdasan natural bukan hanya tentang dunia luar saja.

Selain karakteristik yang terlah disebutkan, ada beberapa ciri khusus untuk orang yang cerdas naturalis yaitu: (1) mampu belajar dengan mengobservasi dan menemukan hal-hal menarik dari fenomena alam, (2) mampu membandingkan, mengelompokkan, dan memilah, (3) menikmati aktivitas di luar rumah, (4) dapat dengan mudah membedakan benda yang sama, (5) senang berhubungan dengan alam, (6) menyukai tempat yang indah, (7) suka memelihara hewan peliharaan, (8) menyukai kegiatan yang berhubungan dengan alam

seperti berkemah, mendaki gunung, dan memanjat tebing.31

Dari pemamparan sebelumnya, diketahui bahwa orang dengan kecerdasan naturalis cenderung dekat dengan alam, baik flora maupun fauna. Mereka biasanya menyukai penjelajahan alam dan kebudayaan, serta mampu menangkap feniomena alam dengan baik. Namun, kecerdasan ini bukan hanya berhubungan dengan alam liar, tetapi juga meliputi kemampuan dalam membedakan benda, mengelompokkan benda, dan kemampuan mengobservasi.

30

Ibid., p. 19

31

Thomas R. Hoerr et. al, Celebrating Every Learner: Activities and Strategies for Creating a Multiple Intelligences Classroom, (San Francisco: Jossey-Bass, 2010), p. 226


(31)

g. Kecerdasan Interpersonal

Kecerdasan interpersonal adalah kecerdasan yang berkaitan dengan hubungan seseorang dengan orang lain atau dengan masyarakat di sekitarnya. “Kecerdasan interpersonal biasanya dipengaruhi suasana hati, tujuan, motivasi, dan perasaan terhadap orang lain.”32 Orang dengan kecerdasan interpersonal bisa membaca ekspresi wajah, suara, dan bahasa tubuh, serta mampu memahami dan mempengaruhi orang lain.

Kecerdasan interpersonal sebenarnya adalah kecerdasan yang hampir dimiliki oleh semua manusia, mengingat manusia adalah makhluk sosial yang sering beerinteraksi dengan manusia lainnya. “Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan untuk memahami orang lain. Orang dengan kecerdasan interpersonal yang lebih banyak, biasanya berprofesi sebagai guru, psikiater, penjual, atau politisi.”33

Hal yang terlihat jelas dari kecerdasan interpersonal adalah sensitif terhadap perasaan, kepercayaan, suasana hati, dan maksud terhadap orang lain, Selain itu orang-orang yang cerdas interpersonal dapat memahami dan bisa bekerjasama dengan orang lain. “Mereka juga mampu mempengaruhi orang lain. Namun, orang dengan kecerdasan interpersonal tidak selalu bekerja dalam grup, ia juga bukan berarti selalu haus kekuasaan, juga tidak selalu bersikap sopan.”34

Untuk mengenali orang-orang dengan kecerdasan interpersonal, terdapat ciri-ciri khusus yang dapat kita identifikasi. Ciri-ciri yang mengidentifikasi kecerdasan interpersonal adalah. 35

1) Mudah berteman dengan orang lain. 2) Suka membantu persoalan orang lain. 3) Peka terhadap perasaan orang lain.

4) Sering menjadi pemimpin atau ketua kelompok. 5) Tidak suka mengerjakan sesuatu sendirian.

32

Thomas Armstrong, Multiple Intelligences in the Classroom – 3rd Edition, (Virginia USA: ASDC Publisher, 2009), p. 7

33

Ibid., p. 8

34

Susan Baum, et. al, Multiple Intelligences in the Elementary Classroom: A Teacher’s Toolkit, (New York: Teachers College Press of Columbia University, 2005), p. 17-18

35


(32)

6) Nyaman dalam kerumunan orang banyak. 7) Suka melakukan kegiatan sosial.

8) Sering punya waktu berkumpul dengan teman-teman.

Dari penjabaran tersebut, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan interpersonal adalah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk dapat memahami orang lain, memberikan respon atau tanggapan yang tepat, serta dapat mempengaruhi orang lain. Kemampuan ini sebenarnya dimiliki oleh hampir seluruh manusia, mengingat manusia adalah makhluk sosial yang saling berinteraksi. Walaupun senang bekerjasama dan bisa mempengaruhi orang lain, bukan berarti orang yang cerdas interpersonal selalu bekerja dalam kelompok. Mereka juga tidak selalu bersikap sopan dan bukan pula orang yang haus kekuasaan.

h. Kecerdasan Intrapersonal

Kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan mengenal diri sendiri dan beradaptasi. Orang dengan kecerdasan intrapersonal bisa menggambarkan dirinya sendiri, memahami kelebihan dan kekurangannya, serta berhati-hati terhadapsuasana hati, motivasi, watak, dan keinginan. “Ia juga mampu memahami diri, mendisiplinkan diri, dan menghargai dirinya.”36

“Kemampuan utama dari kecerdasan intrapersonal adalah dapat membentuk pola pemikirannya sendiri, mampu membuat pertimbangan keputusan sendiri, serta dapat mengatur perasaan, suasana hati, motivasi, serta bertindak untuk jangka panjang.” 37 Namun, bukan berarti orang yang cerdas intrapersonal selalu suka sendirian dan menjadi tertutup. Kecerdasan intrapersonal tidak sama dengan introvert, namun lebih kepada mengenal diri sendiri dengan lebih baik.

Walaupun hampir semua orang memiliki kecerdasan intrapersonal, namun ada beberapa ciri khusus yang mengindikasikan seseorang

36

Ibid., p. 7.

37


(33)

memiliki kecerdasan intrapersonal yang kuat. Ciri-ciri yang mengidentifikasi kecerdasan intrapersonal yaitu: 38

1) Tidak terlalu bergantung kepada orang lain. 2) Memiliki hobi yang dilakukan sendiri.

3) Terkadang punya pendapat yang berbeda dari orang lain. 4) Suka menulis buku harian atau catatan pribadi.

5) Suka menghabiskan waktu sendirian. 6) Menikmati bermain game sendirian.

7) Suka memikirkan gagasan penting dan cita-cita. 8) Memiliki tempat rahasia sendiri.

9) Terkadang sulit bicara dengan orang lain.

10)Saya bisa bekerja sendiri atau setidaknya memiliki usaha sendiri. Dari pemaparan sebelumnya diketahui bahwa kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan seseorang mengenali dan mengontrol dirinya dengan baik. Orang yang memiliki kecerdasan intrapersonal biasanya bisa dengan baik mengelola motivasi, perasaan hati, serta dengan mudah dapat beradaptasi. Walau demikian, bukan berarti orang yamng cerdas intrapersonal menjadi orang yang tertutup. Justru mereka bisa menjadi orang yang terbuka tentang gambaran dirinya, serta mengetahui kelebihan dan kekurangannya, sehingga bisa dengan maksimal menjalankan tugas dan memecahkan masalah yang dihadapinya.

4. Pembelajaran IPA MI/ SD Berbasis Multiple Intelligences

a. Hakikat, Karakteristik, Tujuan, dan Ruang Lingkup IPA MI/ SD 1) Hakikat IPA

Istilah Ilmu Pengetahuan Alam atau IPA dikenal juga dengan

istilah sains. Kata sains ini berasal dari bahasa Latin yaitu scientia

yang berarti ”saya tahu”. Dalam bahasa Inggris, kata sains berasal dari

kata science yang berarti ”pengetahuan”. Science kemudian

berkembang menjadi social science yang dalam Bahasa Indonesia

dikenal dengan ilmu pengetahuan sosial (IPS) dan natural science

38


(34)

yang dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan ilmu pengetahuan alam (IPA).

Dalam kamus Fowler, ilmu pengetahuan alam didefinisikan sebagai, “Pengetahuan yang sistematis dan disusun dengan menghubungkan gejala-gejala alam yang bersifat kebendaan dan

didasarkan pada hasil pengamatan dan induksi).”39 Definisi sains

menurut Hungerford, Volk dan Ramsey adalah: “(1) proses

memperoleh informasi melalui metode empiris,(2) penyelidikan yang

telah ditata secara logis dan sistematis, dan (3) kombinasi proses

berpikir kritis yang menghasilkan informasi yang valid.”40

Berdasarkan tiga definisi tersebut Hungerford, Volk, dan Ramsey menyatakan bahwa sains mengandung dua elemen utama, yaitu: proses dan produk yang saling mengisi dalam derap kemajuan dan perkembangan sains. Sains sebagai suatu proses merupakan rangkaian kegiatan ilmiah atau hasil-hasil observasi terhadap fenomena alam

untuk menghasilkan pengetahuan ilmiah (scientific knowledge) yang

lazim disebut produk sains. Produk-produk sains meliputi fakta, konsep, prinsip, generalisasi, teori dan hukum-hukum, serta model yang dapat dinyatakan dalam beberapa cara.

Dari penjabaran tersebut, dapat disimpulkan bahwa IPA memang mengedepankan dengan rangkaian kerja yang terdiri dari pengamatan dan klasifikasi data, kemudian biasanya terbentuk hipotesis yang akan diverifikasi dalam teori dan analisis data terhadap gejala-gejala alam. Dengan demikian, pada hakikatnya IPA merupakan ilmu pengetahuan tentang gejala alam yang dituangkan berupa fakta, konsep, prinsip dan hukum yang teruji kebenarannya dan melalui suatu rangkaian kegiatan dalam metode ilmiah.

39

Wasih Djojosoediro, Hakikat IPA dan Pembelajaran IPA SD, (Jakarta, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional, 2010), h. 3.

40

Siti Fatonah, “Menumbuhkan Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligence) Anak dengan Mengenal Gaya Belajarnya dalam Pembelajaran IPA SD”, Jurnal AI-Bidayah, Vol. 1 No. 2, 2009, h. 232.


(35)

2) Karakteristik IPA MI/ SD

Mata pelajaran IPA di MI/ SD tentunya memiliki perbedaan dengan mata pelajaran lainnya. Berikut ini adalah penjabaran karakteristik pelajaran IPA di MI/ SD.

Menurut Wasih Djojosoediro, karakteristik IPA di MI/ SD yaitu:

(1) mempunyai nilai ilmiah, (2) merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis, (3) merupakan pengetahuan teoritis, (4) merupakan suatu rangkaian konsep yang saling berkaitan, serta (5) meliputi empat unsur, yaitu produk, proses, aplikasi, dan sikap.41

Dari penjabaran Wasih Djojosoediro disebutkan bahwa IPA di MI/SD terdiri atas unsur produk, proses, aplikasi, dan sikap. Produk dapat berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum, Proses merupakan prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah meliputi pengamatan, penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen,

percobaan atau penyelidikan, pengujian hipotesis melalui

eksperimentasi, evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan. Aplikasi adalah penerapan IPA dalam kehidupan sehari-hari dan penggunaannya untuk membantu manusia. Sikap yang dimaksud adalah menumbuhkan keingintahuan para siswa terhadap berbagai hal di sekitar mereka, kemudian menemukan pengetahuan baru melalui proses ilmiah.

3) Tujuan IPA MI/ SD

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia telah merumuskan tujuan dari pemebelajaran IPA di MI/SD. Mata Pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut. 42

41

Wasih Djojosoediro, Op. cit., h. 5-6

42

Kemendikbud, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA MI/ SD, (Jakarta: Kemendikbud, 2015)h. 484-485.


(36)

a) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

b) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep

IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

c) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran

tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.

d) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam

sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.

e) Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara,

menjaga dan melestarikan lingkungan alam.

f) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala

keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

g) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA

sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

4) Ruang Lingkup IPA MI/ SD

Ruang lingkup IPA di MI/ SD tentunya berbeda dengan pelajaran IPA di SMP ataupun SMA. Kemendikbud juga telah dengan jelas memberikan batasan ruang lingkup IPA di SD/MI. Ruang lingkup

bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek berikut. 43

a) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan,

tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.

b) Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan

gas.

c) Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet,

listrik, cahaya, dan pesawat sederhana.

43


(37)

d) Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.

b. Integrasi Multiple Intelligences dalam Pembelajaran IPA MI/ SD 1) Tahap Perencanaan

Pembelajaran berbasis multiple intelligence memerlukan

perancangan dan pengorganisasian agar dapat berbahasil dengan baik sesuai dengan tujuan pembelajaran dan kecerdasan yang akan dikembangkan. Menurut Thomas Amstrong, ada tujuh hal yang perlu

diperhatikan dalam merancang pembelajaran berbasis multiple

intelligence yaitu, “Focus on a specific objective or topic, ask key MI

questions, consider the possibilities, brainstorm, select appropriate

activities, set up a sequential plan, and implement the plan.”44

Berdasarkan pemaparan Thomas Amstrong, terdapat tujuh hal yang harus diperhatikan dalam merancang pembelajaran berbasis multiple intelligence, Berikut ini adalah penjabaran dari tujuh hal tersebut. a) Fokus pada Objek atau Topik yang Lebih Spesifik

Sama seperti membuat rencana pengajaran lainnya, guru harus terlebih dahulu memahami materi atau topik yang akan diajarkan. Perbedaannya, kali ini guru bisa membuat topik yang lebih spesifik dengan instruksi yang lebih jelas untuk setiap siswa.

b) Gunakan Pertanyaan-pertanyaan Kunci Multiple Intelligence Buatlah pertanyaan-pertanyaan yang mencakup informasi apa saja yang perlu diketahui siswa dari materi pembelajaran. Pertanyaan-pertanyaan inilah yang kemudian dikembangkan menjadi tujuan pembelajaran.

c) Mempertimbangkan Kemungkinan-kemungkinan

Pikirkan metode apa yang cocok dan bahan apa saja yang diperlukan selama pembelajaran. Buat juga daftar untuk hal-hal tidak terduga yang mungkin terjadi selama proses pembelajaran.

44


(38)

d) Memunculkan Ide

Buatlah daftar pendekatan apa saja yang cocok untuk setiap kecerdasan.kemudian dibuat menjadi topic lebih spesifik. Ada baiknya jika meminta saran dari guru lain.

e) Memilih Aktivitas yang Sesuai

Dalam lesson plan atau RPP yang dibuat, usahakan membuat berbagai variasi kegiatan. Hal ini dimaksudkan untuk dapat mengakomodosai berbagai tipe kecerdasan siswa.

f) Membuat Contoh Rencana

Dalam membuat perencanaan pembelajaran, guru harus membuatnya selengkap mungkin. Isi dari rencana pembelajaran tersebut adalah topik, pendekatan, aktivitas yang telah ditentukan, bahkan sampai evaluasi dan tidak lanjut pembelajaran.

g) Implementasi Rencana

Setelah membuat perencanaan yang matang, maka selanjutnya adalah implementasi. Kumpulkan bahan-bahan yang dibutuhkan, buatlah estimasi waktu, kemudian jalankan rencana pengajaran.

2) Tahap Pelaksanaan

a) Cara Menarik Perhatian Siswa

Masih menurut Amstrong, ada beberapa cara yang dapat dilakukan guru untuk menarik perhatian siswa di awal pembelajaran. Beberapa cara yang dapat digunaka untuk menarik perhatian siswa di kelas adalah sebagai berikut.45

(1) Linguistik. Tuliskan kata-kata ‘Tolong diam!’ atau ‘Silence,

please!’ di papan tulis.

(2) Musikal. Bertepuk tangan dengan ritme tertentu dan biarkan siswa menjawab tepuk tangan itu.

45


(39)

(3) Jasmani-Kinestetis. Taruh jari di bibir sebagai penanda guru meminta siswa untuk diam, nantinya siswa akan mengikuti gerakan tersebut.

(4) Spasial. Letakkan sebuah foto yang mengkonotasikan guru meminta siswa untuk diam di papan tulis (mungkin foto siswa yang duduk tenang).

(5) Logikal-Matematis. Gunakan stopwatch lalu lakukan hitungan mundur.

(6) Interpersonal. Bersiul kepada siswa dan katakan, “Waktunya dimulai!”

(7) Intrapersonal. Mulailah pelajaran dengan biasa, berikan instruksi jika menyuruh siswa melakukan sesuatu.

(8) Naturalis. Gunakan suara hewan yang menarik perhatian, jika memungkinkan, bawalah hewan jinak ke dalam kelas.

b) Mengatur Tingkah Laku Individu

Untuk mendisiplinkan para siswa dengan kecerdasan yang berbeda-beda, memang dibutuhkan beberapa cara khusus, Cara-cara berikut bisa menjadi alternatif metode untuk mendisiplinkan siswa berdasarkan delapan kecerdasan tersebut. 46

(1) Linguistik. Mintalah siswa menyediakan sebuah buku. Nantinya di buku tersebut siswa akan menulis masalah apa yang mereka hadapi dan bagaiman solusi menurut mereka. (2) Logis-Matematis. Buatlah grafik jumlah sikap baik dan sikap

buruk yang telah siswa lakukan.

(3) Spasial. Buatlah gambar yang menunjukkan sikap mereka, namun bisa menggunakan karakter hewan atau tumbuhan. Bisa juga memutarkan video yang berhubungan dengan sikap.

46


(40)

(4) Jasmani-Kinestetis. Buatlah gerakan-gerakan yang bisa menenagkan siswa seperti mengambil nafas, merengangkan otot, atau gerakan kecil yang menyenangkan.

(5) Musik. Ajak siswa mendengarkan musik yang mereka suka ketika mereka kehilangan kontrol.

(6) Interpersonal. Buatkan kelompok konseling dimana siswa bisa membantu mencarikan solusi atau mengontrol temannya yang lain.

(7) Intrapersonal. Buatlah konseling bilateral dimana dua siswa saling membantui dan saling memberi solusi.

(8) Naturalis. Ceritakan fabel yang para karakternya menunjukkan sikap baik dan buiruk seperti manusia.

3) Strategi Pengajaran

a) Strategi Untuk Kecerdasan Linguistik

Kita bisa memulai dengan story telling. Pada dasarnya semua anak suka cerita. Guru bisa menceritakan apa saja yang bisa menarik perhatian dan motivasi siswa, selama cerita itu masih dipahami siswa dan tidak keluar topik pembelajaran. Dalam pembelajaran IPA, guru bisa menceritakan pengalaman guru ketika pertama kali melakukan pratikum, atau guru juga bisa membuat rangkaian cerita yang di dalamnya mencerminkan manfaat energi bagi kehidupan. Guru juga bisa meinta siswa yang bercerita.

Brainstorming adalah salah satu cara ampuh memfasilitasi

siswa mengekspresikan pemikirannya. Guru bisa meminta siswa mencari ide untuk suatu topik. Guru bisa mengajak siswa membuat Kuis IPA atau meminta siswa membuat puisi tentang materi yang sedang dipelajari.

Untuk memfasilitasi keterampilan menulis, teknik journalist

writing juga layak digunakan. Siswa bisa menuangkan ide,


(41)

temannya. Siswa bisa diminta untuk menulis tanaman monokotil dan dikotil apa saja yang ada di rumahnya, kemudian membacakannya layaknya mebaca berita.

b) Strategi Untuk Kecerdasan Logis-Matematis

Strategi untuk kecerdasan logis-matematis memang hampir sering kita temukan. Dalam pembelajaran IPA, siswa dengan kecerdasan ini bisa diminta membuat klasifikasi hewan ovipar, vivipara, dan ovovivipar. Atau membuat hubungan rantai makanan dari macam-macam jenis makhluk hidup.

Melakukan studi ilmiah sederhana juga bisa jadi sangat disukai siswa. Guru bisa memberikan suatu topic untuk siswa amati, kemudian siswa bisa melakukan proses ilmiah untuk mengerjakannya.

c) Strategi Untuk Kecerdasan Spasial

Siswa bisa membuat poster atau gambar yang berhubungan dengan materi IPA. Dalam materi tata surya misalnya, siswa pasti akan sangat senang membuat gambar luar angkasa dengan planet yang indah.

Kecerdasan spasial tidak selalu berhubungan dengan gambar. Memberikan bacaan dengan warna yang berbeda dan eyecatching

juga bisa menarik minat siswa. Jika selama ini buku bacaan dan LKS hanya berwarna hitam putih, guru bisa membuat komik yang lebih berwarna-warni atau meminta siswa mewarnai gambar-gambar komik yang belum berwarna.

d) Strategi Untuk Kecerdasan Jasmani-Kinestetis

Bermain body answer bisa sangat menarik bagi siswa. Misalnya guru memberikan kuis dengan soal pilihan ganda, siswa menjawab dengan gerakan tertentu untuk melambangkan pilihannya.

Guru juga bisa mengadakan mini estafet untuk menjawab soal-soal dari guru. Membuat drama kelas tentang menjaga kebersihan


(42)

lingkungan juga bisa menjadi alternatif pilihan. Selain itu, kegiatan di luar kelas juga bisa membuat siswa antusias.

e) Strategi Untuk Kecerdasan Musik

Guru bisa memngubah lirik suatu lagu menjadi berisikan materi IPA. Lagu yang digunakan bisa lagu yang sedang popular atau guru membuat irama sendiri yang menarik.

Guru juga bisa memberikan symbol-simbol suara untuk materi tertentu. Misalnya, ketika siswa diminta memberi contoh jenis hewan unggas dan mamalia, siswa bisa mengeluarkan suara mirip suara ayam dan kambing.

f) Strategi Untuk Kecerdasan Interpersonal

Siswa dengan kecerdasan interpersonal biasanya menyukai metode cooperative learning. Guru bisa membuatkan kelompok diskusi atau kelompok kerja. Siswa dengan kecerdasan interpersonal juga bisa dijadikan tutor sebaya bagi temannya.

Kecerdasan ini memang tidak selalu menggunakan metode membuat kelompok. Guru juga bisa membuat siswa seolah menjadi guru yang menjelaskan bagaimana alur fotosintesis. Selain memfasilitasi kecerdasan interpersonal, kegiatan semacam ini juga membangun kepercayaan diri siswa.

g) Strategi Untuk Kecerdasan Intrapersonal

Salah satu strategi yang bisa digunakan adalah reflection

periode. Sediakan waktu sekitar 2-3 menit untuk siswa

merefleksikan apanyang telah mereka pelajari dan biarkan mereka menanyakan apa yang belum dipahami.

Buat juga koneksi antara materi pelajaran dengan diri mereka. Misalnya, orang yang marah akan menimbulkan energi panas lebih besar sehingga bisa membakar hati dan pikirannya.

h) Strategi Untuk Kecerdasan Naturalis

Pembelajaran IPA yang berkaitan dengan alam sebenarnya sangat cocok untuk siswa dengan kecerdasan naturalis.


(43)

Memperhatikan tumbuhan dan hewan, harusnya menjadi kesenangan bagi orang dengan kecerdasan ini.

Beri waktu siswa untuk memperhatikan sendiri makhluk hidup di luar sana, Putarkan video atau gambar yang menunjukkan keunikan alam. Bila memungkinkan, memiliki hewan peliharaan kelas juga sangat menarik. Atau menjadikan taman sekolah sebagai kebun bersama juga menjadi pembelajaran yang sangat baik.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh I. Safitri, H.Bancong, dan H. Husain dalam Jurnal Pendidikan IPA Indonesia yang diterbitkan Universitas Negeri Semarang pada tahun 2003 yang berjudul

Pengaruh Pendekatan Multiple Intelligences melalui Model Pembelajaran

Langsung terhadap Sikap dan Hasil Belajar Kimia Siswa di SMA Negeri I Tellu Limpoe. Jurnal tersebut menunjukkan bahwa ketika siswa menerima materi, keaktifan siswa meningkat yang menunjukkan respon siswa yang

positif terhadap mata pelajaran Kimia,Pendekatan Multiple Intelligences ini

dapat membantu siswa merasa lebih percaya diri dan tidak merasa tersisihkan oleh teman-temannya yang dianggap cerdas di kelas. Hal tersebut berdampak pada nilai hasil belajar Kimia siswa pada kelas eksperimen lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol. Nilai rata-rata hasil belajar yang diperoleh pada kelas eksperimen sebesar 83,38, sedangkan pada kelas kontrol sebesar 77,43, Jumlah siswa yang tuntas pada kelas eksperimen sebanyak 86,21%,

sedangkan pada kelas kontrol sebanyak 73,33%.47

Penelitian senada juga pernah dilakukan oleh Tri Mei Adi Saputra dalam

skripsinya yang berjudul Pengaruh Strategi Pembelajaran Berbasis Multiple

Intelligences terhadap Hasil Belajar Kelas V di SDN 11 Metro Pusat Lampung. Hasil dari penelitian tersebut terdapat pengaruh yang signifikan

47

I. Safitri dkk, Pengaruh Pendekatan Multiple Intelligences melalui Model Pembelajaran Langsung terhadap Sikap dan Hasil Belajar Kimia Peserta Didik di SMA Negeri I

Tellu Limpoe, Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 2003.(diunduh dari


(44)

pada penerapan strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences terhadap hasil belajar afektif siswa. Nilai rerata pada kelas eksperimen adalah 73,6

sedangkan rata-rata kelas kontrol sebesar 66,3.48

Berdasarkan keterangan di atas, pembelajaran berbasis multiple

intelligences dinilai dapat meningkatkan hasil belajar para siswa. Ketika

peneliti mengaplikasikan pembelajaran dengan multiple intelligences, para

siswa terlihat lebih aktif dan bersemangat mengikuti pembelajaran. Para siswa lebih merasa nyaman belajar karena pembelajaran dapat mengakomodasi cara belajar dan kecerdasan para siswa yang berbeda-beda.

C. Kerangka Pikir

Hasil belajar IPA para siswa kelas IV MI Nurul Huda Cipayung Depok yang sebagian besar masih di bawah KKM. Walaupun kelas IV MI Nurul Huda Cipayung Depok telah menggunakan tematik kurikulum 2013, namun guru masih menjadikan ceramah sebagai metode pembelajaran. Pembelajaran tematik yang dilaksanakan di MI Nurul Huda Cipayung Depok bisa

diintegrasikan dengan multiple intelligences. Pembelajaran berbasis multiple

intelligences ini bisa jadi membawa dampak poisitif terhadap hasil belajar IPA siswa kelas IV MI Nurul Huda Cipayung Depok, terutama pada materi energi panas dan energi bunyi.

48

Trimei Adi Saputra, Pengaruh Strategi Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences terhadap Hasil Belajar Kelas V di SDN 11 Metro Pusat Lampung, (Sripsi SI Jurusan Pend. Guru SD Fakultas Ilmu Keguruan dan Pendidikan Universitas Lampung)


(45)

32 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di MI Nurul Huda kelas IV pada semester genap tahun pelajaran 2014-2015. MI Nurul Huda berlokasi di Jl. Jembatan Serong No.14 Kelurahan Cipayung Kecamatan Cipayung Kota Depok.

B. Metode dan Desain Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang diuraikan pada Bab 1, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen kuasi eksperimen yaitu metode yang mempunyai kelas kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Tujuan dari kuasi eksperimen yaitu, “Memprediksi keadaan yang dapat dicapai melalui eksperimen yang sebenarnya, tetapi tidak ada pengontrolan dan/atau manipulasi terhadap

seluruh variabel yang relevan.”49 Adapun rincian desain penelitian yang

digunakan adalah sebagai berikut.

Tabel 3.1Desain Penelitian

Kelas Pretest Treatment Posttest

Kontrol T1 X1 T2

Eksperimen T1 X2 T2

Keterangan: T1 : Pretest T2 : Posttest

X1 : Tidak diberikan perlakuan (tidak menggunakan pembelajaran multiple

intelligences)

X2 : Diberikan perlakuan (menggunakan pembelajaran multiple intelligences)

49

Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan: Metode dan Paradigma Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), h. 74.


(46)

C. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat, Variabel bebas dan variabel terikat itu sebagai berikut:

Variabel Bebas (X) : Pembelajaran berbasis Multiple Intelligences

Variabel Terikat (Y) : Hasil belajar IPA siswa

D. Populasi dan Sampel

Dalam sebuah penelitian biasanya dikenal istilah populasi dan sampel penelitian. Berikut adalah pengertian dari populasi dan sampel.

1. Populasi

“Populasi adalah suatu himpunan dengan sifat-sifat yang ditentukan oleh peneliti sedemikian rupa sehingga setiap individu dapat dinyatakan

dengan tepat apakah individu tersebut menjadi anggota atau tidak.”50

Adapun populasi keseluruhan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa dan siswi di MI Nurul Huda, sedangkan populasi target dalam penelitian ini adalah yaitu seluruh siswa kelas kelas IV MI Nurul Huda Cipayung Depok.

2. Sampel

Sampel adalah bagian paling penting dari sebuah penelitian, karena sampel adalah objek utama dari sebuah penelitian. “Sampel adalah himpunan bagian atau sebagian dari populasi yang karakteristiknya

benar-benar diselidiki.”51 Sampel dalam penelitian ini diambil dua kelas dengan

menggunakan teknik sampel bertujuan atau purposive sampling. Purposive

sampling merupakan salah satu teknik sampling yang paling banyak digunakan dalam penelitian kualitatif. “Kriteria kelompok partisian yang

dipilih sebelumnya harus relevan dengan pertanyaan penelitian,”52 Peneliti

mengambil sampel dengan tujuan membandingkan dua kelas yang ada,

50

Kadir, Statistika untuk Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, (Jakarta: PT Rosemata Sampurna, 2010), h. 84.

51

Ibid., h. 85.

52

Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan: Metode dan Paradigma Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), h. 167.


(47)

dimana tujuan pengambilan sampel ini didasarkan kesamaan jumlah siswa (30 siswa), guru, kurikulum, dan materi. Berdasarkan hal tersebut maka subjek penelitian pada kelas IV-A sebagai kelas kontrol sedangkan IV-B sebagai kelas eksperimen.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara memperoleh data. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini adalah metode tes yang

terdiri dari 30 soal pilihan ganda untuk pretest dan posttest.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen tes berupa tes objektif pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban serta penskoran jika jawaban benar diberi skor 1 dan jika jawaban salah diberi skor 0. Awalnya jumlah butir soal yang akan diberikan adalah 55 soal, namun setelah diuji dengan kalibrasi instrumen, hanya 30 soal yang dapat digunakan

untuk pretest dan posttest. Baik kelas kontrol maupun kelas eksperimen

diberikan tes dengan soal yang sama. Kisi-kisi instrumen tes pada materi energi panas dan bunyi serta penggunaannya dapat dlihat pada Tabel 3.2.


(48)

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Tes Standar

Kompetensi

Kompetensi Dasar

Indikator Aspek Kognitif

Soal

C1 C2 C3 C4 C5 C6

8, Memaha-mi berbagai bentuk energi dan cara pengguna-annya dalam kehidupan sehari-hari. 8,1 Mendeskrip-sikan energi panas dan bunyi yang terdapat di lingkungan sekitar serta sifat-sifatnya. 1. Menyebutkan sumber-sumber energy panas. 1, 2, 3*, 4*, 5, 7, 9

6 8* 9

2. Mengidentifi-kasi perpindahan energi panas 11, 12, 16, 17

10* 14 13,

15* 8 3. Mengelom-pokkan benda-benda konduktor dan isolator. 18* 19* 20*

21 22 23* 6

4.Menyebut-kan sumber-simber energy bunyi. 24, 25, 26* 29* 28* 30*

27* 7

5. Menggolong-kan jenis-jenis bunyi berdasarkan jumlah frekuensinya 31, 32* 33, 34* 35, 36, 38

37 8

6. Mengidenti-fikasi sifat-sifat energy bunyi. 40* 41* 42, 43, 44* 45* 47 39* 46

48* 10

7. Menyimpul-kan manfaat dari energy panas. 50, 51* 52

49 4

8. Menyimpul-kan manfaat dari energy bunyi. 53, 54

55 3

∑ Soal 37 7 4 5 0 2 55


(49)

G. Kalibrasi Instrumen

Sebelum diberikan kepada sampel, instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini diuji terlebih dahulu. Pengujian instrumen tes ini harus memeuhi empat kriteria, yaitu validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda. 1. Validitas

“Validitas adalah suatu derajat ketepatan instrumen (alat ukur), maksudnya apakah instrumen yang digunakan betul-betul tepat untuk

mengukur apayang akan dikur.”53 Suatu instrumen dikatakan valid jika

mempunyai validitas yang tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid memiliki validitas yang rendah. Uji validitas dalam penelitian

menggunakan rumus Korelasi Point Biserial (rpbi) karena skor butir soal

berbentuk dikotomi (skor butir 0 atau 1). Rumus yang digunakan untuk menghitung koefisien korelasi biserial antara skor butir soal dengan skor total tes adalah:54

Keterangan:

rpbi : koefisien korelasi biserial antara skor butir soal nomor i dengan

skor total

Xi : rata-rata skor total responden menjawab benar butir soal

Xt : rata-rata skor total semua responden

St : standar deviasi skor total semua respond

pi : proporsi jawaban benar untuk butir nomor i

qi : proposi jawaban salah untuk butir nomor i

Untuk mengetahui valid atau tidaknya butir soal, maka rpbi

dibandingkan dengan rtabel dengan taraf signifikan (α) = 0,05, Jika rpbi >

rtabel maka soal tersebut valid dan jika rpbi < rtabel maka soal tersebut tidak valid. Jadi apabila valid berarti soal tersebut dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar. Untuk mengetahui valid atau tidaknya butir soal, peneliti menggunakan program khusus ANATES. Perhitungan pengujian validitas instrumen tes ini terdapat pada lampiran A2.

53

Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan: Metode dan Paradigma Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), h. 244.

54

Ibid., h. 247.


(50)

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, diperoleh data bahwa dari 55 soal yang diujicobakan terdapat 30 soal yang dinyatakan valid. Butir-butir soal tersebut adalah soal nomor 1, 2, 5, 6, 7, 9, 11, 12, 13, 14, 16, 17, 21, 22, 24, 25, 31, 33, 35, 36, 37, 38, 42, 43, 46, 49, 50, 52, 53, 54, dan 55.

2. Reliabilitas

Realiabilitas dapat membuktikan bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data. “Reliabilitas

adalah derajat konsistensi instrumen yang bersangkutan.”55 Pengujian

reliabilitas ini menggunakan rumus KR-20 (Kuder-Richardson 20) sebagai berikut:56

Keterangan:

r11 : koefisien reliabilitas

k : jumlah butir

piqi : varians skor butir

pi : proposi jawaban benar untuk butir nomor i

qi : proposi jawaban salah untuk butir nomor i

St2 : varians skor total

Untuk mengetahui tinggi rendahnya reliabilitas instrumen, maka r

hitung (r11) dikualifikasikan melalui koefisien korelasi sebagai berikut:57

Tabel 3.3 Kualifikasi Koefisien Korelasi

Koefisien Korelasi Kualifikasi

0,80 – 1,000 Sangat tinggi

0,60 – 0,799 Tinggi

0,40 – 0,599 Cukup

0,20 – 0,399 Rendah

0,00 – 0,199 Sangat Rendah

55

Zainal Arifin, op. cit., h. 248

56

Anas Sudjiono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011),h. 208.

57

Ibid., h. 209.


(51)

Penghitungan reliabilitas instrumen dalam penelitian ini menggunakan ANATES yang dapat dilihat pada Lampiran A2. Berdasarkan hasil penghitungan dengan mengguakan aplikasi ANATES, diperoleh niliai relabilitas instrumen tes ini adalah sebesar 0,792. Nilai tersebut termasuk kategori tinggi, atau dengan kata lain bahwa instrumen

tersebut reliable. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa instrumen ini

layak untuk digunakan dalam proses penelitian ini.

3. Taraf Kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah, namun juga tidak terlalu sukar. Untuk itu, soal-soal pada instrumen penelitian ini harus diukur taraf kesukarannya untuk menentukan sukar atau mudahnya soal-soal tersebut. Penentuan kriteria derajat kesukaran didasarkan pada

ketentuan berikut ini.58

Tabel 3.4 Kategori Derajat Kesukaran

Tingkat Kesukaran Indeks Kesukaran

Sukar 0,00 – 0,30

Sedang 0,30 – 0,70

Mudah 0,70 – 0,99

Sangat Mudah 1,00

Untuk mengukur derajat kesukaran soal-soal pada instrumen penelitian ini, maka digunakan program ANATES. Dapat dilihat pada lampiran A2, dari 55 soal yang diuji cobakan terdapat 7 soal yang termasuk kategori sangat mudah, 7 soal yang termasuk kategori mudah, 40 soal yang termasuk kategori sedang, dan 1 soal yang termasuk kategori sukar.

58


(1)

96 B. Kelompok Eksperimen

NO. NAMA SISWA

NILAI PRETEST

NILAI POSTTEST

NILAI

N-GAIN NO.

NAMA SISWA

NILAI PRETEST

NILAI POSTTEST

NILAI N-GAIN

1 AE 50 93 0,867 16 PE 27 63 0,500

2 BE 40 70 0,500 17 QE 57 93 0,846

3 CE 40 73 0,556 18 RE 33 73 0,600

4 DE 60 77 0,417 19 SE 47 87 0,750

5 EE 43 67 0,412 20 TE 60 67 0,167

6 FE 53 80 0,571 21 UE 47 87 0,750

7 GE 37 67 0,474 22 PE 50 80 0,600

8 HE 37 63 0,421 23 WE 40 90 0,833

9 IE 40 63 0,389 24 XE 20 67 0,583

10 JE 37 70 0,526 25 YE 30 73 0,619

11 KE 63 90 0,727 26 ZE 57 77 0,462

12 LE 40 63 0,389 27 AAE 67 83 0,500

13 ME 23 80 0,739 28 ABE 50 77 0,533

14 NE 50 77 0,533 29 ACE 43 70 0,471


(2)

97 PERHITUNGAN UJI NORMALITAS

A. Normalitas Pretest Kelas Kontroil

Nilai F Kum Zi f(Zi) S(Zi) |F(zi) - S(zi)| Nilai F Kum Zi f(Zi) S(Zi) |F(zi) - S(zi)|

23 2 -1.7354 0.0413 0.0667 0.0253 40 17 -0.0982 0.4609 0.5667 0.1058

23 2 -1.7354 0.0413 0.0667 0.0253 40 17 -0.0982 0.4609 0.5667 0.1058

27 3 -1.4080 0.0796 0.1000 0.0204 43 19 0.2292 0.5906 0.6333 0.0427

30 5 -1.0806 0.1399 0.1667 0.0267 43 19 0.2292 0.5906 0.6333 0.0427

30 5 -1.0806 0.1399 0.1667 0.0267 47 21 0.5566 0.7111 0.7000 0.0111

33 11 -0.7531 0.2257 0.3667 0.1410 47 21 0.5566 0.7111 0.7000 0.0111

33 11 -0.7531 0.2257 0.3667 0.1410 50 26 0.8841 0.8117 0.8667 0.0550

33 11 -0.7531 0.2257 0.3667 0.1410 50 26 0.8841 0.8117 0.8667 0.0550

33 11 -0.7531 0.2257 0.3667 0.1410 50 26 0.8841 0.8117 0.8667 0.0550

33 11 -0.7531 0.2257 0.3667 0.1410 50 26 0.8841 0.8117 0.8667 0.0550

33 11 -0.7531 0.2257 0.3667 0.1410 50 26 0.8841 0.8117 0.8667 0.0550

37 14 -0.4257 0.3352 0.4667 0.1315 53 28 1.2115 0.8872 0.9333 0.0462

37 14 -0.4257 0.3352 0.4667 0.1315 53 28 1.2115 0.8872 0.9333 0.0462

37 14 -0.4257 0.3352 0.4667 0.1315 57 29 1.5390 0.9381 0.9667 0.0286

40 17 -0.0982 0.4609 0.5667 0.1058 63 30 2.1938 0.9859 1.0000 0.0141

Rata-rata Nilai = 41 LHitung Terbesar = 0.1410

Standar Deviasi = 10.1860 LTabel = 0,161


(3)

98 B. Normalitas Pretest Kelas Eksperimen

Nilai F Kum Zi f(Zi) S(Zi) |F(zi) - S(zi)| Nilai F Kum Zi f(Zi) S(Zi) |F(zi) - S(zi)|

20 1 -2.0851 0.0185 0.0333 0.0148 43 16 -0.0579 0.4769 0.5333 0.0564

23 2 -1.7955 0.0363 0.0667 0.0304 47 19 0.2317 0.5916 0.6333 0.0417

27 3 -1.5059 0.0660 0.1000 0.0340 47 19 0.2317 0.5916 0.6333 0.0417

30 4 -1.2163 0.1119 0.1333 0.0214 47 19 0.2317 0.5916 0.6333 0.0417

33 5 -0.9267 0.1770 0.1667 0.0104 50 23 0.5213 0.6989 0.7667 0.0678

37 8 -0.6371 0.2620 0.2667 0.0046 50 23 0.5213 0.6989 0.7667 0.0678

37 8 -0.6371 0.2620 0.2667 0.0046 50 23 0.5213 0.6989 0.7667 0.0678

37 8 -0.6371 0.2620 0.2667 0.0046 50 23 0.5213 0.6989 0.7667 0.0678

40 14 -0.3475 0.3641 0.4667 0.1026 53 24 0.8109 0.7913 0.8000 0.0087

40 14 -0.3475 0.3641 0.4667 0.1026 57 26 1.1005 0.8644 0.8667 0.0022

40 14 -0.3475 0.3641 0.4667 0.1026 57 26 1.1005 0.8644 0.8667 0.0022

40 14 -0.3475 0.3641 0.4667 0.1026 60 28 1.3901 0.9178 0.9333 0.0156

40 14 -0.3475 0.3641 0.4667 0.1026 60 28 1.3901 0.9178 0.9333 0.0156

40 14 -0.3475 0.3641 0.4667 0.1026 63 29 1.6797 0.9535 0.9667 0.0132

43 16 -0.0579 0.4769 0.5333 0.0564 67 30 1.9693 0.9755 1.0000 0.0245

Rata-rata Nilai = 44 LHitung Terbesar = 0.1026


(4)

99 C. Uji Normalitas Posttest Kelas Kontrol

Nilai F Kum Zi f(Zi) S(Zi) |F(zi) - S(zi)| Nilai F Kum Zi f(Zi) S(Zi) |F(zi) - S(zi)|

47 2 -1.7413 0.0408 0.0667 0.0259 63 18 0.0355 0.5142 0.6000 0.0858

47 2 -1.7413 0.0408 0.0667 0.0259 63 18 0.0355 0.5142 0.6000 0.0858

50 4 -1.3859 0.0829 0.1333 0.0504 63 18 0.0355 0.5142 0.6000 0.0858

50 4 -1.3859 0.0829 0.1333 0.0504 67 20 0.3909 0.6521 0.6667 0.0146

53 6 -1.0306 0.1514 0.2000 0.0486 67 20 0.3909 0.6521 0.6667 0.0146

53 6 -1.0306 0.1514 0.2000 0.0486 70 25 0.7463 0.7722 0.8333 0.0611

57 9 -0.6752 0.2498 0.3000 0.0502 70 25 0.7463 0.7722 0.8333 0.0611

57 9 -0.6752 0.2498 0.3000 0.0502 70 25 0.7463 0.7722 0.8333 0.0611

57 9 -0.6752 0.2498 0.3000 0.0502 70 25 0.7463 0.7722 0.8333 0.0611

60 14 -0.3198 0.3745 0.4667 0.0921 70 25 0.7463 0.7722 0.8333 0.0611

60 14 -0.3198 0.3745 0.4667 0.0921 73 26 1.1016 0.8647 0.8667 0.0020

60 14 -0.3198 0.3745 0.4667 0.0921 77 28 1.4570 0.9274 0.9333 0.0059

60 14 -0.3198 0.3745 0.4667 0.0921 77 28 1.4570 0.9274 0.9333 0.0059

60 14 -0.3198 0.3745 0.4667 0.0921 80 30 1.8124 0.9650 1.0000 0.0350

63 18 0.0355 0.5142 0.6000 0.0858 80 30 1.8124 0.9650 1.0000 0.0350

Rata-rata Nilai = 66 LHitung Terbesar = 0.0921


(5)

100 D. Uji Normalitas Posttest Kelas Eksperimen

Nilai F Kum Zi f(Zi) S(Zi) |F(zi) - S(zi)| Nilai F Kum Zi f(Zi) S(Zi) |F(zi) - S(zi)|

63 5 -1.2294 0.1095 0.1667 0.0572 77 19 0.1756 0.5697 0.6333 0.0636

63 5 -1.2294 0.1095 0.1667 0.0572 77 19 0.1756 0.5697 0.6333 0.0636

63 5 -1.2294 0.1095 0.1667 0.0572 77 19 0.1756 0.5697 0.6333 0.0636

63 5 -1.2294 0.1095 0.1667 0.0572 77 19 0.1756 0.5697 0.6333 0.0636

63 5 -1.2294 0.1095 0.1667 0.0572 80 23 0.5269 0.7009 0.7667 0.0658

67 9 -0.8781 0.1899 0.3000 0.1101 80 23 0.5269 0.7009 0.7667 0.0658

67 9 -0.8781 0.1899 0.3000 0.1101 80 23 0.5269 0.7009 0.7667 0.0658

67 9 -0.8781 0.1899 0.3000 0.1101 80 23 0.5269 0.7009 0.7667 0.0658

67 9 -0.8781 0.1899 0.3000 0.1101 83 24 0.8781 0.8101 0.8000 0.0101

70 12 -0.5269 0.2991 0.4000 0.1009 87 26 1.2294 0.8905 0.8667 0.0239

70 12 -0.5269 0.2991 0.4000 0.1009 87 26 1.2294 0.8905 0.8667 0.0239

70 12 -0.5269 0.2991 0.4000 0.1009 90 28 1.5806 0.9430 0.9333 0.0097

73 15 -0.1756 0.4303 0.5000 0.0697 90 28 1.5806 0.9430 0.9333 0.0097

73 15 -0.1756 0.4303 0.5000 0.0697 93 30 1.9319 0.9733 1.0000 0.0267

73 15 -0.1756 0.4303 0.5000 0.0697 93 30 1.9319 0.9733 1.0000 0.0267

Rata-rata Nilai = 75 LHitung Terbesar = 0.1101


(6)

101 E. Uji Normalitas N-Gain

Xi fi zi F(zi) fk S(zi) |F(zi) - S(zi)| Xi fi zi F(zi) fk S(zi) |F(zi) - S(zi)|

0,167 1 -2,461 0,007 1 0,033 0,026 0,571 1 0,084 0,534 18 0,600 0,066

0,389 3 -1,064 0,144 4 0,133 0,010 0,583 1 0,159 0,563 19 0,633 0,070

0,412 1 -0,920 0,179 5 0,167 0,012 0,600 2 0,264 0,604 21 0,700 0,096

0,417 1 -0,889 0,187 6 0,200 0,013 0,619 1 0,384 0,649 22 0,733 0,084

0,421 1 -0,861 0,195 7 0,233 0,039 0,625 1 0,421 0,663 23 0,767 0,103

0,462 1 -0,607 0,272 8 0,267 0,005 0,727 1 1,065 0,856 24 0,800 0,056

0,471 1 -0,550 0,291 9 0,300 0,009 0,739 1 1,139 0,873 25 0,833 0,039

0,474 1 -0,530 0,298 10 0,333 0,035 0,750 2 1,208 0,886 27 0,900 0,014

0,500 3 -0,365 0,358 13 0,433 0,076 0,833 1 1,732 0,958 28 0,933 0,025

0,526 1 -0,199 0,421 14 0,467 0,046 0,846 1 1,812 0,965 29 0,967 0,002

0,533 2 -0,155 0,438 16 0,533 0,095 0,867 1 1,941 0,974 30 1,000 0,026

0,556 1 -0,015 0,494 17 0,567 0,073

Rata-rata Nilai = 0.558 LHitung Terbesar = 0.103


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN CARD SORT PADA SISWA KELAS IV MI MIFTAHUL HUDA TEGALDLIMO BANYUWANGI

2 11 26

Pengaruh Strategi Pembelajaran kooperatif Numbered Head Together (NHT) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Mathaul Huda

0 5 173

PENGARUH PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING PADA MATA PELAJARAN IPA BIOLOGI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA Pengaruh Pembelajaran Problem Solving Pada Mata Pelajaran Ipa Biologi Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas Viii Smp Negeri 1 Polanharjo Klaten Semester Gena

0 3 15

PENGARUH PENGELOLAAN KELAS DAN MINAT BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN IPA KELAS IV Pengaruh Pengelolaan Kelas Dan Minat Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Mata Pelajaran Ipa Kelas Iv SD Muhammadiyah 23 Surakarta Tahun Ajaran

0 2 17

UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENERAPKAN PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF DAN MENYENANGKAN (PAKEM) PADA MATA PELAJARAN IPA SISWA KELAS IV MIS NURUL HIDAYAH.

0 2 19

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN VAK (VISUAL AUDITORI KINESTETIK) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV PADA MATA PELAJARAN IPA.

0 3 43

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCES PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI GEMBONGAN.

0 0 179

PENGARUH PENGGUNAAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS III SDN GARUNG WONOSOBO.

0 1 133

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD

1 1 9

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS BUKU CERITA PADA MATA PELAJARAN FIQH KELAS IV MI NURUL HUDA SADAR SRIWIJAYA KEC. BANDAR SRIBHAWONO KAB. LAMPUNG TIMUR - Raden Intan Repository

0 0 132