PENGARUH MODEL QUANTUM LEARNING BERBASIS PENDEKATAN NILAI TERHADAP PENGUASAAN KONSEP DAN SIKAP SISWA PADA KONSEP SISTEM SARAF.

(1)

PENGARUH MODEL QUANTUM LEARNING BERBASIS PENDEKATAN NILAI TERHADAP PENGUASAAN KONSEP DAN

SIKAP SISWA PADA KONSEP SISTEM SARAF

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Biologi

Oleh : DIKI KOERNIADI

0900486

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

PENGARUH MODEL

QUANTUM

LEARNING

BERBASIS PENDEKATAN

NILAI TERHADAP PENGUASAAN

KONSEP DAN SIKAP SISWA PADA

KONSEP SISTEM SARAF

Oleh Diki Koerniadi

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Diki Koerniadi 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

DIKI KOERNIADI

PENGARUH MODEL QUANTUM LEARNING BERBASIS PENDEKATAN NILAI TERHADAP PENGUASAAN KONSEP DAN SIKAP SISWA

PADA KONSEP SISTEM SARAF

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I

Prof., Dr. H. SurosoAdiYudianto, M.pd NIP. 195305221980021001

Pembimbing II,

Dr. MiminNurjhani. K, M.pd NIP. 196509291991012001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Biologi

Dr. H. Riandi, M.Si NIP. 196305011988031002


(4)

PENGARUH MODEL QUANTUM LEARNING BERBASIS PENDEKATAN NILAI TERHADAP PENGUASAAN KONSEP DAN SIKAP SISWA PADA

KONSEP SISTEM SARAF

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh penerapan model quantum learning berbasis pendekatan nilai terhadap penguasaan konsep dan sikap siswa pada konsep sistem saraf. Metode penelitian yang digunakan adalah Quassy Experimental dengan desain Pretest-Posttest Nonequivalent Control Group Design. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis yaitu tes objektif dan angket skala sikap. Penelitian dilakukan kepada kelas eksperimen yang diberi perlakuan dengan model quantum learning berbasis pendekatan nilai serta kelas kontrol menggunakan metode konvensional. Sampel pada penelitian ini adalah 27 siswa kelas XI IPA 1 (eksperimen) dan 27 siswa kelas XI IPA 4 (kontrol) di SMA Negeri 2 Sumedang. Masing-masing kelas diberikan pretest dan postest. Hasil pretest penguasaan konsep siswa melalui uji U Mann-Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelas [sig. (2-tailed) = 0,648 > α /2 = 0,025], sedangkan untuk hasil postest penguasaan konsep siswa melalui uji yang sama menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara kedua kelas [sig. (2-tailed) = 0,000 < α /2 = 0,025]. Setelah dilanjutkan dengan uji N-gain penguasaan konsep siswa, kelas eksperimen memiliki nilai gain lebih besar daripada kelas kontrol, yakni sebesar 22.8% (kategori rendah) untuk kelas eksperimen dan 6.9% ( kategori rendah) untuk kelas kontrol. Sama halnya dengan hasil uji pada penguasaan konsep, pada hasil pretest sikap siswa melalui uji U Mann-Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelas [sig. (2-tailed) = 0,169 > α /2 = 0,025], sedangkan untuk hasil postest sikap siswa melalui uji yang sama menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara kedua kelas [sig. (2-tailed) = 0,000 < α /2 = 0,025]. Untuk N-gain, kelas eksperimen memiliki nilai indeks gain lebih besar daripada kelas kontrol, yakni sebesar 58.81% (kategori sedang) untuk kelas eksperimen dan 25.74% (kategori rendah) untuk kelas kontrol. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan model quantum learning berbasis pendekatan nilai memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap penguasaan konsep dan sikap siswa pada konsep sistem saraf.


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ………... i

KATA PENGANTAR ……….... ii

DAFTAR ISI ………... iv

DAFTAR TABEL ………... vii

DAFTAR GAMBAR ………..... ix

DAFTAR LAMPIRAN ………... x

BAB I PENDAHULUAN ………... A. Latar Belakang Masalah ………... B. Rumusan Masalah ………... C. Tujuan Penelitian ………... D. Manfaat Penelitian ………... E. Asumsi... F. Hipotesis... 1 1 4 4 5 5 5 BAB II PEMBELAJARAN MODEL QUANTUM LEARNING BERBASIS PENDEKATAN NILAI PADA KONSEP SISTEM SARAF TERHADAP PENGUASAAN KONSEP DAN SIKAP SISWA ………... A. Model Quantum Learning………...…... B. Langkah-langkah Model Quantum Learning... C. Pembelajaran Berbasis Pendekatan Nilai... D. Hubungan Model Quantum Learning Dengan Pendekatan Nilai... E. Penerapan Pengembangan Pembelajaran Quantum Learning Berbasis Pendekatan Nilai... F. Analisis Konsep Sistem saraf Berdasarkan SK dan KD... G. Penggalian dan Pengembangan Nilai Pada Konsep Sistem Saraf... H. Penguasaan Konsep ………... 6 6 7 9 10 11 12 13 22


(6)

I. Sikap ………... J. Cara Mengukur sikap ………...

23 25

BAB III METODE PENELITIAN ……….... A. Populasi dan Sampel Penelitian ... B. Lokasi Dan Subjek Penelitian...…………..……... C. Metode dan Desain Penelitian... D. Definisi Operasional... E. Instrumen Penelitian ………... F. Prosedur Penelitian ………….………... G. Teknik Pengumpulan Data ………... H. Alur Penelitian ………...

27 27 27 27 28 30 32 45 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …………... A. Hasil Penelitian ………... 1. Hasil Analisis Data Kemampuan Penguasaan Konsep

Siswa...……… a. Hasil Analisis Pretest Penguasaan Konsep siswa... b. Hasil Analisis Postest Penguasaan Konsep siswa... c. N-Gain Penguasaan konsep... 2. Hasil Analisis Skala Sikap ………...………. a. Hasil Analisis Pretest Sikap siswa ………... b. Hasil Analisis Postest Sikap siswa …………... c. N-Gain Sikap siswa...………... B. Pembahasan ………...……

1. Pengaruh Pembelajaran Model Quantum Learning Berbasis Pendekatan Nilai Terhadap Penguasaan Konsep Siswa... 2. Pengaruh Pembelajaran Model Quantum Learning Berbasis

Pendekatan Nilai Terhadap Sikap Siswa...

52 52 52 53 54 55 57 58 59 60 61 61 66


(7)

3. Hambatan Dalam Penerapan model Quantum Learning berbasis

Pendekatan Nilai... 74

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………... A. Kesimpulan ………...

B. Saran ………...

75 75 76


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1.Penerapan Pembelajaran Quantum learning Berbasis Pendekatan

Nilai………... 11

3.1. Kisi-kisi Tes Objektif... 3.2 Kisi-kisi skala sikap... ...………... 31 32 3.3. Klasifikasi tingkat kesukaran soal... 3.4. Distribusi Butir soal Berdasarkan tingkat Kesukaran ……... 34 34 3.5. Klasifikasi Daya Pembeda Soal... 3.6. Distribusi Butir Soal Berdasarkan Daya Pembeda... 35 35 3.7. Klasifikasi validitas Butir soal ………... 36

3.8. Distribusi Butir soal berdasarkam Tingkat Validitas...……….. 36

3.9. Klasifikasi Realibilitas Tes...………... 37

3.10. Rekapitulasi Hasil uji Coba Setiap Butir Soal Penguasaan Konsep... 38

3.11. Perhitungan Bobot Skor pernyataan Negatif... 3.12. Perhitungan Bobot Skor pernyataan Positif... .……….... 40 40 3.13. Skor Alternatif jawaban...………….. 41

3.14. Rekapitulasi hasil uji t Skala Sikap... 3.15. Hasil uji Normalitas penguasaan Konsep... 3.16. Hasil uji Normalitas sikap siswa... 3.17. Interpretasi Perolehan Indeks Gain...………... 43 47 49 50 4.1. Rekapitulasi Hasil Pretest dan Postest Penguasaan Konsep Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ………. 52

4.2. Hasil Uji U Mann-Whitney data Pretest Penguasaan Konsep Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 53

4.3. Hasil Uji U Mann-Whitney data Postest Penguasaan Konsep Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ………...……….. 55

4.4. Rekapitulasi data N-Gain Penguasaan Konsep Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol...…. 56


(9)

4.6. Hasil Uji U Mann-Whitney data pretest Penguasaan Konsep Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol...……… 58 4.7. Hasil Uji U Mann-Whitney postest Sikap Siswa Kelas Eksperimen

dan Kelas Kontrol …...………...………. 59 4.8. Rekapitulasi Data N-Gain Sikap siswa Kelas Eksperimen dan Kelas


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1. Struktur sistem saraf Pusat ………... 14

2.2. Sistem saraf parasimpatik dan sistem saraf simpatik... 15

2.3. Struktur Neuron... 17

2.4. Keanekaragaman Jenis Neuron... 18

3.1. Pola Pengembangan metodologi materi Pelajaran Kepada pendidikan Nilai-Nilai...………... 30

3.2. Alur Penelitian...………... 51

4.1. Rata-rata nilai Pretest dan Postest Kelas Eksperimen dan Kelas kontrol………... 53

4.2. Rata-rata Pretest , Postest, dan N-Gain Penguasaan Konsep Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol…...……… 4.3. Rata-rata Pretest dan Postest, Sikap Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 4.4. Rata-rata Pretest , Postest, dan Gain Sikap Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 4.5. Perbandingan Perolehan Skor Tiap Variabel Nilai-Nilai Sains... 4.6. Perbandingan Persentase Penerimaan Tiap Variabel Nilai-Nilai Sains... 56

57

61 69


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Halaman

A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen

dan Love Card... 80

A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol dan Lembar Kerja Siswa...…... 94

Lampiran B Halaman B.1 Kisi-kisi tes Objektif uji coba.. ………... 105

B.2 Naskah Soal tes Objekrif uji coba ………...….... 118

B.3. Kisi-kisi Skala Sikap uji coba... ..………... 124

B.4. Naskah Skala Sikap uji coba …...…... 132

Lampiran C Halaman C.1 Analisis uji Butir soal... ………..... 136

C.2 Analisis Butir Pernyataan skala sikap …………... 138

C.3 Penyeleksian Butir Pernyataan...………... 144

C.4 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Skala Sikap………... 151

Lampiran D Halaman D.1 Kisi-kisi dan naskah soal tes Objektif... 152

D.2 D.3 D.4 Kisi-kisi dan naskah Skala Sikap... Data hasil penelitian tes penguasaan konsep... Data hasil penelitian sikap siswa... 158 167 177 Lampiran E Halaman E.1 Hasil Uji data Statistik Penguasaan Konsep... 187

E.2 E.3 E.4 Hasil Uji data Statistik Sikap Siswa...……….……. Surat Keterangan penelitian... Dokumentasi Penelitian... 192 197 198 Riwayat Hidup Penulis... 199


(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan masalah yang sangat menarik untuk dibahas karena melalui usaha pendidikan diharapkan tujuan pendidikan akan segera tercapai. Melalui usaha pendidikan diharapkan kualitas generasi muda yang cerdas, aktif, dan mandiri dapat terwujud. Salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan yaitu dengan menuntut guru memiliki sejumlah kemampuan agar siswa dapat memahami materi yang disampaikan oleh guru serta kemampuan memilih strategi pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan untuk diterapkan dikelas.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan siswa kelas XI-IPA 2 SMA Negeri 2 Sumedang, diperoleh informasi bahwa dalam penyampaian materi cenderung menggunakan metode ceramah dan sesekali melakukan diskusi, sehingga siswa kurang memahami materi yang diberikan oleh guru. Komunikasi yang dilakukan oleh guru dalam pembelajaran biologi cenderung berlangsung satu arah yang umumnya dari guru ke siswa. Hal ini yang menjadikan guru lebih mendominasi pembelajaran maka pembelajaran cenderung monoton sehingga mengakibatkan siswa merasa jenuh, bosan, dan pasif. Selain itu guru pun cenderung kaku, jarang memberikan apresiasi positif kepada siswa, dan terkesan galak. Hal ini menjadikan siswa tidak nyaman dalam belajar dan takut untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Padahal Khalifah & Quthub (2009) menyebutkan bahwa salah satu karakter guru sukses ialah mengetahui karakter pertumbuhan jiwa para murid yang variatif serta mampu menghomati dan menghargai muridnya. Dengan karakter guru yang seperti ini murid akan merasa bahwa gurunya adalah pemilik kemuliaan karena dialah yang telah memberikan ilmu kepadanya, menunjukkan akhlak yang baik, bahkan membantu mereka dalam menyelesaikan permasalahannya.


(13)

2

Selain permasalahan diatas, jika kita melihat Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSISDIKNAS) Nomor 20 Tahun 2003 yang dinyatakan dalam pasal 3 bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dalam tujuan pendidikan nasional di atas menandakan bahwa pembelajaran di lembaga pendidikan seharusnya tidak saja memperhatikan aspek kognitif, tetapi juga harus memperhatikan aspek afektif.

Faktanya, pendidikan nilai, moral, dan etika merupakan hidden curriculum yang secara integral terkait dengan hampir semua mata pelajaran di sekolah. Biologi sebagai salah satu cabang mata pelajaran sains yang mencakup pembelajaran kehidupan dan hidupnya suatu organisme secara lahiriah perlu diintegrasikan dengan pendidikan nilai. Pendidikan atau pengajaran sains yang holistik adalah mengerjakan sains bukan hanya materinya saja akan tetapi juga mengerjakan sistem nilai-nilai dan moralnya dengan cara mengambil perumpamaan-perumpamaan dari bahan ajar (Yudianto, 2009).

Untuk itu perlu dipikirkan bagaimana merancang suatu pembelajaran yang dapat mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut. Tidak hanya merancang pembelajaran yang mampu meningkatkan penguasaan konsep siswa, tetapi juga mampu mengubah sikap siswa ke arah yang lebih baik. Metode yang dapat diterapkan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah Quantum Learning berbasis pendekatan nilai, karena selain dapat mengatasi persoalan hasil belajar kognitif siswa juga diharapkan mampu menjawab fungsi dari pendidikan nasional pasal 3 di atas.

Melalui quantum learning siswa akan diajak belajar dalam suasana yang lebih nyaman dan menyenangkan sehingga siswa akan lebih bebas menemukan berbagai pengalaman baru dalam belajarnya (DePorter &


(14)

3

Hernacki, 2013). Dengan demikian siswa akan menjadi aman dan nyaman dalam belajar dan berpikir. Restu (2013) menyatakan bahwa otak ini akan lebih aktif apabila diri seseorang dalam keadaan tenang, bahagia, dan santai.

Disandingkannya model quantum learning dengan pendekatatan nilai dikarenakan adanya kecocokan antara keduanya. Terdapat dua hal kecocokan antara model-pendekatan ini. Hal Pertama, apabila dibandingkan dengan model pembelajaran lain, quantum learning memiliki keunggulan dalam penerapan nilai-nilai ketika pembelajaran berlangsung. Keunggulan ini didasarkan pada kekhasan quantum learning yang memiliki sintaks/tahapan Apa Manfaat Bagiku (AMBAK) sebagaimana tercantum sebelumnya sehingga diharapkan nilai-nilai dapat diinternalisasi lebih melalui tahapan ini. Penginternalisasian melalui tahapan ini memiliki keunggulan dibandingkan dengan internalisasi nilai pada model atau metode lainnya, sebab siswa memandang nilai-nilai tersebut sebagai sebuah manfaat yang berharga yang akan diperoleh ketika siswa mempelajari materi tersebut, bukan hanya memandang nilai sebagai materi belajar yang diceramahkan seperti jika kita menerapkan nilai dengan metode ceramah atau diskusi. Nantinya pada tahapan AMBAK tidak hanya manfaat yang akan diperoleh dari konsep aplikatif yang akan siswa pelajari, melainkan juga manfaat dari nilai-nilai itu sendiri. Sehingga pada sintaks AMBAK inilah sikap pragmatis siswa diharapkan muncul yang menjadikan siswa akan memiliki keseriusan dan kesungguhan tinggi dalam belajar. Illeris (2009) menyebutkan sikap pragmatis selalu berpandangan pada hasil yang didapat tanpa melihat standar moral dan ideologinya. Sikap pragmatis yang dimiliki oleh setiap siswa merupakan hal yang wajar dan tentunya harus selalu diperhatikan oleh guru dalam menyajikan setiap materinya.

Hal kedua ialah pendekatan nilai ini disandingkan dengan model pembelajaran yang mengharuskan menciptakan suasana lingkungan aman, senang, dan nyaman serta mengharuskan sikap guru yang ramah, humoris, dan apresiatif. Dengan sifat seperti ini kredibilitas seorang guru tentu akan semakin tinggi di mata siswa, karena mereka merasa aman dan senang dengan


(15)

4

sosok guru tersebut. Jika seseorang menyukai dan menyenangi pribadi tertentu, maka besar kemungkinan setiap ucapan dan tindakan dari siapa yang mereka senangi itu akan cenderung diikuti. Sehingga pemberian sugesti nilai kepada siswa diharapkan akan lebih baik.

Konsep yang dipilih ialah konsep sistem saraf, konsep ini salah satu bagian dari sistem koordinasi. Konsep ini dinilai cocok untuk dijadikan salah satu variabel dalam penelitian ini, karena konsep pada sistem saraf sangat aplikatif, banyak manfaat yang bisa diperoleh, sering dialami siswa dalam kehidupan serta terkandung banyak hikmah ataupun nilai-nilai di dalamnya. B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian ini adalah “Bagaimana pengaruh model quantum learning berbasis pendekatan nilai terhadap penguasaan konsep dan sikap siswa pada konsep sistem saraf?

Rumusan masalah tersebut dapat dijawantahkan ke dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana perbedaan penguasaan konsep siswa sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran quantum learning berbasis pendekatan nilai pada konsep sistem saraf dibandingkan dengan kelas kontrol?

2. Bagaimana perbedaan sikap siswa sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran quantum learning berbasis pendekatan nilai pada konsep sistem saraf dibandingkan dengan kelas kontrol?

3. Hambatan apa saja yang dihadapi dalam pembelajaran Biologi menggunakan model quantum learning berbasis pendekatan nilai?

C. Tujuan Penelitian

1. Menganalisis penguasaan konsep siswa pada materi sistem saraf sebelum dan setelah pembelajaran dengan menggunakan model quantum learning berbasis pendekatan nilai.


(16)

5

2. Menganalisis perubahan sikap siswa setelah pembelajaran dengan model quantum learning berbasis pendekatan nilai pada materi sistem saraf.

3. Menganalisis hambatan yang dihadapi dalam pembelajaran Biologi menggunakan model quantum learning berbasis pendekatan nilai.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini akan memberikan manfaat bagi berbagai pihak, diantaranya:

1. Bagi Guru, akan memberikan gambaran dalam mengimplementasikan model quantum learning berbasis pendekatan nilai.

2. Bagi peneliti lain, akan mampu memberikan gambaran akan kelebihan dan kekurangan penerapan model quantum learning berbasis pendekatan nilai untuk melakukan penelitian lebih lanjut.

E. Asumsi

1. Model pembelajaran quantum learning selalu memperhatikan kenyamanan siswa dalam belajar (DePorter dan Hernacki, 2013).

2. Pendekatan nilai (nilai intelektual, nilai sosial, nilai pendidikan, dan nilai religi) selalu berpijak kepada pengetahuan dasarnya atau pengetahuan konsepnya, yang disebut nilai praktis (Yudianto, 2010).

F. Hipotesis

Dalam penelitian ini, hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: “Model pembelajaran quantum learning berbasis pendekatan nilai berpengaruh terhadap penguasaan konsep dan sikap siswa pada konsep sistem saraf”.


(17)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Negeri 2 Sumedang pada pelajaran Biologi tahun ajaran 2012/2013. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 1 sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas XI IPA 4 sebagai kelas kontrol di SMA Negeri 2 Sumedang, yang akan diukur penguasaan kosnep dan sikap siswa pada konsep sistem saraf. Dalam penelitian ini pengambilan dua kelas XI sebagai sampel dilakukan metode cluster random sampling.

B. Lokasi dan Subjek penelitian

Penelitian dilakukan di SMA Negeri 2 Sumedang yang beralamatkan di Desa Rancamulya, Kecamatan Sumedang Utara. Subjek yang diambil dalam penelitian ini adalah kelas eksperimen sebanyak 27 orang dan kelas kontrol sebanyak 27 orang. Penelitian berlangsung selama satu minggu, mulai dari tanggal 16 September - 21September 2013.

C. Metode dan Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode quasy axperimental dengan desain penelitian yang digunakan adalah Nonequivalent Control Group Design”, yakni satu kelompok subjek diberi perlakuan tertentu (eksperimen), sementara satu kelompok lain dijadikan sebagai kelompok kontrol. Kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random. Secara umum desain penelitian yang akan digunakan dapat digambarkan sebagai berikut:

(Sugiyono, 2009)

E O1 X O2


(18)

28

Keterangan:

E : Kelas eksperimen K : Kelas kontrol

O1 : Pretest pada kelas eksperimen O2 : Posttest pada kelas eksperimen O3 : Pretest pada kelas kontrol O4 : Posttest pada kelas kontrol X : Perlakuan/treatment

Dalam desain ini, kelompok eksperimen adalah satu kelas terpilih yang mendapatkan perlakuan dengan pembelajaran dengan model quantum learning berbasis pendekatan nilai. Sedangkan kelas kontrol hanya mendapatkan pembelajaran dengan metode konvensional.

D. Definisi Operasional

Penjelasan beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini yang berjudul “Pengaruh Model Quantum learning Berbasis Pendekatan Nilai terhadap Penguasaan Konsep dan Sikap Siswa Pada Konsep Sistem Saraf” adalah sebagai berikut:

1. Model quantum learning berbasis pendekatan nilai:

Quantum learning berbasis pendekatan nilai yaitu suatu gabungan model-pendekatan yang keduanya memiliki kecocokan untuk saling mendukung. Model Quantum learning yang di dalamnya terdapat sintaks Apa Manfaat Bagiku (AMBAK) diharapkan memfasilitasi sikap pragmatis siswa sehingga diharapkan mampu meningkatkan minatnya dalam belajar. Pada tahap ini tidak hanya diisi oleh manfaat dari konsep-konsep aplikatif melainkan dimanfaatkan untuk menyisipkan nilai-nilai sains yang mencakup nilai praktis, nilai intelektual, nilai pendidikan, nilai sosial-politik, dan nilai religius. Pada akhirnya manfaat yang didapat oleh siswa lebih banyak, nilai pragmatis siswa lebih muncul, minat belajar pun meningkat serta nilai tidak dipandang sebagai materi belajar yang “diceramahkan” saja, melainkan sebagai suatu manfaat yang berharga dan berguna.


(19)

29

2. Penguasaan konsep:

Pengetahuan yang telah diperoleh siswa tentang konsep sistem koordinasi setelah melaksanakan pembelajaran yang selanjutnya diukur melalui tes objektif mencakup soal berjenjang C1-C4 dengan 25 butir soal Pilihan Ganda yang diberikan pada saat pretest (pertemuan pertama) dan postest (pertemuan kedua).

3. Sikap siswa:

Kecenderungan perasaan yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu. kandungan nilai-nilai sains yang terdapat dalam konsep sistem saraf yang diukur melalui Skala Likert yang diberikan pada saat pretest (pertemuan pertama) dan postest (pertemuan kedua). Berhubung waktu penelitian yang singkat, sikap siswa yang muncul diharapkan mencakup komponen kognitif dan afektif saja, belum mencakup aspek konatif/(kecenderungan dalam bertindak).

4. Nilai- nilai

Nilai-nilai sains menurut Albert Enstein (Yudianto, 2009) yang terdiri dari nilai praktis, intelektual, sosio-politik-ekonomi, pendidikan dan nilai religi. Metodologi untuk pengembangan nilai-nilai yang dikandung oleh materi pelajaran dari nilai praktis dikemukakan oleh Yudianto (2010) sebagai berikut:


(20)

30

: mengingat kebesaran Tuhan YME dengan melihat dan merenung tentang keteraturan, keunikan, dan kekaguman terhadap fenomena alam yang dipelajari.

: meniru fenomena alam atau Hukum Alam untuk pendidikan teknik, kepemimpinan, mental atau seni maupun pendidikan kreasi lainnya.

: menganalogikan teori dengan kehidupan manusia untuk dijadikan pelajaran atau kebijakan

: mengkritisi nilai praktis guna mencari solusi terhadap kelemahan yang ada dan mengembangkan wawasan atau penalarannya : memahami konsep, prinsip, teori dan Hukum

yang berlaku.

Gambar 3.1. Pola Pengembangan (Refleksi) Metodologi Materi Pelajaran Kepada Pendidikan Nilai-Nilai (Yudianto, 2010)

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk memperoleh sejumlah data penelitian. Pada sejumlah penelitian, data mempunyai kedudukan yang sangat penting karena merupakan penggambaran variabel yang diteliti serta berfungsi sebagai alat pembuktian hipotesis. Mutu penelitian sangat ditentukan dari benar tidaknya data yang diperoleh, sedangkan benar tidaknya data ditentukan dari baik tidaknya instrumen pengumpul data. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis yaitu tes objektif dan skala sikap.

1. Tes Objektif

Tes objektif yang digunakan dalam penelitian ini berupa soal pilihan ganda untuk mengetahui penguasaan konsep siswa pada konsep saraf. Instrumen yang digunakan adalah soal pilihan ganda sebanyak 25 butir soal dengan 5 butir pilihan yang dibatasi hanya pada jenjang hafalan (C1),

NILAI RELIGI

NILAI PENDIDIKAN

NILAI SOSIAL-POLITIK

NILAI PRAKTIS NILAI INTELEKTUAL


(21)

31

pemahaman (C2),penerapan (C3), dan analisis (C4). Tes ini diberikan sebelum pembelajaran (pretest) dan sesudah dilakukannya pembelajaran (posttest). Berikut kisi-kisinya tersaji pada tabel 3.1.

Tabel 3.1 Kisi-kisi Tes Objektif

Indikator Jumlah Jenjang

C1 C2 C3 C4

3.7.1 Menjelaskan struktur dan fungsi sel saraf manusia

4 4

3.7.2 Menjelaskan mekanisme penghantaran impuls saraf

3 1 2

3.7.3 Membandingkan struktur dan fungsi sistem saraf pusat manusia

9 5 2 2

3.7.4 Menjelaskan mekanisme gerak pada manusia

3 1 2

3.7.5 Membedakan organisasi sistem saraf tepi manusia

3 1 2

3.7.6 Menjelaskan kelainan yang dapat terjadi pada sistem saraf manusia

3 3

Jumlah 25 8 9 6 2

2. Skala Sikap

Skala sikap digunakan sebagai instrumen penelitian untuk mengukur sikap, dengan menggunakan skala sikap model Likert 4 alternatif jawaban. Insrumen ini diberikan untuk mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran biologi berdasarkan pendekatan nilai. Skala sikap dalam penelitian ini berupa pernyataan sebanyak 20 soal, yang terdiri dari 10 pernyataan positif (favorable) dan 10 pernyataan negatif (unfavorable). Pernyataan-pernyataan yang diajukan pada skala sikap tersebar pada nilai intelektual, nilai sosial-politik, nilai pendidikan, dan nilai religi. Setiap pernyataan pada skala sikap, baik yang positif maupun yang negatif dinilai oleh responden dengan sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Empat kategori jawaban ini dipilih agar


(22)

32

dapat mengetahui kedudukan sikap siswa secara jelas. Berikut kisi-kisi skala sikap pada tabel 3.2 berikut.

Tabel 3.2 Kisi-kisi Skala Sikap

NO Variabel nilai

Sifat Pernyataan

Jumlah

+ -

1 Nilai Pendidikan 3 2 5

2 Nilai Intelektual 1 4 5

3 Nilai Sosial-Politik 2 3 5

4 Nilai religius 4 1 5

Jumlah 10 10 20

F. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang dilakukan, memiliki beberapa tahapan. Tahapan tersebut meliputi:

1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan penelitian ini meliputi:

a. Merumuskan masalah yang relevan dengan latar belakang dan tujuan penelitian yang akan dikaji dan dicari jawabannya setelah melakukan penelitian.

b. Studi literatur mengenai pembelajaran berdasarkan Quantum learning pendekatan nilai, nilai-nilai sains, dan materi pada konsep saraf. Studi literatur ini bisa melalui buku, makalah, jurnal, skripsi, maupun internet.

c. Penyusunan instrumen penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari soal tes objektif untuk melihat penguasaan konsep dan skala sikap untuk melihat sikap siswa terhadap nilai-nilai sains yang terkandung dalam konsep sistem saraf.

d. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Penyusunan RPP sebagai pedoman proses belajar yang akan dilakukan. Setiap Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dirancang masing-masing untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk dua kali pertemuan.


(23)

33

e. Judgement dan Ujicoba Instrumen

Sebelum instrumen diujicoba, instrumen tersebut dijudge oleh dosen ahli untuk melihat jenjang kognitif, kedalaman materi, dan tata bahasa dalam instrumen tersebut. Setelah mendapatkan judgement dari dosen ahli maka instrumen tersebut dapat diujicobakan pada satu kelompok kelas. Judgment dilakukan di SMAN 15 Bandung kelas XI-IPA 6.

f. Melakukan analisis hasil ujicoba instrumen

Instrumen yang telah diujicobakan kemudian dianalisis. Instrumen yang tidak valid harus diperbaiki, diganti, atau diubah redaksinya.

1) Analisis hasil ujicoba instrumen tes objektif

Analisis hasil ujicoba instrumen dilakukan untuk mengetahui validitas, reliabilitas soal, tingkat kesukaran, dan daya pembeda sebagai pertimbangan dalam menyeleksi butir-butir soal yang akan digunakan dalam penelitian dengan menggunakan bantuan software ANATES ver 4.0.9 Dari 40 butir soal yang diujicobakan hanya diperoleh 25 butir soal yang signifikan dan layak digunakan sebagai instrumen dalam pengambilan data. Berikut ini merupakan penjabaran dari masing-masing pengujian dalam ujicoba instrumen tes objektif. a) Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran adalah suatu pokok uji untuk menentukan proporsi item soal berada pada tingkat mudah, sedang, atau sukar. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar (Arikunto, 2009). Tingkat kesukaran dihitung dengan menggunakan rumus:

(Arikunto, 2009) Keterangan:

P : Indeks kesukaran

B : Banyak siswa yang menjawab soal itu dengan benar JS :Jumlah seluruh siswa peserta tes

S

J B P


(24)

34

Nilai tingkat kesukaran yang telah diketahui kemudian diinterpretasi melalui tabel klasifikasi indeks kesukaran.

Tabel 3.3 Klasifikasi Tingkat Kesukaran Soal

Nilai Kategori Soal

0,00 sampai 0,30 Sukar

0,31 sampai 0,70 Sedang

0,71 sampai 1,00 Mudah

(Arikunto, 2009) Tingkat kesukaran butir soal terpilih yang digunakan tersebar mulai dari mudah sampai sukar sebagaimana tercantum dalam Tabel 3.4 berikut:

Tabel 3.4 Distribusi Butir Soal Berdasarkan Tingkat Kesukaran

Kategori Tingkat Kesukaran Banyak Soal Persentase (%)

Sukar 9 36

Sedang 13 52

Mudah 3 12

Jumlah soal 25 100

Sumber: Lampiran C.1 b). Daya Pembeda

Perhitungan daya pembeda suatu soal dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana soal tersebut dapat membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah (Arikunto, 2009). Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut Indeks Diskriminasi (D). Rumus untuk menghitung daya pembeda adalah sebagai berikut:

(Arikunto, 2009) B

A B

B

A

A

P

P

J

B

J

B


(25)

35

Keterangan:

D = Indeks diskriminasi (daya pembeda) JA = Banyaknya peserta kelompok atas JB = Banyaknya peserta kelompok bawah

BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar PA = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar PB = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Nilai tingkat daya pembeda yang telah diketahui kemudian diinterpretasi melalui tabel klasifikasi daya pembeda.

Tabel 3.5 Klasifikasi Daya Pembeda Soal

Nilai Arti

˂ 0,00 Sangat jelek

0,00-0,20 Jelek

0,21-0,40 Cukup

0,41-0,70 Baik

0,71- 1,00 Baik sekali

(Arikunto, 2009) Berdasarkan analisis daya pembeda butir soal yang telah dilakukan melalui bantuan software ANATEST Versi 4.9.0™kemudian hasilnya diinterpretasikan melalui nilai klasifikasi daya pembeda seperti Tabel 3.6 berikut.

Tabel 3.6 Distribusi Butir Soal Berdasarkan Daya Pembeda

Sumber: Lampiran C.1 c) Validitas

Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur (Arikunto, 2009). Untuk menghitung validitas butir soal pilihan ganda digunakan teknik korelasi product moment dengan angka kasar yang dikemukakan oleh Pearson, yakni:

Kategori Daya Pembeda Banyak Soal Persentase (%)

Cukup 8 32

Baik 13 52

Baik sekali 4 16


(26)

36

rxy = N∑XY

(Arikunto, 2009) Keterangan:

∑ X : jumlah skor seluruh siswa pada item tersebut ∑ Y : jumlah skor total seluruh siswa pada test N : jumlah seluruh siswa

X : skor tiap siswa pada item tersebut Y : skor total tiap siswa

rxy : koefisien korelasi = validitas item

Nilai validitas yang telah diketahui kemudian diinterpretasi mengenai besarnya koefisien korelasi menggunakan tabel interpretasi validitas butir soal.

Tabel 3.7 Klasifikasi Validitas Butir Soal

Nilai Arti

Antara 0,800 sampai dengan 1,00 Sangat tinggi Antara 0,600 sampai dengan 0,800 Tinggi Antara 0,400 sampai dengan 0,600 Cukup Antara 0,200 sampai dengan 0,400 Rendah

Antara 0,00 sampai dengan 0,200 Sangat rendah

(Arikunto, 2009) Berdasarkan analisis validitas butir soal yang telah dilakukan melalui bantuan software ANATES Versi 4.0.9™ diperoleh 25 butir soal yangdigunakan sebagai instrumen dengan sebaran tingkat validitas seperti pada Tabel 3.8 berikut:

Tabel 3.8 Distribusi Butir Soal berdasarkan Tingkat Validitas

Kategori validitas Banyak Soal Persentase (%)

Tinggi 2 8

Cukup 13 52

Rendah 10 40

Jumlah soal 25 100


(27)

37 N N X X Vt

  2

2 ( )

d). Reliabilitas

Reliabilitas suatu tes berhubungan dengan kepercayaan. Suatu tes dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap (Arikunto, 2005). Untuk pengujian reliabilitas soal pilihan ganda dapat menggunakan rumus K-R 20 sebagai berikut :

              t t V pq V k k r 1 11

Harga varians total (Vt) dihitung dengan menggunakan rumus :

Keterangan : X = Jumlah skor total dan N = Jumlah responden

Dalam penelitian ini untuk mengetahui reliabilitas instrumen dilakukan melalui bantuan software ANATES Versi 4.0.9™.Nilai reliabilitas yang telah diketahui kemudian diinterpretasi melalui tabel klasifikasi reliabilitas tes.

Tabel 3.9 Klasifikasi Reliabilitas Tes

Nilai Arti

0,80-1,00 Sangat tinggi

0,60-0,79 Tinggi

0,40-0,59 Cukup

0,20-0,39 Rendah

<0,20 Sangat rendah

Dari perhitungan reliabilitas instrumen pilihan ganda yang diujicobakan diperoleh nilai reliabilitas sebesar 0,78. Hal ini menunjukkan bahwa instrumen tersebut reliabel dan termasuk pada kategori tinggi. Rekapitulasi hasil uj coba instrumen pilihan ganda dapat dilihat pada tabel 3.10 berikut.


(28)

38

Tabel 3.10

Rekapitulasi Hasil Uji Coba Setiap Butir Soal Penguasaan Konsep

No. Soal

Validitas Tingkat Kesukaran Daya Pembeda

Kesimpulan Hasil Ket. Hasil Ket. Hasil Ket.

1 0.357 Rendah 0.80 Mudah 0.45 Baik Diterima 2 0.664 Tinggi 0.75 Mudah 0.90

Baik

sekali Diterima 3 0.553 Cukup 0.55 Sedang 0.81

Baik

Sekali Diterima 4 0.326 Rendah 0.50 Sedang 0.36 Cukup Diterima 5 0.626 Tinggi 0.37 Sedang 0.72

Baik

Sekali Diterima 6 0.341 Rendah 0.75 Mudah 0.36 Cukup Diterima 7 0.510 Cukup 0.35 Sedang 0.54 Baik Diterima 8 0.431 Cukup 0.40 Sedang 0.54 Baik Diterima 9 0.009

Sangat

Rendah 0.45 Sedang 0.00 Jelek Tolak 10 0.023

Sangat

Rendah 0.42 Sedang 0.09 Jelek Tolak 11 0.284 Rendah 0.32 Sedang 0.36 Cukup Diterima 12 0.478 Cukup 0.20 Sukar 0.45 Baik Diterima 13 0.303 Rendah 0.22 Sukar 0.27 Cukup Tolak 14 0.477 Cukup 0.35 Sedang 0.45 Baik Diterima 15 0.303 Rendah 0.30 Sukar 0.27 Cukup Tolak 16 0.313 Rendah 0.37 Sedang 0.18 Jelek Tolak 17 0.274 Rendah 0.60 Sedang 0.36 Cukup Diterima 18 0.282 Rendah 0.27 Sukar 0.18 Jelek Tolak 19 0.507 Cukup 0.30 Sukar 0.45 Baik Diterima 20 0.595 Cukup 0.27 Sukar 0.63 Baik Diterima 21 0.396 Rendah 0.35 Sedang 0.36 Cukup Tolak 22 0.223 Rendah 0.17 Sukar 0.27 Cukup Tolak 23 0.143

Sangat

Rendah 0.32 Sedang 0.18 Jelek Tolak 24 0.347 Rendah 0.35 Sedang 0.45 Baik Diterima 25 0.141

Sangat

Rendah 0.12 Sukar 0.09 Jelek Tolak 26 0.171

Sangat


(29)

39

Berdasarkan hasil analisis tersebut, maka soal yang digunakan adalah 25 butir soal yang sudah direvisi atau langsung dipakai.

2) Analisis hasil uji coba instrumen Skala sikap

Analisis hasil uji coba instrumen bentuk skala sikap dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut:

a) Pemberian skor pada setiap pernyataan

Pemberian skor dilakukan pada setiap pernyataan positif dan negatif. Untuk pernyataan positif pemberian skor dimulai dari sangat setuju (SS) = 3, setuju (S) = 2, tidak setuju (TS) = 1, dan sangat tidak setuju (STS) = 0. Sedangkan untuk pernyataan negatif pemberian skor dimulai dari sangat setuju (SS) = 0, setuju (S) = 1, tidak setuju (TS) =2, dan sangat tidak setuju (STS) = 3. Adapun tahapan dalam penentuan bobot skor, yaitu:

(1) Mempersiapkan tabel perhitungan bobot skor No.

Soal

Validitas Tingkat Kesukaran Daya Pembeda

Kesimpulan Hasil Ket. Hasil Ket. Hasil Ket.

28 0.551 Cukup 0.27 Sukar 0.63 Baik Diterima 29 0.582 Cukup 0.32 Sedang 0.72

Baik

Sekali Diterima 30 0.450 Cukup 0.50 Sedang 0.63 Baik

Diterima 31 0.383 Rendah 0.42 Sedang 0.45 Baik Diterima 32 0.466 Cukup 0.25 Sukar 0.45 Baik Diterima 33 0.251 Rendah 0.25 Sukar 0.27 Cukup Diterima 34 0.036

Sangat

Rendah 0.60 Sedang 0.09 Jelek Tolak 35 0.287 Rendah 0.50 Sedang 0.36 Cukup Tolak 36 0.289 Rendah 0.40 Sedang 0.36 Cukup Tolak 37 0.419 Cukup 0.20 Sukar 0.36 Cukup Diterima 38 0.029

Sangat

Rendah 0.35 Sedang 0.00 Jelek Tolak 39 0.235 Rendah 0.60 Sedang 0.27 Cukup Diterima 40 0.303 Rendah 0.30 Sukar 0.36 Cukup Diterima


(30)

40

Tabel 3.11 Perhitungan Bobot Skor Pernyataan Negatif

KATEGORI SS S TS STS

F P PK PK TENGAH

Z Z +... NILAI SKALA

Tabel 3.12 Perhitungan Bobot Skor Pernyataan Positif

KATEGORI STS TS S SS

F P PK PK TENGAH

Z Z +... NILAI SKALA

(2) Menghitung frekuensi dari setiap item skala dari seluruh peserta

(3) Menghitung proporsi dari tiap pilihan jawaban dengan menggunakan rumus:

Keterangan: P = proporsi

n = jumlah peserta tes f = nilai frekuensi

(4) Menghitung proporsi kumulatif (pk) Pk1 = P1 Pk2 = Pk1 + P2 Pkn = Pkn – 1 + pn


(31)

41

Keterangan:

pk = proporsi kumulatif

P = proporsi dalam kategori itu n = kategori ke-

(5) Menghitung titik tengah proporsi kumulatif (pk-tengah) Pk tengah = ⁄ P = pkb

Keterangan:

p = proporsi dalam kategori

Pkb = proporsi kumulatif dalam kategori di sebelah kirinya

(6) Menentukan nilai Z dengan mengkonversikan harga mean proporsi kumulatif ke dalam harga Z tabel

(7) Untuk menghilangkan tanda negatif pada skala, maka harga Z dikoreksi dengan menambahkan harga mutlak Z yang terkecil.

(8) Menentukan pembulatan

Pembulatan untuk pernyataan positif yaitu tiga untuk jawaban sangat setuju (SS), dua untuk jawaban setuju (S), satu untuk jawaban tidak setuju (TS), dan nol untuk jawaban sangat tidak setuju (STS). Sebaliknya pembulatan pada pernyataan negatif. Penentuan skor tiap alternatif jawaban dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.13 Skor Alternatif Jawaban

Pernyataan Alternatif Jawaban

SS S TS STS

Positif (+) 3 2 1 0

Negatif ( - ) 0 1 2 3

Jika hasil pembulatan sesuai dengan tabel di atas atau memiliki gradasi angka yang mirip dengan pembulatan tersebut maka pernyataan tersebut dapat digunakan. Sebaliknya jika hasil pembulatannya tidak sesuai dengan ketentuan tersebut maka pernyataan tersebut tidak digunakan.


(32)

42

b) Menyeleksi butir pernyataan

Butir pernyataan yang diikutsertakan hanyalah butir-butir pernyataan yag baik. Suatu item butir pernyataan yang baik yaitu yang memiliki daya beda yang tinggi. Untuk memperoleh pernyataan yang baik setiap pernyataan yang telah terpilih sebelumnya diuji dengan menggunakan t-test. Langkah-langkah penyeleksian item skala sikap, yaitu:

1) Menentukan kelompok atas dan kelompok bawah dengan ketentuan masing-masing kelompok 25% dari jumlah siswa yang telah diurutkan skor item skala sikapnya, mulai dari skor tertinggi sampai terendah.

2) Membuat tabulasi terhadap distribusi jawaban pada setiap kategori respon setiap pernyataan.

3) Menentukan perbedaan rata-rata skor pernyataan antara kedua kelompok dengan menggunakan formula t-test sebagai beikut:

T hitung = √

(Azwar, 2012) Keterangan: Ȳ = rata-rata skor pernyataan

S2 = varians skor pernyataan

N = banyaknya subjek dalam suatu kelompok A = kelompok atas

B = kelompok bawah

4). Membandingkan t hitung dangan harga t tabel, karena jumlah masing-masing responden dari kelompok atas dan bawah kurang dari 25 orang maka tidak digunakan nilai t tabel dengan nilai 1,75. Nilai t tabel yang digunakan adalah 1,76 yang diperoleh dari tabel distribusi t dengan α = 0,05 dan dk = 18. Pernyataan yang dipilih adalah pernyataan yang mempunyai nilai t hitung > nilai t tabel ( Edward dalam Azwar, 2012). Berdasarkan analisis uji coba butir


(33)

43

pernyataan skala sikap, dari 30 butir pernyataan yang diajukan diperoleh 20 butir pernyataan yang memiliki nilai t hitung > t tabel sehingga pernyataan-pernyataan tersebut dapat digunakan sebagai instrumen pengambilan data. Butir-butir pernyataan tersebut terdiri dari jumlah pernyataan positif dan negatif yang sama yaitu sepuluh butir pernyataan positif dan sepuluh butir pernyataan negatif sehingga tidak membuat pernyataan sikap tersebut berpihak kepada salah satu respon baik atau buruk.

Tabel 3.14 Rekapitulasi Hasil uji t skala sikap

Nomor

Pernyataan Sifat Pernyataan Gradasi skor Nilai t hitung Nilai t

kritis Ket

1 + Memenuhi 8.2 1,75 Digunakan

2 - Memenuhi 7.2 1,75 Digunakan

3 + Tdk

memenuhi - - Dibuang

4 + Tdk

memenuhi - - Dibuang

5 - Memenuhi 8.2 1,75 Digunakan

6 - Memenuhi 15.3 1,75 Digunakan

7 + Memenuhi 10.5 1,75 Digunakan

8 - Memenuhi 5 1,75 Digunakan

9 + Memenuhi 7.7 1,75 Digunakan

10 + Tdk

memenuhi - - Dibuang

11 - Memenuhi 6.8 1,75 Digunakan

12 - Memenuhi 6.8 1,75 Digunakan

13 + Tdk

memenuhi - - Dibuang

14 - Tdk

memenuhi - - Dibuang

15 + Tdk

memenuhi - - Dibuang

16 - Memenuhi 5.2 1,75 Digunakan

17 - Memenuhi 5.2 1,75 Digunakan

18 - Memenuhi 8.4 1,75 Digunakan

19 + Memenuhi 6.8 1,75 Digunakan

20 + Memenuhi 4.2 1,75 Digunakan

21 - Memenuhi 3.9 1,75 Digunakan

22

- Tdk


(34)

44

Nomor Pernyataan

Sifat Pernyataan

Gradasi skor

Nilai t hitung

Nilai t

kritis Ket

23 - Tdk

memenuhi - - Dibuang

24 - Memenuhi 1.9 1,75 Digunakan

25 + Memenuhi 4.8 1,75 Digunakan

26 + Memenuhi 3.7 1,75 Digunakan

27 - Memenuhi 3.2 1,75 Digunakan

28 + Tdk

memenuhi - - Dibuang

29 - Tdk

memenuhi - - Dibuang

30 - Memenuhi 8.6 1,75 Digunakan

Berdasarkan hasil analisis tersebut, maka pernyataan sikap yang digunakan adalah 20 pernyataan yang digunakan.

2.Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan ini meliputi: a. Pelaksanaan tes awal (pretest)

Tes awal diberikan untuk mengukur pengetahuan awal dan sikap awal siswa terhadap nilai-nilai sains yang terkandung dalam materi saraf. Pemberian tes awal dilaksanakan sebelum proses pembelajaran materi sistem saraf dilakukan.

b. Pelaksanaan pembelajaran

Proses pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan RPP yang telah dibuat. Pada kelas eksperimen, pembelajaran dilakukan dengan menggunakan pembelajaran berdasarkan model quantum learning berbasis pendekatan nilai, dimana setiap materi saraf dikembangkan kepada nilai-nilai sains. Sedangkan pembelajaran di kelas kontrol menggunakan model konvensional serta tidak menggunakan pembelajaran berdasarkan pendekatan nilai, materi yang diajarkan di kelas kontrol tidak dikembangkan ke arah pendidikan nilai-nilai sains.

c. Pelaksanaan tes akhir (posttest)

Tes akhir dilaksanakan setelah proses pembelajaran berakhir untuk mengetahui hasil pembelajaran yang telah dilaksanakan berupa penguasaan


(35)

45

konsep dan sikap siswa terhadap nilai-nilai sains yang terkandung dalam konsep sistem saraf.

d. Menganalisis hasil tes tertulis siswa (pretest dan posttest) dan hasil sebaran skala sikap.

3. Tahap Akhir

Tahap akhir dari penelitian ini meliputi beberapa kegiatan, diantaranya yaitu: a. Mengolah data hasil penelitian. Data yang diolah berupa skor yang diubah

menjadi nilai. Pengolahan data ini dilakukan secara manual untuk mencari skor dan nilai. Untuk pengolahan data terkait uji prasyarat, uji hipotesis, dan uji N-gain dilakukan dengan bantuan software statistik SPSS versi 16.0 for windows dengan menggunakan laptop.

b. Menganalisis dan membahas hasil penelitian terkait model quantum learning berbasis pendekatan nilai. Analisis dan pembahasan dilihat dari data yang terkumpul disertai konsep, teori maupun hukum-hukum sudah ada, yang sejalan dan memiliki relevansi dengan objek kajian penelitian.

c. Menarik kesimpulan yang merupakan jawaban dari rumusan masalah yang sebelumnya sudah dirumuskan.

G. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data

1. Pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah:

Pengambilan data dilakukan sebelum dan setelah kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Kegiatan pembelajaran dilakukan selama 2 kali pertemuan. Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengumpulan data penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Pemberian pretest kepada seluruh siswa sebelum kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model quantum learning berbasis pendekatan nilai pada kelas eksperimen dan penugasan pengamatan lingkungan pada kelas kontrol. Data pretest dijaring dengan menggunakan 25 butir soal pilihan ganda. Selain itu, skala sikap juga diberikan sebelum kegiatan pembelajaran pada kedua kelas. Data skala sikap dijaring dengan menggunakan 20 butir pernyataan


(36)

46

sikap. Data pretest dan skala sikap ini untuk mengetahui penguasaan konsep dan sikap awal siswa sebelum dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model quantum learning berbasis pendekatan nilai pada kelas eksperimen dan metode konvensional pada kelas kontrol.

b. Pemberian posttest kepada seluruh siswa setelah pembelajaran pada kedua kelas, kemudian dilanjutkan dengan pemberian skala sikap. Data posttest ini dijaring dengan menggunakan 25 butir soal dan butir soal yang digunakan pada saat posttest sama dengan butir soal pada pretest. Selain itu, skala sikap juga sama dengan skala sikap yang digunakan sebelum pembelajaran yakni 20 butir pernyataan sikap. Data posttest dan skala sikap setelah pembelajaran ini dimaksudkan untuk melihat perbedaan penguasaan konsep dan sikap siswa sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan model quantum learning berbasis pendekatan nilai pada kelas eksperimen dan metode konvensional kelas kontrol

2. Pengolahan dan Analisis Data

Data yang telah diperoleh kemudian dilakukan pengolahan dan analisis sesuai dengan prosedur statistika sehingga dapat menarik kesimpulan.

a. Analisis Tes Objektif

Analisis tes objektif dilakukan untuk mengetahui kondisi penguasaan konsep sistem saraf pada kelas eksperimen berdasarkan hasil pretest dan posttest yang dibandingkan dengan kelas kontrol.

1) Menentukan Skor dan Merubahnya dalam Bentuk Nilai

Skor dihitung dari setiap jawaban siswa yang benar saja. Skor yang diperoleh kemudian dirubah menjadi nilai dengan ketentuan:

Nilai siswa =


(37)

47

2) Uji Prasyarat

Untuk menentukan pengolahan data menggunakan uji parametrik atau non parametrik, maka sebelumnya dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.

a) Uji Normalitas

Uji normalitas merupakan uji untuk menentukan apakah data berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Bentuk hipotesis untuk uji normalitas adalah sebagai berikut:

H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal H1 : Sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal Kriteria pengujiannya adalah:

Jika nilai signifikansi lebih besar dari α=0,05, maka H0 diterima dan dalam hal sebaliknya H1 diterima. Apabila data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal, maka pengolahan data dilanjutkan dengan uji homogenitas.Tetapi jika data berasal dari populasi yang tidak normal maka dilanjutkan dengan uji nonparametrik.

Tabel 3.15

Hasil Uji Normalitas Penguasaan Konsep

Kelas Uji Shapiro-Wilk

Sig Pretest Ket Sig Postest Ket

Eksperimen 0,007 Tidak

normal

0,364 Tidak

normal

Kontrol 0,021 0.005

Sumber: Lampiran E b)Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan jika data sebelumnya berasal dari populasi yang berdistribusi normal dengan uji normalitas. Berikut pasangan hipotesis nol dan hipotesis tandingannya:

H0 : tidak terdapat varians antara kelas eksperimen dan kelas kontrol H1 : terdapat varians antara kelas eksperimen dan kelas kontrol Kriteria pengujian:


(38)

48

Jika nilai signifikansi lebih besar dari α=0,05, maka H0 diterima dan dalam hal sebaliknya H1 diterima. Uji homogenitas data penguasaan konsep tidak dilakukan karena sampel tidak berdistribusi normal.

3) Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan yang signifikan antara hasil pretest dan postest setelah diberikan perlakuan. Apabila data berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan homogen, maka dilanjutkan dengan uji t karena jumlah data 30 dengan mengambil taraf signifikasi α=0,05. Jika data berasal dari data yang tidak berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji nonparametrik berupa uji U Mann- Whitney dengan mengambil taraf signifikansi α=0,05. Karena uji dilakukan dua pihak, maka α yang digunakan adalah α/2 =0,025 (Agustian, 2011). Untuk uji hipotesis penguasaan konsep pada penelitian ini diuji melalui uji U Mann-Whitney karena data tidak berdistribusi normal.

b. Analisis Skala sikap

Analisis skala sikap dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut: 1) Menentukan skor

Untuk memudahkan pemberian skor maka disediakan kunci jawaban dengan menandai pernyataan mana yang positif dan negatif. Skor akhir siswa yang akan diolah adalah jumlah dari keseluruhan skor yang diperoleh dari setiap pernyataan. 2) Uji Prasyarat

Untuk menentukan pengolahan data menggunakan uji parametrik atau non parametrik, maka sebelumnya dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Untuk mengetahui suatu data bersifat normal maka dilakukan uji normalitas dengan menggunakan bantuan program SPSS versi16.0 for windows dengan langkah-langkah yang serupa dengan pengujian normalitas pada data tes objektif.


(39)

49

Tabel 3.16

Hasil Uji Normalitas Sikap Siswa

Kelas Uji Shapiro-Wilk

Sig Pretest Ket Sig Postest Ket

Eksperimen 0,006 Tidak

normal

0,471 Tidak

normal

Kontrol 0,000 0.000

Sumber: Lampiran E

3) Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan yang signifikan antara hasil pretest dan postest setelah diberikan perlakuan. Apabila data berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan homogen, maka dilanjutkan dengan uji t karena jumlah data 30 dengan mengambil taraf signifikasi α=0,05. Jika data berasal dari data yang tidak berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji nonparametrik berupa uji U Mann- Whitney dengan mengambil taraf signifikansi α=0,05. Karena uji dilakukan dua pihak, maka α yang digunakan adalah α/2 =0,025 (Agustian, 2011). Untuk uji hipotesis sikap siswa pada penelitian ini diuji melalui uji U Mann-Whitney karena data tidak berdistribusi normal.

4) Menentukan Persentase Penerimaan Tiap Variabel Nilai-nilai Sains

Untuk mengetahui persentase sikap siswa terhadap tiap variabel nilai-nilai sains yang terkandung dalam konsep saraf maka skor yang telah diperoleh masing-masing butir pernyataan pada variabel nilai tertentu dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

% penerimaan variabel nilai =


(40)

50

c. Uji N-Gain

Uji indeks gain dimaksudkan untuk melihat perbedaan peningkatan penguasaan konsep sistem saraf dan sikap siswa yang diberikan pembelajaran dengan model pembelajaran quantum learning berbasis pendekatan nilai (kelas eksperimen) dengan siswa yang diberikan pembelajaran dengan metode konvensional (kelas kontrol). Nilai ini diperoleh dengan menghitung indeks gain dengan menggunakan rumus:

Keterangan:

( ) : Indeks gain T2 : nilai postest T1 : nilai pretest Is : skor maksimal

Tabel 3.17 Interpretasi Perolehan Indeks Gain Kategori Indeks Gain Interpretasi

0,71 – 1,00 Tinggi 0,41 – 0,70 Sedang 0,01 – 0,40 Rendah

Hake dalam Laraswati (2009)


(41)

51

H. Alur Penelitian

Gambar 3.2 Alur penelitian Tahap Persiapan

Tahap Pretest dan Skala Sikap

Hasil Penelitian Studi Literatur

Pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan

Skenario Pembelajaran

Judgement Instrumen

Revisi Instrumen

Kelas Kontrol (metode

konvensional)

Kelas Eksperimen (model Quantum

learning berbasis pendekatan nilai)

Tahap Analisis dan Pengolahan Data Data Penunjang

(data penunjang, artikel, buku, dan

data lainnya)

Pembahasan

Tahap Perumusan Kesimpulan

Tahap Penyusunan Laporan Pembuatan Instrumen (soal PG dan skala

sikap)

Uji Coba Instrumen

Pelaksanaan Postest dan Skala Sikap


(42)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uji data pretest konsep melalui uji U Mann-Whitney, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelas. Untuk uji data postest konsep melalui uji yang sama terdapat perbedaan yang signifikan. Setelah dilanjutkan dengan uji N-gain penguasaan konsep siswa, kelas eksperimen mendapatkan nilai N-gain lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol yaitu berturut-turut sebesar 22.8% (rendah) untuk kelas eksperimen dan 6.9% (rendah) untuk kelas kontrol.

Untuk uji data pretest sikap melalui uji U Mann-Whitney, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelas. Untuk uji data postest sikap melalui uji yang sama menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan. Setelah dilanjutkan dengan uji N-gain sikap siswa, kelas eksperimen mendapatkan nilai N-gain lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol yaitu berturut-turut sebesar 58.81% (sedang) untuk kelas eksperimen dan 25.74% (rendah) untuk kelas kontrol. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran quantum learning berbasis pendekatan nilai berpengaruh positif dalam meningkatkan konsep dan sikap siswa pada konsep sistem saraf.

Hambatan yang dirasakan dalam mengimplementasikan pembelajaran di dalam kelas khususnya dalam menerapkan model quantum learning berbasis pendekatan nilai diantaranya ialah ketersediaan sarana di sekolah yang terbatas, alokasi waktu yang kurang memadai, masih banyak siswa yang kurang peka dan kesulitan dalam mengambil nilai-nilai dari konsep-konsep yang mereka pelajari serta sulitnya menciptakan suasana menyenangkan bagi setiap siswa dalam jangka waktu yang lama (sampai KBM selesai).


(43)

76

B. Saran

Berdasarkan temuan dari hasil penelitian dan kesimpulan yang telah diungkapkan terdapat beberapa saran yang ingin disampaikan kepada pendidik dan peneliti lain, yaitu:

1. Kepada Guru

a. Dalam melaksanakan penerapan model quantum learning berbasis pendekatan nilai guru harus lebih kreatif dan menjaga perasaanya agar tetap menjadi guru yang sabar, menyenangkan, ramah, dan selalu mengapresiasi setiap respon siswa baik dalam bentuk pujian maupun penambahan nilai.

b. Dalam melaksanakan penerapan model quantum learning berbasis pendekatan nilai kondisi kelas harus selalu diperhatikan oleh guru, jumlah siswa, penataan kelas dan tempat duduk harus sangat diperhatikan.

c. Dalam menyampaikan nilai-nilai sains dalam pembelajaran dibutuhkan kewibawaan dan kredibilitas dari seorang guru agar lebih didengar dan dituruti oleh siswa. Sebelumnya guru harus bersahabat dan disenangi oleh siswa agar tidak terkesan seperti menggurui. Menyamakan frekuensi hati dan pikiran antara guru dan siswa perlu dilakukan sejak awal pembelajaran.

2. Kepada Peneliti lain

a. Peneliti lain yang berminat melakukan penelitian selanjutnya, dapat melakukan penelitian untuk mencari hubungan antara peningkatan penguasaan konsep dengan sikap siswa serta dengan diimplementasikan pada materi-materi lain selain sistem saraf.

b. Hendaknya dalam upaya penyampaian nilai-nilai sains dalam pembelajaran digunakan suatu tindak lanjut dengan meneliti perubahan perilaku siswa, sehingga nilai yang mereka peroleh menjadi bermakna dalam kehidupan siswa dan terlihat implementasinya di dalam kehidupan.


(44)

DAFTAR PUSTAKA

Agustian, D. (2011). Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Penguasaan Konsep Sistem Pernapasan dan Kemampuan Berkomunikasi Siswa SMA RSBI. Skripsi Sarjana Pendidikan Biologi FPMIPA UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Ahmadi, Supriyono. (2008). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: PT Bumi Aksara.

Azwar. (2011). Sikap Manusia. Yoyakarta: Pustaka Pelajar. Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Panduan Penyusunan Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP.

Campbell, et al. (2004). BIOLOGI Edisi Kelima Jilid 3. Jakarta: Erlangga. Dahar, R.W. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Darmansyah. (2011). Strategi Pembelajaran Menyenangkan Dengan Humor. Jakarta: PT Bumi Aksara.

De Porter, Bobbi dan Mike Hernacki. (2013). Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: Kaifa.

Hakam, K. A. (2007). Bunga Rampai Pendidikan Nilai. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Illeris, Knud. (2009). Contemporary Theories of Learning. New York: Routledge

Jaka. (2010). Sistem Saraf. [Online]. Tersedia: : http://sma-bio.blogspot.com. [1 Januari 2014]

Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas). (2010). Desain Induk

Pendidikan Karakter. [Online]. Tersedia:

http://pendikar.dikti.go.id/gdp/wp-content/uploads/Desain-Induk-Pendidikan-Karakter-Kemdiknas.pdf [1 Januari 2014].


(45)

78

Kurnadi, K.A (2009). Dasar-Dasar Anatomi dan Fisiologi Tubuh Manusia (I). Bandung: Jurusan Pendidikan Biologi UPI.

Kurniawan, restu (2013). Hypnosis State dan Kelahiran Ide Orisinal. [online]. Tersedia: http://ibhcenter.org/id/artikel/hypnosis-state-dan-kelahiran-ide-orisinal_523 [08 Januari 2014]

Kusaeri dan Suprananto. (2012). Pengukuran dan Penilain Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Laraswati, A. (2009). Hubungan antara Keterampilan Berkomunikasi dan Hasil Belajar Siswa melalui Teknik Pembelajaran Tipe Talking Chips pada Materi Pencemaran Tanah. Skripsi FPMIPA UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Lusiana. (2011). Saraf Simpatik dan Saraf Simpatetik. [Online]. Tersedia: http://blog.uad.ac.id. [1 Januari 2014]

Nazir. (2006). Metode Penelitian. Bogor Selatan: Ghalia Indonesia.

Nurwendah. (2008). System Saraf Pada Manusia. [Online]. Tersedia: http://belajar.kemdiknas.go.id. [1 januari 2014]

Rustaman,N.Y., Dirdjosoemanto, S., Yudianto, S.A., Achmad., Subekti, R., Rochintaniawati, D., Nurjhani, M. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Bandung: Jurusan Pendidikan Biologi UPI.

Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan R dan D. Bandung: Alfabeta.

Suyadi. (2013). Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Wawan dan Dewi. (2010). Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.

Yanto, B. (2011). Susunan Sistem Saraf manusia. [Online]. Tersedia: http://budisma.web.id. [1 Januari 2014]

Yudianto, S. A. (2009). Implementasi Dimensi Pendidikan Nilai Dalam Model-model Biologi Untuk Pembelajaran Manusia Sebagai Upaya Mempertahankan Biodiversitas Indonesia. Bandung: Jurusan Pendidikan Biologi UPI.


(46)

79

Yudianto, S. A. (2010). Manajemen Alam Sumber Pendidikan Nilai. Bandung: Mughni Sejahtera.


(1)

51

Diki Koerniadi, 2014

Pengaruh Model Quantum Learning Berbasis Pendekatan Nilai Terhadap Penguasaan Konsep Dan Sikap Siswa Pada Konsep Sistem Saraf

H. Alur Penelitian

Gambar 3.2 Alur penelitian

Tahap Persiapan

Tahap Pretest dan Skala Sikap

Hasil Penelitian Studi Literatur

Pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan

Skenario Pembelajaran Judgement Instrumen

Revisi Instrumen

Kelas Kontrol (metode konvensional)

Kelas Eksperimen (model Quantum learning berbasis pendekatan nilai)

Tahap Analisis dan Pengolahan Data Data Penunjang

(data penunjang, artikel, buku, dan

data lainnya)

Pembahasan

Tahap Perumusan Kesimpulan

Tahap Penyusunan Laporan Pembuatan Instrumen (soal PG dan skala

sikap)

Uji Coba Instrumen

Pelaksanaan Postest dan Skala Sikap


(2)

Diki Koerniadi, 2014

Pengaruh Model Quantum Learning Berbasis Pendekatan Nilai Terhadap Penguasaan Konsep Dan Sikap Siswa Pada Konsep Sistem Saraf

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uji data pretest konsep melalui uji U Mann-Whitney, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelas. Untuk uji data postest konsep melalui uji yang sama terdapat perbedaan yang signifikan. Setelah dilanjutkan dengan uji N-gain penguasaan konsep siswa, kelas eksperimen mendapatkan nilai N-gain lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol yaitu berturut-turut sebesar 22.8% (rendah) untuk kelas eksperimen dan 6.9% (rendah) untuk kelas kontrol.

Untuk uji data pretest sikap melalui uji U Mann-Whitney, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelas. Untuk uji data postest sikap melalui uji yang sama menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan. Setelah dilanjutkan dengan uji N-gain sikap siswa, kelas eksperimen mendapatkan nilai N-gain lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol yaitu berturut-turut sebesar 58.81% (sedang) untuk kelas eksperimen dan 25.74% (rendah) untuk kelas kontrol. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran quantum learning berbasis pendekatan nilai berpengaruh positif dalam meningkatkan konsep dan sikap siswa pada konsep sistem saraf.

Hambatan yang dirasakan dalam mengimplementasikan pembelajaran di dalam kelas khususnya dalam menerapkan model quantum learning berbasis pendekatan nilai diantaranya ialah ketersediaan sarana di sekolah yang terbatas, alokasi waktu yang kurang memadai, masih banyak siswa yang kurang peka dan kesulitan dalam mengambil nilai-nilai dari konsep-konsep yang mereka pelajari serta sulitnya menciptakan suasana menyenangkan bagi setiap siswa dalam jangka waktu yang lama (sampai KBM selesai).


(3)

76

Diki Koerniadi, 2014

Pengaruh Model Quantum Learning Berbasis Pendekatan Nilai Terhadap Penguasaan Konsep Dan Sikap Siswa Pada Konsep Sistem Saraf

B. Saran

Berdasarkan temuan dari hasil penelitian dan kesimpulan yang telah diungkapkan terdapat beberapa saran yang ingin disampaikan kepada pendidik dan peneliti lain, yaitu:

1. Kepada Guru

a. Dalam melaksanakan penerapan model quantum learning berbasis pendekatan nilai guru harus lebih kreatif dan menjaga perasaanya agar tetap menjadi guru yang sabar, menyenangkan, ramah, dan selalu mengapresiasi setiap respon siswa baik dalam bentuk pujian maupun penambahan nilai.

b. Dalam melaksanakan penerapan model quantum learning berbasis pendekatan nilai kondisi kelas harus selalu diperhatikan oleh guru, jumlah siswa, penataan kelas dan tempat duduk harus sangat diperhatikan.

c. Dalam menyampaikan nilai-nilai sains dalam pembelajaran dibutuhkan kewibawaan dan kredibilitas dari seorang guru agar lebih didengar dan dituruti oleh siswa. Sebelumnya guru harus bersahabat dan disenangi oleh siswa agar tidak terkesan seperti menggurui. Menyamakan frekuensi hati dan pikiran antara guru dan siswa perlu dilakukan sejak awal pembelajaran.

2. Kepada Peneliti lain

a. Peneliti lain yang berminat melakukan penelitian selanjutnya, dapat melakukan penelitian untuk mencari hubungan antara peningkatan penguasaan konsep dengan sikap siswa serta dengan diimplementasikan pada materi-materi lain selain sistem saraf.

b. Hendaknya dalam upaya penyampaian nilai-nilai sains dalam pembelajaran digunakan suatu tindak lanjut dengan meneliti perubahan perilaku siswa, sehingga nilai yang mereka peroleh menjadi bermakna dalam kehidupan siswa dan terlihat implementasinya di dalam kehidupan.


(4)

Diki Koerniadi, 2014

Pengaruh Model Quantum Learning Berbasis Pendekatan Nilai Terhadap Penguasaan Konsep Dan Sikap Siswa Pada Konsep Sistem Saraf

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Agustian, D. (2011). Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap

Penguasaan Konsep Sistem Pernapasan dan Kemampuan Berkomunikasi Siswa SMA RSBI. Skripsi Sarjana Pendidikan Biologi FPMIPA UPI

Bandung: Tidak diterbitkan.

Ahmadi, Supriyono. (2008). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: PT Bumi Aksara.

Azwar. (2011). Sikap Manusia. Yoyakarta: Pustaka Pelajar. Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Panduan Penyusunan Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah.

Jakarta: BSNP.

Campbell, et al. (2004). BIOLOGI Edisi Kelima Jilid 3. Jakarta: Erlangga. Dahar, R.W. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Darmansyah. (2011). Strategi Pembelajaran Menyenangkan Dengan Humor. Jakarta: PT Bumi Aksara.

De Porter, Bobbi dan Mike Hernacki. (2013). Quantum Learning: Membiasakan

Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: Kaifa.

Hakam, K. A. (2007). Bunga Rampai Pendidikan Nilai. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Illeris, Knud. (2009). Contemporary Theories of Learning. New York: Routledge

Jaka. (2010). Sistem Saraf. [Online]. Tersedia: : http://sma-bio.blogspot.com. [1 Januari 2014]

Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas). (2010). Desain Induk

Pendidikan Karakter. [Online]. Tersedia:

http://pendikar.dikti.go.id/gdp/wp-content/uploads/Desain-Induk-Pendidikan-Karakter-Kemdiknas.pdf [1 Januari 2014].


(5)

78

Diki Koerniadi, 2014

Pengaruh Model Quantum Learning Berbasis Pendekatan Nilai Terhadap Penguasaan Konsep Dan Sikap Siswa Pada Konsep Sistem Saraf

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kurnadi, K.A (2009). Dasar-Dasar Anatomi dan Fisiologi Tubuh Manusia (I). Bandung: Jurusan Pendidikan Biologi UPI.

Kurniawan, restu (2013). Hypnosis State dan Kelahiran Ide Orisinal. [online]. Tersedia: http://ibhcenter.org/id/artikel/hypnosis-state-dan-kelahiran-ide-orisinal_523 [08 Januari 2014]

Kusaeri dan Suprananto. (2012). Pengukuran dan Penilain Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Laraswati, A. (2009). Hubungan antara Keterampilan Berkomunikasi dan Hasil

Belajar Siswa melalui Teknik Pembelajaran Tipe Talking Chips pada Materi Pencemaran Tanah. Skripsi FPMIPA UPI Bandung: Tidak

diterbitkan.

Lusiana. (2011). Saraf Simpatik dan Saraf Simpatetik. [Online]. Tersedia: http://blog.uad.ac.id. [1 Januari 2014]

Nazir. (2006). Metode Penelitian. Bogor Selatan: Ghalia Indonesia.

Nurwendah. (2008). System Saraf Pada Manusia. [Online]. Tersedia: http://belajar.kemdiknas.go.id. [1 januari 2014]

Rustaman,N.Y., Dirdjosoemanto, S., Yudianto, S.A., Achmad., Subekti, R., Rochintaniawati, D., Nurjhani, M. (2005). Strategi Belajar Mengajar

Biologi. Bandung: Jurusan Pendidikan Biologi UPI.

Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif,

Kuantitatif, dan R dan D. Bandung: Alfabeta.

Suyadi. (2013). Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Wawan dan Dewi. (2010). Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan

Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.

Yanto, B. (2011). Susunan Sistem Saraf manusia. [Online]. Tersedia: http://budisma.web.id. [1 Januari 2014]

Yudianto, S. A. (2009). Implementasi Dimensi Pendidikan Nilai Dalam

Model-model Biologi Untuk Pembelajaran Manusia Sebagai Upaya Mempertahankan Biodiversitas Indonesia. Bandung: Jurusan Pendidikan


(6)

79

Diki Koerniadi, 2014

Pengaruh Model Quantum Learning Berbasis Pendekatan Nilai Terhadap Penguasaan Konsep Dan Sikap Siswa Pada Konsep Sistem Saraf

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Yudianto, S. A. (2010). Manajemen Alam Sumber Pendidikan Nilai. Bandung: Mughni Sejahtera.